• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA UDARA AMBIENT (H2S, NO2, NH3, SO2) DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA UDARA AMBIENT (H2S, NO2, NH3, SO2) DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Tabel Ambang Batas Gas Pencemar

Lampiran 2. Pengaruh Paparan Gas Amoniak (NH3) pada Manusia Kadar Gas NH3 (ppm) Pengaruh Pada Manusia

50-100 Iritasi ringan pada mata, hidung,

tenggorokan

140 Iritasi tingkat menengah pada mata

400 Iritasi tingkat menengah pada

tenggorokan

700 Bahaya tingkat menengah pada mata

(2)

Lampiran 3. Pengaruh Paparan Nitrogen Dioksida (NO2) pada Manusia Kadar Gas NO2 (ppm) Pengaruh Pada Manusia

5 Lemah, sesak nafas, batuk yang dapat

menimbulkan gangguan pada jaringan paru-paru

10 Dapat menyebabkan asma

Lampiran 4. Pengaruh Paparan Sulfur Dioksida (SO2) pada Manusia Kadar Gas SO2 (ppm) Pengaruh Pada Manusia

3-5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi

baunya

8-12 Jumlah terkecil yang segera

mengakibatkan iritasi tenggorokan

20 Jumlah terkecil yang akan

mengakibatkan iritasi mata

50-100 Maksimum yang diperbolehkan untuk

kontak singkat (30 menit)

400-500 Berbahaya meskipun kontak secara

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: ANDI.

Basuki T. R., Setiawan B., Nurimaniwathy. 2008. Penurunan Konsentrasi CO

Dan NO2 Pada Emisi Gas Buang Menggunakan Arang Tempurung Kelapa Yang Disisipi TiO2. Yogyakarta.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Emisi Gas Buang Sumber Tidak

Bergerak – Bagian 7 : Cara Uji Kadar Hidrogen Sulfida (H2S) dengan Metode Biru Metilen dengan Menggunakan Spektrofotometer. SNI

19.7119.7-2005. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Udara Ambien - Bagian 1: Cara Uji

Kadar Amoniak (NH3) dengan Metode Indofenol menggunakan Spektrofotometer. SNI 19.7119.1-2005. Jakarta: Badan Standardisasi

Nasional.

Chittaranjan Panda. 2016. Ambient Air Quality Monitoring In A Coal Based Thermal Power Plant. International Journal of Chemical and

Pharmaceutical Review and Research. Vol. 1.

Fardiaz S. 1992. Polusi Udara dan Air. Yogyakarta: Kansius.

Gindo S. A., Hari. 2007. Pengukuran Partikel Udara Ambient (TSP, PM10, PM2,5) DiSekitar Calon Lokasi PLTN Semenanjung Lemahabang. Semarang

Hadi A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilam Sampel Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia.

Hamdani, Jalaluddin, Khairil. 2011. Kaji Eksperimental Pengaruh Pembebanan Terhadap Emisi Debu Partikulat pada Motor Bensin. Jurnal Rekaysa

Kimia dan Lingkungan. Vol. 8. No. 2.

Huboyo S. H., Syafrudin. 2007. Analisis Resiko Konsentrasi Debu (TSP) Dan Timbal (Pb) Di Pinggir Jalan Terhadap Kesehatan Manusia Studi Kasus Kota Yogyakarta. Jurnal Teknk Lingkungan. Vol. 28. No. 2.

Nur R. P. P., Purnomo H. 2015. Model Simulasi Emisi dan Penyerapan CO2 di

Kota Bogor. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). Vol. 20.

(4)

Pradeepta K. Bhuyan, Pradyusa Samantray, Swoyam P. Rout. 2010. Ambient Air Quality Status in Choudwar Area of Cuttack District. International

Journal of Environmental Sciences. Vol. 1.

Prakash Mamta, Bassin J.K. 2010. Analysis of Ambient Air Quality Using Air Quality – A Case Study. International Journal of Advanced Engineering

Technology. Vol. 1.

Prasetyanto N. 2011. Kadar H2S, NO2, dan Debu pada Peternakan Ayam Broiler

dengan Kondisi Lingkungan yang Berbeda Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat[Skripsi]. Bogor. Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Qadri M., Maghfurah F., Yulianto S. 2013. Analisa Perbandingan Emisi Gas

Buang Bahan Bakar LGV Dengan Premium Pada Daihatsu Grand Max Standar. Jakarta.

Rusmayadi G. 2010. Konsenrasi Sulfur Oksida di Pemukiman Sekitar Factory

Outlet dan Jalan Raya Bogor. Jurnal Agroscientiac. Vol. 17.

Sadhana Chaurasia, Pragya Dwivedi, Ravindra Singh, Anand Dev Gupta. 2013. Assessment of Ambient Air Quality Status and Air Quality Index of Bhopal City (Madhya Pradesh), India. International Journal Current

Science. Vol 9.

Soedomo M. 2001. Kumpulan Karya Ilmiah, Pencemaran Udara. Bandung.

Supratman U. 2010. Elusidasi Struktur Kimia Organik. Jakarta: PT Gramedia.

