• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.3 Bentuk, Fungsi, Dan Makna Upacara Adat Pasahat Sulang-

4.3.3 Analisis Bentuk Konteks Upacara Adat Pasahat Sulang-

Konteks, merupakan kondisi yang berkenaan dengan budaya, sosial, situasi, dan ideologi tradisi lisan.

Analisis konteks upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu dan berbalas pantun/umpama/umpasa yang digunakan dalam upacara berkaitan dengan prosesi tradisi upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu, konteks upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu dan berbalas pantun yang dideskripsikan dan dianalisis dalam penelitian ini didasarkan pada prosesi adat pasahat sulang-sulang pahompu.

Pasahat adat sulang-sulang pahompu merupakan rangkaian tradisi adat dalam upacara suku Batak Toba. Analisis ini terfokus pada peristiwa rangkaian upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu pada saat paranak dan parboru saling berinteraksi dengan pemberian tudu-tudu sipanganon, pemberian dengke saur, pembagian jambar pemberian ulos, dan penyerahan batu sulang, dll.

Konteks adalah situasi yang ada disekitar ketika sebuah peristiwa adat berlangsung. Analisis konteks pada tradisi upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu bertujuan agar lebih mudah memahami nilai-nilai budaya adat Batak Toba pada tradisi upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu dengan demikian pemahaman nilai-nilai kearifan lokal masyarakat di Simatupang dengan mudah dapat diketahui.

Pada rangkaian upacara ada beberapa konteks yang penulis lihat yang meliputi upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu yakni budaya, konteks sosial, konteks situasi, dan konteks ideologi.

a. Konteks budaya upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu

Falsafah hidup pada masyarakat Batak Toba seperti hamoraon, hagabeon, hasangapon merupakan suatu pedoman yang mengatur tatanan adat istiadat sebagai falsafah hidup dalam masyarakat Batak Toba. Dan juga halnya dalam dalihan na tolu yakni somba marhula-hula, manat mardongan tubu, elek marboru.

Hal ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan atau diubah dalam adat Batak karena kedudukan dalihan na tolu sangat berperan penting dan juga memiliki perannya masing-masing sesuai posisi mereka ditempatkan dalam adat Batak. Falsafah hidup pada masyarakat Batak mengandung nilai-nilai luhur yang tidak tertulis tetapi sudah menyatu dan menjadi aturan dan ketentuan yang mengikat batin diantara masyarakat yang beradat.

Upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu bertujuan untuk melunasi adat yang sebelumnya belum dibayar kepada pihak hula-hula. Dengan adanya upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu juga menjalin hubungan silahturahmi kekeluargaan antara pihak paranak dan parboru menjadi terikat dan tetap terjaga.

b. Konteks sosial upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu

Konteks sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang-orang yang ikut terlibat dan berperan dalam pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu baik itu sebagai tokoh adat, pelaku adat, protokol, paranak, parboru,bona niari, bona tulang, tulang rorobot dan juga dalihan natolu pada komunitas pendukung adat Batak Toba.

Pelaku pada tradisi upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu melibatkan banyak pihak seperti parhobas yang menanggung jawabi dalam keperluan perlengkapan pesta seperti bidang komsumsi yang akan menyediakan makanan, dekorasi yang memasang dan menyedikan tenda halaman, dan pemain alat musik yang mengiringi penyelenggara pesta untuk menari dan pengambil dokumentasi yang mengambil peristiwa berlangsungnya pelaksanaan pesta.

Hasil pengamatan di simatupang hubungan sosial dapat diamati pada saat memulai persiapan pada upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu yang diawali dengan marhusip-husip, pasahat situtungan, martonggo raja/marria raja, dan bentuk pelaksanaan pesta adat pasahat sulang-sulang pahompu. Dimana masyarakat disana ikut berperan dan turut membantu apabila tetangganya atau keluarganya akan melaksanakan sebuah pesta mereka rela menunda pekerjaan demi untuk ikut berpartisipasi untuk membantu pelaksanaan pesta. Hal itu juga diakibatkan karena adanya hubungan sosial yang sudah terjalin atau memiliki hubungan kekelurgaan/semarga atau memiliki posisi sebagai apa perannya di dalam dalihan na tolu.

Tradisi upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu secara konteks sosial berfungsi menjalin hubungan sosial. Sehingga membangun kerjasama dan solidaritas yang tinggi antar komunitas adat dalihan natolu. Konteks sosial pada struktur kemasyarakatan yang patriat sebagai identitas yang dibentuk berdasarkan hubungan darah dan marga.

c. Konteks situasi upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu

Upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu merupakan salah satu upacara adat dalam masyarakat Batak Toba. Tujuan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu untuk melunasi dan membayar adat yang sebelumnya belum dibayar kepada pihak hula-hula. Selain itu tujuan dilaksanakan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu supaya tidak dikatakan tidak beradat, dan apabila suatu hari nanti mereka akan melaksanakan suatu pesta mereka bisa melaksanakan pesta tersebut karena mereka telah membayar hutang adat mereka kepada pihak hula-hula.

Pada konteks situasi terjadi hubungan dengan situasi waktu, tempat, alat dan bahan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu. Konteks situasi mengacu pada kondisi situasi waktu dan tempat, situasi alat dan bahan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu. Penetapan waktu upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu disesuaikan dengan kesempatan dan luangnya waktu, tanggal, hari, dan bulan dan tahun. Tempat pelaksanaan tradisi upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu disesuaikan dan telah disepakati bersama oleh pihak paranak dan parboru sebelumnya, apakah akan dilaksanakan di kediaman pihak paranak atau parboru. Namun pada umumnya pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu dilaksanakan di kediaman pihak paranak.

Waktu pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu biasanya dimulai pada pagi hari sampai selesai. Konteks situasi alat dan bahan-bahan pada tradisi upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu seperti sihumisik, ulos, beras sipir ni tondi, tandok, dengke, juhut na marsaudara, pisau, piring, dan

napuran/sirih adalah bahan-bahan dalam kondisi baik yang digunakan dalam upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu.

d. Konteks ideologi upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu

Konteks ideologi sebagai kepercayaan, keyakinan, dan nilai yang dianut bersama oleh komunitas adat. Konteks ideologi upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu adalah suatu sistem kepercayaan masyarakat Batak yang memandang suatu adat istiadat sebagai suatu keyakinan adat.

Disamping itu mereka yang telah melaksanakan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu sudah dianggap sah dan diakui dalam paradatan karena telah membayar hutang adatnya yang sebelumnya belum dibayar. Sehingga ketika ingin melaksanakan pesta nantinya sudah bisa melaksanakannya.

4.4 Makna Upacara Adat Pasahat Sulang-Sulang Pahompu 4.4.1 Makna upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu

Apabila dimaknai dari segi bentuk pelafalannya upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu merupakan sebuah penyampaian permohonan maaf sekaligus penyampaian terimakasih dari seorang anak kepada neneknya atau kepada pamannya atas perbuatan orang tua mereka dulu yang belum sempat melaksanakan atau membayar adat mereka kepada pihak hula-hula nya. Sehingga orang tua nya masih memiliki hutang adat karena itulah seorang anak menyampaikan permohonan maaf kepada pihak hula-hula dari ibunya.

Dan karena orang tua nya telah mampu melaksanakan atau membayar hutang adatnya maka si anak menyampaikan terimakasih kepada pihak hula-hula dari

ibunya dengan memberikan berupa siringgit sitiosuara/sihumisik yang di letakkan dalam sebuah piring yang berisi boras sipir ni tondi dan napuran tiar. Makna pemberian ini diartikan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada pihak hula-hula/tulang seperti dalam dalihan na tolu yang berbunyi somba marhula-hula karena hula-hula dianggap sebagai pemberi berkat dan restu bagi keluarga ditambah posisi hula-hula berada di posisi paling atas pada dalihan natolu.

Oleh karena itu bagi pasangan keluarga yang belum melaksanakan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu dianggap masih memiliki hutang adat dalam peradatan dalam suku Batak Toba. Tetapi apabila pasangan keluarga tersebut telah melaksanakannya maka dianggap tidak memiliki hutang adat lagi karena telah dibayar atau telah dikukuhkan pernikahan pasangan keluarga tersebut secara adat dengan dihadiri pihak dalihan na tolu seperti hula-hula, dongan tubu, boru, dan juga dongan sahuta. Dengan pelaksanaan tersebut pasangan keluarga yang telah melaksanakannya dapat diakui dan diterima dalam peradatan adat pada suku Batak Toba.

4.4.2 Makna bentuk pelaksanaan pesta Upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu yaitu meliputi hal-hal berikut ini:

1. Bentuk acara kebaktian yaitu bermakna sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas terlaksananya acara pelaksanaan pasahat sulang-sulang pahompu.

2. Bentuk acara mameme/panomu-nomuon yaitu bermakna sebagai sukacita pihak paranak dan parboru dalam menyambut hula-hula mereka.

3. Bentuk pemberian tudu-tudu sipanganon yaitu bermakna sebagai tanda penghormatan kepada pihak hula-hula dan sebagai kerendahan hati yang membawa makanan walaupun makanan yang dihidangkan tidak seberapa. Dan juga bermakna sebagai suatu kewajiban yang dianggap sebagai sebuah penghormatan tertinggi kepada pihak hula-hula.

4. Bentuk pemberian dengke simudur-udur/dengke saur yaitu bermakna sebagai tanda rasa senang atas rasa simpati pihak paranak kepada pihak parboru.

5. Bentuk acara makan bersama yaitu bermakna sebagai ucapan terimakasih kepada Tuhan dan seluruh undangan.

6. Bentuk pembicaraan adat/manghatai adat yaitu bermakna sebagai suatu awalan untuk memulai suatu pembicaraan selanjutnya dalam sebuah adat istiadat, dan bermakna sebagai suatu penghargaan dalam suatu adat Batak yang memberikan kesempatan untuk dapat menyampaikan pendapat dari pihak-pihak yang terlibat.

7. Bentuk penyerahan batu sulang yaitu bermakna sebagai suatu penghargaan dan penghormatan serta ucapan terimakasih kepada pihak hula-hula/parboru.

8. Bentuk pembagian jambar yaitu bermakna sebagai wujud rasa syukur dan pengharapan pihak paranak apa yang diberikan dapat menjadi kelimpahan dan kebahagiaan mereka.

9. Bentuk pemberian boras sipir ni tondi yaitu bermakna sebagai lambang pengharapan kiranya si penerima keras semangatnya dan juga sebagai dukungan kepada suhut yang melaksanakan adat tersebut.

10. Bentuk pemberian ulos yaitu bermakna sebagai sebagai suatu harapan yang dapat membuat kehangatan jiwa dan menjadi keras yaitu mempunyai daya tahan tubuh yang sehat, dan juga sebagai lambang kasih sayang dari pihak hula-hula terhadap pihak paranak.

11. Bentuk pemberian tumpak yaitu bermakna sebagai dukungan secara materiyang diberikan kepada pihak paranak sesuai dengan kewajiban adat sesuai posisi seseorang di acara tersebut.

12. Bentuk olop-olop yaitu bermakna sebagai rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan dan semua orang yang ikut berperan dalam melancarkan berjalannya acara dengan baik. Dengan mengucapkan kata horas dan olop-olop sebanyak tiga kali.

4.5 Fungsi Upacara Adat Pasahat Sulang-Sulang Pahompu

Upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu berfungsi sebagai berikut:

1. Sebagai pengukuhan pesta adat pernikahan yang tertunda sebelumnya. Supaya hutang adat sebelumnya dapat dibayar atau dilunasi kepada pihak hula-hula.

2. Sebagai suatu seni pertunjukan/sebuah performansi yang dapat dinikmati dengan mengamati dan memperhatikan bagaimana gerak gerik pelaku-pelaku adat di dalamnya seperti gerak manortor, penggunaan umpasa/umpama yang digunakan dalam upacara, dan pemberian tudu-tudu sipanganon, penyerahan batu sulang, dan pemberian ulos dan penutup acara.

3. Pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu Sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan bagi masyarakat Batak Toba.

4. Supaya seseorang tersebut tidak dikatakan sebagai orang yang tidak beradat/tidak memiliki adat apalagi khususnya sebagai orang Batak.

5. Sebagai suatu penghargaan dan penghormatan kepada pihak hula-hula bagi pasangan keluarga yang melaksanakannya seperti tertulis dalam dalihan na tolusomba marhula-hula.

6. Sebagai suatu pemersatu jalinan silahturahmi kekeluargaan diantara dalihan na tolu baik hula-hula, dongan tubu, boru, dan dongan sahuta.

4.6 Nilai-Nilai Tradisi yang Terdapat Dalam Upacara Adat Pasahat Sulang-Sulang Pahompu

Nilai-nilai yang terdapat dalam upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Nilai Religi/rasa syukur

Sebelum acara adat dilaksanakan terlebih dahulu melakukan doa sebelum memulai acara supaya Tuhan memberkati acara tersebut berjalan dengan baik dan lancar sesuai yang diharapkan.

Hal itu dapat ditunjukkan dengan teks sebagai berikut:

Mauliate gok puji-pujian i sombahon rohanami na pungu diadopanmu Tuhan alani denggan basam do asiniroham napungu hami ro marsomba di bagasan sadarion i ma ale Tuhan na pasahat sulang-sulang pahompu anak dohot borunami, alani mangido hami tuadopanmu Tuhan jongjong ma punguan nami on asa mardalan on dibagasan dame, dohot lasniroha nang songoni borunami ima na pasahat sulang-sulang pahompu nasida sonari mangido dope hami asa

tontong dalanni pasu-pasu di ulaon on, marhite i ma ale Tuhan ho ma tongtong jongjong dipunguan nami sadarion hupasahat hami ma marhite Tuhan jesus kristus martangiang hami tu ho amin.

Artinya : Terimakasih banyak hati kami menyembah berkumpul dihadapanmu Tuhan karena anugrah dan kasih karuniamu kami berkumpul datang untuk menyembah pada satu hari ini karena itu Tuhan yang menyampaikan sulang-sulang cucu anak dan putri kami, karena itu kami meminta dihadapanmu Tuhan kami berdiri dan berkumpul supaya berjalan damai, dan sukacita begitupun anak dan putri kami yang menyampaikan sulang-sulang cucu mereka sekarang meminta kami supaya acara ini berjalan dan diberkati melalui itulah Tuhan engkaulah yang berdiri berkumpul bersama kami pada satu hari ini kami menyampaikan acara ini melalui Tuhan Yesus Kristus kami berdoa amin.

Dalam pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu kita mengetahui bahwa disana terdapat nilai keagamaan/religi dimana sebelum memulai acara terlebih dahulu mereka berdoa kepada Tuhan supaya acara bisa berjalan dengan baik dan lancar dengan menyerahkan acara mereka kepada Tuhan supaya Tuhan memberkati acara tersebut dan itu menjadi suatu tradisi/kebiasaan yang tetap dilakukan oleh penyelenggara pesta.

2. Nilai Gotong Royong/Kerja Sama

Proses pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu tidak dapat berjalan lancar jika masyarakat hanya bekerja sendiri-sendiri. Mereka harus dapat bertanggung jawab dan bermusyawarah, menjaga kerukunan dan bergotong royong dalam membantu pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang

pahompu. Sehingga tidak menimbulkan permasalahan saat mempersiapkan acara upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu.

Hal itu dapat ditunjukkan dengan perantaan teks sebagai berikut:

Pelaku pada tradisi upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu melibatkan banyak pihak seperti parhobas yang menanggung jawabi dalam keperluan perlengkapan pesta seperti bidang komsumsi yang akan menyediakan makanan, dekorasi yang memasang dan menyedikan tenda halaman, dan pemain alat musik yang mengiringi penyelenggara pesta untuk menari dan pengambil dokumentasi yang mengambil peristiwa berlangsungnya pelaksanaan pesta. Tanpa adanya partisipasi atau orang-orang yang turut ikut membantu suatu pelaksanaan acara tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kerja sama dari orang-orang yang ikut berperan.

3. Nilai seni

Sebuah acara upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu merupakan sebuah pertunjukan/performansi yang dapat ditonton dan diamati oleh penonton tentang bagaimana tahap-tahap pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu.

Hal itu dapat ditunjukkan dengan perantaraan teks sebagai berikut:

konteks upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu dan berbalas pantun/umpama/umpasa yang digunakan dalam upacara berkaitan dengan prosesi tradisi upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu. Upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu pada saat paranak dan parboru saling berinteraksi

dengan pemberian tudu-tudu sipanganon, pemberian dengke saur, pembagian jambar pemberian ulos, dan penyerahan batu sulang.

Hal-hal diatas merupakan suatu rangkaian peristiwa yang dipertunjukkan yang bisa dilihat dengan mata dan dapat diamati.

4. Nilai ekonomi

Pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu memiliki nilai ekonomi yaitu berupa biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu. Hal ini dapat ditunjukkan dengan perantara teks sebagai berikut:

Sejumlah siringgit sitiosuara/sihumisik(uang) yang akan diberikan paranak kepada parboru untuk pelaksanaan pesta adat tersebut dan Sejumlah siringgit sitiosuara/sihumisik (uang) yang disepakati diatas apakah mencakup parjambar nagok pamarai, pariban, tulang, dan simandokhon atau tidak.

5. Nilai kesopansantunan

Dalam pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu terdapat nilai kesopan santunan hal itu bisa di temukan bagaima cara pihak paranak dalam berbicara dan menyambut pihak hula-hula dengan baik serta dengan bahasa yang sopan seperti kata raja nami yang sering di sebutkan dalam setiap upacara di adat Batak. Penyebutan kata raja nami merupakan sebuah bahasa yang menunjukkan posisi hula-hula berada di atas dan juga dihormati yang dimana pihak hula-hula adalah pihak yang dapat memberikan berkat bagi paranak.

hal itu dapat ditunjukkan dengan teks sebagai berikut:

Jadi rajanami songoni nangkin ondope ompasna na boi mandapothon raja i

Jala nunga apala tangkas dibereng hamu jadi mangido ma hami asa pasu-pasu hamu hami anakkonmunaon, borumunaon, dohot pahompunaon, jala tungsongononpe na boi i pasahat hami raja nami tu hamu somba ni hami

Las ma rohamu.

Artinya: Jadi raja kami inilah waktu yang bisa kami untuk menjumpai kalian raja kami jadi sudah begitu jelas kalian lihat jadi kami meminta supaya kalian memberikan berkat kepada anak kami, putri kami, dan cucu kami, jadi walaupun seperti ini yang bisa kami sampaikan raja kami kepada kalian sembah kami Bersukacitalah kalian.

6. Nilai kerja keras

Dalam pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu tidak akan terlaksana tanpa sebuah kerja keras dari orang-orang yang ikut berperan dalam membantu pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu.

Dengan berbagai upaya-upaya yang dilakukan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang di perlukan dalam pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu.

7. Pengelolaan Gender

Dalam pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu juga terdapat pengelolaan gender, biasanya dalam pelaksanaan upacara pasahat sulang-sulang pahompu tersebut tidak hanya laki-laki yang terdapat dalam acara tersebut tetapi juga terdapat perempuan yang ikut berperan untuk membantu pelaksanaan acara tersebut.

8. Kesetiakawanan sosial

Dengan hadirnya dalihan na tolu seperti hula-hula, dongan tubu, dan boru serta dongan sahuta merupakan suatu tanda yang menunjukkan sikap kesetiakawanan sosial dimana ketika seseorang melaksanakan suatu pesta selalu dihadiri oleh pihak dalihan na tolu beserta dongan sahuta yang ikut membantu pelaksanaan sebuah acara pesta tersebut dan bahkan demi untuk menghadiri dan mengikuti pelaksanaan suatu pesta, pihak-pihak dalihan na tolu beserta dongan sahuta rela menunda pekerjaan demi untuk menghargai sebuah undangan yang telah mereka terima dari pelaksana pesta. Dengan datangnya mereka menghadiri acara tersebut merupakan suatu sikap yang menunjukkan bahwa mereka memiliki sikap kesetiakawanan sosial kepada pelaksana pesta.

9. Sikap kerukunan dan penyelesaian konflik

Dalam pelaksanaan suatu acara/pesta tentu tidak terlepas dari sebuah permasalahan seperti permasalahan biaya yang diperlukan apakah dapat memenuhi segala keperluan atau tidak, tetapi masalah tersebut dapat diselesaikan apabila semua pihak ikut membantu demi untuk menyelesaikan masalah tersebut Pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu dapat dilaksanakan dengan sikap yang rukun yang dimiliki semua pihak sehingga dengan sikap yang rukun itulah yang dapat menyelesaikan suatu masalah, sehingga pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu dapat dilaksanakan.

10. Peduli Lingkungan

Pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu juga terdapat sikap peduli lingkungan dalam konteks pelaksanaan suatu pesta di kampung dimana ketika seseorang melaksanakan suatu pesta selalu terlebih dahulu

membersihkan pekarangan rumahnya supaya terlihat bersih dan juga menunjukkan sikap yang peduli kepada lingkungannya seperti mengundang orang-orang yang tinggal dekat lingkungannya atau tidak hanya pihak dalihan na tolu yang hanya di undang, dan setiap selesai pelaksanaan suatu pesta maka pihak pelaksana suatu pesta akan membersihkan kembali halaman/ tempat pelaksanaan pesta supaya bersih kembali karena biasanya orang melaksanakan suatu pesta yaitu menggunakan halaman rumah sendiri karena belum adanya gedung/wisma yang dibangun pada waktu dulu. Dari sikap itulah terdapat suatu sikap yang peduli dengan lingkungan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan penjelasan diatas maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Upacara pasahat sulang-sulang pahompu merupakan sebuah pengukuhan atas pernikahan adat yang tertunda sebelumnya.

2. Upacara pasahat sulang-sulang pahompu dilaksanakan ketika sudah memiliki keturunan.

3. Upacara pasahat sulang-sulang pahompu dilaksanakan dan dihadiri oleh pihak dalihan natolu.

Upacara pasahat sulang-sulang pahompu memiliki tahap-tahapan seperti tahap a. marhusip-husip, b. pasahat situtungon/pasinaru parsigambiri c. tahap martonggo raja/marria raja, dan d.bentuk pelaksanaan pesta upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu. Dan juga dalam bentuk pelaksanaan pesta upacara adat pasahat sualang-sulang pahompu juga memiliki tahapan yang meliputi 1. Acara kebaktian, 2. Acara mameme/panomu-nomuon, 3. pemberian tudu-tudu sipanganon, 4. Pemberian dengke simudur-udur/dengke saur, 5.Acara makan

Upacara pasahat sulang-sulang pahompu memiliki tahap-tahapan seperti tahap a. marhusip-husip, b. pasahat situtungon/pasinaru parsigambiri c. tahap martonggo raja/marria raja, dan d.bentuk pelaksanaan pesta upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu. Dan juga dalam bentuk pelaksanaan pesta upacara adat pasahat sualang-sulang pahompu juga memiliki tahapan yang meliputi 1. Acara kebaktian, 2. Acara mameme/panomu-nomuon, 3. pemberian tudu-tudu sipanganon, 4. Pemberian dengke simudur-udur/dengke saur, 5.Acara makan