BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Negara Republik Indonesia telah meratifikasi konvensi hak anak melalui
Keppress No. 36 tahun 1990. Peratifikasian ini sebagai upaya negara untuk
memberikan perlindungan terhadap anak. Dari berbagai isu yang ada dalam
konvensi hak anak salah satunya yang sangat membutuhkan perhatian khusus
adalah anak, anak yang memerlukan perlindungan khusus diantaranya anak yang
berkonflik dengan hukum. Dalam hukum nasional perlindungan khusus anak yang
berhadapan dengan hukum juga diatur dalam Undang-undang Perlindungan Anak
No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 23 Tahun 2002
dan juga Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak. Perlindungan Anak merupakan pekerjaan penting yang harus terus
dilakukan oleh seluruh unsur negara kita. Bentuk-bentuk perlindungan anak inipun
dilakukan dari segala aspek, mulai pada pembinaan pada keluarga, kontrol sosial
terhadap pergaulan anak, dan penanganan yang tepat melalui peraturan-peraturan
yang baik yang dibuat oleh sebuah negara.
Namun dalam perjalanan panjangnya hingga saat ini apa yang diamanatkan
dalam undang-undang tersebut terkendala dengan sarana dan prasarana yang
disediakan oleh Pemerintah, misalnya penjara khusus anak yang hanya ada di
kota-kota besar. Hal ini tentu saja menyebabkan tidak terpenuhinya hak-hak anak
tersebut. Selain itu kurangnya sosialisasi yang terpadu dan menyeluruhyang
dilakukan kepada aparat penegak hukum termasuk kepolisian hingga ke jajaran
paling bawah menyebabkan tidak efektifnya pemberian perlindungan hukum
terhadap anak.
Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan negara yang akan
melanjutkan tongkat estafet pembangunan serta memiliki peran strategis,
mempunyai ciri atau sifat khusus yang akan menjamin kelangsungan eksistensi
bangsa dan negara pada masa depan. Oleh karena itu, setiap anak harus
mendapatkan pembinaan dari sejak dini, anak perlu mendapat kesempatan yang
seluas-luasnya untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik,
mental maupun sosial. Terlebih lagi bahwa masa kanak-kanak merupakan periode
penaburan benih, pendirian tiang pancang, pembuatan pondasi, yang dapat disebut
juga sebagai periode pembentukan watak, kepribadian dan karakter diri seorang
manusia, agar mereka kelak memiliki kekuatan dan kemampuan serta berdiri tegar
dalam meniti kehidupan1
Anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan
bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang
menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.2 Sehingga
kewajiban setiap masyarakat untuk memberikan perlindungan dalam rangka untuk
kepentingan terbaik bagi anak. Pada hakikatnya anak tidak dapat melindungi diri
1
Maidin Gultom, 2008, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Bandung, Refika Aditama, hal. 1
2
sendiri dari berbagai macam tindakan yang menimbulkan kerugian mental, fisik,
sosial dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan. Anak harus dibantu
oleh orang lain dalam melindungi dirinya, mengingat situasi dan kondisinya,
khususnya dalam pelaksanaan peradilan anak yang asing bagi dirinya. Anak perlu
mendapat perlindungan dari kesalahan penerapan peraturan perundang-undangan
yang diberlakukan terhadap dirinya, yang menimbulkan kerugian mental, fisik,
dan sosial.3
Salah satu persoalan yang sering muncul ke permukaan dalam kehidupan
masyarakat ialah tentang kejahatan berupa pencurian. Ironisnya tindak pidana
pencurian ini dilakukan oleh anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa
di masa datang kelak.
Perbuatan anak yang nyata-nyata bersifat “melawan hukum”, dirasakan
sangat mengganggu kehidupan masyarakat. Akibatnya, kehidupan masyarakat
menjadi resah, perasaan tidak aman bahkan menjadi ancaman bagi usaha mereka.
