• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hubungan Tingkat Keberhasilan Dengan Karakteristik Program Csr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Hubungan Tingkat Keberhasilan Dengan Karakteristik Program Csr"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KEBERHASILAN

DENGAN KARAKTERISTIK PROGRAM CSR

(Kasus Program CSR PT Holcim Indonesia, Desa Bantarjati)

RIZA RYANDA I34120164

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KEBERHASILAN DENGAN KARAKTERISTIK PROGRAM CSR” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

Riza Ryanda

(4)
(5)

ABSTRAK

RIZA RYANDA. Analisis Hubungan Tingkat Keberhasilan dengan Karakteristik Program CSR. Di bawah bimbingan MAHMUDI SIWI

Perusahaan sebagai organisasi yang berada di lingkungan masyarakat memiliki peranan untuk berkontribusi dalam mengatasi permasalahan sosial yang terjadi. Melalui kegiatan CSR, perusahaan dapat turut berpartisipasi dalam mengatasi permasalahan sosial, lingkungan, serta ekonomi. Pelaksanaan kegiatan CSR saat ini sudah diwajibkan bagi setiap perusahaan khususnya yang bergerak dalam pemanfaatan sumber daya alam dan sudah diatur dalam undang-undang oleh pemerintah. Pada saat ini tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan CSR mengacu pada perbedaan karakteristik program CSR. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat keberhasilan dengan karakteristik program CSR. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif di Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor dengan menggunakan analisis korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat keberhasilan CSR Holcim dengan karakteristik program CSR pada non penerima program. Hasil lain menunjukkan bahwa pada penerima program tidak terdapat hubungan antara tingkat keberhasilan CSR dengan karakteristik program CSR.

Kata kunci: CSR, keberhasilan CSR, karakteristik CSR. ABSTRACT

RIZA RYANDA. Analysis of Relationship between the Level of Success and CSR Program Characteristics. Supervised by MAHMUDI SIWI

Company as an organization that usually appear in society has an important role to contribute in a social problem that occured. Through CSR program, a corporate can participate in solving social problem, environmental problem, and economic problem. The implementation of CSR is now required for every company, especially those company that engaged in the utilization of natural resources and is set ini law by the government. Nowadays, the level of success of CSR activities lead to the different characteristics of CSR program. This study aim to see the correlation between the level of success with the CSR program characteristics. This study used a quantitative method and supported by qualitative data in Bantarjati Village, Klapanunggal Subdistrict, Bogor used rank spearman correlation analysis. The result of this sudy reveal a correlation between the level of success and CSR program characteristics on non beneficiaries respondent. Another result showed that on the beneficiaries there is no correlation between the level of success and CSR program characteristics.

(6)
(7)

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KEBERHASILAN

DENGAN KARAKTERISTIK PROGRAM CSR

(Kasus Program CSR PT Holcim Indonesia, Desa Bantarjati)

RIZA RYANDA

I34120164

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Hubungan Tingkat Keberhasilan dengan Karakteristik Program CSR” ini dengan baik. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengebangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Mahmudi Siwi, SP, M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini 2. Bapak Dadang Sudjana dan Ibu Aryani Sismin Satyaningtijas selaku orang

tua, serta Regi Ryanda dan seluruh keluarga yang selalu memberikan saran, dukungan, do’a untuk penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi

3. Kepada pemerintah Desa Bantarjati, tokoh masyarakat, serta seluruh responden yang telah membantu proses penyelesaian skripsi

4. M. Rizki Rachmasaputra yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta seluruh anggota Beskem Foundation, Wulan Mustika, Yudhiansyah Eka Saputra, Widya Hasian, Yunita Wini Damayanti sebagai teman seperjuangan setiap saat dalam proses penulisan skripsi ini

5. Para sahabat Hana Hilaly, Andi Putri, Nadya Apriella, Almira Devina, Meliani Rosalina, Tazkiyah Syakira dan Inez Kania yang selama beberapa tahun ini selalu memberikan dukungan kepada penulis.

6. Pihak lain yang turut membantu dan memberikan semangat serta doa kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

Bogor, Juni 2016

Riza Ryanda

(12)
(13)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah Penelitian 2

Tujuan Penelitian 3

Kegunaan Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 5

Definisi dan Karakteristik CSR 5

Kinerja CSR 8

Community Development dalam CSR 10

Kerangka Pemikiran 11

Hipotesis Penelitian 12

PENDEKATAN LAPANGAN 13

Metode Penelitian 13

Lokasi dan Waktu 13

Teknik Penentuan Informan dan Responden 13

Teknik Pengumpulan Data 14

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 15

Definisi Operasional 16

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19

Gambaran Umum Desa Penelitian 19

Kondisi Demografi dan Sosial Budaya 22

Kondisi Ekonomi dan Ketenagakerjaan 22

Kondisi Pendidikan 23

Profil Pelaksanaan CSR Holcim 25

Gambaran Umum Holcim 25

CSR Holcim 26

Gambaran Responden Penelitian 27

Ikhtisar 31

TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM CSR 33

Tingkat Efektivitas Program CSR Holcim 33

Tingkat Kesesuaian Program CSR Holcim 34

Tingkat Keberlanjutan Program CSR Holcim 35

Tingkat Pemberdayaan Program CSR Holcim 37

Tingkat Partisipasi Program CSR Holcim 38

Tingkat Keberhasilan Program CSR Holcim 39

(14)

LAMPIRAN 49

RIWAYAT HIDUP 57

DAFTAR TABEL

1. Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial 6

2. Perbandingan Model Pengukuran Kinerja CSR 9

3. Kebutuhan Data dan Metode Pengumpulan Data 14

4. Definisi Operasional 16

5. Daftar kepala desa beserta tahun jabatan di Desa Bantarjati 19 6. Jumlah dan persentase lahan menurut tata guna Desa Bantarjati tahun

2016 20

7. Jumlah sarana dan prasarana pemerintah Desa Bantarjati 2016 20 8. Panjang sarana dan prasarana perhubungan di Desa Bantarjati 2016 20 9. Jumlah sarana dan prasarana olah raga Desa Bantarjati 2016 21 10. Jumlah sarana dan prasarana kesehatan Desa Bantarjati 2016 21

11. Jumlah tenaga medis Desa Bantarjati 2016 21

12. Jumlah sarana dan prasarana rumah ibadah Desa Bantarjati 2016 22 13. Jumlah dan persentase penduduk menurut mata pencaharian

masyarakat Desa Bantarjati tahun 2016 23

14. Jumlah dan persentase sarana dan prasarana perekonomian dan

perdagangan di Desa Bantarjati tahun 2016 23

15. Jumlah sarana dan prasarana pendidikan Desa Bantarjati 2016 24 16. Jumlah sarana dan prasarana pendidikan Islam di Desa Bantarjati

tahun 2016 24

17. Jumlah dan persentase tingkat pendidikan penduduk Desa Bantarjati

2016 24

18. Jumlah investasi CSR PT Holcim Indonesia Tbk 27 19. Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jenis kelamin 28 20. Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan tingkat usia 28 21. Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan tingkat

pendidikan 28

22. Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan 29 23. Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan status dalam

keluarga 29

24. Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jenis program 29 25. Bentuk Bantuan Program CSR Holcim di Desa Bantarjati 33 26. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat efektivitas program

(15)

27. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kesesuaian

program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016 35

28. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keberlanjutan

program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016 36

29. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pemberdayaan

program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016 37

30. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi program

CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016 38

31. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keberhasilan CSR

Holcim di Desa Bantarjati 2016 39

32. Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik CSR di Desa

Bantarjati 2016 41

33. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keberhasilan CSR

Holcim dan karakteristik program CSR di Desa Bantarjati 2016 43 34. Korelasi antara keberhasilan CSR Holcim dengan karakteristik

program CSR 44

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran 11

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Desa Bantarjati 49

2. Dokumentasi penelitian 50

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan berkelanjutan di Indonesia tidak terlepas dengan berbagai bidang yang ada, salah satunya adalah bidang perekonomian. Sistem ekonomi kerakyatan yang dianut oleh perekonomian di Indonesia membutuhkan peran dari berbagai pihak. Suherman (2006) menjelaskan bahwa peran dunia usaha cukup strategis dalam membantu pemerintah dalam menggerakkan, bahkan mempercepat laju roda perekonomian daerah. Menurut Prasetyo (2009) pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sepenuhnya bertumpu pada kekuatan dan potensi domestik (ekonomi rakyat), sehingga rentan terhadap gejolak eksternal. Salah satu bentuk kegiatan perekonomian adalah adanya kegiatan usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan maupun perindustrian. Pada dasarnya perusahaan dan industri didirikan untuk kegiatan usaha yang dilakukan tersebut memiliki tujuan untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya. Selain sebagai penggerak perekonomian, perusaahan juga memiliki kontribusi yang besar pada masyarakat yaitu dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan. Dalam pelaksanaan kegiatan usaha tersebut seringkali perusahaan juga memiliki dampak yang negatif terhadap para pemangku kepetingan yang terlibat seperti kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan bagi masyarakat. Pihak perusahaan dalam menanggapi dampak negatif tersebut diwajibkan untuk membuat sebuah komitmen yang telah disepakati bersama yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility

(selanjutnya akan ditulis dengan CSR).

(18)

Penerapan CSR juga dapat berfungsi sebagai jembatan hubungan yang harmonis antara perusahaan dan lingkungannya. Para stakeholder terkait, dalam hal ini masyarakat lokal, juga memiliki hubungan yang erat dengan pengimplementasian program CSR dari suatu perusahaan karena hal tersebut berkaitan dengan keberlangsungan kehidupan masyarakat lokal setempat. Kesejahteraan dan taraf hidup para stakeholder juga menjadi bagian penting dalam pengimplementasian program CSR suatu perusahaan. Perkembangan CSR di Indonesia masih membutuhkan perhatian lebih karena menurut Mapisangka (2009) di antara ribuan perusahaan yang ada diindikasikan belum semua perusahaan benar-benar menerapkan konsep CSR dalam kegiatan perusahaannya. Mapisangka (2009) juga menjelaskan bahwa dalam lingkungan bisnis perusahaan, masyarakat di sekitar perusahaan pada dasarnya merupakan pihak yang perlu mendapatkan apresiasi yang dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan kesejahteraan hidup mereka melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh pihak CSR perusahaan. Menurut Saidi et.al (2003) sumbangan sosial perusahaan memiliki dua dimensi yaitu karitas (charity) dan filantropi, dimana karitas adalah bantuan yang sifatnya sesaat, sedangkan filantropi adalah sumbangan yang ditujukan untuk kegiatan investasi sosial atau kegiatan yang diarahkan pada penguatan kemandirian masyarakat.

Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang memiliki wilayah konsesi yang berbatasan langsung dengan tempat tinggal penduduk adalah PT. Holcim Indonesia Tbk. (selanjutnya disebut Holcim). Aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut tersebar di beberapa wilayah Indonesia salah satunya berada di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, perusahaan Holcim tersebut juga telah menjalankan kegiatan CSR sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas.

Keberhasilan suatu program CSR yang dijalankan perusahaan Holcim tidak hanya dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan saja, tetapi juga pada masyarakat lokal setempat yang dapat dilihat berdasarkan karakteristik program CSR yang dilaksanakan perusahaan. Fenomena tersebut memunculkan suatu pertanyaan yaitu, bagaimana hubungan tingkat keberhasilan CSR perusahaan dengan karakteristik program CSR?

Rumusan Masalah Penelitian

(19)

yang berbeda-beda. Seperti penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Dody Prayogo dan Hilarius (2012), kegiatan CSR yang dilaksanakan diukur melalui enam variabel yaitu tingkat efektivitas, tingkat keberlanjutan, tingkat kesesuaian, dampak kesejahteraan, tingkat partisipasi, dan tingkat pemberdayaan. Kegiatan perusahaan yang dilaksanakan oleh pihak CSR tersebut memiliki tujuan untuk menjembatani hubungan antara perusahaan dengan masyarakat. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang melaksanakan CSR adalah Holcim. Keadaan ini melahirkan pertanyaan mengenai, bagaimanakah keberhasilan program CSR yang dilakukan perusahaan Holcim?

Keberhasilan program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan yang diukur berdasarkan variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan perbedaan pendapat dalam masyarakat disekitarnya. Terdapat masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan yang berpendapat bahwa program CSR perusahaan merupakan sebuah tanggung jawab yang harus dilakukan dan terdapat pula masyarakat yang menganggap CSR sebagai bentuk kepedulian sosial, serta masyarakat yang menganggap pihak CSR perusahaan sebagai mitra dalam bekerja sama membangun desa. Hal tersebut tergantung pada karakteristik program CSR yang dilaksanakan. Saidi (2003) menjelaskan bahwa terdapat tiga karakteristik pelaksanaan program CSR yaitu karitas (charity), filantropi (philanthropy), dan

corporate citizenship. Setiap karakteristik memiliki ciri kegiatan yang berbeda-beda satu sama lain. Berdasarkan fenomena tersebut, maka muncullah pertanyaan kedua mengenai, bagaimana karakteristik program CSR yang dilakukan perusahaan Holcim di Desa Bantarjati?

Studi tentang korporasi maupun tentang CSR sebelumnya telah banyak dilakukan. Keberadaan CSR dalam lingkungan masyarakat diharapkan tidak hanya sekedar aktivitas kewajiban perusahaan semata tetapi juga lebih mengedepankan kesadaran perusahaan dalam upaya memberdayaan masyarakat. Saidi (2003) menyatakan bahwa kedermawanan sosial perusahaan juga berhubungan dengan beberapa hal, antara lain adalah motivasi yang mendorong perusahaan untuk melakukan kedermawanan sosial, cara pengambilan keputusan dan nilai-nilai yang akan dicapai dalam memberikan sumbangan. Kedua rumusan permasalahan sebelumnya mengenai tingkat keberhasilan CSR dan karakteristik program CSR apabila dihubungkan akan memunculkan pertanyaan khusus ketiga yaitu mengenai, bagaimana hubungan tingkat keberhasilan CSR dengan karakteristik program CSR yang dilaksanakan di pedesaan?

Tujuan Penelitian

Penulisan skripsi dengan judul “Analisis Hubungan Tingkat Keberhasilan dengan Karakterisik Program CSR” ini memiliki rumusan tujuan:

1. Melakukan analisis mengenai keberhasilan program Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan oleh perusahaan.

2. Melakukan analisis mengenai karakteristik program Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan oleh perusahaan.

3. Melakukan analisis mengenai hubungan pelaksanaan keberhasilan

(20)

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat untuk mahasiswa selaku pengamat dan akademisi, masyarakat, dan pemerintah. Adapun manfaat yang dapat diperoleh yaitu:

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini memberikan tambahan khazanah pengetahuan mengenai hubungan pelaksanaan program Corporate Social Responsibility terhadap karakteristik program CSR.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat membantu atau mengarahkan masyarakat dalam menyikapi keberadaan program Corporate Social Responsibility suatu perusahaan yang berada di sekitar pemukiman masyarakat.

3. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan program

(21)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Definisi dan Karakteristik Corporate Social Responsibility (CSR)

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility

(CSR) merupakan sebuah kesepakatan dari World Summit on Sustainable Development (WS-SD) di Johannesburg Afrika Selatan 2002 yang ditujukan untuk mendorong seluruh perusahaan di dunia dalam rangka terciptanya suatu pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)1 . Konsep CSR sebetulnya bukan merupakan konsep baru dalam dunia bisnis, di tingkat internasional Philip Kotler telah mengungkapkan bahwa CSR hendaknya bukan merupakan aktivitas yang hanya merupakan kewajiban perusahaan secara formalitas kepada lingkungan sosialnya, namun CSR seharusnya merupakan sentuhan moralitas perusahaan terhadap lingkungan sosialnya sehingga CSR merupakan denyut nadi perusahaan (Ambadar 2008). Definisi CSR menurut pendapat Jalal (2010) seperti yang dikutip Nasdian (2014) bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan upaya manajemen yang dijalankan oleh perusahaan berdasarkan keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan lingkungan dengan meminimumkan dan mengkompensasi dampak negatif serta memaksimalkan dampak positif pada setiap pilar. Menurut Ambadar (2008) Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu upaya untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line). Bangun (2010) menjelaskan secara singkat bahwa CSR merupakan suatu komitmen sukarela yang berkelanjutan dari suatu perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi secara positif kepada pelanggan, karyawan, masyarakat, lingkungan, serta stakeholders lainnya secara seimbang. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit) melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people) (Nasdian 2014).

Moratis dan Cochius (2011) seperti yang dikutip Nasdian (2014) menjelaskan bahwa secara umum tuntutan dan harapan terhadap CSR bersifat multidimensional: (1) turut menyumbang pembangunan ekonomi (dimensi ekonomi); (2) melebihi kewajiban hukum/regulasi (dimensi kesukarelaan); (3) kepedulian terhadap lingkungan dalam pengelolaan operasi bisnis (dimensi lingkungan); (4) mengintegrasikan kepentingan sosial dalam operasi bisnis (dimensi sosial); dan (5) interaksi dengan pemangku kepentingan perusahaan (dimensi pemangku kepentingan). Menurut Wibisono (2007) manfaat penerapan tanggung jawab sosial bagi perusahaan dapat diidentifikasi diantaranya mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan, mendapatkan

(22)

lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan untuk terus dapat beroperasi, mereduksi resiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan yang harmonis dengan para stakeholders perusahaan, melebarkan akses terhadap sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan dan peluang mendapatkan penghargaan.

Menurut Saidi (2003) terdapat tiga karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial, yaitu charity, philanthropy, dan Good Corporate Citizenship (GCC).

Tabel 1. Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial

Paradigma Charity Philanthropy Penerima manfaat Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas

dan perusahaan

Insipirasi Kewajiban Kepentingan bersama

(23)

ditujukan untuk kegiatan yang bersifat investasi sosial sehingga philanthropy

diharapkan mampu menghasilkan penguatan masyarakat dan sekaligus modal sosial. Dalam melakukan investasi sosial perusahaan tidak hanya melihat cash donation sebagai satu-satunya bentuk sumbangan yang bisa diberikan, tapi melihat peluang-peluang lain dalam memberikan bantuan dalam bentuk non-cash. Salah satu kegiatan CSR yang memiliki karakteristik philanthropy adalah melalui peningkatan kapasitas dan peningkatan peluang ekonomi bagi masyarakat. Berbeda dengan karakteristik charity, philanthropy tidak hanya berupa bantuan yang sifatnya sementara melainkan lebih mengarah kepada keberlanjutan kegiatan CSR yang tujuannya adalah meningkatkan kemampuan masyarakat sekitar. Saidi (2003) menjelaskan bahwa philanthropy sifatnya lebih eksternal dan kurang melihat aspek internal perusahaan. Karakteristik program CSR yang lain adalah

good corporate citizenship (GCC)dimana karakteristik ini memiliki cakupan arti yang lebih luas dibandingkan dengan karakteristik charity dan philanthropy. Ambadar (2008) menjelaskan bahwa dalam aktualisasi (GCC) maka kontribusi dunia usaha untuk turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami metamorfosis dan lebih menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat seperti pemberdayaan. Sukada et.al (2007) menjelaskan bahwa corporate citizenship mengacu pada hubungan timbal balik antara perusahaan dengan masyarakat, berkenaan dengan hak dan tanggung jawab masing-masing. Konsep corporate citizenship sebetulnya lebih luas dari CSR karena mengandung pengertian hak dan kewajiban selain itu juga memandang perusahaan sebagai pihak yang menjamin dipenuhinya hak-hak warga negara yang berada di wilayah jangkauan operasinya (Sukada et.al 2007).

Kotler dan Lee dalam Ambadar (2008) mengajukan enam prakarsa sebagai pesan utama CSR, untuk melakukan tindak kebajikan sebagai bagian dari kegiatan perusahaan, dalam rangka pencapaian bisnis, yaitu:

1. Cause promotions, inisiatif perusahaan untuk mengalokasikan dana atau bantuan dalam bentuk barang dan sumber daya lain, untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian tentang masalah sosial tertentu, atau dalam rangka rekruitmen sukarelawan.

2. Cause-related marketing, komitmen perusahaan untuk mendonasikan sejumlah presentase tertetu dari pendapatan tertentu untuk hal yang berkaitan dengan penjualan produk.

3. Corporate social marketing, upaya perusahaan memberi dukungan pada pembangunan dan/atau pelaksanaan kegiatan yang ditujukan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat dalam rangka memperbaiki kesehatan masyarakat, pelestarian lingkungan dan lainnya.

4. Corporate philanthropy, pemberian sumbangan sebagai kegiatan amal (charity), yang sering kali dalam bentuk hibah tunai, donasi dan/atau dalam bentuk barang.

5. Community volunteering, perwujudan dukungan dan dorongan perusahaan kepada karyawan, mitra pemasaran dan/atau anggota franchise

untuk menyediakan dan mengabdikan waktu dan tenaga mereka untuk membantu kegiatan sosial tertentu.

(24)

Berdasarkan artikel How Should Civil Society (and Government) Respond to Corporate Social Responsibility? dalam Ambadar (2008) menelaah motivasi yang mendasari kalangan bisnis menerima konsep CSR tanpa memahami fungsi yang sebenarnya. Pertama bersifat akomodatif, kebijakan bisnis yang hanya bersifat kosmetik, seadanya (superficial), dan tidak lengkap (partial). CSR dilakukan untuk memberi citra sebagai perusahaan yang tanggap terhadap kepentingan sosial. Kedua, bersifat legitimatif dengan tujuan untuk memengaruhi wacana. Namun program CSR yang bersifat wacana sudah bermanfaat sebagai langkah awal dalam proses “metamorfosa” menjadi program CSR yang benar. Menurut Widiyanto (2007) seperti yang dikutip Ardianto dan Machfudz (2011) terdapat dua bentuk praktek CSR di Indonesia. Pertama, tanggung jawab institusional perusahaan yang terikat dengan peraturan perundang-undangan, seperti BUMN, yang disyaratkan memberikan sumbangan keuntungan dari tahun ke tahun atau pengusaha hak pengawasan hutan (HPH) diwajibkan melaksanakan program pembinaan masyarakat desa yang berada di sekitar kawasan hutan. Kedua, adalah tanggung jawab sukarela yang tidak terikat dengan peraturan perundang-undangan, tetapi tetap dilaksanakan karena dianggap penting oleh perusahaan.

Penelitian mengenai pelaksanaan CSR di Indonesia sudah banyak dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mapisangka (2009) mengenai implementasi CSR yang dilakukan dengan mengukur pelaksanaan CSR berdasarkan tiga variabel yaitu Corporate Social Responsibility Goal, Corporate Social Issue, dan Corporate Relation Program. Hasil penelitian Mapisangka (2009) menyatakan bahwa dari ketiga variabel yang diukur tersebut, variabel corporate relation program menjadi variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap peningkatan kesejahteraan hidup di masyarakat lingkungan perusahaan. Selain itu, penelitian lain juga dilakukan oleh Ariefianto (2015) mengenai pelaksanaan CSR terhadap keberdayaan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariefianto (2015), keberhasilan pelaksanaan program CSR PT Semen Indonesia Tbk yang dibagi ke dalam bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan pembangunan sarana umum mampu meningkatkan keberdayaan masyarakat disekitar perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan adanya pengusaha-pengusaha baru setelah adanya program CSR yang kemudian dapat menolong diri sendiri dan orang lain. Peneliti lain mengenai pelaksanaan program CSR dilakukan oleh Wahyuningrum et.al (2011) yang menyatakan bahwa program CSR memiliki pengaruh secara simultan maupun parsial terhadap perubahan perilaku masyarakat.

Kinerja CSR

(25)

(core value) yang ditanamkan secara mengakar dalam perusahaan yaitu (1) ketangguhan ekonomi, (2) tanggung jawab lingkungan dan (3) akuntabilitas sosial. Fadilah (2009) juga menyatakan apabila kinerja keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan keuangan, maka kinerja CSR akan dapat disimak melalui sebuah laporan yang disebut laporan berkelanjutan (sustainability report). Dalam prakteknya, ada yang menggunakan nama lain untuk laporan jenis ini, misalnya laporan CSR (CSR report), laporan sosial (social report), laporan lingkungan (environment report) atau laporan sosial dan lingkungan (soccial and environment report) (Fadilah 2009). Rahmadhani et.al (2011) menjelaskan salah satu model pengukuran kinerja CSR yang sering digunakan oleh perusahaan adalah dengan menggunakan Global Reporting Initiative (GRI). Model pengukuran kinerja GRI diwujudkan dalam bentuk kerangka pelaporan yang harus dilakukan oleh perusahaan (Rahmadhani et.al 2011). Melalui laporan ini akan terungkap apakah perusahaan sudah menjalankan akuntabilitas sosial dan lingkungan secara optimal (Fadilah 2009).

(26)

Menurut Prayogo dan Hilarius (2012) dalam sejumlah implementasi program CSR/CD beragam variabel digunakan untuk menggambarkan dan mengukur tingkat keberhasilan program. Pada konteks ini, program CSR/CD korporasi harus dilihat sebagai sebuah proses dalam pengertian bagaimana korporasi berpartisipasi dalam pembangunan lokal. Variabel proses yang digunakan dalam studi ini adalah:

1. Effectivity dimaksudkan sebagai tingkat manfaat program pengentasan kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan para penerima berdasarkan jenis dan tingkat kebutuhannya. 2. Relevance dimaksudkan sebagai tingkat kesesuaian program pengentasan

kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal. 3. Sustainability dimaksudkan sebagai tingkat keberlanjutan program

pengentasan kemiskinan dapat dilakukan oleh penerima jika bantuan selesai/dihentikan, baik keberlanjutan secara substansial maupun manajemen.

4. Impact dimaksudkan seberapa besar dan luasan geografis akibat positif yang ditularkan oleh program pengentasan kemiskinan.

5. Empowerment dimaksudkan sebagai seberapa signifikan tingkat pemberdayaan dirasakan penerima akibat program, baik dari segi keahlian maupun organisasi.

6. Participation dimaksudkan sebaai seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam program pengentasan kemiskinan.

Berdasarkan penjelasan GRI (2002) seperti yang dikutip Ramadhani et.al

(2011) kerangka pelaporan GRI mengandung isi umum dan sektor yang secara spesifik telah disetujui oleh berbagai pemangku kepentingan di seluruh dunia dan dapat diaplikasikan secara umum dalam melaporkan kinerja keberlanjutan dari sebuah organisasi. Selain dengan menggunakann standar pengukuruan GRI, kinerja CSR juga dapat diukur dengan menggunakan model pengukuran kinerja PRISM. Kennerley and Neely (2002) seperti yang dikutip Ramadhani et.al (2011) menjelaskan bahwa model pengukuran kinerja PRISM merupakan salah satu model pengukuran kinerja yang menggambarkan kinerja organisasi sebagai bangun tiga dimensi yang memiliki lima bidang sisi, yaitu dari sisi stakeholder satisfaction, strategies, processes, capabilities dan stakeholder contribution. Ramadhani et.al (2011) menjelaskan kelebihan dan kelemahan dari GRI dan PRISM pada tabel 2.

Community Development (Comdev) dalam CSR

Merujuk pada pendapat Shardlow (1998) seperti yang dikutip Ambadar (2008) pemberdayaan masyarakat (Comdev) intinya adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. Comdev

(27)

Dalam melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan, pihak perusahaan melalui kegiatan Corporate Social Responsibility sering dikaitkan dengan masalah pemberdayaan masyarakat atau comdev. Menurut Ambadar (2008) comdev

diyakini merupakan sebuah aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna daripada hanya sekedar aktivitas charity ataupun tujuh dimensi CSR lainnya, antara lain:

community relation. Hal tersebut juga disebabkan karena dalam pelaksanaan

Comdev, terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas dan keberlanjutan. Comdev juga merupakan ruh pelaksanaan aktivitas CSR perusahaan. Menurut Ambadar (2008) diharapkan dengan aktivitas CSR yang bernapaskan Comdev dapat mencapai tujuan strategis perusahaan disamping untuk mencapai profit optimum, tetapi juga dapat bermanfaat bagi komunitas.

Kerangka Pemikiran

Kerangka permikiran dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan tingkat keberhasilan program CSR yang dijalani perusahaan. Tingkat keberhasilan CSR perusahaan dalam penelitian ini diukur berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prayogo dan Hilarius (2012) tetapi hanya lima variabel yang digunakan untuk mengukur keberhasilan CSR dalam penelitian ini yaitu variabel efektivitas, kesesuaian, keberlanjutan, pemberdayaan, dan partisipasi. Pengukuran keberhasilan CSR dengan menggunakan kelima variabel tersebut dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana pelaksanaan kegiatan CSR suatu perusahaan dilaksanakan.

(28)

Karakteristik program CSR yang bersifat charity adalah ketika motivasi perusahaan melakukan program CSR didasarkan karena agama dan tradisi sementara misi dalam melakukan kegiatan CSR tersebut hanya mengatasi masalah sesaat. Karakteristik philanthropy adalah ketika aktvitas CSR didorong oleh norma dan etika hukum, bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban semata. Selanjutnya karakteristik corporate citizenship adalah ketika misi perusahaan dalam melakukan kegiatan CSR adalah untuk memberikan kontribusi pada masyarakat.

Pada akhirnya, penelitian ini bertujuan untuk melihat apa sebenarnya hubungan antara tingkat keberhasilan program CSR yang dijalankan perusahaan dengan karakteristik program CSR di pedesaan.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah:

(29)

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei dengan cara mengambil sample dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer (Singarimbun dan Effendi 1989). Data kualitatif diperoleh dengan cara wawancara mendalam dan observasi untuk dapat membantu penyusunan pertanyaan dalam pembuatan kuesioner. Setelah kuesioner diperbaiki, selanjutnya dapat dilakukan proses pengumpulan data yang sesuai dengan metode kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini berguna untuk menggali informasi mendalam mengenai data kuantitatif yang telah diambil sebelumnya. Penelitian survei digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat keberhasilan program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan karakteristik program CSR di pedesaan. Pengertian survey dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi (Singarimbun dan Effendi 1989). Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksplanatori yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel. Penelitian eksplanatori dapat menjelaskan mengenai bagaimana korelasi antara dua atau lebih variabel maupun kekuatan hubunganya.

Lokasi dan Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian yaitu terhitung dari pengambilan data sekunder pada bulan Februari 2016, kemudian pengambilan data primer yang dilaksanakan pada bulan Maret 2016. Pengolahan dan analisis data akan dilakukan setelah data diperoleh yaitu pada awal bulan April 2016. Penulisan draft skripsi pada bulan April 2016 hingga awal Mei 2016. Kegiatan penelitian ini terdiri dari penyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi.

Lokasi penelitian bertempat di Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal sebagai desa operasional CSR PT Holcim di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara purposive karena lokasi ini termasuk salah satu lokasi operasional CSR PT Holcim. Selain itu, pemilihan lokasi juga dikarenakan Desa Bantarjati memiliki program yang dijalankan oleh pihak CSR dari perusahaan Holcim, sehingga penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik program CSR terhadap proses implementasi CSR dalam satu desa kepada pihak penerima program dan bukan penerima program CSR.

Teknik Penentuan Informan dan Responden

(30)

penerima program dan bukan penerima program yang dipilih secara cluster sampling dengan jumlah total responden sebanyak 60 responden. Pemilihan metode sampling ini dilakukan dengan mempertimbangkan apabila dilakukan perbandingan antara penerima program dan bukan penerima program CSR dari perusahaan Holcim dalam satu desa yang sama.

Pemilihan terhadap informan dilakukan dengan menggunakan teknik

snowball dan jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan dengan menggunakan cara ini memungkinkan perolehan data dari satu informan ke informan lainnya. Pencarian informasi ini akan berhenti apabila tambahan informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru atau sudah memenuhi untuk data yang diperlukan. Pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah petugas kecamatan, aparatur desa, pihak perusahaan, dan tokoh masyarakat setempat, yang dianggap mengetahui dengan jelas mengenai pelaksanaan program CSR di Desa Bantarjati.

Teknik Pengumpulan Data

(31)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat langsung di lapangan melalui proses wawancara mendalam, survei, dan observasi yang dilakukan langsung kepada responden maupun informan. Data primer juga dapat diperoleh dengan bantuan kuesioner kepada penerima program dan bukan penerima program CSR perusahaan PT Holcim serta wawancara yang dilakukan terhadap informan yang sudah ditentukan. Sebelumnya akan dilakukan uji coba penggunaan kuesioner kepada 10 responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel. Hasil dari uji coba kuesioner tersebut akan dilihat hasil validitas dan hasil realibilitas sebagai masukan untuk menyempurnakan dan memperbaiki pertanyaan dalam kuesioner. Setelah kuesioner diperbaiki, kemudian dilakukan wawancara kuesioner kepada sampel penelitian. Hasil dari wawancara kuesioner tersebut kemudian dituang ke dalam catatan harian yang berisi uraian rinci. Hasil wawancara terstruktur dari pertanyaan dalam kuesioner menjadi dasar merumuskan panduan pertanyaan wawancara mendalam dengan informan.

Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis di kantor kelurahan dan kantor Kecamatan Klapanunggal. Data sekunder dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian ini dapat berupa data monografi lokasi penelitian, program-program CSR yang dilaksanakan, serta data penerima program CSR desa. Data sekunder dalam penelitian dapat diperoleh juga melalui buku, internet, skripsi/thesis, serta hasil riset dan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian. Data sekunder yang dapat digunakan untuk memperkuat data kuantitatif dan kualitatif diperoleh melalui studi literatur yang berkaitan dengan penelitian.Penjelasan mengenai kebutuhan data dan metode yang digunakan dalam pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Unit analisis yang diambil adalah individu penerima program CSR dan bukan penerima program dari Desa Bantarjati yang dipilih secara purposive. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan bantuan aplikasi Microsoft Excell 2007 dan SPSS 22. Aplikasi

Microsoft Excell 2007 akan digunakan untuk membantu pembuatan tabel frekuensi, grafik, diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat data awal responden pada masing-masing variabel secara tunggal, sedangkan aplikasi SPSS 21 digunakan untuk membantu dalam uji statistik yang akan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal. Dalam penelitian ini, uji Rank Spearman digunakan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara keberhasilan CSR dengan karakteristik program CSR.

(32)

diolah pada tahap reduksi data. Pendekatan kualitatif akan dikumpulkan dengan menggunakan panduan pertanyaan sebagai acuan atau pemandu dalam melakukan wawancara mendalam. Data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan pengamatan di lapangan akan dituang ke dalam catatan lapang. Tabel 4. Definisi operasional

adalah hasil kerja yang telah dicapai dari pelaksanaan program CSR yang dapat dilihat berdasarkan lima variabel.

Tingkat Efektivitas

Keberhasilan program CSR perusahaan dengan kaitannya dalam mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat. dilaksanakan dengan kebutuhan yang ada dalam masyarakat.

Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program CSR, baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring dan evaluasi, menikmati hasil. Partisipasi

(33)

Indikator Definisi

Definisi Operasional

& skor

Skala Pengukuran

Kategori mengikuti teori Uphoff.

2. Karakteristik program CSR adalah ciri khas yang melekat pada program CSR yang dilaksanakan perusahaan berdasarkan sifat kegiatan atau bantuan yang diberikan.

Charity Kegiatan CSR yang dilakukan berdasarkan suatu kewajiban berupa hibah sosial dan mengatasi masalah sesaat.

Rendah = skor < 22

Ordinal

Philathropy Kegiatan CSR yang dilakukan berdasarkan kepentingan bersama berupa hibah pembangunan dan mengatasi permasalahan dari akarnya.

Sedang = skor 22 - 25

Ordinal

Corporate Citizenship

Kegiatan CSR yang dilakukan berdasarkan kepentingan bersama berupa hibah pembangunan serta keterlibatan sosial dan memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Tinggi = skor > 25

(34)
(35)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Desa Penelitian

Desa Bantarjati merupakan desa yang berdiri sejak tahun 1985. Pada sejarah desa yang tercatat, Desa Bantarjati dan Desa Nambo merupakan satu desa yang disebut Desa Nambo. Desa Nambo kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi dua desa, yang satu terletak di sebelah timur dan tetap bernama Desa Nambo. Sementara di bagian barat, kemudian dikenal dengan nama Desa Bantarjati. Pemekaran ini terjadi pada tahun 1984 hingga 1985.

Awalnya, sebelum dimekarkan, pemerintahan Desa Nambo masih berada dalam satu struktur organisasi. Kemudian setelah dimekarkan, pemerintahan Desa Nambo dan Desa Bantarjati menjadi terpisah dengan struktur organisasi masing-masing. Terdapat lima kali pergantian pemerintahan, yaitu pada tahun: 1985, 1995, 2003, 2008, dan 2014. Berikut kepala desa yang pernah menjabat di Desa Bantarjati:

Tabel 5 Daftar kepala desa beserta tahun jabatan di Desa Bantarjati

Nama Kades Tahun Menjabat

H. Salih 1985-1995

M. Achri 1995-2008

Saprudin Prawiranegara 2008-sekarang

Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor merupakan salah satu desa yang terletak di sekitar wilayah operasional Holcim. Desa ini termasuk dalam kawasan regional 2 Holcim. Letak desa ini lebih dekat terhadap perusahaan ITP sehingga desa Bantarjati juga termasuk ke dalam wilayah operasional ITP dalam wilayah regional 1. Bahkan sebagian besar lahan yang terdapat di desa ini sudah dibeli oleh perusahaan ITP. Desa Bantarjati juga merupakan salah satu desa yang menjadi desa binaan Holcim melalui program CSR.

Secara geografis, Desa Bantarjati berbatasan langsung dengan Desa Lulut dan Nambo. Disebelah utara, berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri. Disebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Citeureup. Akses menuju desa ini dapat ditempuh melalui kawasan industri ITP atau melalui wilayah timur, dengan melewati wilayah Desa Nambo. Desa ini juga berbatasan dengan sungai Cigede di sebelah utara yang menjadi perbatasan antara Kecamatan Gunung Putri dan Kecamatan Citeureup.

Keberadaan perusahaan semen di desa ini bukan menjadi hal yang baru bagi masyarakat. Apabila dilihat secara geografis, Desa Bantarjati berbatasan langsung dengan pabrik semen ITP. Berdasarkan keterangan staf desa, sekitar 70 persen lahan di desa ini juga sudah merupakan lahan yang sudah dibeli oleh perusahaan semen tersebut.

(36)

yaitu hanya sekitar 367 Ha dengan perincian tata guna lahan sebagaimana terlampir pada tabel 6.

Tabel 6 Jumlah dan persentase lahan menurut tata guna Desa Bantarjati tahun 2016

Tata Guna Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

Persawahan 30 8

Kebun 15 4

Tegalan 5.5 1,5

Perumahan 75 20,4

Pekarangan 25 7

Perkantoran 0.5 0,1

Lainnya 216 59

Total 367 100.00

Sumber : Profil Desa Bantarjati tahun 2016

Aset desa lainnya yang terdapat di Bantarjati adalah sarana dan prasarana pemerintahan desa, jalan, fasilitas kesehatan, fasilitas perekonomian, bangunan umum lainnya serta fasilitas olah raga.

