• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2 di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2 di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2

di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2013

Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2

di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2013

Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2

di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan

(2)

Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2

di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2013

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2

di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2013

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2

di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2013

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2 di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013

Nama : Irma Sari Nst NIM : 100100212

Pembimbing Penguji I

(dr. Nelly Elfrida Samosir, Sp.PK) (dr. M. Rizki Yaznil, Sp.OG)

NIP 19690906 200501 2002 NIP 19820830 200801 1003

Penguji II

(Prof. Dr. dr. Harun Al-Rasyid, Sp.PD, Sp.GK) NIP 19501105 197903 1004

Medan, 18 Desember 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Latar Belakang- Prevalensi hipertensi yang masih tinggi di seluruh dunia menjadi alasan untuk mencari terapi alternatif nonfarmakologis yang dapat digunakan untuk mengontrol tekanan darah pasien hipertensi. Salah satu terapi yang berpotensi untuk digunakan adalah terapi musik klasik. Musik klasik dapat mempengaruhi respon fisiologis tubuh pada sistem kardiovaskular, pernafasan, dan juga neurologis. Sampai saat ini belum ada penelitian maupun data mengenai pengaruh musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan 2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan pengaruh musik klasik pada kedua derajat hipertensi ini.

Metode-Penelitian ini merupakan penelitian analitik eksperimental tidak tersamar dengan desain cross sectional yang dilakukan pada masing-masing 30 orang pasien hipertensi derajat 1 dan 2 yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik

accidental sampling. Tekanan darah diukur secara tidak langsung dengan stetoskop dan sfigmomanometer yang dilakukan sebelum dan sesudah diberi paparan musik klasik selama 30 menit.

Hasil dan Kesimpulan- Musik klasik dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Rerata (M) tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah pemaparan musik klasik secara berturut 149,33; 138,75; 95,67; 84,58 (p 0,000). Tekanan darah sistolik pasien hipertensi derajat 1 dan 2 masing-masing menurun pada 29 orang (M 12; 9,17), begitu juga dengan tekanan darah diastolik yang masing-masing menurun pada 28 orang (M 11; 11,17). Hasil penurunan ini secara statistik tidak signifikan (p 0,754; 0,694) bila dibandingkan antara kedua derajat hipertensi. Terapi musik klasik sebaiknya dapat dimanfaatkan sebagai terapi tambahan dalam pengontrolan tekanan darah pasien hipertensi.

(5)

ABSTRACT

Background- The prevalence of hypertension that still high in all over the world becomes the reason to find another nonpharmacological alternatif therapy to

control blood pressure in patient with hypertension. One of the potential therapy

that can be used is classical music therapy. Classical music can affects

physiological responses of cardiovascular, respiratory, and neurological system.

Until now, there is no study or data on how classical music affects blood pressure

reduction in patients with 1st and 2nd degree of hypertension. The purpose of this

study is to find out the comparison of the classical music s effect in these two

degree of hypertension.

Methods- This study is an unblind experimental analitycal study with cross sectional design. The sample in this study consist of 30 patients each with 1st and

2nd degree of hypertension that collected by using accidental sampling technique.

Patient s blood pressure is measured indirectly with stetoscope and

sphygmomanometer pre- and post exposure of classical music for about 30

minutes.

Results and Conclussion- Classical music reduces blood pressure in hypertension patients. The mean (M) of systolic and diastolic blood pressure

pre-and post exposure of classical music is consequtively 149,33; 138,75; 95,67;

84,58 (p 0,000). Systolic blood pressure reduces in 29 persons each in 1st and 2nd

degree of hypertension (M 12; 9,17), so does diastolic blood pressure, it reduces

in 28 persons each (M 11; 11,17). This reduction is statistically insignificant

(p 0,754; 0,694) if we compare it between the two degree of hypertension.

Classical music therapy can be used as an adjuvant therapy in controlling blood

pressure in patients with hypertension.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2 di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013 .

Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, antara lain:

1. dr. Nelly Elfrida Samosir, Sp.PK selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membimbing penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. dr. M. Rizki Yaznil, Sp.OG dan Prof. Dr. dr. Harun Al-Rasyid, Sp.PD, Sp.GK selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat membangun dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

3. Seluruh dosen pengajar beserta staf akademik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

4. Ibunda Asma, Ayahanda Nasiruddin Nst, Abangda Soupani Andri Nst, Kakanda Yulina Nst, dan Adinda Muhammad Arief Ma ruf Nst yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik moril maupun materil dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan bantuan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini (Lathiefatul Habibah, Effi Rohani Nuzul Sari, Firmansyah, Rachmat Kurniawan A.P., Keluarga TBM FK USU,Fridayfoo, danDISCO).

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

(7)

Penulis sadar penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan karya ilmiah berikutnya.

Medan, 10 Desember 2013

(8)
(9)

2.3.8. Komplikasi... 13

2.4. Terapi Musik... 14

2.4.1. Definisi... 14

2.4.2. Efek Musik terhadap Fisiologi Tubuh... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.... 17

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 17

3.2. Definisi Operasional... 17

3.2.1. Definisi Operasional... 17

3.2.2. Alat Ukur... 18

3.2.3. Cara Ukur... 18

3.2.4. Skala Pengukuran... 19

3.2.5. Hasil Ukur... 19

3.3. Hipotesis... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN... 20

4.1. Desain / Jenis Penelitian... 20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 20

4.2.1. Waktu Penelitian... 20

4.2.2. Tempat Penelitian... 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 20

4.3.1. Populasi... 20

4.3.2. Sampel... 20

4.3.3. Teknik Pengambilan Sampel... 21

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 21

4.5. Pengolahan dan Analisis Data... 22

4.5.1. Pengolahan Data... 22

4.5.2. Analisis Data... 22

4.6. Teknik Penyajian Data... 23

(10)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 24

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 24

5.2. Deskripsi Karakteristik Individu... 24

5.3. Hasil Analisis Data... 25

a. Hasil Pengukuran Tekanan Darah... 25

b.Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi... 27

c.Hubungan Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 1 dan 2... 28

5.4. Pembahasan... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 32

6.1. Kesimpulan... 32

6.2. Saran... 32

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7 2003 12 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin dan Derajat Hipertensi

24

5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengelompokan Usia dan Derajat Hipertensi

25

5.3. Rerata Hasil Pengukuran Tekanan Darah Responden Sebelum dan Sesudah diberi Paparan Musik Klasik

26

5.4. Rerata Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah diberi Paparan Musik Klasik pada Hipertensi

Derajat 1

26

5.5. Rerata Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah diberi Paparan Musik Klasik pada Hipertensi

Derajat 2

27

5.6. Distribusi Frekuensi Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 1

27

5.7. Distribusi Frekuensi Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 2

28

5.8. Hubungan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 1 dan 2

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Penentuan Tekanan Darah Arteri Rata-Rata 6 2.2. Pengukuran Tekanan Darah Metode Riva-Rocci 8

2.3. Etiologi Hipertensi 11

(13)

DAFTAR SINGKATAN

ACTH Adrenocorticotropic Hormone

CRH Corticotropin Releasing Hormone

ISH International Society of Hypertension

JNC Joint National Committee

M Mean/ Rata-rata

Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

SD Standar Deviasi

SPSS Statistical Product and Servic Solutions

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 2 Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Kesediaan Mengikuti Penelitian

Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 4 SuratEthical Clearance

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan Lampiran 6 Data Induk Penelitian

(15)

ABSTRAK

Latar Belakang- Prevalensi hipertensi yang masih tinggi di seluruh dunia menjadi alasan untuk mencari terapi alternatif nonfarmakologis yang dapat digunakan untuk mengontrol tekanan darah pasien hipertensi. Salah satu terapi yang berpotensi untuk digunakan adalah terapi musik klasik. Musik klasik dapat mempengaruhi respon fisiologis tubuh pada sistem kardiovaskular, pernafasan, dan juga neurologis. Sampai saat ini belum ada penelitian maupun data mengenai pengaruh musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan 2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan pengaruh musik klasik pada kedua derajat hipertensi ini.

