• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN

JASA SEKTOR KEUANGAN

HERU HAMONANGAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

(4)

ABSTRAK

HERU HAMONANGAN. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan. Dibimbing oleh FARIDA RATNA DEWI dan R. DIKKY INDRAWAN.

Struktur modal merupakan bauran hutang, saham biasa, maupun saham preferen dari suatu perusahaan. Sektor keuangan sangat erat kaitannya dengan perekonomian suatu negara karena dapat memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi negara. Di Indonesia, perusahaan jasa sektor keuangan juga menjadi salah satu sektor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan yang diperoleh dari data sekunder perusahaan jasa sektor keuangan pada tahun 2012 dan dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modeling. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan jasa sektor keuangan.

Kata Kunci: Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Risiko Bisnis, Pertumbuhan Aktiva

ABSTRACT

HERU HAMONANGAN. An Analysis of Factors that Affect Capital Structure of Financial Sector Services Company. Supervised by FARIDA RATNA DEWI and R. DIKKY INDRAWAN.

Capital structure are the mix of debt, common stock, or preferred stock of a company. The financial sector is very closely related to a nation’s economy because it can make a major contribution to the economic development of the country. In Indonesia, the financial sector services company is one of the sectors that affect economic growth. This research uses financial report derived from secondary data of financial sector services company in 2012 and analyzed using Structural Equation Modeling. The result showed that the variable size of the company has a positive and significant effect on the capital structure. Profitability has a negative and not significant effect on the capital structure. Meanwhile the sales growth, business risk, and asset growth does not affect the capital structure of the financial sector services company.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN

JASA SEKTOR KEUANGAN

HERU HAMONANGAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan

Nama : Heru Hamonangan NIM : H24100157

Disetujui oleh

Farida Ratna Dewi, SE, MM Pembimbing I

R. Dikky Indrawan, SP, MM Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah struktur modal, dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi SE, MM dan Bapak R. Dikky Indrawan SP, MM selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Pengertian Struktur Modal 3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal 3

METODE 4

Kerangka Pemikiran Penelitian 4

Variabel Dependen 5

Variabel Independen 6

Analisis Partial Least Square (PLS) 7

Lokasi dan Waktu Penelitian 7

Jenis dan Sumber Data 7

Populasi dan Sampel 8

Metode Pengolahan dan Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Gambaran Umum Struktur Modal Perusahaan Jasa Sektor Keuangan 9 Analisis Pengaruh Faktor-faktor Struktur Modal terhadap 14 Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan

Evaluasi Model SEM 14

Model Pengukuran (Outer Model) 14

Discriminant Validity 18

Uji Reliabilitas 19

Model Struktural (Inner Model) 19

Implikasi Manajerial 21

SIMPULAN DAN SARAN 21

Simpulan 21

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 24

(10)

DAFTAR TABEL

1 Perusahaan dengan komponen struktur modal tertinggi dan terendah 10 2 Perusahaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi 11 struktur modal tertinggi dan terendah

3 Nilai Loading Factor Awal 15

4 Nilai Loading Factor Akhir 16

5 Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values) 17

6 Nilai AVE masing-masing konstruk 19

7 Nilai Composite Reliability masing-masing konstruk 19

8 Hasil R-Square 19

9 Path Coefficient (Mean, STDEV, T-Values) 20

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 5

2 Model Structural Equation 9

3 Model SEM setelah SG dan BRISK direflektifkan secara 15 langsung terhadap struktur modal

4 Model Akhir SEM 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar sampel Perusahaan Jasa Sektor Keuangan yang 24 listing diBursa Efek Indonesia tahun 2012

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Struktur modal merupakan bauran hutang jangka panjang, hutang jangka pendek, saham biasa, maupun saham preferen dari suatu perusahaan. Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dengan modal sendiri yang digunakan untuk membiayai perusahaan. Struktur modal diperlukan perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasional dan pertumbuhan perusahaan dengan menggunakan sumber-sumber keuangan yang berbeda. Hutang diperoleh dari obligasi ataupun pembayaran jangka panjang sedangkan modal dibagi menjadi saham biasa, saham preferen maupun laba ditahan. Manajer keuangan harus menentukan proporsi dari struktur modal perusahaan sehingga memaksimalkan nilai perusahaan ataupun struktur modal optimal. Struktur modal yang optimal dapat menciptakan kondisi keuangan yang kuat dan stabil.

Penentuan struktur modal merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber dana sehingga dapat digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Pecking Order Theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal daripada eksternal perusahaan. Perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada peckingorder theory adalah internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri) (Saidi, 2004).

Keputusan struktur modal berpengaruh secara langsung terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2001). Banyak faktor-faktor yang digunakan manajer keuangan untuk menentukan struktur modal perusahaan. Brigham dan Houston (2001) mengemukakan faktor-faktor struktur aktiva, stabilitas penjualan, tingkat pertumbuhan, pengendalian, ukuran perusahaan, risiko bisnis, posisi pajak, fleksibilitas keuangan dan konservatisme merupakan faktor-faktor yang menentukan struktur modal perusahaan. Sedangkan menurut Flydenberg dalam Kartini dan Arianto (2008) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah aktiva tetap, profitabilitas, risiko, ukuran perusahaan, pajak, struktur kepemilikan, dan pertumbuhan.

(12)

2

Indonesia pada tahun 2012 (BPS, 2013). Selain itu selama periode ini, terjadi pertumbuhan yang sangat pesat pada sektor ini khususnya pada sub sektor perbankan dimana membuat persaingan yang semakin ketat diantara para pelaku usaha (BI, 2013). Kestabilan sektor keuangan sangatlah penting untuk dilakukan. Ketidakstabilan sektor keuangan dapat menimbulkan dampak yang buruk seperti hilangnya kepercayaan masyarakat dan menurunnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan suatu negara.

Berdasarkan uraian di atas penentuan keputusan menggunakan struktur modal yang efektif dan efisien perlu dilakukan terutama pada perusahaan jasa sektor keuangan, maka penelitian penting dilakukan terutama tentang ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan? 2. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan,

risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan?

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis gambaran struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan. 2. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan

penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan.

Manfaat Penelitian

(13)

3

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dengan judul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan ini merupakan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 dan memiliki laporan keuangan yang lengkap. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dalam penelitian ini yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva. Perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri dari beberapa subsektor yaitu subsektor perbankan, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, asuransi, dan subsektor keuangan lainnya. Perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 ada sebanyak 67 perusahaan. Namun dikarenakan masih banyaknya laporan keuangan yang tidak lengkap dan masih banyaknya perusahaan yang belum menerbitkan laporan keuangannya pada periode 2012 sehingga penelitian ini tidak mengambil seluruh perusahaan jasa keuangan dan diperoleh sampel sebanyak 44 perusahaan sektor jasa keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Lampiran 1).

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Struktur Modal

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007), struktur modal merupakan pendanaan permanen jangka panjang yang diwakili oleh hutang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Ukuran Perusahaan

Menurut Kartini dan Tulus Arianto (2008) ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan berapa besar kebijakan keputusan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau besarnya aset perusahaan. Ukuran Perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditujukan pada total aktiva dan jumlah penjualan (Bambang Riyanto, 2001). Penelitian yang dilakukan Imam Ghozali dan Hendrajaya (2000) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap struktur modal perusahaan.

Profitabilitas

(14)

4

Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan adalah ukuran mengenai besarnya pendapatan per saham perusahaan yang diperbesar oleh leverage (Weston dan Copeland, 1997:35). Menurut Yuniningsih (2002) bahwa untuk meningkatkan nilai perusahaan selain membuat kebijakan dividen perusahaan juga dituntut untuk tumbuh. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi kecenderungan penggunaan hutang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat penjualannya rendah (Mayangsari, 2001).

Risiko Bisnis

Risiko bisnis merupakan risiko dimana perusahaan tidak mampu menutup biaya operasionalnya (Sunjaja & Barlian, 2003:287). Semakin besar pengaruh operasi perusahaan dengan penggunaan biaya tetap akan semakin tinggi risiko bisnisnya. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung mempunyai struktur modal yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan risiko bisnis yang rendah. Risiko bisnis dalam penelitian ini diukur dengan risiko operasi. Berkaitan adanya keputusan leverage operasi, perusahaan akan menanggung risiko, yang disebut risiko bisnis.

Pertumbuhan Aktiva

Aktiva biasanya dibedakan menjadi dua komponen yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar terdiri dari kas, piutang maupun investasi jangka pendek sedangkan aktiva tidak lancar terdiri dari aktiva tetap dan aktiva berwujud. Pertumbuhan aktiva menggambarkan kenaikan atau penurunan aktiva setiap tahun. Pertumbuhan total aktiva biasanya menggambarkan pertumbuhan perusahaan tersebut. Oleh karena itu pertumbuhan total aktiva cenderung berdampak positif terhadap struktur modal perusahaan

METODE

Kerangka Pemikiran

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal ini dilakukan pada perusahaan jasa sektor keuangan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menganalisis laporan keuangannya. Faktor-faktor yang dipilih yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva serta dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) sehingga diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Selanjutnya, hasil dari penelitian dapat menjadi suatu referensi dan manfaat baik bagi industri keuangan maupun investor.

(15)

5

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau tergantung oleh variabel lain. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur modal yang dapat dilihat dari obligasi, saham biasa maupun saham preferen yang dimiliki perusahaan tersebut.

Struktur Modal

Perusahaan Jasa Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Laporan Keuangan Perusahaan Jasa Sektor Keuangan

Structural Equation Modeling (SEM)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Investor Perusahaan Sektor

Keuangan

Ukuran Perusahaan Profitabilitas Pertumbuhan Penjualan

(16)

6

Variabel Independen

1. Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari total aktiva dan total penjualan dari perusahaan tersebut (Bambang Riyanto, 2001).

2. Profitabilitas

Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan (Brigham dan Houston, 2001). Pada umumnya perusahaan lebih suka pendapatan yang mereka terima digunakan sebagai sumber utama dalam pembayaran untuk investasi. Apabila sumber dari dalam perusahaan tidak mencukupi, maka alternatif lain yang digunakan adalah dengan menggunakan hutang. Untuk mengukur profitabilitas dapat menggunakan beberapa cara antara lain yaitu profit margin, ROA, dan ROE.

ROA (Return On Asset) = EAT

EAT (Earning After Tax) adalah selisih antara jumlah keseluruhan pendapatan setelah dikurangi beban dan jumlah pajak yang dikenakan dalam jangka waktu tertentu.

Net Sales adalah jumlah total semua penjualan setelah dikurangi potongan penjualan dan retur penjualan.

3. Pertumbuhan penjualan

Pertumbuhan penjualan diukur berdasarkan perbandingan antara net sales periode sekarang (�� ���� t) dikurangi periode sebelumnya (�� ���� t1) terhadap net sales periode sebelumnya (�� ���� t1).

Pertumbuhan Penjualan = �� ���� t−�� ���� t−1

�� ���� t−1

4. Risiko bisnis

Risiko bisnis merupakan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Risiko bisnis merupakan tingkat volatilitas pendapatan yang tinggi dari perusahaan yang akan mempunyai profitabilitas kebangkrutan yang tinggi. Semakin besar pengaruh operasi perusahaan dengan penggunaan biaya tetap akan semakin tinggi risiko bisnisnya. Risiko bisnis dalam penelitian ini menggunakan cara yang digunakan oleh Indriyo (2002) yaitu dengan rumus DOL (Degree of Operating Leverage) dan diberi lambang BRISK.

Risiko bisnis (BRISK) = Pertumbuhan EBIT

Pertumbuhan �� ����

Keterangan:

DOL dalam penelitian ini dilambangkan dengan BRISK.

EBIT (Earning Before Interest and Tax) adalah pendapatan suatu perusahaan sebelum dikurangi beban dan jumlah pajak pada periode tahun tertentu.

(17)

7 5. Pertumbuhan aktiva

Pertumbuhan aktiva merupakan peningkatan atau penurunan aktiva yang dimiliki suatu perusahaan. Pertumbuhan aktiva dihitung sebagai tingkat perubahan aktiva pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya (Saidi, 2004). Dalam penelitian ini pertumbuhan aktiva dibagi menjadi dua yaitu pertumbuhan aktiva lancar dan pertumbuhan aktiva tidak lancar.

Pertumbuhan aktiva lancar = Aktiva Lancar Tahunt− Aktiva Lancar Tahunt−1

Aktiva Lancar Tahun t−1

Pertumbuhan aktiva = Aktiva tdk Lancar Tahunt− Aktiva tdk Lancar Tahunt−1

Aktiva tdk Lancar Tahunt1

tidak lancar

Analisis Partial Least Square (PLS)

Analisis penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) yang diolah menggunakan SMART PLS 2.0 M3. Pada penelitian ini terdapat enam variabel laten. Variabel laten tersebut diantaranya Struktur Modal (Capital Structure), Ukuran Perusahaan (Size), Profitabilitas (Profitability), Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth), Risiko Bisnis (Business Risk), dan Pertumbuhan Aktiva (Asset Growth). Masing-masing variabel laten tersebut memiliki indikator (manifest). Variabel laten struktur modal memiliki indikator (manifest) yaitu obligasi (OB), saham biasa (SB), dan saham preferen (SP). Untuk variabel laten ukuran perusahaan memiliki indikator (manifest) yaitu total aktiva (TA) dan total penjualan (TP). Variabel laten profitabilitas memiliki indikator (manifest) yaitu return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan net profit margin (NPM). Sementara itu variabel laten pertumbuhan penjualan dan risiko bisnis masing-masing memiliki satu indikator (manifest) yaitu sales growth (SG) untuk pertumbuhan penjualan dan business risk (BRISK) untuk risiko bisnis. Sedangkan variabel laten pertumbuhan aktiva memiliki indikator (manifest) yaitu pertumbuhan aktiva lancar (AL) dan pertumbuhan aktiva tidak lancar (ATL).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Perusahaan yang diteliti merupakan perusahaan jasa sektor keuangan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) periode tahun 2012. Waktu penelitian yaitu selama lima bulan dari bulan Desember 2013 sampai April 2014.

Jenis dan Sumber Data

(18)

8

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012. Pengambilan sampel menggunakan pendekatan metode purposive sampling dimana tidak semua anggota populasi dijadikan sampel dalam penelitian, hanya sebagian saja berdasarkan kriteria tertentu. Beberapa kriteria pemilihan sampel tersebut sebagai berikut:

1. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai emiten periode tahun 2012. 2. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah

perusahaan-perusahaan jasa di sektor keuangan.

3. Perusahaan menyajikan laporan keuangan yang lengkap pada tahun 2012. 4. Perusahaan memiliki laba bersih positif pada tahun 2012.

Berdasarkan kriteria di atas, terdapat 44 perusahaan jasa sektor keuangan yang terpilih sebagai sampel (Lampiran 1).

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Structural Equation Modeling (SEM)

Structural equation modeling (SEM) merupakan teknik statistik yang digunakan untuk membangun dan menguji model statistik yang biasanya dalam bentuk model-model sebab akibat. Penelitian ini menggunakan Partial Least Square. Menurut Ghozali (2012), Partial Least Square (PLS) merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis kovarian menjadi berbasis varian. Dinyatakan oleh Wold dalam Ghozali (2012), metode ini merupakan metode yang sangat kuat, karena tidak didasarkan oleh banyak asumsi, data tidak harus terdistribusi dengan normal multivariat dan untuk bahan sampel tidak harus besar.

Dua variabel utama dalam penggunaan SEM adalah variabel tidak terukur/laten (construct variable) dan variabel terukur/manifes (observed variable). Model dari penelitian ini menggunakan 6 variabel laten (konstruk) yaitu ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan aktiva, profitabilitas serta struktur modal. Variabel manifes dari ukuran perusahaan dibatasi pada total aktiva dan total penjualan. Profitabilitas dibatasi pada variabel manifes ROA, ROE dan NPM. Penelitian untuk pertumbuhan penjualan dan risiko bisnis dibatasi pada variabel manifes nilai pertumbuhan penjualan dan nilai risiko bisnis. Pertumbuhan aktiva dibatasi pada manifes pertumbuhan aktiva lancar dan pertumbuhan aktiva tidak lancar. Sedangkan untuk struktur modal memiliki tiga variabel manifes yaitu obligasi, saham biasa, dan saham preferen.

(19)

9 H1 : Ukuran Perusahaanberpengaruh positif terhadap Struktur Modal

H2 : Profitabilitasberpengaruh negatif terhadap Struktur Modal

H3 : Pertumbuhan Penjualan berpengaruh positif terhadap Struktur Modal H4 : RisikoRisnis berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal

H5 : Pertumbuhan Aktiva berpengaruh positif terhadap Struktur Modal

Gambar 2 Model Structural Equation

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Struktur Modal Perusahaan Jasa Sektor Keuangan

(20)

10

Pada periode 2012 terdapat 67 perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia. Ada sebanyak 29 perusahaan di sub sektor perbankan, 10 perusahaan masing-masing di sub sektor perusahaan asuransi, perusahaan efek dan lembaga pembiayaan, serta sebanyak 8 perusahaan di sub sektor keuangan lainnya. Namun selama periode tersebut hanya 44 perusahaan yang digunakan sebagai sampel (Lampiran 1). Hal ini dikarenakan masih banyaknya laporan keuangan perusahaan yang belum diterbitkan dan laporan keuangan yang tidak lengkap pada periode 2012. Tabel 1 berikut menunjukkan perusahaan-perusahaan dengan struktur modal tertinggi dan terendah pada perusahaan jasa sektor keuangan (selengkapnya Lampiran 2) sedangkan pada Tabel 2 menunjukkan perusahaan-perusahaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal tertinggi dan terendah.

Tabel 1 Perusahaan dengan komponen struktur modal tertinggi dan terendah

Komponen Prosentase (%) Nama Perusahaan

OB Tertinggi 93 PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk Terendah 13,5 PT Minna Padi Investama Tbk

SB Tertinggi 86,4 PT Minna Padi Investama Tbk

Terendah 6,8 PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk SP Tertinggi 31,5 PT Arthavest Tbk

Terendah -0,0094 PT Reliance Securities Tbk OB: Obligasi, SB: Saham Biasa, SP: Saham Preferen.

Berdasarkan Tabel 1, prosentase komposisi Obligasi (OB) tertinggi yaitu pada perusahaan PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk dengan prosentase mencapai 93%. PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk menjadi perusahaan yang memiliki prosentase komposisi obligasi tertinggi dimana sebagian besar diperoleh dari penerbitan obligasi subordinasi rupiah. Sedangkan prosentase komposisi Obligasi (OB) terendah yaitu pada perusahaan PT Minna Padi Investama Tbk dengan prosentase mencapai 13,5% dimana sebagian besar obligasi berasal dari hutang lembaga kliring dan penjaminan.

Pada Saham Biasa (SB), PT Minna Padi Investama Tbk menjadi perusahaan yang memiliki prosentase komposisi saham biasa tertinggi sebesar 86,4% sedangkan PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk menjadi perusahaan yang memiliki prosentase komposisi saham biasa terendah sebesar 6,8%. Hal ini dikarenakan pada tahun 2012 PT Minna Padi Investama Tbk mengambil kebijakan penguatan struktur modal dengan menggunakan dana yang dihimpun dari saham biasa sehingga komposisi obligasi maupun saham preferen menjadi rendah. Sebaliknya pada tahun tersebut, PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk mengambil kebijakan penguatan struktur modal dengan menggunakan obligasi sehingga komposisi saham biasa dan saham preferen menjadi rendah.

(21)

11 nilai wajar aset moneter yang diakuisisi diturunkan secara proporsional dan berdampak terhadap komposisi saham preferennya.

Tabel 2 Perusahaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal tertinggi dan terendah

Ukuran Perusahaan (Size) Komponen Nilai Komponen

(Rupiah)a

Nama Perusahaan

TA Tertinggi 551.336.790.000 PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk Terendah 369.987.337 PT Arthavest Tbk

TP Tertinggi 58.000.153.000 PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk Terendah 39.344.539 PT Minna Padi Investama Tbk

Profitabilitas (Profitability) Komponen Nilai Komponen

(%)

Nama Perusahaan ROA Tertinggi 14,43 PT Panin Sekuritas Tbk

Terendah 0,0139 PT Bank ICB Bumiputera Tbk

ROE Tertinggi 28,8 PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk Terendah 0,1452 PT Bank ICB Bumiputera Tbk

NPM Tertinggi 56,76 PT Minna Padi Investama Tbk Terendah 0,1374 PT Bank ICB Bumiputera Tbk

Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth)

Komponen Nilai Komponen Nama Perusahaan

SG Tertinggi 1,68 PT Bank Pundi Indonesia Tbk Terendah -0,1559 PT Bank ICB Bumiputera Tbk

Risiko Bisnis (Business Risk)

Komponen Nilai Komponen Nama Perusahaan BRISK Tertinggi 65,93 PT Reliance Securities Tbk

Terendah -29,2707 PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk Pertumbuhan Aktiva (Asset Growth)

Komponen Nilai Komponen Nama Perusahaan AL Tertinggi 2,65 PT Bank Nationalnobu Tbk

Terendah -0,2254 PT Kresna Graha Sekurindo Tbk

ATL Tertinggi 2,93 PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Terendah -0,2579 PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk

0aAngka-angka dinyatakan dalam ribuan rupiah

TA: Total Aktiva, TP: Total Penjualan, ROA: Return on Asset,ROE: Return on Equity, NPM: Net Profit Margin, SG: Sales Growth, BRISK: Risiko Bisnis, AL: Aktiva Lancar, ATL: Aktiva Tidak Lancar.

(22)

12

Sedangkan indikator Total Aktiva (TA) dan Total Penjualan (TP) terendah terjadi pada PT Arthavest Tbk dan PT Minna Padi Investama Tbk masing-masing sebesar Rp 369.987.337.000 dan Rp 39.344.539.000. Rendahnya total aktiva PT Arthavest Tbk disebabkan terjadinya penurunan pada aset lancar dan aset tidak lancar di tahun 2012 sebesar 9,06% dan 2,26%. Penurunan tersebut terjadi dikarenakan turunnya kas atau setara kas, biaya dibayar dimuka, dan menurunnya uang muka pembelian aset tetap. Sementara itu Total Penjualan (TP) terendah terjadi pada perusahaan PT Minna Padi Investama Tbk dari perusahaan keuangan sub sektor perusahaan efek. Kontribusi terbesar Total Penjualan (TP) PT Minna Padi Investama Tbk diperoleh dari keuntungan atas perdagangan efek yang telah terealisasi selama tahun 2012.

(23)

13 dibandingkan pendapatannya sehingga mengakibatkan PT Bank ICB Bumiputera Tbk mengalami kerugian.

Nilai tertinggi pada indikator Pertumbuhan Penjualan (SG) yaitu PT Bank Pundi Indonesia Tbk dengan nilai pertumbuhan penjualan sebesar 1,68. PT Bank Pundi Indonesia Tbk memperoleh nilai pertumbuhan penjualan tertinggi dikarenakan pendapatannya yang meningkat dari Rp 593.473.000.000 pada tahun 2011 menjadi Rp 1.593.676.000.000 di tahun 2012 dimana pendapatan terbesarnya berasal dari pendapatan bunga. Sedangkan nilai terendah indikator Pertumbuhan Penjualan (SG) yaitu PT Bank ICB Bumiputera Tbk dengan nilai pertumbuhan penjualan sebesar -0,1559. PT Bank ICB Bumiputera memperoleh nilai pertumbuhan penjualan terendah dikarenakan pendapatan pada tahun 2012 yang menurun baik pendapatan bunga maupun pendapatan operasional lainnya. Menurunnya pendapatan PT Bank ICB Bumiputera dikarenakan dampak dari persaingan yang semakin ketat antara bank-bank umum di industri perbankan Indonesia yang tumbuh pesat di tahun 2012. Sementara itu, Risiko Bisnis (BRISK) tertinggi terjadi pada PT Reliance Securities Tbk dengan tingkat risiko bisnis mencapai 65,93. PT Reliance Securities Tbk memperoleh tingkat risiko bisnis tertinggi dikarenakan perbandingan pertumbuhan laba bersih sebelum pajak terhadap pertumbuhan penjualan yang terbesar. Selain itu terjadi peningkatan laba sebelum pajak (EBIT) yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan pendapatannya sehingga mengakibatkan perbandingan (rasio) antara pertumbuhan EBIT dengan pertumbuhan pendapatan yang tertinggi. Hal ini juga menandakan bahwa PT Reliance Securities Tbk memiliki struktur modal yang lebih rendah diantara perusahaan jasa sektor keuangan lainnya. Sedangkan risiko Bisnis (BRISK) terendah terjadi pada PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk dengan tingkat risiko bisnis mencapai -29,2707. PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk memperoleh tingkat risiko bisnis terendah dikarenakan perbandingan pertumbuhan laba bersih sebelum pajak (EBIT) terhadap pertumbuhan pendapatan yang terkecil diantara perusahaan jasa sektor keuangan lainnya. Risiko bisnis pada PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk menjadi negatif disebabkan oleh total pendapatan mereka sepanjang tahun 2012 yang mengalami penurunan sebesar 2,6% walaupun mereka mencatatkan kenaikan laba bersih sebelum pajak (EBIT).

(24)

14

587.553.000.000 dari tahun 2011 hingga tahun 2012 dimana penyumbang aktiva tidak lancar terbesarnya berasal dari aset tetap (fixed assets). Sedangkan pertumbuhan aktiva tidak lancar (ATL) terendah terjadi pada perusahaan jasa keuangan sub sektor lembaga pembiayaan yaitu PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk dengan nilai -0,2579. Rendahnya pertumbuhan aktiva tidak lancar (ATL) PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk disebabkan karena perseroan tersebut mengalami penurunan total aset dibandingkan tahun 2011 sebesar 14,3% yang sebagian besarnya berasal dari penurunan aktiva tidak lancarnya sebesar 25,8%.

Analisis Pengaruh Faktor-faktor Struktur Modal terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan

Evaluasi Model SEM (Structural Equation Modeling)

Partial Least Square (PLS) tidak memiliki syarat adanya asumsi distribusi tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk menguji atau mengevaluasi signifikansi tidak diperlukan (Chin 1998; Chin dan Newsted 1999). Oleh karena itu, evaluasi model PLS berdasarkan pada orientasi prediksi yang mempunyai sifat non-parametrik sehingga model evaluasi PLS dilakukan dengan evaluasi model pengukuran (outer model) dan evaluasi model struktural (inner model).

Model Pengukuran (Outer Model)

(25)

15

Gambar 3 Model SEM setelah SG dan BRISK direflektifkan secara langsung terhadap struktur modal

Pada penelitian ini, indikator dibawah 0,5 dihapus atau dropping. Indikator yang memiliki nilai loading factor dibawah 0,5 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai Loading Factor Awal

Konstruk Indikator Perusahaan Jasa SektorKeuangan Nilai

Struktur Modal

Obligasi 0,963

Saham Biasa 0,978

Saham Preferen 0,122

Sales Growth -0,389

Business Risk 0,228

Ukuran Perusahaan Total Aktiva 0,969

Total Penjualan 0,966

Profitabilitas

Return on Asset -0,025

Return on Equity 0,880

Net Profit Margin 0,705

Pertumbuhan Aktiva Aktiva Lancar 1,000

Aktiva tidak Lancar 0,092

(26)

16

Gambar 4 Model akhir SEM

Tabel 4 berikut ini merupakan tabel dimana nilai loading factor untuk setiap indikator sudah di atas 0,5 yang menunjukkan masing-masing indikator mereflektifkan variabel latennya (konstruk).

Tabel 4 Nilai Loading Factor Akhir

Konstruk Indikator Perusahaan Jasa Sektor Keuangan Nilai

Struktur Modal OB 0,984

SB 0,984

Ukuran Perusahaan TA 0,969

TP 0,965

Profitabilitas ROE 0,875

NPM 0,883

(27)

17 Tabel 5 Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)

Original

Profitability 0.883390 0.877455 0.045497 0.045497 19.416328 OB <-

Capital Structure

0.984493 0.985068 0.007727 0.007727 127.417509

ROE <-

Profitability 0.874968 0.872994 0.042052 0.042052 20.806719 SB <-

Capital Structure

0.984497 0.985051 0.007792 0.007792 126.353118

TA <- Size 0.969443 0.970486 0.010685 0.010685 90.731202 TP <- Size 0.964758 0.965130 0.015281 0.015281 63.136146

Pada model awal SEM seperti Gambar 2 dapat dilihat bahwa variabel laten pertumbuhan penjualan dan risiko bisnis masing-masing memiliki satu indikator sehingga kedua konstruk itu harus direflektifkan secara langsung terhadap struktur modal. Dengan demikian muncul sebuah model awal yang baru pada SEM seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Setelah itu dilakukan calculate yang menghasilkan nilai faktor loading sales growth (SG) dan business risk (BRISK) masing masing sebesar -0,389 dan 0,228. Oleh karena nilai faktor loading di bawah 0,5 maka manifest sales growth (SG) dan business risk (BRISK) harus dihapus dari model. Hal ini menjelaskan bahwa pada perusahaan jasa sektor keuangan manifest sales growth (SG) dan business risk (BRISK) yang mewakili konstruk pertumbuhan penjualan dan risiko bisnis tidak berpengaruh sama sekali terhadap struktur modal atau tidak dapat menjelaskan variabel laten struktur modal. Hal ini dapat dilihat dalam karakteristik perusahaan jasa sektor keuangan dimana menerima risiko dalam bentuk penghargaan serta kebanyakan keputusan usaha melibatkan keseimbangan risiko dan penghargaan. Semakin besar risiko maka semakin besar pula penghargaan yang akan diterima. Pada perusahaan jasa sektor keuangan, keseimbangan ini terlihat jelas pada investasi usaha seperti melibatkan pembelian mesin ataupun pengenalan produk baru, tarif bunga atas pinjaman dan premi pada polis asuransi didasari asumsi risiko yang akan terjadi. Sedangkan pengukuran kinerja penjualan lebih difokuskan pada volume penjualan (pendapatan) dan bukan hanya sekedar tingkat laba, komisi didasarkan atas premi tahun pertama atau awal tahun, dan atas jumlah polis yang tertulis. Oleh karena itu dapat disimpulkan tinggi atau rendahnya pertumbuhan penjualan maupun risiko bisnis suatu perusahaan keuangan tidak akan mempengaruhi manajemen dalam menentukan struktur modalnya. Sementara itu dapat dianalisis bahwa pada variabel laten struktur modal (capital structure) dilakukan aktivitas dropping yaitu pada SP (saham preferen) yang dikarenakan pada indikator tersebut nilai faktor loadingnya (0,122) kurang dari 0,5. Pengaruh saham preferen terhadap struktur modal pada industri keuangan tidak kuat dikarenakan sebagian besar saham dalam industri ini berasal dari saham pemegang kendali atau saham biasa.

(28)

18

yang di atas 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan dapat diukur dengan melihat total aktiva maupun total penjualan perusahaan tersebut dimana baik total aktiva maupun total penjualan memiliki peranan yang sama penting pada perusahaan jasa sektor keuangan. Indikator total aktiva dan total penjualan pada perusahaan jasa sektor keuangan dapat dilihat dari nilai faktor loadingnya dengan masing-masing memiliki nilai 0,969 dan 0,965. Nilai faktor loading kedua indikator tersebut mendekati nilai 1,000 dimana semakin tinggi nilai faktor loading maka semakin merefleksikan indikator terhadap variabel laten (konstruk). Kebanyakan aset pada perusahaan jasa sektor keuangan pada umumnya merupakan aset moneter. Nilai aset moneter lebih mudah diukur daripada aset fisik lainnya seperti gedung, peralatan, serta hak paten dan aktiva tak berwujud lainnya. Sedangkan total penjualan pada perusahaan jasa sektor keuangan sebagian besar berasal dari pendapatan bunganya dan tingkat laba dari banyak transaksi tidak bisa diukur hingga bertahun-tahun setelah komitmen dilakukan.

Pada variabel laten profitabilitas (profitability) hanya indikator ROA (Return on Asset) yang dihilangkan dari model dikarenakan nilai faktor loadingnya (-0,025) di bawah 0,5. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang tidak kuat ROA terhadap profitabilitas dalam industri ini dikarenakan pada umumnya pengukuran menggunakan ROA hanya berfokus pada tujuan jangka pendek sementara itu perusahaan jasa sektor keuangan memfokuskan pada tujuan jangka panjang begitu pula dengan perusahaan lain pada umumnya.

Variabel laten pertumbuhan aktiva (asset growth), faktor loading ATL (aktiva tidak lancar) kurang dari 0,5 sehingga harus dibuang (dropping) sedangkan AL (aktiva lancar) awalnya memiliki nilai lebih dari 0,5 sehingga tidak dilakukan proses dropping sehingga hanya AL yang merefleksikan variabel laten pertumbuhan aktiva. Namun dikarenakan variabel laten pertumbuhan aktiva hanya memiliki indikator AL maka indikator AL harus langsung merefleksikan struktur modal. Setelah dilakukan calculate kembali, ternyata faktor loading AL menjadi kurang dari 0,5 sehingga indikator AL juga harus dibuang dari model. Hal ini menunjukkan bahwa pada perusahaan jasa sektor keuangan tingkat pertumbuhan aktiva perusahaan yang diwakili oleh indikator AL dan ATL tidak bisa menjelaskan variabel laten struktur modal (capital structure). Aktiva lancar pada perusahaan jasa sektor keuangan sebagian besar terdiri dari investasi dan piutang pembiayaan, portofolio efek, deposito dan kas. Sedangkan aktiva tidak lancar pada perusahaan jasa sektor keuangan sebagian besar terdiri dari aset tetap dan aset lainnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan tinggi atau rendahnya pertumbuhan aktiva lancar maupun aktiva tidak lancar suatu perusahaan keuangan tidak akan mempengaruhi manajemen dalam menentukan struktur modalnya.

Discriminant Validity

Validitas discriminant bertujuan untuk menentukan valid atau tidaknya variabel konstruk. Cara yang dapat digunakan untuk menguji validitas discriminant adalah dengan melihat nilai AVE (Average Variance Extracted) setiap konstruk. Suatu konstruk dikatakan valid jika nilai AVE lebih besar dari 0,5

(29)

19 Tabel 6 Nilai AVE masing-masing konstruk

Nilai AVE

Capital Structure 0,969231 Profitability 0,772974

Size 0,935289

Dari Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa nilai AVE masing-masing konstruk yaitu Struktur Modal (Capital Structure), Profitabilitas (Profitability), dan Ukuran Perusahaan (Size) valid dikarenakan AVE > 0,5

Uji Reliabilitas

Selain uji validitas, pengukuran model juga dilakukan untuk menguji reliabilitas suatu konstruk. Uji reliabilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi, dan ketepatan instrument dalam mengukur konstruk (Ghozali 2012). Untuk mengukur reliabilitas dapat menggunakan dua cara yaitu Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability. Namun demikian nilai Cronbach’s Alpha yang dihasilkan PLS sedikit under estimate sehingga lebih disarankan untuk menggunakan Composite Reliability (Ghozali 2012). Konstruk dikatakan reliabel jika nilai Composite Reliability di atas 0,70.

Tabel 7 Nilai Composite Reliability masing-masing konstruk

Composite Reliability

Capital Structure 0.984375 Profitability 0.871949

Size 0.966563

Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat disimpulkan bahwa masing-masing konstruk atau variabel laten adalah reliabel atau memenuhi uji reliabilitas.

Model Struktural (Inner Model)

Model Struktural atau inner model menggambarkan hubungan antara variabel laten (konstruk) yang dievaluasi menggunakan R-Square untuk konstruk dependen. Berikut nilai R-Square untuk masing-masing konstruk atau peubah laten:

Tabel 8 Hasil R-Square

Tabel di atas menunjukkan bahwa struktur modal dapat dijelaskan oleh karakteristik ukuran perusahaan dan profitabilitas sebesar 96,9% dan sisanya sebesar 3,1% dijelaskan variabel lain. Kemudian struktur modal tidak dapat dijelaskan oleh karakteristik pertumbuhan penjualan, risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva.

R-Square Capital Structure 0.969601

(30)

20

Evaluasi model dilakukan dengan melihat nilai signifikansi untuk mengetahui pengaruh antar variabel konstruk melalui prosedur bootstrapping. Untuk melihat pengaruh antar variabel laten (konstruk) dapat dilihat dari T-Statistiknya. Nilai signifikansi yang digunakan pada penelitian ini adalah T Value = 1,96 (significance level = 5%). Jika T-Statistik > 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa variabel laten berpengaruh signifikan. Selanjutnya, jika Original Sample > 0 maka variabel laten memiliki pengaruh positif sebaliknya jika Original Sample < 0 maka variabel laten memiliki pengaruh negatif. Tabel 8 berikut ini menunjukkan koefisien untuk setiap jalur hipotesis dan nilai t statistiknya yang diperoleh menggunakan metode bootstrapping.

Tabel 9 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)

-0.009960 -0.010111 0.011135 0.011135 0.894485 Size ->

Capital Structure

0.987375 0.987854 0.005884 0.005884 167.806538

Berdasarkan Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa variabel laten (konstruk) profitabilitas (profitability) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal (capital structure). Memiliki pengaruh negatif dikarenakan nilai pada original sample (-0,009960) dimana nilainya berada di bawah nol, sedangkan pengaruh tidak signifikan dapat dilihat dari T Statisticsnya (0,894485) yang lebih kecil dari 1,96 pada selang kepercayaan 5%. Hasil ini sesuai dengan teori Pecking Order yang mengatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka semakin rendah struktur modalnya dikarenakan perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebagai sumber pembiayaan. Hubungan antara variabel laten ukuran perusahaan (Size) terhadap struktur modal (capital structure) memiliki pengaruh positif dan signifikan pada selang kepercayaan 5%. Hal ini dilihat dari nilai original sample (0,987375) dimana nilainya berada di atas nol dan nilai T Statistics (167,806538) dimana nilainya lebih besar dari 1,96. Hal ini dikarenakan ukuran perusahaan yang besar maka akan mempermudah perusahaan jasa keuangan untuk memperoleh penilaian kredit yang baik atas pinjaman-pinjaman yang dilakukan dan memperoleh tingkat bunga yang lebih rendah atas pinjamannya. Selain itu, perusahaan jasa keuangan yang besar dimana sahamnya tersebar luas akan lebih berani mengeluarkan saham yang baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan jasa keuangan yang kecil.

(31)

21 tidak akan mempengaruhi perusahaan jasa sektor keuangan dalam menentukan keputusan struktur modalnya.

Implikasi Manajerial

Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal yang menunjukkan ukuran perusahaan yang diukur menggunakan manifest total aktiva dan total penjualan yang besar akan mempermudah manajemen untuk menarik investor maupun mendapatkan pinjaman sehingga manajemen perusahaan keuangan haruslah memperhatikan ukuran perusahaan karena semakin besar ukuran perusahaan maka struktur modalnya juga semakin besar dimana jasa keuangan membutuhkan aset dalam jumlah banyak. Selain itu hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel seperti ukuran perusahaan dan profitabilitas mempengaruhi struktur modal perusahaan jasa sektor keuangan dimana variabel-variabel tersebut merupakan variabel-variabel yang dapat dikendalikan perusahaan sehingga dengan memperhatikan variabel-variabel tersebut diharapkan dapat menentukan kebijakan struktur modal yang paling optimal serta meningkatkan nilai perusahaan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan jasa sektor keuangan maka dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan struktur modal pada perusahaan jasa sektor keuangan dapat dilihat dari ukuran perusahaan maupun profitabilitas perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari indikator total aktiva dan total penjualan perusahaan tersebut sedangkan profitabilitasnya dapat dilihat dengan menggunakan indikator return on equity (ROE) dan net profit margin (NPM). Komposisi obligasi, saham biasa, dan saham preferen tertinggi terjadi pada perusahaan PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk, PT Minna Padi Investama Tbk, dan PT Arthavest Tbk sedangkan komposisi obligasi, saham biasa, dan saham preferen terendah berturut-turut terjadi pada perusahaan PT Minna Padi Investama Tbk, PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk, dan PT Reliance Securities Tbk. Dari hasil penelitian dapat juga disimpulkan bahwa komposisi rata-rata struktur modal pada perusahaan jasa sektor keuangan dimana terdiri dari obligasi sebesar 74%, saham biasa sebesar 24% dan saham preferen sebesar 2%.

(32)

22

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian adalah

1. Bagi perusahaan jasa sektor keuangan sebaiknya sebelum menentukan struktur modal agar terlebih dahulu memperhatikan variabel ukuran perusahaan dan profitabilitas. Dengan memperhatikan variabel ukuran perusahaan dan profitabilitas, perusahaan dapat memutuskan struktur modal yang sesuai dan optimal.

2. Agar variabel-variabel yang mempengaruhi struktur modal memperoleh hasil yang akurat dan keputusan struktur modal terlihat jelas setiap tahunnya maka perlu ditambahkan jangka waktu yang lebih lama dimana jangka waktu laporan keuangan yang dilakukan peneliti yaitu satu tahun kurang dapat memperoleh hasil yang baik.

3. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk variabel lain yang mempengaruhi struktur modal dimana terdapat variabel lain yang mempengaruhi struktur modal namun dalam penelitian ini tidak semua variabel diteliti dikarenakan keterbatasan informasi dan laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

[BI] Bank Indonesia. 2013. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2012. [internet]. [diunduh 2013 Desember 10]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/perekonomian/Default.aspx. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut

Lapangan Usaha 2013. [internet]. [diunduh 2013 Desember 10]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=2&id_subyek=11. Brigham EF, Houston JF. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Delapan. Jakarta

(ID): Erlangga.

Chin W W. 1998. The partial least squares approach for structural equation modeling. in G. A.Marcoulides (Ed.), Modern methods for business research (pp. 295-236). London (GB): Lawrence Erlbaum Associates.

Chin W W, Newsted PR. 1999. Structural equation modeling analysis with small samples using partial least squares, In Statistical Strategies for Small Sample Research, Hoyle, R.(ed.),Sage Publications, Thousand Oaks,CA,,pp.307-341. Ghozali I, Hendrajaya. 2000. Pengaruh Hutang Bank Terhadap Struktur Modal

Optimal Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Bisnis Strategi. [internet]. [diunduh 2013 Desember 6]; 5: 38-45. Tersedia pada: http://eprints.undip.ac.id.

Ghozali I, Latan H. 2012. Konsep, Teknik dan Aplikasi SmartPLS 2.0 M3. Semarang (ID): Badan Penerbit UNDIP.

Horne JC, Wachowicz JR, J.M. 2005. Fundamental of Financial Management, 12 ℎ Edition. New Jersey (US): Prentice-Hall, Inc.

(33)

23 Kartini, Arianto T. 2008. Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Keuangan dan Perbankan. [internet]. [diunduh 2013

Desember 3]; 12(1): 11-21. Tersedia pada:

http://jurkubank.wordpress.com/2012/01/12/daftar-isi-vol-12-no-1-januari-2008.

Mas’ud M. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dan Hubungannya Terhadap Nilai Perusahaan. Manajemen dan Bisnis 7(1). Riyanto B. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4 Cetakan

Ketujuh. Yogyakarta (ID): BPFE UGM.

Saidi. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Go Public di BEJ Tahun 1997-2002. Jurnal Bisnis dan Ekonomi [internet]. [diunduh 2013 Desember 5]; 11(1): 44-58. Tersedia pada: http://osrel.stie-mce.ac.id/?page=journal&level=nat&id=0303.

Mayangsari S. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan: Pengujian Pecking Order Hyphotesis. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi. [internet]. [diunduh 2013 Desember 7]; 1(3): 1-26. Tersedia pada: http://www.fe.trisakti.ac.id.

Sundjaja R, Barlian I. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Jakarta (ID): Literata Lintas Media.

Van Horne JC, Wachowicz JM.2007. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta (ID): Salemba Empat.

Weston JF, Copeland TE. 1997. Manajemen Keuangan. Jilid 2.Edisi Kesembilan. Binarupa Aksara. Jakarta. Alih Bahasa: A. Joko Wasana dan Ki Brandoko. Yuniningsih. 2002. Interdependensi Antara Kebijakan Dividend Payout Ratio,

(34)

24

Lampiran 1 Daftar sampel Perusahaan Jasa Sektor Keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2012

No

(35)

25 Lampiran 2 Komposisi Obligasi, Saham Biasa, dan Saham Preferen Pada

Perusahaan Jasa Sektor Keuangan

Emiten Komposisi (%)

Obligasi Saham Biasa Saham Preferen

(36)

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Heru Hamonangan Simangunsong, lahir pada tanggal 9 Oktober 1992 di Medan. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Mascod Antonius Simangunsong dan Ibu Tiurlan Christina Siregar. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Budi Murni 2 Medan pada tahun 1997 hingga tahun 1998. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Katolik Budi Murni 2 Medan dan lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada sekolah menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Katolik Putri Cahaya Medan pada tahun 2004 hingga 2007. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah ke atas di Sekolah Menengah Atas Swasta Sutomo 1 Medan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melaui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pemikiran
Gambar 2  Model Structural Equation
Tabel 2 Perusahaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal tertinggi dan terendah
Gambar 3  Model SEM setelah SG dan BRISK direflektifkan secara
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat harga bunga cengkeh tinggi, bunga cengkeh yang digunakan sebaiknya bunga cengkeh dengan mutu rendah (hasil sortiran). Penggunaan bunga cengkeh sebagai rempah dalam industri

Penulis merancang sebuah set furnitur kamar tidur yang berukuran lebih kecil daripada umumnya, mengingat ukuran lahan yang terbatas sehingga furnitur pada ukuran normal

Dekan Fakultas Kedokteran UNDIP yang telah memberikan sarana dan prasarana kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.. Amallia N

Sesuai dengan tujuan BKKBN untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang, berkualitas dan berdaya saing serta dalam upaya penguatan pelaksanaan 4 (empat) Sub Urusan yang

Setelah proses feed forwarddan backpropagation memenuhi kondisi yang ditentukan yaitu epoh &lt; maksimum epoh dan MSE &gt; target error, maka pembelajaran dengan

Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.. Characterization and estimationof proanthocyanidins and other phenolics in coffee pulp

Cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber cahaya merambat ke segala arah. Bila medium yang dilaluinya homogen, maka cahaya merambat menurut garis lurus. Bukti cahaya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian saponin dengan dosis berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap mortalitas ikan kakap putih (F hitung &gt; F