134 Daftar Pustaka
C.D. Soemarto. 1986. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional : Surabaya.
Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Kriteria Perencanaan - Bagian Perencananaan Jaringan Irigasi (KP – 01). Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Kriteria Perencanaan - Bagian Bangunan Utama (KP – 02). Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Kriteria Perencanaan - Bagian Saluran (KP – 03). Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Kriteria Perencanaan - Bagian Parameter Bangunan (KP – 06). Jakarta.
Ginting, Makmur. 2014. Rekayasa Irigasi. USU Press:Medan.
Harahap, Saddam Husein. 2015. Analisis Penyebab Kerusakan Dan Rehabilitasi Bendung Sunggam Di Kabupaten Padang Lawas Utara – Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara:Medan.
Kamiana, I Made. 2011. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Graha Ilmu:Yogyakarta.
Semiaji Gunawan. 2011. Evaluasi Perencanaan Bendung Pada Sungai Ular Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara (Studi Kasus). Universitas Sumatera Utara:Medan.
Sinulingga, Adi Pranata. 2015. Evaluasi Fungsi Hidraulika Bangunan Utama Termasuk Bangunan Bagi Dan Box Tersier Irigasi Di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Munte Kabupaten Tanah Karo Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara:Medan.
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE DAN TAHAPAN PENELITIAN
Penelitian ini secara umum menggunakan metode komparatif deskriptif, dimana dibandingkan rancangan dari hasil perhitungan dengan rancangan yang disahkan dari Kementrian Pekerjaan Umum. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisa hidrologi, analisa hidrolis yang disesuaikan dengan Kriteria Perencanaan 02 dan 06. Adapun tahapan penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
• Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendukung jalannya penelitian mulai dari awal hingga penyusunan laporan, selain itu juga mendapatkan dasar teori yang kuat berkaitan dengan penelitian ini sehingga dapat menjadi acuan dalam melaksanakan analisis dan pembahasan. Studi literature yakni untuk mengumpulkan data-data dan informasi dari buku, serta jurnal-jurnal yang mempunyai relevansi dengan bahasan dalam tugas akhir ini, serta masukan-masukan dari dosen pembimbing.
• Pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian meliputi : a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan pengamatan dan pengukuran dilokasi penelitian guna mengetahui kondisi lapangan. Disini penelitian dilaksanakan langsung di lapangan.
61
Data sekunder adalah data yang mendukung penelitian dan memberikan gambaran umum tentang hal-hal yang mencakup penelitian. Pengumpulan data sekunder didapatkan melalui instansi-instansi yang terkait dalam permasalahan ini, seperti jurnal, buku literatur, internet dan data-data pada lokasi penelitian. Adapun data sekunder yang digunakan adalah data Detail Engineering Design (DED) dari Balai Wilayah Sungai Kementrian Pekerjaan Umum.
• Pengolahan Data
Pada pengolahan data pada penelitian ini berisikan spesifikasi data yang akan digunakan untuk penelitian yaitu mencakup data literatur, data lapangan dari bendung itu sendiri. Untuk perhitungan selanjutnya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menghitung curah hujan andalan
b. Menghitung kebutuhan air irigasi per luasan nya c. Menghitung kebutuhan total irigasi
d. Menghitung debit andalan sungai belutu
e. Menghitung intensitas curah hujan rencana berdasarkan data curah hujan dengan analisa distribusi frekuensi
f. Menghitung analisis debit banjir rencana dengan metode Melchior g. Menghitung tinggi muka air maksimum dan kehilangan tinggi
energi (crest) dengan analisa debit banjir untuk berbagai kala ulang (Q100)
62 • Hasil perhitungan evaluasi
Setelah mendapatkan hasil perhitungan hidraulis perencanaan Bendung Sei Belutu, maka hasil perhitungan tersebut akan disimpulkan sebagai bahan evaluasi penelitian ini.
63
Gambar 3.1. diagram alir penelitian
ANALISIS DATA UNTUK PERHITUNGAN
HIDRAULIS
KESIMPULAN DAN SARAN
Mulai
Judul Tugas Akhir :
EVALUASI RANCANGAN BENDUNG DAERAH IRIGASI BELUTU KABUPATEN SERDANG BERDAGAI
SURVEI LAPANGAN MENGAMATI PROGRES
PEMBANGUNAN BENDUNG DI BELUTU
PENGUMPULAN DATA
DATA LITERATUR :
- DOSEN PEMBIMBING
-BUKU DAN JURNAL
- INTERNET
DATA PRIMER :
- LOKASI BENDUNG BELUTU
- KONDISI EKSISTING D.I. BELUTU
DATA SEKUNDER :
- DATA DAS DAN CURAH HUJAN
- GAMBAR KERJA BENDUNG D.I. BELUTU DARI BALAI WILAYAH SUNGAI KEMENTRIAN PU
HASIL DAN PEMBAHASAN
64
3.2. HASIL STUDI LAPANGAN 3.2.1. DATA SUNGAI BELUTU 3.2.1.1. Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi Sungai Belutu dipengaruhi oleh curah hujan dan pola pendistribusian air ke Sungai Belutu. Kecamatan Sei Bamban memiliki curah hujan yang paling menonjol pada bulan September sampai Desember, sedangkan musim kemarau terjadi di Bulan Januari sampai dengan Agustus. Data curah hujan didapat dari stasiun Bangun Bandar dan Sinar Kasih.
Tabel 3.1. Data Curah Hujan Stasiun Bangun Bandar, Silinda, Gunung Monako
Sumber : BMKG dan hasil perhitungan
Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Total
1983 86 47 46 42 205 125 247 229 396 357 186 116 2083
1984 265 194 194 255 331 156 351 113 164 153 127 212 2514
1985 151 144 133 233 300 29 175 123 340 284 173 220 2306
1986 188 47 215 178 250 237 105 102 348 255 174 248 2346
1987 143 3 191 250 199 228 222 175 394 399 202 156 2563
1988 105 186 145 134 159 217 325 311 301 191 232 216 2524
1989 161 53 214 260 206 78 156 193 357 325 146 138 2286
1990 71 59 100 89 221 128 109 89 416 410 221 203 2116
1991 47 56 97 82 155 98 88 200 240 323 134 182 1701
1992 151 99 48 176 291 109 120 112 332 181 162 155 1936
1993 83 104 144 113 164 89 142 164 215 256 234 135 1843
1994 53 78 160 130 174 97 96 141 206 155 243 111 1644
1995 145 127 219 141 136 121 137 285 302 235 364 138 2348
1996 146 158 93 202 160 159 93 232 329 215 234 225 2246
1997 99 119 139 165 30 87 189 119 206 189 313 119 1775
1998 143 53 66 82 156 168 171 244 204 360 176 184 2007
1999 260 249 245 262 207 195 159 235 320 325 201 308 2966
2000 71 208 330 174 160 158 95 164 288 221 171 132 2171
2001 125 30 107 106 93 134 101 136 186 340 409 354 2121
2002 182 86 140 178 108 107 108 97 364 274 203 96 1943
2003 190 178 99 132 273 111 197 157 439 416 166 175 2531
2004 95 278 141 99 119 136 205 236 327 342 99 179 2255
2005 208 52 116 139 169 191 194 171 250 346 141 249 2226
2006 99 157 91 199 363 223 123 211 317 476 294 282 2835
2007 175 45 39 321 414 155 240 193 378 275 298 125 2658
2008 88 28 264 71 137 84 144 220 281 271 216 208 2010
2009 270 12 429 258 200 45 100 187 220 267 234 123 2345
65
3.2.1.2. Kondisi Klimatologi
Kondisi Klimatologi merupakan kondisi rerata cuaca suatu daerah atau tempat dalam periode/waktu tertentu, dan pada umumnya dipengaruhi oleh letak geografis dan ketinggian daerah tersebut. Variasi iklim ini ditentukan oleh berbagai parameter, antara lain : intensitas curah hujan, hari hujan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan lama penyinaran matahari. Kecamatan Sei Bamban beriklim tropis dengan suhu maksimum 320C .
Tabel 3.2. Kondisi Iklim Bulanan Sei Belutu
3.2.1.3. KONDISI WATERSHED SUNGAI BELUTU 3.2.1.3.a. Topografi aliran Sungai Belutu
Daerah Irigási Belutu memiliki Tofografi yang relatif datar. Elevasi sawah tertinggi ± 24 sedangkan terendah ± 3. Sementara bendung Belutu berada pada elevasi 24,55 dengan tinggi mercu 2,25 meter. Berdasarkan pengukuran tofografi baik pengukuran Situasi dan penampang memanjang dan melintang daerah irigasi Sei Belutu. DI Sei Belutu mepunyai luas lahan 5032 ha yang terdiri dari 274 km panjang saluran pembawa dan 45 Km panjang saluran Sekunder. Dengan panjang sungai utama 62,052 Km dan luas catchment area 242 Km2.
Lokasi stasiun : Altitude : meter
No. U R A I A N SATUAN B U L A N
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES
DATA
66
3.2.1.3.b. Morphology Sungai Belutu & Jenis Tanah/ Geology Sungai Belutu memiliki pola aliran dendritik, dimana pola alirannya menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya.
Berdasarkan ilmu geologinya, Sungai Belutu termasuk dalam sungai superposed atau superimposed. Sungai yang terbentuk diatas permukaan bidang struktur dan dalam perkembangannya erosi vertikal sungai memotong ke bagian bawah hingga mencapai permukaan bidang struktur agar supaya sungai dapat mengalir ke bagian yang lebih rendah. Dengan kata lain sungai superposed adalah sungai yang berkembang belakangan dibandingkan pembentukan struktur batuannya.
Untuk lebih jelasnya lihat di gambar 3.2. berikut ini : Gambar 3.2. Situasi Watershed Daerah Irigasi Belutu
67
3.2.2.1. Tipe Bendung Daerah Irigasi Sei Belutu dan Bagian-bagiannya
Bendung Daerah Irigasi Sei Belutu termasuk jenis bendung diversion. Berfungsi untuk meninggikan muka air sungai, sehingga air sungai dapat dialirkan ke daerah irigasi. Untuk mengatur permukaan air sungai dapat digunakan pintu gerak (dapat dibuka dan ditutup). Bendung gerak cocok dibangun di sungai bagian hilir, di bagian sungai datar dan tebing sungai rendah.
