• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Wanita Menopause pada Wanita Perokok di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Wanita Menopause pada Wanita Perokok di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

Karakteristik Wanita Menopause Pada Wanita Perokok Di Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota Tanjungbalai

SKRIPSI Dian Ramadha Sari

Skripsi

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(2)

Judul : Karakteristik Wanita Menopause pada Wanita Perokok di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai

Peneliti : Dian Ramadha Sari

NIM : 071101105

Jurusan : Keperawatan

Tahun : 2009

Tanggal Lulus :

Pembimbing Penguji I

………. ……….

Evi Karota Bukit, S.Kp.MNS Siti Zahara Nasution, S.Kp.MNS

NIP. 1967 1215200003 2001 NIP. 1971 0305200112 2001

Penguji II

………... M. Syukri Tanjung, S.Kep, Ns

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan untuk kelulusan Sarjana Keperawatan ( S.Kep).

Medan,

Pembantu Dekan I

……… Erniyati, S.kp,MNS

(3)

Judul : Karakteristik Wanita Menopause pada Wanita Perokok di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai

Peneliti : Dian Ramadha Sari

NIM : 071101105

Jurusan : Keperawatan

Tahun : 2009

ABSTRAK

Menopause bukan merupakan penyakit melainkan kondisi dimana seorang wanita mencapai masa berhentinya menstruasi. Menopause dikatakan terjadi apabila seorang wanita tidak lagi menstruasi selama 12 bulan. Usia rata-rata untuk mencapainya menopause alami adalah diatas 51 tahun. Bila seorang wanita mencapai menopause pada usia kurang dari atau usia 45 tahun dapat dikatagorikan sebagai menopause dini. Merokok diasumsikan dapat mempercepat datangnya menopause atau menopause dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran karakteristik wanita menopause pada wanita perokok di Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota Tanjungbalai. Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskritif, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposif sampling terhadap 64 responden wanita menopause yang perokok di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai.

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 64 responden wanita

menopause dengan riwayat merokok di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai yang diperoleh dari data demografi yaitu usia responden berada pada rentang kelompok umur 51-55 sebanyak 58%, seluruh responden telah merokok sebelum mereka menopause, usia wanita menopause dengan kelompok umur 46-50 tahun (47%), status sudah menikah (59%) wanita tersebut menikah, jumlah responden yang beragama Islam yaitu (61%), pendidikan responden sampai tamat sekolah menengah umum sederajat (44%), responden yang berwirausaha (45%). Berdasarkan penghasilan, 37 responden (58%) berada pada kelompok berpenghasilan lebih dari 1.000.000. Sedangkan dari data tingkat kebiasaan merokok pada wanita diperoleh data 27 responden (42%) wanita berada pada kondisi perokok ringan dan 59% merupakan kelompok perokok berat. Diketahui bahwa 23 responden telah menopause pada usia kurang dari atau sama dengan 45 tahun dan diantara 23 responden tersebut 17 orang diantaranya adalah kelompok perokok berat.

(4)

PRAKATA

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang

dengan pertolongan-Nya selalu menyertai penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Karakteristik Wanita Menopause pada

Wanita Perokok di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai”. Dan

juga kepada Rasullah SAW sebagai uswatun hasanah, semoga kita memperoleh

syafaatnya dikemudian kelak.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada ibu Evi Karota Bukit, SKp, MNS selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah menyediakan waktu, serta memberi masukan dan arahan yang

berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya kepada

Dekan Fakultas Keperawatan USU Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak

kecamatan terutama Bapak Edwarsyah, S.Sos selaku Camat Tanjungbalai Utara

serta semua staf yang telah membantu penulis dalam mengurus administrasi

penelitian ini.

Terimakasih tidak terhingga kepada keluarga penulis, Bapak Subroto, SE

dan Ibu Marliani selaku Ayah dan Ibu kandung saya yang tidak pernah bosannya

mendoakan saya, memberikan bantuan moril dan materil. Begitu juga kepada Ibu

Rosmini selaku Ibu sekaligus pengasuh saya selama saya menjalani masa studi,

Adik-adik tercinta, Panji, Yudi, Aldo, Momon dan Adiet selaku teman terdekat

(5)

Rica Yolanda, SKp, Yun Rolaz, AMK, Ira Pengek, SE, Ilellibe, AMK, yang selalu

menyumbangkan saran, ide serta kritikannya dan seluruh pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan namanya satu persatu.

Saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam

penyusunan skripsi ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Akhirkata

penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, 22 Desember 2009

(6)

DAFTAR ISI

4.4. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Menopause ... 6

1.1. Definisi Menopause ... 6

1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Menopause ... 7

1.3. Tanda dan Gejala Menopause ... 9

1.4. Karakteristik Menopause Wanita ... 11

1.4.1. Karakteristik Wanita Menopause ... 11

1.4.2. Usia Menopause ... 13

2.Merokok ... 14

2.1. Defenisi Merokok ... 14

2.2. Wanita Perokok ... 15

2.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Aktivitas Merokok ... 16

2.4. Bahaya Merokok ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konseptual ... 20

2. Defenisi Operasional ... 22

2.1 Karakteristik Wanita Menopause ... 22

(7)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 29

1.1. Karakteristik Responden. ... 29

1.2. Kebiasaan Merokok Wanita ... 32

1.3. Tingkat Kebiasaan Merokok ... 34

2. Pembahasan ... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 37

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

2. Instrumen Penelitian

3. Rencana Anggaran Biaya Penelitian

4. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

5. Surat Izin Penelitian dari Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota

Tanjungbalai

6. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kecamatan Tanjungbalai Utara

Kota Tanjungbalai

(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik Wanita Menopause

Pada Wanita Perokok di Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi

responden di Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota Tanjungbalai

(N=64 responden)... 30

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase pengelompokan usia, usia

merokok, dan usia menopause responden... 32

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat

kebiasaan merokok wanita (N=64)... 33

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat kebiasaan

(10)

Judul : Karakteristik Wanita Menopause pada Wanita Perokok di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai

Peneliti : Dian Ramadha Sari

NIM : 071101105

Jurusan : Keperawatan

Tahun : 2009

ABSTRAK

Menopause bukan merupakan penyakit melainkan kondisi dimana seorang wanita mencapai masa berhentinya menstruasi. Menopause dikatakan terjadi apabila seorang wanita tidak lagi menstruasi selama 12 bulan. Usia rata-rata untuk mencapainya menopause alami adalah diatas 51 tahun. Bila seorang wanita mencapai menopause pada usia kurang dari atau usia 45 tahun dapat dikatagorikan sebagai menopause dini. Merokok diasumsikan dapat mempercepat datangnya menopause atau menopause dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran karakteristik wanita menopause pada wanita perokok di Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota Tanjungbalai. Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskritif, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposif sampling terhadap 64 responden wanita menopause yang perokok di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai.

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 64 responden wanita

menopause dengan riwayat merokok di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai yang diperoleh dari data demografi yaitu usia responden berada pada rentang kelompok umur 51-55 sebanyak 58%, seluruh responden telah merokok sebelum mereka menopause, usia wanita menopause dengan kelompok umur 46-50 tahun (47%), status sudah menikah (59%) wanita tersebut menikah, jumlah responden yang beragama Islam yaitu (61%), pendidikan responden sampai tamat sekolah menengah umum sederajat (44%), responden yang berwirausaha (45%). Berdasarkan penghasilan, 37 responden (58%) berada pada kelompok berpenghasilan lebih dari 1.000.000. Sedangkan dari data tingkat kebiasaan merokok pada wanita diperoleh data 27 responden (42%) wanita berada pada kondisi perokok ringan dan 59% merupakan kelompok perokok berat. Diketahui bahwa 23 responden telah menopause pada usia kurang dari atau sama dengan 45 tahun dan diantara 23 responden tersebut 17 orang diantaranya adalah kelompok perokok berat.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Kodratinya, seorang wanita tetap akan melewati fase perubahan fisiologis

diawali dengan perkembangan masa remaja yang ditandai dengan menstruasi yang

kemudian secara normal itu terjadi terus – menerus setiap bulannya pada masa

reproduktif. Selanjutnya wanita melewati masa hamil dan menyusui. Fase

reproduksi ini kemudian diakhiri dengan datangnya menopause yang umumnya

mulai terjadi pada usia lebih dari 45 tahun (Siagian, 2003).

Menopause dialami oleh wanita – wanita yang telah melewati masa subur

yang ditandai dengan berhentinya haid secara menetap. Periode berhentinya

menstruasi secara definitife ini disebut dengan periode klimakterium (Kartini,

1992). Berhentinya haid dinilai banyak membawa penderitaan dan konsekuensi

kesehatan baik secara fisik maupun psikis yang berakibat buruk jika tidak

ditangani secara serius ditambah lagi tidak cukupnya persiapan dalam menghadapi

masa menopause (Nirmala, 2003). Seringkali wanita menopause melaporkan

bahwa tubuhnya tidak sehat, perasaan tidak tenang, merasa tidak berguna lagi,

penampilan menjadi semakin tua dan merasa kehilangan status peran (Caroline,

2001).

Setiap orang mempunyai waktu menopause yang berbeda-beda yaitu ada

yang lebih datang lebih awal dan ada yang menjalani terlambat. Dikatakan awal

bila menopause muncul pada usia 20-40 tahun. Usia menopause terlambat

biasanya terjadi di atas 51 tahun. Dalam kondisi ini yang lebih dapat

(12)

disebut dengan menopause dini, dimana terjadi penurunan aktivitas ovarium serta

estrogen dan progesteron berfluktuasi. Hal ini berangsur-angsur terus terjadi

sampai ovarium tidak beraktifitas lagi dan kadar estrogen akan menimbulkan

gejala-gejala menopause yang juga lebih awal dialami perempuan tersebut.

Kondisi ini akan membuat ketidaknyamanan sebab penurunan estrogen disinyalir

membawa dampak munculnya penyakit seperti osteoporosis, penyakit jantung,

Alzheimer dan kanker usus besar (Wahyudi, 2002).

Kenyataannya sebagian besar wanita ingin masa menopausenya datang

lebih lama (pada rentang usia 51 tahun) karena kekhwatiran mereka dalam

menghadapi berbagai permasalahan kesehatan yang mungkin timbul akibat

menopause ini. Menopause yang datang terlambat kurang membawa masalah

(Jones, 2005). Hal ini didukung pula oleh tim penelitian Unversitas Harvard

(1997) yang mengasumsikan usia menopause yang lebih lama dinilai positif

karena melambangkan tingginya kemampuan reproduksi perempuan. Ironisnya di

tengah-tengah kekhwatiran itu, saat ini berkembang pula istilah premature

ovarium failure (POF) yaitu kondisi berhentinya haid pada usia kurang dari 45

tahun karena kegagalan produksi estrogen di dalam ovarium. Kondisi ini

kemudian dikenal dengan istilah menopause dini (Nirmala, 2003).

Banyak faktor yang mempengaruhi waktu terjadinya menopause.

Beberapa faktor tersebut antara lain : genetic, riwayat kesehatan reproduksi seperti

riwayat oopherectomi, infeksi kesehatan reproduksi, riwayat pekerjaan. Gaya

hidup seperti merokok, olah raga, makanan dan nutrisi, karakteristik individu

seperti ras; iklim lingkungan; berat badan; dll, dimana semua hal diatas dapat

(13)

tidak. Dari data karakteristik di ketahui wanita berkulit putih lebih cenderung

mendapatkan menopause pada usia yang sewajarnya, sementara pada ras kulit

kuning memiliki resiko mendapatkan menopause dini sekitar 32 %. Untuk wanita

yang tinggal di negara dengan iklim panas kejadian menopause dini kerap lebih

banyak terjadi dibandingkan yang tinggal di iklim dingin (Manuaba, 1999).

Menurut Wahyudi, wanita dengan tingkat pendapatan minimal atau yang

lazim hidup di bawah garis kemiskinan hampir 60 % mengalami menopause lebih

awal. Hal ini didominasi oleh faktor gizi, gaya hidup, dan keteraturan aktivitas

yang mempengaruhi seluruh mekanisme tubuh termasuk di dalamnya

metabolisme hormon estrogen dan progesteron.

Hasil penelitian di Norwegia (2007) yang dilakukan oleh mahasiswa

Harvard memaparkan dari 2.123 perempuan yang berusia 59 sampai 60 tahun,

mereka yang saat ini perokok aktif ada sekitar 25%, 28% mantan perokok dan

35,2% adalah kelompok perokok pasif. Hasil evaluasi dari penelitian itu

menyatakan bahwa 59% kelompok yang lebih beresiko memasuki menopause

sebelum usia 45 tahun adalah kelompok perokok aktif (sukma, 2007). Hal yang

sama dikemukakan oleh Jones (2005) dalam bukunya bahwa merokok akan

mempercepat menopause.

Dari observasi lapangan sementara, tingkat kebiasaan merokok masyarakat

Tanjungbalai sangat tinggi. Tidak hanya pada komunitas laki-laki tapi juga wanita

bahkan anak-anak. Kebiasaan merokok ini tampaknya terjadi karena pengaruh

budaya dan prilaku “ kumpul-kumpul” yang sering dilakukan sehingga kebiasaan

merokok kerap ditularkan kepada teman perkumpulannya. Untuk itulah saya

(14)

2. Pertanyaan Penelitian

2.1. Bagaimanakah gambaran karakteristik wanita menopause pada wanita

perokok di Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota Tanjungbalai?

3. Tujuan Penelitian

3.1. Mengidentifikasi gambaran karakteristik wanita menopause pada wanita

perokok di Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota Tanjungbalai.

4. Manfaat Penelitian 4.1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah sekaligus membuka wawasan

baru bagi peneliti, sebagai wadah untuk mengepresikan ilmu dan

kemampuan analisanya terhadap suatu masalah yang timbul di

masyarakat.

4.2. Bagi masyarakat

Komunitas atau personal yang diteliti dapat secara langsung memahami

dan mendapatkan informasi baru sehingga diharapkan hal ini dapat

meningkatkan status kesehatan wanita.

4.3. Bagi institusi

Sebagai wujud peningkatan peran serta keperawatan di komunikasi

dalam upaya meningkatnya derajat kesehatan wanita.

4.4. Bagi penelitian selanjutnya

Sebagai bahan tambahan, perbandingan dan inspirasi bagi mahasiswa

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Menopause

1.1. Defenisi menopause

1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi menopause

1.3. Tanda dan gejala menopause

1.4. Karakteristik Menopause wanita

2. Merokok

2.1. Defenisi merokok

2.2. Wanita perokok

2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas merokok

(16)

1. Menopause

1.1.Defenisi Menopause

Menopause dialami oleh wanita-wanita yang telah melewati masa subur

yang ditandai dengan berhentinya haid secara menetap. Priode berhentinya

menstruasi secara definitife ini disebut dengan priode klimakterium (Kartini,

1992).

Klimaterium merupakan suatu masa peralihan dari kehidupan seorang

wanita yang berawal sejak fungsi indung telur berkurang hingga beberapa waktu

sampai berhentinya haid. Masa klimaterium ini biasa terjadi pada usia 45 – 60

tahun. Kondisi yang demikian jika terjadi pada rentang usia dibawah 45 tahun

termasuk pada kondisi menopause dini (Sembiring, 1991).

Menopause adalah kondisi dimana seorang wanita mencapai masa

berhentinya haid pada usia lebih dari atau pada 45 tahun. Usia rata-rata untuk

mencapainya menopause alami atau berhentinya haid adalah diatas 51 tahun. Bila

seorang wanita mencapai menopause pada usia kurang dari atau tepat 45 tahun

dapat dikatagorikan sebagai menopause dini (Nirmala, 2003).

Menopause dikatakan terjadi apabila selama 12 bulan haid tidak datang

lagi, maka ditetapkan menopause sebenarnya. Sebelum menghadapi masa

menopause secara alamiah, seseorang akan dihadapkan pada masa premenopause

yang terjadi 3-5 tahun sebelum menopause sebenarnya. Pada tahap ini keluhan

klimaterium mulai berkembang. Selanjutnya diikuti pada tahap menopause sampai

akhirnya postmenopause yaitu tahap awal setelah 12 bulan tidak haid. Tahap

postmenopause akan dihadapi semua wanita menopause baik yang alamiah

(17)

postmenopause disebut masa perimenopause. Pada masa inilah terjadi keluhan

yang memuncak (Kartini, 1992).

1.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menopause

Ada banyak faktor yang terkait dengan kondisi menopause baik secara

sengaja diperbuat ataupun tanpa segaja. Berikut faktor – faktor yang terkait

dengan timbulnya menopause:

Menopause secara alami terjadi karena penurunan aktivitas ovarium yang diikuti dengan penurunan produksi hormon reproduksi. Ini terjadi secara alamiah. Seorang wanita secara spontan telah memiliki folikel/indung telur

dari sejak lahir. Namun, folikel – folikel ini matang dan bekerja untuk

menghasilkan sel telur pada saat memasuki usia puberitas yang ditandai dengan

proses menstruasi. Seiring dengan hal tersebut, granulose secara otomatis

menghasilkan estrogen yang merupakan salah satu hormon reproduksi wanita.

Estrogen tadi akan memaksa folikel untuk mengeluarkan sel telur, keluarnya sel

telur dari corpus luteum ini akan meningkatkan produksi estrogen dan

progresteron. Progresteron sendiri menyiapkan tempat pembuahan dengan

menebalkan dinding endometrium. Setiap bulannya jika sel telur tidak jadi

dibuahi, akan membuat dinding endometrium yang menebal tadi luruh. Luruhnya

dinding endomerium dibuktikan dengan keluarnya darah melalui lubang vagina

dan inilah yang disebut menstruasi. Ketika ovarium tidak lagi produktif, folikel

yang dihasilkan berkurang maka rangsangan produksi hormon estrogen dan

(18)

mencapai titik pada masa klimaterium dengan keadaan menopause (Nirmala,

2003).

Menopause karena operasi. Ini terjadi akibat proses pembedahan, diantaranya operasi rahim (histerektomi) dan pengangkatan kedua indung telur

(oophorectomy bilateral). Kondisi ini sering disingkat dengan istilah TAHA/BSO.

Bila rahim diangkat dan dinding telur tetap dipertahankan maka masa haid

berhenti namun gejala menopause tetap berlangsung ketika wanita tersebut

mencapai usia menopause alami. Itu artinya wanita tersebut akan tetap

mengeluhkan rasa ketidaknyamanan seperti keringat berlebih, panas yang

dirasakan ditubuh dan kesulitan tidur pada dirinya saat usianya mencapai masa

klimaterium atau pada kisaran usia 40 tahun ke atas (Manuaba, 1999).

Menopause karena kondisi medis. Kemoterapi karena menderita kanker seringkali berakibat pada kondisi menopause dini sementara ataupun permanen.

Obat – obatan anti kanker dinilai mempengaruhi produksi hormon yang

diproduksi oleh indung telur. Tidak hanya itu, perilaku dan kebiasaan

mengkonsumsi obat – obatan anti hipertensi, reumatik dan jantung akan

mempercepat datangnya masa menopause. Obat – obatan ini diduga akan

memberikan efek penekanan produksi hormon – hormon reproduks i (Nirmala,

2003).

Menopause karena merokok. Walaupu n belum diteliti secara mendalam, diasumsikan merokok dapat mempercepat datangnya masa

menopause. Aktivitas merokok dilaporkan membawa pengaruh terhadap

menopause dini pada wanita. Diketahui 59% wanita perokok aktif lebih mungkin

(19)

perokok sembilan kali lebih cepat mendapati masa menopausenya dibanding

mereka yang tidak merokok (Takasihaeng, 2000). Ini disinyalir karena kerusakan

yang mungkin terjadi pada alat – alat reproduksinya seperti indung telur sehingga

produksi hormon estrogen menurun. Penurunan produksi estrogen akibat

kerusakan ovarium maupun ovum, secara otomatis akan mematikan siklus

reproduksi secara bertahap. Ketika produksi estrogen tidak lagi memadai, maka

proses menstruasi akan terhenti dan henti haid atau menopause data lebih awal

dari waktu yang semestinya (Elisabet, 2005).

Menopause karena kondisi peran. Dinyatakan bahwa seorang wanita single baik itu janda maupun wanita tidak menikah di usia yang sudah tidak muda

lagi lebih cepat mendapati masa menopause. Hal ini diakibatkan karena kondisi

peran yang tidak komplit dalam hidupnya. Wanita yang tidak memiliki pasangan

memiliki kewajiban lebih besar terhadap keluarganya sehingga memungkinkan

untuk mengalami stress atau tekanan dalam hidupnya. Wanita yang berpendidikan

kurang mungkin memasuki menopause dalam usia 40 tahunan (Takasiahaeng,

2000).

1.3.Tanda dan Gejala Menopause

Menopause ternyata memberi pengaruh ketidaknyamanan. Berikut

dikemukakan beberapa gejala fisik yang sering muncul pada kondisi menopause

dini, antara lain:

Hot flashes yaitu perasaan panas, gerah bahkan rasa seperti terbakar pada area wajah, lengan, leher, dan tubuh bagian atas serta muncurnya keringat

(20)

sering dikeluhkan dan menjadi pemberat utama dalam menghadapi masa

klimaterium (Caroline, 2001).

Kesulitan tidur sepanjang malam dengan atau tanpa gangguan keringat. Kesulitan tidur ini bisa terjadi karena kegelisahan akibat perubahan faal tubuh

atau mungkin keinginan BAK yang datang lebih sering dari biasanya. Kesulitan

tidur yang dialami wanita akan berakibat buruk pada status kesehatannya, dimana

wanita tersebut akan tampak lemah dan pucat (Elisabet, 2005)

Nafsu makan bertambah, sehingga wanita tersebut kelihatan lebih gemuk ditambah lagi pelebaran pada bagian pinggul, pinggal dan paha. Belum

disadari benar mengapa keinginan makan pada wanita perimenopause meningkat.

Diduga, lemak tubuh akan diolah untuk terus menghasilkan estrogen sehingga

keinginan makan akan bertambah untuk mensuptitusi pemecahan lemak tubuh

tadi.

Kerontokan rambut membuat menipisnya rambut di kepala, kemaluan dan seluruh tubuh. Namun bulu – bulu pada area wajah meningkat. Hal ini sejalan

dengan berkurangnya produksi kelenjar dan lapisan lemak pada kulit.

Vagina kering akibatnya sakit saat melakukan hubungan seks. Keringnya vagina dapat terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang secar

berangsur – angsur meminimalkan pengeluaran cairan vagina. Selain itu otot –

otot vagina juga semakin kendur dan daya kontraksinya lebih rendah. Hal ini

secara tidak langsung nantinya berdampak pada menurunnya libido.

(21)

halus. Kondisi seperti ini lebih memberatkan saat malam hari karena mengganggu

aktivitas istirahat dan tidur.

Gangguan pada kulit dan ekstremitas adanya gelenyar – gelenyar pada kaki dan tangan yang diakibatkan kurangnya vitamin B12, perubahan kelenturan

pembuluh darah dan menipisnya kadar potassium dan kalsium. Juga kondisi kulit

kering dan pecah – pecah (Wahyudi Nugroho, 2000).

Selain gejala fisik seperti yang dikemukakan di atas, terdapat pula gejala

psikis yang menonjol pada wanita menopause seperti : mudah tersinggung, susah

tidur, kecemasan, gangguan daya ingat, streess, depresi, tertekan, gugup dan

kesepian. Ada juga wanita yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya

tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan suami dan keluarga.

Semua tanda dan gejala diatas mulai data pada waktu yang lebih awal yaitu sekitar

3 – 5 tahun sebelum menopause atau sebanding dengan usia 40 – 45 tahun

(Kartini, 1992).

1.4.Karakteristik Menopause Wanita 1.4.1. Karakteristik Wanita Menopause

Menopause selain disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang telah

dijelaskan di atas, terdapat juga beberapa hal yang mesi dikaji terkait karakteristik

wanita tersebut. Kecenderungan bahwa karakteristik tertentu berpengaruh

terhadap datangnya masa menopause memang belum diteliti secara mendalam

namun dalam beberapa analisa diketahui bahwa faktor – faktor berikut ini

(22)

Status perkawinan, wanita yang tidak menikah dinilai lebih berisiko untuk mendapati menopause dalam waktu lebih awal. Begitu juga jika wanita

tersebut berstatus sebagai janda. Kondisi ini dimungkinkan berhubungan dengan

pengalaman psikis yang terjadi pada seorang wanita yang hidup tanpa atau tidak

lagi dengan pasangannya (Wahyudi Nugroho, 2000)

Suku bangsa, ras kulit kuning atau ras pada perempuan yang tinggal di belahan bumi bagian selatan mempunyai resiko mendapatkan menopause dini

lebih tinggi dibandingkan perempuan ras putih yang tinggal dibelahan bumi

bagian utara. Selain itu, pada negara dengan iklim panas, kejadian menopause dini

lebih kerap dibandingkan negara beriklim dingin (Manuaba, 1999).

Pendidikan, wanita yang berpendidikan kurang mungkin memasuki menopause dalam usia 40 tahunan. Disebabkan wanita yang berpendidikan

cendrung mampu mengatur koping dan kebutuhan hidupnya ke arah yang lebih

sehat ( Takasiahaeng, 2000)

Pekerjaan, riwayat pekerjaan juga menjadi sorotan. Nantinya hal ini terkait dengan kesehatan. Seorang perempuan yang sering terpapar radiasi perlu

diwaspadai terhadap kemunculan menopause dini ( Wahyudi Nugroho, 2000)

Sisial ekonomi, pendapatan yang sangat menimal atau kurang memadai kurang mungkin pula untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam keluarga tersebut.

Sementara itu kerja faal tubuh harus disuplai energi yang diperoleh melalui

metabolisme makanan yang padat gizi (Wahyudi Nugroho, 2000)

Gaya hidup, wanita perokok; pengkonsumsi alkohol dan mereka yang memiliki kebiasaan sebagai vegetarian murni lebih berisiko untuk mencapi masa

(23)

juga dapat berdampak pada waktu menopause yang juga hadir lebih awal / dini

(Purwanto, 2007)

Riwayat keluarga / genetik, faktor genetik memegang peranan penting. Perempuan dengan riwayat keluarga yang mempunyai menopause dini cenderung

mendapat menopause lebih awal dan mengalami kegagalan kemampuan

reproduksi. Menarche, masa menstuasi yang datang terlambat pada usia puberitas

memberi kecendrungan masa menopause data lebih cepat (Wahyudi Nugroho,

2000)

1.4.2. Usia Menopause

Setiap orang mempunyai waktu menopause yang berbeda – beda. Ada

yang datang lebih awal dan ada yang terlambat. Dikatakan awal bila menopause

muncul pada usia 20 – 40 tahun. Usia menopause terlambat biasanya terjadi di

atas 51 tahun (Sukma, 2007).

Klimaterium merupakan suatu masa peralihan dari kehidupan seorang

wanita yang berawal sejak fungsi indung telur berkurang hingga beberapa waktu

sampai berhentinya haid. Masa klimaterium ini bisa terjadi pada usia dibawah 45

tahun termasuk pada kondisi menopause dini (Sukma, 2007)

Menopause adalah kondisi dimana seorang wanita mencapai masa

berhentinya haid pada usia lebih dari atau pada 45 tahun. Usia rata – rata untuk

mencapainya menopause alami atau berhentinya haid adalah diatas 51 tahun

(24)

2. Merokok

2.1. Definisi Merokok

Merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan menghisap asap

yang dihasilkannya. Menghisap asap yang dihasilkannya berarti sekurang –

kurangnya menghirup 60% gas dan uap yang dihasilkannya. Merokok

didefinisikan sebagai suatu aktivitas aktif menghisap/mengkonsumsi sebagi upaya

memenuhi keinginan, kebutuhan dan kebiasaannya. Beribu – ribu orang pada

dewasa ini menjadi perokok berat bukan hanya karena suatu pilihan melainkan

karena mereka tidak punyak jalan keluar. Motivasi merupakan faktor utama yang

berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup seseorang untuk berhenti merokok,

namun tidak banyak implus yang dapat merangsang keinginan seseorang agar

berhenti merokok (Aiman, 2006).

Dengan menghisap/mengonsumi sebatang rokok berarti menghisap 69

bahan kimia berbeda yang menyebabkan kanker dan ribuan racun lain yang dapat

meningkatkan resiko beberapa jenis penyakit berbeda. Dengan kata lain merokok

berarti secara sengaja mensuplay tubuh dengan berbagai jenis racun melalui

kegiatan aktif menghisap rokok (Aiman, 2006).

Zat yang paling berbahaya adalah tar dan nikotin. Zat tar ini nantinya akan

menumpuk pada selaput lendir cabang tenggorok. Tak tidak hanya menimbulkan

rangsang atau dampak buruk bagi area tersebut namun juga dapat berdampak pada

gangguan vascular. Begitu juga efek nikotin yang tidak hanya menimbulkan minat

ketagihan sehingga merokok menjadi sebuah kebutuhan, nikotin juga berdampak

pada kerusakan tubuh karena perlu disadari bahwa nikotin merupakan derifat dari

(25)

Pada penelitian di Inggris (2007) dinyatakan 70% perokok ingin berhenti

merokok namun mereka terhalang oleh kekuatan nikotin. Hanya satu dari lima

orang yang berusaha berhenti merokok berhasil menghentikan kebiasaan merokok

mereka (ASH,2007). Pemerintah Inggris menyatakan 106.000 orang telah

meninggal dalam setahun akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok.

Karena itu pula pada 1 juli 2007, merokok telah dilarang di tempat – tempat

umum tertutup di seluruh Inggris (Rich, 1999)

ASH menyatakan seperempat orang dewasa di Inggris saat ini merokok,

70% diantaranya adalah orang tua tunggal. Diantara 70% itu, 24,9% adalah

wanita. Ini merupakan angka yang cukup besar mengingat dampak yang nantinya

berpengaruh pada wanita tersebut.

2.2. Wanita Perokok

Wanita perokok adalah wanita yang secara aktif dan dalam intensitas rutin

mengkonsumsi rokok. (Rich, 1999). Kegiatan merokok bukan hanya kebiasaan

yang lazim dilakukan para lelaki atau pemuda. Tidak jarang ditemui bahwa

seorang wanita bahkan remaja putri merokok secara aktif. Komunikasi perokok

pada wanita kian lama kian kian meningkat, bahkan dibeberapa tempat mengalami

kemajuan yang pesat. Persentasenya hampir sama dengan jumlah perokok pria.

ASH mengidentifikasi (data 2006) jumlah perokok wanita dewasa di Inggris saat

ini mencapai sepertiga lebih yaitu 37,7%; 55,4% ada pada kalangan laki – laki

dewasa dan 0,8% pada kalangan anak – anak/remaja. Aktivitas merokok pada

(26)

juga memaparkan bahwa 50% lebih penderita kanker paru – paru di Inggris adalah

wanita dengan riwayat merokok (Aiman. 2006).

Dengan mempertimbangkan bahaya dan dampak negatif yang mungkin

timbul maka sesungguhnya ini merupakan awal masalah pada penurunan status

kesehatan masyarakat secara global.

2.3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Merokok

Sebenarnya ada banyak hal yang mempengaruhi aktivitas merokok baik

secara internal maupun eksternal. Namun fakton internal dan eksternal itu tidak

sedemikian rupa dapat dipisah – pisahkan. Adapun faktor yang lazim berpengaruh

pada aktivitas merokok antara lain:

Lingkungan dan pergaulan. Kebanyakan perokok pada mulanya tidak secara mutlak ingin merokok karena pikiran mereka sendiri, melainkan karena

orang lain. Seorang terpaksa belajar merokok karena terikut pada apa yang

dilakukan orang lain (Jones, 2005).

Masalah atau kondisi stress. Mereka yang merasa hidupnya dipenuhi banyak tekanan, merasa merokok dapat membantu meringankan tekanan dan

peranana strees itu. Walaupun sebenarnya efek nikotin yang ada pada rokok justru

memberikan stimulasi yang antagonis dari yang dipersepsikan (Jones, 2005)

Budaya yang berkembang. Sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang di suatu komunitas tertentu menjadi satu alasan seseorang terpaksa merokok. Mereka

menyimpulkan dengan tidak merokok berarti mereka bukan bagian dari komunitas

itu. Bagaimanapun merokok menjadi suatu syarat yang dianggap legal untuk

(27)

Ketidaknyamanan dan pertambahan usia. Kelihatannya sangat ironis bahwa pertambahan usia menjadi salah satu faktor yang dapat memacu konsumtif

dari seorang wanita untuk merokok. Namun hal inilah yang dikemukakan Aiman.

Menurutnya pertambahan usia seiring dengan pertambahan beban hidup yang

akan dihadapi seorang wanita. Apalagi bagi wanita yang menuju masa

menopause, dimana perasaan sensitif, kecemasan, kesulitan tidur, perasaan

kesepian kerap hadir dan terasa sangat mengganggu. Beberapa dari mereka

mengantisipasi hal ini dengan meningkatkan frekuensi merokok (Aiman, 2006).

2.4. Bahaya Merokok

Merokok banyak membawa dampak buruk bagi kesehatan baik secara fisik

maupun psikis. Data statistik menggambarkan bahwa 90% kematian yang

disebabkan karena gangguan pernapasan , 25% kematian yang disebabkan karena

penyakit jantung koroner dan 75% kematian yang disebabkan karena penyakit

emphysema, kesemuanya itu dipacu oleh kebiasaan merokok (Aiman, 2006).

Beberapa permasalahan yang sering timbul akibat dari merokok antara lain:

Ketagihan, efek nikotin membawa keinginan merokok terus ada bagi yang telah mencobanya. Bahkan ini merupakan hambatan yang cukup besar bagi

seorang yang ingin berhenti merokok. Aktivitas putus rokok justru sering

membuat ketidaknyamanan seperti kesulitan tidur bahkan gangguan pencernaan

seperti konstipasi. Dampak ketagihan ini tidak hanya membawa pengaruh buruk

bagi kesehatan namun juga pengeluaran financial akibat dari kebutuhan akan

(28)

Sakit pada area pernapasan. Paru – paru sebagai sumber pengatur pernapasan merupakan komponen yang sangat vital bagi tubuh manusia. Aktivitas

merokok dengan kondisi menghisap asap rokok akan langsung mempengaruhi

organ pernapasan. Efek dari tar memberi pengaruh pada penebalan selaput lendir

paru. Ini menghilangkan sedikit demi sedikit elastisitas paru, akibatnya kerja paru

tidak edekuat. Dinyatakan bahwa seorang perokok membayar 34,6 menit

hidupnya untuk sebatang rokok (Jones, 2005).

Kanker, kondisi kronik dari sakit pada area pernapasan akan dilanjutkan pada kondisi kanker. Ini terjadi ketika zat – zat pada rokok telah mengendap dan

meracuni sel – sel di tubuh kita. Dampak yang kronik ini tidak hanya dihadapi

oleh satu atau dua orang melainkan sebagian besar pengkonsumsi rokok.

Impotensi, ini merupakan kondisi yang sangat tidak menguntungkan. Bukan hanya pada pria tapi juga pasangannya. Impotensi berarti gangguan yang

terjadi pada kesehatan reproduksi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh aktivitas

merokok yang membuat kerusakan sel – sel dan mengganggu faal tubuh.

Beberapa konsekuensi yang harus dihadapi pada kondisi ini adalah hilangnya

keharmonisan rumah tangga, tidak tercapainya kepuasan seksual bagi pria

maupun pasangannya. Dan kemungkinan untuk mempunyai keturunanpun tidak

akan terwujud (Aiman, 2006).

Gangguan kehamilan dan janin, seorang wanita yang hamil berarti segala sesuatu yang diperbuatnya meliputi dua hal yaitu ibu/dirinya dan janin.

Merokok membawa dampak buruk bagi kesehatan secara umum, begitu juga efek

yang ditimbulkan pada sang janin. Melalui plasenta zat – zat racun itu diabsobrsi

(29)

pada masa kehamilannya, bisa dipastikan 97% bayinya kan lahir dengan kelainan

jantung ataupun kecacatan (Nirmala, 2003).

Menopause dini, merokok dapat mempercepat menopause. Ini karena rokok ternyata dapat mempengaruhi produksi hormon estrogen. Nikotin yang

terdapat di rokok diasumsikan menghambat produksi hormon estrogen sehingga

siklus hormonal pada wanita tersebut tidak berjalan efektif. Seringkali wanita

perokok mengeluhkan siklus menstruasinya tidak teratur dan jarak persiklusnya

sangat panjang. Kondisi ini memungkinkan terhentinya menstruasi secara

permanen akan lebih cepat. Kondisi menopause dini ini nantinya akan

mempengaruhi juga pada penyakit osteoporosis yang lebih awal. Hal ini karena

berkurangnya produksi hormon estrogen yang mengurangi kemampuan observasi

tubuh terhadap kalsium juga berkurang. Diketahui bahwa 20% wanita merokok

mengalami masa menopause pada usia dini, hal ini berbanding dengan angka

1,7% saja dari mereka yang tidak merokok (Elisabet, 2005).

Ketidaknyamanan Fisik, ini biasanya diakibatkan dari reaksi ketergantungan rokok. Sehingga sering kali seorang perokok merasa pusing, mual

dan lemas jika kebutuhan akan rokoknya terhambat. Kondisi ini pula yang

memacu seseorang untuk terus mengkonsumsi rokok setiap hari, tanpa ada

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

karakteristik dan usia menopause pada wanita perokok di kota Tg. Balai. Merokok

dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi usia menopause dimana

hal ini juga didukung oleh beberapa karakteristik tertentu yang ada pada wanita

tersebut. Menurut Aiman, menopause dini erat kaitannya dengan perilaku dan

kebiasaan merokok pada wanita.

Yang membedakan antara menopause dini dengan menopause alami

adalah waktu/masa klimakterium itu. Menopause dini timbul pada usia kurang

dari atau sama dengan 45 tahun. Dimana wanita tersebut telah mengalami henti

haid secara permanen, proses ovulasi dan pembuahan sel telurpun berhenti

(Kartini, 1992).

Dengan kondisi diatas, maka peristiwa – peristiwa pada masa

klimakterium juga datang lebih awal, gejala yang lazim pada menopause dini

antara lain : Hot flases, tubuh berkeringat pada malam hari, isomnia, napsu makan

meningkat, kerontokan rambut, vagina kering, rasa sakit saat berhubungan

seks,mengendurnya hasrat seksual, inkontinensia, cepat tersinggung, marah dan

depresi. Semua kondisi ini dirasakan lebih hebat dan hadir lebih awal pada wanita

dengan diagnosa menopause dini atau menopause yang datang pada usia yang

(31)

Berdasarkan tinjauan pustaka, kesemua hal diatas juga berkaitan dengan

latar belakang atau karakteristik serta riwayat kesehatan klien terutama tentang

riwayat merokoknya (Aiman, 2006). Adapun bentuk skema konseptual penelitian

karakteristik dan usia menopause pada wanita perokok adalah sebagai berikut:

Kerangka Konseptual

Karakteristik Wanita Menopause Pada Wanita Perokok

Menopause pada wanita perokok di Tanjung Balai

Karakteristik wanita menopause:

• Usia

• Status perkawinan

• Agama

• Suku

• Pendidikan

• Pekerjaan

• Pendapatan

Wanita Perokok

• Ringan

(32)

2. Definisi Operasional

2.1. Karakteristik Wanita Menopause

Karakteristik merupakan data demografi dan ciri atau kebiasaan wanita

menopause meliputi usia, status perkawinan, agama, suku, pendidikan, pekerjaan.

Usia yaitu umur seseorang yang dikumulatifkan dari saat ia lahir hingga saat ini. Usia dalam hal ini terkait kajian usia menopause yaitu waktu atau umur

seorang wanita saat terakhir kalinya mengalami menstruasi. Usia merokok

merupakan waktu dimulaianya untuk pertama kali mengkonsumsi rokok.

Status perkawinan yaitu keadaan yang membedakan status wanita dalam hal perkawinan/pernikahan yang dapat diklasifikasikan bentuk wanita menikah,

wanita tidak menikah dan janda.

Agama adalah nilai – nilai kepercayaan yang dianut wanita menopause dan diwujudkan dalam bentuk ibadah atau keyakinan pada Tuhan.

Suku merupakan garis keturunan tertentu yang nantinya terkait pada alat dan kebiasaan yang dijalaninya.

Pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar dalam situasi formal yang pernah diikuti oleh wanita menopause

Pekerjaan adalah aktivitas rutin yang harus dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga

(33)

2.2. Wanita Perokok

Wanita perokok adalah wanita yang memiliki kebiasaan secara aktif

menghisap rokok yang dilakukan secara rutin/terus menerus dengan frekuensi dan

dalam jumlah tertentu. Katagori untuk perokok ringan adalah wanita yang aktif

merokok dalam rentang waktu dan jumlah yang tidak membuatnya konsumtif

serta ketagihan. Batasan jumlah tidak melebihi dari tiga batang perhari.

Sedangkan katagori untuk perokok berat adalah seorang wanita yang aktif

merokok dalam jumlah dan frekuensi waktu yang tetap, memiliki sikap

komsumtif yang tinggi disertai dengan perasaan candu atau ketagihan. Jumlah

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka penelitian ini

menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi

karakteristik wanita menopause pada wanita perokok di Tanjungbalai.

2. Populasi dan Sample 2.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita dewasa yang

diperkirakan telah mengalami menopause dan tinggal di wilayah kota

Tanjungbalai. Berdasarkan observasi data yang dilakukan ke Kantor Kecamatan

Tanjungbalai Utara Kota Tanjungbalai, Jumlah wanita dewasa yang saat ini

berusia 45 – 55 tahun di Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota Tanjungbalai ada

sekitar 640 orang.

2.2. Sample Penelitian

Penentuan jumlah sampel diambil dengan cara yang dikemukakan oleh

Arikunto (1998), dimana pengambilan subjek sebanyak 10% dari jumlah populasi.

Hal ini dilakukan mengingat jumlah populasi sudah lebih dari 100 subjek.

Sehingga didapat jumlah sampel sebanyak 64 orang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sample yang

(35)

ciri spesifik yang dimiliki oleh sample itu (Nasution, 1982). Kriteria untuk subjek

penelitian adalah wanita dewasa dan telah menopause, berusia 45 – 55 tahun,

tidak pernah melakukan operasi histerektomi, mempunyai riwayat merokok.

Bersedia menjadi responden serta dapat berbahasa Indonesia, membaca dan

menulis dengan baik dan benar.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Tanjungbalai Utara

Kota Tanjungbalai dengan pertimbangan jumlah wanita dewasa dengan kategori

umur 45 – 55 tahun di tempat itu memadai dan banyak wanita perokok sehingga

dapat memenuhi kriteria sampel. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal

09 November 2009 sampai dengan 28 November 2009.

4. Pertimbangan Etik

Peneliti menyerahkan secara langsung lembar persetujuan kepada

responden, agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Jika

responden bersedia menjadi objek penelitian maka diminta persetujuannya dengan

menandatangani lembar persetujuan. Dimana dalam hal ini responden yang

menjadi objek penelitian diminta kesediaannya secara suka rela, tidak akan

memberikan tekanan kepada responden baik fisik maupun psikis. Jika responden

menolak untuk menjadi objek penelitian maka peneliti tidak akan memaksa dan

tetap menghormati haknya. Responden dapat kapan aja memilih berhenti untuk

menjadi objek penelitian dan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden

(36)

tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan

oleh responden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2001).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dibuat dalam bentuk

kuisioner. Pada bagian awal instrumen penelitian berisi data demografi klien yang

meliputi umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan,

pekerjaan, dan penghasilan perbulan. Data ini sekaligus sebagai pertimbangan

untuk mengidentifikasi karakteristik wanita menopause

Bagian instrumen penelitian selanjutnya berisi pernyataan untuk

mengidentifikasi aktifitas/kebiasaan merokok pada wanita meopause. Bagian ini

terdiri dari 10 pernyataan terkait aktivitas merokok dengan pilihan ya dan tidak.

Untuk jawaban ya diberi nilai 1 dan jawaban tidak diberi nilai 0. Nilai tertinggi

adalah 10 dan nilai terendah adalah 0. Pengukuran kebiasaan merokok

dikatagorokan berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (1992).

kelas banyak

g ren

p= tan

Kategori kelas untuk kebiasaan merokok yaitu wanita perokok berat dan

wanita perokok ringan. Skor merokok dengan interval 0 – 10 dengan rentang

sebesar 10 dan 2 kategori kelas, didapatlah panjang kelas 5. Nilai terendah 0

sebagai batas bawah kelas interval pertama, tingkat merokok dikategorikan

sebagai berikut : 0 – 5 adalah perokok ringan sedangkan 6 – 10 adalah perokok

(37)

Peneliti terlebih dahulu melakukan uji reliabilitas pada instrumen

penelitian. Uji relibilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui konsistensi

instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang

lingkup yang sama. Dalam penelitian ini digunakan reliabilitas konsistensi

internal karena memiliki kelebihan yaitu: pemberian instrumen hanya satu kali

dengan satu bentuk instrumen kepada satu subjek studi. Uji reliabilitas dilakukan

kepada responden dan diolah dengan memakai uji KR – 20 (Kuder Richardson

20) (Portney & Watkins, 1999; Arikunto, 1998).

Uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 orang responden sebelum

pengumpulan data (Nursalam, 2003). Responden diambil di Kecamatan

Tanjungbalai Utara Kota Tanjungbalai. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila

koefisiennya sama dengan atau lebih dari 0.70 (Polit & Hungler, 1995). Hasil uji

reliabilitas untuk kuisioner karakteristik wanita menopause pada wanita perokok

di Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota Tanjungbalai yang dilakukan terhadap 10

orang didapat hasilnya sebesar 0.78. Instrumen ini berarti real dan layak untuk

diteruskan.

7. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan kuisioner. Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonana ijin

pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara), kemudian permohonan ijin yang telah diperoleh

dikirimkan ke tempat penelitian (Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota

(38)

Utara kota Tanjungbalai, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

Apabila peneliti menemukan calon responden yang memenuhi criteria, maka

calon responden tersebut dipilih sesuai dengan keinginan peneliti. Setelah

mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan pada calon

responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuisioner,

kemudian calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat

persetujuan. Responden selanjutnya diminta untuk mengisi kuisioner yang

diberikan oleh peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada

point-point yang tidak dimengerti. Setelah semua responden mengisi kuisioner tersebut,

maka seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa.

8. Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka analisa data dilakukan melalui pengolahan

data dengan perhitungan statistik deskritif menggunakan sistem komputerisasi.

Pertama, memeriksa data demografi responden serta memastikan bahwa semua

pernyataan telah diisi dengan benar. Dilanjutkan dengan mengklarifikasi data

dengan mentabulasi data yang telah dikumpulkan. Untuk mengolah data terlebih

dahulu setiap jawaban responden diberi skor terendah sampai tertinggi dan

disesuiakan dengan bentuk kuisionernya. Kemudia dilakukan pengolahan data

dengan menggunakan salah satu program komputer. Hasil analisa data baik data

demografi dan data kebiasaan merokok pada wanita bertujuan untuk

mengidentifikasi gambaran karakteristik wanita menopause pada wanita perokok

(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dibahas tentang hasil penelitian yang telah dialakukan

selama tiga minggu yaitu dari tanggal 9 November 2009 sampai dengan 28

November 2009 dengan jumlah responden sebanyak 64 orang. Penyajian analisa

data dalam penelitian ini diuraikan berdasarkan data demografi dan karakteristik

serta kebiasaan merokok wanita menaupause pada wanita perokok di kecamatan

Tanjungbalai Utara Kota Tanjungbalai.

1.1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian Pada tabel 1 menggambarkan data demografi wanita

menopause pada wanita perokok di Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota

Tanjungbalai, usia responden berada pada rentang kelompok umur 51-55

sebanyak 37 orang (58%). Seluruh responden yaitu 64 orang (100%) telah

merokok pada usia sebelum mereka menaupause. Sementara itu usia wanita

menopause dengan kelompok umur 46-50 tahun ada 30 orang (47%). Berdasarkan

status pernikahan 59% wanita tersebut menikah. Responden beragama Islam

mencapai 61%. Hampir setengah dari responden suku Batak (45%). Responden

telah menyelesaikan sampai tingkat sekolah menengah umum (SMU) sederajat

yaitu sekitar 44%. Berdasarkan pekerjaannya, hampir setengah dari responden

(40)

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden di Kec Tanjung balai Utara Kota Tanjungbalai (N = 64)

(41)
(42)

Tabel 1. (Lanjutan)

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase pengelompokan usia, usia merokok dan usia menopause responden.

Data Demografi Fr %

1.2. Kebiasaan Merokok Wanita

Pada tabel 3 mengenai kebiasaan merokok wanita diketahui 100%

responden menyatakan telah merokok sebelum memasuki usia menopause.

Responden mayoritas menyatakan frekuensi merokoknya tidak meningkat saat

menjelang menopause yaitu sekitar 39 responden (61%), responden yang

(43)

Responden umumnya merasa pusing, mual dan lemas jika tidak merokok. Hal ini

terlihat dari hasil persentase sebesar 63%. 93% wanita perokok menyatakan

bahwa mereka merokok setiap hari dan terus menerus. Namun 64% responden

menyatakan waktu istirahatnya tidak selalu dihabiskan dengan merokok. Setara

dengan pernyataan tersebut, 64% responden menyatakan lebih baik makan/jajan

dari pada merokok. Responden yang menyatakan bahwa mereka merokok

sedikitnya tiga batang perhari 92% orang. Umumnya responden menyukai rokok

yang mengandung filter yaitu sebanyak 80%. Responden yang menyatakan hanya

bisa tidur jika telah merokok hanya 8 orang (12.5%).

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan kebiasaan merokok wanita (n=64).

Pernyataan Ya Tidak

n (%) n (%)

Kebiasaan merokok sebelum menopause 64 (100) 0 (0)

Frekuensi merokok meningkat menjelang 25 (39) 39 (61)

menopause

Saat stres jumlah rokok yang dihisap lebih 59 (92) 5 (8)

banyak

Merokok setiap hari dan terus menerus 63 (98) 1 (2)

Menghabiskan waktu istirahat dengan merokok 23 (36) 41 (64)

(44)

1.3. Tingkat Kebiasaan Merokok

Tabel 4 menunjukan hasil penelitian tenyang pengelompokan tingkat

kebiasaan merokok dari 64 responden, 27 orang (42%) wanita berada pada

kondisi perokok ringan dan 37 orang (59%) merupakan kelompok perokok berat.

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat kebiasaan merokok wanita.

Tingkat kebiasaan merokok Fr (n) %

Perokok ringan 0-5 27 42

Perokok berat 6-10 37 58

2. Pembahasan

Pada penelitian yang dilakukan terhadap 64 wanita perokok yang telah

menopause di Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota Tanjungbalai umumnya

responden berusia diatas 50 tahun .Dengan nilai mean 51 tahun. Selanjutnya bila

dilihat dari aspek status pernikahan, hasil penelitian menunjukan bahwa 8 dari 23

responden yang menopause dini berstatus janda dan 2 dari 3 responden wanita

perokok yang tidak menikah tergolong dalam menopause dini. Hal yang sama

juga dikemukakan oleh Takasihaeng (2000). Dinyatakannya bahwa seorang

wanita single baik itu janda maupun wanita tidak menikah di usia yang sudah

tidak muda lagi lebih cepat mendapati masa menopause. Hal ini diakibatkan

karena kondisi peran yang tidak komplit dalam hidupnya. Kebiasaan merokok

tampaknya dipengaruhi juga oleh karakteristik budaya dan kebiasaan hidup

sehari-hari seperti yang dipaparkan oleh Mu’tadin (2002) bahwa sebuah

(45)

seseorang terpaksa merokok. Mereka menyimpulkan dengan tidak merokok

berarti mereka bukan bagian dari komunitas itu. Terdapat 45% responden

merupakan suku Batak, 6 orang diantaranya telah menopause sejak usia kurang

dari 45 tahun. Hanya ada 23% wanita perokok aktif yang bersuku Melayu, 8 orang

diantaranya merupakan kelompok menopause dini. 44% responden adalah

tamatan SMU sederajat, 10 diantaranya menopause dini. Hal ini berbeda dengan

pernyataan Takasiahaeng (2000) yang menyatakan bahwa wanita yang

berpendidikan kurang mungkin memasuki menopause dalam usia 40 tahunan.

Penyebabnya adalah wanita yang berpendidikan cendrung mampu mengatur

koping dan kebutuhan hidupnya ke arah yang lebih sehat. Jika melihat pada

konsep teoritis, harusnya kelompok diatas berpotensi menopause pada usia lebih

lama lagi, apalagi 37 responden (58%) merupakan kelompok wanita dengan

penghasilan bulanan lebih dari Rp 1.000.000,- sehingga pemenuhan primer seperti

pangan dalam kehidupannya dipersepsikan cukup seperti pernyataan Wahyudi

Nugroho (2000) menyatakan pendapatan yang sangat minimal atau kurang

memadai kurang mungkin pula untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam keluarga

tersebut. Sementara itu kerja faal tubuh harus disuplai energi yang diperoleh

melalui metabolisme makanan yang padat gizi. Namun tampaknya teori ini tidak

berlaku bagi wanita yang aktif merokok sebab tidak hanya 10 responden

berpendidikan yang mengalami menopause dini, 18 responden tamatan SMU yang

aktif merokok lainnya menopause pada usia tidak lebih dari 55 tahun.

Kondisi diatas diasumsikan dapat dicegah atau diminimalkan jika saja

jumlah wanita perokok dapat diturunkan. Kenyataannya, dari 64 responden yang

(46)

mengalami menopause. Bahkan 27% responden mulai merokok pada usia remaja.

58% diantanya merupakan perokok berat. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa

92% responden sepakat jumlah konsumsi rokok yang merek hisap akan meningkat

pada saat stres. Jones (2005) juga menyatakan mereka yang merasa hidupnya

dipenuhi banyak tekanan, merasa merokok dapat membantu meringankan tekanan

dan peranana strees itu. Walaupun sebenarnya efek nikotin yang ada pada rokok

justru memberikan stimulasi yang antagonis dari yang dipersepsikan.

Hal ini juga tampaknya yang mendasari banyaknya wanita-wanita remaja

yang mulai aktif merokok dan memungkinkan seseorang akan meningkatkan

frekuensi merokoknya disaat menjelang menopause karena adanya stres atau

tekanan yang dihadapinya, peningkatan frekuensi merokok pada waktu menjelang

menopause dialami oleh 39% responden. Hasil penelitian juga menggambarkan

98% responden menyatakan mengkonsumsi rokok setiap hari dan terus menerus.

Ini merupakan salah satu bentuk ketagihan seperti yang dinyatakan Stuart (2006).

Stuart juga menyatakan perokok aktif akan mengalami gangguan kesulitan tidur

terutama ini terjadi dari kompensasi putus rokok. Namun kenyataannya Hasil

penelitian juga menggambarkan 98% responden menyatakan mengkonsumsi

rokok setiap hari dan terus menerus. Ini merupakan salah satu bentuk ketagihan

seperti yang dinyatakan Stuart (2006).

Bila dilihat dari hasil penelitian mengenai usia menopause, ada 36%

responden berada dalam katagori menopause dini yaitu wanita yang telah

mengalami menopause pada usia kurang dari atau sama dengan 45 tahun. Seperti

yang dikemukakan oleh Nirmala (2003) menyatakan bahwa menopause adalah

(47)

dari atau pada 45 tahun. Usia rata-rata untuk mencapainya menopause alami atau

berhentinya haid adalah diatas 51 tahun. Bila seorang wanita mencapai

menopause pada usia kurang dari atau tepat 45 tahun dapat dikatagorikan sebagai

menopause dini. Dari hasil penelitian diketahui bahwa diantara 23 responden yang

menopause dini, 17 responden diantaranya merupakan kelompok perokok berat.

Hal ini berarti 72% responden yang menopause dini merupakan wanita perokok

berat. Dari fakta tersebut diatas tampaknya terlihat adanya indikasi hubungan

antara kebiasaan merokok dengan waktu menopause. Bahkan kemungkinannya

tergambar sangat besar. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Sukma (2007) yang

menyatakan bahwa aktivitas merokok dilaporkan membawa pengaruh terhadap

menopause dini pada wanita. Diketahui 59% wanita perokok aktif lebih mungkin

berisiko terhadap menopause dini.

Penelitian ini hanya sebatas memberi gambaran tentang karakteristik

wanita menopause yang perokok sehingga tidak mungkin ditarik kesimpulan pasti

apalagi gambaran secara kualitatif mengenai kemungkinan pengaruh merokok

terhadap menopause dini. Untuk itu, sebenarnya perlu adanya pengkajian lebih

dalam mengenai hubungan atau pengaruh merokok terhadap usia menopause. Hal

ini pastinya akan lebih akurat bila dilakukan dengan bentuk penelitian kualitatif di

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan

rekomendasi mengenai deskritif dari karakteristik wanita menopause pada wanita

perokok di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai sebagai berikut :

1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 64 responden (wanita menopause

dengan riwayat merokok) di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai

diperoleh dari data demografi yaitu mayoritas usia responden berada pada rentang

kelompok umur 51-55 sebanyak 37 orang (58%), 64 responden (100%) telah

merokok pada usia sebelum mereka menaupause, usia wanita menopause dengan

kelompok umur 46-50 tahun ada 30 orang (47%), status pernikahan 59% wanita

tersebut menikah (38 orang), jumlah responden yang beragama Islam yaitu

berjumlah 39 orang (61%), suku Batak 29 orang (45%), pendidikan responden

sampai batas sekolah menengah umum (SMU) sederajat yaitu sekitar 28 orang

(44%), responden yang berwirausaha sebanyak 29 orang (45%). Berdasarkan

penghasilan, 37 responden (58%) berada pada kelompok berpenghasilan lebih

dari 1.000.000. Sedangkan dari data tingkat kebiasaan merokok pada wanita

diperoleh data 27 responden (42%) wanita berada pada kondisi perokok ringan

dan 37 responden (59%) merupakan kelompok perokok berat. Sukma (2007)

menyatakan bahwa aktivitas merokok dilaporkan membawa pengaruh terhadap

(49)

berisiko terhadap menopause dini. Pernyataan Sukma diatas tampaknya sejalan

dengan hasil penelitian dimana telah diketahui bahwa 23 responden telah

menopause pada usia kurang dari atau sama dengan 45 tahun dan diantara 23

responden tersebut diatas, 17 orang diantaranya adalah kelompok perokok berat.

2. Rekomendasi 2.1. Bagi Masyarakat

Bagi komunitas wanita perokok ataupun personal wanita yang diteliti

diharapkan lebih dapat memahami pentingnya menjaga gaya hidup sehat terutama

hidup bebas tanpa rokok dan alkohol.

2.2. Bagi Institusi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan pengembangan

keperawatan khususnya di bidang keperawatan komunitas. Institusi Keperwatan

diharapkan dapat meningkatan peran serta keperawatan komunikasi dalam upaya

meningkatnya derajat kesehatan wanita.

2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan pendekatan

kualitatif untuk mengetahui pengaruh merokok terhadap usia menopause seorang

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Aiman, (2006). Tobat Merokok. Jakarta : Pustaka Ilman.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Caroline J. Bohme, M.D. (2001). Kesehatan wanita di atas 40 tahun. Jakarta: Pt.

Elek Media Komputinjo

Devore, J. (1986). Statistic, the exploration and analysis of data. St. Paul: West

Publishing Company.

Dowling, C. (1989). Cinderella Complex: Ketakutan wanita pada kemandirian.

Jakarta: Erlangga

Elisabet, Owen, M.D. (2005). Panduan kesehatan bagi wanita. Jakarta: PT

Prestasi Pustaka Raya.

Hawari, M. (1990). Merokok Menurunkan Kualitas Hidup. Jakarta: Rineka Cipta.

Kartono, K. (1992). Psikologi wanita jilid 2. Bandung: Mandar Maju

Khalid, J. (2004). Hanya untuk perempuan. Solo: Era Intermedia

Ibrahim. (2006). Rokok & kanker. Pada website

Jones, D.I. (2005). Setiap wanita. Jakarta: Delapratasa Publising

http: //library.usu.ac.id.html

Manuaba, Ida Bagus. (1999). Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta :

Arcan

M.Ruth, (1999). Apa yang kamu ketahui tentang wanita. Bandung : Tarsito

Mu’tadin, Z. (2002). Penyesuaian Diri Remaja. Dibuka pada website

http://www.e-psikologi.com.

(51)

Nirmala. (2003). Hidup sehat dengan menopause. Jakarta: Buku Pupuler Nirmala

Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu prilaku

kesehatan. Yogyakarta: Andi Affset.

Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan (ed.1). Jakarta: Salemba Medika.

Purwanto. (2007). Seks dan menopause. Dibuka pada website

http:www.ama.assn.org

Rey Sukma. (2007). Wanita merokok? waspadai menopause dini! Dibuka pada pada tanggal 12 oktober 2007.

websit

Rich. (1999). Penelitian tentang pengaruh rokok terhadap kesehatan individu.

Dibuka pada websit

pada tanggal 18 September 2007.

Sembiring , H. (1991). Memahami Wanita Menopause. Yokyakarta: Pustaka

Pelajar.

Stuaart. (2006). Pertanyakan Legalitas Merokok! Jakarta: Gaya Baru.

Sudjana, M.A. (1984). Metode Statistik (ed.3). Bandung: Tarsito.

Takasihaeng, J. (2000). Hidup sehat bagi wanita. Jakarta: Kompas.

Wahyudi Nugroho, (2000). Kesehatan wanita. Jakarta : Erlangga.

(52)

Aiman, (2006). Tobat Merokok. Jakarta : Pustaka Ilman.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Caroline J. Bohme, M.D. (2001). Kesehatan wanita di atas 40 tahun. Jakarta: Pt.

Elek Media Komputinjo

Devore, J. (1986). Statistic, the exploration and analysis of data. St. Paul: West

Publishing Company.

Dowling, C. (1989). Cinderella Complex: Ketakutan wanita pada kemandirian.

Jakarta: Erlangga

Elisabet, Owen, M.D. (2005). Panduan kesehatan bagi wanita. Jakarta: PT

Prestasi Pustaka Raya.

Hawari, M. (1990). Merokok Menurunkan Kualitas Hidup. Jakarta: Rineka Cipta.

Kartono, K. (1992). Psikologi wanita jilid 2. Bandung: Mandar Maju

Khalid, J. (2004). Hanya untuk perempuan. Solo: Era Intermedia

Ibrahim. (2006). Rokok & kanker. Pada website

Jones, D.I. (2005). Setiap wanita. Jakarta: Delapratasa Publising

http: //library.usu.ac.id.html

Manuaba, Ida Bagus. (1999). Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta :

Arcan

M.Ruth, (1999). Apa yang kamu ketahui tentang wanita. Bandung : Tarsito

Mu’tadin, Z. (2002). Penyesuaian Diri Remaja. Dibuka pada website

http://www.e-psikologi.com.

Nasution, S. (1982). Metode research. Bandung: Jemmars

(53)

Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu prilaku

kesehatan. Yogyakarta: Andi Affset.

Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan (ed.1). Jakarta: Salemba Medika.

Purwanto. (2007). Seks dan menopause. Dibuka pada website

http:www.ama.assn.org

Rey Sukma. (2007). Wanita merokok? waspadai menopause dini! Dibuka pada pada tanggal 12 oktober 2007.

websit

Rich. (1999). Penelitian tentang pengaruh rokok terhadap kesehatan individu.

Dibuka pada websit

pada tanggal 18 September 2007.

Sembiring , H. (1991). Memahami Wanita Menopause. Yokyakarta: Pustaka

Pelajar.

Stuaart. (2006). Pertanyakan Legalitas Merokok! Jakarta: Gaya Baru.

Sudjana, M.A. (1984). Metode Statistik (ed.3). Bandung: Tarsito.

Takasihaeng, J. (2000). Hidup sehat bagi wanita. Jakarta: Kompas.

Wahyudi Nugroho, (2000). Kesehatan wanita. Jakarta : Erlangga.

Gambar

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden di Kec Tanjung balai Utara Kota Tanjungbalai (N = 64)
Tabel 1. (Lanjutan)  Data Demografi Responden
Tabel 1. (Lanjutan)
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan kebiasaan merokok wanita (n=64)
+2

Referensi

Dokumen terkait

This study demonstrates the application of CIELAB, Color intensity, and One Dimensional Scalar Constancy as features for image recognition and classifying benthic habitats in an

bahwa dalam rangka kelancaran tugas-tugas pelayanan perizinan pada Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jambi, sesuai Peraturan Daerah

dilengkapi dengan realisasi pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan dalam bentuk rekapitulasi penggunaan, dengan bukti-bukti antara lain: kuitansi,

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Pelelangan Paket Pekerjaan Pengadaan Pembangunan Gedung dan Sarana

[r]

Kinerja pegawai sangat dipengaruhi oleh Motivasi kerja (Rottwell, 2000), dimana faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi kerja adalah: (1) Struktur Organisasi (Robbins, 2003;

Para Pemegang Saham atau kuasanya yang akan menghadiri Rapat diminta dengan hormat untuk membawa dan menyerahkan Konfirmasi Tertulis Untuk Rapat (KTUR) atau

Padahal atraksi tersebut merupakan brand dari Desa Wisata Menari, seharusnya atraksi wisata ini tidak perlu dijadikan atau dimasukan ke dalam paket wisata karena akan membuat