(5)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

- Gelas Ukur 100 mL pyrex

- Midget Impinger

- Impinger

- Spektrofotometer Genesys 10 uv

- Labu Ukur 100 mL pyrex

- Pipet tetes

- Botol Aquades

- Stopwatch

- Kuvet

- Hygrometer

3.1.2. Bahan

- HgCl2

-KCL

- EDTA

- Na2SO3

- I2

- KI

(6)

- CdSO4.8H2O

- H2SO4

- Tetrakloromerkuat (TCM)

3.2. Penyediaan Sampel

Adapun sampel udara diambil dari sekitar lokasi BTKL PP Kelas I Medan.

3.3. Prosedur Percobaan

 Disusun peralatan pengambilan contoh uji (impinger).

 Dimasukkan larutan penjerap sebanyak 10 mL ke masing-masing botol

penjerap.

 Diatur botol penjerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari

langsung.

 Dihidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,5 L/menit

sampai 1 L/menit, setelah stabil catat lajur alir awal F1 (L/menit).

 Dilakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan

tekanan udara.

 Dicatat laju alir awal F2 (L/menit) setelah 1 jam dan kemudian dimatikan

pompa penghisap.

 Didiamkan selama 20 menit setelah pengambilan contoh uji untuk

(7)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Hasil Analisa Uji Kualitas Udara Ambient

Tabel 4.2 Hasil Suhu dan Kelembaban Udara Ambient

ASAL SAMPLE SO2 NO2 NH3 H2S

Halaman BTKL PP

Kelas I Medan

Concentrate 1,087 0,033 5,330 0,063

Absorban 0,267 0,073 0,288 0,472

SUHU 0C (K) KELEMBABAN (%)

28,80 C 72%

36,90 C 44%

390 C 39%

39,90 C 40%

390 C 39%

370 C 42%

370C 45%

(8)

4.2 Perhitungan

Berdasarkan SNI nilai F (laju alir L/menit) untuk masing-masing parameter

adalah:

SO2 = 0,74 L/menit

NO2 = 0,42 L/menit

H2S = 0,2 L/menit

NH3 = 1 L/menit

Menghitung Nilai Volume Dari SO2 :

V =

� +�

x t x

x

V = , + ,

x 60 x

,

,

x

V = 40,9 L

Menghitung Nilai Volume Dari NO2 :

V = � +�

x t x

x

V = , + ,

x 60 x

,

,

x

(9)

Menghitung Nilai Volume Dari H2S:

Menghitung Nilai Volume Dari NH3:

V = � +�

x t x

x

V = +

x 60 x

,

,

x

V = 56,8 L

Menghitung Nilai Konsentrasi Dari SO2:

C =

� x 1000

C = ,

, x 1000

C = 26,58 µg/Nm3

Menghitung Nilai Konsentrasi Dari NO2:

C =

x

x 1000

C = ,

,

x

x

1000

(10)

Keterangan:

b : jumlah parameter dari contoh uji dengan melihat kurva kalibrasi (µg)

10/25 : faktor pengenceran

Menghitung Nilai Konsentrasi Dari H2S (ppm):

C =� � � � ,

Menghitung Nilai Konsentrasi Dari NH3 (ppm):

(11)

Tabel 4.3 Hasil Akhir Perhitungan Konsentrasi Udara Ambient

Pencemaran udara oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua

komponen gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur

trioksida (SO3), dan keduanya disebut sebagai SOX. Pembakaran bahan-bahan

yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi

jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang

tersedia. Meskipun udara tersedia dalam jumlah cukup, sulfur dioksida selalu

terbentuk dalam jumlah terbesar. Sulfur dioksida biasanya diproduksi dalam

jumlah kecil selama pembakaran. Pengaruh utama polutan SO2 terhadap manusia

adalah iritasi sistem pernafasan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi

tenggorokan terjadi pada konsentrasi SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada

beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada konsentrasi 1–2 ppm. Sulfur

dioksida merupakan polutan berbahaya terutama penderita koronis pada sistem

pernafasan dan kardiovaskular. Individu dengan gejala tersebut sangat sensitif

terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan konsentrasi rendah, misalnya 0.2

ppm atau lebih. Kerusakan akibat polutan SO2 terhadap bahan lain terutama

disebabkan oleh asam sulfat yang diproduksi jika SO3 bereaksi dengan uap air di

(12)

Gas NO2 dan NO sangat berbahaya terhadap manusia. Penelitian aktivitas

mortalitas kedua komponen tersebut menunjukan bahwa NO2 empat kali lebih

beracun dari pada NO. Gas NO tidak mengakibatkan iritasi dan tidak berbahaya,

tetapi pada konsentrasi udara ambien yang normal NO dapat mengalami oksidasi

menjadi NO2 yang lebih beracun. Keracunan gas NO2 pada manusia pada

konsentrasi rendah dapat mengakibatkan kesulitan dalam bernafas, sedangkan

pada konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan kematian.

Udara yang tercemar gas amoniak dapat menyebabkan iritasi mata serta

saluran pernapasan. Gas amoniak melalui inhalasi menyebabkan iritasi hebat pada

mata (Keraktitis), sesak nafas (Dyspnea), Bronchospasm, nyeri dada, sembab

paru, batuk darah, Bronchitis dan Pneumonia. Amoniak pada kadar tinggi (30.000

ppm) dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Sisa-sisa makanan dan sampah

organik dibuang ke tempat sampah. Sampah-sampah tersebut kemudian

membusuk dan menghasilkan gas amoniak. Gas amoniak tersebut merupakan

salah satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan global warming. Akibat yang

terjadi adalah terjadinya perubahan iklim dan cuaca serta efek global warming

lainnya.

