• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Etnis Tionghoa Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung 2005 Kota Medan Di Lingkungan Vi Kelurahan Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Etnis Tionghoa Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung 2005 Kota Medan Di Lingkungan Vi Kelurahan Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH

LANGSUNG 2005

KOTA MEDAN DI LINGKUNGAN VI KELURAHAN PUSAT PASAR MEDAN KECAMATAN MEDAN KOTA

Muryanto Amin Bobby Irwansyah

Abstract: Indonesia as a democratic country still in course of transition look for the ideal democratization configuration. At June 2005, Indonesia executed a new political process for the first time in the history politics of Indonesia that is election of regional leader directly or recognized with the term “Pilkadasung”. This form is for straightening the democracy in Indonesia and as a solution problem of straightening democracy in Indonesia. This moment makes the dynamics progress to straightening of ideal democracy in Indonesia.

Political participation of society is an important aspect for ideal democracy in a state. Democracy indicator determined by citizen participating in politics and governance. Prosperity a state, indication a positive correlation with its form of ideal democracy, where someone economic store level has an effect to their awareness to participate in political process, and poorness as one of the factor of resistor individual awareness forming society to be able to involve in political process. Tionghoa is one of the exist ethnic in Indonesia which majority is living in private sector and they have wide access for ownership of economics resource, and exactly have implication to its economics store level. But their involvement in politics very low and not significant.

This article explores about the relation of level economic with political participation of Tionghoa ethnic society at Pilkadasung 2005 in Medan, based on Lingkungan VI Kelurahan Pusat pasar Medan, Kecamatan Medan kota.

Keywords: relation of the economic store level with political participation 1. PENDAHULUAN

Demokrasi dianggap sebagai pemerintahan ideal yang terbaik untuk diterapkan di negara-negara di dunia yang diharapkan mampu menjawab permasalahan rakyat dan menegakkan kedaulatan rakyat. Seperti yang ditegaskan Dahl (1982: 7): “Demokrasi mengacu pada suatu ideal atau tipe khusus rezim yang nyata dalam artian ideal, demokrasi merupakan suatu kondisi tertib politik kenegaraan yang paling sempurna”. Indonesia sebagai sebuah negara yang berdaulat menganut paham demokrasi dalam sistem pemerintahannya, ini tercantum di dalam Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa: “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar”. Namun proses demokratisasi di Indonesia mengalami beberapa orde transisi di dalam mewujudkan pembangunan demokrasi yang ideal tersebut.

Pada kenyataannya, wujud demokrasi hanya berada pada tataran yang imajiner, hal yang terasa sulit untuk diwujudkan. Ini terbukti dengan kondisi yang diadopsi dari berbagai negara yang ada di belahan dunia, yang selalu saja mengalami dilema permasalahan penegakan demokrasi khususnya di negara-negara berkembang. Dahl mengungkapkan (1982: 12): “Kriteria demokrasi ideal selalu menuntut berbagai hal sehingga tidak ada rezim aktual yang mampu memenuhinya secara utuh…ketika mencari demokrasi ideal maka tidak ada rezim yang demokratis”.

Kebutuhan penegakan demokrasi di Indonesia pascareformasi mengalami perkembangan yang sangat pesat sampai pada tataran pemerintahan lokal (daerah). Pada Juni 2005, Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam sejarah perpolitikan Indonesia yaitu pemilihan kepala daerah secara langsung atau disingkat Pilkadasung.

(2)

Ini adalah bentuk proses perwujudan dan penegakan demokrasi di Indonesia. Di mana konteks ini menjadikan progres ke arah pencapaian demokratisasi ideal menjadi berdina-mika di Indonesia sebagai salah satu solusi dari permasalahan penegakan demokrasi di Indonesia. Pilkadasung diyakini sebagai jawaban dalam pemenuhan kebutuhan penegakan demokrasi langsung di dalam pemerintahan lokal sekaligus sebagai solusi dalam rangka mengembalikan supremasi rakyat dalam politik, dan legitimasi kekuasaan bagi calon terpilih kepala daerah akan semakin kuat yang didasarkan atas kedaulatan rakyat. Di mana permasalahan yang berdinamika dalam pemilihan kepala daerah ini akan mempengaruhi tingkat demokratisasi di daerah khususnya Kota Medan, ibukota Sumatera Utara; semakin tinggi partisipasi rakyat setempat dalam proses pemilihan kepala daerah, semakin tinggi pula tingkat demokratisasi di daerah tersebut.

Kemakmuran sebuah negara mengindika-sikan korelasi yang positif dengan terwujudnya demokrasi yang ideal. Hal ini didukung oleh pendapat Lipset & Lerner (dalam Huntington dan Nelson, 1994: 27): “Adanya hubungan yang positif antara pembangunan ekonomi dan demokrasi juga hubungan antara modernisasi sosio-ekonomi dengan partisipasi politik”. Senada dengan itu, Azra (2002: 1) juga menyatakan: “Setidaknya salah satu prasyarat yang dapat membuat pertumbuhan demokrasi menjadi memberi harapan yaitu peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat secara keseluruhan, semakin sejahtera ekonomi sebuah bangsa maka semakin besar peluangnya untuk mengembangkan dan mempertahankan demokrasi.”

Dengan kata lain, dalam konteks makro, asumsi yang dapat dibangun bahwa sebuah negara yang makmur, tentunya perwujudan demokrasi di negara tersebut akan cenderung lebih baik. Lipset dan Deutsch (dalam Gaffar, 2005: 22) menyatakan: “Terdapat suatu keyakinan bahwa demokrasi baru akan berjalan dengan baik kalau ditopang oleh kondisi sosio-ekonomi yang kuat. Terutama dilihat dari besar-kecilnya pendapatan per kapita masyarakat...”. Dengan kata lain demokrasi akan terwujud dengan baik dalam sebuah negara yang makmur. Kemakmuran akan membawa kesadaran dari rakyat untuk terlibat langsung dalam politik

dan pemerintahan. Hal ini menjadi hal yang riskan untuk terwujud.

Partisipasi politik masyarakat merupakan indikator ukur tingkat atau wujud demokrasi yang ideal dalam sebuah negara, di mana pendapat Sastroatmodjo (1995: 67): “Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi....”. Dengan kata lain, faktor utama perwujudan demokrasi di dalam sebuah negara adalah partisipasi warganya dalam proses politik di negara tersebut. Partisipasi politik masyarakat adalah aspek penting dari demokratisasi. Di mana unsur demokrasi ditentukan oleh bagaimana kesadaran dari warga negara untuk berpartisipasi di dalam politik dan pemerintahan.

Penelitian yang dilakukan Clark, dalam bukunya Menguak Kekuasaan dan Politik Di Dunia Ketiga, menyimpulkan bahwa negara-negara dunia ketiga yang sudah mengembangkan demokrasi melalui pemilu seperti India, Tanzania, Nigeria, Meksiko, dan Brasil, tingkat partisipasi politik masyarakatnya dalam pemilu rata-rata hanya mencapai 64,5 persen di mana masih belum mencapai seperti yang diharapkan (1985: 58) yang tentunya membutuhkan penggalian kembali atau penelitian yang berkesinambungan.

Pengaruh tingkat ekonomi individu di dalam masyarakat sebagai unsur pembentukan partisipasi politik individu tersebut dalam konteks mikro mempunyai korelasi antara keduanya. Surbakti (2003: 144) menyatakan: “Seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi yang tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga mempunyai minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan terhadap pemerintah”.

Kemudian pendapat Surbakti (2003: 232): “Masyarakat yang miskin dalam sumber-sumber ekonomi akan mengalami kesukaran untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakatnya yang akan menyebabkan timbulnya frustrasi dan keresahan...yang pada gilirannya melumpuhkan demokrasi.” Ungkapan tersebut menggambarkan bahwa kemiskinan adalah salah satu faktor penghambat kesadaran individu yang membentuk masyarakat untuk dapat terlibat di dalam politik dan pemerintahan yang dapat menimbulkan akses lumpuhnya demokratisasi di dalam sebuah negara.

(3)

Etnis Tionghoa adalah salah satu etnis yang ada di Indonesia. Generasi pertamanya berasal dari pelabuhan Xiamen Provinsi Fujian, berlayar menuju Singapura dan Indonesia untuk mencari kehidupan yang lebih baik, yang pada kenyataannya mereka mengalami perjuangan yang keras dan penderitaan. Selang beberapa tahun kemudian, mereka berhasil melakukan pembangunan dan perubahan di antaranya menjadi pengusaha dan bankir ternama. Sedemikian suksesnya warga etnis Tionghoa tersebut dalam bidang ekonomi, sehingga muncul pendapat/stigma yang beredar dalam masyarakat bahwa tiga persen warga Tionghoa menguasai 70% perekonomian Indonesia (Wibowo, 2000: xv). Diskriminasi terhadap mereka dari berabagai pihak juga terkadang kerap terjadi, mata pencaharian mereka kebanyakan bergerak di sektor perdagangan dan bisnis, secara tidak langsung tingkat ekonomi mereka lebih tinggi dari etnis-etnis lain, kebanyakan dikarenakan akses terhadap pemilikan sumber-sumber daya yang mereka kuasai dan mereka kelola.

Keterlibatan mereka di dalam politik bisa dikatakan sangat minim atau rendah, walaupun pada masa reformasi ini ada sedikit peningkatan seperti selama pemilu legislatif. Sejumlah media mencatat setidaknya terdapat 150 caleg Tionghoa, meskipun pada akhirnya hanya sebagian kecil yang berhasil mendapatkan kursi. Di berbagai daerah muncul berbagai kreasi partisipasi politik yang dulu terasa minim sekali. Mulai dari peningkatan keanggotaan partai politik, inisiatif debat/diskusi politik oleh Asosiasi Tionghoa, kampanye partai politik, sampai sosialisasi proses pemilu, namun belum signifikan dan seperti yang diharapkan (Kompas, 2004: 2).

Salah satu kelurahan di Kota Medan yang mempunyai penduduk mayoritas etnis Tionghoa adalah Kelurahan Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota. Kelurahan Pusat Pasar Medan terdiri dari sembilan lingkungan dengan jumlah penduduk keseluruhan 6007 orang. Mayoritas mata pencaharian penduduk di Kelurahan Pusat Pasar tersebut adalah berdagang, ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang berprofesi sebagai pedagang dan pengusaha sebanyak 5183 orang.

Dari semua uraian di atas disimpulkan bahwa partisipasi politik mempunyai keterkaitan dengan tingkat ekonomi seseorang di mana semakin tinggi tingkat ekonomi

seseorang maka partisipasi politik dari orang tersebut akan cenderung lebih tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan pembuktian dengan jalan penelitian, dengan obyek yang diteliti adalah etnis Tionghoa dan momen partisipasi politiknya adalah Pilkadasung. Peneliti akan melakukan penelitian korelasional antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik. Hal ini menarik mengingat obyek penelitian cenderung mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi namun partisipasi politiknya masih diragukan.

2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut permasalahan utama dari penelitian ini adalah: apakah ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat etnis Tionghoa pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung 2005 Kota Medan di Lingkungan VI Kelurahan Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota?

Sehubungan dengan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menguji adanya hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat etnis Tionghoa pada Pilkadasung 2005 Kota Medan di Lingkungan VI Kelurahan Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota.

2. Melihat besaran hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat etnis Tionghoa pada Pilkadasung 2005 Kota Medan di Lingkungan VI Kelurahan Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota.

3. Melihat polarisasi hubungan di antara unsur-unsur tingkatan ekonomi individu terhadap partisipasi politik individu tersebut secara kolektif.

3. URAIAN TEORI

Ekonomi adalah cabang dari ilmu sosial yang berobyek pada individu dan masyarakat. Menurut terminologinya, Silk (dalam Rosyidi 1996: 27) menyatakan: “Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang kekayaan (wealth) dan merupakan suatu bagian yang penting daripada studi tentang manusia. Hal ini disebabkan karena sifat manusia yang telah dibentuk oleh kerjanya sehari-hari, serta

(4)

sumber-sumber material yang mereka dapatkan”.

Unsur kekayaan menjadi ukuran di dalam studi tentang ekonomi di mana unsur kekayaan dan sumber sumbernya merupakan kunci akses di dalam pemenuhan tingkatan kebutuhan manusia. Dengan kekayaan maka pemenuhan kebutuhan akan tercapai, di mana semakin kaya seseorang maka akan semakin tinggi kemampuannya untuk memenuhi tingkatan kebutuhannya. Kemudian definisi dari status ekonomi atau tingkat ekonomi, Surbakti (2003: 144) berpendapat bahwa: “Yang dimaksud status ekonomi ialah kedudukan seseorang di dalam pelapisan masyarakat berdasarkan pemilikan kekayaan”. Faktor kekayaan tersebut merupakan dasar penentuan pelapisan seseorang di dalam masyarakat berdasarkan status ekonominya. Sastroatmodjo (1995: 15) juga mengungkapkan: “Status ekonomi adalah kedudukan seorang warga negara dalam pelapisan sosial yang disebabkan oleh pemilikan kekayaan”. Pemilikan kekayaan di dalam masyarakat sebagai dasar di dalam menentukan tinggi rendahnya status ekonomi individu di dalam masyarakat.

Partisipasi politik diartikan oleh Huntington dan Nelson (1990: 6): “Sebagai suatu kegiatan warga negara preman (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah”. Surbakti (2003: 140) menyatakan: “Partisipasi politik ialah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya”. Kemudian Mc Closcy (dalam Budiardjo, 1998: 2) berpendapat: “Partisipasi adalah kegiatan secara pribadi dan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum”.

Pada kenyataannya, kalau kita merujuk pada perkembangan demokratisasi negara-negara di dunia, negara-negara dunia ketiga lebih banyak mengalami permasalahan penegakan demokrasi dibanding dengan negara-negara maju. Dari berbagai penelitian yang dilaksanakan di negara dunia ketiga, banyak terdapat permasalahan rendahnya wujud demokratisasi sehingga dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa negara dunia ketiga adalah kelompok negara yang pertumbuhan ekonomi atau tingkat ekonomi negaranya cenderung

terbelakang dibanding negara maju. Maka dari fakta ini sebenaranya ada keterkaitan antara tingkat ekonomi atau pertumbuhan ekonomi sebuah negara dengan wujud penegakan demokrasi di negara tersebut. Dengan kata lain, perwujudan demokrasi di sebuah negara ditentukan oleh bagaimana kondisi ekonomi negara tersebut.

Dapat dikatakan bahwa kemakmuran sebuah negara mengindikasikan sebuah korelasi yang positif dengan terwujudnya demokrasi yang ideal dan ini didukung oleh pendapat beberapa ahli seperti yang diungkapkan Lipset & Lerner (dalam Huntington dan Nelson, 1993: 27): “Adanya hubungan yang positif antara pembangunan ekonomi dan demokrasi juga hubungan antara modernisasi sosio-ekonomi dengan partisispasi politik”. Selain itu ditegaskan juga oleh Azyumardi (1993: 1): “Setidaknya salah satu prasyarat yang dapat membuat pertumbuhan demokrasi menjadi memberi harapan yaitu peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat secara keseluruhan, semakin sejahtera ekonomi sebuah bangsa maka semakin besar peluangnya untuk mengembangkan dan mempertahankan demokrasi.”

Begitu banyak pendapat para ahli yang menyatakan bahwa ekonomi sebagai sebuah aspek di dalam wujud demokratisasi di sebuah negara, bahkan ada yang fanatis mengatakan bahwa pembangunan ekonomi adalah salah satu keharusan di dalam menegakkan sebuah negara demokrasi. Seperti ungkapan Lipset dan Deutsch (dalam Gaffar, 2005: 22) berikut: “Terdapat suatu keyakinan bahwa demokrasi baru akan berjalan dengan baik kalau ditopang oleh kondisi sosio-ekonomi yang kuat. Terutama dilihat dari besar-kecilnya pendapatan per kapita masyarakat...”. Ungkapan ini berderivasi dari penelitian yang dilakukan Lipset dan Deustch di Amerika Serikat dengan kajian perilaku warga negara dalam Pemilihan Umum di mana dari penelitian yang dilakukan tersebut ditemukan suatu pola bahwa pendapatan, pendidikan, dan status sosial merupakan faktor penting dalam proses partisipasi atau dengan kata lain yang pendapatannya tinggi, yang pendidikannya tinggi dan yang berstatus sosial tinggi, cenderung untuk lebih banyak berpartisipasi daripada orang yang berpendapatan serta pendidikannya rendah (Budiardjo, 1998: 9).

Hasil penelitian yang dilakukan Prewitt dan Verba pada tahun 1993

(5)

menunjukkan, ada beberapa hal yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam politik. Hal yang paling pokok adalah: (1) tingkat pendidikan, (2) income (penghasilan), (3) ras dan etnisitas, (4) jenis kelamin, dan (5) usia (J. Geovani, 2004: 2). Dari penelitian yang dilakukan tersebut salah satu hal yang pokok di dalam mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam politik adalah pendapatan (income), yaitu salah satu elemen dasar dari ekonomi. Kemudian penelitian lainnya yang pernah dilakukan yang berkaitan dengan status ekonomi dan partisipasi politik di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sidney Verba dan Norman H. Nie yang meneliti mengenai keadaan di Amerika Serikat. Penelitian tersebut bertema Political Participation in America di mana hasil dari penelitian ini melihat bahwa orang-orang kota lebih banyak memberikan suara daripada orang-orang desa dan orang yang berpendapatan tinggi cenderung untuk lebih banyak berpartisipasi dari orang yang berpendapatan rendah. Hasil penelitian ini kemudian diperkuat, ditindaklanjuti, dan dianalisis kembali oleh Deustch dalam penelitiannya yang berjudul Politics and Government. Ia mengambil kesimpulan bahwa di Amerika Serikat sepertiga dari kelompok warga negara yang paling tinggi status serta pendapatannya, mengadakan partisipasi enam kali lebih banyak daripada sepertiga dari kelompok warga negara yang paling rendah dan memperoleh dua kali lebih banyak tanggapan positif dari pemerintah (Budiardjo, 1998: 9).

Namun ada juga pendapat ahli yang tidak sepenuhnya mendukung konsep atau kesimpulan di atas. Penelitian yang dilakukan oleh Huntington dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Partisipasi Politik di Negara Berkembang, menyoroti hubungan antara pembangunan ekonomi di sebuah negara berkembang dengan tingkat partisipasi politik masyarakatnya. Salah satu penjelasan dari hasil penelitiannya adalah tingkat pembangunan sosio-ekonomi yang lebih tinggi di sebuah negara memang mengakibatkan tingkat partisipasi politik yang lebih tinggi, tetapi hal itu tidak selamanya benar. Banyak faktor lain sebagai penentu di dalam menentukan tinggi rendahnya partisipasi politik, bahkan akan sangat mungkin pembangunan sosio-ekonomi yang tinggi mengakibatkan sebuah partisipasi politik yang

dimobilisasi, yang sebenarnya adalah semu, yang menjurus kepada partisipasi politik yang rendah dan buruk seperti yang banyak terjadi di negara-negara berkembang (Huntington dan Nelson, 1990: 59).

Penelitian yang dilakukan dalam rangka untuk menggali dan mengetahui pola kehidupan sosial dan politik etnis Tionghoa juga dilakukan oleh beberapa ahli di antaranya Cristine Sujhana Tjhin (2004: 2), seorang peneliti di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pola partisipasi politik yang dilaksanakan warga etnis Tionghoa tersebut tidak lain sebatas memperlancar dan memenuhi tujuan dan kepentingan mereka saja. Dari data tersebut tersirat bahwa tujuan partisipasi politik warga etnis Tionghoa tersebut tidak terlepas dari meningkatkan status ekonominya, walaupun secara tidak langsung ini menunjukkan sebuah korelasi yang tentunya harus digali kembali dengan penelitian yang akan dilakukan di dalam kancah penelitian.

4. PERUMUSAN HIPOTESIS

Sebelum merumuskan hipotesis terlebih dahulu diketahui kerangka konseptual yaitu kerangka berpikir buatan penulis yang ditujukan untuk menggambarkan paradigma hubungan di antara variabel berdasarkan teori tertentu yang ditujukan untuk merumuskan hipotesis (Usman dan Akbar, 2004: 33).

Penelitian yang dilakukan oleh Sidney Verba dan Norman H. Nie yang meneliti mengenai keadaan di Amerika Serikat, bertema Political Participation in America, melihat bahwa orang-orang kota lebih banyak memberikan suara daripada orang-orang desa dan orang yang berpendapatan tinggi cenderung lebih banyak berpartisipasi dari orang yang berpendapatan rendah. Hasil penelitian ini kemudian diperkuat dan dianalisis lagi oleh Deustch dalam penelitian yang berjudul Politics and Government di Amerika Serikat, bahwa sepertiga dari kelompok warga negara yang paling tinggi status serta pendapatannya mengadakan partisipasi enam kali lebih banyak daripada sepertiga dari kelompok warga negara yang paling rendah, dan memperoleh dua kali lebih banyak tanggapan positif dari pemerintah (Budiardjo, 1998: 9).

(6)

27 Dalam hal ini penulis membuat

kerangka konseptual yang menyatakan adanya pengaruh/ hubungan antara tingkat ekonomi

terhadap partisipasi politik masyarakat yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1:

Hubungan/Pengaruh Tingkat Ekonomi terhadap Partisipasi Politik Masyarakat

Partisipasi Politik Masyarakat (Y)

Tingkat Ekonomi (X)

xy

r

Kemudian dari kerangka konseptual tersebut dirumuskanlah hipotesis penelitian ini sebagai berikut: Ada hubungan yang signifikan antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat.

Namun untuk keperluan pengujian hipotesis dibutuhkan dua alternatif hipotesis untuk dirumuskan. Maka untuk memenuhi syarat pengujian tersebut penulis merumuskannya sebagai berikut:

Secara statistik dinyatakan sebagai berikut:

Ho :

μ

= 0 (Tidak ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat)

Ha :

μ

0 (Ada

hubungan

tingkat

ekonomi terhadap partisipasi

politik masyarakat)

5. METODOLOGI

5.1 Bentuk, Populasi, dan Sampel Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah analisa kuantitatif, dengan format penelitian eksplanasi yaitu penelitian yang ingin melihat hubungan atau korelasi di antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat (Bungin, 2001: 51). Sebagai variabel bebas adalah tingkat ekonomi dan variabel terikat adalah partisipasi politik yang kemudian diuji melalui statistik.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga masyarakat etnis Tionghoa pada Lingkungan VI Kelurahan Pusat Pasar Medan yang berumur 17 tahun atau yang sudah menikah dan terdaftar sebagai pemilih di kelurahan tersebut yang berjumlah 355 Orang.

Adapun populasi penelitian ini diambil berdasarkan persyaratan yang ditetapkan Pemerintah bagi mereka yang berhak menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang tertuang di dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005.

Jumlah presisi yang penulis ambil lam penelitian ini adalah sebesar 10 %, disebabkan jumlah populasi cukup besar yaitu berkisar 355 orang, adapun rumus yang dipakai untuk menentukan dan mengambil sampel adalah rumus yang dikemukakan oleh Taro Yamane (dalam Rahmat, 1989: 113). da

N n =

N. d2 + 1

Di mana: n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = presisi, ditetapkan 10 % dengan derajat kepercayaan 90 %.

jumlah sampel dalam penelitian ini adalah: 355

n = = 78,02 355 X (10%)2 + 1

(7)

Tabel 1.

Populasi Berdasarkan Klasifikasi Tingkat/Lapisan Ekonomi Pemilih pada Lingkungan VI

Tingkat Ekonomi Kriteria Jumlah

Atas

• Luas lantai bangunan < 15 m2per orang • Jenis dinding/tembok permanen

• Mampu membayar berobat ke rumah sakit mewah, kelas 1 • Mempunyai tabungan/barang yang mudah dijual dengan

nilai minimal di atas Rp 2.000.000,- • Pendapatan di atas Rp 2.000.000,- per bulan

143

Menengah

• Luas lantai bangunan < 10 m2per orang • Jenis dinding/tembok permanen

• Mampu membayar berobat ke puskesmas/poliklinik • Mempunyai tabungan/barang yang mudah dijual dengan

nilai minimal Rp 1.000.000,-

• Pendapatan di bawah Rp 2000.000,- per bulan

198

Bawah

• Luas lantai bangunan < 8 m2 per orang

• Jenis dinding tempat tinggal kayu, rumbia, tembok tanpa diplester

• Tidak mampu membayar berobat ke puskesmas/ poliklinik • Tidak punya tabungan/barang yang mudah dijual dengan

nilai minimal Rp 500.000,-

• Pendapatan di bawah Rp 600.000,- per bulan

14

Sumber: Kelurahan Pusat Pasar Medan 2006

Penulis menggunakan teknik sampling disproportionate stratified random sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi yang berstrata namun tidak/kurang proporsional (Usman dan Akbar, 2004: 45), di mana untuk pemilih ekonomi bawah keseluruhannya diambil sebagai sampel yang berjumlah sembilan orang kemudian tingkat ekonomi atas dan menengah diambil secara proporsional dengan perhitungan sebagai berikut:

Untuk tingkat atas 346

146 X 69 = 29 orang

Untuk tingkat menengah 346

200 X 69 = 40 orang

Jumlah sampel yang diambil untuk

Tabel 2.

Jumlah Sampel y bil Berdasarkan

No. Ting Sampel

masing-masing tingkatan/strata lapisan ekonomi tersebut dapat dilihat di dalam Tabel 2 berikut:

ang diam

Klasifikasi Tingkat Ekonomi Pemilih Lingkungan VI

kat

Jumlah Ekonomi

1. Atas 146 29

2. M h

J 355

enenga 200 40

3. Bawah 9 9

umlah 78

.2 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data lapanga

eliti menggunakan analisa dengan alat uji

5

Untuk memperoleh data-data dari n digunakan metode yaitu: observasi untuk memperoleh gambaran nyata mengenai situasi kondisi sosial dari lokasi yang diteliti, wawancara dengan beberapa orang yang menguasai mengenai lokasi atau daerah yang akan diteliti juga sebagai verifikasi memperkuat data hasil kuesioner. Studi dokumentasi kelurahan, kuesioner tertutup (angket) dengan skala pengukuran ratting scale yaitu data kuantitatif yang dikualitatifkan dan menggunakan skala nilai 1-4. Sebelum diberikan kepada responden, kuesioner tersebut terlebih dahulu diadakan pre-test guna mengetahui reliabilitas dan validitas dari butir pertanyaan kuesioner tersebut (Singarimbun, 91 : 1981).

Pen

statistik menggunakan rumus-rumus, koefisien korelasi product moment dari Pearson. Untuk mengukur hubungan X dan Y dengan angka hasil yang dinamakan koefisien korelasi dan untuk interpretasi kuat lemahnya hubungan tersebut digunakan pedoman berikut:

(8)

Tabel 3.

Intrepretasi dari Nilai Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

Uji hipotesis dengan menggunakan uji r untu

.3 Definisi Operasional

onal merupakan

litik) adalah

. DESKRIPSI LOKASI

Kelurahan Pusat Pasar Medan adalah

ungan VI Kelurah

ak di anta

Kelurahan Pusat Pasar Medan terdiri dari sem

gkungan VI Kelu

Katolik. , 2001: 212)

k mengetahui hubungan signifikan tidaknya hubungan X dengan Y dengan jalan membandingkan r hitung dengan r tabel. Kemudian uji koefisien determinasi, yakni untuk melihat besarnya persentase pengaruh atau determinan variabel X terhadap Y (Sugiyono, 1999: 27).

5

Definisi operasi

petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, untuk mengetahui baik buruknya pengukuran dari suatu penelitian. Yang menjadi definisi operasional adalah variabel X (tingkat ekonomi) adalah tingkatan pelapisan sosial seseorang di dalam masyarakat yang didasarkan pada kekayaan seseorang tersebut yang merupakan akses terhadap pemenuhan tingkatan-tingkatan kebutuhan dan keinginan seseorang tersebut. Indikator – indikatornya bisa diukur dari: penghasilan, pengeluaran, pemilikan terhadap benda-benda berharga, jabatan pekerjaan/mata pencaharian, pemenuhan tingkatan kebutuhan.

Variabel Y (partisipasi po

kegiatan, keterlibatan atau keikutsertaan seseorang warga negara biasa (yang tidak mempunyai wewenang di pemerintahan) secara sukarela yang dilakukan secara legal di dalam proses momen politik tertentu. Dalam hal ini adalah pemilihan kepala daerah langsung yang bertujuan untuk melakukan pemilihan terhadap penguasa atau pejabat pemerintahan di tingkat daerah (lokal) secara langsung. Indikator-indikatornya bisa diukur dari: dukungan terhadap kandidat walikota, keterlibatan di dalam proses pilkadasung, keterlibatan di dalam kegiatan kampanye, keterlibatan di dalam tim sukses salah satu kandidat walikota, dan ikut memilih kandidat walikota di dalam pilkada.

6

salah satu kelurahan dari 12 kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Kota. Asal mula nama kelurahan tersebut berawal dari lokasi kelurahan tersebut di mana di dalamnya terdapat sebuah obyek yaitu Pasar Sentral atau lebih dikenal dengan istilah “Pusat Pasar” yang dahulunya hingga sekarang dijadikan sebagai pusat perdagangan di Kota Medan.

Lokasi penelitian Lingk

an Pusat Pasar Medan, pada awalnya dihuni oleh beragam suku yang heterogen yang berdagang dan bertempat tinggal di wilayah tersebut. Namun setelah masa kemerdekaan indonesia tahun 1945, banyak dari suku bangsa Indonesia, atau lebih dikenal dengan istilah “pribumi”, menjual tempat tinggal mereka dan pindah ke wilayah lain dengan alasan mencari lokasi yang lebih baik lagi. Kemudian secara bertahap dalam jangka waktu singkat mayoritas penduduk yang berdomisili di wilayah tersebut, khususnya Lingkungan VI, mayoritas dihuni kalangan etnis Tionghoa.

Kelurahan Pusat Pasar Medan terlet ra Jalan Sutomo, Jalan Veteran, dan Jalan Thamrin, dengan koordinat geografis 3º 30' – 3º 43' LU dan 98º 35' – 98º 44' BT dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 m di atas permukaan laut. Luas kelurahan ini sekitar 4,6 km2.

bilan lingkungan di antaranya adalah Lingkungan VI yang menjadi obyek lokasi dari penelitian ini. Batas adminstratif dari Lingkungan VI: sebelah barat berbatasan dengan Jalan Sutomo, sebelah utara berbatasan dengan Jalan Merbabu, sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Gedeh, dan sebelah timur berbatasan dengan Jalan Salak.

Usia produktif penduduk Lin

rahan Pusat Pasar Medan cukup tinggi, maka dapat dipastikan pembangunan akan cepat terealisasi. Mata pencaharian penduduk pada Lingkungan VI Kelurahan Pusat Pasar Medan yang paling mendominasi adalah pengusaha dan pedagang, dan bergerak pada sektor swasta. Mayoritas penduduk Lingkungan VI Kelurahan Pusat Pasar Medan adalah alumnus dari SLTA, sementara mayoritas agama penduduk di Lingkungan VI Kelurahan Pusat Pasar Medan adalah agama Budha dan Kristen, baik Protestan maupun

(9)

Perekonomian rakyat pada Lingkungan VI Kelurahan Pusat Pasar Medan mayorit

an dengan dua kan

data jawaban sponden terhadap kuesioner pada variabel X (tingkat

ada beb

ibusi Jawaban Responden dalam Mencari Dukungan Bagi gan Salah Satu

N

tersedia as, bahkan dapat dikatakan hampir

100%, ditopang oleh sektor swasta dan perdagangan yang dilaksanakan masyarakatnya dalam kehidupan perekonomiannya sehari-hari. Bentuk atau struktur perumahan yang ada pada Lingkungan VI Kelurahan Pusat Pasar Medan, berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada lokasi penelitian, mayoritas adalah pertokoan atau lebih dikenal dengan istilah “ruko”.

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Langsung Tahun 2005 di Kota Med

istr

didat, yaitu pasangan Abdilah-Ramli dan Maulana-Sigit yang dilaksanakan pada Kelurahan Pusat Pasar Medan tanggal 25 Juni 2005 berjalan dengan tertib, teratur, dan terkendali. Pelaksanaan Pilkadasung di Kelurahan Pusat Pasar Medan membagi tempat pemungutan suara (TPS) menjadi 10 TPS dengan melingkupi sembilan lingkungan yang ada di Kelurahan Pusat Pasar Medan tersebut. Hasil perolehan suara yang diperoleh masing-masing kandidat Walikota Medan: Ir. H. Maulana Pohan dan Sigit Pramono Asri, S.E. memperoleh 378 suara dan Drs. H. Abdilah, Ak., MBA dan Drs. H. Ramli, M.M. memperoleh 1582 suara.

7. PENYAJIAN DATA Dari penyajian re

ekonomi), dapat dijelaskan bahwa mayoritas penghasilan masing-masing responden di dalam penelitian ini cukup tinggi. Artinya, mayoritas responden mempunyai status atau tingkat ekonomi menengah ke atas. Ini diperkuat dengan hasil pengamatan (observasi) peneliti di lapangan. Dari tipe rumah penduduk, mayoritas adalah pertokoan khususnya di daerah penelitian yaitu Lingkungan VI, dan didukung oleh aktivitas masyarakat Lingkungan VI dalam menjalani kesehariannya, baik itu kepunyaan akan barang-barang berharga dan sebagainya. Hal tersebut didukung pula oleh data kelurahan mengenai strata tingkatan ekonomi masyarakat Lingkungan VI tersebut yang kebanyakan menempati tingkat ekonomi menengah dan atas.

Pada penyajian data, jawaban responden pada variabel Y (partisipasi politik)

erapa poin atau tabulasi tunggal yang akan dipaparkan di dalam artikel ini berkaitan

dengan partisipasi politik warga Tionghoa pada Pikadasung ini. Di antaranya dukungan dari warga Tionghoa terhadap salah satu calon kandidat Walikota Medan seperti yang diuraikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. D

Kemenan

Kandidat Walikota Medan dan Wakilnya

o. Jawaban yang Frekuensi Persentase 1 . Y

Sumber ioner penelitian tahun 2006 variabel

an Tabel 4 di atas dapat iketahui bahwa etnis Tionghoa di dalam peneliti

: Kues Y Berdasark d

an ini memiliki intensitas partisipasi politik yang tinggi khususnya pada pemilihan kepala daerah langsung yaitu pemilihan Walikota Medan dan wakilnya. Hal ini didukung dengan wawancara sebagai verifikasi dalam memperkuat/ mendukung data hasil dari kuesioner yang dikumpulkan. Dari wawancara terhadap tokoh etnis Tionghoa pada Lingkungan VI, etnis Tionghoa sangat mempunyai kepentingan di dalam berpolitik dan harus terjun ke dalam dunia politik walaupun sering kali mendapatkan hambatan dari berbagai elemen politik yang ada. Kemudian momen pilkadasung ini adalah momen baru yang sangat membuka peluang bagi etnis Tionghoa untuk menentukan nasibnya ke depan dibandingkan dengan pemilihan kepala daerah yang lalu yang menggunakan sistem perwakilan yang diangkat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Di dalam sistem pemilihan kepala daerah langsung yang baru dilaksanakan ini mereka bisa secara transparan mengetahui profil kandidat kepala daerah tersebut sehingga mereka bisa menjatuhkan pilihan secara rasional. Yaitu menjatuhkan pilihan kepada siapa yang mereka lihat/anggap dapat memperjuangkan aspirasi mereka sebagai

(10)

warga etnis Tionghoa yang ada di Kota Medan.

Keterlibatan etnis Tionghoa di dalam kampan

Tabel 5.

Distribusi Jawaban en Keterlibatan di

No. Jawaban yang Frekuensi Persentase ye salah satu kandidat Walikota Medan, dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner pada variabel Y (partisipasi politik) dapat dilihat dalam Tabel 5 berikut:

Respond

dalam Kampanye Salah Satu Kandidat Walikota Medan dan Wakilnya

tersedia

Sum er: Kuesioner penelitian ta 6 v

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahu

satu cara yang aman bagi etnis Tiongho

Tabel 6.

Distribusi Jawaba den Sumbangan

No. Jawaban yang Frekuensi Perse tase

b hun 200 ariabel

Y

i bahwa jawaban responden terpecah, tidak terfokus pada satu pilihan jawaban. Di mana yang terlibat di dalam kampanye adalah mayoritas, namun tidak sedikit juga yang tidak terlibat di dalam kegiatan kampanye tersebut. Untuk menjelaskan hal ini penulis kembali melakukan wawancara. Hasil wawancara tersebut yaitu etnis Tionghoa mempunyai mata pencaharian sebagai pengusaha dan pedagang, alasan ini dijadikan penyebab dari banyaknya etnis Tionghoa yang tidak terlibat langsung di dalam kegiatan kampanye tersebut dikarenakan kesibukan mereka dalam menjalankan usaha dan pekerjaannya sehari-hari. Kemudian penulis melakukan wawancara dengan penduduk etnis Tionghoa di sekitar wilayah penelitian. Mereka menyatakan bahwa bagi mereka tidak perlu untuk terlalu menonjol di dalam sebuah kegiatan politik yang akan membawa mereka dalam kesulitan. Namun bukan berarti mereka tidak ikut terlibat di dalam proses politik tersebut, karena mereka juga mempunyai kepentingan di dalam proses politik tersebut terutama di dalam melaksanakan dan mendukung usaha mereka dan penentuan nasib mereka ke depan. Bagi mereka, berpartisipasi tidak harus dengan kegiatan kampanye tetapi banyak hal lain yang lebih aman bagi mereka untuk dilakukan dalam rangka mendukung calon Walikota Medan dan wakilnya. Dengan

demikian masih terdapat dikotomi yang menjurus kepada perasaan adanya diskriminasi bagi penduduk Tionghoa kebanyakan, dari berbagai aspek sosial khususnya aspek politik yang membuat penduduk etnis Tionghoa menjalankan sebuah strategi di dalam memperjuangkan aspirasinya di dalam pemerintahan serta untuk terlibat di dalam perpolitikan.

Salah

a di dalam berpartisipasi adalah dengan pemberian dana sumbangan bagi tim sukses salah satu kandidat Walikota Medan. Dapat di uraikan jawaban responden tentang hal tersebut dalam tabulasi tunggal berikut ini:

n Respon

Dana terhadap Salah Satu Tim Sukses Calon Walikota Medan

tersedia n

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat diketah

m sioner p ahun ariabel Y

ui bahwa mayoritas responden pernah memberikan dana kepada tim sukses Walikota Medan walaupun beragam intensitasnya, dan sebagian lagi responden tidak pernah memberikan sama sekali. Hal ini terlepas dari benar tidaknya alokasi dana yang diberikan tersebut membawa nama tim sukses salah satu calon walikota tersebut, namun inilah pernyataan dari para responden dari kuesioner yang dibagikan kepada mereka. Untuk mendukung pernyataan/jawaban dari responden ini peneliti juga melakukan verifikasi dengan melakukan wawancara. Sehubungan dengan hal ini diketahui bahwa di Lingkungan VI terdapat banyak pengusaha besar yang mempunyai rumah di berbagai wilayah di Indonesia bahkan sampai ke luar negeri, dan dari pengusaha tersebut sangat intens terlibat di dalam perpolitikan dalam rangka menggerakkan usaha yang mereka kelola. Namun kebanyakan dari mereka berpartisipasi “di balik layar”. Artinya tidak secara terbuka dan menonjol menunjukkan

(11)

32

Tionghoa di dalam tim suk

arkan mayoritas respond

mereka mendukung atau terlibat di dalam proses politik, tetapi sebenarnya mereka memainkan peranan yang luas terutama dari sisi material. Khususnya di dalam Pilkadasung ini, di mana keterlibatan mereka di dalam tim sukses calon Walikota Medan sangat memainkan peranan yang luas di dalam pencapaian kemenangan dari masing-masing kandidat Walikota Medan.

Keterlibatan etnis

ses dari salah satu kandidat walikota Medan dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner pada variabel Y (partisipasi politik) dapat dilihat dalam Tabel 7.

Tabel 7 menggamb

en tidak terlibat di dalam tim sukses salah satu calon walikota Medan tersebut,

hanya sebagian saja dari responden yang ikut terlibat di dalam tim sukses walikota Medan tersebut, gambaran ini didukung oleh wawancara sebelumnya yang dilakukan penulis pada beberapa warga etnis Tionghoa di mana mayoritas dari etnis Tionghoa berpartisipasi secara tertutup artinya mereka tidak ingin menonjol/menampakan keterlibatan dan keikutsertaannya di dalam sebuah proses politik namun bukan berarti mereka tidak ikut berpartisipasi di dalam proses politik, karena dalam melaksanakan aktivitas politiknya mereka mencari cara atau strategi yang paling aman bagi mereka untuk terlibat di dalam proses politik.

Tabel 7.

Distribusi Jawaban Responden tentang Keterlibatan di dalam Salah Satu Tim Sukses Calon Walikota Medan dan Wakilnya

No. Jawaban yang tersedia Frekuensi Persentase

1. Ikut menjadi tim sukses salah satu calon Walikota Medan dan aktif

dalam semua kegiatan tim sukses tersebut 2 2,56% 2. Ikut menjadi tim sukses salah satu calon walikota Medan tetapi tidak

begitu aktif dalam kegiatan tim sukses tersebut 16 20,51% 3. Terdaftar sebagai tim sukses, namun tidak pernah terlibat dalam

kegiatan tim sukses tersebut 9 11,54%

4. Tidak terlibat sama sekali 51 65,39%

Total 78 100%

Sumber: Kuesioner penelitian tahun 2006 butir pertanyaan No. 4 Variabel Y

Dari kandidat Walikota Medan terpilih yaitu Abdilah dan Ramli, dukungan dan penilaian etnis Tionghoa terhadap Walikota Medan terpilih tersebut dapat diuraikan dalam tabulasi tunggal di bawah ini:

Tabel 8.

Distribusi Jawaban Responden tentang Potensi Walikota Medan dan Wakilnya Terpilih dalam

Memimpin Medan Ke depan

No. Jawaban yang

tersedia Frekuensi Persentase 1. Sangat

berpotensi 50 64,10% 2. Cukup

berpotensi 27 34,62% 3. Kurang

berpotensi 1 1,28% 4. Tidak

berpotensi 0 0%

Total 78 100%

Sumber: Kuesioner penelitian tahun 2006 variabel Y

Dari persentase di atas, mayoritas responden menyatakan bahwa Walikota Medan terpilih mempunyai potensi untuk membangun Kota Medan ke depannya. Hal ini didukung oleh dukungan mayoritas etnis Tionghoa terhadap pasangan kandidat Walikota Medan Drs. Abdilah Ak., MBA dan Drs. Ramli M.M. Di mana latar belakang etnis Tionghoa yang bermata pencaharian dari sektor swasta dan berdagang, Drs. Abdilah Ak., MBA adalah Walikota Medan sebelumnya dan merupakan salah seorang pengusaha. Di mana kondisi atau iklim usaha yang telah diciptakan oleh Abdilah di Kota Medan selama pemerintahannya memberikan kepercayaan kembali bagi etnis Tionghoa di dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan mata pencahariannya.

(12)

menjabat Walikota Medan yang lalu, ia telah berhasil membangun Kota Medan sehingga menjadi seperti sekarang. Kota Medan diakui sebagai kota paling maju pertumbuhannya di Indonesia. Perkembangan Kota Medan dibanding dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia jauh lebih baik. Kepemimpinan Abdilah menunjukkan hasil yang menakjubkan, angka-angka pertumbuhan dihampir semua sektor dan bidang ekonomi yang berhasil dicapainya. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan terus meningkat sejak kepemimpinannya.

Masyarakat etnis Tionghoa sendiri khususnya yang terdapat pada Kelurahan Pusat Pasar Medan berpretensi bahwa Drs. Abdilah Ak, MBA lebih mengerti dan peduli terhadap

mereka para pengusaha dan pedangang di karenakan Drs. Abdilah Ak, MBA sendiri notabenenya adalah salah seorang pengusaha yang ada di Kota Medan dahulunya. dari kedekatan profesi ini maka etnis Tionghoa kebanyakan menaruh simpatinya kepada kandidat pasangan Walikota Medan Abdilah-Ramli tersebut. Warga etnis Tionghoa sendiri kebanyakan melihat bahwa pasangan Walikota Medan Abdilah-Ramli cukup mempunyai potensi yang lebih baik untuk kemajuan Kota Medan ke depannya, hal inilah yang memberikan harapan bagi mereka khususnya etnis Tionghoa tentang pembangunan Kota Medan ke depannya ditangan pasangan walikota Medan terpilih Abdilah-Ramli.

8. POLA HUBUNGAN JAWABAN

RESPONDEN TERHADAP ITEM

PERTANYAAN KUESIONER ANTARA VARIABEL X DAN Y

Untuk melihat keterkaitan jawaban responden dari item pertanyaan variabel X (tingkat ekonomi) dengan variabel Y (partisipasi politik) sesuai dengan indikator-indikator dari masing-masing variabel yang mewakili, maka dipilih lima item pertanyaan

untuk dilakukan tabulasi silang (crosstabs) agar dapat dilihat kecenderungan dan pola pilihan, serta keterkaitan dari tiap item jawaban responden dari masing-masing variabel X dan variabel Y tersebut.

Berikut dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer (software) yaitu program untuk pengolahan data statistik, di bawah ini akan diuraikan hasil tabulasi silang dalam tabel-tabel berikut diikuti dengan analisa penulis.

Tabel 9.

Hubungan Jawaban Responden atas Item Pertanyaan Penghasilan terhadap Dukungan

Penghasilan * Dukungan Crosstabulation

Dukungan

Total Tidak pernah

mendukung dan aktif

Hanya kebetulan

saja

Hanya saat tertentu

Senantiasa aktif

Penghasilan di bawah Rp 500.000,- 0 1 0 0 1 Rp 500.000,- – Rp 1.000.000,- 7 12 4 0 23 Rp 1.000.000,- – Rp 2.000.000,- 0 12 8 9 29

Di atas Rp 2.000.000,- 1 3 6 15 25

Total 8 28 18 24 78

Sumber: Data olahan program komputer untuk statistik

Tabel 10.

Hubungan Jawaban Responden atas Item Pertanyaan Pengeluaran terhadap Keterlibatan dalam Kampanye

Pengeluaran * Keterlibatan dalam Kampanye Crosstabulation Keterlibatan dalam Kampanye

Total Tidak pernah

terlibat

Hanya

ikut-ikutan sesekali Hanya

Ya, terlibat

aktif

(13)

Pengeluaran di bawah Rp 500.000,- 4 0 0 0 4 Rp 500.000,- – Rp 1.000.000,- 13 7 6 2 28 Rp 1.000.000,- – Rp 2.000.000,- 15 9 6 3 33

Di atas Rp 2.000.000,- 5 1 3 4 13

Total 37 17 15 9 78

Sumber: Data olahan program komputer untuk statistik Dari Tabel 9 dapat dijelaskan yang berpenghasilan di bawah Rp 500.000,- sampai Rp 1.000.000,- atau dapat dikatakan responden yang mempunyai tingkat ekonomi yang lebih rendah, menyatakan tidak pernah mendukung dan hanya kebetulan saja memberikan dukungannya pada salah satu kandidat Walikota Medan sebanyak 20 orang (penjumlahan). Yang menyatakan hanya pada saat tertentu memberikan dukungannya bagi salah satu kandidat Walikota Medan hanya empat orang, dan tidak ada yang menyatakan senantiasa aktif dalam mendukung salah satu kandidat Walikota Medan tersebut. Namun yang berpendapatan Rp 1.000.000,-. sampai di atas Rp 2.000.000,- atau dapat dikatakan responden yang mempunyai tingkat ekonomi yang lebih tinggi, 24 orang (penjumlahan) menyatakan senatiasa aktif dalam memberikan dukungan bagi salah satu kandidat Walikota Medan dan 14 orang (penjumlahan) menyatakan aktif pada saat tertentu saja, dan sisanya 15 orang (penjumlahan) menyatakan hanya kebetulan saja mendukung salah satu kandidat Walikota Medan serta hanya satu orang yang menyatakan tidak pernah mendukung sama sekali. Dari uraian ini

menunjukkan pola bahwa semakin tinggi penghasilan responden ada kecenderungan akan semakin baik/kuat dukungan mereka terhadap salah satu kandidat Walikota Medan.

Dari Tabel 10 di atas menunjukkan tidak ada pola baku yang mempunyai keteraturan, di mana semakin tinggi pengeluaran dari responden tidak ada kecenderungan akan semakin tinggi keterlibatan mereka di dalam kegiatan kampanye. Ini terlihat dari 13 orang responden dengan pengeluaran Rp 500.000,- – Rp 1.000.000,- juga 15 orang responden yang mempunyai pengeluaran Rp1.000.000 – Rp 2.000.000,- serta lima orang responden yang mempunyai pengeluaran di atas Rp 2.000.000,- menyatakan tidak pernah terlibat di dalam kampanye salah satu kandidat Walikota Medan. Sehingga kebanyakan dari responden menjawab bahwa sebenarnya mereka tidak terlibat di dalam kampanye salah satu kandidat Walikota Medan. Hal ini telah diinterpretasikan sebelumnya dalam distribusi jawaban responden tentang keterlibatan responden di dalam kampanye salah satu kandidat Walikota Medan.

Tabel 11.

Hubungan Jawaban Responden atas Item Pertanyaan Pemilikan Benda Berharga terhadap Keterlibatan di dalam Proses Pilkada/Keuangan

Pemilikan Benda Berharga * Keterlibatan di dalam Proses Pilkada/Keuangan Crosstabulation

Keterlibatan di dalam Proses

Pilkada/Keuangan Total Tidak

pernah

Kadang-kadang

Cukup sering

Sering sekali Pemilikan benda berharga

Total

Hanya sedikit saja 9 0 0 0 9 Hanya sebagian saja 15 16 5 0 36

Ya, semua ada 5 6 10 12 33

29 22 15 12 78

Sumber: Data olahan program komputer untuk statistik

(14)

Dari Tabel 11 di atas menggambarkan keterkaitan jawaban responden tentang pemilikan benda berharga mereka dengan pemberian/ bantuan keuangan mereka pada salah satu tim sukses kandidat Walikota Medan. Dari data di atas menunjukkan pola hubungan bahwa semakin tinggi kepemilikan akan benda-benda berharga dari responden tersebut ada kecenderungan akan semakin terlibat di dalam pemberian/bantuan keuangan mereka terhadap salah satu kandidat Walikota Medan tersebut. Dari tabel di atas dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa hanya sebagian saja memiliki barang berharga yaitu 15 orang responden menyatakan tidak pernah terlibat di dalam memberikan bantuan dana bagi tim sukses kandidat walikota dan 16 orang responden menyatakan kadang-kadang memberikan dana bagi calon walikota. Artinya, dalam pemberian sumbangan atas tim sukses salah satu kandidat walikota tersebut, responden pada tataran ekonomi menengah hanya kadang-kadang saja memberikan, dan responden pada tataran ekonomi atas sebanyak 12 orang menyatakan sangat sering memberikan sumbangan dana, dan 10 orang responden menyatakan cukup sering memberikan sumbangan dana bagi salah satu tim sukses kandidat walikota Medan. Ini berarti mayoritas responden pada tataran ekonomi atas sering memberikan sumbangan dana bagi salah satu tim sukses calon Walikota

Medan. Dari deskripsi ini tergambar bahwa ada pola bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi para responden maka sumbangan dana atas salah satu tim sukses kandidat Walikota Medan juga semakin intens.

Tabel 12 berikut menunjukkan tidak ada pola baku yang mempunyai keteraturan, di mana semakin tinggi pemenuhan kebutuhan atas pekerjaan responden tidak ada kecenderungan akan semakin tinggi keterlibatan responden di dalam kegiatan tim sukses salah satu kandidat walikota Medan. Ini terlihat dari jumlah 38 orang responden yang mencukupi kebutuhannya atas pekerjaan yang ditekuninya menyatakan tidak pernah terlibat sama sekali di dalam salah satu tim sukses kandidat Walikota Medan. Sehingga mayoritas responden menjawab bahwa sebenarnya mereka tidak terlibat sama sekali di dalam kegiatan tim sukses salah satu kandidat Walikota Medan. Hal ini telah diinterpretasikan sebelumnya dalam distribusi jawaban responden tentang keterlibatan responden di dalam kegiatan salah satu tim sukses kandidat Walikota Medan. Hal tersebut diakibatkan etnis Tionghoa berpartisipasi secara tertutup, artinya mereka tidak ingin menonjol/menampakkan keterlibatan dan keikut-sertaannya di dalam sebuah proses politik.

Tabel 12.

Hubungan Jawaban Responden atas Item Pertanyaan Pemenuhan Kebutuhan atas Pekerjaan terhadap Keterlibatan di dalam Tim Sukses Salah Satu Kandidat

Pemenuhan Kebutuhan atas Pekerjaan * Keterlibatan di dalam Tim Sukses Salah Satu Kandidat Crosstabulation

Keterlibatan di dalam Tim Sukses Salah Satu Kandidat Tidak

terlibat sama sekali

Terdaftar dan tidak pernah terlibat

Ikut dan tidak begitu

aktif

Ikut dan aktif

Total

Pemenuhan kebutuhan atas pekerjaan

Total

Tidak mencukupi 2 0 0 0 2

Kurang mencukupi 5 0 0 0 5

Mencukupi 38 6 7 0 51

Sangat mencukupi 6 3 9 2 20

51 9 16 2 78

Sumber: Data olahan program komputer untuk statistik

(15)

Tabel 13.

Hubungan Jawaban Responden atas Item Pertanyaan Pemenuhan Tingkat Kebutuhan terhadap Keikutsertaan Memilih

Pemenuhan Tingkat Kebutuhan * Keikutsertaan Memilih Crosstabulation

Keikutsertaan Memilih

Total tingkat kebutuhan

Total

Sumber: Data olahan program komputer untuk statistik Dari Tabel 13 di atas dapat dijelaskan hanya tiga orang responden yang menyatakan pemenuhan tingkatan kebutuhannya tidak terpenuhi dan kurang terpenuhi, atau dapat dikatakan responden yang mempunyai tingkat ekonomi yang lebih rendah, dan datang ikut serta memilih salah satu kandidat Walikota Medan. Namun yang menyatakan pemenuhan tingkatan kebutuhannya cukup terpenuhi dan sangat terpenuhi atau dapat dikatakan responden yang mempunyai tingkat ekonomi yang lebih tinggi 67 orang (penjumlahan) menyatakan datang ikut serta memilih salah satu kandidat Walikota Medan. Dari uraian penjelasan ini menunjukkan pola bahwa semakin tinggi pemenuhan tingkat kebutuhan dari responden ada kecenderungan akan semakin baik/kuat minat keikutsertaan dari responden untuk memilih salah satu kandidat Walikota Medan.

9. PEMBAHASAN

9.1 Besaran Hubungan/Korelasi antara Variabel X (Tingkat Ekonomi) dan Variabel Y (Partisipasi Politik)

Untuk melihat bagaimana pengaruh tingkat ekonomi yang merupakan variabel bebas (X) terhadap partisipasi politik masyarakat yang merupakan variabel terikat (Y) pada masyarakat etnis Tionghoa yang dibahas di dalam penelitian ini, maka digunakan rumus statistik untuk melihat hubungan di antara variabel yang akan diteliti, yaitu analisa korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:

( )

(

)

rxy = Besarnya korelasi antara kedua variabel

x dan y

xi = Variabel X (tingkat ekonomi)

yi = Variabel Y (partisipasi politik)

n = Jumlah sampel

Tetapi untuk efektivitas dan efisiensi di dalam proses penghitungan koefisien korelasi tersebut, penulis menggunakan bantuan pengolahan data dari software komputer untuk pengolahan data statistik. Maka dari itu setelah proses tabulasi data dari masing-masing jawaban responden terhadap dua kelompok pertanyaan untuk variabel X dan variabel Y dari kuesioner penelitian ini, didapat koefisien korelasi berikut:

Tabel 14.

Hasil Korelasi Variabel X Tingkat Ekonomi terhadap Variabel Y Partisipasi Politik

(16)

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi dari penelitian ini bernilai positif yaitu rxy = 0,786.

Diinterpretasikan tingkat keeratan hubungan di antara kedua variabel di dalam penelitian ini yaitu variabel X (tingkat ekonomi) dan variabel Y (partisipasi poltik) dengan menggunakan pedoman yang dikemukakan Bungin (2001: 212) untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi tersebut, berada pada interpretasi kelas 0,60 – 0,799 Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keeratan pengaruh tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik berada pada interpretasi kuat di dalam penelitian ini.

9.2 Pengujian Hipotesis

Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis di dalam penelitian ini maka penulis menggunakan uji hipotesis dengan uji r dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika rhitung > rtabel maka Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya ada pengaruh signifikan antara variabel X (tingkat ekonomi) terhadap variabel Y (partisipasi politik) 2. Jika rhitung < rtabel maka Ho diterima dan Ha

ditolak, artinya tidak ada pengaruh signifikan antara variabel X (tingkat ekonomi) terhadap variabel Y (partisipasi politik).

Kemudian dari ketentuan-ketentuan tersebut maka didapat nilai rhitung yaitu nilai

dari koefisien korelasi yang telah diperoleh dan disebutkan di atas yaitu bernilai rxy =

0,786. Maka nilai rhitung tersebut dibandingkan

dengan rtabel. Pada nilai rtabel dengan α=

95% diketahui bahwa untuk sampel sebanyak N = 78 orang tidak terdapat di dalam rtabel

product moment, yang tertera hanya untuk sampel sebanyak N=75 dan N= 80, maka dari itu untuk mendapatkan nilai rtabel dari sampel

sebanyak N=78 orang tesebut, maka penulis menggunakan perhitungan interpolasi yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

Untuk taraf signifikan 5 % atau α= 95% maka:

N = 80 mempunyai nilai 0,220 N = 75 mempunyai nilai 0,227 N = 78 mempunyai nilai X

Maka perhitunganya sebagai berikut: (78 – 75): (80 – 75) = (x – 0,227): (0,220 – 0,227)

3 : 5 = (x – 0,227): (0,220 – 0,227)

5 (x – 0,227) = 3 (-0,007) 5x – 1,135 = - 0,021

5x = - 0,021 + 1,135 X = 1,114

5 = 0,222

Setelah melalui proses interpolasi di atas maka didapat nilai rtabel sebesar 0,222.

Selanjutnya diperbandingkan dengan rhitung

yaitu sebesar 0,786, maka dapat diuraikan bahwa

rhitung > rtabel sesuai dengan ketentuan yang

diuraikan sebelumnya: apabila rhitung > rtabel

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan: “Ada pengaruh/hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat” dapat diterima.

9.3 Determinasi Hubungan antara Variabel X terhadap Variabel Y

Selanjutnya untuk melihat seberapa besar pengaruh determinan dalam persentase antara tingkat ekonomi sebagai variabel bebas (X) terhadap partisipasi politik sebagai variabel terikat (Y) di dalam penelitian ini, maka akan diuji dengan uji koefisien determinasi sebagai berikut:

D = (rxy)2 X 100%

D = (0,786)2 X 100% D = 0,6177 X 100% D = 61,77%

Berarti hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik adalah sebesar 61,77% sedangkan sisanya 38,23% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti faktor kultural, pendidikan, agama, kesukuan, dan faktor-faktor lainnya yang tidak termasuk di dalam kajian penelitian ini.

10.KESIMPULAN

1. Mayoritas penduduk etnis Tionghoa di Kelurahan Pusat Pasar Medan bekerja/ berprofesi di sektor swasta yang menyebabkan status ekonomi mereka

(17)

38

cenderung berada pada strata menengah ke atas.

2. Penduduk etnis Tionghoa di Kelurahan Pusat Pasar Medan, Kecamatan Medan Kota, menjatuhkan pilihannya secara rasional terhadap kandidat Walikota Medan. Yaitu berdasarkan kinerja kandidat dan memilih kandidat yang mereka lihat/anggap dapat memperjuangkan aspirasi mereka sebagai warga etnis Tionghoa di Kota Medan.

3. Masih terjadi dikotomi/perbedaan atau gap yang menjurus kepada perasaan adanya diskriminasi bagi penduduk etnis Tionghoa khususnya di Lingkungan VI Kelurahan Pusat Pasar Medan dari berbagai aspek sosial khususnya aspek politik, yang menyebabkan warga etnis Tionghoa berpartisipasi dalam politik dengan cara yang paling aman menurut mereka. Di antaranya dengan berpartisipasi secara tertutup dan tidak mengikuti kegiatan politik secara terbuka. 4. Dari hasil pengolahan data yang

dipaparkan sebelumnya, menggambarkan adanya polarisasi bagi kalangan etnis Tionghoa. Bahwa semakin tinggi tingkat

ekonomi individu/seseorang, maka kepentingan mereka dan kebutuhan mereka terhadap perpolitikan juga akan semakin tinggi, dalam rangka mendukung usaha dan kegiatan mereka ke depannya.

5. Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi, menunjukkan hubungan variabel X (tingkat ekonomi) dengan variabel Y (partisipasi politik) berada dalam kategori kuat dengan pengaruh determinasi sebesar 61,77% sedangkan sisanya 38,23% dipengaruhi faktor-faktor lain seperti faktor kultural, pendidikan, agama, kesukuan, dan faktor-faktor lain yang tidak termasuk di dalam kajian penelitian ini. 6. Dari hasil uji hipotesis menggunakan uji r

diperoleh rhitung > r tabel (0,786 > 0,222). Ini

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. 2002. Problematika Politik Islam di Indonesia. Gramedia, Jakarta.

Budiardjo, Miriam. 1998. Partisipasi dan Partai Politik. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Airlangga University Press, Surabaya.

Clark, Robert P. 1989. Menguak Kekuasaan dan Politik di Dunia Ketiga. Erlangga, Jakarta.

Dahl, Robert. 1982. Dilema Demokrasi Pluralis. Rajawali, Jakarta.

Gaffar, Affan. 2005. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Geovanie, J. 2004. Golput Bukan Alternatif Terbaik. Kompas, Selasa 10 Februari.

Huntington, Samuel P. dan Nelson, Joan M. 1990. Partisipasi Politik Di Negara Berkembang. Rineka Cipta, Jakarta.

Huntington, Samuel P. 1993. Tertib Politik di tengah Pergeseran Kepentingan Masa. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Rakhmat, Jalaluddin. 1989. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Karya, Bandung.

Rosyidi, Suherman. 1996. Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Sastroatmodjo, Sudijono. 1995. Perilaku Politik. IKIP Press, Semarang.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan. 1981. Metode Penelitian Survai. LP3ES, Yogyakarta.

Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta, Bandung.

Surbakti, Ramlan. 2003. Memahami Politik. Grasindo, Jakarta.

Tjhin, Christine Sussana. 2004. Partisipasi Politik Tionghoa dan Demokrasi. Kompas, Senin 20 September.

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo setiady. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara, Jakarta.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Wibowo, I. 2000. Harga yang harus dibayar Sketsa Pergulatan Etnis Cina di Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gambar

Gambar 1: Hubungan/Pengaruh Tingkat Ekonomi terhadap Partisipasi Politik Masyarakat
Tabel 7 menggamb
Tabel 9. Hubungan Jawaban Responden atas Item Pertanyaan Penghasilan terhadap Dukungan
Tabel 11. Hubungan Jawaban Responden atas Item Pertanyaan Pemilikan Benda Berharga
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Rencana Kerja Pemerintah Desa yang selanjutnya disebut RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang memuat rencana

Soon after the AWA Amendments were enacted, federal prosecutors used them to try to impose stricter pretrial release conditions than the judicial officer had determined was

Apabila dalam keadaan yang sangat memaksa perkawinan di bawah umur dapat dilakukan dengan mengajukan dispensasi ke pengadilan agama yang telah ditunjuk oleh kedua orang tua dari

Dalam bidang hiburan ini kita dapat melakukan bermacam kegiatan dengan menggunakan komputer, seperti mendengar lagu-lagu dan memutar film, yang tentunya untuk melakukan semua

hipertensi dengan tekanan darah rata-rata pasien di Poliklinik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah tingkat

Tidak dianjurkan untuk menceritakan bisnis kepada mitra kerja mengenai hal apa yang sedang berusaha Anda bangun di samping pekerjaan kantor yang Anda lakukan.. Akan ditemui lebih

In the 1970s, FAO developed practical procedures to estimate crop water requirements and yield response to water stress which have become widely accepted standards in the planning