• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Keparahan Asidosi Pre-Operatif Mempengaruhi Mortalitas pada Pasien Trauma Abdomen yang Dilakukan Tindakan Eksplorasi Laparotomi di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Keparahan Asidosi Pre-Operatif Mempengaruhi Mortalitas pada Pasien Trauma Abdomen yang Dilakukan Tindakan Eksplorasi Laparotomi di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL PENELITIAN MAGISTER

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH DEPARTEMEN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TINGKAT KEPARAHAN ASIDOSIS PRE-OPERATIF

MEMPENGARUHI MORTALITAS PADA PASIEN

TRAUMA ABDOMEN YANG DILAKUKAN

TINDAKAN EKSPLORASI LAPAROTOMI DI RSUP

H. ADAM MALIK MEDAN

OLEH: dr. YOSSI ANDILA

DEPARTEMEN ILMU BEDAH

(2)

Judul : TINGKAT KEPARAHAN ASIDOSIS

PRE-OPERATIVE MEMPENGARUHI MORTALITAS

PADA PASIEN TRAUMA ABDOMEN YANG DILAKUKAN EKSPLORASI LAPAROTOMI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

Nama PPDS : dr. Yossi Andila Nomor CHS :

BidangIlmu : Kedokteran/ IlmuBedah Kategori : Bedah Digestif

HASIL PENELITIAN INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH

Pembimbing,

dr.Asrul, SpB-KBD

NIP: 19660705199701 1 001 NIP: 140 068 960

Prof.dr. Bachtiar Surya, SpB-KBD

Ketua Departemen Ilmu Bedah, Ketua Program Studi Ilmu Bedah,

dr. Emir T Pasaribu, SpB (K) Onk

NIP: 195 203 041 980 021 001 NIP: 196 103 161 986 111 001 dr. Marshal, SpB. SpB TKV

(3)

SURAT KETERANGAN

Sudah diperiksa Hasil Penelitian

JUDUL : TINGKAT KEPARAHAN ASIDOSIS PRE-OPERATIVE MEMPENGARUHI MORTALITAS PADA PASIEN TRAUMA ABDOMEN YANG DILAKUKAN EKSPLORASI LAPAROTOMI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PENELITI : dr.YOSSI ANDILA

DEPARTEMEN : ILMU BEDAH

INSTITUSI : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

MEDAN, 2014

KONSULTAN METODOLOGI PENELITIAN FAKULTAS KEDOKTERAN USU

(4)

PERNYATAAN

TINGKAT KEPARAHAN ASIDOSIS PRE-OPERATIVE

MEMPENGARUHI MORTALITAS PADA PASIEN TRAUMA ABDOMEN YANG DILAKUKAN EKSPLORASI LAPAROTOMI DI RSUP H. ADAM

MALIK MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2014

(5)

ABSTRAK

Latar belakang

Trauma abdomen menduduki peringkat ketiga dari seluruh kejadian trauma dan sekitar 25% dari kasus memerlukan tindakan operasi. Keadaan mortalitas pada pasien trauma dikenal dengan lethal triad of death yang terdiri dari hipotermia, koagulopati dan asidosis metabolik. Pada trauma, asidosis metabolik terjadi karena perubahan metabolisme aerobik menjadi anaerobik sehingga terjadi penumpukan asam laktat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat keparahan asidosis pre-operatif terhadap mortalitas pada penderita trauma abdomen yang dilakukan ekpslorasi laparotomi di RSUP H. Adam Malik Medan. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptis analitik dengan desain retrospektif. Sampel yang diperoleh sebanyak 64 kasus. Data dikumpulkan melalui data rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan selama kurun waktu Januari 2011 sampai Desember 2013. Data kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan Chi Square.

Hasil Penelitian

Dari 64 kasus trauma abdomen yang dilakukan eksplorasi laparotomy, tingkat mortalitas sebesar 25 kasus (39,1%). Tindakan eksplorasi laparotomi dilakukan pada 61 kasus (95,3%) dan 3 kasus (4,7%) damage control surgery. Tingkat keparahan asidosis menunjukkan hasil asidosis ringan sebesar 55 kasus (85,9%) dan asidosis berat 9 kasus (14,1%). Hasil uji Chi Square diperoleh adanya hubungan tingkat keparahan asidosis pre-operatif terhadap mortalitas pada penderita trauma abdomen yang dilakukan eksplorasi laparotomi (p=0,001).

Kesimpulan

Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat keparahan asidosis pre-operatif terhadap mortalitas pada pasien trauma abdomen yang dilakukan eksplorasi laparotomi di RSUP H. Adam Malik Medan.

(6)

ABSTRACT

Background

Abdominal Trauma is in the third place among the traumatic incident and around 25% of the cases requires surgical procedure. The mortality in trauma patients known as lethal triad of death including hypothermia, coagulopathy, and metabolic acidosis. In trauma, metabolic acidosis occurs due to metabolism change, from aerobic metabolism to anaerobic metabolism resulting a lactic acid accumulation. The aim of this study is to find out the correlation between severity of pre-operative acidosis and mortality rate in abdominal trauma patients who undergo exploratory laparotomy performed at RSUP H. Adam Malik Medan. Methods

The design of this study is a retrospective descriptive analytic study. The sampel is 64 cases from the medical records of patients diagnosed with abdominal injury and performed with exploratory laparotomy at the digestive surgery division of RSUP H Adam Malik Medan during the period January 2011 to December 2013. The data was analyzed using Chi Square.

Results

From the 64 cases of abdominal trauma performed with exploratory laparotomy, the mortality rate is 25 cases (39,1%). The exploratory laparotomy was performed in 61 cases (95,3%) and 3 cases (4.7%) with damage control surgery. The severity of acidosis showed mild acidosis in 55 cases (85,9%) and severe acidosis in 9 cases (14,1%). The results of Chi Square show a correlation between severity of preoperative acidosis and mortality in patients with abdominal trauma performed exploratory laparotomy (p = 0,001).

Conclusion

The study shows significant relationship between the severity of pre-operative acidosis with mortality in patients with abdominal trauma who performed exploratory laparotomy in RSUP H. Adam Malik Medan.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan, karena berkat segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis Magister ini yang berjudul ”Tingkat Keparahan Asidosi Pre-Operatif Mempengaruhi Mortalitas pada Pasien Trauma Abdomen yang Dilakukan Tindakan Eksplorasi Laparotomi di RSUP H. Adam Malik Medan”. Tesis magister ini merupakan salah satu persyaratan tugas akhir untuk memperoleh keahlian dalam bidang Ilmu Bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Selawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.

Dengan selesainya penulisan tesis ini, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Bedah di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ketua Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dr. Emir T Pasaribu, SpB(K)ONK dan Sekretaris Departemen, dr. Erjan Fikri, SpB,SpBA. Ketua Program Studi Ilmu Bedah, dr. Marshal SpB,SpBTKV dan Sekretaris Program Studi Ilmu Bedah dan pembimbing penulisan tesis, dr. Asrul S, SpB-KBD, yang telah bersedia menerima, mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama penulis menjalani pendidikan.

(8)

motivasi yang tiada hentinya dengan penuh bijaksana dan tulus ikhlas disepanjang waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

4. Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada guru-guru saya : Prof. dr. Abd Gofar Sastrodiningrat, SpBS(K), Prof. Iskandar Japardi, SpBS(K), Prof. Adril A Hakim, SpS,SpBS(K), Prof. Nazar Moesbar, SpB,SpOT, Prof. Hafas Hanafiah, SpB,SpOT, Alm.Prof Usul Sinaga, SpB, Alm.Prof Buchari Kasim, SpBP, dr. Asmui Yosodihardjo, SpB,SpBA, dr. Syahbuddin Harahap, SpB, DR. dr. Humala Hutagalung, SpB(K)ONK, dr. Gerhard Panjaitan, SpB(K)ONK, dr. Harry Soejatmiko, SpB,SpBTKV, dr. Chairiandi Siregar, SpOT, dr. Bungaran Sihombing, SpU, dr. Syah M Warli, SpU dan seluruh guru bedah saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, di lingkungan RSUP H Adam Malik, RSU Pirngadi Medan dan di semua tempat yang telah mengajarkan ketrampilan bedah pada diri saya. Semua telah tanpa pamrih memberikan bimbingan, koreksi dan saran kepada penulis selama mengikuti program pendidikan ini.

5. Prof. Aznan Lelo, PhD, SpFK, yang telah membimbing, membantu dan meluangkan waktu dalam membimbing statistik dari tulisan tugas akhir ini. 6. Para Senior, dan sejawat peserta program studi Bedah yang bersama-sama

menjalani suka duka selama pendidikan.

7. Para pegawai dilingkungan Departemen Ilmu Bedah FK USU, dan para tenaga kesehatan yang berbaur berbagi pekerjaan memberikan pelayanan Bedah di RSUP H Adam Malik, RSU Pirngadi, dan di semua tempat bersama penulis selama penulis menimba ilmu.

(9)

9. Kepada abang, kakak, adik-adik, seluruh keluarga besar dan temanku Maruli Sianipar, penulis mengucapkan terima kasih atas pengertian dan dukungan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan.

10. Terima kasih yang tak terkira kepada istriku Rahyuni Erlita S.Sos tercinta , dan anakku M. Fakhri Ahdan Andila dan Shafina Quinn Andila atas segala pengorbanan, pengertian, dukungan semangat, kesabaran dan kesetiaan dalam segala suka duka mendampingi saya selama menjalani masa pendidikan yang panjang ini.

Akhirnya hanya Allah SWT yang dapat membalas segala kebaikan. Semoga ilmu yang penulis peroleh selama pendidikan Magister spesialisasi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Medan, Februari 2014 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

2.3.1.Interpretasi Klinis Analisa Gas Darah ... 7

2.3.2. Sindrom Klinis Gangguan Asam Basa ... 9

2.4. Eksplorasi Laparotomi ... 13

2.5. Damage Control Surgery ... 13

2.5.1 Pemilihan Pasien ... 14

2.5.2 TahapanTeknik Damage Control Surgery ... 14

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 16

(11)

3.3. Populasi danSampel Penelitian ... 16

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 16

3.5. Besar Sampel ... 17

3.6. Alur Kerja ... 18

3.7. Identifikasi Variabel ... 18

3.8. Kerangka Konsep ... 19

3.9. Analisis Data ... 19

3.10. Definisi Operasional ... 19

3.11. Masalah Etika ... 20

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Karakteristik Trauma Abdomen ... 22

4.2. Hasil Pemeriksaan Analisa Gas Darah ... 23

4.3. Hubungan Jenis Trauma dengan Mortalitas ... 23

4.4. Tingkat Keparahan Asidosis Mempengaruhi Mortalitas ... 24

BAB 5 PEMBAHASAN ... 25

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan ... 28

6.2 Saran ... 28

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Enam Langkah Pendekatan Sequential Interpretasi Arteri Gas Darah

8

Tabel 4.1. Deskripsi Karakteristik 22

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1. Alur Kerja Penelitian Tingkat Keparahan Asidosis Pre-Operatif Mempengaruhi Mortalitas pada Pasien Trauma Abdomen yangd ilakukan Eksplorasi Laparotomi

18

Gambar 3.2. Kerangka KonsepTingkat Keparahan Asidosis Pre-Operatif Mempengaruhi Mortalitas pada Pasien Trauma Abdomen yang dilakukan Eksplorasi Laparotomi

19

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SusunanPenelitian

Lampiran 2 RencanaLampiranAnggaranPenelitian Lampiran 3 JadwalPenelitian

(15)

ABSTRAK

Latar belakang

Trauma abdomen menduduki peringkat ketiga dari seluruh kejadian trauma dan sekitar 25% dari kasus memerlukan tindakan operasi. Keadaan mortalitas pada pasien trauma dikenal dengan lethal triad of death yang terdiri dari hipotermia, koagulopati dan asidosis metabolik. Pada trauma, asidosis metabolik terjadi karena perubahan metabolisme aerobik menjadi anaerobik sehingga terjadi penumpukan asam laktat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat keparahan asidosis pre-operatif terhadap mortalitas pada penderita trauma abdomen yang dilakukan ekpslorasi laparotomi di RSUP H. Adam Malik Medan. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptis analitik dengan desain retrospektif. Sampel yang diperoleh sebanyak 64 kasus. Data dikumpulkan melalui data rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan selama kurun waktu Januari 2011 sampai Desember 2013. Data kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan Chi Square.

Hasil Penelitian

Dari 64 kasus trauma abdomen yang dilakukan eksplorasi laparotomy, tingkat mortalitas sebesar 25 kasus (39,1%). Tindakan eksplorasi laparotomi dilakukan pada 61 kasus (95,3%) dan 3 kasus (4,7%) damage control surgery. Tingkat keparahan asidosis menunjukkan hasil asidosis ringan sebesar 55 kasus (85,9%) dan asidosis berat 9 kasus (14,1%). Hasil uji Chi Square diperoleh adanya hubungan tingkat keparahan asidosis pre-operatif terhadap mortalitas pada penderita trauma abdomen yang dilakukan eksplorasi laparotomi (p=0,001).

Kesimpulan

Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat keparahan asidosis pre-operatif terhadap mortalitas pada pasien trauma abdomen yang dilakukan eksplorasi laparotomi di RSUP H. Adam Malik Medan.

(16)

ABSTRACT

Background

Abdominal Trauma is in the third place among the traumatic incident and around 25% of the cases requires surgical procedure. The mortality in trauma patients known as lethal triad of death including hypothermia, coagulopathy, and metabolic acidosis. In trauma, metabolic acidosis occurs due to metabolism change, from aerobic metabolism to anaerobic metabolism resulting a lactic acid accumulation. The aim of this study is to find out the correlation between severity of pre-operative acidosis and mortality rate in abdominal trauma patients who undergo exploratory laparotomy performed at RSUP H. Adam Malik Medan. Methods

The design of this study is a retrospective descriptive analytic study. The sampel is 64 cases from the medical records of patients diagnosed with abdominal injury and performed with exploratory laparotomy at the digestive surgery division of RSUP H Adam Malik Medan during the period January 2011 to December 2013. The data was analyzed using Chi Square.

Results

From the 64 cases of abdominal trauma performed with exploratory laparotomy, the mortality rate is 25 cases (39,1%). The exploratory laparotomy was performed in 61 cases (95,3%) and 3 cases (4.7%) with damage control surgery. The severity of acidosis showed mild acidosis in 55 cases (85,9%) and severe acidosis in 9 cases (14,1%). The results of Chi Square show a correlation between severity of preoperative acidosis and mortality in patients with abdominal trauma performed exploratory laparotomy (p = 0,001).

Conclusion

The study shows significant relationship between the severity of pre-operative acidosis with mortality in patients with abdominal trauma who performed exploratory laparotomy in RSUP H. Adam Malik Medan.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Trauma masih merupakan penyebab kematian paling sering di empat dekade pertama kehidupan, dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di setiap negara (Gad et al, 2012). Sepuluh persen dari kematian di seluruh dunia disebabkan oleh trauma (Maegel, 2010). Diperkirakan bahwa pada tahun 2020, 8,4 juta orang akan meninggal setiap tahun karena trauma, dan trauma akibat kecelakaan lalu lintas jalan akan menjadi peringkat ketiga yang menyebabkan kecacatan di seluruh dunia dan peringkat kedua di negara berkembang (Udeani, 2013). Di Indonesia tahun 2011 jumlah kecelakaan lalu lintas sebanyak 108.696 dengan korban meninggal sebanyak 31.195 jiwa (BPS, 2011).

Trauma abdomen menduduki peringkat ketiga dari seluruh kejadian trauma dan sekitar 25% dari kasus memerlukan tindakan operasi (Hemmila, 2008). Trauma abdomen diklasifikasikan menjadi trauma tumpul dan trauma tembus.Trauma tembus abdomen biasanya dapat didiagnosis dengan mudah dan andal, sedangkan trauma tumpul abdomen sering terlewat karena tanda-tanda klinis yang kurang jelas (Jansen et al, 2008).

Keadaan mortalitas pada pasien trauma dikenal dengan lethal triad of death

(18)

generasi trombin dan mempercepat degradasi fibrinogen. Hal ini menyebabkan koagulopati sehingga akan meningkatkan angka mortalitas (Martini WZ, 2009).

Akan tetapi belum ada laporan yang meneliti tingkat keparahan asidosis mempengaruhi mortalitas di RSUP H. Adam Malik Medan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenaitingkat keparahan asidosis mempengaruhi mortalitas pada pasien trauma abdomen yang dilakukan tindakan eksplorasi laparotomi di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah Apakah tingkat keparahan asidosis pre-operatif mempengaruhi mortalitas pada pasien trauma abdomen yang dilakukan tindakan eksplorasi laparotomi di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3. Hipotesa

Tingkat keparahan asidosis pre-opretive mempengaruhi mortalitas pada pasien trauma abdomen yang dilakukan tindakan eksplorasi laparotomy.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui apakah tingkat keparahan asidosis pre-operatif yng mempengaruhi mortalitas pada pasien trauma abdomen yang dilakukan eksplorasi laparotomi pada bagian bedah digestif RSUP H.Adam Malik Medan.

1.4.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui angka kejadian trauma abdomen di RSUP H. Adam Malik Medan.

(19)

3. Mengetahui tingkat mortalitas pada trauma adomen yang terjadi di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.5.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Para klinisi, untuk memberikan data sehingga para klinisi dapat melakukan intervensi pasien yang lebih optimal.

2. Bagi peneliti, untuk memberikan data bagi para peneliti selanjutnya untuk pengembangan penelitian.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Abdomen

Abdomen dapat dibagi menjadi empat kompartemen anatomis, yaitu (Williams, 2013):

• Regio thoraks. Regio ini berada antara inframammary creases dan batas iga. Di dalamnya terdapat organ berupa diafragma, hati, limfa, dan lambung. Saat menghembuskan nafas, diafragma dapat naik sampai setinggi torakal tiga. • Regio peritoneum (true abdomen). Pada regio ini dapat dijumpai lambung,

usus halus, dan usus besar, omentum, rahim, dan terkadang puncak dari vesika urinaria. Pada akhir inhalasi, ketika hati dan limfa turun, kedua organ ini menjadi bagian dari regio peritoneum.

• Regio retroperitoneum. Regio ini mencakup pembuluh-pembuluh darah besar, ginjal, kolon transversum, kolon desenden, uterus, pankreas, dan duodenum. • Regio pelvis. Abdomen bagian pelvis dibentuk oleh sambungan tulang-tulang

pelvis.

2.2. Trauma Abdomen

Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan daerah antara diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).

2.2.1. Epidemiologi

(21)

retroperitoneal, organ yang paling sering cedera adalah ginjal, dan organ yang paling jarang cedera adalah pankreas dan ureter (Demetriades, 2000). Pada trauma tajam abdomen paling sering mengenai hati(40%), usus kecil (30%), diafragma (20%), dan usus besar (15%) (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).

2.2.2. Mekanisme Trauma

Trauma pada abdomen dibagi menjadi trauma tumpul dan tembus. Trauma tumpul abdomen disebabkan kompresi dan deselerasi. Kompresi rongga abdomen oleh benda-benda terfiksasi, seperti sabuk pengaman atau setir kemudi akan meningatkan tekanan intraluminal dengan cepat, sehingga mungkin menyebabkan ruptur usus, atau pendarahan organ padat. Gaya deselerasi (perlambatan) akan menyebabkan tarikan atau regangan antara struktur yang terfiksasi dan yang dapat bergerak. Deselerasi dapat menyebabkan trauma pada mesenterium, pembuluh darah besar, atau kapsul organ padat, seperti ligamentum teres pada hati. Organ padat, seperti limpa dan hati merupakan jenis organ yang tersering mengalami terluka setelah trauma tumpul abdomen terjadi (Demetriades,2000).

Luka tembak adalah penyebab paling umum (64%) dari trauma tembus abdomen, diikuti oleh luka tusukan (31%) dan luka senapan (5%)(Todd, 2004).Luka tusuk dan luka tembak kecepatan rendah menyebabkan kerusakan jaringan dengan laserasi dan memotong.Kecepatan tinggi pada luka tembak mentransferenergi kinetic lebih ke abdomen visera (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).

2.3. Keseimbangan Asam Basa

(22)

Sistem penyangga kimiawi merupakan lini pertama, yang terdiri dari pasangan H2CO3.HCO3- yang terlibat dalam suatu reaksi reversibel, yang salah satunya dapat membebaskan H+ sedangkan yang lain dapat mengikat H+

H

. Pasangan penyangga bekerja dengan segera untuk memperkecil perubahan pH yang terjadi dengan bertindak sesuai hukum aksi massa:

+

+ HCO3-↔ H2CO3↔ CO2 + H2

Sistem pernapasan, yang membentuk lini kedua, secara normal mengeliminasi CO

O

2 hasil metabolism, sehingga tidak terjadi penimbunan H2CO3 di dalam cairan tubuh. Sistem pernapasan akan berespon dalam beberapa menit dengan mengubah kecepatan pengeluaran CO2. Peningkatan H+ yang berasal dari asam-asam non-karbonat merangsang pernapasan, sehingga lebih banyak CO2 (penghasil H2CO3) yang dihembuskan ke luar untuk mengkompensasi asidosis dengan mengurangi produksi H+ dari H2CO3. Sebaliknya, penurunan H+akan menekan aktivitas pernapasan, sehingga CO2, dan demikian H2CO3 (penghasil H+

Ginjal adalah lini ketiga dan yang paling kuat. Ginjal memerlukan waktu beberapa jam sampai hari untuk mengkompensasi penyimpangan pH cairan tubuh. Ginjal dapat mengubah kecepatan pengeluaran H

) dapat tertahan di cairan tubuh untuk mengkompensasi alkalosis (Sherwood, 2006).

+

sebagai respon terhadap perubahan baik asam H2CO3 maupun non-H2CO3.Selain itu ginjal juga dapat mengatur HCO3- dalam cairan tubuh. Ginjal mengkompensasi asidosis dengan mengekskresikan kelebihan H+ di urin, sementara menambahkan HCO3- baru ke dalam plasma untuk meningkatkan kapasitas penyanggaan HCO3-. Selama alkalosis, ginjal menghemat H+ dengan mengurangi sekresinya dalam urin. Ginjal juga mengeluarkan HCO3- yang berada dalam keadaan berlebihan karena HCO3 -yang terikat ke H+ berkurang karena jumlah H+

Ion H

menurun(Sherwood, 2006). +

(23)

dalam cairan tubulus untuk berfungsi sebagai penyangga, sehingga sekresi H+

Konsentrasi ion Hidrogen dinyatakan dalam pH, yaitu logaritma 1/[H dapat terus berlangsung (Sherwood, 2006).

+ ]. pHdarah arteri dalam keadaan normal 7,45 dan pH darah vena 7,35. Untuk pH darah rata-rata adalah 7,40. pH yang lebih rendah dari normal (dibawah 7,35) mengindikasikan keadaan asidosis. Sedangkan pH yang lebih tinggi dari normal (lebih dari 7,45) mengindikasikan alkalosis (Sherwood, 2006).

2.3.1. Interpretasi Klinis Analisa Gas Darah

(24)

Asidosis respiratorik terjadi akibat retensi CO2 sehingga terjadi peningkatan pembentukan H2CO3 yang kemudian berdisosiasi dan menyebabkan peningkatan [H+].Pada asidosis repiratorik yang tidak terkompensasi [CO2] meningkat (PaCO2 lebih dari 45 mmHg), sedangkan [HCO3-] normal (22-26 mEq/L).Sedangkan pada alkalosis repiratorik terjadi pengeluaran berlebihan CO2 sehingga H2CO3 yang terbentuk berkurang dan [H+] menurun.Pada alkalosis repiratorik yang tidak terkompensasi [CO2] menurun (PaCO2 kurang dari 35 mmHg, sedangkan [HCO3

-Asidosis metabolik terjadi akibat pengeluaran berlebihan HCO ] normal (22-26 mEq/L) (Sherwood, 2006).

3- dari tubuh seperti pada diare berat atau akibat penimbunan asam-asam non-karbonat seperti penimbunan asam-asam keton pada diabetes mellitus ataupun penimbunan asam laktat pada pasien-pasien trauma ataupun olahraga berlebihan.Pada keadaan tidak terkompensasi, asidosis metabolik selalu ditandai oleh penurunan [HCO3-] (kurang dari 22 mEq/L) sementara [CO2] normal (PaCO2 35-45 mmHg).Pada alkalosis metabolik disebabkan oleh defesiensi relative asam-asam non-karbonat.Alkalosis metabolik berkaitan dengan peningkatan [HCO3-] (lebih dari 26mEq/L) yang pada keadaan tidak terkompensasi, tidak disertai oleh perubahan [CO2] (PaCO2 35-45 mmHg) (Sherwood, 2006).

Tabel 2.1. Enam-Langkah Pendekatan Interpretasi Arteri Gas Darah Observasi Interpretasi Intervensi

Apakah nilai pH selain 7.40?

Asidosis jika<7.35 Evaluasi klinis berdasarkan penyebab

Alkalosisjika >7.45 Apakah pH <7.20 or

>7.55?

Penyakit berat Koreksi segera

Apakahnilai

Ubah ventilasi sehingga PaCO2terkompensasi

Apakah nilai base deficit selain nol?

Bicarbonate loss/gain compensates atau kontribusi dari penyakit

Infus NaCO3 or HCl untuk mengoreksikonsentrasi proton

(25)

Observasi Interpretasi Intervensi

Nilai diatas 12 mmol/L =laktat atau ketoasidosis

Koreksi masalah metabolik

2.3.2. Sindrom Klinis Gangguan Asam-Basa

a. Metabolik asidemia Akibat KurangnyaPengiriman Oksigen

(26)

proporsional dengan keparahan defisit oksigen dalam mitokondria (Townsend, 2007).

Laktat yang meninggalkan ICF dan ECF akandiambil oleh hati, di mana ia berpartisipasi dalam glukoneogenesis dan diubah menjadi glukosa. Elevasi di tingkat laktat pada pasien shock dengan asidemia adalah fungsi dari kedua tingkat produksi laktat dalam sel dengan oksigen yang tidak memadai dan clearance oleh sel-sel hati. Pada pasien dengan penurunan aliran oksigen, asidemia ringan sampai sedang (pH 7,20-7,35), defisit bikarbonat, dan tidak ada peningkatan anion gap terjadi. Dengan pola asidemia metabolik berkelanjutan atau berat pada pasien shock (pH <7,20), tingkat laktat meningkat (Townsend, 2007).

Tatalaksana pada kasus ini dengan intervensi yang meningkatkan pengiriman oksigen.Beberapa penyebab spesifik syok adalah penurunan besar volume darah, disfungsi jantung yang menyebabkan curah jantung terganggu, dan vasodilatasi.Keberhasilan dalam mengoreksi asidemia dicapai dengan resusitasi yang mengoreksi penyebab utama dari shock (Townsend, 2007).

b. Asidemia Dilusional Setelah Infus Isotonik Normal Saline Pengganti Darah

Asidemia metabolik pengenceran terjadi dalam situasi di mana volume besar solusi klorida natrium isotonic telah diabsorbsi dengan cepat.Pesatnya hal penuh oleh isotonik natrium klorida mengembalikan ECW tetapi mencairkan konsentrasi bikarbonat. Pasien dengan jenis asidemia memiliki konsentrasi bikarbonat rendah, tingkat klorida tinggi, dan normal atau menurun anion gap (Townsend, 2007).

c. Asidemia Terkait dengan Sepsis

(27)

d. Ketoacidemia Diabetikum

Kekurangan insulin yang mengarah pada disfungsi dari dua ICF jalur biokimia utama, hasilnya keton menumpuk di ECF (Townsend, 2007).

e. Asidemia Terkait Alkohol

Pasien yang mengkonsumsi sejumlah besar etanol berada pada risiko tinggi untuk asidemia.Mekanisme patofisiologis spesifik untuk asidosis laktat pada pasien beralkohol adalah defisiensi tiamin.Kekurangan vitamin ini adalah masalah klinis pada pecandu alkohol yang mengkonsumsi diet kekurangan dalam sayuran.Defisiensi tiamin menyebabkan asidosis laktat karena piruvat dehidrogenase membutuhkan tiamin sebagai kofaktor kritis.Tanpa tiamin, tingkat piruvat membangun dan dialihkan ke laktat dan proton (Townsend, 2007).

f. Asidemia Metabolik Akibat Kehilangan Bikarbonat Dari Sistem Pencernaan

Pasien dengan drainase dari fistula gastrointestinal proksimal atau diare lebih dari 4 L / hari dapat kehilangan sejumlah besar bikarbonat, dan asidemia dapat berkembang dari defisit di ECF bikarbonat.Cairan pankreas mengandung bikarbonat disekresikan oleh kelenjar eksokrin pankreas. Akibatnya, volume duodenum, usus kecil proksimal, dan pankreas fistula drainase dapat menyebabkan defisit ECF bikarbonat, natrium, dan elektrolit lain (Townsend, 2007).

g. Asidemia Disebabkan oleh Gagal Ginjal Akut

Pasien dengan tingkat filtrasi glomerulus rendah rentan terhadap asidemia karena mereka tidak bisa jelas menjadi proton urin tertelan dalam makanan sehari-hari dan yang dibentuk sebagai konsekuensi dari aktivitas metabolik normal (Townsend, 2007).

h. Alkalosis Metabolik

(28)

i. Muntah-Diinduksi hipokloremia, Hypokalemic Alkalosis Metabolik j. Diuretik-Diinduksi Alkalemia

Terapi diuretik juga dapat menghasilkan alkalemia metabolik. Diuretik loop yang mengubah fungsi sel tubulus di lengkung Henle meningkatkan ekskresi natrium klorida dan dapat mengurangi volume plasma pada pasien dengan gagal jantung atau sirosis hati, bahkan di hadapan peningkatan ECW disebabkan oleh edema atau asites (Townsend, 2007).

k. Alkalosis Respiratorik

Sebuah peningkatan yang signifikan mendadak ventilasi alveolar mengurangi PaCO2 dalam sampel darah arteri dan menghasilkan peningkatan akut pada pH.alkalemia pernapasan, juga disebut hipokapnia akut, dapat menyebabkan vasokonstriksi arteri. Alkalosis pernapasan akut digunakan sebagai intervensi darurat untuk mengurangi timbulnya tiba-tiba peningkatan tekanan intrakranial.Pada alkalemia, pembuluh darah otak menyempit, aliran darah dan volume darah otak turun (Townsend, 2007).

l. Asidemia Respiratorik

Sebuah penurunan mendadak dalam ventilasi alveolar menyebabkan peningkatan akut pada PaCO2.Hiperkapnia akut menyebabkan penurunan pH ECF dan asidemia pernapasan.Karena karbon dioksida mudah melintasi membran sel, pasien dengan hiperkapnia akut memiliki penurunan terkait dalam pH ICF.Dua mekanisme fisiologis memberikan umpan balik stimulasi refleks ke pusat-pusat ventilasi yang terletak di batang otak yang mengontrol mekanisme refleks untuk meningkatkan ventilasi menit (Townsend, 2007).

Tatalaksana Asam Basa

(29)

karena pelepasan katekolamin endogen dan eksogen. Pada keadaan asidosis, kurva disosiasi oksihemoglobin bergeser ke kanan yang berarti perfusi oksigen ke jaringan berlangsung baik. Asidosis laktat ditatalaksana dengan terapi penggantian cairan. Koreksi asidosis metabolik didasarkan pada restorasi oksigen delivery

yang optimal melalui transfusi, meningkatkan curah jantung, dan optimisasi saturasi oksigen di dalam darah (Bashir, 2002).

2.4. Eksplorasi Laparotomi

Laparotomi eksplorasi adalah laparotomi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang tidak tersedia melalui metode diagnostik klinis. Hal ini biasanya dilakukan pada pasien dengan nyeri akut abdomen, pada pasien yang telah mengalami trauma abdomen, dan kadang-kadang pada pasien dengan keganasan (Kate, 2013). Indikasi dilakukannya laparotomy adalah :

1. Nyeri akut abdomen dan temuan klinis yang menunjukkan patologi intra-abdominal yang membutuhkan operasi darurat.

2. Trauma abdomen dengan hemoperitoneum dan hemodinamik yang tidak stabil

3. Nyeri abdomen kronik

4. Perdarahan gastrointestinal yang nyata

Kontraindikasi dilakukannya laparotomy adalah:

Ketidak sempurnaan untuk anestesi umum. Peritonitis dengan sepsis berat, dan kondisi komorbiditas lainnya dapat membuat pasien tidak layak untuk anestesi umum (Kate, 2013).

2.5. Damage Control Surgery

Beberapa isitilah lainnya yang dikenal untuk damage control surgery

(30)

diperlukan, kemudian bila kondisi fisiologis pasien telah kembali normal kemudian dilakukan pembedahan definitif (Bashir, 2002). Semakin singkat waktu pembedahan akan semakin tinggi tingkat survival pasien dan semakin rendah morbiditasnya walaupun terjadi penundaan perbaikan organ definitive (Fabian, 2000).

2.5.1. Pemilihan Pasien

Perencanaan penggunaan damage control surgery dimulai saat awal resusitasi dengan mengidentifikasi pasien.Pasien dengan kebutuhan damage control surgery yang jelas tidak boleh diberikan waktu terlalu lama untuk pemeriksaan penunjang dan harus segera dipindahkan ke dalam ruang operasi.Bila di dalam ruang pembedahan kondisi fisiologis pasien memburuk dengan cepat, teknik damage control, harus cepat dilaksanakan dan perbaikan yang lengkap harus ditunda (Bowley, 2000). Terdapat tiga indikasi yang sangat jelas untuk pembedahan damage control pada pasien yang mengalami perlukaan yang parah, yaitu (Hirshberg, 1997):

1. Kebutuhan untuk mengakhiri laparatomi dengan cepat pada pasien dengan hipotermia, dan asidosis yang telah mengalami koagulopati, dan hampir mati pada saat pembedahan di meja operasi.

2. Ketidakmampuan untuk mengendalikan perdarahan dengan ligasi, penjahitan, atau perbaikan pembuluh darah, dan keharusan untuk melakukan kontrol tidak langsung menggunakan packing atau tamponade balloon.

3. Ketidakmampuan untuk menutup abdomen tanpa disertai tension karena edema viseral yang masif, dan kekakuan dinding abdomen.

2.5.2. Tahapan Teknik Damage Control Surgery

Menurut Rotondo and Schwab (2007), teknik damage control surgery

memiliki tiga tahapan yang jelas, terdiri dari:

(31)

perdarahan yang mengancam hidup, menghentikan kontaminasi lebih lanjut,

abdominal packing, dan penutupan luka yang cepat.Resusitasi dan penghangatan harus dilakukan secepatnya di dalam kamar operasi.

2. Tahap II: Resusitasi (restorasi homeostasis fisiologis)

Setelah pembedahan di dalam kamar operasi selanjutnya pasien dirawat di ICU untuk melanjutkan pemulihan keadaan fisiologis.Fase ini membutuhkan pengawasan yang intensif, penghangatan aktif, resusitasi dengan cairan hangat dan produk darah, dan perawatan suportif terhadap penurunan fungsi organ tubuh.Pasien sering memerlukan resusitasi cairan dalam jumlah besar, transfusi PRC dan produk koagulasi. Survey tersier juga perlu dilakukan pada pasien ini untuk mengidentifikasi semua perlukaan yang terjadi.

(32)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik dengan desain penelitian retrospektif dengan mencari data sekunder dari rekam medik pasien yang sudah dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sub Bagian Bedah Digestif Fakultas Kedokteran USU/ RSUP H Adam Malik Medan selama periode Januari 2011 sampai Desember 2013.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah semua rekam medis pasien dengan diagnosis

abdominal injury yang dilakukan eksplorasi laparotomidi bagian bedah digestif RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel penelitian adalah rekam medis pasien dengan diagnosis abdominal injury yang dilakukan eksplorasi laparotomi di bagian bedah digestif RSUP H Adam Malik Medan selama kurun waktu Januari 2011 sampai Desember 2013.

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Yang termasuk kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1. Rekam medis pasien dengan diagnosis abdominal injury yang dilakukan eksplorasi laparotomi di bagian bedah digestif RSUP H. Adam Malik Medan pada Januari 2011 sampai Desember 2013.

2. Rekam medis dengan data dasar pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan terapi yang jelas dan lengkap.

(33)

Yang termasuk kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: 1. Penderita yang memiliki kelainan pembekuan darah.

2. Penderita yang mengalami kelainan ginjal kronis sebelumnya. 3. Pasien yang mengalami penyakit diabetes melitus.

4. Pasien yang mengalami penyakit paru obstruksi kronis.

3.5. Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus: n = Zα2

d PQ

n = 1,96 2

2

0,12

. 0,6. 0, 4 = 64,02 dibulatkan menjadi 64 orang

Keterangan:

2

n : Jumlah sampel

Zα : Tingkat kepercayaan, yaitu sebesar 95% maka nilai Zα = 1,96 P : Proporsi penderita trauma abdomen

Q : 1-P

(34)

3.6. Alur Kerja

Gambar 3.1Alur Kerja Penelitian Tingkat Keparahan Asidosis Pre-Operatif Mempengaruhi Mortalitas pada Pasien Trauma Abdomen

yang Dilakukan Eksplorasi Laparotomi di RSUP H. Adam Malik Medan

3.7. Identifikasi Variabel

No Variabel Dependen Variabel Independen 1 Mortalitas trauma abdomen yang

dilakukan eksplorasi laparotomy

• Asidosis (pH) Penderita Trauma Abdomen

Eksplorasi laparotomi

AGDA (PH)

(35)

3.8. Kerangka Konsep

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Tingkat Keparahan Asidosis Pre-Operatif Mempengaruhi Mortalitas pada Pasien Trauma Abdomen

yang Dilakukan Eksplorasi Laparotomi di RSUP H. Adam Malik Medan

3.9. Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan piranti lunak statistik program windows. Analisa data bivariat dilakukan terhadap data sekunder dengan menggunakan perhitungan statistik (Uji Chi-Square). Data yang sudah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel serta penjelasan hasil analisis dalam bentuk narasi.

3.10. Definisi Operasional

• Mortalitas adalah kematian pasien. Mortalitas dinilai selama pasien dilakukan tindakan eksplorasi laparotomi sampai dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan.

• Trauma abdomen adalah trauma yang melibatkan daerah antara diafragma atas dan panggul bawah. Trauma abdomen dapat disebabkan trauma tumpul dan trauma tajam.

• Eksplorasi laparotomy adalah laparotomi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang tidak tersedia melalui metode diagnostik klinis

• Asidosis adalah suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam di dalam darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu yang mana tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan asam basa. Asidosis diukur melalui analisa

Mortalitas pada pasien trauma abdomen yang dilakukan ekplorasi

(36)

gas darah yaitu pH. Sampel diambil melalui pembuluh darah arteri, diambil saat pasien datang ke UGD sebelum dilakukan resusitasi. Data akan dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan tingkat keparahan:

o Asidosis ringan jika pH 7,20-7.35 o Asidosis berat jika pH < 7,2

3.11. Masalah Etika

(37)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data rekam medis dari tahun 2011 sampai 2013 di RSUP H. Adam Malik Medan. Dalam kurun waktu tersebut dijumpai kasus trauma abdomen sebanyak 112 kasus, 64 kasus dilakukan laparotomi, 48 kasus tidak dilakukan laparotomi.

Gambar 4.1 Deskripsi Karakteristik Sampel 112 kasus trauma abdomen dari tahun 2011

sampai 2013 di RSUP H. Adam Malik

64 kasus dilakukan eksplorasi laparotomi

48 kasus tidak dilakukan eksplorasi laparotomi

25 Mati 39 Hidup

17 Asidosis Ringan

8 Asidosis Berat

38 Asidosis Ringan

1 Asidosis Berat 112 kasus trauma abdomen dari tahun 2011

sampai 2013 di RSUP H. Adam Malik

64 kasus dilakukan eksplorasi laparotomi

(38)

4.1. Deskripsi Karakteristik Trauma Abdomen

Dari 64 kasus trauma abdomen yang terkumpul melalui data rekam medis dijumpai trauma abdomen terjadi pada 42 pria (65, 63%) dan 22 wanita (34,37%). Mortalitas pada trauma abdomen sebesar 25 kasus (39,1%) dan 39 kasus (60,9%) pasien hidup. Pada jenis trauma abdomen dijumpai trauma tumpul abdomen sebesar 54 kasus (84,4%) dan trauma tajam abdomen sebesar 10 kasus (15,6%).. Tingkat keparahan asidosis melalui interpretasi AGDA menunjukkan keadaan asidosis ringan sebesar 55 kasus (85,9%) dan asidosis berat sebesar 9 kasus (14,1%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Deskripsi Karakteristik

Karakteristik Frekuensi

Blunt abdominal njury 54 84,4

Penetrating abdominal injury 10 15,6 Tingkat keparahan asidosis

Asidosis Ringan 55 85,9

Asidosis Berat 9 14,1

4.2. Hasil Pemeriksaan Analisa Gas Darah

(39)

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Analisa Gas Darah

Variabel Rata-Rata± Standart Deviasi (n= 64)

pH 7,34 ± 0,103

pCO2 36,07 ± 13,89

HCO3 20,20 ± 5,38

BE -4,74 ± 5,63

4.3. Hubungan Jenis Trauma dengan Mortalitas

Dari 64 kasus trauma abdomen dijumpai tingkat mortalitas pada trauma tumpul sebanyak 21 kasus (32,8%) dan tingkat mortalitas pada trauma trauma tajam sebanyak 4 kasus (6,25%). Dari hasil uji Chi Square tidak ada hubungan antara jenis trauma dengan kejadian mortalitas (p>0,05). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hubungan Jenis Trauma dengan Mortalitas

Jenis Trauma

4.4. Tingkat Keparahan Asidosis Mempengaruhi Mortalitas

Dari 64 kasus trauma abdomen yang terkumpul melalui data rekam medis, sebagian besar penderita mengalami asidosis ringan dan penderita tidak meninggal sebesar 38 kasus (59 %) dan penderita mengalami asidosis berat dan penderita tidak meninggal sebanyak 1 kasus (2 %). Dari hasil uji Chi Square

(40)

Tabel 4.4 Tingkat Keparahan Asidosis Mempengaruhi Mortalitas Tingkat

Keparahan Asidosis

Mortalitas

Total

Positif Negatif

N N

Asidosis Ringan 17 38 55

Asidosis Berat 8 1 9

Total 25 39 64

(41)

BAB 5 PEMBAHASAN

Trauma abdomen menduduki peringkat ketiga dari seluruh kejadian trauma. Keadaan mortalitas pada pasien trauma dikenal dengan lethal triad of death yang terdiri dari hipotermia, koagulopati dan asidosis metabolik (Bashir, 2002). Asidosis adalah suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam didalam darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu yang mana tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan asam basa.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian terhadap 64 kasus trauma abdomen yang data diambil melalui rekam medis dari tahun 2011-2013. Dari 64 kasus, trauma abdomen terjadi pada 42 pria (65, 63%) dan 22 wanita (34,37%). Serupa dengan penelitian Mohamed, et al (2010) kejadian trauma abdomen lebih banyak terjadi pada jenis kelamin pria yaitu sebanyak 64 orang (61,5%) dan 30 orang (38,5%) berjenis kelamin perempuan. Begitu juga dengan penelitian Haider (2008) menunjukkan tingkat persentase trauma abdomen lebih banyak terjadi pada jenis kelamin pria yaitu sebesar 69%. Pada penelitian Aldemira et al (2004) kejadian trauma abdomen 937 orang berjenis kelamin pria dan 11 orang berjenis kelamin perempuan. Pada penelitian Nyongole et al (2013) menunujukkan jens kelamin pria 7 kali lebih sering mengalami trauma abdomen dibandingkan dengan perempuan. Begitu juga dengan penelitian Hemmati (2013) yang paling berisiko trauma abdomen adalah laki-laki, sehingga rasio perempuan terhadap laki-laki dari 1/7.44 Hal ini mungkin berkaitan dengan fakta bahwa jumlah pasien laki-laki lebih tinggi dibandingkan pasien perempuan.

(42)

adalah perdarahan masif, gagal ginjal, kegagalan organ multipel karena sepsis. Pada penelitian Frischknecht et al (2011) menunjukkan hasil 74 pasien (23,2%) meninggal. Lima puluh dua pasien (16,3%) meninggal dalam 72 jam pertama setelah masuk (kematian dini), dengan tujuh kematian yang terjadi selama prosedur DC awal. Penyebab kematian dini termasuk syok hemoragik (n = 18), cedera kepala (n = 28), dan kegagalan organ multiple (n = 6). Sebanyak 267 pasien (83,7%) selamat pada 72 jam pertama. Pada penelitian Ustundag (2010), tingkat mortalitas adalah 7,8%. Lebih dari separuh kasus berada di rentang usia dari 0 sampai 16 tahun. Hasil ini mirip dengan hasil yang dilaporkan oleh Wladis et al dan Hsiao et al, keduanya menunjukkan bahwa usia adalah prediktor mortalitas pada pasien trauma.

Trauma abdomen terdiri dari dari trauma tumpul dan trauma tajam. Pada penelitian ini angka kejadian trauma berdasarkan jenisnya lebih banyak terjadi trauma abdomen tumpul yaitu sebanyak 54 kasus (84,4%). Sesuai dengan penelitian Gad et al, dari 248 kasus trauma abdomen 172 kasus (82,7%) menderita trauma abdomen tumpul. Serupa dengan Jansesn (2008), trauma tumpul yang ditemukan menjadi penyebab paling umum dari cedera perut di 65,2%. Angka kejadian trauma abdomen ini lebih tinggi disebabkan oleh tanda klinis dari trauma abdomen tidak begitu nyata sehingga sering terjadi kesalahan (Jansen, 2008). Trauma tumpul telah dilaporkan mendominasi di daerah pedesaan, namun dalam penelitian kami tidak ada pola demografis seperti itu.

Pada penelitian ini tindakan yang dilakukan pada penderita trauma abdomen adalah laparotomi sebanyak 61 kasus (95,3%) dan tindakan damage control surgery sebanyak 3 kasus (4,7%). Pada penelitian ini menunjukkan tingkat keparahan asidosis yang terjadi pada pasien trauma kebanyakan asidosis ringan sebesar 55 kasus (85,9%).

(43)

meninggal adalah 7,03. Pada penelitian Timmerman ini terdapat hubungan antara nilai pH dengan angka kejadian mortalitas. Rutherford et al. mengungkapkan bahwa pH tetap menjadi prediktor yang signifikan untuk kematian melalui regresi logistic. Sedangakan base excess hanya signifikan ketika independen sampel t-test digunakan.

Hubungan jenis trauma dengan tingkat mortalitas pada penelitian ini tidak menunjukkan hasil yang signifikan (p= 0,626). Berbeda dengan penelitian Aldemira et al (2004) angka kematian tinggi pada kasus luka tembak dibandingkan dengan kasus luka tusuk dalam analisis univariat. Sebagian besar pasien terluka dengan senjata api sangat efektif meningkatkan perbedaan dalam tingkat kematian di luka tembak dan luka tusuk. Pada hasil Timmermans (2010) tingkat kematian karena luka tembak 28%, trauma tumpul 28,5% dan luka tusuk 0%.

Hubungan tingkat keparahan asidosis dengan tingkat mortaitas menunjukkan hasil yang signifikan (p= 0, 001) dengan menggunakan uji statistic

Chi Square. Pada penelitian Timmermans (2010) menunjukkan hal yang serupa bahwa nilai pH dengan interpretasi asidosis memilik hubungan dengan kejadian mortalitas pada trauma abdomen. Asidosis merupakan salah satu lethal triad of death dari keadaan trauma selain hipotermi dan koagulopati. Aoki et al

(44)

BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dari penelitian tingkat keparahan asidosis pre-operatif mempengaruhi mortalitas pada pasien trauma abdomen yang dilakukan eksplorasi laparotomi di RSUP H. Adam Malik medan dari tahun 2011 sampai 2013 dijumpai 64 sampel. Dari 64 sampel ditemukan 61 (95,3%) kasus dilakukan eksplorasi laparotomi. Diketahui bahwa mortalitas penderita trauma abdomen sebesar 25 kasus (39,1%). Dan jenis trauma abdomen terbanyak adalah trauma tumpul. Tingkat keparahan asidosis mempengaruhi tingkat mortalitas pada penderita abdomen (p=0,001). Pada penelitian ini memiliki kelemahan yaitu variabel yang diuji univariat.

6.2 Saran

1. Karena tingkat keparahan asidosis mempengaruhi angka kejadian mortalitas maka dengan mengatahui hasil analisa gas darah klinisi diharapkan dengan cepat dapat menentukan prognosis dan penangana awal dengan cepat dan tepat. 2. Untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor apa saja yang

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Aldemir,M., Tacyildiz, I., Girgin, S., 2004. Predicting Factors for Mortality in the

Penetrating Abdominal Trauma. Actachirbelg, 104; 429-434.

American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008. Abdominal and

Pelvic Trauma. In: Advanced Trauma Life Support for Doctors ATLS Student Course Manual 8th

Asensio, J.A., Petrone, P., Garcia-Nunez, L., Kimbrell, B., Kuncir, E., 2007. Multi

Disciplinary Approachfor the ManagementOf Complex Hepatic Injuries

AAST -OISGrades IV–V :A Prospective Study. Scandinavian Journal of Surgery,96: 214–220.

Edition. USA: American College of Surgeons, 111-124.

BadanPusatStatistik, 2011. JumlahKecelakaan, KobanMati, Luka Berat, Luka

Ringan, danKerugianMateri yang DideritaTahun 1992-2011. Diunduhdari:

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php[Diakses19Desember 2013].

Barker, Donald E., Green, John M., Maxwell, Robert A., Smith, Philip W., Mejia,

Vicente A., Dart, Benjamin W., Cofer, Joseph B., et al. 2007. Experience with Vacuum-Pack Temporary Abdominal Wound Closure in 258 Trauma

and General and Vascular Surgical Patients.J Am CollSurg, 204: 784-792. Bashir, Masoud M., dan Abu-Zidan, Fikri M., 2002. Damage Control Surgery for

Abdominal Trauma. Eur J Surg, 168: 8-13.

Bowley,DMG., Barker, P., Boffard, KD.2000. Damage Control Surgery –

(46)

Caruso, DM.,Battistella, FD., Owings, JT., Lee, SL., 1999. Perihepatic Packing o

Major Liver Injuries: Complications and Mortality FREE. Arch Surg, 134 : 958-963.

Cho, Y., Judson, R., Gumm, K., Santos, R., Waish, M., Pascoe, D., et al. 2012. Blunt Abdominal Trauma. The Royal Melbourne Hospital.Available from: http://clinicalguidelines.mh.org.au/brochures/TRM05.03.pdf .[Accessed 30

November 2013].

Demetriades, D., Asensio JA., 2000. Abdomen. In: Trauma Management. USA: Landes Bioscience: 281.

Eastridge, BJ.,Blackbourne, LH., Rasmussen, T., Cryer,H., Murdock, A., 2012.

Damage Control Surgery. Available from:

www.cs.amedd.army.mil/borden/book/ccc/UCLAchp5.pdf

Fabian TC., 2007. Damage Control in Trauma:Laparotomy Wound Management

Acute to Chronic. Surgical Clinics of North America, 87 :73-93.

. [Accessed 30 November 2013].

Gad, MA., Saber, A., Farrag, S., Shams, ME., Ellaban, GM., 2012. Incidence,

Patterns, and Factors Predicting Mortality of Abdominal Injuries in Trauma

Patients.North American Journal of Medical Sciences, 4: 129-134.

Guilon, F., 2011. Epidemiology of Abdominal Trauma. In :CT of The Acute Abdomen.London: Springer; 15-26.

Haider, AH., Chang, DC., Haut, ER., Cornwell, EE., Efron DT., 2008.

Mechanism of Injury Predicts Patient Mortality and Impairment After Blunt

(47)

Hoey,BA., Schwab, CW., 2002. Damage Control Surgery. Scandinavian of Journal Surgery, 91 : 92-103.

Hirshberg, A., dan Walden, R, 1997. Damage Control for Abdominal Trauma.

Surgical Clinics of North America, 77.

Hemmila, MR., Wahl, MR., 2008. Management of The Injured Patient. In:

Current Surgical Diagnosis and Treatment. McGraw-Hill Medical; 227-228.

Jansen, JO., Yule, SR., Loudon, MA., 2008. Investigation of Blunt Abdominal

Trauma. BMJ:336; 938-942.

Maegele, M, 2010. Acute Traumatic Coagulopathy: Incidence, Risk Stratification,

and Therapeutic Options.World Journal of Emergency Medicine, 1; 12-19. Mani, M., Abbas, H., 2010. Determining he Accuracy of Base Deficit In

Diagnosis of Intra-Abdominal Injury in Patients Wiyh Blunt Abdominal

Trauma. The American Journal of Emergency Medicine, 28: 8.

Rotondo, MF.,Zonies, DH., 1997. The Damage Control Sequence and Underlying

Logic. Surgical Clinics of North America, 77.

Timmermans, J., Nicol, A., Kairinos, N., Teijink, J., Prins, M., Navsaria, P., 2010.

Predicting Mortality in Damage Control Surgery for Major Abdominal

Trauma. SAJS, 48:6-9.

(48)

Udeani, J., 2013. Blunt Abdominal Trauma. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1980980[Accessed 21 Desember

2013].

Williams, Norman S., Bulstrode, Christopher JK.,O’Connel, P.Ronan, 2013. Early

Assessment and Management of Trauma. In: Bailey & Love’s Short Parcatice of Surgery 26th

Williams, Norman S., Bulstrode, Christopher JK.,O’Connel, P.Ronan, 2013.

Torso Trauma. In: Bailey & Love’s Short Parcatice of Surgery 26 Edition. Boca Raton: CRC Press, 301-309.

th

Edition.

(49)

Lampiran 1

Peneliti Susunan Peneliti

Nama lengkap : dr. Yossi Andila

Fakultas : Kedokteran

Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Pembimbing I

Nama lengkap : dr. Asrul, SpB-KBD

Pangkat/Gol/NIP : Pembina Utama/IV/19660705199701 1 001 Jabatan Fungsional : Staf Pengajar Ilmu Bedah

Fakultas : Kedokteran

Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara Bidang Keahlian : Bedah Digestif

Pembimbing II

Nama lengkap : Prof. dr. Bachtiar Surya, SpB-KBD Pangkat/Gol/NIP : Pembina Utama/IV/ 140 068 960

Jabatan Fungsional : Kepala Departemen Bedah Digestif RSUP H Adam Malik

Fakultas : Kedokteran

(50)

Lampiran 2

Rencana Anggaran Penelitian

No Uraian Jumlah

1 Honorarium Rp 1.800.000,-

2 Pembuatan Proposal dan Lapora nPenelitian Rp700.000,-

3 Penggandaan Proposal dan Laporan Penelitian Rp1.500.000,-

Total Rp3.100.000,-

(51)

Lampiran 3

NO

Jadwal Penelitian

JenisKegiatan

Bulan Ke

1 2 3 4

1 Persiapan

2 Pengumpulan Data

3 Pengolahan Data

4 Penyusunan Laporan

5 Seminar

(52)

Lampiran 4

PERSETUJUAN KOMISI ETIK TENTANG PELAKSANAAN PENELITIAN BIDANG KESEHATAN

Persetujuan dari Komisi Etika Penelitian

Nomor :...

Yang bertanda tangan di bawah ini, Ketua Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, setelah dilaksanakan pembahasan dan penilaian usulan penelitian yang berjudul :

“TINGKAT KEPARAHAN ASIDOSIS PRE-OPERATIF

MEMPENGARUHI MORTALITAS PADA PASIEN TRAUMA ABDOMEN YANG DILAKUKAN EKSPLORASI LAPAROTOMI DI RSUP H. ADAM

MALIK MEDAN”

Yang menggunakan data rekam medik sebagai subjek penelitian dengan: Ketua Pelaksana/Peneliti Utama : dr. Yossi Andila

Institusi : Departemen Ilmu Bedah FK USU

Dapat disetujui pelaksanaannya selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kode etik penelitian biomedik.

Medan,... Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran USU

(53)

Lampiran 5

(dr. Yossi Andila)

FORMULIR DATA PENELITIAN

JUDUL

TINGKAT KEPARAHAN ASIDOSIS PRE-OPERATIF MEMPENGARUHI MORTALITAS PADA PASIEN TRAUMA ABDOMEN YANG DILAKUKAN EKSPLORASI LAPAROTOMI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

:

No.rekam medis : IDENTITAS PASIEN

Nama :

Umur/Kelamin : Tanggal kunjungan :

• Analisa gas darah DATA REKAM MEDIK

o Ph :

o Base excess :

o PCO

o HCO

2 :

Gambar

Tabel 2.1. Enam-Langkah Pendekatan Interpretasi Arteri Gas Darah
Gambar 3.1Alur Kerja Penelitian Tingkat Keparahan Asidosis Pre-
Gambar 3.2 Kerangka Konsep Tingkat Keparahan Asidosis Pre-
Gambar 4.1 Deskripsi Karakteristik Sampel
+4

Referensi

Dokumen terkait