1 1.1 Latar Belakang Penelitian
Keuangan berhubungan dengan audit secara bebas terutama terhadap
laporan yang dihasilkan oleh akuntansi keungan (Soemarso, 2010:8). Walaupun
tujuan utama audit adalah agar informasi akuntansi yang disajikan dapat lebih
dipercaya, namun terdapat tujuan-tujuan lain yang dicakup seperti memastikan
ketaatan terhadap kebijakan, prosedur atau peraturan serta menilai efisiensi dan
efektivitas suatu kegiatan (Soemarso, 2010:8).
Perkembangan risiko usaha yang terus berkembang dan dapat
mengancam sustainbilitas usaha perusahaan memerlukan pengelolaan risiko yang
efektif dan efisien. Pengelolaan risiko yang efektif dapat diwujudkan dengan
pengendalian internal efektif yang dilakukan oleh unit satuan pengendalian intern
perusahaan (Mulyono, 2011).
Salah satu paradigma baru dalam audit adalah melakukan audit berbasis
risiko. Pentingnya penilaian risiko pada teori audit maupun praktik audit yang
menunjukkan bahwa audit adalah “recursive process of evidence-driven,
belifebased risk assessment” (Martinis et al, 2011). Standar audit terbaru di USA
The Public Company Accounting Oversight Board (2010) juga menegaskan
kembali pentingnya penilaian risiko oleh auditor (Martinis Et Al, 2011).
Laporan Keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan
eksternal perusahaan (Feny & Yohanes, 2012). Dua karakteristik terpenting yang
harus ada dalam laporan keuangan adalah relevan dan dapat diandalkan, kedua
karakteristik tersebut sangatlah sulit diukur sehingga para pemakai informasi
membutuhkan jasa pihak ketiga yaitu auditor independen sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
(Feny & Yohanes, 2012).
Keputusan ekonomi biasanya hanya didasarkan atas informasi yang
tersedia bagi para pengambil keputusan. Untuk memperoleh manfaat terbaik para
pengguna harus memiliki informasi ekonomi yang relevan dan handal (Dan M.
Guy, 2002:4).
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari
profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak
memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam
laporan keuangan dimana profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk
menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat
memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan
keputusan (Mulyadi, 2002:2).
Akuntan publik disebut sebagai akuntan independen yang memberikan
jasanya kepada pihak yang membutuhkan dan mereka bekerja secara bebas tanpa
adanya tekanan (Ely Suhayati & Siti Kurnia Rahayu, 2009:5). Akuntan suatu
profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan
keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun
standar akuntansi keuangan atau prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
standar atau prinsip tersebut diterapkan secara konsisten (I Gusti Agung Rai,
2009:3).
Profesi auditor menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun
terakhir ini (Feny & Yohanes, 2012). Mengingat pentingnya fungsi akuntan
publik maka diperlukan berbagai upaya untuk menjaga kualitas jasa
profesi akuntan publik agar kepercayaan masyarakat terhadap profesi ini tidak
berkurang setelah berbagai kasus corporate failure yang terjadi baik di
dalam maupun di luar negri (Feny & Yohanes, 2012).
Setiap profesi selalu dikaitkan dengan kualitas layanan yang
dihasilkannya, tidak terkecuali akuntan publik (Rahmat Febrianto, 2009).
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang
dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau
standar auditing, kualitas audit tentu saja mengacu pada standar yang berkenaan
dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan (Rahmat Febrianto, 2009).
Zaenal dan Rheny (2008), mendefinisikan kualitas audit sebagai
kapasitas auditor eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material dan
bentuk penyimpangan lainnya. Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat
dicapai jika auditor menerapkan standar-standar dan prinsip-prinsip audit,
bersikap bebas tanpa memihak (Independen), patuh kepada hukum serta mentaati
kode etik profesi (Sukrisno Agoes, 2012).
Kualitas audit ditentukan oleh kompetensi dan independensi auditor
pelanggaran sedangkan auditor yang independen adalah auditor yang "bersedia
melaporkan" pelanggaran tersebut (Rahmat Febrianto, 2009).
Pernyataan di atas didasarkan pada asumsi DeAngelo bahwa kualitas
ditentukan dari sisi suplai audit saja, yaitu dari sisi auditor, tidak dari sisi
permintaan yaitu klien, konsekuensi dari asumsi tersebut adalah DeAngelo hanya
mempertimbangkan kualitas atas dasar apa yang bisa diberikan oleh auditor,
bukan apa yang juga diminta atau dibutuhkan oleh klien (Rahmat Febrianto,
2009).
Pertanyaan masyarakat tentang kualitas audit yang dilakukan akuntan
publik bertambah besar setelah terjadi beberapa kasus yang berkaitan dengan hasil
audit para akuntan publik (Feny & Yohanes, 2012).
Kinerja auditor menjadi sorotan banyak kalangan, hal ini tidak dapat
dilepaskan dari terjadinya beberapa skandal besar yang telah melibatkan auditor
professional (Rizky Aulia, 2012).
Faktor lain yang juga penting dalam mempengaruhi kualitas audit
yaitu pengalaman. Pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua
yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang
dengan sesama, benda, alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan (Tri, 2008).
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk memahami
entitas yang diaudit dan membantu pelaksanaan audit, pengetahuan dasar ini
meliputi kemampuan untuk melakukan review analitis, pengetahuan teori
Dapat dikatakan bahwa dalam rangka pencapaian keahlian, seorang
auditor harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam bidang audit,
pengetahuan ini bisa didapat dari pendidikan formalnya yang diperluas dan
ditambah antara lain melalui pelatihan auditor dan pengalaman-pengalaman
dalam praktik audit (Putri Noviyani,2008).
Di Indonesia terdapat kasus “kesalahan pencatatan” laporan keuangan PT
Kimia Farma Tbk. Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM),
diduga terlibat dalam aksi penggelembungan tersebut. Memang, belakangan
Kimia Farma dan HTM mengoreksi laporan keuangan tersebut, mereka beralasan
telah terjadi “kesalahan pencatatan”, sebuah alasan yang melanggar akal sehat
masyarakat karena diketahui bahwa KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa adalah
KAP yang berpengalaman dan masuk ke dalam big four. Menurut pihak PT.
Kimia Farma menduga ketidakwajaran tersebut mungkin berbeda di posa
inventory stock. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP
yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit
yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut (Robinson Simbolon,
2002).
Kesalahan dalam penyajian laporan keuangan juga terjadi pada PT. KAI
(Kereta Api Indonesia). Dituliskan dalam laporan keuangan bahwa PT. KAI
mengalami keuntungan sebesar 6,9 Miliar, sedangkan setelah diteiliti dan diuji
lebih rinci dikatakan bahwa pada kenyataannya PT. KAI menderita kerugian
karena kurangnya kontrol audit yang berbasis risiko dalam campur tangan auditor
internal.
Ada juga kasus penyuapan yang terjadi pada Allianz 2012 demi meraup
keuntungan sebesar mungkin sehingga bekerja sama dengan auditor untuk
memanipulasi laporan keuangan dan kasus pada PT. TELKOM yang terjadi
pemanipulasian laporan keuangan yang dilakukan oleh direktur utama PT.
TELKOM pada tahun 2012. Dimana yang dilakukan oleh pihak internal baik
manajemen atau akuntan publik atau auditor telah melakukan pelanggaran yang
dimana kurangnya penerapan audit berbasis risiko baik yang sudah
berpengalaman sekalipun dan dalam pemilihan sampling dalam proses audit guna
mendeteksi apakah terjadi salah saji atas penyajian laporan keuangan tersebut.
Pengalaman audit merupakan proksi dari keahlian auditor yang akan
menentukan pembentukan pertimbangan auditor, berbagai penelitian menunjukan
semakin berpengalaman auditor maka semakin mampu ia menghasilkan kinerja
yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks (Tri, 2005).
Pengetahuan dan pengalaman merupakan keahlian yang berhubungan
dengan profesionalisme dalam akuntansi yang diperlukan dalam auditing karena
itu pengetahuan dan pengalaman merupakan suatu komponen yang sangat penting
dalam tugas-tugas yang dilaksanakan oleh seorang auditor (Rahmat Febrianto,
2009).
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan tersebut maka peneliti tertarik
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan dengan uraian latar belakang penelitian di atas, maka
penulis mengidentifikasikan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Masih adanya kesalahan yang dilakukan oleh auditor dalam
melakukan audit yaitu dalam memilih sampling audit sebagai bukti audit
dan mendeteksi kecurangan yang dilakukan klien walaupun auditor sudah
berpengalaman sehingga mengakibatkan kualitas audit yang dihasilkan
kurang baik dan tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
2. Masih kurangnya penerapan dan penggunaan audit berbasis
risiko yang dilakukan oleh auditor dalam melaksanakan pengauditan
laporan keuangan dan penentuan sampling audit yang diambil.
3. Auditor yang sudah berpengalaman dalam mengaudit
terutama dalam pemilihan sampling dan implementasi audit berbasis risiko
seharusnya mampu menghasilkan kualitas audit yang baik dan
memberikan informasi serta opini yang sebenar-benarnya atas pengauditan
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis
merumuskan beberapa masalah yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini,
sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh pemilihan Sampling Audit terhadap Kualitas
Audit
2. Seberapa besar pengaruh pemilihan Audit Berbasis Risiko terhadap
Kualitas Audit
3. Seberapa besar pengaruh pemilihan Sampling Audit dan implementasi
Audit Berbasis Risiko terhadap Kulitas Audit.\
4. Seberapa besar hubungan pemilihan Sampling Audit dan implementasi
Audit Berbasis Risiko.
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian
Mengumpulkan data dan informasi yang terkait dengan hasil Audit
(Audit Quality) yang dikeluarkan oleh auditor terhadap pemilihan sampling audit
dan penerapan Audit Berbasis Risiko.
1.4.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemilihan sampling
audit terhadap Kualitas Audit.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh implementasi audit
3. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh pemilihan sampling
audit dan implementasi audit berbasis risiko dalam menghasilkan kualitas audit
yang baik dan terpercaya.
1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuann
kepada organisasi tentang Pemilihan Sampling Audit dan Implementasi Audit
Berbasis Risiko terhadap Kualitas Audit.
1.5.2 Kegunaan Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, informasi dan
pengetahuan tentang pengaruh Pemilihan Sampling Audit dan Implementasi Audit
Berbasis Risiko terhadap Kualitas Audit pada Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Barat.
1. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Dapat menjadi referensi ilmiah tentang Pemilihan Sampling Audit dan
Implementasi Audit Berbasis Risiko terhadap Kualitas Audit pada Auditor di
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Barat.
2. Bagi Penulis
Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu
untuk menambah pengetahuan dan juga memperoleh gambaran langsung
bagaimana Pemilihan Sampling Audit dan Implementasi Audit Berbasis Risiko
3. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk perbaikan atau
pengembangan materi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji di bidang atau
masalah yang sama.
4. Bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan solusi bagi para
auditor baik yang berprofesi sebagai internal auditor maupun eksternal auditor
11 2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Sampling Audit
2.1.1.1 Pengertian Sampling Audit
Menurut P. Teddy Setya dan M. Hadlari (2008) mendefinisikan bahwa:
“Sampling adalah penelitian kurang dari 100%, karena dalam sampling
pengujian tidak dilakukan terhadap seluruh anggota populasi.
Menurut Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga PSAP nomor 26
mendefinisikan bahwa:
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Menurut Standar Audit (PSA No. 26) mendefinisikan Sampling Audit
adalah sebagai:
“Penerapan Prosedur Audit terhadap kurang dari 100% nilai
ketidakyakinan dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi, dengan tujuan
untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi
tersebut”.
Berdasarkan pengertian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa
Sampling audit adalah suatu penerapan prosedur Audit yang dilakukan terhadap
tidak dilakukan terhadap seluruh populasi atau transaksi yang ada dengan tujuan
untuk menilai kebeneran beberapa karakteristik saldo akun ataupun kelompok
transaksi tersebut.
Dalam melaksanakan sampling Audit, seorang Auditor harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut (P. Teddy Setya dan M. Hadlari (2008):
1. Perencanaan (Planning) yaitu jika sampling audit digunakan, auditor harus
mempertimbangkan hubungan antara tujuan pengendalian
manajemen/intern dan juga mempertimbangkan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap ukuran sampel (besarnya sampel).
2. Pemilihan (Selection) yaitu bahwa pemilihan sampel harus dilakukan
terhadap item-item yang bisa mewakili (representative) yang ada dalam
populasi.
3. Evaluasi (Evaluation) yaitu auditor harus menilai hasil sampel dari
item-item sampel yang telah dipilih dan harus mempertimbangkan resiko
sampling. Selain itu auditor juga mempertimbangkan aspek kualitatif dari
hasil sampling.
Ketiga hal di atas merupakan permasalahan yang dihadapi auditor dalam
pelaksanaan sampling audit. Namun permasalahan yang sangat penting dalam
sampling audit adalah apakah sampel yang diambil dari populasi tersebut telah
2.1.1.2 Indikator Sampling Audit
Menurut P. Teddy Setya dan M. Hadlari (2008) indikator dari Sampling
Audit dapat diukur dari :
1. Unit Populasi
2. Standar Deviasi
3. Tingkat keyakinan atau keandalan (confidence level)
4. Kesalahan Sampling
2.1.2 Audit Berbasis Risiko
2.1.2.1 Pengertian Audit Berbasis Risiko
Menurut Prof. Dr. Ir. Soemarno, M.S mendefinisikan risiko merupakan:
“Suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi
tidak menguntungkan yang mungkin terjadi”
Menurut Agus Widarsono (2009) menyatakan bahwa:
“Risiko Audit merupakan risiko kesalahan dalam memberikan pendapat wajar
tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang salah saji secara material.”
Menurut Yudadisastra (2010) mendefinisikan risiko secara umum sebagai
berikut :
“Suatu kejadian/kondisi yang berkaitan dengan hambatan dalam pencapaian
tujuan. Pengertian risiko berkaitan dengan ”adanya tujuan” sehingga apabila tidak
ada tujuan yang ditetapkan maka tidak ada risiko yang harus dihadapi”.
Menurut Supono dan Agus Yulianto (2007) mendefinisikan perencanaan
“upaya audit intern dalam rangka melaksanakan perannya selaku bagian
dari manajemen untuk membantu manajemen memperbesar kemungkinan
pencapaian tujuan organisasi”.
Menurut Supono dan Agus Yulianto (2010) mendefinisikan bahwa:
“Perbedaan pendekatan audit berpeduli risiko dengan pendekatan audit
konvensional adalah pada metodologi yang digunakan dimana auditor mengurangi
perhatian pada pengujian transaksi individual dan lebih berfokus pada pengujian
atas sistem dan proses bagaimana manajemen mengatasi hambatan pencapaian
tujuan, serta berusaha untuk membantu manajemen mengatasi (mengalihkan)
hambatan yang dikarenakan faktor risiko dalam pengambilan keputusan”.
2.1.1.2 Indikator Audit Berbasis Risiko
Indikator audit berbasis risiko adalah sebagai berikut :
1. Fokus Audit terhadap Risiko
2. Respon Audit
3. Pengujian
4. Metode
5. Rekomendasi
6. Laporan Audit
7. Peran audit dalam organisasi
2.1.3 Kualitas Audit
2.1.3.1 Pengertian Kualitas Audit
Menurut De Angelo dalam Justinia Castellani (2008) mendefinisikan
“Kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan dan
melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien”.
Menurut Akmal (2006:65) mendefinisikan kualitas adalah sebagai berikut:
“Kualitas adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh subjek/objek untuk
memperoleh tingkat kepuasan, sehingga akan menimbulkan hasrat subjek/objek
untuk menilai suatu kegiatan tersebut”.
Menurut Sososutikno (2003) mendefinisikan kualitas audit adalah sebagai
berikut :
“Kualitas Audit adalah probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan
melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien”.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2011:20) mendefinisikan adalah
sebagai berikut :
“Audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi
standar auditing”.
Dari definisi di atas kualitas audit adalah kemampuan dari seorang auditor
dalam melaksanakan tugasnya dimana dalam melakukan audit auditor dapat
menemukan kesalahan klien dan melaporkannya.
2.1.3.2 Indikator Kualitas Audit
Indikator kualitas audit menurut Justiana Castellani (2008) adalah sebagai
berikut :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
4. Kemampuan menemukan kesalahan
5. Keberanian melaporkan kesalahan
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Hubungan Sampling Audit dengan Kualitas Audit
Menurut Sugiyono, 2002 mengatakan bahwa
“Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”.
Menurut Arens, 2008 menyatakan bahwa bukti audit adalah:
“setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah
informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan”.
Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga menyatakan bahwa:
“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit”.
Menurut Ulfert Gronewold, 2006 menyatakan bahwa:
“Kualitas Audit, diukur dengan kebenaran penilaian persuasive atas bukti,
secara langsung tergantung pada apakah bukti yang digunakan untuk
merekonstruksi realitas yang relevan sesuai bilai keabsahan bukti tersebut”.
2.2.2 Hubungan Audit Berbasis Risiko dengan Kualitas Audit
Menurut Christine Diane, 2010 menyatakan bahwa Audit berbasis risiko
“Metodologi pemeriksaan yang dipergunakan untuk memberikan jaminan
bahwa risiko telah dikelola dalam batasan risiko yang telah ditetapkan manajemen
pada tingkatan korporasi”.
Menurut Sososutikno (2003) mendefinisikan kualitas audit adalah sebagai
berikut :
“Kualitas Audit adalah probabilitas seorang auditor dapat
menemuPengalaman yang dimiliki oleh akuntan publik atau auditor seharusnya
mampu menghasilkan kualitas audit yang baik dan memberikan informasi serta
opini yang sebenar-benarnya atas pengauditan laporan keuangankan dan
melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien”.
Di dalam Pernyataan Standar Audit no. 20 dituliskan bahwa:
“Risiko Audit meliputi ketidakpastian yang disebabkan oleh sampling dan
ketidakpastian yang disebabkan oleh faktor-faktor selain sampling. Aspek-aspek
risiko audit adalah risiko sampling dan risiko non sampling”.
Menurut Mayangsari ( 2003 ) mengatakan :
“Masalah timbul ketika banyak terjadi kegagalan audit (audit failures)
menyangkut opini going concern”.
Untuk pendekatan yang berorientasi proses, Li Dang (2004) juga O’Keefe
et al. (1994) berpendapat bahwa:
“dalam konteks Amerika Serikat, kualitas keputusan diukur dengan: (i)
tingkat kepatuhan auditor terhadap General Acceptance on Auditing Standards
yang berorientasi hasil, Francis (2004) mengukur kualitas audit melalui hasil
audit”.
Menurut Hironori dan Mock, 2011 menyatakan bahwa:
“Penilaian audit tentang klien akan dipengaruhi oleh pendekatan yang
dilakukan, perencanaan, penilaian risiko dan menginpretasikan bukti audit”.
2.2.3 Paradigma Pemikiran
Gambar 2.1 Paradigma Berpikir Sampling Audit
Audit Berbasis Risiko
2.3 Hipotesis
Menurut Umi Narimawati (2010:63) definisi Hipotesis adalah sebagai
berikut:
“Hipotesis merupakan suatu kesimpulan yang masih kurang atau
kesimpulan yang masih belum sempurna”.
Menurut Sugiyono (2011:64) hipotesis penelitian adalah:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan”.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara dimana
belum teruji kebenarannya sehingga harus dilakukan pengujian terlebih dahulu.
Maka hipotesis penelitian ini berdasarkan kerangka pemikiran adalah
sebagai berikut:
H1: Pemilihan Sampling Audit berpengaruh terhadap Kualitas Audit.
H2: Penerapan Audit Berbasis Risiko berpengaruh terhadap Kualitas Audit.
H3: Pemilihan Sampling Audit dan Penerapan Audit Berbasis Risiko
20
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan data untuk tujuan dan kegunaan tertentu.
Menurut Umi Narimawati (2010:127) metode penelitian adalah sebagai
berikut:
“Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk
mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan
verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2011:29) metode deskriptif adalah sebagai berikut:
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisis suatu hasil peneliti tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas”.
Metode deskriptif ini digunakan dengan tujuan menggambarkan suatu
hasil peneliti dimana sebelumnya telah diolah dan diproses dengan menggunakan
teori-teori yang telah dipelajari sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Metode verifikatif menurut mashuri (2008:45) dalam Umi Narimawati
(2010:29) adalah sebagai berikut:
“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan
dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan
kehidupan”.
Menurut Sugiyono (2011:8) mendefinisikan metode penelitian kuantitatif
adalah sebagai berikut:
“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan”.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji
pengaruh Variabel X1 dan X2 terhadap Y yang diteliti. Verifikatif berarti menguji
teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.
Dengan menggunakan metode penelitian dan analisis statistik, maka
akan mengetahui hubungan antar variabel yang diteliti sehingga menghasilkan
kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
3.2 Operasionalisasi Variabel
Sebelum melakukan penelitian ada baiknya penulis menentukan jenis dan
indikator dari masing-masing variabel yang terkait dengan membuat operasional
variabel dimana ini akan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian.
Menurut Nur Indriantoro (2002:69) dalam Umi Narimawati (2010:31)
“Operasionalisasi variabel adalah penentuan construct sehingga menjadi
variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat
digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga
memungkinkan bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan
cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih
baik”.
Variabel itu sendiri dalam konteks penelitian menurut Sugiyono (2011:38)
sebagai berikut:
“Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya”.
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang digunakan yaitu:
1. Variabel Bebas (Independent variable)
Menurut Sugiyono (2011: 39) menyatakan bahwa :
“Variable bebas (independent) merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependent
(terikat)”.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu Sampling Audit
dan Audit Berbasis Risiko.
2. Variabel terikat (Dependent variable)
Menurut Sugiyono (2011: 39) menyatakan bahwa :
“Variabel terikat (dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Kualitas
Audit.
Jenis skala pengukuran yang digunakan yaitu ordinal, dimana oleh
Zainal Mustafa (2009:55) dikemukakan bahwa :
”Skala Ordinal merupakan suatu instrument yang menghasilkan nilai
atau skor yang bertingkat atau berjenjang (bergradasi)”.
Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi
berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument
pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal, maka operasionalisasi variabel
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Ukur
Sampling Audit (X1)
penerapan prosedur Audit yang dilakukan terhadap kurang dari 100% nilai suatu saldo akun atau transaksi dimana sampling tersebut tidak dilakukan terhadap seluruh populasi atau transaksi yang ada dengan tujuan untuk menilai
kebeneran beberapa
karakteristik saldo akun ataupun kelompok transaksi tersebut (Standar Audit, PSA
Membawa suatu metodologi audit yang dapat dijalankan
oleh auditor dalam
pelaksanan penugasan
auditnya melalui pendekatan dan pemahaman atas risiko yang harus diantisipasi, dihadapi, atau dialihkan oleh manajemen untuk mencapai tujuan
Probabilitas seorang auditor
dapat menemukan dan
melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Sososutikno, 2003)
3.3 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
Primer dan Sekunder.
Menurut Sugiyono (2011:137) data primer sebagai berikut:
“Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data”.
Sumber data primer yang diperoleh pada masing-masing variabel
adalah melalui cara menyebarkan kuesioner pada auditor eksternal yang bekerja di
Kantor Akuntan Publik Wilayah Bandung.
Sedangkan menurut Sugiyono (2011:137) data sekunder adalah:
“Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data”.
Sumber data sekunder peneliti diperoleh dari informasi mengenai
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti yang lain, jurnal dan
artikel.
3.4 Populasi, Sampel dan Tempat serta waktu penelitian 3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2010:117) definisi populasi adalah sebagai berikut:
“wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Di dalam penelitian ini yang dimaksud dengan populasi adalah jumlah
Tabel 3.2 Populasi Penelitian
No KAP Alamat
1 KAP Abubakar Usman & Rekan (CAB) Jl. Abdurahman Saleh No. 40 Lantai 2 Bandung
2 KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry (CAB)
Jl. Rajamantri 1 No. 12 Buah Batu Bandung
3 KAP AF. Rachman & Soetjipto WS Jl. Pasir Luyu Raya No. 36 Bandung
4 KAP Asep Rianita Manshur &Suharyono
(CAB) Jl. Wartawan II No. 16A
5 KAP Drs. Atang Djaelani Jl. Jendral Sudirman No. 725
6 KAP Drs. Dadi Muchidin Melong Nirwana Residence Blok A No. 4
Bandung
7 KAP Djoemarma, Wahyudin & Rekan Jl. Dr. Slamet No. 55
8 KAP Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang &
Ali (CAB) Jl. Haruman No. 2 Bandung
9 KAp Ekamasni, Bustaman & Rekan (CAB) Jl. Wastu Kencana No. 5
10 KAP Drs. Gunawan Sudrajat Komplek Taman Golf Arcamani Endah, Jl
Golf Timur Bandung
11 KAP Prof. Dr. H. TB Hasanuddin, Msc & Rekan
Metro Trade Center Blok F No. 29, Jl. Soekarno Hatta Bandung
12 KAP Dr. H.E.R. Suhardjadinata & Rekan Metro Trade Center Blok C No. 5, Jl. Soekarno Hatta Bandung
13 KAP Heliantono & Rekan (CAB) Jl. Sangkuriang No. B1
14 KAP Drs. Jajat Marjat Jl. Pasir Luyu Timur No. 125 Bandung
15 KAP Jojo Sunarjo & Rekan (CAB) Jl. Ketuk Tilu No. 38 Bandung
16 KAP Drs. Joseph Munthe, MS Jl. Terusan Jakarta No. 20 Bandung
17 KAP Drs. Karel & Widyarta Jl. Hariangbanga No. 15 Bandung
18 KAP Koesbandijah, Beddy Sasmi & Setiasih Jl. H. P. Hasan Mustafa No. 58 Bandung 19 KAP Drs. La Midjan & Rekan Jl. Ir. H. Juanda No. 20 Bandung
20 KAP Moch. Zainuddin, SUkmadi &Rekan Jl. Melong Asih No. 69 B Lantai 2 Cijerah Bandung
21 KAP Peddy HF. Dasuki Jl. Jupiter Utama D.2 No. 4 Margahayu
Selatan Bandung
22 KAP Drs. R. Hidayat Effendy Komplek Margahayu Raya, Jl. Tata Surya
No. 18 Bandung
23 KAP Risman & Arifin Metro Trade Center Blok A.1 No. 17, Jl.
Soekarno Hatta No. 590 Bandung
24 KAP Roebiandini & Rekan Jl. Sidoluhur No. 26 RT 004/007 Kel.
Sukaluyu Kec. Cibeunying Kaler Bandung
25 KAP Drs. Ronald Haryanto Jl. SUkahaji No. 36A Bandung
26 KAP Sabar & Rekan Jl. Kancra No. 62 Buah Batu Bandung
27 KAP Drs. Sanusi & Rekan Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri No. 76 C
Bandung
28 KAP SUgiono Poulus, SE.Ak., MBA Jl. Cempaka No. 114 Bandung
29 KAP Dra. Yati Ruhiyati
Jl. Ujung Berung Indah Berseri I Blok 9 No. 4 Komplek Ujung Berung Indah Bandung
Berdasarkan data di atas hanya 14 KAP yang bersedia untuk dilakukan
penelitian dimana 15 KAP menolak dilakukan penelitian dengan alasan terlambat
memberikan dan mengembalikan kuisioner.
3.4.2 Penarikan Sampel
Menurut Sugiyono (2010:116) sampel adalah sebagai berikut:
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.”
Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sampel
yang benar-benar dapat mewakili (Representative) dan dapat menggambarkan
populasi sebenarnya. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah auditor
yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung.
Dengan berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto (2002:109) yang
menyatakan bahwa:
“Untuk pedoman umum dapat dilaksanakan bahwa bila populasi di bawah
100 orang, maka dapat digunakan sampel 50% dan jika di atas 100 orang,
Tabel 3.3
4 KAP Djoemarma, Wahyudin & Rekan 3
5 KAP Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang &
Ali (cab) 12
Sumber data telah diolah, 2015
Berdasarkan data di atas terdapat 50 responden yang didapat dari 14
sampel yang akan diolah datanya.
3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian pada beberapa
Kantor Akuntan Publik yang berlokasi di Kota Bandung.
Untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai objek yang diteliti, maka
penulis melaksanakan penelitian pada waktu yang telah ditentukan oleh Kantor
Akuntan Publik tersebut. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada
Tabel 3.4
Deskripsi Kegiatan Penelitian
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
dua cara, yaitu Penelitian Lapangan (Field Research) dan Penelitian kepustakaan
(Library Research).
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
“Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung di lokasi untuk
memperoleh data yang diperlukan”.
Dalam penelitian ini bertintak sebagai nonpartisipan. Observasi
nonpartisipan adalah peneliti tidak terlibat langsung dengan objek yang diamati.
Peneliti hanya sebagai pengamat independen.
b. Wawancara (Interview), yaitu teknik pengumpulan data yang
diperoleh dengancara tanya jawab langsung dengan pihak- pihak yang terkait
langsung dan berkompeten dengan permasalahan yang penulis teliti.
c. Kuisioner, teknik kuisioner yang penulis gunakan adalah kuisioner
tetutup, suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan
daftar pertanyaan kepada responden dan yang menjadi responden dalam penelitian
ini adalah auditor, dengan harapan mereka dapat memberikan respon atas daftar
pertanyaan tersebut.
2. Penelitian kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi
literatur dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelaah literatur
berupa buku-buku (textbook), peraturan perundang-undangan, majalah, surat
kabar, artikel, situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki
Tabel 3.5
3.6 Metode Pengujian Data 3.6.1 Rancangan Analisis
Menurut Umi Narimawati (2010:41) mendefinisikan rancangan analisis
adalah sebagai berikut:
“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.
Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan
menggunakan metode kuantitatif.
Analisis kuantitatif menurut Sugiyono (2012:8) menyatakan bahwa :
“Metode penelitian kuantitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut
berpartisipasi lama dilapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi,
melakukan analisis, dan membuat laporan peneliti secara mendetail”.
“Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik
yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik
inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti
menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang
dilakukan secara random. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan
pembahasan. Penyajian data dapat berupa tabel, tabel ditribusi frekuensi, grafik
garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan
hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap
data-data yang telah disajikan”.
Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah
jelas yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis
yang telah dirumuskan dalam proposal, karena datanya kuantitatif, maka teknik
analisis data menggunakan metode statistik yang sudah tersedia.
Menurut Sugiyono (2012:9) analisis Kualitatif menyatakan bahwa :
“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpostivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawanya
adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisis data bersifat
induktif atau kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dan
generalisasi”.
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dari
variabel X1 dan X2, dan Y peneliti menggunakan metode kualitatif. Analisis yang
a. Analisis Korelasi
Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi hubungan
linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional.
Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen
dengan variabel independen. Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang
digunakan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen selain mengukur kekuatan asosiasi hubungan.
Menurut Sujana (1989:152) dalam Umi Narimawati (2010:49), pengujian
korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel X
dan Y, dengan menggunakan pendekatan koefisien korelasi Pearson dengan
rumus :
Besarnya koefisien korelasi adalah -1 r 1 :
a. Apabila (-) berarti terdapat hubungan negatif.
b. Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif.
Interprestasi dari nilai koefisien korelasi :
Jika r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variabel kuat dan
mempunyai hubungan yang berlawanan (jika X naik maka Y turun atau
Jika r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan yang kuat antara variabel X dan
variabel Y dan hubungannya searah.
Ketentuan untuk melihat keeratan korelasi digunakan acuan pada tabel 3.3
dibawah ini.
Tabel 3.6
Tingkat Keeratan Korelasi
b. Perhitungan Jalur Pada Sub Struktur Pertama
Pada sub struktur yang pertama variabel X1 sebagai variabel independen
(eksogenus variabel) dan X2 sebagai variabel dependen (endogenus variabel).
Selanjutnya untuk menguji pengaruh X1 terhadap X2 ditempuh dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung Koefisien Jalur
Karena variabel independen hanya satu variabel (X1), maka nilai
koefisien korelasi sekaligus menjadi koefisien jalur.
PX2X1 = rX2X1
2) Menghitung Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi diperoleh dengan cara mengkuadratkan nilai
koefisien jalur seperti berikut:
Sedangkan nilai epsilon (ɛ1) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: ɛ1 = 1 - R2X2X1
c. Perhitungan Koefisien Jalur Pada Struktur Kedua 1) Koefisien Jalur
Koefisien jalur mengindikasikan besarnya pengaruh langsung dari suatu
variabel yang mempengaruhi terhadap variabel yang dipengaruhi atau dari suatu
variabel eksogen terhadap variabel endogen. Untuk lebih memperjelas setiap
koefisien jalur dapat dilihat pada sebuah path diagram. Perhatikan kembali
gambar 3.1 dapat kita lihat koefisien-koefisien jalur sebagai berikut:
a. Pyx1 adalah koefisien jalur untuk pengaruh langsung X1 terhadap Y
b. Pyx2 adalah koefisien jalur untuk pengaruh langsung X2 terhadap Y
Secara manual, koefisien jalur dapat dihitung dengan cara melakukan
perkalian antara matriks invers korelasi antar variabel eksogen dengan matriks
korelasi antara variabel ekosgen dengan variabel endogen menggunakan rumus
sebagai berikut:
[
] [ ]
2) Besar Kontribusi Pengaruh Gabungan (R2)
Adapun besar kontribusi pengaruh gabungan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
[ ] [ ]
Dimana:
�yX2 = Koefisien jalur X2 terhadap Y
ryx = Korelasi antara variabel eksogen dengan variabel endogen
Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan nilai R2 dapat diidentifikasi faktor residual (e) yang merupakan besar kontribusi pengaruh dari faktor lain
yang tidak diteliti (epsilon).
Nilai epsilon dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Dimana :
R2y(x1x2) = Pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap Y
3.6.2 Perancangan Hipotesis
a. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji signifikansi (kebermaknaan)
pengaruh yang diberikan oleh variabel eksogen secara bersama (simultan)
terhadap variabel endogen.
Rumus uji F yang digunakan adalah:
⁄
⁄
Keterangan:
R2 = koefisien kolerasi ganda k = jumlah variabel eksogen
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel eksogen
secara bersama-sama dapat berperan atas variabel terikat. Pengujian ini dilakukan
menggunakan distribusi F dengan membandingkan antara nilai Fhitung dengan
nilai Ftabel. Jika nilai Fhitung > Ftabel, maka Ho yang menyatakan bahwa variasi
perubahan nilai variabel eksogen dapat menjelaskan perubahan nilai variabel
endogen, namun sebaliknya jika nilai jika nilai Fhitung < Ftabel maka variasi
perubahan nilai variabel eksogen tidak dapat menjelaskan perubahan nilai variabel
endogen.
1) Rumusan Hipotesis
Ho : �Yx1= �Yx2= 0 Secara simultan X1 dan X2 tidak berpengaruh signifikan
terhadap Y.
Ho : �Yx1≠ �Yx2≠ 0 Secara simultan X1 dan X2 berpengaruh signifikan terhadap
Y.
2) Menentukan nilai signifikansi
Nilai signifikansi (α) yang digunakan sebesar 5% atau 0,05 dikarenakan
nilai signifikansi tersebut merupakan nilai yang paling umum digunakan dalam
penelitian ilmu sosial.
3) Menentukan nilai Ftabel
Nilai Ftabel diperoleh dari tabel distribusi F pada taraf signifikansi 5%
dengan dk1 = 2 (banyaknya variabel eksogen (k)) dan dk2 = n(banyaknya
sampel)-k-1. Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria:
Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel
Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti variabel
eksogen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
endogen.
Secara visual, daerah penolakan dan penerimaan Ho dapat dilihat pada
gambar kurva pengujian hipotesis simultan seperti berikut:
Gambar 3.1
Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Ftabel
4) Menentukan kesimpulan berdasarkan probabilitas
Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima jika
probabilitas kurang dari 0.05.
b. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Untuk menguji kebermaknaan pengaruh dari masing-masing variabel
eksogen terhadap variabel endogen, maka dilakukan uji t dengan rumusan
hipotesis sebagai berikut:
1) Pengaruh X1 terhadap Y
Ho : �yx1 = 0 Secara parsial X1 tidak berpengaruh signifikan terhadap Y
Ha : �yx1 ≠ 0 Secara parsial X1 berpengaruh signifikan terhadap Y
2) Pengaruh X2 terhadap Y
Daerah Penolakan H0
Daerah Penerimaan H0
Ho : �yx2 = 0 Secara parsial X2 tidak berpengaruh signifikan terhadap Y
Ha : �yx2 ≠ 0 Secara parsial X2 berpengaruh signifikan terhadap Y. Nilai
statistik t, dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:
β = Koefisien regresi
Sei = Standar eror dari koefisien regresi
Kriteria Pengujian:
Ho ditolak apabila thitung > dari ttabel(α=0,05)
Ho diterima apabila thitung < dari ttabel(α=0,05)
Secara visual, daerah penolakan dan penerimaan Ho dapat dilihat pada
gambar kurva pengujian hipotesis seperti berikut:
Gambar 3.2
Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis (Uji t)
5) Penarikan Kesimpulan
Daerah penolakan H0
Daerah Penerimaan H0
0 Daerah
Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data dan
hasil pengujian hipotesis yang dilakukan berdasarkan pada hasil kriteria yang
telah dijelaskan diatas, juga dari teori-teori yang mendukung.
6) Besar Kontribusi Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Untuk mengetahui lebih detail mengenai seberapa besar pengaruh
langsung dan tidak langsung dari setiap variabel eksogen terhadap variabel
endogen, dapat dilihat pada uraian berikut di bawah ini:
a. Pengaruh X1 terhadap Y
(i) Pengaruh Langsung = (ρyx1)2
(ii) Pengaruh Tidak Langsung = (ρyx1) x (rX2X1) x (ρyx2)
(iii) Total pengaruh = ((ρyx1)2+ (ρyx1) x (rX2X1) x (ρyx2))
b. Pengaruh X2 terhadap Y
(i) Pengaruh Langsung = (ρyx2)2
(ii) Pengaruh Tidak Langsung = (ρyx2) x (rX2X1) x (ρyx1)
42 4.1 Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang
pengaruh pemilihan sampling audit dan implementasi audit berbasisi risiko terhadap
kualitas audit. Metode analisis yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian
ini adalah analisis deskriptif, analisis verifikatif dan analisis path sebagai alat bantu
dalam pengambilan kesimpulan.
4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif 4.1.1.1 Pengujian Alat Analisis
Sebelum dianalisis, data hasil penelitian terlebih dahulu diuji validitas dan
reliabilitasnya untuk menguji apakah alat ukur yang digunakan berupa butir item
pernyataan yang diajukan kepada responden telah mengukur secara cermat dan tepat
apa yang ingin diukur pada penelitian ini.
4.1.1.2 Uji Validitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji kesahihan setiap item pernyataan
dalam mengukur variabelnya. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing pernyataan item yang ditujukan
digunakan untuk menguji validitas butir pernyataan dalam penelitian ini adalah
korelasi Pearson product moment. Apabila nilai koefisien korelasi butir item
pernyataan yang sedang diuji lebih besar dari r tabel (n = 50) 0,279, maka dapat
disimpulkan bahwa item pernyataan tersebut merupakan konstruksi (construct) yang
valid. Adapun hasil uji validitas kuesioner kedua variabel yang diteliti disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Sampling Audit (X1) Item
Pertanyaan
Validitas
R hitung R table Kesimpulan
1 0,689 0,279 Valid
2 0,649 0,279 Valid
3 0,583 0,279 Valid
4 0,457 0,279 Valid
5 0,593 0,279 Valid
6 0,597 0,279 Valid
7 0,304 0,279 Valid
8 0,736 0,279 Valid
9 0,350 0,279 Valid
Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Audit Berbasis Risiko (X2) Item
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Audit (Y)
Item
menunjukkan bahwa terdapat seluruh instrumen penelitian memiliki nilai r kritis lebih
besar dari 0,279, sehingga instrument-instrumen tersebut dinyatakan valid dan dapat
4.1.1.3 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Pengujian reliabilitas dilakukan terhadap butir pernyataan yang termasuk
dalam kategori valid. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara menguji coba
instrument sekali saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Alpha
Cronbach. Kuesioner dikatakan andal apabila koefisien reliabilitas bernilai positif
dan lebih besar dari pada 0,70. Adapun hasil dari uji reliabilitas berdasarkan pada
rumus Alpha Cronbach diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian
Variabel Reliabilitas
R Kritis Titik Kritis Kesimpulan
Sampling Audit 0,729 0,700 Reliabel
Audit Berbasis Risiko 0,804 0,700 Reliabel
Kualitas Audit 0,710 0,700 Reliabel
Nilai reliabilitas butir pernyataan pada kuesioner masing-masing variabel
yang sedang diteliti lebih besar dari 0,70 hasil ini menunjukkan bahwa butir
kuesioner pada masing variabel andal untuk mengukur variabelnya
masing-masing.
4.1.1.4 Analisis Deskriptif Data Responden
Di dalam penelitian ini dikumpulkan data primer untuk mengetahui identitas
responden, melalui penyebaran kuesioner kepada 50 responden yang menjadi sampel
tunggal. Data responden dalam penelitian ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui
latar belakang responden yang dapat dijadikan masukan untuk menjelaskan hasil
yang diperoleh dari penelitian. Analisis deskriptif data responden ini terdiri atas 4
tabel tunggal berisi data mengenai jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama kerja dan
PS dengan data sebagai berikut:
4.1.1.4.1 Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.5
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
laki-laki 20 40,00%
Perempuan 30 60,00%
50 100%
Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 40%
60%
laki-laki
Tabel 4.4 menunjukkan banyaknya responden berdasarkan jenis kelamin.
Mayoritas responden sebanyak 30 orang atau 60% adalah responden perempuan dan
sisanya adalah responden laki-laki yaitu sebanyak 20 orang atau 40%.
4.1.1.4.2 Pendidikan Terakhir Responden
Tabel 4.6
Pendidikan terakhir Responden
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
SMA 0 0,00%
D3 3 6,00%
S1 45 90,00%
S2 2 4,00%
S3 0 0,00%
50 100%
Gambar 4.2 Diagram Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
0% 6%
90%
4% 0%
SMA
D3
S1
S2
Tabel 4.5 menunjukkan banyaknya responden berdasarkan pendidikan
terakhir. Mayoritas responden sebanyak 45 orang atau 90% adalah responden yang
pendidikan terakhirnya “S1” dan paling sedikit adalah responden yang memiliki
pendidikan terakhirnya “S2” yaitu sebanyak 2 orang atau 4%.
4.1.1.4.3 Lama Kerja
Tabel 4.7 Lama kerja
Lama Kerja Frekuensi Persentase
1 - 5 tahun 30 60,00%
Tabel 4.6 menunjukkan banyaknya responden berdasarkan lama kerja.
Mayoritas responden sebanyak 30 orang atau 60% adalah responden yang lama
kerjanya antara 1 – 5 tahun dan paling sedikit adalah responden yang lama kerjanya
antara 6 – 10 tahun yaitu sebanyak 20 orang atau 40%.
4.1.1.4.4 Posisi Jabatan
Tabel 4.8 PS
PS Frekuensi Persentase
Junior Auditor 37 74,00%
Senior Auditor 13 26,00%
Manager 0 0,00%
Partner 0 0,00%
50 100%
Gambar 4.4 Diagram Frekuensi Data Responden Berdasarkan Posisi
74%
26%
0% 0%
Junior Auditor
Senior Auditor
Manager
4.1.1.5 Analisis Deskriptif Data Penelitian
Analisis deskriptif data penelitian dapat digunakan untuk memperkaya
pembahasan, melalui analisis ini dapat diketahui bagaimana tanggapan responden
terhadap setiap indikator variabel yang sedang diteliti. Agar lebih mudah
menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti, maka dilakukan kategorisasi
terhadap skor tanggapan responden. Prinsip kategorisasi jumlah skor tanggapan
responden diadopsidari teori Sugiyono (2008), yaitu berdasarkan rentang skor
maksimum dan skor minimum, kemudian dibagi jumlah kategori yang diinginkan
dengan rumus sebagai berikut:
Skor Maksimum - Skor Minimum
Rentang Skor Kategori =
5
Keterangan:
Skor maksimum = jumlah responden x jumlah pertanyaan x 5
Skor minimum = jumlah responden x jumlah pertanyaan x 1
Analisis deskripif ini dilakukan dengan mengacu pada indikator-indikator
yang ada pada setiap variabel yang diteliti.
4.1.1.5.1 Variabel Sampling Audit
Hasil data lapangan yang diperoleh menunjukan sebagian besar menyatakan
responden yang mengembalikan kuesioner diperoleh jawaban mengenai sampling
audit sebagai berikut:
Tabel 4.9
Skor jawaban responden terhadap
item-item pertanyaan pada variabel sampling audit (X1)
Instrumen Jawaban Responden Total Skor
5 4 3 2 1
(116x5)=580 (179x4)=716 (109x3)=327 (74x2)=148 (22x1)=22
Pada variabel sampling audit dengan jumlah item pertanyaan 10 butir dan
jumlah responden 50 orang, diperoleh total skor sebesar 1793, maka rentang skor
setiap kategori ditentukan sebagai berikut:
Jadi panjang interval untuk setiap kategori adalah 400 sehingga dari jumlah
skor tanggapan responden atas 10 butir pertanyaan mengenai sampling audit
diperoleh rentang sebagai berikut:
Melalui jumlah skor tanggapan dari 10 pertanyaan yang diajukan mengenai
variabel sampling audit, maka dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai
sampling audit termasuk dalam kategori “baik”.
4.1.1.5.2 Variabel Audit Berbasis Risiko
Hasil data lapangan yang diperoleh menunjukan sebagian besar menyatakan
setuju terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang variabel Audit Berbasis Risiko. Dari
50 responden yang mengembalikan kuesioner diperoleh jawaban mengenai Audit
Berbasis Risiko sebagai berikut:
1793
500 900 1700 2100 2500
Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
1300
100%
Tabel 4.10
Skor jawaban responden terhadap
item-item pertanyaan pada variabel Audit Berbasis Risiko (X2)
Instrumen Jawaban Responden Total Skor
5 4 3 2 1
(64x5)=320 (196x4)=784 (186x3)=558 (87x2)=174 (17x1)=17
Pada variabel Audit Berbasis Risiko dengan jumlah item pertanyaan 11 butir
dan jumlah responden 50 orang, diperoleh total skor sebesar 1853, maka rentang skor
setiap kategori ditentukan sebagai berikut:
Jadi panjang interval untuk setiap kategori adalah 440 sehingga dari jumlah
skor tanggapan responden atas 11 butir pertanyaan mengenai Audit Berbasis Risiko
diperoleh rentang sebagai berikut:
4.1.1.4.8 Variabel Kualitas Audit
Hasil data lapangan yang diperoleh menunjukan sebagian besar menyatakan
setuju terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang variabel kualitas audit. Dari 50
responden yang mengembalikan kuesioner diperoleh jawaban mengenai Kualitas
Audit sebagai berikut:
Tabel 4.11
Skor jawaban responden terhadap
item-item pertanyaan pada variabel Kualitas Audit (Y)
Instrumen Jawaban Responden Total Skor
5 4 3 2 1
1 10 11 17 11 1 168
2 4 33 11 2 0 189
3 1 10 27 12 0 150
4 5 18 18 8 1 168
5 20 21 6 1 2 206
Total 40 93 79 34 4 881
Pada variabel Kualitas Audit dengan jumlah item pertanyaan 5 butir dan jumlah
responden 50 orang, diperoleh total skor sebesar 881, maka rentang skor setiap
kategori ditentukan sebagai berikut:
50x5x5 – 50x5x1
Rentang Skor Kategori
5
1250 250 200 5
Jadi panjang interval untuk setiap kategori adalah 200 sehingga dari jumlah
skor tanggapan responden atas 5 butir pertanyaan mengenai Kualitas Audit diperoleh
rentang sebagai berikut:
Melalui jumlah skor tanggapan dari 5 pertanyaan yang diajukan mengenai
variabel kualitas audit, maka dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai
4.1.2 Hasil Analisis Data Verifikatif 4.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk memenuhi asumsi dilakukannya analisis
regresi yang akan melakukan penaksiran sekaligus pengujian, dimana untuk
kepentingan ini variabel yang bersifat random harus berdistribusi normal. Pengujian
normalitas cukup dilakukan hanya terhadap variabel dependen saja, dikarenakan
hanya variabel dependen yang memiliki sifat random. Jika sejumlah besar variabel
random yang didistribusikan secara independen dan identik, maka dengan beberapa
pengecualian, distribusi jumlahnya cenderung ke distribusi normal bila banyaknya
variabel seperti itu meningkat tak terbatas (Gujarati, N. Damodar, alih bahasa Sumarn
o Zain, 1993:66). Dengan dasar ini, maka pengujian normalitas data hanya
dilakukan terhadap variabel dependen saja, yang dalam penelitian ini adalah variabel
Y. Berikut disajikan hasil transformasi kelima output program SPSS 20.00 for
Tabel 4.12 Uji Normalitas
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,064
dan nilai sig = 0,208. Dikarenakan nilai sig > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
data variabel dependen berdistribusi normal.
4.1.3 Hasil Analisis Verifikatif
Analisis verifikatif dalam penelitian yaitu untuk melihat Kualitas Audit
melalui Sampling Audit dan Audit Berbasis Risiko, dengan menggunakan
metode analisis jalur (Path Analysis).
4.1.3.1 Analisis Korelasi Antara Sampling Audit dan Audit Berbasis Risiko
Pada bagian pertama dalam analisis verifikatif jalur adalah mencari korelasi
atau hubungan antara Sampling Audit (X1) dengan Audit Berbasis Risiko (X2)
menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Hasil perhitungan dengan
menggunakan bantuan Software SPSS 20 pada sub struktur pertama dapat dilihat pada
Tabel 4.13
Koefisien Korelasi Pada Sub Struktur Pertama
Berdasarkan tabel output SPSS di atas, diketahui bahwa nilai koefisien
korelasi (R) yang diperoleh antara Sampling Audit dengan Audit Berbasis Risiko
adalah sebesar 0,102. Nilai 0,102 menurut Ridwan (2012:62) berada pada interval
0,000 − 0,299 termasuk kategori sangat rendah dengan nilai korelasi bertanda positif
dengan nilai p-value (sig.) = 0,093 > 0,05, yang menunjukan bahwa hubungan yang
terjadi antara Sampling Audit dengan Audit Berbasis Risiko adalah searah namun
tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang
sangat rendah namun tidak signifikan antara Sampling Audit dengan Audit Berbasis
Risiko, dimana semakin tinggi Sampling Audit maka akan diikuti semakin tingginya
Audit Berbasis Risiko dan sebaliknya semakin rendah Sampling Audit maka akan
diikuti semakin rendahnya Audit Berbasis Risiko namun tidak signifikan.
4.1.3.2 Perhitungan Koefisien Jalur Sampling Audit dan Audit Berbasis Risiko terhadap Kualitas Audit
Pada bagian kedua dalam analisis verifikatif yaitu mencari nilai koefisien jalur
dari Sampling Audit dan Audit Berbasis Risiko terhadap Kualitas Audit dengan
menggunakan analisis jalur (path analysis).
Tabel 4.14
Nilai Koefesien Jalur Pada Masing-Masing Variabel
Nilai standardized coefficients sebesar 0,003 (PYX1 = 0,003) dan 0,554 (PYX2 =
0,554) yang terdapat pada tabel di atas merupakan nilai koefisien Sampling Audit dan
Audit Berbasis Risiko terhadap Kualitas Audit. Jadi melalui koefisien jalur dapat
diketahui bahwa Kualitas Audit dipengaruhi lebih besar oleh Audit Berbasis Risiko
dibanding Sampling Audit.
4.1.3.3 Perhitungan korelasi Determinasi
Koefisien determinasi diperoleh dengan cara mangkuadratkan nilai koefisien
jalur. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan software SPSS 20 diperoleh
koefisien determinasi Sampling Audit dan Audit Berbasis Risiko terhadap Kualitas
Audit sebagai berikut.
Coefficientsa
6,043 2,711 2,229 ,031
,002 ,075 ,003 ,024 ,981 ,136 ,004 ,003
,283 ,064 ,554 4,429 ,000 ,555 ,543 ,538
Tabel 4.15
Koefisien determinasi (R2)
Nilai koefisien determinasi (R Square) dinterpretasikan sebagai besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jadi dari hasil penelitian
ini diketahui bahwa Sampling Audit dan Audit Berbasis Risiko memberikan
kontribusi terhadap Kualitas Audit sebesar 0,308 atau 30,8%, artinya kedua variabel
tersebut kurang dominan mempengaruhi perubahan Kualitas Audit. Sedangkan
sisanya sebesar 100% - 30,8% = 69,2% merupakan kontribusi dari faktor-faktor lain
diluar Sampling Audit dan Audit Berbasis Risiko yang tidak diteliti oleh penulis.
Sehingga dari tabel tersebut dapat dibuat persamaan jalur sebagai berikut:
Y = 0,002X1 + 0,283X2, R2 = 0,308, ɛ = 0,692
Dengan menggunakan persamaan dan tabel koefisien jalur, maka dapat
digambarkan strukur persamaan jalur. Gambar dibawah ini merupakan gambaran
akan struktur hubungan dan koefisien jalur dari masing-masing variabel:
Model Summaryb
Predictors: (Constant), Audit Berbasis Risiko, Sampling Audit
a.
Gambar 4.5
Hubungan Struktural Antara X1, X2 dan Y
Tabel dan diagram pada jalur diatas menunjukkan bahwa:
Pengaruh langsung variabel Sampling Audit (X1) terhadap Kualitas Audit (Y)
adalah 0,0032 sebesar 0,001. Hal ini bisa dimaknai bahwa Sampling Audit memberikan pengaruh langsung terhadap Kualitas Audit sebesar 0,001%,
sedangkan pengaruh tidak langsung melalui Audit Berbasis Risiko sebesar
(0,003 x 0,554 x 0,240) = 0,0004 atau 0,040% sehingga total pengaruh
Sampling Audit terhadap Kualitas Audit adalah sebesar 0,041%.
Pengaruh langsung variabel Audit Berbasis Risiko (X2) terhadap Kualitas
Audit (Y) adalah 0,5542 sebesar 30,672. Hal ini bisa dimaknai bahwa rasio Audit Berbasis Risiko memberikan pengaruh langsung terhadap Kualitas
Audit (0,003 x 0,554 x 0,240) = 0,0004 atau 0,040% sehingga total pengaruh
Audit Berbasis Risiko terhadap Kualitas Audit adalah sebesar 30,712%.
Pengaruh kedua variabel Sampling Audit dan Audit Berbasis Risiko secara
bersamaan terhadap variable Kualitas Audit adalah 0,041% + 30,712% =
30,754%. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel bebas tersebut
memberikan pengaruh terhadap Kualitas Audit yaitu sebesar 30,754%.
Artinya, ada faktor-faktor lain yang lebih dominan mempengaruhi Kualitas
Audit selain Sampling Audit dan Audit Berbasis Risiko karena pengaruhnya
yang rendah.
Pengaruh variabel residu (ɛ) terhadap variabel Kualitas Audit adalah 0,692
atau 69,2%. Hal ini menunjukkan bahwa Kualitas Audit juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lainnya diluar penelitian.
4.1.3.4 Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)
H0 : Pyx1x2 = 0, Sampling Audit dan Audit Berbasis Risiko tidak berpengaruh
terhadap Kualitas Audit .
H1 : Pyxi ≠ 0,i = 1,2
Sampling Audit dan Audit Berbasis Risiko berpengaruh terhadap
Kualitas Audit.
Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :