• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Tugas Profesi Reporter Dalam Serial Drama Korea Pinocchio

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Tugas Profesi Reporter Dalam Serial Drama Korea Pinocchio"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Sumatera Utara

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Konsep paradigma pertama kali dipopulerkan oleh Thomas Kuhn, seorang

ahli sejarah dan filsafat ilmu pengetahuan melalui bukunya The Structure of

Scientific Revolution (1970) (Suyanto, Sutinah, 2005 : 215). Proses komunikasi

memiliki sudut pandang atau perspektif yang berbeda dalam melihat suatu

fenomena sosial. Setiap manusia ataupun individu mempunyai pandangan

masing-masing dalam suatu hal dan memungkinkan untuk melengkapi pandangan

di antara individu-individu tersebut. Kemudian sudut pandang atau perpektif akan

menghasilkan suatu interpretasi terhadap suatu fenomena sosial. Menurut Thomas

Kuhn, paradigma merupakan landasan berpikir atau konsep dasar yang dianut atau

dijadikan model, baik berupa model atau pola yang dimaksud ilmuan dalam

upayanya mengandalkan studi-studi keilmuan.

Paradigma merupakan suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang ada

dalam diri seseorang tentang pandangan dunia dan membentuk cara

pandangannya terhadap dunia (Indiawan, 2011 : 27). Paradigm adalah salah satu

cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigm tertanam kuat

dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigm menunjukkan pada

mereka apa yang penting, absah dan masuk akal. Paradigm juga bersifat normatif,

menunjukkan kepada praktisi apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan

pertimbangan eksistensial dan epistimologis yang panjang (Mulyana, 2003 : 9).

2.1.1 Paradigma Konstruktivis

Paradigma yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah paradigma

konstruktivis. Paradigma konstruktivis memandang bahwa bahasa tidak lagi

hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan

dari subjeknya (penyampai pernyataan) (Eriyanto, 2001 : 5). Konstruktivisme

(2)

Universitas Sumatera Utara

hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol

terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Dengan kata lain, setiap

pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan

pembentukan diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. Oleh karena

itu analisis dapat dilakukan demi membongkar maksud dan makna-makna tertentu

dari komunikasi.

Semesta adalah suatu konstruksi, artinya semesta bukan dimengerti

sebagai semesta yang otonom, akan tetapi dikonstruksikan secara sosial dan

karenanya plural. Konstruksi membuat cakrawala baru dengan mengakui adanya

hubungan antara pikiran yang membentuk ilmu pengetahuan manusia dengan

objek atau eksistensi manusia. Paradigma konstruktivis mencoba menjembatani

dualisme objektivitas dan subjektivitas dengan mengafirmasi peran subjek dan

objek dalam konstruksi ilmu pengetahuan. Dalam konstruktivis adanya anggapan

bahwa tidak ada makna yang mandiri, tidak ada deskripsi yang murni objektif.

Konstruktivis percaya bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang

yang sedang mengetahui. Pada proses komunikasi, pesan tidak dapat dipindahkan

begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain. Pengetahuan manusia adalah

konstruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan dunia

objek material. Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna terhadap

kenyataan dan bukan reproduksi kenyataan. Menurut Driver dan Bell, ilmu

pengetahuan bukanlah hanya kumpulan hukum dan daftar fakta, ilmu

pengetahuan, terutama sains, adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua

gagasan dan konsepnya yang ditemukan secara bebas (Ardianto dan Aness, 2009 :

151).

Secara ringkas gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat

dirangkum sebagai berikut:

1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka,

tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.

2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur

(3)

Universitas Sumatera Utara

3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur

konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam

berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang (Ardianto dan

Aness, 2009 : 152).

Teori konstruktivisme, menyatakan bahwa individu menginterpretasikan

dan bereaksi menurut kategori konseptual dan pikiran. Realitas tidak

menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara pandang orang

terhadap realitas tersebut. Teori konstruktivis atau konstruktivisme adalah

pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an

oleh Jesse Delia dan rekan-rekannya. Robyn Penmann merangkum kaitan

konstruktivis dalam hubungannya dengan ilmu komunikasi:

1. Tindakan komunukatif sifatnya sukarela. Pembuat komunikasi adalah

subjek yang memiliki pilihan bebas, walaupun lingkungan sosial

membatasi apa yang dapat dan telah dilakukan. Jadi tindakan

komunikasit dianggap sebagai tindakan sukarela, berdasarkan pilihan

subjeknya.

2. Pengetahuan adalah sebuah produk sosial. Pengetahuan bukan sesuatu

yang objektif sebagai diyakini positivism, melainkan diturunkan dari

interaksi dalam kelompok sosial. Pengetahuan itudapat ditemukan

dalam bahasa, melalui bahasa itulah konstruksi realitas tercipta.

3. Pengetahuan bersifat konstektual, maksudnya pengetahuan merupakan

produk yang dipengaruhi ruang waktu akan dapat berubah sesuai

dengan pergeseran waktu.

4. Teori-teori menciptakan dunia. Teori bukanlah alat, melainkan suatu

cara pandang yang ikut mempengaruhi pada cara pandang kita

terhadap realitas atau dalam batas tertentu teori menciptakan dunia.

Dunia disini bukanlah “segala sesuatu yang ada” melainkan “segala

sesuatu yang menjadi lingkungan hidup dan penghayatan hidup

manusia”, jadi dunia dapat dikatakan sebagai hasil pemahaman

manusia atas kenyataan di luar dirinya.

(4)

Universitas Sumatera Utara

Pendekatan konstruktivisme dapat dikaitkan dengan reporter sebagai

individu yang menjalankan profesinya mengutamakan masyarakat. Fokus mencari

informasi dengan penuh ketelitian di lapangan jangan sampai ada yang

terlewatkan. Keseluruhan informasi yang berhasil ditemukan merupakan potongan

teka-teki kebenaran berdasarkan fakta yang telah dikonfirmasi kebenarannya.

Potongan kebenaran berserakan sehingga sulit untuk mengungkapkan kebenaran

secara keseluruhan. Oleh karenanya reporter harus terus mengamati hal yang

berkaitan dengan kasus yang dihadapi. Ketepatan bahasa menyatu dengan gambar

yang baik sangat menentukan pemberitaan yang disajikan. Hingga masyarakat

dapat menganggap inilah berita yang dapat dipercaya.

Kebenaran lebih disukai daripada kebohongan, keterbukaan lebih

dihormati dari pada rahasia, dan informasi yang teruji jauh lebih dipercaya

daripada desas-desus. Berita merupakan sebuah laporan tercepat dari suatu

peristiwa atau kejadian faktual, penting dan menarik bagi sebagian besar

masyarakat serta menyangkut kepentingan mereka. Oleh karenanya televisi selaku

media perlu sadar akan cara kerja reporter dan masyarakat sebagai penerima

pesan. Media bukan hanya memilih peristiwa dan menentukan sumber berita

tetapi juga mendefinisikan peristiwa dan sumber berita tersebut.

Peneliti menggunakan paradigma ini sebagai pandangan dasar untuk

melihat bagaimana peranan reporter sebagai jurnalis televisi menjalankan

tugasnya digambarkan pada serial drama Pinocchio yang diproduksi dan

ditayangkan di Korea Selatan pada tahun 2014 dengan jumlah 20 episode.

Penelitian akan mengambil beberapa adegan memburu, menggali atau

mengumpulkan berita juga memberitakan kasus-kasus seperti pembunuhan,

pengorbanan, fitnah, kebakaran dan lain-lain.

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Analisis Isi

Metode analisis isi pada dasarnya merupakan suatu teknik sistematik

untuk menganalisis isi pesan dan mengelola pesan, atau suatu alat untuk

(5)

Universitas Sumatera Utara

komunikator yang dipilih (Bungin, 2001 : 175). Logika dasar dalam komunikasi,

bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, baik

berupa verbal maupun nonverbal. Sejauh itu, makna komunikasi menjadi amat

dominan dalam setiap peristiwa komunikasi.

Metode content analysis atau analisis isi konvensional di kalangan ilmuan

sosial. Khususnya peneliti media, amat populer keberadaanya. Karena merupakan

suatu metode yang amat efisien untuk menginvestigasi isi media baik yang

tercetak maupun media dalam bentuk broadcast (Suyanto, Sutinah, 2005 : 125).

Altheide (Kriyantono, 2008 : 249) mengatakan bahwa :

Analisis Isi Kualitatif disebut pula sebagai Ethnographic Content Analysis (ECA), yaitu perpaduan analisis isi objektif dengan observasi partisipan. Artinya, peneliti berinteraksi dengan material-material dokumentasi atau bahkan melakukan wawancara mendalam sehingga pernyataan-pernyataan yang spesifik dapat diletakkan pada konteks yang tepat untuk dianalisis.

Secara teknik Content Analysis mencakup upaya-upaya : klasifikasi

lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria dalam

klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis tertentu dalam membuat prediksi,.

Penggunaan Analisis Isi dapat dilakukan sebagaimana Paul W. Massing

melakukan studi-studi tentang “The Voice of America”. Analisis Isi didahului

dengan melakukan coding terhadap istila-istilah atau penggunaan kata dan kalimat

yang relevan, yang paling banyak muncul dalam media komunikasi. Dalam hal

pemberian coding, perlu juga dicatat dalam konteks mana istilah itu muncul.

Kemudian, dilakukan klasifikasi terhadap coding yang telah dilakukan. Klasifikasi

dilakukan dengan melihat sejauh mana satuan makna berhubungan dengan tujuan

penelitian. Klasifikasi ini dimaksud untuk membangun kategori dari setiap

klasifikasi. Kemudian, satuan makna dan kategori dianalisis dan dicari hubungan

satu dengan lainnya untuk menemukan makna, arti, dan tujuan isi komunikasi itu.

Hasil analisis ini dideskripsikan dalam bentuk draf laporan penelitian

sebagaimana umumnya laporan penelitian.

Ada beberapa prinsip pokok yang umum untuk analisis isi, yaitu pertama

objektivitas di mana penelitian ini akan memberikan hasil yang sama apabila

(6)

Universitas Sumatera Utara

menentukan kategori yang dibuat mampu mencakup semua isi yang dianalisis

agar pengambilan keputusan yang berat sebelah dapat dihindari. Ketiga,

kuantitatif di mana penelitian menghasilkan nilai-nilai yang bersifat numeral atas

frekuensi isi tertentu yang dicatat dalam penelitian. Keempat, manifest di mana isi

yang muncul bersifat apa adanya, artinya bukan yang dirasa atau yang dinilai oleh

peneliti tetapi apa yang benar-benar terjadi (Krippendorff, 1993 : 15-17).

Definisi Krippendorff berusaha mengekspresikan objek Analisis Isi.

Secara intuitif, Analisis Isi dapat dikarakteristikan sebagai metode penelitian

makna simbolik pesan-pesan. Krippendorff dalam bukunya Content Analysis :

Introduction to It’s Theory and Methodology memuat klasifikasi Jenis dalam

Analisis Isi, yaitu:

1) Analisis Isi Pragmatis : prosedur yang mengkasifikasi tanda menurut

sebab atau akibatnya yang mungkin. Misalnya, penghitungan berapa kali suatu kata diucapkan, yang dapat mengakibatkan sikap suka terhadap negara Jerman pada audiens tertentu.

2) Analisis Isi Semantik :prosedur yang mengklarifikasi tanda menurut

maknanya (misalnya, perhitungan berapa kali negara Jerman dijadikan referensi, tidak jadi masalah kata apa yang digunakan untuk menunjukkan referensi itu.

a. Analisis pembujukan (designation) : menggambarkan frekuensi

seberapa sering objek tertentu (orang, benda, kelompok, atau kelompok) dirujuk. Analisis ini secara kasar disebut analisis pokok bahasan (subject-matter).

b. Analisis penyifatan (attributions) : menggambarkan frekuensi

seberapa sering karakteristik tertentu dirujuk (misalnya, referensi kepada ketidakjujuran).

c. Analisis pernyataan (assertions) : menggambarkan frekuensi seberapa

sering objek tertentu dikarakteristikan secara khusus. Analisis ini secara kasar disebut analisis sematik.

3) Analisis Sarana Tanda (sign-vehicle) : prosedur yang mengklasifikasikan

isi menurut sifat psikofisik dari tanda, misalnya perhitungan berapa kali kata “Negara Jerman” muncul.

2.2.2 Komunikasi Massa

2.2.2.1. Definisi Komunikasi Massa

Secara epistemologi istilah kata komunikasi atau dalam bahasa inggris

communication berasal dari bahasa latin yakni communication dan bersumber dari

(7)

Universitas Sumatera Utara

diinterpretasikan dengan pemaknaannya adalah sama makna (Amir Purba, dkk,

2006 : 1). Wilbur Schramm seorang akademisi dari Universitas Illionis Amerika

Serikat sebagai seorang yang paling berjasa dalam pengembangan kajian

komunikasi sebagai sebuah studi ilmu pengetahuan sosial. Wilbur Schramm

merupakan founding fathers-nya ilmu komunikasi. Konstribusinya telah mendapat

banyak pengakuan dari berbagai akademisi ilmu komunikasi saat ini (Amir Purba

dkk, 2006 : 25).

Sementara Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup sendiri yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat (Mulyana, 2002: 5).

Menelaah komunikasi sangatlah luas ruang lingkup dan dimensinya. Salah

satu bentuk komunikasi yang banyak dibahas mengenai komunikasi massa.

Komunikasi massa pertama kali muncul pada akhir tahun 1930-an. Banyak

defenisi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Pada dasarnya komunikasi massa

merujuk pada penerimaan pesan yang berkaitan dengan media massa. Ada

beberapa bentuk media massa antara lain: media cetak, media elektronik dan

media internet. Oleh karenanya komunikasi massa merupakan studi ilmiah tentang

media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang

akan coba diraihnya dan efeknya terhadap mereka (Nurudin, 2007 : 2).

Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada

komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan

media. Menurut Effendy, terdapat lima ciri dari komunikasi massa diantaranya

adalah:

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

4. Media massa menimbulkan keserempakan

(8)

Universitas Sumatera Utara

Alexis S. Tan mengemukakan dalam komunikasi massa itu (Nurudin,

2003 : 10)

Komunikator merupakan organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah orang banyak yang terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya media massa (surat kabar, majalah atau penerbit buku, stasiun atau jaringan televisi). Media massa tersebut diatas adalah “organisasi sosial”, sebab individu di dalamnya punya tanggung jawab yang sudah dirumuskan seperti dalam sebuah organisasi. Misanya reporter mencari fakta-fakta di lapangan, sedang editor mengeditnya.

Kesimpulan dari pendapat diatas bahwa antara reporter dan editor berada

dalam sebuah wadah “organisasi sosial”, dan keduanya harus bisa bekerja sama

secara baik sesuai dengan tanggungjawabnya masing-masing. “Organisasi sosial”

tidak sekedar kumpulan orang yang memiliki mekanisme kerja dan tanggung

jawab, namun yang paling ditekankan adalah kerja sama atas nama media

tempatnya bekerja.

2.2.2.2. Fungsi Komunikasi Massa

Harold Lasswell dan Charles Wright merupakan sebagian dari pakar yang

benar-benar serius mempertimbangkan fungsi dan peran media massa dalam

masyarakat. Lasswell pakar komunikasi dan professor hukum di Yale, mencatat

ada 3 fungsi media massa: pengamatan lingkungan, korelasi bagian-bagian dalam

masyarakat untuk merespons lingkungan dan penyampaian warisan masyarakat

dari satu generasi ke generasi selanjutnya. selain ketiga fungsi ini, Wright (1959)

menambah fungsi keempat, yaitu hiburan(Severin dan Tankard, 2008 : 389).

1.) Pengawasan (Surveillance)

Fungsi pertama memberikan informasi dan menyediakan berita. Dalam

membentuk fungsi ini, media sering kali memperingatkan kita akan

bahaya yang mungkin terjadi seperti kondisi cuaca yang ekstrem atau

berbahaya atau ancaman militer. Fungsi pengawasan juga termasuk berita

yang tersedia di dunia yang penting dalam ekonomi, publik dan

masyarakat, seperti laporan bursa pasar, lalu lintas, cuaca dan sebagainya.

Charles Wright mengatakan bahwa surveillance menunjukkan

(9)

Universitas Sumatera Utara

berlangsung di lingkungan, baik du luar maupun di dalam suatu

masyarakat tertentu. Dalam beberapa hal ini berhubungan dengan apa

yang dipandang sebagai penanganan berita (Marhaeni Fajar, 2008: 245).

Orang-orang media, yaitu wartawan surat kabar dan majalah, reporter

radio dan televisi, koresponden kantor berita dan lain-lain berada di

mana-mana di seluruh dunia, mengumpulkan informasi buat masyarakat yang

tidak dapat diperoleh masyarakat. Informasi tersebut disampaikan kepada

organisasi-organisasi media massa yang dengan jaringan luas dan alat-alat

canggih disebarluaskan ke seluruh dunia.

2.) Korelasi (Correlation)

Fungsi yang kedua adalah seleksi dan interpretasi informasi tentang

lingkungan. Media sering kali memasukkan kritik dan cara bagaimana

seseorang harus bereaksi terhadap kejadian tertentu. Karena itu korelasi

merupakan bagian media yang berisi editorial dan propaganda. Fungsi

korelasi bertujuan untuk menjalankan norma sosial dan menjaga konsesus

dengan mengekpos penyimpangan, memberikan status dengan cara

menyoroti individu terpilih, dan dapat berfungsi untuk mengawasi

pemerintah. Dalam menjalankan fungsi korelasi, media sering kali

menghalangi ancaman terhadap stabilitas sosial dan memonitor atau

mengatur opini publik.

Fungsi korelasi dapat menjadi disfungsi ketika media terus-menerus

melangengkan stereotype dan menumbuhkan kesaman, menghalangi

perubahan sosial, dan inovasi, mengurangi kritik dan melindungi serta

memperluas kekuasaan yang mungkin perlu diawasi. Salah satu bentuk

disfungsi utama pada korelasi media yang sering disinggung adalah

pembentukan apa yang disebut Daniel Boorstin “kejadian palsu” atau

pembentukan “kesa” atau “kepribadian” yang sebagian besar merupakan

barang yang dijual industry humas. Produk atau perusahaan diberi “kesan”

tertentu sementara individu diberi “kepribadian” publik yang khusus

(10)

Universitas Sumatera Utara

media. Politisi yang ambisisus dan artis yang mencari ketenaran dan

penerimaan publik sementara perusahaan menginginkan kesan terhormat

dan barang dan jasa.

3.) Penyampai Warisan Sosial (Transmission of the Social Heritage)

Penyampai warisan sosial merupakan suatu fungsi di mana media

menyampaikan informasi, nilai, dan norma dari satu generasi ke generasi

berikutnya atau dari anggota masyarakat kaum pendatang. Dengan cara

ini, mereka bertujuan untuk meningkatkan kesatuan masyarakat dengan

cara memperluas dasar pengalaman umum mereka. Mereka membantu

integrasi individu ke masyarakat baik dengan cara melanjutkan sosialisasi

setelah pendidikan formal berakhir, ataupun dengan mengawalinya pada

masa-masa pra-sekolah. Telah diketahui bahwa media dapat mengurangi

perasaan teraasing pada individu atau perasaan tak menentu melalui wadah

masyarakat tempat dia dapat mengidentifikasikan dirinya.

Namun demikian, mengingat sifatnya yang cenderung tidak pribadi,

media massa dituduh ikut berperan dalam depersonalisasi masyarakat.

Media massa diletakkan di antara individu dan menggeser hubungan

langsung pribadi dalam komunikasi. Media juga dikatakan menyebabkan

berkurangnya keanekaragaman budaya dan membantu meningkatkan

masyarakat massa. Hal ini menandakan bahwa, karena media massa kita

cenderung membicarakan hal yang sama, berpakaian dengan cara yang

sama, bertindak dan bereaksi dengan cara yang sama. Hal ini berdasarkan

pada satu gagasan bahwa jutaan orang menerima model peran yang

disajikan media akibat begitu besarnya tingkat penggunaan media. Sejalan

dengan adanya kecenderungan standarisasi terdapat pandangan bahwa

media massa menghambat perkembangan budaya.

4.) Hiburan (Entertainment)

Sebagian besar isi media mungkin dimaksudkan sebagai hiburan,

bahkan di surat kabar sekalipun, mengingat banyaknya kolom, fitur, dan

(11)

Universitas Sumatera Utara

dari masalah setiap hari dan mengisi waktu luang. Media mengekspos

budaya massa berupa seni dan musik pada bejuta-juta orang, dan sebagian

orang merasa senang karena bisa meningkatkan rasa dan pilihan publik

dalam seni. Bagaimanapun juga, masih ada sebagian orang yang tidak

sepaham dengan mengatakan bahwa media mendorong orang melarikan

diri dari masalah, merusak kesenian, merendahkan selera publik dan

menghalangi berkembangnya apresiasi terhadap seni.

De vito (Marhaeni Fajar, 2008 : 239) menyebutkan, bahwa

Media mendesain program-program mereka untuk menghibur khalayak. Tentu saja sebenarnya mereka memberi hiburan itu untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat sebanyak mungkin sehingga mereka dapat menjual hal ini kepada para pengiklan.

Table 2.1 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan Tujuan Komunikator

(Penjaga Sistem)

Tujuan Komunikasi (Menyesuaikan diri pada

system pemuasan kebutuhan)

Memberi informasi Memperlajari ancaman dan peluang,

memahami lingkungan, menguji kenyataan,

meraih keputusan.

Mendidik Memperoleh pengetahuan dan keterampilan

yang berguna memfungsikan dirinya secara

efektif dalam masyarakat, mempelajari nilai,

tungkah laku yang cocok agar diterima dalam

masyarakat.

Mempersuasif Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah

laku dan aturan yang cocok agar diterima

dalam masyarakat

Menyenangkan,

memuaskan kebutuhan

komunikasi

Menggembirakan, mengendorkan urat syaraf,

menghibur, mengalihkan perhatian dari

masalah yang dihadapi.

(12)

Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Media Massa Televisi

Media massa berperan sebagai Agent of change yaitu sebagai pelopor

perubahan (Bungin, 2006 : 86). Dimana media massa menjalankan tugasnya

sebagai media edukasi, media informasi, dan media hiburan. Media edukasi

menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat menjadi cerdas, pikiran

terbuka dan menjadi masyarakat yang maju. Media informasi yaitu media yang

selalu menyampaikan informasi yang terbuka dan jujur kepada masyarakat,

menjadikan masyarakat kaya akan informasi dan terbuka dengan informasi. Media

hiburan juga menjadi media massa yang institusi terhadap budaya, dimana

mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi masyarakat yang

bermoral dan juga mencegah agar perkembangan budaya ini tidak merusak

peradaban masyarakat.

Media massa televisi menjadi bagian yang sangat penting sebagai sarana

berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut

perbedaan dan persamaan persepsi tentang suatu isu yang sedang terjadi di

belahan dunia (Kuswandi, 1993 : 21). Sejumlah batasan-batasan antar negara

bukan menjadi hal yang sulit untuk kebutuhan tayangan televisi. Cakrawala

informasi massa sebagai objek utama dari liputan media televisi semakin luas.

Materi hiburan yang disajikan lebih banyak, beragam dan menarik. Tidak

menonton televisi, sama saja dengan makhluk buta yang hidup dalam tempurung.

Televisi menjadi media yang paling banyak dimiliki dan dinikmati oleh

masyarakat dibanding dengan media massa lainnya. Siaran televisi menjadi lebih

“hidup” dalam menyampaikan pesan, dengan audio visual yang dimilikinya.

Dengan visualisasi yang bagus dari siaran televisi, masyarakat dapat merasa lebih

“dekat”, baik terhadap lokasi peristiwa maupun dengan “perasaan” sesuatu yang

di tayangkan. Tanpa banyak informasi tambahan masyarakat sudah paham dengan

apa yang tertampil pada layar televisi. Maka dari itu televisi sangat berguna dalam

upaya pembentukan sikap, perilaku, dan perubahan pola pikir (Effendi, 2005: 21).

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan pesan

(13)

Universitas Sumatera Utara

1. Pemirsa

Dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun,

seorang komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang

komunikannya. Tetapi bukan dalam komunikasi melalui televisi, faktor pemirsa

menjadi perhatian lebih, disebabkan komunikator harus memahami kebiasaan dan

minat pemirsa baik dalam kategori anak-anak, remaja dan dewasa.

2. Waktu

Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan agar setiap acara yang

ditayangkan dapat secara proporsional dan dapat diterima oleh sasaran khalayak.

3. Durasi

Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap

penayangan acara.

4. Metode penyajian

Fungsi utama televisi pada umunya menurut khalayak adalah untuk

menghibur dan mendapatkan informasi. Bukan berarti fungsi mendidik dan

membujuk diabaikan, fungsi non hiburan dan non informasi haris tetap ada karena

sama pentingnya bagi komunikator dan komunikan.

Kekuatan media televisi menguasai jarak dan ruang karena teknologi

televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan

atau bertransmisi melalui satelit. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa

dalam jumlah besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan,

sangat cepat. Daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal

ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak. Satu hal yang

paling berpengaruh dari daya tarik televisi ialah informasi atau berita yang

disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis, sehingga pemirsa tidak perlu lagi

mempelajari isi pesan dalam menangkap siaran televisi.

Jurnalisme televisi menjadikan gambar dan kata-kata sebagai hal penting.

(14)

Universitas Sumatera Utara

atau gempa bumi yang tengah terjadi, bahkan ledakan pesawat dan lain

sebagainya direkam kamera. Ketika peristiwa tengah berlangsung, kamera televisi

menjadi mata pemirsa dalam melihat fakta-fakta. Segala detil kejadian ditangkap,

disorot serta diperlihatkan. Ini bukan pekerjaan mudah. Kamera tersebut harus

benar-benar mewakili kepentingan reporter dan kru lainnya. Reporter yang

mencari dan mencatat segala fakta yang terjadi, bisa jadi menginginkan sorotan

kameranya sesuai dengan bahan berita yang ditemukannya. Di sisi lain, berbagai

teknisi studio kerap juga menuntut agar sorotan juru kamera jurnalistik televisi ini

berhasil menampilkan gambar-gambar faktual yang layak untuk ditonton

(Septiawan Santana K, 2005 : 111).

2.2.4 Serial Drama

Televisi menyajikan berbagai program yang mampu menarik perhatian

masyarakat, mulai dari tayangan yang berbasis mengasa kemampuan seperti kuis,

game show, tayangan hiburan seperti drama, musik dan pertunjukan. Sebagai

salah satu program tayangan televisi drama merupakan pertunjukan (show) yang

menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa

orang tokoh yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan

emosi. Dengan demikian, program drama biasanya menampilkan sejumlah

pemain yang memerankan tokoh tertentu. Suatu drama akan mengikuti kehidupan

atau petualangan para tokohnya. Beberapa Negara seperti di Amerika, Jepang,

Tiongkok, Korea program tersebut dijuluki serial drama, sementara di Indonesia

biasa disebut sinetron.

Alan Landsburg adalah seorang produser televisi paling sukses di Amerika

menyatakan hanya ada tiga tema dalam setiap program drama yang disukai

audience, yaitu: tema seks, uang, dan kekuasaan. Tiga tema tersebut merupakan

daya tarik yang dapat mendorong audien mengikuti program drama atau komedi.

Tema-tema sinetron atapun telenovela yang sukses ditayangkan di televisi juga

memiliki tema tersebut. Lebih lanjut Alan mengatakan “Any drama, or comedy,

that explores these qualities is on a solid footing”. Ini merupakan penegasan

(15)

Universitas Sumatera Utara

dari tiga tema itu akan mendapat pijakan yang kuat untuk berhasil mendapatkan

audience (Morissan, 2008 : 214).

2.2.5 Profesi Reporter

Reporter merupakan sebutan yang sama dengan wartawan atau jurnalis.

Napoleon Bonaparte, kaisar dari Prancis menggambarkan sosok wartawan atau

reporter sebagai berikut,“wartawan itu cerewet, pengecam, penasihat, pangawas,

dan guru bangsa. Empat surat kabar musuh lebih aku takuti dari pada seribu

bayonet di medan perang”. Sementara James Gordon Bennet pendiri The New

York Herald mengatakan bahwa wartawan sebagai “separuh diplomat dan

separuh detektif”. Separuh diplomat artinya wartawan harus pandai bergaul

dengan semua orang dari berbagai lapisan dan latar belakang yang berbeda

dengan sifat dan watak yang berbeda pula. Sedangkan separuh detektif berarti

wartawan harus mempunyai hidung yang ‘panjang’ agar mampu ‘mencium’

berita. Artinya peka terhadap apa yang terjadi atau mungkin akan terjadi dan di

mana terdapat sumber-sumber berita (Taqur, 2013 : 282).

Profesi merupakan pekerjaan. Namun tidak semua pekerjaan menjadi

sebuah profesi. Suatu pekerjaan disebut profesi jika memenuhi persyaratan : ada

organisasi profesi, ada kode etik, serta pendidikan khusus. Wartawan punya kode

etik dan organisasi profesi, tetapi untuk menjadi wartawan tidak harus berasal dari

jurusan broadcasting, jurnalistik atau ilmu komunikasi. Reporter merupakan

profesi karena setidaknya memenuhi dua unsur syarat profesi di atas. Reporter

disimpulkan sebagai seorang yang memahami tugasnya, memiliki keterampilan

untuk melakukan reportase dan mengolah karya-karya jurnalistik sesuai dengan

nilai yang berlaku memiliki indenpendensi dari objek liputan dan kekuasaan,

memiliki hati nurani serta memegang teguh kode etik jurnalistik yang di atur oleh

organisasi profesi yang diikutinya (Taqur, 2013 : 292).

Sebuah stasiun televisi membutuhkan reporter untuk menyajikan informasi

pada masyarakat. Reporter adalah seseorang yang di tugaskan untuk melakukan

liputan di lapangan. Reporter di harapkan akan muncul dalam paket berita yang

(16)

Universitas Sumatera Utara

laporan mengenai fakta peristiwa atau pendapat masyarakat yang disertai gambar

yang aktual, menarik berguna disiarkan melalui media massa televisi secara

periodik. Seorang reporter berusaha memenuhi kebutuhan infromasi khalayak.

Mereka merealisasikan sumber daya yang ada untuk merekonstruksikan realitas

sosial yang mereka lihat, dengar, dan amati. Hasil rekonstruksi dikemas dalam

bentuk berita dan disiarkan melalui media massa tempat mereka bekerja.

Reporter meskipun memiliki kekuatan besar dan kewenangan untuk

mengungkapkan banyak hal, termasuk berbagai tindak kecurangan dan

pelanggaran hukum seseorang, tetapi tidak boleh mengungkapkan rahasia

kehidupan orang lain yang membuat orang lain menderita malu karenanya.

Repoter harus memahami dan mentaati norma-norma yang ada, kode etik

jurnalistik dan peraturan-peraturan yang berlaku (Jani, 2008 : 44). Reporter

menjadi ujung tombak dalam menghasilkan berita. Dari sudut etika jurnalistik,

reporter yang tidak berhasil mengutamakan kepentingan khalayak adalah salah.

Tetapi, khalayak tidak bisa menuntut reporter. Sebab, kontrak media massa untuk

mengutamakan kepentingan khalayak bersifat informan.

2.2.5.1. Peranan Tugas

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu mengaitkan jurnalistik dengan

pekerjaan wartawan, jurnalis atau reporter. Para pakar telah banyak memberikan

definisi jurnalistik. Meski muncul perbedaan pendapat, semuanya memiliki

maksud dan makna yang sama. Jurnalistik merupakan suatu pengetahuan yang

menyangkut pemberitaan seluk beluk kejadian peristiwa atau gagasan agar dapat

dijangkau khalayak yang luas, anonim, dan heterogen (Barus, 2011 : 1).

MacDougall menyebutkan bahwa journalism merupakan kegiatan menghimpun

berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting di

mana pun dan kapan pun (Kusumaningrat, 2005 : 15).

Istilah jurnalistik dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yakni : secara

harfiah, secara konseptual, dan secara praktis. Secara harfiah jurnalistik atau

journalism berasal dari perkataan journal, artinya catatan harian, atau catatan

(17)

Universitas Sumatera Utara

dari perkataan Latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari. Perkataan itulah

melahirkan kata jurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik

(Faqur, 2013 : 2). Secara konseptual jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut

pandang, yakni:

1. Sebagai proses, jurnalistik adalah aktivitas mencari, mengolah,

menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media

massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan atau jurnalis.

2. Secara teknik, jurnalistik adalah keahlian (expertise), atau

keterampilan (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature)

termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti

peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.

3. Sebagai ilmu, jurnalistik adalah bidang kajian mengenai perbuatan dan

penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikira, ide) melalui

media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang

dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri (Faqur,

2013 : 2).

Sementara jurnalistik dalam sudut pandang praktis, merupakan disiplin

ilmu dan teknik pengumpulan, penulisan, dan pelaporan berita, termasuk proses

penyuntingan dan penyajiannya. Produk jurnalistik yakni berita, disajikan atau

disebarluaskan melalui berbagai jenis media massa, termasuk surat kabar,

majalah, radio, dan televisi serta internet. Setiap hari para wartawan meliput

berbagai peristiwa atau kejadian penting untuk diberitakan, atau disiarkan

sehingga peristiwa atau kejadian tersebut diketahui oleh publik secara luas (Faqur,

2013 : 2).

Reporter merupakan faktor yang terpenting dalam semua kegiatan

pembuatan berita. Apakah dia bekerja di daerah ataupun meliput jalannya

perkembangan dunia, tugasnya sama. Reporter harus mengunjungi suatu peristiwa

dan mencari informasi yang dapat dijadikan berita. Kadang-kadang caranya tidak

lebih daripada tanya jawab biasa saja, kadang-kadang berperan sepeti intelijen,

(18)

Universitas Sumatera Utara

seorang pahlawan dalam film roman, atau petugas yang rajin. Keistimewaannya,

ia petugas yang ulet, memiliki kecakapan pribadi yang lebih sempurna ketimbang

rasa sekedar ingin tahu saja, berkeras hati pada kemauannya namun bukan anak

kecil yang abadi. Dia memiliki sifat tidak puas pada seseorang atau pada peristiwa

yang terjadi. Rasa penasaran dan perhatiaannya yang kuat menyebabkan dia

memilih media sebagai tempatnya bekerja. (Suhandang, 2004 : 55)

Secara terminologis diartikan orang yang melakukan kegiatan jurnalisme,

yaitu orang yang secara teratur membuat laporan yang kemudian dipublikasikan

pada media massa. Merujuk definisi jurnalistik, yakni “catatan harian”, seorang

wartawan, jurnalis atau reporter mengerjakan pencarian fakta dan data dari

peristiwa yang terjadi. Semua catatan dijadikan berita. Karenanya, peristiwa yang

berlangsung di masyarakat belum berarti menjadi berita kalau belum dilaporkan

oleh wartawan atau reporter (Taqur, 2013 : 278). Menurut pernyataan ahli

Tugas pertama seorang reporter sehari-hari adalah memburu, mencari atau

menemukan berita. Reporter harus memiliki kompetensi dalam menjalankan tugas

ini. Kejadian atau peristiwa banyak sekali terjadi di masyarakat. Maka tugas

reporter mengumpulkan fakta-fakta sebanyak-banyaknya yang berkenaan dengan

kejadian atau peristiwa tersebut. Ada dua cara yang digunakan reporter dalam

mengumpulkan berita, yaitu observasi dan wawancara (Chaer, 2010 : 134). Cara

pertama observasi dilakukan dengan mendatangi secara langsung ke TKP, fakta

yang dikumpulkan berdasarkan unsur berita 5W+1H yaitu what (apa yang terjadi),

who (siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut), wehen (kapan peristiwa

terjadi), where (di mana kejadiannya), why (mengapa kejadian itu terjadi), dan

how (bagaimana kejadian tersebut terjadi) (Chaer, 2010 : 135). Cara kedua dalam

mengumpulkan fakta dengan jalan wawancara. Apa yang akan diwawancarakan

tergantung dari tujuan berita yang ingin disampaikan.

Tugas reporter yang berikutnya adalah menyajikan atau menyebarluaskan

berita. Fakta-fakta yang sudah terkumpul baik dalam catatan kertas maupun dalam

bentuk rekaman gambar, harus diolah. Agar dapat menyusun naskah berita dari

(19)

Universitas Sumatera Utara

2.2.5.2. Kode Etik Jurnalistik

Frederick Shook, dalam buku Television News Writing, (Usman Ks, 2009 :

hal) mendefinisikan: etika sebagai aturan tentang kehidupan dan perilaku pribadi

atau aturan yang terkait dengan pekerjaan atau profesi.Dalam dunia jurnalistik,

kita mengenal istilah etika jurnalistik. Berdasarkan defenisi etika tersebut, etika

jurnalistik bisa didefenisikan sebagai seperangkat aturan yang terkait dengan

pekerjaan jurnalistik yang berlaku bagi pekerja pers atau media. Barbara

MacKinno, dalam buku Ethics: Theory and Contemporary Issues, mendefinisikan

etika sebagai serangkaian nilai dan prinsip yang harus dipatuhi oleh individu atau

kelompok.Dengan demikian, etika jurnalistik adalah seperangkat nilai dan prinsip

yang harus dipatuhi individu jurnalis atau pers/media.

Setiap pekerjaan lazimnya harus mempunyai etika profesi, dan wartawan

sebagai suatu profesi juga harus mempunyai etika profesi yang disebut etika

jurnalistik. Etika jurnalistik ini merupakan standar yang mengatur norma-norma

perilaku seorang wartawan dalam menjalankan fungsinya sebagai wartawan. Etika

jurnalistik hanya mencantumkan ide pokok apa yang harus dan boleh dilakukan

dan apa yang tidak harus dan tidak boleh dilakukan seorang wartawan dalam

melaksanakan fungsi jurnalistik. Seorang wartawan yang profesional adalah

wartawan yang patuh pada etika jurnalistik tersebut.

Secara historis, etika jurnalistik itu pada awalnya ditetapkan oleh

masing-masing media, namun seiring dengan makin banyak dan beragam media, baik

cetak maupun elektronik, maka sosiasi wartawan membentuk suatu etika standar

yang berlaku untuk satu asosiasi. Kini di hampir semua Negara, asosiasi wartawan

telah memiliki “kode etik” jurnalistik atau yang sering disebut dengan “journalism

canon”. Sebagian besar dari berbagai asosiasi itu memang memiliki perbedaan

satu sama lain, namun ada beberapa kesamaan seperti tetap mempertahankan

prinsip-prinsip kejujuran, akurasi, objektivitas, ketidakberpihakan, keadilan dan

akuntabilitas publik yang nampaknya universal. (Liliweri, 2011 : 931)

(20)

Universitas Sumatera Utara

1. Tanggung jawab, tugas atau kewajiban seorang wartawan adalah

mengbadikan diri kepda kesejahteraan umum dengan memberi masyarakat

informasi yang memungkinkan masyarakat membuat penilaian terhadap

sesuatu masalah yang mereka hadapi. Wartawan tak boleh

menyalahgunakan kekuasaan untuk motif pribadi atau tujuan yang tak

berdasar.

2. Kebebasan. Wartawan harus berjuang melawan siapa saja yang

mengeksploitasi pers untuk keuntungan pribadi atau kelompok. Kebebasan

berbicara dan menyatakan pendapat adalah milik setiap anggota

masyarakat dan wartawan menjamin bahwa urusan publik harus

diselenggarakan secara publik.

3. Independensi. Wartawan harus mencegah terjadinya benturan kepentingan

dalam dirinya. Dia tak boleh menerima apapun dari sumber berita atau

terlibat dalam aktifitas yang bisa melemahkan intergritas sebagai

penyampai informasi atau kebenaran.

4. Kebenaran. Wartawan adalah mata, telinga dan indera dari pembaca. Dia

harus senantiasa berjuang untuk memelihara kepercayaan pembaca dengan

meyakinkan kepada mereka bahwa berita yang dituliskan adalah akurat,

berimbang dan bebas dari bias.

5. Tak memihak. Laporan berita dan opini harus secara jelas dipisahkan.

Artikel opini harus secara jelas diidentifikasikan sebagai opini.

6. Adil. Wartawan harus menghormati hak-hak orang dalam terlibat dalam

berita yang ditulisnya serta mempertanggungjawabnkan kepada publik

bahwa berita itu akurat serta fair.orang yang dipojokan oleh sesuatu fakta

dalam berita harus diberi hak untuk menjawab

Kode Kehormatan Internasional Jurnalistik yang diterima Kongres

International Federation of Journalist di Bordeaux, April 1954 dikutip dari buku

pers dan wartawan karangan Mochtar lubis menyebutkan (Barus, 2011 : 250) :

1. Pernyataan Internasional ini diprolamasikan sebagai ukuran bagi

(21)

Universitas Sumatera Utara mengirim, serta menyiarkan berita atau informasi dam melaporkan kejadian-kejadian.

2. Menghormati kebenaran dan hak masyarakat pada kebenaran adalah

kewajiban utama wartawan.

3. Dalam melakukan kewajibannya ini dia akan membela prinsip dua sila

: kebebasan dalam mencari dan menyiarkan berita serta hak memberikan komentar dan kritik yang layak.

4. Wartawan hanya melaporkan apa yang sesuai dengan fakta-fakta yang

asal usulnya diketahuinya. Dia tidak akan menyembunyikan informasi yang penting dan dia tidak akan memalsukan dokumen-dokumen.

5. Dia hanya akan mempergunakan cara-cara yang layak untuk

mendapatkan berita, foto, dan dokumen-dokumen.

6. Setiap informasi yang telah disiarkan dan ternyata tidak benar akan

dibetulkannya dengan sebaik-baiknya.

7. Dia akan memegang teguh rahasia pekerjaannya dalam hubungannya

dengan sumber berita yang didapatkannya berdasarkan kepercayaan.

8. Dia akan menganggap sebagai pelanggaran-pelanggaran profesional

yang besar hal-hal sebagai berikut : plagiarism, makian-makian, cercaan, tuduhan-tuduhan palsu dan penerimaan sogok untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan sesuatu.

9. Setiap wartawan untuk mendukung prinsip-prinsip yang tersebut di

atas. Di dalam batas-batas hukum tiap-tiap negara, wartawan mengakui dalam bidang-bidamh profesionalnya hanya yurisdiksi kolega-koleganya dan menolak setiap macam campur tangan pemerintah atau orang lain.

2.3 Model Teoritik

Berdasarkan komponen penelitian yang dikembangkan dari teori

sebelumnya, maka peneliti membuat model teoritik. Model ini berguna untuk

menggambarkan rencana atau strategis penelitian yang akan dilakukan kemudian.

Model teoritis adalah sebagai berikut:

Menemukan lambang/ simbol

Klasifikasi data berdasarkan lambang/simbol

Prediksi/

Gambar

Table 2.1 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan

Referensi

Dokumen terkait

menganalisis beberapa faktor-faktor perilaku konsumen terhadap minat beli Hand and Body Lotion Citra di Surabaya Selatan diperoleh hasil bahwa Faktor Budaya berpengaruh positif

Figure 9: Installation of 2 mid-format cameras and AeroDiDOS (here FSAS IMU) for direct referencing in a modified door of a Cessna 210 International Archives of the

It is suggested that the numbering of destination spaces (e.g. rooms) is completed after the numbering of the decision points. This facilitates following a specific route to

Dari pembahasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: Dalam melaksanakan penanganan perkara tindak pidana korupsi, Kejaksaan Negeri Bojonegoro

sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat) untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut, meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan, dan

Bagi siswa yaitu: peserta didik dapat meningkatkan pemahaman dalam mengenal dan memahami materi sistem pencernaan manusia, menumbuhkan kreativitas, rasa percaya diri,

Meningkatkan kualitas  kehidupan dan peran  perempuan serta  kesejahteraan dan  perlindungan anak.  Misi Ketiga,  Mengembangkan  Sumber Daya Alam, 

Kehidupan anak-anak yang diwarnai dengan keceriaan merupakan cermin suatu negara memberikan jaminan kepada anak-anak untuk dapat hidup berkembang sesuai dengan dunia