Metode-Penelitian ini merupakan penelitian analitik eksperimental tidak tersamar dengan desain cross sectional yang dilakukan pada masing-masing 30 orang pasien hipertensi derajat 1 dan 2 yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik

accidental sampling. Tekanan darah diukur secara tidak langsung dengan stetoskop dan sfigmomanometer yang dilakukan sebelum dan sesudah diberi paparan musik klasik selama 30 menit.

Hasil dan Kesimpulan- Musik klasik dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Rerata (M) tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah pemaparan musik klasik secara berturut 149,33; 138,75; 95,67; 84,58 (p 0,000). Tekanan darah sistolik pasien hipertensi derajat 1 dan 2 masing-masing menurun pada 29 orang (M 12; 9,17), begitu juga dengan tekanan darah diastolik yang masing-masing menurun pada 28 orang (M 11; 11,17). Hasil penurunan ini secara statistik tidak signifikan (p 0,754; 0,694) bila dibandingkan antara kedua derajat hipertensi. Terapi musik klasik sebaiknya dapat dimanfaatkan sebagai terapi tambahan dalam pengontrolan tekanan darah pasien hipertensi.

(16)

ABSTRACT

Background- The prevalence of hypertension that still high in all over the world becomes the reason to find another nonpharmacological alternatif therapy to

control blood pressure in patient with hypertension. One of the potential therapy

that can be used is classical music therapy. Classical music can affects

physiological responses of cardiovascular, respiratory, and neurological system.

Until now, there is no study or data on how classical music affects blood pressure

reduction in patients with 1st and 2nd degree of hypertension. The purpose of this

study is to find out the comparison of the classical music s effect in these two

degree of hypertension.

Methods- This study is an unblind experimental analitycal study with cross sectional design. The sample in this study consist of 30 patients each with 1st and

2nd degree of hypertension that collected by using accidental sampling technique.

Patient s blood pressure is measured indirectly with stetoscope and

sphygmomanometer pre- and post exposure of classical music for about 30

minutes.

Results and Conclussion- Classical music reduces blood pressure in hypertension patients. The mean (M) of systolic and diastolic blood pressure

pre-and post exposure of classical music is consequtively 149,33; 138,75; 95,67;

84,58 (p 0,000). Systolic blood pressure reduces in 29 persons each in 1st and 2nd

degree of hypertension (M 12; 9,17), so does diastolic blood pressure, it reduces

in 28 persons each (M 11; 11,17). This reduction is statistically insignificant

(p 0,754; 0,694) if we compare it between the two degree of hypertension.

Classical music therapy can be used as an adjuvant therapy in controlling blood

pressure in patients with hypertension.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi sampai saat ini masih menjadi masalah karena tingginya prevalensi hipertensi. Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, lebih dari 40 persen orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi dan kebanyakan diantaranya belum terdiagnosis. Untuk Indonesia sendiri, WHO menyebutkan sebesar 37,4 persen dari total populasi di Indonesia tahun 2010 menderita hipertensi. Menurut Riskesdas (2007), prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7 persen dan yang menjalani pengobatan hipertensi hanya 0,4 persennya. Sebesar 76 persen penderita hipertensi di Indonesia tidak terdiagnosis.

Hipertensi merupakan salah satu penyebab terbesar kejadian penyakit kardiovaskular dan komplikasinya pada organ target akan meningkatkan angka morbiditas serta mortalitas (Zanini et al., 2008). WHO (2012) menyebutkan bahwa satu dari tiga orang di seluruh dunia menderita hipertensi dan kondisi ini akan menyebabkan separuhnya meninggal akibat stroke dan penyakit jantung. Dari 64 persen kematian akibat penyakit tidak menular, 30 persennya disumbang oleh penyakit kardiovaskular. Hal ini mengalami peningkatan yang perlu mendapat perhatian dibandingkan dengan tahun 2002 dimana dari 61 persen kematian akibat penyakit kronis, 28 persennya disumbang oleh penyakit kardiovaskular.

(18)

(masih 140/90 mmHg atau 130/80 mmHg bagi penderita diabetes/ penyakit ginjal kronis) (Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia, 2007). Selain hal tersebut, terapi musik juga dapat digunakan sebagai terapi nonfarmakologis yang potensial dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (Teng et al., 2007; Zaniniet al., 2008).

Terapi musik didefinisikan sebagai penggunaan terkontrol dari musik, elemen-elemennya, dan pengaruhnya terhadap manusia untuk membantu integrasi fisiologis, psikologis, dan emosional individu selama pengobatan penyakit ataupun kecacatan (Munro dan Mount, 1978 diacu dalam Watkins, 1997). Musik dapat menurunkan respon stres termasuk menurunkan tingkat kecemasan, menurunkan tekanan darah dan denyut jantung, serta mengubah kadar hormon stres dalam darah (Watkins, 1997). Respon ini dapat dipengaruhi oleh jenis musik, melodi, harmoni, ritme, dan tempo serta kandungan verbal di dalamnya (Bernardiet al., 2005).

Asrin et al. (2009) mengungkapkan bahwa terapi musik frekuensi sedang (750-3000Hz) dapat dijadikan sebagai alternatif untuk pengendalian respon emosional (tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu) pada pasien hipertensi. Bernardi et al. (2005) melaporkan musik dengan tempo dan kecepatan lambat (raga, klasik, dan dodekaponik) secara signifikan menurunkan ventilasi, kecepatan nafas, tekanan darah sistolik dan diastolik, serta denyut jantung. Saing (2008a, 2008b) mendapati bahwa penurunan tekanan darah pada remaja dengan tekanan darah normal tinggi/ prehipertensi dan hipertesi yang diberi paparan musik klasik lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol.

(19)

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana perbandingan pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan 2 di bagian Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan Tahun 2013?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perbandingan pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan 2 di bagian Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh musik klasik terhadap hipertensi derajat 1. 2. Untuk mengetahui pengaruh musik klasik terhadap hipertensi derajat 2. 3. Untuk membandingkan hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti

Dari penelitian ini, peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuannya mengenai tekanan darah, hipertensi, dan terapi musik serta dapat mengembangkan kemampuannya di bidang penelitian kesehatan terutama dalam hal penulisan karya ilmiah dan pencarian serta analisis data.

(20)

Dari hasil penelitian ini, diharapkan para tenaga kesehatan dapat menginformasikan penanganan hipertensi nonfarmakologis melalui terapi musik klasik kepada masyarakat.

1.4.3. Bagi Masyarakat Umum

Melalui penelitian ini, masyarakat diharapkan dapat menambah pengetahuannya dan dapat menerapkan terapi musik klasik sebagai terapi tambahan dalam penanganan maupun pencegahan hipertensi yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

1.4.2. Bagi Peneliti Lain

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dancomplianceatau daya regang dinding pembuluh yang bersangkutan (seberapa mudah mereka dapat diregangkan) (Sherwood, 2001). Tekanan maksimum yang dihasilkan selama kontraksi ventrikel disebut tekanan sistolik sedangkan tekanan diastolik merupakan tekanan minimum yang tersisa di arteri sebelum terjadi kontraksi ventrikel selanjutnya. Normalnya rata-rata tekanan sistolik sebesar 120 mmHg dan rata-rata tekanan diastolik sebesar 80 mmHg (Jardins, 2002).

Tekanan darah mengacu pada tekanan darah arterial pada sirkulasi sistemik. Tekanan darah arteri rata-rata merupakan faktor penentu perfusi darah perifer (Despopoulos dan Silbernagl, 2003). Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan ini harus cukup tinggi utuk menghasilkan gaya dorong yang cukup sehingga otak dan jaringan tubuh menerima aliran darah yang adekuat. Kedua, tekanan ini tidak boleh terlalu tinggi karena akan menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus (Sherwood, 2001).

(22)

Gambar 2.1. Penentuan Tekanan Darah Arteri Rata-Rata

Sumber : Sherwood, L., 2003.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd Ed. Jakarta : EGC.

2.2. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah dapat diukur secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan memasukkan alat pengukur tekanan ke sebuah jarum yang dimasukkan ke dalam arteri. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sfigmomanometer, suatu manset yang dapat dikembungkan yang dipakai secara eksternal dan dihubungkan dengan pengukur tekanan (Sherwood, 2001).

Apabila manset dilingkarkan mengelilingi lengan atas dan kemudian dikembungkan dengan udara, tekanan manset akan disalurkan melalui jaringan ke arteri brakialis di bawahnya. Tekanan manset yang lebih besar daripada tekanan di pembuluh akan menutup pembuluh sehingga tidak ada darah yang mengalir melaluinya. Sedangkan bila tekanan darah lebih besar daripada tekanan manset, pembuluh darah akan terbuka dan darah akan mengalir dengan aliran yang turbulen sehingga menimbulkan getaran yang dapat didengar melalui membran yang diletakkan di bawah manset (Sherwood, 2001).

(23)

sedikit difleksikan, tidak terlalu ketat maupun terlalu longgar (lebar manset minimal 40 persen dari lingkar lengan atas) dan dikembungkan di bawah kontrol manometrik hingga tekanan 30 mmHg di atas nilai saat perabaan nadi arteri radialis menghilang. Stetoskop kemudian diletakkan di arteri brakialis pada batas bawah manset lalu tekanan manset diturunkan perlahan (2-4 mmHg) (Lang dan Silbernagl, 2000).

Bunyi nadi yang didengar pertama kali (jelas), fase I Korotkoff menggambarkan tekanan sistolik. Normalnya suara ini menjadi lebih pelan (fase II) lalu mengeras (fase III) kemudian menjauh (fase IV) dan menghilang (fase V) (Lang dan Silbernagl, 2000). Pada tahun 1939, Committee on Standardization of Blood Pressure ReadingsdariAmerican Heart Association dan dariGreat Britain

dan Ireland menyetujui pemakaian fase IV Korotkoff sebagai penentu tekanan diastolik. Akan tetapi, pada tahun 1951 The Council for High Blood Pressure Research dari The Scientific Council of The American Heart Association

merubahnya dan merekomendasikan fase V Korotkoff sebagai penentu terbaik bagi tekanan diastolik (Lubis, 2008).

Pada pengukuran tekanan darah di kamar periksa posisi pasien duduk di kursi, kaki di lantai, dan lengan sejajar jantung. Pengukuran dilakukan setelah pasien beristirahat selama 5 menit. Pengukuran dilakukan dua kali, dengan sela antara 1-5 menit. Pengukuran tambahan dilakukan jika hasil kedua pengukuran sebelumnya sangat berbeda. Konfirmasi pengukuran pada lengan kontralateral dilakukan pada kunjungan pertama dan jika didapatkan kenaikan tekanan darah (Yogiantoro, 2009).

(24)

Gambar 2.2. Pengukuran Tekanan Darah Metode Riva-Rocci. Sumber : Lang, F. & Silbernagl, S., 2000.Color Atlas of

Pathophysiology. New York : Thieme.

2.3. Hipertensi 2.3.1. Definisi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah arteri di atas rentang normal. Hipertensi ditandai dengan peningkatan tekanan arteri lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg pada dewasa dengan pengukuran minimal tiga kali berturut-turut.

2.3.2. Epidemiologi

(25)

2.3.3. Etiologi dan Patogenesis

Penyebab definitif hipertensi dapat diketahui hanya pada sekitar 10 persen kasus. Hipertensi seperti ini terjadi akibat masalah primer lain yang dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (Sherwood, 2001)

a. Hipertensi Renal

Hipertensi ini bisa disebabkan oleh iskemia pada ginjal akibat koartasi aorta, stenosis arteri renalis, ataupun penyempitan arteriol dan kapiler ginjal (glomerulonefritis, hipertensi yang diinduksi aterosklerosis). Iskemia ini akan menyebabkan peningkatan renin sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pelepasan angiotensin II. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor kuat sehingga meningkatkan resistensi perifer total dan meningkatkan pelepasan aldosteron dari korteks adrenal sehingga terjadi retensi natrium dan peningkatan curah jantung. Selain itu, Penyakit ginjal yang dapat menurunkan massa fungsional ginjal, gagal ginjal, nefropati akibat kehamilan, tumor yang meningkatkan pelepasan renin, dan ginjal polikistik juga merupakan penyebab pada hipertensi ginjal (Lang dan Silbernagl, 2000).

b. Hipertensi Kardiovaskular

Pada hipertensi ini, penyebabnya adalah aterosklerosis sehingga terjadi peningkatan kronik resistensi perifer total (Sherwood, 2001).

c. Hipertensi Hormonal

Hipertensi hormonal dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (Lang dan Silbernagl, 2000).

1. Sindrom Adrenogenital

Korteks adrenal tidak dapat membentuk kortisol sehingga ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) tidak dapat diinhibisi. Hal ini menyebabkan peningkatan pelepasan prekursor kortisol dan aldosteron sehingga terjadi retensi natrium dan peningkatan curah jantung.

2. Hiperaldosteronisme Primer (Sindrom Conn)

(26)

3. Sindrom Cushing

Pelepasan ACTH yang tidak adekuat akibat neurogenik maupun tumor hipofisis atau adanya tumor pada korteks adrenal akan meningkatkan glukokortikoid plasma sehingga katekolamin meningkat yang menyebabkan peningkatan curah jantung. Hal ini juga meningkatkan pelepasan kortisol sehingga terjadi retensi natrium.

4. Feokromositoma

Adanya tumor pada medula adrenal meningkatkan pelepasan katekolamin sehingga epinefrin dan norepinefrin meningkat secara tidak terkontrol yang akan mengakibatkan peningkatan curah jantung dan hipertensi resisten.

5. Konsumsi Pil Kontrasepsi

Pil kontrasepsi dapat menyebabkan retensi natrium dan peningkatan curah jantung.

6. Hipertensi Neurogenik

Hipertensi ini terjadi akibat peningkatan masif tekanan darah melalui stimulasi simpatis pada sistem saraf pusat (Lang dan Silbernagl, 2000) ataupun lesi saraf akibat defek di pusat kontrol kardiovaskular atau di baroreseptor sehingga terjadi kesalahan kontrol tekanan darah. Hipertensi neurogenik juga dapat terjadi sebagai respon kompensasi terhadap penurunan aliran darah otak (Sherwood, 2001).

(27)

Gambar 2.3. Etiologi Hipertensi.

Sumber : Lang, F. & Silbernagl, S., 2000. Color Atlas of Pathophysiology. New York : Thieme.

2.3.4. Klasifikasi

(28)

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7 2003.

Kategori Sistol ( mmHg ) Diastol ( mmHg )

Normal < 120 dan < 80

Pre-Hipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi derajat 2 160 atau 100

Sumber : Lubis, 2008. Sejarah Hipertensi.

2.3.5. Faktor Risiko

Faktor risiko hipertensi adalah diet dan asupen garam, stres, ras, obesitas, merokok, dan genetik (Yogiantoro, 2009). Hipertensi primer memiliki kecenderungan genetik kuat yang dapat diperparah oleh faktor-faktor kontribusi, misalnya kegemukan, stres, merokok, dan ingesti garam berlebihan (Sherwood, 2001).

2.3.6. Diagnosis

Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit terdahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik selain tekanan darah juga untuk mengevaluasi adanya penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya hipertensi sekunder. JNC 7 menyatakan bahwa tes yang lebih mendalam untuk mencari penyebab hipertensi tidak dianjurkan kecuali jika dengan terapi memadai tekanan darah tidak tercapai (Yogiantoro, 2009). Diagnosis hipertensi ditegakkan dengan pemeriksaan tekanan darah dan didapati tekanan darah diatas 140/90 mmHg minimal dalam tiga kali kunjungan berturut-turut.

2.3.7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari penatalaksanaan nonfarmakologis dan penatalaksanaan farmakologis. Pedoman penatalaksanaan hipertensi menurut : (JNC 7, 2003)

(29)

b. Target tekanan darah <140/90 mm Hg bagi hipertensi tanpa komplikasi dan target tekanan darah <130/80 bagi hipertensi dengan komplikasi. c. Diuretik tiazid merupakan obat pilihan pertama untuk mencegah

komplikasi kardiovaskular.

d. Hipertensi dengan komplikasi, pilihan pertama diuretik tiazid, tapi bisa juga digunakan penghambat Angiotensin Converting Enzime (Captopril, Lisinopril, Ramipril), Angiotensin Receptor Blocker (Valsartan, Candesatan), beta bloker (bisoprolol), dan antagonis kalsium (Nifedipin, Amlodipin) bisa juga dipertimbangkan.

e. Pasien hipertensi dengan kondisi lain yang menyertai seperti gagal ginjal dan lain-lain, obat antihipertensi disesuaikan dengan kondisinya.

f. Monitoring tekanan darah dilakukan 1 bulan sekali sampai target tercapai dilanjutkan setiap 2 bulan, 3 bulan, atau 6 bulan. Semakin jauh dari pencapaian target tekanan darah semakin sering monitoring dilakukan.

2.3.8. Komplikasi

Kerusakan vaskular menyebabkan iskemia pada berbagai jaringan dan organ (miokardium, otak, ginjal, pembuluh darah mesenterik, dan kaki). Kerusakan dinding vaskular bersama dengan hipertensi akan menyebabkan perdarahan otak (strok) dan pada arteri-arteri besar (contohnya aorta) akan menyebabkan pembentukan aneurisma dan rupturnya vaskular (Lang dan Silbernagl, 2000).

Hipertensi menimbulkan stres pada jantung dan pembuluh darah. Jantung mengalami peningkatan beban kerja karena harus memompa melawan resistensi perifer total yang meningkat sementara pembuluh darah dapat mengalami kerusakan akibat tekanan internal yang tinggi, terutama apabila dinding pembuluh melemah akibat proses degeneratif aterosklerosis (Sherwood, 2001).

Kerusakan organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah : ( Yogiantoro, 2009 )

a. Jantung

(30)

b. Otak

Stroke atautransient ischemic attack. c. Penyakit ginjal kronis

d. Penyakit arteri perifer e. Retinopati

2.4. Terapi Musik 2.4.1. Definisi

Musik, suatu aransemen suara sistematis yang terdiri dari melodi, harmoni, ritme, nada, dan pola titi nada, memberikan arti tersendiri bagi masing-masing individu. Respon terhadap stimulus musik beragam tergantung dari pengaruh sosiokultur dan pengalaman sebelumnya. Musik dapat memberikan efek menenangkan atau merangsang (Watkins, 1997).

Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan pemulihan dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual (Raymont, 2000 diacu dalam Nasution, 2011).

Terapi musik merupakan penggunaan terkontrol dari musik, elemen-elemennya, dan pengaruhnya terhadap manusia untuk membantu integrasi fisiologis, psikologis, dan emosional individu selama pengobatan penyakit ataupun kecacatan (Munro & Mount, 1978 diacu dalam Watkins, 1997).

(31)

2.4.2. Efek Musik terhadap Fisiologi tubuh

Ada beberapa mekanisme terhadap respon akibat perubahan frekuensi, amplitudo, dan warna nada gelombang suara. Pertama, suara atau musik dapat menstimulasi pusat involunter sistem saraf pusat yang menimbulkan reaksi fisiologis yang nantinya terlibat dalam pikiran sadar. Kedua, musik dapat ditransmisikan ke level otak yang lebih tinggi dahulu dimana suara terlibat dengan emosi dan pikiran abstrak sebelum mempengaruhi fisiologi. Ketiga, kedua mekanisme tersebut bekerja bersamaan (Landreth dan Landreth, 1974 diacu dalam Watkins, 1997).

Dua komponen utama sistem saraf pusat yang terlibat dalam respon stres adalah endokrin dan sistem saraf otonom. Komponen endokrin yang berperan adalah CRH (Corticotropin-Releasing Hormone). CRH, disekresi oleh

hipothalamus, menstimulasi pelepasan ACTH oleh hipofisis anterior sehingga meningkatkan kortisol dalam plasma. Locus ceruleus yang terletak pada pertemuan antara otak tengah dan pons merupakan komponen sistem saraf otonom. Locus ceruleus menstimulasi pelepasan norepinefrin dari saraf terminal simpatis pusat dan perifer dan pelepasan epinefrin dari medula adrenal sehingga meningkatkan kecemasan, denyut jantung, dan tekanan darah. Musik mungkin mengubah tekanan darah, denyut jantung, dan tingkat kecemasan dengan menghasilkan impuls saraf yang mempengaruhi pelepasan CRH oleh

hipothalamusdan pelepasan norepinefrin darilocus cereleus(Watkins, 1997). Masih banyak pertanyaan yag belum dapat dijawab mengenai bagaimana sebenarnya musik dapat menghasilkan respon psikologis (penurunan tingkat kecemasan) ataupun respon fisiologis (penurunan tekanan darah dan denyut jantung). Secara teoritis, identifikasi saraf pada jalur auditori pusat dan proyeksi ke pusat otak yang mengatur tekanan darah, denyut jantung, ataupun tingkat kecemasan merupakan hal pertama yang harus dilakukan untuk membuktikan musik dapat mengubah respon psikologis dan fisiologis. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mengidentifikasi jalur saraf antara nuclei auditoriusdengan

(32)

cereleus yang berperan dalam pelepasan epinefrin maupun norepinefrin dari saraf terminal simpatis (Watkins, 1997).

Nitecka dan Frotscher tahun 1989 berhasil mengidentifikasi proyeksi dari

amygdalake hipothalamus pada tikus. Amygdalamemiliki dua regio : basolateral dan sentromedial. Stimulus auditori diproyeksi ke nukleus lateral amygdala yang terletak di regio basolateral. Stimulasi pada regio ini mungkin menurunkan pelepasan CRH secara langsung dengan menginhibisi nuclei hipothalamus dan secara tidak langsung dengan mencegah stimulasi regio sentromedial amygdala. CRH yang menurun akan menurunkan kadar kortisol dalam plasma (Watkins, 1997).

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Definisi Operasional :

a. Tekanan darah :

Gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh arteri, biasa diinterpretasikan dalam rasio antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik arteri.

Tekanan darah sistolik arteri : Tekanan maksimum yang dihasilkan selama kontraksi ventrikel, ditentukan dengan bunyi Korotkoff I.

(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Definisi Operasional :

a. Tekanan darah :

Gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh arteri, biasa diinterpretasikan dalam rasio antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik arteri.

Tekanan darah sistolik arteri : Tekanan maksimum yang dihasilkan selama kontraksi ventrikel, ditentukan dengan bunyi Korotkoff I.

(35)

b. Hipertensi derajat 1 :

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dengan rentang tekanan darah sistolik 140-159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90-99 mmHg. c. Hipertensi derajat 2 :

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dengan rentang tekanan darah sistolik 160 mmHg atau tekanan darah diastolik 100 mmHg. d. Musik klasik :

Musik instrumental dengan judul The Four Season karya Vivaldi yang dipaparkan selama 30 menit dengan volume 85 db.

3.2.2. Alat Ukur :

Sfigmomanometer air raksa merek Riester dengan ketelitian 1 mmHg buatan Jerman dan stetoskop merek Littman (3MTM Litmann Classic II S.E. Stethoskop) yang telah dikalibrasi buatan Jerman.

3.2.3. Cara Ukur :

(36)

3.2.4. Skala Pengukuran : Skala rasio

3.2.5. Hasil Ukur :

Variabel dependen : 0 = Tidak menurun 1 = Menurun

Variabel independen : 0 = Hipertensi derajat 1 1 = Hipertensi derajat 2 3.3. Hipotesis

(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain/ Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat eksperimental tidak tersamar dengan menggunakan desain cross sectional untuk mengetahui perbandingan pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan 2 di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Oktober 2013.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan. Pertimbangan dalam pemilihan lokasi tersebut adalah karena RSUP H. Adam Malik merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Kota Medan sehingga distribusinya bervariasi dan sesuai untuk penelitian.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi usia 18-59 tahun di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah bagian dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria Inklusi :

(38)

b. Tidak dalam kondisi kritis.

c. Tidak memiliki riwayat gangguan pendengaran.

d. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan mengisiinformed consent.

Kriteria Eksklusi :

a. Tidak bersedia menjadi sampel penelitian.

4.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan cara accidental sampling. Besar sampel dihitung berdasarkan rumus : ( Wahyuni, 2007 )

n1 = n2 = Z(1 /2) 2P(1 P) + Z(1 ) P1(1 P1) + P2(1 P2) P1 P2

Dimana :

n1 = besar sampel minimum

Z(1- /2) = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu. Untuk = 0,05 ; Z(1- /2) = 1,645

Z(1-ß) = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada ß tertentu. Untuk ß = 0,2 ; Z(1- ß) = 0,842

P = rata-rata P1 dan P2

P1 = proporsi efek standar (literatur). Pada penelitian ini P1 = 0,5 P2 = perkiraan proporsi penelitian. Pada penelitian ini P2 = 0,2

P1-P2 = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi. Berdasarkan rumus di atas, besar sampel pada penelitian ini n1 = n2 = 30 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

(39)

mengenai tujuan dan manfaat penelitian ini. Setelah itu, peneliti meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan penelitian.

Setelah mengukur dan mencatat tekanan darah pasien yang masuk kriteria inklusi penelitian ini, peneliti memberi perlakuan berupa pemaparan musik klasik (Vivaldi : The Four Season) selama 30 menit di sebuah ruangan standar dan nyaman dengan menggunakan headphone (Monster Beats) dan audio player. Responden yang sedang dipaparkan musik klasik tidak sedang merokok, meminum minuman yang mengandung kafein, ataupun meminum obat

tranquilizer. Setelah 30 menit, pengukuran dan pencatatan tekanan darah dilakukan kembali untuk melihat pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah setelah pemaparan musik klasik pada responden.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data

Data penelitian diolah dengan metode statistik secara komputerisasi. Data yang dikumpulkan ditabulasi dalam bentuk distribusi frekuensi.

4.5.2. Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis secara statistik dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service solutions). Untuk menguji normalitas distribusi data dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov (data normal p>0,05). Untuk menilai perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah diberi perlakuan dilakukan uji statistik t berpasangan. Untuk menilai perbedaan proporsi tekanan darah akibat pemaparan musik klasik pada pasien hipertensi derajat 1 dengan pasien hipertensi derajat 2 dilakukan uji Chi Square

(40)

4.6. Teknik Penyajian Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini akan diklasifikasi dan ditabulasi dalam bentuk tabel.

4.7. Pertimbangan Etik

(41)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Umum Ilmu Penyakit Dalam yang terletak di lantai tiga RSUP H. Adam Malik Medan. Tempat penelitian berada pada area menunggu pasien di sekitar Poliklinik Umum Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan. Tempat yang dipilih juga merupakan area yang dianggap tenang dan nyaman bagi responden penelitian sehingga meminimalisasi bias pada penelitian yang berasal dari kebisingan lingkungan sekitar.

5.2. Deskripsi Karakteristik Individu

Responden pada penelitian ini berjumlah 60 orang, yang terdiri dari 30 orang penderita hipertensi derajat 1 dan 30 orang penderita hipertensi derajat 2 hasil screening awal tekanan darah di Poliklinik Umum Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Juli-Oktober 2013. Data yang dikumpulkan merupakan data primer hasil wawancara dan observasi langsung terhadap responden yang telah diuji normalitas distribusinya dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (p>0,05). Karakteristik yang dinilai pada penelitian ini adalah jenis kelamin dan usia responden.

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, dapat dilihat distribusi frekuensi datanya pada tabel 5.1. di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Derajat Hipertensi

Derajat Hipertensi Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Derajat 1 Pria 15 25

Wanita 15 25

Derajat 2 Pria 20 33,33

Wanita 10 16,67

Total 60 100

(42)

keseluruhan dan jumlah wanita sebanyak 25 orang dengan persentase 41,67. Akan tetapi, secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0,19). Jumlah responden pria lebih banyak pada kelompok hipertensi derajat 2, sedangkan jumlah responden wanita lebih banyak pada kelompok hipertensi derajat 1.

Berdasarkan karakteristik usia, dapat dilihat distribusi frekuensi datanya pada tabel 5.2. di bawah ini.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengelompokan Usia dan Derajat Hipertensi

40-49 17 56,67 8 26,67

50-59 10 33,33 21 70

Total 30 100 30 100

Pada tabel di atas, dapat dilihat frekuensi usia terbanyak pada hipertensi derajat 1 terdapat pada kelompok usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 56,67%, sedangkan pada hipertensi derajat 2 terdapat pada kelompok usia 50-59 tahun sebanyak 70%. Rerata usia responden 48,5 tahun, mediannya 50 tahun, dengan usia maksimum 58 tahun dan minimum 19 tahun.

5.3. Hasil Analisis Data

a. Hasil Pengukuran Tekanan Darah

(43)

Tabel 5.3. Rerata Hasil Pengukuran Tekanan Darah Responden Sebelum dan Sesudah

Sistolik 149,33 ; 10,595 138,75 ; 11,558 0,000 ª)

Diastolik 95,67 ; 6,918 84,58 ; 6,845 0,000 ª)

M : rerata, SD : standar deviasi ª)uji t berpasangan

Dari tabel di atas dapat dilihat penurunan tekanan darah dengan rerata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberi paparan musik klasik sebesar 149,33 dan 138,75. Begitu pula pada tekanan darah diastolik dengan rerata sebelum dan sesudah diberi paparan musik klasik sebesar 95,67 dan 84,58. Hal ini menunjukkan bahwa pemaparan musik klasik selama 30 menit dapat menurunkan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik dengan dibuktikan dari hasil uji statistik t berpasangan yang bermakna p <0,05 ( p : 0,000)

Pada pengukuran tekanan darah awal, responden kemudian dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2. Hasil pengukuran tekanan darah pada kelompok hipertensi derajat 1 dan 2 secara berturut dapat dilihat pada tabel 5.4. dan tabel 5.5. di bawah ini.

Tabel 5.4. Rerata Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah diberi Paparan Musik Klasik pada Hipertensi Derajat 1

Tekanan Darah

Sistolik 143,17 ; 7,250 131,17 ; 7,844 0,000 ª)

Diastolik 90,67 ; 5,040 79,67 ; 4,722 0,000 ª)

M : rerata, SD : standar deviasi ª)uji t berpasangan

(44)

Tabel 5.5. Rerata Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah diberi Paparan Musik Klasik pada Hipertensi Derajat 2

Tekanan Darah

Sistolik 155,50 ; 9,857 146,33 ; 9,553 0,000 ª)

Diastolik 100,67 ; 4,498 89,50 ; 4,798 0,000 ª)

M : rerata, SD : standar deviasi ª)uji t berpasangan

Dari tabel di atas terlihat penurunan tekanan darah yang bermakna secara statistik akibat pemaparan musik klasik selama 30 menit yang tergambar dari hasil uji statistik t berpasangan p<0,05 (p=0,000). Rerata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah pemaparan sebesar 155,50 dan 146,33 serta tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pemaparan sebesar 100,67 dan 89,50.

b. Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi

Pada penelitian ini yang ingin dilihat adalah pengaruh paparan musik klasik terhadap tekanan darah pada hipertensi derajat 1 dan 2. Pengaruhnya dapat dilihat dari menurun atau tidaknya tekanan darah setelah pemaparan musik klasik selama 30 menit. Tekanan darah dikatakan menurun jika selisih tekanan darah baik sistolik maupun diastolik sebelum dan sesudah pemaparan mencapai lebih dari 5 mmHg, begitu juga sebaliknya. Rerata penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada hipertensi derajat 1 sebesar 12 mmHg dan 11 mmHg sedangkan pada hipertensi derajat 2 sebesar sebesar 9,17 mmHg dan 11,17 mmHg. Hasilnya dapat dilihat secara berturut pada tabel 5.6. dan tabel 5.7. di bawah ini.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 1

Tekanan Darah Pengaruh Paparan Jumlah (orang) Persentase (%)

(45)

Dari tabel di atas, tekanan darah sistolik responden dengan hipertensi derajat 1 menurun pada 29 orang (96,67 %) dan tidak menurun pada 1 orang (3,33%), sedangkan tekanan darah diastolik menurun pada 28 orang (93,33%) dan tidak menurun pada 2 orang (6,67%).

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 2

Tekanan Darah Pengaruh Paparan Jumlah (orang) Persentase (%)

Sistolik Menurun 29 96,67

Tidak Menurun 1 3,33

Total 30 100

Diastolik Menurun 28 93,33

Tidak Menurun 2 6,67

Total 30 100

Dari tabel di atas, tekanan darah sistolik responden dengan hipertensi derajat 2 menurun pada 29 orang (96,67 %) dan tidak menurun pada 1 orang (3,33%) sedangkan tekanan darah diastolik menurun pada 28 orang (93,33%) dan tidak menurun pada 2 orang (6,67%).

c. Hubungan Pengaruh Paparan Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 1 dan 2

Hipotesis pada penelitian ini adalah pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 lebih baik daripada pasien hipertensi derajat 2. Untuk menguji hipotesis penelitian ini, dilakukan analisis variabel independen, yaitu derajat hipertensi dengan variabel dependennya, yaitu pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah dengan menggunakan uji statistik

(46)

Tabel 5.8. Hubungan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 1 dan 2

Tekanan Darah

Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah

Menurun Tidak Menurun P

Sistolik Derajat 1 29 1 0,754

Derajat 2 29 1

Diastolik Derajat 1 28 2 0,694

Derajat 2 28 2

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penurunan tekanan darah sistolik pada kedua derajat hipertensi tidak berbeda, yaitu sama-sama menurun pada 29 orang dan tidak menurun pada 1 orang. Begitu juga dengan tekanan darah diastolik yang sama-sama menurun pada 28 orang dan tidak menurun pada 2 orang pada kedua derajat hipertensi. Hal ini ditunjang dari hasil uji statistik yang menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna p=0,754 untuk tekanan darah sistolik dan p=0,694 untuk tekanan darah diastolik. Pada uji statistik ini, jika nilai p>0,05 maka hipotesis penelitian ini ditolak. Hal ini berarti pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 tidak lebih baik daripada pasien hipertensi derajat 2.

5.4. Pembahasan

(47)

akut yang ditimbulkan oleh musik klasik terhadap tekanan darah tidak berbeda pada hipertensi 1 dan 2.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sleight (2012), didapati bahwa musik, tidak tergantung jenisnya, memiliki pengaruh yang sama pada setiap subjek penelitian, apapun preferensi musiknya. Pengaruh ini diperkirakan berkaitan dengan mekanisme kerja musik yang mempengaruhi sistem bawah sadar seseorang melalui kerja sistem saraf autonom. Penelitian yang dilakukan oleh Bernardiet al. (2005) juga menemukan bahwa musik dengan jenis yang berbeda memberikan respon kardiovaskular dan pernafasan yang konsisten pada hampir semua subjek yang diteliti. Hal ini mengindikasikan bahwa musik dapat menimbulkan respon fisiologis yang sama pada subjek yang berbeda, maka penggunaan musik sebagai terapi standar penatalaksanaan berbagai penyakit terutama penyakit kardiovaskular, pernafasan, dan neurologis bukanlah suatu hal yang tidak mungkin.

Musik klasik yang berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan 2 pada penelitian ini menunjukkan potensi terapi musik klasik sebagai salah satu terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan dalam rangka penatalaksanaan hipertensi yang bersifat holistik. Hal ini juga dibuktikan oleh Saing (2008a,2008b) yang menemukan bahwa pemberian musik klasik pada anak-anak dengan hipertensi selama 30 menit dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan (p<0,05) pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol. Beliau mendapati bahwa duduk diam sambil mendengarkan musik klasik lebih bermanfaat dalam penurunan tekanan darah dibandingkan dengan hanya duduk diam tanpa melakukan apapun.

(48)

Hal ini juga selaras dengan penelitian sebelumnya (Zanini et al., 2008) yang mencoba melihat pengaruh terapi musik terhadap kontrol tekanan darah dan juga kualitas hidup pasien hipertensi derajat 1. Pada penelitian tersebut didapati penurunan tekanan darah dan peningkatan kualitas hidup yang signifikan (p<0,05) pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol akibat terapi musik yang diberikan setiap minggu selama 12 minggu berturut-turut. Penelitian lainnya (Ezenwa, 2012) pada pasien hipertensi primer juga didapati penurunan tekanan darah yang terus berlangsung bahkan setelah 10 menit setelah diberi terapi musik selama 30 menit. Hal ini menunjukkan bahwa terapi musik dapat menjadi alternatif terapi adjuvan dalam penatalaksanaan hipertensi.

(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

a. Jenis kelamin pria didapati lebih banyak daripada wanita pada pasien hipertensi dengan rerata usia pasien hipertensi 48,5 tahun.

b. Musik klasik dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi derajat 1 dengan rerata penurunan tekanan darah sistolik sebesar 12 mmHg dan rerata penurunan tekanan darah diastolik sebesar 11 mmHg (p=0,000). c. Musik klasik dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi derajat 2

dengan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 9,17 mmHg dan rerata penurunan tekanan darah diastolik sebesar 11,17 mmHg (p=0,000).

d. Pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 tidak lebih baik daripada hipertensi derajat 2 ( p=0,754; 0,694).

6.2. Saran

a. Terapi musik khususnya musik klasik sebaiknya dilakukan oleh masyarakat umum sebagai terapi tambahan dalam pengontrolan tekanan darah secara mandiri pasien hipertensi.

b. Terapi musik khususnya musik klasik sebaiknya dimasukkan ke dalam rancangan penatalaksanaan holistik hipertensi oleh tenaga kesehatan maupun instansi penyelenggara jasa kesehatan sebagai terapi adjuvan yang dapat mendukung pengontrolan tekanan darah pasien hipertensi.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Asrin, Mulidah, S., Triyanto, E., 2009. Upaya Pengendalian Respon Emosional Pasien Hipertensi dengan Terapi Musik Dominan Frekuensi Sedang. The Soedirman Journal of Nursing; 4(1):41-45.

Aziza, L., Sja bani, M., Haryono, S. M., Soesatyo, M. H. N. E., Sadewa, A. H., 2010. Hubungan Polimorfisme Gen Angiotensin-Converting Enzyme

Insersi/Delesi dengan Hipertensi pada Penduduk Mlati, Sleman, Yogyakarta, Indonesia.Maj Kedokt Indon; 60(4):156-161.

Bernardi, L., Porta, C., Sleight, P., 2005. Cardiovascular, Cerebrovascular, and Respiratory Changes Induced by Different Types of Music in Musicians and Non-Musicians: The Importance of Silence.Heart2006; 92:445-452. Chafin, S., Roy, M., Gerin, W., Christerfeld, N., 2004. Music Can Facilitate

Blood Pressure Recovery from Stress. British Journal of Health Psychology; 9:393-403.

Despopoulos, A., Silbernagl, S., 2003. Color Atlas of Physiology. 5th ed. New York: Thieme.

Ezenwa, M., 2012. Does Music Therapy Reduce Blood Pressure in Patients with Essential Hypertension in Nigeria?. In: M. Khullar (ed), Genetics and Pathophysiology of Essential Hypertension. Croatia: InTech, 89.

Foëx, P., Sear, J.W., 2004. Hypertension : Pathophysiology and Treatment. Available from: http://ceaccp.oxfordjournals.org [Accessed 9 Desember 2013]

Gangrade, A., 2012. The Effect of Music on the Production of Neurotransmitters, Hormones, Cytokines, and Peptides: A Review. Music and Medicine; 4(1):40-43.

Jardins, T., 2002. Cardiopulmonary Anatomy & Physiology Essential for Respiratory Care. 4th ed. New York: Thomson Learning.

JNC VII, 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.

(51)

http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/express.pdf [Accessed 13 Mei 2013]

Konsensus Pengobatan Hipertensi, 2007. Jakarta: Perhimpunan Hipertensi Indonesia.

Nasution, L. F., 2011. Efektifitas Terapi Musik Klasik untuk Mengurangi Kecemasan pada Ibu Bersalin Seksio Sesarea di RSUD dr. Pirngadi Medan.

Available from:

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27165/4/ChapterII.pdf [Accessed 22 Mei 2013]

Rahmah, S. F., Putri, J. F., Widodo, Lukitasari, M., Rahman, M. S., 2013. Analisis

Single Nucleotide Polimorphism(SNP) -217 GenHuman Angiotensinogen

(hAGT) pada Penderita Hipertensi di Rumah Sakit Syaiful Anwa secara PCR Sekuensing.Jurnal Biotropika, 1(2):71-73.

Rasyid, H., Bakri, S., Yusuf, I., 2012. Angiotensin-Converting Enzyme Polimorphisms, Blood Pressure and Pulse Pressure in Subjects with Essential Hypertension in a South Sulawesi Indonesian Population. Acta Medica Indonesiana; 44(4):280-283.

Riset Kesehatan Dasar, 2007. Laporan Nasional 2007. Available from: http://www.k4health.org/sites/default/files/laporanNasionalRiskesdas2007. pdf [Accessed 13 Mei 2013]

(52)

Sherwood, L., 2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta:EGC. Sleight, P., 2012. Cardiovascular Effects of Music by Entraining Cardivascular

Autonomic Rhythms Music Therapy Update: Tailored to Each Person, or Does One Size Fit All?. Neth Heart. J 2013; 21:99-100.

Suherly, M., Ismonah, Meikawati, W., 2012. Perbedaan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di RSUD Tugurejo Semarang.Jurnal keperawatan dan Kebidanan; 1(1). Teng, X. F., Wong, M. Y. M., Zhang, Y. T., 2007. The Effect of Music on

Hypertension Patients. In: 29th Annual International Conference of the IEEE. Engineering in Medicine and Biology Society. P.46-49,51.

Watkins, G., 1997. Music Therapy: Proposed Physiological Mechanism and Clinical Implications.Clinical Nurse Specialist; 11(2):43-50.

World Health Organization, 2012. World Health Statistics 2012. Available from: http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/2012/en/inde x.html [Accessed 13 Mei 2013]

Yogiantoro, M., 2009. Hipertensi Esensial. In: A.W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi (eds.),Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 5th ed. Jakarta Pusat: Interna Publishing, 1079-1085.

Zanini, C. R., Jardin, P. C. B. V., Salgado, C. M., Nunes, M.C., de Urzêda, F. L., Carvalho, M. V. C., et al., 2008. Music Therapy Effects on the Quality of Life and the Blood Pressure of Hypertensive Patients. Arq Bras Cardiol

(53)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Irma Sari Nst

NIM : 100100212

Adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian yang berjudul Perbandingan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2 di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013 . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbandingan pengaruh musik klasik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi derajat 1 dan 2.

Pada penelitian ini, saya akan melakukan pengukuran tekanan darah Saudara/i sebelum dan sesudah pemaparan musik klasik selama 30 menit. Seluruh data yang diperoleh pada penelitian ini, termasuk identitas Saudara/i hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini, dijaga kerahasiaannya, dan tidak akan dipublikasikan serta disalahgunakan untuk maksud lain.

Saya sangat mengharapkan kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi pada penelitian ini. Partisipasi Saudara/i bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Saudara/i berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.

Medan, ...2013

(54)

Lampiran 2

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Umur :

Setelah mendapat keterangan yang jelas mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian,

Judul Penelitian : Perbedaan Pengaruh Musik Klasik terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Derajat 1 dan 2 di Poliklinik Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013. Nama Peneliti : Irma Sari Nst

Instansi Peneliti : Fakultas Kedokteran Universita Sumatera Utara

Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi subjek penelitian secara sukarela dan tanpa paksaan.

Medan, ... 2013

(55)

Lampiran 3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Irma Sari Nst

Tempat/Tanggal Lahir : Kabanjahe, 27 Oktober 1990 Agama : Islam

Alamat : Jl. Umar No. 76 Glugur Darat I Medan

Riwayat Pendidikan :

1. TK Dewi Sartika (1994-1996)

2. SD Negeri No. 2 Meulaboh (1997-1999) 3. SD Swasta Pertiwi (1999-2003)

4. SMP Negeri 11 Medan (2003-2006) 5. SMA Negeri 3 Medan (2006-2009)

Riwayat Organisasi :

1. Dokter Remaja SMP Neg. 11 Medan (2004) 2. Smantig English Club (2007-2009)

3. Divisi Pengabdian Masyarakat PEMA FK USU (2010)

4. Tim Bantuan Medis FK USU PEMA FK USU (2010-sekarang) Lampiran 3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Irma Sari Nst

Tempat/Tanggal Lahir : Kabanjahe, 27 Oktober 1990 Agama : Islam

Alamat : Jl. Umar No. 76 Glugur Darat I Medan

Riwayat Pendidikan :

1. TK Dewi Sartika (1994-1996)

2. SD Negeri No. 2 Meulaboh (1997-1999) 3. SD Swasta Pertiwi (1999-2003)

4. SMP Negeri 11 Medan (2003-2006) 5. SMA Negeri 3 Medan (2006-2009)

Riwayat Organisasi :

1. Dokter Remaja SMP Neg. 11 Medan (2004) 2. Smantig English Club (2007-2009)

3. Divisi Pengabdian Masyarakat PEMA FK USU (2010)

4. Tim Bantuan Medis FK USU PEMA FK USU (2010-sekarang) Lampiran 3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Irma Sari Nst

Tempat/Tanggal Lahir : Kabanjahe, 27 Oktober 1990 Agama : Islam

Alamat : Jl. Umar No. 76 Glugur Darat I Medan

Riwayat Pendidikan :

1. TK Dewi Sartika (1994-1996)

2. SD Negeri No. 2 Meulaboh (1997-1999) 3. SD Swasta Pertiwi (1999-2003)

4. SMP Negeri 11 Medan (2003-2006) 5. SMA Negeri 3 Medan (2006-2009)

Riwayat Organisasi :

1. Dokter Remaja SMP Neg. 11 Medan (2004) 2. Smantig English Club (2007-2009)

3. Divisi Pengabdian Masyarakat PEMA FK USU (2010)

(56)
(57)
(58)
(59)

Lampiran 7

Normal Parametersa,b Mean 1.42 48.50 149.33 95.67 138.75 84.58

Std. Deviation

.497 6.485 10.595 6.918 11.558 6.845

Most Extreme Differences

Absolute .382 .169 .175 .201 .124 .148

Positive .382 .108 .175 .199 .124 .148

Negative -.296 -.169 -.143 -.201 -.118 -.136

Kolmogorov-Smirnov Z 2.962 1.311 1.355 1.558 .957 1.150

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .064 .051 .016 .318 .142

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin & Usia Responden

Statistics

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin & Usia pada HT.1

(60)

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin & Usia pada HT.2

Frekuensi Jenis Kelamin pada HT.1 & HT.2

derajat hipertensi * jenis kelamin Crosstabulation

jenis kelamin

Total

pria wanita

derajat hipertensi derajat 1 Count 15 15 30

% within derajat hipertensi 50.0% 50.0% 100.0%

% within jenis kelamin 42.9% 60.0% 50.0%

derajat 2 Count 20 10 30

% within derajat hipertensi 66.7% 33.3% 100.0%

% within jenis kelamin 57.1% 40.0% 50.0%

Total Count 35 25 60

% within derajat hipertensi 58.3% 41.7% 100.0%

% within jenis kelamin 100.0% 100.0% 100.0%

Frekuensi Usia pada HT.1 & HT.2

derajat hipertensi * kelompok usia Crosstabulation

kelompok usia

Total

<20 30-39 40-49 50-59

derajat hipertensi derajat 1 Count 0 3 17 10 30

% within derajat hipertensi

.0% 10.0% 56.7% 33.3% 100.0%

% within kelompok usia .0% 100.0% 68.0% 32.3% 50.0%

derajat 2 Count 1 0 8 21 30

% within derajat hipertensi

3.3% .0% 26.7% 70.0% 100.0%

% within kelompok usia 100.0% .0% 32.0% 67.7% 50.0%

Total Count 1 3 25 31 60

% within derajat hipertensi

1.7% 5.0% 41.7% 51.7% 100.0%

% within kelompok usia 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Distribusi Frekuensi Rerata Tekanan Darah Responden

Statistics

sistol sblm diastol sblm sistol sesudah diastol sesudah

N Valid 60 60 60 60

Missing 0 0 0 0

Mean 149.33 95.67 138.75 84.58

Median 150.00 95.00 140.00 85.00

Std. Deviation 10.595 6.918 11.558 6.845

Minimum 120 70 105 70

(61)
(62)

diastol sesudah

Uji t Tekanan Darah Sistolik Responden

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 sistol sblm 149.33 60 10.595 1.368

sistol sesudah 138.75 60 11.558 1.492

Paired Samples Test

Pair 1 sistol sblm - sistol sesudah

10.583 5.682 .733 9.116 12.051 14.429 59 .000

Uji t Tekanan Darah Diastolik Responden

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 diastol sblm 95.67 60 6.918 .893

diastol sesudah 84.58 60 6.845 .884

Paired Samples Test

Pair 1 diastol sblm -diastol sesudah

(63)

Distribusi Frekuensi Rerata Tekanan Darah HT.1

Statistics

TD.Sistolik Sblm TD.Diastolik Sblm TD.Sistolik Ssdh

TD.Diastolik Ssdh

N Valid 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0

Mean 143.17 90.67 131.17 79.67

Median 145.00 90.00 130.00 80.00

Std. Deviation 7.250 5.040 7.844 4.722

Minimum 120 70 105 70

Maximum 150 95 145 90

Uji t Tekanan Darah Sistolik HT.1

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 TD.Sistolik Sblm 143.17 30 7.250 1.324

TD.Sistolik Ssdh 131.17 30 7.844 1.432

Paired Samples Test

12.000 7.022 1.282 9.378 14.622 9.360 29 .000

Uji t Tekanan Darah Diastolik HT.1

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 TD.Diastolik Sblm 90.67 30 5.040 .920

TD.Diastolik Ssdh 79.67 30 4.722 .862

Paired Samples Test

11.000 5.632 1.028 8.897 13.103 10.697 29 .000

Distribusi Frekuensi Rerata Tekanan Darah HT.2

Statistics

Sistol Diastol Sistol1 Diastol1

N Valid 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0

Mean 155.50 100.67 146.33 89.50

Median 160.00 100.00 150.00 90.00

Std. Deviation 9.857 4.498 9.553 4.798

Minimum 130 90 125 80

(64)

Uji t Tekanan Darah Sistolik HT.2

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sistol 155.50 30 9.857 1.800

Sistol1 146.33 30 9.553 1.744

Paired Samples Test

9.167 3.495 .638 7.862 10.472 14.367 29 .000

Uji t Tekanan Darah Diastolik HT.2

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Diastol 100.67 30 4.498 .821

Diastol1 89.50 30 4.798 .876

Paired Samples Test

11.167 3.869 .706 9.722 12.611 15.807 29 .000

Distribusi Frekuensi Penurunan Tekanan Darah Responden

(65)

Frekuensi Penurunan Tekanan Darah Responden

Distribusi Frekuensi Penurunan Tekanan Darah HT.1

Statistics

Distribusi Frekuensi Penurunan Tekanan Darah HT.2

Gambar

Gambar 2.1. Penentuan Tekanan Darah Arteri Rata-Rata
Gambar 2.2. Pengukuran Tekanan Darah Metode Riva-Rocci.
Gambar 2.3. Etiologi Hipertensi.
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7 2003.
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

Sehubungan dengan dokumen penawaran yang telah Saudara upload pada Website LPSE, maka dengan ini kami mengundang saudara untuk melakukan Pembuktian Kualifikasi

Agar membawa dokumen asli penawaran dan kualifikasi yang di-upload serta berkas kualifikasi asli atau dokumen yang sudah dilegalisir oleh yang berwenang dan

1 Sistem informasi perikanan budidaya, 1 paket 200,000,000 Seleksi Sederhana Kota Semarang. VI I Kegiatan Peningkatan Pelayanan Mutu Usaha

Rancangan pengembangan produk yang akan dilaksanakan sebagai berikut: (1) merumuskan tujuan penggunaan produk yaitu untuk menambah kreatifitas pendidik dan

Dengan adanya portal ini diharapkan dapat menyediakan informasi yang lebih cepat dan akurat kepada penggemar eSports dan dapat memenuhi kebutuhan informasi event

7,6 Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis seperti hipertensi, diabetes melitus, pertambahan usia, ada riwayat keluarga