Hidrogen diproduksi oleh pembusukan mikrobiologi dari senyawa sulfat

dan reduksi mikroba dari sulfat, uap panas bumi, serbuk kayu, aktivitas

antropogenik seperti pembakaran batu bakar dan residu minyak bumi. kelembaban

udara yang lebih dari 60% dapat menyebabkan volume udara berkurang,

akibatnya aktivitas mikroorganisme akan menurun dan akan terjadi fermentasi

anaerobik

(13)

BTKL PP KELAS I Medan kemungkinan disebabkan oleh bau tidak sedap yang

disebabkan oleh fermentasi anaerobik. Pengaruh gas hidrogen sulfida pada

manusia disajikan pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Pengaruh Paparan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) pada Manusia Kadar Gas H2S (ppm) Pengaruh Pada Manusia

10 Iritasi mata

2 Iritasi mata, hidung, tenggorokan

50-100 Mual, muntah, diare

200 Pusing, depresi, rentan pneumonia

500 per menit Mual, muntah, pingsan

600 per menit Kematian

Proses dan kegiatan industri secara umum dapat menimbulkan pencemaran

terhadap lingkungan kerja dan lingkungan di luar industri. Meskipun hasil

pengujian kualitas udara ambient di area halaman BTKL PP Kelas I Medan di

bawah baku mutu peraturan pemerintah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997

tentang Pengendalian Pencemaran Udara, kita tetap harus selalu menjaga

kelestarian lingkungan dari pencemaran udara. Oleh sebab itu sejak dini harus

dilakukan suatu upaya pencegahan, agar pencemaran udara tidak terjadi.

Pencegahan pencemaran udara yang dapat dilakukan dengan cara melakukan

kontrol terhadap polusi gas pencemar .

Kontrol terhadap polutan gas ditujukan untuk mengurangi polutan dari

kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar yang bersumber dari energi

fosil, karena 64% dari seluruh pencemaran udara dihasilkan dari transfortasi,

terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Saat ini sumber energi yang

(14)

minyak. Indonesia sendiri saat ini masih sangat tergantung pada energi fosil.

Hampir 95% dari kebutuhan energi Indonesia masih disuplai oleh energi fosil.

Sekitar 50% dari energi fosil tersebut adalah minyak bumi dan sisanya adalah gas

dan batubara. Beberapa energi alternatif telah dikembangkan seperti panas bumi,

biomassa, sinar matahari, nuklir, angin, listrik, dan hidrogen. Kebanyakan energi

alternatif yang dikembangkan merupakan energi terbarukan. Namun ada pula

yang tidak terbarukan, salah satunya nuklir. Namun nuklir dapat menjadi energi

alternatif karena lebih ramah lingkungan dan sangat hemat sehingga

ketersediaannya di alam dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Cara untuk mengurangi pencemaran gas di udara dapat dilakukan dengan

memodifikasi mesin pembakar untuk mengurangi jumlah polutan yang terbentuk

selama pembakaran, pengembangan reaktor sistem ekshaust sehingga proses

pembakaran berlangsung sempurna, dan polutan yang berbahaya diubah menjadi

polutan yang lebih aman, pengembangan sumber tenaga yang rendah polusi untuk

menggantikan mesin pembakar yang ada.

Dari analisa pengukuran udara ambient yang telah dilakukan disekitar lokasi

BTKL PP Kelas I Medan dan telah diuji menggunakan metode spektrofotometri,

didapat hasil dari sampel adalah H2S 13,608 µg/Nm3, NO2 0,556 µg/Nm3, NH3

0,127 µg/Nm3, SO2 26,58 µg/Nm3. Besaran parameter uji tersebut masih

memenuhi baku mutu peraturan pemerintah Undang-Undang Nomor 23 Tahun

1997 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan dinyatakan aman untuk

(15)
(16)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kerja praktek lapangan, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa kadar dari SO2 = 26,58µg/Nm3,NO2 = 0,556µg/Nm3,H2S = 13,608µg/Nm3

dan NH3 = 0,127µg/Nm3. Besaran parameter uji tersebut masih memenuhi baku

mutu peraturan pemerintah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara dan dinyatakan aman untuk kesehatan manusia

dan lingkungan.

5.2 Saran

Pemantauan kualitas udara harus dilakukan terus menerus dan

berkesinambungan, agar sampel yang diperoleh dapat mewakili kumpulannya dan

data yang dihasilkan dapat menunjukkan kualitas udara ambient di kawasan

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Udara Ambient

Udara dapat di kelompokkan menjadi dua jenis, yaitu udara ambient dan

udara emisi. Udara ambient adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan

troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup

dan unsur lingkungan hidup lainnya (SNI 19-7119.7-2005).

Udara emisi adalah udara yang mengandung zat, energi, dan komponen lain

yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan atau dimasukkan ke dalam

udara ambien yang mempunyai dan atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur

pencemar (Soedomo, 2001).