Oleh karena itu perlunya perhatian terhadap usaha penanggulangan dan
penanganannya, khususnya di bidang hukum pidana beserta hukum acaranya. Hal
ini erat hubungannya dengan perlakuan khusus terhadap pelaku tindak pidana yang
masih muda usianya, sebab adalah hak setiap anak untuk diperlakukan secara
manusiawi, walaupun ia terlibat tindak pidana.
Jika hal ini terjadinya, tentunya akan mempengaruhi sikap mentalnya, ia
akan merasa sangat ketakutan, mengalami tekanan kejiwaan. Hal ini sangat
merugikan kepentingan anak, jangan sampai nantinya setelah menjalani masa
hukuman, anak menjadi bertambah kenakalannya. Oleh karena itu dalam
menangani perkara anak terutama bagi petugas hukum diperlukan perhatian yang
khusus, pemeriksaannya atau perlakuannya tidak dapat disamaratakan dengan
orang dewasa.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pemerintah bersama Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) membentuk suatu undang-undang yaitu
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dengan
lahirnya Undang-Undang tersebut, tampak bahwa sesungguhnya pemerintah telah
bertekad untuk mewujudkan suatu peradilan anak yang baik. Dengan demikian
diharapkan anak yang terkena kasus pelanggaran hukum tidak dirugikan secara
fisik maupun mental. Dalam hal ini Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dimaksudkan untuk memberikan
perlindungan hukum bagi anak dalam proses acara pidananya. Dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak, maka diharapkan penanganan perkara anak sudah dibedakan dengan
perkara orang dewasa demi perkembangan psikologis anak.
Salah satu solusi yang dapat ditempuh dalam penanganan perkara tindak
pidana anak adalah pendekatan restorative juctice, yang dilaksanakan dengan cara
pengalihan (diversi). Restorative justice merupakan proses penyelesaian yang
dilakukan di luar sistem peradilan pidana (Criminal Justice System) dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan suatu tindak pidana yang terjadi untuk
mencapai kesepakatan dan penyelesaian. Restorative justice dianggap cara
berfikir/paradigma baru dalam memandang sebuah tindak kejahatan yang
dilakukan oleh seorang.
Polisi sebagai garda terdepan dalam penegakan hukum memiliki
tanggung-jawab yang cukup besar untuk mensinergikan tugas dan wewenang Polri
sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu bahwa Kepolisian Republik Indonesia
memiliki tugas:4
a. Memelihara Keamanan dan Ketertiban Masyarakat.
b. Menegakkan Hukum.
c. Memberikan Perlindungan, Pengayoman, dan Pelayanan Masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya tersebut polisi harus
senantiasa melihat kepentingan masyarakat. Salah satu tugas polisi yang sering
mendapat sorotan masyarakat adalah penegakan hukum. Pada prakteknya
penegakan hukum yang dilakukan oleh polisi senantiasa mengandung 2 (dua)
pilihan. Pilihan pertama adalah penegakan hukum sebagaimana yang disyaratkan
oleh undang-undang pada umumnya, dimana ada upaya paksa yang dilakukan oleh
polisi untuk menegakkan hukum sesuai dengan hukum acara yang diatur dalam
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP. Sedangkan pilihan kedua
4
adalah tindakan yang lebih mengedepankan keyakinan yang ditekankan pada
moral pribadi dan kewajiban hukum untuk memberikan perlindungan kepada
anggota masyarakat. Hal ini dikenal dengan nama diskresi. Tindakan tersebut
diatur di dalam Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP dan
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dimana
polisi telah diberi kebebasan yang bertanggung-jawab untuk melaksanakan hal
tersebut.
Oleh karena itu penyidik, khususnya penyidik Satreskrim Polres Malang
Kota dituntut mampu melakukan tindakan diversi dalam menangani perkara tindak
pidana anak. Pengalihan proses peradilan anak atau yang disebut dengan diversi
berguna untuk menghindari efek negatif dari proses-proses peradilan selanjutnya
dalam administrasi peradilan anak, misalnya labelisasi akibat pernyataan bersalah
maupun vonis hukuman.
Keberadaan diversi berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak memang seharusnya dikedepankan oleh
penyidik dalam hal penyidikan terhadap anak yang melakukan tindak pidana anak.
Menurut ketentuan Pasal 1 poin 7 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak bahwa yang dimaksud Diversi adalah pengalihan
penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan
pidana. Diversi wajib diupayakan oleh penyidik hal itu sesuai dengan ketentuan
(1) Pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan perkara anak di
pengadilan negeri wajib diupayakan diversi.
(2) Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam hal tindak
pidana yang dilakukan:
a. Diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun; dan
b. Bukan merupakan pengulangan tindak pidana.
Dari hal-hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul PENERAPAN DIVERSI OLEH PENYIDIK DALAM PROSES
PENYIDIKAN TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA.
(Studi di Polres Malang Kota)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan diversi oleh penyidik dalam proses penyidikan
terhadap anak yang melakukan tindak pidana?
2. Apa saja faktor penghambat dalam penerapan diversi oleh penyidik dalam
proses penyidikan terhadap anak yang melakukan tindak pidana?
C. Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan diversi oleh penyidik dalam proses
penyidikan terhadap anak yang melakukan tindak pidana.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat dalam penerapan diversi oleh
penyidik dalam proses penyidikan terhadap anak yang melakukan tindak
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu
hukum pidana secara umum dan khususnya yaitu dalam pertimbangan
penyidik untuk menerapkan diversi terhadap anak yang melakukan tindak
pidana pencurian
2. Manfaat Praktis
a) Manfaat Bagi Penulis
Penulisan hukum ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dalm
mengembangkan ilmu pengetahuan hukum khususnya dibidang hukum
pidana terhadap anak.
b) Manfaat bagi Polres Malang Kota dan Instansi Terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan bagi aparat (polisi, jaksa, dan hakim), dalam menangani
perkara anak khususnya dalam usaha memberikan perlindungan pada
anak.
c) Manfaat Bagi Anak yang Berhadapan dengan Hukum
Penelitian yang dilakukan oleh penulis terkait pemenuhan hak anak untuk
dirahasiakan dalam hal anak sebagai pelaku tindak pidana diharapkan
E.Kegunaan penelitian
Untuk dapat menjadi bahan masukan bagi aparat penegak hukum, khususnya
Kepolisian Resort Malang Kota dalam rangka melakukan penerapan diversi oleh
penyidik dalam proses penyidikan terhadap anak yang melakukan tindak pidana
pencurian.
F.Metode penulisan 1. Metode Pendekatan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis
(socio-legal research) bahwa hukum sebagai gejala sosio empirik dapat dipelajari di
satu sisi sebagai independent variable yang menimbulkan efek-efek pada
pelbagai kehidupan sosial, dan dilain sisi, sebagai suatu dependent variable
yang muncul sebagai resultante berbagai ragam kekuatan dalam proses sosial
(studi menegenai law in process) , dengan tujuan penelitian hukum yang hendak
menelaah efektivitas suatu peraturan perundang-undangan (berlakunya hukum)
pada dasarnya merupakan penelitian perbandingan antara realitas hukum
dengan ideal hukum. Dipandang sebagai yuridis dalam penelitian ini adalah
ketentuan Pasal 1 poin 7 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 Tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, kemudian yang dipandang sebagai sosiologis
adalah pelaksanaan dari Pasal 1 poin 7 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, mengenai realitas empiris pelaksanaan
2. Alasan pemilihan lokasi penelitian
Penulis memilih tempat lokasi penelitian di KEPOLISIAN RESOR (POLRES)
Malang Kota, dengan pertimbangan bahwa POLRES Malang Kota banyak
terjadi perkara anak yang melakukan tindak pidana khususnya tindak pidana
pencurian.
