SKRIPSI
ANALISIS TOLERANSI RISIKO KEUANGAN
DOSEN FAKULTAS KEDOKTERAN USU
OLEH
RIANTI KEMALAROSA A
110521051
PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
ANALISIS TOLERANSI RISIKO KEUANGAN DOSEN FAKULTAS KEDOKTERAN USU
Penelitian ini berjudul “ANALISIS TOLERANSI RISIKO KEUANGAN DOSEN FAKULTAS KEDOKTERAN USU”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor-faktor demografi terhadap toleransi risiko keuangan dosen Fakultas Kedokteran USU. Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif yang bertujuan untuk menghubungkan dua variabel atau lebih atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada dosen di Fakultas Kedokteran USU. Metode analisis yang digunakan untuk melihat dan menganalisis toleransi risiko keuangan terhadap Dosen Fakultas Kedokteran USU adalah analisis deskriptif dan regeresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin berpengaruh negatif dan jumlah anak berpengaruh positif, namum keduanya berpengaruh signifikan terhadap toleransi risiko. Sedangkan usia, pendidikan, status perkawinan dan pendapatan tidak berpengaruh signifikan terhadap toleransi risiko pada α = 5%
ABSTRACT
TEACHING TOLERANCE ANALYSIS OF FINANCIAL RISK FACULTY OF MEDICINE USU
This study titled "TOLERANCE ANALYSIS OF FINANCIAL RISK MEDICAL FACULTY LECTURER USU". This study aims to identify and analyze the influence of demographic factors on the financial risk tolerance lecturer at the Faculty of Medicine USU. The type of data used in this study are primary data and secondary data.
This research is aimed associative to connect two or more variables or how one variable affects the other variable. Primary data in this study were obtained by distributing questionnaires to a lecturer in the Faculty of Medicine USU. The method of analysis used to view and analyze financial risk tolerance against USU Faculty of Medicine is a descriptive analysis and multiple linear regeresi.
The results showed that the variable gender has negative and positive influence the number of children, yet both significant effect on the risk tolerance. While age, education, marital status and income did not significantly influence the
risk tolerance of α = 5%
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Serta shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW semoga kita mendapatkan syafa’atnya diyaumil akhir kelak.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara guna memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua tercinta, Ayahanda Suyanto AW, SH dan Ibunda Ratna Meutia Zahra Siregar. Terima kasih untuk setiap butiran dan untaian do’a yang tiada hentinya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh lebih sempurna. Untuk itu,
penulis dengan rendah hati akan menerima saran dan petunjuk yang bersifat
membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Penulis berharap skripsi
ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan
terimakasih yang sebesar - besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M. Ec. Ac, Ak selaku pelaksana tugas Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie, M. Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M. Si, selaku Ketua Program Studi
5. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachruddin, SE, MBA, selaku Dosen Pembimbing
yang senantiasa membimbing penulis dengan sabar dan baik.
6. Ibu Dr. Lisa Marlina, M.Si selaku Dosen Pembaca yang senantiasa
memberikan kritik dan saran untuk menjadikan skripsi penulis menjadi lebih
baik.
7. Kepada dosen - dosen Universitas Sumatera Utara khususnya dosen - dosen
Fakultas Ekonomi yang telah mengajar dan memberikan ilmunya kepada
penulis dengan baik dan penuh kesabaran.
8. Kepada Sahabat - sahabat tersayang : Arini Fauziah Dalimunthe, Delima
Intan Sari Pasaribu, Deny Sofyan, Fahrunnizar Harahap, Sona Evan Sirait,
dll, terima kasih atas motivasinya, dukungan dan membantu penyusunan
skripsi selama ini.
9. Rekan - rekan seperjuangan Manajemen yang senantiasa mendukung selama
proses perkuliahan.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semuanya. Amin.
Medan, Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
2.1.4 Kakarkteristik Demografi Investor ... 16
2.2 Penelitian Terdahulu ... 20
3.3 Batasan Operasional Variabel ... 26
3.4 Definisi Operasional Variabel ... 27
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 42
4.1.1.1 Visi Perusahaan ... 43
4.1.1.2 Misi Perusahaan ... 43
4.2 Deskriptif Karakteristik Responden ... 46
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 47
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 48
4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 48
4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 49
4.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ... 49
4.2.7 Distribusi Penilaian Responden ... 50
4.3 Analisa Data ... 56
4.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... 56
4.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 59
4.3.2.1 Uji Normalitas ... 59
4.3.2.2 Uji Multikolinieritas ... 61
4.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 62
4.3.2.4 Uji Autokorelasi ... 64
4.3.3 Pengujian Statistik ... 65
4.3.3.1 Uji Simultan (Uji F) ... 65
4.3.3.2 Uji Signifikasi parsial (Uji - t) ... 66
4.3.1.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 69
4.4 Pembahasan ... 70
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
LAMPIRAN ... 81
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu... ………..20
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ………..29
Tabel 3.2 Jumlah Dosen Departemen Fakultas Kedokteran USU……….. .32
Tabel 3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson ...……….35
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...…....47
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...………...47
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...…...48
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan …...48
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak …...49
Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ...……...…....49
Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Toleransi Risiko ...50
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas...58
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinieri...59
Tabel 4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)...61
Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi...62
Tabel 4.13 Hasil Uji Analisis Linier Berganda...63
Tabel 4.14 Hasil Uji Simultan (Uji F )...65
Tabel 4.15 Hasil Uji Parsial (Uji t )... 66
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ……… 25
Gambar 4.1 Struktur Organisasi ...……… 45
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas (Histogram) ……… 57
Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas (Normal P-P Plot)………...……... 58
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian... 82
2 Tabulasi Data Karakteristik Demografi... 86
3 Jawaban Responden atas Kusioner... 89
ABSTRAK
ANALISIS TOLERANSI RISIKO KEUANGAN DOSEN FAKULTAS KEDOKTERAN USU
Penelitian ini berjudul “ANALISIS TOLERANSI RISIKO KEUANGAN DOSEN FAKULTAS KEDOKTERAN USU”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor-faktor demografi terhadap toleransi risiko keuangan dosen Fakultas Kedokteran USU. Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif yang bertujuan untuk menghubungkan dua variabel atau lebih atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada dosen di Fakultas Kedokteran USU. Metode analisis yang digunakan untuk melihat dan menganalisis toleransi risiko keuangan terhadap Dosen Fakultas Kedokteran USU adalah analisis deskriptif dan regeresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin berpengaruh negatif dan jumlah anak berpengaruh positif, namum keduanya berpengaruh signifikan terhadap toleransi risiko. Sedangkan usia, pendidikan, status perkawinan dan pendapatan tidak berpengaruh signifikan terhadap toleransi risiko pada α = 5%
ABSTRACT
TEACHING TOLERANCE ANALYSIS OF FINANCIAL RISK FACULTY OF MEDICINE USU
This study titled "TOLERANCE ANALYSIS OF FINANCIAL RISK MEDICAL FACULTY LECTURER USU". This study aims to identify and analyze the influence of demographic factors on the financial risk tolerance lecturer at the Faculty of Medicine USU. The type of data used in this study are primary data and secondary data.
This research is aimed associative to connect two or more variables or how one variable affects the other variable. Primary data in this study were obtained by distributing questionnaires to a lecturer in the Faculty of Medicine USU. The method of analysis used to view and analyze financial risk tolerance against USU Faculty of Medicine is a descriptive analysis and multiple linear regeresi.
The results showed that the variable gender has negative and positive influence the number of children, yet both significant effect on the risk tolerance. While age, education, marital status and income did not significantly influence the
risk tolerance of α = 5%
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap orang atau keluarga memiliki tujuan keuangan di masa depan yang
berbeda-beda, dimana untuk memenuhi tujuan keuangan diperlukan perencanaan
investasi. Pencapaian tujuan keuangan disesuaikan dengan periode jangka waktu
yaitu jangka pendek maupun jangka panjang serta besaran dana yang dapat
disisihkan, dimana dengan hasil yang diharapkan terkait dengan besarnya tingkat
imbal hasil (return). Imbal hasil yang diharapkan akan terkait dengan tingkat
risiko yang harus ditanggung. Seseorang juga harus mempertimbangkan
toleransinya terhadap risiko.
Menurut Redja (2007) risiko adalah suatu ketidakpastian yang
menimbulkan lahirnya peristiwa kerugian (loss) yang tidak diinginkan, apabila
toleransinya terhadap risiko tersebut diabaikan, maka perencanaan serta
pelaksanaannya dapat membuat hidup menjadi tidak tenang akibat risiko yang
tidak sesuai dengan tingkat risikonya. Tingkat risiko merupakan hal awal yang
seharusnya diketahui seseorang untuk mendapatkan jenis investasi yang cocok
untuk diri sendiri terutama yang menyangkut dengan harta pribadi.
Praag dan Cramer (2002) secara eksplisit mempertimbangkan peran
risiko dalam pengambilan keputusan seseorang untuk menjadi seorang
entrepreneur. Rees dan Shah (1986) menyatakan bahwa perbedaan pendapatan
didapat oleh individu yangbekerja pada orang lain, dan menyimpulkan bahwa
toleransi terhadap risiko merupakan sesuatu yang membujuk untuk melakukan
pekerjaan mandiri (entrepreneur). Douglas dan Shepherd (1999) menggunakan
risiko yang telah diantisipasi sebagai alat untuk memprediksi keinginan
seseorang untuk menjadi entrepreneur, dinyatakan “ semakin toleran seseorang
dalam menyikapi suatu risiko, semakin besar insentif orang tersebut untuk
menjadi entrepreneur.”
Toleransi risiko adalah kemampuan dan kerelaan investor untuk
kehilangan sebagian atau seluruh pokok investasi demi meraih potensi imbal hasil
yang lebih besar. Seorang investor yang agresif atau memiliki toleransi risiko
yang tinggi mungkin berani kehilangan uangnya demi mengejar imbal hasil yang
lebih tinggi. Di sisi lain, seorang investor yang konservatif cenderung akan
memilih investasi yang mempertahankan pokok investasinya
(www.portalreksadana.com).
Fakultas Kedokteran USU adalah sebua
d
pertama di pulau Sumatera Utara yang mempunyai Fakultas Kedokteran. Sejak
Desember 2013 Fakultas Kedokteran USU mempunyai 305 staf pengajar / dosen
dengan 27 Departemen setiap spesialisnya. Dalam hal keuangan Fakultas
Kedokteran mempunyai pendapatan yang lebih tinggi dari fakultas - fakultas
lainnya. Hal ini disebabkan biaya pendapatan dan pengeluaran Fakultas
Kedokteran USU cukup tinggi, termasuk pendapatan staf pengajar / dosen
dengan tingkat golongan setiap dosen, selain mengajar dan menjadi staf / dosen di
Fakultas Kedokteran USU umumnya dosen mempunyai kegiatan lain yaitu
sebagai dokter di masyarakat. Kebanyakan dokter juga membuka praktek di luar
kegiatannya untuk menambah pendapatannya. Dari 10 dosen yang diambil secara
acak, 7 dosen menyatakan berani mengambil risiko dalam berinvestasi. Hal ini
disebabkan dosen Fakultas Kedokteran USU sebagian besar berjenis kelamin
laki-laki daripada berjenis kelamin perempuan, dimana studi yang dilakukan Baber
and Odean (2001) memberikan bukti empiris bahwa pria lebih berani
menanggung risiko dalam melakukan investasi dibanding wanita. Hal ini
disebabkan oleh faktor pskilogis di mana pria lebih percaya diri dibandingkan
wanita (Lundeberg. Fox and Puncochar; 1994).
Evans (2004) memperoleh bukti bahwa selain dipengaruhi oleh jenis
kelamin (gender), toleransi investor terhadap risiko dipengaruhi juga oleh usia,
dimana investor yang berusia dibawah 30 tahun cenderung lebih berani
mengambil risiko, serta Riley dan Chow (1992) memperoleh bukti bahwa
terdapat hubungan positif antara toleransi risiko dan aspek demografis investor
seperti pendidikan, pendapatan dan tingkat kekayaan. Studi empiris lain
menunjukkan bahwa faktor seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan,
kekayaan, dan status perkawianan memainkan peran penting dan membedakan
toleransi investor terhadap risiko (Barber dan Odean: 2001, Lewellen, Lease, and
Karakteristik demografi investor juga ditenggarai dapat mempengaruhi
investor dalam berinvestasi. Demografi adalah adalah ukuran ukuran dari berbagai
ciri orang yang terdiri atas kelompok atau unit sosial lainnya.
Kelompok-kelompok kerja, organisasi-organisasi, dan masyarakat dapat dijelaskan secara
statistik dengan merujuk pada usia para anggota, jenis kelamin (gender), ukuran
keluarga, penghasilan, pendidikan pekerjaan dan lain sebagainya (Bateman dan
Shell, 2008:63).
Menurut Roszkiwski, Snelbecker and Leimber (1993) mengungkapkan
bahwa: (1) Wanita mempunyai toleran risiko yang lebih rendah daripada laki-laki;
(2) Risiko toleransi menurun dengan umur; (3) Toleransi risiko meningkat seiring
dengan pendidikan; (4) Individu tidak menikah lebih toleran risiko daripada
individu menikah; (5) semakin banyak jumlah anak atau anggota keluarga maka
semakin rendah toleransinya terhadap resiko dikarenakan jumlah pengeluaran
hidupkeluarga yang lebih banyak, sehingga membatasi kegiatan investasinya
(beresiko lebih tinggi) dan (6) Toleransi risiko meningkat seiring dengan
pendapatan (penghasilan).
Penelitian tertarik untuk melakukan penelitian ini karena sejauh ini
penelitian mengenai toleransi risiko keuangan belum banyak dilakukan di
Indonesia. Sehingga penelitian ini sangat perlu untuk dilakukan karena peneletian
ini berupaya untuk menjelaskan tentang hubungan karakteristik demografi yang
mempengaruhi toleransi risiko keuangan terhadap Dosen Fakultas Kedokteran
Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas dan penjelasan yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “
Analisis Toleransi Risiko Keuangan Dosen Fakultas Kedokteran USU
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
perumusan masalah dalan penelitian ini adalah sebagai berikut :“Apakah
terdapat pengaruh jenis kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan, jumlah anak, dan pendapatan terhadap toleransi risiko keuangan Dosen Fakultas Kedokteran USU?”.
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jenis
kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan, jumlah anak dan pendapatan
terhadap toleransi risiko keuangan Dosen Fakultas Kedokteran USU.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah kontibusi guna memperluas
wawasan dan pengetahuan khususnya menyangkut dengan toleransi
risiko dan faktor-faktor pendorongnya.
2. Bagi Dosen Fakultas Kedokteran USU
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada para Dosen
Fakultas Kedoketeran USU dalam memahami Toleransi Risiko
3. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang dapat menjadi
bahan perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Risiko dan Toleransi Risiko Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Risiko
Menurut Jones (2004 : 142) risiko adalah kemungkinan pendapatan yang
diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda dengan pendapatan
yang diharapkan (expected return). Semakin besar penyimpangan antara hasil
sesungguhnya dengan hasil yang diharapkan, berarti semakin besar risiko yang
akan ditanggung.
Vaughan yang diterjemahkan oleh Herman Darmawi (1997 : 18)
mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut:
a. Risk is the chance of loss (risiko adalah kas kerugian)
Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan)
terhadap kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk
menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Dalam hal
chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga risiko tidak ada.
b. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian).
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di
antara nol dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis
c. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian).
Uncertainty dapat bersifat subjektif dan objektif. Subjective uncertainty
merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada
pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty akan
dijelaskan pada dua definisi resiko berikut.
d. Risk is the dispersion of actual from expected results (risiko merupakan
penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan).
Ahli statistik mendefinisikan resiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu
nilai di sekitar suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata.
e. Risk is the probability of any outcome different from the one expected (risiko
adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan)
Menurut definisi di atas, risiko bukan probabilitas dari suatu kejadian
tunggal, tetapi probabilitas dari beberapa outcome yang berbeda dari yang
diharapkan. Dari berbagai definisi di atas, risiko dihubungkan dengan
kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak
terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya
ketidakpastian.
2.1.1.2 Preferensi terhadap Risiko
Hsee dan Weber (1998) mengungkapkan bahwa preferensi risiko
didefinisikan sebagai kecenderungan seorang individu untuk memilih opsi
berisiko. Dapat diartikan juga bahwa preferensi risiko adalah sikap pembuat
menanggung risiko investasi, investor dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok
atau tipe (sembel dalam Agustina, 2009; Fred Weston, Copeland dalam Cahyadi
2010) yaitu :
a. Risk Lover atau Risk seeker
Tipe investor yang berani mengambil risiko yang disebut risk taker atau risk
lover atau risk seeker. Investor tipe ini adalah investor yang berani
menanggung risiko. Widoatmojo dalam Putra (2011) mengungkapkan bahwa
investor berperensi risiko tinggi sangat menikmati risiko. Beberapa investor
dengan tipe risk taker biasanya sering menghadapi risiko yang tinggi di
lingkungan kerjannya.
b. Risk Averter atau Risk Aversion
Tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko yang disebut risk
averter atau risk aversion. Investor yang masuk dalam kategori preferensi
risiko rendah memiliki kecenderungan menggunakan pendekatan investasi
yang konservatif atau mengutamakan keamanan (Sembel dan Sembel dalam
Putra, 2011). Investor yang termasuk tipe risk averse, contohnya pegawai
berpendapatan tetap dan pedangang yang berpenghasilan cukup untuk
kebutuhannya. Mereka cenderung memilih investasi dengan tingkat risiko
yang rendah seperti : tabungan deposito, unit link dan obligasi pemerintah.
c. Risk moderate risk, moderate investor atau indifference investor
Tipe investor ini hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan
return yang akan diperolehnya atau disebut risk moderate, moderate investor
tinggi return yang diharapkan, semakin kecil risiko atas suatu investasi,
semakin kecil return yang diharapkan atau dikenal dengan istilah high risk,
high return, low risk low return. Investor tipe moderate akan
mempertimbangkan secara berhati-hati jenis instrumen yang akan dimilikinya
dan membatasi jumlah dana yang akan diinvestasikannya ke dalam intrumen
berisiko hingga porsi tertentu (Kusumastuti dalam Putra, 2011). Investor
dengan preferensi sedang memilih jenis investasi yang memiliki risiko relatif
rendah seperti : obligasi pemerintah, saham unggulan, reksadana saham
(Sembel dalam Indrayana, 2011)
Menurut Fred, J.Weston, and Thomas E.Copeland (1995 : 427) terdapat tiga
jenis perilaku investor terhadap resiko, yaitu:
1. Aggresive
Adalah mereka yang ingin mengharapkan keuntungan maksimum (return)
dari investasinya. Mereka lebih berani dan juga tidak terlalu bermasalah
dengan resiko yang ada (Risk Seeker). Pilihan investasi yang dilakukan
adalah high risk – high return.
2. Moderate (Netral)
Adalah mereka yang masih mau berinvestasi dengan risiko, akan tetapi
mereka lebih prefer untuk berinvestasi pada jenis investasi yang tidak
terlalu beresiko (Risk Indifference). Pilihan investasi yang dilakukan
3. Conservative
Adalah mereka yang merasa tidak nyaman dengan risiko. Mereka lebih
menghindari untuk memilih jenis investasi yang beresiko tinggi (Risk
Averter). Pilihan investasi yang dilakukan adalah low risk – low return.
Berdasarkan jenis perilaku investor tersebut, dalam penelitian ini hanya
akan diteliti dua kategori perilaku investor saja, yaitu Risk Seeker dan Risk
Averter.
2.1.2 Definisi Investasi dan Jenisnya 2.1.2.1 Pengertian Investasi
Menurut Halim (2005 : 4) definisi investasi adalah sebagai penanam
sejumlah dana pada saat ini dengan harapan memeperoleh keuntungan di masa
akan datang. Investasi juga dapat dikatakan sebagai penundaan jumlah konsumsi
saat ini untuk konsumsi di masa akan datang. Harapan keuntungan di masa akan
datang ini merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait atas investasi
dilakukan.
Menurut Eduardus Tendelilin (2010 : 2) investasi adalah komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan
tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang. Pada
dasarnya tujuan melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang
2.1.2.2 Jenis-jenis Investasi Keuangan
Menurut Jogiyanto (2009 : 6-28) investasi ke dalam aktiva keuangan dapat
berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung
dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik
melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya investasi tidak langsung
dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai
portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain.
1. Investasi langsung
Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang
dapat di perjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital
market), atau pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat
dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual belikan.
Aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan investor Perusahaan
investasin. Aktiva-aktiva keuangan Investasi tidak langsung dan Investasi
langsung biasanya diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-aktiva ini dapat
berupa tabungan di bank atau sertifikat deposito. Macam-macam investasi
langsung dapat dilihat sebagai berikut ini :
1. Investasi langsung yang tidak dapat diperjual belikan
a) Tabungan
b) Deposito
3. Investasi langsung di pasar uang
a) T – bill.
b) Deposito yang dapat dinegosiasikan.
4.Investasi langsung di pasar modal.
a) Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed income securities)
- T-bond
- Federal agency securities
- Municipal bond
- Corporate bond
- Convertible bond
b) Saham-saham (equity securities)
- Saham preferen (preffered stock)
- Saham biasa (common stock)
5.Investasi langung dipasar turunan.
a) Opsi
- Warran (warrant)
- Opsi put ( put option)
- Opsi call ( call option)
b) Futures contract
2. Investasi tidak langsung
Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga
dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang
menggunakan dana yang diperoleh untuk di investasikan kedalam portofolionya.
Ini berarti bahwa perusahaan investasi membentuk portofolio (diharapkan
portofolionya optimal) dan menjualnya eceran kepada publik dalam bentuk
saham-sahamnya. Investasi tidak langsung lewat perusahaan investasi ini menarik
bagi investor paling tidak karena dua alasan utama, yaitu sebagai berikut ini :
a. Investor dengan modal kecil dapat menikmati keuntungan karena
pembentukan portofolio. Jika investor ini harus membuat portofolio sendiri, maka
investor harus membeli beberapa saham dalam jumlah yang cukup besar nilainya.
Investor yang tidak mempunyai dana cukup untuk membentuk portofolio sendiri
dapat membeli saham yangditawarkan oleh perusahaan investasi ini.
b. Membentuk portofolio membutuhkan pengetahuan dan pengalaman
yang mendalam. Investor awam yang kurang mempunyai pengetahuan dan
pengalaman tidak akan dapat membentuk portofolio yang optimal, tetapi dapat
membeli saham yang ditawarkan oleh perusahaan investasi yang telah membentuk
portofolio optimal.
2.1.3 Defenisi Toleransi Risiko
Toleransi terhadap risiko merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
pilihan produk investasi yang akan dipilih karena terkait langsung dengan tingkat
risiko yang dapat diambil. Kebanyakan individu adalah investor yang konservatif.
Mereka cenderung tidak mau mengambil risiko tambahan yang tidak terlalu
mereka anggap perlu. Dalam hal ini tingkat risiko yang berani diambil akan sangat
mengukur berapa tingkat toleransi terhadap risiko menjadi sangat penting sebelum
melakukan investasi.
Menurut Rivai (2001) toleransi terhadap risiko merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi sikap pengambilan risiko, di samping faktor
keterampilan kerja, pendidikan, intelegensi, lingkungan kerja, rasa aman, dan
kemampuan dalam pengambilan keputusan. Ada tiga dimensi toleransi terhadap
risiko dalam pemahaman tentang risiko yakni ketidakpastian hasil, harapan hasil,
dan potensi hasil.
Menurut Roszkiwski, Snelbecker dan Leimber (1993), toleransi risiko
cenderung di dasarkan atas kependudukan yang diarahkan pada risiko prediksi
heuristik. Heuristik berikut ini didasarkan pada kependudukan, terus banyak
digunakan untuk memisahkan orang ke dalam kategori toleransi tinggi, sedang
dan tanpa risiko.
a. Perempuan toleran pada risiko yang rendah dibandingkan laki-laki.
b. Toleransi risiko menurun seiring dengan pertambahan usia.
c. Mereka yang belum menikah memiliki toleransi risiko yang lebih besar
dibandingkan dengan yang sudah menikah.
d. Individu yang bekerja sebagai profesional lebih toleran risiko
dibandingkan pekerjaan no profesional.
e. Pekerja mandiri lebih toleran risiko dibandingkan dengan yang lain.
f. Toleransi risiko meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan.
2.1.4 Karakteristik Demografi Investor (Pemodal)
Pengaruh faktor demografi investor perlu dipertimbangkan, karena dalam
pengambilan keputusan investasi, investor seringkali melibatkan lebih dari satu
individu. Individu-individu yang mempunyai berbagai pengetahuan, keahlian, dan
pengalaman berbeda ini dapat terlibat disepanjang proses investasinya, mulai
perencanaan, pengawasan, sampai pengkoordinasian rencana investasi. Beberapa
variabel demografi dalam penelitian ini meliputi :
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin atau gender (yakni, laki-laki atau perempuan) dianggap
sebagai faktor penting dalam klasifikasi investor toleransi risiko karena lebih
banyak laki-laki dibanding perempuan yang cenderung sesuai dengan sifat
kepribadian yang disebut "pencari sensasi (sensation seeker)" (Roszkowski dkk,
1993). Ada juga adalah kepercayaan lazim dalam budaya manusia bahwa laki-laki
harus mengambil risiko yang lebih besar daripada wanita (Slovic, 1966) dan hal
ini yang telah menjadi dasar yang kuat dan didukung oleh penelitian bahwa jenis
kelamin merupakan cara yang efektif untuk faktor pembeda dan pengelompokkan
(Bajtelsmit & Bernasek, 1996; Bajtelsmit & VanDerhei, 1997; Blume, 1978; Coet
& McDermott, 1979; Hawley & Fujii, 1993-1994; Higbee & Lafferty, 1972; Hinz,
McCarthy, & Turner, 1997; Rubin & Paulus, 1979; Sung & Hanna, 1996b; Xiao
2. Usia
Para Investasi menggunakan variabel ini sebagai ukuran sisa waktu sampai
aset keuangan klien diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Selain
digunakan sebagai proksi untuk waktu, para investasi juga menggunakan usia
sebagai ukuran kemampuan seseorang untuk menutup kerugian keuangan. Secara
umum diasumsikan bahwa individu yang lebih tua memiliki sedikit waktu untuk
memulihkan kerugian dibandingkan individu muda, dan karena itu, toleransi
risiko akan menurun seiring dengan usia.
Menurut Wallach dan Kogan (1961) adalah yang pertama mempelajari
hubungan antara toleransi risiko dan usia. Mereka melakukan penelitian
eksperimen dengan pilihan dilema menunjukkan bahwa orang tua kurang toleran
risikonya dibanding individu yang lebih muda. Temuan ini menjadi dasar
penelitian menggunakan metode pilihan-dilema (misalnya, Botwinick, 1966;
Vroom & Pahl, 1971). Sejak 1980-an, mayoritas penelitian menunjukkan bahwa,
dengan siklus hidup, toleransi risiko cenderung menurun seiring dengan usia
(Bajtelsmit & VanDerhei, 1997; Bakshi & Chen, 1994; Brown, 1990; Dahlback,
1991; Goodfellow & Schieber, 1997; Hawley & Fujii, 1993-1994; McInish, 1982;
Morin & Suarez, 1983; Palsson, 1996; Sung & Hanna, 1996a).
3. Pendidikan
Beberapa peneliti berpendapat peningkatan tingkat pendidikan (misalnya,
pelatihan akademis formal dicapai) memungkinkan seseorang untuk menilai risiko
dan manfaat lebih hati-hati dari seseorang dengan pendidikan kurang. Pendidikan
1986), dan karena itu, manajer investasi menganggap bahwa peningkatan tingkat
pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan tingkat toleransi risiko (Baker
& Haslem, 1974; Haliassos & Bertaut, 1995; Hammond, Houston, & Melander,
1967; Lee & Hanna, 1995; Masters, 1989; Shaw, 1996; Sung & Hanna, 1996a,
1996b; Zhong & Xiao, 1995).
4. Status perkawinan
Para investasi mempertimbangkan status pernikahan (misalnya, menikah,
pernah menikah, bercerai, dipisahkan, dan janda) merupakan faktor yang efektif
dalam membedakan antara tingkat toleransi risiko investor karena dua alasan.
Pertama, diasumsikan bahwa individu-individu yang belum menikah menerima
risiko yang lebih besar dibandingkan orang menikah yang sering memiliki
tanggung jawab untuk diri mereka sendiri dan tanggungan (Lazzarone, 1996; Lee
& Hanna, 1991; Roszkowski, et al, 1993).
Kedua, diasumsikan bahwa orang menikah lebih rentan terhadap risiko
sosial, yang didefinisikan sebagai potensi hilangnya harga diri di mata kolega dan
rekan-rekan, jika pilihan investasi menyebabkan peningkatan risiko kerugian
(Roszkowski, et. al., 1993). Peneliti lain menyatakan bahwa individu yang
menikah, memiliki kecenderungan risk-taking lebih besar, walaupun penelitian ini
gagal untuk menemukan signifikansi secara statistik hubungan antara status
pernikahan dan toleransi risiko (Haliassos & Bertaut, 1995; Masters, 1989;
5. Jumlah anak
Menurut Lewellen, Lease, and Schlarbaum (1977) dalam jurnalnya
yangberjudul “Patterns of Investment Strategy and Behaviour Among
IndividualInvestors”, survei terhadap investor di New York Stock Exchange
(NYSE), semakin banyak jumlah anak atau anggota keluarga maka semakin
rendah toleransinyaterhadap resiko (Risk Averter) berdasarkan jenis investasi
yang dipilih. Hal ini dikarenakan mereka (Investor) lebih memikirkan jumlah
pengeluaran hidup keluarga yang lebih banyak, sehingga membatasi kegiatan
investasinya pada aset yang cukup beresiko tinggi.
6. Pendapatan
Menurut MacCrimmon dan Webrung (1986), orang berpenghasilan tinggi
(misalnya di atas $70.000 pertahun dari semua sumber sebelum pajak), dan
milioner ( mereka yang mendapatkan bagian penghasilan mereka dari asset
berharga di atas $1 juta) mengambil risiko yang lebih besar dibandingkan dengan
mereka yang berpenghasilan rendah.
Manajer investasi telah menyimpulkan bahwa peningkatan tingkat
pendapatan menyebabkan peningkatan tingkat toleransi risiko (Blume, 1978;
Cicchetti & Dubin, 1994; Cohn, Lewellen, Rent & Schlarbaum, 1975; Friedman,
1974; Goodfellow & Schieber, 1997; Hawley & Fujii, 1993-1994; Lee & Hanna,
1991; Riley & Chow, 1992; Schooley & Worden, 1996; Shaw, 1996; Xiao &
2.2 Penelitian Terdahulu
Pada bagian berikut akan disampaikan hasil penelitian terdahulu terkait
dengan variabel demografi yang digunakan sebagai karakteristik individu yang
dipertimbangkan oleh para investasi dan peneliti untuk membedakan secara
efektif tingkat toleransi risiko investor. Variabel-variabel tersebut meliputi jenis
kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan,pekerjaan, dan pendapatan.
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang berhasil ditemukan peneliti sebagai
berikut : pada Survey of Consumer Finance (SCF) dengan maktur dan terbaik mewakili profil dari klien investasi berganda dan alisis MANOVA.
statistik tidak signifikan (yaitu, usia, latar belakang, ras Asia dan tidak pernah menikah). pada 90 investor yang berada di Surabaya, dengan menggunakan Analisis dan pengaruh jenis investasi yang dipilih terhadap internet (mailingliast)
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek
penelitian ditunjukkan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar
variabel yang secara logis diterangkan dan dikembangkan dari perumusan
masalah yang telah diidentifikasikan melalui survey literatul.
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan
dimasa yang akan datang (Tandelilin, 2011 : 3). Investasi berkaitan dengan
berbagai aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset real (tanah, emas,
mesin atau bangunan) maupun aset finansial (deposito, saham ataupun obligasi)
merupakan aktivitas investasi yang umumnya dilakukan. Pada dasarnya tujuan
melakukan investasi adalah dengan harapan menghasilkan sejumlah uang guna
meningkatkan kesejahteraan investor di masa yang akan datang.
Dalam meningkatkan kesejahteraan, investasi juga membawa risiko bagi
investor. Dimana kita tahu bahwa risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu
tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan
tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, investasi yang dilakukan investor
mengalami ketidakpastian, investor harus melakukan cara yang mengarah pada
Dalam faktor demografi menunjukkan bahwa seperti : jenis kelamin, usia,
pendidikan, status perkawinan, jumlah anak dan pendapatan memainkan peran
penting dan membedakan toleransi investor tehadap risiko (Barber and Odean :
2001, Lewellen, Lease, and Schlarbaum : 1997, Riley and Chow : 1992)
Jenis kelamin yang terdiri dari pria dan wanita. Menurut Barber and Odean
(2001) mengemukakan bahwa pria dan wanita dalam manggapi suatu risiko, yaitu
pria lebih berani mengambil risiko dibandingkan wanita pada saat investor belum
berkeluarga atau menikah. Investor pria lebih percaya diri dibanding investor
wanita dalam berinvestasi. Dapat dilihat bahwa investor wanita lebih konservatif
dalam investasi jangka panjang.
Keputusan investor dalam berinvestasi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
demografi lainnya, seperti usia, pendidikan, status perkawinan, jumlah anak dan
penghasilan. Evans (2004) menjelaskan investor yang berusia lebih muda (usia
dibawah 30) cenderung Risk Seeker dibanding investor yang berusia lebih tua
(diatas 30 tahun). Investor yang berusia muda dan memiliki pendapatan lebih
tinggi cenderung memiliki portofolio saham yang lebih berfluktuasi (Barber and
Odean, 2001, Schooley and Worden, 1999).
Selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, toleransi investor terhadap
resiko juga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan kekayaan. Semakin tinggi
tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan investor, semakin tinggi toleransinya
Dalam hal status perkawinan, Grable (1977) menyatakan bahwa mereka
yang belum menikah, berani atau dengan status single lainnya, mereka ini lebih
memilih risiko yang lebih tinggi dan lebih konservatif dibandingkan mereka yang
sudah menikah yang lebih cenderung berinvestasi pada tingkat yang aman.
Selanjutnya Lewellen (1997) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah
anggota keluarga maka perilaku investor terhadap risiko investasi adalah risk
averter. Hal ini dikarenakan mereka (investor) lebih memikirkan jumlah
pengeluaran yang lebih banyak. Sedangkan investor yang memiliki jumlah
anggota keluarga yang sedikit maka perilaku investor cenderung risk seeker.
Demikian juga pengaruh pendapatan, Baber and Odean (2011), Schooley
and Worden (1999) mengemukakan bahwa investor yang memiliki pendapatan
Berdasarkan uraian teori diatas dan penelitian terdahulu yang telah
dikemukakan sebelumnya, berikut dapat digambarkan kerangka konseptual dari
penelitian ini.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber: Bhandari and Deaves (2005),diolah peniliti
2.4 Hipotesis
Menurut Erlina (2008 : 49), “hipotesis adalah preposisi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Berdasarkan perumusan masalah
yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah
“Toleransi Risiko Keuangan berpengaruh signifikan terhadap Dosen Fakultas Kedokteran USU”
Pendapatan (X6) Jenis Kelamin (X1)
Usia (X2)
Pendidikan (X3)
Status Perkawinan(X4)
Toleransi
Risiko Keuangan (Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian Asosiatif,
penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih (Ginting & Situmorang,
2008:57). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen aadalah jenis
kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan, jumlah anak dan pendapatan
sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah toleransi risiko keuangan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada beberapa dosen yang mengajar di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian 3 November
– 12 Januari 2014.
3.3 Batasan Operasional Variabel
Peneliti ingin menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan
menganalisis permasalahan, maka penelitian ini dibatasi hanya pada faktor-faktor
yang mempengaruhi toleransi risiko keuangan pada Dosen Fakultas Kedokteran
USU. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini antara lain adalah
karakteristik investor berkaitan dengan jenis kelamin, usia, pendidikan, status
3.3.1 Definisi Operasional Variabel
Defenisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang
memberitahukan pengukuran variabel yang diteliti. Variabel ini diperoleh dengan
memodifikasi kuesioner yang dikembangkan Lewellen, Lease and Schlarbaum
(1977).
Definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Jenis Kelamin (X1)
Jenis kelamin adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan
perempuan secara bilogis, dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah sifat
yang diterima orang sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan.
b. Usia (X2)
Usia merupakan lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak
dilahirkan sampai usia yang terakhir. Usia adalah batasan atau tingkat
ukuran hidup seseorang yang mempengaruhi kondisi fisik.
c. Pendidikan (X3)
Faktor pendidikan adalah tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang tentang bagaimana kemampuannya dalam
memahami sesuatu hal dengan baik. Pendidikan juga dapat diartikan
sebagai kegiatan (Usaha) yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan
terencana dengan maksud mengubah tingkah laku yang diinginkan dan
d. Status perkawinan (X4)
Status perkawinan adalah ikatan lahir batin dari seorang pria dan wanita
yang sudah dewasa dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya bersama
orang lain dengan kata lain siap untuk berkeluarga.
e. Jumlah anak (X5)
Jumlah anak didefinisikan sebagai banyaknya anak kandung yang pernah
dilahirkan dalam keadaan hidup oleh seorang ibu pada saat pencacahan
baik tinggal bersama-sama maupun tinggal di tempat lain.
f. Pendapatan (X6)
Pendapatan merupakan pendapatan yang dihasilkan perseorangan
sehubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan. Pendapatan ini
diperoleh dari pengorbanan usaha seseorang dalam bentuk materi yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
g. Toleransi risiko (Y)
Toleransi risiko merupakan kesediaan seseorang atau berupa beberapa
organisasi menerima atau menghindari risiko, yaitu cara seorang investor
dalam mengahadapi risiko yang ada.
3.4 Skala dan Pengukuran Variabel
Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapat data yang valid.
Penelitian ini menggunakan tiga skala yaitu skala nominal, skala ordinal dan skala
rasio. Skala nominal dalah skala yang hanya digunakan untuk memberikan
kategori saja. Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada rangking,
skala rasio adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk
menyatakan peringkat antar tingkatan, dan jarak atau interval antara tingkatan
sudah jelas dan memiliki nilai nol yang mutlak. Skala ini digunakan untuk
toleransi risiko.
Tabel 3.1
Skala Pengukuran Menurut Variabel Penelitian
Variabel Indikator Klasifikasi Kode Skala
Karakteristik Demografi
Jenis Kelamin Pria
Wanita
Pendidikan Sarjana
Profesi
Pendapatan < Rp.10.000.000
Preferensi Toleransi Risiko Keuangan
Risiko Menggunakan kuisioner Rasio
Sumber: Data Primer (diolah peniliti)
3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2007:72) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya
atau dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas ciri-
ciri yang telah ditetapkan.
Populasi merupakan kelompok subjek atau objek yang memiliki ciri- ciri
atau karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subjek atau objek yang
lain, dari kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian
(Sumarsono, 2004 : 44 ).
Populasi dalam penelitian ini adalah dosen Fakultas Kedokteran USU
yang berjumlah 305 orang.
3.5.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang mempunyai ciri
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus
Teknik penarikan sample yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode Proportional Stratified Random Sampling. Proportional
Stratified Random Sampling adalah cara pengambilan sampel populasi yang
mempunyai anggota / unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional
dari setiap elemen populasi yang dijadikan sampel dan pengambilan sampel
dilakukan secara random (Sugiyono, 2005 : 75).
Teknik pengambilan sampel dilaksanakan dengan tiga langkah, yaitu :
1. Identifikasi dan penggelompokan sampel berdasarkan klas atau strata
2. Menentukan ukuran sampel dengan memakai Model Slovin
Tabel 3.2
Jumlah Dosen Departemen padaFakultas Kedokteran USU 2013
Sumber : Fakultas Kedokteran USU 2013 (data diolah)
Untuk sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan rumus :
n = N
1+N (�2)
NO DEPARTEMEN JUMLAH
DOSEN
1 Il. Kes. Anak 35
2 Obstetri & Ginekologi 28
n = 305
1+305 (0,1)²
n = 75,308
n = 76 (dibulatkan)
Dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = error tolerance (10%)
Jadi dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 75. Dengan
pembulatan ke atas, maka yang dijadikan sampel adalah 76 pelaku Dosen pada
Fakultas Kedokteran USU. Pengambilan sampel dilakukan random sampling.
3.6 Jenis Data
Jenis dan sumber data yang digunakan yaitu :
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang
diteliti untuk kepentingan studi yang bersangkutan. Data primer diperoleh
dengan cara memberikan daftar pertanyaan (questionnaire).
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumen dengan
mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal-jurnal penelitian, dan
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data di dalam penelitian ini adalah :
a. Daftar Pertanyaan (Kuesioner)
Daftar pertanyaan (kuesioner) adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan – pertanyaan kepada
responden yakni pada Fakultas Kedokteran USU dengan paduan
kuesioner.
b. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah dilakukan dengan mengumpulkan data dan
mempelajari informasi yang bersumber dari buku, jurnal dan internet
untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian.
3.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi linier berganda, bertujuan untuk memperoleh gambaran yang
menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan program Software SPSS
(Statistic Package for the Social Sciens) 18.0 for windows. Untuk mencapai tujuan
dalam penelitian ini, maka pengujian asumsi klasik perlu dilakukan untuk
memastikan apakah model regresi linier berganda yang digunakan tidak terdapat
masalah uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui apakah ada
pengaruh yang signifikan dari variabel independen jenis kelamin, usia,
pendidikan, status perkawinan, jumlah anak dan pendapatan terhadap variabel
dependen Toleransi Risiko Keuangan pada Dosen Fakultas Kedokteran USU.
Adapun model persamaan yang digunakan sebagai berikut:
Y = α + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 +b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e
Keterangan:
Y = Harga Saham
α = Konstanta
b1, b2, b3, b4, b5 b6 = Koefisien regresi variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6.
X1 = Jenis Kelamin
X2 = Usia
X3 = Pendidikan
X4 = Status Perkawinan
X5 = Jumlah anak
X6 = Pendapatan
e = Terms of error (variabel yang tidak diteliti)
b. Uji Asumsi Klasik
Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, oleh karena itu
untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa
asumsi klasik yang digunakan yaitu: Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji
Heteroskedastisitas, dan Uji Autokorelasi yang secara rinci dapat dijelaskan
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk
lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi
normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng kiri atau menceng kanan.
Dengan adanya tes normalitas, maka hasil penelitian bisa digeneralisasikan pada
populasi. Dalam pandangan statistik itu sifat dan karakteristik populasi adalah
terdistribusikan secara normal (Sitomorang dan Lufti, 2011 : 100-101).
Pengujian normalitas ini dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan,
antara lain:
a. Pendekatan Histogram
Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva
normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah
mean, mode, median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak kurva ke
kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau “kemencengan
kurva” (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda
positif (arah kanan) atau bertanda negatif (arah kiri).
b. Pendekatan Grafik
P-P plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x)
melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari
keduanya berbentuk linier (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi
bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di
menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah
menyebar normal.
c. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov
Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis
diagonal berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas
adalah :
1) Jika hasil di atas nilai signifikan (0,05) menunjukkan pola distibusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika hasil di bawah nilai signifikan (0,05) tidak menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Situmorang
dan Lufti, 2011 : 101-106).
2. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi antara
variabel independen dan variabel dependen. Multikolinieritas dapat dilihat dari
nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinieritas
dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor
(VIF) dengan membandingkan sebagai berikut (Situmorang dan Lufti, 140):
a. VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas.
b. VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinieritas.
c. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah sebuah grup
mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Jika varians sama,
dan ini seharusnya yang terjadi, dikatakan homoskedastisitas. Sedangkan jika
varians tidak sama dikatakan heteroskedastisitas (Situmorang dan Lufti, 2011 : 8).
Dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Grafik
Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, di mana titik-titik tidak membentuk pola
tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
b. Pendekatan Statistik
Pendekatan statistik cukup dengan melakukan uji Glejser. Pengujian ini
dilakukan dengan men-transform data Understandardized Residual ke dalam
Absut (Situmorang dan Lufti, 2011: 116). Dari hasil output akan diketahui berapa
besar nilai signifikansinya. Apabila nilai Signifikansi (Sig) > 5% disimpulkan
4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul
karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya (Situmorang dan Lufti, 2011: 120).
Metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi salah satunya adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson,
dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negative No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 - du
Sumber: Situmorang dan Lufti (2011: 126) Keterangan: du = batas atas
dl = batas bawah
c. Pengujian Statistik
Setelah melakukan pengujian asumsi klasik, langkah berikutnya yaitu
melakukan pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang diajukan, sehingga perlu
digunakan analisis regresi melalui uji F, uji t, dan uji Koefisien Determinasi.
variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen, baik secara simultan maupun
parsial, serta mengetahui besarnya dominasi variabel-variabel independen
terhadap variabel dependen.
1. Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X)
berpengaruh signifikan secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel
dependen (Y). Bentuk pengujian sebagai berikut:
a. H0 : b1 = b2 = b3 =b4 =b5 = 0, artinya secara simultan variabel Jenis Kelamin,
Usia, Pendidikan, Status Perkawinan, dan Pendapatan berpengaruh tidak
signifikan terhadap variabel Toleransi Risiko Keuangan pada Dosen Fakultas
Kedokteran USU.
b. H1 : b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠0, artinya secara simultan variabel Jenis Kelamin,
Usia, Pendidikan, Status Perkawinan, dan Pendapatan berpengaruh signifikan
terhadap variabel Toleransi Risiko Keuangan pada Dosen Fakultas
Kedokteran USU.
Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat
signifikan (α) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F ini adalah:
1. Jika Sig > 0,05 dan Fhitung < Ftabel maka H0 diterima atau H1 ditolak.
2. Jika Sig < 0,05 dan Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak atau H1 diterima.
2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji-t)
Uji-t dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel independen secara
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
koefisien regresi dengan ttabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat signifikansi yang
digunakan. Bentuk pengujian sebagai berikut:
a. H0 : bi = 0, artinya secara parsial variabel Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan,
Status Perkawinan, dan Pendapatan berpengaruh tidak signifikan terhadap
variabel Toleransi Risiko Keuangan pada Dosen Fakultas Kedokteran USU.
b. H1 : bi≠0, artinya secara parsial variabel Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan,
Status Perkawinan, dan Pendapatan berpengaruh signifikan terhadap variabel
Toleransi Risiko Keuangan pada Dosen Fakultas Kedokteran USU.
Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat
signifikan (α) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini adalah:
1. Jika Sig > 0,05 dan thitung < ttabel maka H0 diterima atau H1 ditolak.
2. Jika Sig < 0,05 dan thitung > ttabel maka H0 ditolak atau H1 diterima.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur proporsi atau
persentase sumbangan variabel independen terhadap variabel dependen secara
bersama-sama. Range nilai dari koefisien determinasi adalah 0 ≤ R2≤ 1
(Situmorang dan Lufti, 2011: 163).
Fungsi dari Adjusted R Square adalah mengurangi keraguan tersebut. Nilai
Adjusted R Square menunjukkan proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh
variabel independen. Semakin tinggi nilai Adjusted R Square maka akan semakin
baik bagi model regresi karena menandakan bahwa kemampuan variabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Fakukltas Kedokteran USU di dirikan pada tanggal 1 September 1952,
Fakultas Kedokteran USU dipimpin oleh Dr. A. Sofian sebagai Dekan, Dr. Maas
sebagai Wakil Dekan dan Dr. M. Ildrem sebagai sekretaris. Beberapa tahun
berikutnya (1956) WHO memberikan bantuan alat-alat Fisiologi dan berapa
tenaga pengajar dari WHO untuk Fakultas Kedokteran USU.
Pada tgl. 12 Maret 1953 Wakil Presiden Drs. Mohd. Hatta, mengunjungi
Fakultas Kedokteran, dan pada tgl. 17 Mei 1954, tim dari Departemen P dan K,
yang terdiri dari Prof. Dr. Djuned Pusponegoro dan Prof. R. Sarwono meninjau
Fakultas Kedokteran USU serta mengharapkan agar semua staf dan mahasiswa
bekerja keras dalam masa pertumbuhan dan perkembangan ini.
Dalam masa perkembangan tersebut, pada tanggal 15 Januari 1970,
dilaksanakan peletakan batu pertama gedung induk FK USU di Jalan Dr.
T.Mansur Medan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Marah
Halim Harahap, dan pada tanggal 28 Desember 1970, gedung induk FK USU
4.1.1.1 Visi Fakultas Kedokteran USU
Mewujudkan Fakultas Kedokteran USU pada tahun 2014 menjadi institusi
pendidikan kedokteran terdepan menuju centre of excellence dalam bidang
kedokteran tropis (tropical medicine) dan penyakit keganasan (oncology) di
Indonesia
4.1.1.2 Misi Fakultas Kedokteran USU
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang professional, beretika
dan berbasis kompetensi.
2. Mengembangkan kurikulum pendidikan yang berbasis kompetensi dengan
pendekatan kedokteran keluarga (community medicine).
3. Memusatkan pendalaman pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa dalam
pelayanan kesehatan primer dengan penguatan pada penyakit tropis dan
penyakit keganasan.
4. Membangun kerjasama dengan institusi lain dalam bidang kedokteran
tropis dan penyakit keganasan.
5. Meningkatkan, melengkapi sarana dan prasarana yang memperkuat proses
pembelajaran dan penelitian yang berhubungan dengan kedokteran tropis
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi adalah suatu bagan yang menunjukkan distribusi
pekerjaan seluruh perusahaan, dengan jabatan dari setiap posisi dan garis yang
saling bergubungan yang memperlihatkan siapa melapor kemana dan
berkomunikasi dengan siapa (Dessler, 2004: 287). Organisasi yang sukses
sebaiknya berpedoman pada prinsip-prinsip organisasi, yaitu:
1. Perumusan organisasi harus jelas.
2. Adanya garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
3. Tingkat pendelegasian wewenang harus sedikit mungkin.
4. Tingkat pengawasan.
5. Struktur organisasi harus cukup fleksibel
Struktur organisasi merupakan gambaran secara jelas mengenai
unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam mencapai suatu tujuan. Struktur organisasi
dibentuk untuk menciptakan suatu pola yang dapat mempertinggi efiensi kerja,
sedangkan organisasi bertujuan untuk memiliki hubungan yang baik antara
tiap-tiap bagian di antara kelompok kerja tersebut, sehingga dapat dikooernisasikan
dengan baik, yaitu dengan danya kesatuan perintah dan tanggung jawab serta
Gambar. 4.1
Sturktur Organisasi Fakultas Kedokteraan USU
Profil Dosen Pre-Klinik :
1. Departemen Anatomi
2. Departemen Biokimia
3. Departemen Histologi
4. Departemen Mikrobiologi
5. Departemen Ilmu Gizi
6. Departemen Parasitologi
7. Departemen Patologi Anatomi
8. Departemen Farmakologi dan Terapeutik
9. Departemen Fisiologi
Profil Dosen Klinik (Spesialis) :
1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam
2. Departemen Ilmu Kesehatan Mata
3. Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa
4. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
5. Departemen Ilmu Kesehatan Paru
6. Departemen Radiologi
7. Departemen Neurologi
8. Departemen Anestesiologi dan Reanimasi
9. Departemen Ilmu Bedah
10. Departemen Ilmu Bedah Saraf
11. Departemen Ilmu Bedah Orthopedi
12. Departemen Obstetri dan Ginekologi
13. Departemen Patologi Klinik
14. Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
15. Departemen Kardiologi
4.2 Deskriptif Karakteristik Responden
Dekriptif responden ini dilakukan dengan menganalisis seluruh
karateristik sampel yang merupakan bagian dari populasi dalam bentuk tabulasi
sehingga membantu untuk memperoleh gambaran yang jelas pada hasil
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1
Karakteristik Responen Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase
Laki-laki 44 58%
Perempuan 32 42%
Total 76 100%
Sumber: Hasil Penelitian (Juli, 2014)
Pada Tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah responden terbesar berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 44 orang atau 58%, dan terkecil berjenis kelamin
perempuan sebanyak 32 orang atau 42%.
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia (Tahun) Jumlah
Responden Persentase
25 - 34 8 11% 35 - 44 34 45% 45 - 54 23 30% > 55 11 14% Total 76 100% Sumber: Hasil Penelitian (Juli, 2014)
Pada Tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah responden terbanyak berada pada
usia 25 - 34 tahun sebanyak 34 orang atau 45%, lalu usia 45 - 54 tahun sebanyak
23 orang atau 30%, lalu usia di atas 55 tahun sebanyak 11 orang atau 14%, dan
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Terakhir Jumlah
Responden Persentase
Sarjana 11 15%
Profesi 39 51%
Pasca Sarjana: S2 & S3 26 34%
Total 76 100%
Sumber: Hasil Penelitian (Juli, 2014)
Pada Tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah responden terbesar berdasarkan
tingkat pendidikan akhir berada pada jenjang Profesi sebanyak 39 orang atau
51%, lalu Pasca Sarjana: S2 & S3 sebanyak 26 orang atau 34%, dan terkecil
berada pada jenjang Sarjana sebanyak 11 orang atau 15%.
4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan Status Perkawinan Jumlah
Responden Persentase
Belum Menikah 10 13% Sudah Menikah 66 87%
Total 76 100%
Sumber: Hasil Penelitian (Juli, 2014)
Pada Tabel 4.4 diketahui bahwa jumlah responden terbesar berdasarkan
status perkawinan sebanyak 66 orang atau 87% dan terkecil sebanyak 10 orang