2.2. Pencemaran Udara

Kendaraan bermotor dapat mengeluarkan emisi gas buang antara lain SOx,

NOx, CO, HC dan partikulat debu. Konsentrasi CO dan NO2 merupakan

parameter pencemaran udara yang sangat perlu diperhatikan karena merupakan

dampak dari kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor. Apabila diatas standar

baku mutu maka gas tersebut cukup berbahaya bagi kesehatan manusia bahkan

dapat mengakibatkan kematian. Kendaraan bermotor merupakan sumber utama

CO dan NO2 terutama pada kendaraan yang sudah tua, sehingga mesin kendaraan

kurang berfungsi secara baik. Kepadatan lalu lintas dapat mengakibatkan

konsentrasi CO dan NO2 total yang ada di dalam atmosfer sebanding. Daya ikat

(18)

ikat CO terhadap O2, hal ini menyebabkan efeknya terhadap kesehatan sangat

diperhitungkan. Kejang-kejang akibat gangguan urat syaraf dapat disebabkan oleh

konsentrasi NO2 yang tinggi, dapat pula mengakibatkan kelumpuhan bila

keracunan berlanjut (Basuki, Setiawan dan Nurimaniwathy, 2008).

Wilayah perkotaan, termasuk Kota Bogor, merupakan pusat pemukiman dan

aktivitas non pertanian masyarakat. Selain penduduknya yang lebih padat, pada

umumnya polusi udara di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan.

Sebagian besar polusi udara di perkotaan disebabkan oleh emisi karbondioksida

(CO2) dari aktivitas manusia. Kualitas udara dan lingkungan dapat menurun

akibat peningkatan aktivitas manusia memanfaatkan bahan bakar minyak (BBM),

membangun, dan menghasilkan sampah. Gas CO2 yang dihasilkan tersebut dapat

diserap oleh vegetasi yang terdapat diruang terbuka hijau (RTH), namun selama 5

tahun terakhir luasan RTH Kota Bogor semakin menurun akibat pembangunan

pemukiman. Emisi karbon dari perubahan tutupan lahan dan penggunaanya

sendiri mencapai 12,5% dari total emisi yang dihasilkan tahun 2000-2009,

sedangkan emisi terbesar berasal dari sektor energi. Maka dibutuhkan alternatif

upaya pengendalian emisi CO2 dan meningkatkan serapan CO2 kota (Nur dan

Purnomo, 2015).

Menurut Qadri, Maghfurah dan Yulianto (2013), beberapa hasil penelitian

telah menyebutkan bahwa 65% kematian di Asia disebabkan oleh polusi udara.

Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia bahkan dianggap sebagai kota dengan

polusi udara terburuk ke tiga dunia, dimana sekitar 70% polusi diperoleh dari

(19)

Perbandingan Emisi Gas Buang Bahan Bakar LGV Dengan Premium Pada

Daihatsu Grand Max Standar)

Sebagai mana diketahui bahwa sumber polutan dapat dibedakan yaitu

polutan primer atau polutan sekunder. Polutan primer seperti misalnya sulfur

oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC) langsung dibuang ke

udara bebas dan mempertahankan bentuknya seperti pada saat pembuangan.

Sedangkan polutan sekunder adalah polutan yang terbentuk di atmostfer melalui

reaksi fotokmia, hidrolisi atau oksidasi, seperti misalnya pembentukan ozon (O3)

dan peroksiasetil nitrat (PAN). Berdasarkan komposisi polutan juga dapat

dibedakan menjadi zat organik dan zat anorganik. Polutan organik mengandung

karbon dan hidrogen, dan juga terdapat beberapa unsur seperti oksigen, nitrogen,

sulfur atau fosfor. Sebagai contoh misalnya hidrokarbon, keton alkohol, ester dan

lain-lain. Sedangkan jenis polutan anorganik dapat berupa seperti misalnya karbon

monoksida (CO), karbonat, nitrogen oksida, ozon dan lainnya (Hamdani,

Jalaluddin dan Khairil, 2011).

Zat pencemar kimia yang paling banyak terdapat di udara berupa karbon

monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), sulfur oksida (SOx) dan hidrokarbon.

Selain gas-gas tersebut, partikulat atau TSP dan timbal juga merupakan zat

pencemar yang sangat berbahaya bagi manusia karena bersifat karsinogen.

Pencemaran tersebut tidak hanya berdampak langsung terhadap manusia tetapi

juga dapat merusak lingkungan. Pada manusia, pengaruh zat pencemar ini

pertama-tama ditemukan pada sistem pernapasan dan kulit serta selaput lendir.

Selanjutnya apabila zat pencemar dapat memasuki peredaran darah, maka efek

(20)

Salah satu bahan pencemar udara adalah debu yang mempunyai diameter 0,1

sampai 100 µm dan menjadi perhatian bersama khususnya debu yang dihasilkan

oleh pengolahan bahan padat dari industri. Partikel udara dalam wujud padat yang

berdiameter kurang dari 10 µm yang biasanya disebut dengan PM10 (particulate

matter) dan kurang dari 2,5 µm di dalam rumah (PM2,5) diyakini oleh para pakar

lingkungan dan kesehatan masyarakat sebagai pemicu timbulnya infeksi saluran

pernafasan, karena partikel padat PM10 dan PM2,5 dapat mengendap pada saluran

pernafasan daerah bronki dan alveoli. Partikel debu yang berdiameter kurang dari

10 µm (PM10) sangat memprihatinkan, karena memiliki kemampuan yang lebih

besar untuk menembus ke dalam paru-paru. Rambut di dalam hidung dapat

menyaring debu yang berukuran lebih besar 10 µm. PM10 diperkirakan berada

diantara 50 dan 60% dari partikel melayang yang mempunyai diameter hingga 45

µm (total suspended particulate). Partikel yang lebih besar dari 10 µm, seperti

TSP, tidak terhirup ke dalam paru-paru. Partikel dibawah 2,5 µm (PM2,5) tidak

disaring dalam sistem pernapasan bagian atas dan menempel pada gelembung

paru-paru, sehingga dapat menurunkan pertukaran gas (Gindo dan Hari, 2007).

2.3. Hidrogen Sulfida (H2S)

Hidrogen sulfida (H2S) merupakan gas yang dapat menghasilkan bau tidak

sedap. Gas tersebut bersifat toksik bagi manusia dan ternak, dapat meningkatkan

kerentanan terhadap penyakit, dan dapat mengganggu efisiensi aktivitas para

pekerja yang berada di sekitar kawasan tersebut. Hidrogen sulfida diproduksi oleh

pembusukan mikrobiologi dari senyawa sulfat dan resuksi mikroba dari sulfat,

(21)

dan residu minyak bumi. Gas hidrogen sulfida yang masuk ke atmosfer secara

cepat diubah menjadi senyawa SO2 melalui reaksi berikut (Achmad, 2004):

2 H2S + 3 O2 2 SO2 + 2 H2O

2.4. Sulfur Dioksida (SO2)

Pencemaran udara oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua

komponen gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur

trioksida (SO3) dan keduanya disebut sebagai SOx. Sulfur dioksida mempunyai

karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur

trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang

mengandung sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur dioksida, tetapi

jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang

tersedia. Meskipun udara tersedia dalam jumlah cukup. Sulfur dioksida selalu

terbentuk dalam jumlah terbesar. Jumlah SO3 yang terbentuk dipengaruhi oleh

kondisi reaksi, terutama suhu yang bervariasi dari 1 sampai 10 % dari total SO2

(Rusmayadi, 2010).

2.5. Amoniak (NH3)

Amoniak adalah salah satu indikator pencemar udara pada bentuk

kebauan. Gas amoniak adalah gas yang tidak berwarna, memiliki bau yang

menyengat. Biasanya, amoniak berasal dari aktifitas mikroba, industri amoniak,

perngolahan limbah dan pengolahan batu bara. Amoniak di atmosfer bereaksi

dengan nitrat dan sulfat sehingga terbentuk garam amoniak yang sangat korosif.

Amoniak yang menguap akan mencemari udara dan mengganggu pernapasan.

(22)

sebanyak 10 % dalam air mempunyai pH 12. Sumber amoniak adalah reduksi gas

nitrogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer, limbah industri dan

domestik. Amoniak disintesis dengan reaksi reversibel antara hidrogen dengan

nitrogen (Pohan, 2002).

2.6. Nitrogen Dioksida (NO2)

Nitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfer

yang terdiri dari gas nitrogen oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2).

Pembentukan NO dan NO2 mencakup reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara

sehingga membentuk NO. Reaksi selanjutnya antara NO dengan lebih banyak

oksigen membentuk NO2. Persamaan reaksinya sebagai berikut (Achmad, 2004):

N2 + O2 2NO

2NO + O2 2NO2

Nitrogen dioksida (NO2) merupakan bahan polutan udara terpenting, yaitu

sebagai salah satu komponen utama yang memberikan kontribusi terhadap

kualitas udara maupun kualitas air hujan (hujan asam) yang terjadi, disamping

sulfur dioksida (SO2). Sumber pencemaran gas NOx dapat berasal dari sumber

alami seperti dari aktivitas bakteri. Disamping itu, aktivitas manusia juga

merupakan penyebab terjadinya pencemaran udara oleh gas NOx. Sumbangan

terbesar dari kegiatan manusia terhadap polusi NOx bersumber dari hasil

kegiatan–kegiatan yang menggunakan proses pembakaran pada temperatur yang

cukup tinggi. Pembentukan NO pada suhu kamar dihasilkan dari reaksi antara gas

(23)

tinggi, diatas 1200 oC gas oksigen dan gas nitrogen akan bereaksi sangat cepat

untuk menghasilkan nitrogen oksida (Prasetyanto, 2011).

2.7. Impinger

Rangkaian impinger dibagi menjadi empat bagian penting, yaitu tabung

impinger atau midget impinger (Gambar 2.1). Tabung impinger merupakan botol

tempat pengambilan contoh uji yang dilengkapi dengan ujung silinder gelas yang

berada di dalam labu dengan maksimum diameter dalam 1 mm, pompa penghisap,

berfungsi untuk menarik contoh udara ke dalam impinger, flow meter digunakan

untuk mengukur kecepatan udara saat pengambilan sampel, tabung penyerap uap

air, digunakan sebagai pengaman pompa pada saat pengambilan sampel udara

(SNI 19-7119.1-2005).

