PERFORMANCE COMPARISON OF STOCK MUTUAL FUNDS AND IHSG, BY USING SHARPE RATIO METHOD
(REWARD TO VARIABILITY) AND TREYNOR
MODIFICATION METHOD (REWARD TO DIVERSIFICATION)
By:
Ratu Chaterine Fajri
This study aims to investigate performance of stock modal mutual funds whose ratio value higher than IHSG performance (outperform) through two methods, sharpe ratio (reward to variability) and treynor modification (reward to diversification). The sample in this study are forty nine stock mutual funds which operate during 2010 until 2013 period, as well as recorded in Bapepam which is decided by purposive sampling. Analysis technique in this research is using measure performance which the risk is calculated by using sharpe ratio (reward to variability) and treynor modification (reward to diversification).
The resultsshowed 89,80 percent mutual funds in Indonesia have outperformed performance, when it is measured using sharpe ratio method (reward to variability). Whereas, when it is measured using the method of treynor modification (reward to diversification) obtained 26,53 percent mutual funds outperformed performance in Indonesia. The difference in results is caused by high or low value that can not be diversified by portfolio. Thus, the higher value of risk that can not be diversified portfolio, the worse performance of the portfolio. Therefore, more efficient modification treynor measure used, because the risks inherent in mutual funds was able diversified.
PERBANDINGAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DAN IHSG, DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE RATIO
(REWARD TO VARIABILITY) DAN METODE
TREYNOR MODIFIKASIAN (REWARD TO DIVERSIFICATION)
Oleh:
Ratu Chaterine Fajri
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja reksa dana saham yang memiliki nilai lebih tinggi dari kinerja IHSG (outperform), melalui dua metode sharperatio (reward to variability) dan treynor modifikasian (reward to diversification). Sampel dalam penelitian ini adalah empat puluh sembilan reksa dana saham yang beroperasi selama periode 2011-2013, serta tercatat di Bapepam yang ditentukan melalui metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan mengukur kinerja dimana risiko dihitung dengan menggunakan metode sharperatio (reward to variability) dan treynor modifikasian (reward to diversification).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 89,80 persen reksa dana saham di Indonesia memiliki kinerja outperform, jika diukur menggunakan metode sharpe ratio (reward to variability). Sedangkan, jika diukur menggunakan metode treynor modifikasian (reward to diversification) diperoleh 26,53 persen reksa dana saham di Indonesia memiliki kinerja outperform. Perbedaan hasil tersebut disebabkan oleh tinggi atau rendahnya nilai yang tidak dapat didiversifikasi oleh portofolio. Maka, semakin tinggi nilai risiko yang tidak dapat didiversifikasi oleh portofolio, semakin buruk kinerja portofolionya. Oleh karena itu, pengukuran treynor modifikasian (reward to diversification) lebih efisien digunakan, karena risiko yang terdapat pada reksa dana mampu didiversifikasi.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana
jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar modal
harus bersifat likuid dan efisien untuk menarik pembeli dan penjual untuk
berpartisipasi. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan
pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan
efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan
secara akurat (Jogiyanto, 2003).
Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal.
Ketertarikan masyarakat untuk berinvestasi reksa dana mulai meningkat, seiring
dengan maraknya perencanaan keuangan. Mengacu kepada undang-undang pasar
modal no. 8 tahun 1995, pasal 1 ayat (27) reksa dana diartikan sebagai wadah
yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya di investasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi
(www.Bapepam.go.id). Dengan demikian, dana yang ada dalam reksa dana
merupakan dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah
al.(2006) reksa dana dituntut untuk menghitung dan mempublikasikan nilai aktiva
netto mereka tiap hari. Selain itu, pembagian penghasilan dan capital gainreksa
dana juga dipublikasikan.
Reksa dana merupakan suatu portofolio investasi yang terdiri atas berbagai
macam investasi pada surat berharga (efek), seperti saham, obligasi, deposito, dan
efek lainnya. Pada reksa dana harga NAB (Nilai Aktiva Bersih) per unit
penyertaan yang berubah-ubah setiap hari menjadi indikator hasil investasi. Naik
turunnya harga NAB (Nilai Aktiva Bersih) per unit penyertaan menjadi indikator
untung atau ruginya investasi pada reksa dana.Naik-turunnya NAB (Nilai Aktiva
Bersih) per unit reksa dana dipengaruhi oleh nilai pasar dari masing-masing efek
yang dimiliki oleh reksa dana tersebut.NAB (Nilai Aktiva Bersih) reksa dana
dihitung dengan menjumlahkan seluruh nilai masing-masing efek yang
dimilikinya, berdasarkan harga pasar penutupan efek yang bersangkutan,
kemudian menguranginya dengan kewajiban-kewajiban reksa dana, seperti biaya
manajer investasi, biaya bank kustodion, dan biaya lainnya. Penghitungan nilai
aktiva bersih reksa dana merupakan kewajiban bank kustodion, yang kemudian
akan dikirimkan ke harian tertentu untuk dimuat setiap hari (Pratomoet al., 2009).
Dilihat dari portofolio efeknya, reksa dana dapat dibedakan menjadi: reksa dana
pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana campuran,
reksa dana master fund, reksa dana terproteksi, dan reksa dana
indeks.Berdasarkan portofolio efeknya, reksa dana saham merupakan reksa dana
yang memiliki risiko yang paling tinggi dibandingkan jenis reksa dana lainnya
kepemilikan atas sebuah perusahaan. Meskipun harga saham cenderung tidak
stabil, hingga saat ini keuntungan saham jauh tinggi dibandingkan jenis reksa
dana lainnya (Marojahanet al., 2014).
Kinerja untuk setiap jenis reksa dana dilihat dari NAB per bulan Desember 2011
[image:9.595.113.512.260.626.2]sampai 2013 yang terdaftar di Bapepam dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1 Komposisi NAB Reksa Dana Per Desember 2011 – 2013
NO JENIS REKSA
DANA
NILAI AKTIVA BERSIH (NAB)
2011 2012 2013
1 ETF - Fixed Income
530,305,325,767.00 1,356,944,788,286.00 1,625,713,794,516.00
2 ETF - Indeks - - 95,067,016,993.62
3 ETF - Saham 34,409,680,896.28 211,902,445,306.77 361,160,430,618.50
4 Fixed Income 24,418,888,553,298.50 41,442,961,798,628.77 35,041,629,458,627.91
5 Indeks 107,337,687,103.16 246,931,237,455.54 395,959,055,296.38
6 Mixed 15,650,297,114,650.30 35,919,770,169,878.38 32,372,842,461,105.50
7 Pasar Uang 9,570,580,706,139.32 12,182,362,474,661.55 11,238,312,341,460.68
8 Saham 64,141,211,878,893.43 70,400,682,517,761.06 80,327,061,400,256.69
9 Syariah - Fixed Income
546,157,465,230.76 732,401,083,144.02 520,964,683,339.59
10 Syariah - Indeks
131,431,585,882.18 343,379,102,397.37 319,884,409,932.95
11 Syariah - Mixed
729,313,133,445.81 1,450,340,049,052.74 1,740,641,698,690.09
12 Syariah - Pasar Uang
- - 28,021,380,828.58
13 Syariah - Saham
1,174,893,040,192.72 3,163,410,985,401.95 5,323,730,799,196.11
14 Syariah - Terproteksi
38,114,667,922.26 483,446,135,885.50 956,019,626,561.06
15 Terproteksi 16,039,949,558,944.73 24,791,015,175,096.61 34,644,368,475,017.78
Sumber: www.Bapepam.go.id
Berdasarkan data Bapepam pada tabel 1.1 pada bulan Desember 2011 sampai
2013, terlihat bahwa adanya jenis reksa dana baru yaitu ETF-indeks dan
jumlah reksa dana. Selain itu, tabel 1.1 juga menunjukkan bahwa komposisi NAB
reksa dana tertinggi per desember 2011-2013 adalah reksa dana saham.Reksa dana
saham ini memiliki risiko yang lebih tinggi daripada jenis reksa dana lainnya.