Bagian-bagian Bendung Daerah Irigasi Sei Belutu adalah sebagai berikut:
a. Mercu Bendung
Mercu Bendung Daerah Irigasi Sei Belutu bertipe ogee. Berada pada elevasi +24,55 dan mempunyai ketinggian 2,25 meter dengan lebar total mercu 20 meter. Sudah termasuk lebar pilar sebanyak 2 buah , masing-masing 1 meter.
b. Peredam Energi
Peredam energi yang digunakan di Bendung Sei Belutu adalah peredam energi tipe bak tenggelam dengan panjang 5,18 m. c. Bangunan Pengambilan
68
d. Bangunan Penguras
Untuk mencegah menumpuknya sedimen di depan pintu pengambilan (intake) dan kemungkinan masuknya sedimen (bed load) ke saluran irigasi, maka pada bangunan bendung dilengkapi dengan bangunan penguras. Bendung Sei Belutu memiliki 2 buah pintu bangunan penguras dengan lebar 1 meter dan pilar dengan lebar 1,3 meter.
e. Kantong Lumpur
Untuk mencegah terjadinya pengendapan sedimen pada seluruh saluran irigasi, maka setelah bangunan pengambilan direncanakan kantong lumpur yang berfungsi sebagai tempat pengendapan sedimen layang (suspended load). Volume kantong lumpur yang terdapat di Bendung Sei Belutu adalah 2272,54 m3. Dengan panjang total 308,05 meter, dan lebar dasar 7,18 meter. Tanah-tanah di daerah Sungai Belutu memiliki laju infiltrasi rendah pada waktu dalam keadaan sama sekali basah, dengan tekstur agak halus sampai halus.
f. Bangunan Pembilas
Bangunan pembilas yang ada di Bendung Sei Belutu sebanyak 4 bukaan dengan lebar masing-masing 1,5 meter dan 3 pilar dengan lebar masing-masing 1 meter; kedalaman air pembilas 0,84 meter.
69 • Panjang bendung = 13.04 m; Lebar Bendung = 20 m
• Ketinggian bendung dari dasar sungai = 26.80 m – 24.55 m = 2,25 m
• Jari-jari hidrolis bendung = 1.6 m
• Panjang jari-jari kolam olak = 5 m
• Lebar dasar kantong lumpur = 2 x 7.18 m = 14.36 m
• Panjang kantong lumpur = 154.02 m
• Lebar intake = 9.05 m
• Lebar pilar intake = 1 m
• Lebar bangunan pembilas = 7.39 m; lebar pilar pembilas = 1 m.
• Luas catchment area 242 km2
70
58
3.2.2.2. Lokasi Bendung
Bendung Daerah Irigasi Sei Belutu berada pada elevasi +24,55. Dengan ketinggian sawah tertinggi +24,600 dan sawah terendah +3,00. Penentuan lokasi Bendung Sei Belutu sudah melalui tahap-tahap sebagai berikut :
• Diusahakan sedapat mungkin lebih ke hulu, agar bendung tidak terlalu tinggi, namun harus mengingat juga panjang saluran primer yang akan diperlukan supaya tidak terlalu panjang.
• Dipilih lokasi bendung pada ruas sungai relatif lurus, sempit dan dengan penampang yang relatif konstan serta kedua tanggulnya stabil. Hal ini mencerminkan bahwa sungai itu sudah stabil dengan kondisi dasarnya yang sekarang.
• Kondisi geologi teknik, sangat berpengaruh terhadap kemantapan atau kestabilan dari bangunan utama, terutama daya dukung tanah pondasi serta nilai kelulusan air tanah bawah (koefisien permeability tanah bawah).
59 • Metode pelaksanaan, harus dipertimbangkan juga dalam pemilihan
lokasi bendung karena akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan konstruksi dan biaya pelaksanaan. Namun demikian, yang utama dalam penentuan lokasi bendung adalah kondisi-kondisi yang mendukung tercapainya kestabilan bendung secara keseluruhan, kemudian baru diikuti dengan pertimbangan metode pelaksanaannya, dan bukan sebaliknya.
60
3.2.3. Sistem Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Sei Belutu a. Luas Daerah Irigasi Sei Belutu.
Daerah Irigasi Sei Belutu memiliki luas lahan 5032 ha dengan luas catchment area 242 Km2. Dengan panjang saluran pembawa 45 Km, dan saluran sekunder 274 Km, saluran induk 277,3 m.
Gambar 3.5. Situasi dan Inventori Layout DI Sei Belutu
b. Sistem Saluran Daerah Irigasi Sei Belutu
61
rumitnya masalah pembagian air di DI. Belutu. Kondisi sistem jaringan irigasi Sei Belutu untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :
1. Bangunan Utama berupa free intake, Kondisi bangunan masih cukup baik. Baik untuk Intake yang ada di Sungai Belutu maupun di Sungai Martebing.
2. Kondisi saluran umumnya berupa saluran tanah, dengan kondisi banyak terdapat sedimen di saluran induk dan sekunder. Untuk saluran sekunder umumnya dimensi yang ada relatif kecil sehingga perlu perbaikan. Panjang Saluran di Daerah Irigasi Belutu untuk saluran Pembawa 274 Km dan Saluran Sekunder 45 km.
3. Selain Daerah Irigasi Belutu terdapat 2 Intake yang mengambil air dari Sungai Belutu yaitu Daerah Irigasi Martebing dan Daerah Irigasi Malasari. 4. Daerah Irigasi Sei Belutu memiliki 9 bangunan Sadap Bagi yang terletak di Sadap Bagi yang terletak di desa Sei Putih, Pasar Melintang, Toba, Belutu Kanan, Martebing, Singkoang, dan Tanah Merah. Kondisi pintu bangunan bagi banyak yang hilang dan rusak, sehingga pembagian air tidak menjadi optimal. Untuk areal yang lebih dekat ke intake dapat terairi seluruhnya tetapi untuk areal yang jauh dari Intake tidak dapat terairi. Belum adanya organisasi pengelolaan air yang optimal sehingga sering menimbulkan konflik antara masyarakat di hulu dengan masyarakt di hilir. Perebutan air menjadi masalah yang sering terjadi.
62
Tabel 3.3. Kondisi Bangunan Irigasi Sei Belutu
NAMA BANGUNAN KONDISI BANGUNAN PINTU
Intake Bagus Bagus
BBKA1 Bagus Rusak
BSP 1 Bagus
-BSP 2a Bagus
-BSP 2b Bagus Rusak
BSP 2 Bagus Rusak
BSP 3a Bagus Rusak
BSP 3 Bagus Rusak
BSP 4a Rusak Rusak
BSP 4b Bagus
-BSP 4c Hancur
-BSP 4 Bagus Tidak Ada
BSP 5 Bagus Rusak
BSP 6 Bagus Rusak
BSP 7 Bagus Rusak
BSP 8 Bagus Tidak Ada
BSP 8a Bagus Tidak Ada
BSBKa 8 Bagus Rusak
Bpt 1 Bagus Rusak
Bpt 2 Bagus Rusak
B Terjun 1 Bagus
-B Terjun 2 Bagus
-P 2 Hancur Rusak
P 4 Bagus Rusak
P 5 Bagus Rusak
P 6 Bagus Rusak
P 7 Bagus Rusak
P 8 Hancur
-P 9 Bagus Bagus
P 10 Hancur
-P 12 Bagus Tidak Ada
P 13 Bagus Tidak Ada
P 14 Bagus Rusak
P 15 Rusak
-P 17 Bagus Rusak
P 18 Bagus Tidak Ada
P19 Bagus Bagus
P 20 Bagus Tidak Ada
P 21 Bagus Tidak Ada
P 23 Bagus Rusak
P 24 Bagus Tidak Ada
P 25 Hancur
-P 26 Bagus Rusak
P 27 Bagus Rusak
63
BAB IV
ANALISIS DAN PERHITUNGAN
4.1. Analisis Data Curah Hujan
Analisa debit banjir rencana Sungai Belutu untuk pengendalian banjir menggunakan data curah hujan harian maksimum tahunan dari 2 (dua) stasiun penakar curah hujan yang berdekatan dengan Daerah Irigasi Sungai Belutu dengan interval waktu pengamatan (n) = 27 tahun.
Data Curah Hujan maksimum yang diperoleh dari kedua stasiun pencatat curah hujan disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Tabel Curah Hujan Setengan Bulanan Stasiun Bangun Bandar, dan Gunung Monako
Tahun Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Data I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
64
Tabel 4.2. Data Curah Hujan Rata-rata Bulan CH Rata-rata
Januari 100,1
Februari 84,6
Maret 115,8
April 125,8
Mei 148,6
Juni 117,4
Juli 125,5
Agustus 141,0
September 228,9
Oktober 245,2
November 166,5
Desember 150,6
sumber : perhitungan
Gambar 4.1. Diagram Curah Hujan Rata-rata
4.2. Curah Hujan Efektif
Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah bulanan diambil 80% dari curah hujan rata – rata tengah bulanan dengan kemungkinan tak terpenuhi 20%. Curah hujan efektif ini didapat dari analisis data curah hujan. Analisis curah hujan dilakukan dengan maksud untuk menentukan curah hujan
65
efektif, dimana dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan irigasi. Curah hujan efektif atau andalan adalah bagian dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air tanaman.
Untuk menghitung curah hujan efektif diperoleh dengan mengurutkan data curah hujan bulanan dari nilai yang terbesar hingga terkecil. Besarnya probabilitas dari nomor urut sampel yang telah diurutkan dari terbesar hingga terkecil. Sedangkan R80 adalah curah hujan dengan kemungkinan 80% terjadi.
Tabel 4.3. Perhitungan Curah Hujan Efektif
Sumber : perhitungan
satua
Rangking Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Prob
Data I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II (%)
1 144 162 254 175 208 180 165 193 236 152 158 177 114 254 175 193 179 239 282 377 256 178 151 246 3.57 2 104 147 163 118 155 174 134 139 208 152 129 108 112 174 127 174 178 223 247 269 227 149 146 152 7.14 3 90 146 119 109 146 140 124 136 184 136 102 107 105 149 123 161 175 214 241 260 202 148 143 136 10.71 4 90 92 113 98 139 131 120 135 153 132 85 103 103 131 112 153 170 213 210 215 183 135 126 117 14.29 5 86 72 81 66 129 119 116 120 132 118 85 102 94 126 109 142 155 196 169 191 182 122 118 116 17.86 6 80 68 79 66 111 118 109 110 132 118 77 92 79 119 96 138 154 196 162 160 182 118 111 115 21.43 7 79 65 79 51 87 101 103 99 128 111 76 83 75 118 96 136 145 189 154 156 150 112 110 112 25.00
8 78 65 66 43 70 92 98 74 108 107 76 83 64 118 88 116 138 174 151 151 118 108 108 92 28.57
9 76 58 65 43 69 83 97 64 95 105 75 68 63 100 66 100 137 162 147 148 101 99 97 79 32.14
10 65 52 63 31 69 60 83 64 83 99 63 68 63 94 55 97 135 161 144 147 100 99 96 74 35.71
11 63 49 53 26 68 48 70 59 83 97 57 68 62 83 48 91 125 150 141 137 94 81 88 71 39.29
12 59 47 51 24 66 45 68 59 64 96 57 62 58 79 48 88 110 145 138 130 88 81 82 66 42.86
13 50 44 28 23 66 45 67 54 58 96 55 62 56 72 47 82 103 132 124 118 88 75 81 61 46.43
14 50 36 22 21 64 44 65 50 57 87 51 60 53 57 46 78 97 131 117 113 87 68 80 61 50.00
15 44 34 14 20 53 41 65 48 52 80 50 56 43 48 40 77 88 127 112 108 86 64 80 59 53.57
16 43 32 12 18 39 39 57 41 52 71 48 53 42 43 40 76 87 107 111 86 76 59 79 52 57.14
17 40 31 11 14 32 38 54 28 50 65 48 49 39 43 39 76 86 105 94 84 68 58 72 51 60.71
18 33 29 10 12 24 27 51 27 47 56 45 47 39 42 38 69 83 97 94 83 67 55 70 46 64.29
19 29 29 8 8 21 25 50 26 45 53 40 40 31 41 34 55 77 91 77 83 62 51 58 43 67.86
20 24 28 4 7 20 23 36 24 36 48 30 40 30 40 27 50 71 90 74 76 55 48 57 39 71.43
21 20 25 2 6 11 20 34 23 25 44 29 39 29 39 26 47 66 88 71 70 53 47 53 30 75.00
22 9 23 2 4 10 18 33 23 23 31 26 38 28 34 23 45 62 68 69 65 47 43 50 22 78.57
23 3 16 1 2 4 16 24 18 15 29 22 18 23 31 15 42 61 62 68 63 44 28 46 22 82.14
24 2 12 0 2 2 13 16 16 9 28 22 17 21 22 12 38 58 57 60 63 38 24 29 13 85.71
25 0 6 0 0 0 12 14 14 6 21 5 12 20 19 7 35 53 56 54 34 32 12 28 13 89.29
26 0 4 0 0 0 11 13 7 5 10 4 10 18 17 6 20 47 53 37 18 28 10 14 6 92.86
27 0 0 0 0 0 4 0 0 3 7 4 5 8 3 0 5 28 18 28 15 21 6 96.43
Rata-rata 50 50.79 48.17 36.6 61.57 61.66 69.08 61.09 77.31 79.58 56.29 61.75 54.48 77.68 57.16 88.26 106.2 131.3 125 126.7 101.3 76.94 83.59 72.85
Padi :
R-80 6 20 2 3 7 17 29 20 19 30 24 28 25 33 19 44 62 65 69 64 45 36 48 22
R-eff (mm) 4.2 13.7 1.1 2.0 4.6 11.9 20.1 14.2 13.3 21.2 16.9 19.6 17.7 22.8 13.4 30.5 43.1 45.6 48.0 44.9 31.8 24.9 33.7 15.4
R-eff (mm/hr) 0.3 0.9 0.1 0.1 0.3 0.8 1.3 0.9 0.9 1.4 1.1 1.3 1.2 1.5 0.9 2.0 2.9 3.0 3.2 3.0 2.1 1.7 2.2 1.0
Palawija :
R-50 42 46 17 25 67 25 69 46 74 98 60 47 51 58 47 73 104 129 143 85 72 57 89 52
ET0 (mm/hr) 58 58 62 62 62 62 61 61 60 60 59 59 57 57 57 57 55 55 55 55 51 51 54 54
66
Cara mencari Reff adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data curah hujan bulanan selama kurun waktu “n” tahun. 2. Mengurutkan (sorting) data curah hujan per bulan tersebut dari yang
terbesar hingga terkecil. Besarnya probabilitas dari nomor urut sampel didapatkan dari nilai urutan dibagikan dengan (n+1) dikali dengan 100%. 3. Probabilitas yang paling dekat dengan 80% (R80) dijumlahkan dan dibagi
dengan 2 kemudian dikalikan dengan 0,7.
4. Menghitung nilai R-eff yang didapat dengan cara
1
����� ℎℎ�������� ���� ��� ����80. 4.3. Evapotranspirasi
Kebutuhan air untuk tanaman terdiri dari kebutuhan yang akan diuapkan lewat daun (transpirasi) dan kebutuhan air yang akan teruapkan langsung (evaporasi). Karena keduanya bersamaan maka disebut “Evapotranspirasi”.
Perhitungan evapotranspirasi dilakukan dengan Metode Penmann Modifikasi FAO dimana data yang diperlukan adalah suhu/temperatur udara, kelembaban relatif, kecepatan angin dan lamanya penyinaran matahari.
Untuk menghitung besarnya evapotranspirasi, dibutuhkan data-data klimatologi yang meliputi: temperatur udara, lamanya penyinaran matahari, kelembaban udara, kecepatan angin.
Tabel 4.4. Data Evapotranspirasi D.I. Sei Belutu
Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des
⁰C 25,80 25,90 26,00 26,20 26,40 26,20 25,60 25,70 25,30 25,50 25,40 25,70
% 83,90 84,20 85,40 85,90 84,30 82,90 83,80 83,50 85,80 86,80 87,10 85,90
Km/hari 233,3 259,2 250,6 241,9 233,3 250,6 241,9 241,9 241,9 241,9 241,9 241,9
% 63,20 66,28 62,30 61,40 64,00 64,70 62,50 56,40 52,80 52,40 49,20 58,00
Uraian Temperatur Udara Kelembaban Relatif
67
Tabel 4.5. Radiasi Ekstra terrestrial (Ra), mm/hari
Tabel 4.6. Pengaruh Suhu Udara Pada Panjang Gelombang Radiasi f(T)
Tabel 4.7. Tekanan Uap Jenuh (ea), mbar
Tabel 4.8. Harga Faktor Berat (B)
Lintang Utara Posisi Lintang Selatan
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Lintang (°) Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
3.80 6.10 9.40 12.70 15.80 17.10 16.40 14.10 10.90 7.40 4.50 3.20 50 17.50 14.70 10.90 7.00 4.20 3.10 3.50 5.50 8.90 12.90 16.50 18.20 4.30 6.60 9.80 13.00 15.90 17.20 16.50 14.30 11.20 7.80 5.00 3.70 48 17.60 14.90 11.20 7.50 4.70 3.50 4.00 6.00 9.30 13.20 16.60 18.20 4.90 7.10 10.20 13.30 16.00 17.20 16.60 14.50 11.50 8.30 5.50 4.30 46 17.70 15.10 11.50 7.90 5.20 4.00 4.40 6.90 9.70 13.40 16.70 18.30 5.30 7.60 10.60 13.70 16.10 17.20 16.60 14.70 11.90 8.70 6.00 4.70 44 17.80 15.30 11.90 8.40 5.70 4.40 4.90 6.90 10.20 13.70 16.70 18.30 5.90 8.10 11.00 14.00 16.20 17.30 16.70 15.00 12.20 9.10 6.50 5.20 42 17.80 15.50 12.20 8.80 6.10 4.90 5.40 7.40 10.60 14.00 16.80 18.30 6.40 8.60 11.40 14.30 16.40 17.30 16.70 15.20 12.50 9.60 7.00 5.70 40 17.90 15.70 12.50 9.20 6.60 5.30 5.90 7.90 11.00 14.20 16.90 18.30 6.90 9.00 11.80 14.50 16.40 17.20 16.70 15.30 12.80 10.00 7.50 6.10 38 17.90 15.80 12.80 9.60 7.10 5.80 6.30 8.30 11.40 14.40 17.00 18.30 7.40 9.40 12.10 14.70 16.40 17.20 16.70 15.40 13.10 10.60 8.00 6.60 36 17.90 16.00 13.20 10.10 7.50 6.30 6.80 8.80 11.70 14.60 17.00 18.20 7.90 9.80 12.40 14.80 16.50 17.10 16.80 15.50 13.40 10.80 8.50 7.20 34 17.80 16.10 13.50 10.50 8.00 6.80 7.20 9.20 12.00 14.90 17.10 18.20 8.30 10.20 12.80 15.00 16.50 17.00 16.80 15.60 13.60 11.20 9.00 7.80 32 17.80 16.20 13.80 10.90 8.50 7.30 7.70 9.60 12.40 15.10 17.20 18.10 8.80 10.70 13.10 15.20 16.50 17.00 16.80 15.70 13.90 11.60 9.50 8.30 30 17.80 16.40 14.00 11.30 8.90 7.80 8.10 10.10 12.70 15.30 17.30 18.10 9.30 11.10 13.40 15.30 16.50 16.80 16.70 15.70 14.10 12.00 9.90 8.80 28 17.70 16.40 14.30 11.60 9.30 8.20 8.60 10.40 13.00 15.40 17.20 17.90 9.80 11.50 13.70 15.30 16.40 16.70 16.60 15.70 14.30 12.30 10.30 9.30 26 17.60 16.40 14.40 12.00 9.70 8.70 9.10 10.90 13.20 15.50 17.20 17.80 10.20 11.90 13.90 15.40 16.40 16.60 16.50 15.80 14.50 12.60 10.70 9.70 24 17.50 16.50 14.60 12.30 10.20 9.10 9.50 11.20 13.40 15.60 17.10 17.70 10.70 12.30 14.20 15.50 16.30 16.40 16.40 15.80 14.60 13.00 11.10 10.20 22 17.40 16.50 14.80 12.60 10.60 9.60 10.00 11.60 13.70 15.70 17.00 17.50 11.20 12.70 14.40 15.60 16.30 16.40 16.30 15.90 14.80 13.30 11.60 10.70 20 17.30 16.50 15.00 13.00 11.00 10.00 10.40 12.00 13.90 15.80 17.00 17.40 11.60 13.00 14.60 15.60 16.10 16.10 16.10 15.80 14.90 13.60 12.00 11.10 18 17.10 16.50 15.10 13.20 11.40 10.40 10.80 12.30 14.10 15.80 16.80 17.10 12.00 13.30 14.70 15.60 16.00 15.90 15.90 15.70 15.00 13.90 12.40 11.60 16 16.90 16.40 15.20 13.50 11.70 10.80 11.20 12.60 14.30 15.80 16.70 16.80 12.40 13.60 14.90 15.70 15.80 15.70 15.70 15.70 15.10 14.10 12.80 12.00 14 16.70 16.40 15.30 13.70 12.10 11.20 11.60 12.90 14.50 15.80 16.50 16.60 12.80 13.90 15.10 15.70 15.70 15.50 15.50 15.60 15.20 14.40 13.30 12.50 12 16.60 16.30 15.40 14.00 12.50 11.60 12.00 13.20 14.70 15.80 16.40 16.50 13.20 14.20 15.30 15.70 15.50 15.30 15.30 15.50 15.30 14.70 13.60 12.90 10 16.40 16.30 15.50 14.20 12.80 12.00 12.40 13.50 14.80 15.90 16.20 16.20 13.60 14.50 15.30 15.60 15.30 15.00 15.10 15.40 15.30 14.80 13.90 13.30 8 16.10 16.10 15.50 14.40 13.10 12.40 12.70 13.70 14.90 15.80 16.00 16.00 13.90 14.80 15.40 15.50 15.10 14.70 14.90 15.20 15.30 15.00 14.20 13.70 6 15.80 16.00 15.60 14.70 13.40 12.80 13.10 14.00 15.00 15.70 15.80 15.70 14.30 15.00 15.50 15.40 14.90 14.40 14.60 15.10 15.30 15.10 14.50 14.10 4 15.50 15.80 15.60 14.90 13.80 13.20 13.40 14.30 15.10 15.60 15.50 15.40 14.70 15.30 15.60 15.30 14.60 14.20 14.30 14.90 15.30 15.30 14.80 14.40 2 15.30 15.70 15.70 15.10 14.10 13.50 13.70 14.50 15.20 15.50 15.30 15.10 15.00 15.50 15.70 15.30 14.40 13.90 14.10 14.80 15.30 15.40 15.10 14.80 0 15.00 15.50 15.70 15.30 14.40 13.90 14.10 14.80 15.30 15.40 15.10 14.80
Suhu Udara (°C) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36
f(T) = cTa4 11 11.4 11.7 12 12.4 12.7 13.1 13.5 13.8 14.2 14.6 15 15.4 15.9 16.3 16.7 17.2 17.7 18.1
Suhu Udara (°C) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
ea (mbar) 6.1 6.6 7.1 7.6 8.1 8.7 9.3 10.0 10.7 11.5 12.3 13.1 14.0 15.0 16.1 17.0 18.2 19.4 20.6 22.0
Suhu Udara (°C) 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
ea (mbar) 23.4 24.9 26.4 28.1 29.8 31.7 33.6 35.7 37.8 40.1 42.4 44.9 47.6 50.3 53.2 56.2 59.4 62.8 66.3 69.9
Suhu Udara (°C) 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
0 0.43 0.46 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.78 0.80 0.82 0.83 0.84 0.85
500 0.44 0.48 0.51 0.54 0.57 0.60 0.62 0.65 0.67 0.70 0.72 0.74 0.76 0.78 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86
1000 0.46 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.80 0.82 0.83 0.85 0.86 0.87
2000 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.87 0.88
3000 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.87 0.88 0.89
4000 0.54 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.87 0.88 0.89 0.90
68
Tabel 4.9. Rekapitulasi Harga ETo
Gambar 4.2. Diagram Evapotranspirasi Bulanan dan Harian
0 20 40 60 80 100 120 140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Eto (mm/hari) Eto (mm/bulan)
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES
DATA
1. °C 25,80 25,90 26,00 26,20 26,40 26,20 25,60 25,70 25,30 25,50 25,40 25,70 2. % 83,90 84,20 85,40 85,90 84,30 82,90 83,80 83,50 85,80 86,60 87,10 85,90 3. Km/hari 233,3 259,2 250,6 241,9 233,3 250,6 241,9 241,9 241,9 241,9 241,9 241,9 4. % 63,20 66,28 62,30 61,40 64,00 64,70 62,50 56,40 52,80 52,40 49,20 58,00
PERHITUNGAN Hi (r = 0,25)
5 mm/hari 14,50 15,15 15,55 15,40 14,75 14,30 14,45 15,00 15,30 15,20 14,65 14,25
6 mm/hari 5,43 5,81 5,78 5,68 5,56 5,42 5,38 5,30 5,24 5,19 4,85 5,11
PERHITUNGAN Hb
7 - 16,35 16,38 16,40 16,45 16,50 16,45 16,30 16,33 16,23 16,28 16,25 16,33 8 mbar 33,22 33,41 33,60 34,02 34,44 34,02 32,84 33,03 32,27 32,65 32,46 33,03 9 mbar 27,87 28,13 28,69 29,22 29,03 28,20 27,52 27,58 27,69 28,27 28,27 28,37
10 - 5,28 5,30 5,36 5,41 5,39 5,31 5,25 5,25 5,26 5,32 5,32 5,33
11 - 0,14 0,14 0,13 0,13 0,13 0,14 0,14 0,14 0,14 0,13 0,13 0,13
12 - 0,63 0,64 0,62 0,62 0,63 0,64 0,62 0,59 0,57 0,57 0,55 0,60
13 mm/hari 1,41 1,43 1,34 1,30 1,34 1,41 1,43 1,35 1,29 1,24 1,20 1,31
PERHITUNGAN Ea
14 - 1,39 1,37 1,28 1,25 1,41 1,51 1,38 1,42 1,19 1,14 1,09 1,21
15 - 2,40 2,56 2,50 2,45 2,40 2,50 2,45 2,45 2,45 2,45 2,45 2,45
16 mm/hari 3,34 3,51 3,19 3,06 3,37 3,79 3,39 3,47 2,92 2,79 2,67 2,97
PERHITUNGAN Et
17 - 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,74 0,75 0,74 0,75
18 - 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,26 0,26 0,26 0,25
19 mm/hari 4,02 4,38 4,44 4,38 4,21 4,01 3,95 3,95 3,95 3,94 3,65 3,80
20 mm/hari 3,84 4,16 4,12 4,05 4,01 3,95 3,81 3,83 3,69 3,65 3,40 3,59
mm/bulan 115 125 124 122 120 119 114 115 111 109 102 108 (6) - (13)
ETo = ((17)(19))+((18)(16))
U R A I A N
No. SATUAN B U L A N
Hb = (7) x (11) x (12)
0,26 ((8) - (9)) (1 + 0,006 (3)) Ea = (14) x (15)
B (Tabel 4.8) (1 - B)
Tabel 4.6 +(1) *0,25 ea (Tabel 4.7) ed = Rh (2) x ea (8) (9)^0,5
0,56 - 0,08 (10) 0,28 + 0,55 (4) Temperatur Udara (T) Kelembaban Relatif (Rh) Kecepatan Angin (U) Penyinaran Matahari (s)
Ra (Tabel 4.5)
69
4.4. Analisis Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air untuk berbagai jenis tanaman ditinjau terhadap tanaman padi dan palawija. Faktor-faktor yang menentukan untuk tanaman padi tergantung pada:
1. Curah hujan efektif 2. Perkolasi dan infiltrasi 3. Penggantian lapisan air 4. Pemakaian konsumtif 5. Efisiensi irigasi 6. Penyiapan Lahan 7. Pola Tanam
Kebutuhan bersih air di sawah (DR) dipengaruhi oleh faktor-faktor NFR seperti tersebut diatas dengan memperhitungkan curah hujan efektif (Re). Bedanya kebutuhan pengambilan air irigasi (DR), juga ditentukan dengan memperhitungkan faktor efisiensi irigasi secara keseluruhan (e), perhitungan kebutuhan air irigasi dengan rumus sebagai berikut :
NFR = Etc + P + WLR – Re DR = NFR/e
Dimana,
NFR = Kebutuhan air irigasi di sawah (mm/hari)
DR = Kebutuhan bersih air irigasi perluasan area (lt/det/Ha) Etc = Penggunaan konsumtif (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
70
Re = Curah hujan efektif
A = Luas areal irigasi rencana (Ha) e = Efisiensi irigasi
4.4.1. Curah Hujan Efektif
Curah hujan efektif adalah curah hujan andalan yang jatuh di suatu daerah dan digunakan tanaman untuk pertumbuhannya. Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi diambil sebesar 80% dari curah hujan rencana yaitu curah hujan dengan probabilitas terpenuhi 80% (R.80), sedangkan untuk tanaman palawija diambil 50 % dari curah hujan rencana (Tabel 4.3.).
4.4.2. Perkolasi dan Infiltrasi
Kehilangan air untuk perkolasi adalah jumlah air yang mengalir melalui tanah yang terisi oleh sistem perakaran yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman tersebut. Kehilangan air akibat perkolasi dapat diperiksa dengan menggunakan pendekatan permeabilitas dan infiltrasi.
Besarnya perkolasi bervariasi tergantung dari tingkat permeabilitas, dan pada beberapa kasus tergantung dari laju infiltrasi tanah, tetapi dalam perhitungan ini diambil besarnya angka perkolasi yaitu sebesar 2,00 mm/hari.
4.4.3. Penggantian Lapisan Air
Pada proses budidaya tanaman padi, untuk menerapkan pemakaian pupuk yang efektif dan menghasilkan pembuahan yang baik, digunakan sistim penurunan muka air sawah. Penggantian air pada perhitungan kebutuhan air ini diambil 1,65 mm/hari selama dua bulan setelah transplantasi.
4.4.4. Pemakaian Konsumtif
Penggunaan konsumtif oleh tanaman diperkirakan berdasarkan metode empiris, dimana persamaannya adalah sebagai berikut :
71
dimana :
Etc = Penggunaan konsumtif, mm/hari
c = Koefisien tanaman sesuai dengan pertumbuhannya. Eto = Evapotranspirasi tanaman potensial, mm/hari
Perhitungan evapotranspirasi potensial menggunakan metode Penman yang telah dimodifikasi.
Tabel 4.10. Koefisien Tanaman Menurut Penman Modifikasi FAO
Periode Padi Palawija
Tengah Bulanan Biasa Unggul Kedelai Kacang Hijau
1. 1,10 1,10 0,50 0,40
2. 1,10 1,10 0,75 0,60
3. 1,10 1,05 1,00 0,97
4. 1,10 1,05 1,00 1,05
5. 1,10 0,95 0,82 0,80
6. 1,05 0,00 0,45
7. 0,95
8. 0,00
4.4.5. Efisiensi Irigasi
Pada dasarnya, semua kehilangan air yang mempengaruhi efisiensi irigasi berlangsung selama proses pemindahan air dari sumbernya ke lahan pertanian dan selama pengolahan lahan pertanian.
Efisiensi irigasi dibagi dalam 2 (dua) komponen, yaitu : 1. Efisiensi pengangkutan, dimana kehilangan airnya dihitung dari
sistim saluran induk dan sekunder.
2. Efisiensi di lahan pertanian (sawah), dimana kehilangan airnya dihitung dari saluran tersier dan kegiatan pemakaian air irigasi di lahan pertanian.
72
90 %.
4.4.6. Penyiapan Lahan
Dalam tahap penyiapan lahan, air sangat diperlukan untuk mempermudah pembajakan dan penyiapan kelembaban tanah guna pertumbuhan tanaman. Untuk tanaman padi, perhitungan kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan digunakan metode Van de Goor/Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah, yang sudah dijenuhkan selama periode penyiapan lahan 45 hari, dengan tinggi genangan air 250 mm atau 8,33 mm/hari.
Perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan diperoleh berdasarkan persamaan berikut:
IR = M x ek / (ek - 1) dimana :
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari).
M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi; atau
M = Eo + P, dimana Eo =1,1 x Eto. (mm/hari) P = Perkolasi
k = M . T / S
T = Jangka waktu penyiapan lahan, hari.
73
Contoh perhitungan kebutuhan air pada masa penyiapan lahan pada bulan Januari dari data-data adalah sebagai berikut :
Evapotranspirasi (Eto) : 3,84 mm/hari
Perkolasi diasumsikan : 2 mm/hari
Waktu Penyiapan Lahan (T) : 45 hari
Kebutuhan untuk penjenuhan : 250 mm.
Menghitung Eo = 1,1 x Eto = 1,1 x 3,84 = 4,224 mm/hari Menghitung M = Eo + P = 4,224 + 2 = 6,224 mm/hari Menghitung K = M.T/S = 6,224�45
250 = 1,12
Menghitung IR = M x ek / (ek - 1); e = 2,718281828 ≈ 2,72.
IR = 6,224 � 2,721,12
(2,721,12−1) = 9,24 ��/ℎ���
Tabel 4.11. Analisis Kebutuhan Air Selama Penyiapan Lahan (LP)
S = 250 S = 300 S = 250 S = 300 S = 250 S = 300 S = 250 S = 300 (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Jan 3,84 4,23 2,00 6,23 0,75 0,62 1,12 0,93 11,83 13,44 9,24 10,26
Peb 4,16 4,58 2,00 6,58 0,79 0,66 1,18 0,99 12,05 13,65 9,48 10,49
Mar 4,12 4,54 2,00 6,54 0,78 0,65 1,18 0,98 12,03 13,62 9,45 10,46
Apr 4,05 4,46 2,00 6,46 0,78 0,65 1,16 0,97 11,98 13,58 9,40 10,41
Mei 4,01 4,41 2,00 6,41 0,77 0,64 1,15 0,96 11,94 13,54 9,36 10,38
Juni 3,95 4,35 2,00 6,35 0,76 0,63 1,14 0,95 11,91 13,51 9,32 10,34
Juli 3,81 4,19 2,00 6,19 0,74 0,62 1,11 0,93 11,81 13,41 9,21 10,23
Agst 3,83 4,22 2,00 6,22 0,75 0,62 1,12 0,93 11,82 13,43 9,23 10,25
Sept 3,69 4,06 2,00 6,06 0,73 0,61 1,09 0,91 11,72 13,33 9,12 10,15
Okt 3,65 4,01 2,00 6,01 0,72 0,60 1,08 0,90 11,70 13,31 9,09 10,12
Nop 3,40 3,74 2,00 5,74 0,69 0,57 1,03 0,86 11,53 13,14 8,91 9,94
Des 3,59 3,95 2,00 5,95 0,71 0,59 1,07 0,89 11,66 13,27 9,05 10,08
Bulan ETo
Eo = 1.1 x Eto P
M = Eo + P
IR = M ek /(ek - 1) (mm/hari) T = 30 hari T = 45 hari T = 30 hari T = 45 hari
74
4.4.7. Pola Tanam
Untuk menyusun Pola Tata Tanam pada suatu daerah irigasi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Iklim yang biasa terjadi 2. Ketersediaan air irigasi
3. Kesesuaian lahan dan sifat tanaman 4. Keinginan dan kebiasaan petani setempat 5. Kebijaksanaan pemerintah
6. Jumlah dan kualitas tenaga kerja
Maksud diadakan tata tanam adalah untuk mengatur waktu, tempat, jenis dan luas tanaman pada daerah irigasi seefektif dan seefisien mungkin, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Contoh perhitungan Pola Tanam Alternatif I (mulai tanam September I) Re padi September I : 2,87 mm/hari(tabel 4.3.)
Re palawija September I : 3,68 mm/hari(tabel 4.3.) Eto = 3,69 mm/hari (tabel 4.9.)
P = 2 mm/hari
WLR = 0 (karena masih masa penyiapan lahan)
Koefisien Tanaman padi = 0 (karena masih masa penyiapan lahan) Etc = 9,12 mm/hari (karena masih masa penyiapan lahan lihat tabel 4.11 dengan S=250 mm, T=45 hari)
NFR = Etc – Re = 9,12 mm/hari – 2,87 mm/hari = 6,25 mm/hari DR = NFR/(0,65*8,64) = 6,25/(0,65*8,64) = 1,11 liter/detik/ha
Dimana 0,65 adalah perkalian harga efisiensi saluran tersier, sekunder dan primer dan 8,64 adalah konstanta untuk mengubah satuan dari mm/hari ke liter/detik/hektar.
75
Tabel 4.12. Pola Tanam Alternatif I (Tanam September I)
Tabel 4.13. Pola Tanam Alternatif II (Tanam September II)
Pola Tanam : Padi - Padi/Palawija - Palawija Periode Tanam : Padi - I (September 1)
Re Re
Padi Palawija Padi Pwj Padi Pwj Padi Pwj
mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari C1 C2 C C1 C2 C mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari lt/det/ha lt/det/ha
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
I 0.28 1.63 3.84 2.00 0.00 0.00 0.00 1.72 0.31
II 0.91 1.77 3.84 2.00 LP LP 9.24 8.33 1.48
I 0.07 0.66 4.16 2.00 LP LP 0.50 0.25 9.48 1.04 9.41 0.00 1.68 0.00
II 0.14 1.01 4.16 2.00 1.10 LP 0.75 0.50 0.63 9.48 2.60 9.34 0.44 1.66 0.08
I 0.30 2.51 4.12 2.00 1.10 1.10 1.10 1.00 0.75 0.88 4.54 3.61 6.23 1.48 1.11 0.26
II 0.79 1.01 4.12 2.00 1.65 1.05 1.10 1.08 1.00 1.00 1.00 4.43 4.12 7.29 2.00 1.30 0.36
I 1.34 2.56 4.05 2.00 1.65 1.05 1.05 1.05 0.82 1.00 0.91 4.26 3.69 6.57 1.64 1.17 0.29
II 0.95 1.77 4.05 2.00 1.65 0.95 1.05 1.00 0.45 0.82 0.64 4.05 2.57 6.76 0.52 1.20 0.09
I 0.89 2.73 4.01 2.00 1.65 0.00 0.95 0.48 0.45 0.23 1.90 0.90 4.67 0.00 0.83 0.00
II 1.42 3.49 4.01 2.00 0.00 0.00 0.50 0.25 0.00 1.00 0.58 0.00 0.10 0.00
I 1.12 2.28 3.95 2.00 0.75 0.50 0.63 2.47 0.52 0.09
II 1.31 1.81 3.95 2.00 1.00 0.75 0.88 3.46 1.51 0.27
I 1.18 1.95 3.81 2.00 1.00 1.00 1.00 3.81 2.00 0.36
II 1.52 2.19 3.81 2.00 0.82 1.00 0.91 3.47 1.66 0.30
I 0.89 1.82 3.83 2.00 0.45 0.82 0.64 2.43 0.60 0.11
II 2.03 2.69 3.83 2.00 0.45 0.23 0.86 0.00 0.00
I 2.87 3.68 3.69 2.00 LP LP 9.12 6.25 1.11
II 3.04 4.43 3.69 2.00 LP LP 9.12 6.08 1.08
I 3.20 4.85 3.65 2.00 1.10 LP 9.09 5.90 1.05
II 3.00 3.08 3.65 2.00 1.10 1.10 1.10 4.01 3.02 0.54
I 2.12 2.67 3.40 2.00 1.65 1.05 1.10 1.08 3.65 5.18 0.92
II 1.66 2.15 3.40 2.00 1.65 1.05 1.05 1.05 3.57 5.56 0.99
I 2.25 3.22 3.59 2.00 1.65 0.95 1.05 1.00 3.59 4.99 0.89
II 1.03 1.98 3.59 2.00 1.65 0.00 0.95 0.48 1.70 4.33 0.77
Nov Dec May Jun Aug Sep Oct Jul Koefisien Tanaman Palawija
ETc NFR DR
(1)
Jan
Bulan ETo P WLR
Koefisien Tanaman Padi
Feb Mar
Apr
Pola Tanam : Padi - Padi/Palawija - Palawija Periode Tanam : Padi - I (September 2)
Re Re
Padi Palawija Padi Pwj Padi Pwj Padi Pwj
mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari C1 C2 C C1 C2 C mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari lt/det/ha lt/det/ha (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
I 0.28 1.63 3.84 2.00 1.65 0.00 0.95 0.48 1.83 5.20 0.93
II 0.91 1.77 3.84 2.00 0.00 0.00 0.00 1.09 0.19
I 0.07 0.66 4.16 2.00 LP LP 9.48 9.41 1.68
II 0.14 1.01 4.16 2.00 LP LP 0.50 0.25 9.48 1.04 9.34 0.00 1.66 0.00 I 0.30 2.51 4.12 2.00 1.10 LP 0.75 0.50 0.63 9.45 2.58 9.15 0.45 1.63 0.08 II 0.79 1.01 4.12 2.00 1.10 1.10 1.10 1.00 0.75 0.88 4.54 3.61 5.74 1.48 1.02 0.26 I 1.34 2.56 4.05 2.00 1.65 1.05 1.10 1.08 1.00 1.00 1.00 4.36 4.05 6.67 2.00 1.19 0.36 II 0.95 1.77 4.05 2.00 1.65 1.05 1.05 1.05 0.82 1.00 0.91 4.26 3.69 6.96 1.64 1.24 0.29 I 0.89 2.73 4.01 2.00 1.65 0.95 1.05 1.00 0.45 0.82 0.64 4.01 2.54 6.77 0.54 1.21 0.10 II 1.42 3.49 4.01 2.00 1.65 0.00 0.95 0.48 0.45 0.23 1.90 0.90 4.14 0.00 0.74 0.00 I 1.12 2.28 3.95 2.00 0.00 0.00 0.50 0.25 0.00 0.99 0.88 0.00 0.16 0.00 II 1.31 1.81 3.95 2.00 0.75 0.50 0.63 2.47 0.52 0.09
I 1.18 1.95 3.81 2.00 1.00 0.75 0.88 3.33 1.52 0.27
II 1.52 2.19 3.81 2.00 1.00 1.00 1.00 3.81 2.00 0.36
I 0.89 1.82 3.83 2.00 0.82 1.00 0.91 3.49 1.66 0.29
II 2.03 2.69 3.83 2.00 0.45 0.82 0.64 2.43 0.60 0.11
I 2.87 3.68 3.69 2.00 0.45 0.23 0.83 0.00 0.00
II 3.04 4.43 3.69 2.00 LP LP 9.12 6.08 1.08
I 3.20 4.85 3.65 2.00 LP LP 9.09 5.90 1.05
II 3.00 3.08 3.65 2.00 1.10 LP 9.09 6.10 1.09
I 2.12 2.67 3.40 2.00 1.10 1.10 1.10 3.74 3.62 0.64 II 1.66 2.15 3.40 2.00 1.65 1.05 1.10 1.08 3.65 5.65 1.01 I 2.25 3.22 3.59 2.00 1.65 1.05 1.05 1.05 3.77 5.17 0.92 II 1.03 1.98 3.59 2.00 1.65 0.95 1.05 1.00 3.59 6.21 1.11
Nov Dec May Jun Aug Sep Oct Jul Koefisien Tanaman Palawija
ETc NFR DR
(1)
Jan
Bulan ETo P WLR
Koefisien Tanaman Padi
Feb
Mar
76
Tabel 4.14. Pola Tanam Alternatif III (Tanam Oktober I)
4.5. Analisis Debit Andalan
Untuk menentukan debit andalan catchment area Sei Belutu digunakan data AWLR (Automatic Water Level Recorder) Pekan Selasa dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : �
�=��
����
Dimana : Qb = Debit di lokasi bendung
Qs = Debit di lokasi AWLR
Ab = Luas catchment di lokasi yang ditinjau
As = Luas catchment di lokasi AWLR
Pola Tanam : Padi - Padi/Palawija - Palawija Periode Tanam : Padi - I (Oktober 1)
Re Re
Padi Palawija Padi Pwj Padi Pwj Padi Pwj
mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari C1 C2 C C1 C2 C mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari lt/det/ha lt/det/ha
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
I 0.28 1.63 3.84 2.00 1.65 0.95 1.05 1.00 3.84 7.21 1.28
II 0.91 1.77 3.84 2.00 1.65 0.00 0.95 0.48 1.83 4.57 0.81
I 0.07 0.66 4.16 2.00 0.00 0.00 0.00 1.93 0.34
II 0.14 1.01 4.16 2.00 LP LP 9.48 9.34 1.66 0.00
I 0.30 2.51 4.12 2.00 LP LP 0.50 0.25 9.45 1.03 9.15 0.00 1.63 0.00
II 0.79 1.01 4.12 2.00 1.10 LP 0.75 0.50 0.63 9.45 2.58 8.66 0.45 1.67 0.08
I 1.34 2.56 4.05 2.00 1.10 1.10 1.10 1.00 0.75 0.88 4.46 3.55 5.12 1.49 0.91 0.27
II 0.95 1.77 4.05 2.00 1.65 1.05 1.10 1.08 1.00 1.00 1.00 4.36 4.05 7.06 2.00 1.26 0.36
I 0.89 2.73 4.01 2.00 1.65 1.05 1.05 1.05 0.82 1.00 0.91 4.21 3.65 6.97 1.64 1.24 0.29
II 1.42 3.49 4.01 2.00 1.65 0.95 1.05 1.00 0.45 0.82 0.64 4.01 2.54 6.24 0.54 1.11 0.10
I 1.12 2.28 3.95 2.00 1.65 0.00 0.95 0.48 0.45 0.23 1.88 0.89 4.40 0.00 0.78 0.00
II 1.31 1.81 3.95 2.00 0.00 0.00 0.50 0.25 0.00 0.99 0.69 0.00 0.12 0.00
I 1.18 1.95 3.81 2.00 0.75 0.50 0.63 2.38 0.57 0.10
II 1.52 2.19 3.81 2.00 1.00 0.75 0.88 3.33 1.52 0.27
I 0.89 1.82 3.83 2.00 1.00 1.00 1.00 3.83 2.00 0.36
II 2.03 2.69 3.83 2.00 0.82 1.00 0.91 3.49 1.66 0.29
I 2.87 3.68 3.69 2.00 0.45 0.82 0.64 2.34 0.65 0.12
II 3.04 4.43 3.69 2.00 0.45 0.23 0.83 0.00 0.00
I 3.20 4.85 3.65 2.00 LP LP 9.09 5.90 1.05
II 3.00 3.08 3.65 2.00 LP LP 9.09 6.10 1.09
I 2.12 2.67 3.40 2.00 1.10 LP 8.91 6.79 1.21
II 1.66 2.15 3.40 2.00 1.10 1.10 1.10 3.74 4.08 0.73
I 2.25 3.22 3.59 2.00 1.65 1.05 1.10 1.08 3.86 5.26 0.94
II 1.03 1.98 3.59 2.00 1.65 1.05 1.05 1.05 3.77 6.39 1.14
Nov Dec May Jun Aug Sep Oct Jul Koefisien Tanaman Palawija
ETc NFR DR
(1)
Jan
Bulan ETo P WLR
Koefisien Tanaman Padi
Feb
77
Tabel 4.15. Debit Tengah Bulanan di Lokasi AWLR (Pekan Selasa)
sumber :Balai Wilayah Sungai
Contoh perhitungan debit andalan : Januari I tahun 1992, data-data :
Qs = 4,03 m3/detik
As = 68 Km2
Ab = 242 Km2
maka didapat, � �=��
����=
242 ��2 68 ��2�
4,03�3
�����
� =14,36�3������
Berikutnya hasil perhitungan debit andalan catchment area Sei Belutu dalam tabel berikut :
Tabel 4.16. Debit Tengah Bulanan Catchment Area Sei Belutu
sumber : perhitungan
Selanjutnya, melakukan ranking data, dari yang terbesar sampai yang
Luas CA 68 km2 satuan : m3/dt
Tahun Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1992 4,03 3,73 3,59 4,03 3,76 3,54 3,84 4,03 4,31 4,05 4,00 3,78 3,81 3,82 3,95 3,83 3,88 4,51 4,97 4,18 4,20 4,93 4,70 5,19 1993 5,23 6,82 6,80 8,05 7,39 7,12 6,94 7,27 7,88 7,16 4,97 5,41 5,98 6,41 5,41 4,78 6,78 6,62 7,34 8,24 10,13 7,13 6,53 7,27 1994 6,43 5,95 7,21 6,70 7,23 6,59 7,05 7,57 6,05 6,47 5,62 5,65 5,83 5,39 5,10 5,02 5,59 5,49 4,99 6,60 7,41 8,44 6,96 5,98 1995 6,37 7,25 6,94 6,37 6,77 6,18 6,70 6,98 7,78 6,71 8,57 8,66 7,73 7,38 6,62 9,32 7,96 8,26 9,72 9,09 9,29 10,60 10,77 7,45 1996 8,92 8,39 8,89 9,00 8,91 8,77 9,29 9,36 9,17 9,25 9,29 8,82 9,12 8,69 8,90 9,04 9,41 9,61 9,97 9,32 9,27 9,64 10,40 10,47 1997 11,05 9,96 9,77 9,93 10,62 10,23 9,54 10,28 9,68 8,99 8,90 8,99 9,22 8,81 8,76 8,86 8,94 10,27 10,49 9,96 11,48 11,41 10,24 9,91 1998 9,10 9,44 9,30 8,93 9,30 9,04 8,85 8,70 8,63 8,61 8,86 8,90 8,96 9,48 11,05 10,44 9,84 9,53 9,26 11,03 9,23 9,42 8,86 9,02 2001 9,38 10,29 9,31 10,01 9,38 9,24 9,59 9,27 8,57 8,14 8,37 8,01 7,81 8,24 8,08 8,26 8,65 9,19 7,99 11,59 11,20 9,81
Rata-rata 7,56 7,73 7,73 7,88 7,92 7,59 7,72 7,93 7,76 7,42 7,32 7,28 7,31 7,28 7,23 7,44 7,63 7,94 8,09 8,75 9,03 8,92 8,35 7,90
Luas CA 242 km2 satuan : m3/dt
Tahun Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1992 14,36 13,27 12,78 14,35 13,39 12,59 13,68 14,33 15,35 14,42 14,25 13,46 13,55 13,61 14,06 13,63 13,80 16,07 17,70 14,88 14,95 17,55 16,72 18,49 1993 18,61 24,28 24,21 28,64 26,31 25,33 24,71 25,87 28,05 25,49 17,70 19,27 21,29 22,82 19,26 17,00 24,14 23,56 26,13 29,34 36,06 25,38 23,23 25,85 1994 22,90 21,16 25,67 23,84 25,75 23,47 25,07 26,93 21,53 23,02 20,01 20,10 20,75 19,19 18,15 17,88 19,91 19,53 17,78 23,48 26,37 30,05 24,78 21,29 1995 22,66 25,80 24,69 22,66 24,08 21,99 23,83 24,86 27,68 23,89 30,50 30,81 27,52 26,28 23,55 33,16 28,32 29,40 34,59 32,35 33,07 37,73 38,33 26,50 1996 31,74 29,86 31,65 32,04 31,72 31,22 33,04 33,30 32,64 32,91 33,06 31,40 32,46 30,92 31,68 32,17 33,47 34,20 35,48 33,18 33,01 34,31 37,01 37,26 1997 39,31 35,44 34,77 35,34 37,80 36,39 33,95 36,59 34,45 32,01 31,67 32,00 32,82 31,36 31,19 31,51 31,83 36,55 37,32 35,45 40,86 40,62 36,43 35,25 1998 32,39 33,60 33,10 31,77 33,10 32,17 31,50 30,98 30,72 30,65 31,55 31,67 31,88 33,72 39,31 37,14 35,02 33,92 32,96 39,26 32,84 33,54 31,51 32,09 2001 33,38 36,62 33,15 35,62 33,37 32,89 34,12 32,98 30,50 28,96 29,77 28,50 27,81 29,32 28,74 29,40 30,78 32,71 28,45 41,24 39,85 34,90
78
terkecil untuk mendapatkan probabilitas 80% (P80). Contoh perhitungan untuk mendapat Q80 adalah :
Bulan Januari I data-data : Rata-rata : 26,92 m3/detik Probabilitas (P): 0,8
Karena urutan yang paling mendekati 80% adalah urutan ke 7 dan ke 8, maka debit andalan (Q80) dapat dihitung dengan persamaan :
Qno7 : 18,61 m3/detik
Qno8 : 14,36 m3/detik
Q80 = Qno8 + P (Qno7-Qno8)
Q80 = 14,36 + 0,8(18,61-14,36) = 17,76.
Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam tabel dibawah : Tabel 4.17. Analisa Debit Andalan Sei Belutu
sumber : perhitungan
4.6. Neraca Air
Perhitungan neraca air diperlukan untuk menentukan jumlah air agar seimbang antara satu alternatif dengan debit andalan yang tersedia di Daerah Irigasi Sei Belutu.
