• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.5 Fungsi Upacara Adat Pasahat Sulang-Sulang Pahompu

Upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu berfungsi sebagai berikut:

1. Sebagai pengukuhan pesta adat pernikahan yang tertunda sebelumnya. Supaya hutang adat sebelumnya dapat dibayar atau dilunasi kepada pihak hula-hula.

2. Sebagai suatu seni pertunjukan/sebuah performansi yang dapat dinikmati dengan mengamati dan memperhatikan bagaimana gerak gerik pelaku-pelaku adat di dalamnya seperti gerak manortor, penggunaan umpasa/umpama yang digunakan dalam upacara, dan pemberian tudu-tudu sipanganon, penyerahan batu sulang, dan pemberian ulos dan penutup acara.

3. Pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu Sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan bagi masyarakat Batak Toba.

4. Supaya seseorang tersebut tidak dikatakan sebagai orang yang tidak beradat/tidak memiliki adat apalagi khususnya sebagai orang Batak.

5. Sebagai suatu penghargaan dan penghormatan kepada pihak hula-hula bagi pasangan keluarga yang melaksanakannya seperti tertulis dalam dalihan na tolusomba marhula-hula.

6. Sebagai suatu pemersatu jalinan silahturahmi kekeluargaan diantara dalihan na tolu baik hula-hula, dongan tubu, boru, dan dongan sahuta.

4.6 Nilai-Nilai Tradisi yang Terdapat Dalam Upacara Adat Pasahat Sulang-Sulang Pahompu

Nilai-nilai yang terdapat dalam upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Nilai Religi/rasa syukur

Sebelum acara adat dilaksanakan terlebih dahulu melakukan doa sebelum memulai acara supaya Tuhan memberkati acara tersebut berjalan dengan baik dan lancar sesuai yang diharapkan.

Hal itu dapat ditunjukkan dengan teks sebagai berikut:

Mauliate gok puji-pujian i sombahon rohanami na pungu diadopanmu Tuhan alani denggan basam do asiniroham napungu hami ro marsomba di bagasan sadarion i ma ale Tuhan na pasahat sulang-sulang pahompu anak dohot borunami, alani mangido hami tuadopanmu Tuhan jongjong ma punguan nami on asa mardalan on dibagasan dame, dohot lasniroha nang songoni borunami ima na pasahat sulang-sulang pahompu nasida sonari mangido dope hami asa

tontong dalanni pasu-pasu di ulaon on, marhite i ma ale Tuhan ho ma tongtong jongjong dipunguan nami sadarion hupasahat hami ma marhite Tuhan jesus kristus martangiang hami tu ho amin.

Artinya : Terimakasih banyak hati kami menyembah berkumpul dihadapanmu Tuhan karena anugrah dan kasih karuniamu kami berkumpul datang untuk menyembah pada satu hari ini karena itu Tuhan yang menyampaikan sulang-sulang cucu anak dan putri kami, karena itu kami meminta dihadapanmu Tuhan kami berdiri dan berkumpul supaya berjalan damai, dan sukacita begitupun anak dan putri kami yang menyampaikan sulang-sulang cucu mereka sekarang meminta kami supaya acara ini berjalan dan diberkati melalui itulah Tuhan engkaulah yang berdiri berkumpul bersama kami pada satu hari ini kami menyampaikan acara ini melalui Tuhan Yesus Kristus kami berdoa amin.

Dalam pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu kita mengetahui bahwa disana terdapat nilai keagamaan/religi dimana sebelum memulai acara terlebih dahulu mereka berdoa kepada Tuhan supaya acara bisa berjalan dengan baik dan lancar dengan menyerahkan acara mereka kepada Tuhan supaya Tuhan memberkati acara tersebut dan itu menjadi suatu tradisi/kebiasaan yang tetap dilakukan oleh penyelenggara pesta.

2. Nilai Gotong Royong/Kerja Sama

Proses pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu tidak dapat berjalan lancar jika masyarakat hanya bekerja sendiri-sendiri. Mereka harus dapat bertanggung jawab dan bermusyawarah, menjaga kerukunan dan bergotong royong dalam membantu pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang

pahompu. Sehingga tidak menimbulkan permasalahan saat mempersiapkan acara upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu.

Hal itu dapat ditunjukkan dengan perantaan teks sebagai berikut:

Pelaku pada tradisi upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu melibatkan banyak pihak seperti parhobas yang menanggung jawabi dalam keperluan perlengkapan pesta seperti bidang komsumsi yang akan menyediakan makanan, dekorasi yang memasang dan menyedikan tenda halaman, dan pemain alat musik yang mengiringi penyelenggara pesta untuk menari dan pengambil dokumentasi yang mengambil peristiwa berlangsungnya pelaksanaan pesta. Tanpa adanya partisipasi atau orang-orang yang turut ikut membantu suatu pelaksanaan acara tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kerja sama dari orang-orang yang ikut berperan.

3. Nilai seni

Sebuah acara upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu merupakan sebuah pertunjukan/performansi yang dapat ditonton dan diamati oleh penonton tentang bagaimana tahap-tahap pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu.

Hal itu dapat ditunjukkan dengan perantaraan teks sebagai berikut:

konteks upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu dan berbalas pantun/umpama/umpasa yang digunakan dalam upacara berkaitan dengan prosesi tradisi upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu. Upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu pada saat paranak dan parboru saling berinteraksi

dengan pemberian tudu-tudu sipanganon, pemberian dengke saur, pembagian jambar pemberian ulos, dan penyerahan batu sulang.

Hal-hal diatas merupakan suatu rangkaian peristiwa yang dipertunjukkan yang bisa dilihat dengan mata dan dapat diamati.

4. Nilai ekonomi

Pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu memiliki nilai ekonomi yaitu berupa biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu. Hal ini dapat ditunjukkan dengan perantara teks sebagai berikut:

Sejumlah siringgit sitiosuara/sihumisik(uang) yang akan diberikan paranak kepada parboru untuk pelaksanaan pesta adat tersebut dan Sejumlah siringgit sitiosuara/sihumisik (uang) yang disepakati diatas apakah mencakup parjambar nagok pamarai, pariban, tulang, dan simandokhon atau tidak.

5. Nilai kesopansantunan

Dalam pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu terdapat nilai kesopan santunan hal itu bisa di temukan bagaima cara pihak paranak dalam berbicara dan menyambut pihak hula-hula dengan baik serta dengan bahasa yang sopan seperti kata raja nami yang sering di sebutkan dalam setiap upacara di adat Batak. Penyebutan kata raja nami merupakan sebuah bahasa yang menunjukkan posisi hula-hula berada di atas dan juga dihormati yang dimana pihak hula-hula adalah pihak yang dapat memberikan berkat bagi paranak.

hal itu dapat ditunjukkan dengan teks sebagai berikut:

Jadi rajanami songoni nangkin ondope ompasna na boi mandapothon raja i

Jala nunga apala tangkas dibereng hamu jadi mangido ma hami asa pasu-pasu hamu hami anakkonmunaon, borumunaon, dohot pahompunaon, jala tungsongononpe na boi i pasahat hami raja nami tu hamu somba ni hami

Las ma rohamu.

Artinya: Jadi raja kami inilah waktu yang bisa kami untuk menjumpai kalian raja kami jadi sudah begitu jelas kalian lihat jadi kami meminta supaya kalian memberikan berkat kepada anak kami, putri kami, dan cucu kami, jadi walaupun seperti ini yang bisa kami sampaikan raja kami kepada kalian sembah kami Bersukacitalah kalian.

6. Nilai kerja keras

Dalam pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu tidak akan terlaksana tanpa sebuah kerja keras dari orang-orang yang ikut berperan dalam membantu pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu.

Dengan berbagai upaya-upaya yang dilakukan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang di perlukan dalam pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu.

7. Pengelolaan Gender

Dalam pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu juga terdapat pengelolaan gender, biasanya dalam pelaksanaan upacara pasahat sulang-sulang pahompu tersebut tidak hanya laki-laki yang terdapat dalam acara tersebut tetapi juga terdapat perempuan yang ikut berperan untuk membantu pelaksanaan acara tersebut.

8. Kesetiakawanan sosial

Dengan hadirnya dalihan na tolu seperti hula-hula, dongan tubu, dan boru serta dongan sahuta merupakan suatu tanda yang menunjukkan sikap kesetiakawanan sosial dimana ketika seseorang melaksanakan suatu pesta selalu dihadiri oleh pihak dalihan na tolu beserta dongan sahuta yang ikut membantu pelaksanaan sebuah acara pesta tersebut dan bahkan demi untuk menghadiri dan mengikuti pelaksanaan suatu pesta, pihak-pihak dalihan na tolu beserta dongan sahuta rela menunda pekerjaan demi untuk menghargai sebuah undangan yang telah mereka terima dari pelaksana pesta. Dengan datangnya mereka menghadiri acara tersebut merupakan suatu sikap yang menunjukkan bahwa mereka memiliki sikap kesetiakawanan sosial kepada pelaksana pesta.

9. Sikap kerukunan dan penyelesaian konflik

Dalam pelaksanaan suatu acara/pesta tentu tidak terlepas dari sebuah permasalahan seperti permasalahan biaya yang diperlukan apakah dapat memenuhi segala keperluan atau tidak, tetapi masalah tersebut dapat diselesaikan apabila semua pihak ikut membantu demi untuk menyelesaikan masalah tersebut Pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu dapat dilaksanakan dengan sikap yang rukun yang dimiliki semua pihak sehingga dengan sikap yang rukun itulah yang dapat menyelesaikan suatu masalah, sehingga pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu dapat dilaksanakan.

10. Peduli Lingkungan

Pelaksanaan upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu juga terdapat sikap peduli lingkungan dalam konteks pelaksanaan suatu pesta di kampung dimana ketika seseorang melaksanakan suatu pesta selalu terlebih dahulu

membersihkan pekarangan rumahnya supaya terlihat bersih dan juga menunjukkan sikap yang peduli kepada lingkungannya seperti mengundang orang-orang yang tinggal dekat lingkungannya atau tidak hanya pihak dalihan na tolu yang hanya di undang, dan setiap selesai pelaksanaan suatu pesta maka pihak pelaksana suatu pesta akan membersihkan kembali halaman/ tempat pelaksanaan pesta supaya bersih kembali karena biasanya orang melaksanakan suatu pesta yaitu menggunakan halaman rumah sendiri karena belum adanya gedung/wisma yang dibangun pada waktu dulu. Dari sikap itulah terdapat suatu sikap yang peduli dengan lingkungan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan penjelasan diatas maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Upacara pasahat sulang-sulang pahompu merupakan sebuah pengukuhan atas pernikahan adat yang tertunda sebelumnya.

2. Upacara pasahat sulang-sulang pahompu dilaksanakan ketika sudah memiliki keturunan.

3. Upacara pasahat sulang-sulang pahompu dilaksanakan dan dihadiri oleh pihak dalihan natolu.

Upacara pasahat sulang-sulang pahompu memiliki tahap-tahapan seperti tahap a. marhusip-husip, b. pasahat situtungon/pasinaru parsigambiri c. tahap martonggo raja/marria raja, dan d.bentuk pelaksanaan pesta upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu. Dan juga dalam bentuk pelaksanaan pesta upacara adat pasahat sualang-sulang pahompu juga memiliki tahapan yang meliputi 1. Acara kebaktian, 2. Acara mameme/panomu-nomuon, 3. pemberian tudu-tudu sipanganon, 4. Pemberian dengke simudur-udur/dengke saur, 5.Acara makan bersama, 6. Proses pembicaraan adat/manghatai adat, 7. Penyerahan batu sulang, 8. Pembagian jambar, 9. Pemberian boras sipir ni tondi, 10. Pemberian ulos oleh parboru, 11. Pemberian tumpak 12. Acara olop-olop/penutup acara.

4. Upacara pasahat sulang-sulang pahompu merupakan suatu tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasinya sehingga sampai sekarang masih ada yang melaksanakannya.

5. Nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam upacara adat pasahat sulang-sulang pahompu yaitu: 1. Nilai religi, 2. Nilai gotong royong/kerja sama, 3. Nilai seni/pertunjukan, 4. dan Nilai ekonomi, 5. Nilai kesopansantunan, 6. Nilai kerja keras, 7. Pengelolaan gender, 8. Nilai kesetiakawanan sosial, 9. Sikap kerukunan dan penyelesaian konflik, 10. dan Peduli lingkungan.

6. Upacara pasahat sulang-sulang pahompu merupakan suatu kewajiban bagi suku Batak khususnya Batak Toba yang harus dibayar kepada pihak hula-hula supaya diakui sah diterima dalam peradatan dalam suku Batak Toba.

5.2 Saran

Dari penjelasan diatas maka penulis mengambil beberapa saran yaitu sebagai berikut.

1. Sebagai generasi muda khususnya generasi batak harus menjaga dan melestarikan warisan-warisan budaya yang diwariskan nenek moyang kita dulu supaya tetap ada dan tidak punah oleh perubahan zaman yang semakin canggih.

2. Perlu adanya penelitian-penelitian yang dilakukan untuk mengetahui banyaknya budaya-budaya yang belum dikaji atau belum pernah diteliti sama sekali.

3. Mudah-mudahan skripsi ini berguna dan bermanfaat serta dapat menambah wawasan pengetahuan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, (1998). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Rineka cipta, Jakarta.

Basu Swastha, (2002). Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua Cetakan Ke delapan, Penerbit Liberty, Jakarta.

Hutagalung, W, (1963). Adat Taringot Tu Ruhut-Ruhut Ni Pardongan Sa ripeon Di Halak Batak, Pusaka NV, Jakarta.

Koentjaraningrat, (1984). Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka cipta, Jakarta.

Naibaho, Tumbur Haryanto. (2012). “Upacara Sulang-Sulang Pahom pu Pada Etnik Batak Toba: Kajian Semiotika Sosial”, USU, Med an.

Notoatmojo, S, (2010). Metodologi penelitian kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Sibarani, robert, (2014). Kearifan Lokal: Hakikat, Peran, Dan Metode TradisiLisan, Asosiasi tradisi lisan, Jakarta.

Sinaga, Richard, (2012). Perkawinan Adat Dalihan Na tolu Dian Utama, Jakarta.

Sinaga, Roni uli. (2012). ‘‘Upacara Adat Sulang-Sulang Pahompu Etnik Simalungun:Kajian Semiotik”, USU, Medan.

Simamora, Mega Lestari. (2012). ‘‘Tindak Tutur Ilokusi Dalam Upacara Perkawinan Adat Na Gok Batak Toba:

Kajian Pragmatik,” UNIMED, Medan.

Sumadi, 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Rajawali.

Sugiyono, (2010).Metode penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Sugiyono, (1999).Metodologi Penelitian Administrasi, Edisi Kedua, CV Alfa Beta, Bandung.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sihombing, T.M, (1989). Jambar Hata Dongan Tu Ulaon Adat, CV Tulus Jaya, Jakarta.

http: // id. Facebook. batak shop.com acara mangadati/pasahat sulang-su lang Pahompu diakses tanggal 23 Desember 2019.

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Imforman

Imforman 1

Nama : Op. Intan Sianturi Usia : 64 tahun

Pekerjaan : Petani

Agama : Kristen Protestan

Imforman 2

Nama : Op. Padimun Togatorop Usia : 73 tahun

Pekerjaan : Petani/Tokoh Adat Agama : Kristen Protestan

Imforman 3

Nama : Op. Bonardo Sianturi Usia : 75 tahun

Pekerjaan : Petani/Tokoh Adat Agama : Kristen Protestan

Imforman 4

Nama : Op. Labuan Togatorop Usia : 73 tahun

Pekerjaan : Petani/Tokoh Adat Agama : Kristen Protestan

Imforman 5

Nama : Op. Pandang Sianturi Usia : 77 tahun

Pekerjaan : Petani/Tokoh Adat Agama : Kristen Protestan

2. Lampiran Surat