Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir
PERANCANGAN KAMPANYE PEDULI ANAK
TERANCAM PUTUS SEKOLAH
DK 38315 Tugas Akhir Semester II 2010/2011
Oleh:
Keri Putra 51907217
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dari awal hingga dapat terselesaikan dengan baik. Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir berjudul “Perancangan Kampanye Peduli Anak Terancam Putus Sekolah” ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang Program Sarjana Strata I pada Universitas Komputer Indonesia.
Dalam penyusunan laporan pengantar proyek tugas akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan sosialisasi yang ada pada penulis.
Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Dan dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan menyumbangkan pemikiran, doa serta bantuannya baik secara moral maupun materil.
Bandung,14 Juli 2011
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan yang dikarenakan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, namun segala kesulitan, hambatan dan rintangan yang penulis rasakan semuanya dapat teratasi dengan bimbingan, dorongan dan bantuan semua pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Yully Ambarsih Ekawardhani, M.Sn selaku dosen pembimbing yang memberikan kepercayaaan tugas akhir kepada penulis, serta yang selalu memberikan pengarahan dan masukan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
2. Drs. Hary Lubis dan Dodi Nursaiman S.Sn selaku dosen penguji atas saran dan kritikan yang membangun kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masyarakat menyadari pentingnya pendidikan sebagai dasar pembangunan pola pikir. Pemerintah dan masyarakat pun memberi perhatian besar pada bidang pendidikan, seperti memberikan bantuan berupa dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang bertujuan meningkatkan pendidikan dan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang diperuntukkan kepada siswa-siswa miskin. BOS digunakan untuk memberi subsidi kepada siswa yang kurang mampu sehingga dapat mengurangi iuran yang dibebankan kepada orang tua, senilai dana BOS yang diterima sekolah.
2 itu, ada juga anak yang bersekolah dengan kondisi yang memprihatinkan dimana anak tersebut menggunakan perlengkapan sekolah yang sudah tidak layak pakai.
Meskipun sudah ada bantuan yang diberikan pemerintah dan peran serta dari masyarakat itu sendiri, tetapi masih terdapat anak-anak yang putus sekolah karena tidak adanya biaya untuk memenuhi kebutuhan atau perlengkapan sekolah bahkan untuk membiayai sekolah itu sendiri. Selain itu, bantuan yang diberikan pemerintah hanya berupa potongan biaya seperti biaya BP3, biaya ujian dan lain sebagainya, bukan memberikan bantuan berupa seragam, tas, buku serta perlengkapan lainnya. Padahal, keluarga yang tidak mampu tersebut sangat membutuhkan perlengkapan-perlengkapan sekolah untuk anaknya tetapi tidak mampu untuk memenuhinya. Keluarga yang status ekonominya tergolong miskin sulit untuk menyekolahkan anaknya, karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja masih mengalami kesulitan. Hal itu menyebabkan banyak anak-anak yang terancam berhenti sekolah.
3 dengan masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah dalam hal perolehan pendidikan. Walaupun adanya bantuan pemerintah belum mampu meratakan pendidikan, khususnya masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah, sehingga masih ada yang tidak sekolah dan putus sekolah hanya karena tidak bisa memenuhi perlengkapan sekolah. Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, perlu ada bantuan dan kepedulian masyarakat terhadap keluarga-keluarga di sekitar mereka yang membutuhkan.
1.2 Identifikasi Masalah
- Realita pada saat ini masih banyak terdapat anak-anak yang putus sekolah karena kekurangan biaya dan karena bantuan pemerintah tidak seluruhnya kepada mereka.
- Masih ada kesulitan bagi keluarga yang tergolong miskin untuk melengkapi kebutuhan perlengkapan sekolah seperti seragam, tas, sepatu, buku dan lainnya, padahal hal tersebut tidak kalah pentingnya dengan iuran wajib sekolah.
4 - Adanya program dari pemerintah berupa dana BOS dan bantuan dari masyarakat dengan membentuk lembaga sosial rupanya belum sepenuhnya berhasil untuk mengurangi anak yang putus sekolah.
1.3 Fokus Masalah
Penanganan anak yang putus sekolah oleh pemerintah dan masyarakat belum sepenuhnya berhasil, terbukti dengan masih terdapatnya anak-anak yang putus sekolah karena tidak adanya biaya dan sulit untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan sekolah, serta bantuan pemerintah yang tidak tersebar secara merata.
5
1.4 Tujuan Perancangan
6
BAB II
MASALAH PENDIDIKAN DI KALANGAN MASYARAKAT MISKIN
2.1 Kemiskinan
Menurut Mohammad Saroni (2009), menjelaskan kondisi seseorang dikategorikan miskin ketika mereka tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, bahkan mereka yang masih dapat memenuhi tetapi masih mengalami kesulitan dapat dikategorikan sebagai keluarga miskin.
Gambar 2.1 Masyarakat tidak mampu.
Sumber :http://sarahtidaksendiri.files.wordpress.com/2008/10/miskin1.jpg
7 Kemiskinan yang terjadi sekarang ini bukan lagi hal yang sulit dicari di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya di kota Bandung, ditambah dengan banyaknya pengangguran yang ada di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat tersebut sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pemerintah berperan untuk menciptakan perluasan kesempatan bagi terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin, seperti hak atas pekerjaan, hak atas pangan, hak atas pendidikan, dan hak atas kesehatan. Pemerintah tidak sepenuhnya bisa disalahkan, karena masalah ini merupakan masalah yang harus diselesaikan bersama dimana masyarakat juga harus ikut bekerjasama untuk mengatasi kemiskinan, rasa kepedulian dan rasa saling membantu harus ditanamkan agar seluruh masyarakat bisa mendapatkan haknya terutama dalam bidang pendidikan.
2.2 Pendidikan
2.2.1 Definisi Pendidikan
8 peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sedangkan menurut Mohammad Saroni (2009), menjelaskan pendidikan adalah salah satu pemutus tali kemiskinan. Pendapat itu secara faktual telah lama dimengerti dan dikenal. Akan tetapi, warga negara di negeri ini belum sepenuhnya mengenyam pendidikan hingga jenjang yang paling tinggi.
9
2.2.2 Dasar Hukum Pendidikan
Pendidikan mempunyai dasar hukum yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan dengan jelas bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Dengan demikian, orang miskin juga mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang diselenggarakan di negeri ini. Pasal 31 UUD 1945 mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara, tetapi pendidikan dasar merupakan kewajiban yang harus diikuti oleh setiap warga negara dan pemerintah wajib membiayai kegiatan tersebut. Lebih lanjut dalam Pasal 31 ayat (4) disebutkan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen (20%) dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
10 Oleh karena itu, diperlukan kepedulian dan kerjasama untuk membantunya agar mendapatkan pendidikan yang layak tersebut.
2.3 Dampak Kemiskinan Terhadap Pendidikan
Pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 9 tahun sebagai gerakan nasional. Dan masyarakat sangat mendukung mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran hingga batas yang diwajibkan tetapi, ketika harus berhadapan dengan masalah pendanaan, masyarakat mengalami kesulitan.
Program tersebut sangat menyentuh masyarakat, bahkan pada lapisan terbawah di masyarakat. Tetapi, program tersebut masih belum terlaksana sebagaimana mestinya sebab masih banyak orang miskin yang kesulitan mengikuti program tersebut. Kesulitan utamanya mengenai biaya pendidikan.
11 kota-kota besar seperti di Bandung. Karena kesulitan dalam faktor ekonomi tersebut, banyak orang tua yang justru memberdayakan anak-anaknya untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Anak-anak yang sudah besar, bahkan yang masih kecil juga diajarkan secara langsung untuk mencari uang penutup kebutuhan hidup.
Gambar 2.3 Anak jalanan. Sumber :
http://3.bp.blogspot.com/bl_rQR9YZXA/TWYCYAaSaxI/AAAAAAAAACQ/AZZFfSSl36M/ s1600/anak-jalanan-jpg.gif
Gambar 2.4 Anak jalanan.
12 Lebih tragisnya lagi tidak sedikit dari para orang tua tersebut yang memberdayakan anaknya dengan memerintahkan untuk menjadi pengemis atau pengamen di lampu merah atau persimpangan jalan. Mereka harus bertarung dengan kerasnya kehidupan dan ikut bertanggung jawab atas perekonomian keluarganya. Akibatnya, mereka pun kehilangan kesempatan untuk mengikuti proses pendidikan.
Beberapa contoh kasus menurut Denay Lesmana (2010) menjelaskan bahwa jumlah anak putus sekolah usia 7 hingga 15 tahun di Propinsi Jawa Barat tertinggi secara nasional karena orang tua siswa tidak mampu memenuhi kebutuhan pribadi siswa. Saat ini terdapat sebanyak 769.235 anak di Jawa Barat yang putus sekolah pada usia 7-15 tahun tersebut. Putus sekolahnya anak-anak di Jawa Barat itu disebabkan karena faktor kemiskinan, sehingga orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan pribadi siswa, seperti pembelian seragam sekolah dan buku tulis, kebutuhan pribadi siswa itu berada di luar program BOS yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
13 saat ini terdapat 13.685.324 siswa putus sekolah usia 7-15 tahun. Dari jumlah itu, sebanyak 769.235 orang atau sekitar 6% berada di Jawa Barat. Komnas Perlindungan Anak mencatat, sejak tahun 2006 angka putus sekolah terus bertambah. Tahun 2006 tercatat 9,6 juta anak, saat ini naik menjadi 13,7 juta anak. Tentu saja angka ini mengkhawatirkan, apalagi data dari pusat menyebutkan pada akhir tahun 2009, angka kemiskinan di Indonesia mencapai 14%. Sementara data terbaru untuk kwartal pertama tahun 2010, turun hingga 13,33%, namun tetap saja tinggi.
Dari beberapa contoh kasus dan data anak-anak putus sekolah yang setiap tahunnya terus bertambah, banyak dari anak-anak yang putus sekolah disebabkan oleh tidak adanya biaya untuk memenuhi kebutuhan pribadi siswa seperti perlengkapan sekolah dan faktor kemiskinan itu sendiri.
2.4 Upaya-Upaya untuk Mengatasi Anak-Anak yang Putus Sekolah
14
2.4.1 Upaya Pemerintah
Di dalam situs www.bappenas.go.id, pemerintah berupaya untuk mengatasi anak-anak yang putus sekolah yaitu dengan membuat program dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Program ini bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa lainnya agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun.
Penerima Dana BOS
15 Penggunaan Dana BOS di dalam situs www.bappenas.go.id
Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka Penerimaan Siswa
Baru: biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang.
Pembelian buku teks pelajaran (di luar buku yang telah dibeli
dari dana BOS Buku) dan buku referensi untuk dikoleksi di perpustakaan.
Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, pembelajaran
pengayaan, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja, dan sejenisnya.
Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan
laporan hasil belajar siswa.
Pembelian bahan–bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan, koran, kopi, teh, dan gula untuk kebutuhan sehari– hari di sekolah.
Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang
menghadapi masalah biaya transport dari dan ke sekolah. Khusus untuk pesantren salafiyah dan sekolah keagamaan non
16 Larangan BOS di dalam situs www.bappenas.go.id
Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud
dibungakan. Dipinjamkan kepada pihak lain.
Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan
memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, study tour (karya wisata) dan sejenisnya.
Membayar bonus, transportasi, atau pakaian yang tidak
berkaitan dengan kepentingan murid.
Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat.
Membangun gedung/ruangan baru.
Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses
pembelajaran.
Menanamkan saham.
Membiayai segala jenis kegiatan yang telah dibiayai dari
sumber dana pemerintah pusat atau daerah, misalnya guru kontrak/guru bantu dan kelebihan jam mengajar.
17 sekolah dan tidak berupa perlengkapan sekolah seperti seragam dan lainnya, seperti ketentuan yang telah dicantumkan di atas. Bantuan yang diberikan lebih fokus dengan kegiatan sekolah.
Terdapat banyak contoh kasus yang menyalahgunakan bantuan tersebut, yaitu oleh oknum tertentu sehingga bantuan tersebut tidak sampai kepada orang yang membutuhkan.
Menurut Global Post (2011), menjelaskan ternyata bantuan dana BOS untuk Kabupaten Bandung bukan hanya tahun 2010 yang bermasalah. Tetapi, pada tahun 2009 Polda Jawa Barat sudah menyelidiki dugaan korupsi dana BOS di Kabupaten Bandung.
18
2.3.1 Upaya Masyarakat
Selain upaya dari pemerintah, ada juga beberapa upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengurangi anak-anak yang putus sekolah, seperti mendirikan yayasan untuk anak jalanan, Dompet Dhuafa, dan Sekolah Rumah Mentari.
19 Selain untuk anak-anak putus sekolah, Sekolah Rumah Mentari pun melayani pendidikan bagi anak-anak sekolah yang kurang mampu mendapatkan bimbingan belajar di luar sekolah. Tak heran, apabila menjelang Ujian Nasional [UN], anak-anak tersebut mendapatkan bimbingan belajar ekstra secara intensif. Sekolah Rumah Mentari berupaya untuk membantu anak-anak untuk persiapan UN kelas 3 SMP dan SMA.
20
Gambar 2.5 Peserta didik SRM Sumber: http://alifmagz.com/wp/wp-content/uploads/2010/04/you_rummentari1_ed50.jpg
Gambar 2.6 Kegiatan belajar Sumber: http://alifmagz.com/wp/wp-content/uploads/2010/04/you_rummentari6_ed50.jpg
21 tetapi juga memberikan bantuan berupa tenaga, ilmu, dorongan dan semangat agar anak-anak bisa terus tetap besekolah.
Ini merupakan program yang sangat diinginkan oleh masyarakat yang kekurangan karena rasa kepedulian yang tinggi dapat mengurangi anak-anak yang tidak sekolah dan putus sekolah. Ini sangat dibutuhkan sekali oleh masyarakat dan berharap masih banyak lagi orang-orang yang akan mendirikan yayasan seperti ini agar masyarakat mendapatkan pendidikan yang merata.
2.5 Studi Lapangan
Untuk menganalisis permasalahan pendidikan yang ada di masyarakat, maka diadakan penelitian untuk memenuhi data primer dengan metode survey dengan keterangan sebagai berikut:
Tempat : Kabupaten Bandung (Wilayah Kopo) Tanggal : 25 Desember 2010 –12 Januari 2011 Jumlah responden : 50 orang
22 yang putus sekolah. Responden yang ditentukan adalah orangtua yang status sosial ekonominya rendah, Responden berusia 22 – 63 tahun, karena rata-rata orangtua yang sudah mempunyai anak dan sudah bisa sekolah.
Dari hasil analisis data yang didapat peneliti, dapat disimpulkan permasalahan pendidikan yang ada di masyarakat dari orang tua yang status ekonominya yang rendah berusia 22-63 tahun dengan latar belakang pendidikan SD sampai dengan SMA atau sederajat dan bertempat tinggal di daerah kabupaten Bandung tepatnya daerah Kopo, adalah sebagai berikut:
- Para orang tua masih kesulitan untuk mendapatkan bantuan pemerintah karena persyaratan tertentu yang menyulitkan mereka, karena harus mengurus ke RT, RW bahkan sampai ke Kecamatan. - Dari hasil questioner dapat disimpulkan bahwa bantuan yang
diberikan kepada masyarakat tidak merata, terbukti dengan masih adanya anak-anak mereka yang tidak sekolah dan putus sekolah karena tidak ada biaya.
23 kecil, hal ini menyebabkan responden mengalami kesulitan untuk membiayai atau menyekolahkan anaknya.
- Bantuan yang diberikan pemerintah hanya berupa potongan biaya sekolah seperti BP3 dan biaya kegiatan sekolah.
2.6 Solusi yang Ditawarkan
Mohammad Saroni (2009), menjelaskan bahwa:
24 dalam kebersamaan pada proses pendidikan dan pembelajaran. Harus saling membantu agar program peningkatan sumber daya manusia melalui dunia pendidikan benar-benar dapat terwujud sebagai gerakan kesadaran bersama (h. 54).
Dalam konteks ini, gerakan kesadaran bersama yang dimaksudkan adalah adanya saling mendukung dan membantu antar sesama, khususnya orang-orang kaya terhadap orang miskin. Jika terjadi proses seperti ini, orang-orang miskin mempunyai kesempatan mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran yang setara dengan para orang kaya. Dengan demikian, upaya peningkatan SDM dapat terwujud.
25 Namun, upaya dari pemerintah dan masyarakat belum sepenuhnya berhasil. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan yaitu dengan mengajak orang tua dengan status sosial ekonominya menengah ke atas untuk membantu anak-anak yang berada di sekitar mereka yang terancam putus sekolah, agar dapat memberikan bantuan dalam bentuk perlengkapan sekolah, karena perlengkapan sekolah menjadi salah satu penyebab anak-anak putus sekolah. Upaya tersebut diharapkan dapat mencegah bertambahnya anak-anak yang putus sekolah sekaligus mengajak dan mengajarkan kepada anak dari orang tua yang mampu untuk membantu sesama agar tumbuh jiwa kepedulian sosial pada diri anak tersebut.
2.7 Studi Target Audiens
a. Demografis
Gender : Laki-laki dan Perempuan
Usia: 25 tahun ke atas.
26
Status Sosial: Kalangan menengah ke atas
b. Geografis
Di daerah Kota Bandung
Karena di daerah perkotaan banyak terdapat orang-orang yang kehidupannya kalangan menengah ke atas agar tergugah dan dapat membantu anak-anak yang membutuhkan yang berada di sekitar mereka khususnya daerah Bandung.
c. Psikografis
27
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
3.1 Strategi Perancangan
Perancangan strategi komunikasi kampanye ini adalah untuk mengajak orang tua dengan status sosial ekonominya menengah ke atas agar dapat membantu anak-anak yang terancam putus sekolah dan membutuhkan bantuan dalam bentuk perlengkapan sekolah. Sekaligus mengajarkan anaknya untuk saling membantu agar mempunyai sikap peduli antar sesama. Dengan menggunakan bahasa bahasa visual dan verbal yang bisa dimengerti.
3.1.1 Pendekatan Visual
status sosialnya menengah ke atas agar terbuka hatinya untuk menolong orang yang membutuhkan di sekitar mereka.
Gambar 3.7 Anak Sekolah Dasar yang tidak mampu Sumber :
http://stat.kompasiana.com/files/2010/07/dsc_2296-2.jpg
Gambar 3.8 Anak Sekolah Dasar yang tidak mampu
Sumber : http://salmanitb.com/wp-content/uploads/2010/12/Anak-SD.jpg
Gambar 3.9 Anak Sekolah Dasar yang tidak mampu
Sumber : http://sinthagama.blog.ugm.ac.id/files/2010/06/anak-miskin-300x225.jpg
29
3.1.2 Pendekatan Verbal
Dalam penyampaian pesan, bahasa yang digunakan yaitu bahasa Indonesia yang mudah dimengerti dan dipahami serta bersifat mengajak masyarakat tergugah hatinya untuk membantu terutama kepada orang tua yang mampu. Tagline yang digunakan yaitu:
Key Word: Peduli Bantu Sesama
Tagline: “Tegakah Melihat Seperti Ini?”
Key Visual: Perlengkapan sekolah yang sudah tidak layak pakai dan kondisi memprihatinkan dari anak yang tidak mampu dibandingkan dengan anak-anak yang lain.
3.2 Strategi Kreatif
30
Strategi kreatif yang dipakai yaitu dengan memberikan visualisasi dari anak-anak miskin yang membutuhkan bantuan dan dibuat agar orang yang melihat, tergugah jiwa empatinya sehingga melakukan tindakan yang nyata. Serta diperkuat dengan tagline dan headline agar pesan dapat diterima oleh target audiens.
Pesan yang akan disampaikan bersifat persuasif yaitu berupaya mengajak, membujuk agar menggugah hati para orang tua untuk membantu anak yang berada di sekitar mereka yang terancam putus sekolah dengan memberikan perlengkapan sekolah yang mereka butuhkan, karena hal tersebut merupakan salah satu penyebab mereka putus sekolah. Jenis visual yang digunakan adalah dengan teknik fotografi, Dengan Media yang akan digunakan adalah poster, billboard dan lainnya. Dan di tempatkan di tempat-tempat yang sering dikunjungi serta dilewati oleh target audiens, agar pesan dari kampanye dapat tersampaikan.
3.3 Strategi Media
31
yang sering dijumpai dan merupakan media yang bersinggungan langsung dengan masyarakat. Dipasang di ATM dan Minimarket. 2. Billboard
Merupakan media informasi yang dapat menjangkau target audiens lebih luas karena ruang yang besar sehingga pesan dapat
lebih cepat sampai kepada target audiens. Dipasang di persimpangan jalan, lampu merah Dago, Cihampelas dan Setiabudi sehingga target audiens dapat langsung melihat iklan kampanye tersebut dan bisa langsung tersampaikan.
3. Iklan Koran
Merupakan media yang terbit setiap hari, iklan kampanye sosial ini ditempatkan pada koran Seputar Indonesia karena merupakan koran yang sering dibeli oleh masyarakat golongan menengah keatas.
4. Iklan Tabloid
32
5. Angkutan Kota
Angkutan kota (Angkot) sebagai sarana beriklan di jalan karena target audiens sering berada di jalan perkotaan, angkot bisa dimanfaatkan karena kondisi jalan di Bandung yang macet, target audiens bisa membaca iklan tersebut, karena iklan akan
ditempatkan pada kaca belakang angkutan kota tersebut. 6. Rak Buku
Iklan yang digunakan kali ini yaitu Iklan di rak toko buku, Dipasang di rak penempatan buku anak-anak di Gramedia, karena target audiens pasti membelikan buku untuk anaknya dan bisa langsung tersampaikan pesan dari iklan tersebut.
7. Tempat Parkir
Tempat parkir dipasang mall BIP, BEC, dan Mall lainnya, iklan kampanye tersebut dan memiliki kemungkinan besar untuk target audiens melihatnya karena berhenti sejenak untuk membayar parkir.
8. Palang Jalan
33
9. Neon Box
Di tempatkan didekat perempatan lampu merah di Baraga dan Cihampelas agar target audiens dapat melihat iklan tersebut apabila berhenti di lampu merah.
10. Kalender
Merupakan media yang dapat disimpan dengan jangka waktu yang lama sehingga dapat mengingatkan kembali kepada orang-orang tua menengah ke atas sudahkah mereka membantu anak yang membutuhkan di sekitar mereka. Di titipkan di minimarket untuk diberikan kepada target audiens.
3.4 Tahapan Kampanye
Dalam perencanaan penyampaian pesan kampanye ini memiliki tiga tahapan yang mana pada tahapan-tahapan tersebut merupakan bagian dari keseluruhan proses kampanye:
1. Tahapan Mengenalkan (awareness)
34
tahu yang tinggi. Dan beberapa media lainnya seperti koran, gerbang parkir, dan palang jalan.
2. Tahapan Mengajak (persuasive)
Yaitu dengan memberikan visualisasi dan diperkuat dengan tagline dan headline yang mengajak target audiens untuk membantu anak-anak yang terancam putus sekolah yang berada di sekitar mereka. Dengan media poster dan visualisasi berbeda dengan tahap sebelumnya, ditambah dengan media lain seperti, angkutan kota, dan rak buku.
3. Tahapan Pengingatan (reminder)
Tahap selanjutnya pemasangan media pengingat di tempat strategis, sarana umum dan tempat strategis lainnya. Sebagai reminder dari kegiatan kampanye dan menjadi pengingat apakah mereka sudah membantu orang yang berada di sekitar mereka yang membutuhkan bantuan.
35
3.5 Jadwal Pelaksanaan Kampanye
Jadwal pelaksaan kampanye dilakukan selama tiga bulan yang dibagi kedalam beberapa tahapan. Waktu pelaksanaan kampanye yaitu dimulai pada saat sebelum tahun ajaran baru atau sebelum pendaftaran masuk sekolah.
3.6 Pertimbangan Dasar Penyebaran Media
Pertimbangan dasar penyebaran media dilakukan tahap-tahap penyebarannya dari media utama sampai media-media pendukung, yang didasarkan pada kemampuan daya jangkauannya luas dan efektif penyebaran media di kategorikan pada beberapa pertimbangan, yaitu:
a. Geografis
Wilayah penyebaran media dalam perancangan kampanye ini adalah khusus di daerah Kota Bandung, karena merupakan daerah sasaran utama dari khalayak sasaran kampanye.
b. Lokasi Penyebaran Media
36
3.7 Jadwal Penyebaran Media
Jadwal penyebaran media dilakukan dalam 3 (tiga) bulan, dengan berbagai pertimbangan yang disesuaikan dengan kebutuhan khalaylak sasaran dan dibagi kedalam 3 tahap.
3.8 Strategi Distribusi
Palang jalan Tempat yang
sering macet
37
Neon Box Sebelum Lampu
merah Braga, Cihampelas, Dago dll.
Kalender Di titipkan di Mini
market.
Tabloid Tabloid Nova .
Billboard Lampu merah,
Daerah keramaian
3.9.2 Tata Letak
Menurut Surianto Rustan, di daerah yang menggunakan tulisan latin umumnya orang membaca dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Selain itu arah gerak mata juga dipengaruhi oleh warna, ukuran, style, font, dan lain-lain. Kebiasaan lainnya yaitu membaca sesuai dengan urutan tertentu. Tata letak yang akan digunakan yaitu dengan menempatkan visualisasi di tengah sebagai titik fokus. dan pesan yang akan d sampaikan terletak d bawahnya. Target akan membaca dari kiri ke kanan kemudian menyamping ke bawah dan pada bagian bawah membaca kembali dari kiri ke kanan.
Gambar 3.10 Susunan Layout Sumber: Dokumentasi pribadi
3.9.3 Studi Tipografi
Tipografi yang digunakan adalah tipografi yang mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi karena target audiens adalah orang tua dengan status sosial ekonomi menengah keatas. Maka tipografi yang akan digunakan adalah tipografi yang mudah untuk dibaca dan memiliki ukuran font yang tidak terlalu kecil, agar pesan yang akan disampaikan lebih efektif. Font yang digunakan untuk tagline “Tegakah Melihat seperti ini” adalah Rez, font ini dapat terbaca dengan baik dan dapat mendukung gambaran fotografinya. Untuk headline menggunakan font Abadi MT Condensed Extra Bold, font yang di pilih ini font yang memiliki keterbacaan yang jelas.
Gambar 3.11 Font yang Digunakan Sumber: Dokumentasi pribadi
3.9.4 Visualisasi
Visualisasi menggunakan teknik fotografi dengan foto yang menggambarkan situasi atau keadaan dari anak-anak orang miskin yang memprihatinkan, mereka menggunakan perlengkapan sekolah pakaian, sepatu, tas, serta buku yang sudah tidak layak dipakai. Hal ini bertujuan langsung agar para orang tua menengah ke atas tergugah dan dapat membantu orang-orang berada di sekitar mereka yang membutuhkan, mulai dari hal yang paling kecil, misalkan memberikan seragam yang layak pakai dan lain sebagainya.
Gambar 3.12 Visualisasi yang Digunakan Sumber: Dokumentasi pribadi
3.9.5 Warna
Warna yang digunakan adalah warna-warna yang gelap dan kusam. Warna tersebut mendukung kesan dari anak-anak miskin yang bersekolah dengan memakai perlengkapan yang sudah tidak layak pakai dan memprihatinkan serta perlengkapan yang sudah sobek dan kusam.
Gambar 3.13 Warna yang Dominan Digunakan Sumber: Dokumentasi pribadi
3.10 Identitas Kampanye
Konsep yang ingin digunakan dalam Identitas Kampanye ini adalah “Kita Sama”. Yang dimaksud dengan kita sama tersebut adalah bahwa kita bangsa Indonesia memiliki hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan, jadi jangan orang dengan status sosial ekonominya dibawah (miskin) beda dari yang lain dalam mendapatkan hak untuk belajar, jangan biarkan mereka putus
sekolah, bantu mereka untuk tetap bersekolah karena mereka juga generasi penerus bangsa. Dari konsep tersebut ide dari pembuatan logo dapat dari beberapa elemen yaitu elemen tangan yang saling membantu serta bentuk puzzle.
Gambar 3.14 Sketsa Logo Kampanye Sumber: Dokumentasi pribadi
Beberapa alternatif untuk identitas kampanye yaitu sebagai berikut:
Gambar 3.15 Alternatif Logo Kampanye Sumber: Dokumentasi pribadi
Logo Akhir
Gambar 3.16 Logo Akhir Kampanye Sumber: Dokumentasi pribadi
Bentuk
Dipilih icon puzzle, yaitu bentuk puzzle yang belum utuh/belum tergabung, ini menggambarkan bahwa kebersamaan itu
sangatlah penting dalam hidup, apabila salah satu bagian tidak ada maka tidak akan menjadi satu kesatuan yang utuh. Karena mereka juga merupakan generasi penerus bangsa, yang akan membuat bangsa maju. Jadi intinya jangan biarkan mereka beda di antara anak-anak yang lain, bahwa “kita sama”.
Warna
Warna yang dipakai dalam logo kampanye ini adalah: Orange dan Putih, dan menurut Surianto Rustan dalam buku “mendesain logo” mengandung arti sebagai berikut:
Gambar 3.17 Warna Logo Kampanye Sumber: Dokumentasi pribadi
ORANGE : Melambangkan kebahagiaan dan keseimbangan, apabila bersatu saling membantu akan mendapatkan kebahagiaan dan seimbang antara satu dengan yang lainnya dalam hal mendapatkan pendidikan, tidak ada perbedaan satu sama lain.
PUTIH : Melambangkan harapan dan rendah hati, itu artinya harus bersikap saling membantu satu sama lain untuk menanamkan sifat kepedulian yang tinggi terhadap orang lain yang membutuhkan, hal itu bisa mewujudkan harapan-harapan dari orang yang tidak mampu dapat memperbaiki kualitas hidup dengan mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan.
Tipografi
Tipografi menggunakan font Rockwell Condensed
Gambar 3.18 Tipografi Logo Kampanye Sumber: Dokumentasi pribadi
46
BAB IV
MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI
4.1 Pra Produksi
Sebelum memasuki pada tahap produksi pada media kampanye, tahap yang harus dilalui dalam pembuatan sebuah perancangan visual kampanye yaitu meliputi:
• Sketsa
Karena visualisasi pada kampanye menggunakan fotografi, maka perlu di buat sketsa atau ide seperti apa konsep fhoto yang akan dimunculkan, mulai dari sudut pengambilan gambar, latar belakang foto dan lokasi dari visualisasi itu sendiri.
• Pengolahan Gambar
Pengolahan gambar menggunakan photoshop CS3 kemudian dibuat sesuai dengan konsep visualisasi yang akan di sampaikan. Kemudian pengolahan gambar secara keseluruhan meliputi penempatan logo, headline, dan tagline dalam tampilan gambar kampanye.
• Finising
47
4.2 Teknis Cetak
Teknis media dibuat berdasarkan pengelompokan tahapan perancangan media kampanye sebagai berikut:
4.2.1 Media
1. Poster
Poster merupakan media lini atas yang juga termasuk media luar ruang, poster dapat ditempatkan atau dipasang di tempat-tempat umum dan informasi yang akan disampaikan dapat cepat tersampaikan kepada khalayak sasaran, penggunaan poster sebagai media utama dalam kampanye ini karena:
• Visualisasi yang menarik • Tingkat keterbacaan tinggi
• Mempunyai jangkauan dan penempatan yang luas
• Berfungsi sebagai media pemberi informasi dan pengingat
Fungsi Poster I (Tahap awareness)
Konsep dari iklan ini yaitu menggambarkan visualisasi seorang siswi SD (Sekolah Dasar) yang memakai sepatu yang sudah robek dan sudah tidak layak dipakai lagi, dari visualisasi tersebut anak tersebut terlihat bahwa anak tersebut sangat membutuhkan bantuan dari orang-orang yang mampu agar mereka bisa terus tetap bersekolah. Karena banyak dari anak-anak yang putus sekolah disebabkan tidak ada kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan sekolah anaknya.
Spesifikasi Media
Format / bentuk : Persegi empat
Ukuran : (A2) 42 cm x 59,4 cm Material : Luster Gliter Teknik produksi : Cetak Separasi
Gambar 4.19 Penempatan Poster Tahap I
Sumber: Dokumentasi pribadi
49
Fungsi Poster II (Tahap Persuasive)
Fungsi poster II atau pada tahap II adalah untuk mengajak orang tua dengan status ekonomi sosial menengah keatas untuk membantu orang yang berada disekitar mereka yang terancam putus sekolah karena tidak sanggup memenuhi kebutuhan sekolah.
Dengan konsep iklan yaitu menggambarkan visualisai murid SD yang mengenakan tas yang sudah robek dan sudah tidak layak pakai, dan beda dari anak-anak lainnya yang mampu, yang memakai tas bagus dan layak dipakai. Dari visualisasi tersebut anak dimaksudkan jangan biarkan mereka beda dari anak-anak yang lain. Mereka membutuhkan bantuan dari orang-orang yang mampu yang berada disekitar mereka.
Spesifikasi Media
Format / bentuk : Persegi empat
Ukuran : (A2) 42 cm x 59,4 cm Material : Luster Gliter
Gambar 4.20 Penempatan Poster Tahap II
Sumber: Dokumentasi pribadi
Fungsi Poster III
Fungsi poster pada tahap 3 adalah untuk mengingatkan kembali dan memberikan informasi dengan diperkuat dengan visualisasi dan headline.
Konsep dari iklan ini yaitu menggambarkan visualisasi yang menunjukkan seorang murid SD yang mengenakan sepatu yang sudah robek dan sudah tidak layak pakai lagi, tetapi terlihat disana kaos kakinya yang baru, disana terlihat walaupun dia masih menggunakan sepatu yang sobek karena bantuan yang diberikan
berupa kaos kakipun menjadi sangat berarti bagi mereka. Dan walaupun beda dari anak yang lain dia masih tetap semangat bersekolah, maka jangan biarkan keadaan mereka seperti ini, mereka membutuhkan bantuan dari orang-orang yang mampu yang berada di sekitar mereka. Karena banyak dari anak-anak yang putus sekolah disebabkan tidak ada kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan sekolah anaknya.
Spesifikasi Media
Format / bentuk : Persegi empat
Ukuran : (A2) 42 cm x 59,4 cm Material : Luster Gliter Teknik produksi : Cetak Separasi
Gambar 4.21 Penempatan Poster Tahap III
Sumber: Dokumentasi pribadi
52
2. Koran
Penggunaan iklan koran sama halnya dengan poster I iklan koran berfungsi untuk memunculkan rasa penasaran dari target audiens serta mengenalkan isi kampanye pesan yang ingin disampaikan. Di tempatkan di koran yang sering dibaca oleh target audiens, seperti koran Seputar Indonesia.
Konsep dari iklan ini yaitu masih sama seperti konsep pada poster tahap I yaitu menggambarkan visualisasi murid SD (Sekolah Dasar) yang memakai sepatu yang sudah sobek dan sudah tidak layak dipakai lagi, anak tersebut sangat membutuhkan bantuan dari orang-orang yang mampu agar mereka bisa terus tetap bersekolah.
Spesifikasi Media
Format / bentuk : Persegi empat Ukuran : 25,5 x 30,5 cm Material : Kertas Koran 60 gr Teknik produksi : Cetak Separasi
Gambar 4.22 Penempatan Iklan Koran
Sumber: Dokumentasi pribadi
3. Tempat Parkir
Iklan ini dipasang di tempat parkir mall BIP, BEC, dan tempat yang sering di kunjungi target audiens, dan memiliki kemungkinan besar untuk target audiens untuk melihat iklan tersebut karena di tempatkan di gerbang parkir. Konsep desain masih seperti konsep pada poster pada tahap I.
Spesifikasi Media
Format / bentuk : Persegi panjang
Ukuran : 1,2 x 1 m
Material : Stiker Outdoor Teknik produksi : Digital Printing
Gambar 4.23 Penempatan di Parkiran
Sumber: Dokumentasi pribadi
4. Palang Jalan
Iklan ini menggunakan media pembatas jalan, karena target audiens sering melewati jalan seperti Setiabudi, Braga, dan Dago
maka ada kemungkinan besar untuk melihat iklan tersebut. Dan informasi dapat tersampaikan kepada target audiens. Dan Konsep iklannya sama seperti iklan pada poster Tahap I.
Spesifikasi Media
Format / bentuk : Persegi empat
Ukuran : 60 x 160 cm
Material : Stiker Outdoor Teknik produksi : Digital Printing
Gambar 4.24 Penempatan di Palang Jalan
Sumber: Dokumentasi pribadi
5. Billboard
Pada tahap kedua menggunakan media Billboard, yang dipasang di jalan yang sering terjadi kemacetan dan perempatan jalan Dago, Cihampelas dan mempunyai kemungkinan besar untuk target audiens untuk melihat iklan tersebut.
Konsep dari iklan ini yaitu masih seperti konsep pada tahap 3, menggambarkan visualisasi yang menunjukkan seorang murid SD yang mengenakan sepatu yang sudah robek dan sudah tidak layak pakai lagi, tetapi terlihat disana kaos kakinya yang baru, disana terlihat walaupun dia masih menggunakan sepatu yang sobek
karena bantuan yang diberikan berupa kaos kakipun menjadi sangat berarti bagi mereka.
Spesifikasi Media
Format / bentuk : Persegi empat
Ukuran : 3 x 6 m
Material : Flexi Frontlite Outdoor Teknik produksi : Digital Printing
Gambar 4.25 Penempatan Iklan Billboard
56
57
6. Angkutan kota
Kemudian media lainnya pada tahap II adalah angkot, angkot yang digunakan adalah angkot yang melewati wilayah kota Bandung. Pemasangan media pada angkot bertujuan agar target audiens yang berada di jalan dapat melihat iklan tersebut dan dapat mengetahui informasi dari iklan yaitu mengajak membantu anak yang terancam putus sekolah. Dengan konsep iklan yaitu sama seperti konsep pada poster tahap ke persuasif.
Spesifikasi Media
Format / bentuk : Persegi Panjang
Ukuran : 90 cm x 60 cm
Gambar 4.26 Penempatan di Angkutan Kota
Sumber: Dokumentasi pribadi
7. Neon Box
Iklan ini dipasang sebelum perempatan jalan lampu merah, Braga, dan Dago tempat yang sering dilewati target audiens, dan memiliki kemungkinan besar untuk target audiens untuk melihat iklan tersebut. Konsep iklan masih sama pada poster tahap II.
Spesifikasi Media
Format / bentuk : Persegi empat
Ukuran : 1 x 2 m
Material : Backlite Outdoor Teknik produksi : Digital printing
Gambar 4.27 Penempatan di Neon Box
Sumber: Dokumentasi pribadi 8. Rak Buku
Iklan yang digunakan kali ini yaitu Iklan di rak toko buku, sebagai media pendukung pada tahap 2. Dipasang di rak penempatan
buku anak-anak, karena target audiens pasti membelikan buku untuk anaknya dan bisa langsung tersampaikan pesan dari iklan tersebut. Konsep iklan yaitu visualisasi keadaan buku dari siswa yang kurang mampu, yang sudah lusuh dan kusam dan terlihat basah karena anak tersebut tidak mempunyai tas untuk meletakkan bukunya sehinga di saat hujan, buku mereka menjadi basah. Iklan tersebut dipasang di kawasan toko buku Gramedia karena dapat bersentuhan langsung dengan target audiens dan mereka dapat membaca informasinya.
Spesifikasi Media
Format / bentuk : Persegi empat
Ukuran : 22 x 27 cm
Material : Art Paper 150 gr Teknik produksi : Cetak Offsite
Gambar 4.28 Penempatan Iklan Rak Buku
Sumber: Dokumentasi pribadi
9. Kalender
Iklan yang digunakan adalah kalender sebagai tahap pengingat kembali iklan kampanye tersebut. Sekaligus sebagai merchandise kampanye.
Dengan konsep kalender yaitu dengan memasukkan semua tahap iklan kampanye ke dalam kalender tersebut, sebagai pengingat dan kalender berisi pesan-pesan pada setiap ilustrasinya.
Spesifikasi Media
Format / bentuk : Persegi empat
Ukuran : 13 x 13 cm
Material : BW Paper
Teknik produksi : Cetak Offsite
Gambar 4.29 Penempatan Iklan di Kalender
Sumber: Dokumentasi pribadi
10. Tabloid
Iklan ini menggunakan media Tabloid, di tempatkan di tabloid yang sering dibaca oleh target audiens, seperti tabloid Nova. Dengan konsep iklan yang sama seperti iklan pada poster tahap 3.
Spesifikasi Media
Format / bentuk : Persegi empat
Ukuran : 21 x 28 cm
Material : Kertas koran 80 gr Teknik produksi : Cetak Separasi
Gambar 4.30 Penempatan Iklan di Tabloid
Sumber: Dokumentasi pribadi
63
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, Andang. (2004). Glossary Photography. Bandung: Humanika Creative
Publishing.
Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Studi Komunikasi Visual.Yogjakarta:Andi.
Lubis, Nisrina. (2010). Miskin Tapi Sukses Sekolah/Kuliah. Yogjakarta: Diva
Press.
Rakyat demokrasi Wordpress. (2010). Tentang Bos Bantuan Operasional
Sekolah. Diakses pada 26 November 2010.
Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
http://rakyatdemokrasi. wordpress.com.
Saroni, Mohammad. (2010). Orang Miskin Harus Sekolah. Yogjakarta: Ar‐Ruzz
Media.
Saroni, Mohammad. (2010). Orang Miskin Bukan Orang Bodoh. Jogjakarta:
Bahtera Buku.
Supriyono, Rahmat. (2010). Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Andi.
Venus, Antar. (2004). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
www.alifmagz.com. (2010). Sekolah Rumah Mentari, Komunitas Belajar Gratis
di Bandung Utara. Tersedia di: http://www.alifmagz.com/sekolah‐rumah‐ mentari‐komunitas‐belajar‐gratis‐di‐Bandung‐utara/ [24 Maret 2011]
64
http://www.elshinta.com/v2003a/readnews.htm?id=101967 [17 Mei 2011]
RIWAYAT HIDUP
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jln. Kopo Bihbul, Gg Mesjid No. 24/9 Desa Margahayu Tengah. Telepon : 085624432176
Email : keyz_design@yahoo.com
PENDIDIKAN FORMAL
1995 - 2001 SD Negeri 196 Ma.Bungo . Jambi 2001 - 2004 SMP Negeri 2 Ma. Bungo . Jambi 2004 - 2007 SMA negeri 1 Ma. Bungo . Jambi
2007- 2011 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)
PENDIDIKAN NON FORMAL
Komunitas Rooltime (UNIKOM, Bandung (2007) Kerja Praktek di PT.Angkasa Putra, Bandung (2010)
Seminar Rooltime “Pembuatan Video Clip” (2008)
Seminar Audio Visual “ Pembuatan Film Dokumenter”(2010) Seminar “Road to successs of a Movie Maker” (2011)