Luas CA 242 km2 satuan : m3/dt
Ranking Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Prob Data I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II (%)
1 39,31 36,62 34,77 35,62 37,80 36,39 34,12 36,59 34,45 32,91 33,06 32,00 32,82 33,72 39,31 37,14 35,02 36,55 37,32 41,24 40,86 40,62 38,33 37,26 11,11 2 33,38 35,44 33,15 35,34 33,37 32,89 33,95 33,30 32,64 32,01 31,67 31,67 32,46 31,36 31,68 33,16 33,47 34,20 35,48 39,26 39,85 37,73 37,01 35,25 22,22 3 32,39 33,60 33,10 32,04 33,10 32,17 33,04 32,98 30,72 30,65 31,55 31,40 31,88 30,92 31,19 32,17 31,83 33,92 34,59 35,45 36,06 34,90 36,43 32,09 33,33 4 31,74 29,86 31,65 31,77 31,72 31,22 31,50 30,98 30,50 28,96 30,50 30,81 27,81 29,32 28,74 31,51 30,78 32,71 32,96 33,18 33,07 34,31 31,51 26,50 44,44 5 22,90 25,80 25,67 28,64 26,31 25,33 25,07 26,93 28,05 25,49 29,77 28,50 27,52 26,28 23,55 29,40 28,32 29,40 28,45 32,35 33,01 33,54 24,78 25,85 55,56 6 22,66 24,28 24,69 23,84 25,75 23,47 24,71 25,87 27,68 23,89 20,01 20,10 21,29 22,82 19,26 17,88 24,14 23,56 26,13 29,34 32,84 30,05 23,23 21,29 66,67 7 18,61 21,16 24,21 22,66 24,08 21,99 23,83 24,86 21,53 23,02 17,70 19,27 20,75 19,19 18,15 17,00 19,91 19,53 17,78 23,48 26,37 25,38 16,72 18,49 77,78 8 14,36 13,27 12,78 14,35 13,39 12,59 13,68 14,33 15,35 14,42 14,25 13,46 13,55 13,61 14,06 13,63 13,80 16,07 17,70 14,88 14,95 17,55 88,89 Rata-rata 26,92 27,50 27,50 28,03 28,19 27,00 27,49 28,23 27,61 26,42 26,06 25,90 26,01 25,90 25,74 26,49 27,16 28,24 28,80 31,15 32,13 31,76 29,72 28,10
79
[image:34.595.92.567.100.552.2]Tabel 4.18. Neraca Air Alternatif I
Tabel 4.19. Neraca Air Alternatif II
Tab el 4.20. Neraca Air Alternatif III
Catatan : untuk perhitungan Kebutuhan air di sawah menggunakan persamaan luas areal yang akan dialiri (5032 ha) dibagi kan dengan 1000 dikalikan dengan DR yang didapat pada subbab (4.4.7.).
atau �
1000���. 1000 merupakan faktor konversi dari liter ke m
3
.
Untuk menghitung water balance adalah penjumlahan dari kebutuhan air irigasi untuk sawah dan palawija.
Berikut adalah perhitungan luas area yang dapat dilayani berdasarkan kebutuhan
Periode (15 hari) ke : I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
Keterangan PALAWIJA
1 Pola Tata Tanam Satuan
2 Debit Andalan m3/dt 18,19 18,84 13,28 17,13 18,93 20,71 16,63 15,31 12,27 16,11 20,46 13,89 14,99 12,97 17,90 17,38 15,00 16,55 13,66 17,58 18,87 16,91 15,81 15,07 3 Luas Area ha 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 4 Kebutuhan Air Irigasi
Padi m3/dt 5,60 5,45 5,28 2,70 4,64 4,98 4,47 3,88 1,54 7,46 8,43 8,37 5,59 6,53 5,89 6,06 4,18 0,00
Palawija m3/dt 0,46 1,35 1,79 1,48 0,54 0,00
5 Water Balance m3/dt 12,59 13,39 7,99 14,43 14,28 15,73 12,16 11,43 10,73 8,65 12,03 5,52 9,40 6,44 12,02 11,33 10,81 16,55 13,20 16,23 17,08 15,43 15,27 15,07 Bulan SEPT OKT NOP DES JAN PEB MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUST
LP PADI I LP PADI II
Periode (15 hari) ke : I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
Keterangan LP PADI I LP PADI II PALAWIJA
1 Pola Tata Tanam Satuan
2 Debit Andalan m3/dt 18,19 18,84 13,28 17,13 18,93 20,71 16,63 15,31 12,27 16,11 20,46 13,89 14,99 12,97 17,90 17,38 15,00 16,55 13,66 17,58 18,87 16,91 15,81 15,07 3 Luas Area ha 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 4 Kebutuhan Air Irigasi
Padi m3/dt 5,45 5,28 5,46 3,24 5,06 4,63 5,57 4,66 0,98 8,43 8,37 8,20 5,15 5,98 6,24 6,07 3,71 0,78
Palawija m3/dt 0,00 0,46 1,37 1,79 1,48 0,54
5 Water Balance m3/dt 18,19 13,39 7,99 11,67 15,69 15,65 12,00 9,74 7,62 15,14 12,03 5,52 6,79 7,82 11,93 11,15 8,93 12,85 12,88 17,12 17,51 15,12 14,32 14,53 AGUST PEB MARET APRIL MEI JUNI JULI
Bulan SEPT OKT NOP DES JAN
Periode (15 hari) ke : I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
Keterangan LP PADI I LP PADI II PALAWIJA
1 Pola Tata Tanam Satuan
2 Debit Andalan m3/dt 18,19 18,84 13,28 17,13 18,93 20,71 16,63 15,31 12,27 16,11 20,46 13,89 14,99 12,97 17,90 17,38 15,00 16,55 13,66 17,58 18,87 16,91 15,81 15,07 3 Luas Area ha 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 D.I. Belutu ha 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032 5032
4 Kebutuhan Air Irigasi
Padi m3/dt 5,28 5,46 6,08 3,66 4,71 5,73 6,46 4,09 1,73 8,37 8,20 8,41 4,59 6,33 6,25 5,59 3,94 0,62
Palawija m3/dt 0,59 0,00 0,51 1,37 1,79 1,48
5 Water Balance m3/dt 17,60 18,84 7,99 11,67 12,85 17,05 11,92 9,58 5,81 12,02 18,73 5,52 6,79 4,56 13,31 11,06 8,75 10,96 9,72 16,96 18,36 15,55 14,02 13,59
80
[image:35.595.119.511.134.460.2]air (liter/detik/ha) :
Tabel 4.21. Luas Area yang Dapat Diari
sumber : perhitungan
Luas area yang dapat dialiri didapat dengan Debit (m3/detik) dikali 1000 dibagi dengan Kebutuhan air (L/detik/ha)
catatan :7.760 Ha merupakan area terbesar yang dapat dilayani oleh Sungai Belutu berdasarkan analisa debit andalan dan kebutuhan air irigasi. Sedangkan luas Daerah Irigasi Belutu adalah 5032 Ha, maka Sungai Belutu dapat melayani Daerah Irigasi Belutu.
4.7. Ketinggian Mercu Bendung Sei Belutu
Untuk melihat apakah Bendung Daerah Irigasi Belutu dapat mengairi petak sawah mulai dari yang tertinggi sampai terendah dan terdekat sampai
Debit
(m3/dt) Alt 1 Alt 2 Alt 3 Alt 1 Alt 2 Alt 3
Jan I 12,27 0,31 0,93 1,28 40.070 13.264 9.553
II 16,11 1,48 0,19 0,81 10.862 83.013 19.817
Feb I 20,46 1,68 1,68 0,34 12.213 12.213 59.603
II 13,89 1,66 1,66 1,66 8.350 8.350 8.350
Mar I 14,99 1,11 1,63 1,63 13.504 9.203 9.203
II 12,97 1,30 1,02 1,67 9.991 12.682 7.760
Apr I 17,90 1,17 1,19 0,91 15.304 15.071 19.627
II 17,38 1,20 1,24 1,26 14.445 14.024 13.823
May I 15,00 0,83 1,21 1,24 18.047 12.440 12.082
II 16,55 0,10 0,74 1,11 158.970 22.468 14.896
Jun I 13,66 0,09 0,16 0,78 148.010 87.648 17.428
II 17,58 0,27 0,09 0,12 65.553 190.472 142.400
Jul I 18,87 0,36 0,27 0,10 52.999 69.558 185.440
II 16,91 0,30 0,36 0,27 57.319 47.494 62.333
Aug I 15,81 0,11 0,29 0,36 147.671 53.639 44.388
II 15,07 0,00 0,11 0,29 140.759 51.128
Sep I 18,19 1,11 0,00 0,12 16.339 156.097
II 18,84 1,08 1,08 0,00 17.393 17.393
Oct I 13,28 1,05 1,05 1,05 12.647 12.647 12.647
II 17,13 0,54 1,09 1,09 31.900 15.777 15.777
Nov I 18,93 0,92 0,64 1,21 20.514 29.390 15.658
II 20,71 0,99 1,01 0,73 20.913 20.599 28.498
Dec I 16,63 0,89 0,92 0,94 18.713 18.063 17.755
II 15,31 0,77 1,11 1,14 19.867 13.842 13.453
81
terjauh perlu dilakukan evaluasi terhadap ketinggian mercu. Diketahui pada bab sebelumnya bahwa Bendung Daerah Irigasi Belutu berada pada elevasi +24,55 m, dan mempunyai ketinggian mercu 2,25 m.
Gambar 4.3. Peta Situasi Rencana Bendung, Intake, dan Saluran Sekunder (BBKA1)
1. H100 = +0,7 m
2. Panjang Saluran Intake – BBKA1 (L) = 278 m
3. Elevasi Dasar Sungai = +24,55 m
4. Kemiringan Saluran (I) = 0,00107
5. Elevasi Sawah Tertinggi = +24,6 m
6. Lapisan Air di Sawah = +0,1 m
82
12.Kehilangan Tinggi Energi di B.Sadap Tersier (1/3 H)= 0,233 m 13.Variasi Muka Air (Δ = 0,18H100) = +0,126 m
14.Muka Air di Saluran Sekunder (Intake – BBKA1)
= (penjumlahan No.6 sampai dengan No.13) = +25,662 m Elevasi Mercu Bendung :
15.Kehilangan Tinggi Energi Pada Alat Ukur = +0,4 m 16.Kehilangan Tinggi Energi Pada Saluran Primer = +0,1 m 17.Kehilangan Tinggi Energi Pada Pengambilan = +0,1 m 18.Kemiringan Saluran (I x L Saluran) = +0,297 m 19.Elevasi minimum
(penjumlahan No.14 s.d. No.18) = +26,559
Maka tinggi minimum mercu: Elevasi Minimum – Elevasi dasar Sungai
= +26,559 - +24,55 = 2,004 (ketinggian minimum). Sementara Bendung Daerah Irigasi Belutu direncanakan memiliki ketinggian 2,25 meter (elevasi +26,80), maka ketinggian bendung memenuhi tinggi minimum.
4.8. Debit Bangunan Pengambilan
Debit Pengambilan di Bendung Sei Belutu direncanakan
Q =DRxLuas Area diairi x 120%
Q = debit air yang menuju bangunan pengambilan
83
catatan : dikalikan 120% karena asumsi sekurang-kurangnya 120% dari kebutuhan pengambilan guna menambah fleksibilitas dan agar dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur proyek (KP-02).
Q = 1,67 x 5032 x 120% = 10085 liter/detik.
4.9. Saluran Daerah Irigasi Sei Belutu
Daerah Irigasi Sei Belutu memiliki luas areal 5032 Ha. Dengan area seluas itu tentu harus memiliki dimensi saluran terbuka yang dapat mengalirkan air dari sawah tertinggi sampai ke sawah terendah mulai dari titik terdekat sampai dengan titik terjauh.
Gambar 4.4. Contoh Saluran Terbuka Irigasi
Dari Gambar 4.4. diketahui :
Luas penampang (A) = (b+(b+2x))*h/2 atau = b.h+m.h2 Kemiringan talud (m) = h/x
Keliling Basah (P) = b+2((1+m2)0,5h) Jari-jari hidraulis = A/P
Kecepatan (v) = k.R2/3.I0,5
84
Tabel 4.22. Tabel Saluran Daerah Irigasi Sei Belutu
Tipe Nama A QR b h m k n V I a P R Q Max Q Tersisa %Q
Loses
Ha L/s m m m/s m² m m L/s L/s
Induk Belutu
Induk Intake - B.B1 5032.6 10085.37 10 0.5 1 70 20 1.95 0.0022 5.25 11.41 0.46 10245.105 10085.37
Tersier
B1Ka 4.35 7.2645 0.2 0.2 1 70 1 0.63 0.00167 0.08 0.766 0.104482 50.385178 10078.11 0.07%
B1Ki1 25 41.75 0.2 0.2 1 70 1 0.63 0.00167 0.08 0.766 0.104482 50.385178 10043.62 0.41%
B2Ki2 5 8.35 0.2 0.2 1 70 1 0.63 0.00167 0.08 0.766 0.104482 50.385178 10077.02 0.08%
Sal. Sek. Belutu Kanan
Sekunder B.B1-B.BKa1 1609.4 2902.66 5 0.4 1 70 13 1.48 0.0018 2.16 6.131 0.352287 3188.6619 7182.71 28.78%
Tersier BKa1 61 101.87 0.3 0.3 1 70 1 0.83 0.00167 0.18 1.149 0.156722 148.75325 2800.79 3.51%
Sekunder B.BKa1-B.BKa2 1415.4 2552.76 5 0.4 1 70 13 1.63 0.0022 2.16 6.131 0.352287 3525.1984 349.9 87.95%
Tersier BKa2Ka 27 45.09 0.2 0.2 1 70 1 0.63 0.00167 0.08 0.766 0.104482 50.385178 2507.67 1.77%
Bka2Ki 38 63.46 0.25 0.25 1 70 1 0.73 0.00167 0.125 0.957 0.130602 91.422382 2489.3 2.49%
Sekunder B.BKa2-B.BKa3 1289.4 2325.51 5 0.4 1 70 13 1.43 0.0017 2.16 6.131 0.352287 3098.8224 227.25 91.10%
Tersier
Bka3Ka1 33.16 55.3772 0.25 0.25 1 70 1 0.73 0.00167 0.125 0.957 0.130602 91.422382 2270.133 2.38%
Bka3Ka2 16 26.72 0.2 0.2 1 70 1 0.63 0.00167 0.08 0.766 0.104482 50.385178 2298.79 1.15%
Bka3Ka3 145 242.15 0.4 0.4 1 70 1 1.00 0.00167 0.32 1.531 0.208963 320.66598 2083.36 10.41%
Sekunder B.BKa3-B.BKa4 1095.2 1975.32 5 0.4 1 70 13 1.48 0.0018 2.16 6.131 0.352287 3188.6619 350.19 84.94%
Tersier Bka4ka 2.27 3.7909 0.2 0.2 1 70 1 0.63 0.00167 0.08 0.766 0.104482 50.385178 1971.529 0.19%
Bka4ki 138 230.46 0.3 0.3 1 70 1 0.83 0.00167 0.18 1.149 0.156722 148.75325 1744.86 11.67%
Sekunder B.BKa4-B.BKa5 954.9 1722.33 5 0.4 1 70 13 1.30 0.0014 2.16 6.131 0.352287 2812.1355 252.99 87.19%
Tersier Bka5ka 93.23 155.6941 0.35 0.35 1 70 1 0.92 0.00167 0.245 1.34 0.182843 224.49899 1566.636 9.04%
85
Tersier Bka6ka 37.95 63.3765 0.25 0.25 1 70 1 0.73 0.00167 0.125 0.957 0.130602 91.422382 1490.804 4.08%
Sekunder B.BKa6-B.BKa7 823.8 1485.73 2.5 0.4 1 70 6.3 1.53 0.0022 1.16 3.631 0.319439 91.422382 68.45 95.60%
Tersier Bka7ki 387.5 647.125 2 0.3 1 70 6.7 1.11 0.00167 0.69 2.849 0.24223 763.37602 838.605 43.56%
Sal. Sek. Singkoang
Sekunder B.BKa7-B.Sk1 614.4 1108.04 2.5 0.35 1 70 7.1 1.32 0.0019 0.998 3.49 0.285821 1315.1357 377.69 74.58%
Tersier B.Sk1Ki 387.5 647.125 1.5 0.35 1 70 4.3 1.16 0.00167 0.648 2.49 0.260045 751.24057 460.915 58.40%
B.Sk1Ka 80 133.6 0.3 0.3 1 70 1 0.83 0.00167 0.18 1.149 0.156722 148.75325 974.44 12.06%
Sekunder B.SK1-B.Sk2 128 230.77 2 0.35 1 70 5.7 1.22 0.0017 0.823 2.99 0.275088 999.78055 877.27 20.83%
Tersier B.Sk2ki 3.5 5.845 0.2 0.2 1 70 1 0.63 0.00167 0.08 0.766 0.104482 50.385178 877.27 2.53%
Sekunder B.SK2-B.Sk3 124.5 224.46 2 0.35 1 70 5.7 1.14 0.0015 0.823 2.99 0.275088 939.1303 6.31 97.27%
Tersier B.Sk3ki 19.3 32.231 0.2 0.2 1 70 1 0.63 0.00167 0.08 0.766 0.104482 50.385178 192.229 14.36%
Sekunder B.SK3-B.Sk4 106.2 189.65 2 0.3 1 70 6.7 1.21 0.002 0.69 2.849 0.24223 835.40155 34.81 84.49%
Tersier B.Sk4ki 11.7 19.539 0.2 0.2 1 70 1 0.63 0.00167 0.08 0.766 0.104482 50.385178 170.111 10.30%
Sekunder B.SK4-B.Sk5 93.5 168.55 2 0.3 1 70 6.7 1.41 0.0027 0.69 2.849 0.24223 970.64888 21.1 88.87%
Tersier B.Sk5ki 93.45 156.0615 0.4 0.25 1 70 1.6 0.79 0.00167 0.163 1.107 0.146779 128.5211 12.4885 92.59%
Sal. Sek. Martebing
Sekunder B.Bka7-B.MT1 209.9 378.63 2.5 0.25 1 70 10 0.79 0.001 0.688 3.207 0.214368 542.30981 1107.1 25.48%
Tersier MT1Ka 36.2 60.454 0.25 0.25 1 70 1 0.73 0.00167 0.125 0.957 0.130602 91.422382 318.176 15.97%
Sekunder B.MT1-B.MT2 173.7 313.34 2 0.25 1 70 8 0.77 0.001 0.563 2.707 0.207786 434.53429 65.29 82.76%
Tersier MT2Ka 15.2 25.384 0.25 0.25 1 70 1 0.73 0.00167 0.125 0.957 0.130602 91.422382 287.956 8.10%
MT2Ki 80 133.6 0.5 0.25 1 70 2 0.82 0.00167 0.188 1.207 0.15533 154.02768 179.74 42.64%
Sekunder B.MT2-B.MT3 78.5 141.64 2 0.2 1 70 10 0.96 0.002 0.44 2.566 0.171494 422.681 171.7 45.20%
Tersier MT3Ki 24.3 40.581 0.2 0.2 1 70 1 0.63 0.00167 0.08 0.766 0.104482 50.385178 101.059 28.65%
Sekunder B.MT3-B.MT4 54.2 97.81 2 0.2 1 70 10 0.68 0.001 0.44 2.566 0.171494 298.8806 43.83 69.06%
86
Sekunder B.MT4-B.MT5 48.2 86.99 2 0.2 1 70 10 0.68 0.001 0.44 2.566 0.171494 298.8806 10.82 88.94%
Tersier MT5Ki 5 8.35 0.2 0.2 1 70 1 0.63 0.00167 0.08 0.766 0.104482 50.385178 78.64 9.60%
Sekunder B.MT5-B.MT6 43.2 77.97 2 0.2 1 70 10 0.68 0.001 0.44 2.566 0.171494 298.8806 9.02 89.63%
Tersier MT6Ki 43.2 72.144 0.4 0.2 1 70 2 0.71 0.00167 0.12 0.966 0.124264 84.888538 5.826 92.53%
Sal. Sek. Belutu Kiri
Sekunder B.B1-B.Bki1 3388.9 6112.22 7 0.5 1 70 14 1.82 0.002 3.75 8.414 0.445674 6831.0299 3973.15 60.60%
Tersier B.Ki1 14 23.38 0.2 0.2 1 70 1 0.63 0.00167 0.08 0.766 0.104482 50.385178 6088.84 0.38%
Sekunder B.BKi1-B.Bki2 3374.9 6086.97 7 0.5 1 70 14 1.68 0.0017 3.75 8.414 0.445674 6297.8984 25.25 99.59%
Tersier B.Ki2 74.27 124.0309 0.3 0.3 1 70 1 0.83 0.00167 0.18 1.149 0.156722 148.75325 5988.189 2.04%
Sekunder B.BKi2-B.Bki3 3300.63 5953.02 7 0.5 1 70 14 1.82 0.002 3.75 8.414 0.445674 6831.0299 133.95 97.80%
Tersier B.Ki3 Ki 48 80.16 0.4 0.2 1 70 2 0.71 0.00167 0.12 0.966 0.124264 84.888538 5872.86 1.35%
B.Ki4 Ka 11 18.37 0.2 0.2 1 70 1 0.63 0.00167 0.08 0.766 0.104482 50.385178 5934.65 0.31%
Sal. Sek. Sungai Mati Kiri 0.00%
Sekunder B.BKi3-B.BJ1 2546.17 4592.27 5 0.5 1 70 10 1.86 0.0022 2.75 6.414 0.428735 5119.2801 1360.75 77.14%
Tersier JT1Ki 59 98.53 0.3 0.3 1 70 1 0.83 0.00167 0.18 1.149 0.156722 148.75325 4493.74 2.15%
Sal. Sek. Sungai Mati Kanan
Sekunder B.Bki3-B.SMKa1 695.46 1254.33 3 0.3 1 70 10 1.29 0.0021 0.99 3.849 0.257241 1278.707 4698.69 21.07%
Tersier SM1Ka 262 437.54 1.5 0.3 1 70 5 1.07 0.00167 0.54 2.349 0.229931 576.92677 816.79 34.88%
Sekunder B.SMKa1-B.SMKa2 433.26 781.43 3 0.25 1 70 12 1.13 0.002 0.813 3.707 0.219174 919.95069 472.9 62.30%
Tersier SM2Ka 68.62 114.5954 0.4 0.25 1 70 1.6 0.79 0.00167 0.163 1.107 0.14677