Pada reksa dana saham, manajer investasi akan mengalokasikan sebagian besar
dana yang telah terkumpul ke dalam sekuritas berupa saham.
Untuk mengetahui kinerja reksa dana saham, ada tolak ukur atau benchmark yang
menjadi standar atau titik pembanding untuk menetapkan kualitas atau nilai dari
objek tertentu (Maginn et al., 2007). Di Indonesia, yang dijadikan benchmark dari
reksa dana saham adalah return IHSG. Return IHSG (Indeks Harga Saham
Gabungan) menjadi indikator untuk mengetahui kinerja reksa dana saham, baik
outperform maupun underperform.
Faktor lain yang mempengaruhi investasi melalui saham, obligasi, deposito di
bank adalah turun naiknya suku bunga. Bila suku bunga naik, maka biasanya
harga saham atau obligasi akan turun karena para investor akan lebih tertarik
menanamkan uangnya di deposito. Sedangkan bila suku bunga turun, maka harga
saham atau obligasi akan naik karena para investor lebih tertarik menanamkan
modal di saham atau obligasi (Asril, 2000).
Dalam berinvestasi, investor tentu saja mengharapkan adanya return.Return yang
tinggi saja belum tentu menghasilkan hasil investasi yang baik. Return yang
rendah juga dapat merupakan hasil investasi yang baik jika return yang rendah ini
disebabkan oleh risiko yang rendah pula. Oleh karena itu, return yang dihitung
Beberapa model perhitungan return sesuaian-risiko (risk-adjusted return) menurut
Jogiyanto (2010) adalah reward to variability (sharpe measure), reward to
volatility, reward to market risk, reward to diversification, jensen’s alpha, M2,
dan rasio informasi (information ratio). Model perhitungan reward to market risk
dan reward to diversification merupakan modifikasi reward to volatility (treynor
measure) yang dilakukan oleh Jogiyanto.
Sandeep, Deepak, dan Sanjeev (2012) melakukan penelitian di India, di dalam
penelitiannya menyatakan bahwa terdapat satu sampel reksa dana yang memiliki
peringkat yang sama setelah di uji dengan menggunakan metode sharpe dan
treynor, yaitu UTI Money Market Fund. Sedangkan, berdasarkan perhitungan risk
adjusted return, hanya terdapat satu reksa dana yang memiliki nilai negatif.
Ruang lingkup penelitian ini disimpan terbatas pada jangka waktu 4 tahun (April
2001 sampai Mei 2005). Sampel terdiri dari 6 skema reksa dana, yang dipilih
secara secara random. Penelitian ini sepenuhnya didasarkan pada data sekunder
yang diperoleh dari laporan tahunan SEBI dan www.amfiindia.com.UTI Money
Market Fund ini dinilai dapat memiliki kinerja yang sangat baik dan memainkan
peran yang sangat penting dan menentukan dalam pasar modal di masa yang akan
datang.
Fitaning, Rustam, dan Topowijono (2012) juga melakukan penelitan pada reksa
dana pendapatan tetap dengan menggunakan metode sharpe, treynor, dan jensen.
Hasil penelitian tersebut adalah terdapat satu reksa dana pendapatan tetap yang
Sedangkan, hasil pengukuran dengan menggunakan metode jensen yaitu terdapat
lima reksa dana pendapatan tetap yang memiliki nilai positif.
Dari penelitian-penelitian terdahulu, dapat diketahui bahwa pengukuran dengan
menggunakan metode sharpe dan treynor memiliki hasil peringkat yang sama.
Tetapi, apakah reksa dana saham akan menghasilkan peringkat yang sama, jika
diukur dengan menggunakan metode sharperatio (reward to variability) dan
metode treynor modifikasian (reward to diversification).
Pengukur reward to variability (sharpe measure) menggunakan pembagi deviasi
standar yang menunjukkan total risiko dari portofolio dengan skala presentase.
Nilai reward to variability menunjukkan kinerja dari portofolio. Semakin besar
nilai reward to variability semakin besar kinerja dari portofolionya. Sedangkan,
pengukur treynor menggunakan pembagi beta yang menunjukkan risiko
sistematik saja dari portofolio dengan skala desimal (berkisar nilai 1). Nilai
pembagi di pengukur treynor ini akan dimodifikasi supaya mempunyai skala
persentase dengan merubah risiko sistematik dalam skala desimal menjadi risiko
sistematik dalam skala persentase. Karena pengukur sharpe menggunakan deviasi
standar bukan varian sebagai pengukur risikonya, maka pengukur treynor
modifikasian (reward to market risk)ini akan menggunakan βp • σm.
Pengukur reward to market risk (RMAR) sebagai modifikasi dari pengukur
treynor masih belum dapat menjelaskan seberapa besar diversifikasi yang
seharusnya dicapai oleh portofolio. Jogiyanto (2010) memberikan suatu pengukur
dilakukan yang kenyataannya tidak dilakukan oleh portofolio. Pengukur
modifikasian treynor ini disebut reward to diversification.
Dari metode diatas, dapat diketahui apakah kinerja suatu reksa dana saham dapat
dikatakan outperform atau underperform terhadap pasar. Hal ini dapat diketahui
dari selisih positif atau negatif rasio dari rasio masing-masing reksa dana saham
setelah dikurangi dengan rasio pasar (IHSG).
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan hasil penelitian yang
dilakukan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat
perbedaan peringkat kinerja reksa dana saham dibandingkan dengan IHSG, diukur
dengan menggunakan metode sharperatio(reward to variability) dan metode
treynor modifikasian (reward to diversification), dengan mengangkat judul
penelitian yaitu “Perbandingan Kinerja Reksa Dana Saham dan IHSG, Dengan Menggunakan Metode SharpeRatio(Reward to Variability) dan Metode Treynor Modifikasian (Reward to Diversification)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, menunjukkan
bahwa pihak investor mengalami kebimbangan dalam mengalokasikan dananya.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat kinerja reksa dana saham yang
outperform dan underperform. Investor harus bijak dalam mengalokasikan
dana memiliki kinerja yang baik adalah apabila memiliki return yang lebih tinggi
dan mampu memperkecil risiko.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana perbandingan kinerja reksa dana saham dan IHSG, dengan
menggunakan metode sharpe ratio (reward to variability)?
2. Bagaimana perbandingan kinerja reksa dana saham dan IHSG, dengan
menggunakan metode treynor modifikasian (reward to diversification)?
3. Apakah terdapat perbedaan peringkat kinerja reksa dana saham, dengan
menggunakan metode sharperatio(reward to variability) dan metode treynor
modifikasian (reward to diversification)?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbandingan kinerja reksa dana saham dan IHSG, dengan
menggunakan metode sharperatio(reward to variability).
2. Untuk mengetahui perbandingan kinerja reksa dana saham dan IHSG, dengan
menggunakan metode treynor modifikasian (reward to diversification).
