Strategi Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap
Sinaga dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir
Tahun 2010-2015
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
DISUSUN OLEH :
ALBERT SAMREY MARULI SINURAT 090906036
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
NAMA : ALBERT SAMREY MARULI SINURAT (090906036)
STRATEGI PEMENANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON DAN IR. MANGADAP SINAGA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010-2015
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba menguraikan mengenai peranan marketing politik dalam era demokrasi. marketing politik merupakan metode dan konsep aplikasi marketing dalam konteks politik. Pada intinya marketing politik adalah segala cara yang dipakai dalam dalam kampanye politik dalam rangka mempengaruhi pilihan dari para pemilih. Marketing politik berperan besar dalam sebuah arena pilkada. Melalui marketing politik para kandidat kepala daerah melalui tim pemenangannya berusaha meyakinkan para pemilih dengan menawarkan produk politik yang sesuai dengan keinginan para pemilih tersebut. Produk politik yang ditawarkan antara lain adalah atribut kandidat sebagai latar belakang kandidat, program kerja, ideologi, dan lain sebagainya. Melalui strategi marketing politik tersebut kandidat kepala daerah dapat memasarkan ide dan gagasan politik secara maksimal kepada masyarakat. Dalam penelitian ini nantinya akan menjelaskan mengenai strategi marketing politik yang dijalankan oleh tim pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga dalam pilkada Kabupaten Samosir Tahun 2010, sehingga pada akhirnya pasangan kandidat tersebut meraih suara mayoritas sekaligus keluar sebagai pemenang dalam pilkada tersebut.
Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori branding dan positioning untuk melihat usaha-usaha pendekatan yang dilakukan oleh tim pemenangan pasangan kandidat untuk mendapatkan tempat di hati para pemilih. Selain itu teori marketing politik yang digunakan untuk melihat penawaran-penawaran yang dilakukan tim pemenangan kandidat dalam memasarkan produk politik kepada masyarakat yang berperan sebagai pemilih.
UNIVERSITY SUMATERA UTARA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE
NAME : ALBERT SAMREY MARULI SINURAT (090906036)
STRATEGY WINNING IR. MANGINDAR SIMBOLON AND IR. MANGADAP SINAGA IN SELECTING THE HEAD OF REGENCY SAMOSIR YEAR 2010-2015
ABSTRACT
This study tried to describe the role of political marketing in the era of democracy. Political marketing is a method and concept of marketing applications in a political context. At the core of political marketing are all means used in the political campaigns in order to influence the choice of the voters. Marketing plays a major role in a political election arena. Through political marketing regional head candidates through pemenangannya team tried to convince voters by offering a political product that fits the wishes of the voters. Political products offered include the attributes of the candidate as a candidate background, work programs, ideology, and so forth. Through the political marketing strategy for regional head candidates can market new ideas and politics optimally to society. In this research will explain about the political marketing strategy which is run by the winning team mate Ir. Mangindar Simbolon - Ir. Mangadap Sinaga in Samosir local elections in 2010, so in the end the pair candidate won a majority at the same time come out as the winner in the election.
The theory is used to explain the problems is the theory of branding and positioning efforts to see the approach taken by the winning team mate candidate for a place in the hearts of the voters. Besides political marketing theory used to see offers made by the team winning political candidates in marketing products to the public that acts as selector.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas
segala kasih dan karunianya yang selalu member kesehatan dan hikmat kepada
penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini
berjudul : Strategi Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga
dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2010-2015. Skripsi
ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata
Satu (S1) Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilm Politik
Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan, bantuan, bimbingan, serta saran selama penulis
menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1) Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2) Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3) Bapak DR. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku dosen pembimbing
skripsi saya, yang begitu banyak member masukan dan gagasan-gagasan
gagasan, komentar, dukungan, nasihat, kesabaran dan waktu yang telah
bapak curahkan untuk saya.
4) Seluruh dosen-dosen yang ada di Departemen Ilmu Politik. Terimakasih
untuk semua ilmu yang telah Bapak dan Ibu ajarkan kepada kami selama
menuntut ilmu di FISIP USU.
5) Teristimewa saya sampaikan terimakasih kepada kedua orangtuaku Bapak
S. Sinurat dan Ibu R. Br. Siregar yang sangat berarti bagiku. Terimakasih
telah begitu banyak mendukung, mendoakan dan selalu memotivasi
hingga saat ini. Doa dan pengharapan kalian senantiasa mengiringi dan
menyertai saya dalam menjalani kehidupan ini.
6) Buat saudaraku ( Frizco Sinurat) dan saudariku (Reysa Sinurat) yang
selalu mendoakan dan mendukungku, terimakasih buat dukungan dan
doanya.
7) Saya juga mengucapkan terimakasih kepada narasumber saya dalam
penelitian ini, khususnya Bapak Manusun Sitanggang sebagai Ketua Tim
Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga. Terima
kasih sudah membantu dalam menyelesaikan skripsi saya.
8) Kepada Bang Marco Simbolon S. Sos. yang sudah banyak membantu saya
selama mengumpulkan data-data yang berkaitan kepada penelitian ini.
Terimakasi buat waktu dan pengorbanannya.
9) Kepada Bastian Tumpal Sianipar yang sudah banyak membantu baik
10)Seluruh teman-teman di Departemen Ilmu politik angkatan ’09 yang tidak
dapat disebutkan satu persatu oleh penulis. Penulis banyak mendapatkan
pengalaman selama perkuliahan yang dapat diartikan sebagai
persahabatan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skipsi ini masih banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Akhir kata penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Desember 2014
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi... vi
Daftar Tabel ... ix
BAB I: PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penilitian ... 11
E. Kerangka Teori ... 11
E.1. Pemasaran Politik (Marketing Politik) ... 11
E.2. Branding dan Positioning Politik ... 13
E. 3. Positioning ... 15
F. Kerangka Konsep ... 22
G. Metode Penelitian ... 23
G.1. Jenis Penelitian ... 23
G.2. Lokasi Penelitian ... 24
G.3. Teknik Pengumpulan Data ... 24
H. Analisa Data ... 24
BAB II: PROFIL KABUPATEN SAMOSIR DAN PROFIL PASANGAN IR.
MANGINDAR SIMBOLON – IR. MANGADAP SINAGA ... 27
A. Gambaran Umum Kabupaten Samosir ... 27
A.1. Sejarah Singkat Kabupaten Samosir ... 27
A.2. Kondisi Alam ... 28
A.3 Pemerintahan ... 29
A.4. Visi dan Misi Kabupaten Samosir... 31
A.5. Kondisi Masyarakat ... 34
A.5.1. Penduduk ... 34
A.5.2. Pendidikan ... 36
B. Profil Pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga ... 36
C. Visi dan Misi Pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga.. . 40
D. Kampanye Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2010 ... 42
E. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2010 ... 44
F. Hasil Rekapitulasi Pilkada Kabupaten Samosir Tahun 2010 ... 45
BAB III: BRANDING DAN POSITIONING IR. MANGINDAR SIMBOLON DAN IR. MANGADAP SINAGA ... 48
A. Branding Pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga ... 48
B. Positioning Pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga... 57
C. Komunikasi Politik Tim Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga ... 60
D. Respon Masyarakat Kabupaten Samosir Terhadap Branding dan Positioning Pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga ... 63
BAB IV: PENUTUP ... 67
B. Implikasi Teoritis ... 69
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan ... 35
Tabel 2. Jadwal Kampanye Pemilihan Kepala Daerah ... 43
Tabel 3. Rekapitulasi Jumlah Pemilih dan TPS Pemilihan Kepala Daerah ... 45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
NAMA : ALBERT SAMREY MARULI SINURAT (090906036)
STRATEGI PEMENANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON DAN IR. MANGADAP SINAGA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010-2015
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba menguraikan mengenai peranan marketing politik dalam era demokrasi. marketing politik merupakan metode dan konsep aplikasi marketing dalam konteks politik. Pada intinya marketing politik adalah segala cara yang dipakai dalam dalam kampanye politik dalam rangka mempengaruhi pilihan dari para pemilih. Marketing politik berperan besar dalam sebuah arena pilkada. Melalui marketing politik para kandidat kepala daerah melalui tim pemenangannya berusaha meyakinkan para pemilih dengan menawarkan produk politik yang sesuai dengan keinginan para pemilih tersebut. Produk politik yang ditawarkan antara lain adalah atribut kandidat sebagai latar belakang kandidat, program kerja, ideologi, dan lain sebagainya. Melalui strategi marketing politik tersebut kandidat kepala daerah dapat memasarkan ide dan gagasan politik secara maksimal kepada masyarakat. Dalam penelitian ini nantinya akan menjelaskan mengenai strategi marketing politik yang dijalankan oleh tim pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga dalam pilkada Kabupaten Samosir Tahun 2010, sehingga pada akhirnya pasangan kandidat tersebut meraih suara mayoritas sekaligus keluar sebagai pemenang dalam pilkada tersebut.
Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori branding dan positioning untuk melihat usaha-usaha pendekatan yang dilakukan oleh tim pemenangan pasangan kandidat untuk mendapatkan tempat di hati para pemilih. Selain itu teori marketing politik yang digunakan untuk melihat penawaran-penawaran yang dilakukan tim pemenangan kandidat dalam memasarkan produk politik kepada masyarakat yang berperan sebagai pemilih.
UNIVERSITY SUMATERA UTARA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE
NAME : ALBERT SAMREY MARULI SINURAT (090906036)
STRATEGY WINNING IR. MANGINDAR SIMBOLON AND IR. MANGADAP SINAGA IN SELECTING THE HEAD OF REGENCY SAMOSIR YEAR 2010-2015
ABSTRACT
This study tried to describe the role of political marketing in the era of democracy. Political marketing is a method and concept of marketing applications in a political context. At the core of political marketing are all means used in the political campaigns in order to influence the choice of the voters. Marketing plays a major role in a political election arena. Through political marketing regional head candidates through pemenangannya team tried to convince voters by offering a political product that fits the wishes of the voters. Political products offered include the attributes of the candidate as a candidate background, work programs, ideology, and so forth. Through the political marketing strategy for regional head candidates can market new ideas and politics optimally to society. In this research will explain about the political marketing strategy which is run by the winning team mate Ir. Mangindar Simbolon - Ir. Mangadap Sinaga in Samosir local elections in 2010, so in the end the pair candidate won a majority at the same time come out as the winner in the election.
The theory is used to explain the problems is the theory of branding and positioning efforts to see the approach taken by the winning team mate candidate for a place in the hearts of the voters. Besides political marketing theory used to see offers made by the team winning political candidates in marketing products to the public that acts as selector.
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesa pada tahun 1998 merupakan
suatu gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan,
terutama perbaikan tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan
sosial. Agenda reformasi itu sendiri menuntut beberapa hal, diantaranya adalah
pencabutan mandat Soeharto sebagai presiden, penghapusan dwifungsi
TNI/ABRI, pemberantasan KKN, dan pelaksanaan otonomi daerah yang
seluas-luasnya.
Seiring jatuhnya pemerintahan Soeharto, untuk menciptakan suatu tatanan
Indonesia yang baru maka ditetapkanlah undang-undang No. 22 Tahun 1999
tentang otonomi daerah yang kemudian menimbulkan perubahan pada
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Perubahaannya tidak hanya mengenai
penyelenggaran pemerintahan daerah, tetapi juga hubungan antara pemerintah
pusat dengan daerah. Sebelumnya hubungan antara pemerintah pusat dan daerah
bersifat sentralistis. Namun setelah undang-undang ini diberlakukan, hubungan
antara pemerintah pusat dan daerah bersifat desentralis. Dimana dalam
undang-undang tersebut disebutkan pemerintah daerah terdiri dari kepala daerah dan
sebagai badan legislatif pemerintah daerah untuk mengawasi jalannya
pemerintahan.1
Menurut Joseph Riwu Kabo, ada beberapa alasan mengapa pemerintah
pusat perlu melaksanakan desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah
yaitu : (1) dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi
dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang
pada akhirnya akan menimbulkan tirani, (2) dalam bidang politik,
penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai tindakan pendemokrasian, untuk
menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam
mempergunakan hak-hak demokrasi, (3) dari sudut teknik organisatoris
pemerintahan, alasan mengadakan pemerintahan daerah (desentralisasi) adalah
semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Apa yang
dianggap lebih utama untuk diurus pemerintah setempat, pegurusnya diserahkan
kepada daerah, (4) dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya
perhatian dapat sepenuhnya ditumpukan kepada kekhususan suatu daerah, seperti
geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar
belakang sejarahnya, (5) dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi,
desentralisasi diperlukan karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara
langsung membantu pembangunan tersebut.2
1
Koirudin. 2005. Sketsa Kebijakan Desentralisasi di Indonesia: Format Masa Depan Otonomi Menuju
Kemandirian Daerah. Averos Press. Malang. hal. 75 2
Bambang Yudhoyono. 2001. Otonomi Daerah: Desentralisasi dan Pembangunan SDM Aparatur Pemda
Kenyataan ini sejalan dengan pengertian bahwa desentralisasi adalah
transfer kekuasaan politik tidak hanya terbatas pada pendelegasian sebagai
otoritas pusat kepada daerah secara administratif. Pilkada langsung menjadi isu
sentral dalam diskursus politik nasional dan dipandang sebagai bagian dari
perwujudan otonomi daerah. Pelaksanaannya menjadi momentum yang sangat
penting bagi proses demokratisasi politik di tingkat lokal. Rakyat dan lembaga
daerah akan terlibat langsung dalam mengelola pilkada nantinya. Perubahan
sistem pemilihan juga telah membawa perubahan hubungan tata pemerintahan
antar pusat dan daerah. Pendelegasian kekuasaan dari pusat ke daerah tidak lagi
terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah bergeser ke arah
yang lebih maju yaitu kewenangan politik. Pemimpin daerah tidak lagi menjadi
pemimpin yang bersifat administratif perwakilan pemerintah pusat di daerah
tetapi juga pemimpin politik di daerah karena dipilih dan mendapatkan legitimasi
yang kuat dari rakyat.3
Sejak masa Demokrasi Terpimpin hingga Orde Baru, pemerintah
cenderung menerapkan sentralisasi kekuasaan. Dengan alasan demi pembangunan
untuk mewujudkan terciptanya stabilitas nasional. Penyelenggaran pemerintah
dan pelaksanaan pembangunan pun kemudian dikendalikan secara terpusat, yang
mengakibatkan ketergantungan daerah terhadap pusat sangat besar. Pemilihan
Langsung Kepala Daerah (Pilkada) adalah langkah dalam proses demokratisasi
lokal di Indonesia. Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah merupakan
3
perwujudan pengembalian hak-hak dasar rakyat dalam memilih pemimpin mereka
di daerah, yang secara langsung diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan petunjuk pelaksanaannya tertuang dalam
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pemilihan,
Pengesahaan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah.
Gagasan otonomi daerah melekat pada pelaksanaan UU No.32 Tahun
2004 mengenai pemerintahan daerah yang sangat berkaitan dengan demokratisasi
kehidupan politik dan pemerintahan baik tingkat lokal maupun tingkat nasional.
Agar demokrasi bisa terwujud maka daerah harus memiliki kewenangan yang las
dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.4 Sehingga muncul
konsep pembaruan kabupaten yang dirumuskan sebagai transformasi kabupaten
yang hendak menegaskan bahwa pembaruan bermakna sebagai tidak lagi bekerja
dengan skema dan watak yang lama, melainkan telah bekerja dengan skema dan
watak yang baru. Proses pembaruan haruslah dapat memberikan kepastian bahwa
nasib rakyat akan berubah menjadi yang lebih baik lagi. Pembaruan kabupaten
juga berarti “perombakan” menyeluruh yang dimulai dari paradigma seluruh
elemen yang ada atau mengorganisir seluruh sumber daya yang ada agar
mengabdi pada kepentingan masyarakat.5
Otonomi daerah memberikan kewenangan yang lebih banyak kepada
pemerintah daerah untuk mengatur dan mengelola daerahnya. Dasar dari
pengalihan dan wewenang atas urusan-urusan yang sebelumnya menjadi
4
Dadang Juliantara. 2004. Pembaruan Kabupaten. Yogyakarta: Pembaruan. hal. ix-x
5
wewenang pemerintah pusat, yang kemudian diberikan langsung ke pemerintah
daerah adalah bahwa pemerintah daerah dianggap lebih dekat dengan rakyatnya
sehingga dianggap lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh masyarakat daerah dan
tahu bagaimana cara yang lebih tepat mengelola daerah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Pelaksanaan otonomi daerah ini
menggambarkan perubahan sistem dari yang semula sentralisasi menjadi sistem
desentralisasi. Pada era Orde Baru, segala urusan pemerintahan begitu terpusat
sehingga daerah hanya sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat. Hal ini
mematikan kreatifitas dari pemerintah daerah, padahal pemerintah daerah yang
lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh daerahnya.
Dalam rangka pembagian kekuasaan negara (secara vertikal) dibentuk
daerah-daerah yang bersifat otonom dengan bentuk dan susunan pemerintahannya
yang diatur dalam undang-undang. Sehingga pemerintah pusat menyelenggarakan
pemerintahan nasional dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemerintahan
daerah, pembagian kekuasaan di daerah itu disebut dengan desentralisasi yang
dipahami sebagai penyerahan wewenang politik dan perundang-undangan untuk
perencanaan, pengambilan keputusan dan manajemen pemerintah (pusat) kepada
unit-unit sub nasional (daerah/wilayah) administrasi negara atau kepada
kelompok-kelompok fungsional atau ornganisasi non-pemerintahan swasta.6
6
Bambang Yudhoyono. 2001. Otonomi Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. hal. 20
peulang bagi warga negara untuk lebih mampu menyumbangkan daya
kreatifitasnya.7
Dalam penelitian political marketing dalam pilkada ini, penulis
mengambil studi terhadap pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari induknya Kabupaten
Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2003
tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Berdagai di
Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh
Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia. Kabupaten
Samosir diresmika pada tanggal 7 Januari 2004, dan Bupati yang menjabat saat
itu, Drs. Wilmar Elyascher Simanjorang, ditunjuk langsung oleh Menteri Dalam
Negeri untuk menjadi pelaksana tugas, karena belum ada Undang-Undang yang
mengatur tentang Kepala Daerah. Namun, karena adanya Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2005, tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka pada tanggal 27
Juni 2005 diselenggarakan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Kabupaten Samosir secara langsung oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Samosir. Hasil dari pemilihan kepala daerah Kabupaten Samosir tersebut, maka
terpilih lah pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol Sagala sebagai
pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih pertama Kabupaten Samosir untuk
periode 2005-2010.
7
Mangadap Sinaga dalam pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010. Pemilihan
langsung Bupati dan Wakil Bupati pada 9 Juni 2010 ini diikuti oleh tujuh
pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati yaitu pasangan Alusdin Sinaga dan Togu
Harlen Lumban Raja, pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap
Sinaga, pasangan Bachtiar Sitanggang dan Jeremias Sinaga, pasangan Jabungka
Situmorang dan R.E Siboro, pasangan Rimso Sinaga dan Anser Naibaho,
pasangan Martua Sitanggang dan Mangiring Tamba, dan pasangan terkahir Ober
Sihol Sagala dan Tigor Simbolon. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Samosir ini berhasil dimenangkan oleh pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir.
Mangadap Sinaga dengan perolehan suara 36,81% dari total suara pemilih yang
melaksanakan hak pilihnya.
Pada masa jabatan periode tahun 2005-2010, bupati dan wakil bupati
terpilih yang menjabat saat itu adalah Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol
Sagala. Namun, untuk periode masa jabatan tahun 2010-2015, Ir. Mangindar
Simbolon dan Ober Sihol Sagala tidak lagi mencalonkan kembali sebagai
pasangan bupati dan wakil bupati, namun mencalonkan untuk menjadi bupati
Kabupaten Samosir. Dengan kata lain, pasangan Bupati dan Wakil Bupati
Samosir terpilih tahun 2005-2010 akan bersaing menjadi Bupati Samosir pada
masa jabatan 2010-2015.
Perolehan suara pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga
yang unggul di lima kecamatan dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten
Mangadap Sinaga adalah pemenang. Namun, yang menarik disini adalah
perolehan suara pasangan Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon, dimana suara
mereka adalah suara terbanyak kedua, yaitu 32% dan unggul di dua kecamatan
dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir. Meskipun hanya unggul di
dua kecamatan, tapi di lima kecamatan lainnya, perolehan suara pasangan Ober
Sihol Sagala – Tigor Simbolon tidak terlalu jauh dari pasangan Ir. Mangindar
Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga.
Kemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga
merupakan sesuatu hal yang wajar dilihat dari profil pasangan ini yang memiliki
kesamaan baik dari segi etnis, agama maupun kontribusi yang pernah diberikan Ir.
Mangindar Simbolon di Kabupaten Samosir, yaitu menjadi bupati pada periode
masa jabatan tahun 2005-2010. Namun perolehan suara pasangan Ober Sihol
Sagala – Tigor Simbolon patut diperhitungkan, karena meraih suara terbanyak
kedua yang tidak terlalu jauh dari perolehan suara pasangan Ir. Mangindar
Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga, dimana Ober Sihol Sagala juga memiliki
kesamaan etnis, agama dan kontribusi di Kabupaten Samosir, yaitu sebagai wakil
bupati pada masa jabatan 2005-2010.
Setelah melakukan pra penelitian penulis menyimpulkan asumsi dasar
yang menyebabkan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga
menang di pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010 adalah disebabkan kesamaan
dari segi etnis dan agama serta kontribusi Ir. Mangindar Simbolon yang diberikan
2005-2010. Begitu juga dengan pasangan Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon yang
memperoleh suara terbanyak kedua, juga tidak terlepas dari pengaruh kesamaan
etnis dan agama, serta kontribusinya sebagai wakil bupati Kabupaten Samosir
tahun 2005-2010.
Penulis ingin melihat bagaimana pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir.
Mangadap Sinaga membangun strategi untuk mempengaruhi suara pemilih
sehingga berhasil memenangkan Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, ini menjadi kajian yang
menarik bagi penulis untuk meneliti mengenai Strategi Pemenangan Ir.
Mangindar Simbolon - Ir. Mangadap Sinaga dalam Pilkada Kabupaten Samosir
tahun 2010.
B. PERUMUSAN MASALAH
Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010 diikuti oleh tujuh pasangan yang
bersaing untuk memenangkan pemilu. Pasangan calon nomor urut satu adalah
Alusdin Sinaga – Togu Harlen Lbn.Raja yang meraih 1.418 suara. Pasangan calon
nomor urut dua adalah Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga, meraih
23.516 suara. Pasangan calon nomor urut tiga adalah Bachtiar Sitanggang –
Jeremias Sinaga, meraih 3.197 suara. Pasangan calon nomor urut empat adalah
Jabukka Situmorang – R.E. Siboro, meraih 478 suara. Pasangan calon nomor urut
lima adalah Rimso Maruli Sinaga – Anser Naibaho, meraih 6.559 suara. Pasangan
8.628 suara. Pasangan calon nomor urut tujuh adalah Ober Sihol Sagala – Tigor
Simbolon, meraih 20.443 suara.
Jika ditinjau dari hasil suara yang diperoleh dari masing-masing pasangan
calon, pasangan calon nomor urut dua meraih suara terbanyak dengan 23.516
suara, kemudian diikuti oleh pasangan nomor urut tujuh meraih 20.443 suara.
Pasangan calon nomor urut dua adalah Ir. Mangindar Simbolon adalahh bupati
terpilih untuk 2005-2010. Sedangkan pasangan calon nomor urut tujuh adalah
Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon, dimana Ober Sihol Sagala adalah wakil
bupati terpilih untuk periode 2005-2010 mendampingi Ir. Mangindar Simbolon.
Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan, penulis
ingin melihat bagaimana strategi yang diterapkan oleh Ir. Mangindar Simbolon –
Ir. Mangadap Sinaga dalam memenangkan Pilkada Kabupaten Samosir tahun
2010?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan strategi pemenangan pasangan
Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Snaga pada Pilkada Kabupaten
Samosir tahun 2010.
2. Mengeksplorasi bagaimana berhasilnya strategi yang ditawarkan oleh
pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga kepada
masyarakat sehingga pasangan tersebut bisa memenangkan Pilkada
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1) Secara teoritis, penelitian ini sebagai salah satu kajian ilmu politik dan
sangat erat dengan partai politik dan diharapkan mampu memberikan
kontribusi pemikian konsep-konsep dalam pengembangan strategi
pemenangan.
2) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi
para individu yang berkeinginan sebagai kontestan atau tim sukses
kontestan.
E. KERANGKA TEORI
Untuk memudahkan penelitian, diperlukan pedoman dasar berpikir yaitu
kerangka teori. Mustahil apabila seseorang menulis ataupun meneliti suatu
permasalahan tanpa menggunakan kerangka teori, karena penelitian atau tulisan.
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun
kerangka teori sebagai landasan berpikir, untuk menggambarkan dari sudut mana
peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.8
Dalam kajian ilmu politik, political marketing menurut Firmanzah
merupakan penerapan ilmu marketing dalam kehidupan politik. Dalam political
marketing, yang ditekankan adalah penggunaan pendekatan dan metode
E.1. Pemasaran Politik (Political Marketing)
8
marketing dalam menyusun produk politik, dsitribusi politik kepada publik serta
meyakinkan bahwa produk politiknya lebih unggul dibandingkan dengan pesaing,
sehingga membantu politikus dan partai politik untuk membangun hubungan dua
arah dengan konstituen dan masyarakat.9
Pandangan political marketing menurut Adam Nursal adalah strategi
kampanye politik untuk membentuk serangkaian makna politis tertentu di dalam
pemikiran para pemilih. Serangkaian makna politis yang terbentuk dalam
pemikiran para pemilih untuk memilih kontestan tertentu. Makna politis inilah
yang menjadi output penting political marketing yang menentukan, pihak mana
yang akan dicoblos pemilih.10
Sedangkan menurut Hafied Cangara, pemasaran politik (political
marketing) merupakan konsep yang diintroduksi dari penyebaran ide-ide sosial di
bidang pembangunan dengan meniru cara-cara pemasaran komersial, tetapi
orientasinya lebih banyak pada tataran penyadaran, sikap dan perubahan perilaku
untuk menerima hal-hal baru.11
9
Firmanzah, 2007, Marketing Politik, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, hal. 140
10
Adman Nursal, 2004, Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru
Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden, Jakarta : PT. Gramedia, hal. 156
11
Hafied Cangara, 2009, Komunikasi Politik, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal. 276
Dari konteks aktifitas politik, political marketing
yang dimaksudkan adalah penyebarluasan informasi tentang kandidat, partai dan
program yang dilakukan oleh aktor-aktor politik melalui saluran-saluran
komunikasi tertentu yang ditujukan kepada segmen (sasaran) tertentu dengan
tujuan mengubah wawasan, pengetahuan, sikap dan perilaku para calon pemilih
E.2. Branding dan Positioning Politik
Brand dapat diasosiasikan sebagai nama, terminologi, simbol atau logo
spesifik atau juga kombinasi berbagai elemen yang bisa digunakan sebagai
identitas suatu produk dan jasa. Dalam hal ini brand tidak harus terkait dengan
hal-hal yang bersifat fisik. Brand adalah simbolisasi dari imajinasi yang
diciptakan dan ditanamkan dalam benak konsumen. Jadi branding adalah semua
aktivitas untuk menciptakan brand yang unggul.
Realitas yang ada saat ini adalah persaingan yang tidak hanya terjadi pada
partai politik saja tetapi persaingan juga terjadi pada calon-calon anggota legislatif
yang turut ambil bagian pada pemilihan umum ini. Oleh karena itu agar para calon
anggota legislatif ini dapat menarik simpati masyarakat tak jarang mereka
melakukan branding diri atau yang lebih lazim dikenal dengan personal branding.
Personal branding sebenarnya adalah upaya membangun dan menanamkan
persepsi positif untuk mendapatkan dukungan. Banyaknya kandidat individual
peserta pilkada ini membuat masing-masing kandidat harus bersaing untuk
menanamkan citra atau image yang baik demi memperoleh dukungan dari
masyarakat/konstituen. Citra atau image tersebut haruslah sesuatu yang berbeda
satu dengan yang lainnya agar mudah diingat. Diperlukan strategi komunikasi
khusus agar citra atau image tersebut terpatri dalam benak masyarakat/konstituen.
Hal inilah yang harus dilakukan dalam positioning politik.
Mengadopsi definisi positionin produk oleh Morissan dalam
berhubungan dengan bagaimana.12Personal branding merupakan proses
penamanan citra seseorang sehingga terbentuk sebuah persepsi positif tentang
seseorang tersebut. Sedangkan citra itu sendiri menurut Kotler didefinisikan
sebagai jumlah dari keyakinan, gambaran, dan kesan yang dipunyai seseorang
dalam suatu objek (orang, organisasi, kelompok orang). Menurut Roberts, citra
menunjukkan keseluruhan informasi tentang dunia ini yang telah diolah,
diorganisasikan dan disimpan individu.13 Seperti dinyatakan Ruslan, pengertian
tentang citra pada dasarnya merupakan hal yang abstrak dan tidak bisa diukur
secara matematis tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau
buruk yang berasal dari khalayak sasaran khususnya dan masyarakat secara luas.14
Menurut Nimmo citra kandidat terbentuk dari atribut politik dan gaya personal
seorang kandidat politik, seperti yang dipersepsikan oleh pemberi suara.15
12
Agus W Soehadi.2005.Effective Branding, Bandung: PT. Mizan Pustaka.hal. 62
13
Jalaludin Rakhmat.2001Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi.Bandung: Remaja Rosdakarya.hal. 223
14
Rosady Ruslan.2002.Manajemen Humas dan Komunikasi, Konsep dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.hal 74
15
Dan Nimmo.2000.Komunikasi Politik Khlamatak dan Efek.Bandung: Remaja Rosdakarya.hal 185
Positioning kandidat atau partai politik telah berhasil jika ia menjadi
dominan dan menguasai benak masyarakat. Posisi yang kuat dalam benak
masyarakat membuat seorang kandidat atau suatu partai politik selalu diingat dan
menjadi referensi bagi masyarakat ketika mereka dihadapkan pada serangkaian
pilihan politik. Menjadi referensi berarti bahwa partai politik tersebut menjadi
acuan dan yang pertama kali muncul dalam benak masyarakat ketika mereka
Untuk itulah kandidat/partai politik harus memiliki pernyataan positioning
yang memiliki hubungan erat dengan strategi merebut konsumen dan harus bisa
mewakili citra atau image yang hendak dicetak dalam benak konsumen.
Penyataan positioning berupa kata-kata yang menunjukkan segi-segi keunggulan
atau kelebihan kandidat /partai politik. Biasanya pernyataan yang dibentuk cukup
singkat, mudah diulang-ulang dalam iklan atau bentuk-bentuk promosi lainnya.
Pernyataan positioning yang baik dan efektif harus mengandung dua unsur yaitu
klaim yang unik dan bukti-bukti yang mendukung.16
Dalam disiplin marketing, menempatkan seorang kandidat dalam pikirian
pemilih disebut positioning. Bagi orang-orang marketing, positioning sangat
menentukan keberhasilan pemasaran. Positioning adalah sebuah manta yang
penting bagi orang-orang pemasaran di akhir abad ke-20
E.3. Positioning
17
Menurut definisi, untuk political marketing, positioning adalah tindakan
untuk menerapkkan citra tertentu ke dalam benak para pemilih agar tawaran
produk politik dari suatu kontestan memiliki posisi khas, jelas dan meaningful.
Positioning yang efektif akan menunjukkan perbedaan nyata dan keunggulan
sebuah kontestan dibandingkan kontestan pesaing, bahwa pesaing tidak dapat
mewujudkan tawaran-tawaran tertentu sebaik pihak yang mencanangkan
positioning tersebut.
.
16
Dalam Morissan.2007.Periklanan dan Komunikasi Pemasaran, Jakarta: Ramdina Prakarsa Terpadu.hal 55
17
Posisi yang khas, jelas dan meaningful dari sebuah kontestan bersumber
dari faktor-faktor pembeda yang dimiliki oleh kontestan tersebut dibandingkan
dengan kontestan lain. Tetapi tidak semua faktor pembeda yang dimiliki oleh
sebuah kontestan ini menghasilkan positioning yang efektif. Setidaknya
diperlukan enam syarat agar perbedaan itu menjadi berharga.
1. Penting (Important)
Perbedaan itu harus bernilai penting bagi para pemilih oleh pihak lain.
Sebagai contoh, sebuah partai politik bisa saja membedakan dirinya
dengan partai lain dengan cara memberi warna merah kepada seluruh
atribut partai.
2. Istimewa (Distinctive)
Sebagai pembeda, faktor tersebut tidak dimiliki oleh pihak lain. Akan
tetapi, satu atau beberapa faktor yang juga dimiliki oleh pesaing, masih
bisa dijadikan sumber pembeda asalkan faktor tersebut diwujudkan dengan
cara yang berbeda dibandingkan dengan pihak pesaing.
3. Superior
Perbedaan yang dimunculkan harus memberikan suatu manfaat yang lebih
baik ketimbang cara-cara lain untuk menghasilkan manfaat yang sama.
4. Dapat dikomunikasikan (Communicable)
Positioning itu dapat mudah dipahami pemilih dan dikomunikasikan
5. Preemptive
Perbedaan tersebut tidak mudah ditiru oleh pihak lain.
6. Jumlah Pemilih Signifikan
Yang terpenting adalah bahwa positioning tersebut pada akhirnya dapat
meraih suara sesuai dengan sasaran obyektif kontestan.
Jadi, positioning harus memiliki peran sentral dalam political marketing.
Produk-produk seperti partai, kandidat, platform program dan sebagainya haruslah
sebangun dengan positioning. Pengatur strategi harus berusaha melalui strategi
branding bahwa kebijakan, ide-ide, isu-isu, gaya, dan mansa yang diluncurkan
merupakan hal otentik milik sendiri.
Mengacu pada Butler dan Collins18
1. Partai dapat diposisikan berdasarkan kategori tersebut. Sebuah contoh,
sebuah partai dapat memposisikan diri sebagai partai nasionalis-religius.
Akan tetapi positioning ini tidak efektif karena gernerik dan tidak , positioning dimulai dengan
mendefinisikan nilai-nilai inti. Nilai-nilai inti dapat dikembangkan dari identitas
kelas, agama, etnis, atau kelompok-kelompok sosial lainnya. Nilai-nilai inti juga
bisa bersumber dari perpecahan fundamental sosia yang menimbulkan
diskontinuitas historis seperti perang, formasi negara baru, krisis ekonomi, dan
berbagai bentuk krisis lainnya.
Untuk mem-positioning-kan sebuah kontestan politik perlu diperhatikan
beberapa hal, yaitu.
18
Butler & Collins. 1996. A Conceptual Framework of Political Marketing dalam I.B. Newman (ed)
menawarkan perbedaan khas dibanding partai lain yang
nasionalis-religius. Positioning itu perlu dipertajam.
2. Positioning berdasarkan atribut tertentu. Misalnya sebuah organisasi
politik bisa saja mempromosikan dirinya sebagai partai terbesar. Dengan
positioning ini terkandung makna tidak langsung bahwa partai tersebut
memiliki sumber daya yang besar sehingga mampu mewujudkan
programnya dengan efektif dan efisien.
3. Positioning berdasarkan kategori pemilih. Sebuah partai dapat
memposisikan dirinya sebagai partai wong cilik. Partai lainnya dapat
memposisikan dirinya dengan kelompok sosial tertentu.
4. Positioning berdasarkan benefit, dimana partai akan memberi manfaat
tertentu kepada pemilih. Misalnya sebuah partai akan memposisikan
dirinya sebagai partai yang akan menghapuskan sumbangan biaya
pendidikan.
5. Positioning berdasarkan pesaing alias competitor positioning.
Untuk menciptakan positioning yang efektif, politisi dapat
mengkombinasikan berbagai jenis positioning di atas. Tujuannya untuk menarik
minat para pemilih dari satu atau beberapa segmen yang dibidik. Hanya saja,
kombinasi itu harus dilakukan dengan cermat agar tidak menyulitkan para pemilih
untuk menangkap makna positioning tersebut.
Dalam berbagai buku teks pemasaran politik selalu disebutkan empat
1. Underpositioning. Greget sebuah kontestan tidak dirasakan para pemilih
karena tidak memiliki posisi yang jelas dan khas. Kontestan tersebut
dianggap sama saja dengan kerumunan partai-partai lainnya sehingga para
pemilih tidak bisa membedakan dengan partai-partai lainnya.
2. Overpositioning. Tim pemenangan terlalu sempit memposisikan
kontestannya sehingga mengurangi minat para pemilih di segmen yang
dibidik.
3. Confuse positioning. Para pemilih ragu-ragu karena positioning kontestan
terlalu banyak atribut.
4. Doubtful positioning. Para pemilih meragukan kebenaran positioning yang
disampaikan karena tidak didukung bukti yang memadai antara lain karena
produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan positioning.
Ada empat pilihan strategi yang ditawarkan, yaitu sebagai berikut.
1. Reinforcement strategy (strategi penguatan)
Strategi ini dapat digunakan oleh sebuah kontestan yang dipilih karena
mempunyai citra tertentu dan citra tersebut dibuktikan oleh kinerja politik
selama mengemban jabatan politik tertentu. Komunikasi difokuskan
kepada orang-orang yang dulu memilih kontestan ini dengan pesan bahwa
pilihan Anda duu itu sudah tepat dan tetaplah membuat pilihan yang sama
untuk pemilihan saat ini.
Strategi ini dilakukan kepada kelompok pemilih yang sebelumnya telah
memilih kontestan tertentu karena kontestan tersebut berhasil mengemban
citra tertentu yang disukai pemilih akan tetapi kinerjanya kemudian tidak
sesuai dengan citra tersebut. Strategi rasionalisasi ini dilakukan untuk
mengubah sikap para pemilih dan harus dilakukan dengan hati-hati.
3. Inducement strategy (strategi bujukan)
Strategi ini dapat diterapkan oleh kandidat yang dipersepsikan memiliki
citra tertentu tapi juga memiliki kinerja atau atribut-atribut yang cocok
dengan citra lainnya.
4. Confrontation strategy (strategi konfrontasi)
Strategi ini diterapkan kepada para pemilih yang telah memiliki kontestan
dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok dengan citra tertentu yang
dianggap tidak cocok oleh pemilih dan kemudian kontestan tersebut tidak
menghasilkan kinerja yang memuaskan pemilih.
Positioning pada dasarnya adalah strategi untuk memasuki jendela otak
konsumen (dalam konteks politik, konsumen adalah voters). Positioning biasanya
tidak menjadi masalah dan tidak dianggap penting selama partai politik yang
bertarung dalam pemilu tidak banyak dan persaiangan belum menjadi sesuatu
yang penting. Positioning baru akan menjadi penitng bila mana persaingannya
sudah sangat sengit.19
19
Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. 193.
idiologi serta basis pemilih hampir sama. Seperti PPP, PBR dan PKB yang saling
mengklaim sebagai partainya wong cilik dan ingkarnasi dari PNI.
Positioning adalah sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran calon voters,
yakni menempatkan produk (partai politik atau kandidat) pada pikiran para calon
voters. Dalam ungkapan konsultan strategi pemasaran, positioning adalah
bagaimana anda membedakan diri anda sendiri dalam pikiran calon konsumen
anda. Dengan melakukan positioning maka partai politik atau kandidat berusaha
untuk menjaga fokus pikiran, orientasi dan kesadaran voters atau masyarakat
untuk tetap mengingat serta mengarahkan referensi utama tentang partai politik
atau kandidat yang akan mereka pilih.
Positioning sebetulnya adalah kegiatan yang mengelola sisi psikologis
manusia. Dalam konteks ini, tema sentral yang direkayasa aspek persepsi. Proses
terjadinya persepsi adalah dengan adanya tiga aktivitas, yaitu: seleksi, organisasi
dan interpretasi. Kegiatan seleksi mencakup proses mulai diterimanya suatu
sensasi yang dilanjutkan dengan adanya atensi, sedangkan kegiatan organisasi
melekat pada proses interpretasi.20 Sensasi adalah penerimaan stimulus lewat alat
indra. Persepsi adalah penafsiran stimulus yang telah ada didalam otak atau
dengan kata lain merupakan pengertian sekarang berdasarkan pengalaman dimasa
lalu. Sensasi atau persepsi dapat kita analogikan seperti sebuah potret
pemandangan sebaga sensasi dan lukisan pemandangan sebagai persepsi.21
20
Dedy Mulyana. 2002. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Remaja Roseda Karya, edisi ke-4. hal. 169
21
M. Dimyati Mahmud. 1990. Psikologi Suatu Pengantar jilid I. BPFE: Yogyakarta. hal. 4
menafsirkan kesan indra mereka agar membero makna pada lingkungan mereka.
Dalam komunikasi politik, persepsi menjadi kajian sentral karena hakikatnya
semua pesan politik adalah produk-produk yang lebih diarahkann pada
menciptakan persepsi dalam pikiran masyarakat voters.
Teori-teori yang sudah dipaparkan diatas, akan digunakan untuk
menganalisis strategi yang digunakan oleh tim pemenangan pasangan Ir.
Mangindar Simbolon – Ir Mangadap Sinaga dalam memenangkan pilkada
Kabupaten Samosir tahun 2010.
F .KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep dapat diartikan sebagai suatu informasi yang amat
membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama, sehingga
dari informasi tersebut akan dapat diketahui bagaimana caranya pengukuran atas
variabel ini dilakukan.22
Positioning merupakan sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran calon
voters. Positioning digunakan sebagai cara agar branding yang dilakukan oleh
pasangan calon kontestan politik, dalam hal ini adalah calon kepala daerah dan Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini
adalah branding dan positioning. Branding merupakan citra atau simbolisasi dari
imajinasi yang diciptakan dan ditanamkan dalam benak pemilih. Branding atau
yang lebih lazim dikenal personal branding dilakukan oleh calon kepala daerah
dan wakil kepala daerah untuk menarik simpati masyarakat agar memilih mereka.
22
wakil kepala daerah berhasil mempengaruhi dan menarik simpati masyarakat
untuk memilih kontestan politik tersebut.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan branding
dan positioning pasangan calon untuk mempengaruhi pemilih. Karena, apabila
tidak benar-benar diperhatikan, masyarakat bisa berubah pikiran untuk memilih
pasangan calon yang lain.
Dengan kata lain, branding dan positioning merupakan cara yang
digunakan oleh pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk
mempengaruhi para calon pemilih dan mampu menarik simpati para calon pemilih
agar memilih pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk dapat
memenangkan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
G. METODE PENELITIAN
G.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian merupakan unsur pokok yang harus ada dalam penelitian
ilmu pengetahuan untuk mendapatkan dapat akurat, tepat, lengkap dan dapat
dipertanggunjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Pemilihan jenis penelitian
yang tepat merupakan unsur yang sangat penting dalam mencapai tujuan secara
optimal. Metode peneletian yang akan digunakan dalam kajian ini adalah metode
kualitatif, yang menyajikan fakta-fakta yang ditemukan, secara komprehensif
G.2. Lokasi Penelitian
Penelitian bertempat di kantor Tim Pemenangan Mangindar Simbolon dan
Mangadap Sinaga di Kabupaten Samosir.
G.3. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat dua teknik data yang akan digunakan dalam penelitian ini:
1. Data Primer, yaitu sejumlah data atau keterangan yang secara langsung
diperoleh melalui penelitian di lapangan, meliputi keterangan dari
orang-orang yang diteliti yang berhubungan dengan obyek penelitian.
2. Data Sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber data dan
informasi dan melalui buku-buku, jurnal, internet, majalah, surat kabar dan
sebagainya yang relevan dengan topik penelitian.
H. ANALISA DATA
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik analisis kualitatif dilakukan pada data yang tidak dapat
dihitung bersifat nongrafis atau berwujud kasus-kasus (sehingga tidak dapat
disusun ke dalam struktur klasifikatoris). Data yang dikumulkan bersifat deskriptif
dalam bentuk kata-kata atau gambar. Artinya pada penelitian ini dibutuhkan
pengutamaan penghayatan dan berusaha memahami faktor peristiwa dalam situasi
tertentu menurut pandangan peneliti. Lalu kemudian setelah data tersusun teratur
kesimpulan terhadap data yang diteliti sesuai dengan apa yang dihasilkan oleh
peneliti.
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan untuk mempermudah
isi daripada skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam 4
bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan
yang akan dibahas, pembatasan masalah yang akan diteliti, tujuan mengapa
diadakan penelitian ini, manfaat penelitian dan metode penelitian serta kerangka
teori yang akan menjadi landasan pembahasan masalah.
BAB II : PROFIL KABUPATEN SAMOSIR DAN PROFIL PASANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON – IR. MANGADAP SINAGA
Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran dari lokasi penelitian di
Kabupaten Samosir antara lain berupa sejarah singkat kabupaten tersebut, kondisi
geografis, demografi penduduk, dan lain sebagainya.
BAB III : BRANDING DAN POSITIONING IR. MANGINDAR SIMBOLON – IR. MANGADAP SINAGA
Pada bab ini disajikan bagaimana konse branding dan positioning
pasangan Ir. Mangindra Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga pada pilkada Kabupaten
BAB IV : KESIMPULAN DAN LOGIKA TEORITAS
Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, yang berisi
kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada
bab ini juga akan terjawab pertanyaan tentang apa yang dilihat dalam penelitian
yang dilakukan, serta berisi saran-saran, baik yang bermanfaat bagi penulis secara
BAB II
PROFIL KABUPATEN SAMOSIR DAN PROFIL PASANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON - IR. MANGADAP SINAGA
A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR A.1. Sejarah Singkat Kabupaten Samosir
Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari induknya Kabupaten
Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang nomor 36 Tahun 2003
tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Berdagai di
Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) atas nama Presiden Republik Indonesia. Atas
dasar itu, disepakati bahwa tanggal 7 Januari ditetapkan sebagai Hari Jadi
Kabupaten Samosir sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor
28 Tahun 2005 tentang Hari Jadi Kabupaten Samosir.
Seiring dengan diresmikannya Kabupaten Samosir, melalui Keputusan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 131.21.27 tanggal 6 Januari
2004 diangkat dan ditetapkan Penjabat Buppati Samosir atas nama Bapak Drs.
Wilmar Elyascher Simanjorang, M.Si yang dilantik pada tanggal 15 Januari 2004
di Medan oleh Gubernur Sumatera Utara.
Sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang ditetapkan Pemerintah
melalui proses demokrasi-ketatanegaraan, pada bulan Juni 2004 diadakan
dilanjutkan dengan Pemilihan Langsung Presiden dan Wakil Presiden. Sejalan
dengan tuntutan perkembangan era reformasi, UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang dipandang perlu mendapat perubahan dengan terbitnya
UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang salah satunya
antara lain menetapkan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih
dalam satu paket melalui pemilihan langsung. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Kabupaten Samosir secara langsung oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Samosir, yakni terpilihnya Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol Sagala sebagai
Bupati dan Wakil Bupati Samosir periode 2005-2010 yang selanjutnya ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Mendagri Nomor 131.22-740 tanggal 12 Agustus
2005. Kemudian pada tanggal 13 September 2005, Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Samosir terpilih dilantik oleh Gubernur Sumatera Utara atas nama
Presiden Republik Indonesia dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten
Samosir.
A.2. Kondisi Alam
Luas wilayah Kabupaten Samosir secara keseluruhan mencapai 254.715
Ha, terdiri dari daratan seluas 144.455 Ha dan perairan danau seluas 110.260 Ha.
Luas dan batas perairan di kawasan Danau Toba, secara proporsional luas perairan
sewajarnyalah merupakan bahagian yang terluas dibandingkan dengan enam
kabupaten-kabupaten lainnya di sekeliling perairan Danau Toba.
Komposisi wilayah dan kemiringan posisi geografis Kabupaten Samosir
berada pada 2°24’ - 2°45’ Lintang Utara dan 98°21’ - 99°55’ Bujur Timur. Secara
administratif wilayah Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh kabupaten, yaitu di
sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun, di
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, di sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbahas dan di
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat.
Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan, 6 kecamatan berada di Pulau
Samosir di tengah Danau Toba dan 3 kecamatan du daerah lingkar luar Danau
Toba tepat pada punggung pegunungan Bukit Barisan. Kabupaten Samosir
terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 700 s/d 1995 meter
di atas permukaan laut, dengan komposisi :
• 700m s/d 1.000 m dpl ± 10%
• 1.000 m s/d 1.500 m dpl ± 25%
• > 1.500 m dpl ± 65%
A.3. Pemerintahan
Kabupaten Samosir saat ini terdiri atas 9 kecamatan, yaitu Sianjur
Mulamula, Harian, Sitiotio, Onanrunggu, Nainggolan, Palipi, Ronggurnihuta,
Samosir tahun 2005 terdiri dari 9 kecamatan dengan 117 desa,kelurahan, yaitu
111 desa dan 6 kelurahan. Kecamatan Pangururan merupakan kecamatan dengan
jumlah desa/kelurahan terbanyak, yaitu 28 desa/kelurahan. Sedangkan Sitiotio
merupakan kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan yang paling sedikit, yaitu
hanya 6 desa.
Dari 117 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Samosir tahun 2005,
sekitar 86,32 persen merupakan desa/kelurahan swakarya, 7,70 persen
desa/kelurahan swadaya dan sisanya 5,98 persen merupakan desa/kelurahan
swasembada.
Jumlah anggota DPRD Kabupaten Samosir hasil pemilu tahun 2004
berjumlah 24 orang, terdiri dari 11 orang anggota fraksi Golongan Karya, dan 13
orang anggota fraksi Gabungan.
Jumlah keputusan DPRD Kabupaten Samosir yang ditetapkan tahun 2005
sebanyak 115 keputusan yang terdiri dari 26 peraturan daerah (perda), 40
keputusan DPRD, 23 keputusan panitia musyawarah, dan 26 keputusan lainnya.
Berdasarkan kegiatan DPRD, berupa sidang-sidang yang dilakukan, baik
sidang istimewa, paripurna, paripurna khusus, rapat komisi, rapat rutin dengan
komisi, dan lain-lain, tahun 2005 sebanyak 56 kegiatan sidang. Kegiatan panitia
khusus dan rapat paripurna merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan
oleh DPRD masing-masing 22 dan 12 kegiatan.
Berdasarkan data yang masuk dari dinas, kantor, badan dan instansi
2005 berjumlah 2.149 orang. Dari jumlah tersebut 43,83 persen merupakan
pegawai laki-laki dan 56,17 persen pegawai perempuan.
Berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan, 52,95 persen merupakan
PNS/CPNS tamatan SLTA, tamatan sarjana sebanyak 14,38 persen dan tamatan
diploma baik diploma I, II dan III sebanyak 27,83 persen.
Presentase PNS/CPNS yang menamatkan S2 masih sangat minim sekali di
Kabupaten Samosir, yaitu hanya 0,28 persen. Hal ini perlu mendapat perhatian
Pemerintah Kabupaten untuk meningkatkan sumber daya manusia dalam
menjalankan pemerintah daerah. Sementara pegawai yang tamat SD dan SLTP
masing-masing 2,28 persen dan 2,56 persen.
A.4. Visi dan Misi Kabupaten Samosir
Menyikapi perubahan dan perkembangan yang terjadi secara global,
seperti reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan, baik pada tingkat pusat
maupun daerah serta dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, maka pemerintah
Kabupaten Samosir harus mampu secara berkualitas, efisien dan efektif serta
transparan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk
memberikan gambaran serta wajah masa depan yang diidam-idamkan, yang akan
menentukan arah masa depan yang realistic dan terukur dan menjadi tujuan utama
yang diharapkan oleh seluruh stakeholders pembangunan Kabupaten Samosir,
1. Visi
Berdasarkan Perda Kabupaten Samosir Nomor 4 Tahun 2011, tentang
RPJMD 2011-2015, telah ditetapkan visi Kabupaten Samosir yakni :
“Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan yang Inovatif 2015”
Visi tersebut mengandung makna sebagai berikut :
a) Wisata lingkungan mempunyai makna bahwa pariwisata yang
mempertimbangkan dampak social ekonomi dan lingkungan di
masa kini dan masa mendatang dengan memperhatikan kebutuhan
pengunjung (wisatawan), industri pariwisata, lingkungan sekitar
dan masyarakat tuan rumah (lokal). Arah pengembangan destinasi
pariwisata lingkungan adalah pariwisata berkelanjutan yaitu
terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup
melalui pengaturan, penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan
pemeliharaan sumber daya alam dan budaya secara ekologis
sekaligus layak secara ekonomi juga adil secara etika dan social
terhadap masyarakat.Potensi wisata alam dan budaya Kabupaten
Samosir akan lestari dengan kegiatan konservasi lingkungan,
sebagai asal muasal bagi semua etnis Batak di dunia yang
merupakan wilayah hasil letusan vulkanik tertua dan terbesar di
dunia, kaya akan seni dan budaya, situs/artefak sejarah, panorama
yang indah dan iklim yang sejuk merupakan potensi yang sangat
memungkinkan karena Kabupaten Samosir memiliki daya tarik
pariwisata yang luar biasa seperti potensi dalam kegiatan olahraga
tantangan di darat (sepeda gunung, panjat tebing, paralayang,
motor cross, rally mobil, cross country, berkuda, berburu,
agrowisata dll) maupun di danau/bahari (selancar air, jet ski,
dayung, menyelam, berenang, memancing, polo air, voli air dll)
seraya menikmati berbagai pagelaran seni dan budaya.
b) Inovatif mengandung makna bahwa Kabupaten Samosir akan
berkreasi, mau dan dapat mengadakan pembaharuan sesuai
tantangan, untuk menggali dan memperkenalkan hal-hal yang baru
akan seni budaya, situs/artefak sejarah etnis Batak maupun
kawasan wisata rekreasi yang berbasis lingkungan.
2. Misi
Dalam rangka mewujudkan visi dimaksud, maka ditetapkan misi
pembangunan Kabupaten Samosir 2011-2015 adalah sebagai berikut :
a) Memantapkan Good Governence dengan dukungan SDM yang
berkualitas serta prasarana dan sarana yang memadai dan
berstandart.
b) Mengembangkan ekonomi kerakyatan untuk peningkatan
kesejahteraan rakyat dengan pengelolaan Sumber Daya Alam
c) Meningkatkan infrastrukturr dan konservasi alam yang handal
berdasarkan tata ruang yang mantap untuk mendukung industri
pariwisata berbasis lingkungan dan budaya.
d) Meningkatkan kondusifitas daerah dengan mendorong pelaksanaan
demokrasi dan penegakan hukum.
e) Mengembangkan jejaring yang sinergis kepada semua pihak.
Itulah visi dan misi Kabupaten Samosir yang harus dilaksanakan dan
dicapai oleh siapapun yang memenangkan pilkada Kabupaten Samosir tahun
2010. Seluruh pasangan calon juga harus menyesuaikan visi dan misi mereka
dengan visi dan misi Kabupaten Samosir agar siapapun calon pasangan yang
terpilih bisa menjalankan dengan baik roda pemerintahan.
A.5. Kondisi Masyarakat
A.5.1 Penduduk
Kabupaten Samosir dengan luas daratan 1.444,25 km2 didiami oleh
penduduk sebanyak 132.023 jiwa, yaitu terdiri dari 65.023 jiwa penduduk
laki-laki dan 67.000 jiwa penduduk perempuan dengan angka kepadatan penduduk
sebesar 91,41 jiwa/km2 dan rasio jenis kelamin sebesar 97,05, tinggal di dalam
rumah tangga sebanyak 31.768 rumah tangga dengan rata-rata penduduk tiap
rumah tangga sebesar 4,16 jiwa/rumah tangga. Penduduk tersebut tersebar di 9
Berdasarkan penyebaran penduduk, Kecamatan Pangururan sebagai
ibukota Kabupaten Samosir mempunyai jumlah penduduk dan rumah tangga
terbesar dibandingkan dengan kecamatan lainnya dengan angka kepadatan
penduduk mencapai 248,52 jiwa/km2 dan rata-rata penduduk tiap rumah tangga
adalah 4,27 jiwa/rumah tangga, sedangkan jumlah penduduk dan rumah tangga
yang paling kecil terdapat di kecamatan Harian dengan angka kepadatan
penduduk sebesar 12,24 jiwa/km2 dan rata-rata penduduk tiap rumah tangga
adalah 3,44 jiwa/rumah tangga.
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Samosir tahun 2009, yaitu mereka
yang mempunyai jumlah pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis
kemiskinan penduduk Kabupaten Samosir tahun 2009 adalah sebanyak 22,85 ribu
jiwa atau 17,31 persen, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun
2008 yaitu 24,44 ribu jiwa atau 18,76 persen.
Tabel 1
Luas Wilayah, Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Kecamatan Luas Wilayah
(km2)
Penduduk (jiwa)
Kepadatan (jiwa/km2)
Sianjur Mulamula 140,24 11.138 79,42
Harian 560,45 6.859 12,24
Sitiotio 50,76 8.780 172,97
Onanrunggu 60,89 12.768 209,69
Nainggolan 87,86 13.350 151,95
Palipi 129,55 18.963 146,38
Ronggurnihuta 94,87 10.003 105,44
Pangururan 121,43 30.178 248,52
Simanindo 198,20 19.984 100,83
JUMLAH 1.444,25 132.023 91,41
A.5.2. Pendidikan
Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia melalui jalur
pendidikan yang lebih difokuskan pada pemberian kesempatan seluas-luasnya
kepada masyarakat untuk mengecap pendidikan terutama penduduk pada
kelompok usia 7-24 tahun, Pemerintah Kabupaten Samosir setiap tahun berupaya
melaksanakan pembangunan sektor pendidikan melalu berbagai program,
misalnya penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah, peningkatan
jumlah/mutu guru yang dibutuhkan, dan lain-lain, pada semua jenjang sekolah
yang ada.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009
penduduk Kabupaten Samosir berusia 7-12 tahun yang masih sekolah adalah
sebanyak 99,28 persen, berusia 13-15 tahun yang masih sekolah sebanyak 97,54
persen, berusia 16-18 tahun yang masih sekolah 77,28 persen, dan 19-24 tahun
yang masih sekolah 7,59 persen.
Sementara itu penduduk berusia 10 tahun ke atas yang buta huruf ada
sebesar 2,95 persen, menurun dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebesar 3,24
persen.
B. PROFIL PASANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON DAN IR. MANGADAP SINAGA
Untuk pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010, pasangan Ir. Mangindar
yang ikut dalam pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010. Ir. Mangindar Simbolon
yang lahir di Rianiate pada tanggal 21 Juni 1957, bertempat tinggal di Jl. Danau
Toba, No. 3, Pangururan. Ir. Mangindar Simbolon memiliki istri bernama Roma
Arta Sitinjak dan memiliki 4(empat) orang anak. Ir. Mangindar Simbolon pernah
menyelesaikan pendidikan SD Negeri I Rianiate, lulus tahun 1970. Lalu
melanjutkan ke SMP Negeri I Rianiate, lulus tahun 1973. Kemudian melanjutkan
lagi ke SMA Negeri I Pangururuan, lulus tahun 1976 dan memiliki prestasi
sebagai pelajar teladan tingkat SLTA se – Kabupaten Tapanuli Utara tahun 1976.
Setelah menyelesaikan pendidikan SLTA, Ir. Mangindar Simbolon melanjutkan
pendidikan tingkat Strata 1(satu) nya di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui Proyek Perintis II Depdikbud/tanpa testing tahun 1977 dan
kemudian lulus tahun 1981. Ir. Mangindar Simbolon kemudian melanjutkan
pendidikan tingkat Strata 2(dua) di Program Magister Manajemen Universitas
Sumatera Utara (USU) tahun 2002-2004.
Ir. Mangindar Simblon juga pernah mengikuti beberapa Pendidikan dan
Latihan (Diklat) teknis dan penjenjangan struktural, yaitu kursus AMDAL di USU
tahun 1982, Training Persemaian Kehutanan di Sumatera Selatan tahun 1982,
kursus Orientasi Hukum Acara Pidana/KUHP bagi Pegawai Negeri Sipil di Polda
Sumatera Utara tahun 1982, Plantation Management Training Course di Filipina
tahun 1985, Penataan Hukum Peradilan Tata Usaha Negara (Peratun) Departemen
Hukum Tata Usaha Negara (Dephut) dan Mahkamah Agung tahun 1991, Forest
Perjenjangan Sepala Dephut-LAN tahun 1992, penatara proses penyidikan tindak
pidana oleh PPNS Dephut-Polri tahun 1994, Diklat Penyuluhan
Perundang-undangan Dephut tahun 1994, Diklat Penyuluhan SPAMA DDN-LAN tahun
1996, dan Diklat Kepemimpinan Tingkat II/SPAMEN LAN RI tahun 2001.
Ir. Mangindar Simbolon juga memiliki riwayat tugas kepanitiaan dan
sosial kemasyarakatan, diantaranya menjadi Ketua Panitia Pelaksana Hari Pangan
Sedunia Tingkat Provinsi Sumatera Utara di Tarutung tahun 1990, Wakil Ketua
Pengurus Cabang Persatuan Olah Raga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI)
Kabupaten Tapanuli Utara tahun 1991-1996, Kepala Sub Unit Korpri Instansi
Vertikal/Provinsi di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 1991-1993, Wakil Ketua
Pengurus Cabang Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) di Kabupaten
Tapanuli Utara, tahun 1991-1993, Wakil Ketua Organisasi Radio Amatir
(ORARI) Tapanuli Utara-Toba Samosir tahun 1993-sekarang, Ketua Pengurus
Cabang Persatuan Olah Raga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Kabupaten
Toba Samosir tahun 2001-sekarang, Ketua Panitia Pelaksana Lokal Kabupaten
Toba Samosir Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Dayung di Kecamatan Simanindo
Tahun 2001, Ketua Panitia Pelaksana Latihan Integrasi Taruna Dewasa
(Latsitarda) Nusantara XXIII Satuan Pelaksana Elang Kabupaten Toba Samosir
tahun 2002, Penasehat Pengurus Lokal Radio Antara Penduduk Indonesia (RAPI)
Toba Samosir tahun 2003-sekarang.
Adapun pengalaman tugas/kunjungan ke luar negeri Ir. Mangindar
ASEAN-New Zealand di Filipina tahun 1985, mendampingi rombongan
“Solubolon” PODSI Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara ke Malaysia tahun
1995 dan 1996, dan melaksanakan Study Excursion program MM-USU ke
Malaysia dan Singapura tahun 2002.
Sementara itu, Ir. Mangadap Sinaga lahir di Simanampang tanggal 15
Februari 1962, tinggal di Komplek Taman Setia Budi Indah blok EE No. 12
Medan. Ir. Mangadap Sinaga memiliki istri Megawati Simbolon dan memiliki
2(dua) orang anak. Ir. Mangadap Sinaga memiliki pekerjaan sebagai
Administratur Kebun Kalianta Satu PT. Padasa Enam Utama.
Ir. Mangadap Sinaga menyelesaikan pendidikan SD di SDN 2 Urat di
Sinaga Uruk, lulus tahun 1975, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri Palipu
Mogang lulus tahun 1979, melanjutkan kembali ke SMA Negeri I Pangururan
lulus tahun 1982 dan menyelesaikan pendidikan strata 1 di Fakultas Pertanian
USU lulus tahun 1988.
Pengalaman organisasi yang dimiliki oleh Ir. Mangadap Sinaga adalah
menjadi anggota Perhimpunan Mahasiswa Katolik Seluruh Indonesia tahun 1984.
Ir. Mangadap Sinaga memiliki pengalaman kerja yaitu menjadi kepala
kebun di Perkebunan Astra Agro Niaga tahun 1990-1997, kepala proyek di PT.
London Sumatera Internasional tahun 1997, estate manager di PT. Triteknik
Kalimantan Abadi Tahun 1998, kepala bagian tanaman di PT. First Mujur
Plantation and Industry tahun 1999-2006 dan Administratur di PT. Padasa Enam