i KONSTRUKSI PEMBERITAAN “NEGARA ISLAM INDONESIA” DI
SURAT KABAR
(Analisis Framing di Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi 1-5 Mei 2011)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)
Wijdan NIM: 07220251
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama : Wijdan
Nim : 07220251
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi : KONSTRUKSI PEMBERITAAN “NEGARA ISLAM
INDONESIA” DI SURAT KABAR
(Analisis Framing Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi 1-5 Mei 2011)
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Nurudin, Ssos, M.Si Dra. Frida Kusumastuti, M.Si
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
iii LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Wijdan
NIM : 07220251
Konsentrasi : Jurnalistik dan Studi Media
Judul Skripsi : KONSTRUKSI PEMBERITAAN “NEGARA ISLAM
INDONESIA” DI SURAT KABAR
(Analisis Framing Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi 1-5 Mei 2011)
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Dan dinyatakan LULUS
Pada hari : Selasa
Tanggal : 09 Agustus 2011
Tempat : Ruang 605
Mengesahkan,
Dekan FISIP UMM
Dr. Wahyudi, M.Si
Dewan Penguji :
1. Dr. Muslimin Machmud, M.Si Penguji I ( )
2. Dra. Juli Astutik, M. Si Penguji II ( )
3. Nurudin S. Sos M.Si Penguji III ( )
iv PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini;
Nama : Wijdan
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 11 November 1986
NIM : 07220251
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :
KONSTRUKSI PEMBERITAAN KASUS “NEGARA ISLAM INDONESIA” DI SURAT KABAR
(Analisis Framing Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi 1-5 Mei 2011)
adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupum
seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya
dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Malang, 16 Agustus 2011
Yang Menyatakan
v BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
1. Nama : Wijdan
2. NIM : 07220251
3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
4. Jurusan : Ilmu Komunikasi
5. Konsentrasi : Jurnalistik dan Studi Media
6. Judul Skripsi : KONSTRUKSI PEMBERITAAN “NEGARA ISLAM
INDONESIA” DI SURAT KABAR
(Analisis Framing Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi 1-5 Mei 2011)
7. Pembimbing : 1. Nurudin, S.sos, M.Si
2. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si 8. Kronologi Bimbingan
Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan
Pembimbing I Pembimbing II
3 Mei 2011 Acc. Judul
26 Mei 2011 Acc. Proposal
8 Juni 2011 Seminar Proposal
16 Juni 2011 Acc. BAB I
30 Juni 2011 Acc. BAB II
21 Juli 2011 Acc. BAB III
28 Juli 2011 Acc. BAB IV
28 Juli 2011 Acc. Seluruh
Naskah
Malang,16 Agustus 2011 Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
vi KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji sukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
semua kenikmatan dan kemudahan kepada penulis. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada panutan hidup penulis, Rasullullah Muhammad SAW.
Berangkat dari kasus NII yang meresahkan warga Indonesia dengan
ideologi barunya, maka muncullah keingintahuan yang besar dari penulis untuk
memahami konstruksi dari media Kompas dan Republika dalam membingkai
realitas tersebut. Kasus NII merupakan kasus besar, gerakan tersebut akan
mendirikan negara di dalam negara Indonesia. Gerakan tersebut juga merekrut
anggota barunya dengan melakukan modus cuci otak yang menyebabkan
banyaknya korban hilang. Kasus tersebut mendapat perhatian pemerintah karena
secara tidak langsung akan menggantikan negara Indonesia dengan Negara Islam
Indonesia.
Banyak pandangan negatif yang timbul sebagai bentuk keresahan warga
Indonesia atas kasus tersebut. Kasus ini tentunya juga melanda wartawan sebagai
bagian dari masyarakat. Maka dengan adanya kecurigaan ini penulis memilih
media Kompas dan Republika sebagai media yang memiliki perbedaan
kepentingan ideologi. Dengan latar belakang tersebut penulis ingin mengetahui
bagaimana frame Kompas dan Republika mengenai kasus NII.
Hanya karena Allah segala sesuatu terjadi, dengan izin Allah pula karya
ilmiah ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untk memperoleh gelar sarjana
(S1) pada jurusan Ilm Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Muhammadiah Malang. Karya yang berjudul Konstruksi Pemberitaan
Kasus NII di Harian Nasional ini juga tidak terlepas dari pihak-pihak yang
membantu penulis. Selama penelitian berlangsung hingga terselesainya
penyusunan skripsi, penulis banyak menerima bimbingan, arahan, kerja sama, dan
sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
vii
1. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Malang.
3. Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
4. Drs. Farid Rusman, M.Si selaku dosen wali Ilmu Komunikasi 2007.
5. Nurudin, S.sos, M.Si selaku dosen pembimbing I atas bimbingan, arahan,
dukungan moril serta kesabarannya sehingga skripsi ini selesai.
6. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si selaku dosen pembimbing II atas bimbingan,
arahan, dukungan moril serta kesabarannya sehingga skripsi ini selesai.
7. Teman-Teman Ilmu Komunikasi 2007, terimakasih untuk kebersamaannya.
8. Segenap dosen Ilmu Komunikasi dan karyawan UMM yang banyak membantu
dalam proses belajarku semasa di kampus dan terimakasih telah memberikan
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang begitu banyak dan bermanfaat.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari skripsi ini adalah
sebuah pembelajaran untuk menjadi sempurna di masa depan. Saran yang
membangun senantiasa diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
dan pembacanya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari skripsi ini
adalah sebuah pembelajaran untuk menjadi sempurna di masa depan. Saran yang
membangun senantiasa diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis.
Malang, Agustus 2011
Penulis
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ...vii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Tinjauan Pustaka ... 7
E.1 Teori Konstruksi Sosial atas Realitas ... 7
E.2 Media Sebagai Konstruksi Realitas Sosial ... 9
E.3 Konsep Berita ... 14
E.3.1 Unsur-unsur Layak Berita ... 15
E.3.2 Nilai Berita... 17
E.3.3 Berita dalam Pandangan Konstruksionis ... 19
E.4 Analisis Framing ... 20
F. Definisi Konseptual ... 21
F.1 Konstruksi Media ... 21
ix
F.3 Framing ... 22
G. Metode Penelitian ... 23
G.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian ... 23
G.2 Objek Penelitian ... 23
G.3 Teknik Pengumpulan Data ... 24
G.4 Teknik Analisi Data ...24
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN HARIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA A. Gambaran Umum Harian Kompas ... 28
B. Gambaran Umum Harian Republika ...34
BAB III KONSTRUKSI PEMBERITAAN KASUS NII DI HARIAN NASIONAL A. Frame Teks Berita Kasus NII di Kompas ...………….….…...42
A.1. Megawati: Kita Harus Tegas soal Ideologi ...42
A.2. Parpol Disusupi NII ...49
A.3. Pembiaran Ideologi Non-Pancasila Berbahaya ...54
B. Frame Teks Berita Kasus NII di Harian Republika ...60
B.1. Polri akan Proses Gerakan NII ...60
B.2. NII Dibangkitkan oleh Intelijen ...65
B.3. Parpol Awasi Penyusupan Gerakan NII ...71
B.4. Pancasila Keropos NII Siap Merasuk ...75
C. Perbandingan Frame Harian Kompas dan Harian Republika dalam Mengonstruksi Realitas……...……….…..………....79
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ...86
x DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Objek Penelitian ... 23
1.2 Kerangka Analisis Framing Pan-Kosicki ... 27
3.1 Struktur Berita Kompas Tanggal 1 Mei 2011
Judul Berita : Megawati: Kita Harus Tegas soal Ideologi ... 48
3.2 Struktur Berita Kompas Tanggal 3 Mei 2011
Judul Berita: Parpol Disusupi NII ... 53
3.3 Struktur Berita Kompas Tanggal 5 Mei 2011
Judul Berita: Pembiaran Ideologi Non-Pancasila Berbahaya ... 58
3.4 Struktur Berita Republika Tanggal 2 Mei 2011
Judul Berita: Polri akan Proses Gerakan NII ... 64
3.5 Struktur Berita Republika Tanggal 3 Mei 2011
Judul Berita: NII Dibangkitkan oleh Intelijen ... 70
3.6 Struktur Berita Republika Tanggal 4 Mei 2011
Judul Berita: Parpol Awasi Penyusupan Gerakan NII ... 74
3.7 Struktur Berita Republika Tanggal 5 Mei 2011
Judul Berita: Pancasila Keropos NII Siap Merasuk ... 78
3.8 Perbandingan Frame Harian Kompas dan Republika dalam Mengonstruksi
xi DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Model Hierarchy of Influence ... 11
xii DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku
Effendy Onong Uchajana.1986. Dinamika Komunikasi. Bandung : Remaja Rodaskarya.
Emka Zainal Arifin. 2005. Wartawan juga Bisa Salah. Surabaya : STIKOSA-AWS.
Eriyanto. 2009. Analisis Framming. Yogyakarta : PT LKIS Printing Cemerlang.
Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta : Granit.
Hamidi. 2007.Metode Penelitian dan Teori Komunikasi, Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian.Malang:UMM press.
Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Prenada Media.
Kusumaningrat Hikmat. 2006. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
McQuail, Denis. 1989. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga.
Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Severin, J. Werner & James W.Tankard. Jr. 2005. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Bogor : Kencana.
Shoemaker, and Stephen D. Reese.1996.Mediating the Message : Theories of influence on Mass Media Content. Sechon Edition. Longman. New York.
Shaffat, Idri. 2008. Kebebasan, Tanggung jawab, dan penyimpangan. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
xiii B. Sumber Lain
Puji A, Lilik, Skripsi S1, Ilmu Komunikasi UMM, Konstruksi Surat Kabar dalam Pemberitaan tentang Pemberian Gelar Pahlawan Nasional Kepada Gusdur (Analisis Framing Berita pada Surat Kabar Harian Jawa Pos dan Kompas edisi 3-5 Januari 2010).
Christian,Yoseph(2011)“KeluargaLaporKontras”http://bumimars.wordpress.com/ 2011/04/24/keluarga-lapor-kontras Diakses 7 mei 2011, pukul 11.17.
Arman, Ayu “Meninggalkan (2011) "Negara Islam Indonesia": Berbincang denganMataharitimoerhttp://www.commongroundnews.org/article.php? id=21682&lan=ba&sp=0 Diakses 7 mei 2011, pukul 10.23.
G-Lucky (2011) “ Manfaat New Media untuk Masyarakat” http://www.nafesa28-glucky.co.cc/2010/11/manfaat-new-media-untuk masyarakat.html Diakses 8 mei 2011, pukul 13.16.
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kasus Negara Islam Indonesia (NII) telah memenuhi pemberitaan di
berbagai media mulai dari cetak, elektronik dan online. Kasus banyaknya
mahasiswa yang menjadi korban dan hilang, menjadikan kasus NII kembali
diberitakan. NII yang nama awalnya adalah DI (Darul Islam) bermula dari
gerakan politik yang diproklamasikan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di
Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Tasikmalaya, Jawa Barat pada 7 Agustus
1949. Saat Indonesia vakum dari pemerintahan akibat Perjanjian Renville. Setelah
Kartosoewirjo ditangkap TNI dan dieksekusi pada 4 Juni 1962 di wilayah Gunung
Rakutak di Jawa Barat, Pemerintah Indonesia kemudian menghukum mati
Kartosoewirjo pada September 1962. Gerakan ini terpecah, namun tetap eksis
secara diam-diam meskipun dianggap sebagai organisasi ilegal oleh pemerintah
Indonesia karena bertentangan dengan ideologi bangsa kita yaitu Pancasila.
Visi dan misi NII seperti dinyatakan oleh Sang Imam, Sekarmadji
Maridjan Kartosuwirjo tahun 1949 adalah mengenai negara Islam terinspirasi oleh
piagam Madinah yang diresmikan oleh Nabi Muhammad SAW. Selama masa
Nabi, Madinah merupakan negeri yang adil baik terhadap orang Islam, Yahudi,
Nasrani, dan siapa pun yang hidup pada masa itu. Penyelewengan yang paling
prinsipil adalah mereka melakukan banyak tindakan yang merusak citra Islam.
Mereka menganggap hanya kelompok merekalah yang representatif terhadap
2 kekerasan ketimbang dialog. Ini menumbuhkan pandangan yang keliru terhadap
Islam sebagai agama yang memberikan kasih sayang bagi seluruh dunia
(rahmatan lil 'alamin) (Arman, 2007).
Para jamaah NII menghalalkan segala cara dengan merampok, mencuri,
menipu, memeras, merampas atau melacur asalkan demi kepentingan Negara atau
Madinah. Hal tersebut disandarkan pada filosofi sesat atas kepemilikan wilayah
teritori Indonesia oleh Negara Islam Indonesia, atas dasar Proklamasi NII dan
ke-Khalifahan Kartosoewirjo pada tahun 1949, serta dalam rangka aplikasi atau
praktek dari ayat “Sesungguhnya bumi ini diwariskan kepada hamba-hamba-Ku
yang Shalih”.
Dengan menekankan keyakinan bahwa pada dasarnya terhitung sejak
proklamasi berdirinya NII tahun 1949, maka seluruh wilayah Indonesia beserta isi
dan kekayaannya adalah milik NII dan segenap warganya. Namun karena hal itu
kini dirampas dan dikuasai oleh Rezim Pancasila beserta rakyatnya, oleh
karenanya wajib hukumnya mengambil kembali harta kekayaan milik NII tersebut
dengan jalan apapun untuk kepentingan Negara Islam Indonesia. Inilah dasar
falsafi adanya prinsip “tubarriru al washilah” menghalalkan segala cara. Doktrin
ini diyakinkan melalui penyampaian secara berulang-ulang dalam materi tazkiyah
untuk umat dan dalam acara irsyad untuk para mas‟ul.
Melakukan perubahan terhadap ketentuan-ketentuan yang definitif dalam
bidang Syari‟ah dan Fiqh, berdasarkan selera nafsu dan logika akal yang lemah,
3 Shadaqah yang bentuknya macam-macam, dan sangat mengada-ada, yang belum
pernah terjadi dalam sejarah umat Islam mana pun (http://nii-crisis-center.com).
Sekarang gerakan NII ini makin merajalela dan mengancam
saudara-saudara kita. Sasaran utama mereka adalah remaja dan mahasiswa. Selama tiga
tahun terakhir (mulai 2008) sebanyak 13 orang mahasiswa UMM nyaris menjadi
korban bermodus perekrutan anggota NII yang kemudian berbuntut minta uang.
Doktrin ideologi negara Islam yang diduga dilakukan pelaku pencucian
otak menimpa sembilan mahasiswa UMM memaksa Kodim 0833 Kota Malang
ikut turun tangan. Alasannya karena sudah menyangkut keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Para pelaku akan mengembangkan
jaringan untuk mewujudkan negara baru. Dalam kasus ini Negara Islam Indonesia
(NII), atau Negara Serikat Islam (NSI). Dari aksinya para pelaku disinyalir kuat
membawa dan membangun kelompok anti kemapanan. Dengan merekrut anggota
baru, sebagai sasaran mahasiswa baru (Christian, 2011).
Nasrullah, Kepala Humas UMM dalam pemberitaan regional.kompas.com
menjelaskan, meski berkedok sebagai proses perekrutan anggota Negara Islam
Indonesia (NII), oleh sebuah rantai organisasi yang tidak cukup jelas namun nyata
ada, akhirnya para korban dibujuk untuk menyetorkan uang sebagai zakat atau
sedekah pada NII, seorang korban bisa mengeluarkan uang Rp 2,5 juta hingga Rp
30 juta. Para korban mahasiswa ini direkrut oleh kawan-kawannya, sesama
anggota suatu kelompok kegiatan, yang disebut mentoring, kegiatan
4 tiga mahasiswa UMM jadi korban, membayar puluhan juta rupiah setelah
mengikuti acara baiat oleh NII di Jakarta.
Kasus NII yang menuai kontroversi ini, dimuat ke berbagai media massa
terutama di harian Kompas dan Republika yang menggali berita dan mengulas
isu-isu yang merebak Pakar komunikasi Jalaludin Rakhmad menyatakan dimana
media massa memang tidak dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap,
tapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Dengan
kata lain, media dapat mempengaruhi orang untuk memikirkan atau
memperhatikan sesuatu hal atau peristiwa.
Masalah menjadi besar apabila isi berita menyangkut masalah yang
dipandang prinsipil dalam kehidupan bermasyarakat dalam hal ini menyangkut
agama. Peristiwa tersebut telah menjadi perhatian di berbagai media, khususnya
media cetak yang berperan penting membentuk berita menjadi menarik untuk
disajikan kepada publik. Secara normatif surat kabar sebagai media massa
harusnya mengonstruksi berita berdasarkan realitas yang ada. Para gatekeeper
yang berperan serta dalam menulis berita mempengaruhi isi beritanya, dengan
demikian ideologis berita sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak
mencerminkan realitas yang sesungguhnya.
Nilai berita adalah produk konstruksi dari wartawan. Setiap hari ada
jutaan peristiwa, dan jutaan peristiwa itu semuanya potensial dibentuk menjadi
berita. Kenapa hanya peristiwa tertentu yang diberitakan? Dan kenapa hanya sisi
tertentu saja dari peristiwa yang ditulis oleh wartawan? Semua proses ini
5 dianggap sebagai ideologi profesional wartawan, yang memberi prosedur
bagaimana peristiwa yang begitu banyak disaring dan ditampilkan kepada
khalayak (Eriyanto, 2009:106).
Hal tersebut menentukan bobot dan isi dari pemberitaan yang diedarkan.
Ini berkaitan dengan adanya realitas sosial yang tertangkap atau tidak tertangkap
oleh wartawan. Realitas empirik ini banyak dan sebenarnya eksis serta nyata
dalam kejadian tertentu, namun subjektivitas sudut pandang wartawan menjadikan
realitas empirik ini tidak dapat terangkum semua. Atau, kalaupun dapat
terangkum, akan ada mekanisme penyortiran berita oleh pihak wartawan sendiri
atau oleh redaktur yang berkaitan.
Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa
atau fakta dalam arti yang rill. Realitas tidak dioper begitu saja menjadi berita, ia
adalah produk interaksi antara antara wartawan dan fakta. Dalam proses interaksi,
wartawan menceburkan dirinya untuk memaknai realitas. Konsepsi tentang fakta
diekspresikan untuk melihat realitas. Hasil dari berita adalah produk dari proses
interaksi dan dialektika tersebut (Eriyanto, 2009:17).
Saat pemilu 1999, media massa mempunyai kebebebasan sangat luas
dalam mengonstruksikan realitas. Satu-satunya patokan yang dipakai adalah
kebijaksanaan redaksi (redactional concept) media masing-masing yang sangat
boleh jadi hal itu dipengaruhi oleh kepentingan idealis, ideologis, politis dan
ekonomis. Tetapi, apapun yang menjadi pertimbangan, yang relatif pasti adalah
6 diangkat sama sekali dalam setiap pengonstruksian realitas (Ibnu Hamad,
2004:25).
Dari sini kita bisa melihat bagaimana media massa mengontruksikan berita
demi kepentingan ideologinya dalam hal ini kepemilikkan surat kabar Kompas
dan Republika yang menggali berita dan mengulas isu-isu yang merebak dibalik
gerakan NII. Dari hal tersebut peneliti ingin menginterpretasikan dan
membandingkan antara kedua surat kabar tersebut dalam mengonstruksikan
berita, terutama dalam kasus NII yang berkembang luas sampai saat ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana Surat Kabar Kompas dan Republika
mengonstruksikan berita melalui perangkat framing di surat kabar dalam
pemberitaan Negara Islam Indonesia (NII)?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembingkaian yang
dilakukan Surat Kabar Kompas dan Republika dalam mengonstruksikan
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian analisis media
khususnya tentang analisis framing.dan menambah wawasan bagi peneliti
yang lain.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, diharapkan bagi dunia jurnalistik dapat memberikan pandangan akan pentingnya penyajian berita secara lebih objektif tanpa
ditunggangi oleh kepentingan lain khususnya pada harian Kompas dan
Republika.
E. Tinjauan Pustaka
E.1 Teori Konstruksi Sosial atas Realitas
Pengonstruksian realitas terjadi pada proses produksi teks media massa
melalui framing terhadap fakta-fakta atau realitas sosial yang disajikan di media
massa. Caranya dengan mendefinisikan suatu realitas dalam bingkai tertentu, dari
sudut pandang tertentu, dari struktur simbol bahasa tertentu. 1
Berger dan Luckmann memulai penjelasan realitas sosial dengan
memisahkan pemahaman ”kenyataan” dan ”pengetahuan”. Mereka mengartikan
realitas sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas, yang diakui
memiliki keberadaan (being) yang tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri.
Sementara, pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu
1
8 nyata (real) dan memiliki karakteristik secara spesifik. Menurut Berger dan
Luckmann, realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivati
dan internalisasi. Konstruksi sosial dalam pandangan mereka tidak berlangsung
dalam ruang hampa namun sarat dengan kepentingan-kepentingan (Sobur,
2009:91).
Menurut Berger adalah manusia dan masyarakat adalah produk yang
dialektis, dinamis, dan plural secara terus-menerus. Masyarakat tidak lain adalah
produk manusia, namun secara terus-menerus mempunyai aksi kembali terhadap
penghasilnya. Sebaliknya, manusia adalah hasil atau produk dari masyarakat.
Seseorang baru menjadi seorang pribadi yang beridentitas sejauh ia tetap tinggal
di dalam masyarakatnya.
Proses dialektis tersebut mempunyai tiga tahapan, Berger menyebutnya
sebagai momen. Pertama, eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri
manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah
menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat di
mana ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai ketertutupan yang
lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap dirinya, dalam proses
inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata lain, manusia menemukan dirinya
sendiri dalam suatu dunia. Kedua, objektivitas, yaitu hasil yang telah di capai,
baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hal itu
menghasilkan realitas objek yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu
sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia
9 realitas suigeneris. Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjektif
perorangan. Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang.
Ketiga, internalisasi, proses internalisasi lebih merupakan penyerapan kembali
dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu
dipengaruhi oleh struktur dunia sosial (Eriyanto, 2009:14-15).