Menurut Hadi(2005), terdapat uap air yang turut masuk ke dalam pompa karena

dapat menyebabkan pompa menjadi lembab dan jika hal itu berlangsung akan

(24)

Gambar 2.1 Alat Impinger

Teknik pengambilan sampel parameter gas dikategorikan menjadi dua

jenis, yaitu teknik tangkapan dan pemekatan. Teknik pemekatan dilakukan

dengan menangkap sejumlah volume udara yang ditarik kedalam container

khusus, seperti flexible bags, steel caniste, dan glass boms. Teknik pemekatan

dilakukan dengan memekatkan sejumlah volume contoh yang ditarik ke dalam

media tertentu, seperti cairan, reagen kimia atau filter. Teknik pemekatan

dilakukan dengan dua cara, yaitu absorpsi cairan (impinger) dan adsorpsi

desorpsi. Absorpsi atau penyerapan dalam kimia adalah suatu fenomena fisik atau

kimiawi suatu atom, molekul, atau ion yang memasuki suatu fase lain yang bisa

berupa gas, cairan, ataupun padatan. Udara dalam jumlah tertentu ditarik melalui

impinger dengan laju alir tertentu yang stabil. Larutan absorber yang spesifik

bereaksi dengan komponen gas yang tertangkap dan membentuk substansi

spesifik dan stabil (Hadi, 2005).

2.8. Spektrofotometri

Spektrofotometri UV-Vis adalah metode analisis spektroskopik yang

menggunakan sumber radiasi elektromagnetik UV dekat (200-400 nm) dan sinar

tampak (400-750 nm) dengan menggunakan instrumen spektrofotometer. Radiasi

UV jauh (100–190 nm) tidak dipakai, sebab pada daerah tersebut, udara juga

mengalami absorbsi radiasi. Radiasi di daerah UV-Vis diserap melalui eksitasi

elektron-elektron yang terlibat dalam ikatan antara atom-atom pembentuk

molekul, sehingga awan elektron menahan atom bersama-sama mendistribusikan

(25)

pengikat tidak lagi bertumpang tindih. Sinar melewati suatu senyawa, energi dari

sinar digunakan untuk mendorong perpindahan elektron dari orbital ikatan atau

orbital non-ikatan ke salah satu orbital anti-ikatan yang kosong (Supratman 2010).

Cara kerja alat spektrofotometer sinar tampak (Gambar 2.2) yaitu sinar

dari sumber cahaya diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari

monokromator diarahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin

berotasi.Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian secara

berulang-ulang, sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke digital dan dilihat

hasilnya (Supratman, 2010).

Gambar 2.2 Bagan Spektrofotometer Sinar Tampak

Sumber Cahaya Monokromator Sampel Detektor

(26)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke

dalam udara (Soedomo, 2001).

Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1986

adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, atau komponen lain

ke udara dan berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau proses alam,

sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara

menjadi tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran ke

dalam udara yang disebabkan oleh proses alam, misalnya asap kebakaran hutan,

akibat gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut. Pencemaran

udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas

transportasi, industri, pembuangan, serta kegiatan rumah tangga (Achmad, 2004).

Kecenderungan pencemaran lingkungan akhir-akhir ini mengarah kepada dua hal,

yaitu pembuangan senyawa-senyawa kimia tertentu yang semakin meningkat,

terutama pembakaran minyak bumi secara nyata saat ini telah merubah sistem

alami pada skala global dan meningkatnya penggunaan Bahan Berbahaya Beracun

(B3) oleh berbagai kegiatan industri dengan pembuangan limbah yang langsung

ke lingkungan. Pemanasan global, hujan asam, menipisnya lapisan ozon

merupakan beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh pencemaran

(27)

Pembangunan fisik di pusat kota dan industri disertai dengan melonjaknya

produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan kepadatan lalu lintas

dan hasil produksi samping yang merupakan salah satu sumber pencemaran udara.

Konsentrasi pencemaran udara di beberapa kota besar dan daerah industri

menyebabkan adanya gangguan pernapasan, iritasi pada mata dan telinga, serta

timbulnya penyakit tertentu. Selain itu juga menimbulkan gangguan jarak

pandang yang sering menimbulkan kecelakaan lalu lintas terutama lalu lintas di

udara dan di laut. Parameter gas SO2, NO, H2S, CO, NH dan O3 merupakan

parameter umum yang digunakan untuk mengetahui kualitas udara di suatu

tempat. Hal tersebut mendasari pemilihan bidang kajian untuk melihat kualitas

udara di daerah industri yang banyak menyumbangkan polusi udara (Soedomo,

2001).

Menurut Panda (2016), kualitas udara ambient semakin memburuk dari

hari ke hari karena kegiatan antropogenik seperti urbanisasi, industrialisasi,

pertambangan dan lain-lain. Oleh karena itu, pemantauan kualitas udara ambient

sedang dilakukan secara berkala sesuai dengan pedoman dan telah dilaporkan

kepada otoritas regulasi sebagai bahan utama dari hukum laporan kepatuhan.

Udara ini dialirkan melalui sampler yang bervolume tinggi yang cocok dengan

aksesoris impinger yang mengandung solusi absorber yang sesuai. Setelah

sampling parameter dianalisis di laboratorium dengan metodologi yang ditentukan

oleh pihak yang berwenang. Hasil pemantauan kualitas udara ambient

menyediakan status kepatuhan otoritas proyek dan sesuai arah yang dikeluarkan

untuk mengadopsi rencana pengelolaan kualitas udara yang diperlukan termasuk

(28)

daerah tersebut (Ambient Air Quality Monitoring In A Coal Based Thermal Power

Plant).

Sekitar 60 persen dari polusi udara di kota-kota India karena emisi gas

buang kendaraan bermotor. Kendaraan emisi mengandung lebih dari 450 senyawa

organik yang berbeda baik dalam bentuk gas, partikulat atau dalam bentuk

gabungan. Beban emisi di perkotaan tersebut berada dalam kisaran ribuan ton per

hari. Hal ini dapat dilihat melalui pengurangan kendaraan emisi yang diimbangi

dengan peningkatan pesat dalam volume kendaraan. Mesin pembakaran internal,

penggerak utama untuk mobil memancarkan karbon monoksida, hidrokarbon,

oksida nitrogen, timah, jalan dan debu ban, partikel karbon dan aldehida.

Beberapa senyawa ini bereaksi dengan sinar matahari untuk menghasilkan

sekunder, genotoksik, sitotoksik, fibrogenik dan senyawa karsinogenik seperti

benzena (Chaurasia, 2013).

terakhir ada peningkatan tajam dalam kendaraan di Delhi yang telah berkontribusi

di kalangan mayoritas dalam polusi udara. Jenis polusi udara dari polutan yang

dipancarkan ke atmosfer oleh alam dan sumber antropogenik, yang hal partkulat

seperti belerang oksida, dan nitrogen oksida memiliki peran yang signifikan dan

(29)

Hubungan antara lingkungan dan pembangunan yang merupakan salah

satu masalah yang paling pembakaran masa kini. Kegiatan pembanguna seperti

transportasi industri, konstruksi pekerjaan, dan lain-lain. Penyebab degradasi dan

perubahan drastis dalam setiap komponen lingkungan yaitu hidrosfer, litosfer,

atmosfer, dan biosfer melalui polusi. Polusi udara telah muncul dalam beberapa

dekade terakhir sebagai masalah yang paling penting bagi umat manusia.

(Samantray, 2010).

Polusi udara adalah pengenalan partikulat, molekul biologis dan zat

berbahaya lainnya ke atmosfir yang dapat berupa padat atau gas. Polutan

diperkenalkan ke atmosfir melalui polusi udara dapat memiliki efek yang parah

pada manusia dan ekosistem pada umumnya. Menurut USEPA (2012), kriteria

polutan biasanya ditemukan polutan udara yang bisa memiliki kesehatan yang

parah dan implikasi lingkungan. Polutan ini meliputi; Particulate Matter (PM10),

karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida (SO2), Metana

(CH4), Amonia (NH3), Hidrogen sulfida (H2S) dan sebagainya. Beberapa polutan

udara ini seperti hidrogen sulfida, amonia dan karbon monoksida tidak berwarna

dan tak terlihat. Namun, partikel bisa terlihat dan termasuk debu dan jelaga.

Meskipun kriteria polutan secara alami hadir di udara, bahwa kegiatan

antropogenik seperti semak-terbakar, proses industri dan membusuk akumulasi

organisme dan limbah domestik antara lain meningkatkan konsentrasi mereka di

udara(Ubouh E.A. and Nwawuike N. 2016).

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin membahas karya ilmiah yang berjudul:

(30)

KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN

1.2. Permasalahan

Apakah udara ambient disekitar Balai Teknik Kesehatan Lingkungan

Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan memenuhi persyaratan

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada analisa kadar H2S, NO2, NH3 dan SO2 pada

udara ambient disekitar Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian

Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar H2S, NO2, NH3 dan SO2

pada udara ambient disekitar Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian

Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan.

1.5. Manfaat

Adapun manfaat dari analisa kadar H2S, NO2, NH3, SO2 pada udara

ambient disekitar halaman Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian

Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan adalah untuk memberikan informasi kepada

(31)

1997 tentang Pengendalian Pencemaran Udara kadar H2S tidak boleh lebih dari

1391 µg/Nm3, NO

2 tidak boleh lebih dari 5634 µg/Nm3, NH3 tidak boleh lebih

(32)

ANALISA UDARA AMBIENT (H2S, NO2, NH3, SO2)DI BALAI TEKNIK

KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN

ABSTRAK

Analisa udara ambient (H2S, NO2, NH3, SO2) di Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) kelas 1 Medan bertujuan untuk mengetahui kadar H2S, NO2, NH3 dan SO2 pada udara ambient di sekitar halaman

BTKL PP. Udara masuk kedalam impinger melalui botol penjerap yang masing-masing telah berisikan larutan penjerap sebanyak 10 mL. Dicatat laju alir awal F1

dan F2 lalu didiamkan selama 20 menit untuk menghilangkan pengganggu.

Kemudian larutan hasil uji dimasukkan kedalam kuvet untuk dianalisa secara spektrofotometri. Hasil perhitungan yang diperoleh dari analisa udara ambient dengan parameter SO2 = 26,58 µg/Nm3, NO2 = 0,556 µg/Nm3, H2S = 13,608

µg/Nm3 dan NH3 = 0,127 µg/Nm3. Dimana persyaratan menurut Peraturan

Pemerintah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dinyatakan aman dan memenuhi persyaratan untuk kesehatan manusia dan lingkungan.

(33)

ANALYSIS OF AMBIENT AIR (H2S, NO2, NH3, SO2) AT BALAI TEKNIK

KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP) CLASS I MEDAN

ABSTRACT

Analysis of ambient air (H2S, NO2, NH3, SO2) at Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Class I Medan is to know the pecentage of H2S, NO2, NH3 and SO2 at the air around BTKL PP. The air is

pumped into the impinger through absorbent bottle which each contains absorbent solution 10 mL. Make a note of the F1 and F2 air flow and wait until 20 minutes.

Then put the liquid into a kuvet to be analyse by spectrophotometry. The result of the analysis of ambient air with SO2 absorbent is 26,58 µg/Nm3, NO2 absorbent is

0,556 µg/Nm3, H

2S absorbent is 13,608 µg/Nm3 and NH3 absorbent is 0,127

µg/Nm3. Which is the requirements of Peraturan Pemerintah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 about Air Pollutan Control is declared that the air is safe and fulfill the requirements for human and the environments.

(34)

PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN

KARYA ILMIAH

AKBAR MUHAMMAD

132401153

PROGRAM STUDI DIPLOMA KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(35)

PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

AKBAR MUHAMMAD

132401153

PROGRAM STUDI DIPLOMA KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(36)

PERSETUJUAN

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

(37)

PERNYATAAN

ANALISA UDARA AMBIENT (H2S, NO2, NH3, SO2)DI BALAI TEKNIK

KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2016

(38)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya serta salawat beriring salam kita ucapkan pada kehadirat Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat untuk meraih gelar Ahli Madya pada program studi Diploma 3 Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan tugas akhir ini penulis banyak mendapatkan dorongan, bantuan dan motivasi dari semua pihak. Maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Syaffruddin dan Ibunda Anita Rahman yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta doa yang telah menguatkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

(39)

ANALISA UDARA AMBIENT (H2S, NO2, NH3, SO2)DI BALAI TEKNIK

KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN

ABSTRAK

Analisa udara ambient (H2S, NO2, NH3, SO2) di Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) kelas 1 Medan bertujuan untuk mengetahui kadar H2S, NO2, NH3 dan SO2 pada udara ambient di sekitar halaman

BTKL PP. Udara masuk kedalam impinger melalui botol penjerap yang masing-masing telah berisikan larutan penjerap sebanyak 10 mL. Dicatat laju alir awal F1

dan F2 lalu didiamkan selama 20 menit untuk menghilangkan pengganggu.

Kemudian larutan hasil uji dimasukkan kedalam kuvet untuk dianalisa secara spektrofotometri. Hasil perhitungan yang diperoleh dari analisa udara ambient dengan parameter SO2 = 26,58 µg/Nm3, NO2 = 0,556 µg/Nm3, H2S = 13,608

µg/Nm3 dan NH3 = 0,127 µg/Nm3. Dimana persyaratan menurut Peraturan

Pemerintah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dinyatakan aman dan memenuhi persyaratan untuk kesehatan manusia dan lingkungan.

(40)

ANALYSIS OF AMBIENT AIR (H2S, NO2, NH3, SO2) AT BALAI TEKNIK

KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP) CLASS I MEDAN

ABSTRACT

Analysis of ambient air (H2S, NO2, NH3, SO2) at Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Class I Medan is to know the pecentage of H2S, NO2, NH3 and SO2 at the air around BTKL PP. The air is

pumped into the impinger through absorbent bottle which each contains absorbent solution 10 mL. Make a note of the F1 and F2 air flow and wait until 20 minutes.

Then put the liquid into a kuvet to be analyse by spectrophotometry. The result of the analysis of ambient air with SO2 absorbent is 26,58 µg/Nm3, NO2 absorbent is

0,556 µg/Nm3, H

2S absorbent is 13,608 µg/Nm3 and NH3 absorbent is 0,127

µg/Nm3. Which is the requirements of Peraturan Pemerintah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 about Air Pollutan Control is declared that the air is safe and fulfill the requirements for human and the environments.

(41)
(42)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(43)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(44)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel Ambang Batas Gas Pencemar ... 28 2. Pengaruh Paparan Gas Amoniak (NH3) Pada Manusia ... 28

3. Pengaruh Paparan Gas Nitrogen Dioksida (NO2) Pada Manusia .. 29

Gambar

Tabel 4.2 Hasil Suhu dan Kelembaban Udara Ambient
Tabel 4.3 Hasil Akhir Perhitungan Konsentrasi Udara Ambient
Tabel 4.4 Pengaruh Paparan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) pada Manusia

Referensi

Dokumen terkait

Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak

 Emisi adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai

Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) udara oleh kegiatan

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke

Akibat pergerakan udara maka akan terjadi suatu proses penyebaran yang dapat mengakibatkan pengenceran dari bahan pencemar udara, sehingga kadar suatu pencemar

 Emisi ada zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dalam suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak

22/2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah masuk atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lainnya ke dalam udara ambien oleh kegiatan

i LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PENENTUAN KADAR SULFUR DIOKSIDA SO2, NITROGEN DIOKSIDA NO2, OKSIDAN O3 DAN AMONIA NH3 PADA UDARA AMBIEN DI BALAI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA