ABSTRAK
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN DAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS I A SD NEGERI I METRO UTARA
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
Eni Setianingsih
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya disiplin dan hasil belajar siswa kelas I A SD Negeri I Metro Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Tujuan penelitian untuk meningkatkan disiplin dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu dengan menerapkan model cooperative learning tipe make a match.
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklusnya terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Alat pengumpul data menggunakan lembar observasi dan soal-soal tes. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learning tipe make a match pada pembelajaran tematik terpadu kelas I A SD Negeri I Metro Utara Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat meningkatkan disiplin dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai disiplin siswa pada siklus I (67,10) persentase siswa mendapat nilai ≥ 66 sebesar 64,51% (20 siswa), siklus II (74,68) meningkat sebesar 7,58 persentase siswa mendapat nilai ≥ 66 sebesar 74,19% (23 siswa), dan siklus III (82,58) meningkat sebesar 7,9 persentase siswa mendapat nilai ≥ 66 sebesar 80,65% (25 siswa). Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I (66,76) persentase siswa mendapat nilai ≥ 66 sebesar 61,29% (19 siswa), siklus II (72,86) meningkat sebesar 6,1 persentase siswa mendapat nilai ≥ 66 sebesar 70,97% (22 siswa), dan siklus III (80,81) meningkat sebesar 7,95 siswa mendapat nilai ≥ 66 sebesar 80,65% (25 siswa).
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Desa Terbanggi Subing, Kecamatan
Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 17 Juni 1992, sebagai anak keempat dari pasangan Bapak Sudadi dan Ibu Margiani.
Pendidikan formal peneliti dimulai dari SD Negeri 2 Terbanggi Subing, Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 1998 selesai
pada tahun 2004, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah selesai pada tahun 2007, melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung
MOTO
“Allah SWT tidak akan memberikan cobaan kepada umat-Nya melebihi batas kemampuan manusia itu sendiri”
(QS. Al-Baqarah: 286)
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.
i
PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirohim..
Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan ucapan terima kasih serta rasa banggaku kepada:
1. Bapak Sudadi dan Ibu Margiani, Orang tua tercinta yang telah mendoakan, memberi dorongan moral maupun material, memberi semangat, serta motivasi demi kelancaran penyelesaian skripsi ini
2. Kakak-kakakku (Susanto, Bambang Sudaryono, Danang Kusnadi), dan Adikku Widi Ananto yang selalu menjadi penyemangat dan mendambakan keberhasilanku
3. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2010 di Program Studi S1-PGSD Universitas Lampung.
ii
SANWACANA
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make a Match untuk Meningkatkan Disiplin dan Hasil belajar
Siswa pada Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas I A SD Negeri I Metro Utara Tahun Pelajaran 2013/2014”. Sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Semoga tulisan ini memenuhi syarat untuk disebut sebuah skripsi.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa selesainya penulisan ini tak lepas dari bantuan, dorongan, dan spirit dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak, baik yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian tugas ini, diantaranya:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
iii
4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD.
5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua S-I PGSD UPP Metro, Dosen Pembimbing Akademik, dan Dosen Pembimbing II, yang dalam kesibukannya senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing, memberi saran dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
6. Bapak Drs. Hi. A. Sudirman, M.H., selaku Dosen dan Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini dengan sabar dan ikhlas disela kesibukannya.
7. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., selaku Dosen dan Pembahas yang telah memberikan saran-saran dan dukungan serta bantuan selama proses penyusunan skripsi.
8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.
9. Ibu Mundriyani, S.Pd.SD., selaku Kepala SD Negeri 1 Metro Utara atas izinnya penulis dapat melakukan penelitian di sekolah tersebut.
10. Ibu Yeni Ristiana, A.M., selaku teman sejawat yang telah membantu dalam penelitian.
11. Para guru SD Negeri 1 Metro Utara atas bimbingan dan kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
12. Siswa-siswi kelas I A SD Negeri 1 Metro Utara yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
iv
Semoga amal baik Bapak, Ibu dan Saudara-saudara mendapat balasan dari Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik isi maupun penulisannya, untuk itu, kritik dan saran yang membangun demi peningkatan kualitas skripsi ini sangat penulis harapkan.
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Metro, 20 Maret 2014 Peneliti,
v
A. Pembelajaran Tematik Terpadu dan Pendekatan Ilmiah ... 10
1. Pembelajaran Tematik Terpadu ... 10
2. Pendekatan Ilmiah ... 12
B. Belajar, Penilaian Autentik, dan Hasil Belajar ... 13
1. Belajar ... 13
2. Macam-Macam Model Pembelajaran ... 21
3. Pengertian Model Cooperative Learning ... 22
4. Tipe-Tipe Model Cooperative Learning ... 23
5. Model Cooperative Learning Tipe Make a Match ... 24
vi
H. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 39
1. Siklus 1 ... 39
e. Rekomendasi Perbaikan Rencana Tindakan Siklus II 65 2. Siklus II ... 66
e. Rekomendasi Perbaikan Rencana Tindakan Siklus II 81
3. Siklus III ... 82
a. Tahap Perencanaan (planning) ... 82
b. Tahap Pelaksanaan (acting) ... 82
vii
2) Disiplin Siswa ... 87
3) Hasil Belajar Siswa ... 89
d. Refleksi (reflecting) ... 96
4. Pembahasan ... 97
a. Peningkatan Kinerja Guru ... 97
b. Peningkatan Displin Siswa ... 98
c. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103
A. Kesimpulan ... 103
B. Saran ... 104 DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Persentase kategori disiplin siswa kelas I A dan Kelas I B ... 4
1.2 Persentase kategori hasil belajar siswa kelas I A dan Kelas I B ... 5
3.1 Kualifikasi tingkat keberhasilan kinerja guru ... 34
3.2 Konversi disiplin siswa ... 35
3.3 Konversi keterampilan siswa ... 36
3.4 Konversi nilai hasil belajar pengetahuan siswa ... 37
3.5 Konversi hasil belajar siswa ... 38
4.7 Persentase kategori keterampilan siswa siklus I ... 60
4.8 Hasil belajar pengetahuan siklus I ... 61
4.9 Persentase kategori pengetahuan siswa siklus I ... 62
4.10 Hasil belajar siswa siklus I ... 63
4.11 Persentase kategori hasil belajar siswa siklus I ... 64
4.12 Hasil kinerja guru dalam proses pembelajaran siklus II ... 69
4.15 Hasil disiplin siswa siklus II ... 71
4.16 Penskoran disiplin siswa siklus II ... 72
4.17 Persentase kategori disiplin siswa siklus II ... 73
4.18 Hasil belajar keterampilan siswa siklus II ... 74
4.19 Penskoran keterampilan siklus II ... 75
4.20 Persentase kategori keterampilan siswa siklus II ... 76
4.21. Hasil belajar pengetahuan siklus II ... 77
4.22 Persentase kategori pengetahuan siswa siklus II ... 78
4.23 Hasil belajar siswa siklus II ... 79
4.24 Persentase kategori hasil belajar siswa siklus II ... 80
4.25 Hasil kinerja guru dalam proses pembelajaran siklus II ... 85
4.26 Hasil disiplin siswa siklus III ... 87
4.27 Penskoran disiplin siswa siklus III ... 88
4.28 Persentase kategori disiplin siswa siklus III... 89
4.29 Hasil belajar keterampilan siswa siklus III ... 89
4.30 Penskoran keterampilan siklus III ... 90
4.31 Persentase kategori keterampilan siswa siklus III ... 92
ix
4.33 Persentase kategori pengetahuan siswa siklus III ... 94
4.34 Hasil belajar siswa siklus III ... 95
4.35 Persentase kategori hasil belajar siswa siklus III ... 96
5.1 Peningkatan kinerja guru siklus ... 97
5.2 Peningkatan disiplin siswa ... 99
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Siklus penelitian tindakan kelas ... 30
4.1 Grafik peningkatan kinerja guru ... 98
4.2 Grafik peningkatan disiplin siswa ... 100
I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap
warga negara Indonesia, karena pendidikan dapat menciptakan manusia yang
berkualitas. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 alinea keempat yang
menyiratkan cita-cita nasional dibidang pendidikan yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 1: Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Ki Hadjar Dewantara (dalam Hasbullah, 2012: 4) pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pendidikan adalah
suatu bimbingan yang diberikan kepada siswa dalam pertumbuhannya, agar
menjadi manusia yang memiliki kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan
2
bagi kehidupan manusia, upaya meningkatkan mutu pendidikan harus
dilakukan.
Kurikulum, guru, dan siswa merupakan faktor penentu kemajuan
pendidikan. Rusman (2009: 3) kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan PP. RI No 32 Tahun
2013 tentang perubahan PP. No 19 Tahun 2005 bahwa pemantapan Standar
Nasional Pendidikan dan pengaturan kurikulum secara utuh sangat penting
dan mendesak perlu dilakukan untuk mencapai tujuan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014.
Berdasarkan perubahan Peraturan Pemerintah tersebut kurikulum yang
berlaku saat ini adalah kurikulum 2013. Permendikbud Nomor 67 Tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur SD/MI Kurikulum 2013
menjelaskan bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 mengunakan pembelajaran
tematik terpadu dengan pendekatan ilmiah. Kemendikbud (2013: 200)
pendekatan ilmiah dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah, pembelajaran diarahkan agar siswa mencari informasi
dari berbagai sumber bukan diberitahu.
SD Negeri I Metro Utara merupakan salah satu SD yang telah
menerapkan kurikulum 2013, untuk kelas I dan kelas IV. Dalam
pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013, guru harus mengembangkan
Hal tersebut dipertegas oleh Mulyasa (2013: 65) pengembangan kurikulum
2013 difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter siswa, berupa
panduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan
siswa sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara
kontekstual.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas I A SD
Negeri I Metro Utara pada tanggal 07 dan 08 Januari 2014 yang dilakukan
oleh peneliti, dalam pelaksanaan proses pembelajaran tematik terpadu, guru
kurang melibatkan siswa atau masih berpusat pada guru (teacher center),
guru belum maksimal menggunakan model pembelajaran yang menarik,
siswa kurang disiplin dalam mengerjakan tugas, tidak menyelesaikan tugas
yang diberikan guru tepat waktu, ada juga siswa yang tidak mau
mengerjakan tugas, siswa sering ribut, bermain dengan temannya, dan
menganggu temannya.
Selain melakukan observasi dan wawancara di kelas I A SD Negeri I
Metro Utara, peneliti juga melakukan studi dokumentasi nilai disiplin dan
hasil belajar di kelas I A tahun pelajaran 2013/2014, kemudian peneliti
membandingkan dengan nilai disiplin dan hasil belajar siswa kelas I B tahun
pelajaran 2013/2014, diperoleh data nilai disiplin siswa kelas I A sebesar
59,99 dan nilai disiplin siswa kelas I B sebesar 65,47, sedangkan untuk
4
Tabel 1.1. Persentase kategori disiplin siswa kelas 1 A dan siswa kelas I B.
Nilai Predikat Kelas I A Kelas I B
sebesar 54,84% (17 siswa), siswa mendapat nilai < 66 (kategori cukup dan
kurang) sebesar 45,16% (14 siswa). Persentase kategori disiplin siswa kelas
I B, siswa mendapat ≥ 66 (kategori sangat baik dan baik) sebesar 64,52%
(20 siswa) dan siswa mendapat nilai < 66 (kategori cukup dan kurang)
sebesar 35,48% (11 siswa).
Selain melakukan studi dokumentasi nilai disiplin, peneliti juga
melakukan studi dokumentasi hasil belajar siswa, diketahui nilai rata-rata
hasil belajar siswa kelas I A sebesar 57,33 dan rata-rata hasil belajar siswa
kelas I B sebesar 61,29. Persentase kategori hasil belajar siswa dapat
Tabel 1.2. Persentase kategori hasil belajar siswa kelas I A.
Berdasarkan tabel 1.2, persentase hasil belajar siswa kelas I A, siswa
mendapat nilai ≥ 66 (kategori (sangat baik (A) dan (baik) B) sebesar 51,61%
(16 siswa), dan siswa mendapat nilai < 66 (kategori cukup (C) dan kurang
(D)) sebesar 48,39% (15 siswa). Persentase hasil belajar siswa kelas I B,
siswa mendapat nilai ≥ 66 (kategori A dan B) sebesar 45,16% (14 siswa),
dan siswa mendapat nilai < 66 (kategori cukup (C) dan kurang (D)) sebesar
54,84% (17 siswa).
Berdasarkan data yang diperoleh disiplin dan hasil belajar siswa kelas
I A lebih rendah dibanding siswa kelas I B dan proses pembelajaran belum
dikatakan berhasil karena nilai siswa ≥ 66 (kategori sangat baik dan baik)
belum mencapai ≥ 75% siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Suprihatiningrum (2013: 129):
6
Berdasarkan penyebab masalah yang diungkapkan di atas, perlu
adanya tindak lanjut yang tepat, untuk perbaikan disiplin dan hasil belajar
siswa pada pembelajaran tematik terpadu kelas I A SD Negeri I Metro Utara
Tahun Pelajaran 2013/2014. Guru harus menggunakan model pembelajaran
yang dapat menjadikan siswa aktif, disiplin dalam mengikuti proses
pembelajaran sehingga hasil belajar mereka meningkat. Salah satu model
pembelajaran yang dapat menjadikan siswa disiplin dalam mengikuti proses
pembelajaran adalah model pembelajaran cooperative learning tipe make a
match. Huda (2013: 253) model make a match memiliki beberapa
kelebihan diantaranya: (a) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik
secara kognitif maupun fisik, (b) karena ada unsur permainan, model ini
menyenangkan, (c) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, (d) efektif melatih
kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
Berdasarkan alasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: “Penerapan Model Cooperative
Learning Tipe Make a Match untuk Meningkatkan Disiplin dan Hasil
Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas I A SD Negeri I
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centre).
2. Guru belum maksimal menggunakan model pembelajaran yang menarik,
salah satunya model cooperative learning tipe make a match.
3. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu, dilihat
dari hasil penilaian guru masih banyak siswa yang mendapat nilai < 66.
4. Siswa kurang disiplin dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah disiplin siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan
model cooperative learning tipe make a match pada pembelajaran
tematik terpadu kelas I A SD Negeri I Metro Utara Tahun Pelajaran
2013/2014?
2. Apakah hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model
cooperative learning tipe make a match pada pembelajaran tematik
8
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah
untuk:
1. Meningkatkan disiplin siswa kelas I A SD Negeri I Metro Utara Tahun
Pelajaran 2013/2014 pada pembelajaran tematik terpadu melalui
penerapan model cooperative learning tipe make a match.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas I A SD Negeri I Metro Utara
Tahun Pelajaran 2013/2014 pada pembelajaran tematik terpadu melalui
penerapan model cooperative learning tipe make a match.
E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian tindakan kelas, diharapkan dapat bermanfaat
bagi:
1. Siswa
a. Dapat meningkatkan disiplin siswa dalam pembelajaran tematik
terpadu di kelas I A SD Negeri 1 Metro Utara Tahun Pelajaran
2013/2014.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik
terpadu di kelas I A SD Negeri 1 Metro Utara Tahun Pelajaran
2013/2014.
2. Guru
Dapat menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan guru
dalam menerapkan model cooperative learning tipe make a match, pada
3. Sekolah
Dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran tematik terpadu melalui penerapan model
cooperative learning tipe make a match .
4. Peneliti
Dapat menambah pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas,
menggunakan model cooperative learning tipe make a match pada
10
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Tematik Terpadu dan Pendekatan Ilmiah
1. Pembelajaran Tematik Terpadu
a. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang
menggunakan tema pada proses pembelajaran. Kemendikbud (2013:
7) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran dengan
memadukan beberapa mata pelajaran melalui penggunaan tema,
dimana peserta didik tidak mempelajari materi mata pelajaran secara
terpisah, semua mata pelajaran yang ada di sekolah dasar sudah
melebur menjadi satu kegiatan pembelajaran yang diikat dengan tema.
Prastowo (2013: 223) pembelajaran tematik terpadu merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi
dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Mulyasa (2013:
170) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang
diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar yang menyuguhkan proses
belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang
mengaitkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema tertentu,
pembelajaran ini dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih
efektif dan efisien.
b. Tujuan Pembe lajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang
diterapkan pada kurikulum 2013. Tematik terpadu memiliki beberapa
tujuan, Kemendikbud (2013: 193) tujuan tematik terpadu sebagai
berikut:
1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.
6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.
7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.
12
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pembelajaran
tematik terpadu merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk
memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran, menjadikan siswa
lebih bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran, serta
mengembangkan berbagai kemampuan siswa dalam tema tertentu.
2. Pendekatan Ilmiah
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menggunakan
pendekatan ilmiah dalam pelaksanaan pembelajaran. Beberapa hal
menurut Kemendikbud (2013: 200-209) mengenai pendekatan ilmiah,
pendekatan ilmiah merupakan pendekatan yang dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami
berbagai materi dengan menggunakan informasi yang bisa berasal dari
mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
Langkah-langkah pendekatan ilmiah meliputi: (a) mengamati (dengan
metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara
objek yang dianalisis), (b) menanya (saat guru atau siswa bertanya, pada
saat itu pula guru membimbing atau memandu siswanya belajar dengan
baik), (c) menalar (proses berfikir yang logis dan sistematis atas
fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi), (d) mencoba (siswa harus mencoba
atau melakukan percobaan), (e) mengolah (tahapan mengolah ini siswa
sebisa mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif), (f)
menyimpulkan (kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari
kelompok), (g) menyajikan dan mengkomunikasikan (siswa harus dapat
menyajikan dan mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pendekatan ilmiah
merupakan pendekatan yang mendorong siswa dalam proses pembelajaran
dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah atau berfikir secara
rasional, melalui kegiatan yang mereka lakukan, yaitu: mengamati,
menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyimpulkan, menyajikan dan
mengkomunikasikan.
B. Belajar, Penilaian Autentik, dan Hasil Belajar
1. Belajar
Belajar merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, dari lahir
hingga saat ini kita pasti pernah mengalami proses belajar, karena belajar
adalah sesuatu yang pasti dialami oleh setiap manusia. Suprihatiningrum
(2013: 15-34) teori belajar dikelompokan menjadi empat aliran, yaitu
aliran behavioristik, konstruktivistik, humanistik, dan sibernetik. Aliran
yang sesuai dengan kondisi pembelajaran saat ini adalah aliran
konstruktivistik, hal ini dipertegas oleh Suprijono (2013: 29-39) seiring
upaya perbaikan kualitas pembelajaran organis, filsafat konstruktivistik
kian populer dibidang pendidikan pada dekade ini, pada pembelajaran
konstruktivistik lebih menekankan pada belajar operatif, autentik, belajar
kolaboratif, dan kooperatif.
Beberapa ahli pendidikan mendefinisikan tentang belajar, Gagne
14
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang
secara alamiah. Trianto (2010: 16) belajar secara umum dapat diartikan
sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan
bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau
karakteristik seseorang sejak lahir. Bell-Gredler (dalam Winataputra, dkk.,
2008: 1.5) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk
mendapatkan aneka ragam kemampuan (comtencies), keterampilan
(skills), dan sikap (attitude). Proses belajar tersebut berkelanjutan dari
bayi hingga sepanjang hayat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan belajar
adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang melalui berbagai
pengalaman yang mereka alami dan mereka dapatkan dari lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah sehingga
menghasilkan perubahan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Pengertian Penilaian Autentik
Penilaian autentik merupakan penilaian yang mencerminkan hasil
belajar siswa yang sesungguhnya. Nurgiyantoro (2011: 22) penilaian
autentik (authentic assessment) merupakan penilaian yang menekankan
kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki
secara nyata dan bermakna. Kunandar (2013: 35) penilaian autentik
adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang
seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan instrumen penilaian
Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Komalasari (2011: 148) penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar
yang merujuk pada situasi atau konteks dunia nyata, yang memerlukan
berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang
memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari
satu macam pemecahan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan penilaian
autentik adalah penilaian yang digunakan untuk mengukur segala aspek
baik proses pembelajaran maupun hasil belajar afektif, kognitif, dan
psikomotor siswa.
3. Hasil Belajar
Setiap kegiatan yang dilakukan akan menghasilkan sesuatu, begitu
pula dengan kegiatan belajar akan menghasilkan hasil, yaitu hasil belajar.
Kunandar (2011: 277) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa
setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa
data kuantitatif maupun kualitatif. Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Suprijono (2013: 5) hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apersepsi, dan
keterampilan. Bloom (dalam Kurniawan, 2011: 13-15) menggolongkan
hasil belajar menjadi: (a) hasil belajar kognitif, yaitu hasil belajar yang ada
kaitannya dengan ingatan, kemampuan berfikir atau intelektual, (b) hasil
belajar ranah afektif, yaitu merujuk pada hasil belajar yang berupa
16
kemampuan gerak sederhana yang mungkin dilakukan secara refleks
hingga gerak kompleks yang terbimbing hingga gerak kreativitas.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh oleh siswa baik berupa kognitif, afektif, ataupun
psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran.
C. Disiplin
1. Pengertian Disiplin
Setiap siswa hendaknya memiliki karakter yang positif, agar mereka dapat menjadi pribadi yang baik. Salah satu karakter utama yang harus
dikembangkan oleh guru untuk siswanya adalah disiplin. Beberapa ahli
mengemukakan tentang pengertian disiplin, Fathurrohman, dkk., (2013:
125) disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada ketentuan dan peraturan. Stara Waji (dalam Amri, 2013: 161)
mengemukakan:
Disiplin berasal dari bahasa latin discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul diciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan dan sekarang, kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
Daryanto & Suryatri (2013: 49) dalam perspektif umum disiplin
adalah perilaku sosial yang bertanggung jawab dan fungsi kemandirian
yang optimal dalam suatu relasi sosial yang berkembang atas dasar
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan disiplin adalah
karakter yang menunjukkan seseorang taat dengan peraturan yang berlaku
yang dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
2. Karakteristik Disiplin
Karakteristik disiplin merupakan ciri khas yang menunjukkan
seseorang memiliki sifat disiplin. Disiplin memiliki beberapa karakteristik,
berikut tentang karakteristik disiplin menurut beberapa ahli. Daryanto &
Suryatri (2013: 49), karakteristik disiplin yang sehat adalah:
Orang yang mampu melakukan fungsi psikososial dalam berbagai
setting termasuk: (a) kompetensi dalam bidang akademik, pekerjaan, dan relasi sosial, (b) pengelolaan emosi dan mengontrol perilaku-perilaku yang impulsif, (c) kepemimpinan, (d) harga diri yang positif, dan identitas diri. Disiplin dapat diukur atau dapat diobservasi baik secara emosional maupun tampilan perilaku.
Fathurrohman, dkk., (2013: 130) seseorang yang berdisiplin
memiliki deskripsi perilaku: (a) biasa menyelesaikan tugas-tugas tepat
waktu, menghindari sikap ingkar janji, dan biasa mengerjakan tugas
sampai selesai, (b) menghindari sikap buruk sangka dan lalai, (c) berani
menanggung resiko dan tidak suka melempar kesalahan pada orang lain,
(d) selalu menghindari sikap munafik dan putus asa.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
disiplin memiliki karakteristik taat, berani bertanggung jawab, dan selalu
mengerjakan tugas tepat pada waktunya. Karakteristik disiplin tersebut
dapat diamati melalui perilaku yang mereka lakukan dalam kegiatan
18
3. Unsur-Unsur Disiplin
Sebelum seseorang memiliki sikap disiplin didahului oleh
serangkaian unsur-unsur yang mendorong terbentuknya disiplin. Hurlock
(dalam Amri, 2013: 165) unsur-unsur disiplin adalah: (a) peraturan sebagai
pedoman perilaku, (b) konsistensi dalam peraturan, (c) hukuman untuk
pelanggaran, (d) penghargaan untuk berperilaku yang baik. Amri (2013:
165) mengemukakan unsur pokok yang membentuk disiplin, sikap yang
telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di dalam
masyarakat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan disiplin
terbentuk dari berbagai unsur yang saling terkait yaitu peraturan, ketaatan
hukuman, dan penghargaan. Unsur-unsur tersebut harus ada, agar disiplin
dapat terbentuk.
4. Alat Ukur Disiplin
Disiplin merupakan salah satu sikap yang dapat diukur dengan
beberapa cara. Menurut Kemendikbud (2013: 10-12) cara mengukur sikap
adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik penilaian yang dilakukan
dengan cara menggunakan indera baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan menggunakan lembar panduan observasi yang berisi
b. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
siswa untuk mengukur kelebihan dan kekurangannya sendiri dalam
konteks pencapaian kompetensi.
c. Penilaian antar teman
Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk
saling menilai sikap dan perilaku dengan temannya.
d. Jurnal
Merupakan catatan guru di dalam dan di luar kelas yang berisi
kelebihan dan kelemahan sikap siswa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
mengukur disiplin siswa dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu
observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal, dalam penelitian
ini peneliti menggunakan lembar observasi.
5. Indikator Disiplin
Seseorang yang memiliki sifat disiplin di tandai oleh beberapa hal.
Menurut Daryanto & Suryatri (2013: 145) indikator disiplin adalah (a)
datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya, (b) melaksanakan
tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya, (c) duduk pada tempat
yang telah ditetepkan, (d) menaati peraturan sekolah dan kelas, (e)
berpakaian rapi (f) mematuhi peraturan permainan. Kemendikbud (2013:
ix) indikator disiplin adalah (a) kehadiran ke sekolah tepat waktu, (b)
senantiasa menjalankan tugas piket, (c) menyelesaikan tugas sesuai waktu
20
Bersadasarkan pendapat di atas dapat peneliti simpulkan indikator
disiplin adalah (a) masuk kelas tepat waktu, (b) berpakaian rapi, (c) baris
atau duduk sesuai kelompok tepat waktu, (d) menyelesaikan tugas-tugas
tepat waktu, (e) menaati aturan dalam proses pembelajaran.
D. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu komponen yang
dibutuhkan oleh guru, untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran
yang ingin mereka terapkan. Joyce & Weil (dalam Rusman, 2013: 133)
model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing di kelas atau
yang lain. Sejalan dengan pendapat Suprijono (2013: 46) model
pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan
teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan
analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat
operasional di kelas. Ngalimun (2013: 27) model pembelajaran adalah:
Arends (dalam Trianto, 2010: 22) istilah model pengajaran mengarah
pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,
sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Suprihatinigrum
(2013: 185) model pembelajaran merupakan pola yang telah direncanakan
dengan matang dan merupakan pedoman pelaksanaan pembelajaran mulai
dari kegitan awal, inti, dan penutup serta penilaian pembelajaran yang
disusun sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran (baik tujuan
utama maupun tujuan pendamping/nurturant effect).
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
model pembelajaran adalah rangkaian perencanaan pembelajaran yang
dirancang untuk pedoman guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Guru dalam memilih model pembelajaran harus memperhatikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
2. Macam-Macam Model Pembelajaran
Guru merupakan seorang pendidik yang mengajar di kelas, guru
harus dapat mengusai kelas dan menerapkan pembelajaran yang
menyenangkan, selain itu guru harus menerapkan model pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik siswa, setiap kelas kemungkinan akan
menggunakan model pembelajaran yang berbeda-beda, untuk itu guru
harus dapat menerapkan berbagai model pembelajaran. Suprijono (2013:
76) model pembelajaran dibagi menjadi tiga (a) model pembelajaran
langsung (direct instruction) dikenal dengan sebutan active teaching, (b)
model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), (c) model
22
macam-macam model pembelajaran sebagai berikut: (a) model
cooperative learning, (b) kontekstual, (c) tugas terstruktur, (d) PAKEM,
(e) VCT, (f) simulasi, (g) bermain peran (role playing), (h) kuantum, (i)
PAIKEM, (j) berbasis portofolio, (k) kelas rangkap, (l) langsung (direct
instruction), (m) terpadu, dan (n) model tematik terpadu.
Berdasarkan pendapat di atas, model pembelajaran memiliki
berbagai jenis yang akan terus dikembangkan oleh para pengembang
pendidikan, hal ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik serta kebutuhan siswa.
3. Pengertian Model Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran
yang diterapkan dalam pembelajaran kurikulum 2013, dalam kurikulum
2013 siswa banyak melakukan kegiatan pembelajaran berkelompok.
Komalasari (2011: 62) cooperative learning adalah pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2-5 orang, dengan struktur
kelompok yang relatif heterogen. Rusman (2013: 202) cooperative
learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 4-6 orang struktur kelompok yang bersifat
heterogen. Isjoni (2011: 14) pembelajaran cooperative learning adalah
model belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil
kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerjasama, dan
saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
pembelajaran cooperative learning adalah pembelajaran berkelompok,
setiap kelompok bekerja untuk memecahkan suatu masalah secara
bersama-sama dengan anggota kelompoknya dengan penuh rasa tanggung
jawab.
4. Tipe-Tipe Model Cooperative Learning
Saat ini model pembelajaran sudah banyak berkembang dan
memiliki banyak tipenya, salah satunya adalah model pembelajaran
cooperative learning. Rusman (2013: 213-225) tipe model pembelajaran
cooperative learning meliputi: (a) model STAD (students team
achievement division), (b) model jigsaw, (c) model investigasi kelompok
(group investigation), (d) model mencari pasangan (make a match), (e)
model TGT (teams games tounaments), (f) model struktural. Suprijono
(2013: 89-103) membagi model cooperative learning menjadi dua belas
tipe yaitu: (a) jigsaw, (b) think pair share, (c) numbered heads together,
(d) group investigation, (d) two stay two stray, (e) make a match, (f)
listening team, (g) inside-outside circle, (h) bamboo dancing, (i)
poin-counter-point, (i) the power of two, (j) listening team.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan make a
match adalah salah tipe dari model pembelajaran cooperative learning,
peneliti memilih model cooperative learning tipe make a match untuk
24
meningkatkan disiplin dan hasil belajar siswa, khususnya dalam
pembelajaran tematik terpadu.
5. Model Cooperative Learning Tipe Make a Match
a. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Make a Match
Proses pembelajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan
pembelajaran yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara
guru dengan siswa. Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut
adalah menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe
make a match (mencari pasangan). Aqib (2013: 23) model
cooperative learning tipe make a match adalah model yang
diperkenalkan oleh Lena Curran, pada tahun 1994, pada model ini
siswa diminta mencari pasangan dari kartu. Komalasari (2011: 85)
model cooperative learning tipe make a match adalah model
pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu
pernyataan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan
kartu pasangan. Rusman (2013: 223) model cooperative learning tipe
make a match merupakan model pembelajaran siswa mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas
waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
model cooperative learning tipe make a match adalah model
pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara mencari pasangan kartu
jawaban dengan kartu soal, melalui batas waktu yang ditentukan dan
kartu, guru harus melakukan konfirmasi tentang kebenaran kartu yang
mereka pegang.
b. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Tipe Make a Match
Tidak ada model yang lebih unggul dari model yang lainnya,
setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan,
begitu pula dengan model cooperative learning tipe make a match juga
memiliki kelebihan dan kekurangan. Rusman (2013: 223) salah satu
kelebihan model cooperative learning tipe make a match adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam situasi yang menyenangkan. Isjoni (2013: 112) kelebihan
model cooperative learning tipe make a match adalah dapat digunakan
untuk semua pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Huda (2013:
253) kelebihan dan kekurangan model cooperative learning tipe make
a match adalah:
1) Kelebihanmodel cooperative learning tipe make a match (a) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik, (b) karena ada unsur permainan, model ini menyenangkan, (c) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, (d) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi, (e) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
26
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
model cooperative learning tipe make a match selain memiliki
kelebihan juga memiliki beberapa kekurangan. Oleh karena itu, perlu
adanya pemahaman yang mendalam mengenai model ini sehingga
dalam penerapannya dapat terlaksana dengan baik dan efektif.
c. Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Cooperative Learning Tipe Make a Match
Guru dalam menerapkan model pembelajaran cooperative
learning tipe make a match harus mengikuti dan dapat
mengembangkan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan kondisi
kelas, agar pembelajaran yang diterapkan menjadi maksimal.
Hanafiah & Cucu (2009: 46) langkah-langkah model cooperative
learning tipe make a match adalah:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu berisi beberapa konsep atau kartu yang cocok untuk sesi review. Sebaliknya kartu sebagian soal dan kartu sebagian jawaban.
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).
4) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
5) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
6) Kesimpulan.
Selanjutnya Huda (2013: 252-253) langkah-langkah kegiatan
pembelajaran model cooperative learning tipe make a match:
1) Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi di rumah.
2) Siswa dibagi ke dalam 2 kelompok A dan kelompok B. Kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan.
4) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka.
5) Guru meminta anggota kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah menemukan pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah dipersiapkan.
6) Jika waktu sudah habis, mereka diberitahukan bahwa waktu sudah habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul tersendiri.
7) Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.
8) Terakhir, guru memanggil pasangan berikutnya, sampai seluruh pasangan melakukan presentasi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
langkah-langkah model cooperative learning tipe make a match
adalah guru menjelaskan materi, membuat kelompok, membagikan
kartu, siswa mencari kartu jawaban dan kartu soal, kemudian siswa
yang telah menemukan jawaban mempresentasikannya. Sebelum
melaksanakan pembelajaran cooperative learning tipe make a match
guru harus menyiapkan kartu-kartu jawaban dan kartu soal untuk
28
E. Hipotesisis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian tindakan kelas oleh peneliti sebagai berikut: “Apabila dalam
pembelajaran tematik terpadu diterapkan model cooperative learning tipe
make a match dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka
disiplin dan hasil belajar siswa kelas I A di SD Negeri I Metro Utara Tahun
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas.
Arikunto, dkk., (2011: 4) penelitian tindakan kelas istilah dalam bahasa
Inggrisnya adalah Classroom Action Research (CAR) yaitu sebuah kegiatan
penelitian yang dilakukan di kelas, dalam penelitian tindakan kelas terdapat
empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, (4) refleksi. Wardhani, dkk., (2007: 1.3) prosedur penelitian
dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap,
yaitu (1) merencanakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4)
refleksi. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
di dalam kelas, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya, sehingga hasil
belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian ini dilakukan dengan guru kelas I
A SD Negeri I Metro Utara secara berkolaborasi dengan harapan dapat
meningkatkan disiplin dan hasil belajar melalui penerapan model cooperative
30
Siklus tindakan dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 3.1. Siklus penelitian tindakan kelas. (Sumber: Arikunto, dkk., 2011: 74) Apabila
Reflecting II Observing II Acting II Planning II
Reflecting I Observing I Acting I Planning I
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
B. Setting Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah seorang guru kelas I A dan siswa kelas I A
SD Negeri 1 Metro Utara Kecamatan Metro Utara Kota Metro tahun
pelajaran 2013/2014, jumlah siswa adalah 31 orang dengan rincian 15 orang
siswa laki-laki dan 16 orang siswi perempuan.
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Metro Utara, Jalan Pattimura
No. 136 Kelurahan Banjar Sari Kecamatan Metro Utara Kota Metro.
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2013/2014. Waktu pelaksanaan penelitian kurang lebih 6 bulan, yaitu bulan
Januari 2014 sampai dengan bulan Juni tahun 2014. Kegiatan penelitian
dimulai dari penyusunan proposal PTK, diskusi, penyusunan perangkat
pembelajaran, dan media pembelajaran, secara kolaboratif dan partisipatif
dengan guru kelas I A, sampai pada tahap pelaksanaan dan pelaporan.
C. Sumber Data
Data penelitian berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
diperoleh dari hasil observasi disiplin siswa, keterampilan siswa dan kinerja
guru, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar pengetahuan
32
D. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan seluruh data yang diperlukan dalam penelitian
dengan teknik tes dan non tes.
1. Teknik Non Tes
Merupakan prosedur atau cara untuk mengumpulkan data disiplin
siswa, keterampilan siswa, dan kinerja guru dengan menggunakan lembar
panduan observasi.
2. Teknik Tes
Merupakan prosedur atau cara untuk mengumpulkan data hasil belajar
pengetahuan siswa.
E. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Lembar Panduan Observasi
Merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif
berupa disiplin siswa, keterampilan siswa dan data kinerja guru selama
penelitian tindakan kelas.
2. Soal-Soal Tes
Merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil
F. Teknik Analisis Data
Hasil penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif
dan analisis data kuantitatif.
1. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari data nontes yaitu, lembar panduan
observasi. Data hasil observasi digunakan untuk mengetahui kemajuan
disiplin siswa, keterampilan siswa, dan kinerja guru, setelah diterapkannya
pembelajaran dengan model cooperative learning tipe make a match.
a. Rumus untuk Menghitung Kinerja Guru
NP = SM X 100R
Keterangan:
NP = Nilai persen kinerja guru yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh guru
SM = Skor maksimum ideal yang diamati
100 = Bilangan tetap
34
Kualifikasi tingkat keberhasilan kinerja guru dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3.1. Kualifikasi tingkat keberhasilan kinerja guru.
Tingkat Keberhasilan Nilai
Amat Baik ( A) 90 < A ≤ 100
Baik (B) 75 < B < 90
Cukup (C) 60 < C < 75
Kurang (K) < 60
(Sumber: Kemendikbud (2013 : 314))
b. Rumus untuk Menghitung Nilai Disiplin Siswa
NP = SM X 100R
Keterangan:
NP = Nilai persen disiplin yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal yang diamati
100 = Bilangan tetap
Kategori nilai disiplin siswa dapat dilihat berdasarkan tabel di
bawah ini:
Tabel 3.2. Konversi disiplin siswa.
Nilai Predikat
(Sumber: Kemendikbud (2013 : 8))
Untuk menghitung rumus menghitung persentase nilai disiplin
dan nilai keterampilan siswa yang telah mencapai nilai ≥ 66 adalah
sebagai berikut:
Persentase siswa nilai ≥ 66
=
x 100% (Sumber: Aqib,dkk.,(2011: 40))c. Rumus untuk Menghitung Nilai Keterampilan Siswa
NP = SM X 100R
Keterangan:
NP = Nilai persen keterampilan yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal yang diamati
100 = Bilangan tetap
36
Kategori keterampilan siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3. Konversi keterampilan siswa.
Nilai Predikat Keterangan
(Sumber: Kemendikbud (2013 : 8))
Untuk menghitung persentase nilai keterampilan siswa yang telah
mencapai nilai ≥ 66 digunakan rumus sebagai berikut:
Persentase siswa nilai ≥ 66
=
x 100% (Sumber: Aqib,dkk.,(2011: 40))2. Analisis Data Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai
dinamika kemajuan hasil belajar pengetahuan siswa yang berkaitan dengan
penguasaan materi yang diajarkan guru.
a. Rumus Menghitung Hasil Belajar Pengetahuan Siswa Secara Individu
Kategori nilai hasil belajar pengetahuan siswa dapat dilihat
berdasarkan tabel di bawah ini:
Tabel 3.4. Konversi nilai hasil belajar pengetahuan siswa.
Nilai Predikat Keterangan (Sumber: Kemendikbud (2013 : 8))
b. Rumus Menghitung Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Pengetahuan Siswa
X = ∑ ∑
Keterangan:
X = Nilai rata-rata kelas
∑X = Jumlah semua nilai siswa
∑ N = Jumlah siswa
(Sumber: Aqib,dkk., (2011: 40)
c. Rumus Menghitung Persentase Nilai Hasil Belajar Pengetahuan Siswa
yang Telah Mencapai Nilai ≥ 66
Persentase Nilai Siswa ≥ 66 = X 100%
38
Hasil Belajar siswa secara keseluruhan dihitung dengan
menggunakan rumus
=
Untuk mengetahui kategori hasil belajar siswa dapat melihat posisi
nilai yang diperoleh pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.5. Konversi nilai hasil belajar siswa.
Nilai Predikat Keterangan
Untuk menghitung persentase nilai hasil belajar siswa yang telah
mencapai nilai ≥ 66 digunakan rumus:
Persentase Nilai Siswa ≥ 66 = X 100%
(Sumber: Aqib,dkk.,(2011: 40)) Keterangan:
X = Nilai rata-rata kelas
∑X = Jumlah semua nilai siswa
∑ N = Jumlah siswa
39
G. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas terdiri dari III siklus, setiap
siklusnya terdiri dari empat tahapan sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan adalah merencanakan program tindakan yang
dilakukan untuk meningkatkan disiplin dan hasil belajar siswa.
2. Tahap pelaksanaan tindakan adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti
sebagai upaya meningkatkan disiplin dan hasil belajar siswa.
3. Tahap observasi adalah pengamatan terhadap siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
4. Tahap refleksi adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil
yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap
proses belajar selanjutnya.
H. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas
1. Siklus I
Tahap Perencanaan
Peneliti bersama dengan guru mengidentifikasi masalah yang terjadi
di kelas, kemudian menyiapkan proses pembelajaran tematik terpadu
menggunakan model cooperative learning tipe make a match dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menetapkan tema yaitu “6. Lingkungan Bersih, Sehat dan Asri”,
40
2) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran, yaitu: pemetaan, silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, dan media pembelajaran.
3) Menyiapkan instrumen penilaian kinerja guru, lembar observasi
disiplin, rubrik penilaian unjuk kerja menceritakan keadaan rumah, dan
soal post tes.
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pada siklus I dengan materi pembelajaran tema “6.
Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri”, subtema I “Lingkungan Rumahku”.
pembelajaran I. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran secara lebih
rinci antara lain:
1) Kegiatan Pendahuluan
a) Guru mengajak semua siswa berdoa.
b) Guru mengabsen kehadiran siswa.
c) Guru memberikan apersepsi yaitu menyanyikan lagu “Lihat
Kebunku” kemudian dikaitkan dengan sikap menjaga kebersihan
lingkungan rumahku.
d) Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan inti
a) Guru menjelaskan materi, tema “6 Lingkungan Bersih Sehat dan
Asri”, subtema “1 Lingkungan Rumahku”, pembelajaran 1.
b) Siswa menceritakan keadaan rumahnya.
c) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, kelompok A dan
kelompok B, kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan.
d) Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan
kartu jawaban kepada kelompok B.
e) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/
mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain.
Guru menyampaikan batasan maksimum waktu.
f) Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari
pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah menemukan
pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan
diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah
dipersiapkan.
g) Jika waktu sudah habis, mereka diberitahukan bahwa waktu
sudah habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta
untuk berkumpul tersendiri.
h) Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain
dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan
memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.
i) Terakhir, guru memanggil pasangan berikutnya, sampai seluruh
pasangan melakukan presentasi.
3) Kegiatan Penutup
a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan materi pelajaran yang
telah dipelajari.
42
c) Guru memberikan tindak lanjut.
d) Mengajak semua siswa berdoa.
Tahap Observasi
Observasi dilakukan oleh guru kelas I A yang bertindak sebagai
observer, yaitu mengamati disiplin siswa, keterampilan siswa, dan kinerja
guru dalam pembelajaran tematik terpadu dari awal pembelajaran sampai
akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi.
Tahap Refleksi
Pada akhir siklus dilakukan refleksi oleh peneliti dan guru untuk
mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan mengkaji
disiplin siswa selama proses pembelajaran, sebagai acuan membuat
rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus selanjutnya.
2. Siklus II
Tahap Perencanaan
Peneliti bersama dengan guru mengidentifikasi masalah yang
terjadi di kelas pada siklus I, kemudian menentukan langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Langkah-langkah ini antara
lain:
1) Menetapkan tema yaitu “6. Lingkungan Bersih, Sehat dan Asri”,
subtema “2. Lingkungan Sekitar Rumahku”, Pembelajaran 2.
2) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran, yaitu: pemetaan, silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, dan media pembelajaran.
3) Menyiapkan instrumen penilaian kinerja guru, lembar observasi
disiplin, rubrik penilain unjuk kerja percakapan berdasarkan teks, dan
soal post tes.
Tahap Pelaksanaan
Pada siklus II materi pembelajarannya adalah tema “6. Lingkungan
Bersih Sehat dan Asri”, sub tema 2 “Lingkungan Sekitar Rumahku”.
Tahap pelaksanaan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, yaitu
pembelajaran 2. Kegiatan pembelajaran secara lebih rinci antara lain:
1) Kegiatan Pendahuluan
a) Guru mengajak semua siswa berdoa.
b) Guru mengabsen kehadiran siswa.
c) Guru memberikan apersepsi, yaitu menunjukan gambar anak
membuang sampah kemudian dikaitkan dengan materi.
d) Mengomunikasikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan inti
a) Guru menjelaskan materi, tema “6 Lingkungan Bersih Sehat dan
Asri”, subtema “2. Lingkungan Sekitar Rumahku”, Pembelajaran
2.
b) Siswa melakukan percakapan tentang membuang sampah.
c) Guru menjelaskan tentang bangun ruang.
d) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, kelompok A dan
44
e) Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan
kartu jawaban kepada kelompok B.
f) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/
mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain.
Guru menyampaikan batasan maksimum waktu.
g) Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari
pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah menemukan
pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan
diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah
dipersiapkan.
h) Jika waktu sudah habis, mereka diberitahukan bahwa waktu
sudah habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta
untuk berkumpul tersendiri.
i) Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain
dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan
memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.
j) Terakhir, guru memanggil pasangan berikutnya, sampai seluruh
pasangan melakukan presentasi.
3) Kegiatan Penutup
a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan materi pelajaran yang
telah dipelajari.
b) Guru melakukan kegiatan evaluasi.
c) Guru memberikan tindak lanjut.
Tahap Observasi
Observasi dilakukan oleh guru kelas I A yang bertindak sebagai
observer, yaitu mengamati disiplin siswa, keterampilan siswa, dan
kinerja guru dalam pembelajaran tematik terpadu, dari awal
pembelajaran sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi.
Tahap Refleksi
Pada akhir siklus dilakukan refleksi oleh peneliti dan guru untuk
mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan mengkaji
disiplin siswa selama proses pembelajaran, sebagai acuan membuat
rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus selanjutnya.
3. Siklus III
Tahap Perencanaan
Peneliti bersama dengan guru mengidentifikasi masalah yang
terjadi di kelas pada siklus II, kemudian menentukan langkah-langkah
pembelajaran pada siklus III. Langkah-langkah ini antara lain:
1) Menetapkan tema yaitu “6. Lingkungan Bersih, Sehat dan Asri”,
subtema “3. Lingkungan Sekolahku”, Pembelajaran 2.
2) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran, yaitu: pemetaan, silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, dan media pembelajaran.
3) Menyiapkan instrumen penilaian kinerja guru, lembar observasi
disiplin, rubrik penilaian unjuk kerja menyampaikan ucapan terima
46
Tahap Pelaksanaan
Pada siklus III materi pembelajarannya adalah tema “6.
Lingkungan Bersih Sehat dan Asri ”, subtema “3. Lingkungan
Sekolahku” pembelajaran 2. Tahap pelaksanaan dilaksanakan dalam 1
kali pembelajaran. Kegiatan pembelajaran secara lebih rinci antara lain:
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Pengondisian kelas.
2) Guru mengajak siswa berdoa.
3) Guru mengabsen siswa.
4) Apersepsi: Guru menunjukkan gambar tentang anak yang sedang
melaksanakan tugas piket, kemudian dikaitkan dengan sikap
tertib dan teratur dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
5) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan tentang materi tema “6. Lingkungan Bersih
Sehat dan Asri”, subtema “3. Lingkungan Sekolahku”
pembelajaran 2.
2) Siswa membuat kartu ucapan terima kasih dan memberikannya
kepada petugas kebersihan.
3) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, kelompok A dan
kelompok B, kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan.
4) Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan
5) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus
mencari/mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu
kelompok lain. Guru menyampaikan batasan maksimum waktu.
6) Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari
pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah menemukan
pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan
diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah
dipersiapkan.
7) Jika waktu sudah habis, mereka diberitahukan bahwa waktu
sudah habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta
untuk berkumpul tersendiri.
8) Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain
dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan
memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.
9) Terakhir, guru memanggil pasangan berikutnya, sampai seluruh
pasangan melakukan presentasi.
b. Kegiatan Akhir
1) Siswa bersama guru membuat kesimpulan.
2) Guru melakukan kegiatan evaluasi.
3) Guru melakukan tindak lanjut.
48
Tahap Observasi
Observasi dilakukan oleh guru kelas I A yang bertindak sebagai
observer, yaitu mengamati disiplin siswa, keterampilan siswa, dan
kinerja guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi.
Tahap Refleksi
Pada akhir siklus dilakukan refleksi oleh peneliti dan guru untuk
mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan mengkaji
disiplin siswa selama proses pembelajaran.
I. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas dikatakan berhasil apabila :
1. Terjadi peningkatan disiplin siswa kelas I A SD Negeri I Metro Utara
dengan persentase siswa mendapat nilai ≥ 66 (kategori sangat baik dan
baik) ≥ 75% siswa.
2. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas I A SD Negeri I Metro Utara
dengan persentase siswa mendapat nilai ≥ 66 (kategori A dan B) ≥ 75%
siswa.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suprihatiningrum (2013: 129) yang
mengemukakan: Dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar 75% siswa
terlibat aktif, baik fisik mental maupun sosial dalam proses pembelajaran,
sementara itu dari segi hasil dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan positif