• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upacara Adat Sulang-Sulang Pahompu Etnik Simalungun: Kajian Semiotik Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upacara Adat Sulang-Sulang Pahompu Etnik Simalungun: Kajian Semiotik Chapter III V"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematis dalam beberapa waktu yang relatif lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan yang berlaku. Cara sistematis yang di tempuh untuk melakukan sebuah penelitian adalah metode penelitian. Metode untuk merumuskan ide dan pikiran yang didasarkan pada pendekatan ilmiah ini berarti bahwa metode penelitian diperlukan dalam mencapai sasaran penelitian, seperti Sudaryanto (193:25) yang mengatakan bahwa metode penelitian sangat dibutuhkan untuk menuntun seorang peneliti menuju kebenaran dan juga menuntun pada kajian penelitian.

3.1 Metode Dasar

▸ Baca selengkapnya: pasahat batu ni sulang

(2)

frekuensinya.pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang dan memusatkan penelitian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung.

3.2 Lokasi Data Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Saribudolok Kec.Silimakuta, Kab. Simalungun. Adapun alasan memilihlokasi penelitian tersebut, yaitu karena Saribudolok adalah salah satu desa di Simalungun yang masih berpegang teguh pada adat dan budaya Simalungun termasuk upacara adatnya.

3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Arikunto dalam (Naharoh,2008:52) mengemukakan bahwasumber data dalam suatu penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Secara umum sumber data dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yang disingkat dengan 3P, yaitu:

a. Person (orang) adalah tempat peneliti bertanya mengenai variabel yangsedang diteliti.

b. Paper (kertas) adalah berupa dokumen, warkat, keterangan, arsip,pedoman, surat keputusan (SK), dan sebagainya.

(3)

Sehingga dapat dinyatakan bahwa sumber data ini adalah tempat, orang,atau benda yang dapat memberikan data sebagai bahan penyusunan informasi bagipeneliti.Dalam penelitian ini informan akan menjadi sumber data utama atau sumber informasi untuk mendeskripsikan simbol yang terdapat pada upacara adat sulang-sulang pahompu dan dilengkapi dengan data-data pendukung berupa buku-buku, artikel sebagai acuan.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Peneliti sebagai human istrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagi sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya (Sugiono, 2009 : 306)

Instrumen pembantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Alat tulis dan kertas yang digunakan untuk mencatat segala hal penting dari informan yang berhubungan dengan objek penelitian

b. Alat rekamyang digunakan sebagai media pendukung untuk menyem-purnakan catatan yang telah didapatkan dari informan.

c. Kamera yang digunakan sebagai alat untuk mendokumentasikan simbol yang terdapat pada objek penelitian.

3.5 Metode Pengumpulan Data

(4)

Umumnya cara mengumpulkan data dapat menggunakan teknik : Wawancara (Interview), Angket (Questionnaire), Pengamatan (Observation), Studi Dokumentasi ,dan Focus Group Discussion (FGD).

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan disengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang diselidiki . Bugin (dalam Noor ,2011:140) Ada bermacam-macam observasi yaitu :

a) Observasi Partisipatif adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Ini juga dibagi empat yaitu partisipasi pasif, moderat, aktif lengkap.

b) Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi . pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu obyek.

c) Observasi kelompok tak berstuktur adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa obyek sekaligus.

Dalam hal ini peneliti melakukan observasi tidak berstruktur dimana peneliti akanmelakukan penelitian dan pengumpulan data secara terus terang kepada sumber data tanpa menggunakan guide observasi.

2. Wawancara

(5)

suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab antara peneliti dengan obyek yang diteliti. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. (Noor, 2011:139) wawancara mendalam (in depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tatap muka dengan informan dengan atau tanpa pedoman (guide) wawancara, pewawancara dan informan akan terlibat dalam kehidupan sosial.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang tersedia yaitu berbentuk surat , berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda, foto dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di waktu silam (Noor,2011:141). Dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Sumber ini terdiri dari buku, videodan rekaman yang dijadikan sebagai acuan yang berhubungan dengan penelitian.

3.6 Metode Analisis Data

(6)

simbol yang digunakan pada upacara adat sulang-sulang pahompu yang ditemukan di lapangan dan menganalisinya sesuai dengan rumusan masalah penelitian.

Langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah:

a. Mendeskripsikan struktur upacara adat

Data dikumpulkan dari konteks upacara adat sulang-sulang pahompu etnik Simalungun, sehingga untuk menghimpun data hal pertama yang dilakukan adalah mendeskripsikan struktur/tata upacara adat upacara adat sulang-sulang pahompu.

b. Mendeskripsikan bentuk simbol

Bentuk simbol yang di gunakan pada upacara adat sulang-sulang pahompu Simalungun di deskripsikan dalam bentuk gambar untuk mendukung kejelasan data.

c. Mengidentifikasi fungsi simbol

Untuk melengkapi hasil analisis simbol yang telah terkumpul, hal selanjutnya yang dilakukan untuk menganalisis data adalah mengidentifikasi fungsi dari setiap simbol yang digunakan dalam upacara adat sulang-sulang pahompu Simalungun.

d. Mendeskripsikan makna simbol

(7)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Tata Pelaksanaan Upacara Adat Sulang-Sulang Pahompu Etnik Simalungun

Dalam pelaksanaan upacara adat sulang-sulang pahompu Simalungun ada beberapa hal yang harus dilakukan agar upacara adat tersebut dapat dilaksanaakan degan baik.

4.1.1 Musyawarah

Sebelum pelaksanaan upacara adat sulang-sulang pahompu terlebih dahulu dilaksanakan musyawarah keluarga inti untuk membicarakan segala sesuatu yang dibutuhkan seperti:

a) Kesepakatan

(8)

b) Waktu

Waktu akan disesuaikan dengan kalender baik (ari-ari namadear) untuk disesuaikan kapan waktu yang cocok untuk pelaksanaan kerja adat (horja adat). Menurut kepercayaan orang simalungun ada waktu-waktu tertentu yang cocok untuk melaksanakan sebuah pesta, upacara adat, menanam dan ada pula hari yang tidak baik untuk sebuah perayaan.

c) Biaya

Biaya yang dibutuhkan berkaitan erat dengan persiapan bahan yang dibutuhkan(nasihol sipasirsiron). Bahan yang dibutuhkan dalam upacara adat sulang-sulang pahompu etnik Simalungun diantaranya adalah:

- Tongkat (tungkot)

- Seperangkat pakaian untuk kakek (ompung dalahi) yaitu jas, kemeja, dasi, suri-suri warna hitam, gotong.

- Tempat sirih dan penumbuk sirih (bajut hundul pakon duda-duda)

- Seperangkat pakaian untuk nenek (ompung perempuan) yaitu kebaya, hatirongga, suri suri,bulang.

- Tilam dan tikar putih (amak bontar)

-Tebu yang utuh (tobu sigerger layur) dan beberapa tebu merah sebagai tambahan - Rendang padi (rondang ni omei)/ mange-mange bunga pining.

- Namalum (disesuaikan dengan kebutuhan) - Dayok nabinatur

-Dengke sayur

(9)

- Duit logam -Nitak - Mumbang - Unte

- Makanan dan lauk pauk secukupnya - Undangan

Semua bahan yang dibutuhkan akan dimasukkan ke anggaran dana untuk kemudian disepakati dan dilakukan pembagian berdasarkan musyawarah.

d. Undangan

Banyaknya undangan akan disesuaikan dengan besarnya pelaksanaan upacara adat yang akan dilaksanakan. Namun ketiga unsur adat yaitu sanina, tondong dan boru tidak boleh luput dari undangan.

Pembagian undangan umum diserahkan kepada boru, undangan kepada tondong pamupusni bapa dan tondong lainnya akan dilakukan secara langsung dilakukan oleh suhut dengan mendatangi kediaman tondong dengan membawa demban tugah-tugah marbatu (sirih pemberitahuan yang berisi ) dan makanan adat (dayok nabinatur).

4.1.2 Pelaksanaan Adat

(10)

Talaga = Tondong

Luluan = Ompung dan jajaran saudara/saudari ompung Si raja parhata:

“Domma tumpu haganup hita bani panorang on nasihol patunggunghon orangtuanta hun rumah on, domma tongon sayur matua orangtua hinaholonganta on ase patutni do bahenon sada adat nasongon tandani malasni uhur nasiam haganup niombah. Marhiteihon ni ai, nasongon pamungkahni horja adat on patutni ma hita halak simalungun marsisurdukan demban tangan-tangan humbani haganup sibiak tutur sonai ge orangtua ase dear pardalanni acara on das bani salosei”

(kita semua sudah berkumpul pada saat ini untuk menghormati orangtua kita dari rumah ini, sudah panjang umur orangtua yang kita kasihi ini sudah sepatutnya kita mengadakan sebuah adat sebagai tanda suka cita kalian sekalian segenap anak. Oleh karena itu sebagai pembuka upacara adat ini sudah sepantasnya kita orang simalungun memulai acara dengan saling memberikan sirih kepada orang tua dan semua kerabat yang hadir)

Sesama keluarga saling memberi dan menerima sirih (marsisurdukan demban). Anak/borumemberi sirih ke orangtua dan jajarannya. Urutan pemberian sirih dimulai dari ibu serta saudarinya kemudian ayah dan saudara-saudarinya.

Kata pengantar :

“On ma bapa.. inang napuran tiar sai songon partiarni napuran on ma tongon paruhuranta haganup, Sehat nasiam sehat homa hanami haganup niombah”

(inilah ayah.. ibu sirih tiar semoga seperti tiar sirih inilah pemikiran kita semua, Sehat kalian sehat pula kami semua anak).

Cucu memberi sirih kepada ompung urutan memberi sirih dimulai cucu dari anak paling besar sampai cucu dari anak paling kecil dilanjutkan ke cicit (apabila sudah ada).

Kata pengantar :

“On ma pung napuran sayur. Sai sayur matua ma tongon nasiam, sehat nasiam, sehat homa hanami haganup pahompumu”

(11)

Dilanjutkan saling memberi demban oleh pihak tondong ,sanina, boru. Acara keagamaan yang disuaikan dengan agama yang dianut. Memohon berkat dan perlindungan kepada Tuhan sang pencipta agar orangtua diberikan kesehatan, kebahagiaan dan kekuatan di masa tuanya.

Segenap anak/cucu/cicit akan memberikan setelan pakaian dan air mandi (hangat) yang telah dicampur dengan jeruk purut dan hosaya sitolu-tolu (bawang batak campur garam dan lada), ompung tutua akan dibawa maranggir ke sungai/pancuran (jika tidak ada sungai/pancuran bisa juga maranggir di kamar mandi). Ompung dimandikan oleh cucu laki-laki dan tutua dimandikan oleh cucu perempuan. Setelah maranggir Ompung/tutua akan oleh diusei (diganti pakaiannya) dengan pakaian adat yang sebelumya sudah diberikan. Ompung akan diusei oleh anak dan tutua akan diusei oleh parumaen (menantu perempuan). Setelah selesai diusei ompung tutua dituntun kembali ke rumah menggunakan tongkat dari tebu, di sambut dengan taburan boras sihoras-horas lalu dituntun ke tempat duduk diatas tilam yang dilapisi amak bontaryang sudah ditata rapi, letaknya adalah sebelah luluan.

Kata pengantar :

“On ma bapa..inang ianan nasiam hundul, podoman nasiam , sehat-sehat nasiam , daoh bani naborit sehat homa hanami haganup niombah nasiam” (inilah ayah..ibu tempat kalian duduk, tempat kalian tidur, sehat-sehat kalian , jauh dari penyakit, sehat pula kami anakmu )

(12)

Tebu yang tadinya dipakai oleh ompung menjadi tongkat diminta oleh segenap cucu/cicit sambil mengerubutinya, meminta tebu tersebut secara bersamaan.

Kata pengantar:

“Iau ma tobumu in da pung, na gabei gantihni tungkot on humbamu” (Untukku lah tebumu pung! Sebagai gantinya tongkat ini lah untukmu)

Setelah tebu yang diminta dari ompung sudah diberikan, sebagai pengganti diserahkan sebuah tongkat tempahan yang memiliki hiasan melingkar yang terbuat dari emas/perak (sesuai dengan kesepakatan) jumlah hiasan disesuaikan dengan jumlah anak.

Kata pengantar: (Disampaikan oleh anak panggoaran)

“On ma bapa tungkotni ham, tandani malasniuhur nami halani sehat opei ham ronsi sadari on, sai sehat-sehat ma ham han jo hun janan sangap martuah marhompu marnono nabisuk janah toruh maruhur ase boi hita martumppu haganup. Tunggkot on ma pakei ham manapaki haganup pardalanan ni ham hu ja pe ham manlangkah ase adong namanatang naheimu bani hatuaon mu. Sai malas ma uhurni ham bapa”

(inilah ayah tongkatmu, sebagai tanda sukacita kami karena hingga saat ini engkau masih sehat, semoga dari hari ini hingga seterusnya engkau tetap sehat hingga memiliki cucu dan cicit yang bijak dan rendah hati agar kita semua dapat berkumpulkembali. Tongkat inilah pakai untuk membantu langkahmu di setiap perjalananmu kemana pun engkau melangkah agar ada sesuatu yang menopang kakimu dalam ketuaanmu. Terimalah suka cita kami ayah)

Apabila ompung adalah seorang yang memiliki kebiasaan merokok maka cucu memberikan ompung rokok.

Menyerakan bajut kepada tutua. Kata pengantar:

(13)

mardingat domma lang margogoh be ipon ni ham ijon dong do ibahen hanami duda-duda palumathon napuran ni ham ase urah haratan ni ham

(inila bajutmu ibu, semua isinya sudah lengkap semoga kita kelak dapat bertemu lengkap seperti kelengkapan bajut ini, mengingat gigimu sudah tidak kuat lagi, disini kami menyediakan duda-duda pelumas sirir agar mudah dimakan).

Iangkuti (diramu) sirih oleh cucu lalu itutak (ditumbuk) dalam duda-duda, setelah halus sang cucu menyuapkan sirih tersebut kepada tutua.Ungkapan terimakasih serta ungkapan berkat dari kedua orangtua.

4.1.3 Acara Makan

“Bapa.. inang tumppu do gananup hanami haganup niombah nasiam ronsi pahompu nasiam ijon, sihol pamalashon uhur nasiam orangtua nami. Domma loja nasiam pabanggal-banggalhon hanami, itaron nasiam marudan marmilasniari pasingkolahkon hanami, marhaes hu kehen hu huluan. Anggo lang halani holong mu lang sonon haganup hompu mu on. Sai marbanggal ma namaetek, marganjangma na pondok ,manggargar napinahan, marlimbuah nasinuan ase dong bereon nami hu jon huatas bani nasiam, manumpak ma tonduy-tonduy nasiam marpasu-pasu ma tuhan naibata, roh ganjangni ma umur nasiam horas-horas hita ganupan” (PPMS 2008:80).

(14)

Setelah menyampaikan semua keinginan, harapan, permintaan maaf, doa meminta doa restu kepada orangtua, segenap cucu memberikan sirih (demban tangan-tangan) kepada ompung/tutua sembari memegang namalum dalam mangkuk putih lalu di surdukkan kepada ompung tutua yang akan diwakilkan oleh cucu tertua dari anak tertua (pahompu panggoranan),cucu-cucu yang lain mengikuti cucu pertama dari belakang saat manurduk namalum.

Kata pengantar:

“On ma namalum ipadas hanami hun pahompu/nono/nini nasiam pung, sai malum ma tongon pangahap ulang borit-boritan, sai roh ganjangni umur nasiam. Buei do hahurangan nami bani nasiam , elek-elek nami ase imaafhon janah hapus ma ai humbagas uhurmu. Janah ase ipasu-pasu goluh nami haganup ginomparmu”

(Ini namalum kami sampaikan dari semua cucu/cicitmu pung, semoga sembuhlah semua perasaan jangan sakit-sakit, semoga kalian berumur panjang. Banyak kekurangan yang kami lakukan kepada kalian, kami memohon agar kalian dapat memaafkan kami dan menghapus semua kesalahan kami dari hatimu. Agar kehidupan kami semua keturunan senantiasa diberkati).

Setelah selesai kata pengantar ompung tutua di suapi (dengan sendok) air namalum sebanyak tiga kali, lalu dilanjutkan dengan menyuapi ompung tutua daging halus (gat-gat lumat).

(15)

diserut dan bagian lemak daging babi yang sudah di potong tipis, lomok-lomok. Semua makanan ditata rapi diatas hiou.

Pihak tondong beserta jajarannya menyerahkan dengke sayur kepada ompung tutua yang telah diberikan tungkot dan duda-duda.

Kata pengantar:

“On ma dengke sayur sai sayur matua ma tongon hanima sonai age haganup niombah pakon hita haganup”

(inilah dengkke sayur semoga kalianbeserta semua anak dan kita semua panjang umur)

Setelah selesai makan ompung dan tutua menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut andil dalam upacara adat disertai dengan menyampaikan ungkapan berkat

Kata pengantar:

“Domma ijalo hanami tungkot pakon duda-duda hun pahompuku, tapi parlobei ma hu hatahon sonon; marulak-ulak mangkatahon diatetupa ma hanami bani nasiam haganup tondong nami sonai ge haganup boru ampa sanina nami hun ganup sibiak tutur, sai songon andor hadungka ma nasiam, naitogu-togunilombu. Sai sayur matua ma homa nasiam ronsi patogu-togu pahompu. Ase adong ianan nami mararih haduanni ari”

Jawaban : Ai ma tongon!

(sudah kami terima tongkat dan penumbuk sirih dari cucu kami, tapi terlebih dahululah kami mengatakan demikian; tak hentinya kami mengucapkan terimakasih kepada semua tondong kami begitupula dengan boru serta semua saudara kami dari setiap keluarga , semoga kalian seperti tanaman umbi menjalar, yang di tuntun lembu semoga kalian panjang umur sampai menggendong cucu, agar kelak ada tempat kami bermusyawarah)

“Domu hujai songon umpasa Simalungun, ganjang nina uratni singgolom, ganjangan uratni tobu-tobu, domma ganjang umur ni ompung pakon tutua sadokahni on, sangap martuah maranak marboru janah marhompu marnono. Sai gantangan ma umurni anak ampa hompu nami on haganup” Jawaban : Ai ma tongon!

(16)

Sebagai tanda suka cita ompung tutua memberikan uang kepada setiap cucu atau memberikan emas namun hal ini tidak diharuskan, hanya apabila ompung/tutua memang mampu atau berkeinginan memberikan barang tersebut kepada cucu. Kemudian menaburkan beras yang berisi duit logam dan potongan-potongan tebu kepada seluruh cucu/cicit dan anak serta kerabat yang hadir. Semua cucu berebut mengumpulkan taburan-taburan yang dihoraskan.

Dilanjutkan acara pesta. Ompung/Tutua di giring oleh seluruh kerabat ke lokasi pesta (di depan rumah atau di los/wisma) disertai pula oleh tarian pengiring untuk mangalo-alo suhut. Sesampainya di loksi pesta akan dilakukan tarian mangalo-alo semua tondong yang telah hadir yaitu: tondong pamupus, tondong bona, tondongni tondong, tondong bona, tondong mataniari. Tarian yang ditarikanyaitu berupa tari sombah, untuk menghormati tondong (etnik batak menganggap bahwa tondong/hula-hula/kalimbubu adalah naibata nataridah artinya Tuhan yang terlihat, sehingga sangat dihormati) untuk membalas tarian sombah dari suhut jajaran tondong akan menarikan tarian dengan gerakan mamasu-masu (memberkati).

(17)

4.2 Deskripsi bentuk, fungsi dan makna simbol pada Upacara Adat Sulang-Sulang Pahompu Etnik Simalungun.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 5 (lima) kategori pembagian simbol yang terdapat dalam upacara adat sulang-sulang pahompu etnik Simalungun. Diantaranya adalah:

(1) simbol makanan adat, yang terdiri dari 10 simbol makanan yaitu tobu sigerger,manuk nabinatur,nitak gabur-gabur, nitak siang-siang, namalum,kalapa

mumbang, galuh namabei,tolor.

(2) simbol perlengkapan adat, yang terdiri dari 12 (dua belas) simbol yaitutungkot, bajut, duda-duda,duit logam dan boras tenger, demban,hiou ragi hotang, hiou

suri-suri ,gotong, bulang, pakean adat tutua, pakean adat

ompung,untei,mangei-mangei,tilam,

(3) simbol waktu,yang terdiri dari 2 (dua) simbol yaitu waktu dimulainya acara dan tanggal baik pelaksanaan adat (ari-ari namadear),

(4) simbol penanda status, yang terdiri dari 5 (lima) simbol yaitu tondong, sanina, anak/boru, pahompu,raja parhata,

(5) tempat/posisi yang terdiri dari 4 simbol yaitu talaga, lulua, tataring, jabu simada horja.

(18)

4.2.1 Deskripsi Bentuk, Fungsi Dan Makna (ungkapan satuan untuk tumbuhan)

na Simbol Makanan Adat

FUNGSI DAN MAKNA SIM

h), sangkalayur buhan). Sejenis

1) FUNGSI

Dalam upacara adat sulang-sulang pahompu (1) Tobu sangkalayur adalah simbol adat yang sebelum ompung belum menerima tungkot dijadikan sebagai media pertukaran yang di dram dengan tongkat dapat dapat berjalan sesuai de simbol adat yang berfungsi sebagai penganan ad dan digabung dengan pisang yang dipotong dan telah dibelah dan dicampur dengan kelapa dan penganan pendukung (pemanis) dalam upacara ad

SIMBOL

pahompu tobu memiliki dua fungsi: ng berfungsi sebagai tongkat kot yang sesungguhnya. Tobu

(19)

tumbuhan batang yang rasanya manis berwarna merah tua. Sangkalayur berati tebu tersebut lengkap/utuh (memiliki akar batang dan daunserta bunga)

2) MAKNA

Makna tobu secara adat berisi harapan agar kehidupan selalu manis semanis tebu, dan harapan agar orang yang di berikan tebu utuh tersebut beroleh umur yang panjang(seperti panjang tebuyang menjulang tinggi) dan semakin tua semakin bisa menjadi teladan (seperti tebu yang semakin tua semakin manis) serta keutuhan keluarga senantiasa bahagia seperti bunga yang tumbuh di pucuk tebu, serta kokoh seperti akar yang diaplikasikan pada simbol tebu tersebut. Pada konteks upacara adat sulang-sulang pahompusimbol tebu memiliki makna agar keturunannya memperoleh umur yang panjang seperti orangtua mereka, agar penghormatan tidak dilakukan pada satu generasi saja, tetapi berkelanjutan hingga ke generasi selanjutnya

(20)

2

Gambar 4.2

Dayok nabinatur

Ayam (dayok) yang disusun sec (nabinatur). Potongan daging ayam sesuai dengan aturan dan disusun da penghidangan dengan susunan ya

ecara teratur dijadikan makanan adat dalam pelaksanaan u pahompu etnikSimalungun. Makanan ini akan kedua orangtua yang akan diberikan tungkot dan dengan menggunakan tangan oleh cucu. Makanan dipotong sesuai aturan akan dibagikan kepada s kemudian potongan yang sudah dibagi oleh om dibagi lagi kepada cucu secara simbolis.

b) MAKNA

Simbol adat yang berisi ucapan syukur dan hidup seperti keteraturan susunan daging ayam miripnya seperti saat hidup) bagi siapapun yang upacara adat sulang-sulang pahompu etnik simal

khas simalungun yang akan n upacara adat sulang-sulang kan dipersembahkan kepada dan duda-duda lalu disuapkan nan manuk naniatur yang telah da semua anak sesuai adat dan h ompung/tutua kepada anak

(21)

layaknya seperti susunan ayam tersebur ketika masih hidup

memiliki makna wujud terimakasih dan suka cita untuk sebuah pencapaian yang telah berhasil diwujudkan serta harapan agar orangtua dan anak dapat meneladani sifat ayam betina yang selalu setia manghopkopanak-anaknya (melindungi anak dalam sayapmulai dari telur (mengerami telurnya) hingga mampu mencari makan sendiri, mengais mencari makan untuk anaknya dan meneladani ayam jantan yang selalu taat waktu berkokok di pagi hari menandakan hari sudah mulai terang dan menegor anak yang lupa diri dan berkelahi dengan saudaranya (mematuk).

(22)

3

Gambar 4.3 Nitak gabur-gabur

Nitak gabur-gabur adalah penganan khas Simalungun yang ter-buat dari Campuran tepung beras, kelapa gongseng/kelapa bakar gula pasir,

a) FUNGSI

Nitak gabur adalah makanan adat khas Simalungun yang akan dijadikan sebagai makanan pengiring pada upacara adat sulang-sulang pahompu. Salah satu kebiasaan etnik Simalungun ketika akan memberikan dayok nabinatur adalah harus dilengkapi dengan makanan pengiring berupa nitak dan pisang.

Bahul- bahul tempat nitak berfungsi agar nitak yang dimasukkan kedalam tidak cepat basi dan berjamur karena bahul-bahul merupakan kearifan lokal yang terbuat dari daun yang dapat menyimpan makanan dengan baik dan dapat memperlambat masa kadaluarsa nitak.

b) MAKNA

(23)

lada, dan bawang yang dihalus-kan dan ditumbuk di andalu (penumbuk) yang terbuat dari batu, merupakan salah satu kearifan lokal etnik Simalungun).

sulang-sulang pahompu makna simbol nitak gabur-gabur ini agar kehidupan yang akan dijalani senantiasa dimudahkan dan rezeki juga dimudahkan (gaburma pansarian).

4

Gambar 4.4 Nitak siang-siang

a) FUNGSI

Nitak siang-siang adalah makanan adat khas Simalungun yang akan dijadikan sebagai makanan pengiring pada upacara adat sulang-sulang pahompu etnikSimalungun. Salah satu kebiasaan etnik Simalungun ketika akan memberikan dayok nabinatur adalah harus dilengkapi dengan makanan pengiring berupa nitak dan pisang.

b) MAKNA

(24)

Nitak siang-siang adalah penganan khas Simalungun yang ter-buat dari campuran tepung beras, kelapa gongseng,gula batak, lada, yang ditumbuk di andalu (penumbuk yang terbuat dari batu,merupakan salah satu kearifan lokal etnik Simalungun).

yang memakannya memiliki pikiran yang positif (siangma paruhuran artinya teranglah pemikiran) pada konteks upacara adat sulang-sulang pahompu etnik Simalunggun simbol adat nitak siang-siang memiliki makna agar semua keluarga tetap berfikiran yang jernih dalam menghadapi semua permasalahan agar segala sesuatu dapat di selesaikan secara kekeluargaan dan keutuhan jalinan persaudaraan tetap terjaga.

5 Gambar 4.5 Namalum

Irisan daging babi bagian lemak leher (aliang-aliang) yang dicincang. Dicampur dengan rebusan tepung beras (beras yang di gongseng), air perasan sihala bolon (batang kincung muda yang telah dibakar, lada, merica, jahe, lengkuas,

sangge-a) FUNGSI

(25)

sange kemiri bakar yang telah di-haluskan.

Nb: Pangiringni (pelengkap) adalah daging babi panggang yang di cincang .

b) MAKNA

Makna Simbol namalum secara adat berisi harapan agar malum ma haganup sahit, malum ma paruhuran semua penyakit dalam tubuh disembuhkan dan semua urusan hati dan perasaan yang bersifat buruk seperti dendam dan sakit hati ditenangkan, dan dipulihkan. Agar tidak ada hal mengganjal yang mengganggu jiwa.

(26)

6

Gambar 4.6 Mumbang

Mumbang (kelapa muda) adalah tumbuhan palem berbatang tinggi buanya tertutup sabut dan tempurung yang keras didalamnya ter-dapat daging yang mengandung santan dan air, mumbang (putik

a) FUNGSI

Kalapa mumbang, pisang ,dan tolor nairobus adalah makanan adat yang merupakan kebijakan etnik simalungun untuk memberikan makanan yang bisa dimakan oleh orangtua yang lanjut usia. Fungsinya agar semua makanan yang diserahkan kepada ompung/tutua bisa dikonsumsi dengan mudah.

b) MAKNA

(27)

kelapa yang sudah agak besar) mumbang adalah Buah kelapa muda yang memiliki putik yang sudah agak besar (kira-kira sebesar jambu)

7

Gambar 4.7 Galuh namabei

a) FUNGSI

Galuh namabei adalah makanan adat yang merupakan kebijakan etnik simalungun untuk memberikan makanan yang bisa dimakan oleh orangtua yang lanjut usia. Fungsinya selain rasa manis yang dapat dirasakan juga agar semua makanan yang diserahkan kepada ompung/tutua bisa dikonsumsi dengan mudah.

b) MAKNA

(28)

Galuh (pisang) adalah tanaman jenis musa, buahnya ber-daging dan dapat di-makan,namabei adalah sudah tua dan sudah waktunya dipetik,di-makan dan sebagainya. Ungkapan untuk buah-buahan. Galuh namabei adalah Buah pisang yang sudah tua/matang dan sudah waktunya untuk dimakan yang memiliki rasa yang manis

hidup yang manis semanis pisang tersebut.Dalam konteks upacara adat sulang-sulang pahompu galuh namabei ini memiliki makna agar kehidupan semua keluarga senantiasa dilingkupi oleh segala sesuatu yang bersifat manis, harmonis dan bahagia dan perasaan yang tenang dan lembut (lambok pangahapon). Pisang yang dipilih biasanya adalah pisang terbaik dan sudah matang dan tidak ada cacat, jenis pisang bisa pisang sibarangan, pisang siomas dan pisang raja.

9

Gambar 4.8 Dengke sayur

a) FUNGSI

Dengke sayur berfungsi sebagai lauk pelengkap atau makanan pengiring yang di gunakan pada upacara adat sulang-sulang pahompu.

b) MAKNA

(29)

Dengke (Ikan) adalah binatang ber-tulang belakang yang hidup dalam air, ber-nafas dengan insang, menjaga keseimbangan berenang dengan sirip. Sayur daun-daunan (seperti sawi),tumbuh-tumbuhan (taoge) dan sebagainya yang dapat dimasak.Dengke sayur adalah ikan yang dimasak dengan sayur dan dimasak utuh bersama dengan bagian dalamnya.

upacara adat (na domma marloja-loja marhobas). Dalam konteks upacara adat sulang-sulang pahompu Simalungun simbol adat ini memiliki makna agar pihak yang menerima dengke ini senantiasa sayur matua (panjang umur) dan keutuhan keluarga yang senantiasa tetap terjaga.

Jenis Dengke yang menjadi bahan dengke sayur adalah ikan emas dan merupakan ikan emas pilihan yang memiliki warna mengkilap tanpa ada cacat pada sisik maupun siripnya.Karena sudah sepantasnya yang terbai diterima oleh orang-orang yang telah melakukan yang terbaik.

10

Gambar 4.9

Tolor dayok nairobus

a) FUNGSI

(30)

Tolor dayok (Telur ayam), nairobus (yang direbus). Tolor dayok nairobus adalah telur ayam (biasanya ayam kampung) yang sudah di rebus.

b) MAKNA

(31)

4.2.2 Deskripsi Bentuk, Fungsi Dan Makna Simbol Perlengkapan Adat

NO BENTUK SIMBOL FUNGSI DAN MAKNA SIMBOL

1

Gambar 4.10 Tungkot

Tungkot (tongkat). Sepotong bambu (rotan kayu dan sebagainya) yang agak panjang (untuk menopang atau pegangan ketika berjalan,menyokong dan sebagainya). (Kbbi.web.id)

a) FUNGSI

Tungkot berfungsi untuk membantu ompung berjalan , dan menopang tubuh yang sudah renta. Tungkot ini diberikan dengan maksut agar walaupun semua anak sudah memiliki rumah tangga masing-masing dan sudah jauh dari orangtua tungkot yang diberikan bisa menjadi pengganti anak untuk menuntun kemanapun orangtua melangkah.

b) MAKNA

(32)
(33)

2

Gambar 4.11 Bajut dan isi bajut

Bajut adalah benda yang terbuat dari anyaman yang dibentuk seperti sebuah wadah yang didalamnya berisi seperangkat bahan untuk marnapuran (bersirih) seperti hapur (kapur sirih),

a) FUNGSI

Bajut diberikan kepada tutua dengan maksut agar tempat sirih seadanya yang selama ini digunakan oleh tutua diganti dengan bajut hundul yang lebih baik dan tidak mudah menumpahkan isi dari dalam bajut tersebut. Hal ini diberikan karena orangtua yang sudah pikun dan suka rerean (tidak sengaja menjatuhkan dan meletakkan suatu barang) sehingga diberikan tempat sirih yang mudah dibawa dan memiliki warna batak yaitu hitam, putih dan merah. bajut hundul sebenarnya baru muncul dewasa ini pada upacra adat sulang-sulang pahompu pada jaman dahulu jenis bajut yang digunakan adakah bajut biasa seperti bajut yang terletak di dalam bajut hundul pada contoh gambar 4.11 dan tidak memiliki bola pompom.

b) MAKNA

(34)

demban (sirih), pining buah pinang), gambir, timbahou (tembakau)

(35)

3

Gambar 4.12 Duda-duda

Duda-duda adalah Sebuah wadah kecil berbentuk menye-rupai pipa, sebelah sisinya tertutup dan sebelah terbuka, dan memiliki penumbuk yang menyerupai obeng terbuat dari perak/emas (namun sekarang hanya dilapisi replika emas)

a) FUNGSI

Duda-duda digunakan untuk melumat/ menghaluskan sirih sebelum dimasukkan kedalam mulut agar lebih mudah untuk dikunyah oleh tutua. Selain itu juga dapat menghindari luka pada gusi yang tidak lagi memiliki gigi akibat mengunyah sesuatu yang terlalu keras.

b) MAKNA

(36)

4

Gambar 4.13 Duit logam dan Boras tenger

a) FUNGSI

Duit logam yang ditaburkan kepada cucu, anak dan kerabat yang hadir digunakan sebagai media pembagian rezeki yang dilakukan dengan cara ditaburkan ke semua pejuru agar semua memiliki kesempatan untuk mendapatkan rezeki tersebut.

(37)

Duit logam adalah alat tukar/ standar pengukur nilai yang sah (kesatuan hitungan), yang dikeluarkan oleh pemerintah yang terbuat dari bahan logam.

b) MAKNA

Makna simbol duit perak secara adat berisi harapan agar memiliki keteguhan hati serta selalu awas terhadap hal yang buruk yang ada di sekitar. Dalam konteks upacara adat sulang-sulang pahompu etnik simalungun simbol duit perak ini ditaburkan sebagai bentuk suka cita ompung/tutua untuk pelaksanaan adat yang telah dilakukan. Membagi rezeki kepada cucu/cicit.

(38)

5

Gambar 4.14 Untei mungkur

Untei mungkur (jeruk purut) adalah tumbuhan yang termasuk keluarga citrus, pada ketiak daun

a) FUNGSI

Untei memiliki dua fungsi dalam upacara adat sulang-sulang pahompu (1) simbol adat yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari penyakit dan kotoran, untei yang dimandikan (untei pangir) yang dicampur dengan lada, garam ,daun bawang (hosayasitolu-tolu) sangat bermanfaat untuk kesehatan. (2) Air jeruk yang diminum diyakini memiliki khasiat untuk kesehatan dan Menjaga kekebalan tubuh dan mengembalikan kesegaran tubuh (pajorgit angkula). Demikian pula dengan

b)MAKNA

(39)

terdapat duri bentuknya lonjong, berbau harum, kulit buah untuk mem-bumbui ikan dan mengandung banyak minyak asiri citrus.

orangtua yang dimandikan dengan jeruk purut kembali tegap, kembali bugar dan segala penyakit dan roh-roh jahat yang menempel di tubuh terbawa oleh basuhan air jeruk dan air jeruk yang diminum menghalau segala penyakit yang ada dalam tubuh.

6

Gambar 4.15 Demban

a) FUNGSI

Fungsi demban sesuai dengan konteksnya :

a. Demban yang dimakan berfungsi sebagai obat dari berbagai macam penyakit, seperti sakit gigi, luka, dan penyakit lainnya.

b. Demban yang di surduk (diserahkan dengan cara memuhun) adalah untuk meminta ijin dan meminta maaf

c. Demban yang dijadikan sebagai media untuk mengundang b) MAKNA

(40)

Demban (sirih) adalah tumbuhan merambat di pohon lain daunnya berasa agak pedas biasa dikunyah bersama dengan pinang kapur gambir dan sebagainya.

yaitu untuk menyampaikan maaf, memohon restu, perdamaian, mengundang, dan lainnya.

Dalam konteks upacara adat sulang-sulang pahompu simbol sirih adalah berisi harapan agar suasana acara dapat berjalan dengan lancar dan hikmat, demban tangan-tangan yang diberikan memiliki makna untuk saling menerima, saling memaafkan dan penghormatan (parsantabian)

7

Gambar 4.16 Tilam

a) FUNGSI

Tilam berfungsi agar ompung/ tutua dapat duduk dengan nyaman sepanjang berlangsungnya upacara adat. Tilam diserahkan kepada ompung/tutua agar kelak ketika sudah waktunya tiba kembali kepada sang khalik tilam tersebut akan dijadikan alas tempat berbaring (NB: dalam arti positif budaya, bukan berarti mengharapkan ompung/tutua cepat meninggal).

(41)

Tilam adalah alas tidur yang terbuat dari kain atau plastik berisi kapuk , karet, busa,kapas.

amak yang memang dapat memberika kehangatan dan kenyamanan dibanding dengan tikar lainnya yang terbuat dari karet.

b) MAKNA

(42)

8

Gambar 4.17 Gotong

Sejenis penutup kepala Simalungun (yang diperuntuk-kan bagi laki-laki yang menikah) yang terbuat dari kain berwarna coklat tua bercorak

a) FUNGSI

Gotong adalah simbol adat yang digunakan sebagai penutup kepala oleh laki-laki yang sudah menikah. Fungsinya adalah untuk menghalau segala sesuatu yang bisa menggangu kepala dari penyakit, juga menghalau dari panas terik, hujan dan sebagainya. Gotong yang dipakai seseorang menandakan bahwa orang tersebut sudah memiliki sebuah tanggung jawab atas keluarga dan adat. Tanggung jawab tersebut harus diemban oleh laki-laki untuk senantiasa menyayangi keluarga , mendidik anak, menafkahi dan melindungi keluarga.

b) MAKNA

(43)

9

Gambar 4.18 Bulang

Penutup kepala Simalungun (yang diperuntuk-kan bagi wanita yang telah menikah) terbuat dari hiousuri-suri yang di dilipat sedemikian rupa seperti tanduk dan setiap sisinya terdapat rambu

a) FUNGSI

Bulang berfungsi sebagai penutup kepala perempuan. Fungsinya adalah untuk menghalau segala sesuatu yang bisa menggangu kepala dari penyakit, juga menghalau dari panas terik, hujan dan sebagainya. Selain itu juga sebagai penanda identitas wanita Simalungun.

b) MAKNA

(44)

10

Gambar 4.19 Hiou ragi hotang

Kain tenunan Simalungun yang berwarna hitam di sisi kanan dan kiri lalu dibagian tengah terdapat warna biru dengan corak di sisi lainnya dekat rambu

a) FUNGSI

Hiou berfungsi sebagai simbol adat untuk menghangatkan tubuh, mengahalau dari rasa dingin dan merupakan salah satu identitas etnik simalungun. Sehingga setiap kegiatan adat selalu di iringi dengan adanya hiou.

Pada upacara adat sulang-sulang pahompu hiou ragi hotang akan di lilit di pinggang (iabithon) sebagai penutup bagian bawah tubuh. Sebagian dijadikan sebagai simbol pengikat dengan cara meletakkannya melebar di punggung (isabinghon) kepunggung orang yang diberikan hiou tersebut.

b) MAKNA

(45)

Hiou ragi hotang dalam penyampaiannya seringkali diiringi kata pengantar: on ma hiou ragi hotang, sai hot ma tongon pansarian, hot haganup namadear.(harapan yang berharap agar segala sesuatu yang baik menetap dan berakar kuat).

11

Gambar 4.20 Hiou suri-suri

Hasil tenunan yang berwarna hitam dan memiliki rambu yang panjang

a) FUNGSI

Hiou berfungsi sebagai simbol adat untuk menghangatkan tubuh, mengahalau dari rasa dingin dan merupakan salah satu identitas etnik simalungun. Sehingga setiap kegiatan adat selalu di iringi dengan adanya hiou. Hiou ini sering digunakan sebagai hadang-hadangan (selendang yang disematkan dipundak)

b) MAKNA

(46)

12

Gambar 4.21

Seperangkat pakaian adat untuk ompung laki-laki

Seperangkat pakaian untuk ompung pada

pelaksanaan upacara adat yaitu gotong , jas, dasi,

a) FUNGSI

Pakaian ompung/tutua adalah simbol adat untuk menghangatkan tubuh. Tujuan diberikannya Perangkat pakaian yang digunakan agar tubuh ompung/tutua dibalut dengan pakaian yang bagus dan membuat ompung/tutua lebih bersahaja.

b) MAKNA

(47)

hiou ragi hotang untuk abit (untuk bagian kaki), suri-suri untuk hadang-hadangandi selempangkan sebelah kanan bahu.

13

Gambar 4.22

Seperangkat pakaian adat untuk ompung perempuan

a) FUNGSI

Pakaian ompung/tutua adalah simbol adat untuk menghangatkan tubuh. Tujuan diberikannya Perangkat pakaian yang digunakan agar tubuh ompung/tutua dibalut dengan pakaian yang bagus dan membuat ompung/tutua lebih bersahaja.

b) MAKNA

(48)

Seperangkat pakaian untuk tutua pada pelaksanaan upacara adat yaitu bulang kebaya, suri-suri untuk diselempangkan sebelah kanan bahu, suri-suri untuk abit.

14

Gambar 4.23 Mange-mange

Bunga pohon pinang yang akan berubah menjadi buah

a) FUNGSI

Mange-mange berfungsi sebagai penghias penutup kepala. Mange-mange akan di sematkan di bulang dan gotong.

b) MAKNA

(49)

4.2.3 Deskripsi Bentuk, Fungsi Dan Makna Simbol Penanda Status

NO BENTUK SIMBOL FUNGSI DAN MAKNA SIMBOL

1

Gambar 4.24 Contoh gambar

Tondong

a) FUNGSI

Tondong yang dianggap sebagai “naibata na iidah” memiliki peranan penting yaitu sebagai penasehat sehingga sering disebut tondong pangalopan podah. Dalam konteks upacara adat sulang-sulang pahompu tondong akan memberikan nasehat restu (pasu-pasu) serta petuah kepada hasuhuton, apa saja yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya.

b) MAKNA

(50)

Tondong adalah kumpulan dari keluarga dari istri dan saudara-saudaranya

keberadaan tondong diharapkan dapat mennjadi pendukung dalam memberikan petuah dan lancarnya upacara adat sehingga harus dihormati dan didengarkan.

2

Gambar 4.25 Sanina

a) FUNGSI

Sanina atau saudara semarga baik saudara kandung, saudara jauh yang semarga, maupun saudara semarga yang tidak ada katan darah memiliki fungsi dan peranan menjadi pendamping dan pendukung saninanya suhut bolon (yang sedang mengadakan acara adat). Sanina akan menjadi tempat untuk bermusyawarah (sanina pagalopan riah).

b) MAKNA

(51)

Sanina adalah saudara kandung, saudara dari nenek, saudara semarga, semarga tapi tidak mempunyai hubungan darah, teman sepergaulan.

sepenanggungan dan sependeritaan.

3

Gambar 4.26 Boru

Boru Kumpulan dari keluarga suami dan saudara-saudaranya

a) FUNGSI

Boru/anak boru berkewajiban sebagai pembantu utama dalam melaksanakan suatu pesta atau adat dan mempunyai kewajiban membantu memenuhi perlengkapan berupa barang-barang yang diperlukan.

b) MAKNA

(52)

4

Gambar 4.27 Pahompu/nono

Pahompu (cucu) anak dari anak kita; keturunan ketiga./ nono (cicit) adalah cucu dari anak kita; keturunan (secara berurutan anak,cucu,cicit atau buyut, piut atau canggah)

a) FUNGSI

Pahompu adalah pemerang utama pada upacara adat sulang-sulang pahompu, meskipun keberadaan anak telah lengkap dan keuangan anak mampu untuk melakukan upacara adat sulang-sulang pahompu namun apabila pahompu tidak ada maka upacara adat tidak akan dapat berjalan.

b) MAKNA

(53)

5

Gambar 4.28 Anak/boru

Keturunan laki-laki (anak) dan perem kita. Merupakan generasi kedua.

empuan (boru)

a) FUNGSI

Boru/anak boru berkewajiban sebagai melaksanakan suatu pesta atau adat dan memp memenuhi perlengkapan berupa barang-barang ya

b)MAKNA

Anak-boru simbol kekuatan dan kekaya sebuah keluarga yang telah dilengkapi oleh putra kaya ingat pepatah Batak “banyak anak banyak re Dalam keberlakuannya pada masyarakat dari saudara kandung kita juga dianggap seba pelaksaan adat.

ai pembantu utama dalam punyai kewajiban membantu yang diperlukan.

yaan bagi sebuah keluarga . putra/putri adalah keluarga yang

k rejeki”.

(54)

6

Gambar 4.29 Raja parhata

Raja adalah orang yang berkuasa dalam kerajaan, parhata (pembicara) adalah ora menuntun berjalannya sebuah acara.

am sebuah h orang yang

a) FUNGSI

Raja parhata adalah simbol adat yang berf pemandu dalam sebuah adat. seorang raja parhat akan membacakan tata upacara adat seperti seor mengerti akan adat dan memahami adat tersebut hal ini raja parhata adalah orang yang aka panduannya.

b)MAKNA

Raja parhata adalah simbol adat seorang menuntun jalannya adat menunjukkan dedika mampu menuntun jalannya sebuah upacara ada parhata menuntun sebuah adat tidak hanya mengha dengan lancar tetapi acara tersebut akan disebut Sehingga suhut akan dianggap sebagai orang yang

berfungsi sebagai mediator atau hata bukan hanya seorang yang eorang presenter namun harus but dari semua aspek. Dalam kan didengarkan dan diikuti

(55)

4.2.4 Deskripsi Bentuk, Fungsi Dan Makna Simbol Tempat Adat

NO BENTUK SIMBOL DESKRIPSI FUNGSI DAN MAKNA SIMBOL

1 Gambar 4.30 Contoh gambar

Jabu simada horja

Jabu (rumah) adalah bangunan untuk tempat tinggal, simadahorja (empunya acara) adalah orang yang mengadakan/ bertanggung jawab atas pelaksanaan sebuah acara.

a) FUNGSI

Pelaksanaan upacara adat yang dilakukan di tempat tinggal empunya acara agar segala sesuatunya dapat dilakukan dengan mudah dan tidak merepokan keluarga lain.

b) MAKNA

(56)

2

Gambar 4.31 Posisi luluan

Posisi luluan adalah sisi sebelah kanan rumah ketika pertama didapati dari pintu utama.

Ket:

Pintu 1 : pintu depan Pintu 2: pintu tengah

a) FUNGSI

Aturan posisi tempat duduk baik talaga, luluan maupun tataring digunakan dalam setiap kegiatan adat (termasuk upacara adat sulang-sulang pahompu) untuk mengatur posisi agar teratur dan tidak tumpang tindih. Diberlakukannya posisi ini juga membantu untuk mengetahui mana pihak yang melakukan acara dan mana pihak tondong dari suhut, sehingga tamu yang hadir dapat menempatkan posisinya sendiri tampa harus dituntun.

b) MAKNA

(57)

3

Gambar 4.32 Posisi talaga

Posisi talaga adalah posisisebaliknya dari posisi luluan. digunakan dalam setiap kegiatan adat (termasuk upacara adat sulang-sulang pahompu) untuk mengatur posisi agar teratur dan tidak tumpang tindih. Diberlakukannya posisi ini juga membantu untuk mengetahui mana pihak yang melakukan acara dan mana pihak tondong dari suhut, sehingga tamu yang hadir dapat menempatkan posisinya sendiri tampa harus dituntun.

b) MAKNA

(58)

4

Gambar 4.33 Posisi tataring

Posisi tataring adalah sisi sebelah pintu menuju dapur

Ket:

Pintu 1 : pintu depan Pintu 2: pintu tengah

a) FUNGSI

Tataring diberikan kepada pihak parhobas. Hal ini merupakan bentuk kearifan masyarakat Simalungun agar parhobas lebih dekat ke dapur untuk mempersiapkan segala sesuatu seperti makanan, minuman, dan ha yang diperlukan lainnya yang semuanya dilalukan di dapur.

b) MAKNA

Tataring adalah sisi rumah bagian dapur yang berisi perlengkapan dapur atau memasak . Tataring sebagai kawasan para parhobas memiliki makna tersendiri sebagai kawasan khusus bagi para parhobas yang sedang bertugas menyiapkan makanan bagi family yang datang sehingga sering sekali antara tataring dengan ruang depan rumah dipisahkan oleh ding-ding agar suasana dapur yang riuh tidak mengganggu jalannya upacara adat. Pintu 2

(59)

4.2.5 Deskripsi Bentuk, Fungsi Dan Makna Simbol Waktu

NO BENTUK SIMBOL DESKRIPSI FUNGSI DAN MAKNA SIMBOL

1

Gambar 4.34 Ari-ari namadear

Hari baik menurut kepercayaan sebuah kolektif masyarakat tertentu.

a) FUNGSI

Memenuhi keinginan spritual manusia untuk memilih waktu yang tepat sesuai dengan kepercayaan yang dianut dan rasi bintang, cuaca, serta suasana hari baik yang di inginkan.

b) MAKNA

Ari-ari namadear sangat ditinggikan oleh masyarakat simalungun, kepercayaan akan terwujudnya sesuatu hal baik apabila dilakukan di hari/tanggal yang baik. Dan hal yang buruk akan terjadi apabila suatu acara dilakukan di tanggal yang tidak tepat menurut ari-ari namadear.

(60)

namadear digunakan untuk terwujudnya upacara adat yang berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan,dan tidak menyisakan hal buruk dikemudian hari.

2

Gambar 4.35 Tangkog mataniari

Bagian awal dari hari. waktu setelah matahari terbit hingga menjelang siang hari

a) FUNGSI

Fungsi dilakukannya upacara adat yang dimulai dari pagi hari adalah sebagai kebijakan agar upacara adat dapat dilakukan dalam 1 hari.

b) MAKNA

(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa simbol yang terdapat pada upacara adat sulang-sulang pahompu Simalungun dibagi dalam lima kategori yaitu: (1) simbol makanan adat, (2) simbol perlengkapan adat, (3) simbol waktu, (4) simbol penanda status, (5) tempat/posisi. Dalam setiap simbol yang digunakan dalam upacara adat sulang-sulang pahompu Simalungun berisi harapan-harapan yang sifatnya baik dan penuh pengharapan akan kehidupan yang bahagia.Defenisi simbol secara leksikal masih memiliki keterhubungan dengan makna konotasi yang disepakati oleh masyarakat Simalungun. Karena setiap simbol yang dimaknai diteladani (diambil) dari sifat atau tingkah dari simbol yang dikonvensikan.Fungsi simbol yang digunakan pada upacara adat sulang-sulang pahompu Simalungun mempunyai fungsi lahiriah dan batiniah.Setiap simbol memiliki persyaratan khusus dalam penggunaanya yang harus dijalani dan dijaga sesuai ketentuan adat Simalungun.

5.2 Saran

(62)

Sebagai manusia yang memiliki budi pekerti sudah sepantasnya kita menghormati dan membalas jasa orangtua yang telah mendidik dan membesarkan kita, dalam hal ini upacara adat sulang-sulang pahompu etnik Simalungun merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk menghormati dan membalas jasa orangtua, sehingga keberlangsungan upacara adat sulang-sulang pahompu etnik Simalungun harus tetap dijaga dan dilanjutkan oleh generasi selanjutnya.

Gambar

Gambar 4.1 dan digabung dengan pisang yang dipotong dandan daging kelapa.Tobu yang
Gambar 4.2 kemudian potongan yang sudah dibagi oleh omh ompung/tutua kepada anak
Gambar 4.3 dengan baik dan dapat memperlambat masa kadaluarsa nitak.
Gambar 4.4 memakannya beroleh kehidupan yang terang, rezeki yang tampak jelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat berbagai makna simbolik (tanda) pada “Parjambaron” Upacara Adat Kematian “Saur Matua” Batak Toba diantaranya

Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya proses perubahan upacara perkawinan adat (ibagas dear) etnik Simalungun di Kecamatan Panombeian Panei?.. Metode yang

ini berkaitan dengan pembagian sulang ‘ pembagian daging-daging tertentu dari seekor hewan’ seperti kerbau, lembu, atau babi yang disembelih dalam konteks upacara adat

Simbol menurut pengertian Peirce akan digunakan sebagai objek penelitian untuk mendeskripsikan makna tanda pada Upacara Adat kematian Ncayur Ntua masyarakat Pakpak dan

judul ni skripsi on ima upacara sulang-sulang pahompu pada etnik Batak Toba:. kajian

dan makna simbol yang terdapat dalam upacara mengket rumah

Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada para dosen di Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah

Dalam upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu jika suatu keluarga ingin melaksanakan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu maka terlebih dahulu pihak