ABSTRAK
PERSEPSI ANGGOTA RESIMEN MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG TERHADAP FENOMENA TAWURAN ANTAR PELAJAR
(Hendra Purba)
Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anggota resimen mahasiswa terhadap fenomena tawuran antar pelajar dan untuk mengetahui fenomena tawuran baik faktor penyebab,dampak dan solusi yang akan dilaksananakan dan kemudian memberikan kontribusi dari anggota resimen mahasiswa terhadap fenomena tawuran dengan cara menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan dalam rangka kegiatan pelatihan bela negara untuk mendidik dan membentuk karakter kepribadian bangsa kepada siswa agar tidak terjadi penyebab disintegrasi suatu bangsa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan objek penelitian adalah anggota aktif Resimen Mahasiswa Universitas Lampung . Teknik pengumpulan data adalah dengan teknik pokok angket serta teknik penunjang wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan rumus presentase.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa persepsi anggota
Menwa Unila terhadap fenomena tawuran antar pelajar di Bandar lampung tahun pelajaran
2014/2015. Berdasarkan penelitian ini bahwa pemahaman,tanggapan dan harapan anggota Resimen Mahasiswa setuju dalam penanggulangan atau solusi yang akan dilaksanakan mengenai fenomena tawuran baik faktor penyebab dan dampak yang diakibatkan.
PERSEPSI ANGGOTA RESIMEN MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG TERHADAP FENOMENA TAWURAN ANTAR
PELAJAR DI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN
2014/2015
Oleh
HENDRA PURBA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PERSEPSI ANGGOTA RESIMEN MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG TERHADAP FENOMENA TAWURAN ANTAR
PELAJAR DI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN
2014/2015
(Skripsi)
Oleh
HENDRA PURBA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar 1.1 Skema Krangka Pikir... 28 2. Gambar 4.1 Struktur Organisasi Resimen Mahasiswa Batalyon
DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Pembatasan Masalah ... 9
D. Rumusan Masalah ... 10
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10
1. Tujuan Penelitian ... 10
2. Kegunaan Penelitian ... 10
a. Kegunaan Teoritis ... 10
b. Kegunaan Praktis ... 10
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 11
a. Ruang Lingkup Ilmu ... 11
b. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 11
c. Ruang Lingkup Subjek Penelitian ... 11
d. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 11
e. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ... 11
II. TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis ... 12
1. Pengertian Persepsi ... 12
2. Pembentukkan Persepsi ... 15
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 15
4. Resimen Mahasiswa... 17
A. Pengertian Resimen Mahasiswa... 17
1. Resimen Mahasiswa Indonesia ... 18
2. Resimen Mahasiswa Raden Intan 201 Unila ... 22
C. Tujuan Resimen Mahasiswa Indonesia ... 23
D. Fungsi Resimen Mahasiswa ... 23
E. Pengertian Fenomena ... 24
1. Fenomena ... 24
2. Fenomena sosial ... 25
F. Pengertian Tawuran ... 26
G. Tawuran Pelajar Pada Masa Remaja ... 28
H. Dampak Tawuran Pelajar... 29
I.Kerangka Berpikir ... 30
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian………... 31
B. Populasi………. 32
1. Populasi……….. 32
C. Variabel Penelitian ... 34
1. Variabel Bebas (X) ... .. 34
2. Variabel Terikat (Y) ... 34
D. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 34
1. Definisi Konseptual ... 34
2. Definisi Operasional ... 35
E. Kriteria Rincian Pengukuran Variabel ... 35
F. Teknik Pengumpulan Data ... 36
1. Teknik Pokok ... 36
2. Teknik Penunjang ... 37
G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 38
1. Uji Validitas ... 38
2. Uji Reliabilitas ... 39
IV. HASIL PENELITIAN
A. Langkah–langkah Penelitian ... 39
1. Persiapan Pengajuan judul ... 39
B. Penelitian Pendahuluan ... 40
C. Pengajuan Rencana Penelitian ... .. 40
D. Pelaksanaan Penelitian ... 40
E. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 41
F. Gambaran Umum Lokasi ... 47
1. Resimen Mahasiswa Indonesia ... 47
2. Resimen Mahsiswa Batalyon 201 Unila ... 51
3. Visi dan Misi Resimen Mahasiswa ... 53
Batalyon 201 Unila 4. Situasi Umum pengelolaan Menwa Unila ... 54
5. Deskripsi Data ... 57
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 73
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Data Tindakan Tawuran SMA/SMK sederajat Di Bandar Lampung
………...5
3.1 Daftar Jumlah Anggota Aktif Menwa Yon 201 Pemukul Unila………....30
3.2 Jumlah anggota Menwa Yang Menjadi Sampel………….....31
4.1 Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Responden di Luar Populasi Untuk Item Ganjil (X) ... 42
4.2 Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Responden di Luar Populasi Untuk Item Genap ( Y )... 43
4.3 Distribusi Antara Item Ganjil ( X ) Dan Item Genap (Y) Mengenai Persepsi Anggota Resimen Mahasiswa Terhadap Fenomena Tawuran Antar Pelajar Di Bandar Lampung. ... 44
4.4 Sarana dan Prasarana Resimen Mahasiswa Universitas Lampung ... 55
4.5 Data Personil Menwa Unila ... 56
4.6 Distribusi Frekuensi dari Indikator Pemahaman ... 59
4.7 Distribusi Frekuensi dari Indikator Tanggapan... 61
4.8 Distribusi skor angket dari indokator Harapan ... 64
MOTO
“
Di Dunia Ini tidak Ada Yang Tidak
Mungkin, Tidak Ada Yang Tidak Bisa Kalau
Kita Mempunyai Iman Sebesar Biji Sesawi
Kepada Tuhan Yesus
PERSEMBAHAN
Dengan puji syukur kehadirat Tuhan YME, dan dengan Ketulusan
hati, Kupersembahkan karya tulis ini sebagai tanda bakti cinta
kasihku kepada :
Kedua orang tuaku tercinta, Bapak dan Mamak, Papiku E. Purba
dan Mamiku H. Ambarita, Terutama Mamiku Yang sedang sakit
stroke cepat sembuh ya mak,.tidak terikara lagi saya mengucapkan
banyak terimaksih yang tak terhingga yang selama ini mendoakanku,
selalu memberikan cinta dan kasih sayang serta dukungan yang tiada
henti demi keberhasilanku.
Adikuku tersayang Osner Purba, Juanda Purba,dan martin purba
yang dengan cinta dan kasih sayangnya selalu mendukung dan
mendoakan keberhasilanku. Dan seluruh keluarga besarku yang
selalu memberikan semangat dan perhatian kepadaku.
Seluruh Dosen yang telah dengan sabar membimbing dan
mengarahkan aku hingga aku berhasil
Keluarga Besarku Resimen Mahasiswa Batalyon 201 universitas
Lampung,.Semoga Kita Sukses Bersama
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampung Kesumajaya, Kecamamatan Bekri, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 09 Mei 1990 dengan nama Hendra Purba dan merupakan anak pertama dengan 4 bersaudara dari pasangan E. Purba dan H. Ambarita.
Pendidikan Formal :
1. Sekolah Dasar Negeri 2 Kaliwungu, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2002
2. Sekolah Menegah Pertama Negeri 2 Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2005
3. Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2009
Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, program setudi Pendidikan Pancsila dan Kwarganegaraan melalui jalu SNMPTN tertulis.
Pengalaman Organisasi : Resimen Mahasiswa Universitas Lampung 1. Jenjang Pendidikan :
a. Pra Pendidikan Dasar Militer Tahun 2009
b. Pendidikan Dasar Militer Tahun 2010
c. Pendidikan Polisi Resimen Tahun 2014
2. Jabatan :
a. Kepala Sub Urusan Pendidikan dan Latihan Tahun 2010
b. Komandan Provoost Tahun 2012
c. Komandan Satuan Tugas Pradiksarmil Tahun 2015 d. Komandan Detasemen Markas Skomen Lampung Tahun 2015
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Tuahn YME yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Persepsi Anggota Resimen Mahasiswa Unila Terhadap Fenomena Tawuran Antar Pelajar Di Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 ”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak atas segala bantuan baik berupa pemikiran, fasilitas, motivasi dan lain-lain demi terselenggaranya penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir terutama kepada Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing I dan Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II sekaligus Ketua Program Studi PPKn, serta ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung; 3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan
4. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;
6. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd., selaku ketua Program Studi PPKn terima kasih atas saran dan masukannya;
7. Bapak Drs.Holilulloh,M.Si Selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing I terima kasih atas saran dan masukannya;
8. Bapak Yunisca Nurmalisa,S.Pd.,M.Pd Selaku Dosen Pembimbing II terima kasih atas saran dan masukannya;
9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis;
10. Keluarga Besarku Resimen Mahasiswa Universitas Lampung Semoga Tuhan Yang Maha Esa Memberikan Pahala dan balasan yang terbaik. 11. Keluarga Besar PPKn FKIP Universitas Lampung dan alumni
12. Sahabat–Sahabatku Program Studi PPKn 2007,2008,2009,2010,2011,2012 yang diberikan dan semua pengorbanannya untuk saya yang tiada pernah bisa dinilai dari segi apapun;
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan penyajiannya. Akhirnya penulis berharap semoga dengan kesederhanaannya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bandar Lampung, November 2015 Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan wadah/tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat mengembangkan potensi diri, sehingga dapat didayagunakan dalam kehidupan,baik sebagai mahkluk individu maupun makhluk sosial.
Sekolah sebagai lembaga formal mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang mencerdaskan kehidupan bangsa,dalam hal ini bukan hanya dalam ranah kognitif saja ,namun juga ranah afektif dan psikomotorik yang mendewasakan siswa melalui proses pendidikan.
Sebagaimana disebutkan dalam Bab II Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20tahun 2009 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis,serta bertanggung jawab.
2
Semestinya tujuan utama dari pendidikan adalah perubahan tingkah laku sehingga dalam proses pembelajaran perlu diterapkantransfer of valuedan tidak hanyatransfer of knowladge.
Seorang siswa yang tumbuh dewasa maka secara otomatis pemikirannya pun akan berkembang dan lebih bijak dalam mengambil keputusan,jika dalam pertumbuhan menuju kedewasaannya diimbangi dengan pendidikan yang baik. Namun dalam kenyataannya,siswa sering tidak terkendali dalam menghadapi gejolak emosional sehingga menimbulkan masalah-masalah sebagai akibat siswa tidak bijak dalam mengendalikan diri dan mengambil keputusan.
Siswa tanpa dasar menciptakan masalah yang berasal dari konsep diri yang lemah,dengan kemampuan berfikir dan menilai, siswa lebih suka menilai yang macam-macam terhadap sendiri maupun orang lain dan bahkan meyakini persepsinya adalah yang paling benar walaupun belum tentu objektif. Dari inilah muncul masalah seperti perkelahian antar individu yang hanya disebakan masalah sepele,prilaku menyimpang,narkoba,membentuk geng/kelompok pergaulan yang menyimpang,dan paling meresahkan adalah perkelahian antar kelompok/geng siswa yang disebut tawuran antar pelajar.
3
terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat. Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan geng/kelompoknya. Seorang pelajar seharusnya tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti itu.
MenurutMutakin, dkk berpendapat bahwa sistem sosial yang stabil ( equilibrium ) dan berkesinambungan ( kontinuitas ) senantiasa terpelihara apabila terdapat adanya pengawasan melalui dua macam mekanisme sosial dalam bentuk sosialisasi dan pengawasan sosial (kontrol sosial) budaya bangsa Indonesia.
Fenomena tawuran antar pelajar yang terjadi disebabkan berbagai pandangan sesuatu yang beda penyebab lain bisa seperti adanya perubahan sosial, adanya perasaan tidak senang atau dendam, perbedaan kepentingan antar individu / kelompok dan juga buruknya komunikasi. Akibatnya dengan adanya konflik tersebut dapat menimbulkan perpecahan, rusaknya sarana dan prasarana umum, meningkatnya keresahan masyarakat, lumpuhnya roda perekonomian, hancurnya harta benda dan jatuhnya korban jiwa.
4
mencapai 112 kasus. Jumlah ini meningkat dibanding 2012, yang hanya 98 kasus dengan 12 orang meninggal dunia. (Tribunnews.com. diaksessenin, 06 04 2015 pukul 19.00 WIB).
Soal kekerasan, dunia pelajar di Jakarta sungguh masuk situasi darurat. Tidak perlu banyak analisis. Data menunjukkan hal itu. Sepanjang 1 Januari–15 November 2014 tercatat 769 tawuran pelajar.Bila dirata-rata, setiap hari terjadi dua tawuran. Juga, menelan 13 nyawa. Dunia pelajar tidak se-innocent yang dikira. Dunia pelajar, bagi remaja laki-laki, bisa jadi merupakan hal yang mencemaskan.
Jauh dari pengetahuan orang tua, psikolog, atau aparat, dunia pelajar mempunyai hukum sendiri. Memang ada kegiatan remaja yang terang, fun, ceria, dan positif. Sebut saja kompetisi cheerleader, olahraga, atau cerdas cermat.Dunia pelajar juga mempunyai sisi gelap, terutama bila sejumlah siswa bengal bergabung untuk membentuk sebuah komunitas di sekolah. Lalu, mereka bersaing ala mafia dengan komunitas lain di sekolah berbeda.Atas nama solidaritas-mencari identitas, mereka kerap melakukan tawuran. Bukan aksi yang bisa ditoleransi lagi. Sebab, tawuran itu sangat berbahaya dan telah menghilangkan banyak nyawa.
( http://www.jpnn.com/read/2014/11/30/272791/Sebulan,-Satu-Pelajar-Tewas-Akibat-TawuranTribunnews.com. diaksesSelasa, 07 04 2015 pukul 16.00 WIB)
5
Selama ini Di Bandar Lampung sendiri yang sering menjadi pelaku utama dari tindakan tawuran siswa dari SMK yang mayoritas laki-laki,tapi tidak menutup kemungkinan pelaku juga terjadi pada siswa SMA. Berikut data berdasarkan analisis data primer (wawancara siswa).
Tahun Bulan Tindakan
6
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tawuran pelajar Di Bandar Lampung selama bulan September 2014 sampai dengan maret 2015 dapat diakumulasikan bahwa hambir setiap bulan terjadi tawuran baik sekala kecil maupun besar,bahkan pada bulan januari terjadi tawuran sebanyak 3 kali dari berbagai SMA maupun SMK Di Bandar Lampung antara lain: SMK Penerbangan tawuran dengan SMK 2 Mei, dan SMA Bhakti Utama dengan SMA Surya Darma, serta SMAN 12 dengan SMK 2 Mei, sehingga kepolisian dari Polda Lampung harus turun tangan untuk menyelesaikan tawuran tersebut.
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang” Persepsi Resimen Mahasiswa Universitas Lampung
Terhadap Fenomena Tawuran Antar Pelajar Di Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”.penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana
persepsi Resimen Mahasiswa terhadap fenomena tawuran antar pelajar Di Bandar Lampung yang merupakan kaum intlektual ataupun agen perubahan masa depan bangsa dalam menanggapi situasi tersebut, sebelum jauh dalam penelitian, peneliti akan menjelaskan tentang Resimen Mahasiswa.
7
Secara lebih formal menwa adalah sebagai wadah yang merupakan sarana pengembangan diri mahasiswa kearah perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam upaya bela negara dan penguatan ketahanan nasional, sebagai perorangan yang merupakan mahasiswa yang terlatih olah keprajuritan yang mengikuti pendidikan dasar militer dan menjadi komponen dalam ketahanan negara,sebagai organisasi yang menjadi pusat kegiatan atau aktifitas anggota resimen mahasiswa yang terdiri dari tingkat nasional dan tingkat daerah/perguruan tinggi.
Adapun tujuan Resimen Mahasiswa Indonesiamempersiapkanmahasiswa yang memiliki pengetahuan, sikap disiplin, fisik dan mental serta berwawasan kebangsaan agar mampu melaksanakan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi dan menanamkan dasar-dasar kepemimpinan dengan tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Sebagai wadah penyaluran potensi mahasiswa dalam rangka mewujudkan hak dan kewajiban warga Negara dalam Bela Negara mempersiapkan potensi mahasiswa sebagai bagian dari potensi rakyat dalam Sistem Pertahanan danKeamananRakyat Semesta (SISHANKAMRATA).
Berdasarkan hasil wawancara kepada anggota Resimen Mahasiswa mengatakan bahwa“fenomena tawuran antar siswa itu terjadi karena sudah menjadi sebuah
tradesi turun menurun dan juga menjadi ajang adu gengsi antar sekolah serta merupakan aplikasi dari tidak ada karakter yang baik dan sebagai dampak dari lingkungan yang kurang mendidik”.
8
dewasa ini, seperti nilai patuh,sadar tanggung jawab,berjiwa ksatria,solidaritas,dan menjunjung tinggi kehormatan. Untuk itu peneliti bermaksud meneliti tentang bagaimana persepsi Resimen Mahasiswa UNILA terhadap fenomena tawuran antar pelajar Di Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah,maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Lokasi atau denah sekolah saling berdekatan sehingga menimbulkan kerawanan tawuran antar pelajar
2. Lemahnya pengendalian diri siswa atau rendahnya Emotion Quotion (kecerdasan emosi)berdampakpadaprilakusiswa yang anarkis
3. Penyelesaian masalah social siswaselalumenggunakantindakkekerasan 4. Sudut pandang/persepsi kaum intelek (agen perubahan) dalam menanggapi
fenomena tawuran antar pelajar dalam hal ini khususnya Resimen Mahasiswa
C. Pembatasan Masalah
9
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Persepsi Resimen Mahasiswa Universitas Lampung Terhadap Fenomena Tawuran Antar Pelajar Se-Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/.2015?”.
E. Tujuan dan Kegunaan penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan persepsi atau sudut pandang Resimen Mahasiswa UNILA terhadap fenomena tawuran antar pelajar Di Bandar Lampung
2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep ilmu pendidikan, khususnya pendidikan Kwarganegaraan dengan wilayah kajian Pendidikan Nilai Moral Pancasila terkait pembentukan karaktaer (character building) dan pembentukan nilai moral dalam kehidupan
bermasyarakat maupun di sekolah. b. Kegunaan Secara Praktis
10
2. Bahan pedoman perbaikan pembelajaran disekolah agar dapat lebih menanamkan nilai moral dan kebersamaan dikalangan sisiwa.
F. Ruang Lingkup
a. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Pancasila dan Kwarganegaraan (PPKN),yang termasuk pendidkan dalan kajian pendidikan nilai dan moral.
b. Ruang Lingkup Objek dan Subyek
Obyek dalam penelitian ini adalah tetntang bagaimana persepsi Resimen Mahasisiwa UNILA terhadap fenomena tawuran antar pelajar se-Bandar Lampung sedangkan subyeknya adalah pelaku tawuran / siswa yang melakukan tawuran yaitu siswa SMA/SMK se-Bandar Lampung.
c. Ruang Lingkup Wilayah
Penelitian ini dilakukan di Markas Komando Yon 201 Pemukul Unila Jl.Prof.Dr.Soemantri Brojonegoro No.1,Gd.Graha Kemahasiswaan Lt.1 Universitas Lampung.
d. Ruang Lingkup Waktu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Persepsi
Setiap manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin berinteraksi terhadap lingkungan sekitar untuk memenuhi kebutuhan mereka, dalam interaksi inilah muncul pandangan, gambaran, nilai pengamatan seseorang terhadap suatu objek atau yang dikenal juga dengan persepsi. Persepsi yang muncul terhadap suatu objek pada masing-masing individu akan berbeda-beda tergantung pada pengalaman, proses belajar, sosialisasi, cakrawala dan pengetahuan masing-masing individu.
Menurut Alex Sobur (2003:445) “definisi tentang persepsi dapat dilihat dari
definisi etimologis maupun defrinisi yang diberikan oleh beberapa ahli. Secara etimologis persepsi berasal dari kata perception (Inggris) yang artinya menerima atau mengambil”.
Menurut Abdul Rahman Saleh (2009:10) “persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indra kita untuk dikembangan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari disekeliling kita,termasuk sadar akan diri kita sendiri”.
✁
mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal”.
Selain ituMenurut Rivai dan Mulyadi dalam Risti Sriwahyuni (2013: 7) “persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pengindraannya”.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud persepsi adalah suatu proses seseorang dalam menegerti,memahami, dan menafsirkan lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologi.
Menurut pendapat Young dalam Dennis Andrian (2010:1) yang dimaksud persepsi adalah aktivitas mengindra,mengintegrasikan,dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun sosial, dan pengindraan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada dilingkungannya.
Menurut Moskowitz dan Ogel dalam Bimo Walgito (2003:54) “persepsi merupakan proses yang integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya”. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu
merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktivitas integrated dalam diri individu.
Bagian penting dari persepsi adalah adanya rangsangan atau adanya stimulus-stimulus yang diterima seseorang dari lingkungan eksternalnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Eva Latifa (2012: 64) yang menyatakan bahwa “persepsi adalah
✂ ✄
Menurut Bimo Walgito (2010: 99) “persepsi adalah suatu proses yang didahului
oleh proses pengindraan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui indra atau proses sensoris namun proses itu tidak berhenti begitu saja melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi”.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa persepsi tidak hanya tergantung pada sifat-sifat rangsangan fisik, tetapi juga pada stimulus-stimulus dari aspek pengalaman dan sikap dari individu. Jadi, persepsi adalah proses penerimaan dan pengolahan informasi yang diterima oleh alat indra dan diproses menjadi stimulus yang disampaikan kepada pikiran seseorang sehingga stimulus tersebut terbentuk menjadi sebuah penilaian atau penafsiran yang biasanya diperoleh dari pengalaman yang sudah terjadi maupun diperoleh dari pengamatan dan pengindraan yang terjadi disekitarnya.
☎ ✆
2. Pembentukan Persepsi
Proses pembentukkan persepsi dijelaskan oleh Feigi dalam Eka Ari Yuni, (2005: 15) mengatakan “pembentukan persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan “interpretation”, begitu juga berinteraksi dengan“closure”.
Proses seleksi terjadi pada saat individu memperoleh informasi, maka berlangsung penyeleksian pesan tentang pesan mana yang dianggap penting dan pesan mana yang dianggap tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi tersebut secara menyeluruh.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Gibson dalam Adrian (2012:2) bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Faktor internal
Adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu a. Fisiologis
b. Perhatian c. Minat
d. Kebutuhan yang searah e. Pengalaman dan ingatan f. Suasana hati
2. Faktor eksternal
✝ ✞
a. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus b. Warna dari obyek-obyek
c. Keunikan dan kekontrasan stimulus d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus e. Motion atau gerakan.
Menurut proses persepsi, individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif maupun negatif,senang atau tidak senang,dan sebagainya. Seseorang dapat mengadakan persepsi terhadap suatu obyek tertentu apabila melalui beberapa faktor. Berikut ini beberapa faktor yang dikemukakan oleh Sarlito Sarwono (2005:47).
a. Perhatian seorang biasanya tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitarnya secara sekaligus tetapi akan memfokuskan perhatiannya terhadap satu obyek atau dua.
b. Set, harapan seseorang akan rangsangan akan timbul misalnya seorang pelari yang sudah siap digaris star terhadap set bahwa akan terdengar bunyi pistol sebagai tanda dia harus berlari.
c. Kebutuhan, kebutuhan baik yang sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang akan dapat mempengaruhi seseorang.
d. Sistem nilai, nilai yang berlaku dalam bermasyarakat berpengaruh pula terhadap pembentukan persepsi seseorang
✟6
mengahasilakan persepsi yang bermacam-macam seperti setuju,netral,atau tidak setuju terhadap objek tertentu yang ditelit.
B. Resimen Mahasiswa
1. Pengertian Resimen Mahasiswa
Resimen Mahasiswa adalah salah satu di antara sejumlah kekuatan sipil untuk mempertahankan negeri. Ia lahir di perguruan tinggi sebagai perwujudan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata), beranggotakan para mahasiswa yang merasa terpanggil untuk membela negeri. Para anggota Menwa (wira) di setiap kampus membentuk satuan, yang disebut Satuan. Sebagai salah satu unit kegiatan kemahasiswaan, komandan satuan melapor langsung kepada rektor/pimpinan perguruan tinggi.
17
2. Sejarah Resimen mahasiswa
a. Resimen Mahasiswa Indonesia
Menwa sebuah organisasi kemahasiswaan yang besar, menwa sebenarnya telah berusia cukup panjang bahkan melebihi usia negara proklamasi ini, jika dilihat dari latar belakang historis pemuda-pelajar dalam mendapatkan latihan kemiliteran. Apalagi jika ditinjau dari klasifikasi dirinya sebagai bagian dari pemuda mahasiswa Indonesia yang eksis memantapkan garis perjuangan sejak era Kebangkitan Nasional (1908) dan era persatuan nasional (1928).
Realita ini dapat dipahami jika menyadari bahwa pada dasarnya menwa merupakan bagian dari dinamika gerakan serta perjuangan mahasiswa dan pergerakkan kebangsaan Indonesia terutama mendekati masa-masa menjelang proklamasi kemerdekaan tahun 1945. Cikal bakalnya bernama GAKUKOTAI, yang bersama-sama PETA, SEINENDAN, FUJINKAI dan HIZBULLAH memulai titik balik sejarah bangsa Indonesia untuk lepas dari penjajah. Pada masa perang kemerdekaan (1945-1952) bernama Tentara Pelajar (TP). Pada thn 1959 diadakan Wajib Latih (semacam wajib militer di Amerika Serikat) yang khusus diadakan untuk mahasiswa.
18
memperoleh latihan ini siap mempertahankan home-front dan bila perlu ikut memanggul senapan ke medan laga. Mahasiswa-mahasiswa walawa (WAJIB LATIH) dididik di Kodam VI/ Siliwangi dan para walawa diberi hak mengenakan lambang Siliwangi.
Pada tanggal 19 Desember1961 di Yogyakarta, Komando Pimpinan Besar Revolusi Presiden RIBung Karno mencetuskan Trikora. Seluruh rakyat menyambut komando ini dengan gegap gempita dengan semangat revolusi untuk merebut Irian Barat; termasuk juga mahasiswanya.
Isi Trikora:
1. Pantjangkan Sangsaka Merah Putih di Irian Barat
2. Gagalkan Negara Boneka Papua 3. Adakan Mobilisasi Umum
Sejak Trikora bergema maka kewaspadaan nasional makin diperkuat, makin memuncak sehingga timbul rencana pendidikan perwira cadangan di Perguruan Tinggi. Berdasarkan dua surat keputusan Pangdam VI Siliwangi, maka oleh pihak Universitas pada 20 Januari1962 dibentuk suatu badan koordinasi yang diberi nama Badan Persiapan Pembentukan Resimen Serba Guna Mahasiswa Dam VI Siliwangi (disingkat BPP) Resimen Mahasiswa DAM VI/ Siliwangi, beranggotakan :
19
4. Major. Moch. Sunarman dari PUS PSYAD pada waktu itu selaku sekretaris.
Pada Februari1962 diadakan Refreshing Course selama sepuluh minggu di Resimen Induk Infantri dan dilanjutkan dengan latihan selama 14 hari yang dikenal dengan sebutan Latihan Pasopati. Pada 20 Mei1962 anggota Resimen Mahasiswa Angkatan 1959 dilantik oleh Pangdam VI/SLW menjadi bagian organik dari Kodam VI/SLW.
Dalam rencana kerja empat tahunnya tercantumlah pembentukan kader inti dan ini sudah terlaksana sejak permulaan semester 2 tahun ajaran 1962-1963. termasuk pembentukan kader inti putri. Mahasiswa/i Jabar (Bandung khususnya) mengikuti Latihan di Bihbul, tempat penggodokan prajurit-prajurit TNI. (Sekarang Secaba Dam III/ Slw, Bihbul). Satuan-satuan inti dari Yon mahasiswa dari beberapa universitas dan akademi dikirim ke tempat ini di bawah asuhan pelatih-pelatih dari RINSIL. 12 Juni1964 keluarlah Surat Keputusan Menteri Koordinator Komponen Pertahanan dan Keamanan DR. A.H. NasutionJenderal TNI yang mengesahkan Duaja Resimen Mahawarman. Penyerahan Duaja dilakukan oleh Menko sendiri. Garuda Mahawarman resmi berdiri berdampingan dengan Harimau Siliwangi.
20
(yang diatur dalam SKB 3 menteri) dimulai dari tahun 1978 dan terakhir tahun 2000.
Seiring dengan perkembangan Menwa dan sebagai upaya meredam gejolak-gejolak yang ada. Pembinaan dan Penggunaan Menwa cenderung berkiblat pada TNI dan seolah-seolah terlepas dari pembinaan kampus, maka pada hari Rabu tanggal 11 Oktober 2000 dikeluarkan Keputusan Bersama (KB) Tiga Mentri: Menteri Pertahanan Nomor: KB/14/M/X/2000, Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 6/U/KB/2000 dan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor: 39 A tahun 2000 tentang Pembinaan dan pemberdayaan Resimen Mahasiswa. Dengan dikeluarkannya KB 3 Menteri tahun 2000 ini bukan berarti pembubaran Resimen Mahasiswa tetapi merupakan pengaturan kembali tentang mekanisme pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa agar diarahkan sesuai dengan kedudukan baik melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) maupun melalui “Ratih” (Rakyat Terlatih).
Dewasa ini sehingga Resimen Mahasiswa Indonesia adalah Sebagai wadah yang merupakan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam upaya bela negara dan penguatan ketahanan nasional, guna mempersiapkan mahasiswa yang memiliki pengetahuan, sikap disiplin, fisik dan mental serta berwawasan kebangsaan agar mampu melaksanakan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi dan menanamkan dasar-dasar kepemimpinan dengan tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional.
21
Purnawirawan Sutioso Almarhum kepada Saudara Suprapto Nitiharjo dengan perihal penunjukan Saudara Suprapto Nitiharjo untuk membentuk Resimen Mahasiswa di Lampung. Setelah terbitnya SK Gubernur tersebut maka di buatlah tim yang terdiri dari 3 (Tiga) orang yang terdiri dari Suprapto Nitiharjo (Fakultas Ekonomi), Jamalam (Fakultas Pertanian), Erni (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) yang tiga-tiganya berasal dari Universitas Lampung. Langkah awal untuk membentuk Resimen Mahasiswa adalah mempelajari tentang Staf Komando Resimen (SKOMEN), maka dikirimlah tim tersebut ke Jakarta dan Bandung untuk mempelajari struktur SKOMEN dari Jakarta (SKOMEN MAHAJAYA) dan Bandung (SKOMEN MAHAWARMAN). Setelah mempelajari SKOMEN maka kembalilah tim tersebut ke Provinsi Lampung dan selanjutnya membentuk tim ke-2 yang terdiri dari Haidar (UNILA), Sodri (IAIN).
Hingga akhirnya terbentuklah Staf Komando Resimen Mahasiswa Raden Intan (MENMAHARATAN) dan Komando Resimen Mahasiwa Satuan 201 Universitas Lampung sebagai menwa pertama di provinsi Lampung di bawah SKOMEN MENMAHARATAN.
C. Tujuan Resimen Mahasiswa Indonesia
1.Mempersiapkan mahasiswa yang memiliki pengetahuan, sikap disiplin, fisik dan mental serta berwawasan kebangsaan agar mampu melaksanakan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi dan menanamkan dasar-dasar kepemimpinan dengan tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional.
22
3. Mempersiapkan potensi mahasiswa sebagai bagian dari potensi rakyat dalam Sistem Pertahanan Rakyat Semesta (SISHANRATA).
D. Fungsi Resimen Mahasiswa
Resimen Mahasiswa Indonesia mempunyai fungsi:
1. Melaksanakan pembinaan anggota Resimen Mahasiswa Indonesia di Perguruan Tinggi untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang akademik.
2. Melaksanakan pemeliharaan dan pemberdayaan serta peningkatan kemampuan baik perorangan maupun satuan di bidang Bela Negara.
3. Melaksanakan pembinaan disiplin anggota Resimen Mahasiswa Indonesia, baik sebagai mahasiswa maupun warga masyarakat.
4. Melaksanakan pembinaan struktur organisasi Resimen Mahasiswa Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh.
5. Bersama dengan mahasiswa lainnya membantu terwujudnya kehidupan kampus yang kondusif.
6. Membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan dan program civitas akademika serta menumbuhkan dan meningkatkan sikap Bela Negara dikehidupan PerguruanTinggi.
7. Membantu memotivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan nasional dibidang kepemudaan dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda. 8. Membantu TNI/POLRI dalam pelaksanaan pembinaan pertahanan dan
keamananNasional.
9. Menyampaikan saran dan pendapat kepada instansi terkait sesuai dengan tugas pokoknya.
E. Pengertian Fenomena
1. Fenomena
23
Fenomena juga diartikan sebagai berikut :
Contoh :Gerhana adalah salah satu -- ilmu pengetahuan;
Contoh : Sementara masyarakat tidak percaya akan adanya pemimpin yg berwibawa, tokoh itu merupakan–tersendiri
Contoh :Peristiwa itu merupakan -- sejarah yg tidak dapat diabaikan
(http://www.kamusbesar.com/10894/fenomena diakses pada tanggal 13 April 2015 pukul 18:25)
Kata Fenomena juga diartikan sebagai keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara, keadaan atau kondisi khusus yg berhubungan dengan seseorang atau suatu hal, soal atau perkara (http://www.artikata.com/arti-333239- kasus.html diakses pada tanggal 13 April 2015 pukul 22:15)
a. Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah (seperti fenomena alam) atau gejala.
b. Fenomena diartikan sebagai sesuatu yg luar biasa atau keajaiban.
c. Fenomena diartikan sebagai fakta dan kenyataan.
2. Fenomena Sosial
Fenomena sosial dapat diartikan sebagai gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dan dapat diamati dalam kehidupan sosial.
24
sebenarnya adalah kebenaran semu yang dibuat melalui simulasi symbol simbol, kode-kode yang dicitrakan sedemikian dari sebuah objek yang benar.Jika kita membahas fenomena sosial, dalam hal ini, kita ambil, artinya, fenomena sosial yang hanya terjadi di Indonesia.
F. Pengertian Tawuran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), yang dimaksud dengan tawuran adalah “perkelahian massal atau perkelahian yang dilakukan beramai-ramai”. Dengan mengetahui ciri, tahap dan tugas perkembangan serta kerawanan yang seringkali muncul pada siswa yang sedang menjalani masa remaja yang diharapkan para orang tua,pendidik,masyarakat,pemerintah dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang seharusnya dilalui pada masa remaja ini, sehingga apabila remaja diarahkan dan dibimbing akan dapat melalui masa remaja ini dengan baik, maka selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.
Tawuran merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecendrungan remaja untuk melakukantindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik dirinya maupun orang lain yang numumnya dilakukan oleh remaja. Aspek kecendrungan kenakalan remaja terdiri dari
1. Aspek prilaku yang melanggar aturan atau setatus 2. Prilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain 3. Prilaku yang mengakibatkan korban materi
25
Menurut Ridwan dalam Tamimi Oesman(2010:5) tawuran pelajar didefinisikan sebagai “perkelahian massal yang dilakukan oleh sekelompok siswa terhadap
sekelompok siswa lainnya dari sekolah yang berbeda. Tawuran terbagi dalam tiga bentuk :
1) Tawuran antar pelajar yang telah memiliki rasa permusuhan secara turun temurun
2) Tawuran satu sekolah melawan satu perguruan yang didalamnya terdapat beberapa jenis sekolah
3) Tawuran antar pelajar yang sifatnya insidental yang dipicu situasi dan kondisi tertentu.
Sementara menurut Solikhah dakam Tamimi Oesman (2010:5) tawuran didefinisikan sebagai “perkelahian massal yang merupkan perilaku kekerasan antar kelompok pelajar laki-laki yang ditujukan kepada kelompok pelajar dari sekolah lain”. Berdasarkan pelakunya “Aktor pelaku tawuran adalah remaja pelajar yaiutu
26
G. Tawuran Pelajar Pada Masa Remaja
Secara psikologis, kekerasan atau tawuran bisa muncul ke permukaan dalam bentuk sebuah aksi (agresi) maupun reaksi atas aksi seperti halnya seseorang membunuh agar ia tidak terbunuh. Siapapun kita, apapun status kita, bisa melakukan tindak kekerasan ataupun tawuran, baik itu secara individual maupun secara kolektif (massal).
Jika sekelompok individu melakukan kekerasan atau tawuran secara bersamaan, inilah yang disebut kekerasan kolektif, baik dilakukan oleh sekelompok remaja ataupun sekelompok orang banyak (Crowd).Bentuk aksi tersebut dapat berupa kekerasan verbal (mencaci maki, menghina, mengejek, dsb). Maupun kekerasan fisik (memukul, meninju, melempar batu ,membunuh, dll).
27
Kegiatan upaya penanggulangan kerawanan sekolah yang mengemukakan bahwa tawuran pelajar merupakan jenis perbuatan yang melanggar norma-norma, Nawawi (2011:5-6) “terjadinya kasus pembunuhan yang dilakukan oleh pelajar yang menimbulkan kekagetan dikalangan masyarakat, karena adanya kasus ini menunjukan tidak terkendalinya tingkah laku diri pelajar. Adanya kasus pembunuhan pada kerusuhan yang ditimbulkan oleh pelajar, telah membuktikan bahwa penyimpangan yang dilakukan oleh pelajar tidak hanya bersifat sebagai tindak kenakalan remaja biasa,tetapi dapat dikategorikan sebagai tindak kriminal”.
H. Dampak Tawuran Pelajar
Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, karena memilih melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Menurut Nawawi (2011:7) perkelahian pelajar atau tawuran jelas merugikan banyak pihak, paling tidak terdapat empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar.
a. Pelajar dan keluarganya yang terlibat perkelahian mengalami dampak negatif pertama, bila mengalami cidera, cacat seumur hidup, bahkan tewas.
b. Rusaknya fasilitas umum seperti taman kota, trotoar, bus, halte, dan fasilitas lainnya serta fasilitas pribadi seperti kendaraaan, pecahnya kaca toko dll. c. Terganggunya proses belajar di sekolah
d. Berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, nilai perdamaian, dan nilai-nilai hidup orang lain
28
I. Kerangka Berpikir
Persepsi Resimen Mahasiswa adalah penilaian atau pendangan Resimen Mahasiswa terhadap suatu objek yang menjadi pusat perhatiannya dan hasil penilaian ini nantinya akan memberikan pengaruh terhadap prilaku objek tersebut. Dalam hal ini yang menjadi objek atau pusat perhatiannya adalah fenomena tawuran antar pelajar Di Bandar Lampung, dimana Resimen Mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change) mengemukakan pendapat atau persepsinya.
Dari uraian diatas dapat diatarik kerangka berfikir sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berfikir Variabel Bebas (X)
Persepsi anggotaMENWA Indikator:
Pemahaman Tanggapan Harapan
Variabel Terikat (Y) Fenomena Tawuran
Aspek prilaku yang melanggar aturan
Prilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain
BAB III
Metodologi Penelitian
A. Metode Penelitian
Suatu kegiatan penilitian diperlukan suatu metode penelitian agar dapat menemukan data yang valid dan faktual serta dalam usaha mengadakan analisa secara logis dan rasional. Dalam penelitian diperlukan metode penelitian, tujuannya adalah agar penelitian dapat mencapai hasil yang dikehendaki guna menentukan data dan pengembangan suatu pengetahuan serta untuk menguji suatu kebenaran ilmu pengetahuan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, dimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Penggunaan metode penelitian deskriptif ini karena bersifat memaparkan, menuturkan, menafsirkan data yang ada dan pelaksanaannya melalui pengumpulan, penyusunan analisa dan pemecahan masalah yang sedang dihadapi pada masa sekarang.
30
B. Populasi 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota aktif Resimen Mahasiswa YON 201 Pemukul UNILA.
Tabel 3.1 daftar jumlah anggota aktif Resimen Mahasiswa YON 201 Pemukul UNILA
No Angkatan Jumlah
1 31 4 orang
2 33 4 orang
3 34 5 orang
4 35 6 orang
Jumlah personil 19 orang
Sumber : Data Kepala Seksi Personil Menwa YON 201 Pemukul UNILA
Berdasarkan tebel 3.1 bahwa dapat diketahui jumlah personil anggota Menwa berjumlah 19 orang dari 4 angkatan yang merupakan anggota aktif Menwa yon 201 Pemukul Universitas Lampung.
31
dalam kegiatan keorganisasian, oleh karena itu mulai dari angkatan 1 sampai dengan 30 tidak bisa dijadikan populasi
Adapun jumlah sampel pada setiap angkatan Resimen Mahsiswa Yon 201 Pemukul Unila sebagai berikut :
Tabel 3.2 jumlah anggota Resimen Mahasiswa yang menjadi sampel
No Angkatan Jumlah personil Presentase sampel
1 31 4 100% 4
2 33 4 100% 4
3 34 5 100% 5
4 35 6 100% 6
Jumlah 19 100% 19
Sumber: Data Olahan Penelitian
Tabel 3.2 menjelaskan bahwa jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai sampel dengan karakteristik yang sama yaitu sebagai anggota Resimen Mahasiswa Universitas Lampung Yon 201 Pemukul.
C. Variabel Penelitian
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (X)
32
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah fenomena tawuran
D. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
1. Definisi Konseptual
a. Persepsi Resimen Mahasiswa
Persepsi Resimen Mahasiswa diartikan sebagai pandangan atau tanggapan pemilih pemula mengenai suatu hal yang terbentuk dari pengalaman, pengamatan dan pengindraan yang terjadi disekitarnya.
b. Fenomena Tawuran
Suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi yang diartikan sebagai hal-hal yang dinikmati oleh panca indra dan dapat ditinjau secara ilmiah yang berwujud tawuran atau perkelahian massal atau perkelahian yang dilakukan beramai-ramai.
2. Definisi Operasional
a. Persepsi Resimen Mahasiswa
Persepsi Resimen Mahasiswa dalam penelitian ini adalah pandangan atau tanggapan yang disampaikan Menwa Unila setelah melihat fenomena-fenomena sosial khususnya fenomena-fenomena tawuran antar pelajar . Diukur melalui indikator pemahaman yang menggunakan pertanyaan tes dengan skala pemberian skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah, serta diukur melalui indikator tanggapan dan harapan dengan skala: 3: setuju, 2: kurang setuju, 1: tidak setuju.
33
Suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi yang diartikan sebagai hal-hal yang dinikmati oleh panca indra dan dapat ditinjau secara ilmiah yang berwujud tawuran atau perkelahian massal atau perkelahian yang dilakukan beramai-ramai. Diukur dari indikator – indikator penyebab fenomena tawuran dengan skala 3: setuju, 2: kurang setuju, 1: tidak setuju.
E. Kriteria Rincian Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Persepsi Resimen Mahasiswa terhadap fenomena tawuran antar pelajar diukur dengan indikator sebagai berikut:
a. Pemahaman b. Tanggapan c. Harapan
2. Fenomena tawuran antar pelajar berdasarkan persepsi Resimen Mahasiswa diukur dengan melalui indikator penyebab fenomena tawuran seperti : ketidak harmonisan,gengsi,dan labil dengan menggunakan angket skor skala 1-3 yaitu:
a. Setuju
b. kurang Setuju c. Tidak Setuju
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik pokok
34
a. Angket
Teknik angket atau kuisioner bertujuan untuk mendapatkan data tentang persepsi pemilih pemula terhadap atribut sosialisasi politik. Cara yang digunakan adalah dengan memberikan pertanyaan kepada responden yang berdasarkan indikator-indikator penelitian. Yaitu: indikator pemahaman yang menggunakan pertanyaan tes dengan skala pemberian skor 1 (satu) untuk jawaban benar, skor 0 (nol) untuk jawaban salah, dan indikator tanggapan dan indikator harapan yang menggunakan pertanyaan berbentuk pilihan ganda berdasarkan tiga alternatif jawaban, (a),(b), dan (c) yang masing-masingnya diberi skor. Kriterianya adalah:
1. Skor 3 (tiga) untuk jawaban yang sesuai dengan harapan (Setuju) 2. Skor 2 (dua) untuk jawaban yang mendekati harapan (Kurang Setuju) 3. Skor 1 (satu) untuk jawaban yang jauh dari harapan (Tidak Setuju)
Angket yang digunakan dalam penelitian ini bersifat tertutup sehingga responden tinggal memilih alternatif jawaban yang tersedia pada angket.
2. Teknik Penunjang a. Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan yang lebih jelas dari responden. Bentuk wawancaranya tidak terstruktur atau
wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
35
dilakukan ke semua populasi yaitu semua anggota Resimen Mahasiswa yang aktif dan pihak-pihak yang dirasa memiliki informasi-informasi yang dirasa perlu untuk menunjang data penelitian
b. Observasi
Observasi ini untuk melakukan pengamatan dan pengambilan data secara langsung terhadap objek penelitian dan keadaan tempat penelitian serta keadaan umum lingkungan disekitar tempat penelitian.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tertulis dan tercatat di Mako Menwa Unila. Baik mengenai jumlah anggota sebagai subjek penelitian, maupun untuk mendapatkan data-data pelengkap lainnya yang relevan dan dibutuhkan dalam penelitian ini
G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan tindakan menunjukkan kevalidan suatu instrumen. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 211) bahwa “sebuah instrumen dikatakan
valid apabila dapat diukur, apabila dapat diungkapkan data dari variabel yang hendak diteliti dengan tepat”.
Adapun uji validitas dalam penelitian ini dilihat dari logika validity dengan cara “judgement” yaitu dengan mengkonsultasikan kepada beberapa ahli penelitian dan
36
variabel yang kemudian dikonstruksikan menjadi item-item pertanyaan dan koreksi angket.
2. Uji reliabilitas
Penelitian yang menggunakan uji coba angket, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu alat pengumpulan data yang harus diuji reliabilitasnya. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 160), “reliabilitas menunjukan pengertian bahwa suatu intrumen
dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data karena intrumen tersebut sudah baik”.
Adapun Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk melakukan uji reliabilitas angket adalah sebagai berikut:
1. Uji coba angket kepada 10 (sepuluh) siswa di luar responden
2. Hasil uji coba dikelompokkan dalam item ganjil dan item genap (teknik belah dua)
3. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan rumusProduct Moment, yaitu:
rxy=
( )( )
( (
Keterangan:
rxy = Koefisien kolerasi antara gejala x dan gejala y x = Skor gejala x
y = Skor gejala y
37
4 Untuk reliabilitas angket dengan menggunakan rumusSpearman Brownagar diketahui koefisien seluruh item, menurut Sutrisno Hadi (2004: 37) yaitu dengan cara sebagai berikut:
= 2( ) 1 +
Keterangan:
rxy : Koefisien reliabilitas seluruh item. rgg : Koefisien korelasi item ganjil dan genap.
5 Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas dengan kriteria menurut Manase Malo (1986: 139), sebagai berikut:
0,90 - 1,00 : Reliabilitas Tinggi. 0,50–0,89 : Reliabilitas Sedang. 0,00–0,49 : Reliabilitas Rendah..
H. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh dari penyebaran angket, langkah selanjutnya ialah melakukan analisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan fenomena yang terjadi. Fenomena tersebut diteliti secara deskriptif dengan mencari dan mengumpulkan informasi-informasi yang mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.
38
=
Keterangan: I : Interval
NT : Nilai tertinggi NR : Nilai terendah K : Jumlah kategori
Kemudian untuk mengetahui tingkat persentase digunakan rumus sebagai berikut:
= 100%
Keterangan: P = Persentase
F = Jumlah alternatif jawaban
N = Jumlah antar item dan responden.
Selanjutnya bahwa untuk menafsirkan banyaknya persentase dari hasil analisis yang diperoleh digunakan kriteria persentase sebagai berikut:
76% - 100% : Positif
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasaan yang telah diuraiakan
dalam pembahasan maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:
☛ ☞
harapan dengan hasil setuju terhadap fenomena tawuran baik faktor,dampak dan solusi yang akan dilaksananakan.
B. Saran
Setelah peniliti melakukan penelitian, menganalisis, dan mengambil kesimpulan dari penelitian, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai berikut:
1. Pemerintah dan instansi yang terkait baik dari pusat maupun daerah dalam hal ini Kementerian Kebudayaan dan Pedidikan Dasar dan Menengah untuk segera menerapkan kurikulum pendidikan yang berbasis pendidikan disiplin dan pembentukan karakter serta pola pembinaan yang berkelanjutan guna meminilisir perbuatan- perbuatan siswa yang melanggar norma-norma yang berlaku.
2. Sekolah sebaiknya menerapkan pola pembinaan yang pedagogik dan berkelanjutan serta penerapan sanksi displin secara ketat apabila siswa yang melanggar norma atau peraturan yang berlaku.
3. Guru mata pelajaran PPKN wajib dalam pembentukan karakter, penanaman moral yang sesuai dengan norma dan melaksanakan pola pembinaan secara berkelanjutan dan pedagogik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta
Hadi, Sutrisno. 2004. Metode Research. Yogyakarta: Yayasan psikologi UGM. Husin,
Mulyati. 2015.Data Personil Menwa Yon 201 Pemukul:Universitas Lampung Hargiyarto,Putut.2002.Materi Pelajaran Menwa.Yogyakarta-.KOMEN'WA Mahakarta Pasopati Universitas Negeri Yogyakarta.
Putriayu B. 2012.MateriMenwa.BandarLampung: Universitas Lampung
Prayogo Y. 2015. Datalnventaris Barang Menwa Yon 201 Pemukul: Universitas Lampung
Mulyana D. 2003.Pengantar Ilmu Komunikasi J&k&rt&.Kmeka.Cipta.
Saleh AR. 2009. Pendidikan Anak Bangsa Visi,Misi,dan Aksl, Jakarta.Rajawali Pers
Sobur A. 2003 . Psikologi Umum dalam Lintasan Se/ara/z:Bandung.Cv Pustaka Setia
Suady.2012.Ilmu Kewarganegaraan Civics. Medan: Unimed
Subagyo J. 2005. Metode Penelitian: dalam Teori dan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta.
Sudjana N. 2010. Penelitian dan Penilaian Pendidikan Jakarta. Sinar Baru Algensindo