• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Punduh Pedada Semester Genap Tahun Pel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Punduh Pedada Semester Genap Tahun Pel"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN

PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KLASIFIKASI

MAKHLUK HIDUP

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Punduh Pedada Semester Genap Tahun Pelajaran 2012-2013)

Oleh

RETNA AYU UTARI

Hasil observasi dan diskusi dengan guru Biologi kelas VII di SMP Negeri 1 Punduh Pedada, diketahui bahwa selama ini guru kurang memperhatikan

interaksi atau umpan balik dari siswa dalam proses pembelajaran yang berdampak pada rendahnya aktivitas belajar siswa yang dapat berpengaruh pada penguasaan konsep siswa. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan konsep oleh siswa. Salah satu alternatif yang dilakukan yaitu penggunaan model pembelajaran examples non examples. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran examples non examplesaktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa.

(3)

sampling. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa yang dianalisis dengan klasifikasi indeks aktivitas dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran. Data kuantitatif diperoleh dari nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dan uji U melalui program SPSS 17.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran examples non

examplesmeningkatkan aktivitas belajar siswadenganpersentase rata-ratasebesar 85,41%. Penguasaan konsep juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai pretes (47,34±9,83); postes (53,90±11,48); dan N-gain (12,45± 20,97). Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator penguasaan konsep pada C1 rata-ratanya sebesar 22,57± 28,37dan C2 sebesar 3,65±38,42. Selain itu, sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model pembelajaran

examples non example. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model

pembelajaran examples non examplesdapatmeningkatkan aktivitasbelajardanpenguasaankonsepolehsiswa.

(4)
(5)
(6)
(7)

Halaman

DAFTAR TABEL ... .xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

I. PENDAHULUAN A. Model Pembelajaran Example Non Example ... 10

B. Aktivitas BelajarSiswa ... 15

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38

B. Pembahasan ... 45

(8)
(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang mana bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Trianto, 2010: 3). Hal tersebut didukung dengan adanya UU nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional yang memiliki tujuan yang sama yakni mengembangkan potensi dari siswa.

(10)

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara siswa dan guru yang menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan harus mengingat pada prinsip pembelajaran yang setiap aktivitas dan kegiatannya selalu terpusat pada siswa (Daryanto, 2009: 14).

Mengembangkan potensi dari siswa diperlukan dua unsur yang amat penting yaitu model dan media pembelajaran yang keduanya saling berkaitan. Kedua unsur tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa (Arsyad, 2007: 15).

Saat ini salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi pendidikan di Indonesia adalah berkenaan dengan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang masih belum efektif sehingga belum dapat menciptakan kegiatan belajar yang mendukung UU nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1. Dalam proses pembelajaran di sekolah, sebagian besar guru belum

(11)

Hal inilah yang menjadi masalah bagi siswa di SMP Negeri 1 Punduh Pedada karena sebagian guru belum dapat menghadirkan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar dan

memahami konsep yang diharapkan. Setelah melakukan observasi dan diskusi dengan guru Biologi yang mengajar di kelas VII SMP Negeri 1 Punduh Pedada, diketahui bahwa selama ini guru kurang memperhatikan interaksi atau umpan balik dari siswa dalam proses pembelajaran yang berdampak pada rendahnya aktivitas belajar siswa yang dapat berpengaruh pada rendahnya penguasaan konsep siswa, khususnya pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup.

Materi klasifikasi makhluk hidup dipilih dalam penelitian ini, karena proses pembelajaran yang dilakukan selama ini kurang memperhatikan aktivitas siswa sehingga keaktifan siswa belum optimal dan cenderung hanya menghafal suatu materi. Hasil observasi menunjukan bahwa pada materi klasifikasi makhluk hidup belum mencapai hasil yang optimal. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Pada tahun 2012 siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 50%, sedangkan nilai KKM masih terbilang cukup rendah yaitu 60. Presentase siswa yang lulus hanya 50%, tidak sesuai dengan ketentuan pemerintah yaitu 100%. Hal ini mungkin disebabkan oleh model

(12)

Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya usaha dari guru agar siswa dapat memahami konsep dari materi yang diajarkan sehingga diharapkan KKM yang telah ditentukan dapat tercapai. Usaha yang dilakukan diantaranya adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep materi yang diajarkan.

Model yang dirasa tepat dan sesuai untuk meningkatkan pemahaman konsep oleh siswa pada materi keanekaragaman makhluk hidup adalah model pembelajaran examples non examples. Model ini merupakan model yang dalam penerapannya menggunakan media gambar. Media gambar ini dapat membantu siswa dalam memahami konsep suatu materi dan dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa. Menurut Buehl (dalam Kurniawan 2011: 1) keuntungan dari metode examples non examples yaitu dapat memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek, mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari examples non examples, dan mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang

merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.

Model examples non examples merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri informasi yang dipelajari melaui bahan ajar yang tersedia. Examples

(13)

akan dibahas, sedangkan non examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukan contoh dari materi yang akan dibahas (Hamzah, 2009: 113)

Hasil penelitian Wahyuningsih (2008: 1-2) jika ditinjau dari aktivitas belajar siswa, bahwa aktivitas belajar yang lebih tinggi memberikan prestasi belajar lebih baik dari prestasi belajar tinggi, rendah maupun sedang sehingga penguasaan konsep dari siswa pun dapat meningkat. Hasil penelitian dari Dianawati (2011: 1) menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran examples non examples dapat menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam memahami konsep dari materi yang diajarkan. Oleh karena itu akan dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan model pembelajaran examples non examples terhadap aktivitas belajar dan penguasaan konsep siswa pada materi klasifikasi makhluk hidup kelas VII semester genap di SMP Negeri 1 Punduh Pedada Tahun Pelajaran 2012-2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran examples non examples terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup?

(14)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran examples non examples terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup.

2. Pengaruh penggunaan model pembelajaran examples non examples terhadap penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian melalui penggunaan model pembelajaran examples non examples ini antara lain:

1. Bagi peneliti: memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam hal melakukan pembelajaran di kelas yang efektif dan menambah wawasan sebagai calon guru yang baik.

2. Bagi siswa: lebih memotivasi siswa dalam proses pembelajaran dengan pengalaman belajar yang berbeda.

3. Bagi guru: menjadikan model pembelajaran examples non examples sebagai alternatif dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup.

(15)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yang dibahas adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran examples non examples merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan gambar dalam proses pembelajaran sehingga siswa dituntut untuk dapat memahami sendiri materi (informasi) melalui media pembelajaran berupa gambar.

2. Materi pokok pada penelitian ini adalah klasifikasi makhluk hidup. 3. Aktivitas belajar siswa diperoleh dari lembar observasi.

4. Penguasaan konsep oleh siswa diperoleh dari hasil pretes dan postes. 5. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIIA dan VIIB semester genap

SMP Negeri 1 Punduh Pedada Tahun Pelajaran 2012-2013.

F. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran saat ini bukanlah hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru ke siswa saja, melainkan perlu adanya pemahaman konsep, bukan sekedar menghafal materi. Guru sebaiknya dapat mendorong siswa untuk dapat terlibat lebih aktif dalam belajar. Karena aktivitas

pencarian informasi oleh siswa sendiri dapat membuat siswa lebih memahami materi yang disampaikan. Seorang guru seharusnya memiliki peran sebagai motivator dan fasilitator di kelas. Dalam proses pembelajaran sangat

(16)

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meciptakan suasana belajar yang efektif yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dan memudahkan siswa untuk memahami suatu konsep adalah dengan

menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang dapat mendukung aktivitas dan penguasaan konsep siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples. Model ini

menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Melalui gambar-gambar tersebut siswa diharapkan dapat mengamati, mengklasifikasi,

menginterpretasi, serta memprediksi segala informasi yang sesuai dengan materi pembelajaran. Model pembelajaran ini diharapkan dapat membantu aktivitas belajar siswa dan memudahkan siswa memahami konsep dari materi keanekaragaman makhluk hidup.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebasnya adalah pengaruh penggunaan model pembelajaran examples non examples dan variabel terikatnya adalah aktivitas belajar siswa dan penguasaan konsep siswa terhadap materi klasifikasi

makhluk hidup.

Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat digambarkan seperti dibawah ini:

Keterangan : X = Model Pembelajaran examples non examples Y1 = Aktivitas belajar siswa

Y2 = Penguasaan konsep oleh siswa

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat X

Y1

(17)

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1) H0 = model pembelajaran examples non examples tidak berpengaruh terhadap aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup di SMP Negeri 1 Punduh Pedada Tahun Pelajaran 2012-2013.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Examples Non Examples

Menurut Trianto (2010: 51) model pembelajaran saat ini mengalami perkembangan dari model yang bersifat konvensional menjadi model

pembelajaran yang lebih modern untuk mencapai tujuan pendidikan. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas.

Model pembelajaran menurut pendapat Joyce dan Weil (dalam Trianto, 2010: 51) menyatakan bahwa:“Each model guides us as we design

instruction to help students achieve various objectives”. Maksudnya adalah bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Arends (dalam Trianto, 2010: 52) juga menyatakan bahwa: “the term teaching model refers to a particular approach to instrution that includes its goals, syntax,

enviroment and management system”. Maksudnya adalah model pengajaran

mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaknya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.

(19)

pengalaman belajar unrtuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010: 53).

Menurut Hamalik (2006: 202) model pembelajaran dalam praktiknya erat kaitannya dengan media yang digunakan guna mendukung proses

pembelajaran. Menurut Romiszowski (dalam Hamalik, 2006: 202) media pengajaran adalah:

“..as the carries of massage, from some transmitting source (which may be a human being or an intimate object), to the receiver ofthe massage (which is our case is the learner).”

Artinya merupakan penyampaian pesan (carries of information) berinteraksi dengan siswa melalui penginderaannnya. Siswa dapat juga dipanggil untuk menggunakan alat indranya untuk menerima informasi, atau dapat juga menggunakan kombinasi alat indra sekaligus sehingga kegiatan

berkomunikasi lebih seksama.

(20)

Salah satu model pembelajaran yang menggunakan media gambar atau yang memberikan contoh yang sesuai dengan materi yang diajarkan adalah model pembelajaran examples non examples. Model ini mendukung ketercapaian pemahaman konsep oleh siswa. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui

pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Examples non examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat

dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari examples dan non examples dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas (Hamzah, 2009: 113).

Langkah-langkah pada model pembelajaran examples non examples menurut Uno (2012: 80-81) adalah sebagai berikut:

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar yang sesuai dengan materi pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di depan atau di papan atau ditayangkan lewat OHP atau LCD.

(21)

4. Memulai diskusi kelompok 2-3 orang siswa kemudian hasil diskusi dan analisa tersebut dituliskan pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan mempersentasikan hasil diskusinya. 6. Mulai dari komentar atau hasil diskusi, guru mulai menjelaskan materi

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 7. Kesimpulan.

Tennyson dan Pork (dalam Slavin, 2002: 59) menyatakan pada model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan jika guru akan menyajikan contoh-contoh dari suatu konsep yaitu:

a. Mengurutkan contoh dari yang mudah ke yang sulit. b. Memilih contoh-contoh yang berbeda satu sama lain.

c. Membandingkan dan membedakan contoh-contoh dan bukan contoh. Berdasarkan uraian diatas, maka menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non contoh akan membantu siswa untuk membangun makna yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah konsep penting. Joyce dan Weil (Suratno dalam Nurmalia, 2011: 14) telah memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan yang menggunakan model examples non examples, sebagai berikut: a. Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non-contoh yang

(22)

tersebut, tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar itu berbeda.

b. Menyiapkan examples dan non examples tambahan, mengenai konsep yang lebih spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah dibuatnya sehingga mampu memahami konsep yang baru. c. Meminta siswa untuk bekerja berpasangan untuk menggeneralisasikan

konsep examples dan non examples mereka. Setelah itu meminta tiap pasangan untuk menginformasikan di kelas untuk mendiskusikannya secara klasikal sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik. d. Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan

konsep yang telah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah didapat dari examples dan non examples.

Penerapan model pembelajaran examples non examples menurut Kusumah (2007: 1) memiliki beberapa kelebihan yaitu siswa lebih kritis dalam

menganalisa gambar, siswa juga dapat mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar dan siswa juga diberi kesempatan untuk dapat mengemukakan pendapatnya. Sedangkan model examples non examples juga memiliki

beberapa kekurangan yaitu tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar dan penerapannya memakan waktu yang cukup lama.

(23)

mendeskripsikan pemberian contoh dan bukan contoh terhadap materi yang sedang dipelajari.

B. Aktivitas Belajar Siswa

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Pendapat dari Mehl, dkk (dalam Hamalik, 2009: 172) yang mengemukakan tentang The Principle of activity sebagai berikut:

“One learn only by some activities in the neural system : seeings, hearing, smelling, feeling, thinking, physical or motor activity. The learner must actively engage in the “learning”, whetherit be of information a skill, an understanding, a habit, an ideal, an attitude, an interest, or the nature of a task”.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diedrich (dalam Sardiman, 2011: 101) menyimpulkan bahwa terdapat bermacam-macam kegiatan aktivitas siswa yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, aktivitas tersebut antara lain:

1. Visual activities, termasuk didalamnya misalnya: membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

(24)

4. Writing activities, seperti misalnya: menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram.

6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi,model mereparasi, bermain, berkebun, dan berternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Aktivitas-aktivitas diatas tidaklah terpisah satu sama lain. Dalam setiap aktivitas motoris terkandung aktivitas mental. Pada setiap pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan. Guru hanyalah merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik itu sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah suatu proses dimana peserta didik harus aktif (Rohani, 2004: 9-10).

Menurut Hamalik (2009: 175-176) penggunaan asas aktivitas ini memiliki manfaat yang besar bagi pengajaran para siswa, oleh karena:

(25)

2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral.

3. Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan siswa.

4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuannya sendiri. 5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar lebih

demokratis.

6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dan guru.

7. Pengajaran dilaksanakan secara realistis dan kongkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis.

8. Pengajaran disekolah menjadi bhidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan dimasyarakat.

Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal sekaligus mengikuti pelajaran secara aktif. Seorang guru hanya dapat

menyajikan dan menyediakan bahan pelajaran, peserta didiklah yang mengolah dan mencernanya sendiri sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakangnya. Jadi siswa diharapkan melakukan prinsip learning by doing –learning by experience, menurut hasil penyelidikan

(26)

Tabel 1. Persentase aktivitas terhadap hasil belajar siswa

Aktivitas Hasil

Mendengar ± 15%

Ditambah melihat ±55%

Ditambah berbuat ±90%

Sumber dari Rohani (2004: 8).

Tabel diatas dapat terlihat bahwa aktivitas belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar akan meningkat menjadi ± 90% apabila dalam proses pembelajaran aktivitas siswa yang lebih diutamakan.

C. Penguasaan Konsep Siswa

Menurut Hamalik (2006: 163) konsep adalah suatu kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Tanpa konsep, belajar akan sangat terhambat. Dengan beberapa contoh siswa akan memahami suatu konsep, yang kemudian dapat digunakannya dalam situasi yang tak terbatas banyaknya dalam pengalamannya selama hidup. Menurut Nasution (2008: 164-165) konsep perlu untuk memperoleh dan mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan menguasai konsep-konsep kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan baru tidak terbatas.

Belajar konsep mungkin karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Manusia dapat melakukannya tanpa batas berkat bahasa dan kemampuannya mengabstraksi. Apabila seseorang menguasai konsep, ia dapat

(27)

bentuk yang abstrak. Untuk mempelajari suatu konsep anak harus mengalami berbagai situasi dengan stimulus tertentu. Anak juga harus dapat mengadakan diskriminasi untuk membedakan apa yang termasuk dan tidak termasuk konsep itu (Nasution, 2008: 138).

Menurut Hamalik (2006: 123) ciri-ciri konsep adalah sebagai berikut: a. Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara konsep satu

dengan konsep yang lain.

b. Atribut nilai-nilai, adanya variasi yg terdapat pada suatu atribut. Konsep menjadi bermacam-macam karena jumlah nilai yang berbeda.

c. Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Semangkin kompleks suatu konsep semakin banyak jumlah atributnya dan semakin sulit untuk mempelajarinya.

d. Kedominan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih dominan (obvious) daripada yang lainnya. Jika atributnya nyata, maka akan lebih mudah menguasai konsep dan jika atributnya tidak nyata maka akan sulit untuk menguasai suatu konsep (Archere, dalam Hamalik 2006: 163).

Menurut Nasution (2008: 163) belajar konsep pada manusia lebih efektif dibantu dan dipercepat dengan bantuan instruksi verbal antara lain: 1. Lebih dulu diajarkan benda-benda yg mengandung konsep yang akan

(28)

2. Guru menanyakan konsep itu dalam situasi-situasi yang belum dihadapi anak lalu mengajukan pertanyaan, bila respon salah kita dapat

memperbaikinya.

3. Kemudian anak dihadapkan kepada berbagai situasi yang baru yang mengandung konsep itu yang menanyakan rangkaian verbal yang belum pernah dipelajarinya. Bila dalam situasi-situasi baru ini anak dapat memberikan respon yang tepat, maka ini merupakan bukti bahwa ia telah memahami konsep itu.

4. Proses belajar itu diperlukan reinforcement, yakni anak diberitahukan bila jawabannya benar.

Bagian penting dari pembelajaran konsep menurut Medin, dkk (dalam Eggen, 2012: 180) adalah kemampuan untuk membedakan antara karakteristik utama nonutama. Siswa membangun pemahaman mereka terhadap satu konsep dengan mengamati karakteristik-karakteristik konsep tersebut. Jadi, menggambarkan karakteristik dengan cermat itu penting saat kita mengajarkan konsep. Bila anak memahami suatu konsep, maka ia akan dapat menggeneralisasikannya dalam berbagai situasi lainnya yang tidak digunakan dalam situasi belajar.

(29)

1. Konsep-konsep dapat mengurangi kerumitan lingkungan karena sangat komplek sehingga perlu di rinci menjadi unsur-unsur yang sederhana dengan menjabarkannya menjadi sebuah konsep-konsep.

2. Konsep-konsep membantu kita untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada disekitar kita.

3. Konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas, dan lebih maju.

4. Konsep mengarahkan kegiatan instrumental. Berdasarkan konsep yang telah diketahui, maka seseorang dapat menentukan tindakan-tindakan apa yang selanjutnya perlu dilakukan.

5. Konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran. Konsep-konsep yang telah dimiliki itu pada dasarnya berfungsi sebagai entry behavior yang dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan proses pengajaran berikutnya. 6. Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda dalam

(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2012-2013 yaitu pada bulan April2013 di SMP Negeri 1 Punduh Pedada.

B. Populasi dan Sampel

(31)

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest-posttest control group design.Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan

menggunakan model pembelajaran examples non examples, sedangkan kelas kontrol tidak menggunakan model pembelajaran examples non examples. Hasil pretes dan postes pada kedua kelompok subyek dibandingkan.

Keterangan : R1 = kelas eksperimen, R2 = Kelas kontrol, O1 = pretes, O2 = postes, X= perlakuan eksperimen (menggunakan model pembelajaran examples non examples), C= perlakuan kontrol (diskusi) (modifikasi dari Sugiyono, 2009:76)

Gambar 2. Desain pretes-postes control group desain

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu pra penelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari kedua tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap prapenelitian sebagai berikut: a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya

penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti. R1 O1 X O2

(32)

c. Menetapkan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksaanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi gambar dan pertanyaan yang berhubungan dengan pengklasifikasian makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki untuk setiap pertemuan.

f. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes dan postes berupa soal pilihan jamak berjumlah 20 soal, lembar observasi aktivitas siswa.

g. Membentuk kelompok pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa. Satu kelompok terdiri dari 3-4 siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model

(33)

A) Kelas Eksperimen (menggunakan model pembelajaran examples non examples)

a. Pendahuluan

1) Siswa mengerjakan soal pretes tentang materi pengklasifikasian makhluk hidup (pertemuan I).

2) Guru menggali pengetahuan awal siswa (apersepsi):

pertemuan I: guru mengajukan pertanyaan “apakah makhluk hidup yang berukuran sangat kecil yang tak dapat dilihat oleh mata memiliki ciri-ciri yang sama dengan hewan seperti ayam?

Berikan alasanmu!”

pertemuan II: guru mengajukan pertanyaan “mengapa manusia

termasuk kedalam kingdom animalia? Berikan alasannya!”

3) Guru memberikan motivasi:

pertemuan I: guru membuat pernyataan “makhluk hidup yang ada di bumi ini sangat banyak dan beragam, untuk

memudahkanmempelajarinya kita perlu mengklasifikasikannya.”

(34)

b. Kegiatan Inti

1) Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing 3-4 siswa. (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya berdasarkan nilai akademik agar terbentuk kelompok yang heterogen).(Pertemuan I dan pertemuan II) 2) Siswa mendapat Lembar Kerja Siswa (LKS) oleh guru yang

berisi gambar pada setiap kelompok yang harus didiskusikan(Pertemuan I dan pertemuan II). 3) Siswaberdiskusi dalam menemukan jawaban dari

permasalahan yang ada didalam LKS. Pertemuan I, membahas LKS tentang klasifikasi makhluk hidup dan 4 kingdom makhluk hidup yaitu monera, protista., fungi dan plantae. Pertemuan II, membahas LKS tentang kingdom animalia.

4) Siswa dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi tentang materi pengklasifikasian makhluk hidup (Pertemuan I dan pertemuan II).

5) Siswa dari kelompok yang lain dapat memberikan tanggapan kepada kelompok yang presentasi.

6) Siswa bersama guru membahas masalah-masalah yang ada di dalam LKS yang belum dapat dipecahkan oleh siswa. 7) Guru memberikan pujian kepada kelompok dengan nilai

(35)

c. Penutup

1) Siswa bersama guru menarik kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari (pertemuan I dan Pertemuan II).

2) Siswa mengumpulkan LKS setelah mendapat instruksi dari guru.

3) Siswa mendengarkan informasi yang disampaikan guru tentang materi pertemuan selanjutya.

4) Siswa mengerjakan soal postes untuk pertemuan terakhir (pertemuan II).

B) Kelas Kontrol (diskusi) a. Pendahuluan

1) Siswa mengerjakam soal pretes mengenai materi pengklasifikasian makhluk hidup.

2) Guru menggali pengetahuan awal siswa (apersepsi):

pertemuan I: guru mengajukan pertanyaan “apakah makhluk hidup yang berukuran sangat kecil yang tak dapat dilihat oleh mata memiliki ciri-ciri yang sama dengan hewan seperti ayam?

Berikan alasanmu!”

pertemuan II: guru mengajukan pertanyaan “mengapa manusia

termasuk kedalam kingdom animalia? Berikan alasannya!”

3) Guru memberikan motivasi:

(36)

memudahkan mempelajarinya kita perlu

mengklasifikasikannya.”

pertemuan II: guru membuat pernyataan “kingdom animalia merupakan kingdom yang terbagi menjadi banyak kelompok berdasarkan ciri khusus yang dimiliki, untuk mengetahui ciri-ciri yang menjadi perbedaan maka akan dipelajari

kelompok-kelompok pada kingdom animalia”.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing 3-4 siswa (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya berdasarkan nilai akademik agar terbentuk kelompok yang heterogen).

2) Siswa mendengarkan guru yang menyampaikan sedikit materi tentang pengklasifikasian makhluk hidup.

3) Setiap kelompok siswa memndapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibagikan oleh guru.

4) Siswaberdiskusi dengan kelompoknya dan mencari jawaban dari LKS.

5) Siswa dalam setiap kelompokmengerjakan LKS.

6) Siswa dari masing-masing kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil diskusi.

(37)

8) Guru membahas masalah-masalah yang ada di dalam LKS yang belum dapat dipecahkan oleh siswa.

9) Guru memberikan pujian kepada kelompok dengan nilai terbaik.

c. Penutup

1) Siswa bersama guru menarik kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan.

2) Siswa mengumpulkan LKS setelah guru memberi instruksi. 3) Siswa mendengarkan informasi yang disampaikan guru tentang

materi selanjutnya.

4) Siswa mengerjakan soal postes pada pertemuan terakhir (pertemuan II).

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: 1. Data Penelitian

Datapenelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif.

(38)

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: a. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

b. Pretes dan Postes

Data penguasaan konsep siswa berupa nilai pretes diambil pada pertemuan ke I dan postes diambil pada pertemuan ke II. Nilai pretes diambil sebelum pembelajaran pertemuan pertama pada setiap kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, sedangkan nilai postes diambil setelah pembelajaran pertemuan terakhir pada setiap kelas baik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bentuk soal yang diberikan berupa soal pilihan jamak, dengan jumlah 20 soal. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu:

S =

x

100

Keterangan :

S = Nilai yang dicari

R =Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112).

(39)

kontrol. Gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan formula Hake (1998:65) sebagai berikut:

-gain f - i

- ix 100

Keterangan : N-gain = Gain yang dinormalisasi Sf = Nilai Postes

Si = Nilai pretes

c. Angket kemenarikan model pembelajaran examples non examples Angket kemenarikan model pembelajaran examples non examples berisi tanggapan siswa terhadap model yang digunakan. Setiap siswa

memberikan tanggapan dengan memberikan tanda (√) pada angket

sesuai dengan proses pembelajaran yang telah dilakukan (pada kelas eksperimen).

Rubrik variabel, instrumen, jenis data dan analisis data secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Hubungan antara variabel, instrumen, jenis data dan analisis data

No Variabel Instrumen Jenis

Data

Analisis Data 1 Aktivitas siswa

selama proses

2 Penguasaan Konsep Tes Nominal dan tes tertulis

Uji t

3 Kemenarikan model pembelajaran examples non examples

(40)

F. Teknik Analisis Data

1. Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

1) Menghitung persentase aktivitas menggunakan rumus:

100

X = Rata-rata skor aktivitas siswa

Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh

N = Jumlah skor aktivitas maksimum (Sudjana, 2002:69). Tabel 3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

No Nama Aspek yang diamati

Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai (dimodifikasi dari Arikunto, 2009:183).

Keterangan :

A. Bekerjasama dalam kelompok

1. Tidak bekerja sama dengan teman (diam saja)

(41)

3. Bekerja sama dengan semua anggota kelompok sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pengklasifikasian makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimilik

B. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat memprsentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan

2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis, dan menjawab pertanyaan dengan benar

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis, dan menjawab pertanyaan dengan benar C. Mengajukan Pertanyaan

1. Tidak mengajukan pertanyaan

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada

permasalahan pada materi pengklasifikasian makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pengklasifikasian makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki

D. Membuat kesimpulan materi yang sedang dipelajari 1. Tidak membuat kesimpulan

2. Membuat kesimpulan tapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan materi pengklasifikasian makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki

3. Membuat kesimpulan lengkap dan sesuai dengan materi pengklasifikasian makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki

Tabel 4. Klasifikasi Indeks Aktivitas Belajar Siswa

Persentase (%) Kriteria

87,50 – 100 Sumber: dimodifikasi dari Hidayati (2011:17)

2. Data Penguasaan konsep

(42)

dengan program SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17 (Pidekso, 2009:162).

1. Hipotesis

H0 : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal 2. Kriteria Pengujian

Terima H0 jika Lhitung< Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga yang lainnya (Nurgiantoro, Gunawan, dan Marzuki, 2002:118).

b. Kesamaan Dua Varian

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan uji kesamaan dua varian yang dihitungdengan menggunakan

program SPSS versi 17. 1) Hipotesis

H0 : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sample mempunyai varians berbeda 2) Kriteria Uji

- Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima

- Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0ditolak (Pratisto, 2004:13).

c. Pengujian Hipotesis

(43)

uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata,

kemudian data dimasukkan kedalam uji t1 untuk uji kesamaan dua rata-rata, dan t2 untuk uji perbedaan dua rata-rata.

1. Uji Kesamaan Dua rata-rata a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol

H1 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol

b) Kriteria Uji

- Jika –ttabel < thitung< ttabel, maka H0 diterima - Jika thitung< -ttabel atau thitung > ttabel, maka H0

ditolak(Pratisto, 2004 : 10). d. Uji U (Uji Mann Whitney)

Apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka dilakukan Uji U atau Uji Mann Whitney.

a. Hipotesis

Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

b. Kriteria Uji

-Jika p-value> 0,05 maka terima Ho

(44)

3. Pengolahan Data Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran Examples non examples

Data tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran examples non examplesdiambil melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berupa modifikasidari skala Likert berisi enam pernyataan yang terdiri dari tiga pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif.

1) Item pernyataan

Tabel 5. Pernyataan angket tanggapan siswa

No Pernyataan- Pernyataan S TS

1 Saya senang dan tertarik dengan model pembelajaran yang saya ikuti

2 Model pembelajaran yang saya ikuti membuat saya menjadi lebih bingung dan tidak memahami materi tersebut

3 Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

4 Masalah dalam LKK tidak menantang saya untuk

memecahkan masalah tersebut

5 Pertanyaan dalam LKK memotivasi saya mempelajari materi tersebut

(45)

2) Penjumlahan Skor Angket

Untuk skor setiap pernyataan positif yang dijawab setuju dan tidak setuju bagi pernyataan negatif memiliki skor 1(satu), jika pernyataan positif dijawab tidak setuju dan pernyataan negatif dijawab setuju maka memiliki skor 0(nol). Jumlah skor pada angket dihitung dalam bentuk presentase. Maka digunakan rumus:

Persentase (%) = x 100 Keterangan :

n = nilai yang diperoleh sampel

N = nilai yang semestinya diperoleh sampel

(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan model pembelajaran examples non examples berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi klasifikasi makhluk hidup.

2. Penggunaan model pembelajaran examples non examples berpengaruh terhadap penguasaan konsep oleh siswa pada materi klasifikasi makhluk hidup

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, saran-saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

(47)

2. Cakupan indikator yang diukur sebaiknya tidak hanya mencakup C1 dan C2 saja.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S dan I.K, Ahmadi. 2010. Kontruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustaka Karya. Jakarta.

Anonim. 2010. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional. http://fithgallagher.wordpress.com/2010/09/30/undang-undang- no-20-tahun-2003-tentang-sistem-pendidikan-nasional/ (10 November 2012: 9.44 WIB).

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Daryanto. 2009. Panduan Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Publisher. Jakarta. Dianawati, D.N. 2011. Peningkatan Pembelajaran Matematika

Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Example Non Example Pada Siswa Kelas IV SDN Selokajang 01 Kabupaten Blitar. Skripsi, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/17181 . (10 November 2012: 10.37 WIB).

Eggen, P dan D, Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Penerjemah: Satrio wahono. Indeks Permata Puri Media. Jakarta.

Fikri, D.F. 2012. Penerapan pembelajaran kooperatif model Examples Non Examples untuk meningkatkan hasil belajar IPS Geografi siswa kelas VII MTS Miftahul Ulum Dampit Kabupaten Malang pada materi Hidrosfer. Universitas Malang : Malang.

http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=57132 (1 Mei 2013: 20.23 WIB).

Hake, R.R. 1998. Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics course. Am. J. Phys., Vol. 66, No. 1 [Online].

(49)

Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

---. 2006. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi aksara. Jakarta.

---. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Hamzah, B. 2009. Model Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Hidayati, A.N. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.

Kurniawan, A. 2011. Penerapan Metode Pembelajaran Examples Non Examples Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas VI Semester II Di SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2010-2011. http://sirakbarkurniawan.blogspot.com/2011/01/penerapan-metode-pembelajaran-examples_15.html (04 Februari 2013: 20:25).

Kusumah, W. 2007. Model Pembelajaran Example Non Examples.

http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/10/model-examples-non-examples/ (10 November 2012: 21.57 WIB).

Margono, S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar. Bumi aksara. Jakarta.

Nurgiantoro, B., Gunawan dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta.

Nurmalia, S.S. 2011. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Examples Terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem Kelas X SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010-2011. Lampung: Universitas lampung.

Pidekso, A. 2009. SPSS 17 Untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer. Semarang.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

(50)

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ristina, F.E. 2011. Pengaruh Media Komik Pembelajaran Biologi Terhadap Penguasaan Konsep Materi Pokok Ekosistem Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung T.P.2010-2011. Universitas lampung. Lampung.

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran . Rineka Cipta. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slavin, R.E. 2002. Cooperatif Learning: Teori, Riset dan Praktek. Nusa Media. Bandung.

Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Suratno, M. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Mas Media Buana Pustaka. Sidoarjo.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Trianto. 2010. Model pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.

Uno, H dan Nurdin. 2012. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM. Bumi Aksara. Jakarta.

(51)

Gambar

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
Tabel 1.  Persentase aktivitas terhadap hasil belajar siswa
Gambar 2. Desain pretes-postes control group desain
Tabel 2. Hubungan antara variabel, instrumen, jenis data dan analisis data
+4

Referensi

Dokumen terkait

102 Modul Paket Keahlian Pemasaran - Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mempunyai fungsi korektif karena pembelajaran ini dilakukan dalam rangka perbaikan dalam

Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian lalu lintas di wilayah Perkotaan, Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,

Selisih Mean rasio keuangan Net Income Growth terbesar dan tidak signifikan terdapat antara Perusahaan Efek dan Perusahaan Leasing dengan.

ditentukan oleh kualitas barang atau jasa yang ditawarkan, sehingga kualitas. merupakan prioritas utama bagi perusahaan sebagai tolak ukur

Untuk 4 (empat) bulan kedua, ketiga dan keempat, PIHAK KEDUA akan memperoleh subsidi biaya transport yang diberikan oleh perguruan

sealing apical opening of the root canal caused by External Root Resorption combined with custom cast post and core and lithium dis- ilicate aesthetic restoration for

 Keluaran Dalam Negeri Kasar (KDNK) merupakan nilai barang dan perkhidmatan yg dikeluarkan oleh semua factor pengeluaran dalan sesebuah Negara..  Keluaran Negara Kasar (KNK)

RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG TERSEDIA UNTUK RISIKO KREDIT. DAN RISIKO PASAR (VI : IX)