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peringkat kinerja reksa dana
saham, dengan menggunakan metode sharpe ratio(reward to variability) dan
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap investasi
keuangan (financial investment) yaitu tentang perbandingan kinerja reksa dana
saham dengan IHSG, menggunakan metode sharperatio(reward to variability)
dan metode treynor modifikasian (reward to diversification).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini berguna bagi penulis sebagai sarana untuk menambah
wawasan dan pengetahuan serta dapat mengaplikasikan teori dalam
berinvestasi.
b. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, dan dapat dijadikan
sebagai acuan kepada investor dan calon investor, dalam mengambil
keputusan untuk mengalokasikan dananya dan menentukan pilihannya
berinvestasi reksa dana saham manakah yang memiliki kinerja yang lebih
c. Bagi Manajer Investasi
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada manajer investasi
tentang kinerja reksa dana saham. Sehingga manajer investasi dapat lebih
baik mendiversifikasikan reksa dana yang mereka kelola.
d. Bagi Peneliti selanjutnya dan Kalangan Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan mahasiswa dan
akademisi lainnya yang ingin tahu lebih lanjut tentang pasar modal di
Indonesia dan berinvestasi reksa dana saham.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian ini hanya melihat kinerja reksa
dana saham konvensional, tidak membandingkan pengukuran kinerja reksa dana
konvensional dengan syariah. Selain itu, penelitian ini hanya menggunakan dua
metode, yaitu metode sharpe ratio (reward to variability) dan metode treynor
modifikasian (reward to diversification). Pengukuran kinerja reksa dana saham
hanya melihat nilai aktiva bersih (NAB) saja, bukan melihat dari laporan
keuangan, prospektus reksa dana, dan bukan melihat dari pemilihan sekuritas.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Reksa Dana
“A mutual fund is a company that pools money from many investors and invests
the money in stocks, bonds, short-term-money market instruments, other securities
or assets, or some combination of these investments.” (US Securities and
Exchange Commision Office of Investor Education and Advocacy).Dalam
panduan reksa dana yang dikeluarkan oleh Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika
SerikatdalamMarojahan et al. (2014), dijelaskan bahwa reksa dana adalah sebuah
perusahaan atau perseroan yang mengumpulkan uang dari sekelompok orang yang
memiliki tujuan investasi yang sama untuk membeli sekuritas seperti saham,
obligasi, instrumen pasar uang jangka pendek, surat berharga, atau kombinasi dari
investasi.
Mengacu kepada undang-undang pasar modal no. 8 tahun 1995, pasal 1 ayat (27)
reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi (www.Bapepam.go.id).Dengan demikian, dana yang ada dalam
reksa dana merupakan dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi
Secara garis besar, reksa dana berkaitan dengan 4 kata kunci, yaitu pengumpulan
dana, dari masyarakat, untuk investasi dalam bentuk sekuritas, dan dikelola oleh
manajer investasi. Nofie Iman dalam Marojahan et al. (2014) menjelaskan bahwa
reksa dana adalah produk investasi yang mengumpulkan uang dari berbagai
individu yang jumlahnya juga bervariasi, yang nantinya kumpulan dana ini akan
dikelola secara kolektif oleh manajer investasi yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang matang dalam investasi. Dengan adanya pengumpulan, dana
yang terkumpul akan bernilai cukup besar untuk dapat didiversifikasikan ke dalam
instrumen investasi yang besar seperti saham, obligasi, atau surat berharga.
Selain itu, Marojahanet al.(2014) menjelaskan bahwa berinvestasi dalam reksa
dana memiliki beberapa kelebihan yang dapat memudahkan investor, yaitu:
Pertama, Hemat waktu. Berinvestasi dalam skala besar seperti saham atau obligasi
jelas memerlukan waktu yang tidak sedikit karena kita harus memantau
perkembangan harga saham di pasaran. Akan tetapi, dengan reksa dana kita tidak
perlu menghabiskan waktu karena semua proses dilakukan oleh manajer investasi.
Kita juga tidak perlu bingung tentang kapan membeli dan kapan menjual saham,
karena manajer investasi lebih lihai dalam mengalokasikan dana investor pada
saham yang tepat. Kedua, Profesional. Reksa dana merupakan jenis investasi
yang dijalankan dengan profesional. Selain karena pengelolaannya dijamin oleh
pemerintah, reksa dana dikelola oleh pihak manajer investasi yang profesional
pula. Manajer investasi akan melakukan riset, penelitian, serta mengamati
perkembangan dari perdagangan sekuritas sehingga reksa dana optimal dan
Ketiga, Banyak Pilihan. Ada banyak jenis reksa dana yang ditawarkan. Dari yang
risiko rendah hingga tinggi, atau dari yang modalnya kecil hingga modalnya
besar. Dengan demikian, investor dapat memilih berdasarkan kemampuan dan
kemauannya. Keempat, Terjangkau. Untuk berinvestasi di reksa dana investor
dapat menanamkan modalnya yang kecil. Tidak perlu modal besar untuk
berinvestasi pada instrumen besar. Kelima, Tingkat Likuiditas. Tingkat likuiditas
pada reksa dana termasuk tinggi. Investor dapat menarik dananya kapan pun
dengan menjual kembali unit penyertaannya. Maksimal dalam waktu 7 hari
setelah perintah pencairan, investor harus sudah mendapatkan dananya.
Keenam, Mengalahkan Inflasi. Peningkatan inflasi setiap tahunnya beragam,
namun dari tahun ke tahun inflasi terus meningkat, bahkan hingga 10% per tahun.
Padahal, pendapatan kita tiap tahunnya kemungkinan besar tidak akan naik 10%
tiap tahunnya. Tabungan atau deposito juga tidak akan naik suku bunganya
sebanyak 10% per tahun. Berbeda dengan reksa dana, terlebih reksa dana dengan
jangka panjang seperti saham. Reksa dana jenis ini dapat menawarkan return
lebih dari 10% per tahunnya. Bahkan ada yang bisa 30% per tahunnya. Dengan
begitu, nilai investasi dapat mengalahkan inflasi.
2.2 Jenis-jenis Reksa Dana
Secara umum, ada dua jenis reksa dana yaitu reksa dana syariah dan reksa dana
konvensional. Baik reksa dana syariah maupun konvensional mempunyai
Reksa dana syariah adalah reksa dana berdasarkan aturan-aturan syariah atau
prinsip syariah. Jenis reksa dana syariah sebenarnya sama dengan reksa dana
konvensional, yang membedakan di antara keduanya hanyalah pada prinsip yang
digunakan. Secara umum prinsip syariah tersebut menurut Marojahan et al. (2014)
adalah sebagai berikut:
1. Reksa dana syariah hanya membeli saham, obligasi, dan pasar uang yang
masuk ke dalam Daftar Efek Syariah dan harus sesuai dengan prinsip syariah;
2. Reksa dana syariah melakukan cleansing apabila dalam perjalanannya terdapat
portofolio reksa dana yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Ketidaksesuaian dengan prinsip syariah tersebut yakni mencakup pendapatan
atau keuntungan yang didapat; dan
3. Dalam reksa dana syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS). Dewan
pengawas syariah tersebut ditunjuk dan mempunyai tugas untuk memastikan
pengelolaan yang dilakukan oleh manajer investasi, apakah pengelolaan sudah
sesuai atau belum dengan prinsip-prinsip syariah.
Reksa dana di Indonesia terdiri dari beberapa jenis. Berdasarkan portofolio
efeknya, reksa dana di Indonesia terdiri dari (Marojahan et al., 2014):
1. Reksa Dana Pasar Uang
Reksa dana pasar uang merupakan reksa dana yang menginvestasikan seluruh
dananya pada surat berharga jangka pendek dengan jatuh temponya di bawah 1
tahun. Reksa dana jenis ini memiliki risiko yang rendah, namun tingkat
loncatan untuk kemudian beralih ke jenis reksa dana yang lebih besar. Jadi,
mereka memang tidak mengharapkan suku bunga yang lebih besar. Meskipun
dengan suku bunga yang lebih rendah, peminat reksa dana ini cukup tinggi. Per
Maret 2014, data menunjukkan bahwa 6% dari investor reksa dana memilih
reksa dana pasar uang. Contoh, tabungan dan deposito.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap
Reksa dana jenis ini merupakan reksa dana yang menginvestasikan 80-90%
dananya pada surat utang dengan ketetapan bahwa pihak kreditur akan
membayarkan bunga atas pinjaman, serta mengembalikan pinjaman pokok
pada waktu yang disepakati. Reksa dana jenis ini memiliki tingkat risiko yang
terbilang rendah walau risikonya lebih tinggi dari reksa dana pasar uang.
Namun, reksa dana ini memiliki risiko penarikan dan secara bersama-sama
sehingga membuat manajer investasi tidak dapat membeli atau membayar unit
penyertaan investor. Dalam reksa dana pendapatan tetap juga ada risiko
perubahan tingkat bunga. Selain itu, periode atau jangka waktu investasi ini
lebih lama dari reksa dana pasar uang, yaitu minimal 3 tahun. Contoh, obligasi.
3. Reksa Dana Saham
Jenis reksa dana ini menginvestasikan dananya 80-90% pada saham
kepemilikan atas sebuah perusahaan. 10% dari dana yang tersisa biasanya
digunakan sebagai kas guna dana cadangan alih-alih ada penarikan dari
investor, atau diinvestasikan dalam pasar uang. Keuntungan yang diperoleh
dari reksa dana saham jauh lebih tinggi dibandingkan jenis reksa dana
sebelumnya. Walaupun harga saham memang tidak dapat diduga, hingga saat
Inilah yang membuat reksa dana saham paling diminati oleh investor.
Berdasarkan data statistik yang dilansir oleh Bapepam per Maret 2014, reksa
dana saham dipilih oleh lebih dari 40% investor reksa dana. Reksa dana saham
sendiri masih dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Ada yang dibagi berdasarkan
kapitalisasi pasar saham yang bersangkutan, ada juga yang dibagi berdasarkan
sektor industri atau yang disebut reksa dana saham sektor industri.
4. Reksa Dana Campuran
Reksa dana campuran merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya
paling banyak 79% di tiap jenis investasi, seperti obligasi, pasar uang, atau
saham. Reksa dana jenis ini tampak aman karena bila di satu efek kurang baik,
efek lain bisa menutupi. Akan tetapi, menurut Warren Buffet hal ini malah
tidak baik. Menurutnya, akan lebih baik bila kita mendalami satu jenis efek dan
berfokus padanya, dan membuatnya besar dan lebih besar lagi.
5. Reksa Dana Master Fund
Reksa dana jenis ini menginvestasikan dananya pada reksa dana lainnya, baik
itu reksa dana di dalam maupun di luar negeri. Namun, di Indonesia, untuk
berinvestasi pada reksa dana luar negeri harus memiliki izin dari Bapepam
terlebih dahulu, tidak boleh sembarangan.
6. Reksa Dana Terproteksi
Dalam reksa dana terproteksi, dana dari investor akan terproteksi, terlindungi,
dan tidak akan mengalami penurunan di akhir periode. Namun, biasanya reksa
dana ini bersifat jangka panjang dan tidak boleh dijual sebelum jangka
waktunya tersebut. Karena reksa dana bersifat kolektif, semua investor yang
yakni tidak menjual efeknya sebelum jangka waktu yang disepakati. Reksa
dana yang mulai terkenal sejak 2005 di Indonesia ini memang dikenal lebih
aman sehingga banyak digemari oleh banyak investor. Belum lagi biaya yang
harus dikeluarkan untuk manajer investasi atau bank kustodian cukup kecil bila
dibandingkan dengan reksa dana jenis lain. Ini karena manajer investasi dan
bank kustodian tidak melakukan banyak hal dalam reksa dana ini. Tidak
mengherankan bila reksa dana ini menjadi reksa dana peringkat kedua yang
diminati masyarakat. Tidak kurang dari 20% investor reksa dana memilih reksa
dana terproteksi. Reksa dana terproteksi pun bisa mengalami kerugian.
Walaupun reksa dana terproteksi terkesan terlindungi, bila dana investor
didiversifikasikan dalam obligasi yang gagal bayar, tapi dana investor bisa
hilang seluruhnya. Hal ini dapat terjadi karena dana tersebut dalam perjanjian
tidak boleh diambil sebelum jangka waktunya apapun yang terjadi.
7. Reksa dana Indeks
Indeks adalah gambaran kondisi pasar saham yang sedang naik atau turun di
suatu bursa. Reksa dana indeks merupakan reksa dana yang berkaitan dengan
saham. Namun, reksa dana saham dan reksa dana indeks memiliki perbedaan.
Sebuah reksa dana harus memenuhi beberapa syarat untuk disebut sebagai
sebuah reksa dana indeks. Reksa dana indeks harus menginvestasikan dananya
minimal 80% dari keseluruhan saham pada suatu efek yang terdaftar dalam
indeks. Jadi, bila sebuah efek A terdaftar dalam indeks, reksa dana indeks
harus berinvestasi minimal 80% di dalamnya. Berbeda dengan reksa dana
penjual,melainkan melalui bursa saham. Jadi, manajer investasi akan membeli
dan menjual saham berdasarkan perkembangan harga saham di bursa efek.
8. Exchange Traded Fund (ETF)
ETF merupakan jenis reksa dana yang sudah lama ada di Indonesia. Secara
resmi ETF ada sejak tahun 1996. Ada aturan khusus terkait ETF, meskipun
sama dengan membeli saham di bursa pada umumnya. Waktu pembelian ETF
yakni pukul 09.30 sampai dengan 16.00 WIB. Investor melakukan pembelian
ETF sama halnya dengan membeli saham pada umumnya.
Selain memiliki jenis reksa dana berdasarkan portofolio efeknya, Marojahanet
al.(2014) juga menjelaskan jenis reksa dana berdasarkan transaksinya. Jenis reksa
dana berdasarkan transaksinya ini dapat dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu:
1. Reksa Dana Tertutup
Reksa dana tertutup di Indonesia saat ini sebenarnya sudah tidak ada lagi.
Reksa dana tertutup yang pernah ada adalah BDNI. Reksa dana tertutup
merupakan reksa dana yang keseluruhan transaksi unit penyertaannya terjadi di
bursa saham atau unit penyertaannya dijual melalui broker saham. Karena di
dalam reksa dana ini terdapat biaya transaksi, harga Nilai Aktiva Bersih (NAB)
nya lebih rendah.
2. Reksa Dana Terbuka
Reksa dana terbuka merupakan reksa dana yang transaksi unit penyertaannya
langsung dilakukan dengan manajer investasi, kecuali pada jenis ETF
(Exchange Traded Fund). Pada jenis reksa dana ini, saat investor menjual unit
Harga unit penyertaan yang dijual didasarkan pada harga penutupan
perdagangan pada hari tersebut. Dengan kata lain, investor tidak akan tahu
berapa harga unit penyertaannya pada hari itu juga, dan investor tidak dapat
campur tangan dalam menentukan harga unit penyertaannya.
2.3 Pihak Terlibat dalam Reksa Dana
Pihak-pihak yang terlibat dalam reksa dana bukan hanya investor dan manajer
investasi, tetapi ada pihak-pihak lain yang juga mempunyai peranan penting
dalam reksa dana. Pihak-pihak tersebut ada yang tercantum dalam kontrak reksa
dana. Namun, ada juga pihak-pihak yang tidak tercantum dalam kontrak reksa
dana. Contohnya adalah perusahaan asuransi dan audit. Berikut adalah
pihak-pihak yang berperan penting dalam reksa dana (Marojahan et al., 2014):
1. Investor
Investor merupakan peranan terpenting dalam reksa dana. Tanpa adanya
investor, reksa dana tidak dapat berjalan. Investor adalah pemodal yang
menanamkan modalnya pada reksa dana. Investor dalam reksa dana tidak
hanya individu, instansi atau perusahaan pun dapat menanamkan modal pada
reksa dana. Meskipun instansi atau perusahaan dapat menanamkan modal yang
lebih besar dari perseorangan, namun keduanya tetap mendapat perhatian yang
sama. Bila pun ada yang berbeda, yaitu pada biaya masuk. Beberapa reksa
dana akan memberikan diskon pada biaya masuk yang lebih bila modal yang
investor memiliki kecenderungan yang berbeda dalam memilih jenis reksa
dana(Marojahan et al., 2014), yaitu:
a. Risk Taker Investor
Investor ini berani mengambil risiko, sehingga ia sangat cocok dengan
investasi reksa dana saham. Investor ini biasanya berasal dari kalangan
pengusaha yang memang percaya bahwa untuk mendapat keuntungan yang
besar harus berkorban besar juga.
b. Risk Moderate Investor
Investor jenis ini berani mengambil risiko, tetapi tidak terlalu tinggi. Jenis
investor ini cocok dengan reksa dana campuran yang menawarkan risk dan
return yang sedang. Investor ini biasanya berasal dari kalangan masyarakat
dengan penghasilan menengah ke atas, seperti pegawai dengan jabatan
tinggi atau artis.
c. Risk Averter Investor
Investor jenis ini tidak berani ambil risiko merugi. Investor ini tidak
mengejar bunga yang tinggi, yang terpenting ada untungnya. Reksa dana
pasar uang merupakan jawaban dari kebutuhan investor jenis ini. Investor
jenis ini biasanya berasal dari kalangan menengah ke bawah.
2. Manajer Investasi
Manajer Investasi adalah sebuah perusahaan yang mendapatkan izin resmi dari
pemerintah (Bapepam-LK) untuk mengelola kumpulan dana dari investor
ini (manajer investasi) terdapat beberapa pengelola yang harus lolos dari ujian
pemerintah. Pengelola ini disebut Wakil Manajer.
Dalam mengelola dana dari masyarakat, manajer investasi memiliki beberapa
hak dan kewajiban. Pada prinsipnya, manajer investasi berkewajiban
menangani seluruh kegiatan investasi seperti menganalisis dan memilih jenis
investasi, mengamati pasar, hingga mengambil keputusan atau tindakan
penting yang berhubungan dengan investasi reksa dana. Manajer investasi
dilarang menjanjikan apapun pada calon investor karena return dari reksa dana
tidak pernah pasti. Dalam fatwa yang dikeluarkan mengenai Pedoman
Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah (Fatwa Dewan Syariah
Nasional Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001) dalam Marojahan et al. (2014)
dijelaskan beberapa hak dan kewajiban manajer investasi, yaitu:
a. Manajer investasi wajib melaksanakan investasi bagi kepentingan investor
sesuai dengan apa yang tertulis dalam prospektus.
b. Manajer investasi wajib mengelola portofolio investasi para investor, baik
itu individu atau kolektif, sesuai dengan kebijakan investasi yang ada dalam
kontrak prospektus.
c. Manajer investasi wajib menyusun tata cara dan memastikan bahwa semua
dana dari semua calon pemegang unit penyertaan sampai pada bank
kustodion paling lambat pada akhir hari kerja berikutnya.
d. Manajer investasi wajib mengembalikan dana unit penyertaan.
e. Manajer investasi wajib menyimpan dan menjaga semua laporan keuangan
f. Manajer investasi harus bertanggung jawab atas risiko yang muncul bila
lalai dalam menjalankan kewajibannya hingga dapat merugikan investor.
Untuk menjalankan semua tanggung jawab dan kewajibannya, manajer
investasi melakukan beberapa proses penting dalam kerjanya, yaitu:
a. Menganalisis makro atau mikro ekonomi.
b. Mengambil keputusan mengenai alokasi asset serta distribusinya.
c. Melakukan transaksi baik melalui bank atau broker.
d. Mengawasi kerja dan menyesuaikannya dengan portofolio.
Atas kinerjanya, manajer investasi akan mendapatkan beberapa hak berupa
management fee, entry fee, bahkan dapat berupa exit fee. Manajer investasi bisa
juga berhak atas upah jasa yang didapatkan dari persentase tertentu dari nilai
aktiva bersih reksa dana. Beberapa contoh manajer investasi yang ada di
Indonesia adalah Danareksa Investment Management, PT ; CIMB Principal
Asset Management, PT ; Kharisma Asset Management, PT ; dan masih banyak
lainnya.
3. Bank Kustodion
Bank Kustodion merupakan tempat dana dari investor dikumpulkan, bukannya
di manajer investasi. Bank kustodion bukanlah nama dari sebuah bank,
melainkan sebuah bank yang ditunjuk dalam reksa dana. Untuk menjadi bank
kustodion, sebuah bank harus mendapat izin dari Bank Indonesia serta
bukan hanya menyimpan dana. Ada beberapa fungsi bank kustodion lainnya
menurut Marojahan et al. (2014), yaitu:
a. Mengerjakan Fungsi Administrasi
Bank kustodion harus mengerjakan segala hal yang berhubungan dengan
administrasi, baik itu manajer investasi maupun investor. Contoh: jual-beli
saham beserta pengiriman surat konfirmasi atas transaksi jual-beli,
pengalihan dan perhitungan unit, pencairan deposito, hingga pengiriman
laporan keuangan, menghitung Nilai Aktiva Bersih (NAB) setiap harinya
merupakan kewajiban bank kustodion.
b. Mengawasi Manajer Investasi
Bank kustodion bertugas mengawasi manajer investasi agar tidak
mengambil kebijakan yang dapat merugikan investor atau pengelola reksa
dana secara keseluruhan. Apabila terjadi pengelolaan yang menyalahi
ketentuan, bank kustodion harus memperingatkan manajer investasi.
c. Menjaga Dokumen
Segala dokumen yang berkaitan dengan perjanjian reksa dana sertifikat dan
aset harus disimpan oleh bank kustodion agar aman.Bank kustodion hanya
berkewajiban mengawasi manajer investasi.Jadi, bank kustodion tidak ikut
dalam mengelola reksa dana ataupun melindungi aset pemodal dari manajer
investasi yang bisa saja melakukan kesalahan dalam berinvestasi.Bank
kustodion hanya menjaga agar dana investor tidak dibawa lari oleh manajer
investasi karena setiap pengambilan dana oleh manajer investasi biasanya
harus dengan izin Bapepam.Karena bank kustodion merupakan tempat
spesial dengan salah satu pihak, baik manajer investasi maupun investor.
Sebagai contoh, bila Bank A merupakan manajer investasi, bank A tidak
boleh menggunakan bank A sebagai bank kustodion, walaupun bank A
sudah memiliki izin sebagai bank kustodion.
Sedangkan, pihak lain yang terlibat dalam reksa dana namun bersifat optional
menurut Marojahan et al. (2014) adalah seperti berikut:
a. Agen Penjual
Agen penjual adalah pihak yang memasarkan reksa dana berdasarkan kontrak
kerja dengan manajer investasi. Agen penjual ini biasanya pihak sekuritas atau
bank yang menjual reksa dana, bisa juga manajer investasi merangkap sebagai
agen penjual. Bank atau pihak sekuritas harus mendapatkan izin dari
Bapepam-LK untuk menjadi agen penjual. Di dalam agen penjual harus ada wakil agen
penjual efek reksa dana yang bertugas sebagai penanggung jawab atas semua
kegiatan penjualan reksa dana di kantor pusat maupun kantor cabang.
Penanggung jawab ini harus memiliki pengalaman minimal 3 tahun sebagai
wakil perusahaan efek. Tugas agen penjual sebagai pemasar reksa dana adalah
menyediakan informasi selengkap-lengkapnya untuk para calon investor.
Beberapa agen penjual reksa dana adalah Bank Commonwealth, PT; Bank
Danamon Indonesia, PT, Tbk; Bank Central Asia, PT, Tbk; Bank Negara
Indonesia (Persero); dan masih banyak lagi.
b. Broker
Istilah broker sering kita dengar dalam dunia saham dan obligasi. Peran broker
dengan pihak penerbit efek.Jadi, saat manajer investasi akan membeli atau
menjual saham ataupun obligasi, biasanya manajer investasi akan melalui
broker. Kemudian, brokerlah yang akan melakukan transaksi tersebut.
c. Akuntan atau Auditor
Akuntan atau auditor juga diperlukan dalam reksa dana meskipun semua proses
dijalankan dengan profesional. Akuntan atau auditor berperan dalam
memeriksa penggunaan dana investor agar tidak terjadi penyalahgunaan dana
investor. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan secara berkala, karena
pemeriksaan ini bertujuan untuk memberi informasi pada investor, akuntan
atau auditor biasanya bersifat independent atau tidak berhubungan dengan
pihak bank maupun manajer investasi.
d. Perusahaan Asuransi
Dengan membeli premi perusahaan asuransi, manajer investasi akan
mendapatkan ganti rugi saat pihak penerbit obligasi tidak mampu membayar
bunga maupun pokok pinjamannya.Sebaliknya, saat pihak penerbit obligasi
dapat membayar bunga dan utang pokoknya, premi yang sudah di beli dari
perusahaan asuransi tidak dapat di tarik dan menjadi milik perusahaan asuransi.
2.4 Biaya-biaya dalam Reksa Dana
Dalam berinvestasi di reksa dana, ada beberapa biaya yang harus ditanggung.
Biaya-biaya tersebut ada yang dibebankan pada manajer investasi, ada yang
dibebankan pada reksa dana, dan ada juga yang dibebankan pada investor. Setiap
memiliki kebijakan tersendiri dalam biaya yang dibebankan. Akan tetapi, pada
umumnya yang berbeda hanyalah persentasenya. Secara garis besar, berikut ini
adalah pembagian atau alokasi biaya dalam reksa dana menurut Marojahan et al.
(2014) adalah:
1. Biaya yang dibebankan pada reksa dana
Biasanya dalam sebuah prospektus akan dijelaskan beberapa biaya yang
dibebankan pada reksa dana tersebut. Dalam artian, biaya-biaya ini nantinya
akan dikurangi atau diambil dari investasi atau dana dalam reksa dana. Biaya
ini akan dikurangi setiap harinya dari investasi kita. Biaya-biaya tersebut
biasanya seperti berikut:
a. Biaya jasa manajer investasi yang dihitung secara harian dari nilai aktiva
bersih selama 365 hari dan dibayarkan tiap bulan. Management fee ini
biasanya mencapai 0,5-2% per tahunnya, tergantung manajer investasinya.
b. Biaya jasa bank kustodion yang juga dihitung secara harian dari nilai aktiva
bersih selama 365 hari dan dibayarkan tiap bulan. Biaya ini biasanya bisa
mencapai 0,25% per tahunnya.
c. Biaya jasa agen penjual yang dihitung secara harian dari nilai aktiva bersih
selama 365 hari dan dibayarkan tiap bulan.
d. Biaya transaksi efek dan registrasi efek.
e. Biaya jasa angkutan, konsultan hukum, notaris, dan konsultan lainnya
setelah reksa dana dinyatakan efektif oleh Bapepam-LK. Jasa audit biasanya
digunakan dua kali dalam setahun, namun tetap dikurangi dari dana investor
f. Biaya distribusi pembaruan prospektus, laporan keuangan tahunan, dan
surat konfirmasi kepemilikan unit penyertaan ke pemodal setelah reksa dana
dinyatakan efektif oleh Bapepam-LK.
g. Pajak yang berkaitan dengan semua pengeluaran biaya-biaya di atas.
2. Biaya yang dibebankan pada manajer investasi
Ada beberapa biaya yang ditanggung oleh manajer investasi, biaya-biaya
tersebut biasanya sudah tercantum dalam prospektus. Berikut adalah biaya
yang dibebankan pada manajer investasi:
a. Biaya persiapan pembentukan reksa dana, biasanya berupa biaya
pembentukan KIK (Kontrak Investasi Kolektif) dan penerbitan
dokumen-dokumen yang diperlukan.
b. Biaya jasa akuntan, konsultan hukum, dan notaris saat pembentukan reksa
dana.
c. Biaya administrasi pengelolaan portofolio reksa dana, seperti biaya telepon,
faks, hingga transportasi.
d. Biaya pemasaran dan promosi reksa dana, seperti pencetakan brosur serta
iklan.
e. Biaya pencetakan dan distribusi formulir pemesanan pembelian unit
penyertaan, formulir penjualan kembali unit penyertaan, prospektus awal,
pembaharuan prospektus, laporan keuangan tahunan, dan konfirmasi
kepemilikan unit penyertaan.
3. Biaya yang dibebankan pada investor
Biaya yang dibebankan pada investor juga berbeda-beda, tergantung dari jenis
reksa dana yang diambilnya. Ada 3 biaya yang dibebankan pada investor,
yaitu:
a. Biaya pembelian atau subscription fee
Subscription fee dimintakan pada awal investasi, yaitu pada saat investor
akan membeli reksa dana. Biayanya bisa berbeda-beda, misalnya reksa dana
pasar uang biasanya tidak memungut subscription fee. Berbeda dengan
reksa dana saham yang biasanya subscription fee-nya cukup besar.
b. Investasi reksa dana
Tentu saja investor harus mengeluarkan biaya untuk berinvestasi dalam
reksa dana.Jumlahnya tergantung dari investor, namun harus mencapai
syarat minimum reksa dana tersebut.
c. Biaya penjualan atau redemption fee
Redemption fee adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh investor saat akan
menjual kembali reksa dana yang dimilikinya.
Selain itu, investor juga dibebankan biaya pajak dari semua biaya di atas.
Terkadang investor juga dibebankan biaya switching cost, yakni saat investor
menjual reksa dana X untuk membeli reksa dana Y yang masih ada dalam satu
2.5Return dan Risiko Reksa Dana
1. Return Reksa Dana
Dalam berinvestasi, tentu saja investor mengharapkan return yang tinggi.
Return reksa dana merupakan imbal hasil atas alokasi dana yang dilakukan
oleh investor. Return harapan dengan return actual bisa saja berbeda,
perbedaan itulah yang akan menjadi risiko. Reksa dana melakukan distribusi
pendapatan (income distributions) maupun distribusi keuntungan (capital
gains). Distribusi pendapatan mengacu pada pembagian dividen yang
diperoleh dari hasil investasi pada saham. Pendapatan dividen diperoleh
manakala perusahaan mendapatkan keuntungan dan membagi sebagian
keuntungan tersebut kepada pemegang sahamnya.
Pendapatan lain yang juga didistribusikan adalah dari pendapatan bunga
obligasi yang dibayar secara periodik. Sementara distribusi keuntungan
diperoleh ketika reksa dana menjual kembali saham atau obligasi yang
dimilikinya di mana harga jual melebihi harga belinya. Selisih dana menjual
kembali saham atau obligasi yang dimilikinya di mana harga jualnya
melebihi harga belinya. Selisih tersebut disebut dengan capital gain. Apabila
harga jualnya di bawah harga beli, kerugian tersebut disebut dengan capital
2. Risiko Reksa Dana
Risiko adalah peluang bahwa kemungkinan hasil yang diterima ternyata
berbeda dengan yang diharapkan. Juga meliputi kemungkinan mengalami
kerugian dari sebagian atau keseluruhan investasi awal. Terdapat beberapa
macam risiko yang harus dihadapi investor menurut Iman (2008), yaitu:
a. Risiko Penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Nilai aktiva bersih unit penyertaan reksa dana sangat mungkin turun
dibandingkan saat investor membelinya. Hal ini disebabkan oleh
penurunan harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan ke
dalam portofolio reksa dana tersebut. Penurunan ini bisa disebabkan oleh
banyak hal, seperti memburuknya kinerja pasar modal, prestasi emiten
yang kurang baik, situasi ekonopolitik yang kacau, dan sebagainya.
b. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas yaitu cepat-lambatnya investor dapat mencairkan
investasinya dengan menjual unit penyertaan yang dimilikinya. Peraturan
Bapepam-LK mensyaratkan investor dapat menerima dana investasinya
paling lambat tujuh hari bursa setelah permohonan diterima oleh manajer
investasi. Namun apabila terjadi lonjakan tingkat penjualan kembali yang
sangat tinggi (rush redemption), manajer investasi akan kesulitan
menjual portofolio investasinya dalam waktu singkat untuk membayar
c. Risiko Pasar
Dalam pasar yang sangat dinamis, ada kemungkinan terjadinya kondisi
bearish di mana seluruh instrumen keuangan merosot harganya secara
drastis (bearish). Tentu saja hal ini akan mengakibatkan penurunan nilai
aktiva bersih reksa dana.
d. Risiko Default
Ketika manajer investasi melakukan pembelian saham atau obligasi,
mereka mengansumsikan bahwa kinerja emiten tersebut baik. Namun,
dapat saja terjadi perusahaan emiten melakukan manipulasi atau karena
sesuatu hal sehingga mengalami kesulitan keuangan yang akut sehingga
tidak mampu membayar kewajibannya.
Reksa Dana memiliki kriteria berbeda–beda begitu juga dengan tingkat risiko dan
tingkat pengembalian dari reksa dana tersebut. Berdasarkan risiko instrument
yang menjadi investasi reksa dana, risiko tersebut dapat dikelompokan dari yang
terendah sampai tertinggi. Tingkat pengembalian dan tingkat risiko untuk setiap
jenis reksa dana dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:
Tingkat Pengembalian
Reksa Dana Pertumbuhan
Reksa Dana Pertumbuhan & Pendapatan
Reksa Dana Pendapatan
Reksa Dana Seimbang
Reksa Dana Obligasi
Reksa Dana Pasar Uang
Risiko
[image:37.595.125.465.557.712.2]Sumber: Manurung, Adler Haymans (2002)
Gambar 2.1
Berdasarkan gambar 2.1, dapat diketahui bahwa terdapat bermacam–macam jenis
reksa dana dengan tingkat return dan risiko yang berbeda. Reksa dana pasar uang
merupakan reksa dana dengan tingkat return dan risiko yang paling
rendah.Sedangkan reksa dana pertumbuhan memiliki risiko paling tinggi dan
return yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara return
dan risiko bersifat linear atau searah. Maka, semakin tinggi return suatu reksa
dana akan semakin tinggi pula risiko yang akan dihadapi.
2.6 Diversifikasi
Diversifikasi risiko sangat penting untuk investor, karena dapat meminimkan
risiko tanpa harus mengurangi return yang diterima. Bagian dari risiko sekuritas
dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang well-diversified disebut
dengan risiko yang dapat didiversifikasi (diversifiable risk). Karena risiko ini unik
untuk suatu perusahaan, yaitu hal buruk terjadi di suatu perusahaan dapat
diimbangi dengan hal yang baik terjadi di perusahaan lain, maka risiko ini dapat
didiversifikasi di dalam portofolio.Contoh dari diversifiable risk adalah
pemogokan buruh, tuntutan oleh pihak lain, penelitian yang tidak berhasil dan lain
sebagainya.
Sebaliknya, risiko yang tidak dapat didiversifikasikan (nondiversifiable risk)oleh
portofolio disebut dengan risiko pasar (market risk). Risiko ini terjadi karena
lainnya.Gambar 2.2 berikut ini menunjukkan risiko total dan komponennya yang
berupa risiko yang dapat didiversifikasi dan risiko tidak dapat didiversifikasi.
Risiko Portofolio
Risiko dapat di-diversifikasi atau risiko perusahaan atau risiko spesifik atau risiko unik atau risiko tidak sistematik
Risiko Risiko tidak dapat di-diversifikasi atau risiko pasar
Total atau risiko umum atau risiko sistematik
[image:39.595.114.495.168.366.2]Jumlah Saham Sumber: Jogiyanto (2003)
Gambar 2.2 Risiko Total dan Komponennya
2.7 Kinerja Reksa Dana
Return yang tinggi saja belum tentu merupakan hasil investasi yang baik. Return
yang rendah juga dapat merupakan hasil investasi yang baik jika return yang
rendah ini disebabkan oleh risiko yang rendah pula. Oleh karena itu, return yang
dihitung perlu disesuaikan dengan risiko yang harus ditanggungnya. Metode
perhitungan return sesuaian-risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah
reward to variability dan reward to diversifiication (Jogiyanto, 2010).
a. Metode Sharpe Ratio (reward to variability)
Kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan dengan
dalam periode tertentu dikurangi rata-rata return aktiva bebas risiko dalam
periode tertentu dengan variabilitas (variability)return portofolio. Pengukur
kinerja portofolio ini disebut dengan pengukur Sharpe(Sharpe Measure) atau
disebut dengan nama reward to variability (RVAR) yang dikenalkan oleh
William F. Sharpe pada tahun 1996 sebagai berikut ini:
�� � = ��� − � � ��
Keterangan:
RVAR = reward to variability atau pengukur sharpe
��� = rata-rata return total portofoliodalam periode tertentu
� �
= rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu
�� = variabilitas yang diukur dengan deviasi standar dari return
portofolio dalam periode tertentu.
��� − � � = return lebih (excess return) portofolio.
Nilai RVAR menunjukkan kinerja dari portofolio. Semakin besar nilai RVAR
semakin baik kinerja dari portofolionya.
b. Metode Treynor Modifikasian (reward to diversification)
Pengukur sharpe menggunakan pembagi deviasi standar yang menunjukkan
total risiko dari portofolio. Sedangkan, pengukur treynor menggunakan
pembagi beta yang menunjukkan risiko sistematik saja dari portofolio. Jika
asumsi bahwa reksa dana-reksa dana yang diukur adalah portofolio optimal,
sistematik, sehingga risiko totalnya akan bernilai sama dengan risiko
sistematiknya. Jika hal ini terjadi, yaitu reksa dana-reksa dana yang diukur
adalah portofolio optimal maka kedua pengukur itu akan memberikan hasil
urutan yang sama. Karena skala pembagi antara pengukur sharpe dan pengukur
treynor berbeda, maka hasil keduanya tidak dapat dibandingkan.
Jogiyanto memodifikasi pengukuran treynor dengan menggunakan pembagi
yang mempunyai skala yang sama dengan yang digunakan di pengukuran
sharpe. Pengukuran sharpe menggunakan pembagi risiko total (deviasi
standar) dengan skala presentase, sedang pengukur treynor menggunakan
pembagi beta dengan skala desimal (berkisar nilai1). Nilai pembagi di
pengukur treynor ini akan dimodifikasi supaya mempunyai skala persentase
dengan merubah risiko sistematik dalam skala desimal menjadi risiko
sistematik dalam skala persentase. Karena pengukur sharpe menggunakan
deviasi standar bukan varian sebagai pengukur risikonya, maka pengukur
treynor modifikasian (reward to market risk) ini akan menggunakan βp • σm.
Pengukur reward to market risk (RMAR) sebagai modifikasi dari pengukur
treynor masih belum dapat menjelaskan seberapa besar diversifikasi yang
seharusnya dicapai oleh portofolio.Jogiyanto memberikan suatu pengukur
kinerja portofolio yang menunjukkan besarnya diversifikasi yang seharusnya
dilakukan yang kenyataannya tidak dilakukan oleh portofolio. Besarnya
diversifikasi yang tidak dilakukan oleh portofolio adalah sebesar risiko total
yang terjadi (σP) dikurangi dengan risiko sistematiknya (βp • σM) atau sebesar
dilakukan oleh portofolio. Semakin besar nilai (σP - βp • σM) semakin jelek
kinerja dari portofolionya.
Dengan demikian, reward to diversification (RDIV) menurut Jogiyanto (2010)
dapat dirumuskan sebagai berikut:
����= ��� − � � (�� − βp • ��)
Keterangan:
RDIV = reward to diversification
βp • σm = risiko pasar (risiko sistematik) portofolio jika
terjadidiversifikasi penuh
2.8 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
NO PENELITI JUDUL ALAT ANALISIS HASIL
1 Sandeep, Deepak, dan Sanjeev (2012)
Impact of Sharpe Ratio and
Treynor,s Ratio on Selected Mutual Fund Schemes
Metode Sharpe Ratio dan
Treynor Ratio
1. Terdapat satu kinerja reksa dana yang melebihi kinerja pasar dan memiliki peringkat yang sama diukur dengan menggunakan metode sharperatio
dan treynorratio. 2 Viena dan
Nanik (2013)
Uji Konsistensi Kinerja Reksa Dana Saham di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012
Metode SharpeRatio,
TreynorRatio,
JensenAlpha, dan chi
square
Kinerja reksa dana saham konsisten signifikan setelah diukur menggunakan
sharpe ratio,
treynorratio, dan
jensenalpha terhadap kinerja pasar (IHSG dan indeks LQ-45) dengan
menggunakan uji chi square
3 Fitaning, Rustam, dan Topowijono (2012) Evaluasi Kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap Berdasarkan Metode Sharpe, Metode Treynor, dan Metode Jensen
Metode
SharpeRatio,TreynorRatio, dan Jensen Alpha
1. Reksa dana yang memberikan kinerja positif berdasarkan metode sharpe yaitu terdapat 1 reksa dana 2. Reksa dana yang memberikan kinerja positif berdasarkan metode treynor yaitu terdapat 1 reksa dana. 3. Reksa dana yang memberikan kinerja positif berdasarkan metode jensen yaitu terdapat 5 reksa dana.
4 Qamruzzaman (2014) Comparative Study on Performance Evaluation of Mutual Fund Schemes in Bangladesh: An Analysis of Monthly Returns
Metode
SharpeRatio,Treynor Ratio, dan Jensen Alpha
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, dimana letak perbedaan
yang pertama adalah peneliti menggunakan periode Januari 2011 - Desember
2013. Kedua, untuk mengukur kinerja reksa dana saham peneliti menggunakan
metode sharpe(reward to variability) dan metode treynor (reward to
diversification).
2.9 Kerangka Pemikiran
Dalam berinvestasi, investor menginginkan kinerja yang baik kedepannya.
Penilitian ini ditujukan untuk mengetahui perbandingan kinerja reksa dana saham
dan IHSG, dengan menggunakan metode sharpe ratio (reward to variability) dan
treynor ratio(reward to diversification). Setelah diketahui nilai sharpe ratio dan
treynor ratio(reward to diversification), maka dilakukan analisis perbandingan
peringkat kinerja reksa dana saham. Berdasarkan uraian di atas dan tinjauan
[image:44.595.112.505.530.701.2]pustaka yang telah dijabarkan, maka penelitian ini dapat digambarkan pada
gambar 2.3 berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Kinerja Pasar (IHSG) dengan menggunakan
metode
sharperatio(reward to variability)
Kinerja Pasar (IHSG) dengan menggunakanmetode
treynormodifikasian (reward to diversification)
Kinerja reksa dana saham dengan menggunakan metode
sharpe ratio(reward to variability)
Kinerja reksa dana saham dengan menggunakan metodetreynormodifika
sian(reward to diversification)
Perbandingan peringkat kinerja reksa dana saham
dengan menggunakan metode
sharperatio(reward to variability) dan metode
2.10 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas perumusan masalah yang diajukan.
Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. H0 = Reksa Dana saham tidak memiliki kinerja yang lebih baik dari (IHSG),
dengan menggunakan metode sharperatio(reward to variability).
H1 = Reksa Dana saham memiliki kinerja yang lebih baik dari (IHSG),
dengan menggunakan metode sharperatio(reward to variability).
2. H0 = Reksa Dana saham tidak memiliki kinerja yang lebih baik dari (IHSG),
dengan menggunakan metode treynormodifikasian (reward to
diversification).
H1 = Reksa Dana saham memiliki kinerja yang lebih baik dari (IHSG),
dengan menggunakan metode treynor modifikasian (reward to
diversification).
3. H0 = Tidak terdapat perbedaan peringkat kinerja reksa dana saham, dengan
menggunakan metode sharperatio(reward to variability) dan metode
treynor modifikasian (reward to doversification).
H1 = Terdapat perbedaan peringkat kinerja reksa dana saham, dengan
menggunakan metode sharperatio(reward to variability) dan metode
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat explanatory research terhadap sampel yang telah ditentukan
dalam penelitian selama bulan Januari 2011 sampai Desember 2013, mengenai
perbandingan kinerja reksa danasaham dan IHSG, dengan menggunakan metode
sharpe ratio(reward to variability) dan metode treynor modifikasian (reward to
diversification). Penilitian ini untuk menguji hipotesis dan tidak memiliki faktor
sebab akibat.
3.2 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksa dana saham
konvensional, bukan berbentuk syariah yang terdaftar dan aktif di Bapepam dari
tahun 2011 sampai tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data nilai aktiva
bersih bulanan reksa dana saham di Indonesia januari 2011 sampai desember
3.3 Sampel
Penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel
dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah:
1. Reksa dana saham yang terdaftar dan aktif di Bapepam dari tahun 2011 sampai
tahun 2013.
2. Reksa dana saham yang memiliki nilai aktiva bersih tidak sama dengan nol
selama periode januari 2011 sampai desember 2013.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka reksa dana saham yang menjadi sampel dalam
penelitian ini berjumlah 49 reksa dana saham. Reksa dana saham yang menjadi
sampel, secara lengkap telah dijelaskan pada lampiran 1.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Nilai aktiva
bersih tiap bulan dapat diperoleh dari website resmi Bapepam, yaitu
www.Bapepam.go.id periode januari 2011 sampai desember 2013. Data tentang
perkembangan IHSG tiap bulan sebagai benchmark dalam penelitian ini diperoleh
dari www.yahoofinance.com selama periode januari 2011 sampai desember 2013.
Tingkat suku bunga bebas risiko menggunakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
berbagai buku (kepustakaan) dan sumber lain yang berhubungan dengan objek
penelitian.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yaitu
dengan melakukan pencatatan dan mengumpulkan data-data yang diperlukan
dalam penelitian. Data yang digunakan yaitu:
1. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) tiap bulan diperoleh dari website resmi
Bapepam, yaitu www.Bapepam.go.id periode januari 2011 sampai desember
2013.
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Data tentang perkembangan IHSG tiap bulan sebagai benchmark dalam
penelitian ini diperoleh dari www.yahoofinance.com selama periode januari
2011 sampai desember 2013.
3. Suku Bunga Bebas Risiko
Data tingkat suku bunga bebas risiko diperoleh dari tingkat suku bunga bebas
risiko digunakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) diperoleh dari website resmi
3.6 Definisi Konseptual Variabel
Pengukuran kinerja reksa dana saham dan pemberian peringkat dapat diukur
dengan menggunakan metode sharperatio (reward to variability) dan metode
treynormodifikasian (reward to diversification).Dengan menggunakan metode
tersebut, dapat diketahui apakah kinerja reksa dana saham melampaui IHSG.
Adapun indikator-indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja reksa dana
saham dengan menggunakan metode sharperatio (reward to variability) dan
metode treynor (reward to diversification) yaitu:
1. Indikator-indikator metode sharperatio (reward to variability), yaitu:
a. Return reksa dana saham
Return reksa dana saham menunjukkan ukuran kinerja yang telah dicapai
perusahaan yang dapat dilihat dari data nilai aktiva bersih (NAB) per unit.
b. Return IHSG (Benchmark)
Kinerja pasar yang digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini
dapat diukur dengan menggunakan nilai IHSG.
c. Rata-rata Return Aktiva Bebas Risiko
Perhitungan rata-rata return aktiva bebas risiko dapat diperoleh dari
rata-rata tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam periode
tertentu.
d. Standar deviasi
Standar deviasi menggambarkan penyimpangan yang terjadi dari rata-rata
2. Indikator-indikator metode treynor(reward to diversification), yaitu:
a. Return reksa dana saham
Return reksa dana saham menunjukkan ukuran kinerja yang telah dicapai
perusahaan yang dapat dilihat dari data nilai aktiva bersih (NAB) per unit.
b. Return IHSG (Benchmark)
Kinerja pasar yang digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini
dapat diukur dengan menggunakan nilai IHSG.
c. Rata-rata Return Aktiva Bebas Risiko
Perhitungan rata-rata return aktiva bebas risiko dapat diperoleh dari
rata-rata tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam periode
tertentu.
d. Standar deviasireturn reksa dana saham
Standar deviasi menggambarkan penyimpangan yang terjadi dari rata-rata
return yang dihasilkan pada reksa dana saham pada periode tertentu.
e. Beta
Dalam pengukuran beta menggunakan konsep CAPM. Beta diukur dengan
regresi premi return portofolio sebagai variabel dependen dan premi
keuntungan pasar sebagai variabel independen.
f. Standar deviasi pasar
Standar deviasi pasar ini menggambarkan penyimpangan yang terjadi dari
3.7 Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Mengukur nilai sharpe ratio (reward to variability)
[image:51.595.109.546.238.569.2]2. Mengukur nilai treynor modifikasian (reward to diversification)
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Indikator Rumus Kriteria 1 Nilai Sharpe
Ratio(reward to