TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PADA MATA KULIAH ASKEB II DI AKBID
KHOLISATUR RAHMI BINJAI TAHUN 2014
GITA ANGGRAINI
NIM : 135102018
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014
ABSTRAK Gita Anggraini
Latar belakang : paradigma lama dalam proses pembelajaran adalah pendidik memberi pengetahuan secara pasif kepada mahasiswa. Kondisi pembelajaran yang demikian masih mendominasi proses pembelajaran pada sebagian besar jenjang pendidikan. Suatu inovasi pembelajaran telah berkembang dan salah satu inovasi pembelajaran tersebut
adalah dengan menggunakan pembelajaran metode talking stick. Penerapan metode
pembelajararan talking stick diharapkan lebih dapat meningkatkan hasil belajar pada mahasiswa dibandingkan dengan penerapan metode pembelajaran secara konvensional.
Tujuan penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014.
Metodologi : desain penelitian quasy eksperiment dengan pendekatan pretest-posttest control group design. Sampel penelitian 92 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan t-dependent dan
t-independent.
Hasil : hasil penelitian menunjukkan pada kelompok intervesi sebelum diberi talking stick nilai hasil belajar = 49,13 dan setelah diberi talking stick = 74,24 diperoleh nilai p = 0.001, dapat disimpulkan ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi talking stick . Pada kelompok kontrol sebelum diberi ceramah nilai hasil belajar = 51,57 dan
setelah diberi ceramah = 62,65 diperoleh nilai p = 0.001, dapat disimpulkan ada
perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi ceramah. Dan hasil belajar pada kelompok kontrol dan intervansi disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara talking stick dengan ceramah (nilai p = 0,001).
Kesimpulan : penelitian membuktikan bahwa adanya perbedaan antara metode ceramah & talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Askeb II. Diharapkan supaya para dosen menerapkan metode talking stick sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
.
Puji syukur peneliti ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah askeb II di akademi kebidanan kholisatur rahmi binjai
tahun 2014 .
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan,
masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatra Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara
3. dr. Hemma Yulfi, DAP&E M. Med.ED selaku dosen pembimbing dalam
penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang telah meluangkan waktu,
memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan karya tulis
Ilmiah ini
4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Jitasari Tarigan Sibero, SST, S.Pd, M.Kes, selaku direktris Akademi
Kholisatur Rahmi Binjai yang telah memberi izin untuk melkukan
semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah
6. Seluruh teman – teman D-IV Bidan pendidik USU yang telah memberikan
dukungan kepada peneliti sehingga proposal karya tulis ilmiah ini selesai.
7. Semua pihak yang mendukung peneliti dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah
Akhir kata peneliti ucapkan terimahkasih atas semua bantuan yang diberikan,
semoga mendapat anugerah dari ALLAH SWT. Amin Ya Robbal Alamin.
Medan, Juli 2014
Penulis
(Gita Anggraini)
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR SKEMA ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar ... 6
1. Pengertian Metode Ceramah ... 7
a. Kelebihan Metode Ceramah ... 7
b. Kelemahan Metode Ceramah ... 7
c. Langkah-langkah Menggunakan Metode Ceramah ... 6
B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 8
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 10
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 10
3. Prosedur Pembelajaran Kooperatif ... 11
4. Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif ... 11
C. Pengertian Metode Talking Stick ... 12
1. Kelebihan Metode Talking Stick………... 12
1. Defenisi Belajar ... 14
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar ... 12
3. Proses Belajar Orang Dewasa ... 15
4. Hasil Belajar ... 16
5. Sasaran Penilaian Hasil Belajar ... 16
6. Penilaian Hasil Belajar ... 15
7. Batas Minimal Hasil Belajar ... 18
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 19
E. Kajian tentang Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Kala III & IV ... 21
A. Kala III
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31
B. Populasi dan Sampel ... 33
C. Tempat Penelitian ... 34
D. Waktu Penelitian ... 34
E. Pertimbangan Etika Penelitian ... 34
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 36
I. Analisis Data ... 38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 40
1.Analisis Univariat ... 40
2.Analisis Bivariat ... 43
B.Pembahasan ... 46
1.Interprestasi dan diskusi hasil ... 46
2.Keterbatasan Penelitian ... 52
3.Implikasi untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Bidan ... 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 54
B.Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
Tabel 2.1 Ingatan Terhadap Pembelajaran Dikaitkan Denganjenis Presentasi..13
Tabel 2.2 Tabel Batas Minimal Hasil Belajar……….18
Tabel 5.1Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan Kemampuan Awal (Pre Test)
Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2013…………41
Tabel 5.2 Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan Nilai Post Test Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Kebidanan Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014……….42
Tabel 5.3 Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Sebelum dan Sesudah Dilakukan Metode Ceramah Pada Kelompok Kontrol di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014………43
Tabel 5.4 Perbandingan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Sebelum dan Sesudah Dilakukan Metode Talking Stick Pada Kelompok Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014……….44
DAFTAR SKEMA
Skema 1 : Proses Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya……. 14
Skema 2 : Kerangka Konsep………. 21
Skema 3 : Desain Penelitian……….. 25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Lampiran 3 : Lembar CVI
Lampran 4 : Lembar Kuesioner
Lampiran 5 : Lembar Observasi
Lampiran 6 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 7 : Surat Izin Data Penelitian
Lampiran 8 : Balasan Surat Izin Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 9 : Surat Selesai Penelitian
Lampiran 10 : Master Tabel Penelitian
Lampiran 11 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014
ABSTRAK Gita Anggraini
Latar belakang : paradigma lama dalam proses pembelajaran adalah pendidik memberi pengetahuan secara pasif kepada mahasiswa. Kondisi pembelajaran yang demikian masih mendominasi proses pembelajaran pada sebagian besar jenjang pendidikan. Suatu inovasi pembelajaran telah berkembang dan salah satu inovasi pembelajaran tersebut
adalah dengan menggunakan pembelajaran metode talking stick. Penerapan metode
pembelajararan talking stick diharapkan lebih dapat meningkatkan hasil belajar pada mahasiswa dibandingkan dengan penerapan metode pembelajaran secara konvensional.
Tujuan penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014.
Metodologi : desain penelitian quasy eksperiment dengan pendekatan pretest-posttest control group design. Sampel penelitian 92 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan t-dependent dan
t-independent.
Hasil : hasil penelitian menunjukkan pada kelompok intervesi sebelum diberi talking stick nilai hasil belajar = 49,13 dan setelah diberi talking stick = 74,24 diperoleh nilai p = 0.001, dapat disimpulkan ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi talking stick . Pada kelompok kontrol sebelum diberi ceramah nilai hasil belajar = 51,57 dan
setelah diberi ceramah = 62,65 diperoleh nilai p = 0.001, dapat disimpulkan ada
perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi ceramah. Dan hasil belajar pada kelompok kontrol dan intervansi disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara talking stick dengan ceramah (nilai p = 0,001).
Kesimpulan : penelitian membuktikan bahwa adanya perbedaan antara metode ceramah & talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Askeb II. Diharapkan supaya para dosen menerapkan metode talking stick sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
.
BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003).
Prestasi pendidikan di Indonesia tertinggal jauh dibawah negara-negara Asia
lainnya, seperti Singapura, Jepang, dan Malaysia. Bahkan jika dilihat dari indeks
sumber daya manusia, yang salah satunya adalah sektor pendidikan. Posisi Indonesia
kian menurun dari tahun ke tahun (Rosyada, 2007). Salah satu masalah yang
dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam hal
proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan
berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghafal informasi, anak di paksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi yang diingatnya sehingga anak didik ketika lulus sekolah mereka pintar
secara teoritis, namun mereka tidak mampu untuk mengaplikasikan teori yang
mereka peroleh tersebut (Sanjaya, 2011).
Pendidikan yang seharusnya mampu menanamkan kemandirian kerja keras
dan kreativitas peserta didik agar dapat berhasil dan berguna dalam masyarakat,
malah menghasilkan peserta didik yang bermental benalu, yakni lulusan pendidik
dilatarbelakangi sistem pendidikan kita yang top down (dari atas ke bawah)
menganggap bahwa pendidikan sebagai proses pemindahan ilmu dari dosen kepada
mahasiswa. Kognitif mahasiswa dipandang sebagai safe deposit box, yakni
pengetahuan dianggap berasal dari dosen dan ditransfer kepada mahasiswa. Dalam
arti lain mahasiswa hanya menampung apa yang disampaikan dosen (Elmubarok,
2009).
Disamping keteladanan sebagai dosen yang utama pengajaran diuniversitas
perlu juga menggunakan metode pembelajaran yang menyentuh emosi dan
keterlibatan para mahasiswa seperti permainan, stimulasi dan imajinasi. Dosen
hendaknya menjadi fasilitator bagi peserta didiknya, sehingga timbul kebutuhan dari dirinya untuk memperoleh keterampilan dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya
(Elmubarok, 2009).
Pembelajaran aktif mengkoordinasikan agar mahasiswa selalu melakukan
pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat
dilakukan selama pembelajaran. Konsep pembelajaran aktif berkembang setelah
sejumlah institusi melakukan riset tentang lamanya ingatan mahasiswa terhadap
materi pembelajaran terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan. Hasil riset
dari National Training Laboratories di Bethel Maine (1954), Amerika Serikat
menunjukkan bahwa dalam kelompok berbasis dosen (teacher centered learning) mulai dari ceramah, tugas membaca, presentasi dosen dengan audiovisual dan
bahkan demonstrasi oleh dosen, mahasiswa hanya dapat mengingat materi
pembelajaran maksimal sebesar 30% (Warsono & Haryanto, 2012). Universitas
sebagai suatu tempat pendidikan seharusnya mengajarkan pembelajaran cooperative
learning melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada
terstruktur dan menjadikan mahasiswa sebagai sumber belajar bagi teman lainnya
(Wena, 2011).
Menurutt hasil penelitian wirahana (2012) menunjukkan bahwa penggunan
model cooperative learning type talking stick dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas belajar siswa
pada siklus I yaitu 65,28% (cukup aktif) meningkat pada siklus II menjadi 85,41%
(sangat aktif), dengan peningkatan sebesar (20,13%). Sementara itu nilai rata-rata
kinerja guru pada siklus I yaitu 68,21 (cukup baik) meningkat pada siklus II menjadi
87,5 (sangat baik). Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar
53,06 kemudian meningkat menjadi 85,28 pada akhir siklus II.
Dalam konteks ini kita ketahui bahwa pembelajaran kooperatif memiliki
berbagai jenis diantaranya yaitu jigsaw, number head together, group investigation,
student teams achievement division dan metode pendukung pengembangan
pembelajaran kooperatif seperti talking stick, snowball drilling, everyone is teacher
here dan lain sebagainya. Dalam hal ini peneliti mengambil pembelajaran talking
stick yang bertujuan lebih efektif dan bermakna. Karena dengan pembelajaran talking
stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Dalam hal ini
peserta didik harus mampu mengerti makna belajar, manfaat belajaran, dan
bagaimana para peserta didik mampu mencapai proses pembelajaran dengan baik.
Seyogyanya diharapkan kepada peserta didik selain terdapat peningkatan hasil
belajar secara kognitif dan afektif, juga terdapat nilai-nila yang bisa diaplikasikan
B. Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan
Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014”
C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi
Binjai tahun 2014”
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan akhir mahasiswa
semester IV pada mata kuliah Askeb II
b. Untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah
Askeb II dengan metode ceramah
c. Untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah
Askeb II dengan metode talking stick
d. Untuk membandingkan hasil belajar dengan metode ceramah dan talking
D.Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Memberikan bekal peneliti, sebagai calon dosen untuk lebih meningkatkan dan
memanfaatkan macam-macam metode pembelajaran secara efektif.
2. Bagi Dosen
Menambah informasi dosen mengenai seberapa jauh perbedaan metode
ceramah dengan metode talking stick terhadap hasil belajar.
3. Bagi Pendidikan
Sebagai masukan kepada institusi dalam mengambil kebijakan terkait alternativ
penggunaan metode yang digunakan dalam pembelajaran agar dapat
meningkatkan kualitas institusi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi
adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Dengan teori
dan pengalaman yang dimiliki, dimana digunakan guru untuk mempersiapakan
program pengajaran dengan baik dan sistematis. Salah satu usaha yang dilakukan
dosen adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen
yang turut ikut mengambil bagian dalam pencapaian keberhasilan kegiatan belajar
mengajar (Zain & Djamarah, 2010).
Mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan
dari dosen kepada mahasiswa. Pendapat Smith mengajar adalah menanamkan
pengetahuan atau keterampilan (teaching is imparting knowledge or skill). Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa mengajar adalah proses penyampaian informasi
yang disampaikan dosen untuk menanamkan pengetahuan atau keterampilan yang
intinya mengarah pada timbulnya keinginan belajar pada mahasiswa (Sanjaya, 2011).
Agar proses belajar dalam kelas lebih efektif maka dosen harus mampu
mengelola proses belajar mengajar dengan baik. Kemampuan dosen dalam
mengelola proses belajar mengajar yaitu kemampuan dalam merencanakan
pengajaran, kemampuan melaksanakan proses belajar mengajar dan kemampuan
mengevaluasi menilai hasil pengajaran (Sudjana, 2009).
Dalam menyusun rencana pengajaran salah satu unsur yang penting yang
harus diperhatikan oleh dosen adalah pemilihan metode pengajaran. Metode
pertimbangan rasional tertentu, masing-masing jenis bercorak khas dan semuanya
berguna untuk mencapai tujuan pengajaran (Sanjaya, 2011).
Metode-metode mengajar banyak jenisnya dan seorang dosen harusnya
mampu memanfaatkan metode yang ada untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran
sehingga mahasiswa lebih tertarik dan mau mengeksplor lagi kemampuan yang
dimiliki. Metode-metode tersebut antara lain : metode ceramah, metode demonstrasi,
metode diskusi, metode tanya jawab, metode simulasi, metode problem solving,
metode eksperimen, metode proyek. Beberapa metode pendukung pengembangan
pembelajaran kooperatif seperti salah satu contohnya adalah metode pembelajaran
talking stick (Sanjaya, 2011).
1. Pengertian Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui
penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok mahasiswa.
(Djamarah & Zain, 2010). Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangannya sebagaimana dijabarkan pada penjelasan berikut
a. Kelebihan
Metode ceramah merupakan metode yang mudah dan murah untuk dilakukan,
dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, dapat memberikan pokok-pokok materi
yang perlu ditonjolkan, mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas dan dapat
diikuti oleh jumlah mahasiswa yang besar (Djamarah dan Zain, 2010).
b. Kelemahan
Materi yang dapat dikuasai mahasiswa sebagai hasil dari ceramah akan
terbatas pada apa yang akan dikuasai dosen, mudah menjadi variabelisme (pengertian
ceramah sangat sulit sekali untuk mengetahui apakah seluruh mahasiswa sudah
mengerti apa yang telah dijelaskan atau belum, dan menyebabkan mahasiswa
menjadi pasif (Djamarah & Zain, 2010)
Sebagaimana yang dikemukakan Sanjaya (2011) ada dua langkah dalam
menerapkan metode ceramah yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan pada
tahap pelaksaan ada tiga langkah yang harus dilakukan yaitu pembukaan, penyajian
dan mengakhiri dan menutup ceramah.
B.Pembelajaran Kooperatif
1. Pembelajaran Aktif Sebagai Induk Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif secara sederhana didefenisikan sebagai metode pengajaran
yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif
mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna
dan senantiasa berfikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran.
Pembelajaran aktif melibatkan mahasiiswa untuk melakukan sesuatu dan berfikir
tentang sesuatu yang sedang dilakukannya.
Hasil riset dari National Training Laboratories di Bethel, Maine (1954), Ameriks Serikat menunjukkan bahwa sekelompok berbasis dosen (teacher centered
learning) mulai dari ceramah, tugas membaca, presentasi dosen dengan audiovisual
dan bahkan demonstrasi oleh dosen,mahasiswa hanya dapat mengingat materi
pembelajaran maksimal sebesar 30%. Dalam pembelajaran diskusi yang tidak
didominasi oleh dosen mahasiswa dapat mengingat sebnyak 50%. Jika para
mahasiswa diberi kesempatan melakukan sesuatu (doing something) mereka dapat
teaching) menyebabkan mereka mampu mengingat sebanyak 90% materi (Warsono
& Hariyanto, 2012).
Gambar 2.1 Piramida Belajar Para Mahasiswa
Sumber. National Training Libraries, Bethel, 1954 (Warsono & Hariyanto, 2012).
Dalam hubungannya dengan hal tearsebut di atas, Edger Dale (1969)
memaparkan hasil temuan penelitiannya, antara lain seperti tertera pada tabel 2.1
berikut ini.
Presentasi
Kemampuan Mengingat
Setelah 3 Jam Setelah 3 Hari
Ceramah 25% 10-20%
Tertulis (membaca) 72% 10%
Visual dan verbal (pengajaran memakai ilustrasi) 80% 65%
Partisipatori (bermain peran, studi kasus, praktik) 90% 70%
Sumber dale, 1969
2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan
interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi mahasiswa bukan hanya dosen
dan buku ajar, tetapi juga sesama mahsisiswa. Menurut Lie pembelajaran kooperatif
adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk
bekerja sama dengan sesama mahasiswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat
sebagai sumber belajar, disamping dosen dan sumber belajar yang lainnya (Wena,
2011).
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Adapun prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif yang dikembangkan
Sanjaya (2011) meliputi prinsip ketergantungan positif (positif interdependendance),
tanggung jawab perseorangan (individual accountability, interaksi tatap muka (face
to facae promotion interaction, dan partisipasi & komunikasi (participation
communication)
Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence) dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung
kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompok.
Tanggung jawab perseorangan (individual accountability) keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus
memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) pembelajaran
kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling
membelajarkan.
Partisipasi dan komunikasi (participation Communication) pembelajaran
kooperatif melatih mahasiswa untuk dapat mampu berpatisipasi aktif dan
berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam
kehidupan masyarakat.
4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran meliputi penjelasan materi, belajar dalam kelompok,
penilaian dan pengakuan tim (Sanjaya, 2011).
5. Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa keunggulan dan
keterbatasan sebagaimana dijabarkan pada penjelasan berikut.
a. Keunggulan
Melalui pembelajaran kooperatif mahasiswa tidak terlalu menggantungkan
pada dosen, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari mahasiswa yang lain.
Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide tau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide
orang lain. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang
lain dan menyadari akan keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap mahasiswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik (Sanjaya, 2011).
Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mahasiswa
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. Interaksi Selma kooperatif
berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk
berpikir (Sanjaya, 2011).
b. Keterbatasan
Untuk memahami dan mengerti filosofi pembeljaran kooperatif memang
butuh waktu. Keberhasilan dalam pembelajaran kooperatif dalam upaya
mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup
panjang. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk mahasiswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya
didasarkan kepada kemampuan secara individual (Sanjaya, 2011).
C. Pengertian Metode Talking Stick
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau
menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku). Pembelajaran
Talking Stick adalah pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk
mengemukakan pendapat (Rokhani 2012). Talking Stick sebagaimana dimaksudkan
penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya
kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu mahasiswa
kepada mahasiswa yang lainnya pada saat dosen selesai menjelaskan materi
pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat dosen selesai mengajukan
pertanyaan, maka mahasiswa yang sedang memegang tongkat itulah yang
memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan
yang diajukan guru. Talking stick termasuk salah satu metode pendukung
pengembangan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari
dosen setelah mahasiswa mempelajari materi pokoknya (Suprijono, 2009).
Langkah-langkah metode Talking Stick berdasarkan Suprijono (2009), yaitu pembelajaran dengan metode Talking Stick diawali oleh penjelasan dosen mengenai
materi pokok yang akan dipelajari, mahasiswa diberi kesempatan membaca dan
mempelajari materi tersebut, dosen mempersiapakan pertanyaan-pertanyaan yang
akan di ajukan kepada mahasiswa, selanjutnya dosen meminta kepada mahasiswa
menutup bukunya, dosen mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Tongkat tersebut diberikan kepada salah seorang mahasiswa secara acak ataupun
bergilir, mahasiswa yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab
pertanyaan dari dosen, setelah mahasiswa menjawab pertanyaan, kemudian
mahasiswa tersebut memberikan tongkat tersebut kepada teman lainnya secara acak,
mahasiswa yang mendapat tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh dosen, demikian seterusnya sampai semua pertanyaan terjawab, ketika
stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya seyogyanya diiringi musik,
langkah terakhir dari metode talking stick adalah dosen menyimpulkan tentang
materi yang dipelajari. Kemudian evaluasi dan penutup.
Metode talking stick mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangannya sebagaimana dijabarkan pada penjelasan berikut.
a. Kelebihan
Mahasiswa lebih dapat memahami materi karena diawali dari penjelasan
seorang dosen, mahasiswa lebih dapat menguasai materi ajar karena ia diberikan
sebab ia akan ditanya kembali tentang materi yang diterangkan dan dipelajarinya,
mahasiswa tidak jenuh karena ada tongkat sebagai peningkat daya tarik mahasiswa
mengikuti pelajaran tersebut, pelajaran akan tuntas sebab pada bagian akhir akan
diberikan kesimpulan oleh dosen (Istarani, 2012).
b. Kelemahan
Membuat peserta didik minder jika dosen tidak dapat memberikan dorongan
untuk berani mengemukakan pendapat karena siswa belum terbiasa untuk berbicara
di depan umum (Rokhani, 2012).
D. Belajar
1. Defenisi Belajar
Belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas
pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi,
proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi (Riyanto, 2010).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni masukan (input), proses, dan keluaran (output). Persoalan proses adalah mekanisme atau proses
terjadinya perubahan kemampuan pada diri subyek belajar. Dalam proses ini terjadi
pengaruh timbal balik antara fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat bantu
belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran merupakan hasil
belajar itu sendiri, yang terdiri kemampuan baruu atau perubahan baru pada diri
subyek belajar (Notoatmodjo, 2007). Proses kebiatan belajar tersebut dapat
Proses belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
Metode Alat-alat Bantu
Input Output
(Subyek Belajar) (Hasil Belajar)
Fasilitas Belajar Bahan Belajar
Skema 2.1. Proses Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
J. Guilbert, mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar ke dalam empat kelompok besar, yakni faktor materi, lingkungan,
instrumental, dan faktor individual subyek belajar. Faktor yang pertama, materi ikut
menentukan proses dan hasil belajar. Faktor yang kedua adalah lingkungan yang
dikelompokkan menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Faktor
yang ketiga, instrumental, yang terdiri dari alat peraga, dan perangkat lunak seperti
kurikuklum (dalam pendidikan formal), pengajar atau fasilitator belajar serta metode
belajar mengajar (Notoatmodjo, 2007).
3. Proses Belajar pada Orang Dewasa
Menurut UNESCO, pendidikan orang dewasa, apapun isi, tingkatan dan
metodenya, baik formal maupun tidak, merupakan lanjutan atau pengganti
pendidikan di sekolah ataupun universitas. Hasil pendidikan orang dewasa adalah
perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya. Perubahan perilaku di dalam
proses pendidikan orang dewasa pada umumnya lebih sulit daripada perubahan
perilaku di dalam pendidikan anak. Hal ini dapat dipahami karena orang dewasa
sudah mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu yang mungkin
sudah mereka miliki bertahun-tahun. Jadi pengetahuan, sikap, dan perilaku baru yang
belum mereka yakini tersebut menjadi sulit diterima. Untuk itu diperlukan
usaha-usaha tersendiri agar subyek belajar meyakini pentingnya pengetahuan, sikap, dan
perilaku tersebut bagi kehidupan mereka. Dengan kata lain, pendidikan orang dewasa
dapat efektif menghasilkan perubahan perilaku apabila isi dan cara yang dirasakan
oleh suybyek belajar. Salah satu pesan-pesan pendidikan tersebut dipahami oleh
orang dewasa dan dapat memberikan dampak mengajar yang tepat (Notoatmodjo,
2007).
4. Hasil belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar berupa informasi verbal yaitu kapabilitas
mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis,
keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang,
strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengmengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri, keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sikap adalah kemampuan menerima atau
menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut (Sudjana, 2009).
5. Sasaran Penilaian Hasil Belajar
Berdasarkan taksonomi tujuan pendidikan oleh Benjamin S. Bloom (dalam
Sudiyono, 2007) mengungkapkan bahwa sasaran dalam evaluasi hasil belajar
mengacu pada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yaitu ranah kognitif
Ranah kognitif adalh ranah yang mencakup kegiatan mental otak. Dalam ranah
kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir yaitu pengetahuan (knowledge), jenjang ini merupakan jenjang terendah dalam ranah kognitif. Jenjang kedua adalah
pemahaman (comprehension). Jenjang ketiga adalah aplikasi (application). Jenjang keempat adalah analisis (analysis). Jenjang kelima adalah sintesis (synthesis) dan jenjang keenam adalah evaluasi (evaluation). Jenjang ini merupakan jenjang tertinggi
dalam ranah kognitif.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila telah memiliki kognitif pada tingkat
tinggi. Cirri-ciri peserta didik akan terlihat dalam berbagai tingkah laku. Ranah
afektif memiliki lima jenjang yaitu receiving atau attending (menerima atau
memperihatinkan), responding (menanggapi), valuting (menilai atau menghargai),
organization (mengatur atau mengorganisasikan) dan characterization by a value or
value complex (karakterisasi dengan seseatu nilai atau nilai yang nilai).
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil belajar psikomotor merupakan lanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif.
Hasil belajar kognirif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor
apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai
dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.
6. Penilaian Hasil Belajar
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat
Djamarah (2006) menggolongkan tes hasil belajar menjadi tes formatif, tes
subsumatif dan tes sumatif.
Tes formatif digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan
tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap peserta didik
terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil formatif dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan pengajaran dalam waktu tertentu.
Tes subsumatif meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah
diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya
serap peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Hasil tes
subsumatif dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
diperhitungkan dalam menentukan nili rapor.
Tes sumatif dilakukan untuk mengukur daya serap peserta didik terhadap bahan
pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester dan satu atau dua
tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau tarap keberhasilan
belajar peserta didik dalam satu periode belajar tertentu. Hasil tes sumatif dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai
ukuran mutu institusi.
7. Batas Minimal Hasil Belajar
Menentukan batas minimum keberhasilan belajar merupakan upaya untuk
menentukan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat
keberhasilan peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Norma-norma
pengukuran tersebut adalah norma skala angka dari 0 sampai 10 dan norma skala
angka dari 0 sampai 100. Angka terendah yang menyatakan kelulusan atau
skala 0-100 adalah 55 atau 60. Selain norma skala angka, pengukuran prestasi belajar
dapat dilakukan melalui simbol huruf-hutuf dengan kriteria A, B, C, D dan E. Simbol
huruf-huruf dapat dipandang sebagai simbol angka-angka (Syah, 2006).
Angka Huruf Predikat
> 80 A Sangat Baik
75-79 B Baik
60-74 C Cukup
55-59 D Kurang
< 54 E Gagal
Table 2.2 Tabel Batas Minimal Hasil Belajar (Akademi Kebidanan Kholisaturrahmi).
8. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Djamarah (2006) mengemukakan bahwa tinggi atau rendahnya hasil belajar
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tujuan, guru, anak didik, kegiatan
pengajaran, bahan dan alat evaluasi, dan suasana evaluasi.
Tujuan adalah pedoman atau sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Jika suatu tujuan tercapai maka keberhasilan pengajaran juga akan
tercapai. Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan
pengajaran yang dilakukan oleh guru dan secara langsung guru akan mempengaruhi
kegiatan belajar peserta didik. Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan
sejumah ilmu pengetahuan kepada anak didik. Setiap guru memiliki kepribadian
sesuai dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Kepribadian tersebut dapat
mempengaruhi pola kepemimpinan dalam melaksanakan tugas mengajar. Latar
dosen dibidang pendidikan dan pengajaran. Aspek-aspek inilah yang dapat
mempengaruhi hasil belajar anak didik.
Anak didik merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
hasil belajar. Kepribadian, intelektual dan biologis setiap anak didik berbeda-beda.
Perbedaan inilah yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Banyak
sedikitnya jumlah anak didik dalam satu kelas akan mempengaruhi keberhasilan
belajar. Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru
dengan anak didik. Pendekatan mengajar yang dilakukan oleh guru akan
mempengaruhi kegiatan dan hail belajar mengajar yang berlainan. Strategi dan
metode pembelajaran sangat menentukan kualitas hasil belajar mengajar.
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang
sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Masing-masing alat
evaluasi mempunyai keuntungan dan kekurangan. Alat evaluasi terhadap hasil
belajar berupa tes objektif dalam bentuk pilihan berganda dan alat tes dalam bentu
esaay Validitas dan reliabilitas data dari alat evaluasi dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar. Suasana evaluasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi biasanya
dilakukan didalam kelas. Besar kecilnya jumlah anak didik dalam kelas akan
mempengaruhi suasana kelas sehingga mempengaruhi suasana evaluasi yang
E. Kajian tentang Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Kala III dan IV
a. Kala III
1. Fisiologi Kala III
Kala tiga persalinan dimulai saat proses pelahiran bayi selesai berakhir
dengan lahirnya plasenta. Kala tiga persalinan berlangsung rata-rata antara 5 sampai
10 menit, akan tetapi normal kala tiga 30 menit. Risiko perdarahan meningkat
apabila kala tiga lebih lama dari 30 menit (Varneyet al, 2004).
Kala tiga persalinan terdiri dari dua fase berurutan : (1) pelepasan plasenta
dan (2) pengeluaran plasenta. Pelepasan dan pengeluaran terjadi karena kontraksi,
yang mulai terjadi lagi setelah terhenti singkat setelah kelahiran bayi. Cara pelepasan
plasenta ada dua macam yaitu secara schultz dan secara ducan (Varneyet al, 2004).
2. Tanda-Tanda Klinis Pelepasan Plasenta
Tetesan atau opancaran kecil darah yang mendadak, pemanjangan tali pusat
yang terlihat pada introitus vagina, perubahan bentuk uterus dari discoid ke bentuk
globular perubahan ini disebabkan oleh kontraksi uterus dan perubahan dalam posisi
uterus (Varneyet al, 2004).
3. Teknik pengecekan pelepasan plasenta
Selain mengamati tanda-tanda klinis di atas, bidan dapat juga melakukan perasat
untuk mengecek pelepasan plasenta. Tiga perasat yang dapat dilakukan adalah
perasat kustner, strassman dan klien (Sulistyawati & Heny, 2010).
3. Manajemen Aktif Kala III
Syarat : janin tunggal/memastikan tidak ada lagi janin di uterus, tujuan
a) Keuntungan
Lama kala tiga lebih singkat, jumlah perdarahan berkurang sehingga dapat
mencegah perdarahan post partum & menurunkan kejadian retensio plasenta.
b) Manajemen aktif kala III
Pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri
c) Tindakan yang keliru dalam melaksanakan manajemen aktif kala III
Melakukan masase fundus uteri pada saat plasenta belum lahir, mengeluarkan
plasenta, padahal plasenta belum semuanya lepas, kurang kompeten dalam
mengevaluasi pelepasan plasenta, rutinitas kateterisasi & tidak sabar menunggu saat
terlepasnya plasenta (Sumarah et al, 2009). a) Kesalahan tindakan manajemen aktif kala III
Terjadinya inversio uteri, pada saat melakukan penegangan tali pusat
terkendali terlalu kuat sehingga uterus tertarik keluar dan berbalik, tali pusat terputus,
terlalu kuat dalam penarikan tali pusat sedangkan plasenta belum lepas & syok
(Sumarah et al, 2009). b)Pemeriksaan plasenta
Selaput ketuban utuh atau tidak, plasenta: ukuran plasenta bagian maternal
dan fetal, tali pusa: jumlah arteri dan vena (Sumarah et al, 2009).
c) Pemantauan Kala III
Perdarahan, kontraksi uterus, robekan jalan lahir/laserasi, rupture perineum, tanda
Daftar gejala dan kemungkinan diagnosis pada abnormalitas kala III
No Gejala Gejala Penyerta Kemungkinan Dx
1 Uterus tidak berkontraksi
perdarahan segera/ primer
plasenta lengkap
Syok Atonia uteri
2 Perdarahan segera/primer darah
segar mengalir uterus kontraksi
baik plasenta lengkap
Pucat lemah
menggigil
Robekan jalan lahir
3 Placenta belum lahir setelah 30
menit perdarahan segera
kontraksi uterus baik
Tali pusat putus
inversion uterus
perdarahan lanjut
Retensio plasenta
4 Plasenta /sebagian lengkap
selaput tidak lengkap ada
pembekuan darah perdarahan
segera
Uterus
berkontraksi
tetapi TFU tidak
turun
Sisa plasenta
5 Uterus tidak teraba lumen vagina terisi masa tampak tali pusat perdarahan segera nyeri
Syok neurogenik
pucat
Inversio uteri
6 Perdarahan segera (intra
abdomen/vagina) nyeri perut
berat
perut bawah,perdarahan lebih 24
jam, tidak teratur, terus berbau
Anemia Perdarahan
terlambat
endometritis,
infeksi/tidak, sisa
b. Kala IV
1. Defenisi
Kala IV persalinan dimulai sejak plasenta lahir sampai ± 2 jam setelah
plasentah lahir. Kala ini dimasukkan dalam persalinan karena pada masa ini sering
timbul perdarahan. Dua jam setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu
dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, yaitu si ibu
melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut
ibu ke dunia luar. Dalam kala IV ini petugas atau bidan harus tinggal bersama ibu
dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan
mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi (Hidayat & Sujiyatini,
2010).
2. Fisiologi Kala IV
Kala IV persalinan dimulai dengan lahirnya plasenta dan berakhir satu jam
kemudian. Pada kenyataan disebut periode satu jam post partum. Walaupun
persalinan secara teknis telah berakhir jam pertama post partum sering berhubungan
dengan kala IV. Hsl itu disebabkan oleh masa kritis wanita yang diawali dengan
pengambilan kondisi dari tekanan masa persalinan, dia harus berada dalam
pengawasan yang ketat oeh bidan dan karena bidan akan menghabiskan waktu
tersebut dengan melakukan aktivitas yang secara langsung berhubungan dengan
priode intrapartum, meliputi:
a. Evaluasi uterus
b. Inspeksi dan evaluasi plasenta, selaput dan tali pusat
Dalam kala IV penderita belum boleh dipindahkan kekamarnya dan tidak
boleh ditinggalkan oleh bidan bidan karena ibu masih membutuhkan pengawasan
yang intensif disebabkan perdarahan atonia uteri masih mengancam sebagai
tambahan, tanda-tanda vital manifestasi psikologi lainnya dievaluasi sebagai
indikator pemulihan dan stress persalinan. Melalui periode tersebut, aktivitas yang
paling pokok adalah perubahan peran, hubungan keluarga akan dibentuk selama jam
tersebut, bayi berada pada tiap-tiap “taking in” pada saat ini sangat penting bagi
proses bonding, dan sekaligus inisiasi menyusui dini (Hidayat & Sujiyatini, 2010).
Komponen dasar untuk kala IV termasuk informasi yang dibutuhkan untuk
evaluasi dan manajemen kebidanan ibu pada bayi baru lahir dan proses bonding ibu
dan anak.
a. Involusi uterus
Setelah melahirkan ukuran dan konsistensi uterus kira-kira seperti buah
melon kecil dan fundusnya terletak tepat dibawah umbilicus. Setelah itu
tinggi fundus berkurang 1-2 cm setiap hari sampai akhir minggu pertama,
saat tinggi fundus sejajar dengan tulang pubis. Sampai minggu ke enam
normal uterus kembali ke bentuknya ketika tidak hamil, yaitu organ kecil
berbentuk buah pir yang terdapat dalam pelvik.
b. Servik, vagina perineum
Servik, vagina dan perineum yang dilihat pertama kali adalah perlukaan, yang
kedua adalah luka memar. Setelah plasenta lahir, segera lihat bagian serviks
apakah mengangu, tebal dan lembek mungkin terjadi edema. Lihat bagian
c. Episiotomi
Bidan melakukan inspeksi, tanda-tanda infeksi dan bukti-bukti penyembuhan
tergantung pada letak dan kedalaman insisi.
d. Lokea
Lokea adalah keluaran dari uterus setelah melahirkan. Terdiri dari darah,
sel-sel tua, dan bakteri. Lokea pertama kemerahan dan mungkin mengandung
bekuan. Warna lokaea biasanya digambarkan dengan bahasa latin rubra untuk
merah segar, serosa untuk serum kecoklatan, dan alba untuk kuning
keputihan. Lokea biasanya berhenti 2 minggu setelah post partum
e. Vital sign
Tekanan darah, nadi, respirasi harus stabil seperti pada tahap sebelum
bersalin 1 jam post partum. Monitor tekanan darah dan nadi penting selama
kala IV untuk mendeteksi adanya syok yang diakibatkan oleh adanya
kehilangan darah. Pemeriksaan suhu harus cermat diamana suhu tubuh
diperiksa satu kali selam kala IV.
f. Menggigil
Tidak semua ibu pasca persalinan akan menggil. Jika timbul rasa dingin
kemudian ibu menggigil masih dipertimbangkan dalam batas-batas normal
bila tidak disertai infeksi. Menggigil paling banyak dikarenakan ketegangan
syaraf serta energy yang terkuras selama persalinan.
g. Sistem gastrointestinal
Rasa mual muntah akan menghilang. Pertama ibu akan merasa haus dan lapar
h. Sistem renal
i. Air seni yang tertahan menyebabkan kantong kemih lebih membesar. Kondisi
ini terjadi karena trauma yang disebabkan oleh tekanan dan dorongan pada
urehra selama persalinan. Dalam 2 jam post partum ibu harus sudah BAK,
jika ibu belum bias BAK maka lakukan kateterisasi.
j. Perawatan hemoroid
Hemoroid pada post partumsangat wajar, hal ini disebabkan tekanan oleh
kepala bayi dan upaya meneran ibu pada saat persalinan. Ada beberapa hal
untuk mengurangi rasa nyeri ini seperti duduklah dalam air hangat atau air
dingin, hindari duduk terlalu lama, ibu harus banyak minum dan makanan
berserat dan bidan mungkin bias menggunakan salep nupericanial ointetment.
3. Pemantauan dan penanganan kala IV
Karena terjadi perubahan fisiologis, maka pemantauan dan penanganan yang
dilakukan oleh tenaga medis adalah pemeriksaan kelengkapan plasenta dan selaput
ketuban setelah kelahiran plasenta, memperhatikan jumlah darah yang keluar,
pemeriksaan perineum, dan pemantauan keadaan umum ibu (Hidayat & Sujiyatini,
2010).
4. Tindakan yang tidak bermanfaat atau membahayakan pada persalinan Kala IV
Tindakan Deskripsi Keterangan
Tampon vagina Tampon vagina menyerap darah tetapi tidak
menghentikan perdarahannya. Seorang ibu sapat
terus mengalami perdarahan dengan tampon di
dalam vagina. Hal ini bahkan merupakan sumber
Gurita atau sejenisnya Selama dua jam pertama segera setelah pasca
persalinan, adanya gurita akan menyulitkan petugas
pada saat memerikasa fundus apakah berkontraksi
dengan baik
Memisahkan ibu dan bayi Bayi benar-benar siaga dalam 2 jam pertama setelah
kelahiran. Hal ini merupakan waktu yang baik bagi
ibu dan bayi saling berhubungan. Berikan
kesempatan bagi keduanya untuk pemberian ASI.
Menduduki sesuatu yang
panas
Duduk diatas bara yang panas dapat menyebabkan
vasodilatasi, menurunkan tekanan darah ibu dan
menambah perdarahan. Juga dapamenyebabkan
dehidrasi
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah gambaran sederhana (ringkas) dan jelas dan
menunjukkan jenis serta hubungan antara variabel yang diteliti dari variabel lainnya
yang terkait (Sastroasmoro & Ismael, 2013). Variabel independen dalam penelitian
ini adalah metode ceramah dan metode talking stick sedangkan variabel dependennya
adalah hasil belajar topik “Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Kala III dan IV”.
Variabel Independen Variable Dependen
Skema 3.1
Kerangka konsep perbandingan metode ceramah dengan talking stick terhadap hasil
belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II Kebidanan Kholisatur
Rahmi Binjai Tahun 2014
B. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini ada perbedaan antara metode ceramah dengan metode
talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah Askeb II
di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014 Metode ceramah
Hasil belajar pada topik Asuhan
Kebidanan pada Ibu Bersalin kala III
dan IV Metode talking
C. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala 1. Metode
ceramah
Metode pembelajaran
yang hanya berpusat
pada dosen saja dan
komunikasi hanya
bersifat satu arah
saja.
Lembaran
observasi
Observasi - Dilakukan
- Tidak dilakukan
Nominal
2. Metode
talking stick
Metode pembelajaran
yang berpusat pada
dosen dan mahasiswa
yang menciptakan
suasa belajar aktif
dengan bantuan sitck sebagai alat penunjuk
giliran yang digilirkan
kepada mahasiswa.
Lembaran
observasi
Observasi - Dilakukan
- Tidak dilakukan
Nominal
3. Hasil belajar Hasil yang dicapai
dari proses belajar
mengajar tentang
asuhan kebidanan
pada ibu bersalin kala
III dan IV setelah
dilakukan perlakuan
dengan metode
BAB IV
METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment. Pendekatan penelitian ini dengan menggunakan pretest posttest control group design. Penelitian ini melibatkan dua kelas yang diberikan perlakuan berbeda, pada kelas intervensi
digunakan metode talking stick dan pada kelas kontrol digunakan metode ceramah. Sabelum melakukan pembelajaran, peneliti memberikan pre-test kepada kelas
kontrol dan intervensi, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi dan
pos-test akan diberikan setelah 3 hari dilakukan pembelajaran yang berbeda pada kedua
kelas.
Pertemuan
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Pre-Test Perlakuan Post-Test Pre-Test Perlakuan Post-Test
I O1 - - O1 - -
II - X O2 - X O2
III - X O2 - X O2
Keterangan:
X : Metode ceramah & talking stick
O1: Tes awal kelas intervensi dan kelas kontrol
O2 : Tes akhir kelas intervensi dan kelas kontrol
Desain penelitian dapat dilihat pada gambar berikut
Post test
Analisis data
Kesimpulan Populasi
Sampel
Pre test
Kelas kontrol Kelas
intervensi
metode
ceramah
B.Populasi dan Sampel 1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester IV di
Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai tahun 2014 yang berjumlah 205
mahasiswa dan terdiri dari 4 kelas (A,B,C, dan D).
2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu pengamilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoatmodjo, 2007). Sampel dibagi dalam 2 (dua) kelas sama besar
yaitu kelas A sebagai kelas kontrol dan kelas C sebagai kelas intervensi sehingga tiap
kelas beranggotakan 46 mahasiswa. Pengambilan sampel sebanyak 92 responden
pada kelas A dan C oleh peneliti karena dianggap cukup untuk mewakili kategori
karateristik yang diharapkan didalam sampel dan menghindari apabila banyak
responden yang dapat dijadikan sampel keluar dari syarat kategori yang diinginkan.
Adapun penetapan sampel dalam penelitian ini berdasarkan kriteria inklusi
dan ekslusi. Sampel dalam penelitian ini dengan kriteria inklusi :
- Mahasiswa semester IV Akbid Kholisatur Rahmi
- Mahasiswa Mahasiswa semester IV dengan jumlah kehadiran > 80%
Sampel dengan kriteria eksklusi yaitu :
- Mahasiswa yang jarang datang kekampus/jarang masuk kuliah
- Mahasiswa yang tidak hadir pada saat penelitian dilakukan
C.Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi, dengan
pertimbangan jumlah sampel memadai, dekat dengan tempat tinggal peneliti
sehingga mempermudah proses penelitian, dan belum pernah dilakukan penelitian
serupa pada Akbid tersebut.
D.Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada 12 April sampai dengan 24 April tahun 2014
E.Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari insitusi
pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan izin dari Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi.
Dalam hal ini peneliti melaksanakan beberapa hal yang berkaitan dengan
permasalahan etik, yaitu memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan
penelitian, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden
bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar
informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon responden
berhak untuk menolak dan mengundurkan diri untuk diteliti. Responden juga diberi
kebebasan dari tindakan yang dilakukan serta mendapat keadilan atas tindakan dan
tanpa adanya deskriminasi dari penelitian. Kerahasiaan catatan mengenai data
responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen
penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data yang diperoleh dari responden hanya
F.Alat Pengumpul Data
Alat yang digunakan dalam metode pengumpulan data adalah kuesioner
melaui soal tes tertulis. Untuk memperoleh data yang diperlukan pada penelitian ini,
peneliti memberikan test awal (pre-test) sebelum dilakukan intervensi dan test akhir
(post-test) setelah dilakukan intervensi dalam bentuk kuesioner. Kuesioner yang
dibagikan adalah lembar soal yang terdiri dari 30 butir soal bentuk pilihan berganda
dengan empat kemungkinan jawaban waktu yang disediakan adalah 45 menit.
G.Validitas dan Reabilitas
1. Uji validitas
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menguji sah/valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam kuesioner mampu
untuk mengungkapkan (mengukur) apa yang akan diukur (Machfoedz, 2009).
Rentang koefisien antara 0,00 sampai 1,00, dengan nilai yang lebih tinggi
menunjukkan kriteria ke validitan yang lebih besar. Suatu instrument penelitian
dikatakan valid jika koefiseien validitasnya 0,7 atau lebih. Uji validitas dilakukan
secara content validity oleh dosen yang ahli di bidang kebidanan ibu Evi Era Liesmayani SST,M.keb dengan skor CVI (Content Validity Index) 0,9
2. Uji Realibilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dipercaya atau dapat diandalkan untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data. Kuesioner dikatakan reliable jika dapat memberikan hasil relative sama pada
saat dilakukan pengukuran kembali pada obyek yang berlainan pada waktu yang
berbeda atau memberikan hasil yang tetap atau paling sedikit berbeda amat sedikit
komputer dengan mencari nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Nilai nilai
item untuk setiap butir pertanyaan bernilai 1 untuk jawaban benar dan bernilai 0
untuk jawaban salah dengan jumlah soal sebanyak 30 butir untuk materi kala III 15
butir dan untuk materi kala IV 15 butir. Uji reliabilitas ini dilakukan kepada 20 orang mahasiswi Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Langkat yang sesuai
dengan kriteria responden dan penelitian dengan koefisien r Alpha (0,810) dan r tabel
(0,361). Ketentuannya adalah r Alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut reliable.
H.Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin penelitian dari
Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatra Utara dan telah mendapat izin dari Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi
Binjai. Setelah itu, salah satu dosen kebidanan di Akademi Kebidanan Kholisatur
Rahmi memberikan daftar nama mahasiswa beserta absenya. Peneliti bertemu
dengan responden yang sesuai dengan kriteria sampel pada penelitian dan
menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian.
Setelah itu, peneliti memeberikan lembar pertanyaan persetujuan responden
dan apabila responden menyetujui maka peneliti akan membagikan kuesioner pada
responden dan kemudian menjelaskan cara pengisian. Data yang telah diisi
responden diambil saat itu juga oleh peneliti. Di dalam penelitian ini peneliti
berfungsi sebagai observer yaitu untuk melihat dosen pada saat mengajar, dan
tingkah laku mahasiswa saat proses pembelajaran berlangsung. Pada pengumpulan
data dilakukan tahapan identifikasi kemampuan mahasiswa secara kognitif yang
pre test dan post test berbentuk pilihan berganda dan soal antara pre test dan post test
yang akan diberikan kepada kelompok kontrol dan intervensi sama.
Memberikan pre test pada kelompok kontrol dan intervensi untuk mengukur
rata-rata kemampuan kognitif mahasiswa sebelum diberi perlakuan untuk mata
kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan pada kala III dan kala IV. Selanjutnya dosen
memberikan perlakuan pada kelompok kontrol dan intervensi dengan mengajar
menggunakan metode ceramah pada kelompok kontrol dan talking stick pada kelompok intervensi dengan topik Kala III dalm waktu yang bersamaan. Dimana
pada kelompok intervensi mahasiswa diajarkan dengan metode talking stick, pada saat dosen memberikan pertanyaan kepada mahasiswa kemudian stick bergulir dari mahasiswa satu ke mahasiswa yang lain seyogyanya diiringi musik. Setelah 3 hari
diberikan metode ceramah dan talking stick mahasiswa diberikan post test pada kelompok kontrol dan intervensi untuk mengetahui rata-rata kemampun kognitif
setelah diberi perlakun dengan topik pembelajaran Kala III.
Pada pertemuan selanjutnya mahasiswa diajarkan kembali dengan metode
ceramah dan talking stick pada kelompok kontrol dan intervensi dengan topik
pembelajaran Kala IV dan setelah 3 hari diberikan topik pembelajaran kala IV
diberikan post test kembali mengenai topik kala IV. Semua data yang telah
terkumpul diklaasifikasikan sesuai dengan kategori masing-masing dan data setiap
responden diklasifikasikan melalui kode-kode tertentu, semua data yang telah
berbentuk kode dimasukkan ke dalam tabel dan di entry ke dalam komputer agar
memudahkan dalam menganalisa data, menentukan selisih nilai pada kelompok
kontrol dan intervensi pada nilai pre test dan post test dengan uji statistik yang sesuai
untuk menentukan apakah perbedaan hasil belajar dari kelompok kontrol dan
I. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis data kembali dengan
memeriksa semua kuesioner apakah data dan jawaban sudah lengkap dan benar
(editing). Kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data
yang dimasukkan ke dalam bentuk tabel. Entry data dilakukan dengan menggunakan
teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer guna
menghindari terjadinya kesalahan.
Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program komputer, yang
disesuaikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Univariat
Data yang bersifat numerik dicari mean, dan standar deviasinya yakni hasil
belajar dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah dan talking stick melalui statistik deskriptif. Hasil data dibuat dalam bentuk tabel.
2. Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menguji perbedaan hasil belajar mahasiswa
dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah dan talking stick. Dalam
menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan uji statistik uji
t-dependen yaitu uji statistik Paired sample t-test untuk mengukur hasil belajar
sebelum dan sesudah dilakukan metode pembelajaran ceramah dan talking stick pada
kelompok intervensi dan kontrol, dan diperoleh mean perbedaan sebelum dengan
sesudah pada kelompok intervensi dan kontrol. Sedangkan uji t-independen
digunakan untuk membandingkan hasil belajar setelah di lakukan metode
kontrol. Pedoman dalam menerima hipotesis adalah apabila nilai p value < 0,05
maka H0 di tolak dan Ha diterima menyatakan adanya perbedaan. Apabila nilai p
value >0,05 maka H0 gagal ditolak menyatakan tidak adanya perbedaan. Dengan
sebelumnya melihat persamaan varian antara kelompok intervensi dan kontrol
mealalui uji Levene test.
BAB V
HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang perbandingan metode
ceramah dan talking stick terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV pada mata kuliah asuhan kebidanan II (persalinan) di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai pada
bulan April 2014. Data dalam penelitian ini adalah data skor kemampuan kognitif
mahasiswa pada materi persalinan. Jumlah responden terdiri dari 92 orang.
Responden terbagi atas dua kelompok yaitu 46 orang kelompok kontrol (kelas A)
dan 46 orang kelompok intervensi (kelas C).
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan data hasil belajar
mahasiswa yang meliputi nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata, modus dan
standar deviasi pada kelompok kontrol dan intervensi.
a. Data nilai kemampuan awal (pre test) mahasiswa
Hasil penelitian ini diperoleh rata-rata kemampuan awal mahasiswa pada
kelompok kontrol 51,57 dengan standart deviasi 10,173 sedangkan nilai minimum 26
dan maximum adalah 80 dan confidence interval (CI) 95% adalah 48,54-54,59. Dan
hasil penelitian pada kelompok intervensi yakni rata-rata kemampuan awal
mahasiswa 49,13 dengan standart deviasi 14,730 sedangkan nilai minimum 20 dan
maximum 86 dan confidence interval (CI) 95% adalah 44,76- 53,50. Hasil tersebut
Tabel 5.1
Hasil Belajar Mahasiswa berdasarkan Kemampuan Awal (Pre Test) Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Kebidanan Pada Kelompok
Kontrol dan Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014
No Variabel Mean
Median SD Min-Mak 95 % CI
1 Kelompok Kontrol
51,57
53,00 10,173 26-80 48,54-54,59
2 Kelompok Intervensi
49,13
50,00 14,730 20-86 44,76-53,50
b. Data hasil belajar mahasiswa berdasarkan kemampuan akhir (pos test)
Hasil penelitian ini diperoleh rata-rata kemampuan akhir mahasiswa pada
kelompok kontrol 62,65 dengan standart deviasi 10,522 sedangkan nilai minimum 40
dan maximum adalah 80 dan confidence interval (CI) 95% adalah 59,53-65,78. Dan hasil penelitian pada kelompok intervensi yakni rata-rata kemampuan akhir
mahasiswa 74,24 dengan standart deviasi 9,464 sedangkan nilai minimum 46 dan
maximum 90 dan confidence interval (CI) 95% adalah 71,43- 77,05. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2
Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan Nilai Post Test Mahasiswa Pada Mata Kuliah Askeb II Kebidanan Pada Kelompok Kontrol dan
Intervensi di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014
No Variabel Mean
Median SD Min-Mak 95 % CI
1 Kelompok Kontrol
62,65
63,00 10,522 40-80 59,53-65,78
2 Kelompok Intervensi
74,24