PENGARUH MASA DAN CARA
PENYIMPANAN TERHADAP KWALITAS
TELUR AYAM (HY -LINE PUTIH)
DITINJAU DARI JUMLAH KOlONI
BAKTERI YANG TUMBUH PADA
MEDIA NUTRIENT AGAR
S K R I P S I
Oleh
ENDANG ENDRAKASIH
B. 15. 0243
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
PENGARUH MASA DAN CARA
PENYIMPANAN TERHADAP KWALITAS
TELUR AYAM (HY-LINE PUTIH)
DITINJAU DARI JUMLAH KOLONI
BAKTERI YANG TUMBUH PADA
MEDIA NUTRIENT AGAR
Suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh masa dan ca-ra penyimpanan terhadap kwali tas telur ayam,. konsumsi telah di-lakukan di laboratorium mikrobiologi Balai Latihan Pegawai Per-tanian bidang kesehatan hewan di Cinagara-Bogor selama 60 hari.
Telur ayam (hy-line putih) disimpan selama 0 hari,
6
hari, 12 hari, 18 hari, ' •••••••••••••••••• 60 hari. Masing-masing umur penyimpanan terdiri atas 10 sample dimana5
sample dile-takkan pada suhu kamar (suhu rata-rata 26oc) dan5
sample dile-takkan dalam cooler (4°C). Penyimpanan dilakukan secara seragam dengan ujung runcing telur di bawah. Telur yang dipakai bera-sal dari peternakan ayam milik SPP Cinagara-B0gor. Dari setiap sample dibuat pengenceran seri (1:20, 1:200, 1:2000, •••••••••••••••••• 1:2,000,000) dengan nutrient broth. Masing-masing
pengenceran ditanam pada media nutrient agar untuk dihitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh (viable count). Tehnik yang digunakan adalah tehnik agar tuang. Penginkubasian dilakukan selama 2X24 jam pada suhu 37°C.
Dari penelitian ternyata tidak ada koloni bakteri yang セ@
PENGARUiH J'1ASA DAN CARA
penセimpanaセ@ TERHADAP KWALLTAS
TELUR AYAM (aI-LINE PUTlH) DITINJAU DARI JUMLAH kolonセ@
IilAKTERI YANG 'llIIMBUIill PADA MEDIA NUTRIENT AGAR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mempereleh gelar
DOKTER HEWAN
pada
Fakultas Kedekteran Hewan, Institut Pertanian Boger
Oleh
ENDANG ENDRAKASIH
:a.
15. 0243.FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGARUH MASA DAN CARA PENYIMPANAN TERHADAP KWALITAS
TELUR AYAM (HY-LINE PUTIH) DITINJAU DARI JUMLAH KOLONI BAKTERI YANG TUMBUH PADA
MEDIA NUTRIENT AGAR
Oleh
ENDANG ENDRAKASlffi
Skripsi ini telah : diperiksa dan disetujui
oleh
(drh. Roso Soejoedono MPH)
KATA PENGANTAR
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat
un-tuk memperoleh gelar profesi dokter hewan di Fakultas Kedokteran
Hewan - Institut Pertanian Bogor.
Banyak pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.
Untuk itu<penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan;
khu-susnya kepada:- drh. Roso Soejoedono MPH (dosen pembimbing)
- Drs. M. Samad Sosroamidjojo (Kepala Balai
Latih-an Pegawai PertLatih-aniLatih-an!BLPP Cinagara-Bogor)
- drh. Rosmawaty Saoeni dan Elies Lasmini (staff
laboratorium mikrobiologi BLPP Cinagara-Bogor).
aarapan penulis semoga karya ilmiah ini berguna bagi yang
memerlukan. Selain itu kritik dan saran perbaikan dari pembaca
untuk skripsi ini akan sangat penulis hargai.
iii
Bogor, Nopember 1985
DAFTAR
151KATA PENGAN'fAR
...
"...
,..... ..
DAFTAR
151...
" ,.....
Halaman
i i i
iv
DAFTAR TABEL
...
[image:6.567.49.493.73.425.2]DAFTAR
DAFTAR
GAMBAR
...
LAMPI RAN
...
PENDAHULUAN
...
TINJAUAN
PUSTAKA
...
v
vi
vii
1
4
Pelindung telur terhadap infeksi bakteri ••••• 4
BAHAN HASIL
Jalannya infeksi mikroba kedalam telur
...
DAN
METODE PENELITIAN
..
..
..
..
.. .. ..
.. ..
....
セ@..
....
.. ....
....
..
..
DAN
PEMBAHASAN ... ..KESIMPULAN
...
DAFTAR PUSTAKA
...
LAMPI RAN
...
DAFTAR
TABEL
Tabel Halaman
1. Perbandingan antara elastisitas pendapatan dengan laju permintaan beberapa komoditi
hasil ternak • • • • • • • . . . • . . . • ,
2. Jumlah RTP pengusaha berbagai komoditi
peternakan •••••••••••..•.•.•••••••••..•••••..•..•••• 2
3.
Fungsi biologis komponen-komponen yang terdapatpada alBumen telur ayam •••••••••••••.•••••••.•••••.• 8
J)AFTAR GAMBAR
GallDar
1. Potongan radial kulit telur • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
2. Potongan membujur telur •••••.•••.••...•••••.•••••
3.
Gambar skematis cara pengenceran •••••••••..••••••vi
Halaman
DAFTAR
LAMPI RAN
Lampiran Halaman
1. Nilai gizi telur segar ••••••••••.••.••••.•.•••• 22
2. Mikroorganisma yang ditemukan pada
kulit telur ayam ••••••••••••••••••••••••••••••• 24
3.
iakteri yang ditemukan pada teluryang men gal ami kebusukan ••••••••••••••••••••••• 2)
PENDAHULUAN
Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang
re-latif murah bila dibandingkan deugan daging sapi, misalnya.
Se-lain itu telur Juga telah memasyarakat di Indonesia. Tabel
ni-lai glzi telur dapat dilihat pada lampiran 1.
Pada Pelita IV dengan elastisitas pendapatan terhadap
per-mintaan telur 1.2, maka laju perper-mintaan ternadap telur adalah
7.5
%
pertahun. Ini berarti bahwa apabila pendapatan meningkat, konsumsi telur masyarakat 」・ョ、・イセョァ@ meningkat pula. Keadaan inidapat dibandingkan dengan tabel dibawah ini;
TABEL 1. Perbandingan antara elastisitas pendapatan dengan laju permintaan beberapa komoditi hasil ternak
---Komoditi Elastisitas pendapatan Laju permintaan
---Daging sapi!kerbau
Daging kambing/domba
Daging unggas/ayam
1.2
1.2
---Sumber data: Majalah Pertanian dan Peternakan Ayam dan Telur
tahun 1983.
Adapun jumlah rumah tangga pertanian (RTP) yang
mengusa-hakan ayam ras (layer/broiler) adalah 115,000. Dengan tujuan
me-ningkatkan pendapatan petani peternak menjadi 2,000 dolar
perta-hun per RTP dan meningkatkan kesempatan kerja dari 6,379,800
2
tahun
1984,
maka populasi dan produksi ternak akan ditingkatkan seperti terlihat pada tabel dibawah ini:TABEL 2. Tabel jumlah RTP pengusaha berbagai komoditi peternakan
---Komoditi
1984.
Akhir Peli ta IV---Ayam
37,800,000
56,100,000
Sapi potong
6,7511,800
7,077,000
Kerbau
2,533,000
2,639,000
Kambing
8,098,000
8,527,000
Domba
4,000,000
4,573,000
---Sumber data: Majalah Pertanian dan Peternakan Ayan dan Telur
tahun
1983.
Dari data diatas tampak bahwa sirkulasi ayam dan rumah
tangga yang mengusahakan ayam; khususnya ayam petelur/layer
me-megang rekor tertinggi di Indonesia. Terlihat pula bahwa
popu-lasi dan produksi ternak ayam masih terus akan meningkat
sehing-ga pada akhir Pelita IV diperkirakan jumlah RTP yang
mengusaha-kan ayam amengusaha-kan menjadi
56,100,000.
Keadaan ini menjadi tidak penting artinya bila tidak
di-sertai dengan pengetahuan cara-cara penanganan dan pengamanan
produksi telur serta pemgamanan konsumen telur terhadap
kemung-kinan terjadinya penyakit yang dapat ditularkan melalui telur.
Dengan kata lain usaha peningkatan produksi telur akan penting
[image:12.546.82.474.176.349.2]3
dan tahan lama serta aman bagi masyarakat konsumen telur. Oleh
karena ltu setelah telur diambil dari kandang perlu segera
di-lakukan tindak penanganan untuk membuat penurunan mutu sekecil
mungkin (STEWARD dan ABBOT, 1972).
KontaminaSl oleh mikroorganisma baik bakteri pembusuk
ma-upun bakteri patogen pada telur merupakan hal yang merugikan
ba-ik bagi produsen maupun bagi konsumen telur. Kontaminasi oleh
bakteri patogen menyebabkan telur mengandung bibit penyakit yang
dapat membahayakan konsumen. Salmonella typhimurium merupakan
salah satu bakteri patogen bagi manusia yangdapat hidup dalam
telur (WILDING, 1982). Sedang kontaminasi oleh bakteri
pembu-suk pada derajad kontaminasi tertentu dapat menyebabkan kebupembu-suk-
kebusuk-an telur. Telur akan mengalami kebusukan bila disimpan selama
3 hari pada suhu 99.6°F (37.2o C) atau 100 hari pada 37.6oF
(3.11oC) -BYERLY, 1945. Keadaan tersebut merugikan baik bagi
konsumen maupun bagi produsen.
Kontaminasi oleh bakteri dapat terjadi sewaktu telur
ma-sih berada dalam tubuh induk/intragenital contamination dan
di-luar tubuh induk/extragenital contamination. Dari penelitian
ternyata bahwa 36.2
%
bakteri yang diisolasi dari telur adalahbakteri coliform (WILDING, 1982). Pada lampiran 2 dan 3 dapat
dilihat macam-macam 「。ォエ・セゥ@ yang dijumpai pada kerabang dan
bak-teri-bakteri yang menyebabkan kebusukan telur. Dengan
perlaku-an-perlakuan tertentu pada saat penyimpanan kontaminasi dapat
dikurangi (STADELMAN dan COTTERYLL, 1977). Berdasarkan
セnjauan@ PUS TAKA
Telur dalam pengertian sehari-hari mempunyai dua kriteria,
yaitu sebagai bahan biologi dan sebagai bahan pengan. Sebagai
bahan biologi telur merupakan sumber zat makanan yang lengkap
bagi pertumbuhan sel yang dibuahi (ROMANOFF, 1963).
Nilai gizi telur serupa dengan susu, dalam arti dapat
di-jadikan sumber makanan bagi pertumbuhan biologi. Bedanya, susu
merupakan bahan makanan bagi pertumbuhan anak, sedangkan telur
merupakan bahan makanan bagi pertumbuhan embrio (SMITH dan
WAL-TERS, 1967).
1 • PELINDUNG TELUR TERHADAP INFEKSI BAKTERI
Untuk melindungi zat makanan yang ada dalam telur, telur
itu sendiri telah memiliki pelindung terhadap serangan mikroba:
1 .1 Kuli t telur
Kulit telur sebagian besar terdiri atas senyawa anorganik,
an tara lain garam-garam kalsium, garam fosfat, dan garam karbonat.
Kadar garam karbonat, khususnya magnesium karbonat (MgC0
3) mem-pengaruhi kekerasan kulit telur (STADELMAN dan COTTERYLL, 1977).
Kulit telur utuh memiliki pori-pori yang digunakan untuk
pertukaran gas; yang berukuran 0.01 - 0.07 mm. Pori-pori
ter-sebut tersebar diseluruh permukaan kulit telur. Kulit telur
bang-sa burung berpori-pori lebih dari 17,000 buah (STADELMAN dan
COTTERYLL, 1977).
Pada bagian tumpul telur jumlah pori-pori persatuan luas
lebih besar dibandingkan dengan bagian lain. Oleh sebab itu
5
kantung udara terjadi di daerah ini (ANONYMUS, 1964).
Telur yang masih baru, pori-porinya masih dilapisi dengan
lapisan tipLs kutikula yang terdiri atas 90
%
ーイッエ・セョ@ dansedi-kit lemak. Fungsi kutikula ini untuk mencegah penetrasi
mikro-ba melalui kulit telur dan memperlammikro-bat penguapan air.
Kompo-nen lemak pada kutikula ini sangat berguna untuk mencegah
masuk-nya cairan elektrolit melalui kulit telur sehingga hamasuk-nya udara
dan air saja yang dapat masuk melalui sistim difusi (STADELMAN
dan COTTERYLL, 1977; ROMANOFF, 1963). Keadaan ini lebih jelas
terlihat melalui gambar skematis berikut:
Pori-pori
[image:16.558.45.510.185.669.2]Selaput telur
t
Penguapan airGambar 1. Potongan radial kulit telur Sumber: STADELMAN dan COTTERYLL (1977).
1.2 Selaput telur
Fungsi pertahanan selaput telur terhadap infasi bakteri
6
merupakan anastomose serabut-serabut keratin dengan mantel
gli-koprotein, maka selaput telur ini tentunya merupakan saringan/
filter terhadap masuknya bakteri (STADELMAN dan COTTERYLL, 1977).
1.3 Albumen
Protein dan air merupakan komponen terbesar putih telur.
pイッセ・ゥョ@ putih telur terdiri atas protein serabut (ovomucin) dan
protein globular yang terdiri atas ovalbumin,
conalbumin,ovomuco-セ@
id, lysozyme, flavoprotein, ovoglobulin, ovoinhibitor, dan
avi-din (WINTON, 1949).
Albumen mempunyai fungsipertahanan mekanis dan kimiawi.
Sebagai alat. pertahanan mekanis albumen bekerja dengan dua cara:
(i) Viskositas/kekentalan protein-protein yang terdapat dalam
albumen menghambat pergerakan bakteri yang telah terlanjur masuk
melewati selaput .telur sehingga tidak "menyerang" kuning telur.
(ii) "Albuminous sac" telur segar keadaannya masih sedemikian
rupa sehingga kuning telur terletak tepat ditengah. Keadaan ini
menyebabkan kuning telur sulit "dijangkau" oleh
bakteri/mikro-ba kontaminan yang terlanjur masuk. Dengan demikian "albuminous
sac" ini menjaga kuning telur agar berada pada jarak
sejauh-ja-uhnya dari mikroba kontaminan yang "ditangkap" oleh selaput
te-lur.
Ditinjau dari susunan kimianya, albumen merupakan media
yang tidak cocok untuk pertumbuhan mikroba. Hal ini disebabkan
oleh adanya lysozyme dan protein-protein yang menyebabkan
7
menjadi tidak dapat digunakan. Keadaan albumen yang alkalis
de-ngan pH
9.5
menyebabkan ion besi cenderung membentuk kelatde-ngan bantuan ovotransferin. Ion besi yang telah membentuk kelat
ini tidak dapat digunakan lagi oleh mikroba. Selain itu keadaan
albumen yang tidak cukup mengandung non protein nitrogen (NPN)
menyebabkan mikroba kontaminan tidak dapat memenuhi kebutuhannya
akan nitrogen. Keadaan ini juga menyebabkan albumen merupakan
media yang tidak dapat dipakai oleh bakteri untuk hidup
(STADEL-MAN dan COTTERYLL, 1977; LIGHTEODY dan FEVOLD, 1948).
Ovotransferin merupakan alat pertahanan utama bagi telur
terhadap infeksi mikroba dan kabusukan. Ovotransferin bekerja
dengan cara mengkelasikan ion Fe3+ sehingga tidak dapat
diguna-kan oleh mikroba. Keadaan ini menyebabkan mikroba tidak dapat
bermultiplikasi (STADELMAN dan COTTERYLL, 1977).
Sedangkan lysozyme dewasa ini dianggap berperan sebagai
alat pertahanan mekanis. Secara invitro memang telah terbukti
bahwa lysozymec dari telur ayam dapat melisiskan dinding sel
bak-teri; tetapi secara in vivo masih belum diketahui (STADELMAN dan
COTTERYLL, 1977; LIGHTBODY dan FEVOLD, 1948).
Fungsi biologis komponen-komponen yang terdapat dalam
TABEL 3. Fungsi biologis komponen-komponen yang terdapat pada albumen telur ayam
---Komponen Fungsi biologis
---Lysozyme ovotransferin Avidin Ovoflavoprotein Ovomucoids Ovoinhibitor
Melisiskan dinding sel bakteri
Membentuk kelat ion Fe, Cu, dan Zn
Berikatan dengan biotin
Berikatan dengan ribo-flavin
Menghalangi kerja trip-sin sapi
Menghalangi kerja trip-sin sapi, alfa tritrip-sin pada sapi, ウオ「エゥャゥウセョL@
fungal proteinase
Geoffrey dan BaIley, 1975
Donovan dkk., 1976
Chignell ctkk., 1976
Clagett, 1971
Osuga dkk., 1974
Osuga dkk., 1974
---
---Sumber: STADELMAN dan COTTERYLL, 1977.
2. JALANNYA INFEKSI MIKROBA KE DALAM TELUR
Infeksi mikroba ke dalam telur yang antara lain
menyebab-kan kebusumenyebab-kan telur, terjadi bila ada interaksi antara faktor
faktor berikut: (i) infeksi kulit telur yang telah terjadi
se-jak awal (ii) kondisi lingkungan (iii) infeksi yang diturunkan
oleh induk (iv) jumlah dan カゥセオャ・ョウゥ@ mikroorganisma.
Alas kandang dan nampan telur merupakan sumber kontaminan
utama. Mikroba yang melekat pada kulit telur akan berkembang
dengan baik hila cukup mendapatkan air. Penyimpanan telur pada
tempat yang lembab menyebabkan kapang berkembang baik; benang·
benangnya akan masuk ke dalam pori-pori kulit telur dan ••••••
[image:19.555.60.510.164.340.2]9
menginfeksi selaput> telur serta albumen. Sedangkan bakteri yang
semula menempel pada kulit telur apabila ada air, maka dengan
da-ya kapiler air bakteri masuk ke dalam kulit telur bersama dengan
air tersebut lewat pori-pori kulit telur. Rakteri dapat juga
"terhisap" ke dalam telur bila telur yang masih dalam keadaan
hangat, yaitu baru keluar dari kloaka langsung didinginkan.
Ke-adaan エ・イウ・「オセ。ォ。ョ@ semakin parah bila dilakukan pencucian;
apa-lagi bila disertai penggosokan pada kulit telur. Meskipun air
pencuci dicampur dengan bakterisida, keadaan ini tetap tidak
a-kan menjamin bahwa 「。ォエ・イセ@ yang masih tinggal hidup tidak akan
masuk ke dalam kuli t telur melalui pori-pori kulit telur
(WIL-DING, 1982).
Di negara-negara Rarat, Gram positif merupakan bakteri
yang dominan yang dapat diisolir dari telur dengan kulit yang
kotor yang kemudian dicuci. Sedangkan bakteri Gram negatif
mes-kipun beberapa dapat diisolir dari selaput telur hanya satu yang
berhasil membentuk koloni dalam albumen (CARTER, 1968). Pada
kondisi penyimpanan komersiil diperlukan waktu 20 hari sebelum
bakteri yang semula menempel pada kulit telur masuk ke dalam
albumen. Eila posisi kuning telur karena sesuatu hal berpindah,
misalnya telur terlalu lama disimpan, sehingga kuning telur
me-nyentuh selaput telur atau bakteri yang menempel pada kulit
telur berhasil bermigrasi mencapai kuning telur, maka bakteri
akan berkembang biak. Bila keadaan ini tidak terjadi maka
mes-kipun bakteri berhasil masuk sampai ke albumen, bakteri akan
10
hidup (STADELl'tAN dan COTTERYLL, 1977; CARTEF., 1965). Secara skematis, gambar potongan melintang telur ayam dapat dilihat pada gam bar 2.
Al 「セ]ZN・ョZ@
Gambar 2. pッエッョァセセ@ mel in tang telur ayam
Sumber.: STADr.:;"l·:AN dan COTTERYLL (1977).
Sela)";t telur:
Kantong udara
Sela-cut luar
Selap·ot dalam
[image:21.549.23.534.93.716.2]BAHAN DAN ME'rODE PEN ELI'rIAN
Penelitian ini dilakukan di laboratorium mikrobiologi
Ba-lai Latihan Pegawai Pertanian bidang kesehatan Hewan di Cinagara
Bogor dari tanggal 14 Oktober 1984 sampai tanggal 14 Desember
1984 (8 minggu). Suhu rata-rata di laboratorium 26°c.
Metode pen eli tian didasarkan pada petunjuk dalam liThe
examination of eggs" (ANONYM, 1963) dan "Agar plate methode"
(STADELMAN dan COTTERYLL, 1977).
i . Bahan
Bahan yang diperlukan terdiri atas telur ayam
konsumsi-yang berumur 0 hari, 6 hari, 1 2 hari, 18 hari, 24 hari, 30 hari,
36 hari, 42 hari, 48 hari, 54 hari, 60 haria Masing-masing
ter-diri atas 10 butir telur dimana 5 butir telur diletakkan pada
suhu kamar (laboratorium) dengan suhu rata-rata 26°C dan 5
bu-tir diletakkan dalam cooler dengan suhu 4°C. Telur yang
dipa-kai adalah telur ayam hy-line putih yang berasal dari peternakan
ayam milik SPP Cinagara-iogor. Selain itu diperlukan juga kapas,
akuades, HgCl 1 :500, alkohol, ether, spiritus, nutrient broth,
nutrient agar, dan vaselin.
Alat yang diperlukan terdiri atas Erlenmeyer 500 ml, ge-las ukur 250 ml, forcep/pinset,pembakar Bunsen, nampan telur,
gelas piala untuk merendam telur dengan HgCI, pipet 10 ml dan
1 ml, magnet stirrer, cooler, otoklaf, inkubator, dan oven untuk
sterilisasi alat-alat. Alat-alat yang dipakai disiapkan dalam
keadaan steril.
ii. Metode
. Telur disimpan pada suku dan umur yang dikehendaki.
Se-telak penyimpanan telur mencapai umur penyimpanan yang dike
hen-daki (0 hari,
6
hari, dst.), maka dilakukan pemrosesan sehagai Berikut: セオャゥエ@ telur dibersihkan dengan sikat dan sabun.Kemu-dian 、セ」・ャオーォ。ョ@ dalam larutan HgCl 1:500 selama 10 menit.
De-ngan memegang ujung tumpul telur, telur diletakkan tegak lurus
diatas Erlenmeyer 500 ml dengan ujung tumpul telur terletak
di-atas. Setelah 10 menit telur diDersihkan dari HgCl dan
dikering-kan dengan cara mencuci telur mula-mula dengan alkohol kemudian
deagan ether. Setelah ether mengering ujung runcing telur
diste-rilkan dengan api secara hati-hati agar albumen tidak rusak,.
(A-NONYM, 1963).
Tangan dilumasi dengan vaselin untuk menghindari
kontami-nasi pada tabung media oleh bakteri yang berasal dari tangan
(A-NONYM, 1963).
Dengan memegang ujung tumpal telur, telur diangkat dengan
ujung runcing telur tetap terletak dibawah. Dengan forcep
ste-ril dibuat lubang pada ujung runcing telur dengan garis tengaA
:!:
t
¢m. SamBil mengangkat telur dengan ujung runcingnya dibawahdibuat tusukan dari Bawah untuk mengurangi kemungkinan
kontami-nasi. Sekitar bagian kulit telur yang habis dipegang
disteri-lisasi dengan api sebentar kemudian telur diletakkan pada gelas
ukur dengan ujung runcing telur dibawah (ANONYM, 1963).
Bengan api Bunsen ujung tumpul telur disterilisasi dengan
13
api secara hati-hati sehingga udara dalam kantong udara akan
mengembang dan mendesak isi telur keluar. Seluruh isi telur
di-keluarkan. Bila pada waktu,mengeluarkan kuning telur selapu
vi-telin sulit pecah, dapat dilakukan penusukan dengan jarum
plati-na steril (ANONYM, 1963).
Ke dalam gelas ukur ditambahkan nutrient broth steril
da-lam volume yang sama dengan volume isi telur. Dengan demikian
iSi telur diencerkan 1:2. Gelas ukur disumbat dengan sumbat
ka-pas kemudian dilakukan pengocokan dengan magnet stirrer sampai
homogen (STADELMAN dan COTTERYLL, 1977; BIEIANA dan HASTOWO,
1979).
Dari gel as ukur tersebut kemudian'dipipet 0.1 ml,
dima-sukkan Erlenmeyer yang berisi 9.9 ml nutrient broth steril.
Di-peroleh pengenceran 1:20. Dari pengenceran 1:20 ini dipipet 0.1
ml, dimasukkan Erlenmeyer yang berisikan 9.9 ml nutrient broth steril. Diperoleh pengenceran 1 :200. Demikian seterusnya
di-lakukan sehingga diperoleh pengenceran 1:2,000,000 (STADELMAN
dan COTTERYLL, 1977; BIBlANA dan HASTOWO, 1979).
Dari pengenceran 1:20 dipipet 1 ml kemudian dimasukkan
cawan Petri bertanda 1:20. Kedalam cawan Petri ini dituangkan
nutrient agar steril yang bersuhu 50°C. Cawan Petri diputar
-putar sehingga isi cawan Petri tercarnpur baik (homogen). s・エ・セ@
lah agar rnernbeku, cawan Petri dibalik sehingga tutup cawan
ber-ada di bawah kernudian diinkubasikan selama 48 jam pber-ada suhu 37°C
(ANONYM, 1963). lsi Erlenmeyer 1:200, 1:2000; •••••••••••••••••
Ske-14
rna pengenceran dan pemupukan terlihat pada gam bar
3.
Setelah
48
jam cawan Petri dikeluarkan dari inkubator dan dihitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada nutrient agar(viable count).
1:2 1:20 1:200 1:2000 1:20,000 1:200,006 1:2,000,000
11 11 11
i
11
1J
1セセqSセセq@
[image:26.550.34.510.235.637.2]1 :20 1: 200 1 :2000 1:20000 1:200000 1:2000000
BASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada koloni bakteri
yang tumbuh pada setiap seri pengenceran dari setiap sample
mu-lai umur telur 0 hari sampai 60 hari. Keadaan ini dapat
dije-laskan sebagai berikut:
STADELMAN dan COTTERYLL (1977) menyatakan bahwa oviduct
mengandung bahan anti mikroba sehingga bakteri dari kloaka yang
mungkin bermigrasi keatas akan mati.
Dinyatakan juga, meskipun dari ovarium berhasil diisolir
sejumlah kecil bakteri tetapi bakteri terse but tidak dapa.t
di-buktikan berhubungan dengan proses kebusukan telur atau
kemati-an embrio telur ykemati-ang sedkemati-ang diinkubasi. Sampai saat ini orkemati-ang
belum berhasil membuat telur menjadi busuk dengan jalan
mengin-feksi induk dengan bakteri pembusuk (STADELMAN dan COTTERYLL,
1977). Kontaminasi telur dalam tubuh induk atau kontaminasi
se-cara kongenital terutama hanya disebabkan oleh bakteri yang
ber-asal dari darah (HAINES, 1939; STADELMAN dan COTTERYLL, 1977).
Berdasarkan kenyataan-kenyataan terse but diatas maka telur
se-gar umur 0 hari relatif bebas bakteri. lni berarti konsumsi
terhadap telur segar umur 0 hari yang berasal dari induk yang
sehat secara mikrobiologis aman (BYERLY, 1945).
Faeces dan bahan kotoran lain yang menempel pada kerabang
memungkinkan telur terkontaminasi terutama bila telur disimpan
di tempat yang lembab dan hangat. Kerabang yang retak akan
mudahkan mikroba kontaminan berpenetrasi ke dalam telur dan
me-rusak telur. Bila proses ini berjalan cukup lama, telur akan
16
busuk (BYERLY, 1945).
Kontaminasi pertama pada kerabang dapat terjadi pada
sa-at oviposisi. Pada sasa-at ini sumber kontaminan adalah udara dan
bahan-bahan kandang. Karena pada saat oviposisi kutukula telur
dalam keadaan lembab, maka invasi mikroba pada kerabang mudah
mudah terjadij terutama pada telur-telur dengan kerabang yang
ti-pis. Nilai komersiil kontaminasi pada saat oviposisi ini sangat
kecil. Kurang dari 1
%
telur yang berasal dari sarang yang ber-sih, busuk pada waktu penyimpanan (STADELMAN dan eOTTERYLL, 1977).Pada penelitian ini tidak ada bakteri yang berhasil
tum-buh; baik dari telur yang disimpan dalam cooler maupun telur yang
disimpan pada suhu ruang. :BYERLY (1945), menyatakan bahwa telur
akan mengalami kebusukan bila disimpan selama 3 hari pada suhu
99.6°F O'I.zoe) atau 100 hari pada 37.6oF O.11 o e). ,STADELMAN
dan eOTTERYLL (1977), menyatakan bahwa dalam kondisi
penyimpan-an komersiil secara normal diperlukpenyimpan-an 20 hari dari saat
penetra-si sampai ditemukan bakteri dalam jumlah besar pada albumen. Pe-nyimpangan keadaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal:
i . Masih tersisanya uap formaldehid yang semula dipergunakan
untuk fumigasi inkubator sebelum dipakai untuk ュ・ョァゥョォオ「。セゥ@
pupukan.
i i . Ada beberapa faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan
mikro-ba, yaitu penggunaan desinfektan (HgCl dan alkohol). Ada
ke-mungkinan cairan desinfektan masuk melalui pori-pori kulit
telur dan membunuh mikroba yang ada dalam telur (BIBIANA dan
17
iii. aakteri yang berhasil menempel pada kerabang akan mati
bi-la kondisi ruang penyimpan tidak memungkinkan untuk hidup
(JilYERLY, 1945).
iv. Bakteri (mikroba) yang berhasil menembus kerabang akan
ber-hadapan dengan alat perlindungan telur yang berupa selaput
telur dan albumen
(STADELMAN
danCOTTERYLL, 1977).
Keadaan-keadaan inilah yang menjadi penyebab kemungkinan
terham-batnya pertumbuhan bakteri dalam penelitian ini.
6 0 60 .
18ma 0 i18ri bail<;: ,ada suhu 4 0 maul' un 2 C, liiecar8 organo.-lsptik telur tid8k busule (tidak berbau busuk). BYERLY (1945)
100 hari. Berdasarlean kenY8ta8n ini dft,ftt dimengerti bahwft
o
,ada ,enyim,anftn ,Ada suhu 4 0 se18ffia 60 h8ri GeCftrR
organo-le,tik telur tidRk bUBule. DinyatRkftn }lula bahwa ttadR liuhu
37.2°0 telur 、rセrエ@ tahan selamR 3 hRri (
BYERLY-
1945 ). FftdR ,eneli ti<1n ini ternyat8 }l8d8 ,enyi111j1al1ftn :5e181118 60 h8ri ,Rd8liuhu 26°0 secftrft organols,tik telur jug8 belum busuk.
Keftda-an ini QャBGゥャャオセェセセイォXョ@ b8hw8 b8ktliri jtCllllbuSlUlc Y811g Illungkin
KESIMPULAN
Dalam batas-batas penelitian ini dapat 、ゥセ。イゥォ@
kesimpul-an bahwa dengkesimpul-an kondisi telur ayam dari peternakkesimpul-an ayam petelur
hy-line putih milik SPP Cinagara-Bogor dan kondisi ruang
penyim-pan di laboratorium mikrobiologi BLPP-Keswan pada bulan Desember
1984 dengan suhu rata-rata 26°c dan penyimpanan dalam cooler
de-ngan suhu 40C tidak ada koloni bakteri yang berhasil ditumbuhkan
pada media nutrient agar mulai umur penyimpanan 0 hari sampai
60 hari. Faktor-faktor yang menyebabkan tidak tumbuhnya
kolo-nL bakteri dari telur umur 60 hari dalam, pen eli tian ini:
i. Masih tersisanya uap formaldehid yang semu'la dipakai
un-tuk fumigasi inkubator sebelum dipakai unun-tuk menginkubasi
pupukan.
ii. Penggunaan desinfektan (HgCl dan alkohol) sehingga
memung-kinkan masuknya cairan desinfektan melalui pori-pori
ku-lit. telur dan membunuh mikroba yang ada dalam telur.
iii. Bakteri yang berhasil menempel pada kerabang akan mati
bi-la kondisi ruang penyimpan (terutama suhu dan kelembaban)
tidak memungkinkan untuk hidup.
lini berarti:
i. Konsumsi telur segar umur 0 hari dari peternakan ayam
pete-lur hy-line putih milik SPP Cinagara-Bogor secara
mikrobio-logis aman. Keadaan ini sesuai dengan pendapat BYERLY (1945)
yang menyatakan bahwa telur segar umur 0 hari relatif bebas
bakteri.
19
i i . Penyimpanan telur hy-line putih dari peternakan ayam milik SPP Cinagara-Bogor selama 60 hari baik pada suhu 4°C
mau-pun
z6°c
tidak menyebabkan kebusukan telur. Tampak bahwaDAFTAR PUSTAKA
1. Anonym, 1963. The examination ofl' eggs. Department of mi-crobiology Univ. of Kentucky, Lexington
2. Anonym, 1964. Testing of eggs for quality. Technical bul-letin 28. Her Makesty's stationery office, London
Anonym, 1983.
7.5
%.
Pada Pelita IV laju permintaan terhadap telur Majalah Pertanian dan Peternakan Ayam dan Te-lur. Perhimpunan Perunggasan Indonesia, Jakarta
4. Bibiana dan Hastowo, 1979. Penuntun praktikum mikrobiologi. Departemen mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan, Bo-gor
5.
Byerly, T.C.,1945.
Poultry farming. McGraw Hill Book Com-pany Inc., Washington6. Carter, T.C., 1968. Microbiology of the egg. Egg quality -A study of the hen's egg. Olyver
&
Boyd, Edinburgh7. Lightbody, H.D., H.L. Fevold, 1984. Biochemical factors in-fluencing the shelf life of dried whole eggs and means for their control. Advances in food research. Vol. 1. Academic Press Publishers, New York
8. Nesheim, M.C.; duction.
R.E. Austicj L.E. Card, 1979. Poultry
pro-12th ed. Lea
&
Febiger, Philadelphia9. Romanoff, A.L., dan A.J. Romanoff, 1963. The avian egg. John Wiley and Sons Inc., New York
10. Stadelman, W.J.j O.J. Cotteryll, 1977. Egg science and technology.
2nd ed. Avi publishing Co. Inc.,
Connecti-cut21
11. Steward, G.F.; J.C. Abbot, 1972. Marketing egg and poultry. Food and Agriculture Organization, Rome
12. Wilding, P., 1982. Controlling egg-borne pathogens. Poul-try International. Watt's publications, Illinois
Lampiran 1. Nilai gizi telur segar (berat telur: 60.8 gram)
---Bahan padat (gm) Protein (Nx6.25)(gm) Lemak (total)(gm)
Saturated Monosaturat.ed Polyunsaturated Cholesterol Abu (total)(gm) Kalori (C)
Calorimetri Calculated
Asam-asam amino(gm) Alanin
Arginin
Asam aspartat Cystine
Asam glutamat Glisin Hfi.stidin Isoleusin Leusin Lisin Metionin Fenilalanin, Fro lin Serin Treonin Triptofan
Telur utuh
13.40 6.38 6.52 2.38 2.84 0.92 0.26 0.52 97.0 87.0 0.339 0.408 0.636 0.143 0.790 0.207 0.148 0.318 0.529 0.451 0.207 0.302 0.291 0.488 0.318 0.092 22
Putih telur Kuning telur
Lampiran 1. Lanjutan
Tirosin Valin Vitamin A (IU) D (IU) E (mg) i 12(mg) Biotin (ug) Cholin(ug) Asam folat(mg) lnosi tol (mg) Niasin(mg)
Asam pantotenat(mg) Piridoksin(mg) Riboflavin(mg) Thiamin(mg) Mineral(mg) Ca Cl Cu lod Mg Mn P K
Na
S Zn Fe 23 0.281 0.413 117,0 19.2 0.54 0.57 9.70 437.0 0.016 8.19 0.047 0.729 0.073 0.170 0.04731 .1 91.1 0 0033 0.038 6.57 0.021 126.1 73.1 73.7 87.6 0.79
1 .19
0.135 0.221 1.68 0.42 1.24 00032 0.042 00002 0.084 0.001 209 58.4 0.007 0.003 4.14 0.002 4.75 49.0 60.9 52.8 0.003 0.004 0.144 0.185 157.0 33.5
0.77
0.63 8.03 218.0 0.013 6.70 0.012 0.966 0.069 0.090 0.050 26.9 31.9 0.026 0.033 2.43 0.022 119.6 21.7 12.0 32.6 0.74 1 017Lampiran 2. Mikroorganisma yang ditemukan pada kulit telur ayam
---
---Organisma Frekwensi kejadian
---Sterptococcus +1
-Staphylicoccus +
Micrococcus + +
Sarcina +
Arthrobacter +
Bacillus +
Pseudomonas +
Achromobacter +
Alcaligenes +
Flavobacterium +
Cytophaga +
Escherichia +
Aerobacter +
Aeromonas +
-Proteus +
Serratia +
-
---MMMMMMMMMMMMセMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
1 ada; - kadang-kadang; + + hampir ada pada setiap telur tetapi
dalam jumlah kecil;
t
selalu ada dan dalam jumlah besar.Sumber: STADELMAN dan COTTERYLL (1977).
Lampiran
3.
Bakteri yang ditemukan pada telur yang mengalami kebusukanOrganisma Frekwensi kejadian
Pseudomonas aeruginosa +1
Pseudomonas fluorescens + +
Pseudomonas mal tophilia +
Pseudomonas putida + +
Flavobacterium
-
+Alcaligenes + +
Achromobacter '+
-Cytophaga
""
Aeromonas +
Proteus
:t:
Escherichia
:t:
Hafnia +
Ci trobacter +
Bacillus +
Micrococcus
-
+Streptococcus +
-Arthrobacter
..
---
---1 ada; : sangat jarang; + tidak sering;
:t:
umum dijumpai.Sumber: STADELMAN dan COTTERYLL (1977).
PENGARUH MASA DAN CARA
PENYIMPANAN TERHADAP KWALITAS
TELUR AYAM (HY -LINE PUTIH)
DITINJAU DARI JUMLAH KOlONI
BAKTERI YANG TUMBUH PADA
MEDIA NUTRIENT AGAR
S K R I P S I
Oleh
ENDANG ENDRAKASIH
B. 15. 0243
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
PENGARUH MASA DAN CARA
PENYIMPANAN TERHADAP KWALITAS
TELUR AYAM (HY-LINE PUTIH)
DITINJAU DARI JUMLAH KOLONI
BAKTERI YANG TUMBUH PADA
MEDIA NUTRIENT AGAR
Suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh masa dan ca-ra penyimpanan terhadap kwali tas telur ayam,. konsumsi telah di-lakukan di laboratorium mikrobiologi Balai Latihan Pegawai Per-tanian bidang kesehatan hewan di Cinagara-Bogor selama 60 hari.
Telur ayam (hy-line putih) disimpan selama 0 hari,
6
hari, 12 hari, 18 hari, ' •••••••••••••••••• 60 hari. Masing-masing umur penyimpanan terdiri atas 10 sample dimana5
sample dile-takkan pada suhu kamar (suhu rata-rata 26oc) dan5
sample dile-takkan dalam cooler (4°C). Penyimpanan dilakukan secara seragam dengan ujung runcing telur di bawah. Telur yang dipakai bera-sal dari peternakan ayam milik SPP Cinagara-B0gor. Dari setiap sample dibuat pengenceran seri (1:20, 1:200, 1:2000, •••••••••••••••••• 1:2,000,000) dengan nutrient broth. Masing-masing
pengenceran ditanam pada media nutrient agar untuk dihitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh (viable count). Tehnik yang digunakan adalah tehnik agar tuang. Penginkubasian dilakukan selama 2X24 jam pada suhu 37°C.
Dari penelitian ternyata tidak ada koloni bakteri yang セ@
PENGARUiH J'1ASA DAN CARA
penセimpanaセ@ TERHADAP KWALLTAS
TELUR AYAM (aI-LINE PUTlH) DITINJAU DARI JUMLAH kolonセ@
IilAKTERI YANG 'llIIMBUIill PADA MEDIA NUTRIENT AGAR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mempereleh gelar
DOKTER HEWAN
pada
Fakultas Kedekteran Hewan, Institut Pertanian Boger
Oleh
ENDANG ENDRAKASIH
:a.
15. 0243.FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGARUH MASA DAN CARA PENYIMPANAN TERHADAP KWALITAS
TELUR AYAM (HY-LINE PUTIH) DITINJAU DARI JUMLAH KOLONI BAKTERI YANG TUMBUH PADA
MEDIA NUTRIENT AGAR
Oleh
ENDANG ENDRAKASlffi
Skripsi ini telah : diperiksa dan disetujui
oleh
(drh. Roso Soejoedono MPH)
KATA PENGANTAR
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat
un-tuk memperoleh gelar profesi dokter hewan di Fakultas Kedokteran
Hewan - Institut Pertanian Bogor.
Banyak pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.
Untuk itu<penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan;
khu-susnya kepada:- drh. Roso Soejoedono MPH (dosen pembimbing)
- Drs. M. Samad Sosroamidjojo (Kepala Balai
Latih-an Pegawai PertLatih-aniLatih-an!BLPP Cinagara-Bogor)
- drh. Rosmawaty Saoeni dan Elies Lasmini (staff
laboratorium mikrobiologi BLPP Cinagara-Bogor).
aarapan penulis semoga karya ilmiah ini berguna bagi yang
memerlukan. Selain itu kritik dan saran perbaikan dari pembaca
untuk skripsi ini akan sangat penulis hargai.
iii
Bogor, Nopember 1985
DAFTAR
151KATA PENGAN'fAR
...
"...
,..... ..
DAFTAR
151...
" ,.....
Halaman
i i i
iv
DAFTAR TABEL
...
[image:47.567.49.493.73.425.2]DAFTAR
DAFTAR
GAMBAR
...
LAMPI RAN
...
PENDAHULUAN
...
TINJAUAN
PUSTAKA
...
v
vi
vii
1
4
Pelindung telur terhadap infeksi bakteri ••••• 4
BAHAN HASIL
Jalannya infeksi mikroba kedalam telur
...
DAN
METODE PENELITIAN
..
..
..
..
.. .. ..
.. ..
....
セ@..
....
.. ....
....
..
..
DAN
PEMBAHASAN ... ..KESIMPULAN
...
DAFTAR PUSTAKA
...
LAMPI RAN
...
DAFTAR
TABEL
Tabel Halaman
1. Perbandingan antara elastisitas pendapatan dengan laju permintaan beberapa komoditi
hasil ternak • • • • • • • . . . • . . . • ,
2. Jumlah RTP pengusaha berbagai komoditi
peternakan •••••••••••..•.•.•••••••••..•••••..•..•••• 2
3.
Fungsi biologis komponen-komponen yang terdapatpada alBumen telur ayam •••••••••••••.•••••••.•••••.• 8
J)AFTAR GAMBAR
GallDar
1. Potongan radial kulit telur • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
2. Potongan membujur telur •••••.•••.••...•••••.•••••
3.
Gambar skematis cara pengenceran •••••••••..••••••vi
Halaman
DAFTAR
LAMPI RAN
Lampiran Halaman
1. Nilai gizi telur segar ••••••••••.••.••••.•.•••• 22
2. Mikroorganisma yang ditemukan pada
kulit telur ayam ••••••••••••••••••••••••••••••• 24
3.
iakteri yang ditemukan pada teluryang men gal ami kebusukan ••••••••••••••••••••••• 2)