• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap

Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi

Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan

Marthalena Siahaan

Skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan

(2)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Judul : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen menghadapi Pemulangan di RSUP H. Adam Malik Medan Peneliti : Marthalena Siahaan

NIM : 041101043

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2008/2009

Abstrak

Pasien dan keluarga harus mengetahui bagaimana cara memanajemen pemberian perawatan di rumah dan mengetahui apa yang diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan sebelum menghadapi pemulangan, Oleh karena itu pasien perlu dipersiapkan untuk menghadapi pemulangan dengan melakukan discharge planning, dimana pasien mampu melakukan perawatan diri di rumah demi kesembuhannya.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh discharge planning yang dilakukan oleh perawat terhadap kesiapan pasien pasca bedah akut abdomen menghadapi pemulangan di RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan desain quasi eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 7 orang. Data demografi disajikan dalam bentuk distribusi dan frekuensi. Untuk mengidentifikasi perbedaan tingkat kesiapan pasien dalam menghadapi pemulangan pre dan post discharge planning dianalisa dengan menggunakan statistik non parametrik yaitu sign rank test (Wilcoxon). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan discharge planning hampir semua responden (85,7%) memiliki tingkat kesiapan 3 dalam menghadapi pemulangan yaitu mampu tetapi ragu atau mampu tetapi tidak ingin melakukan kegiatan yang diajarkan setelah berada di rumah. Sedangkan lebih dari setengah responden (71.43%) memiliki tingkat kesiapan 4 dalam menghadapi pemulangan setelah dilakukan discharge planning (post test) yaitu mampu dan ingin atau mampu dan yakin melakukan kegiatan yang diajarkan setelah berada di rumah. Hasil analisa data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tingkat kesiapan pasien menghadapi pemulangan secara bermakna setelah dilakukan discharge planning (p value < 0.05).

Dengan adanya pengaruh discharge planning yang dilakukan oleh perawat terhadap kesiapan pasien pasca bedah akut abdomen menghadapi pemulangan maka diharapkan perawat untuk melakukan discharge planning dalam mempersiapkan pasien menghadapi pemulangan.

(3)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Bapa di surga karena berkat dan kasih

karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul “Pengaruh Discharge

Planning yang Dilakukan oleh Perawat terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah

Akut Abdomen menghadapi Pemulangan di RSUP H. Adam Malik Medan.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan

banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH selaku dekan

Fakultas Kedokteran USU, Bapak Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K) selaku

Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran USU, dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS

selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan USU dan juga selaku dosen

penguji II saat sidang proposal penelitian ini. Terima kasih juga diucapkan kepada

Bapak Ikhsanuddin Ahmad H., S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran serta kritik yang bermanfaat

bagi skripsi ini, kepada Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep yang telah memberikan

masukan dalam penyusunan proposal penelitian sekaligus sebagai dosen penguji

III dalam sidang skripsi ini, kepada Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen

pembimbing akademik, seluruh staf dosen PSIK FK USU yang telah memberikan

ilmu yang bermanfaat sebagai bekal dalam penyusunan skripsi ini, dan seluruh

staf administratif kampus PSIK FK USU yang telah memberikan bantuan

(4)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Terima kasih juga diucapkan kepada Ibu Cholina T Siregar, S.Kp, M.Kep

selaku dosen penguji III yang telah memberikan masukan yang berharga bagi

penulis. Terima kasih juga diucapkan kepada RSUP H. Adam Malik Medan yang

telah memberikan izin untuk penelitian ini, buat seluruh perawat di Ruang Rawat

Inap (Rindu B2) yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian, serta

kepada pasien yang bersedia menjadi responden dan keluarga pasien yang turut

berpartisipasi dalam penelitian ini.

Terima kasih kepada seluruh keluargaku tercinta, Ayahanda P. Siahaan,

Ibunda R. Hutabarat, saudara-saudaraku (Dina Roselly, Maruli Pandapotan, Frida

Evawaty, Halomoan, Susianti Deliana, dan Diana) yang selalu memberikan

semangat serta dukungan doa, daya, dan dana selama proses penyusunan skripsi

ini. Semua teman-teman PSIK USU stambuk 2004 tanpa terkecuali, terima kasih

buat dorongan semangat yang telah diberikan. Juga kepada semua abang/kakak

senior dan adik-adik junior di PSIK USU, terima kasih buat perhatian yang telah

diberikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih buat teman-teman KTB (K’Apni,

Dewi, Eva, Intan, Mega) dan adik-adik KK (Efrida, Erika, Mona, Paula), serta

seluruh teman-teman dalam pelayanan UKM KMK USU terima kasih buat doa

dan semangat yang telah diberikan. Buat teman-teman kost “itink island” (Yanti,

Reni, Tina, Keke, Mega, Tina, Rut, Lenny), eks teman kost (Ika dan Iin), serta

semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu terima kasih buat

(5)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Biarlah Allah Bapa di surga yang mencurahkan berkat dan kasih-Nya

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan informasi yang berharga bagi dunia keperawatan.

Medan, Maret 2009

(6)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR SKEMA ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 4

3. Pertanyaan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Akut Abdomen ... 6

1.1 Defenisi ... 6

1.2 Etiologi Akut Abdomen ... 7

1.3 Tanda dan Gejala Akut Abdomen ... 8

1.4 Komplikasi Pasca Bedah ... 8

1.5 Faktor-Faktor yang Memperlambat Penyembuhan Luka Pembedahan 9 1.6 Anjuran Nutrisi pada Pasien Pasca Bedah ... 9

2. Discharge Planning ... 10

2.1 Defenisi ... 10

(7)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

2.3 Penerima Discharge Planning ... 11

2.4 Tujuan Discharge Planning ... 12

2.5 Prinsip Discharge Planning ... 12

2.6 Proses Pelaksanaan Discharge Planning ... 13

2.7 Unsur-Unsur Discharge Planning ... 19

2.8 Cara Mengukur Discharge Planning ... 21

3. Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan ... 22

3.1 Defenisi dan Komponen Kesiapan ... 22

3.2 Kriteria Pemulangan ... 23

3.3 Tingkat Kesiapan ... 23

4.Model Keperawatan Dorothea Orem ... 25

4.1 Teori Perawatan Diri ... 25

4.2 Teori Defisit Perawatan Diri ... 25

4.3 Teori Sistem Keperawatan ... 26

BAB III KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka konseptual ... 28

2. Defenisi Operasional ... 29

3. Hipotesa Penelitian ... 30

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 31

2. Populasi Penelitian ... 31

3. Sampel Penelitian ... 32

4. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

(8)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

6. Instrumen Penelitian ... 33

7. Alat dan Bahan ... 35

8. Pengumpulan Data ... 36

9. Analisa Data ... 37

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 39

1.1 Karakteristik Demografi Responden ... 39

1.2 Tingkat Kesiapan Pasien Pre dan Post Discharge Planning 41 1.3 Pengaruh Discharge Planning terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan ... 42

2. Pembahasan ... 43

2.1 Karakteristik Demografi Responden ... 43

2.2 Tingkat Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Sebelum Dilakukan Discharge Planning ... 45

2.3 Tingkat Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Setelah Dilakukan Discharge Planning ... 46

2.4 Pengaruh Discharge Planning terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan ... 48

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 49

2. Rekomendasi ... 50

2.1 Bagi Praktek Keperawatan ... 50

2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan ... 51

(9)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN

1. Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

2. Instrumen Penelitian

3. Protokol Discharge Planning

4. Format Pengkajian

5. Hasil Analisa Data

6. Surat Izin Penelitian dari PSIK FK USU

7. Surat Izin Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan

(10)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR SKEMA

(11)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Responden (N=7) 2. Tingkat Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen menghadapi Pemulangan

Pre Discharge Planning dan Post Discharge Planning

(12)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi

hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk yang akan membahayakan

bagi pasien bisa saja terjadi sehingga diperlukan peran penting perawat dalam

setiap tindakan pembedahan dengan melakukan intervensi keperawatan yang

tepat untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis (Rondhianto,

2008).

Ada berbagai macam jenis pembedahan, salah satunya adalah tindakan

bedah akut abdomen. Akut abdomen, atau disebut juga kegawatan abdomen

menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang

biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama, dan

memerlukan penanggulangan segera yang sering adalah tindak pembedahan

(Jong, 2004).

Setelah tindakan pembedahan, abdomen memiliki resiko untuk terjadinya

infeksi akibat terjadinya stres yang sangat serius kepada tubuh. Sistem imun

tubuh menjadi lemah dan fungsi gastrointestinal berubah sehingga

menyebabkan tubuh rentan terkena infeksi dan menyebabkan status nutrisi

insuffisien (Healthnotes.com, 2004). Andra (2007) menyatakan pasca

pembedahan abdomen dengan etiologi non infeksi insiden terjadinya peritonitis

sekunder (akibat pecahnya jahitan pembedahan) yang terjadi kurang dari 2%,

(13)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

apendisitis, divertikulitis, kolesistitis) resiko untuk terjadinya peritonitis

sekunder dan abses peritoneal kurang dari 10%, sedangkan pasca pembedahan

untuk penyakit kolon gangren dan perforasi visceral resiko terjadinya

peritonitis sekunder dan abses meningkat hingga lebih dari 50%. Oleh karena

itu perlu diberikan informasi kepada pasien agar mampu mengenali tanda

bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis.

Sebelum pemulangan pasien dan keluarganya harus mengetahui

bagaimana cara memanajemen pemberian perawatan di rumah dan apa yang

diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan karena

kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi masalah kesehatan (tidak

siap menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan pasien meningkatkan

komplikasi (Perry & Potter, 2006). Ketidaksiapan pasien menghadapi

pemulangan juga dapat terjadi karena pasien terlalu cepat dipulangkan

sehingga hal ini juga beresiko terhadap terjadinya komplikasi pasca bedah

setelah di rumah, dan juga dikarenakan pemulangan yang tidak direncanakan

yang dapat berakibat kepada hospitalisasi ulang (Torrance, 1997).

Hal tersebut di atas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Williams (2006) bahwa mayoritas pasien yang menerima informasi tentang

nyeri dan manajemen luka, aktivitas, nutrisi, dan komplikasi pada umumnya

merasakan bahwa tidak mengalami perasaan khawatir yang membuat mereka

akan mengadakan kunjungan tidak rutin ke fasilitas kesehatan setelah

dipulangkan. Sedangkan pasien yang tidak mendapat informasi tentang nyeri

dan manajemen luka menurut Williams (2006) mengalami kekhawatiran yang

(14)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

kesehatan setelah dipulangkan. Vaughan dan Taylor (1988 dalam Torrance,

1997) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa pasien pasca bedah

abdomen mengalami defisiensi dalam hal mandi, berpakaian, diet, buang air

besar, serta dalam hal aktifitas seksual setelah mereka dipulangkan.

Oleh karena itu pasien perlu dipersiapkan untuk menghadapi pemulangan.

Orem (1985 dalam Alligood & Tomey, 2006) mengatakan bahwa intervensi

keperawatan dibutuhkan karena adanya ketidakmampuan untuk melakukan

perawatan diri sebagai akibat dari adanya keterbatasan. Salah satu bentuk

intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah discharge planning

(perencanaan pemulangan pasien) untuk mempromosikan tahap kemandirian

tertinggi kepada pasien, teman-teman, dan keluarga dengan menyediakan,

memandirikan aktivitas perawatan diri (The Royal Marsden Hospital 2004).

Discharge planning yang tidak baik dapat menjadi salah satu faktor yang

memperlama proses penyembuhan di rumah (Wilson-Barnett dan Fordham,

1982 dalam Torrance, 1997. Kesuksesan tindakan discharge planning

menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman

dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry &

Potter, 2006).

Mengingat pentingnya dilakukan discharge planning terhadap pasien

pasca bedah, peneliti merasa tertarik untuk menyelidiki bagaimana pengaruh

discharge planning yang dilakukan oleh perawat terhadap kesiapan pasien

menghadapi pemulangan. Secara khusus dalam hal ini peneliti ingin meneliti

pengaruh discharge planning yang dilakukan oleh perawat terhadap kesiapan

(15)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Malik Medan. Mengingat rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan

sehingga kemungkinan banyak ditemukan kasus bedah akut abdomen.

2. Tujuan Penelitian

2.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh discharge

planning yang dilakukan oleh perawat terhadap kesiapan pasien pasca

bedah akut abdomen menghadapi pemulangan di RSUP H. Adam Malik

Medan.

2.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini memiliki tujuan khusus untuk mengidentifikasi :

2.2.1 Tingkat kesiapan pasien pasca bedah akut abdomen menghadapi

pemulangan sebelum dilakukan discharge planning oleh perawat.

2.2.2 Tingkat kesiapan pasien pasca bedah akut abdomen menghadapi

pemulangan setelah dilakukan discharge planning oleh perawat.

2.2.3 Perbedaan tingkat kesiapan pasien pasca bedah akut abdomen

menghadapi pemulangan dengan pemberian discharge planning oleh

perawat.

3. Pertanyaan Penelitian

3.1 Bagaimana tingkat kesiapan pasien pasca bedah akut abdomen menghadapi

pemulangan sebelum dilakukan discharge planning oleh perawat?

3.2 Bagaimana tingkat kesiapan pasien pasca bedah akut abdomen menghadapi

(16)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

3.3 Bagaimana perbedaan tingkat kesiapan pasien pasca bedah akut abdomen

menghadapi pemulangan dengan pemberian discharge planning oleh

perawat?

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan akan digunakan oleh perawat di

ruangan untuk melakukan discharge planning dalam mempersiapkan

pasien menghadapi pemulangan, dalam artian bahwa pasien mampu

melakukan perawatan berkelanjutan di rumah.

4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan akan digunakan oleh pendidikan

keperawatan agar memberikan materi tentang discharge planning kepada

mahasiswa.

4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan akan dipergunakan sebagai bahan masukan

untuk penelitian selanjutnya, untuk meneliti pengaruh discharge planning

yang dilakukan oleh perawat untuk mempersiapkan pasien menghadapi

(17)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa aspek yang terkait dalam penelitian ini dipaparkan sebagai

berikut :

1. Akut Abdomen

1.1 Defenisi

Akut abdomen adalah suatu kondisi abdomen yang terjadi secara

mendadak pada umumnya diikuti nyeri perut akibat dari radang, luka,

penyumbatan (obstruksi), kerusakan organ (ruptur), sehingga memerlukan

tindakan bedah darurat (Cakmoki, 2007). Soewandi (1992) mengatakan

bahwa akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan

adanya keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan

kematian bila tidak ditanggulangi dengan pembedahan.

Sedangkan Indoskripsi.com (2008) mengatakan bahwa gawat

abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga perut

yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.

Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa

tindakan bedah, misalnya pada perforasi, perdarahan intra abdomen,

infeksi, obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi

yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna

sehingga terjadilah peritonitis. Peradangan peritoneum merupakan

komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari

(18)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

gastroduodenal), ruptur saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi

kimiawi, atau akibat luka tembus abdomen. Keputusan untuk melakukan

tindakan bedah harus segera diambil karena setiap keterlambatan akan

menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan

mortalitas.

1.2 Etiologi Akut Abdomen

Banyak kondisi yang dapat menimbulkan akut abdomen, apapun

penyebabnya gejala utama yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah

abdomen (Soewandi, 1992). Maududy (2007) menyebutkan bahwa

penyebab akut abdomen tersering antara lain :

1.2.1 Kelainan traktus gastrointestinal, misalnya nyeri non-spesifik,

appendisitis, infeksi usus halus dan usus besar, hernia strangulata,

perforasi ulkus peptik, perforasi usus, divertikulitis Meckel,

sindrom Boerhaeve, kelainan inflamasi usus, sindrom Mallory

Weiss, gastroenteritis, gastritis akut, adenitis mesenterika.

1.2.2 Kelainan pankreas, misalnya pankreatitis akut, yaitu terjadinya

inflamasi akut pada pankreas.

1.2.3 Kelainan traktus urinarius, misalnya kolik renal atau ureteral,

pielonefritis akut, sistitis akut, infark renal.

1.2.4 Kelainan hati, limpa, dan traktus biliaris, misalnya kolesistitis akut,

kolangitis akut, abses hati, ruptur tumor hepar, ruptur spontan

(19)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

1.2.5 Kelainan ginekologi, misalnya kehamilan ektopik terganggu, tumor

ovarium terpuntir, ruptur kista folikel ovarium, salpingitis akut,

dismenorea, endometriosis.

1.2.6 Kelainan vaskuler, misalnya ruptur aneurisma aorta dan viseral,

iskemia kolitis akut, trombosis mesenterika.

1.2.7 Kelainan peritoneal, misalnya abses intra abdomen, peritonitis primer,

peritonitis TBC.

1.2.8 Kelainan retroperitoneal, misalnya perdarahan retroperitoneal akibat

ruptur aneurisma pada aorta abdominal, dan perdarahan akut

pankreatitis.

1.3 Tanda dan Gejala Akut Abdomen

Tanda dan gejala akut abdomen menurut Alspach (2006) antara

lain : nyeri persisten abdomen, nyeri tajam; mual, muntah, refluks, atau

anoreksia; perubahan pola defekasi; distensi abdomen, hiperaktif atau

hipoaktif peristaltik usus; abdomen terjaga, bising usus; demam, pucat,

takipnea; dehidrasi; kejadian trauma tumpul atau tajam, serta melalui bau

feses atau drainase lambung.

1.4 Komplikasi Pasca Bedah

Tindakan pembedahan dapat menimbulkan berbagai macam resiko/

ancaman. Berikut adalah komplikasi pembedahan menurut Rondhianto

(2008), yaitu : syok (tanda-tanda : pucat, kulit dingin, basah, pernafasan

cepat, sianosis pada bibir, gusi dan lidah, nadi cepat, lemah dan bergetar,

penurunan tekanan darah, urine pekat), perdarahan trombosis vena

(20)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

pulmonari dan sindrom pasca flebitis), retensi urin, infeksi luka operasi

(dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose, abses), sepsis (dapat menyebabkan

kematian bagi pasien karena dapat menyebabkan kegagalan multi organ),

embolisme pulmonal (mengakibatkan pasien merasa nyeri seperti

ditusuk-tusuk dan sesak nafas, cemas dan sianosis), serta komplikasi

gastrointestinal (obstruksi intestinal, nyeri dan juga distensi abdomen).

Sedangkan Morison (2003) mengatakan bahwa komplikasi luka

bedah yang mungkin timbul antara lain : perdarahan primer (perdarahan

yang dijumpai segera sesudah pembedahan selesai), perdarahan sekunder

(perdarahan yang terjadi beberapa hari setelah pembedahan akibat erosi

pembuluh darah akibat infeksi, atau akibat nekrosis tekan), infeksi luka,

dehisensi luka (rusaknya sebagian atau keseluruhan luka dan dapat

berhubungan atau tidak berhubungan dengan dengan infeksi luka),

terbentuknya sinus, terbentuknya fistula, serta terjadi hernia insisional.

1.5 Faktor-faktor yang Memperlambat Penyembuhan Luka Pembedahan

Wysocky (1989, dalam Capernito 1999) menyatakan bahwa pasien

yang beresiko terhadap perlambatan penyembuhan luka adalah pasien

dengan masalah kesehatan seperti malnutrisi, merokok, obesitas, anemia,

diabetes atau kanker, terapi kortikosteroid, insufisiensi ginjal, hipovolemia,

hipoksia, defisiensi zat besi, tembaga atau magnesium, durasi pembedahan

lebih daripada 3 jam, pembedahan malam atau darurat, serta adanya

(21)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

1.6 Anjuran Nutrisi pada Pasien Pasca Bedah

Masukan nutrisi harian yang dibutuhkan secara optimal pada

pasien pasca bedah mencakup peningkatan masukan protein dan

karbohidrat; vitamin A, B, B2, B6, B12, C, D, E, dan niasin; masukan mineral

adekuat (seng, magnesium, kalsium, tembaga) (Wysocki, 1989 dalam

Capernito, 1999).

Kebutuhan nutrisi harian adalah berkisar 2500-3000 kalori per hari.

Dan 100-250 gram protein yang sumber-sumbernya antara lain produk

susu, daging, unggas, ikan, dan padi-padian. Sumber vitamin B kompleks

yaitu daging, kacang-kacangan, dan sereal diperkaya. Kebutuhan vitamin C

sebesar 75-100 mg yang bersumber dari sayuran hijau dan buah jeruk.

Kebutuhan fosfor, magnesium, dan vitamin D yang bersumber dari

multivitamin (Wysocki, 1989 dalam Capernito, 1999).

2. Discharge Planning

2.1 Defenisi

Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses

mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit

yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.

Sedangkan Jackson (1994, dalam The Royal Marsden Hospital, 2004)

menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses mengidentifikasi

kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi

keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke

(22)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

sebagai merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi

kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan

dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya pasca bedah.

Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di

suatu agen pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang

waktu pasien untuk menginap semakin diperpendek. Discharge planning

yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk

mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang

berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk

memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh

pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).

2.2 Pemberi Layanan Discharge planning

Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif

dan melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan

yang terlibat dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Perry &

Potter, 2006). Discharge planning tidak hanya melibatkan pasien tapi juga

keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan kesehatan dengan catatan

bahwa pelayanan kesehatan dan sosial bekerja sama (Nixon et al, 1998

dalam The Royal Marsden Hospital, 2004).

Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator

asuhan berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit

yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning

bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan,

(23)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

mengimplementasikan discharge planning (Discharge Planning

Association, 2008).

2.3 Penerima Discharge Planning

Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge planning

(Discharge Planning Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang

menyebabkan pasien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti pasien yang

menderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Rice,

1992 dalam Perry & Potter, 2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga

harus mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan (Medical

Mutual of Ohio, 2008).

2.4 Tujuan Discharge Planning

Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan

spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah

pulang (Capernito, 1999). Juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik

untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan

komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif (Discharge

Planning Association, 2008).

The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan

dilakukannya discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien

dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke

suatu lingkungan yang dapat disetujui, menyediakan informasi tertulis dan

verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk mempertemukan

(24)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua fasilitas pelayanan

kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien,

mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien,

teman-teman, dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas

perawatan diri.

2.5 Prinsip Discharge Planning

Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke

lingkungan yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan.

Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dikemukakan oleh The Royal

Marsden Hospital (2004), yaitu :

2.5.1 Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana

sumber-sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan

pelayanan kesehatan ditempatkan pada satu tempat.

2.5.1 Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan

kualitas tinggi pada semua pasien

2.5.3 Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.

2.5.4 Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan

adekuat.

2.5.5 Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang

terutama.

2.5.6 Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan

antara tim kesehatan dengan pasien/care giver, dan kemampuan

terakhir disediakan dalam bentuk tertulis tentang perawatan

(25)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

2.5.7 Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus

dipertimbangkan ketika menyusun discharge planning.

2.6 Proses Pelaksanaan Discharge Planning

Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien,

psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi

proses discharge planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan

pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut, perhatian utama medis berfokus

pada usaha discharge planning. Sedangkan pada fase transisional,

kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin

berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan

kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan berkelanjutan,

pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan

aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan.

Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning

sebagai berikut :

2.6.1 Pengkajian

1). Sejak pasien masuk, kaji kebutuhan pemulangan pasien dengan

menggunakan riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan

care giver; fokus pada pengkajian berkelanjutan terhadap

kesehatan fisik pasien, status fungsional, sistem pendukung sosial,

sumber-sumber finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya

dan etnis, tingkat pendidikan, serta rintangan terhadap perawatan.

2). Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan

(26)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

rumah, penggunaan alat-alat medis di rumah, larangan sebagai

akibat gangguan kesehatan, dan kemungkinan terjadinya

komplikasi. Kaji cara pembelajaran yang lebih diminati pasien

(seperti membaca, menonton video, mendengarkan

petunjuk-petunjuk). Jika materi tertulis yang digunakan, pastikan materi

tertulis yang layak tersedia. Tipe materi pendidikan yang

berbeda-beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran yang berberbeda-beda pada

pasien.

3). Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap

faktor lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi

dalam perawatan diri seperti ukuran ruangan, kebersihan jalan

menuju pintu, lebar jalan, fasilitas kamar mandi, ketersediaan

alat-alat yang berguna (seorang perawat perawatan di rumah dapat

dirujuk untuk membantu dalam pengkajian).

4). Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain (seperti

dokter pemberi terapi) dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan

kepada pelayanan perawatan rumah yang terlatih atau fasilitas

perawatan yang lebih luas.

5). Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan

perawatan kesehatan di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian

terhadap kemampuan keluarga untuk mengamati care giver dalam

memberikan perawatan kepada pasien. Dalam hal ini sebelum

(27)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

dengan pasien dan keluarga untuk mengetahui kekhawatiran yang

sebenarnya atau keragu-raguan diantara keduanya.

6). Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan

dengan pembatasan.

7). Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang

kebutuhan setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial,

perawat klinik spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di

rumah). Tentukan kebutuhan rujukan pada waktu yang berbeda.

2.6.2 Diagnosa Keperawatan

Penentuan diagnosa keperawatan secara khusus bersifat

individual berdasarkan kondisi atau kebutuhan pasien. Adapun

diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain :

1). Kecemasan.

Hal ini dapat menginterupsi proses keluarga.

2). Tekanan terhadap care giver.

Hal yang menyebabkannya adalah ketakutan.

3). Kurang pengetahuan terhadap pembatasan perawatan di rumah.

Pasien mengalami defisit perawatan diri dalam hal : makan,

toileting, berpakaian, mandi/kebersihan.

4). Stres sindrom akibat perpindahan.

Hal ini berhubungan dengan upaya meningkatkan

(28)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

2.6.3 Perencanaan

Hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah lengkap

dilakukan adalah sebagai berikut :

1). Pasien atau keluarga sebagai care giver mampu menjelaskan

bagaimana keberlangsungan pelayanan kesehatan di rumah (atau

fasilitas lain), penatalaksanaan atau pengobatan apa yang

dibutuhkan, dan kapan mencari pengobatan akibat masalah yang

timbul.

2). Pasien mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri (atau

anggota keluarga mampu melakukan aturan perawatan).

3). Rintangan kepada pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah

dalam setting rumah. Hal-hal yang dapat membahayakan pasien

akibat kondisi kesehatannya telah diubah.

2.6.4 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu

penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan

penatalaksanaan yang dilakukan pada hari pemulangan.

1). Persiapan sebelum hari pemulangan pasien

a). Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demi

memenuhi kebutuhan pasien.

b). Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan

informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan

komunitas. Rujukan dapat dilakukan sekalipun pasien masih

(29)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

c). Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta

kemauan untuk belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan

pasien dan keluarga secepat mungkin selama dirawat di rumah

sakit (seperti tanda dan gejala terjadinya komplikasi,

kepatuhan terhadap pengobatan, kegunaan alat-alat medis,

perawatan lanjutan, diet, latihan, pembatasan yang disebabkan

oleh penyakit atau pembedahan). Pamflet, buku-buku, atau

rekaman video dapat diberikan kepada pasien. Pasien juga

dapat diberitahu tentang sumber-sumber informasi yang ada di

internet.

d). Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap

penyuluhan dan usulan perencanaan pulang kepada anggota

tim kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien.

2). Penatalaksanaan pada hari pemulangan

Jika beberapa aktivitas berikut ini dapat dilakukan sebelum

hari pemulangan, perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif.

Adapun aktivitas yang dilakukan pada hari pemulangan antara

lain :

a). Biarkan pasien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu

yang berhubungan dengan perawatan di rumah. Kesempatan

terakhir untuk mendemonstrasikan kemampuan juga

bermanfaat.

b). Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi,

(30)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

harus dituliskan sedini mungkin) Persiapkan kebutuhan dalam

perjalanan dan sediakan alat-alat yang dibutuhkan sebelum

pasien sampai di rumah (seperti tempat tidur rumah sakit,

oksigen, feeding pump).

c). Tentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam

kebutuhan transportasi menuju ke rumah.

d). Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan

mengepak semua barang milik pasien. Jaga privasi pasien

sesuai kebutuhan.

e). Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan

barang-barang pasien. Dapatkan daftar pertinggal barang-barang-barang-barang

berharga yang telah ditandatangani oleh pasien, dan

instruksikan penjaga atau administrator yang tersedia untuk

menyampaikan barang-barang berharga kepada pasien.

f). Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan

pasien sesuai dengan yang diinstruksikan oleh dokter.

Lakukan pemeriksaan terakhir untuk kebutuhan informasi atau

fasilitas pengobatan yang aman untuk administrasi diri.

g). Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up ke

kantor dokter.

h). Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien

membutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan

pembayaran. Anjurkan pasien dan keluarga mengunjungi

(31)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

i). Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien.

Kursi roda untuk pasien yang tidak mampu ke mobil

ambulans. Pasien yang pulang dengan menggunakan

ambulans diantarkan oleh usungan ambulans.

j). Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan

sikap tubuh dan teknik pemindahan yang sopan. Dampingi

pasien memasuki unit dimana transportasi yang dibutuhkan

sedang menunggu. Kunci roda dari kursi roda. Bantu pasien

pindah ke mobil pribadi atau kendaraan untuk transportasi.

Bantu keluarga menempatkan barang-barang pribadi pasien ke

dalam kendaraan.

k). Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada

departemen pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian

kebersihan untuk membersihkan ruangan pasien.

2.6.5 Evaluasi

1). Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit,

pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang

harus dilaporkan kepada dokter.

2). Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap

pengobatan yang akan dilanjutkan di rumah.

3). Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikan

keadaan rumah, mengidentifikasi rintangan yang dapat

(32)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

2.7 Unsur-Unsur Discharge Planning

2.7.1 Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa

unsur-unsur yang harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan

antara lain :

1). Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang

sangat dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan.

2). Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek

samping yang umum terjadi.

3). Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan

pemeriksaan lain, dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh

atau bilamana waktu akan diadakannya.

4). Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan

aktivitas, latihan, diet makanan yang dianjurkan dan

pembatasannya.

5). Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi,

ketentuan insulin, dan lain-lain).

6). Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya

yang akan dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan,

waktu, tanggal, dan lokasi setiap janji untuk control.

7). Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor

telepon yang bisa dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang

petunjuk pemulangan.

8). Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di

(33)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

walker, kanul, oksigen, dan lain-lain) beserta dengan nama dan

nomor telepon setiap institusi yang bertanggung jawab untuk

menyediakan pelayanan.

2.7.2 Swearingen (2000) menyatakan bahwa informasi yang harus diketahui

oleh pasien pasca bedah abdomen dan orang terdekat sebelum

pemulangan antara lain :

1). Obat-obatan, meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, tindakan

pencegahan, interaksi obat/obat dan makanan/obat, dan potensial

efek samping.

2). Pentingnya penatalaksanaan diet untuk meningkatkan

pemeliharaan nutrisi dan cairan. Diet yang dianjurkan antara lain :

diet normal yang mengikuti semua empat kelompok makanan

(daging, telur, dan ikan; buah dan sayuran; susu dan keju; sereal

dan roti) dan minum cairan yang adekuat (sedikitnya 2-3 L/hari).

Ingatkan pasien untuk menghindari kacang-kacangan, buah beri,

dan makanan dengan biji.

3). Perawatan insisi, penggantian balutan, dan izin untuk mandi atau

mandi pancuran jika jahitan sudah diangkat.

4). Pembatasan aktivitas pasca bedah sesuai petunjuk : biasanya

mengangkat benda yang berat (> 4 kg), mendorong, menarik, dan

mengedan dikontraindikasikan selama kira-kira 6 minggu untuk

mencegah terjadinya herniasi insisi. Antisipasi kembali bekerja

dalam 2 minggu untuk pekerja kantor, dan 6 minggu untuk

(34)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

kelelahan, beristirahatlah semaksimal mungkin, meningkatkan

aktivitas secara bertahap sesuai toleransi.

5). Pentingnya melaporkan tanda dan gejala terjadinya infeksi luka :

kemerahan menetap, bengkak, drainase purulen, hangat lokal, bau

busuk, dan nyeri.

6). Pentingnya perawatan lanjutan dengan dokter atau perawat,

pastikan tanggal dan waktu perjanjian berikutnya.

2.8 Cara Mengukur Discharge Planning

Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah

dipersiapkan untuk pulang, pasien telah mendapatkan

penjelasan-penjelasan yang diperlukan, serta instruksi-instruksi yang harus dilakukan,

serta apabila pasien diantarkan pulang sampai ke mobil atau alat

transportasi lainnya (The Royal Marsden Hospital, 2004).

Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien mampu

melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah

meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006). Hal ini

dapat dilihat dari kesiapan pasien untuk menghadapi pemulangan, yang

diukur dengan kuesioner.

3. Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan

3.1 Defenisi dan Komponen Kesiapan

Menurut Martinsusilo (2007), ada dua komponen utama dari

kesiapan yaitu kemampuan dan keinginan. Kemampuan adalah

(35)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

kelompok untuk melakukan kegiatan atau tugas tertentu. Sedangkan

keinginan berkaitan dengan keyakinan, komitmen, dan motivasi untuk

menyelesaikan tugas atau kegiatan tertentu. Kesiapan merupakan

kombinasi dari kemampuan dan keinginan yang berbeda yang ditunjukkan

seseorang pada tiap-tiap tugas yang diberikan.

Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan

pasien menghadapi pemulangan adalah kemampuan yang mencakup

pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta keinginan yang

mencakup keyakinan, komitmen, dan motivasi pasien pasca bedah akut

abdomen untuk melakukan aktifitas atau kegiatan yang diajarkan serta

dianjurkan oleh perawat dan klinisi lain.

Pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien

mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta

perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004).

3.2 Kriteria Pemulangan

Capernito (1999) mengatakan bahwa sebelum pulang pasien pasca

bedah dan keluarga akan mampu menggambarkan pembatasan aktivitas di

rumah, menggambarkan penatalaksanaan luka dan nyeri di rumah,

mendiskusikan kebutuhan cairan dan nutrisi untuk pemulihan luka,

menyebutkan tanda dan gejala yang harus dilaporkan pada tenaga

kesehatan, serta menggambarkan perawatan lanjutan yang diperlukan.

Sedangkan Perry dan Potter (2005) mengatakan bahwa pada saat pulang,

pasien harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sumber yang

(36)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien mampu

melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah

meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006). Oleh

karena itu pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien

mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta

perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004). Pasien

dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan

dan tindakan pengobatan untuk kepulangan, antisipasi perawatan tindak

lanjut, dan respons yang diambil pada kondisi kedaruratan (Perry & Potter,

2005).

3.3 Tingkat Kesiapan

Martinsusilo (2007) membagi tingkat kesiapan berdasarkan

kuantitas keinginan dan kemampuan bervariasi dari sangat tinggi hingga

sangat rendah, antara lain :

3.3.1 Tingkat kesiapan 1 (R1)

1). Tidak mampu dan tidak ingin, yaitu tingkatan tidak mampu dan

hanya memiliki sedikit komitmen dan motivasi.

2). Tidak mampu dan ragu, yaitu tingkatan tidak mampu dan hanya

memiliki sedikit keyakinan.

3.3.2 Tingkat kesiapan 2 (R2)

1). Tidak mampu tetapi berkeinginan, yaitu tingkatan yang memiliki

sedikit kemampuan tetapi termotivasi dan berusaha.

2). Tidak mampu tetapi percaya diri, yaitu tingkatan yang hanya

(37)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

3.3.3 Tingkat kesiapan 3 (R3)

1). Mampu tetapi ragu, yaitu tingkatan yang memiliki kemampuan

untuk melaksanakan suatu tugas tetapi tidak yakin dan khawatir

untuk melakukannya sendiri.

2). Mampu tetapi tidak ingin, tingkatan yang memiliki kemampuan

untuk melakukan suatu tugas tetapi tidak ingin menggunakan

kemampuan tersebut.

3.3.4 Tingkat kesiapan 4 (R4)

1). Mampu dan ingin, yaitu tingkatan yang memiliki kemampuan

untuk melakukan tugas seringkali menyukai tugas tersebut.

2). Mampu dan yakin, yaitu tingkatan yang memiliki kemampuan

untuk melaksanakan tugas dan yakin dapat melakukannya seorang

diri.

4. Model Keperawatan Dorothea Orem

Model konseptual Dorothea Orem (2001, dalam Alligood & Tomey, 2006)

terdiri dari tiga teori yang saling berhubungan, yaitu teori perawatan diri yang

menggambarkan mengapa dan bagaimana manusia merawat dirinya sendiri,

teori defisit perawatan diri yang menggambarkan dan menjelaskan mengapa

manusia dapat dibantu melalui keperawatan, dan teori sistem keperawatan yang

menggambarkan dan menjelaskan hubungan yang harus dibawa dan

dipertahankan agar keperawatan dapat dihasilkan.

(38)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Perawatan diri sendiri adalah perilaku yang diperlukan secara

pribadi dan berorientasi pada tujuan yang berfokus pada kapasitas individu

yang bersangkutan untuk mengatur dirinya dan lingkungan dengan cara

sedemikian rupa sehingga ia tetap bisa hidup, menikmati kesehatan dan

kesejahteraan, dan berkontribusi dalam perkembangannya sendiri (Orem,

1985 dalam Basford, 2006). Perawatan diri sendiri dibutuhkan oleh setiap

manusia, baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak. Ketika perawatan

diri tidak dapat dipertahankan, akan terjadi kesakitan atau kematian.

4.2 Teori Defisit Perawatan Diri

Orem (2001, dalam Alligood & Tomey, 2006) mengatakan bahwa

defisiensi perawatan diri adalah kesenjangan antara kebutuhan perawatan

diri terapeutik individu dan kekuatan mereka sebagai agen perawat diri

yang mana unsur pokok perkembangan kemampuan perawatan diri tidak

berjalan atau tidak adekuat untuk mengetahui atau mempertemukan

sebagian atau semua komponen yang ada atau membangun kebutuhan

perawatan diri terapeutik. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa jika

seseorang tidak cukup mampu untuk merawat dirinya sendiri berkaitan

dengan kesehatannya maka ia dikatakan menderita defisit perawatan diri

(Orem, 1985 dalam Basford, 2006).

Oleh karena itu diperlukan perawat yang bertindak sebagai agen

keperawatan yang berhak membangun hubungan interpersonal untuk

melakukan, mencari tahu, dan membantu pasien untuk mempertemukan

(39)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

perkembangan atau melatih kemampuan mereka sebagai agen perawatan

diri sendiri (Orem, 2001 dalam Alligood & Tomey, 2006).

4.3 Teori Sistem Keperawatan

Orem (1985, dalam Basford, 2006) menjelaskan sistem

keperawatan sebagai “Serangkaian tindakan kontinu yang dihasilkan ketika

perawat menghubungkan satu atau sejumlah cara membantu pasien dengan

tindakannya sendiri atau tindakan seseorang di bawah perawatan yang

diarahkan untuk memenuhi tuntutan perawatan diri terapeutik orang

tersebut atau untuk mengatur perawatan diri mereka”.

Sebagai agen keperawatan, perawat menerapkan sistem

keperawatan yang merupakan tindakan praktek keperawatan yang

dilakukan secara berkesinambungan dan bertahap dengan berkoordinasi

dengan pasien untuk mengetahui dan memenuhi komponen kebutuhan

perawatan diri terapeutik pasien mereka dan melindungi dan meregulasi

latihan atau perkembangan kemampuan pasien sebagai agen perawat diri

sendiri (Orem, 2001 dalam Alligood & Tomey, 2006).

Untuk mengetahui apakah pasien dapat berkontribusi dan

kontribusi apa yang harus diberikan perawat, Orem (1985, dalam Basford,

2006) membedakan tiga system keprawatan, yaitu :

4.3.1 Suportif-edukatif, yaitu jika pasien mampu melakukan atau belajar

tentang perawatan diri, maka intervensi keperawatan harus dibatasi

misalnya hanya pada pemberian dukungan dan pendidikan.

4.3.2 Kompensasi parsial, yaitu pasien memiliki beberapa kemampuan

(40)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

perawatan diri total jika tidak dibantu, dan perawat harus membantu

pasien dalam melakukan tugas-tugas tersebut.

4.3.3 Kompensasi total, yaitu jika pasien secara totoal tidak dapat

melakukan perawatan diri sendiri, dan perawat harus melakukan

semua tugas-tugas tersebut untuk pasien, bahkan dalam hal

kebutuhan perawatan diri umum seperti memandikan dan memberi

(41)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Penelitian ini memiliki tujuan utama untuk mengidentifikasi pengaruh

discharge planning yang dilakukan oleh perawat terhadap kesiapan pasien

pasca bedah akut abdomen dalam menghadapi pemulangan. Penelitian ini

menggunakan model konseptual berdasarkan konsep Orem sebagai panduan

dalam penelitian untuk melihat pengaruh discharge planning yang dilakukan

oleh perawat terhadap kesiapan pasien pasca bedah akut abdomen dalam

menghadapi pemulangan.

Orem mengatakan bahwa jika seseorang tidak cukup mampu untuk

merawat dirinya sendiri berkaitan dengan kesehatannya maka ia dikatakan

menderita defisit perawatan diri. Pasien pasca bedah akut abdomen mengalami

defisit perawatan diri setelah menjalani pembedahan akibat kelemahan

tubuhnya sehingga memerlukan bantuan perawat sebagai agen keperawatan

yang melakukan sistem keperawatan, dalam hal ini discharge planning untuk

membantu pasien memenuhi komponen kebutuhan perawatan diri

terapeutiknya, dan membantu pasien agar mampu menjadi agen perawatan diri

sendiri sebelum menghadapi pemulangan.

Sebelum dilakukan intervensi, peneliti melakukan test awal (pre test)

untuk mengukur tingkat kesiapan pasien menghadapi pemulangan. Setelah itu

dilakukan discharge planning kepada kelompok untuk mempersiapkan pasien

(42)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

peneliti melakukan test akhir (post test) untuk kembali mengukur tingkat

kesiapan pasien menghadapi pemulangan.

Kerangka penelitian tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 1. Kerangka Penelitian Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan

2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini

dijelaskan sebagai berikut :

2.1 Discharge Planning

Discharge planning merupakan tindakan yang dilakukan oleh

perawat dalam mempersiapkan pasien menghadapi pemulangan berkaitan

dengan pengetahuan pasien tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dan

(43)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

bahaya, perawatan di rumah, aktivitas di rumah, diet di rumah, serta

perawatan lanjutan sesuai dengan protokol discharge planning.

2.2 Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan

Kesiapan pasien menghadapi pemulangan dalam penelitian ini

adalah kemampuan pasien pasca bedah akut abdomen untuk menyebutkan

pengetahuan (tindakan pengobatan di rumah, tanda-tanda bahaya,

perawatan luka, aktivitas di rumah, diet di rumah, serta perawatan lanjutan)

sebelum pasien dipulangkan, yang diukur dengan kuesioner kesiapan

pasien pasca bedah akut abdomen menghadapi pemulangan dan dinyatakan

dalam empat tingkatan kesiapan, yaitu tingkat kesiapan 1 (R1) jika skornya

28-48; tingkat kesiapan 2 (R2) jika skornya 49-69; tingkat kesiapan 3 (R3)

jika skornya 70-90; serta tingkat kesiapan 4 (R4) jika skornya 91-112.

3. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian, maka hipotesa penelitian ini adalah :

Ha = Terdapat pengaruh discharge planning yang dilakukan oleh perawat

terhadap kesiapan pasien pasca bedah akut abdomen menghadapi

pemulangan.

Ho = Tidak terdapat pengaruh discharge planning yang dilakukan oleh perawat

terhadap kesiapan pasien pasca bedah akut abdomen menghadapi

pemulangan.

Hasil penelitian ini didapati bahwa penelitian ini menolak H0 dan

(44)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

perawat terhadap kesiapan pasien pasca bedah akut abdomen menghadapi

(45)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain

quasi eksperimen yaitu desain yang bertujuan untuk mengungkapkan

kemungkinan adanya pengaruh discharge planning yang dilakukan oleh

perawat terhadap kesiapan pasien pasca bedah akut abdomen menghadapi

pemulangan. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu one group pre and

posttest design, yang melibatkan satu kelompok subyek serta melakukan

pengukuran tingkat kesiapan pasien menghadapi pemulangan sebelum

pemberian intervensi yang memungkinkan peneliti dapat menguji

perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya intervensi (discharge planning)

(Notoatmodjo, 2005).

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien akut abdomen yang

telah menjalani pembedahan dan sedang menjalani rawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan, pada bulan Desember 2008 – Januari 2009. Dari studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa jumlah rata-rata pasien

yang menjalani pembedahan akut abdomen di RSUP H. Adam Malik Medan

selama 3 bulan terakhir (Agustus-Oktober 2008) adalah sebanyak 13 orang per

(46)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009 3. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling, yaitu menetapkan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi.

Adapun yang menjadi kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini antara lain :

pasien pasca bedah akut abdomen, telah menjalani perawatan di ruang rawat

inap lebih dari 2 hari, pria/wanita berusia 18-50 tahun, memiliki kesadaran

penuh sehingga tidak memiliki halangan untuk belajar, tidak memiliki penyakit

komplikasi, dan bersedia menjadi responden penelitian.

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan formula penentuan

jumlah sampel yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005). Berdasarkan

formulasi tersebut, jika diketahui jumlah populasi 13 orang, dengan tingkat

kepercayaan yang diinginkan sebesar 0,05 maka didapatkan jumlah sampel

yang diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 12 orang. Namun sampai batas

waktu dan izin penelitian yang telah ditetapkan, peneliti hanya memperoleh 13

pasien pasca bedah akut abdomen. Dari 13 pasien tersebut, terdapat 3 orang

termasuk dalam kriteria eksklusi karena 1 orang melebihi batas usia, 3 orang

meninggal, dan 2 orang pindah ruangan akibat kondisi penyakitnya. Sehingga

didapatkan hanya 7 orang yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap bedah (Rindu B2) RSUP

H. Adam Malik Medan, mengingat rumah sakit ini adalah rumah sakit

pemerintah, dan merupakan rumah sakit pendidikan yang memungkinkan

(47)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu yaitu pada minggu ke-3 Desember

2008 sampai minggu ke-2 januari 2009.

5. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari institusi

(PSIK FK USU) dan dari RSUP H. Adam Malik Medan.

Sebelum menyerahkan informed consent (lembar persetujuan sebagai

responden), peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

kepada calon responden. Jika responden bersedia untuk diteliti, maka peneliti

menyerahkan informed consent untuk ditandatangani sebagai bukti kesediaan

responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Pasien memiliki hak untuk

menolak keikutsertaannya dalam penelitian atau mengundurkan diri, maka

peneliti tidak akan memaksa dan menghormati haknya.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti hanya memberikan nomor

kode tertentu pada lembar jawaban. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh

subyek dijamin oleh peneliti.

6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

didasarkan pada tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari 2 bagian, yaitu data

demografi dan data tingkat kesiapan pasien pasca bedah akut abdomen

(48)

Marthalena Siahaan : Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

USU Repository © 2009

6.1 Kuesioner

6.1.1 Data Demografi

Terdiri dari jenis kelamin, usia, status pernikahan, suku

bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, diagnosa penyakit, post op

hari keberapa, pengalaman hospitalisasi dan operasi sebelumnya, serta

jenis obat yang diberikan saat pasien pulang. Data demografi ini

bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden dan

mendeskripsikan distribusi frekuensi dan persentase demografi

responden.

6.1.2 Data Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi

Pemulangan Pre dan Post Discharge Planning

Kuesioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat

kesiapan pasien menghadapi pemulangan pre dan post discharge

planning, dengan menggunakan pernyataan sebanyak 28 buah yang

meliputi obat-obatan (1-6), tanda-tanda bahaya (7-9), perawatan luka

di rumah (10-14), aktivitas di rumah (15-21), diet di rumah (22-27),

dan perawatan lanjutan (28).

Kuesioner penelitian ini berbentuk skala likert dimana

setiap pernyataan akan diberi skor 1 hingga 4. Skor 4

mengindikasikan bahwa pasien sangat setuju dengan pernyataan, skor

3 pasien setuju, skor 2 tidak setuju, dan skor 1 sangat tidak setuju.

Total skor tertinggi dalam instrumen ini adalah 112

sedangkan skor terendah adalah 28. Selanjutnya total skor akan

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Responden (N=7)
Tabel 2. Tingkat Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen menghadapi Pemulangan Pre Discharge Planning dan Post

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui apakah tingkat keparahan asidosis pre-operatif yng mempengaruhi mortalitas pada pasien trauma abdomen yang dilakukan eksplorasi laparotomi pada bagian

Saya adalah mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Karakteristik Nyeri Pasien Pasca Bedahpada Pasien

ANGKA PREVALENSI INFEKSI LUKA OPERASI PADA PASIEN PASCA BEDAH DI BAGIAN BEDAH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK, MEDAN DARI BULAN JANUARI SAMPAI

Adam Malik Medan agar mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan di ruang rawat inap anak rindu B-4 khususnya dalam pemberian discharge planning pada pasien dan untuk

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: ” Karakteristik Nyeri Pasca Bedah pada Pasien Bedah Ortopedi Tulang Panjang di RSUP Haji Adam Malik Medan ”.. Skripsi ini dibuat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien pasca bedah abdomen yang merasakan sensasi nyeri dengan intensitas berat menggunakan strategi koping berfokus pada

Judul Penelitian : Perilaku Perawat pada Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene pada Pasien di Ruang Neurologi dan Ruang Bedah Saraf RSUP.. Adam

Saran : Dari hasil penelitian ini disarankan kepada perawat untuk lebih meningkatkan kualitas pemberian discharge planning yang diberikan dengan meningkatkan