3. Jenis Data:
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Data Primer adalah jenis data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian
yaitu Polresta Malang tentang penerapan diversi yang dilakukan oleh
penyidik terhadap anak yang melakukan tindak pidana pencurian. Cara yang
digunakan untuk memperoleh data ini adalah dengan menggunakan teknik
wawancara, studi dokumen, informasi serta pendapat dari sumber informasi
utama yaitu Penyidik Polres Malang Kota.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data pendukung dari data primer. Data sekunder
diperoleh dari kajian kepustakaan dan undang-undang, buku-buku literatur
maupun hasil penelitian terdahulu sebagai acuan tambahan bagi penulis.
Sumber data yang terkait antara lain:
1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
2) Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Perlindungan Anak
3) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
4) Undang- Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
c. Data Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang diperoleh dari ensklopedia,
jurnal hukum, kamus hukum dan kamus besar bahasa Indonesia. Penulis
menggunakan bahan hukum tersier sebagai bahan hukum yang memberikan
petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan
sekunder.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian ini adalah:
a) Wawancara
Wawancara yaitu metode bertatap muka dengan responden untuk
menanyakan fakta-faka yang ada, pendapat maupun persepsi dari responden
pelaku, diantaranya adalah penyidik berwenang melakukan proses
penyidikan.
b) Studi Dokumen
Yaitu berupa pengumpulan data-data yang dimiliki oleh pihak yang berkaitan
c) Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah dengan melakukan pencarian atau penelusuran
bahan-bahan kepustakaan seperti berbagai literature atau buku-buku atau jurnal.
5. Teknik Analisa Data
Analisa data dalam penelitian tentang penerapan diversi oleh penyidik dalam
penyidikan terhadap anak yang melakukan tindak pidana pencurian dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu yang cara memaparkan semua
data yang dihasilkan dari data primer maupin data skunder dan di analisis secara
sistematis guna menjawab permasalahan yang ada.
a) Kualitatif
Yaitu metode analisis data yang mengelompokkan dan meyeleksi data yang
diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan kebenarannya,
kemudian dihubungkan dengan teori teorin yang diperoleh dari studi
kepustakaan, sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan.
b) Deskriptif
Yaitu metode analisis data dengan memilih data yang menggambarkan
sebenarnya di lapangan. Dalam analisis ini menggunakan cara berpikir
induktif yaitu menyimpulkan hasil penelitian dari hal yang sifatnya khusus ke
G. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan penulisan ini, peneliti akan membuat sistematika penulisan
dengan tujuan dapat dijadikan acuan dalam penulisan, dapat dipertanggung
jawabkan, mempermudah penulisan, dan agar terlihat sitematis.
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang yang berisi tentang dasar pemikiran
pengambilan judul skripsi seperti halnya yang dipaparkan oleh penulis diatas.
Permasalahan berisi tentang titik –titik masalah hukum yang akan dibahas oleh
penulis dalam penulisan hukum ini. Tujuan penulisan, berisi tentang manfaat
penulisan hukum ini bagi berbagai pihak mulai dari penulis sendiri sampai pada
kalangan praktisi dan masyarakat pada umumnya. Metode penelitian, berkaitan
dengan metode yang akan dipakai untuk penulisan hukum baik metode analisa
maupun jenis data dan metode pengumpulan datanya. Sistematika penulisan
merupakan kerangka dari penulisan hukum ini nantinya.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisikan deskripsi atau uraian tentang bahan-bahan teori, doktrin
atau pendapat sarjana dan kajian yuridis berdasarkan ketentuan hukum yang
berlaku, yang terkait langsung dan menjadi kerangka ilmiah permasalahan yang
menjadi obyek penulisan hukum yakni berisikan tentang tinjauan mengenai tindak
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang uraian pembahasan permasalahan yang diutarakan serta
dianalisa secara sosiologis-yuridis berkaitan dengan permasalahan tersebut.
Adapun konsentrasi atau fokus pembahasan ini terletak pada kategorisasi yang
dilakukan oleh undang-undang terhadap anak terkait dengan penerapan diversi
yang dirumuskan dengan dua permasalahan yaitu apakah ketentuan diversi dalam
undang-undang No.11 tahun 2012 tentang system peradilan pidana anak terjadi
bentuk diskriminasi dan bagaimanakah cara menerapkan asas nondiskriminasi
terkait diversi dalam undang-undang no.11 tahun 2012 tentang system peradilan
pidana anak.
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada
bab-bab sebelumnya dan berisi saran-saran yang perlu untuk disampaikan guna dalam
memberikan masukan terhadap hasil penulisan dan untuk menjawab
(Studi di Polres Malang Kota)
PENULISAN HUKUM
Oleh:
JANINDRA KURNIAWAN 2010101103111118
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM
dan rahmat yang begitu besar dari-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas akhir
penulisan hokum dengan judul “PENERAPAN DIVERSI OLEH PENYIDIK
DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN
TINDAK PIDANA” (Studi di Polres Malang Kota)
Tak lupa sholawat serta salam penulis hantarkan kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW karena berkat beliau penulis mampu hidup di zaman
yang terang benderang dan jauh dari kata kebodohan.
Dalam proses penyusunan tugas akhir penulisan hukum ini, penulistidak
terlepas bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan berupa moril
maupun materiil sehingga penulisan hokum ini dapat terselesaikan. Dari hal itu
penulis ingin mengucapkan beribu terima kasih kepada :
1. Tuhanku Maha Besar Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya yang begitu luar biasa dalam kehidupanku. Tiada Tuhan selain
Allah SWT.
2. Yang tercinta orang tuaku Almarhum Bapak Basuki Suminto Adi dan Ibu
Widiastoeti, terima kasih karena telah menjadi orang tua yang luar biasa yang
senantiasa terus mencintai, mendidik, menasehati, mendukung, hadir dan
menjadi orangtua paling berharga dalam hidupku.
3. Yang Terhormat Bapak Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Prof. Dr.
5. Bapak Dr. Sulardi, SH.,M.Siselaku Dekan Faultas Hukum UMM yang telah
membawa Fakultas Hukum selangkah lebih maju dan lebih baik.
6. Bapak Dr. Tongat, SH.,M.Hum dan Bapak Sofyan Arief, SH., M.Kn selaku
Pembantu Dekan 1 dan Pembantu Dekan 3
7. Ibu Fifik Wiryani, SH., M.Si., M.Hum selaku Pembantu Dekan 2 sekaligus
pembimbing 2 yang selalu saba rmembimbing dan mengarahkan sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan hasil yang baik walaupun di
tengan kesibukan beliau yang sangat padat.
8. Bapak Wasis Suprayitno S.H., M.Si selaku pembimbing 1 yang telah
memberikan arahan dan nasehat baik dari awal perkuliahan sampai dengan
tugas akhir ini terselesaikan.
9. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang
telah memberikan ilmu yang sangat luar biasa bermanfaat bagi saya sehingga
mempunyai ilmu yang matang untuk terjun ke masyarakat kedepannya.
10.Segenap jajaran TU Fakultas Hukum UMM yang selalu melayani kami
dengan baik dalamm pengurusan administrasi di Fakultas dan seluruh team
Rosidar yang selalu menjaga kebersihan Universitas terutama kelas Fakultas
Hukum yang membuat kami nyaman dalam melaksanakan system belajar
rmengajar. Kemudian Team parkiran yang senatiasa menjaga kendaraan kami
12.Seluruh saudaraku HAMAM BULAN dan Paseban „Sang Merah Putih Garuda
Pancasila Jati‟ Sarasehan Budaya, Mas Tara Ismaya, Mas Bambang, Mas
Wahyu, Mas Nono, Mas Hasan, Mas Viky dll, selalu memberi dukungan yang
tak pernah lelah dan menjadi saudara yang baik.
13.Seluruh teman sekaligus sahabat di rumah ARGAPANO, Mas Wel, Mas Eko,
Mas Wdi, Mas Diar, CakMus dll, yang selalu mendukung untuk mencapai
cita-cita penulis.
14.Seluruh teman-teman mahasiswa FakultasHukum UMM angkatan 2010,
khususnya KAMETA!!!terimakasih karena sudah mengRocknRollkan
kehidupan kampusku. Sukses selalu untuk kitasemua.
15.Saudara-saudaraku di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Hukum
UMM yang telah memberikan begitu banyak ilmu yang tidak bias saya
dapatkan di dalam bangku perkuliahan. Terimakasih sudah mendidik saya
menjadi mahasiswa yang .Bahagia HMI.. YAKUSA!!!
16.Terimakasih penuh cinta untuk Shella Fanditha Yulitasari yang selalu ada saat
aku bahagi amaupun saat aku bersedih. Selalu menemani, mendukung,
membantu, mendoakan, member semangat, membuatku tertawa dan menjadi
pihak.
Malang, 11 November 2015
Penulis,
SuratPernyataan ... iii
Motto ... iv
Abstraksi ... v
Abstract ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... viii
DaftarTabel ... ix
DaftarBagan ... x
DaftarLampiran ... xi
BAB I : PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1
B. RumusanPermasalahan ... 7
C. TujuanPenelitian... 7
D. ManfaatPenelitian ... 8
E. KegunaaanPenelitan ... 9
F. MetodePenulisan ... 9
G. SistematikaPenelitian... 13
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. TinjauanTentangTindakPidana Yang DI LakukanAnak ... 15
1. PengertianAnak ... 15
2.Hak-HakAnak ... 17
3.PerlindunganTerhadapAnak ... 20
B. TinjauanTentangPenyidik Dan Penyelidikan ... 22
1. Pengertian pengertianPenyidik ... 22
2. PengertianPenyidikan Dan Penyelidikan ... 26
3. TugasdanWewenangPenyidikdanPenyelidik...28
C. TinjaunTentangDiversidan Restorative Justice...30
1. PengertianDiversi...322.
Macam-macam Diversi. ... 34
Kota ... 46 1. GambaranUmumPolres Malang Kota ... 46 2. Unit PPA ... 46
B. Proses PenyidikanTerhadapTindakPidana yang dilakukanolehAnak
di Polres Malang Kota ... 48
1. Mekanisme Proses PenyidikanterhadapAnak yang
MelakukanTindak
Pidana...48
C. PelaksanaanDiversiTerhadapAnak yang MelakukanTindakPidana
... 63 1. ContohKasusdanInisialPelaku...63
2. PenerapanDiversi yang dilakukanPenyidikPolres Malang
Kota... 64
D. HambatanPenerapanDiversidalam Proses PenyidikanterhadapAnak
yang MelakukanTindakPidana...69 BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 73 B. Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA
dengan Hukum, Buku Saku untuk Polisi, Unicef, Jakarta
Darwan Prinst, 2003, Hukum Anak Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti
Gerson Bawengan, 1997, Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik Introgasi,
Jakarta, Pradya Paramita
Irma Setyowati, Soematri, 1990, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Jakarta, Bumi Aksara
MaidinGultom, 2008, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan
Pidana Anak di Indonesia, Bandung, Refika Aditama
Marlina, DiversidanResorative Justice sebagai Alternatif Perlindungan terhadap
Anak yang Berhadapan dengan Hukum, dalam Mahmul Siregar dkk, Pedoman Praktis
Melindungi Anak dengan Hukum pada Situasi Emergensi dan Bencana Alam, Medan
Marlina, 2010, Pengantar Konsep Diversi dan Restorative Justice dalam Hukum
Pidana, Medan, USU Press
Marlina, Diversidan Restorative Justice sebagai Alternatif Perlindungan
terhadap Anak yang Berhadapan dengan Hukum
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Pengembangan Konsep Diversi
dan Restorative Justice, Bandung, Refika Editama
Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak