• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Tugas Profesi Reporter Dalam Serial Drama Korea Pinocchio

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Tugas Profesi Reporter Dalam Serial Drama Korea Pinocchio"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN TUGAS PROFESI REPORTER DALAM SERIAL

DRAMA KOREA

PINOCCHIO

SKRIPSI

RIDA OPITA

110904017

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERANAN TUGAS PROFESI REPORTER DALAM SERIAL

DRAMA KOREA

PINOCCHIO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

RIDA OPITA

110904017

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui dan dipertahankan oleh:

Nama : Rida Opita

NIM : 110904017

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Peranan Tugas Profesi Reporter Dalam Serial

Drama Korea Pinocchio

Medan, Oktober 2015

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Syafruddin Pohan, M.Si, P.hD Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

NIP: 1958120519890310002 NIP: 196208281987012001

Dekan

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh

Nama : Rida Opita

NIM : 110904017

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Peranan Tugas Profesi Reporter dalam Serial Drama Korea

Pinocchio

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di : Medan

(5)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang

dikutip maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan

benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat)

maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Rida Opita

NIM : 110904017

Tanda Tangan :

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas

Sumatera Utara (USU). Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,

sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr.Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si, selaku sekretaris Departemen Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

4. Bapak Syafruddin Pohan, M.Si., Ph.D sebagai dosen pembimbing

yang telah sabar membimbing, memberi semangat, menyediakan

waktu, pikiran dan motivasi kepada peneliti dalam penyusunan skripsi

ini.

5. Bapak Danan Djaja selaku dosen wali yang telah memberikan

nasehat-nasehat akademik kepada peneliti.

6. Seluruh dosen, staf pengajar, dan staf administrasi Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP USU yang telah mengajarkan, membimbing dan

membantu peneliti hingga menyelesaikan perkuliahan ini.

7. Kedua Orang Tua penulis, Bapak Kusno dan Ibu Salmiati yang telah

memberikan dukungan materil dan moril kepada peneliti sehingga

(7)

8. Adik peneliti, Elfa Soraya dan Putri Salsabila yang telah memberikan

terus-menerus motivasi dan semangat kepada peneliti.

9. Teman-teman seperjuangan dari awal semester hingga saat ini Riza

Fadla Lubis S. Ikom. Rezka Mardha Safira S. Ikom, Dewi Wulandari

S. Ikom, Anita Fitria S. Ikom, Ghassani Sabrina Lubis S. Ikom, Putri

Wulandari, Mirza Swardani Harahap dan Adhe Nowanda Putri Batu

Bara yang telah memberikan semangat, motivasi, masukan, dan

banyak sekali membantu dan saling bertukar pikiran tentang skripsi

ini.

10.Kepada keluarga kecil USUKOM FM Kak Emil, Kak Windi, Kak Ica,

Gina, Wisnu, Dita, Yasmin, Kiki, Ade, Anugrah, Ray, Nana dan

adik-adik yang lain yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu namanya,

terima kasih telah memberikan dukungan dan semangat.

11.Teman-teman magang dari USU selama lima bulan di MetroTV Susi

F.R Silaen S. Ikom, Ama Marini, Willy Nicolas Sinaga dan Lucky

Rangga yang terus memberikan masukan dan semangat berjuang

bersama menyelesaikan skripsi tahun ini.

12.Teman-teman magang dari kota lain seperti Kadek Novi Febriani,

Mery Handayani, Ines Pratiwi S. Ikom, Findhi S. Ikom, Zaenab Intan

S. Ikom yang mengirimkan pesan semangat menyelesaikan skripsi ini

agar segera bertemu kembali untuk bekerja bersama.

13.Teman-teman stambuk 2011 Komunikasi FISIP USU yang telah

mendukung dan banyak memberi masukan kepada peneliti sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Tetap semangat teman-teman.

14.Kepada Semua pihak yang telah ikut serta membantu dan memberi

semangat kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini sehingga penulis

(8)

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, Oktober 2015

(9)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan

di bawah ini:

Nama : Rida Opita

NIM : 110904017

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-eksklusive

Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Peranan Tugas

Profesi Reporter Dalam Serial Drama Korea Pinocchio berserta perangkat

yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini

Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan,

mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan

mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak

Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : Oktober 2015

Yang Menyatakan

(10)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Peranan Tugas Reporter dalam Serial Drama Korea Pinocchio. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara umum tentang tugas reporter dalam serial drama Pinocchio serta untuk mengetahui penerapan Kode Etik Jurnalistik secara universal yang mencakup kebenaran, kebebasan, tanggung jawab, indenpendensi, tak memihak dan adil dalam serial drama asal Korea Selatan Pinocchio yang berjumlah 20 episode. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Isi Kulaitatif yakni mengelola data yang berkaitan tugas pokok reporter dalam menjalankan pekerjaan yang bertujuan untuk melihat gambaran nyata profesi reporter dari interaksi yang terjadi dalam drama Pinocchio. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis peranan tugas para reporter muda dalam urusan sosial yang dibangun oleh sutradara dan penulis naskah. Peneliti mengambil adegan para reporter berusaha menyelesaikan kasus-kasus yang diberikan oleh atasan mereka maupun yang berhasil mereka temukan. Secara keseluruhan terdapat lima kasus yang peneliti teliti. Hasil penelitian ini menemukan bahwa peranan tugas reporter digambarkan dengan melakukan penggalian berita dengan mencari dan mengumpulkan fakta-fakta, serta menyajikan berita lewat media tempatnya bekerja. Peneliti menemukan pekerjaan sebagai reporter cukup sulit. Setiap kasus yang reporter hadapi menjadi pengalaman yang memberikan pelajaran untuk terus berupaya menjadi reporter yang sesungguhnya.

(11)

ABSTRACT

This study entitled The Role of Reporter task in a Pinocchio Drama Korean Series. The purpose of this study was to determine the general description of the reporter role in a Pinocchio drama seriesas well as to determine application of the Journalism ethics universally that includes truth, freedom, responsibility, indenpendensi, impartial and fair in this Seoth Korean Pinocchio drama series totally 20 episode. The method used in this study is a qualitative content analysis method that manages data relating reporter in carrying the basic task of work that aims to see real description of reporter in interaction that occur while playing the Pinocchio. The study used the direction and screenwriter. Researchers took scenes of the reporter tried to resolve the case given by their superiours and they came out of. Overall there were fives cases of conscientious researcher. The result of this study found that the role of reporter task portrayed by digging the news to find and gather the facts, and present the news through the media where he worked. Researchers found that working as a reporter is quietly difficult. Each case that the reporter’s face into experience provides a lesson to continue to be a real reporter.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iv

KATA PENGANTAR... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.... viii

ABSTRAK... ix

1.3 Tujuan Penelitian... 11

1.4 Manfaat Penelitian... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian... 12

2.1.1 Paradigma Konstruktivis... 12

2.2 Kajian Pustaka... 15

2.2.1 Analisis Isi... 15

2.2.2 Komunikasi Massa... 17

2.2.2.1 Definisi Komunikasi Massa... 17

2.2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa... 19

2.2.3 Media Massa Televisi... 23

2.2.4 Serial Drama... 25

2.2.5 Reporter... 26

2.2.5.1 Peranan Tugas... 28

2.2.5.2 Kode Etik Jurnalistik... 29

2.3 Model Teoritik... ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 33

3.2 Objek Penelitian... 33

3.3 Subjek Penelitian... 33

3.5 Kerangka Analisis... 34

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 34

3.7 Teknik Analisis Data... 35

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Serial Drama Pinocchio... 36

(13)

4.3 Pembahasan ... 137

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan... 142 5.2 Saran... 143

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan 22

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

4.1 Wanita Parubayah Meninggal di tempat Gym 53

4.2 Para Reporter Bergegas Mencari Informasi 53

4.3 Choi Dal Po dan Seo Beom Jo di tempat Gym 54

4.4 Choi In Ha dan Yoon Yeo Rae di Rumah Sakit 54

4.5 Para Reporter Melihat Rekaman CCTV 55

4.6 Seo Beom Jo dan Choi In Ha di Perjalanan 55

4.7 Rapat Draf Berita YGN 56

4.8 Rapat Draf Berita MSC 56

4.9 Suasana Rumah Sakit Saat Pemakaman Ajumma 57

4.10 Suasana Kantor YGN Setelah Menayangkan Berita Keliru 57

4.11 Suasana Ruang Duka Alhmarhum Ajumma 57

4.12 Masyarakat sedang Menyaksikan Berita MSC 57

4.13 Insiden Kecelakaan 65

4.14 Rapat Draf Berita MSC 65

4.15 Choi In Ha Meliput dalam Ambulance 66

4.16 Pemberitaan MSC News 66

4.17 Seo Beom Jo Melakukan Laporan Langsung dari TKP 66

4.18 Choi In Ha Mewawancarai Informan 66

4.19 Choi Dal Po Melakukan Wawancara 67

4.20 Polisi Ahn Menyampaikan Sebuah Kasus Pada Atasannya 67

4.21 Rapat Pertemuan dengan Para Reporter YGN 69

4.22 Choi Dal Po Ditugaskan Menyelidiki Kasus Jae Myung 69

4.23 Wawancara Langsung Ki Jae Myung di MSC News 70

4.24 Video Rekaman Ki Jae Myung 13 Tahun Lalu 70

(16)

4.26 Laporan Langsung Choi Dal Po dari TKP 71

4.27 Wawancara Para Reporter dengan narasumber 83

4.28 Wawancara Choi Dal Po dengan Salah Narasumber 83

4.29 Seo Beom Jo Membagi Informasi yang Didapatkannya 84

4.30 Yoon Yeo Rae Mewawancarai Narasumber 84

4.31 Choi In Ha Mengumpulkan Informasi dari Pihak Medis 84

4.32 Suasana Liputan Demonstran Penuntut Sung Cha Ok 84

4.33 Sung Cha Ok Dilempat Telur 86

4.34 Suasana Kasus Pemilik Usaha Bus 86

4.35 Kasus Kebakaran Pabrik 94

4.36 Pemberitaan Kasus Kebakaran Pabrik 94

4.37 Rapat Pembagian Tugas YGN 95

4.38 Rapat Pembagian Tugas MSC 95

4.39 Para Reporter Mengumpulkan Informasi 96

4.40 Para Reporter Mengumpulkan Informasi 96

4.41 Laporan Langsung Reporter Sung Cha Ok di TKP 97

4.42 Pemberitaan Kebakaran Pabrik Akibat Kelalaian Polisi 97

4.43 Rapat Draf Pembagian Tugas Penyelidikan YGN 98

4.44 Pemberitaan Kelalaian Seorang Polisi 98

4.45 Choi In Ha Mengumpulkan Rekaman CCTV 100

4.46 Choi Dal Po Mengumpulkan Rekaman CCTV 100

4.47 Pemberitaan YGN News 105

4.48 Laporan Langsung Reporter Jang Hyun Gyu di TKP 105

4.49 Rekaman CCTV Penyebab Utama Insiden Kebakaran 105

4.50 Laporan Langsung Reporter Yoon Yeo Rae 105

4.51 Laporan Langsung Reporter KI Ha Myung/Choi Dal Po 105

4.52 Pemberitaan YGN News 105

(17)

4.54 Seo Beom Jo Menemui Manager Park Ro Sa 116

4.55 Ki Ha Myung Akan Mewawancarai Ketua Park Ro Sa 118

4.56 Ki Ha Myung Mewawancarai Ketua Park Ro Sa 118

4.57 Ki Ha Myung Menemui Manager Sung Cha Ok 119

4.58 Choi In Ha Kembali Bekerja di MSC 119

4.59 Rekaman Pemberitaan Senator Kim 121

4.60 Choi In Ha dan Manager Sung Cha Ok di Ruang Editing 121

4.61 Para Reporter Mengumpulkan Informasi Kasus Teror 121

4.62 Penyelidikan Pihak Kepolisian 121

4.63 Pemberitaan YGN News tentang Aksi Teror 121

4.64 Pemberitaan Teror Kantor YGN dan MSC 121

4.65 Pemberitaan YGN News Tentang Sung Cha Ok 122

4.66 Pernyataan Manager Sung Pada Para Reporter 122

4.67 Pemberitaan YGN News Tentang Park Ro Sa 123

4.68 Reporter Meliput Ketua Park Ro Sa di Kantor Polisi 123

4.69 Reporter Meliput Penangkapan Idol oleh Pihak Kepolisian 123

4.70 Pernyataan Ido (FAMA) Atas Kasus Konsumsi Profopol 123

4.71 Ketua Park Ro Sa Datang Ke Kantor Polisi 125

(18)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Peranan Tugas Reporter dalam Serial Drama Korea Pinocchio. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara umum tentang tugas reporter dalam serial drama Pinocchio serta untuk mengetahui penerapan Kode Etik Jurnalistik secara universal yang mencakup kebenaran, kebebasan, tanggung jawab, indenpendensi, tak memihak dan adil dalam serial drama asal Korea Selatan Pinocchio yang berjumlah 20 episode. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Isi Kulaitatif yakni mengelola data yang berkaitan tugas pokok reporter dalam menjalankan pekerjaan yang bertujuan untuk melihat gambaran nyata profesi reporter dari interaksi yang terjadi dalam drama Pinocchio. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis peranan tugas para reporter muda dalam urusan sosial yang dibangun oleh sutradara dan penulis naskah. Peneliti mengambil adegan para reporter berusaha menyelesaikan kasus-kasus yang diberikan oleh atasan mereka maupun yang berhasil mereka temukan. Secara keseluruhan terdapat lima kasus yang peneliti teliti. Hasil penelitian ini menemukan bahwa peranan tugas reporter digambarkan dengan melakukan penggalian berita dengan mencari dan mengumpulkan fakta-fakta, serta menyajikan berita lewat media tempatnya bekerja. Peneliti menemukan pekerjaan sebagai reporter cukup sulit. Setiap kasus yang reporter hadapi menjadi pengalaman yang memberikan pelajaran untuk terus berupaya menjadi reporter yang sesungguhnya.

(19)

ABSTRACT

This study entitled The Role of Reporter task in a Pinocchio Drama Korean Series. The purpose of this study was to determine the general description of the reporter role in a Pinocchio drama seriesas well as to determine application of the Journalism ethics universally that includes truth, freedom, responsibility, indenpendensi, impartial and fair in this Seoth Korean Pinocchio drama series totally 20 episode. The method used in this study is a qualitative content analysis method that manages data relating reporter in carrying the basic task of work that aims to see real description of reporter in interaction that occur while playing the Pinocchio. The study used the direction and screenwriter. Researchers took scenes of the reporter tried to resolve the case given by their superiours and they came out of. Overall there were fives cases of conscientious researcher. The result of this study found that the role of reporter task portrayed by digging the news to find and gather the facts, and present the news through the media where he worked. Researchers found that working as a reporter is quietly difficult. Each case that the reporter’s face into experience provides a lesson to continue to be a real reporter.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Konteks Masalah

Keberadaan wartawan, reporter atau jurnalis kini sama menariknya dengan

kalangan selebriti. Performa mereka cukup banyak menyedot perhatian

masyarakat. Perkembangan zaman salah satunya ditandai dengan booming

industri televisi menjadikan banyak orientasi generasi muda pun berubah.

Mahasiswa dari berbagai jurusan studi, terutama studi ilmu komunikasi tidak

hanya melirik peluang kerja di media massa cetak tetapi juga memiliki antusiasme

besar pada dunia kerja televisi. Kebanyakan dari mereka memulai karier pada

bidang jurnalis televisi, walau persaingan sangat ketat dan menyulitkan.

Ada tiga sebutan yang berbeda untuk sebuah profesi yang sama. Yaitu

sebutan wartawan identik dengan mereka yang bekerja di media massa cetak,

reporter cenderung digunakan untuk media massa televisi, radio dan internet,

sementara sebutan jurnalis merujuk pada wartawan asing. Padahal baik wartawan,

reporter maupun jurnalis adalah profesi yang sama, yaitu orang yang memiliki

keahlian dan kewenangan khusus dalam mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan

menyebarluaskan informasi melalui media massa (Yosef, 2008 : 44). Reporter

atau jurnalis bisa dikatakan merupakan posisi awal dalam karier di jurnalistik

televisi. Reporter sering dianggap sebagai ujung tombak produksi berita televisi

(Usman Ks, 2009 : 4).

Undang-Undang No.11 Tahun 1996 Tentang Ketentuan Ketentuan Pokok

Pers pasal 3 menyebutkan, bahwa kewartawanan adalah pekerjaan/kegiatan/usaha

yang berhubungan dengan pengumpulan, pengelolahan, dan penyiaran dalam

bentuk fakta, pendapat, ulasa-ulasan dan lain-lain sebagainya untuk perusahaan,

radio, televisi dan film. Profesi reporter menuntut seseorang memiliki

pengetahuan dan kemampuan khusus dalam menjalani pekerjaannya. Memiliki

(21)

sosial kemasyarakatan, memiliki integritas, cerdas, handal, siaga, disiplin, dan

memiliki keterbukaan merupakan pandangan positif profesi kewartawanan

21 Mei 2015 pukul 20:00).

Sebagai salah satu produk media massa televisi merupakan paduan radio

(broadcast) dan film (moving pictures). Masyarakat di rumah tidak mungkin

dapat menangkap gambar siaran televisi kalau tidak ada unsur radio dan tidak

mungkin melihat gambar yang bergerak jika tidak ada unsur film (Effendi, 1993 :

174). Televisi telah menjadi kotak ajaib yang membius masyarakat dengan

tayangan-tayangan yang disajikan. Televisi memang bukanlah satu-satunya media

massa yang menentukan sikap masyarakat. Walaupun televisi memiliki

kemampuan yang tidak dimiliki oleh media massa lain. Kehadiran televisi

menjadi bagian penting sebagai sarana untuk berinteraksi satu dengan lainnya

dalam berbagai hal, menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi tentang suatu

isu yang sedang terjadi di belahan dunia dan massa menjadi objek utama dari

liputan media televisi.

Televisi tidak dapat terlepas dari kehidupan jurnalistik, suatu peristiwa

relatif lebih cepat disampaikan melalui siaran reportase atau siaran langsung di

tempat kejadian. Merujuk pada tokoh pers asing F. Fraser Bond dalam bukunya

An Introduction to Journalism (1961), istilah jurnalistik mencakup semua bentuk

penyebaran berita bersama komentarnya untuk mencapai orang banyak. Semua

kejadian di dunia, asalkan sifatnya penting bagi masyarakat dan semua pikiran,

tindakan, serta ide-ide, yang didorong oleh kejadian-kejadian tersebut, menjadi

bahan pemberitaan bagi wartawan (Baksin, 2006 : 48). Bahkan lahirlah beberapa

stasiun televisi yang memfokuskan tayangn pada berita-berita hingga disebut

sebagai televisi berita.

Jurnalistik televisi memberikan laporan mengenai fakta peristiwa atau

pendapat manusia atau kedua-duanya yang disertai gambar aktual, menarik,

berguna dan disiarkan secara periodik. Televisi membutuhkan reporter untuk

melakukan liputan terhadap suatu kasus yang akan diberitakan. liputan yang

(22)

bekerja sama dengan seorang camera person (campers) di lapangan. Fungsi

campers membantu reporter dalam menangkap gambar dan merekam kejadian di

lapangan. Reporter tidak hanya melaporkan kejadian, namun juga sebagai

pemimpin liputan yang mengarahkan campers untuk mengambil gambar apa saja

yang berguna melengkapi laporan berita yang akan disajikan.

Berbagai macam peristiwa hadir ditengah-tengah kehidupan masyarakat

yang dapat menjadi bahan pemberitaan oleh karenanya berita yang dibuat dapat

berkaitan dengan kasus politik, hukum, ekonomi, kriminalitas, urusan sosial atau

isu-isu nasional, maupun internasional dan lain-lain. Berita apapun itu tentunya

diharapkan menjadi informasi bagi masyarakat. Sehingga masyarakat dapat

mengetahui berbagai persoalan yang ada di dunia lalu bertindak tepat dalam

menjalani kehidupan. Jika memungkinkan untuk saling menolong, berbagi dan

lebih waspada.

November 2014 lalu stasiun televisi SBS (Seoul Broadcasting System)

menayangkan serial drama berjudul “Pinocchio”, yang disutradarai oleh Jo So

Won dengan penulis naskah Park Hye Ryun. Drama seri ini berjumlah 20 episode,

tayang setiap Rabu dan Kamis pukul 21:55 waktu Korea Selatan. Judul serial

drama diambil dari sindrom Pinocchio namun bukan gejala yang sebenarnya,

sindrom ini diceritakan menyebbakan seseorang cegukan setiap kali berbohong

atau melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nuraninya. Serial drama ini

menggambarkan semangat mengejar kebenaran dan keadilan para reporter muda

yang salah satunya penderita Pinocchio dalam memecahkan kasus-kasus urusan

sosial layaknya reporter sungguhan dalam menjalankan tugas.

Serial drama memiliki kualitas dan keunikan tersendiri hingga banyak

digemari masyarakat. Alur cerita yang tersusun apik, tidak mudah ditebak, penuh

dengan kejutan disanding dengan penggambaran kehidupan keseharian maupun

budaya asli yang berkembang di negara pembuat serial drama tersebut menjadi

daya tariknya. Kisah menarik mulai dari bidang profesi kedokteran, pengacara dan

jaksa, polisi, pemadam kebakaran, pasukan pengaman presiden dan lain

sebagainya, termasuk profesi reporter yang disjaikan pada beberapa drama di

(23)

menghibur, namun juga memberikan pendidikan dan menyentuh perasaan bagi

para penontonnya.

Pihak stasiun televisi di Korea Selatan, SBS yang menayangkan serial

drama Pinocchio memberikan pernyataan bahwa istilah medis yang dijadikan

judul hanya rekayasa alias tidak ada. Istilah sindrom Pinocchio nyatanya bukan

ditujukan untuk kondisi seseorang yang cegukan ketika berbohong. Sindrom

Pinocchio merupakan sebuah kondisi saat tubuh seseorang merasa kaku bak

boneka kayu. Hal tersebut terjadi disebabkan karena penderita merasa ketakutan

bila ditertawakan orang, kondisi tersebut merupakan fobia yang disebut

gelatophobia.

Fobia tersebut merupakan fobia sosial yang menarik perhatian psikolog,

sosiolog, dan psikiater sejak 2008. Dr Michael Titze menemukan beberapa

pasiennya mengalami fobia tersebut cenderung selalu menganalisis lingkungan

yang akan mereka masuki. Apakah banyak orang yang suka menertawakan orang

lain. Bahkan, tidak sedikit yang merasa diri mereka merupakan pribadi yang

bodoh lalu menutup diri dari lingkungan sosialnya

juga sebab terinspirasi dari cerita dogeng anak-anak tentang boneka kayu yang

menjadi manusia, saat berbohong hidungnya akan tumbuh panjang. Kemudian

kebohongannya tersebut dapat diketahui oleh orang lain.

Serial drama Pinocchio menarik perhatian peneliti karena menceritakan

bagaimana pemberitaan media dan profesi reporter yang sesungguhnya.

Dikisahkan media televisi GYN menjalankan tugasnya dengan penuh kepatuhan

kode etik sehingga disebut sebagai media televisi yang menyajikan berita organik,

mereka selalu fokus pada pemberitaan dan tidak mudah terprovokasi pihak

manapun. Sementara disisi lain stasiun televisi MSC menyajikan berita yang lebih

agresif dan memiliki kepentingan tertentu. Diceritakan bagaimana sebuah

pemberitaan di media, dengan pembingkaian bisa saja membuat orang yang tidak

bersalah mendapat hukuman begitu sebaliknya. Masing-masing media tersebut

(24)

menghasilkan rating tinggi. Namun persaingan tersebut tidak terlalu menjadi

acuan utama kisah drama Pinocchio, sehingga peneliti tidak akan menyinggung

terkait hal tersebut.

Serial drama Pinocchio menggambarkan semangat mengejar kebenaran

dan keadilan para reporter muda pada urusan sosial atau isu-isu nasional seperti

kematian seseorang, perubahan cuaca, penculikan, kebakaran, pembunuhan dan

lain sebagainya. Berita yang berkaitan dengan urusan sosial biasanya lebih

mengundang rasa ingin tahu masyarakat sebab itulah keadaan yang tengah terjadi

di masyarakat. Sehingga pemberitaannya selalu dinanti dan diminati untuk tayang

di layar televisi. Berita ini merupakan current affair jadi harus segera

disampaikan.

Reporter dilarang menutupi fakta besar dibelakang fakta kecil yang

dimunculkan. Seorang reporter harus tetap menggali segala kebenaran yang

tersedia di lapangan, walau kebenaran ibarat potongan teka-teki yang berserakan

dan tak pernah terungkap secara keseluruhan. Reporter harus terus curiga untuk

mengumpulkan informasi yang masih tersembunyi. Setelah itu media harus

memberitakan fakta-fakta yang ditemui tersebut. Drama ini mengisahkan

bagaimana seorang reporter harus bisa meredam segala egonya, pribadinya, dan

benar-benar menjadi seorang reporter yang berintegritas. Tidak, terpengaruh

masalah keluarga, kisah masa lalu, bahkan keinginan pemilik media.

Reporter yang bekerja pada stasiun televisi diharapkan mampu mematuhi

kode etik yang ada, memiliki pemikiran jernih, berdedikasi menyampaikan

kebenaran yang secara Laksikal dalam KBBI (Putra, 2010 : 122) diartikan sesuai

sebagaimana adanya, seharusnya, adil, lurus, dapat dipercaya, sah. Berita

berdasarkan fakta yang secara etimolohi berasal dari kata benda latin “factum”

jamaknya facta dan kata kerjanya facere yang berarti peristiwa atau kejadian,

membuat agar terjadi sesuatu, berhasil.

Kegiatan utama insan media mengkonstruksikan berbagai realitas atas

kejadian yang dilaporkan. Pembuatan berita dimedia pada dasarnya penyusunan

(25)

Temtu saja penggunaan bahasa yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Bahkan

keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk menggunakan realitas,

melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas.

Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan

dalam subjek tertentu, tema-tema, wacana tertentu mapun strategi-strategi

didalamnya (Eriyanto, 2001 : 6).

Media televisi tidak mudah terlepas dari kosntruksi realitas sosial media.

Realitas kekuatan media mengkonstruksikan realitas sosial, dimana melalui

kekuatan itu media memindahkan realitas sosial ke dalam pesan media dengan

atau setelah berubah citranya. Kemudian media memindahkannya melalui

replikasi citra ke dalam realitas sosial yang baru di masyarakat, seakan realitas itu

sedang hidup di masyarakat. Keberadaan media merupakan saringan yang

menentukan apakah peristiwa yang sudah memiliki nilai berita pantas disiarkan

atau tidak. Dengan kata lain, tidak semua peristiwa yang memiliki nilai berita bisa

diberitakan (Abrar, 1993 : 89).

Serial drama Pinocchio memiliki 4 pemeran utama yaitu Lee Jong Suk

sebagai Ki Ha Myung/ Choi Dal Po, reporter YGN yang sebelumnya pekerja

sebagai supir taksi. Ia lahir dengan nama Ki Ha Myung yang tenggelam di lautan

dan diselamatkan oleh seorang kakek bernama Choi Gong Pil. Dia kemudian

diadopsi dalam keluarga tersebut dan diberi nama Choi Dal Po, karena Gong Pil

percaya bahwa Ha Myung anaknya yang telah meninggal tenggelam dilaut 30

tahun silam kembali dengan selamat. Melalui keluarga barunya ini Dal Po

memiliki seorang ayah, adik dan keponakan. Dia memutuskan untuk

menyembunyikan masa lalunya yang kelam. Demi membalas ketulusan orang tua

yang menyelamatkannya, dia rela menjadi sosok Dal Po yang dikenal tidak

memiliki kepandaian apapun. Akibatnya selama bersekolah nilainya selalu nol,

walau sebenarnya ia pria tampan yang pintar.

Sadar keluarganya sulit dalam keuangan, ia memberikan kesempatan

kepada keponakan yang seumuran dengannya untuk melanjutkan pendidikan ke

Universitas. Sementara Dal Po menjadi supir taksi untuk memenuhi kebutuhan

(26)

korban pemberitaan seorang reporter bernama Sung Cha Ok yang menjatuhkan

seluruh kesalahan pada ayahnya atas insiden tewasnya sembilan anggota

pemadam kebakaran saat bertugas. Ia tidak pernah melupakan rasa sakit hati dan

ingin membalas dendam pada reporter tersebut dengan menunjukkan bagaimana

reporter sebenarnya bekerja. Dal Po menjadi reporter untuk membersihan nama

ayahnya dan mengembalikan nama aslinya Ki Ha Myung.

Park Shin Hye sebagai Choi In Ha, seorang gadis yang selalu menyatakan

apapun yang ada dalam hati dan pikirannya sebab iya mengidap Sindrom

Pinocchio yang akan menyebabkan dirinya cegukan ketika berbohong. Hal ini

sekaligus menjadi motivasi tersendiri baginya untuk menjadi reporter, sebab

menurutnya reporter akan selalu memberitakan kebenaran. Dengan menjadi

reporter In Ha juga bisa bertemu dengan ibunya yang telah berpisah semenjak

bercerai dengan ayahnya. Ibu In Ha adalah reporter Sung Cha Ok yang melakukan

pemanggilan khusus agar In Ha bekerja di MSC. Sebelumnya In Ha pernah

melamar sebagai reporter di MSC namun gagal saat seleksi interview dan ibunya

salah satu penginterview pada saat itu. Sebagai penderita sindrom Pinocchio

memang sulit melamar pekerjaan sebagai reporter namun In Ha tetap berusaha

dan ketika ada peluang ia memutuskan mengambil peluang tersebut. Banyak

masalah yang ia hadapi selama menjalani pekerjaannya dan itu memberikannya

motivasi lebih untuk mencari kebenaran daripada reporter lainnya di luar sana.

Kim Young Kwang sebagai Seo Beom Jo, berasal dari keluarga kaya raya

malah menjadikannya sebagai pribadi yang lembut dan perhatian pada

orang-orang disekelilingnya. Perhatiannya yang lebih pada In Ha yang menuntunnya

mengikuti jejak In Ha. Orang-orang tidak bisa mengalihkan pandangan mata

mereka padanya karena memiliki penampilan dan perawakan seperti seorang

model, bahkan gaya berpakaiannya sangat bagus. Ia bergabung di MSC dengan

pengangkatan khusus setelah gagal pada test sebagai reporter di YGN. Sebenarnya

secara kebetulan Beom Jo menemukan ponsel ibu In Ha yang tertinggal

dirumahnya dan menyimpannya, dia selalu membaca pesan yang dikirim In Ha

pada ibunya. Sejak saat itu ia tertarik pada dunia yang In Ha jalani dan

(27)

menjadi lebih dinamis dibandingkan menjadi anak kesayangan ibunya

membuatnya menjadi reporter yang mengurusi masalah-masalah sosial.

Lee Yoo Bi sebagai Yoon Yeo Rae mantan sesaeng fans atau fans yang

berlebihan yang suka mengikuti idolanya. Kemauan yang kuat dan bakat

memata-matai menjadikan Yoe Rae memilih menjadi reporter. Kebiasaan masa lalunya

sempat menyebabkan dia dipandang rendah, namun pengalamannya tersebut

menjadi keunggulan baginya. Yoo Rae gagal pada saat mengikuti test menjadi

reporter di MSC, lalu mencoba di YGN dan berhasil masuk. Dia suka

menggunakan stetoskop untuk menguping percakapan orang-orang yang

mengetahui suatu kasus yang memungkinkan dia menulis laporan tentang topik

apa pun yang ditugaskan padanya. Selain itu dia juga dapat dengan mudah

mendapatkan informasi melalui omongan orang dan pemberitaan yang beredar di

sosial media.

Keempat pemeran utama merupakan reporter junior yang sedang

menjalani masa traning. Reporter baru biasanya ditugaskan untuk mencari berita

di beberapa tempat umum, salah satunya kantor polisi. Mereka di tempatkan

bertugas di Kantor Polisi Wilayah Sungai Han. Dal Po dan Yeo Rae tim traner

Divisi Investigasi stasiun televisi YGN, sedangkan In Ha dan Beom Jo tim traner

Divisi Investigasi stasiun televisi MSC. Mereka harus mendapatkan laporan

berupa kasus besar maupun kecil untuk dilaporkan pada atasan agar menjadi

bahan pemberitaan. Mereka dilatih untuk benar-benar mengerti dan paham pada

profesi yang mereka jalani.

Serial atau sinetron dengan mengambil latar belakang profesi jurnalis,

reporter atau wartawan memang belum banyak dibuat. Kemunculan serial ini

seperti menjadi pemenuhan tayangan praktik nyata dunia jurnalistik. Muncul

drama lain di Korea yang juga mengisahkan karier jurnalistik televisi dengan

judul Healer, drama ini mengisahkan reporter yang mencari kebenaran dari kasus

masa lalu dan berhasil mengungkapkannya. Drama ini lebih banyak mengisahkan

badan mata-mata dibandingkan dengan profesi reporternya, serta hanya

menyajikan satu kasus tidak seperti Pinocchio yang menyajikan posisi reporter

(28)

Sinetron dengan tema cerita profesi reporter belum dijumpai hingga kini di

produksi stasiun televisi Indonesia. Stasiun televisi RCTI sebelumnya pernah

menayangkan serial drama Pinocchio, namun baru beberapa episode

penayangannya dihentikan tanpa sebab yang jelas. Kemudian pada 3 Juni 2015

drama Pinocchio kembali ditayangkan setiap Senin hingga Jumat pukul

14:00WIB – 16:00WIB. Sementara itu Tiongkok dan Jepang juga menayangkan

drama tersebut di negaranya, serta beberapa negara lain di Eropa dan Amerika.

Drama Pinocchio juga meraih penghargaan sebagai drama terbaik dalam ajang

Seoul International Drama Awards, serta masuk dalam beberapa ajang

penghargaan lainnya di Korea Selatan.

Drama memanglah hasil karya cipta sutradara, penulis naskah, crew serta

artis yang teraktualisasikan dalam bentuk tayangan berseri. Seorang penulis

naskah dalam membuat jalan cerita tentulah melakukan observasi terlebih dahulu

hingga kisah yang dihadirkan bukan hanya terkesan fantasi. Namun juga

mengandung pesan kehidupan keseharian yang nyata. Sehingga diterima begitu

banyak orang yang menontonnya di seluruh belahan dunia.

Peneliti memilih serial drama Pinocchio karena ceritanya berhubungan

dengan profesi reporter yang banyak menjadi cita-cita generasi muda sekarang ini.

Banyak orang yang memutuskan bekerja di dunia jurnalistik televisi karena

mereka melihat adanya tantangan, kepuasan, kemungkinan menjadi terkenal

dengan muncul di layar kaca serta gaji yang relatif lebih baik. Seorang reporter

memiliki kemampuan bertemu dengan banyak orang penting dan berpengaruh di

masyarakat. Serta adanya rasa bangga dari setiap informasi yang berhasil

ditayangkan dalam diri reporter.

Drama Pinocchio mengisahkan bagaimana reporter dalam menjalani

pekerjaannya tersebut saat masih junior atau baru hingga terus belajar dan

berkembang menjadi reporter yang sesungguhnya. Tidak boleh menyepelekan

masalah kecil atau menutupi masalah besar serta paham akan setiap dampak dari

pemberitaan yang telah ditayangkan media tempatnya bekerja. Setiap pemberitaan

yang disebarluaskan dilihat oleh masyarakat dan akan menimbulkan reaksi.

(29)

kewenangan redaksi, namun reporter tidak boleh terpengaruh dan tetap fokus

bekerja sesuai dengan tuntutan profesi, uraian kerja yang sesungguhnya dan

prinsip-prinsip yang melekat secara teoritis atapun ikrar.

Penelitian ini juga tentunya akan menyinggung Kode Etik Jurnalistik

sebagai acuan moral yang mengatur tindak-tanduk wartawan, reporter atau

jurnalis. Kode Etik Jurnalistik bisa berbeda dari satu negara ke negara lain, dari

satu organisasi ke organisasi lain, dari satu media ke media lainnya. Karena drama

ini merupakan drama yang tayang dibeberapa negara di belahan dunia tentulah

sang penulis naskah menggunakan Kode Etik Jurnalistik secara universal yang

dipahami oleh setiap penontonnya. Maka dari itu peneliti akan mengganalisis

pedoman kerja reporter menggunakan Kode Etik Jurnalistik secara umum, yang

menjadi titik kesamaan dari Kode Etik Jurnalistik yang ada.

Penelitian akan berfokus pada profesi reporter dalam mencari,

mengumpulkan, mengelola atau menyeleksi dan menyebarluaskan informasi yang

dilakukan empat reporter pemeran utama dalam serial drama Pinocchio. Choi Dal

Po, Choi In Ha, Seo Beom Jo dan Yoon Yeo Rae, dalam mengemban tugas

menyelesaikan setiap kasus yang berhasil ditemukan. Terlepas dari nama judul

dan Sindrom Pinocchio yang diderita salah seorang reporter. Peneliti akan

menganalisis setiap kasus dengan Kode Etik Jurnalistik secara umum berisi

beberapa hal yang bisa menjamin terpenuhnya tanggung jawab seorang wartawan,

reporter atau jurnalis pada masyarakat. Hal tersebut adalah tanggungjawab,

kebebasan, independensi, kebenaran, tidak memihak dan adil.

Berdasarkan konteks masalah yang diuraikan peneliti di atas maka

penelitian menggunakan metode Analisis Isi Kualitatif terhadap Profesi Reporter

dalam Serial Drama Pinocchio dirasa baik untuk mengetahui penggambaran nyata

dari pekerjaan seorang reporter. Peneliti menjadikan serial drama Pinocchio

sebagai subjek penelitian dengan mengambil beberapa adegan yang dianggap

mampu memberika penggambaran nyata dari objek penelitian yang akan

dilakukan. Reporter yang profesional akan menyajikan berita yang bermanfaat

bagi masyarakat dan mampu mengontrol kepentingan pihak-pihak tertentu tanpa

(30)

1.2Fokus Masalah

Tujuan dari fokus masalah adalah untuk menghindari ruang lingkup

penelitian yang terlalu luas. Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, maka

dapat dirumuskan fokus masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana reporter menjalankan tugasnya dalam serial drama

Pinocchio?

b. Bagaimana Kode Etik Jurnalistik secara universal menjadi acuan

reporter dalam menyelesaikan tugas pada serial drama Pinocchio?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:

a. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tugas reporter dalam serial

drama Pinocchio.

b. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Kode Etik Jurnalistik secara

universal yang digunakan sebagai acuan reporter dalam menyelesaikan

tugas pada serial drama Pinocchio.

1.4Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memperluas

pengetahuan peneliti dalam bidang jurnalistik.

b. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat menambah dan

memperkaya pengetahuan pada penelitian dalam bidang komunikasi,

terutama berkaitan dengan Analisis Isi di Departemen Ilmu

Komunikasi, FISIP USU.

c. Secara praktis, dapat menjadi sumber bacaan dan refrensi dalam

(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Konsep paradigma pertama kali dipopulerkan oleh Thomas Kuhn, seorang

ahli sejarah dan filsafat ilmu pengetahuan melalui bukunya The Structure of

Scientific Revolution (1970) (Suyanto, Sutinah, 2005 : 215). Proses komunikasi

memiliki sudut pandang atau perspektif yang berbeda dalam melihat suatu

fenomena sosial. Setiap manusia ataupun individu mempunyai pandangan

masing-masing dalam suatu hal dan memungkinkan untuk melengkapi pandangan

di antara individu-individu tersebut. Kemudian sudut pandang atau perpektif akan

menghasilkan suatu interpretasi terhadap suatu fenomena sosial. Menurut Thomas

Kuhn, paradigma merupakan landasan berpikir atau konsep dasar yang dianut atau

dijadikan model, baik berupa model atau pola yang dimaksud ilmuan dalam

upayanya mengandalkan studi-studi keilmuan.

Paradigma merupakan suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang ada

dalam diri seseorang tentang pandangan dunia dan membentuk cara

pandangannya terhadap dunia (Indiawan, 2011 : 27). Paradigm adalah salah satu

cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigm tertanam kuat

dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigm menunjukkan pada

mereka apa yang penting, absah dan masuk akal. Paradigm juga bersifat normatif,

menunjukkan kepada praktisi apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan

pertimbangan eksistensial dan epistimologis yang panjang (Mulyana, 2003 : 9).

2.1.1 Paradigma Konstruktivis

Paradigma yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah paradigma

konstruktivis. Paradigma konstruktivis memandang bahwa bahasa tidak lagi

hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan

dari subjeknya (penyampai pernyataan) (Eriyanto, 2001 : 5). Konstruktivisme

(32)

hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol

terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Dengan kata lain, setiap

pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan

pembentukan diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. Oleh karena

itu analisis dapat dilakukan demi membongkar maksud dan makna-makna tertentu

dari komunikasi.

Semesta adalah suatu konstruksi, artinya semesta bukan dimengerti

sebagai semesta yang otonom, akan tetapi dikonstruksikan secara sosial dan

karenanya plural. Konstruksi membuat cakrawala baru dengan mengakui adanya

hubungan antara pikiran yang membentuk ilmu pengetahuan manusia dengan

objek atau eksistensi manusia. Paradigma konstruktivis mencoba menjembatani

dualisme objektivitas dan subjektivitas dengan mengafirmasi peran subjek dan

objek dalam konstruksi ilmu pengetahuan. Dalam konstruktivis adanya anggapan

bahwa tidak ada makna yang mandiri, tidak ada deskripsi yang murni objektif.

Konstruktivis percaya bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang

yang sedang mengetahui. Pada proses komunikasi, pesan tidak dapat dipindahkan

begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain. Pengetahuan manusia adalah

konstruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan dunia

objek material. Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna terhadap

kenyataan dan bukan reproduksi kenyataan. Menurut Driver dan Bell, ilmu

pengetahuan bukanlah hanya kumpulan hukum dan daftar fakta, ilmu

pengetahuan, terutama sains, adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua

gagasan dan konsepnya yang ditemukan secara bebas (Ardianto dan Aness, 2009 :

151).

Secara ringkas gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat

dirangkum sebagai berikut:

1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka,

tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.

2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur

(33)

3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur

konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam

berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang (Ardianto dan

Aness, 2009 : 152).

Teori konstruktivisme, menyatakan bahwa individu menginterpretasikan

dan bereaksi menurut kategori konseptual dan pikiran. Realitas tidak

menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara pandang orang

terhadap realitas tersebut. Teori konstruktivis atau konstruktivisme adalah

pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an

oleh Jesse Delia dan rekan-rekannya. Robyn Penmann merangkum kaitan

konstruktivis dalam hubungannya dengan ilmu komunikasi:

1. Tindakan komunukatif sifatnya sukarela. Pembuat komunikasi adalah

subjek yang memiliki pilihan bebas, walaupun lingkungan sosial

membatasi apa yang dapat dan telah dilakukan. Jadi tindakan

komunikasit dianggap sebagai tindakan sukarela, berdasarkan pilihan

subjeknya.

2. Pengetahuan adalah sebuah produk sosial. Pengetahuan bukan sesuatu

yang objektif sebagai diyakini positivism, melainkan diturunkan dari

interaksi dalam kelompok sosial. Pengetahuan itudapat ditemukan

dalam bahasa, melalui bahasa itulah konstruksi realitas tercipta.

3. Pengetahuan bersifat konstektual, maksudnya pengetahuan merupakan

produk yang dipengaruhi ruang waktu akan dapat berubah sesuai

dengan pergeseran waktu.

4. Teori-teori menciptakan dunia. Teori bukanlah alat, melainkan suatu

cara pandang yang ikut mempengaruhi pada cara pandang kita

terhadap realitas atau dalam batas tertentu teori menciptakan dunia.

Dunia disini bukanlah “segala sesuatu yang ada” melainkan “segala

sesuatu yang menjadi lingkungan hidup dan penghayatan hidup

manusia”, jadi dunia dapat dikatakan sebagai hasil pemahaman

manusia atas kenyataan di luar dirinya.

(34)

Pendekatan konstruktivisme dapat dikaitkan dengan reporter sebagai

individu yang menjalankan profesinya mengutamakan masyarakat. Fokus mencari

informasi dengan penuh ketelitian di lapangan jangan sampai ada yang

terlewatkan. Keseluruhan informasi yang berhasil ditemukan merupakan potongan

teka-teki kebenaran berdasarkan fakta yang telah dikonfirmasi kebenarannya.

Potongan kebenaran berserakan sehingga sulit untuk mengungkapkan kebenaran

secara keseluruhan. Oleh karenanya reporter harus terus mengamati hal yang

berkaitan dengan kasus yang dihadapi. Ketepatan bahasa menyatu dengan gambar

yang baik sangat menentukan pemberitaan yang disajikan. Hingga masyarakat

dapat menganggap inilah berita yang dapat dipercaya.

Kebenaran lebih disukai daripada kebohongan, keterbukaan lebih

dihormati dari pada rahasia, dan informasi yang teruji jauh lebih dipercaya

daripada desas-desus. Berita merupakan sebuah laporan tercepat dari suatu

peristiwa atau kejadian faktual, penting dan menarik bagi sebagian besar

masyarakat serta menyangkut kepentingan mereka. Oleh karenanya televisi selaku

media perlu sadar akan cara kerja reporter dan masyarakat sebagai penerima

pesan. Media bukan hanya memilih peristiwa dan menentukan sumber berita

tetapi juga mendefinisikan peristiwa dan sumber berita tersebut.

Peneliti menggunakan paradigma ini sebagai pandangan dasar untuk

melihat bagaimana peranan reporter sebagai jurnalis televisi menjalankan

tugasnya digambarkan pada serial drama Pinocchio yang diproduksi dan

ditayangkan di Korea Selatan pada tahun 2014 dengan jumlah 20 episode.

Penelitian akan mengambil beberapa adegan memburu, menggali atau

mengumpulkan berita juga memberitakan kasus-kasus seperti pembunuhan,

pengorbanan, fitnah, kebakaran dan lain-lain.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Analisis Isi

Metode analisis isi pada dasarnya merupakan suatu teknik sistematik

untuk menganalisis isi pesan dan mengelola pesan, atau suatu alat untuk

(35)

komunikator yang dipilih (Bungin, 2001 : 175). Logika dasar dalam komunikasi,

bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, baik

berupa verbal maupun nonverbal. Sejauh itu, makna komunikasi menjadi amat

dominan dalam setiap peristiwa komunikasi.

Metode content analysis atau analisis isi konvensional di kalangan ilmuan

sosial. Khususnya peneliti media, amat populer keberadaanya. Karena merupakan

suatu metode yang amat efisien untuk menginvestigasi isi media baik yang

tercetak maupun media dalam bentuk broadcast (Suyanto, Sutinah, 2005 : 125).

Altheide (Kriyantono, 2008 : 249) mengatakan bahwa :

Analisis Isi Kualitatif disebut pula sebagai Ethnographic Content Analysis (ECA), yaitu perpaduan analisis isi objektif dengan observasi partisipan. Artinya, peneliti berinteraksi dengan material-material dokumentasi atau bahkan melakukan wawancara mendalam sehingga pernyataan-pernyataan yang spesifik dapat diletakkan pada konteks yang tepat untuk dianalisis.

Secara teknik Content Analysis mencakup upaya-upaya : klasifikasi

lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria dalam

klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis tertentu dalam membuat prediksi,.

Penggunaan Analisis Isi dapat dilakukan sebagaimana Paul W. Massing

melakukan studi-studi tentang “The Voice of America”. Analisis Isi didahului

dengan melakukan coding terhadap istila-istilah atau penggunaan kata dan kalimat

yang relevan, yang paling banyak muncul dalam media komunikasi. Dalam hal

pemberian coding, perlu juga dicatat dalam konteks mana istilah itu muncul.

Kemudian, dilakukan klasifikasi terhadap coding yang telah dilakukan. Klasifikasi

dilakukan dengan melihat sejauh mana satuan makna berhubungan dengan tujuan

penelitian. Klasifikasi ini dimaksud untuk membangun kategori dari setiap

klasifikasi. Kemudian, satuan makna dan kategori dianalisis dan dicari hubungan

satu dengan lainnya untuk menemukan makna, arti, dan tujuan isi komunikasi itu.

Hasil analisis ini dideskripsikan dalam bentuk draf laporan penelitian

sebagaimana umumnya laporan penelitian.

Ada beberapa prinsip pokok yang umum untuk analisis isi, yaitu pertama

objektivitas di mana penelitian ini akan memberikan hasil yang sama apabila

(36)

menentukan kategori yang dibuat mampu mencakup semua isi yang dianalisis

agar pengambilan keputusan yang berat sebelah dapat dihindari. Ketiga,

kuantitatif di mana penelitian menghasilkan nilai-nilai yang bersifat numeral atas

frekuensi isi tertentu yang dicatat dalam penelitian. Keempat, manifest di mana isi

yang muncul bersifat apa adanya, artinya bukan yang dirasa atau yang dinilai oleh

peneliti tetapi apa yang benar-benar terjadi (Krippendorff, 1993 : 15-17).

Definisi Krippendorff berusaha mengekspresikan objek Analisis Isi.

Secara intuitif, Analisis Isi dapat dikarakteristikan sebagai metode penelitian

makna simbolik pesan-pesan. Krippendorff dalam bukunya Content Analysis :

Introduction to It’s Theory and Methodology memuat klasifikasi Jenis dalam

Analisis Isi, yaitu:

1) Analisis Isi Pragmatis : prosedur yang mengkasifikasi tanda menurut sebab atau akibatnya yang mungkin. Misalnya, penghitungan berapa kali suatu kata diucapkan, yang dapat mengakibatkan sikap suka terhadap negara Jerman pada audiens tertentu.

2) Analisis Isi Semantik :prosedur yang mengklarifikasi tanda menurut maknanya (misalnya, perhitungan berapa kali negara Jerman dijadikan referensi, tidak jadi masalah kata apa yang digunakan untuk menunjukkan referensi itu.

a. Analisis pembujukan (designation) : menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu (orang, benda, kelompok, atau kelompok) dirujuk. Analisis ini secara kasar disebut analisis pokok bahasan (subject-matter).

b. Analisis penyifatan (attributions) : menggambarkan frekuensi seberapa sering karakteristik tertentu dirujuk (misalnya, referensi kepada ketidakjujuran).

c. Analisis pernyataan (assertions) : menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu dikarakteristikan secara khusus. Analisis ini secara kasar disebut analisis sematik.

3) Analisis Sarana Tanda (sign-vehicle) : prosedur yang mengklasifikasikan isi menurut sifat psikofisik dari tanda, misalnya perhitungan berapa kali kata “Negara Jerman” muncul.

2.2.2 Komunikasi Massa

2.2.2.1. Definisi Komunikasi Massa

Secara epistemologi istilah kata komunikasi atau dalam bahasa inggris

communication berasal dari bahasa latin yakni communication dan bersumber dari

(37)

diinterpretasikan dengan pemaknaannya adalah sama makna (Amir Purba, dkk,

2006 : 1). Wilbur Schramm seorang akademisi dari Universitas Illionis Amerika

Serikat sebagai seorang yang paling berjasa dalam pengembangan kajian

komunikasi sebagai sebuah studi ilmu pengetahuan sosial. Wilbur Schramm

merupakan founding fathers-nya ilmu komunikasi. Konstribusinya telah mendapat

banyak pengakuan dari berbagai akademisi ilmu komunikasi saat ini (Amir Purba

dkk, 2006 : 25).

Sementara Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup sendiri yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat (Mulyana, 2002: 5).

Menelaah komunikasi sangatlah luas ruang lingkup dan dimensinya. Salah

satu bentuk komunikasi yang banyak dibahas mengenai komunikasi massa.

Komunikasi massa pertama kali muncul pada akhir tahun 1930-an. Banyak

defenisi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Pada dasarnya komunikasi massa

merujuk pada penerimaan pesan yang berkaitan dengan media massa. Ada

beberapa bentuk media massa antara lain: media cetak, media elektronik dan

media internet. Oleh karenanya komunikasi massa merupakan studi ilmiah tentang

media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang

akan coba diraihnya dan efeknya terhadap mereka (Nurudin, 2007 : 2).

Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada

komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan

media. Menurut Effendy, terdapat lima ciri dari komunikasi massa diantaranya

adalah:

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

4. Media massa menimbulkan keserempakan

(38)

Alexis S. Tan mengemukakan dalam komunikasi massa itu (Nurudin,

2003 : 10)

Komunikator merupakan organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah orang banyak yang terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya media massa (surat kabar, majalah atau penerbit buku, stasiun atau jaringan televisi). Media massa tersebut diatas adalah “organisasi sosial”, sebab individu di dalamnya punya tanggung jawab yang sudah dirumuskan seperti dalam sebuah organisasi. Misanya reporter mencari fakta-fakta di lapangan, sedang editor mengeditnya.

Kesimpulan dari pendapat diatas bahwa antara reporter dan editor berada

dalam sebuah wadah “organisasi sosial”, dan keduanya harus bisa bekerja sama

secara baik sesuai dengan tanggungjawabnya masing-masing. “Organisasi sosial”

tidak sekedar kumpulan orang yang memiliki mekanisme kerja dan tanggung

jawab, namun yang paling ditekankan adalah kerja sama atas nama media

tempatnya bekerja.

2.2.2.2. Fungsi Komunikasi Massa

Harold Lasswell dan Charles Wright merupakan sebagian dari pakar yang

benar-benar serius mempertimbangkan fungsi dan peran media massa dalam

masyarakat. Lasswell pakar komunikasi dan professor hukum di Yale, mencatat

ada 3 fungsi media massa: pengamatan lingkungan, korelasi bagian-bagian dalam

masyarakat untuk merespons lingkungan dan penyampaian warisan masyarakat

dari satu generasi ke generasi selanjutnya. selain ketiga fungsi ini, Wright (1959)

menambah fungsi keempat, yaitu hiburan(Severin dan Tankard, 2008 : 389).

1.) Pengawasan (Surveillance)

Fungsi pertama memberikan informasi dan menyediakan berita. Dalam

membentuk fungsi ini, media sering kali memperingatkan kita akan

bahaya yang mungkin terjadi seperti kondisi cuaca yang ekstrem atau

berbahaya atau ancaman militer. Fungsi pengawasan juga termasuk berita

yang tersedia di dunia yang penting dalam ekonomi, publik dan

masyarakat, seperti laporan bursa pasar, lalu lintas, cuaca dan sebagainya.

Charles Wright mengatakan bahwa surveillance menunjukkan

(39)

berlangsung di lingkungan, baik du luar maupun di dalam suatu

masyarakat tertentu. Dalam beberapa hal ini berhubungan dengan apa

yang dipandang sebagai penanganan berita (Marhaeni Fajar, 2008: 245).

Orang-orang media, yaitu wartawan surat kabar dan majalah, reporter

radio dan televisi, koresponden kantor berita dan lain-lain berada di

mana-mana di seluruh dunia, mengumpulkan informasi buat masyarakat yang

tidak dapat diperoleh masyarakat. Informasi tersebut disampaikan kepada

organisasi-organisasi media massa yang dengan jaringan luas dan alat-alat

canggih disebarluaskan ke seluruh dunia.

2.) Korelasi (Correlation)

Fungsi yang kedua adalah seleksi dan interpretasi informasi tentang

lingkungan. Media sering kali memasukkan kritik dan cara bagaimana

seseorang harus bereaksi terhadap kejadian tertentu. Karena itu korelasi

merupakan bagian media yang berisi editorial dan propaganda. Fungsi

korelasi bertujuan untuk menjalankan norma sosial dan menjaga konsesus

dengan mengekpos penyimpangan, memberikan status dengan cara

menyoroti individu terpilih, dan dapat berfungsi untuk mengawasi

pemerintah. Dalam menjalankan fungsi korelasi, media sering kali

menghalangi ancaman terhadap stabilitas sosial dan memonitor atau

mengatur opini publik.

Fungsi korelasi dapat menjadi disfungsi ketika media terus-menerus

melangengkan stereotype dan menumbuhkan kesaman, menghalangi

perubahan sosial, dan inovasi, mengurangi kritik dan melindungi serta

memperluas kekuasaan yang mungkin perlu diawasi. Salah satu bentuk

disfungsi utama pada korelasi media yang sering disinggung adalah

pembentukan apa yang disebut Daniel Boorstin “kejadian palsu” atau

pembentukan “kesa” atau “kepribadian” yang sebagian besar merupakan

barang yang dijual industry humas. Produk atau perusahaan diberi “kesan”

tertentu sementara individu diberi “kepribadian” publik yang khusus

(40)

media. Politisi yang ambisisus dan artis yang mencari ketenaran dan

penerimaan publik sementara perusahaan menginginkan kesan terhormat

dan barang dan jasa.

3.) Penyampai Warisan Sosial (Transmission of the Social Heritage)

Penyampai warisan sosial merupakan suatu fungsi di mana media

menyampaikan informasi, nilai, dan norma dari satu generasi ke generasi

berikutnya atau dari anggota masyarakat kaum pendatang. Dengan cara

ini, mereka bertujuan untuk meningkatkan kesatuan masyarakat dengan

cara memperluas dasar pengalaman umum mereka. Mereka membantu

integrasi individu ke masyarakat baik dengan cara melanjutkan sosialisasi

setelah pendidikan formal berakhir, ataupun dengan mengawalinya pada

masa-masa pra-sekolah. Telah diketahui bahwa media dapat mengurangi

perasaan teraasing pada individu atau perasaan tak menentu melalui wadah

masyarakat tempat dia dapat mengidentifikasikan dirinya.

Namun demikian, mengingat sifatnya yang cenderung tidak pribadi,

media massa dituduh ikut berperan dalam depersonalisasi masyarakat.

Media massa diletakkan di antara individu dan menggeser hubungan

langsung pribadi dalam komunikasi. Media juga dikatakan menyebabkan

berkurangnya keanekaragaman budaya dan membantu meningkatkan

masyarakat massa. Hal ini menandakan bahwa, karena media massa kita

cenderung membicarakan hal yang sama, berpakaian dengan cara yang

sama, bertindak dan bereaksi dengan cara yang sama. Hal ini berdasarkan

pada satu gagasan bahwa jutaan orang menerima model peran yang

disajikan media akibat begitu besarnya tingkat penggunaan media. Sejalan

dengan adanya kecenderungan standarisasi terdapat pandangan bahwa

media massa menghambat perkembangan budaya.

4.) Hiburan (Entertainment)

Sebagian besar isi media mungkin dimaksudkan sebagai hiburan,

bahkan di surat kabar sekalipun, mengingat banyaknya kolom, fitur, dan

(41)

dari masalah setiap hari dan mengisi waktu luang. Media mengekspos

budaya massa berupa seni dan musik pada bejuta-juta orang, dan sebagian

orang merasa senang karena bisa meningkatkan rasa dan pilihan publik

dalam seni. Bagaimanapun juga, masih ada sebagian orang yang tidak

sepaham dengan mengatakan bahwa media mendorong orang melarikan

diri dari masalah, merusak kesenian, merendahkan selera publik dan

menghalangi berkembangnya apresiasi terhadap seni.

De vito (Marhaeni Fajar, 2008 : 239) menyebutkan, bahwa

Media mendesain program-program mereka untuk menghibur khalayak. Tentu saja sebenarnya mereka memberi hiburan itu untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat sebanyak mungkin sehingga mereka dapat menjual hal ini kepada para pengiklan.

Table 2.1 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan

Tujuan Komunikator

(Penjaga Sistem)

Tujuan Komunikasi (Menyesuaikan diri pada

system pemuasan kebutuhan)

Memberi informasi Memperlajari ancaman dan peluang,

memahami lingkungan, menguji kenyataan,

meraih keputusan.

Mendidik Memperoleh pengetahuan dan keterampilan

yang berguna memfungsikan dirinya secara

efektif dalam masyarakat, mempelajari nilai,

tungkah laku yang cocok agar diterima dalam

masyarakat.

Mempersuasif Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah

laku dan aturan yang cocok agar diterima

dalam masyarakat

(42)

2.2.3 Media Massa Televisi

Media massa berperan sebagai Agent of change yaitu sebagai pelopor

perubahan (Bungin, 2006 : 86). Dimana media massa menjalankan tugasnya

sebagai media edukasi, media informasi, dan media hiburan. Media edukasi

menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat menjadi cerdas, pikiran

terbuka dan menjadi masyarakat yang maju. Media informasi yaitu media yang

selalu menyampaikan informasi yang terbuka dan jujur kepada masyarakat,

menjadikan masyarakat kaya akan informasi dan terbuka dengan informasi. Media

hiburan juga menjadi media massa yang institusi terhadap budaya, dimana

mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi masyarakat yang

bermoral dan juga mencegah agar perkembangan budaya ini tidak merusak

peradaban masyarakat.

Media massa televisi menjadi bagian yang sangat penting sebagai sarana

berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut

perbedaan dan persamaan persepsi tentang suatu isu yang sedang terjadi di

belahan dunia (Kuswandi, 1993 : 21). Sejumlah batasan-batasan antar negara

bukan menjadi hal yang sulit untuk kebutuhan tayangan televisi. Cakrawala

informasi massa sebagai objek utama dari liputan media televisi semakin luas.

Materi hiburan yang disajikan lebih banyak, beragam dan menarik. Tidak

menonton televisi, sama saja dengan makhluk buta yang hidup dalam tempurung.

Televisi menjadi media yang paling banyak dimiliki dan dinikmati oleh

masyarakat dibanding dengan media massa lainnya. Siaran televisi menjadi lebih

“hidup” dalam menyampaikan pesan, dengan audio visual yang dimilikinya.

Dengan visualisasi yang bagus dari siaran televisi, masyarakat dapat merasa lebih

“dekat”, baik terhadap lokasi peristiwa maupun dengan “perasaan” sesuatu yang

di tayangkan. Tanpa banyak informasi tambahan masyarakat sudah paham dengan

apa yang tertampil pada layar televisi. Maka dari itu televisi sangat berguna dalam

upaya pembentukan sikap, perilaku, dan perubahan pola pikir (Effendi, 2005: 21).

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan pesan

(43)

1. Pemirsa

Dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun,

seorang komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang

komunikannya. Tetapi bukan dalam komunikasi melalui televisi, faktor pemirsa

menjadi perhatian lebih, disebabkan komunikator harus memahami kebiasaan dan

minat pemirsa baik dalam kategori anak-anak, remaja dan dewasa.

2. Waktu

Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan agar setiap acara yang

ditayangkan dapat secara proporsional dan dapat diterima oleh sasaran khalayak.

3. Durasi

Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap

penayangan acara.

4. Metode penyajian

Fungsi utama televisi pada umunya menurut khalayak adalah untuk

menghibur dan mendapatkan informasi. Bukan berarti fungsi mendidik dan

membujuk diabaikan, fungsi non hiburan dan non informasi haris tetap ada karena

sama pentingnya bagi komunikator dan komunikan.

Kekuatan media televisi menguasai jarak dan ruang karena teknologi

televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan

atau bertransmisi melalui satelit. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa

dalam jumlah besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan,

sangat cepat. Daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal

ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak. Satu hal yang

paling berpengaruh dari daya tarik televisi ialah informasi atau berita yang

disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis, sehingga pemirsa tidak perlu lagi

mempelajari isi pesan dalam menangkap siaran televisi.

Jurnalisme televisi menjadikan gambar dan kata-kata sebagai hal penting.

(44)

atau gempa bumi yang tengah terjadi, bahkan ledakan pesawat dan lain

sebagainya direkam kamera. Ketika peristiwa tengah berlangsung, kamera televisi

menjadi mata pemirsa dalam melihat fakta-fakta. Segala detil kejadian ditangkap,

disorot serta diperlihatkan. Ini bukan pekerjaan mudah. Kamera tersebut harus

benar-benar mewakili kepentingan reporter dan kru lainnya. Reporter yang

mencari dan mencatat segala fakta yang terjadi, bisa jadi menginginkan sorotan

kameranya sesuai dengan bahan berita yang ditemukannya. Di sisi lain, berbagai

teknisi studio kerap juga menuntut agar sorotan juru kamera jurnalistik televisi ini

berhasil menampilkan gambar-gambar faktual yang layak untuk ditonton

(Septiawan Santana K, 2005 : 111).

2.2.4 Serial Drama

Televisi menyajikan berbagai program yang mampu menarik perhatian

masyarakat, mulai dari tayangan yang berbasis mengasa kemampuan seperti kuis,

game show, tayangan hiburan seperti drama, musik dan pertunjukan. Sebagai

salah satu program tayangan televisi drama merupakan pertunjukan (show) yang

menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa

orang tokoh yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan

emosi. Dengan demikian, program drama biasanya menampilkan sejumlah

pemain yang memerankan tokoh tertentu. Suatu drama akan mengikuti kehidupan

atau petualangan para tokohnya. Beberapa Negara seperti di Amerika, Jepang,

Tiongkok, Korea program tersebut dijuluki serial drama, sementara di Indonesia

biasa disebut sinetron.

Alan Landsburg adalah seorang produser televisi paling sukses di Amerika

menyatakan hanya ada tiga tema dalam setiap program drama yang disukai

audience, yaitu: tema seks, uang, dan kekuasaan. Tiga tema tersebut merupakan

daya tarik yang dapat mendorong audien mengikuti program drama atau komedi.

Tema-tema sinetron atapun telenovela yang sukses ditayangkan di televisi juga

memiliki tema tersebut. Lebih lanjut Alan mengatakan “Any drama, or comedy,

that explores these qualities is on a solid footing”. Ini merupakan penegasan

Gambar

Table 2.1 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan
Tabel 4.1 Profil Serial Drama Pinocchio
Gambar 4.4
Gambar 4.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui peran reporter dalam proses peliputan berita, dan mengetahui kendala yang dihadapi reporter dalam

kedua , Agar kurator dalam menjalankan tugas dan wewenangnya yaitu tugas pengurusan dan/atau pemberesan atas harta pailit Debitor Pailit tidak ada suatu benturan kepentingan

hukum terhadap anggota Kepolisian yaitu untuk melindungi anggota Kepolisian dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya baik sebagai subjek hukum maupun sebagai

dirumuskan fokus permasalahan dalam penelitian i ni adalah “Bagaimana nilai- nilai sosial yang ditampilkan dalam serial drama Korea “ Misaeng ” ?”. 1.3

Tugas utama KPPU adalah mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanyan agar tidak melakukan praktek monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan

5 Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok

Hasil yang diperoleh peneliti berkaitan dengan representasi kekerasan terhadap perempuan yang terjadi dalam keluarga Ji Sun-Woo tersebut, yaitu: a Perselingkuhan dalam rumah tangga..

40 Dalam melaksanakan tugas supervise, KPK berwenang untuk melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan