Lampiran 4
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Elemen Kriteria Elemen Kualitas Pengiriman Kebijakan klaim
dan Jaminan Harga
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Elemen Subkriteria Kualitas
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Elemen
Subkriteria Kebijakan Klaim dan Jaminan
Unsur J1 J2 J3
J1 1,0000 1,0000 1,2599
J2 1,0000 1,0000 1,4422
J3 0,7937 0,6934 1,0000
Jumlah 2,7937 2,6934 3,7022
Perhitungan Rata – Rata Pembobotan untuk Elemen Subkriteria Harga
Perhitungan Rata – Rata Pembobotan untuk Elemen Subkriteria Lokasi Geografis
Perhitungan Rata – Rata Pembobotan Subkriteria Kesesuaian Teknis
Perhitungan Rata-rata Pembobotan Subkriteria Tingkat Kecacatan
S1 S2 S3 S4 S5 S6
S1 1,0000 2,0000 1,5000 1,0000 1,5000 1,3333 S2 0,5000 1,0000 2,6667 0,1333 12,0000 0,1875 S3 0,6667 0,3750 1,0000 2,0000 0,1333 0,0625 S4 1,0000 7,5000 0,5000 1,0000 18,0000 1,3333 S5 1,0000 0,0833 7,5000 0,0556 1,0000 3,0000 S6 0,7500 5,3333 16,0000 0,7500 0,3333 1,0000 Jumlah 4,9167 16,2917 29,1667 4,9389 32,9667 6,9167
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan
Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas yang Konsisten
S1 S2 S3 S4 S5 S6
S1 1,0000 1,2000 0,6000 12,0000 0,5000 0,1667 S2 0,8333 1,0000 0,2500 0,1333 3,0000 6,0000 S3 1,6667 4,0000 1,0000 8,0000 0,3333 0,1667 S4 0,0833 7,5000 0,1250 1,0000 4,0000 2,0000 S5 2,0000 0,3333 3,0000 0,2500 1,0000 0,5000 S6 6,0000 0,1667 6,0000 0,5000 2,0000 1,0000 Jumlah 11,5833 14,2000 10,9750 21,8833 10,8333 9,8333
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Subkriteria Kecepatan Pengiriman
S1 S2 S3 S4 S5 S6
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Subkriteria Ketepatan Jumlah
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Subkriteria Frekuensi Pengiriman
S1 S2 S3 S4 S5 S6
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Subkriteria Daya Respon
S1 S2 S3 S4 S5 S6
S1 1,0000 0,8000 6,0000 12,0000 0,1250 1,0000 S2 1,2500 1,0000 1,3333 0,2222 4,0000 0,3750 S3 0,1667 0,7500 1,0000 1,3333 0,2000 0,3333 S4 0,0833 4,5000 0,7500 1,0000 2,0000 3,0000 S5 8,0000 0,2500 5,0000 0,5000 1,0000 0,3750 S6 1,0000 2,6667 3,0000 0,3333 2,6667 1,0000 Jumlah 11,5000 9,9667 17,0833 15,3889 9,9917 6,0833
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Subkriteria Kemampuan Menjaga Kesepakatan
S1 S2 S3 S4 S5 S6
S1 1,0000 2,0000 0,5000 8,0000 0,2500 4,0000 S2 0,5000 1,0000 0,3333 0,4167 1,3333 1,5000 S3 2,0000 3,0000 1,0000 2,0000 0,1333 0,1250 S4 0,1250 2,4000 0,5000 1,0000 3,0000 0,2222 S5 4,0000 0,7500 7,5000 0,3333 1,0000 0,2500 S6 0,2500 0,6667 8,0000 4,5000 4,0000 1,0000 Jumlah 7,8750 9,8167 17,8333 16,2500 9,7167 7,0972
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Subkriteria Cara Pembayaran
S1 S2 S3 S4 S5 S6
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Subkriteria Harga Penawaran
S1 S2 S3 S4 S5 S6
S1 1,0000 0,2500 0,2500 1,5000 27,0000 0,0833 S2 4,0000 1,0000 4,5000 0,6667 8,0000 1,0000 S3 4,0000 0,2222 1,0000 2,2500 1,2000 1,0000 S4 0,6667 1,5000 0,4444 1,0000 36,0000 45,0000 S5 0,0370 0,1250 0,8333 0,0278 1,0000 0,3333 S6 0,7500 1,0000 1,0000 0,0222 3,0000 1,0000 Jumlah 10,4537 4,0972 8,0278 5,4667 76,2000 48,4167
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Subkriteria Kestabilan Harga
S1 S2 S3 S4 S5 S6
S1 1,0000 3,0000 0,1667 9,0000 6,0000 4,0000 S2 0,5000 1,0000 2,0000 0,1111 6,0000 0,3333 S3 6,0000 0,5000 1,0000 12,0000 1,5000 0,1000 S4 0,1111 9,0000 0,0833 1,0000 2,0000 1,6667 S5 0,1667 0,1667 0,6667 0,5000 1,0000 0,7500 S6 0,2500 3,0000 10,0000 0,6000 1,3333 1,0000 Jumlah 8,0278 16,6667 13,9167 23,2111 17,8333 7,8500
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Subkriteria Jarak Pengiriman
S1 S2 S3 S4 S5 S6
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Subkriteria Lama Waktu Pengiriman
S1 S2 S3 S4 S5 S6
S1 1,0000 2,0000 1,0000 12,0000 0,5000 0,5000 S2 0,5000 1,0000 8,0000 0,2222 4,0000 0,7500 S3 1,0000 0,1250 1,0000 8,0000 3,0000 0,2222 S4 0,0833 4,5000 0,1250 1,0000 0,5000 4,5000 S5 2,0000 0,2500 0,3333 2,0000 1,0000 0,0625 S6 2,0000 1,3333 4,5000 0,2222 16,0000 1,0000 Jumlah 6,5833 9,2083 14,9583 23,4444 25,0000 7,0347
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Subkriteria Kondisi Jalan
S1 S2 S3 S4 S5 S6
S1 1,0000 2,0000 0,1667 9,0000 3,0000 4,0000 S2 0,5000 1,0000 0,3333 0,1111 4,0000 0,1667 S3 6,0000 3,0000 1,0000 2,0000 0,1500 0,0500 S4 0,1111 9,0000 0,5000 1,0000 2,0000 0,8333 S5 0,3333 0,2500 6,6667 0,5000 1,0000 0,7500 S6 0,2500 6,0000 20,0000 1,2000 1,3333 1,0000 Jumlah 8,1944 21,2500 28,6667 13,8111 11,4833 6,8000
Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Subkriteria Iklim/Cuaca
S1 S2 S3 S4 S5 S6
2. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks
Penjumlahan Kolom Matriks Perbandingan Kriteria Elemen Kualitas Pengiriman
Kebijakan
Lokasi Geografis 0,6300 1,2599 0,6300 0,6300 1,0000
Total 6,2453 5,2946 3,7747 4,7407 6,5559
Pembagian Tiap Elemen Kolom dengan Hasil Penjumlahan Matriks Kriteria Elemen Kualitas Pengiriman
Kebijakan
Lokasi Geografis 0,1009 0,2380 0,1669 0,1329 0,1525 0,1582 Total 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000
Kemudian dihitung konsistensi rasio. Di mana perhitungan konsistensinya adalah sebagai berikut :
Setelah diperoleh perhitungan konsistensi di atas. dilakukan perhitungan
1,1563 / 0,2216 = 5,2177 0,8052 / 0,1582 = 5,0886
Maka rata – rata kelima entri dalam kolom terakhir, yaitu :
5,1418
Consistency Index-nya adalah :
1
Langkah selanjutnya adalah menghitung Consistensi Rasio (CR), dimana
Random Index (RI) dengan n = 5 adalah 1.12 (diperoleh dari tabel random indeks), maka nilai CR adalah :
0,03164
CR 0.1, maka jawaban responden konsisten.
Perhitungan nilai CR di atas lebih kecil dari 0.1 (0,3164 0,1) maka jawaban responden konsisten.
Unsur-Unsur dari Elemen Kualitas
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Kriteria Kualitas
K1 K2 K3
K1 K2 K3 Bobot K1 0,3896 0,3793 0,4021 0,3903 K2 0,3403 0,3313 0,3191 0,3303 K3 0,2701 0,2894 0,2788 0,2794 TOTAL 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 Perhitungan Rasio Konsistensi (CR):
1,0000 1,1447 1,4422 0,3903 1,1714 (diperoleh dari tabel Random Index), maka:
0,0009
CR 0.1 maka jawaban responden konsisten.
Unsur-Unsur dari Elemen Pengiriman
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Elemen Pengiriman
P1 P2 P3
P1 1,0000 1,8171 1,5536 P2 0,5503 1,0000 1,2599 P3 0,6437 0,7937 1,0000 TOTAL 2,1940 3,6108 3,8135
Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Elemen Pengiriman
P1 P2 P3 Bobot
Unsur-Unsur dari Elemen Kebijakan Klaim dan Jaminan
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Elemen Kebijakan Klaim dan Jaminan
Unsur-Unsur dari Elemen Harga
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Elemen Harga
H1 H2 H3
H1 1,0000 1,2599 0,5848 H2 0,7937 1,0000 0,7211 H3 1,7100 1,3867 1,0000 Total 3,5037 3,6466 2,3059
Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Elemen Harga
H1 H2 H3 Bobot Unsur-Unsur dari Elemen Lokasi Geografis
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Elemen Lokasi Geografis
G1 G2 G3 G4
Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Elemen Lokasi Geografis
Lampiran 5
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Alternatif Subkriteria K1
S1 S2 S3 S4 S5 S6
Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria K1
S1 S2 S3 S4 S5 S6 Bobot
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Alternatif Subkriteria K2
Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria K2
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Alternatif Subkriteria K3 Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria K3
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Jumlah Perhitungan Rata-Rata Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria P1
S1 S2 S3 S4 S5 S6 Bobot
Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria P2
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Alternatif Subkriteria P3 Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria P3
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Jumlah Perhitungan Rata-Rata Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria J1
S1 S2 S3 S4 S5 S6 Bobot
Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria J2
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Alternatif Subkriteria J3 Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria J3
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Jumlah Perhitungan Rata-Rata Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria H1
S1 S2 S3 S4 S5 S6 Bobot
Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria H2
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Alternatif Subkriteria H3 Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria H3
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Jumlah Perhitungan Rata-Rata Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria G1
S1 S2 S3 S4 S5 S6 Bobot
Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria G2
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Alternatif Subkriteria G3 Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria G3
Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Alternatif Subkriteria G4
S1 S2 S3 S4 S5 S6
S1 1,0000 2,0000 0,1250 2,0000 4,0000 8,0000 S2 0,5000 1,0000 2,0000 4,0000 2,0000 0,2500 S3 8,0000 0,5000 1,0000 1,3333 0,2667 0,2000 S4 0,5000 0,2500 0,7500 1,0000 4,5000 0,8000 S5 0,2500 0,5000 3,7500 0,2222 1,0000 0,2500 S6 0,1250 4,0000 5,0000 1,2500 4,0000 1,0000 Jumlah 10,3750 8,2500 12,6250 9,8056 15,7667 10,5000 Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris Alternatif Subkriteria G4
S1 S2 S3 S4 S5 S6 Bobot
S1 0,1749 0,2077 0,0721 0,1900 0,2054 0,3464 0,1994 S2 0,1388 0,1649 0,1818 0,2394 0,1630 0,1091 0,1662 S3 0,3498 0,1309 0,1443 0,1660 0,0833 0,1013 0,1626 S4 0,1388 0,1039 0,1311 0,1508 0,2136 0,1608 0,1498 S5 0,1102 0,1309 0,2241 0,0913 0,1294 0,1091 0,1325 S6 0,0875 0,2617 0,2467 0,1625 0,2054 0,1732 0,1895 Jumlah 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000
CI = 0,0781 CR = 0,0629
Rekapitulasi Bobot Parsial REKAPITULASI BOBOT KRITERIA
Kriteria Subkriteria Alternatif
Rekapitulasi Bobot Parsial (Lanjutan) REKAPITULASI BOBOT KRITERIA
Kriteria Subkriteria Alternatif
Kebijakan Klaim dan Jaminan (J) 0,2583
Rekapitulasi Bobot Parsial (Lanjutan) REKAPITULASI BOBOT KRITERIA
Kriteria Subkriteria Alternatif
Lokasi Geografis (G) 0,1582
G1 0,3000
S1 0,1921 S2 0,1488 S3 0,1637 S4 0,1716 S5 0,1778 S6 0,1461
G2 0,2540
S1 0,1776 S2 0,1726 S3 0,1582 S4 0,1587 S5 0,1304 S6 0,2023
G3 0,1969
Penentuan Bobot Prioritas untuk Alternatif
REKAPITULASI BOBOT KRITERIA Bobot
Prioritas Level Alternatif Kriteria Subkriteria Alternatif
Penentuan Bobot Prioritas untuk Alternatif (Lanjutan)
REKAPITULASI BOBOT KRITERIA Bobot
Prioritas Level Alternatif Kriteria Subkriteria Alternatif
S4 0,1237 0,0059 S5 0,2039 0,0098 S6 0,1424 0,0068
Kebijakan Klaim dan Jaminan (J) 0,2583
Penentuan Bobot Prioritas untuk Alternatif (Lanjutan)
REKAPITULASI BOBOT KRITERIA Bobot
Prioritas Level Alternatif Kriteria Subkriteria Alternatif
S2 0,1491 0,0143 S3 0,1898 0,0182 S4 0,1561 0,0150 S5 0,1172 0,0113 S6 0,1799 0,0173
Lokasi Geografis (G) 0,1582
Perhitungan Bobot Prioritas Subkriteria
REKAPITULASI BOBOT KRITERIA Bobot
Prioritas Kriteria Subkriteria Alternatif
Perhitungan Bobot Prioritas Subkriteria (Lanjutan)
REKAPITULASI BOBOT KRITERIA Bobot
Prioritas Kriteria Subkriteria Alternatif
Perhitungan Bobot Prioritas Subkriteria (Lanjutan)
REKAPITULASI BOBOT KRITERIA Bobot
Prioritas Kriteria Subkriteria Alternatif
Lokasi Geografis (G) 0,1582
Perhitungan Bobot Kriteria
Lokasi Geografis (G) 0,1582
G1 0,3000 0,0475
0,1582 G2 0,2540 0,0402
DAFTAR PUSTAKA
Araz,C dan Ozkarahan,I. 2007. Supplier Evaluation & Management
System for Strategic Sourcing Based on a New Multicriteria Sorting Procedure.
International Journal of Roduction Economics, 106, 585-606.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijpe.2006.08.08.008. (Diakses pada 3 Mei 2016).
Brans & Mareschal, 1999. How to Decide with PROMETHEE (online).
Available at http//Ssmg.ulb.ac.be. (Diakses pada 25 April 2016)
Dylan, J dan Mehrdad Tamiz. 2010. Practical Goal Programming. New
York : Springer
Julianto Lemantara, dkk20. 2013. Rancang Bangun Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Menggunakan Metode AHP dan
Promethee.(JNTETI, Vol. 2, No. 4, 2013. ISSN 2301 - 4156)
Lieberman, Hillier. 1990. Pengantar Riset Operasi. Jakarta : Erlangga
Pujawan, I.N.2005. Supply Chain Management. Edisi Kedua. ITS
Surabaya: Guna Widya
Rakasiwi Ardianto, Ryan. 2014. Penerapan Metode Fuzzy-PROMETHEE
pada Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Media Iklan pada PT. Sidomuncul.
Semarang : Universitas Dian Nuswantoro.
Saaty, T. L. (1994). Fundamentals of Decision Making. Pittsburgh,
Shahmardan, A dan M.Hendijani Z. 2014. New Integrated Approach for
Solving a Supplier Selection problem in a Competitive Environment. Engineering
Economics ISSN : 25(3),310-319
Sinulingga, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian. USU Press. Medan.
Siswanto, 2007. Operation Research Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Sukarna,E.Y. 2005. Usulan Pemilihan Supplier Jasa (Kontraktor) dengan
Menggunakan Metode PROMETHEE pada Proyek Braga City Walk Bandung.
Bandung: Institut Teknologi Nasional
Tavakoli, M dkk. 2013. Application of Fuzzy Goal Programming &
F-PROMETHEE Approaches in Evaluating and Selecting the Best Suppliers in
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Supply Chain Management
Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara
bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke
tangan pemakai akhir. Perusahaan–perusahaan tersebut biasanya termasuk
supplier, pabrik, distributor, toko dan ritel, serta perusahaan-perusahaan
pendukung seperti perusahaan jasa logistik (Pujawan, 2005).
Pada suatu supply chain biasanya ada 3 aliran yang harus dikelola.
Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir
(downstream). Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir
ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hilir ke hulu
ataupun sebaliknya.
Istilah Supply Chain Management pertama kali dikemukakan oleh Oliver
dan Weber pada tahun 1982 yakni: Supply Chain Management adalah sistematik,
koordinasi strategi dari fungsi bisnis tradisional dengan perusahaan kecil dan
lintas bisnis dengan rantai pasok dengan maksud untuk memperbaiki kinerja
jangka panjang dari perusahaan itu sendiri dan perusahaan rantai pemasok sebagai
3.2. Penentuan Prioritas Supplier
Memilih supplier merupakan kegiatan strategis, terutama apabila supplier
tersebut akan memasok item kritis dan akan digunakan dalam jangka panjang
sebagai supplier penting. Kriteria pemilihan adalah salah satu hal penting dalam
pemilihan supplier. Kriteria yang digunakan tentunya mencerminkan startegi
supply chain maupun karakterisitik dari item yang akan dipasok (Pujawan, 2005).
Keputusan pemilihan pemasok atau vendor itu sulit karena ada berbagai
kriteria yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan. Analisis
terhadap kriteria pemilihan dan mengukur kinerja dari pemasok telah menjadi
fokus para peneliti dan praktisi sejak tahun 1960-an.
Menurut, hasil penelitian dari Dickson menjadi referensi kebanyakan
penelitian yang membahas pemasok ataupun vendor. Penelitian Dikcson
berdasarkan kuesioner yang dikirim ke 273 agen dan manajer pembelian yang
dipilih dari anggota National Association of Purchasing Managers. Anggota dari
asosiasi ini adalah agen dan manajer penjualan yang ada di AS dan Kanada. Dari
hasil penelitian tersebut terdapat 23 kriteria penting untuk proses seleksi pemasok
(vendor) yang diurutkan dari mean rating tertinggi ke terendah. Mean rating
yang paling tinggi dapat disimpulkan sebagai kriteria yang paling signifikan dan
paling penting. Pada tahun itu, kriteria yang paling signifikan adalah kualitas
produk, waktu pengiriman, data historis kinerja, dan kebijakan garansi yang
Tabel 3.1. Kriteria Pemilihan Pemasok atau Vendor Dickson
Rank Factor Mean Rating Evaluation
1 Quality 3,51
Extreme importance
2 Delivery 3,42
3 Performance History 3,00
4 Warranties and claim policies 2,85 5 Production and claim policies 2,78
Considerable importance
6 Price 2,76
7 Technical capability 2,55
8 Financial position 2,51
9 Prosedural compliance 2,49
10 Communication system 2,43
11 Reputation and position in industry 2,41
Considerable importance
12 Desire for business 2,26
13 Management and organization 2,22
14 Operating controls 2,21
15 Repair service 2,19
Average importance
16 Attitudes 2,12
17 Impression 2,05
18 Packaging ability 2,01
19 Labor relations records 2,00
20 Geographical location 1,88
21 Amount of past business 1,60
22 Training aids 1,54
23 Reciprocal arrangements 0,61 Slight importance
3.3. Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluations
(PROMETHEE)
Preference Ranking Organization Methode for Enrichment Evaluation
(Promethee) merupakan salah satu metode penentuan ranking dalam Multi
Criteria Decision Making (MCDM). Promethee adalah suatu metode penentuan
digunakan dalam Promethee adalah penggunaan nilai dalam hubungan outranking
(Lemantara, 2013).
Dalam fase pertama, nilai hubungan outranking berdasarkan
pertimbangan dominasi masing-masing kriteria. Indeks preferensi ditentukan dan
nilai outranking secara grafis disajikan berdasarkan preferensi dari pembuat
keputusan. Data dasar untuk evaluasi dengan metode Promethee disajikan pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Data Dasar PROMETHEE f1(.) f2(.) ... fj(.) ... fk(.) a1 f1(a1) f2(a1) ... fj(a1) ... fk(a1) a2 f1(a2) f2(a2) ... fj(a2) ... fk(a2) Ai f1(ai) f2(ai) ... fj(ai) ... fk(ai) An f1(an) f2(an) ... fj(an) ... fk(an)
Dalam Promethee disajikan enam fungsi preferensi kriteria yaitu : kriteria
biasa, kriteria quasi, kriteria dengan preferensi linier, kriteria level, kriteria dengan
preferensi linier dan area yang tidak bebrbeda dan kriteria Gaussian.
Metode Promethee merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
adalah menentukan urutan (prioritas) dalam analisis multikriteria. Metode
Promethee pertama kali dikembangkan oleh JP.Brans dan dipublikasikan pada
tahun 1982 pada sebuah konferensi yang diorganisasikan R.Nadeaudan M.Landry
di Universitas Laval, Quebec. Metode Promethee dapat dijalankan melalui
beberapa tahap, yaitu (Brans & Mareschal, 1999):
a. Menentukan kriteria-kriteria yang akan digunakan beserta bobot dari
b. Menentukan semua alternatif yang ada.
c. Menentukan tipe preferensi untuk tiap-tiap kriteria secara tepat.Tipe preferensi
yang digunakan dalam metode Promethee adalah fungsi keanggotaan
himpunan fuzzy. Fungsi keanggotaan himpunan fuzzy memetakan setiap
anggota himpunan domain ke anggota himpunan bilangan real yang memiliki
interval dari 0 sampai dengan 1. Tipe preferensi ditentukan berdasarkan
karakteristik dari kriteria tersebut.
d. Menghitung prefensi dari tiap-tiap kriteria Preferensi dari tiap – tiap kriteria
dihitung berdasarkan perbandingan antara setiap pasang alternatif yaitu selisih
antara nilai evaluasi daridua buah alternatif terhadap kriteria tertentu. Nilai
preferensi berkisar dari nol sampai satu.Preferensi bernilai nol apabila tidak
ada perbedaan antara kedua alternatif yang dibandingkan. Preferensi akan
bernilai satu apabila alternatif yang satu lebih baik dari alternatif lainnya.
e. Menghitung arah preferensi berdasarkan nilai indeks leaving flow dan entering
flow. Untuk setiap alternatif, nilai leaving flow dapat dihitung menggunakan
persamaan 1, sedangkan nilai entering flow dihitung
f. Menghitung Net flow
g. Pengurutan alternatif berdasarkan net flow (rangking).
Hasil net flow dari semua alternatif diurutkandari yang nilai yang paling besar
sampai dengan nilai terkecil. Alternatif yang terbaik adalah alternatif yang
Pada metode PROMETHEE diperkenalkan 6 fungsi kriteria yang
diperlihatkan pada Gambar 2.1. Hal tersebut tidak mutlak, namun sudah cukup
baik untuk beberapa kasus (Ardianto, 2014).
Sumber : Brans et. al, (1999)
Gambar 3.1. Fungsi Preferensi pada Metode PROMETHEE
Ke Enam tipe preferensi tersebut meliputi :
1. Tipe Biasa (Usual Criterion)
Tipe Usual adalah tipe dasar, yang tidak memiliki nilai threshold atau
kecenderungan dan tipe ini jarang digunakan. Pada tipe ini dianggap tidak ada
beda antara alternatif a dan alternatif b jika a=b atau f(a)=f(b) , maka niliai
preferensinya benilai 0 (Nol) atau P(x)=0. Apabila nilai kriteria pada
preferensi mutlak benilai 1 (Satu) atau P(x)=1 untuk alternatif yang memiliki
nilai lebih baik. Fungsi P(x) untuk preferensi ini disajikan pada Gambar 2.2.
Gambar 3.2. Tipe Preferensi Usual Criterion
2. Tipe Quasi (Quasi Criterion atau U-Shape)
Tipe Quasi sering digunakan dalam penilaian suatu data dari segi kwalitas
atau mutu, yang mana tipe ini menggunakan Satu threshold atau
kecenderungan yang sudah ditentukan, dalam kasus ini threshold itu adalah
indifference. Indifference ini biasanya dilamabangkan dengan karakter m atau
q, dan nilai indifference harus diatas 0 (Nol). Suatu alternatif memiliki nilai
preferensi yang sama penting selama selisih atau nilai P(x) dari
masing-masing alternatif tidak melebihi nilai threshold. Apabila selisih hasil evaluasi
untuk masing-masing alternatif melebihi nilai m maka terjadi bentuk
preferensi mutlak, jika pembuat memutuskan menggunakan kriteria ini, maka
decision maker tersebut harus menentukan nilai m, dimana nilai ini dapat
dijelaskan pengaruh yang signifikan dari sutau kriteria. fungsi P(x) untuk
preferensi ini disajikan pada Gambar 3.3. P(x))
P(x) = 0,X≤0 1,X>0 1
Gambar 3.3. Tipe Preferensi Quasi Criterion 3. Tipe Linier (Linear Criterion atau V-Shape)
Tipe Linier acapkali digunakan dalam penilaian dari segi kuantitatif atau
banyaknya jumlah, yang mana tipe ini juga menggunakan Satu threshold atau
kecenderungan yang sudah ditentukan, dalam kasus ini threshold itu adalah
preference. Preference ini biasanya dilamabangkan dengan karakter n atau p,
dan nilai preference harus diatas 0 (Nol). Kriteria ini menjelaskan bahwa
selama nilai selisih memiliki nilai yang lebih rendah dari n, maka nilai
preferensi dari pembuat keputusan meningkat secara linier dengan nilai x, jika
nilai x lebih besar dibandingkan dengan nilai n, maka terjadi preferensi
mutlak. Fungsi P(x) untuk preferensi ini disajikan pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4. Tipe Preferensi Linear Criterion
4. Tipe Tingkatan (Level Criterion)
Tipe ini mirip dengan tipe Quasi yang sering digunakan dalam penilaian
suatu data dari segi kwalitas atau mutu. Tipe ini juga menggunakan threshold
indifference (m) tetapi ditambahkan Satu threshold lagi yaitu preference (n).
Nilai indifference serta preference harus diatas 0 (Nol) dan nilai indifference
harus di bawah nilai preference. Apabila alternatif tidak memiliki perbedaan
(x), maka nilai preferensi sama dengan 0 (Nol) atau P(x)=0. Jika x berada
diatas nilai m dan dibawah nilai n, hal ini berarti situasi preferensi yang lemah
P(x)=0.5. Dan jika x lebih besar atau sama dengan nilai n maka terjadi
preferensi mutlak P(x)=1. Fungsi P(x) untuk preferensi ini disajikan pada
Gambar 3.5.
Gambar 3.5. Tipe Preferensi Level Criterion
5. Tipe Linear Quasi (Linear Criterion with Indifference)
Tipe Linear Quasi juga mirip dengan tipe Linear yang acapkali digunakan
dalam penilaian dari segi kuantitatif atau banyaknya jumlah. Tipe ini juga
menggunakan threshold preference (n) tetapi ditambahkan Satu threshold lagi
yaitu indifference (m). Nilai indifference serta preference harus diatas 0 (Nol)
dan nilai indifference harus di bawah nilai preference. Pengambilan
keputusan mempertimbangkan peningkatan preferensi secara linier dari tidak
berbeda hingga preferensi mutlak dalam area antara dua kecenderungan m
Gambar 3.6. Tipe Preferensi Linear Quasi
6. Tipe Gaussian
Tipe Gaussian sering digunakan untuk mencari nilai aman atau titik aman
pada data yang bersifat continue atau berjalan terus.[8] Tipe ini memiliki nilai
threshold yaitu Gaussian threshold () yang berhubungan dengan nilai standar
deviasi atau distribusi normal dalam statistik. fungsi P(x) untuk preferensi ini
disajikan pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7. Tipe Preferensi Gaussian
Setelah skor evaluasi � (� ) dan fungsi preferensi � (� ) sepanjang =1,2,3,…, dan =1,2,3,…, , serta bobot tiap kriteria � terdefinisi, maka
perhitungan dengan metode PROMETHEE dapat diimplementasikan[15].
Mencari nilai intensitas relasi dominasi alternatif � terhadap alternatif � pada
seluruh kriteria dapat dicari menggunakan rumus : n m 0
(x))
P(x)
P(x) = 1-1
σ 0
Pada PROMETHEE I (ranking secara parsial) dicari nilai leaving flow �+(� ) dimana mengekspresikan seberapa tinggi nilai intensitas alternatif �
mengungguli alternatif lainnya dan nilai entering flow �−(� ) dimana
mengekspresikan seberapa tinggi nilai intensitas alternatif � diungguli alternatif
lainnya[15]. nilai leaving flow �+(� ) dan nilai entering flow �−(� ) dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Informasi yang terkandung pada PROMETHEE I menunjukkan bahwa semakin
tinggi nilai leaving flow suatu alternatif, semakin lebih baik alternatif tersebut,
sebaliknya semakin rendah nilai entering flow suatu alternatif, semakin lebih baik
alternatif tersebut.
Pada PROMETHEE II (ranking secara utuh) dicari nilai evaluasi net flow �(� ) yang didapatkan dengan mengurangi nilai leaving flow �+(� ) terhadap
nilai entering flow �−(� ). Secara perumusan dinotasikan sebagai berikut :
Perangkingan yang digunakan dalam metode PROMETHEE meliputi tiga
bentuk antara lain :
Entering flow adalah jumlah dari yang memiliki arah mendekat dari node a
dan hal ini merupakan karakter pengukuran outrangking. Untuk setiap nilai
node a dalam grafik nilai outrangking ditentukan berdasarkan entering flow
dengan persamaan:
2. Leaving flow
Sedangkan Leaving flow adalah jumlah dari yang memiliki arah menjauh dari
node a. dan hal ini merupakan pengukuran outrangking. Adapun persamaannya:
3. Net Flow
Sehingga pertimbangan dalam penentuan Net flow diperoleh dengan
persamaan :
Semakin besar nilai Entering flow dan semakin kecil Levaing flow maka
alternatif tersebut memiliki kemungkinan dipilih yang semakin besar.
Perangkingan dalam PROMETHEE I dilakukan secara parsial, yaitu didasarkan
pada nilai Entering flow dan Leaving flow. Sedangkan PROMETHEE II termasuk
perangkingan komplek karena didasarkan pada nilai Net flow masing-masing
alternatif yaitu alternatif dengan nilai Net flow lebih tinggi menempati satu
3.4. Goal Programming
3.4.1. Terminologi Goal Programming
Formulasi goal programming (Dylan, 2010) pertama kali dikenalkan oleh
Charnes (1955) dalam bidang Excecutif compensation. Defenisi dasar dan konsep
dari bidang multicriteria decision making dan mathematical programming adalah
untuk goal programming, sehingga goal programming dapat didefenisikan dalam
banyak bidang, yaitu:
1. Sebagai decision makers, pembuat keputusan yang dimaksud adalah
perorangan, organisasi, atau pemegang saham yang memiliki masalah dalam
mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki.
2. Sebagai decision variable, yaitu faktor-faktor yang ingin dikontrol. Decision
variable menjelaskan masalah dan formulasi keputusan yang akan dibuat.
Tujuan dari goal programming adalah dapat menunjukkan seluruh kombinasi
yang mungkin digunakan sebagai variabel yang dapat menerjemahkan titik
tujuan pencapaian dengan batasan-batasan yang dimiliki.
3. Criterion yaitu pengukuran yang digunakan sebagai solusi terbaik, ada
banyak kriteria dalam berbagai bidang pencapaian yang dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan, tetapi hanya ada beberapa yang paling
diutamakan berkenaan dengan tujuan yang ingin dicapai, beberapa level
kriteria seperti:
a. Cost
b. Profit
d. Jarak
e. Kinerja sistem
f. Strategi perusahaan
g. Tujuan khusus perorangan (pemegang saham)
h. Berbasiskan keamanan (safety)
Objective yaitu kriteria dengan informasi tambahan yang memiliki tujuan
tertentu seperti maksimisasi atau minimisasi yang mana dipilih berdasarkan skala
kepentingan, seperti meminimisasi biaya atau maksimisasi kinerja sistem,
sedangkan permasalahan dengan tujuan untuk maksimisasi dan minimisasi disebut
sebagai multi-objective optimization problem.
3.4.2. Goal Programming
Model Goal Programming merupakan perluasan dari model pemrograman
linear, sehingga seluruh asumsi, notasi, formulasi model matematis, prosedur
perumusan model dan penyelesaiannya tidak berbeda (Siswanto,2007).
Perbedaan hanya terletak pada kehadiran sepasang variabel deviasional yang
akan muncul di fungsi tujuan dan di fungsi-fungsi kendala. Oleh karena itu,
konsep dasar pemrograman linear akan selalu melandasi pembahasan model goal
programming.
Beberapa asumsi dasar yang diperhatikan dalam goal programming adalah
(Lieberman,1990):
a. Proportionality, di dalam membuat suatu model progam linier perlu
output dan aktivitas. Sebelum aktivitas dimulai, diperlukan beberapa input.
Input yang digunakan bertambah secara proporsionil (sebanding) dengan
pertambahan aktivitas.
b. Accountability For Resources, hal ini berkaitan dengan sumber-sumber
yang tersedia harus dihitung sehingga dapat dipastikan berapa bagian yang
terpakai dan berapa bagian yang tdak terpakai.
c. Linearity of objectives, dimana fungsi tujuan dan faktor-faktor pembatasnya
harus dapat dinyatakan sebagai fungsi linier programming.
d. Deterministik, pada asumsi ini menghendaki agar semua parameter tetap
dan diketahui atau ditentukan secara pasti.
Ada beberapa istilah yang digunakan dalam Goal Programming, yaitu :
a. Variabel keputusan
Variabel keputusan (decision variable) adalah seperangkat variabel yang tidak
diketahui yang berada di bawah kontrol pengambilan keputusan, yang
berpengaruh terhadap solusi permasalahan dan keputusan yang akan diambil.
Biasanya dilambangkan dengan Xj (j = 1, 2, 3,…, n).
b. Kendala-kendala Sasaran
Di dalam model Goal Programming, Charnes dan Cooper menghadirkan
sepasang variabel yang dinamakan variabel deviasional dan berfungsi untuk
menampung penyimpangan atau deviasi yang akan terjadi pada nilai ruas kiri
suatu persamaan kendala terhadap nilai ruas kanannya. Agar deviasi itu
mendekati nilai ruas kanannya maka variabel deviasional itu harus
diminumkan di dalam fungsi tujuan.
Pemanipulasian model pemrograman linear yang dilakukan oleh Charnes
dan Cooper telah mengubah makna kendala fungsional. Bila pada model
pemrograman linear, kendala-kendala fungsional menjadi pembatas baik
usaha pemaksimuman atau peminimuman fungsi tujuan, maka pada model
Goal Programming kendala-kendala itu merupakan sarana untuk mewujudkan
sasaran yang hendak dicapai. Sasaran-sasaran, dalam hal ini, dinyatakan
sebagai nilai konstan pada ruas kanan kendala. Sebagai contoh, sasaran laba,
anggaran yang tersedia, resiko investasi, dan lain-lain. Mewujudkan suatu
sasaran, dengan demikian, berarti mengusahakan agar nilai ruas kiri suatu
persamaan kendala sama dengan nilai ruas kanannya. Itulah sebabnya,
kendala-kendala di dalam model Goal Programming selalu berupa persamaan
dan dinamakan kendala sasaran. Di samping itu, keberadaan sebuah kendala
sasaran selalu ditandai oleh kehadiran variabel deviasional sehingga setiap
kendala sasaran pasti memiliki variabel deviasional.
c. Variabel Deviasional
Variabel deviasional, sesuai dengan fungsinya, yaitu menampung deviasi hasil
terhadap sasaran-sasaran yang dikehendaki, dibedakan menjadi dua yaitu:
i. Variabel deviasional untuk menampung deviasi yang berada di bawah
sasaran yang dikehendaki. Sasaran itu tercermin pada nilai ruas kanan suatu
kendala sasaran. Dengan kata lain, variabel deviasional ini berfungsi untuk
variabel deviasional ini. Karena variabel deviasional DB berfungsi untuk
menampung deviasi negative, maka:
Dimana: i = 1, 2, …., m
j = 1, 2, …., n
sehingga DB akan selalu mempunyai koefisien +1 pada setiap kendala
sasaran.
ii. Variabel deviasional untuk menampung deviasi yang berada di atas sasaran.
Dengan kata lain, variabel deviasional ini berfungsi untuk menampung deviasi
positif. Notasi DA digunakan untuk menandai jenis variabel deviasional ini.
Karena variabel deviasional DA berfungsi untuk menampung deviasi positif
maka,
Dimana: i = 1, 2, …., m
j = 1, 2, …., n
sehingga DA akan selalu mempunyai koefisien -1 pada setiap sasaran.
Dengan demikian, jelas bahwa kedua variabel deviasional tersebut
mempunyai fungsi yang berbeda. Bila variabel deviasional DB menampung
menampung penyimpangan nilai di atas sasaran. Sehingga sebenarnya cukup
mudah untuk dimengerti bahwa nilai penyimpangan minimum di bawah
maupun di atas sasaran adalah nol dan tidak mungkin negatif atau,
DBi ≥ 0 untuk i= 1, 2, ….., m
DAi ≥ 0 untuk i= 1, 2, ….., m
Secara matematis, bentuk umum kendala sasaran itu adalah:
Dalam hal ini, ada tiga kemungkinan yang akan terjadi:
i. DAi = DBi = 0, sehingga menjadi:
Atau dikatakan bahwa sasaran tercapai.
ii. DBi > 0 dan DAi = 0, sehingga menjadi:
Atau dikatakan bahwa sasaran tidak tercapaiatau hasil di bawah sasaran.
iii. DBi = 0 dan DAi > 0, sehingga menjadi:
Jadi, jelas sekali bahwa kondisi dimana DBi > 0 dan DAi > 0 pada sebuah
kendala sasaran tidak akan mungkin terjadi.
d. Fungsi Tujuan
Ciri khas lain yang menandai model Goal Programming adalah kehadiran
variabel deviasional di dalam fungsi tujuan yang harus diminimumkan. Hal ini
merupakan konsekuensi logis dari tujuan kehadiran variabel deviasional di
dalam fungsi kendala sasaran.
Sasaran yang telah ditetapkan (bi) akan tercapai bila variabel deviasional DAi
dan DBi bernilai nol. Oleh karena itu, DAi dan DBi harus diminimumkan di
dalam fungsi tujuan, sehingga fungsi tujuan model Goal Programming adalah:
3.4.3. Bentuk Umum Model Goal Programming
Secara umum model matematis Goal Programming dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Min
ST
a11X1 + a12X2+ ………..+ a1nXn + DB1– DA1 = b1
a21X1 + a22X2+ ………..+ a2nXn + DB2– DA2 = b2
. . . . . .
am1X1 + am2X2+ ………..+ amnXn + DBm– DAm = bm
dan
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Pabrik Es Siantar Jalan Pematang No.3
(Siantar Barat) Pematang Siantar, Sumatera Utara. Perusahaan ini bergerak di
bidang produksi minuman Badak Sarsaparilla. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan April 2016.
4.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian untuk
mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan
sifat-sifat suatu objek tertentu (Sinulingga, 2011). Penelitian deskriptif ini
berbentuk survey reasearch yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
fakta-fakta dari gejala yang ada secara langsung dari orang-orang tertentu yang
dijadikan objek penelitian dan mencari suatu solusi yang akan diaplikasikan pada
PT. Pabrik Es Siantar untuk dapat memilih supplier terbaik agar perusahaan ini
dapat meningkatkan kinerjanya. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner
(questionnaire) yang diisi oleh para responden sesuai dengan objek penelitian
4.3. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah supplier botol yang ada di PT.
Pabrik Es Siantar yang menjadi mitra bisnis perusahaan. Sumber informasi untuk
penelitian ini adalah Manajer, Kepala Bagian Produksi dan Kepala Bagian Quality
Control.
4.4. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah sebuah suatu model konseptual yang
menunjukkan hubungan logis antara faktor/variabel yang telah diidentifikasi
penting untuk menganalisis masalah penelitian (Sukaria, 2011). Pola hubungan
antar variabel dalam kerangka teoritis pada penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
Kualitas
Pengiriman
Kebijakan Klaim dan Jaminan
Harga
Lokasi Geografis
Urutan supplier
Nilai Alternatif Supplier
Biaya Pembelian
Tingkat Penolakan Botol
Kriteria supplier yang digunakan pada penelitian berdasarkan pada 23
Kriteria Pemilihan Supplier oleh Dickson, dimana terdapat lima kriteria yang
terpilih berdasarkan hasil kuisioner, yaitu Kualitas, Waktu Pengiriman, Kebijakan
Klaim dan Jaminan, Harga, dan Lokasi Geografis. Berdasarkan hasil penilaian
tiap kriteria ini maka akan diperoleh urutan prioritas dari supplier yang ada
diperusahaan, kemudian disesuaikan dengan kendala-kendala yang terdapat di
perusahaan.
4.5. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang memiliki nilai yang berbeda-beda atau
bervariasi.
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel dependen
baik secara positif maupun negatif.
a. Kriteria supplier (Dickson, 23 Kriteria Pemilihan Supplier) merupakan
kriteria yang digunakan dalam penentuan prioritas supplier. Pada
penelitian ini digunakan lima kriteria pemilihan supplier yakni kualitas,
waktu pengiriman, kebijakan klaim dan jaminan, harga, dan lokasi
geografis.
b. Fungsi sasaran pegolahan goal programming yakni nilai alternatif
supplier, biaya pembelian, dan tingkat penolakan botol.
2. Variabel Dependen, variabel yang nilai atau value-nya dipengaruhi atau
a. Urutan supplier, yaitu ranking urutan alternatif dari yang terbaik sampai
terburuk yang diurutkan menurut bobot alternatif.
4.6. Teknik dan Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu :
1. Interview (wawancara)
Teknik pengumpulan data dengan cara berkomunikasi langsung dengan
responden yaitu orang-orang tertentu yang ditetapkan sebagai sumber data.
2. Kuisioner
Instrumen pengumpulan data dalam format pertanyaan tertulis yang dilengkapi
dengan kolom di mana responden akan menuliskan jawaban atas pertanyaan yang
akan diarahkan kepadanya. Kuisioner yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuisioner semiterbuka dan kuisioner.
4.7. Metode Pengumpulan Data
Terdapat dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data
primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mencari/menggali secara
langsung dari sumbernya oleh peneliti bersangkutan. Data primer yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data mengenai kriteria dari setiap supplier. Berikut ini
adalah instrumen penelitian untuk pengumpulan data primer.
Penentuan kriteria supplier dilakukan berdasarkan “23 Kriteria Pemilihan
Supplier” oleh Dickson. Instrumen yang digunakan berupa kuisioner semi
terbuka yang diberikan kepada Manajer, kepala bagian produksi dan bagian
quality control selaku responden. Penentuan responden dilakukan dengan
metode Judgement Sampling. Berdasarkan kuisioner ini maka akan diputuskan
kriteria yang akan digunakan dalam penentuan prioritas supplier, dan
dilanjutkan dengan penentuan subkriteria.
b. Tahap Penentuan Subkriteria
Berdasarkan kriteria terpilih selanjutnya ditentukan subkriteria yang relevan
dengan instrumen kuisioner semi terbuka pada ketiga responden yang sama.
c. Tahap Penentuan Tipe Preferensi Tiap Kriteria
Data preferensi akan digunakan sebagai input perhitungan preferensi. Data
preferensi terdapat kaidah minimasi dan maksimasi, tipe preferensi dan
parameter. Penentuan kaidah minimasi dan maksimasi akan sesuai dengan
kriteria perusahaan inginkan. Tipe preferensi yang disajikan memiliki enam
bentuk fungsi. Tipe preferensi kriteria biasa (I), preferensi kriteria quasi (II),
preferensi kriteria linier (III), preferensi kriteria level (IV), preferensi linier
dan area yang berbeda (V), dan preferensi gausian (VI). Nilai preferensi
tersebut menggambarkan suatu perbedaan suatu karakteristik dari setiap data
kriteria. Data preferensi memiliki nilai batas q dan p. Nilai batas tersebut
adalah batas bawah dan atas dari parameter yang ditetapkan. Penentuan nilai
parameter tersebut menggunakan cara persamaan nilai deviasi |d|. Nilai
masing-masing alteratif. Selanjutnya menggunakan pendekatan persamaan
kuartil untuk menentukan parameter (p, q, atau s) namun hasil dari persamaan
kuartik dilakukan penyesuaian nilai parameter dengan pihak perusahaan. Nilai
parameter batas indeferen (q) diperoleh dari nilai Q1 (kuartil 1) dan nilai
parameter batas preferensi (p) diperoleh oleh nilai Q3 (kuartil 3) (Sukarna,
2005).
d. Tahap Perhitungan Preferensi
Fungsi preferensi berfungsi untuk memberikan gambaran yang lebih baik
terhadap area yang tidak sama, digunakan fungsi selisih nilai kriteria antar
alternatif H(d) dimana hal ini mempunyai hubungan langsung pada fungsi
preferensi (p) dan indiferen (q). Menghitung nilai preferensi p dan q
masing-masing alternatif dilakukan perhitungan secara berpasangan satu per satu
berdasarkan pilihan bentuk preferensi yang telah ditetapkan sebelumnya.
e. Tahap Perhitungan Indeks Preferensi
Indeks preferensi merupakan intensitas preferensi pembuat keputusan yang
menyatakan bahwa alternatif a lebih baik dari pada b dengan pertimbangan
meliputi seluruh kriteria. Pada indeks preferensi jika semua kriteria memiliki
nilai kepentingan yang sama dalam pegambilan keputusan maka semua nilai
bobot sama atau sebaliknya.
f. Tahap Perhitungan Leaving Flow, Entering Flow dan Net Flow
Leaving flow bisa dikatakan sebagai kelebihan (strength) dan entering flow
Nilai leaving flow dan entering flow berasal dari perhitungan indeks
preferensi untuk setiap alternatif supplier.
g. Tahap Perankingan
Dari hasil net flow diperoleh urutan supplier yang terdapat diperusahaan yang
selanjutnya dibandingkan dengan hasil pengolahan goal programming.
h. Tahap Penentuan Fungsi Tujuan dan Variabel dalam Goal Programming
Pada tahap ini fungsi tujuan, variabel deviasional, variabel keputusan dan
kendala-kendala sasaran perusahaan didefinisikan dan diperoleh hasil urutan
supplier terbaik yang disesuaikan dengan kondisi actual perusahaan.
2. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia oleh pihak lain sehingga tidak
perlu lagi dikumpulkan secara langsung dari sumbernya oleh peneliti. Data
sekunder yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh langsung dari perusahaan,
berikut adalah data sekunder yang digunakan.
a. Jumlah botol yang dipesan perusahaan kepada supplier
b. Waktu pengiriman botol setiap supplier
c. Harga Botol
d. Tingkat penolakan botol
4.8. Prosedur Penelitian
Studi Lapangan
1. Kondisi awal proses pemasukkan botol di perusahaan Data dari kuisioner dan literatur
Identifikasi Masalah
Penentuan prioritas supplier botol PT. Pabrik Es Siantar
Kesimpulan dan Saran
Pengolahan Data pada Evaluasi Supplier metode
Promethee
Pengolahan Data Pemilihan Supplier terbaik dengan metode Goal Programming
1. Menetapkan model program linier multiobjektif 2. Menyelesaikan fungsi objektif sesuai dengan fungsi yang ditetapkan
3. Mengevaluasi fungsi objektif
4. Mendefinisikan fungsi matematis dari setiap fungsi objektif
5. Menyelesaikan permasalahan sebagai bentuk linier programming
6. Diperoleh hasil optimum dari fungsi objektif yakni supplier terbaik
Gambar 4.2. Diagram Alir Prosedur Penelitian
4.9. Pengolahan Data
Pengolahan dilakukan dengan menggunakan metode PROMETHEE dan
menentukan ranking supplier berdasarkan nilai net flow yang didapatkan. Metode
Promethee yang digunakan pada penelitian ini dibatasi sampai PROMETHEE II.
Kemudian metode GOAL PROGRAMMING digunakan untuk menentukan
prioritas supplier dengan pertimbangan-pertimbangan yang dimiliki perusahaan.
Terdapat beberapa penelitian yang dengan metode PROMETHEE dan
metode GOAL PROGRAMMING untuk melakukuan perankingan dan pemilihan
beberapa alternatif yang menjadi dasar penggunaan metode PROMETHEE dan
GOAL PROGRAMMING seperti yang dilakukan oleh Masoud,dkk (2013).
Penelitian tersebut dilakukan untuk mengevaluasi dan memilih supplier terbaik di
HEP Co. berdasarkan empat kriteria utama, yaitu harga, kualitas, fleksibilitas,dan
waktu pengiriman. Selain kriteria tersebut diperhatikan pula sub kriteria dengan
jumlah yang berbeda dari masing-masing kriteria. Selain kriteria dan sub kriteria,
terdapat empat alternatif yaitu total ongkos produksi, kualitas produk, performansi
pengiriman, dan fitur premium yang menjadi pilihan pengambilan keputusan
untuk diterapkan pada perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan data
menggunakan metode PROMETHEE dan GOAL PROGRAMMING alternatif
supplier yang direkomendasikan pada HEP Co. adalah supplier A1 (Volvo)
dengan memperoleh nilai tertinggi pada leaving flow yaitu 0,11 dan nilai terendah
pada entering flow yaitu -0,23 pada perhitungan PROMETHEE I. Pada penelitian
ini menekankan pentingnya kombinasi PROMETHEE dan GOAL
PROGRAMMING, agar memeproleh hasil pemeringkatan yang lebih baik.
Metode PROMETHEE dan GOAL PROGRAMMING juga digunakan untuk
Ariyani (2013). Pada penelitian ini PROMETHEE digunakan untuk memperoleh
peringkat dari masing-masing perusahaan yang ada di perusahaan tersebut,
sedangkan metode GOAL PROGRAMMING digunakan untuk mengotimasi
beberapa konstrain yang dimiliki oleh perusahaan. Dari pengolahan data yang
dilakukan terpilihlah PT. Gracia Pasuruan sebagai supplier terbaik yang dipilih
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data Kriteria Supplier
Pada pengumpulan data terdapat dua jenis data yang akan
digunakan untuk menentukan prioritas supplier, yaitu data primer dan sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mencari/menggali secara
langsung dari sumbernya oleh peneliti bersangkutan. Data primer yang digunakan
adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner dibagikan dalam 2 tahapan yaitu
kuesioner semi terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner semi terbuka digunakan
untuk menentukan kriteria dan subkriteria, serta kuesioner tertutup digunakan
untuk membandingkan supplier. Sedangkan data sekunder adalah data yang sudah
tersedia oleh pihak lain sehigga tidak perlu lagi digali secara langsung dari
sumbernya oleh peneliti. Data sekunder yang digunakan adalah data yang
diperoleh langsung dari dokumentasi pihak pabrik seperti nama-nama supplier
pada perusahaan (Sinulingga, 2013).
5.1.1. Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner
Kuesioner dibagikan dalam 3 tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Tahapan pertama merupakan kuesioner semi terbuka. Pada kuesioner ini
merupakan penentuan kriteria supplier yang relevan dengan perusahaan.
Pemilihan kriteria dilakukan dengan menyebarkan kuisioner dengan pihak
Penentuan kriteria dilakukan dengan membandingkan kriteria hasil wawancara dengan “23 Kriteria Pemilihan Supplier” oleh Dickson.
Tabel 5.1.Kriteria Supplier
4 Kebijakan Klaim dan Jaminan 2,85
5 Fasilitas dan Kapasitas Produksi 2,78
Considerable
11 Reputasi dan Posisi di Industri 2,41
12 Keinginan Bisnis 2,26
17 Kesan (Impression) 2,05
18 Kemampuan Pengemasan 2,01
19 Rekam Hubungan Kerja (Labor
relations record)
2,00
20 Lokasi Geografis 1,88
21 Jumlah bisnis masa lalu 1,60
22 Alat bantu Pelatihan (training
aids)
1,54
23 Kesepakatan kedua pihak
(reciprocal arrangements) 0,61 Slight Importance
2. Tahapan kedua merupakan kuesioner semi terbuka. Pada kuesioner ini
merupakan penentuan sub kriteria penilaian supplier yang relevan dengan
perusahaan. Pemilihan sub kriteria dilakukan dengan menyebarkan kuisioner
dengan pihak perusahaan serta dengan menggunakan referensi dari studi
literatur berdasarkan kriteria terpilih sebelumnya. Dalam menentukan sub
kriteria, pihak perusahaan dapat menambahkan sub kriteria yang dianggap
perlu dan sesuai dengan kondisi relevan perusahaan.
3. Tahapan ketiga adalah pembuatan dan penyebaran kuesioner tertutup untuk
menentukan tingkat kepentingan (bobot) dari kriteria, subkriteria dan alternatif
yang telah ditentukan oleh perusahaan terhadap penilaian supplier yang
bekerjasama dengan perusahaan.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen
kuisioner semi terbuka yang disebarkan kepada 3 responden yakni manajer,
kepala bagian produksi dan kepala bagian quality control. Formulir kuesioner
dirancang sehingga mudah dipahami dan tidak menimbulkan kerancuan bagi
responden. Kuesioner penentuan kriteria sub kriteria dapat dilihat pada
Lampiran 1, sedangkan kuisioner tertutup dapat dilihat pada Lampiran 2.
Penentuan kriteria yang terpilih dilakukan dengan ketentuan terdapat 2
responden menyetujui kriteria tersebut. Jika hanya terdapat satu orang atau
tidak satupun responden yang menyetujui kriteria tersebut, maka kriteria
5.1.2. Rekapitulasi Kuesioner
5.1.2.1. Rekapitulasi Kuesioner Semi Terbuka Penilaian Supplier
Pengumpulan data terhadap jawaban responden dalam memilih kriteria
penilaian supplier dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Rekapitulasi Jawaban Penilaian Supplier
No Kriteria Jawaban Responden Total
R1 R2 R3
1 Kualitas √ √ √ 3
2 Pengiriman √ √ √ 3
3 Pengalaman bermitra √ X X 1
4 Kebijakan Klaim dan Jaminan
11 Reputasi dan Posisi di Industri
19 Rekam Hubungan Kerja Buruh
X X X 0
20 Lokasi Geografis √ √ √ 3
21 Jumlah Bisnis Masa Lalu X X X 0
22 Alat bantu pelatihan kesepakatan kedua pihak
X X X 0
23 Kesepakatan Kedua Pihak (reciprocal arrangements)
√ X X 1
Sumber: Hasil Pengumpulan Data
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang ditunjukkan pada Tabel 5.2. di
atas diperoleh 5 (lima) kriteria yang terpilih yakni kualitas, pengiriman, kebijakan
akan menjadi cluster kriteria dan dilanjutkan dengan penentuan subkriteria yang
relevan untuk setiap cluster.
Tahap kedua merupakan tahap penentuan subkriteria. Tahap ini juga
dilakukan dengan menggunakan instrumen kuisioner semi terbuka kepada
responden yang sama. Responden juga dapat menambahkan subkriteria lain yang
dianggap penting. Penentuan subkriteria lainnya juga ditentukan jika terdapat 2
orang responden yang menyetujui subkriteria tersebut. Rekapitulasi jawaban
responden dapat dilihat pada Tabel 5.3.di bawah ini.
Tabel 5.3. Rekapitulasi Subkriteria Terpilih
I.Subkriteria Kualitas Jawaban Responden Total
R-1 R-2 R-3
III. Subkriteria Kebijakan Klaim dan Jaminan Memberikan Jaminan atau garansi terhadap barang
√ √ √ 3
Dapat memberikan bantuan dalam keadaan darurat
Hasil rekapitulasi pada tabel 5.3. di atas menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) subkriteria yang akan direduksi yaitu „biaya transportasi dan jenis moda
transportasi‟ pada cluster pengiriman dan „dapat memberikan bantuan dalam
keadaan darurat‟ pada cluster kriteria kebijakan klaim dan jaminan. Selain itu,
juga terdapat penambahan subkriteria „kestabilan harga‟ pada cluster kriteria
harga yang diajukan oleh manajer. Sehingga total keseluruhan dari kriteria dan
subkriteria yang terpilih yaitu 5 kriteria dan 16 subkriteria, rekapitulasinya dapat
dilihat pada tabel 5.4. di bawah ini
Tabel 5.4. Kriteria dan Subkriteria Terpilih Penilaian Supplier
NO Kriteria Notasi Subkriteria
1 Kualitas (K) K-1 1. Kesesuaian Teknis
K-2 2. Tingkat Kecacatan
K-3 3. Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten
2 Pengiriman (P) P-1 1. Kecepatan Pengiriman
P-2 2. Ketepatan Jumlah Pengiriman P-3 3. Frekuensi Pengiriman
3. Kebijakan Klaim
dan Jaminan (J) J-1
1. Memberikan Jaminan atau Garansi terhadap Barang
J-2 2. Daya Respon
J-3 3. Kemampuan Menjaga Kesepakatan
4. Harga (H) H-1 1. Cara Pembayaran
H-2 2. Harga Penawaran H-3 3. Kestabilan Harga 5. Lokasi Geografis
(G)
G-1 1. Jarak Pengiriman
G-2 2. Lama Waktu Pengiriman (Delivery Time) G-3 3. Kondisi Jalan/Medan yang dilalui
5.1.3. Penentuan Bobot Prioritas Metode PROMETHEE (Preference
Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation)
Data yang diperlukan pada metode ini adalah nilai bobot prioritas
subkriteria dan nilai bobot global matriks banding berpasangan antar kluster
kriteria dan subkriteria yang hasilnya berdasarkan kuisioner perbandingan
berpasangan pada Lampiran 3. Kuisioner perbandingan berpasangan digunakan
untuk memberi bobot untuk masing-masing kriteria dan subkriteria sehingga
dapat diketahui supplier yang memiliki bobot kriteria tertinggi. Kuisioner ini
memiliki tiga bagian yakni perbandingan berpasangan antar kluster kriteria,
perbandingan berpasangan antar subkriteria, dan perbandingan berpasangan antar
alternatif. Tabel 5.5 dibawah ini menunjukkan perbandingan berpasangan antar
kluster kriteria yang digunakan.
Tabel 5.5. Perbandingan Berpasangan Antar Kluster Kriteria
Elemen Penilaian Elemen
Kualitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pengiriman Kualitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kebijakan Klaim dan
Jaminan
Kualitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Harga
Kualitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lokasi Geografis Pengiriman 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kebijakan Klaim dan
Jaminan
Pengiriman 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Harga
Pengiriman 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lokasi Geografi Kebijakan Klaim dan
Jaminan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Harga
Kebijakan Klaim dan
Keterangan penilaian perbandingan berpasangan diatas dapat dilihat pada Tabel
5.6.
Tabel 5.6. Skala Perbandingan Berpasangan
Intensitas Pentingnya Defenisi
1 Kedua elemen sama penting
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang lainnya 5 Elemen yang satu essensial atau sangta penting ketimbang
lainnya
7 Satu elemen jelas lebbih penting dari elemen lain 9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai antara dua pertimbangan berdekatan
5.1.3.1. Perbandingan Berpasangan Antar Kluster
Perbandingan berpasangan antar kluster untuk masing-masing kluster kriteria yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.7. Perbandingan Berpasangan Antar Kluster yang Mempengaruhi Kluster Kualitas (Lanjutan)
Responden 3
Kualitas Pengiriman Kebijakan Klaim
& Jaminan Harga
Lokasi Geografis
Kualitas 1 1/2 1/2 1/5 1
Pengiriman 2 1 1/2 3 ½
Kebijakan Klaim &
Jaminan 2 2 1 4 2
Harga 5 1/6 1/4 1 2
Lokasi Geografis 1 2 1/2 1/2 1
Sumber: Hasil Pengumpulan Data
Cara perhitungan Consistency Ratio untuk matriks banding berpasangan
cluster kualitas ditampilkan sebagai berikut:
1. Menghitung rata-rata pembobotan dengan cara menghitung rata-rata
geometrik. Rata-rata geometrik dihitung dengan rumus:
Contoh untuk perhitungan rata-rata geometrik untuk perbandingan
berpasangan antar kluster kualitas dengan pengiriman :
1,1447
Perhitungan rata-rata geometris untuk matriks banding berpasangan diatas
Tabel 5.8. Perhitungan Rata-Rata Geometrik untuk Perbandingan Kluster
Lokasi Geografis 0,6300 1,2599 0,6300 0,6300 1,0000
TOTAL 6,2453 5,2946 3,7747 4,7407 6,5559
2. Masing-masing elemen kolom dibagi dengan jumlah kolom masing-masing.
Tabel 5.9. Matriks Normalisasi dan Bobot Parsial Kualitas Pengiriman Kebijakan Klaim
& Jaminan Harga
Lokasi Geografis 0,1009 0,2380 0,1669 0,1329 0,1525 0,1582
TOTAL 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000
3. Menghitung rasio Konsistensi
(Matriks Perhitungan Rata-rata Geometrik) x (Vektor Bobot Tiap Baris)