• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon Dan Ir. Mangadap Sinaga Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2010-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon Dan Ir. Mangadap Sinaga Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2010-2015"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap

Sinaga dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir

Tahun 2010-2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

DISUSUN OLEH :

ALBERT SAMREY MARULI SINURAT 090906036

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

NAMA : ALBERT SAMREY MARULI SINURAT (090906036)

STRATEGI PEMENANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON DAN IR. MANGADAP SINAGA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010-2015

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menguraikan mengenai peranan marketing politik dalam era demokrasi. marketing politik merupakan metode dan konsep aplikasi marketing dalam konteks politik. Pada intinya marketing politik adalah segala cara yang dipakai dalam dalam kampanye politik dalam rangka mempengaruhi pilihan dari para pemilih. Marketing politik berperan besar dalam sebuah arena pilkada. Melalui marketing politik para kandidat kepala daerah melalui tim pemenangannya berusaha meyakinkan para pemilih dengan menawarkan produk politik yang sesuai dengan keinginan para pemilih tersebut. Produk politik yang ditawarkan antara lain adalah atribut kandidat sebagai latar belakang kandidat, program kerja, ideologi, dan lain sebagainya. Melalui strategi marketing politik tersebut kandidat kepala daerah dapat memasarkan ide dan gagasan politik secara maksimal kepada masyarakat. Dalam penelitian ini nantinya akan menjelaskan mengenai strategi marketing politik yang dijalankan oleh tim pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga dalam pilkada Kabupaten Samosir Tahun 2010, sehingga pada akhirnya pasangan kandidat tersebut meraih suara mayoritas sekaligus keluar sebagai pemenang dalam pilkada tersebut.

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori branding dan positioning untuk melihat usaha-usaha pendekatan yang dilakukan oleh tim pemenangan pasangan kandidat untuk mendapatkan tempat di hati para pemilih. Selain itu teori marketing politik yang digunakan untuk melihat penawaran-penawaran yang dilakukan tim pemenangan kandidat dalam memasarkan produk politik kepada masyarakat yang berperan sebagai pemilih.

(3)

UNIVERSITY SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

NAME : ALBERT SAMREY MARULI SINURAT (090906036)

STRATEGY WINNING IR. MANGINDAR SIMBOLON AND IR. MANGADAP SINAGA IN SELECTING THE HEAD OF REGENCY SAMOSIR YEAR 2010-2015

ABSTRACT

This study tried to describe the role of political marketing in the era of democracy. Political marketing is a method and concept of marketing applications in a political context. At the core of political marketing are all means used in the political campaigns in order to influence the choice of the voters. Marketing plays a major role in a political election arena. Through political marketing regional head candidates through pemenangannya team tried to convince voters by offering a political product that fits the wishes of the voters. Political products offered include the attributes of the candidate as a candidate background, work programs, ideology, and so forth. Through the political marketing strategy for regional head candidates can market new ideas and politics optimally to society. In this research will explain about the political marketing strategy which is run by the winning team mate Ir. Mangindar Simbolon - Ir. Mangadap Sinaga in Samosir local elections in 2010, so in the end the pair candidate won a majority at the same time come out as the winner in the election.

The theory is used to explain the problems is the theory of branding and positioning efforts to see the approach taken by the winning team mate candidate for a place in the hearts of the voters. Besides political marketing theory used to see offers made by the team winning political candidates in marketing products to the public that acts as selector.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas

segala kasih dan karunianya yang selalu member kesehatan dan hikmat kepada

penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini

berjudul : Strategi Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga

dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2010-2015. Skripsi

ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata

Satu (S1) Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilm Politik

Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang telah memberikan dukungan, bantuan, bimbingan, serta saran selama penulis

menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1) Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2) Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3) Bapak DR. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku dosen pembimbing

skripsi saya, yang begitu banyak member masukan dan gagasan-gagasan

(5)

gagasan, komentar, dukungan, nasihat, kesabaran dan waktu yang telah

bapak curahkan untuk saya.

4) Seluruh dosen-dosen yang ada di Departemen Ilmu Politik. Terimakasih

untuk semua ilmu yang telah Bapak dan Ibu ajarkan kepada kami selama

menuntut ilmu di FISIP USU.

5) Teristimewa saya sampaikan terimakasih kepada kedua orangtuaku Bapak

S. Sinurat dan Ibu R. Br. Siregar yang sangat berarti bagiku. Terimakasih

telah begitu banyak mendukung, mendoakan dan selalu memotivasi

hingga saat ini. Doa dan pengharapan kalian senantiasa mengiringi dan

menyertai saya dalam menjalani kehidupan ini.

6) Buat saudaraku ( Frizco Sinurat) dan saudariku (Reysa Sinurat) yang

selalu mendoakan dan mendukungku, terimakasih buat dukungan dan

doanya.

7) Saya juga mengucapkan terimakasih kepada narasumber saya dalam

penelitian ini, khususnya Bapak Manusun Sitanggang sebagai Ketua Tim

Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga. Terima

kasih sudah membantu dalam menyelesaikan skripsi saya.

8) Kepada Bang Marco Simbolon S. Sos. yang sudah banyak membantu saya

selama mengumpulkan data-data yang berkaitan kepada penelitian ini.

Terimakasi buat waktu dan pengorbanannya.

9) Kepada Bastian Tumpal Sianipar yang sudah banyak membantu baik

(6)

10)Seluruh teman-teman di Departemen Ilmu politik angkatan ’09 yang tidak

dapat disebutkan satu persatu oleh penulis. Penulis banyak mendapatkan

pengalaman selama perkuliahan yang dapat diartikan sebagai

persahabatan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skipsi ini masih banyak

kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Akhir kata penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan semoga

skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Desember 2014

(7)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel ... ix

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penilitian ... 11

E. Kerangka Teori ... 11

E.1. Pemasaran Politik (Marketing Politik) ... 11

E.2. Branding dan Positioning Politik ... 13

E. 3. Positioning ... 15

F. Kerangka Konsep ... 22

G. Metode Penelitian ... 23

G.1. Jenis Penelitian ... 23

G.2. Lokasi Penelitian ... 24

G.3. Teknik Pengumpulan Data ... 24

H. Analisa Data ... 24

(8)

BAB II: PROFIL KABUPATEN SAMOSIR DAN PROFIL PASANGAN IR.

MANGINDAR SIMBOLON – IR. MANGADAP SINAGA ... 27

A. Gambaran Umum Kabupaten Samosir ... 27

A.1. Sejarah Singkat Kabupaten Samosir ... 27

A.2. Kondisi Alam ... 28

A.3 Pemerintahan ... 29

A.4. Visi dan Misi Kabupaten Samosir... 31

A.5. Kondisi Masyarakat ... 34

A.5.1. Penduduk ... 34

A.5.2. Pendidikan ... 36

B. Profil Pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga ... 36

C. Visi dan Misi Pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga.. . 40

D. Kampanye Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2010 ... 42

E. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2010 ... 44

F. Hasil Rekapitulasi Pilkada Kabupaten Samosir Tahun 2010 ... 45

BAB III: BRANDING DAN POSITIONING IR. MANGINDAR SIMBOLON DAN IR. MANGADAP SINAGA ... 48

A. Branding Pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga ... 48

B. Positioning Pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga... 57

C. Komunikasi Politik Tim Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga ... 60

D. Respon Masyarakat Kabupaten Samosir Terhadap Branding dan Positioning Pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga ... 63

BAB IV: PENUTUP ... 67

(9)

B. Implikasi Teoritis ... 69

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan ... 35

Tabel 2. Jadwal Kampanye Pemilihan Kepala Daerah ... 43

Tabel 3. Rekapitulasi Jumlah Pemilih dan TPS Pemilihan Kepala Daerah ... 45

(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

NAMA : ALBERT SAMREY MARULI SINURAT (090906036)

STRATEGI PEMENANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON DAN IR. MANGADAP SINAGA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010-2015

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menguraikan mengenai peranan marketing politik dalam era demokrasi. marketing politik merupakan metode dan konsep aplikasi marketing dalam konteks politik. Pada intinya marketing politik adalah segala cara yang dipakai dalam dalam kampanye politik dalam rangka mempengaruhi pilihan dari para pemilih. Marketing politik berperan besar dalam sebuah arena pilkada. Melalui marketing politik para kandidat kepala daerah melalui tim pemenangannya berusaha meyakinkan para pemilih dengan menawarkan produk politik yang sesuai dengan keinginan para pemilih tersebut. Produk politik yang ditawarkan antara lain adalah atribut kandidat sebagai latar belakang kandidat, program kerja, ideologi, dan lain sebagainya. Melalui strategi marketing politik tersebut kandidat kepala daerah dapat memasarkan ide dan gagasan politik secara maksimal kepada masyarakat. Dalam penelitian ini nantinya akan menjelaskan mengenai strategi marketing politik yang dijalankan oleh tim pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga dalam pilkada Kabupaten Samosir Tahun 2010, sehingga pada akhirnya pasangan kandidat tersebut meraih suara mayoritas sekaligus keluar sebagai pemenang dalam pilkada tersebut.

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori branding dan positioning untuk melihat usaha-usaha pendekatan yang dilakukan oleh tim pemenangan pasangan kandidat untuk mendapatkan tempat di hati para pemilih. Selain itu teori marketing politik yang digunakan untuk melihat penawaran-penawaran yang dilakukan tim pemenangan kandidat dalam memasarkan produk politik kepada masyarakat yang berperan sebagai pemilih.

(12)

UNIVERSITY SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

NAME : ALBERT SAMREY MARULI SINURAT (090906036)

STRATEGY WINNING IR. MANGINDAR SIMBOLON AND IR. MANGADAP SINAGA IN SELECTING THE HEAD OF REGENCY SAMOSIR YEAR 2010-2015

ABSTRACT

This study tried to describe the role of political marketing in the era of democracy. Political marketing is a method and concept of marketing applications in a political context. At the core of political marketing are all means used in the political campaigns in order to influence the choice of the voters. Marketing plays a major role in a political election arena. Through political marketing regional head candidates through pemenangannya team tried to convince voters by offering a political product that fits the wishes of the voters. Political products offered include the attributes of the candidate as a candidate background, work programs, ideology, and so forth. Through the political marketing strategy for regional head candidates can market new ideas and politics optimally to society. In this research will explain about the political marketing strategy which is run by the winning team mate Ir. Mangindar Simbolon - Ir. Mangadap Sinaga in Samosir local elections in 2010, so in the end the pair candidate won a majority at the same time come out as the winner in the election.

The theory is used to explain the problems is the theory of branding and positioning efforts to see the approach taken by the winning team mate candidate for a place in the hearts of the voters. Besides political marketing theory used to see offers made by the team winning political candidates in marketing products to the public that acts as selector.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesa pada tahun 1998 merupakan

suatu gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan,

terutama perbaikan tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan

sosial. Agenda reformasi itu sendiri menuntut beberapa hal, diantaranya adalah

pencabutan mandat Soeharto sebagai presiden, penghapusan dwifungsi

TNI/ABRI, pemberantasan KKN, dan pelaksanaan otonomi daerah yang

seluas-luasnya.

Seiring jatuhnya pemerintahan Soeharto, untuk menciptakan suatu tatanan

Indonesia yang baru maka ditetapkanlah undang-undang No. 22 Tahun 1999

tentang otonomi daerah yang kemudian menimbulkan perubahan pada

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Perubahaannya tidak hanya mengenai

penyelenggaran pemerintahan daerah, tetapi juga hubungan antara pemerintah

pusat dengan daerah. Sebelumnya hubungan antara pemerintah pusat dan daerah

bersifat sentralistis. Namun setelah undang-undang ini diberlakukan, hubungan

antara pemerintah pusat dan daerah bersifat desentralis. Dimana dalam

undang-undang tersebut disebutkan pemerintah daerah terdiri dari kepala daerah dan

(14)

sebagai badan legislatif pemerintah daerah untuk mengawasi jalannya

pemerintahan.1

Menurut Joseph Riwu Kabo, ada beberapa alasan mengapa pemerintah

pusat perlu melaksanakan desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah

yaitu : (1) dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi

dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang

pada akhirnya akan menimbulkan tirani, (2) dalam bidang politik,

penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai tindakan pendemokrasian, untuk

menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam

mempergunakan hak-hak demokrasi, (3) dari sudut teknik organisatoris

pemerintahan, alasan mengadakan pemerintahan daerah (desentralisasi) adalah

semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Apa yang

dianggap lebih utama untuk diurus pemerintah setempat, pegurusnya diserahkan

kepada daerah, (4) dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya

perhatian dapat sepenuhnya ditumpukan kepada kekhususan suatu daerah, seperti

geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar

belakang sejarahnya, (5) dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi,

desentralisasi diperlukan karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara

langsung membantu pembangunan tersebut.2

1

Koirudin. 2005. Sketsa Kebijakan Desentralisasi di Indonesia: Format Masa Depan Otonomi Menuju

Kemandirian Daerah. Averos Press. Malang. hal. 75 2

Bambang Yudhoyono. 2001. Otonomi Daerah: Desentralisasi dan Pembangunan SDM Aparatur Pemda

(15)

Kenyataan ini sejalan dengan pengertian bahwa desentralisasi adalah

transfer kekuasaan politik tidak hanya terbatas pada pendelegasian sebagai

otoritas pusat kepada daerah secara administratif. Pilkada langsung menjadi isu

sentral dalam diskursus politik nasional dan dipandang sebagai bagian dari

perwujudan otonomi daerah. Pelaksanaannya menjadi momentum yang sangat

penting bagi proses demokratisasi politik di tingkat lokal. Rakyat dan lembaga

daerah akan terlibat langsung dalam mengelola pilkada nantinya. Perubahan

sistem pemilihan juga telah membawa perubahan hubungan tata pemerintahan

antar pusat dan daerah. Pendelegasian kekuasaan dari pusat ke daerah tidak lagi

terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah bergeser ke arah

yang lebih maju yaitu kewenangan politik. Pemimpin daerah tidak lagi menjadi

pemimpin yang bersifat administratif perwakilan pemerintah pusat di daerah

tetapi juga pemimpin politik di daerah karena dipilih dan mendapatkan legitimasi

yang kuat dari rakyat.3

Sejak masa Demokrasi Terpimpin hingga Orde Baru, pemerintah

cenderung menerapkan sentralisasi kekuasaan. Dengan alasan demi pembangunan

untuk mewujudkan terciptanya stabilitas nasional. Penyelenggaran pemerintah

dan pelaksanaan pembangunan pun kemudian dikendalikan secara terpusat, yang

mengakibatkan ketergantungan daerah terhadap pusat sangat besar. Pemilihan

Langsung Kepala Daerah (Pilkada) adalah langkah dalam proses demokratisasi

lokal di Indonesia. Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah merupakan

3

(16)

perwujudan pengembalian hak-hak dasar rakyat dalam memilih pemimpin mereka

di daerah, yang secara langsung diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dan petunjuk pelaksanaannya tertuang dalam

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pemilihan,

Pengesahaan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah.

Gagasan otonomi daerah melekat pada pelaksanaan UU No.32 Tahun

2004 mengenai pemerintahan daerah yang sangat berkaitan dengan demokratisasi

kehidupan politik dan pemerintahan baik tingkat lokal maupun tingkat nasional.

Agar demokrasi bisa terwujud maka daerah harus memiliki kewenangan yang las

dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.4 Sehingga muncul

konsep pembaruan kabupaten yang dirumuskan sebagai transformasi kabupaten

yang hendak menegaskan bahwa pembaruan bermakna sebagai tidak lagi bekerja

dengan skema dan watak yang lama, melainkan telah bekerja dengan skema dan

watak yang baru. Proses pembaruan haruslah dapat memberikan kepastian bahwa

nasib rakyat akan berubah menjadi yang lebih baik lagi. Pembaruan kabupaten

juga berarti “perombakan” menyeluruh yang dimulai dari paradigma seluruh

elemen yang ada atau mengorganisir seluruh sumber daya yang ada agar

mengabdi pada kepentingan masyarakat.5

Otonomi daerah memberikan kewenangan yang lebih banyak kepada

pemerintah daerah untuk mengatur dan mengelola daerahnya. Dasar dari

pengalihan dan wewenang atas urusan-urusan yang sebelumnya menjadi

4

Dadang Juliantara. 2004. Pembaruan Kabupaten. Yogyakarta: Pembaruan. hal. ix-x

5

(17)

wewenang pemerintah pusat, yang kemudian diberikan langsung ke pemerintah

daerah adalah bahwa pemerintah daerah dianggap lebih dekat dengan rakyatnya

sehingga dianggap lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh masyarakat daerah dan

tahu bagaimana cara yang lebih tepat mengelola daerah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Pelaksanaan otonomi daerah ini

menggambarkan perubahan sistem dari yang semula sentralisasi menjadi sistem

desentralisasi. Pada era Orde Baru, segala urusan pemerintahan begitu terpusat

sehingga daerah hanya sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat. Hal ini

mematikan kreatifitas dari pemerintah daerah, padahal pemerintah daerah yang

lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh daerahnya.

Dalam rangka pembagian kekuasaan negara (secara vertikal) dibentuk

daerah-daerah yang bersifat otonom dengan bentuk dan susunan pemerintahannya

yang diatur dalam undang-undang. Sehingga pemerintah pusat menyelenggarakan

pemerintahan nasional dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemerintahan

daerah, pembagian kekuasaan di daerah itu disebut dengan desentralisasi yang

dipahami sebagai penyerahan wewenang politik dan perundang-undangan untuk

perencanaan, pengambilan keputusan dan manajemen pemerintah (pusat) kepada

unit-unit sub nasional (daerah/wilayah) administrasi negara atau kepada

kelompok-kelompok fungsional atau ornganisasi non-pemerintahan swasta.6

6

Bambang Yudhoyono. 2001. Otonomi Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. hal. 20

(18)

peulang bagi warga negara untuk lebih mampu menyumbangkan daya

kreatifitasnya.7

Dalam penelitian political marketing dalam pilkada ini, penulis

mengambil studi terhadap pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari induknya Kabupaten

Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2003

tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Berdagai di

Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh

Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia. Kabupaten

Samosir diresmika pada tanggal 7 Januari 2004, dan Bupati yang menjabat saat

itu, Drs. Wilmar Elyascher Simanjorang, ditunjuk langsung oleh Menteri Dalam

Negeri untuk menjadi pelaksana tugas, karena belum ada Undang-Undang yang

mengatur tentang Kepala Daerah. Namun, karena adanya Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2005, tentang Pengangkatan dan

Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka pada tanggal 27

Juni 2005 diselenggarakan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Kabupaten Samosir secara langsung oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Samosir. Hasil dari pemilihan kepala daerah Kabupaten Samosir tersebut, maka

terpilih lah pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol Sagala sebagai

pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih pertama Kabupaten Samosir untuk

periode 2005-2010.

7

(19)

Mangadap Sinaga dalam pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010. Pemilihan

langsung Bupati dan Wakil Bupati pada 9 Juni 2010 ini diikuti oleh tujuh

pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati yaitu pasangan Alusdin Sinaga dan Togu

Harlen Lumban Raja, pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap

Sinaga, pasangan Bachtiar Sitanggang dan Jeremias Sinaga, pasangan Jabungka

Situmorang dan R.E Siboro, pasangan Rimso Sinaga dan Anser Naibaho,

pasangan Martua Sitanggang dan Mangiring Tamba, dan pasangan terkahir Ober

Sihol Sagala dan Tigor Simbolon. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten

Samosir ini berhasil dimenangkan oleh pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir.

Mangadap Sinaga dengan perolehan suara 36,81% dari total suara pemilih yang

melaksanakan hak pilihnya.

Pada masa jabatan periode tahun 2005-2010, bupati dan wakil bupati

terpilih yang menjabat saat itu adalah Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol

Sagala. Namun, untuk periode masa jabatan tahun 2010-2015, Ir. Mangindar

Simbolon dan Ober Sihol Sagala tidak lagi mencalonkan kembali sebagai

pasangan bupati dan wakil bupati, namun mencalonkan untuk menjadi bupati

Kabupaten Samosir. Dengan kata lain, pasangan Bupati dan Wakil Bupati

Samosir terpilih tahun 2005-2010 akan bersaing menjadi Bupati Samosir pada

masa jabatan 2010-2015.

Perolehan suara pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga

yang unggul di lima kecamatan dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten

(20)

Mangadap Sinaga adalah pemenang. Namun, yang menarik disini adalah

perolehan suara pasangan Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon, dimana suara

mereka adalah suara terbanyak kedua, yaitu 32% dan unggul di dua kecamatan

dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir. Meskipun hanya unggul di

dua kecamatan, tapi di lima kecamatan lainnya, perolehan suara pasangan Ober

Sihol Sagala – Tigor Simbolon tidak terlalu jauh dari pasangan Ir. Mangindar

Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga.

Kemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga

merupakan sesuatu hal yang wajar dilihat dari profil pasangan ini yang memiliki

kesamaan baik dari segi etnis, agama maupun kontribusi yang pernah diberikan Ir.

Mangindar Simbolon di Kabupaten Samosir, yaitu menjadi bupati pada periode

masa jabatan tahun 2005-2010. Namun perolehan suara pasangan Ober Sihol

Sagala – Tigor Simbolon patut diperhitungkan, karena meraih suara terbanyak

kedua yang tidak terlalu jauh dari perolehan suara pasangan Ir. Mangindar

Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga, dimana Ober Sihol Sagala juga memiliki

kesamaan etnis, agama dan kontribusi di Kabupaten Samosir, yaitu sebagai wakil

bupati pada masa jabatan 2005-2010.

Setelah melakukan pra penelitian penulis menyimpulkan asumsi dasar

yang menyebabkan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga

menang di pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010 adalah disebabkan kesamaan

dari segi etnis dan agama serta kontribusi Ir. Mangindar Simbolon yang diberikan

(21)

2005-2010. Begitu juga dengan pasangan Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon yang

memperoleh suara terbanyak kedua, juga tidak terlepas dari pengaruh kesamaan

etnis dan agama, serta kontribusinya sebagai wakil bupati Kabupaten Samosir

tahun 2005-2010.

Penulis ingin melihat bagaimana pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir.

Mangadap Sinaga membangun strategi untuk mempengaruhi suara pemilih

sehingga berhasil memenangkan Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, ini menjadi kajian yang

menarik bagi penulis untuk meneliti mengenai Strategi Pemenangan Ir.

Mangindar Simbolon - Ir. Mangadap Sinaga dalam Pilkada Kabupaten Samosir

tahun 2010.

B. PERUMUSAN MASALAH

Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010 diikuti oleh tujuh pasangan yang

bersaing untuk memenangkan pemilu. Pasangan calon nomor urut satu adalah

Alusdin Sinaga – Togu Harlen Lbn.Raja yang meraih 1.418 suara. Pasangan calon

nomor urut dua adalah Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga, meraih

23.516 suara. Pasangan calon nomor urut tiga adalah Bachtiar Sitanggang –

Jeremias Sinaga, meraih 3.197 suara. Pasangan calon nomor urut empat adalah

Jabukka Situmorang – R.E. Siboro, meraih 478 suara. Pasangan calon nomor urut

lima adalah Rimso Maruli Sinaga – Anser Naibaho, meraih 6.559 suara. Pasangan

(22)

8.628 suara. Pasangan calon nomor urut tujuh adalah Ober Sihol Sagala – Tigor

Simbolon, meraih 20.443 suara.

Jika ditinjau dari hasil suara yang diperoleh dari masing-masing pasangan

calon, pasangan calon nomor urut dua meraih suara terbanyak dengan 23.516

suara, kemudian diikuti oleh pasangan nomor urut tujuh meraih 20.443 suara.

Pasangan calon nomor urut dua adalah Ir. Mangindar Simbolon adalahh bupati

terpilih untuk 2005-2010. Sedangkan pasangan calon nomor urut tujuh adalah

Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon, dimana Ober Sihol Sagala adalah wakil

bupati terpilih untuk periode 2005-2010 mendampingi Ir. Mangindar Simbolon.

Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan, penulis

ingin melihat bagaimana strategi yang diterapkan oleh Ir. Mangindar Simbolon –

Ir. Mangadap Sinaga dalam memenangkan Pilkada Kabupaten Samosir tahun

2010?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan strategi pemenangan pasangan

Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Snaga pada Pilkada Kabupaten

Samosir tahun 2010.

2. Mengeksplorasi bagaimana berhasilnya strategi yang ditawarkan oleh

pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga kepada

masyarakat sehingga pasangan tersebut bisa memenangkan Pilkada

(23)

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Secara teoritis, penelitian ini sebagai salah satu kajian ilmu politik dan

sangat erat dengan partai politik dan diharapkan mampu memberikan

kontribusi pemikian konsep-konsep dalam pengembangan strategi

pemenangan.

2) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi

para individu yang berkeinginan sebagai kontestan atau tim sukses

kontestan.

E. KERANGKA TEORI

Untuk memudahkan penelitian, diperlukan pedoman dasar berpikir yaitu

kerangka teori. Mustahil apabila seseorang menulis ataupun meneliti suatu

permasalahan tanpa menggunakan kerangka teori, karena penelitian atau tulisan.

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun

kerangka teori sebagai landasan berpikir, untuk menggambarkan dari sudut mana

peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.8

Dalam kajian ilmu politik, political marketing menurut Firmanzah

merupakan penerapan ilmu marketing dalam kehidupan politik. Dalam political

marketing, yang ditekankan adalah penggunaan pendekatan dan metode

E.1. Pemasaran Politik (Political Marketing)

8

(24)

marketing dalam menyusun produk politik, dsitribusi politik kepada publik serta

meyakinkan bahwa produk politiknya lebih unggul dibandingkan dengan pesaing,

sehingga membantu politikus dan partai politik untuk membangun hubungan dua

arah dengan konstituen dan masyarakat.9

Pandangan political marketing menurut Adam Nursal adalah strategi

kampanye politik untuk membentuk serangkaian makna politis tertentu di dalam

pemikiran para pemilih. Serangkaian makna politis yang terbentuk dalam

pemikiran para pemilih untuk memilih kontestan tertentu. Makna politis inilah

yang menjadi output penting political marketing yang menentukan, pihak mana

yang akan dicoblos pemilih.10

Sedangkan menurut Hafied Cangara, pemasaran politik (political

marketing) merupakan konsep yang diintroduksi dari penyebaran ide-ide sosial di

bidang pembangunan dengan meniru cara-cara pemasaran komersial, tetapi

orientasinya lebih banyak pada tataran penyadaran, sikap dan perubahan perilaku

untuk menerima hal-hal baru.11

9

Firmanzah, 2007, Marketing Politik, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, hal. 140

10

Adman Nursal, 2004, Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru

Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden, Jakarta : PT. Gramedia, hal. 156

11

Hafied Cangara, 2009, Komunikasi Politik, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal. 276

Dari konteks aktifitas politik, political marketing

yang dimaksudkan adalah penyebarluasan informasi tentang kandidat, partai dan

program yang dilakukan oleh aktor-aktor politik melalui saluran-saluran

komunikasi tertentu yang ditujukan kepada segmen (sasaran) tertentu dengan

tujuan mengubah wawasan, pengetahuan, sikap dan perilaku para calon pemilih

(25)

E.2. Branding dan Positioning Politik

Brand dapat diasosiasikan sebagai nama, terminologi, simbol atau logo

spesifik atau juga kombinasi berbagai elemen yang bisa digunakan sebagai

identitas suatu produk dan jasa. Dalam hal ini brand tidak harus terkait dengan

hal-hal yang bersifat fisik. Brand adalah simbolisasi dari imajinasi yang

diciptakan dan ditanamkan dalam benak konsumen. Jadi branding adalah semua

aktivitas untuk menciptakan brand yang unggul.

Realitas yang ada saat ini adalah persaingan yang tidak hanya terjadi pada

partai politik saja tetapi persaingan juga terjadi pada calon-calon anggota legislatif

yang turut ambil bagian pada pemilihan umum ini. Oleh karena itu agar para calon

anggota legislatif ini dapat menarik simpati masyarakat tak jarang mereka

melakukan branding diri atau yang lebih lazim dikenal dengan personal branding.

Personal branding sebenarnya adalah upaya membangun dan menanamkan

persepsi positif untuk mendapatkan dukungan. Banyaknya kandidat individual

peserta pilkada ini membuat masing-masing kandidat harus bersaing untuk

menanamkan citra atau image yang baik demi memperoleh dukungan dari

masyarakat/konstituen. Citra atau image tersebut haruslah sesuatu yang berbeda

satu dengan yang lainnya agar mudah diingat. Diperlukan strategi komunikasi

khusus agar citra atau image tersebut terpatri dalam benak masyarakat/konstituen.

Hal inilah yang harus dilakukan dalam positioning politik.

Mengadopsi definisi positionin produk oleh Morissan dalam

(26)

berhubungan dengan bagaimana.12Personal branding merupakan proses

penamanan citra seseorang sehingga terbentuk sebuah persepsi positif tentang

seseorang tersebut. Sedangkan citra itu sendiri menurut Kotler didefinisikan

sebagai jumlah dari keyakinan, gambaran, dan kesan yang dipunyai seseorang

dalam suatu objek (orang, organisasi, kelompok orang). Menurut Roberts, citra

menunjukkan keseluruhan informasi tentang dunia ini yang telah diolah,

diorganisasikan dan disimpan individu.13 Seperti dinyatakan Ruslan, pengertian

tentang citra pada dasarnya merupakan hal yang abstrak dan tidak bisa diukur

secara matematis tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau

buruk yang berasal dari khalayak sasaran khususnya dan masyarakat secara luas.14

Menurut Nimmo citra kandidat terbentuk dari atribut politik dan gaya personal

seorang kandidat politik, seperti yang dipersepsikan oleh pemberi suara.15

12

Agus W Soehadi.2005.Effective Branding, Bandung: PT. Mizan Pustaka.hal. 62

13

Jalaludin Rakhmat.2001Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi.Bandung: Remaja Rosdakarya.hal. 223

14

Rosady Ruslan.2002.Manajemen Humas dan Komunikasi, Konsep dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.hal 74

15

Dan Nimmo.2000.Komunikasi Politik Khlamatak dan Efek.Bandung: Remaja Rosdakarya.hal 185

Positioning kandidat atau partai politik telah berhasil jika ia menjadi

dominan dan menguasai benak masyarakat. Posisi yang kuat dalam benak

masyarakat membuat seorang kandidat atau suatu partai politik selalu diingat dan

menjadi referensi bagi masyarakat ketika mereka dihadapkan pada serangkaian

pilihan politik. Menjadi referensi berarti bahwa partai politik tersebut menjadi

acuan dan yang pertama kali muncul dalam benak masyarakat ketika mereka

(27)

Untuk itulah kandidat/partai politik harus memiliki pernyataan positioning

yang memiliki hubungan erat dengan strategi merebut konsumen dan harus bisa

mewakili citra atau image yang hendak dicetak dalam benak konsumen.

Penyataan positioning berupa kata-kata yang menunjukkan segi-segi keunggulan

atau kelebihan kandidat /partai politik. Biasanya pernyataan yang dibentuk cukup

singkat, mudah diulang-ulang dalam iklan atau bentuk-bentuk promosi lainnya.

Pernyataan positioning yang baik dan efektif harus mengandung dua unsur yaitu

klaim yang unik dan bukti-bukti yang mendukung.16

Dalam disiplin marketing, menempatkan seorang kandidat dalam pikirian

pemilih disebut positioning. Bagi orang-orang marketing, positioning sangat

menentukan keberhasilan pemasaran. Positioning adalah sebuah manta yang

penting bagi orang-orang pemasaran di akhir abad ke-20

E.3. Positioning

17

Menurut definisi, untuk political marketing, positioning adalah tindakan

untuk menerapkkan citra tertentu ke dalam benak para pemilih agar tawaran

produk politik dari suatu kontestan memiliki posisi khas, jelas dan meaningful.

Positioning yang efektif akan menunjukkan perbedaan nyata dan keunggulan

sebuah kontestan dibandingkan kontestan pesaing, bahwa pesaing tidak dapat

mewujudkan tawaran-tawaran tertentu sebaik pihak yang mencanangkan

positioning tersebut.

.

16

Dalam Morissan.2007.Periklanan dan Komunikasi Pemasaran, Jakarta: Ramdina Prakarsa Terpadu.hal 55

17

(28)

Posisi yang khas, jelas dan meaningful dari sebuah kontestan bersumber

dari faktor-faktor pembeda yang dimiliki oleh kontestan tersebut dibandingkan

dengan kontestan lain. Tetapi tidak semua faktor pembeda yang dimiliki oleh

sebuah kontestan ini menghasilkan positioning yang efektif. Setidaknya

diperlukan enam syarat agar perbedaan itu menjadi berharga.

1. Penting (Important)

Perbedaan itu harus bernilai penting bagi para pemilih oleh pihak lain.

Sebagai contoh, sebuah partai politik bisa saja membedakan dirinya

dengan partai lain dengan cara memberi warna merah kepada seluruh

atribut partai.

2. Istimewa (Distinctive)

Sebagai pembeda, faktor tersebut tidak dimiliki oleh pihak lain. Akan

tetapi, satu atau beberapa faktor yang juga dimiliki oleh pesaing, masih

bisa dijadikan sumber pembeda asalkan faktor tersebut diwujudkan dengan

cara yang berbeda dibandingkan dengan pihak pesaing.

3. Superior

Perbedaan yang dimunculkan harus memberikan suatu manfaat yang lebih

baik ketimbang cara-cara lain untuk menghasilkan manfaat yang sama.

4. Dapat dikomunikasikan (Communicable)

Positioning itu dapat mudah dipahami pemilih dan dikomunikasikan

(29)

5. Preemptive

Perbedaan tersebut tidak mudah ditiru oleh pihak lain.

6. Jumlah Pemilih Signifikan

Yang terpenting adalah bahwa positioning tersebut pada akhirnya dapat

meraih suara sesuai dengan sasaran obyektif kontestan.

Jadi, positioning harus memiliki peran sentral dalam political marketing.

Produk-produk seperti partai, kandidat, platform program dan sebagainya haruslah

sebangun dengan positioning. Pengatur strategi harus berusaha melalui strategi

branding bahwa kebijakan, ide-ide, isu-isu, gaya, dan mansa yang diluncurkan

merupakan hal otentik milik sendiri.

Mengacu pada Butler dan Collins18

1. Partai dapat diposisikan berdasarkan kategori tersebut. Sebuah contoh,

sebuah partai dapat memposisikan diri sebagai partai nasionalis-religius.

Akan tetapi positioning ini tidak efektif karena gernerik dan tidak , positioning dimulai dengan

mendefinisikan nilai-nilai inti. Nilai-nilai inti dapat dikembangkan dari identitas

kelas, agama, etnis, atau kelompok-kelompok sosial lainnya. Nilai-nilai inti juga

bisa bersumber dari perpecahan fundamental sosia yang menimbulkan

diskontinuitas historis seperti perang, formasi negara baru, krisis ekonomi, dan

berbagai bentuk krisis lainnya.

Untuk mem-positioning-kan sebuah kontestan politik perlu diperhatikan

beberapa hal, yaitu.

18

Butler & Collins. 1996. A Conceptual Framework of Political Marketing dalam I.B. Newman (ed)

(30)

menawarkan perbedaan khas dibanding partai lain yang

nasionalis-religius. Positioning itu perlu dipertajam.

2. Positioning berdasarkan atribut tertentu. Misalnya sebuah organisasi

politik bisa saja mempromosikan dirinya sebagai partai terbesar. Dengan

positioning ini terkandung makna tidak langsung bahwa partai tersebut

memiliki sumber daya yang besar sehingga mampu mewujudkan

programnya dengan efektif dan efisien.

3. Positioning berdasarkan kategori pemilih. Sebuah partai dapat

memposisikan dirinya sebagai partai wong cilik. Partai lainnya dapat

memposisikan dirinya dengan kelompok sosial tertentu.

4. Positioning berdasarkan benefit, dimana partai akan memberi manfaat

tertentu kepada pemilih. Misalnya sebuah partai akan memposisikan

dirinya sebagai partai yang akan menghapuskan sumbangan biaya

pendidikan.

5. Positioning berdasarkan pesaing alias competitor positioning.

Untuk menciptakan positioning yang efektif, politisi dapat

mengkombinasikan berbagai jenis positioning di atas. Tujuannya untuk menarik

minat para pemilih dari satu atau beberapa segmen yang dibidik. Hanya saja,

kombinasi itu harus dilakukan dengan cermat agar tidak menyulitkan para pemilih

untuk menangkap makna positioning tersebut.

Dalam berbagai buku teks pemasaran politik selalu disebutkan empat

(31)

1. Underpositioning. Greget sebuah kontestan tidak dirasakan para pemilih

karena tidak memiliki posisi yang jelas dan khas. Kontestan tersebut

dianggap sama saja dengan kerumunan partai-partai lainnya sehingga para

pemilih tidak bisa membedakan dengan partai-partai lainnya.

2. Overpositioning. Tim pemenangan terlalu sempit memposisikan

kontestannya sehingga mengurangi minat para pemilih di segmen yang

dibidik.

3. Confuse positioning. Para pemilih ragu-ragu karena positioning kontestan

terlalu banyak atribut.

4. Doubtful positioning. Para pemilih meragukan kebenaran positioning yang

disampaikan karena tidak didukung bukti yang memadai antara lain karena

produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan positioning.

Ada empat pilihan strategi yang ditawarkan, yaitu sebagai berikut.

1. Reinforcement strategy (strategi penguatan)

Strategi ini dapat digunakan oleh sebuah kontestan yang dipilih karena

mempunyai citra tertentu dan citra tersebut dibuktikan oleh kinerja politik

selama mengemban jabatan politik tertentu. Komunikasi difokuskan

kepada orang-orang yang dulu memilih kontestan ini dengan pesan bahwa

pilihan Anda duu itu sudah tepat dan tetaplah membuat pilihan yang sama

untuk pemilihan saat ini.

(32)

Strategi ini dilakukan kepada kelompok pemilih yang sebelumnya telah

memilih kontestan tertentu karena kontestan tersebut berhasil mengemban

citra tertentu yang disukai pemilih akan tetapi kinerjanya kemudian tidak

sesuai dengan citra tersebut. Strategi rasionalisasi ini dilakukan untuk

mengubah sikap para pemilih dan harus dilakukan dengan hati-hati.

3. Inducement strategy (strategi bujukan)

Strategi ini dapat diterapkan oleh kandidat yang dipersepsikan memiliki

citra tertentu tapi juga memiliki kinerja atau atribut-atribut yang cocok

dengan citra lainnya.

4. Confrontation strategy (strategi konfrontasi)

Strategi ini diterapkan kepada para pemilih yang telah memiliki kontestan

dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok dengan citra tertentu yang

dianggap tidak cocok oleh pemilih dan kemudian kontestan tersebut tidak

menghasilkan kinerja yang memuaskan pemilih.

Positioning pada dasarnya adalah strategi untuk memasuki jendela otak

konsumen (dalam konteks politik, konsumen adalah voters). Positioning biasanya

tidak menjadi masalah dan tidak dianggap penting selama partai politik yang

bertarung dalam pemilu tidak banyak dan persaiangan belum menjadi sesuatu

yang penting. Positioning baru akan menjadi penitng bila mana persaingannya

sudah sangat sengit.19

19

Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. 193.

(33)

idiologi serta basis pemilih hampir sama. Seperti PPP, PBR dan PKB yang saling

mengklaim sebagai partainya wong cilik dan ingkarnasi dari PNI.

Positioning adalah sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran calon voters,

yakni menempatkan produk (partai politik atau kandidat) pada pikiran para calon

voters. Dalam ungkapan konsultan strategi pemasaran, positioning adalah

bagaimana anda membedakan diri anda sendiri dalam pikiran calon konsumen

anda. Dengan melakukan positioning maka partai politik atau kandidat berusaha

untuk menjaga fokus pikiran, orientasi dan kesadaran voters atau masyarakat

untuk tetap mengingat serta mengarahkan referensi utama tentang partai politik

atau kandidat yang akan mereka pilih.

Positioning sebetulnya adalah kegiatan yang mengelola sisi psikologis

manusia. Dalam konteks ini, tema sentral yang direkayasa aspek persepsi. Proses

terjadinya persepsi adalah dengan adanya tiga aktivitas, yaitu: seleksi, organisasi

dan interpretasi. Kegiatan seleksi mencakup proses mulai diterimanya suatu

sensasi yang dilanjutkan dengan adanya atensi, sedangkan kegiatan organisasi

melekat pada proses interpretasi.20 Sensasi adalah penerimaan stimulus lewat alat

indra. Persepsi adalah penafsiran stimulus yang telah ada didalam otak atau

dengan kata lain merupakan pengertian sekarang berdasarkan pengalaman dimasa

lalu. Sensasi atau persepsi dapat kita analogikan seperti sebuah potret

pemandangan sebaga sensasi dan lukisan pemandangan sebagai persepsi.21

20

Dedy Mulyana. 2002. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Remaja Roseda Karya, edisi ke-4. hal. 169

21

M. Dimyati Mahmud. 1990. Psikologi Suatu Pengantar jilid I. BPFE: Yogyakarta. hal. 4

(34)

menafsirkan kesan indra mereka agar membero makna pada lingkungan mereka.

Dalam komunikasi politik, persepsi menjadi kajian sentral karena hakikatnya

semua pesan politik adalah produk-produk yang lebih diarahkann pada

menciptakan persepsi dalam pikiran masyarakat voters.

Teori-teori yang sudah dipaparkan diatas, akan digunakan untuk

menganalisis strategi yang digunakan oleh tim pemenangan pasangan Ir.

Mangindar Simbolon – Ir Mangadap Sinaga dalam memenangkan pilkada

Kabupaten Samosir tahun 2010.

F .KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep dapat diartikan sebagai suatu informasi yang amat

membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama, sehingga

dari informasi tersebut akan dapat diketahui bagaimana caranya pengukuran atas

variabel ini dilakukan.22

Positioning merupakan sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran calon

voters. Positioning digunakan sebagai cara agar branding yang dilakukan oleh

pasangan calon kontestan politik, dalam hal ini adalah calon kepala daerah dan Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini

adalah branding dan positioning. Branding merupakan citra atau simbolisasi dari

imajinasi yang diciptakan dan ditanamkan dalam benak pemilih. Branding atau

yang lebih lazim dikenal personal branding dilakukan oleh calon kepala daerah

dan wakil kepala daerah untuk menarik simpati masyarakat agar memilih mereka.

22

(35)

wakil kepala daerah berhasil mempengaruhi dan menarik simpati masyarakat

untuk memilih kontestan politik tersebut.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan branding

dan positioning pasangan calon untuk mempengaruhi pemilih. Karena, apabila

tidak benar-benar diperhatikan, masyarakat bisa berubah pikiran untuk memilih

pasangan calon yang lain.

Dengan kata lain, branding dan positioning merupakan cara yang

digunakan oleh pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk

mempengaruhi para calon pemilih dan mampu menarik simpati para calon pemilih

agar memilih pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk dapat

memenangkan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

G. METODE PENELITIAN

G.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian merupakan unsur pokok yang harus ada dalam penelitian

ilmu pengetahuan untuk mendapatkan dapat akurat, tepat, lengkap dan dapat

dipertanggunjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Pemilihan jenis penelitian

yang tepat merupakan unsur yang sangat penting dalam mencapai tujuan secara

optimal. Metode peneletian yang akan digunakan dalam kajian ini adalah metode

kualitatif, yang menyajikan fakta-fakta yang ditemukan, secara komprehensif

(36)

G.2. Lokasi Penelitian

Penelitian bertempat di kantor Tim Pemenangan Mangindar Simbolon dan

Mangadap Sinaga di Kabupaten Samosir.

G.3. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua teknik data yang akan digunakan dalam penelitian ini:

1. Data Primer, yaitu sejumlah data atau keterangan yang secara langsung

diperoleh melalui penelitian di lapangan, meliputi keterangan dari

orang-orang yang diteliti yang berhubungan dengan obyek penelitian.

2. Data Sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber data dan

informasi dan melalui buku-buku, jurnal, internet, majalah, surat kabar dan

sebagainya yang relevan dengan topik penelitian.

H. ANALISA DATA

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik analisis kualitatif dilakukan pada data yang tidak dapat

dihitung bersifat nongrafis atau berwujud kasus-kasus (sehingga tidak dapat

disusun ke dalam struktur klasifikatoris). Data yang dikumulkan bersifat deskriptif

dalam bentuk kata-kata atau gambar. Artinya pada penelitian ini dibutuhkan

pengutamaan penghayatan dan berusaha memahami faktor peristiwa dalam situasi

tertentu menurut pandangan peneliti. Lalu kemudian setelah data tersusun teratur

(37)

kesimpulan terhadap data yang diteliti sesuai dengan apa yang dihasilkan oleh

peneliti.

I. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan untuk mempermudah

isi daripada skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam 4

bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan

yang akan dibahas, pembatasan masalah yang akan diteliti, tujuan mengapa

diadakan penelitian ini, manfaat penelitian dan metode penelitian serta kerangka

teori yang akan menjadi landasan pembahasan masalah.

BAB II : PROFIL KABUPATEN SAMOSIR DAN PROFIL PASANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON – IR. MANGADAP SINAGA

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran dari lokasi penelitian di

Kabupaten Samosir antara lain berupa sejarah singkat kabupaten tersebut, kondisi

geografis, demografi penduduk, dan lain sebagainya.

BAB III : BRANDING DAN POSITIONING IR. MANGINDAR SIMBOLON – IR. MANGADAP SINAGA

Pada bab ini disajikan bagaimana konse branding dan positioning

pasangan Ir. Mangindra Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga pada pilkada Kabupaten

(38)

BAB IV : KESIMPULAN DAN LOGIKA TEORITAS

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, yang berisi

kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada

bab ini juga akan terjawab pertanyaan tentang apa yang dilihat dalam penelitian

yang dilakukan, serta berisi saran-saran, baik yang bermanfaat bagi penulis secara

(39)

BAB II

PROFIL KABUPATEN SAMOSIR DAN PROFIL PASANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON - IR. MANGADAP SINAGA

A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR A.1. Sejarah Singkat Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari induknya Kabupaten

Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang nomor 36 Tahun 2003

tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Berdagai di

Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) atas nama Presiden Republik Indonesia. Atas

dasar itu, disepakati bahwa tanggal 7 Januari ditetapkan sebagai Hari Jadi

Kabupaten Samosir sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor

28 Tahun 2005 tentang Hari Jadi Kabupaten Samosir.

Seiring dengan diresmikannya Kabupaten Samosir, melalui Keputusan

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 131.21.27 tanggal 6 Januari

2004 diangkat dan ditetapkan Penjabat Buppati Samosir atas nama Bapak Drs.

Wilmar Elyascher Simanjorang, M.Si yang dilantik pada tanggal 15 Januari 2004

di Medan oleh Gubernur Sumatera Utara.

Sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang ditetapkan Pemerintah

melalui proses demokrasi-ketatanegaraan, pada bulan Juni 2004 diadakan

(40)

dilanjutkan dengan Pemilihan Langsung Presiden dan Wakil Presiden. Sejalan

dengan tuntutan perkembangan era reformasi, UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah yang dipandang perlu mendapat perubahan dengan terbitnya

UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang salah satunya

antara lain menetapkan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih

dalam satu paket melalui pemilihan langsung. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan,

Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Kabupaten Samosir secara langsung oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Samosir, yakni terpilihnya Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol Sagala sebagai

Bupati dan Wakil Bupati Samosir periode 2005-2010 yang selanjutnya ditetapkan

berdasarkan Surat Keputusan Mendagri Nomor 131.22-740 tanggal 12 Agustus

2005. Kemudian pada tanggal 13 September 2005, Bupati dan Wakil Bupati

Kabupaten Samosir terpilih dilantik oleh Gubernur Sumatera Utara atas nama

Presiden Republik Indonesia dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten

Samosir.

A.2. Kondisi Alam

Luas wilayah Kabupaten Samosir secara keseluruhan mencapai 254.715

Ha, terdiri dari daratan seluas 144.455 Ha dan perairan danau seluas 110.260 Ha.

Luas dan batas perairan di kawasan Danau Toba, secara proporsional luas perairan

(41)

sewajarnyalah merupakan bahagian yang terluas dibandingkan dengan enam

kabupaten-kabupaten lainnya di sekeliling perairan Danau Toba.

Komposisi wilayah dan kemiringan posisi geografis Kabupaten Samosir

berada pada 2°24’ - 2°45’ Lintang Utara dan 98°21’ - 99°55’ Bujur Timur. Secara

administratif wilayah Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh kabupaten, yaitu di

sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun, di

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, di sebelah selatan

berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbahas dan di

sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat.

Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan, 6 kecamatan berada di Pulau

Samosir di tengah Danau Toba dan 3 kecamatan du daerah lingkar luar Danau

Toba tepat pada punggung pegunungan Bukit Barisan. Kabupaten Samosir

terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 700 s/d 1995 meter

di atas permukaan laut, dengan komposisi :

• 700m s/d 1.000 m dpl ± 10%

• 1.000 m s/d 1.500 m dpl ± 25%

• > 1.500 m dpl ± 65%

A.3. Pemerintahan

Kabupaten Samosir saat ini terdiri atas 9 kecamatan, yaitu Sianjur

Mulamula, Harian, Sitiotio, Onanrunggu, Nainggolan, Palipi, Ronggurnihuta,

(42)

Samosir tahun 2005 terdiri dari 9 kecamatan dengan 117 desa,kelurahan, yaitu

111 desa dan 6 kelurahan. Kecamatan Pangururan merupakan kecamatan dengan

jumlah desa/kelurahan terbanyak, yaitu 28 desa/kelurahan. Sedangkan Sitiotio

merupakan kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan yang paling sedikit, yaitu

hanya 6 desa.

Dari 117 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Samosir tahun 2005,

sekitar 86,32 persen merupakan desa/kelurahan swakarya, 7,70 persen

desa/kelurahan swadaya dan sisanya 5,98 persen merupakan desa/kelurahan

swasembada.

Jumlah anggota DPRD Kabupaten Samosir hasil pemilu tahun 2004

berjumlah 24 orang, terdiri dari 11 orang anggota fraksi Golongan Karya, dan 13

orang anggota fraksi Gabungan.

Jumlah keputusan DPRD Kabupaten Samosir yang ditetapkan tahun 2005

sebanyak 115 keputusan yang terdiri dari 26 peraturan daerah (perda), 40

keputusan DPRD, 23 keputusan panitia musyawarah, dan 26 keputusan lainnya.

Berdasarkan kegiatan DPRD, berupa sidang-sidang yang dilakukan, baik

sidang istimewa, paripurna, paripurna khusus, rapat komisi, rapat rutin dengan

komisi, dan lain-lain, tahun 2005 sebanyak 56 kegiatan sidang. Kegiatan panitia

khusus dan rapat paripurna merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan

oleh DPRD masing-masing 22 dan 12 kegiatan.

Berdasarkan data yang masuk dari dinas, kantor, badan dan instansi

(43)

2005 berjumlah 2.149 orang. Dari jumlah tersebut 43,83 persen merupakan

pegawai laki-laki dan 56,17 persen pegawai perempuan.

Berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan, 52,95 persen merupakan

PNS/CPNS tamatan SLTA, tamatan sarjana sebanyak 14,38 persen dan tamatan

diploma baik diploma I, II dan III sebanyak 27,83 persen.

Presentase PNS/CPNS yang menamatkan S2 masih sangat minim sekali di

Kabupaten Samosir, yaitu hanya 0,28 persen. Hal ini perlu mendapat perhatian

Pemerintah Kabupaten untuk meningkatkan sumber daya manusia dalam

menjalankan pemerintah daerah. Sementara pegawai yang tamat SD dan SLTP

masing-masing 2,28 persen dan 2,56 persen.

A.4. Visi dan Misi Kabupaten Samosir

Menyikapi perubahan dan perkembangan yang terjadi secara global,

seperti reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan, baik pada tingkat pusat

maupun daerah serta dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, maka pemerintah

Kabupaten Samosir harus mampu secara berkualitas, efisien dan efektif serta

transparan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk

memberikan gambaran serta wajah masa depan yang diidam-idamkan, yang akan

menentukan arah masa depan yang realistic dan terukur dan menjadi tujuan utama

yang diharapkan oleh seluruh stakeholders pembangunan Kabupaten Samosir,

(44)

1. Visi

Berdasarkan Perda Kabupaten Samosir Nomor 4 Tahun 2011, tentang

RPJMD 2011-2015, telah ditetapkan visi Kabupaten Samosir yakni :

“Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan yang Inovatif 2015”

Visi tersebut mengandung makna sebagai berikut :

a) Wisata lingkungan mempunyai makna bahwa pariwisata yang

mempertimbangkan dampak social ekonomi dan lingkungan di

masa kini dan masa mendatang dengan memperhatikan kebutuhan

pengunjung (wisatawan), industri pariwisata, lingkungan sekitar

dan masyarakat tuan rumah (lokal). Arah pengembangan destinasi

pariwisata lingkungan adalah pariwisata berkelanjutan yaitu

terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup

melalui pengaturan, penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan

pemeliharaan sumber daya alam dan budaya secara ekologis

sekaligus layak secara ekonomi juga adil secara etika dan social

terhadap masyarakat.Potensi wisata alam dan budaya Kabupaten

Samosir akan lestari dengan kegiatan konservasi lingkungan,

sebagai asal muasal bagi semua etnis Batak di dunia yang

merupakan wilayah hasil letusan vulkanik tertua dan terbesar di

dunia, kaya akan seni dan budaya, situs/artefak sejarah, panorama

yang indah dan iklim yang sejuk merupakan potensi yang sangat

(45)

memungkinkan karena Kabupaten Samosir memiliki daya tarik

pariwisata yang luar biasa seperti potensi dalam kegiatan olahraga

tantangan di darat (sepeda gunung, panjat tebing, paralayang,

motor cross, rally mobil, cross country, berkuda, berburu,

agrowisata dll) maupun di danau/bahari (selancar air, jet ski,

dayung, menyelam, berenang, memancing, polo air, voli air dll)

seraya menikmati berbagai pagelaran seni dan budaya.

b) Inovatif mengandung makna bahwa Kabupaten Samosir akan

berkreasi, mau dan dapat mengadakan pembaharuan sesuai

tantangan, untuk menggali dan memperkenalkan hal-hal yang baru

akan seni budaya, situs/artefak sejarah etnis Batak maupun

kawasan wisata rekreasi yang berbasis lingkungan.

2. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi dimaksud, maka ditetapkan misi

pembangunan Kabupaten Samosir 2011-2015 adalah sebagai berikut :

a) Memantapkan Good Governence dengan dukungan SDM yang

berkualitas serta prasarana dan sarana yang memadai dan

berstandart.

b) Mengembangkan ekonomi kerakyatan untuk peningkatan

kesejahteraan rakyat dengan pengelolaan Sumber Daya Alam

(46)

c) Meningkatkan infrastrukturr dan konservasi alam yang handal

berdasarkan tata ruang yang mantap untuk mendukung industri

pariwisata berbasis lingkungan dan budaya.

d) Meningkatkan kondusifitas daerah dengan mendorong pelaksanaan

demokrasi dan penegakan hukum.

e) Mengembangkan jejaring yang sinergis kepada semua pihak.

Itulah visi dan misi Kabupaten Samosir yang harus dilaksanakan dan

dicapai oleh siapapun yang memenangkan pilkada Kabupaten Samosir tahun

2010. Seluruh pasangan calon juga harus menyesuaikan visi dan misi mereka

dengan visi dan misi Kabupaten Samosir agar siapapun calon pasangan yang

terpilih bisa menjalankan dengan baik roda pemerintahan.

A.5. Kondisi Masyarakat

A.5.1 Penduduk

Kabupaten Samosir dengan luas daratan 1.444,25 km2 didiami oleh

penduduk sebanyak 132.023 jiwa, yaitu terdiri dari 65.023 jiwa penduduk

laki-laki dan 67.000 jiwa penduduk perempuan dengan angka kepadatan penduduk

sebesar 91,41 jiwa/km2 dan rasio jenis kelamin sebesar 97,05, tinggal di dalam

rumah tangga sebanyak 31.768 rumah tangga dengan rata-rata penduduk tiap

rumah tangga sebesar 4,16 jiwa/rumah tangga. Penduduk tersebut tersebar di 9

(47)

Berdasarkan penyebaran penduduk, Kecamatan Pangururan sebagai

ibukota Kabupaten Samosir mempunyai jumlah penduduk dan rumah tangga

terbesar dibandingkan dengan kecamatan lainnya dengan angka kepadatan

penduduk mencapai 248,52 jiwa/km2 dan rata-rata penduduk tiap rumah tangga

adalah 4,27 jiwa/rumah tangga, sedangkan jumlah penduduk dan rumah tangga

yang paling kecil terdapat di kecamatan Harian dengan angka kepadatan

penduduk sebesar 12,24 jiwa/km2 dan rata-rata penduduk tiap rumah tangga

adalah 3,44 jiwa/rumah tangga.

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Samosir tahun 2009, yaitu mereka

yang mempunyai jumlah pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis

kemiskinan penduduk Kabupaten Samosir tahun 2009 adalah sebanyak 22,85 ribu

jiwa atau 17,31 persen, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun

2008 yaitu 24,44 ribu jiwa atau 18,76 persen.

Tabel 1

Luas Wilayah, Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

Kecamatan Luas Wilayah

(km2)

Penduduk (jiwa)

Kepadatan (jiwa/km2)

Sianjur Mulamula 140,24 11.138 79,42

Harian 560,45 6.859 12,24

Sitiotio 50,76 8.780 172,97

Onanrunggu 60,89 12.768 209,69

Nainggolan 87,86 13.350 151,95

Palipi 129,55 18.963 146,38

Ronggurnihuta 94,87 10.003 105,44

Pangururan 121,43 30.178 248,52

Simanindo 198,20 19.984 100,83

JUMLAH 1.444,25 132.023 91,41

(48)

A.5.2. Pendidikan

Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia melalui jalur

pendidikan yang lebih difokuskan pada pemberian kesempatan seluas-luasnya

kepada masyarakat untuk mengecap pendidikan terutama penduduk pada

kelompok usia 7-24 tahun, Pemerintah Kabupaten Samosir setiap tahun berupaya

melaksanakan pembangunan sektor pendidikan melalu berbagai program,

misalnya penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah, peningkatan

jumlah/mutu guru yang dibutuhkan, dan lain-lain, pada semua jenjang sekolah

yang ada.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009

penduduk Kabupaten Samosir berusia 7-12 tahun yang masih sekolah adalah

sebanyak 99,28 persen, berusia 13-15 tahun yang masih sekolah sebanyak 97,54

persen, berusia 16-18 tahun yang masih sekolah 77,28 persen, dan 19-24 tahun

yang masih sekolah 7,59 persen.

Sementara itu penduduk berusia 10 tahun ke atas yang buta huruf ada

sebesar 2,95 persen, menurun dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebesar 3,24

persen.

B. PROFIL PASANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON DAN IR. MANGADAP SINAGA

Untuk pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010, pasangan Ir. Mangindar

(49)

yang ikut dalam pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010. Ir. Mangindar Simbolon

yang lahir di Rianiate pada tanggal 21 Juni 1957, bertempat tinggal di Jl. Danau

Toba, No. 3, Pangururan. Ir. Mangindar Simbolon memiliki istri bernama Roma

Arta Sitinjak dan memiliki 4(empat) orang anak. Ir. Mangindar Simbolon pernah

menyelesaikan pendidikan SD Negeri I Rianiate, lulus tahun 1970. Lalu

melanjutkan ke SMP Negeri I Rianiate, lulus tahun 1973. Kemudian melanjutkan

lagi ke SMA Negeri I Pangururuan, lulus tahun 1976 dan memiliki prestasi

sebagai pelajar teladan tingkat SLTA se – Kabupaten Tapanuli Utara tahun 1976.

Setelah menyelesaikan pendidikan SLTA, Ir. Mangindar Simbolon melanjutkan

pendidikan tingkat Strata 1(satu) nya di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Bogor (IPB) melalui Proyek Perintis II Depdikbud/tanpa testing tahun 1977 dan

kemudian lulus tahun 1981. Ir. Mangindar Simbolon kemudian melanjutkan

pendidikan tingkat Strata 2(dua) di Program Magister Manajemen Universitas

Sumatera Utara (USU) tahun 2002-2004.

Ir. Mangindar Simblon juga pernah mengikuti beberapa Pendidikan dan

Latihan (Diklat) teknis dan penjenjangan struktural, yaitu kursus AMDAL di USU

tahun 1982, Training Persemaian Kehutanan di Sumatera Selatan tahun 1982,

kursus Orientasi Hukum Acara Pidana/KUHP bagi Pegawai Negeri Sipil di Polda

Sumatera Utara tahun 1982, Plantation Management Training Course di Filipina

tahun 1985, Penataan Hukum Peradilan Tata Usaha Negara (Peratun) Departemen

Hukum Tata Usaha Negara (Dephut) dan Mahkamah Agung tahun 1991, Forest

(50)

Perjenjangan Sepala Dephut-LAN tahun 1992, penatara proses penyidikan tindak

pidana oleh PPNS Dephut-Polri tahun 1994, Diklat Penyuluhan

Perundang-undangan Dephut tahun 1994, Diklat Penyuluhan SPAMA DDN-LAN tahun

1996, dan Diklat Kepemimpinan Tingkat II/SPAMEN LAN RI tahun 2001.

Ir. Mangindar Simbolon juga memiliki riwayat tugas kepanitiaan dan

sosial kemasyarakatan, diantaranya menjadi Ketua Panitia Pelaksana Hari Pangan

Sedunia Tingkat Provinsi Sumatera Utara di Tarutung tahun 1990, Wakil Ketua

Pengurus Cabang Persatuan Olah Raga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI)

Kabupaten Tapanuli Utara tahun 1991-1996, Kepala Sub Unit Korpri Instansi

Vertikal/Provinsi di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 1991-1993, Wakil Ketua

Pengurus Cabang Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) di Kabupaten

Tapanuli Utara, tahun 1991-1993, Wakil Ketua Organisasi Radio Amatir

(ORARI) Tapanuli Utara-Toba Samosir tahun 1993-sekarang, Ketua Pengurus

Cabang Persatuan Olah Raga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Kabupaten

Toba Samosir tahun 2001-sekarang, Ketua Panitia Pelaksana Lokal Kabupaten

Toba Samosir Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Dayung di Kecamatan Simanindo

Tahun 2001, Ketua Panitia Pelaksana Latihan Integrasi Taruna Dewasa

(Latsitarda) Nusantara XXIII Satuan Pelaksana Elang Kabupaten Toba Samosir

tahun 2002, Penasehat Pengurus Lokal Radio Antara Penduduk Indonesia (RAPI)

Toba Samosir tahun 2003-sekarang.

Adapun pengalaman tugas/kunjungan ke luar negeri Ir. Mangindar

(51)

ASEAN-New Zealand di Filipina tahun 1985, mendampingi rombongan

“Solubolon” PODSI Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara ke Malaysia tahun

1995 dan 1996, dan melaksanakan Study Excursion program MM-USU ke

Malaysia dan Singapura tahun 2002.

Sementara itu, Ir. Mangadap Sinaga lahir di Simanampang tanggal 15

Februari 1962, tinggal di Komplek Taman Setia Budi Indah blok EE No. 12

Medan. Ir. Mangadap Sinaga memiliki istri Megawati Simbolon dan memiliki

2(dua) orang anak. Ir. Mangadap Sinaga memiliki pekerjaan sebagai

Administratur Kebun Kalianta Satu PT. Padasa Enam Utama.

Ir. Mangadap Sinaga menyelesaikan pendidikan SD di SDN 2 Urat di

Sinaga Uruk, lulus tahun 1975, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri Palipu

Mogang lulus tahun 1979, melanjutkan kembali ke SMA Negeri I Pangururan

lulus tahun 1982 dan menyelesaikan pendidikan strata 1 di Fakultas Pertanian

USU lulus tahun 1988.

Pengalaman organisasi yang dimiliki oleh Ir. Mangadap Sinaga adalah

menjadi anggota Perhimpunan Mahasiswa Katolik Seluruh Indonesia tahun 1984.

Ir. Mangadap Sinaga memiliki pengalaman kerja yaitu menjadi kepala

kebun di Perkebunan Astra Agro Niaga tahun 1990-1997, kepala proyek di PT.

London Sumatera Internasional tahun 1997, estate manager di PT. Triteknik

Kalimantan Abadi Tahun 1998, kepala bagian tanaman di PT. First Mujur

Plantation and Industry tahun 1999-2006 dan Administratur di PT. Padasa Enam

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4

Referensi

Dokumen terkait

Responden adalah pedagang pengumpul yag dimintai informasi mengenai saluran tataniaga dan marjin tataniaga serta informasi lain yang berguna untuk mendukung

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menganalisa tegangan lekat antara beton campuran air laut, pasir laut dengan dan tanpa penambahan serat baja..

Dengan sendirinya, paradigma baru dalam Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional harus mengacu pada pendidikan multikultural yaitu adanya kebudayaan beragam dalam

 DP ke-2 minimal 30% ketika Hari pemotretan (DP yang sudah diberikan tidak bisa dikembalikan apabila costumer membatalkan, bila terjadi perubahan jadwal, minimal konfirmasi

Perawat yang bertugas akan melakukan skrining risiko jatuh kepada setiap pasien dengan menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh Harian”.. Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang

Unit analisis yang digunakan adalah komunikasi personal berupa persepsi dan motivasi, dinamika kelompok berupa peranan, kekompakan dan kepemimpinan dalam program

Retak awal yang terjadi pada balok adalah retak geser (retak halus) yang terjadi pada daerah bentang geser. Seiring dengan penambahan beban, retak halus merambat

Kemalangan Industri yang Dilaporkan kepada JTK dan Pertubuhan Keselamatan Sosial PERKESO mengikut industri, 2012 MSIC 2008 Jenis jentera mengikut kerja binaan Perbandingan