E.2 Media Sebagai Konstruksi Realitas Sosial
Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan
berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Louis
Althusser (1971, dalam AlZastrouw, 2000)2 menulis bahwa media, dalam
hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena
anggapan karena kemampuannya sebagai sarana legitimasi. Media massa
sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama, seni, dan kebudayaan,
merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna
membangun kepatuhan khalayak kepada kelompok yang berkuasa (ideological
states apparatus).
Oleh sementara orang, media (pers) acap disebut sebagai the fourth estate
(kekuatan keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik. Hal ini terutama
disebabkan oleh suatu persepsi tentang peran yang dapat dimainkan oleh media
dalam kaitannya dengan pengembangan kehidupan ssosial-ekonomi dan politik
masyarakat. Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau
gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan
2
Al-Zastrouw Ng. 2000. “Membaca Berita yang tidak Diberitakan,” dalam Winarko, H.
10 sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain, karena media
juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan,
dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan
dalam konteks kehidupan yang lebih empirirs (Sobur, 2009:30).
Dalam pandangan konstruksionis, media dilihat sebaliknya. Media
bukanlah sekedar saluran yang bebas , ia juga subjek yang mengkontruksi realitas,
lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Disini media dipandang
sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Pandangan semacam
ini menolak argumen yang menyatakan media seolah-olah sebagai tempat saluran
bebas. Berita yang kita baca bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya
menunjukkan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri
(Eriyanto, 2009:22).
Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa
sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat
merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang
akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media massa
mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan
gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dihasilkan dari realitas yang
dikonstruksikannya (Sobur, 2009:88).
Apa yang disajikan media pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh
yang beragam Pamela J. Shoemaker dan Stepen D Resse, meringkas faktor yang
mempengaruhi kebijaksanaan redaksi. Kedua ahli ini membaginya dalam lima
11 media (media routine), ketiga adalah faktor organisasi, keempat adalah
ekstramedia dan yang terakhir adalah faktor ideologi (Sudibyo, 2001:7). Kelima
faktor ini tidak hanya melihat media dalam cakupan internal media saja namun
[image:25.595.123.364.331.527.2]juga pada tataran ekternal media.
Gambar 1.1
Model Hierarchy of Influence
(Sumber: Shoemaker dan Reese, 1996:64)
1) Individual Level (Tingkat Individu)
Fakor yang berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola
media yaitu bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media
mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak dimana
Tingkat Ideologi
Tingkat Ekstramedia
Tingkat Organisasi
12 dilatarbelakangi oleh jenis kelamin, umur, atau agama dan kecenderungan
[image:26.595.148.476.275.516.2]orientasi pada suatu hal.
Gambar 1.2
Faktor Intrinsik dari Komunikator yang Mempengaruhi Isi Media
(Sumber: Shoemaker and Resse, 1996:65)
Ciri-ciri komunikator itu meliputi (jenis kelamin, etnis, dan berorientasi
pada jenis kelamin). Latar belakang individu dan pengalaman mereka meliputi
(keagamaan dan hubungan antara status orang tua mereka). Tidak hanya itu, latar
belakang profesional dan pengalaman-pengalamannya (misalnya jika komunikator
terjun ke dalam jurnalis atau sekolah film) berpengaruh langsung terhadap isi
mass media. Pengalaman orang profesional (meliputi pekerjaan komunikasi Karakteristik, latar belakang personal dan
pengalaman komunikator
Efek dari karakteristik, latar belakang, pengalaman, sikap, nilai, agama, aturan, etika dan kekuasaan komunikator dalam isi media
Sikap, nilai dan kepercayaan (agama) komunikator Latar belakang profesi dan
pengalaman komunikator
Kekuatan/kekuasaan
komunikator dalam organisasi Aturan dan etika
13 mereka) kemudian bentuk dari komunikator merupakan peran profesional dan
etika. Sedangkan pengaruh dari kebiasaan individu terhadap isi mass media
adalah tidak langsung, pengoperasian hanya untuk jumlah dari kekuatan yang
didirikan individu, tanpa organisasi media mencakupi untuk mengusai dari
keprofesional dan atau organisasi yang dilakukan secara rutin.
2) Media Routines Level (Tingkat Rutinitas Media)
Faktor rutinitas media, faktor yang berhubungan dengan mekanisme dan
proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran tersendiri
tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria
kelayakan berita. Sebagai mekanisme yang menjelaskan bagaimana berita
diproduksi, rutinitas media karenanya mempengaruhi bagaimana wujud akhir
sebuah berita.
3) Organization Level (Tingkat Organisasi)
Faktor yang berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik
mempengaruhi pemberitaan. Setiap organisasi berita selain mempunyai banyak
elemen juga mempunyai tujuan dan filosofii, dari berbagai elemen tersebut
mempengaruhi bagaimana seharusnya wartawan bersikap, dan bagaimana juga
peristiwa disajikan dalam berita.
4) Extramedia Level (Tingkat Extramedia)
Faktor Extramedia, faktor yang berhubungan dengan faktor lingkungan
luar media. Meskipun berada diluar organisasi media, hal-hal ini sedikit banyak
mempengaruhi pemberitaan media. Termasuk di dalamnya ada sumber berita,
14
5) Ideological Level (Tingkat Ideologi)
Berbeda dengan elemen-elemen sebelumnya yang tampak konkrit, level
ideologi bersifat abstrak. Ideologi disini diartikan sebagai mekanisme simbolik
yang menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat.
Ideologi diartikan sebagai kerangka berpikir yang dipakai oleh individu untuk
melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Ia berhubungan dengan
konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas.
E.3 Konsep Berita
Salah satu kesimpulan umum dari banyak studi tentang isi berita adalah
bahwa berita memperagakan pola menyeluruh yang agak stabil dan dapat
diperkirakan apabila diukur dalam kaitannya dengan kualitas dan kategori
konvensional dari pokok bahasan. Terdapat variasi dari satu negara ke negara
yang lain dan dari satu medium ke medium yang lainnya dan polanya pada
hakikatnya bersifat responsif pada berbagai peristiwa utama, seperti peperangan
dan krisis dunia. Meskipun demikian, stabilitas isi berita seringkali agak luar biasa
dan menggantungkan dukungan yang baik pada mereka yang berujar bahwa isi
berita sangat ditentukan oleh keragaman kendala politis, ideologis, dan budaya
secara intern. Sebagian dari persoalan ini telah dibahas dan disini kita hanya
membincangkan kecenderungan internal yang dikaitkan dengan sifat berita uang
15 Satu-satunya sumber yang sangat bernilai dalam upaya menjelaskan
berasal dari karya Galtung dan Ruge (1965)3 yang mengidentifikasikan dan
mengaitkan berbagai faktor penting yang mempengaruhi pemilihan berita (luar
negri) pada dasarnya, terdapat tiga jenis faktor : yaitu faktor organisasi, faktor
yang berkaitan dengan aliran, dan faktor sosial budaya. Faktor organisasi
merupakan yang paling universal dan paling dapat dihindarkan yang mengandung
konsekuensi „ideologis‟ tertentu. Dengan demikian, media berita lebih menyukai
peristiwa „besar‟ (bersakala besar atau penting), peristiwa yang jelas dan tidak
mendua peristiwa yang terjadi dalam skala waktu yang sesuai dengann jadwal
produksi normal (biasanya dalam 24 jam) peristiwa yang paling mudah diliput
dan diilaporkan serta yang mudah dikenal dan dipandang relevan (keakraban
budaya) (Denis McQuail, 1989:192).
E.3.1 Unsur-unsur Layak Berita 1. Berita Harus Akurat
Wartawan harus memiliki kehati-hatian yang sangat tinggi dalam
melakukan pekerjaannya mengingat dampak yang luas yang ditinbulkan
oleh berita yang dibuatnya. Kehati-hatian dimulai dari kecermatannya
terhadap ejaan nama, angka, tanggal dan usia serta disiplin diri untuk
senantiasa melakukan periksa ulang atas keterangan dan fakta ynagg
ditemuinya. Tidak hanya itu, akurasi juga berarti benar dalam memberikan
kesan umum, benar dalam sudut pandang pemberitaan yang dicapai oleh
3Galtung, J. And Ruge, M. (1965) „The Structure of Foreign News‟
16 penyajian detail-detail fakta dan oleh tekanan yang diberikan pada
fakta-faktanya.
2. Berita Harus Lengkap, Adil, dan Berimbang
Keakuratan sesuatu fakta tidak selalu menjamin keakuratan arti.
Fakta-fakta yang akurat yang dipilh atau disusun secara longgar atau tidak
adil sama menyesatkannya dengan kesalahan yang sama sekali palsu.
Dengan terlalu banyak atau terlalu sedikit memberi tekanan, dengan
menyisipkan fakta-fakta yang tidak relevan atau dengan menghilangkan
fakta-fakta yang seharusnya ada disana, pembaca mungkin mendapat
kesan yang palsu.
3. Berita Harus Objektif
Artinya berita itu selaras dengan kenyataan, tidak berat sebelah,
bebas dari prasangka. Lawan objektif adalah subjektif, yaitu sikap yang
diwarnai oleh prasangka pribadi. Memang ada beberapa karya jurnalistik
yang lebih persuasif, artinya ada sikap subjektif di dalamnya, dan
objektifitasnya agak kendur, misalnya dalam tulisan editorial atau
komentar.
4. Berita Harus Ringkas dan Jelas
Mitchel V. Charnley berpendapat, bahwa pelaporan berita dibuat
dan ada untuk melayani. Untuk melayani sebaik-baiknya, wartawan harus
mengembangkan ketentuan-ketentuan yang disepakati tentang bentuk dan
cara membuat berita. Berita yang disajikan haruslah dapat dicerna dengan
17 berita harus tidak banyak menggunakan kata-kata, harus langsung, dan
padu.
5. Berita Harus Hangat
Berita adalah padanan kata News dalam bahasa inggris. Kata News
itu sendiri menunjukkan adanya unsur waktu apa yang new, apa yang baru,
yaitu lawan dari lama. Berita memang selalu baru, selalu hangat.
E.3.2 Nilai Berita
Pandangan modern tentang nilai berita terutama dihubungkan
dengan nama Walter Lippmann, wartawan Amerika yang terkenal pada
awal abad lalu. Ia menggunakan istilah nilai berita untuk pertama kalinya
dalam bukunya “Public Opinion” pada tahun 1992. Disitu ia menyebutkan
bahwa suatu berita memiliki nilai layak berita jika di dalamnya ada unsur
kejelasan (clarity) tentang kejadiannya, ada unsur kejutannya (surprise),
ada unsur kedekatannya (proximity) secara geografis, serta ada dampak
(impact) dan konflik personalnya.
Jika diringkaskan, nilai berita itu tidak lebih daripada
asumsi-asumsi intuitif wartawan tentang apa yang menarik bagi khalayak tertentu,
yakni apa yang mendapat perhatian mereka. Pengelompokkan tentang nilai
berita ini pertama diberikan oleh Wilbur Schramm dalam tulisannya
berjudul “The Naturre of News”. Dalam tulisannya itu Schramm
membedakan jenis-jenis berita dalam dua kelompok, yaitu yang
18 segera kepada pembaca. Di antara berita-berita yang masuk kelompok
kedua adalah berita-berita kriminal dan berita-berita korupsi, berita-berita
kecelakaan dan bencana, olahraga dan rekreasi serta peristiwa-peristiwa
sosial. Sedangkan berita-berita yang tertunda antara lain informasi tentang
masalah kemasyarakatan, masalah ekonomi, masalah sosial, masalah
ilmiah, pendidikan, keadaan cuaca dan kesehatan (Hikmat Kusuma
Ningrat, 2006:60).
Tetapi, kriteria tentang nilai berita ini sekarang sudah
disederhanakan dan disistematikkan sehingga sebuah unsur kriteria
mencakup jenis-jenis berita yang lebih luas. Inilah kriteria berita atau
unsur-unsur nilai berita yang sekarang dipakai dalam memilih berita.
1. Aktualitas
Bagi sebuah surat kabar, semakin aktual berita-beritanya, artinya semakin
baru peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai beritanya.
2. Kedekatan
Peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca, akan
menarik perhatian. Stieler dan Lippmann menyebutkan sebagai kedekatan
secara geografis.
3. Dampak
Peristiwa yang memiliki dampak luas terhadap masyarakat, misalnya
pengumuman kenaikan harga BBM, memiliki nilai berita tinggi.
Mengukur luasnya dampak yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa ini juga
19 yang terkena dampaknya, seberapa luas dan untuk berapa lama?” Jawaban
terhadap pertanyaan ini akan menentukan apakah kita menghadapi berita
besar atau biasa.
4. Human Interest
Kata Human Interest secara harfiah artinya menarik minat orang. Definisi
mengenai istilah Human Interest senantiasa berubah-ubah menurut
redaktur surat kabar masing-masing dan menurut perkembangan jaman.
Tetapi, yang pasti adalah bahwa dalam berita human interest terkandung
unsur yang menarik empati, simpati, atau menggugah khalayak yang
membacanya.
E.3.3 Berita Dalam Pandangan Konstruksionis
Dalam pandangan konstruksionis, berita itu ibaratnya seperti
sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas, tetapi potret dari arena
pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa. Berita
bukanlah representasi dari realitas. Berita uang kita baca pada dasarnya
adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan kaidah buku
jurnalistik. Semua proses konstruksi (Mulai dari memilih fakta, sumber,
pemakaian kata, gambar, sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana
realitas tersebut hadir dihadapan khalayak.
Dalam menilai Objektifitas jurnalistik, hasil kerja jurnalistik tidak
bisa dinilai dengan menggunakan sebuah standar yang rigid, seperti halnya
20 pemaknaan atas realitas. Pemaknaan seseorang atas suatu realitas bisa jadi
berbeda dengan orang lain, yang tentunya menghasilkan “realitas” yang
berbeda pula. Karenanya, ukuran yang baku dan standar tidak bisa dipakai.
Kalau ada perbedaan antara berita dengan realitas yang sebenarnya maka
tidak dianggap sebagai kesalahan, tetapi memang seperti itulah pemaknaan
mereka atas realitas (Eriyanto, 2009:24).
E.4 Analisis Framing
Akhir-akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam
literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan
penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam ranah
komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan
atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktifitas
komunikasi, Konsep tentang framing atau frame sendiri bukan murni konsep ilmu
komunikasi, akan tetapi dipinjam dari ilmu kognitif (psikologis) Dalam
praktiknya, analisis framing juga membuka peluang bagi implementasi
konsep-konsep sosiologi, politik, dan kultural untuk menganalisis fenomena komunikasi,
sehingga suatu fenomena dapat diapresiasi dan dianalisis berdasarkan konteks
sosiologis, politis, atau kultural yang melingkupinya (Sobur, 2009:162).
Ada dua apek dalam framing. Pertama : Memilih fakta/ realitas. Proses
memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat
peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua
21 Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta
yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapakan dengan
kata, kalimat dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa,
dan sebagainya.
Konsep Framing dalam studi media banyak mendapat pengaruh dari
lapangan psikologi dan sosiologi. Tetapi secara umum, teori framing dapat dilihat
dalam dua tradisi, yaitu psikologi dan sosiologi. Pendekatan psikologi terutama
melihat bagaimana pengaruh kognisi seseorang dalam membentuk skema tentang
diri, sesuatu, atau gagasan tertentu (Eriyanto, 2009:68).
Berdasarkan konsep psikologi, framing dilihat sebagai penempatan
informasi dalam konteks yang unik, sehingga elemen-elemen tertentu suatu isu
memperoleh alokasi sumber kognitif individu lebih besar. Konsekuensinya,
elemen-elemen yang terseleksi menajadi penting dalam mempengaruhi penilaian
individu dalam penarikan kesimpulan (Sobur, 2009:163).
F. Definisi Konseptual F.1 Konstruksi Media
Realitas yang disajikan dalam bentuk teks berita muncul karena dihadirkan
dalam konsep subjektif dari media itu sendiri serta pandangan-pandangan lain
yang ikut mempengaruhi struktur penampilan isi media. Dengan kata lain realitas
tercipta lewat konstruksi, dengan berbagai sudut pandang lainnya yang ikut
22 fakta, pemakaian kata, gambar sampai penyuntingan, memberi andil bagaimana
realitas tersebut hadir di hadapan khalayak.
F.2 Pemberitaan
Pemberitaan adalah proses atau kegiatan pembuatan berita. Dalam proses
pembuatan berita tersebut telah terjadi kepentingan didalamnya. Bagaimana suatu
media memilih fakta dan sumber berita, serta memandang dan memaknai suatu
peristiwa akan berpengaruh pada pembentukan konstruksi berita pada
masing-masing media. Karena itulah berita yang dihasilkan bukan hanya menggambarkan
realitas, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai instrumen
yang dimiliknya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan.
Sehingga realitas yang terbentuk di Sejumlah surat kabar bisa jadi berbeda satu
sama lain.
F.3 Framing
Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau
cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis
berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang
diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa ke
mana berita tersebut. Framing, seperti dikatakan Todd Gitlin,4 adalah sebuah
strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa
4
The Whole World is Watching:Mass Media in the Making and Unmaking of the New Left,
23 untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan
dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak
pembaca.
G. Metode Penelitian
G.1. Pendekatan dan Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian kualitattif
Interpretatif menggunakan pendekatan analisis teks media. Penelitian kualitatif
menurut Moleong (2005:6)5 adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis framing untuk
membandingkan dua media dalam mengonstruksi berita yang sama, dalam hal ini
mengenai NII. Peneliti menggunakan metode analisis Framing model Zongdang
Pan dan Gerald M. Kosicki.
G.2. Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalah harian Kompas dan Republika edisi 1-5 Mei
2011 Sebanyak 3 berita pada surat kabar Kompas dan 4 berita pada surat kabar
Republika mengenai berita NII. Dapat dikatakan keduanya memiliki kepentingan
tersendiri tersebut. ada fakta yang dipilih dan yang disembunyikan oleh keduanya.
5
24
Tabel 1.1 Objek Penelitian
Judul Berita Tanggal Terbit
Megawati: Kita Harus Tegas Soal Ideologi Kompas, 1 Mei 2011
Parpol Disusupi NII Kompas, 3 Mei 2011
Pembiaran Ideologi Non Pancasila Berbahaya
Kompas, 5 Mei 2011
Polri akan Proses Gerakan NII Republika, 2 Mei 2011
NII Dibangkitkan oleh Intelijen Republika, 3 Mei 2011
Parpol Awasi Penyusupan Gerakan NII Republika, 4 Mei 2011
Pancasila Keropos, NII Siap Merasuk Republika, 5 Mei 2011
G.3. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara mengkliping berita mengenai Negara Islam
Indonesia (NII) yang terdapat pada harian Kompas dan Republika edisi 1 – 5 Mei
2011 Selain itu, referensi jurnal, artikel dan data lainnya yang terkait dengan
penelitian ini juga akan menambah kelengkapan dokumentasi data.
G.4. Teknik Analisis Data
Dokumentasi mengenai berita NII yang diperoleh dari harian Kompas dan
Republika akan dirangkum dan ditulis dalam uraian yang terperinci. Data tersebut
kemudian dianalisa dengan menggunakan desain analisis Framing Zhongdang Pan
dan Gerald M. Kosicki. Yaitu analisis yang dimaksudkan untuk membongkar
25 berita sebagai perangkat Framing. antara lain ; sintaksis, skrip, tematik, dan
retoris.
1. Sintaksis
Dalam pengertian umum sintaksis adalah susunan kata atau frase
dalam kalimat. Sedangkan dalam wacana berita sintaksis menunjuk pada
pengertian susunan dari bagian berita headline, lead, latar informasi,
sumber, penutup dalam suatu kesatuan teks berita secara keseluruhan.
Dengan melihat pemilihan judul, lead, dan latar informasi lainnya oleh
Kompas dan Republika, kita dapat menemukan bagaimana kedua surat
kabar tersebut mengonstruksikan berita mengenai kasus NII.
2. Skrip
Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau
menceritakan peristiwa kedalam bentuk berita. Laporan berita sering
disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena menulis berita dapat
disamakan, dalam taraf tertentu, dengan seorang yang menulis novel atau
kisah fiksi lain. Perbedaannya bukan terletak pada cara bercerita,
melainkan fakta yang dihadapi.
Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5 W + 1 H (who,
what, when, where, why and how). Meskipun pola ini tidak selalu dapat
dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang
diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan
berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting.
26 Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu
diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Kalau struktur sintaksis
berhubungan dengan pernyataan bagaimana fakta yang diambil oleh
wartawan akan ditempatkan pada skema atau bagan berita, maka struktur
tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis. Bagaimana
kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke
dalam teks berita secara keseluruhan.
4. Retoris
Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya
atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin
ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris
untuk membuat citra, menonjolkan sisi tertentu dan meningkatkan
gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur ini melihat cara
wartawan menggunakan idiom, grafik, gambar dan metafora untuk
mendukung tulisan dan menekankan arti tertentu pada pembaca.
Begitupula yang dilakukan oleh Kompas dan Republika dalam upaya
menonjolkan aspek tertentu mengenai kasus NII.
Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat
menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan
wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat
struktur tersebut. Dengan kata lain, ia dapat diamati dari bagaimana
wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk umum berita, cara
27 atau idiom yang dipilih. Pendekatan itu dapat digambarkan ke dalam
bentuk skema sebagai berikut:
Tabel 1.2
Kerangka Analisis Framing Pan dan Kosicki
STRUKTUR
PERANGKAT FRAMING
UNIT YANG DIAMATI
SINTAKSIS
Cara wartawan
menyusun fakta
1. Skema berita Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup
SKRIP
Cara wartawan
mengisahkan fakta
2. Kelengkapan berita 5W + 1H
TEMATIK
Cara wartawan menulis fakta
3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk kalimat 6. Kata ganti
Paragraf, proporsisi, kalimat, hubungan antar kalimat
RETORIS
Cara wartawan
menekankan fakta
7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora
[image:41.595.114.512.248.491.2]