• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Teori Yang Digunakan

2.2.4 Pengertian Upacara Adat Pasahat Sulang-Sulang Pahompu

Secara umum upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu merupakan salah satu adat istiadat dalam suku Batak Toba yang diwariskan secara turun-temurun, upacara pasahat sulang-sulang pahompu adalah acara pengukuhan pesta perkawinan secara adat (Sinaga, 2012 : 220). Pengukuhan artinya melunasi semua utang adat yang sebelumnya utang adat tersebut belum dibayar lunas terhadap pihak hula-hula yang melaksanakan upacara adat tersebut.

Upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu atau pesta pernikahan adat yang tertunda yang sifatnya hampir sama dengan acara adat marunjuk yaitu mengukuhkan pernikahan secara adat batak atas mempelai. Bedanya pesta marunjuk harus melewati beberapa tahapan yang cukup panjang, sedangkan yang mangadati hanya menjalani beberapa tahapan adat bersekala kecil. (Pasahat sulang-sulang pahompu batak shop.com) yang dimaksud bersekala kecil contohnya adalah acara doa syukur menyambut pengantin yang biasanya dilanjutkan dengan acara marhata sinamot atau permintaan maaf kepada keluarga istri karena putrinya sudah dibawa kawin lari tanpa prosedur adat. Orang dahulu menyebutnya patuduhon natinangko atau memperlihatkan hasil curian dengan membawa kurban adat oleh rombongan keluarga pengantin (pasahat sulang-sulang pahompu batak shop.com).

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, metode penelitian merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan data sesuai dengan kebutuhan (Sugiyono, 2010 : 3).

3.1 Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. karena penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif adalah menguraikan data yang terkumpul, menganalisisnya, dan menginterpretasikannya dalam rangka menemukan kaidah, pola, nilai dan norma dari sebuah peristiwa yang diteliti. Menurut (Sibarani, 2014 : 279) penelitian kualitatif mencari makna dan menggali nilai dari objek penelitiannya.

3.2 Lokasi dan Sumber Data Penelitian

Lokasi adalah tempat dimana suatu penelitian atau kegiatan dilakukan (Swastha, 2002: 24). Dalam melakukan suatu penelitian maka terlebih dahulu harus menentukan tempat lokasi yang akan menjadi objek penelitian, penulis melakukan penelitian di Desa Simatupang Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara.

Sumber data adalah subjek darimana suatu data di peroleh (Arikunto,1998:144). Sumber data penelitian yakni data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang didapat dari berbagai peristiwa atau adegan pertunjukan yang terdapat pada kegiatan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu yang dilakukan.

2. Data sekunder adalah data yang didapat dari hasil wawancara atau tanya jawab antara penanya dengan imforman tentang segala sesuatu yang terkait dengan masalah upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu yang dilakukan.

3.3 Instrumen Penelitian

Menurut Notoatmodjo, 2010 instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa kusioner, formulir, observasi, yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya.

1) Alat perekam suara (tape recorder) digunakan untuk merekam data lisan terkait mengenai data penelitian.

2) Kamera, penulis juga membutuhkan kamera sebagai alat untuk mendokumentasikan semua kegiatan atau peristiwa yang dilaksanakan.

Kamera juga dibutuhkan penulis sebagai bukti bahwasanya penulis telah melakukan penelitian.

3) Alat tulis berupa pena dan buku catatan yang digunakan penulis untuk mencatat tentang hasil dari penelitian yang dilakukan, catatan tersebut berupa catatan lapangan yang berhubungan dengan objek penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Menurut (Sibarani, 2014:285) sebagaimana halnya penelitian kualitatif ada beberapa jenis metode pengumpulan data yang dapat diterapkan dalam penelitian tradisi lisan yakni ;

1. Metode observasi partisipatoris langsung

Peneliti hanya berperan dan mengamati suatu kegiatan upacara adat yang berlangsung dengan menggunakan pancaindra untuk mengamati deskripsi kegiatan, tingkah laku, tindakan, interaksi sosial, dan proses sosial masyarakat setempat.

2. Metode wawancara

Peneliti juga menggunakan teknik metode wawancara dengan membawa pedoman pertanyaan untuk mengarahkan wawancara.

3. Metode Kepustakaan

Peneliti juga menggunakan teknik dokumen tertulis yang mencakup data audiovisual yang memberikan gambaran konteks ideologi, konteks situasi, konteks sosial, dan konteks budaya tradisi lisan.

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari data dan menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain secara sistematis sehingga dapat mudah dipahami `(Sugiyono, 2009:244).

Adapun metode analisis data yang digunakan penulis adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu data yang diperoleh dari hasil rekaman dan hasil wawancara yang dilakukan dengan imforman kemudian dideskripsikan secara menyeluruh.

1. Penulis Mengambil data berupa hasil rekaman/video tentang kegiatan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu dan/hasil wawancara dengan imforman.

2. Hasil wawancara disederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik dalam bentuk sebuah catatan.

3. Menertejemahkan bahasa-bahasa daerah ke bahasa indonesia supaya dapat dipahami.

4. Melakukan penyajian data yang diperlukan dan mengabaikan data yang tidak diperlukan.

5. Setelah semua data tersaji, penulis menganalisis apa saja masalah yang terdapat dalam tahap, bentuk, fungsi, dan makna dalam upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu.

6. Penulis menarik dan membuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang kegiatan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu.

BAB IV PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian penulis pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu tentu tidak semua dapat melaksanakannya pada Suku Batak Toba karena ada beberapa latar belakang yang menjadi faktor terjadinya penyebab/penghambat pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu tersebut.

4.1 Faktor Penyebab Terjadinya Upacara Adat Pasahat Sulang-Sulang Pahompu

Adapun faktor penyebab terjadinya upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu ialah:

4.1.1 Dari Segi Faktor Ekonomi

` Pada Zaman dahulu ketika pasangan kekasih mau menikah tentu membutuhkan biaya yang besar untuk pesta pernikahan dalam suku Batak Toba yang mana biaya tersebut di gunakan untuk membiayai seluruh keperluan pesta pernikahan. Pada suku Batak Toba tentu tidak cukup hanya melakukan pernikahan melalui pemberkatan gereja saja tetapi harus melaksanakan adat atau membayar adat na gok kepada pihak Dalihan Na Tolu (yang terdiri dari tiga tungku yaitu hula-hula, dongan tubu, dan boru). Hula-hula(sapaan terhadap orang tua dan saudara laki-laki dari ibu/istri), dongan tubu(sapaan terhadap kelompok orang yang semarga/saudara kandung laki-laki dari ayah), dan boru(sapaan terhadap saudara perempuan semarga dari ayah).

Namun kenyataannya tidak semua orang mampu sekaligus langsung melaksanakan adat tersebut atau dikenal dengan istilah pasahat adat na gok (menyampaikan adat secara keseluruhan). Hal itu terjadi dikarenakan faktor ekonomi yang belum cukup mampu untuk membayar adat oleh karena itu, pasangan kekasih tersebut hanya menikah melalui pemberkatan gereja atau juga dikenal dengan istilah pernikahan pasu-pasu raja.

Pernikahan tersebut dulunya hanya disetujui raja adat dan meminta berkat dan mempercayakannya pada tua-tua kampung atau tua-tua setempat, akan tetapi pernikahan tersebut secara adat pada suku Batak Toba belum diakui sah karena belum membayar kewajiban atau membayar adat kepada pihak hula-hula(sapaan terhadap orang tua dan saudara laki-laki dari ibu/istri). Apabila suatu hari nanti mereka telah berkecukupan secara ekonomi dan sudah memiliki keturunan maka mereka akan melaksanakan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu(acara pengukuhan pesta perkawinan secara adat) untuk membayar kewajiban mereka yang sebelumnya belum dilunasi kepada pihak hula-hula(sapaan terhadap orang tua dan saudara laki-laki dari ibu/istri).Karena hal tersebut merupakan suatu kewajiban dalam suku Batak Toba.

4.1.2 Faktor Tidak Mendapat Persetujuan Dari Orang Tua

Sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan ketika terjadi suatu perbedaan apalagi perbedaan tersebut dilihat dari latar belakang suatu keluarga dan hal itu sangat mempengaruhi beberapa pihak yang menyebabkan kesenjangan di antara beberapa pihak keluarga, misalkan perbedaan antara yang miskin dan yang kaya.

Dalam perencanaan suatu pernikahan maka sebelum pernikahan tersebut dilakukan alangkah baiknya pihak keluarga pasangan mengetahui latar belakang dari calon pasangannya masing-masing sebelum melanjutkan pernikahan.

Pada zaman dahulu karena sebuah perbedaan latar belakang ekonomi keluarga maka sering kali terjadi perbedaan antara yang kaya dan yang miskin yang tidak bisa bersatu, dimana apabila keluarga mengetahui bahwa salah satu dari pasangan tersebut berasal dari keluarga yang tidak mampu sering kali terjadi ketidaksetujuan keluarga kepada pasangan.

Namun karena pasangan kekasih tersebut saling mencintai dan tidak ingin dipisahkan oleh perbedaan latar belakang ekonomi keluarga mereka akhirnya, pasangan tersebut mengambil keputusan dan memilih cara dengan kawin lari (mangalua) tanpa mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga/orang tua mereka.

4.1.3 Faktor Permintaan Orang Tua Yang Sedang Sakit

Pernikahan dalam suku Batak Toba dulu juga terjadi karena permintaan orang tua yang sedang sakit diakibatkan oleh faktor usia orang tua yang sudah tua dan ingin melihat anaknya melaksanakan pernikahan. Oleh karena itu, maka dilaksanakan pernikahan yang sederhana atau dikenal dengan istilah pasu-pasu raja walaupun belum bisa membayar adat sepenuhnya.

Bagi orang Batak walaupun secara ekonomi belum mampu tetapi setidaknya ingin melihat anak-anaknya menikah terlebih dahulu walaupun belum bisa langsung membayar adat na gok, karena bagi orang Batak dengan melihat anaknya menikah semua merupakan suatu kebahagiaan dan suka cita tersendiri bagi orang Batak.

4.1.4 Faktor Kecelakaan/berbadan dua

Kecelakaan yang dimaksud dalam hal ini maksudnya ialah laki-laki dan perempuan telah melakukan hubungan suami istri terlebih dahulu sebelum dinikahkan sampai si perempuan sudah berbadan dua/hamil demi harga diri orangtua adakalanya orangtua mendorong anaknya untuk menikah walaupun tidak melaksanakan adat/sekaligus membayar adat na gok (keseluruhan).

4.1.5 Melangkahi

Orang tua pada umumnya menginginkan anaknya yang lebih dahulu lahirlah yang lebih dulu menikah daripada yang dibawahnya. Karena itu, orang tua menyuruh sabar kepada anaknya yang minta dinikahkan duluan menunggu anaknya dapat jodoh. Karena adiknya yang paling kecil merasa takut kehilangan pasangannya akhirnya nekat menempuh kawin lari (mangalua) dengan pasangannya.

4.2Tahap-Tahap Upacara Adat Pasahat Sulang-Sulang Pahompu

Pada suku Batak Toba upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu dilaksanakan oleh keluarga atau orang tua yang sebelumnya belum melaksanakan upacara pernikahan secara adat istiadat.

Upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu merupakan suatu kewajiban yang harus di penuhi oleh suku Batak Toba apabila belum membayar adat secara adat istiadat. Sebelum melaksanakan pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu maka terlebih dahulu dilakukan persiapan oleh pihak keluarga untuk berjalannya pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu.

Berdasarkan hasil penelitian penulis adapun tahap atau persiapan yang dilakukan pihak keluarga dalam upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu adalah:

4.2.1 Tahap Marhusi-husip, Marhori-hori dinding, Mangarisik-risik Mangarisik-risik atau lazim disebut marhori-hori dinding sebaiknya hanya dilakukan oleh orangtua atau wali dari pihak laki-laki untuk datang kerumah orang tua pihak perempuan. Atau bisa juga hanya si perempuan datang kerumah orang tua nya untuk memberitahukan tentang rencana pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu. Dan biasanya pihak orang tua dari laki-laki cukup hanya membawa makanan biasa berupa makanan ringan.

Dengan perantara teks sebagai berikut: parjolo hudok hami tu amanta Debata ai dibagason hahipason do hamu i dapot hami dibagasta ia haroronami rajanami namardomu do i tu boa-boa ni anaknami na naeng lao pasahathon sulang-sulang pahompu nasida rap dohot parumaen nami

Jadi na disuru suhutnami do hami manopot hamu rajanami manangkasi dohot manungkun pingkiranmuna taringot tusi on pe parjolo ma jolo i sungkun hami

hamu rajanami beha naung ditolopi rohamuna do langka ni anak nami i? jala molo naung ditolopi rohamuna do ba songon dia ma dipangido rohamuna simpehonmuna tu hami disibaenon dohot sipatupaon nami boti ma da rajanami.

Protokol dari pihak perempuan Artinya:

Marilah kita berbicara raja kami karena kedatangan kalian ke rumah ini Terimkasih buat kedatangan kalian sekarang kami mau bertanya kepada kalian:

‘‘apakah maksud kedatangan kalian beritahulah kami dengan jelas’’.

Jawaban/balasan dari protokol pihak laki-laki Artinya:

Benarlah itu raja kami hendaklah pertanyaan kalian kami jawab Pertama-tama kami mengucapkan terimaksih kepada Tuhan karena kami menemukan kalian dalam keadaan sehat di rumah kita ini ia maksud kedatangan kami berhubung karena pemberitahuan dari anak kami bahwa mereka akan melaksanakan penyampaian sulang-sulang pahompu bersama menantu perempuan kami jadi kami disuruh oleh pihak keluarga laki-laki kami untuk mengunjungi kalian untuk memperjelas dan bertanya terhadap pemikiran kalian mengenai itu oleh karena itu pertama-tama kami bertanya kepada kalian raja kami apakah kalian sehati dengan keputusan anak kami itu? Kalau memang sudah satu hati kalian jadi seperti apakah yang kalian minta untuk kami perbuat dan kami sediakan kira-kira begitulah raja kami.

Hal yang dibicarakan dalam pertemuan ini ialah masalah berapa jumlah biaya yang dibutuhkan untuk pesta pasahat sulang-sulang pahompu, pesta yang

dilakukan oleh paranak atau parboru dan membicarakan kira-kira kapan pesta dilaksanakan. Pertemuan inilah yang pada mulanya dinamakan dengan marhusip-husip(pihak perempuan datang ke rumah orang tuanya untuk memberitahukan tentang keinginan dan rencana pelaksanaan upacara pasahat sulang-sulang pahompu).

4.2.2Pasahat situtungon/Pasinaru parsigambiri

Apabila sudah sama-sama sepakat maka pihak paranak(pihak laki-laki) mengirimkan boru(saudara perempuan dari ayah) disertai dongan tubu(sapaan terhadap kelompok/orang yang semarga/saudara kandung laki-laki ayah) untuk membicarakan hal-hal yang menyangkut materi yang akan diberikan paranak ke parboru(pihak perempuan) untuk melaksanakan pesta adat tersebut.

Kemudian pihak paranak menyampaikan kata-kata seperti teks berikut:

Asa songon ni dok natua-tua ma sidohonon nami aek godang aek laut

dosniroha sibahen saut Artinya:

Seperti yang dikatakan orang tua lah yang kami katakan Air banyak air laut

Satu hati yang buat jadi

Biasanya konsep dari suhut paranak(keluarga dari pihak laki-laki) diajukan ke parboru(pihak perempuan) apabila di pertemuan ini sudah mendapatkan persetujuan barulah dibawakan acara resmi secara formal yang disebut pasahat

situtungon(menyampaikan/menghantarkan sejumlah uang yang akan diberikan kepada pihak perempuan).

Dalam tahap ini tidak ada lagi dikatakan tahap manuruk-nuruk(mengunjungi) karena tahap manuruk-nuruk sudah sering dilakukan disaat selesai menikah atau disebut juga maningkir tangga yaitu pihak orang tua dari perempuan datang untuk melihat putrinya ke rumah mertuanya atau diwaktu putrinya melahirkan anak, karena orang tua perempuan sudah sering datang mengunjungi putrinya maka dalam tahap upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu tidak ada lagi dikatakan tahap manuruk-nuruk.

Acara pasahat situtungon kurang lebih sama dengan acara marhata sinamot yaitu acara untuk menyepakati:

a. Sejumlah siringgit sitiosuara/sihumisik(uang) yang akan diberikan paranak kepada parboru untuk pelaksanaan pesta adat tersebut

b. Sejumlah siringgit sitiosuara/sihumisik(uang) yang disepakati diatas apakah mencakup parjambar nagok pamarai, pariban, tulang, dan simandokhon atau tidak

c. Jumlah ulos yang akan diberikan parboru kepada paranak pada saat pesta adat tersebut

d. Penentuan pelaksanaan hari H pesta tersebut e. Tempat pelaksaan pesta tersebut

f. Jumlah undangan pihak paranak dan pihak parboru g. Pembagian jambar juhut

h. Ada atau tidaknya hiburan musik atau gondang

i. Diadakan atau tidaknya tortor las ni roha diakhir acara

Hal-hal diatas itulah yang disepakati di acara pasahat situtungon kurang lebih sama dengan acara marhata sinamot hanya saja istilah sinamot tidak lagi disebut dalam upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu tetapi situtungon atau batu ni sulang-sulang. Situtungon disebut karena jumlah uang/siringgit sitiosuara yang diterima parboru ituadalah untuk keperluan pesta adat bahkan ada kalanya pihak parboru membantu menambahi biaya demi pesta itu dapat dilaksanakan dan berlangsung dengan baik.

4.2.3 Martonggo Raja dan Marria Raja

Dalam rangka menghadapi pesta mangadati atau pasahat sulang-sulang pahompu sebagaimana menghadapi pesta unjuk perlu juga diadakan acara martonggo raja di pihak paranak dan marria raja di pihak parboru. Acara ini dilakukan untuk menyerahkan pelaksanaan pesta kepada dongan tubu dan boru/bere agar pesta itu dirasakan sebagai pestanya sendiri.

Dungi dongan sahuta paranak mandokhon: sai jolo ninangnang do asa ni nungnung sai jolo pinangan do asa sinungkun ba nuaeng pe manungkun ma hami dihasuhuton: dia ma matana dia ma haltona

Dia ma hatana dia nidokna boti ma.

Kemudian Teman semarga kampung pihak laki-laki berbicara:

Artinya:

lebih dulu dimakan baru ditanya ya sekarang kami mau bertanya kepada hasuhutan dimana matanya dimana buah arennya dimana katanya dimana yang dikatakannya begitulah kira-kira.

Dungi raja parhata sian suhut mengalusi: gabe jala horas di hita saluhutna sai mamasu-masu ma Tuhan ta lam di tambai di hami hagabeon dohot pansamotan tu joloan ni arion ia taringot di sungkun-sungkun mu na i rajanami taringot di hata sipanganon i ba sipanganon panggabeon parhorasan do lapatanna boti ma raja nami.

Kemudian protokol dari suhut menjawab:

Artinya: sehat dan damailah bagi kita semuanya semoga Tuhan memberkati dan ditambahi keturunan bagi kami dan kesediaan kedepannya teringat pada pertanyaan-pertanyaan kalian raja kami teringat pada kata yang dimakan itu jadilah makanan yang menjadi kesehatan, kesejahtraan lah artinya begitulah raja kami.

Dungi dongan sahuta paranak mangalusi: ba molo songoni do hape na uli ma tutu sai asima rohani Tuhan ta pardenggan basa i sai di tambahi dope pasu-pasu di hamu tu joloan ni arion bagot na marhalto ma na tubu dirobean ba sai horas ma hami na manganhon ba sai lam tamba ma dihamu na mangalean

Kemudian teman semarga sekampung menjawab: ya kalau begitu baiklah itu semoga Tuhan maha pengasih mengasihi kita semoga berkatnya ditambahi kepada kalian kedepannya pohon aren yang berbuah yang tumbuh di ladang ya semoga sejahteralah kami yang memakan semoga semakin bertambah berkat bagi kalian yang memberikan.

Dalam acara inilah dilakukan pembagian tugas agar masing-masing bertanggung jawab dan memiliki persiapan dengan demikian, acara pesta dapat berjalan lancar dan baik. Perlu diketahui umumnya pelaksanaan pesta adat pasahat sulang-sulang pahompu dilaksanakan di tempat kediaman pihak paranak oleh karena itu, pihak paranak lah yang menyediakan dan mempersiapkan pesta dan menjadi tuan rumah, hal-hal yang perlu disepakati di acara martonggo raja dan marria raja tidak jauh berbeda dengan martonggo raja dan marria raja menjelang pesta unjuk.

Hal-hal yang disepakati dalam acara martonggo raja adalah sebagai berikut:

I. Di acara martonggo raja oleh pihak paranak 1. Masalah tempat dan komsumsi

2. Penerima tamu

3. Menentukan protokol dan pemandu tamu

4. Boru yang bertugas menerima bawaan hula-hula

5. Orang yang menyampaikan pemberian tudu-tudu sipanganon 6. Orang yang memimpin doa makan dan sekaligus mempersilahkan

undangan makan

7. Orang yang membagi dan menyampaikan sulang-sulang ke pada hula-hula 8. Menentukan pembagian jambar bila jambar taripar masih ada di beri 9. Boru yang bertugas membagi dengke

10. Menentukan salah satu dongan tubu yang akan menyerahkan acara ke raja parhata

11. Boru yang bertugas menyampaikan pinggan panukunan

12. Menentukan pembicara mewakili dongan tubu dan boru saat pembicaraan resmi

13. Menentukan penerima ulos na marhadohoan sesuai dengan jumlah ulos yang akan diberikan

14. Mengingatkan suhut paranak menyiapkan antara lain: daftar hula-hula, amplop untuk ulos tinonun sadari, amlop panandaion, sesuai dengan yang sudah disepakati dalam acara pasahat situtungon dan uang receh untuk olop-olop

15. Dongan tubu yang bertugas menutup acara dan membagikan olop-olop

16. Mengatur distribusi undangan berdasarkan marompu-ompu atau berdasarkan kumpulan sektor wilayah tempat tinggal

II. Di acara marria raja oleh parboru

1. Mengingatkan agar bersama-sama memasuki tempat acara setelah dipersilahkan paranak

2. Menentukan protokol dan pemandu tamu dari parboru dan hula-hula ketempatnya

3. Menentukan pendamping suhutparboru menyampaikan dengke 4. Menentukan boru penerima bawaan hula-hula

5. Menentukan pembagian jambar dan yang membagi di pesta

6. Menentukan dongan sabutuha yang menyampaikan acara ke raja parhata 7. Menentukan raja parhata dari parboru

8. Menentukan boru yang bertugas mengembalikan pinggan panukunan 9. Menentukan wakil dongan tubu dan boru/bere yang akan berbicara

dalam menyampaikan hata gabe

10. Menentukan siapa saja yang akan memberi ulos

11. Mengingatkan suhut parboru untuk menyiapkan antara lain: daftar hula- hula, amplop untuk pingga n panganan, daftar penerima amplop, amplop untuk tintin marangkup dan uang receh untuk olop-olop

12. Menentukan dongan tubu yang menutup acara dengan doa/martangiang 13. Sebelum pulang mengatur distribusi undangan

Acara martonggo raja dan marria raja tidaklah jauh berbeda dengan acara martonggo raja/marria raja menjelang pesta unjuk. Tujuan dilaksanakannya acara martonggo raja adalah untuk melancarkan berjalannya acara dengan baik dan hikmat.

4.2.4 Bentuk Pelaksanaan Pesta Upacara Adat Pasahat Sulang-

4.2.4 Bentuk Pelaksanaan Pesta Upacara Adat Pasahat Sulang-