• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Metode Ceramah dengan Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Semester IV Pada Mata Kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Metode Ceramah dengan Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Semester IV Pada Mata Kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PADA MATA KULIAH ASKEB II DI AKBID

KHOLISATUR RAHMI BINJAI TAHUN 2014

GITA ANGGRAINI

NIM : 135102018

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

(2)
(3)

 

Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014

ABSTRAK Gita Anggraini

Latar belakang : paradigma lama dalam proses pembelajaran adalah pendidik memberi pengetahuan secara pasif kepada mahasiswa. Kondisi pembelajaran yang demikian masih mendominasi proses pembelajaran pada sebagian besar jenjang pendidikan. Suatu inovasi pembelajaran telah berkembang dan salah satu inovasi pembelajaran tersebut

adalah dengan menggunakan pembelajaran metode talking stick. Penerapan metode

pembelajararan talking stick diharapkan lebih dapat meningkatkan hasil belajar pada mahasiswa dibandingkan dengan penerapan metode pembelajaran secara konvensional.

Tujuan penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014.

Metodologi : desain penelitian quasy eksperiment dengan pendekatan pretest-posttest control group design. Sampel penelitian 92 orang. Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan t-dependent dan

t-independent.

Hasil : hasil penelitian menunjukkan pada kelompok intervesi sebelum diberi talking stick nilai hasil belajar = 49,13 dan setelah diberi talking stick = 74,24 diperoleh nilai p = 0.001, dapat disimpulkan ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi talking stick . Pada kelompok kontrol sebelum diberi ceramah nilai hasil belajar = 51,57 dan

setelah diberi ceramah = 62,65 diperoleh nilai p = 0.001, dapat disimpulkan ada

perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi ceramah. Dan hasil belajar pada kelompok kontrol dan intervansi disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara talking stick dengan ceramah (nilai p = 0,001).

Kesimpulan : penelitian membuktikan bahwa adanya perbedaan antara metode ceramah & talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Askeb II. Diharapkan supaya para dosen menerapkan metode talking stick sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

.

(4)
(5)

Puji syukur peneliti ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas berkat rahmat

dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah askeb II di akademi kebidanan kholisatur rahmi binjai

tahun 2014 .

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan,

masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatra Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara

3. dr. Hemma Yulfi, DAP&E M. Med.ED selaku dosen pembimbing dalam

penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang telah meluangkan waktu,

memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan karya tulis

Ilmiah ini

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Jitasari Tarigan Sibero, SST, S.Pd, M.Kes, selaku direktris Akademi

Kholisatur Rahmi Binjai yang telah memberi izin untuk melkukan

(6)

 

semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah

6. Seluruh teman – teman D-IV Bidan pendidik USU yang telah memberikan

dukungan kepada peneliti sehingga proposal karya tulis ilmiah ini selesai.

7. Semua pihak yang mendukung peneliti dalam menyelesaikan karya tulis

ilmiah

Akhir kata peneliti ucapkan terimahkasih atas semua bantuan yang diberikan,

semoga mendapat anugerah dari ALLAH SWT. Amin Ya Robbal Alamin.

Medan, Juli 2014

Penulis

(Gita Anggraini)

(7)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar ... 6

1. Pengertian Metode Ceramah ... 7

a. Kelebihan Metode Ceramah ... 7

b. Kelemahan Metode Ceramah ... 7

c. Langkah-langkah Menggunakan Metode Ceramah ... 6

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 8

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 10

3. Prosedur Pembelajaran Kooperatif ... 11

4. Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif ... 11

C. Pengertian Metode Talking Stick ... 12

1. Kelebihan Metode Talking Stick………... 12

(8)

 

1. Defenisi Belajar ... 14

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar ... 12

3. Proses Belajar Orang Dewasa ... 15

4. Hasil Belajar ... 16

5. Sasaran Penilaian Hasil Belajar ... 16

6. Penilaian Hasil Belajar ... 15

7. Batas Minimal Hasil Belajar ... 18

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 19

E. Kajian tentang Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Kala III & IV ... 21

A. Kala III

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel ... 33

C. Tempat Penelitian ... 34

D. Waktu Penelitian ... 34

E. Pertimbangan Etika Penelitian ... 34

(9)

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 36

I. Analisis Data ... 38

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 40

1.Analisis Univariat ... 40

2.Analisis Bivariat ... 43

B.Pembahasan ... 46

1.Interprestasi dan diskusi hasil ... 46

2.Keterbatasan Penelitian ... 52

3.Implikasi untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Bidan ... 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 54

B.Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(10)

   

Tabel 2.1 Ingatan Terhadap Pembelajaran Dikaitkan Denganjenis Presentasi..13

Tabel 2.2 Tabel Batas Minimal Hasil Belajar……….18

Tabel 5.1Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan Kemampuan Awal (Pre Test)

Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2013…………41

Tabel 5.2 Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan Nilai Post Test Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Kebidanan Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014……….42

Tabel 5.3 Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Sebelum dan Sesudah Dilakukan Metode Ceramah Pada Kelompok Kontrol di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014………43

Tabel 5.4 Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Sebelum dan Sesudah Dilakukan Metode Talking Stick Pada Kelompok Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014……….44

(11)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 : Proses Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya……. 14

Skema 2 : Kerangka Konsep………. 21

Skema 3 : Desain Penelitian……….. 25

(12)

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Lampiran 3 : Lembar CVI

Lampran 4 : Lembar Kuesioner

Lampiran 5 : Lembar Observasi

Lampiran 6 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Lampiran 7 : Surat Izin Data Penelitian

Lampiran 8 : Balasan Surat Izin Pelaksanaan Penelitian

Lampiran 9 : Surat Selesai Penelitian

Lampiran 10 : Master Tabel Penelitian

Lampiran 11 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

(13)

 

Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014

ABSTRAK Gita Anggraini

Latar belakang : paradigma lama dalam proses pembelajaran adalah pendidik memberi pengetahuan secara pasif kepada mahasiswa. Kondisi pembelajaran yang demikian masih mendominasi proses pembelajaran pada sebagian besar jenjang pendidikan. Suatu inovasi pembelajaran telah berkembang dan salah satu inovasi pembelajaran tersebut

adalah dengan menggunakan pembelajaran metode talking stick. Penerapan metode

pembelajararan talking stick diharapkan lebih dapat meningkatkan hasil belajar pada mahasiswa dibandingkan dengan penerapan metode pembelajaran secara konvensional.

Tujuan penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014.

Metodologi : desain penelitian quasy eksperiment dengan pendekatan pretest-posttest control group design. Sampel penelitian 92 orang. Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan t-dependent dan

t-independent.

Hasil : hasil penelitian menunjukkan pada kelompok intervesi sebelum diberi talking stick nilai hasil belajar = 49,13 dan setelah diberi talking stick = 74,24 diperoleh nilai p = 0.001, dapat disimpulkan ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi talking stick . Pada kelompok kontrol sebelum diberi ceramah nilai hasil belajar = 51,57 dan

setelah diberi ceramah = 62,65 diperoleh nilai p = 0.001, dapat disimpulkan ada

perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi ceramah. Dan hasil belajar pada kelompok kontrol dan intervansi disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara talking stick dengan ceramah (nilai p = 0,001).

Kesimpulan : penelitian membuktikan bahwa adanya perbedaan antara metode ceramah & talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Askeb II. Diharapkan supaya para dosen menerapkan metode talking stick sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003).

Prestasi pendidikan di Indonesia tertinggal jauh dibawah negara-negara Asia

lainnya, seperti Singapura, Jepang, dan Malaysia. Bahkan jika dilihat dari indeks

sumber daya manusia, yang salah satunya adalah sektor pendidikan. Posisi Indonesia

kian menurun dari tahun ke tahun (Rosyada, 2007). Salah satu masalah yang

dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam hal

proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan

berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk

menghafal informasi, anak di paksa untuk mengingat dan menimbun berbagai

informasi yang diingatnya sehingga anak didik ketika lulus sekolah mereka pintar

secara teoritis, namun mereka tidak mampu untuk mengaplikasikan teori yang

mereka peroleh tersebut (Sanjaya, 2011).

Pendidikan yang seharusnya mampu menanamkan kemandirian kerja keras

dan kreativitas peserta didik agar dapat berhasil dan berguna dalam masyarakat,

malah menghasilkan peserta didik yang bermental benalu, yakni lulusan pendidik

(15)

dilatarbelakangi sistem pendidikan kita yang top down (dari atas ke bawah)

menganggap bahwa pendidikan sebagai proses pemindahan ilmu dari dosen kepada

mahasiswa. Kognitif mahasiswa dipandang sebagai safe deposit box, yakni

pengetahuan dianggap berasal dari dosen dan ditransfer kepada mahasiswa. Dalam

arti lain mahasiswa hanya menampung apa yang disampaikan dosen (Elmubarok,

2009).

Disamping keteladanan sebagai dosen yang utama pengajaran diuniversitas

perlu juga menggunakan metode pembelajaran yang menyentuh emosi dan

keterlibatan para mahasiswa seperti permainan, stimulasi dan imajinasi. Dosen

hendaknya menjadi fasilitator bagi peserta didiknya, sehingga timbul kebutuhan dari dirinya untuk memperoleh keterampilan dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya

(Elmubarok, 2009).

Pembelajaran aktif mengkoordinasikan agar mahasiswa selalu melakukan

pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat

dilakukan selama pembelajaran. Konsep pembelajaran aktif berkembang setelah

sejumlah institusi melakukan riset tentang lamanya ingatan mahasiswa terhadap

materi pembelajaran terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan. Hasil riset

dari National Training Laboratories di Bethel Maine (1954), Amerika Serikat

menunjukkan bahwa dalam kelompok berbasis dosen (teacher centered learning) mulai dari ceramah, tugas membaca, presentasi dosen dengan audiovisual dan

bahkan demonstrasi oleh dosen, mahasiswa hanya dapat mengingat materi

pembelajaran maksimal sebesar 30% (Warsono & Haryanto, 2012). Universitas

sebagai suatu tempat pendidikan seharusnya mengajarkan pembelajaran cooperative

learning melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada

(16)

 

terstruktur dan menjadikan mahasiswa sebagai sumber belajar bagi teman lainnya

(Wena, 2011).

Menurutt hasil penelitian wirahana (2012) menunjukkan bahwa penggunan

model cooperative learning type talking stick dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas belajar siswa

pada siklus I yaitu 65,28% (cukup aktif) meningkat pada siklus II menjadi 85,41%

(sangat aktif), dengan peningkatan sebesar (20,13%). Sementara itu nilai rata-rata

kinerja guru pada siklus I yaitu 68,21 (cukup baik) meningkat pada siklus II menjadi

87,5 (sangat baik). Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar

53,06 kemudian meningkat menjadi 85,28 pada akhir siklus II.

Dalam konteks ini kita ketahui bahwa pembelajaran kooperatif memiliki

berbagai jenis diantaranya yaitu jigsaw, number head together, group investigation,

student teams achievement division dan metode pendukung pengembangan

pembelajaran kooperatif seperti talking stick, snowball drilling, everyone is teacher

here dan lain sebagainya. Dalam hal ini peneliti mengambil pembelajaran talking

stick yang bertujuan lebih efektif dan bermakna. Karena dengan pembelajaran talking

stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Dalam hal ini

peserta didik harus mampu mengerti makna belajar, manfaat belajaran, dan

bagaimana para peserta didik mampu mencapai proses pembelajaran dengan baik.

Seyogyanya diharapkan kepada peserta didik selain terdapat peningkatan hasil

belajar secara kognitif dan afektif, juga terdapat nilai-nila yang bisa diaplikasikan

(17)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan

Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014”

C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui

perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi

Binjai tahun 2014”

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan akhir mahasiswa

semester IV pada mata kuliah Askeb II

b. Untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah

Askeb II dengan metode ceramah

c. Untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah

Askeb II dengan metode talking stick

d. Untuk membandingkan hasil belajar dengan metode ceramah dan talking

(18)

  D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Memberikan bekal peneliti, sebagai calon dosen untuk lebih meningkatkan dan

memanfaatkan macam-macam metode pembelajaran secara efektif.

2. Bagi Dosen

Menambah informasi dosen mengenai seberapa jauh perbedaan metode

ceramah dengan metode talking stick terhadap hasil belajar.

3. Bagi Pendidikan

Sebagai masukan kepada institusi dalam mengambil kebijakan terkait alternativ

penggunaan metode yang digunakan dalam pembelajaran agar dapat

meningkatkan kualitas institusi

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi

adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Dengan teori

dan pengalaman yang dimiliki, dimana digunakan guru untuk mempersiapakan

program pengajaran dengan baik dan sistematis. Salah satu usaha yang dilakukan

dosen adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen

yang turut ikut mengambil bagian dalam pencapaian keberhasilan kegiatan belajar

mengajar (Zain & Djamarah, 2010).

Mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan

dari dosen kepada mahasiswa. Pendapat Smith mengajar adalah menanamkan

pengetahuan atau keterampilan (teaching is imparting knowledge or skill). Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa mengajar adalah proses penyampaian informasi

yang disampaikan dosen untuk menanamkan pengetahuan atau keterampilan yang

intinya mengarah pada timbulnya keinginan belajar pada mahasiswa (Sanjaya, 2011).

Agar proses belajar dalam kelas lebih efektif maka dosen harus mampu

mengelola proses belajar mengajar dengan baik. Kemampuan dosen dalam

mengelola proses belajar mengajar yaitu kemampuan dalam merencanakan

pengajaran, kemampuan melaksanakan proses belajar mengajar dan kemampuan

mengevaluasi menilai hasil pengajaran (Sudjana, 2009).

Dalam menyusun rencana pengajaran salah satu unsur yang penting yang

harus diperhatikan oleh dosen adalah pemilihan metode pengajaran. Metode

(20)

 

pertimbangan rasional tertentu, masing-masing jenis bercorak khas dan semuanya

berguna untuk mencapai tujuan pengajaran (Sanjaya, 2011).

Metode-metode mengajar banyak jenisnya dan seorang dosen harusnya

mampu memanfaatkan metode yang ada untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran

sehingga mahasiswa lebih tertarik dan mau mengeksplor lagi kemampuan yang

dimiliki. Metode-metode tersebut antara lain : metode ceramah, metode demonstrasi,

metode diskusi, metode tanya jawab, metode simulasi, metode problem solving,

metode eksperimen, metode proyek. Beberapa metode pendukung pengembangan

pembelajaran kooperatif seperti salah satu contohnya adalah metode pembelajaran

talking stick (Sanjaya, 2011).

1. Pengertian Metode Ceramah

Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui

penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok mahasiswa.

(Djamarah & Zain, 2010). Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan

kekurangannya sebagaimana dijabarkan pada penjelasan berikut

a. Kelebihan

Metode ceramah merupakan metode yang mudah dan murah untuk dilakukan,

dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, dapat memberikan pokok-pokok materi

yang perlu ditonjolkan, mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas dan dapat

diikuti oleh jumlah mahasiswa yang besar (Djamarah dan Zain, 2010).

b. Kelemahan

Materi yang dapat dikuasai mahasiswa sebagai hasil dari ceramah akan

terbatas pada apa yang akan dikuasai dosen, mudah menjadi variabelisme (pengertian

(21)

ceramah sangat sulit sekali untuk mengetahui apakah seluruh mahasiswa sudah

mengerti apa yang telah dijelaskan atau belum, dan menyebabkan mahasiswa

menjadi pasif (Djamarah & Zain, 2010)

Sebagaimana yang dikemukakan Sanjaya (2011) ada dua langkah dalam

menerapkan metode ceramah yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan pada

tahap pelaksaan ada tiga langkah yang harus dilakukan yaitu pembukaan, penyajian

dan mengakhiri dan menutup ceramah.

B.Pembelajaran Kooperatif

1. Pembelajaran Aktif Sebagai Induk Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif secara sederhana didefenisikan sebagai metode pengajaran

yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif

mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna

dan senantiasa berfikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran.

Pembelajaran aktif melibatkan mahasiiswa untuk melakukan sesuatu dan berfikir

tentang sesuatu yang sedang dilakukannya.

Hasil riset dari National Training Laboratories di Bethel, Maine (1954), Ameriks Serikat menunjukkan bahwa sekelompok berbasis dosen (teacher centered

learning) mulai dari ceramah, tugas membaca, presentasi dosen dengan audiovisual

dan bahkan demonstrasi oleh dosen,mahasiswa hanya dapat mengingat materi

pembelajaran maksimal sebesar 30%. Dalam pembelajaran diskusi yang tidak

didominasi oleh dosen mahasiswa dapat mengingat sebnyak 50%. Jika para

mahasiswa diberi kesempatan melakukan sesuatu (doing something) mereka dapat

(22)

 

teaching) menyebabkan mereka mampu mengingat sebanyak 90% materi (Warsono

& Hariyanto, 2012).

Gambar 2.1 Piramida Belajar Para Mahasiswa

Sumber. National Training Libraries, Bethel, 1954 (Warsono & Hariyanto, 2012).

Dalam hubungannya dengan hal tearsebut di atas, Edger Dale (1969)

memaparkan hasil temuan penelitiannya, antara lain seperti tertera pada tabel 2.1

berikut ini.

Presentasi

Kemampuan Mengingat

Setelah 3 Jam Setelah 3 Hari

Ceramah 25% 10-20%

Tertulis (membaca) 72% 10%

Visual dan verbal (pengajaran memakai ilustrasi) 80% 65%

Partisipatori (bermain peran, studi kasus, praktik) 90% 70%

Sumber dale, 1969

(23)

2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan

interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi mahasiswa bukan hanya dosen

dan buku ajar, tetapi juga sesama mahsisiswa. Menurut Lie pembelajaran kooperatif

adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk

bekerja sama dengan sesama mahasiswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat

sebagai sumber belajar, disamping dosen dan sumber belajar yang lainnya (Wena,

2011).

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Adapun prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif yang dikembangkan

Sanjaya (2011) meliputi prinsip ketergantungan positif (positif interdependendance),

tanggung jawab perseorangan (individual accountability, interaksi tatap muka (face

to facae promotion interaction, dan partisipasi & komunikasi (participation

communication)

Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence) dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung

kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompok.

Tanggung jawab perseorangan (individual accountability) keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus

memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.

Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) pembelajaran

(24)

 

kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling

membelajarkan.

Partisipasi dan komunikasi (participation Communication) pembelajaran

kooperatif melatih mahasiswa untuk dapat mampu berpatisipasi aktif dan

berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam

kehidupan masyarakat.

4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur pembelajaran meliputi penjelasan materi, belajar dalam kelompok,

penilaian dan pengakuan tim (Sanjaya, 2011).

5. Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa keunggulan dan

keterbatasan sebagaimana dijabarkan pada penjelasan berikut.

a. Keunggulan

Melalui pembelajaran kooperatif mahasiswa tidak terlalu menggantungkan

pada dosen, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,

menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari mahasiswa yang lain.

Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide tau

gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide

orang lain. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang

lain dan menyadari akan keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap mahasiswa untuk

lebih bertanggung jawab dalam belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu

strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik (Sanjaya, 2011).

Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mahasiswa

(25)

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa menggunakan

informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. Interaksi Selma kooperatif

berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk

berpikir (Sanjaya, 2011).

b. Keterbatasan

Untuk memahami dan mengerti filosofi pembeljaran kooperatif memang

butuh waktu. Keberhasilan dalam pembelajaran kooperatif dalam upaya

mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup

panjang. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat

penting untuk mahasiswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya

didasarkan kepada kemampuan secara individual (Sanjaya, 2011).

C. Pengertian Metode Talking Stick

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya

digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau

menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku). Pembelajaran

Talking Stick adalah pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk

mengemukakan pendapat (Rokhani 2012). Talking Stick sebagaimana dimaksudkan

penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya

kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu mahasiswa

kepada mahasiswa yang lainnya pada saat dosen selesai menjelaskan materi

pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat dosen selesai mengajukan

pertanyaan, maka mahasiswa yang sedang memegang tongkat itulah yang

memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan

(26)

 

yang diajukan guru. Talking stick termasuk salah satu metode pendukung

pengembangan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari

dosen setelah mahasiswa mempelajari materi pokoknya (Suprijono, 2009).

Langkah-langkah metode Talking Stick berdasarkan Suprijono (2009), yaitu pembelajaran dengan metode Talking Stick diawali oleh penjelasan dosen mengenai

materi pokok yang akan dipelajari, mahasiswa diberi kesempatan membaca dan

mempelajari materi tersebut, dosen mempersiapakan pertanyaan-pertanyaan yang

akan di ajukan kepada mahasiswa, selanjutnya dosen meminta kepada mahasiswa

menutup bukunya, dosen mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Tongkat tersebut diberikan kepada salah seorang mahasiswa secara acak ataupun

bergilir, mahasiswa yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab

pertanyaan dari dosen, setelah mahasiswa menjawab pertanyaan, kemudian

mahasiswa tersebut memberikan tongkat tersebut kepada teman lainnya secara acak,

mahasiswa yang mendapat tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh dosen, demikian seterusnya sampai semua pertanyaan terjawab, ketika

stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya seyogyanya diiringi musik,

langkah terakhir dari metode talking stick adalah dosen menyimpulkan tentang

materi yang dipelajari. Kemudian evaluasi dan penutup.

Metode talking stick mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangannya sebagaimana dijabarkan pada penjelasan berikut.

a. Kelebihan

Mahasiswa lebih dapat memahami materi karena diawali dari penjelasan

seorang dosen, mahasiswa lebih dapat menguasai materi ajar karena ia diberikan

(27)

sebab ia akan ditanya kembali tentang materi yang diterangkan dan dipelajarinya,

mahasiswa tidak jenuh karena ada tongkat sebagai peningkat daya tarik mahasiswa

mengikuti pelajaran tersebut, pelajaran akan tuntas sebab pada bagian akhir akan

diberikan kesimpulan oleh dosen (Istarani, 2012).

b. Kelemahan

Membuat peserta didik minder jika dosen tidak dapat memberikan dorongan

untuk berani mengemukakan pendapat karena siswa belum terbiasa untuk berbicara

di depan umum (Rokhani, 2012).

D. Belajar

1. Defenisi Belajar

Belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas

pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi,

proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi (Riyanto, 2010).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni masukan (input), proses, dan keluaran (output). Persoalan proses adalah mekanisme atau proses

terjadinya perubahan kemampuan pada diri subyek belajar. Dalam proses ini terjadi

pengaruh timbal balik antara fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat bantu

belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran merupakan hasil

belajar itu sendiri, yang terdiri kemampuan baruu atau perubahan baru pada diri

subyek belajar (Notoatmodjo, 2007). Proses kebiatan belajar tersebut dapat

(28)

 

Proses belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

Metode Alat-alat Bantu

Input Output

(Subyek Belajar) (Hasil Belajar)

Fasilitas Belajar Bahan Belajar

 

Skema 2.1. Proses Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

J. Guilbert, mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses

belajar ke dalam empat kelompok besar, yakni faktor materi, lingkungan,

instrumental, dan faktor individual subyek belajar. Faktor yang pertama, materi ikut

menentukan proses dan hasil belajar. Faktor yang kedua adalah lingkungan yang

dikelompokkan menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Faktor

yang ketiga, instrumental, yang terdiri dari alat peraga, dan perangkat lunak seperti

kurikuklum (dalam pendidikan formal), pengajar atau fasilitator belajar serta metode

belajar mengajar (Notoatmodjo, 2007).

3. Proses Belajar pada Orang Dewasa

Menurut UNESCO, pendidikan orang dewasa, apapun isi, tingkatan dan

metodenya, baik formal maupun tidak, merupakan lanjutan atau pengganti

pendidikan di sekolah ataupun universitas. Hasil pendidikan orang dewasa adalah

perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya. Perubahan perilaku di dalam

proses pendidikan orang dewasa pada umumnya lebih sulit daripada perubahan

perilaku di dalam pendidikan anak. Hal ini dapat dipahami karena orang dewasa

 

(29)

sudah mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu yang mungkin

sudah mereka miliki bertahun-tahun. Jadi pengetahuan, sikap, dan perilaku baru yang

belum mereka yakini tersebut menjadi sulit diterima. Untuk itu diperlukan

usaha-usaha tersendiri agar subyek belajar meyakini pentingnya pengetahuan, sikap, dan

perilaku tersebut bagi kehidupan mereka. Dengan kata lain, pendidikan orang dewasa

dapat efektif menghasilkan perubahan perilaku apabila isi dan cara yang dirasakan

oleh suybyek belajar. Salah satu pesan-pesan pendidikan tersebut dipahami oleh

orang dewasa dan dapat memberikan dampak mengajar yang tepat (Notoatmodjo,

2007).

4. Hasil belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap,

apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar berupa informasi verbal yaitu kapabilitas

mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis,

keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang,

strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengmengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri, keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sikap adalah kemampuan menerima atau

menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut (Sudjana, 2009).

5. Sasaran Penilaian Hasil Belajar

Berdasarkan taksonomi tujuan pendidikan oleh Benjamin S. Bloom (dalam

Sudiyono, 2007) mengungkapkan bahwa sasaran dalam evaluasi hasil belajar

mengacu pada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yaitu ranah kognitif

(30)

 

Ranah kognitif adalh ranah yang mencakup kegiatan mental otak. Dalam ranah

kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir yaitu pengetahuan (knowledge), jenjang ini merupakan jenjang terendah dalam ranah kognitif. Jenjang kedua adalah

pemahaman (comprehension). Jenjang ketiga adalah aplikasi (application). Jenjang keempat adalah analisis (analysis). Jenjang kelima adalah sintesis (synthesis) dan jenjang keenam adalah evaluasi (evaluation). Jenjang ini merupakan jenjang tertinggi

dalam ranah kognitif.

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap

seseorang dapat diramalkan perubahannya bila telah memiliki kognitif pada tingkat

tinggi. Cirri-ciri peserta didik akan terlihat dalam berbagai tingkah laku. Ranah

afektif memiliki lima jenjang yaitu receiving atau attending (menerima atau

memperihatinkan), responding (menanggapi), valuting (menilai atau menghargai),

organization (mengatur atau mengorganisasikan) dan characterization by a value or

value complex (karakterisasi dengan seseatu nilai atau nilai yang nilai).

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Hasil belajar psikomotor merupakan lanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif.

Hasil belajar kognirif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor

apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai

dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.

6. Penilaian Hasil Belajar

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat

(31)

Djamarah (2006) menggolongkan tes hasil belajar menjadi tes formatif, tes

subsumatif dan tes sumatif.

Tes formatif digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan

tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap peserta didik

terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil formatif dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan pengajaran dalam waktu tertentu.

Tes subsumatif meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah

diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya

serap peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Hasil tes

subsumatif dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan

diperhitungkan dalam menentukan nili rapor.

Tes sumatif dilakukan untuk mengukur daya serap peserta didik terhadap bahan

pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester dan satu atau dua

tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau tarap keberhasilan

belajar peserta didik dalam satu periode belajar tertentu. Hasil tes sumatif dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai

ukuran mutu institusi.

7. Batas Minimal Hasil Belajar

Menentukan batas minimum keberhasilan belajar merupakan upaya untuk

menentukan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat

keberhasilan peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Norma-norma

pengukuran tersebut adalah norma skala angka dari 0 sampai 10 dan norma skala

angka dari 0 sampai 100. Angka terendah yang menyatakan kelulusan atau

(32)

 

skala 0-100 adalah 55 atau 60. Selain norma skala angka, pengukuran prestasi belajar

dapat dilakukan melalui simbol huruf-hutuf dengan kriteria A, B, C, D dan E. Simbol

huruf-huruf dapat dipandang sebagai simbol angka-angka (Syah, 2006).

Angka Huruf Predikat

> 80 A Sangat Baik

75-79 B Baik

60-74 C Cukup

55-59 D Kurang

< 54 E Gagal

Table 2.2 Tabel Batas Minimal Hasil Belajar (Akademi Kebidanan Kholisaturrahmi).

8. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Djamarah (2006) mengemukakan bahwa tinggi atau rendahnya hasil belajar

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tujuan, guru, anak didik, kegiatan

pengajaran, bahan dan alat evaluasi, dan suasana evaluasi.

Tujuan adalah pedoman atau sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar

mengajar. Jika suatu tujuan tercapai maka keberhasilan pengajaran juga akan

tercapai. Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan

pengajaran yang dilakukan oleh guru dan secara langsung guru akan mempengaruhi

kegiatan belajar peserta didik. Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan

sejumah ilmu pengetahuan kepada anak didik. Setiap guru memiliki kepribadian

sesuai dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Kepribadian tersebut dapat

mempengaruhi pola kepemimpinan dalam melaksanakan tugas mengajar. Latar

(33)

dosen dibidang pendidikan dan pengajaran. Aspek-aspek inilah yang dapat

mempengaruhi hasil belajar anak didik.

Anak didik merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap

hasil belajar. Kepribadian, intelektual dan biologis setiap anak didik berbeda-beda.

Perbedaan inilah yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Banyak

sedikitnya jumlah anak didik dalam satu kelas akan mempengaruhi keberhasilan

belajar. Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru

dengan anak didik. Pendekatan mengajar yang dilakukan oleh guru akan

mempengaruhi kegiatan dan hail belajar mengajar yang berlainan. Strategi dan

metode pembelajaran sangat menentukan kualitas hasil belajar mengajar.

Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang

sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Masing-masing alat

evaluasi mempunyai keuntungan dan kekurangan. Alat evaluasi terhadap hasil

belajar berupa tes objektif dalam bentuk pilihan berganda dan alat tes dalam bentu

esaay Validitas dan reliabilitas data dari alat evaluasi dapat mempengaruhi

keberhasilan belajar. Suasana evaluasi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi biasanya

dilakukan didalam kelas. Besar kecilnya jumlah anak didik dalam kelas akan

mempengaruhi suasana kelas sehingga mempengaruhi suasana evaluasi yang

(34)

 

E. Kajian tentang Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Kala III dan IV

a. Kala III

1. Fisiologi Kala III

Kala tiga persalinan dimulai saat proses pelahiran bayi selesai berakhir

dengan lahirnya plasenta. Kala tiga persalinan berlangsung rata-rata antara 5 sampai

10 menit, akan tetapi normal kala tiga 30 menit. Risiko perdarahan meningkat

apabila kala tiga lebih lama dari 30 menit (Varneyet al, 2004).

Kala tiga persalinan terdiri dari dua fase berurutan : (1) pelepasan plasenta

dan (2) pengeluaran plasenta. Pelepasan dan pengeluaran terjadi karena kontraksi,

yang mulai terjadi lagi setelah terhenti singkat setelah kelahiran bayi. Cara pelepasan

plasenta ada dua macam yaitu secara schultz dan secara ducan (Varneyet al, 2004).

2. Tanda-Tanda Klinis Pelepasan Plasenta

Tetesan atau opancaran kecil darah yang mendadak, pemanjangan tali pusat

yang terlihat pada introitus vagina, perubahan bentuk uterus dari discoid ke bentuk

globular perubahan ini disebabkan oleh kontraksi uterus dan perubahan dalam posisi

uterus (Varneyet al, 2004).

3. Teknik pengecekan pelepasan plasenta

Selain mengamati tanda-tanda klinis di atas, bidan dapat juga melakukan perasat

untuk mengecek pelepasan plasenta. Tiga perasat yang dapat dilakukan adalah

perasat kustner, strassman dan klien (Sulistyawati & Heny, 2010).

3. Manajemen Aktif Kala III

Syarat : janin tunggal/memastikan tidak ada lagi janin di uterus, tujuan

(35)

a) Keuntungan

Lama kala tiga lebih singkat, jumlah perdarahan berkurang sehingga dapat

mencegah perdarahan post partum & menurunkan kejadian retensio plasenta.

b) Manajemen aktif kala III

Pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri

c) Tindakan yang keliru dalam melaksanakan manajemen aktif kala III

Melakukan masase fundus uteri pada saat plasenta belum lahir, mengeluarkan

plasenta, padahal plasenta belum semuanya lepas, kurang kompeten dalam

mengevaluasi pelepasan plasenta, rutinitas kateterisasi & tidak sabar menunggu saat

terlepasnya plasenta (Sumarah et al, 2009). a) Kesalahan tindakan manajemen aktif kala III

Terjadinya inversio uteri, pada saat melakukan penegangan tali pusat

terkendali terlalu kuat sehingga uterus tertarik keluar dan berbalik, tali pusat terputus,

terlalu kuat dalam penarikan tali pusat sedangkan plasenta belum lepas & syok

(Sumarah et al, 2009). b)Pemeriksaan plasenta

Selaput ketuban utuh atau tidak, plasenta: ukuran plasenta bagian maternal

dan fetal, tali pusa: jumlah arteri dan vena (Sumarah et al, 2009).

c) Pemantauan Kala III

Perdarahan, kontraksi uterus, robekan jalan lahir/laserasi, rupture perineum, tanda

(36)

 

Daftar gejala dan kemungkinan diagnosis pada abnormalitas kala III

No Gejala Gejala Penyerta Kemungkinan Dx

1 Uterus tidak berkontraksi

perdarahan segera/ primer

plasenta lengkap

Syok Atonia uteri

2 Perdarahan segera/primer darah

segar mengalir uterus kontraksi

baik plasenta lengkap

Pucat lemah

menggigil

Robekan jalan lahir

3 Placenta belum lahir setelah 30

menit perdarahan segera

kontraksi uterus baik

Tali pusat putus

inversion uterus

perdarahan lanjut

Retensio plasenta

4 Plasenta /sebagian lengkap

selaput tidak lengkap ada

pembekuan darah perdarahan

segera

Uterus

berkontraksi

tetapi TFU tidak

turun

Sisa plasenta

5 Uterus tidak teraba lumen vagina terisi masa tampak tali pusat perdarahan segera nyeri

Syok neurogenik

pucat

Inversio uteri

6 Perdarahan segera (intra

abdomen/vagina) nyeri perut

berat

perut bawah,perdarahan lebih 24

jam, tidak teratur, terus berbau

Anemia Perdarahan

terlambat

endometritis,

infeksi/tidak, sisa

(37)

b. Kala IV

1. Defenisi

Kala IV persalinan dimulai sejak plasenta lahir sampai ± 2 jam setelah

plasentah lahir. Kala ini dimasukkan dalam persalinan karena pada masa ini sering

timbul perdarahan. Dua jam setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu

dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, yaitu si ibu

melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut

ibu ke dunia luar. Dalam kala IV ini petugas atau bidan harus tinggal bersama ibu

dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan

mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi (Hidayat & Sujiyatini,

2010).

2. Fisiologi Kala IV

Kala IV persalinan dimulai dengan lahirnya plasenta dan berakhir satu jam

kemudian. Pada kenyataan disebut periode satu jam post partum. Walaupun

persalinan secara teknis telah berakhir jam pertama post partum sering berhubungan

dengan kala IV. Hsl itu disebabkan oleh masa kritis wanita yang diawali dengan

pengambilan kondisi dari tekanan masa persalinan, dia harus berada dalam

pengawasan yang ketat oeh bidan dan karena bidan akan menghabiskan waktu

tersebut dengan melakukan aktivitas yang secara langsung berhubungan dengan

priode intrapartum, meliputi:

a. Evaluasi uterus

b. Inspeksi dan evaluasi plasenta, selaput dan tali pusat

(38)

 

Dalam kala IV penderita belum boleh dipindahkan kekamarnya dan tidak

boleh ditinggalkan oleh bidan bidan karena ibu masih membutuhkan pengawasan

yang intensif disebabkan perdarahan atonia uteri masih mengancam sebagai

tambahan, tanda-tanda vital manifestasi psikologi lainnya dievaluasi sebagai

indikator pemulihan dan stress persalinan. Melalui periode tersebut, aktivitas yang

paling pokok adalah perubahan peran, hubungan keluarga akan dibentuk selama jam

tersebut, bayi berada pada tiap-tiap “taking in” pada saat ini sangat penting bagi

proses bonding, dan sekaligus inisiasi menyusui dini (Hidayat & Sujiyatini, 2010).

Komponen dasar untuk kala IV termasuk informasi yang dibutuhkan untuk

evaluasi dan manajemen kebidanan ibu pada bayi baru lahir dan proses bonding ibu

dan anak.

a. Involusi uterus

Setelah melahirkan ukuran dan konsistensi uterus kira-kira seperti buah

melon kecil dan fundusnya terletak tepat dibawah umbilicus. Setelah itu

tinggi fundus berkurang 1-2 cm setiap hari sampai akhir minggu pertama,

saat tinggi fundus sejajar dengan tulang pubis. Sampai minggu ke enam

normal uterus kembali ke bentuknya ketika tidak hamil, yaitu organ kecil

berbentuk buah pir yang terdapat dalam pelvik.

b. Servik, vagina perineum

Servik, vagina dan perineum yang dilihat pertama kali adalah perlukaan, yang

kedua adalah luka memar. Setelah plasenta lahir, segera lihat bagian serviks

apakah mengangu, tebal dan lembek mungkin terjadi edema. Lihat bagian

(39)

c. Episiotomi

Bidan melakukan inspeksi, tanda-tanda infeksi dan bukti-bukti penyembuhan

tergantung pada letak dan kedalaman insisi.

d. Lokea

Lokea adalah keluaran dari uterus setelah melahirkan. Terdiri dari darah,

sel-sel tua, dan bakteri. Lokea pertama kemerahan dan mungkin mengandung

bekuan. Warna lokaea biasanya digambarkan dengan bahasa latin rubra untuk

merah segar, serosa untuk serum kecoklatan, dan alba untuk kuning

keputihan. Lokea biasanya berhenti 2 minggu setelah post partum

e. Vital sign

Tekanan darah, nadi, respirasi harus stabil seperti pada tahap sebelum

bersalin 1 jam post partum. Monitor tekanan darah dan nadi penting selama

kala IV untuk mendeteksi adanya syok yang diakibatkan oleh adanya

kehilangan darah. Pemeriksaan suhu harus cermat diamana suhu tubuh

diperiksa satu kali selam kala IV.

f. Menggigil

Tidak semua ibu pasca persalinan akan menggil. Jika timbul rasa dingin

kemudian ibu menggigil masih dipertimbangkan dalam batas-batas normal

bila tidak disertai infeksi. Menggigil paling banyak dikarenakan ketegangan

syaraf serta energy yang terkuras selama persalinan.

g. Sistem gastrointestinal

Rasa mual muntah akan menghilang. Pertama ibu akan merasa haus dan lapar

(40)

 

h. Sistem renal

i. Air seni yang tertahan menyebabkan kantong kemih lebih membesar. Kondisi

ini terjadi karena trauma yang disebabkan oleh tekanan dan dorongan pada

urehra selama persalinan. Dalam 2 jam post partum ibu harus sudah BAK,

jika ibu belum bias BAK maka lakukan kateterisasi.

j. Perawatan hemoroid

Hemoroid pada post partumsangat wajar, hal ini disebabkan tekanan oleh

kepala bayi dan upaya meneran ibu pada saat persalinan. Ada beberapa hal

untuk mengurangi rasa nyeri ini seperti duduklah dalam air hangat atau air

dingin, hindari duduk terlalu lama, ibu harus banyak minum dan makanan

berserat dan bidan mungkin bias menggunakan salep nupericanial ointetment.

3. Pemantauan dan penanganan kala IV

Karena terjadi perubahan fisiologis, maka pemantauan dan penanganan yang

dilakukan oleh tenaga medis adalah pemeriksaan kelengkapan plasenta dan selaput

ketuban setelah kelahiran plasenta, memperhatikan jumlah darah yang keluar,

pemeriksaan perineum, dan pemantauan keadaan umum ibu (Hidayat & Sujiyatini,

2010).

4. Tindakan yang tidak bermanfaat atau membahayakan pada persalinan Kala IV

Tindakan Deskripsi Keterangan

Tampon vagina Tampon vagina menyerap darah tetapi tidak

menghentikan perdarahannya. Seorang ibu sapat

terus mengalami perdarahan dengan tampon di

dalam vagina. Hal ini bahkan merupakan sumber

(41)

Gurita atau sejenisnya Selama dua jam pertama segera setelah pasca

persalinan, adanya gurita akan menyulitkan petugas

pada saat memerikasa fundus apakah berkontraksi

dengan baik

Memisahkan ibu dan bayi Bayi benar-benar siaga dalam 2 jam pertama setelah

kelahiran. Hal ini merupakan waktu yang baik bagi

ibu dan bayi saling berhubungan. Berikan

kesempatan bagi keduanya untuk pemberian ASI.

Menduduki sesuatu yang

panas

Duduk diatas bara yang panas dapat menyebabkan

vasodilatasi, menurunkan tekanan darah ibu dan

menambah perdarahan. Juga dapamenyebabkan

dehidrasi

(42)

  BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah gambaran sederhana (ringkas) dan jelas dan

menunjukkan jenis serta hubungan antara variabel yang diteliti dari variabel lainnya

yang terkait (Sastroasmoro & Ismael, 2013). Variabel independen dalam penelitian

ini adalah metode ceramah dan metode talking stick sedangkan variabel dependennya

adalah hasil belajar topik “Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Kala III dan IV”.

Variabel Independen Variable Dependen

Skema 3.1

Kerangka konsep perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil

belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II Kebidanan Kholisatur

Rahmi Binjai Tahun 2014

B. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini ada perbedaan antara metode ceramah dengan metode

talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II

di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014 Metode ceramah

Hasil belajar pada topik Asuhan

Kebidanan pada Ibu Bersalin kala III

dan IV Metode talking

(43)

C. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala 1. Metode

ceramah

Metode pembelajaran

yang hanya berpusat

pada dosen saja dan

komunikasi hanya

bersifat satu arah

saja.

Lembaran

observasi

Observasi - Dilakukan

- Tidak dilakukan

Nominal

2. Metode

talking stick

Metode pembelajaran

yang berpusat pada

dosen dan mahasiswa

yang menciptakan

suasa belajar aktif

dengan bantuan sitck sebagai alat penunjuk

giliran yang digilirkan

kepada mahasiswa.

Lembaran

observasi

Observasi - Dilakukan

- Tidak dilakukan

Nominal

3. Hasil belajar Hasil yang dicapai

dari proses belajar

mengajar tentang

asuhan kebidanan

pada ibu bersalin kala

III dan IV setelah

dilakukan perlakuan

dengan metode

(44)

BAB IV

METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment. Pendekatan penelitian ini dengan menggunakan pretest posttest control group design. Penelitian ini melibatkan dua kelas yang diberikan perlakuan berbeda, pada kelas intervensi

digunakan metode talking stick dan pada kelas kontrol digunakan metode ceramah. Sabelum melakukan pembelajaran, peneliti memberikan pre-test kepada kelas

kontrol dan intervensi, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi dan

pos-test akan diberikan setelah 3 hari dilakukan pembelajaran yang berbeda pada kedua

kelas.

Pertemuan

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

Pre-Test Perlakuan Post-Test Pre-Test Perlakuan Post-Test

I O1 - - O1 - -

II - X O2 - X O2

III - X O2 - X O2

Keterangan:

X : Metode ceramah & talking stick

O1: Tes awal kelas intervensi dan kelas kontrol

O2 : Tes akhir kelas intervensi dan kelas kontrol

(45)

Desain penelitian dapat dilihat pada gambar berikut

 

Post test

Analisis data

Kesimpulan Populasi

Sampel

Pre test

Kelas kontrol Kelas

intervensi

metode

ceramah

(46)

B.Populasi dan Sampel 1.Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester IV di

Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014 yang berjumlah 205

mahasiswa dan terdiri dari 4 kelas (A,B,C, dan D).

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu pengamilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Notoatmodjo, 2007). Sampel dibagi dalam 2 (dua) kelas sama besar

yaitu kelas A sebagai kelas kontrol dan kelas C sebagai kelas intervensi sehingga tiap

kelas beranggotakan 46 mahasiswa. Pengambilan sampel sebanyak 92 responden

pada kelas A dan C oleh peneliti karena dianggap cukup untuk mewakili kategori

karateristik yang diharapkan didalam sampel dan menghindari apabila banyak

responden yang dapat dijadikan sampel keluar dari syarat kategori yang diinginkan.

Adapun penetapan sampel dalam penelitian ini berdasarkan kriteria inklusi

dan ekslusi. Sampel dalam penelitian ini dengan kriteria inklusi :

- Mahasiswa semester IV Akbid Kholisatur Rahmi

- Mahasiswa Mahasiswa semester IV dengan jumlah kehadiran > 80%

Sampel dengan kriteria eksklusi yaitu :

- Mahasiswa yang jarang datang kekampus/jarang masuk kuliah

- Mahasiswa yang tidak hadir pada saat penelitian dilakukan

(47)

C.Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi, dengan

pertimbangan jumlah sampel memadai, dekat dengan tempat tinggal peneliti

sehingga mempermudah proses penelitian, dan belum pernah dilakukan penelitian

serupa pada Akbid tersebut.

D.Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada 12 April sampai dengan 24 April tahun 2014

E.Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari insitusi

pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan izin dari Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi.

Dalam hal ini peneliti melaksanakan beberapa hal yang berkaitan dengan

permasalahan etik, yaitu memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan

penelitian, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden

bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar

informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon responden

berhak untuk menolak dan mengundurkan diri untuk diteliti. Responden juga diberi

kebebasan dari tindakan yang dilakukan serta mendapat keadilan atas tindakan dan

tanpa adanya deskriminasi dari penelitian. Kerahasiaan catatan mengenai data

responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen

penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data yang diperoleh dari responden hanya

(48)

F.Alat Pengumpul Data

Alat yang digunakan dalam metode pengumpulan data adalah kuesioner

melaui soal tes tertulis. Untuk memperoleh data yang diperlukan pada penelitian ini,

peneliti memberikan test awal (pre-test) sebelum dilakukan intervensi dan test akhir

(post-test) setelah dilakukan intervensi dalam bentuk kuesioner. Kuesioner yang

dibagikan adalah lembar soal yang terdiri dari 30 butir soal bentuk pilihan berganda

dengan empat kemungkinan jawaban waktu yang disediakan adalah 45 menit.

G.Validitas dan Reabilitas

1. Uji validitas

Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menguji sah/valid atau tidaknya

suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam kuesioner mampu

untuk mengungkapkan (mengukur) apa yang akan diukur (Machfoedz, 2009).

Rentang koefisien antara 0,00 sampai 1,00, dengan nilai yang lebih tinggi

menunjukkan kriteria ke validitan yang lebih besar. Suatu instrument penelitian

dikatakan valid jika koefiseien validitasnya 0,7 atau lebih. Uji validitas dilakukan

secara content validity oleh dosen yang ahli di bidang kebidanan ibu Evi Era Liesmayani SST,M.keb dengan skor CVI (Content Validity Index) 0,9

2. Uji Realibilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dipercaya atau dapat diandalkan untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data. Kuesioner dikatakan reliable jika dapat memberikan hasil relative sama pada

saat dilakukan pengukuran kembali pada obyek yang berlainan pada waktu yang

berbeda atau memberikan hasil yang tetap atau paling sedikit berbeda amat sedikit

(49)

komputer dengan mencari nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Nilai nilai

item untuk setiap butir pertanyaan bernilai 1 untuk jawaban benar dan bernilai 0

untuk jawaban salah dengan jumlah soal sebanyak 30 butir untuk materi kala III 15

butir dan untuk materi kala IV 15 butir.  Uji reliabilitas ini dilakukan kepada 20 orang mahasiswi Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Langkat yang sesuai

dengan kriteria responden dan penelitian dengan koefisien r Alpha (0,810) dan r tabel

(0,361). Ketentuannya adalah r Alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut reliable.

H.Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin penelitian dari

Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatra Utara dan telah mendapat izin dari Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi

Binjai. Setelah itu, salah satu dosen kebidanan di Akademi Kebidanan Kholisatur

Rahmi memberikan daftar nama mahasiswa beserta absenya. Peneliti bertemu

dengan responden yang sesuai dengan kriteria sampel pada penelitian dan

menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian.

Setelah itu, peneliti memeberikan lembar pertanyaan persetujuan responden

dan apabila responden menyetujui maka peneliti akan membagikan kuesioner pada

responden dan kemudian menjelaskan cara pengisian. Data yang telah diisi

responden diambil saat itu juga oleh peneliti. Di dalam penelitian ini peneliti

berfungsi sebagai observer yaitu untuk melihat dosen pada saat mengajar, dan

tingkah laku mahasiswa saat proses pembelajaran berlangsung. Pada pengumpulan

data dilakukan tahapan identifikasi kemampuan mahasiswa secara kognitif yang

(50)

pre test dan post test berbentuk pilihan berganda dan soal antara pre test dan post test

yang akan diberikan kepada kelompok kontrol dan intervensi sama.

Memberikan pre test pada kelompok kontrol dan intervensi untuk mengukur

rata-rata kemampuan kognitif mahasiswa sebelum diberi perlakuan untuk mata

kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan pada kala III dan kala IV. Selanjutnya dosen

memberikan perlakuan pada kelompok kontrol dan intervensi dengan mengajar

menggunakan metode ceramah pada kelompok kontrol dan talking stick pada kelompok intervensi dengan topik Kala III dalm waktu yang bersamaan. Dimana

pada kelompok intervensi mahasiswa diajarkan dengan metode talking stick, pada saat dosen memberikan pertanyaan kepada mahasiswa kemudian stick bergulir dari mahasiswa satu ke mahasiswa yang lain seyogyanya diiringi musik. Setelah 3 hari

diberikan metode ceramah dan talking stick mahasiswa diberikan post test pada kelompok kontrol dan intervensi untuk mengetahui rata-rata kemampun kognitif

setelah diberi perlakun dengan topik pembelajaran Kala III.

Pada pertemuan selanjutnya mahasiswa diajarkan kembali dengan metode

ceramah dan talking stick pada kelompok kontrol dan intervensi dengan topik

pembelajaran Kala IV dan setelah 3 hari diberikan topik pembelajaran kala IV

diberikan post test kembali mengenai topik kala IV. Semua data yang telah

terkumpul diklaasifikasikan sesuai dengan kategori masing-masing dan data setiap

responden diklasifikasikan melalui kode-kode tertentu, semua data yang telah

berbentuk kode dimasukkan ke dalam tabel dan di entry ke dalam komputer agar

memudahkan dalam menganalisa data, menentukan selisih nilai pada kelompok

kontrol dan intervensi pada nilai pre test dan post test dengan uji statistik yang sesuai

untuk menentukan apakah perbedaan hasil belajar dari kelompok kontrol dan

(51)

I. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis data kembali dengan

memeriksa semua kuesioner apakah data dan jawaban sudah lengkap dan benar

(editing). Kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam

melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data

yang dimasukkan ke dalam bentuk tabel. Entry data dilakukan dengan menggunakan

teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer guna

menghindari terjadinya kesalahan.

Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program komputer, yang

disesuaikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Univariat

Data yang bersifat numerik dicari mean, dan standar deviasinya yakni hasil

belajar dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah dan talking stick melalui statistik deskriptif. Hasil data dibuat dalam bentuk tabel.

2. Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji perbedaan hasil belajar mahasiswa

dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah dan talking stick. Dalam

menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan uji statistik uji

t-dependen yaitu uji statistik Paired sample t-test untuk mengukur hasil belajar

sebelum dan sesudah dilakukan metode pembelajaran ceramah dan talking stick pada

kelompok intervensi dan kontrol, dan diperoleh mean perbedaan sebelum dengan

sesudah pada kelompok intervensi dan kontrol. Sedangkan uji t-independen

digunakan untuk membandingkan hasil belajar setelah di lakukan metode

(52)

kontrol. Pedoman dalam menerima hipotesis adalah apabila nilai p value < 0,05

maka H0 di tolak dan Ha diterima menyatakan adanya perbedaan. Apabila nilai p

value >0,05 maka H0 gagal ditolak menyatakan tidak adanya perbedaan. Dengan

sebelumnya melihat persamaan varian antara kelompok intervensi dan kontrol

mealalui uji Levene test.

(53)

BAB V

HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang perbandingan metode

ceramah dan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah asuhan kebidanan II (persalinan) di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai pada

bulan April 2014. Data dalam penelitian ini adalah data skor kemampuan kognitif

mahasiswa pada materi persalinan. Jumlah responden terdiri dari 92 orang.

Responden terbagi atas dua kelompok yaitu 46 orang kelompok kontrol (kelas A)

dan 46 orang kelompok intervensi (kelas C).

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan data hasil belajar

mahasiswa yang meliputi nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata, modus dan

standar deviasi pada kelompok kontrol dan intervensi.

a. Data nilai kemampuan awal (pre test) mahasiswa

Hasil penelitian ini diperoleh rata-rata kemampuan awal mahasiswa pada

kelompok kontrol 51,57 dengan standart deviasi 10,173 sedangkan nilai minimum 26

dan maximum adalah 80 dan confidence interval (CI) 95% adalah 48,54-54,59. Dan

hasil penelitian pada kelompok intervensi yakni rata-rata kemampuan awal

mahasiswa 49,13 dengan standart deviasi 14,730 sedangkan nilai minimum 20 dan

maximum 86 dan confidence interval (CI) 95% adalah 44,76- 53,50. Hasil tersebut

(54)

Tabel 5.1

Hasil Belajar Mahasiswa berdasarkan Kemampuan Awal (Pre Test) Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Kebidanan Pada Kelompok

Kontrol dan Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014

No Variabel Mean

Median SD Min-Mak 95 % CI

1 Kelompok Kontrol

51,57

53,00 10,173 26-80 48,54-54,59

2 Kelompok Intervensi

49,13

50,00 14,730 20-86 44,76-53,50

b. Data hasil belajar mahasiswa berdasarkan kemampuan akhir (pos test)

Hasil penelitian ini diperoleh rata-rata kemampuan akhir mahasiswa pada

kelompok kontrol 62,65 dengan standart deviasi 10,522 sedangkan nilai minimum 40

dan maximum adalah 80 dan confidence interval (CI) 95% adalah 59,53-65,78. Dan hasil penelitian pada kelompok intervensi yakni rata-rata kemampuan akhir

mahasiswa 74,24 dengan standart deviasi 9,464 sedangkan nilai minimum 46 dan

maximum 90 dan confidence interval (CI) 95% adalah 71,43- 77,05. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2

Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan Nilai Post Test Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Kebidanan Pada Kelompok Kontrol dan

Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014

No Variabel Mean

Median SD Min-Mak 95 % CI

1 Kelompok Kontrol

62,65

63,00 10,522 40-80 59,53-65,78

2 Kelompok Intervensi

74,24

Gambar

Gambar 2.1 Piramida Belajar Para Mahasiswa
Table 2.2 Tabel Batas Minimal Hasil Belajar (Akademi Kebidanan Kholisaturrahmi).
Tabel 5.3
Tabel 5.4

Referensi

Dokumen terkait

Dari grafik pada Gambar 4.23 dapat diambil kesimpulan waktu yang diperlukan untuk proses kompresi String Heterogen Variable Length Binary Encoding (VLBE) lebih

Students’ Perception on English Teaching Learning Activities at the First Grade of Junior High School in Sekolah Alam Nurul Islam Yogyakarta.. Yogyakarta: Sanata

bikarbonat yang optimum dalam menghasilkan tablet effervescent ekstrak herba pegagan dan ekstrak daun singkong dengan sifat fisik yang dikehendaki. yaitu pada level rendah

Bagi organisasi yang berkaitan dengan bisnis atau berorientasi pada perolehan laba, sangat perlu berhati-hati dalam mengambil keputusan, sehingga adanya laporan

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

Karya Ilmiahnya sepuluh tahun terakhir di antaranya Sejarah Tari Gambyong: Seni Rakyat Menuju Istana (2004), Langendriyan Mangkunegaran: Pembentukan dan Perkembangan

Program semesteran merupakan bagian dari progam yang memuat alokasi waktu setiap satu kompetensi pada setiap semester. Fungsi dari program semester adalah sebagai

In the study, Landsat imagery for these months were used in order to determine the land cover/use changes especially on agricultural fields under the Atatürk Dam