Tabel 7 Jumlah sarana dan prasarana pemerintah Desa Bantarjati 2016

Sarana dan Prasarana Pemerintah Desa Jumlah (unit)

Kantor desa 1

Balai Pertemuan/Aula 1

Poskamdes 1

Gedung Posyandu 9

Gedung MCK 1

Selanjutnya terdapat beberapa sarana dan prasarana perhubungan yang menghubungkan lokasi antar desa, lokasi luar desa, bahkan wilayah desa dengan kecamatan. Pembangunan sarana dan prasarana perhubungan tersebut didukung oleh berbagai pihak, baik pemerintah, swadaya masyarakat serta bantuan dari beberapa korporasi di sekitar Bantarjati, terutama Holcim.

Pembangunan jalan ini diantaranya merupakan bantuan dari Holcim. Terdapat jalan yang dibangun secara swadaya oleh warga khususnya pada kegiatan betonisasi jalan setapak di setiap RT di desa, juga jalan yang dibangun dengan bantuan dana dari PNPM.

Tabel 8 Panjang sarana dan prasarana perhubungan di Desa Bantarjati 2016 Sarana dan Prasarana Perhubungan Panjang (Km)

Jalan Kabupaten 3

Jalan Desa 1

Irigasi 3

(37)

Sarana yang paling banyak tersedia adalah lapangan bulu tangkis dan lapangan tenis meja.

Tabel 9 Jumlah sarana dan prasarana olah raga Desa Bantarjati 2016

Sarana dan Prasarana Olahraga Jumlah (unit)

Lapangan Sepak Bola 1

Lapangan Bulu Tangkis 6

Lapangan Basket 2

Lapangan Bola Volly 2

Lapangan Tenis 0

Lapangan Tenis Meja 5

Selanjutnya di bidang kesehatan, terdapat beberapa sarana dan prasarana kesehatan di Bantarjati, mulai dari sarana yang berupa posyandu hingga poliklinik.

Tabel 10 Jumlah sarana dan prasarana kesehatan Desa Bantarjati 2016

Sarana dan Prasarana Kesehatan Jumlah (unit)

Puskesmas 0

BKIA Rumah Bersalin 0

Poliklinik 1

Posyandu 9

Fasilitas kesehatan yang tersedia di poliklinik maupun posyandu ini, merupakan pemberian dari berbagai pihak, dan termasuk Holcim, yang secara berkala memberikan bantuan khususnya pada posyandu.

Tabel 11 Jumlah tenaga medis Desa Bantarjati 2016

Tenaga Medis Desa Jumlah (jiwa)

Dokter 2

Bidan 1

Dukun Beranak 3

Kader Posyandu 45

(38)

Kondisi Demografi dan Sosial Budaya

Desa Bantarjati dihuni sebanyak 7.264 jiwa. Rasio jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan terlihat didominasi oleh laki-laki, dengan RJK 106 per 100 orang perempuan. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2015 adalah 3733 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 3531 jiwa. Apabila dilihat dari komposisi usia penduduk, Desa Bantarjati didominasi oleh usia produktif. Rasio beban tanggungan di desa ini adalah sekitar 46, yang berarti tiap satu individu usia produktif, memiliki beban tanggungan sejumlah 46 orang.

Penduduk yang mendiami Desa Bantarjati didominasi oleh suku Sunda, dengan agama mayoritas Islam. Kebanyakan warga menguasai dua bahasa, yaitu bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia.

Selanjutnya, terdapat beberapa sarana dan prasarana peribadatan di Desa Bantarjati. Sarana peribadatan yang tersedia di desa ini hanya mesjid, musholla, majlis taklim dan pondok pesantren karena berdasarkan keterangan staf desa hampir 98 persen masyarakat di desa ini beragama Islam. Adapun aktivitas keagamaan warga dilakukan di rumah-rumah ibadah. Terdapat aktivitas pengajian rutin warga, yaitu setiap hari Selasa untuk kaum ibu-ibu.

Tabel 12 Jumlah sarana dan prasarana rumah ibadah Desa Bantarjati 2016 Sarana dan Prasarana Peribadatan Jumlah (unit)

Masjid 8

Musholla 20

Majelis Taklim 7

Pondok Pesantren 7

Gereja 0

Wihara 0

Pura 0

Berdasarkan keterangan dari kepala desa tahun 2016, tidak banyak pendatang yang menetap tinggal di desa Bantarjati. Kebanyakan dari mereka hanya tinggal dalam kurun waktu yang singkat karena bekerja di perusahaan dekat desa ini berada sehingga tidak menyebabkan pertambahan jumlah penduduk dalam jumlah yang besar.

Kondisi Ekonomi dan Ketenagakerjaan

(39)

Tabel 13 Jumlah dan persentase penduduk menurut mata pencaharian masyarakat Desa Bantarjati tahun 2016

Mata Pencaharian Penduduk

Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Pegawai Negeri Sipil 15 0,2

TNI/Polri 2 0,02

Pegawai Swasta 1729 23.8

Pensiunan 12 0.16

Petani 165 2.27

Wiraswasta 567 7.84

Belum bekerja 3906 53.77

Lainnya 868 11.94

Total 7264 100.00

Bentuk atau kegiatan usaha perekonomian masyarakat Desa Bantarjati dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14 Jumlah dan persentase sarana dan prasarana perekonomian dan perdagangan di Desa Bantarjati tahun 2016

Fasilitas Perekononian / Perdagangan Jumlah (unit)

Bank/ATM 1

Pasar 0

Warung 127

Kios/Toko 10

Warung Nasi 27

Toko Bahan Material 3

Pangkalan Material 11

Warnet 5

Bensin Eceran 10

Kondisi Pendidikan

Dalam batas Desa Bantarjati, terdapat sembilan fasilitas umum berupa sarana dan prasarana pendidikan yang dapat diakses oleh seluruh warga Bantarjati, yang terdiri dari, 5 Taman Kanak-Kanak, 2 Sekolah Dasar, dan 2 SLTP. Seluruh fasilitas pendidikan tersebut tidak hanya menerima murid dari Desa Bantarjati saja, tetapi juga terbuka bagi warga desa sekitar Bantarjati.

(40)

Tabel 15 Jumlah sarana dan prasarana pendidikan Desa Bantarjati 2016

Sarana dan Prasarana Pendidikan Jumlah (unit)

TK 5

SD 2

SMP 2

SMA 0

Perguruan Tinggi 0

Fasilitas pendidikan yang tersedia di PAUD merupakan pemberian bantuan dari berbagai pihak, terutama Holcim yang secara berkala mengadakan pelatihan bagi tutor atau pengajar PAUD di desa Bantarjati.

Tabel 16 Jumlah sarana dan prasarana pendidikan Islam di Desa Bantarjati tahun 2016

Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam Jumlah (unit)

PAUD 9

MI 1

MTS 0

MAN 0

Pondok Pesantren 7

Majelis Taklim 7

Berdasarkan data yang diperoleh dari potensi Desa Bantarjati tahun 2016, masih banyak warga yang tidak sekolah. Disusul oleh tingkat pendidikan SLTA/Sederajat.

Tabel 17 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan penduduk Desa Bantarjati 2016

Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Tidak/Belum Sekolah 3950 50.5

Tidak Tamat SD 556 7.1

Tamat SLTP /Sederajat 1595 20.4

Tamat SLTA/Sederajat 1654 21.2

Tamat DI/DII/DIII 23 0.3

Tamat Perguruan Tinggi/ S1 37 0.5

Tamat S2 dan S3 5 0.1

(41)

Profil Pelaksanaan CSR Holcim Gambaran Umum Holcim

Pada tahun 1971 perusahaan Holcim ini bernama PT Semen Cibinong yang sering dikenal dengan semen kujang. Pada awalnya perusahaan ini merupakan perusahaan semen swasta pertama yang beroperasi di Indonesia. Terdapat beberapa penghargaan yang diraih perusahaan ini sebelum berganti nama menjadi Holcim. Perusahaan ini pernah mendapatkan sertifikat internasional bidang sistem mutu atau International Standard Operation (ISO) dari Sociate Generate de Surveillance (SGS) untuk pabrik Narogong dan Cilacap. Selain itu perusahaan ini juga pernah memperoleh ISO 14001 atau sertifikasi internasional di bidang sistem manajemen lingkungan pada pabrik Narogong dan Cilacap. Penghargaan lain yang diterima oleh perusahaan ini adalah pencapaian terbaik di bidang teknologi informasi dari Hewlett Packard. Perusahaan ini juga pernah mendapatkan medali emas di konservasi mutu Indonesia pada tahun 2000.

Pada tahun 2001 perusahaan semen ini mulai menjadi bagian dari grup Holcim dan pada tanggal 1 Januari 2006 perusahaan resmi menjadi PT Holcim Indonesia Tbk. PT Holcim Indonesia Tbk menjadi perusahaan di Grup Holcim Asia Pasifik yang memperoleh akreditasi ISO 9001 dan ISO 14001 untuk seluruh operasionalnya. Saat ini Holcim Indonesia memiliki karyawan sebanyak 2.782 jiwa dan mengoperasikan pabrik semen di Narogong Jawa Barat, Cilacap Jawa Tengah, dan Tuban Jawa Timur. Selain itu Holcim juga memiliki fasilitas penggilingan semen di Ciwandan, Banten dan di Johor Baru, Malaysia dengan kapasitas produksi semen jadi seluruhnya mencapai 11 juta ton semen. Holcim Beton, entitas anak yang seluruh sahamnya dipegang Holcim mengelola beberapa tambang agregat terbesar di Indonesia di samping memasok produk beton siap pakai untuk wilayah Jabodetabek hingga Surabaya di Jawa Timur.

Holcim Indonesia adalah perusahaan terbuka, bagian dari Holcim Group yang berkedudukan di Swiss. PT Holcim Indonesia Tbk adalah produsen semen terbesar ketiga dilihat dari penjualan dan pangsa pasar Indonesia, fasilitas dan jaringan yang terpadu dan terkemuka yang juga mengoperasikan unit usaha beton siap pakai dan agregat. Saham Holcim Indonesia 80,65 persen dipegang oleh Holderfin B.V. dan 19,35 persen saham lainnya dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Holcim Indonesia menjadi anggota Asosiasi Semen Indonesia (ASI), dan sebagai unit usaha di bawah Holcim Group, perusahaan aktif sebagai anggota World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dan anggota pendiri Cement Sustainability Initiative (CSI).

(42)

CSR Holcim

Sebagai perusahaan yang dipengaruhi undang-undang tentang perseroan, Holcim memiliki sebuah Departemen atau divid CSR yang dikenal dengan divisi

Community Relation. Tim community relations dan tim communications terjun untuk ikut mengatasi berbagai persoalan di masyarakat, dan memberi warga kesempatan mengecap manfaat yang dirasakan bersama oleh semua pihak. Pihak

community relations (comrel) menyadarkan warga akan pentingnya kesehatan dan keselamatan diri, serta pendidikan yang lebih baik. Selain itu tim comrel

mengajak masyarakat untuk berswadaya terkait berbagai persoalan pembangunan guna meningkatkan taraf hidup semua pemangku kepentingan.

Pelaksanaan CSR Holcim Pabrik Narogong yang dilakukan oleh divisi

community relation dibagi ke dalam beberapa wilayah. Wilayah pertama yang termasuk ke dalam ring satu diantaranya terdapat Desa Nambo, Desa Kembang Kuning, dan Desa Klapanunggal. Sementara wilayah yang terdapat pada ring dua yaitu Desa Bantarjati, Desa Cikahuripan, serta Desa Lulut. Sedangkan untuk ring tiga terdiri dari Desa Leuwi Karet, Desa Bojong, dan Desa Linggarmukti. Pembagian wilayah ring tersebut didasarkan pada jarak terdekat dari lokasi perusahaan Holcim.

Kegiatan CSR PT Holcim dilaksanakan oleh bagian Community Relation

yang meliputi berbagai bidang diantaranya: 1. Pendidikan

Program yang dilaksanakan pada bidang ini berupaya untuk membantu meningkatkan kualitas masyarakat di desa binaan sekitar wilayah Holcim. Program yang dijalankan dalam bidan ini adalah program beasiswa. Beasiswa diberikan kepada anak-anak yang tergolong tidak mampu khususnya yang memiliki prestasi di sekolahnya yang berasal dari tingkat SMP hingga anak tersebut selesai menjalani pendidikan tingkat SMA. Holcim memberikan 1.491 beasiswa kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu di daerah sekitar ketiga pabrik Holcim yang tengah mengenyam pendidikan di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Selain pendidikan formal, pilar pendidikan juga mengadakan pelatihan-pelatihan bagi warga masyarakat desa binaan, seperti pelatihan keterampilan menjahit, pelatihan kepada tutor atau pengajar PAUD, serta pelatihan tata rias. Pelatihan-pelatihan tersebut diselenggarakan melalui kegiatan posdaya yang juga merupakan binaan dari CSR Holcim.

Kegiatan lain yang begerak di bidang pendidikan adalah program kejuruan berbasis usaha atau Enterprise-based Vocational Education (EVE) dan program pengembangan lulusan perguruan tinggi atau Graduate Development Program

(GDP) yang telah berjalan masing-masing selama 10 dan 9 tahun. Program diselenggarakan dalam rangka meningkatkan taraf pendidikan sekaligus menghasilkan teknisi profesional bagi Holcim. Siswa EVE berjumlah 343 orang, dimana 217 diantaranya telah lulus sedangkan 126 lagi tengah menempuh pendidikan.

2. Pemberdayaan Ekonomi

(43)

mencakup pemberian modal bagi pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) seperti warung melalui dana bergulir dan juga pemberian alat produksi kerajinan.

3. Infrastruktur

Pada bidang infrastruktur, CSR Holcim memberikan bantuan matrial seperti semen dan bahan bangunan lainnya untuk digunakan membangun sarana. Kegiatan yang telah dilakukan oleh CSR Holcim dalam bidang infrastruktur yaitu betonisasi jalan setapak, pembangunan gedung sekolah serta fasilitas olahraga. 4. Sosial

Perusahaan Holcim juga memperhatikan kehidupan sosial masyarakat di desa binaannya. Kegiatan atau bantuan yang dilakukan oleh pihak CSR Holcim dalam bidang ini adalah pembangunan sarana MCK, pemberian tempat sampah, juga pemberian alat pengahancur sampah. Selain itu, Holcim juga memberikan bantuan rutin kepada warga yang kurang mampu seperti anak yatim piatu dan janda tidak mampu berupa bantuan dana. Holcim juga memberikan bantuan kepada masyarakat di desa binaannya seperti pemberian hewan qurban dan bahan sembako setiap hari lebaran.

Kegiatan lain yang dilaksanakan dalam bidang ini adalah melakukan pelayanan kesehatan pada warga masyarakat desa binaan Holcim. Kegiatan yang dilaksanakan secara rutin setiap bulannya oleh Holcim adalah pemberian makanan tambahan pada setiap posyandu. Bantuan kesehatan lainnya pun juga dilaksanakan oleh Holcim dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat desa yaitu adalah kegiatan pengobatan gratis.

Dana yang tersalurkan untuk kegiatan program CSR Holcim dapat diketahui pada tabel 18.

Tabel 18 Jumlah investasi CSR PT Holcim Indonesia Tbk

No. Tahun Jumlah Dana (Rp juta)

1. 2012 15.343

2. 2013 38.476

3. 2014 37.949

Sumber: Laporan kegiatan CSRPT Holcim Indonesia Tbk

Tabel 18 menggambarkan bahwa terdapat fluktuasi selama dua tahun terhadap jumlah investasi CSR Holcim. Dimulai dari tahun 2012 dimana besar investasi CSR yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 15.343 juta. Kemudian pada tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah dana investasi yang cukup besar menjadi Rp 38.476 juta. Selanjutnya pada tahun 2014 terjadi penurunan yang jumlahnya tidak terlalu signifikan dari tahun sebelumnya yaitu menjadi sebesar Rp 37.949 juta.

Gambaran Responden Penelitian

(44)

jenis kelamin mengingat unit analisis penelitian ini adalah individu penerima dan non penerima program CSR.

Tabel 19 Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

Laki-laki 19 31.7

Perempuan 41 68.3

Total 60 100.0

Sebaran usia responden menyebar dari usia 18 tahun hingga 61 tahun. Usia responden dikategorikan ke dalam tiga tingkatan berdasarkan rataan usia seluruh responden, yaitu usia <36 tahun yang termasuk usia muda, usia 36 tahun sampai dengan 45 tahun termasuk ke dalam tingkatan usia sedang, dan usia >45 tahun termasuk ke dalam usia tua.

Tabel 20 Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan tingkat usia

Usia Jumlah (n) Persentase (%)

Muda (<36 tahun) 17 28.3

Sedang (36-45 tahun) 22 36.7

Tua (>45 tahun) 21 35.0

Total 60 100.0

Berdasarkan pendidikan terakhir responden, terdapat 15 persen responden yang tidak tamat sekolah dasar, selanjutnya sebanyak 30 persen responden yang tamat sekolah dasar dan sederajat, kemudian 13,3 persen responden yang tamat sekolah menengah pertama dan sederajat, lalu 20 persen responden yang tamat sekolah menengah atas dan sederajat, sisanya sebanyak 21,7 persen responden tamat perguruan tinggi.

Tabel 21 Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak tamat SD 9 15.0

Tamat SD/sederajat 18 30.0

Tamat SMP/sederajat 8 13.3

Tamat SMA/sederajat 12 20.0

Tamat perguruan tinggi 13 21.7

Total 60 100.0

(45)

dan sisanya sebanyak 60 persen responden termasuk ke dalam kategori lainnya dimana responden tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga.

Tabel 22 Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan Jenis Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)

Petani 1 1.7

Buruh tani 2 3.3

Pegawai negeri 4 6.7

Wirausaha 17 28.3

Lainnya 36 60.0

Total 60 100.0

Jumlah responden penelitian apabila dikategorikan berdasarkan status dalam keluarga, terdapat 33,3 persen responden yang berperan sebagai kepala rumah tangga, lalu 61,7 persen responden berperan sebagai istri atau ibu dalam keluarga, kemudian sebanyak 3,3 persen responden sebagai anak dalam keluarga, dan sisanya sebanyak 1,7 persen sebagai anggota keluarga lainnya.

Tabel 23 Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan status dalam keluarga

Status dalam Keluarga Jumlah (n) Persentase (%)

Kepala rumah tangga 20 33.3

Istri/ibu 37 61.7

Anak 2 3.3

Anggota keluarga lainnya 1 1.7

Total 60 100.0

Berdasarkan jenis program yang diikuti oleh responden, terdapat 11,7 persen responden yang mengikuti program yang bergerak dibidang ekonomi, selanjutnya sebanyak 13,3 persen responden mengikuti program dibidang pendidikan, kemudian sebanyak 8,3 persen responden mengikuti program bidang kesehatan, lalu 1,7 persen responden mengikuti program bidang lingkungan dan sisanya sebanyak 65 persen responden termasuk ke dalam penerima program bidang lainnya dan bukan penerima responden.

Tabel 24 Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jenis program Jenis Program Jumlah (n) Persentase (%)

Ekonomi 7 11.7

Pendidikan 8 13.3

Kesehatan 5 8.3

Lingkungan 1 1.7

Lainnya/tidak ada 39 65.0

(46)

Pelaksanan program CSR di Desa Bantarjati tergambar dalam empat bidang pelaksanaan program CSR Holcim. Program-program atau kegiatan yang berjalan diuraikan dalam bentuk bantuan yang bersifat langsung pada masyarakat. Bantuan yang bergerak dibidang sosial dan kesehatan adalah bantuan pengobatan gratis bagi masyarakat yang kurang mampu serta bantuan pemberian makanan tambahan bagi keluarga yang memiliki balita.

Selanjutnya di bidang infrastruktur, CSR Holcim memberikan bantuan langsung kepada pihak pemerintahan desa dengan menyesuaikan kebutuhan masyarakat. Menurut Kepala Desa Bantarjati, bantuan yang diberikan oleh CSR Holcim untuk bidang infrastruktur adalah berupa bantuan bahan bangunan dan material seperti semen kemudian masyarakat berswadaya untuk membangun sarana dan prasarana di desa.

“... kalau bantuan dari Holcim itu mereka suka ngebantuin buat

ngebangun jalan ya ngasih bahannya aja, jadi masyarakat yang

swadaya ngerjainnya...” (SP, Kepala Desa Bantarjati)

Bantuan yang diberikan dalam bidang pemberdayaan ekonomi, yaitu dana bergulir berupa bantuan permodalan. Pemberian dana diberikan kepada warga yang memiliki usaha. Bantuan lainnya adalah pada bidang pendidikan. Berdasarkan keterangan warga, program beasiswa dari CSR Holcim dilakukan dengan cara sistem seleksi di awal, kemudian setelah itu anak tersebut akan menerima beasiswa sejak SMP hingga anak tersebut lulus SMA. Berdasarkan keterangan responden, bantuan yang diperoleh berupa pemberian dana sebesar Rp 100 000 setiap bulannya. Bantuan dana tersebut diambil setiap tiga bulan sekali, sehingga beberapa responden menyatakan kekecewaannya terhadap bantuan yang diberikan karena merasa bantuan tersebut jumlahnya terlalu kecil.

“... iya anak ibu suka dapet tuh bantuan dari Holcim Cuma seratus ribu sebulan, diambilnya tiap tiga bulan sekali kecil banget neng kaya ga kerasa tapi alhamdulillah anak ibu mah suka juara lomba lari sampe

tingkat provinsi jadi suka dapet hadiahnya juga...” (Un, orang tua

penerima beasiswa Desa Bantarjati)

(47)

IKHTISAR

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah individu yang terbagi ke dalam kategori penerima program dan bukan penerima program di Desa Bantarjati. Sampel yang diambil, merupakan hasil pengacakan dari kerangka sampling atas program CSR yang dijalankan perusahaan Holcim di Desa Bantarjati yang terbagi ke dalam empat bidang yaitu bidang infrastruktur, bidang pemberdayaan ekonomi, bidang pendidikan, dan bidang sosial.

(48)

Gambar

Tabel 2. Perbandingan model pengukuran kinerja CSR
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Tabel 4. Definisi operasional
Tabel 8 Panjang sarana dan prasarana perhubungan di Desa Bantarjati 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : KEPUTUSAN DEWAN HAKIM MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN (MTQ) MAHASISWA NASIONAL XV TAHUN 2017 DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA DAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG TENTANG

Dalam penelitian ini, penulis memperoleh suatu titik temu dari fenomena gerhana bulan penumbra dari kajian ilmu astronomi, kemudian implikasi dari fenomena ini terhadap

Berpengaruh juga dengan perasaan atau kebiasaan, adalah suatu hal kebudayaan suku Karo mengadakan acara-acara upacara dengan Musik Tradisi seperti yang sudah dijelaskan penulis

Sampai Minggu ke-4 penyimpanan, kadar bahan or- ganik pada perlakuan penambahan asam cuka dan nira tidak berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan bahan organik kulit singkong

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menghasilkan media pembelajaran biologi berbasis Adobe Flash Cs4 pada materi pokok avertebrata untuk siswa kelas X SMA/MA, (2)

Keamanan data medis merupakan isu utama, hal ini disebabkan jika terjadi kebocoran data pasien dan rumah sakit untuk disalahgunakan, baik disebarkan melalui internet atau

Tampaknya, kerja kelompok yang umumnya terjadi dalam struktur kelas kategori kedua lebih berpeluang bagi siswa untuk mengembangkan kompetensi komunikatif daripada

Perspektif Keuangan : Peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan keuangan untuk mewujudkan peningkatan produktivitas UMKM, pertanian, peternakan,