• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Tingkat dan Dampak Kebisingan Pada Fasilitas Umum (Studi Kasus untuk SMPN 7 Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Tingkat dan Dampak Kebisingan Pada Fasilitas Umum (Studi Kasus untuk SMPN 7 Medan)"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA TINGKAT DAN DAMPAK KEBISINGAN PADA

FASILITAS UMUM (STUDI KASUS UNTUK SMPN 7 MEDAN)

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh:

MHD. TAUFIK P. BINTANG NIM. 110423007

P R O G R A M P E N D I D I K A N E K S T E N S I

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis memperoleh pengetahuan, kesehatan dan kesempatan untuk bisa menyelesaikan proposal tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi ekstensi strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk tugas sarjana ini adalah“Analisa Tingkat dan Dampak Kebisingan Pada Fasilitas Umum (Studi Kasus untuk SMPN 7 Medan)”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporantugas sarjana ini belum sempurna sehingga diperlukan perbaikan dan penyesuaian lebih lanjut. Untuk itu penulis mengharapkan kritik atau saran yang membangun dalam penyempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.

Medan, Agustus 2015

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi rabbil ‘alaminrasa syukur yang tak hentinya penulis ucapkan kepada Allah SWTatas selesainya Tugas Sarjana ini, banyak pihak yang telah membantu baik itu berupa bimbingan ataupun berupa bantuan moril dan materil, sehingga Tugas Sarjana ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, teristimewa kepada Ayahanda Agustian Bintang, Ibunda tercinta Nurmawati, serta adik Sarah Humaira Bintangyang senantiasa ada dan selalu memberikan perhatian, doa dan semangat dalam bentuk apapun kepada penulis.

Pada kesempatan ini pula, penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara,

3. Bapak Dr. Ir. A. Jabbar M. Rambe, M.Eng selaku Kordinator Bidang Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja.

4. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc selaku Dosen Pembimbing I atas waktu untuk bimbingan dan ilmu yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

(7)

6. Pegawai administrasi Departemen Teknik Industri, Kak Dina, Bang Nurman, Bang Ridho, Bang Mijo dan Bu Ani yang telah membantu penulis dalam melakukan urusan administrsi di Departemen Teknik Industri USU.

7. Pegawai perpustakaan Departemen Teknik Industri, Kak Rahma dan Kak Mia, terimakasih untuk kebaikan hati dan toleransinya dalam jumlah peminjaman buku.

8. Kepala Sekolah, Guru dan Siswa SMP Negeri 7 Medanyang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

9. Rolandy Aprindo Bancin, Sabam Aritonang dan Josua Alexander Gultom yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Sahabatku tercinta Adrian, Reza, Niko, Syafi’i, Tiyos, Bang Juki, Bang Jefri, Rio (Opung), Nauli, Jolly, Samuel, Ryan, Jonfery dan semua teman-teman Ekstensi 2011 yang selama ini selalu memotivasi penulis dalam mengerjakan Tugas Sarjana ini.

(8)

ABSTRAK

Sekolah merupakan tempat dimana berlangsungnya proses belajar-mengajar. Banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar-mengajar. Salah satunya adalah faktor kebisingan. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Medan yang terletak di Jl. H. Adam Malik No. 2 Medan, dimana jalan tersebut merupakan jalan raya yang sering dilintasi oleh kendaraan bermotor. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur tingkat kebisingan menggunakan Sound Level Meter dengan mengambil 53 lokasi titik pengukuran. Dari hasil pengukuran kebisingan dibuatkan pemetaan kebisingan agar diketahui peta sebaran kebisingan di area sekolah. Penyebaran kuesioner sebanyak 230 responden dilakukan untuk mengetahui dampak kebisingan yang dirasakan oleh siswa dan guru. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kebisingan di SMP Negeri 7 Medan sebesar 65,19 dBA melebihi standar yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup sebesar 55 dBA. Dari hasil noise mapping diketahui kelas yang yang masuk dalam zona kuning adalah kelas IX-1 s/d IX-9 untuk kelas pagi dan kelas VII-1 s/d VII-9 untuk kelas sore. Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan, dampak kebisingan yang sering dialami siswa dan guru adalah merasa pusing, merasa tidak nyaman dan berteriak ketika sedang berbicara. Dari hasil seluruh penelitian, maka rekayasa kebisingan untuk mengurangi tingkat kebisingan di SMP Negeri 7 Medan adalah dengan penanaman pohon bambu dan rumput di depan area sekolah. Perbaikan ruangan kelas adalah dengan mengganti material akustik seperti penggantian langit-langit kelas dengan papan akustik 3/4”, penggunaan dinding batu bata diplester halus, pelapisan lantai dengan karpet dan mengganti kaca jendela dengan ketebalan 6 mm.

(9)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-4 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-5 1.3.1. Tujuan Penelitian ... I-5 1.3.2. Manfaat Penelitian ... I-5 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-5 1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-6

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2.1. Visi SMP Negeri 7 Medan ... I-1 2.2.2. Misi SMP Negeri 7 Medan ... I-1 2.2.3. Tujuan SMP Negeri 7 Medan ... I-1 2.3. Ruang Lingkup Sekolah ... II-3 2.4. Fasilitas Sekolah ... II-4 2.5. Jumlah Guru, Pegawai dan Siswa di SMP Negeri 7 Medan ... II-5 2.6. Struktur Organisasi ... II-7 2.6.1. Uraian Tugas dan Wewenang ... II-8 2.5. Aktivitas Sekolah ... II-18

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.4.5.1. Penentuan Titik Pengukuran ... III-11 3.4.5.2. Metode Pengukuran Kebisingan ... III-12 3.4.5.3. Tingkat Bising Sinambung Ekuivalen (Leq) ... III-13 3.5. Kuesioner ... III-14 3.6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... III-16 3.6.1. Uji Validitas ... III-16 3.6.2. Uji Reliabilitas ... III-17 3.7. Teknik Penentuan Jumlah Sampel ... III-18 3.8. Strategi Penanganan Kebisingan ... III-20 3.8.1. Strategi Penanganan Kebisingan Ruang Luar ... III-20 3.8.2. Strategi Penanganan Kebisingan Ruang Dalam ... III-20 3.8.3. Penghalang Dengan Tanaman ... III-21 3.8.4. Material Akustik ... III-23

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.6. Variabel Penelitian... IV-4 4.7. Metodologi Penelitian ... IV-4 4.8. Metode Pengumpulan Data... IV-6 4.9. Metode Pengolahan Data ... IV-6 4.10. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-7 4.11. Kesimpulan dan Saran ... IV-8

V.

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ...

V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Peta Titik Pengukuran ... V-1 5.1.2. Data Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan... V-4 5.1.3. Pembuatan Noise Mapping ... V-21 5.1.4. Penentuan Fasilitas Berdasarkan Zona Warna Noise
(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.1.1. Tingkat Kebisingan Ekuivalen Pada Setiap Titik Pengukuran... ... V-41 5.2.1.2. Tingkat Kebisingan Ekuivalen Total ... V-45 5.2.2. Uji Validitas ... V-49 5.2.2.1. Uji Validitas Untuk Kuesioner Siswa ... V-49 5.2.2.2. Uji Validitas Untuk Kuesioner Guru ... V-59 5.2.3. Uji Reliabilitas ... V-63 5.2.3.1. Uji Reliabilitas Untuk Kuesioner Siswa ... V-63 5.2.3.2. Uji Reliabilitas Untuk Kuesioner Guru ... V-65 5.3. Persentase Dampak Kebisingan di SMP Negeri 7 Medan ... V-66 5.3.1. Persentase Dampak Kebisingan Terhadap Siswa ... V-66 5.3.1.1. Persentase Gangguan Fisiologis Siswa... ... V-66 5.3.1.2. Persentase Gangguan Psikologis Siswa ... V-68 5.3.1.3. Persentase Gangguan Komunikasi Siswa... ... V-69 5.3.1.4. Persentase Gangguan Proses Belajar Mengajar

(14)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.3.2.4. Persentase Gangguan Proses Belajar Mengajar

Guru ... V-79

VI.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... VI-1

6.1. Analisis ... VI-1 6.1.1. Analisis Tingkat Kebisingan di SMP Negeri 7 Medan ... VI-1 6.1.2. Analisis Dampak Kebisingan ... VI-1 6.1.3. Analisis Peta Kebisingan di SMP Negeri 7 Medan

Berdasarkan Noise Mapping ... VI-4

6.2. Pembahasan ... VI-5 6.2.1. Pembahasan Tingkat Kebisingan di SMP Negeri 7 Medan VI-5 6.2.2. Pembahasan Dampak Kebisingan... VI-6 6.2.3. Pembahasan Peta Kebisingan di SMP Negeri 7 Medan

Berdasarkan Noise Mapping ... VI-7 6.2.4. Rekayasa Kebisingan di SMP Negeri 7 Medan ... VI-7

(15)
(16)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Pengukuran Awal Tingkat Kebisingan di SMP Negeri 7 Medan ... I-4 2.1. Jadwal Proses Belajar Mengajar SMP Negeri 7 Medan ... II-3 2.2. Fasilitas Sekolah SMP Negeri 7 Medan ... II-4 2.3. Jumlah Guru dan Pegawai di SMP Negeri 7 Medan ... II-5 2.4. Jumlah Siswa di SMP Negeri 7 Medan... II-6 3.1. Kecepatan Rambat Bunyi Menurut Medium Rambatnya ... III-2 3.2. Tingkat Bunyi dan Intensitas Bunyi dari Beberapa Sumber Bunyi ... III-4 5.1. Pengukuran Pada Titik Pengukuran 1 Jam 07.00 WIB (dB(A)) ... V-4 5.2. Pengukuran Kebisingan Jam 07.00 WIB Selama Bulan Maret

dengan Sound Level Meter ... V-6 5.3. Pengukuran Kebisingan Jam 10.00 WIB Selama Bulan Maret

dengan Sound Level Meter ... V-11 5.4. Pengukuran Kebisingan Jam 15.00 WIB Selama Bulan Maret

(17)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.10. Hasil Rekapitulasi Tingkat Kebisingan Ekuivalen (Leq) Pada Semua

Titik Pengukuran ... V-42 5.11. Rekapitulasi Tingkat Kebisingan Ekuivalen Siang ... V-46 5.12. Uji Validitas Kuesioner Siswa Bagian Kondisi Kebisingan ... V-49 5.13. Hasil Uji Validitas Kuesioner Siswa Untuk Pernyataan Kondisi

Kebisingan ... V-57 5.14. Rekapitulasi Kuesioner Siswa Hasil Uji Validitas Tiap-tiap

Pernyataan ... V-58 5.15. Uji Validitas Kuesioner Guru Bagian Kondisi Kebisingan ... V-59 5.16. Hasil Uji Validitas Kuesioner Guru Untuk Pernyataan Kondisi

Kebisingan ... V-61 5.17. Rekapitulasi Kuesioner Guru Hasil Uji Validitas Tiap-tiap

Pernyataan ... V-62 5.18. Rekapitulasi Nilai Reliabilitas Kuesioner Siswa Pernyataan Kondisi

Kebisingan ... V-64 5.19. Rekapitulasi Uji Reliabilitas Kuesioner Siswa Untuk Tiap Bagian

Pernyataan ... V-64 5.20. Rekapitulasi Nilai Reliabilitas Kuesioner Guru Pernyataan Kondisi

(18)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.21. Rekapitulasi Uji Reliabilitas Kuesioner Guru Untuk Tiap Bagian

Pernyataan ... V-66 5.22. Persentase Pernyataan Siswa Mengenai Dampak Kebisingan

Terhadap Gangguan Fisiologis ... V-66 5.23. Persentase Pernyataan Siswa Mengenai Dampak Kebisingan

Terhadap Gangguan Psikologis ... V-68 5.24. Persentase Pernyataan Siswa Mengenai Dampak Kebisingan

Terhadap Gangguan Komunikasi ... V-70 5.25. Persentase Pernyataan Siswa Mengenai Dampak Kebisingan

Terhadap Gangguan Proses Belajar Mengajar ... V-72 5.26. Persentase Pernyataan Guru Mengenai Dampak Kebisingan

Terhadap Gangguan Fisiologis ... V-74 5.27. Persentase Pernyataan Guru Mengenai Dampak Kebisingan

Terhadap Gangguan Psikologis ... V-76 5.28. Persentase Pernyataan Guru Mengenai Dampak Kebisingan

Terhadap Gangguan Komunikasi ... V-78 5.29. Persentase Pernyataan Guru Mengenai Dampak Kebisingan

(19)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

6.3. Ruangan Kelas Yang Termasuk Zona Kuning di SMPN 7 Medan ... VI-4 6.4. Serapan Total Material di Ruangan Kelas Pada Kondisi Awal di

SMP Negeri 7 Medan ... VI-9 6.5. Rekayasa Kebisingan Dengan Menggunakan Material Akustik Pada

Ruangan Kelas di SMP Negeri 7 Medan ... VI-10 6.6. Perhitungan Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Mengurangi Kebisingan

di SMP Negeri 7 Medan ... VI-11 6.7. Penurunan Kebisingan Pada Ruangan Kelas Dari Rekayasa

(20)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi SMP Negeri 7 Medan ... II-7 3.1. Pengurangan Bunyi Akibat Jarak ... III-4 3.2. Sound Level Meter ... III-11 4.1. Metodologi Penelitian ... IV-5 5.1. Denah SMP Negeri 7 Medan ... V-2 5.2. Titik Pengukuran SMP Negeri 7 Medan ... V-3 5.3. Hasil Kontur SMP Negeri 7 Medan ... V-23 5.4. Hasil Noise Mapping SMP Negeri 7 Medan ... V-25 5.5. Grafik Tingkat Kebisingan di SMP Negeri 7 Medan ... V-45 5.6. Diagram Hasil Kuesioner Pernyataan Gangguan Fisiologis Terhadap

Siswa ... V-67 5.7. Diagram Hasil Kuesioner Pernyataan Gangguan Psikologis Terhadap

Siswa ... V-69 5.8. Diagram Hasil Kuesioner Pernyataan Gangguan Komunikasi Terhadap

Siswa ... V-71 5.9. Diagram Hasil Kuesioner Pernyataan Gangguan Proses Belajar

Mengajar Terhadap Siswa ... V-73 5.10. Diagram Hasil Kuesioner Pernyataan Gangguan Fisiologis Terhadap

(21)

DAFTAR GAMBAR(LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.11. Diagram Hasil Kuesioner Pernyataan Gangguan Psikologis Terhadap Guru ... V-77 5.12. Diagram Hasil Kuesioner Pernyataan Gangguan Komunikasi Terhadap

Guru ... V-79 5.13. Diagram Hasil Kuesioner Pernyataan Gangguan Proses Belajar

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

(23)

ABSTRAK

Sekolah merupakan tempat dimana berlangsungnya proses belajar-mengajar. Banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar-mengajar. Salah satunya adalah faktor kebisingan. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Medan yang terletak di Jl. H. Adam Malik No. 2 Medan, dimana jalan tersebut merupakan jalan raya yang sering dilintasi oleh kendaraan bermotor. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur tingkat kebisingan menggunakan Sound Level Meter dengan mengambil 53 lokasi titik pengukuran. Dari hasil pengukuran kebisingan dibuatkan pemetaan kebisingan agar diketahui peta sebaran kebisingan di area sekolah. Penyebaran kuesioner sebanyak 230 responden dilakukan untuk mengetahui dampak kebisingan yang dirasakan oleh siswa dan guru. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kebisingan di SMP Negeri 7 Medan sebesar 65,19 dBA melebihi standar yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup sebesar 55 dBA. Dari hasil noise mapping diketahui kelas yang yang masuk dalam zona kuning adalah kelas IX-1 s/d IX-9 untuk kelas pagi dan kelas VII-1 s/d VII-9 untuk kelas sore. Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan, dampak kebisingan yang sering dialami siswa dan guru adalah merasa pusing, merasa tidak nyaman dan berteriak ketika sedang berbicara. Dari hasil seluruh penelitian, maka rekayasa kebisingan untuk mengurangi tingkat kebisingan di SMP Negeri 7 Medan adalah dengan penanaman pohon bambu dan rumput di depan area sekolah. Perbaikan ruangan kelas adalah dengan mengganti material akustik seperti penggantian langit-langit kelas dengan papan akustik 3/4”, penggunaan dinding batu bata diplester halus, pelapisan lantai dengan karpet dan mengganti kaca jendela dengan ketebalan 6 mm.

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan suatu tempat dimana berlangsungnya proses belajar mengajar. Proses belajar-mengajar padaumumnya adalah aktivitas penyaluran informasi dan ilmu pengetahuan dari pengajar ke pelajar.Banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar-mengajar di sekolah. Konsentrasi belajar-mengajar adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi pembelajaran. Semakin tinggi konsentrasi pengajar dan yang diajar, semakin efektif kegiatan pembelajaran tersebut. Konsentrasi dalam belajar dapat menurun jika ada gangguan di lingkungan belajar-mengajar. Gangguan yang sering terjadi adalah gangguan karena kebisingan.

(25)

Kebisingan adalah bunyi yangtidak diinginkan dari usaha atau kegiatandalam tingkat dan waktu tertentu yangdapat menimbulkan gangguan kesehatanmanusia dan kenyamanan lingkungan.Berbagai aktivitas/kegiatan masyarakat dapat menimbulkan kebisingan dengantingkat intensitas yang berbeda. Suara pesawat terbang, suara lalu lintas, dan suara-suara keras lainnya adalah contoh kebisingan yang dapat menurunkan tingkat konsentrasi belajar. Terlalu lama mendengar kebisingan yang berlebihan di kelas dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan juga menurunkan performa belajar.1

Ketenangan dalam sebuah lingkungan akan meningkatkan daya pembelajaran siswa. Earthman (2004), menyatakan bahwa kebisingan suatu kelas pasti mengganggu proses belajar. Hal ini akan menimbulkan kesulitan bagi siswa untuk mencerna informasi yang diperoleh. Beliau mengatakan bahwa belajar dalam lingkungan bising akan lebih sulit bagi siswa untuk fokus dalam belajar. Beliau juga mengatakan bahwa tingkat kebisingan pada suatu kelas juga dapat mengganggu pembelajaran dan meningkatkan ketegangan dalam nada bicara guru. Studi lain dari Nelson (2001) membuktikan bahwa di London, kebisingan yang berasal dari luarlingkungan dapat memberikan dampak negatif pada standar penentuan skor dari ujian sekolah dasar di London. Studi ini menunjukan bahwa kebisingan yang berasal dari luar lingkungan mempengaruhi kecakapan berbicara di dalam kelas dan memiliki dampak yang besar dalam nilai ujian.2

1

I W. Suarna, C.I.P. Kusuma K, “Permasalahan Kebisingan di Kota Denpasar”, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana, 2007, h. 1

2

(26)

Menurut Alex Justian (2012), ketika timbul sebuah kebisingan di dalam sebuah kelas, siswa akan bereaksi terhadap suara tersebut dan akan mencari sumber asal kebisingan tersebut. Hal ini akan mengurangi tingkat konsentrasi dalam memperhatikan ajaran yang diberikan oleh guru. Agar siswa dapat mendengarkan ajaran dari guru dengan optimal, suara yang dihasilkan oleh sang guru harus sepuluh (10) dB lebih tinggi daripada suara yang ditimbulkan oleh kebisingan tersebut.3

Hasil observasi pendahuluan,pada Tabel 1.1. dapat dilihat tingkat kebisingan di area SMP Negeri 7 Medan melebihi dari tingkat kebisingan yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup Nomor : Kep-48/MENLH/11/1996 (Lampiran 1) yaitu 55 dB(A) untuk lingkungan sekolah dan dampak yang dirasakan dari kebisingan yaitu proses belajar mengajar terhambat karena siswa tidak dapat mendengar perkataan guru dengan baik dan konsentrasi belajar

Kebisingan di dalam kelas menciptakan sebuah lingkungan yang dapat mengurangi kemampuan seorang siswa untuk mendengar dan susah berkonsentrasi (fokus) dalam belajar. Kebisingan di dalam kelas dapat ditimbulkan dari luar lingkungan seperti lalu lintas, perkerjaaan konstruksi, ruang kelas yang berdekatan maupun dari dalam lingkungan seperti kebisingan yang timbul akibat perbincangan antara satu siswa dengan lainnya.Kebisingan merupakan hal yang mengganggu dalamproses belajar mengajar, pada intensitas yang lamadan tingkat tertentu dapat berbahaya bagi kesehatan.Oleh karena itu, zona pendidikan memerlukansuasana yang tenang dari kebisingan.

3

(27)

menjadi menurun. Pengukuran awal tingkat kebisingan di SMPNegeri7 Medan diambil secara acak yang dianggap lokasi yang melebihi nilai ambang batas dan dekat dengan sumber kebisingan.Waktu pengukuran kebisingan dilakukan pada pukul 07.00; 10.00 dan 15.00 sesuai ketentuan menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep-48/MENLH/11/1996.Denah titik pengukuran kebisingan dapat dilihat pada lampiran 4.Tabel 1.1. menunjukkan pengukuran awaltingkat kebisingan di SMP Negeri 7 Medan.

Tabel 1.1 Pengukuran Awal Tingkat Kebisingan di SMP Negeri 7 Medan

No Hari Jam

Tingkat Kebisingan (db(A))

NAB (dB(A))

A B C

1 Senin

07.00 74,8 71,9 69,9 55 10.00 73,2 70,9 68,2 55 15.00 72,8 71,2 69,2 55 Rata-rata 73,60 71,33 69,10 55 Sumber : Pengukuran secara langsung

Dari hasil observasi pendahuluan diatas maka penulis ingin menganalisa tingkat kebisingan dan dampak kebisingan di SMP Negeri 7 Medan.

1.2. Perumusan Masalah

(28)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu untuk menganalisa tingkat dan dampak kebisingan di SMP Negeri 7 Medan serta memberikan rekayasa kebisingan untuk mengurangitingkat kebisingan di sekolah.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu : 1. Menghitung tingkat kebisingan di SMP Negeri 7 Medan.

2. Mengetahui dampak kebisingan

3. Menentukan zona kebisingan di area SMP Negeri 7 Medan.

4. Memberikan rekayasa kebisingan untuk mengurangitingkat kebisingan di sekolah.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai masukan atau rekomendasi bagi pihak sekolah untuk mengetahui seberapa besar dampak kebisingan terhadap aktivitas siswa dan guru di sekolahserta merekayasa kebisingan untuk mengurangitingkat kebisingan di SMP Negeri 7 Medan.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

(29)

Batasan masalah yang digunakan yaitu:

1. Penelitian dilakukan pada area SMP Negeri 7 Medan.

2. Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswi dan guru SMP Negeri 7 Medan. 3. Fasilitas umum yang diteliti adalah ruang kelas SMP Negeri 7 Medan. 4. Waktu pengukuran selama Bulan Maret 2015

5. Metode pengukuran berdasarkan aturan Menteri Lingkungan Hidup No: Kep-48/MENLH/11/1996.

6. Metode penentuan titik pengukuran berdasarkan European Commission Working Group Assessment of Exposure to Noise (WG-AEN)

7. Tingkat ketelitian yang digunakan 95 %.

8. Sampel penelitian adalah siswa/siswi dan guru yang berada pada ruangan kelas yang terkena zona merah dan kuning pada noise mapping.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kondisi sekolah tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung. 2. Kegiatan di area sekolah tidak mengalami perubahan.

3. Kondisi pendengaran siswa-siswi dan guru SMP Negeri 7 Medan dianggap normal.

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

(30)

Bab I diuraikan latar belakang penelitian tentang kebisingan, tingkat kebisingan di sekolah dan mengetahui dampak yang diakibatkan oleh kebisingan. Selain itu, bab I juga membahas rumusan masalah yang berkenaan dengan tingkat kebisingan, tujuan penelitian untuk menganalisa tingkat dan dampak kebisingan, asumsi dan batasan masalah penelitian serta manfaat penelitian untuk SMP Negeri7 Medan.

Bab II berisikan sejarah sekolah, ruang lingkup sekolah, jumlah siswa - siswi, proses belajar- mengajar, fasilitas sekolah dan struktur organisasi di SMP Negeri 7 Medan. Bab II juga berisi beberapa hal yang mendukung informasi mengenai SMP Negeri7 Medan.

Bab III diuraikan teori – teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dikaji dengan tugas akhir, rumus, metode dan pendekatan yang digunakan sebagai dasar pemecahan masalah. Landasan teori mencakup teori – teori yang mendukung permasalahan dan teori mengenai kebisingan, dampak dan perbaikan.

Bab IV berisikan mengenai jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, kerangka berpikir, tahapan penelitian, variabel penelitian, metode dan instrumen penelitian, langkah – langkah pengumpulan data, analisis dan pemecahan masalah, kesimpulan dan saran.

(31)

Bab VI diuraikan mengenai analisis hasil pengolahan data berupa pengukuran tingkat kebisingan, noise mapping dandampak kebisingan. Selain itu juga diuraikan pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan dan membuat rekayasa kebisingan untuk mengurangi tingkat kebisingan di sekolah.

(32)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

2.1. Sejarah Umum Sekolah

SMP Negeri 7 Medan pada awal mulanya merupakan sekolah dasar cina yang secara historis tidak jelas keberadaan tahun pendiriannya. Pada tahun 1964 sekolah tersebut diambil alih oleh Pemerintah Kota Medan menjadi sekolah negeri dalam membina dan mendidik para generasi muda sebagai calon penerus bangsa. SMP Negeri 7 Medan terletak di Jalan H. Adam Malik No. 2 Medan.

Pada tahun 2002 dibangun 2 lokal gedung kelas oleh komite sekolah. Kemudian pada tahun 2003 dibangun lagi 3 lokal gedung kelas. Pada tahun 2004 gedung kelas ini diresmikan oleh ketua komite dan kepala sekolah SMP Negeri 7 Medan. Tahun ajaran 2014 – 2015 lokal gedung kelas berjumlah 18 lokal dan jumlah murid secara keseluruhan berjumlah 810 orang.

2.2. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 7 Medan 2.2.1.Visi SMP Negeri 7 Medan

Terwujudnya sumber daya manusia yang beriman, bertaqwa, cerdas,kreatif, inovatif, berbudaya dan lingkungan pendidikan yang sejuk.

2.2.2.Misi SMP Negeri 7 Medan

1. Memberdayakan siswa yang beriman dan bertaqwa.

(33)

4. Memaksimalkan target dan nilai ketercapaian. 5. Menyiapkan siswa yang gemar membaca buku.

6. Menyiapkan siswa untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

7. Menciptakan lingkungan yang Tertib, Aman, Bersih, Indah dan Rapi(TABIR).

2.2.3.Tujuan sekolah SMP Negeri 7 Medan

1. Terwujudnya lulusan yang beriman dan bertaqwa, menguasai IPTEK, mampu bersaing di era global dan dapat mempertahankan budaya bangsa.

2. Meningkat kreativitas dan kualitas pelayanan.

3. Meningkatkan siswa yang mencintai ilmu pengetahuan dan gemar membaca. 4. Terwujudnya pengembangan kreativitas peserta bidik baik dalam bidang

akademik maupun non akademik.

5. Tercapainya peningkatan keterampilan menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

6. Tercapainya peningkatan kemampuan guru dalam pemahaman dan implementasi SNP.

7. Tercapainya peningkatan perolehan rata - rata ujian terakhir nasional

8. Tercapainya peningkatan kedisiplinan dan ketertiban peserta didik dalam mewujudkan program kesiapsiagaan.

(34)

10. Tercapainya peningkatan jumlah lulusan yang diterima di perguruan tinggi yang terakreditasi.

11. Tercapainya internalisasi budaya tata krama dalam kehidupan warga sekolah. 12. Tercapainya peningkatan kerjasama dengan orangtua, masyarakat sekitar, dan

intitusi lain.

13. Meningkatkan rasa solidaritas dan peduli terhadaplingkungan sehingga terciptanya lingkungan yang tertib, aman,bersih, indah dan Rapi (TABIR).

2.3. Ruang Lingkup Sekolah

Sekolah SMP Negeri 7 Medan memulai aktivitas belajar mengajar dari pukul 07.30 - 12.45 untuk kelas pagi dan pukul 13.00 - 17.30 untuk kelas sore. Kegiatan belajar mengajar dilakukan setiap hari Senin sampai Jumat dan hari Sabtu digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler. Tabel 2.1 menunjukkan jadwal proses belajar mengajar kelas pagi yaitu kelas VIII dan kelas IX dan jadwal proses belajar mengajar kelas sore yaitu kelas VII.

Tabel 2.1. Jadwal Proses Belajar - Mengajar SMP Negeri 7 Medan Hari

Belajar

Kelas Pagi Kelas Sore

Jam Masuk Jam Pulang Jam Masuk Jam Pulang

Senin 07.30 12.45 13.00 17.30

Selasa 07.30 12.45 13.00 17.30

Rabu 07.30 12.45 13.00 17.30

Kamis 07.30 12.45 13.00 17.30

Jumat 07.30 11.30 14.00 17.30

Sabtu 07.30 10.30 11.00 14.00

(35)

2.4. Fasilitas Sekolah

Fasilitas sekolah yang berada di SMP Negeri 7 Medan bertujuan untuk membantu kegiatan proses belajar – mengajar. Tabel 2.2 menunjukkan fasilitas yang terdapat di SMP Negeri 7 Medan.

Tabel 2.2. Fasilitas Sekolah SMP Negeri 7 Medan

No Nama Ruangan Jumlah

Ruangan (Unit)

1 Kelas 18

2 Kepala Sekolah 1

3 Wakil Kepala Sekolah 1

4 Tata Usaha 1

5 Perpustakaan 1

6 Ruang Guru 1

7 Laboratorium 1

8 Laboratorium Komputer 1

9 Toilet 6

10 Kantin 2

11 Musholla 1

12 OSIS 1

13 UKS 1

14 Parkir 1

Sumber : SMP Negeri 7 Medan

(36)

2.5. Jumlah Guru, Pegawai dan Siswa di SMP Negeri 7 Medan

Jumlah guru dan pegawai sekolah menjelaskan tentang jumlah tenaga pendidik atau guru dan pegawai yang bekerja di SMP Negeri 7 Medan dan jumlah siswa menjelaskan tentang banyak siswa yang bersekolahdi SMP Negeri 7 Medan. Rincian jumlah guru dan pegawaidi SMP Negeri 7 Medan dapat dilihat pada Tabel 2.3 sedangkan rincian jumlah siswa di SMP Negeri 7 Medan dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.3. Jumlah Guru dan Pegawai di SMP Negeri 7 Medan

No Jabatan

Jumlah (Orang)

Total (Orang) Laki –

Laki Perempuan

1 Komite Sekolah 1 1 2

2 Kepala Sekolah 1 - 1

3 Wakil Kepala Sekolah Sarana

Prasarana dan Kesiswaan 1 - 1

4 Wakil Kepala Sekolah

Kurikulum dan Humas 1 - 1

5 Pembantu Wakil Kepala Sekolah

Sarana Prasarana 1 - 1

6 Pembantu Wakil Kepala Sekolah

Kesiswaan 1 1 2

7 Pembantu Wakil Kepala Sekolah

Kurikulum - 1 1

8 Pembantu Wakil Kepala Sekolah

Humas 1 1 2

(37)

Tabel 2.3. Jumlah Guru dan Pegawai di SMP Negeri 7 Medan (Lanjutan)

No Jabatan

Jumlah (Orang)

Total (Orang) Laki – Laki Perempuan

9 Bimbingan Konseling 2 3 5

10 Kordinator Laboratorium - 1 1

11 Guru Laboratorium - 4 4

12 Kepala Perpustakaan - 1 1

13 Wali Kelas 8 19 27

14 Guru Mata Pelajaran 12 20 32

15 Kepala Tata Usaha - 1 1

16 Pegawai Tata Usaha 4 4 8

17 Penjaga Sekolah 2 - 2

Total (Orang) 92

Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 7 Medan

Tabel 2.4 Jumlah Siswadi SMP Negeri 7 Medan

No Kelas Jumlah Siswa (Orang) Total (Orang) Laki - Laki Perempuan

1 VII 107 163 270

2 VIII 119 151 270

3 IX 126 144 270

Total (Orang) 810

Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 7 Medan

2.6. Struktur Organisasi

Struktur organisasi SMP Negeri 7 Medan merupakan struktur organisasi

(38)

struktur organisasi staff, lini dan fungsional. Gambar 2.1menunjukkan struktur organisasi SMP Negeri 7Medan.

KOMITE SEKOLAH

WAKIL KEPALA SEKOLAH SARANA PRASARANA DAN

KESISWAAN WAKIL KEPALA SEKOLAH KURIKULUM DAN HUMAS KEPALA TATA USAHA KEPALA SEKOLAH PEMBANTU WAKASEK KURIKULUM

GURU MATA PELAJARAN

SISWA Wali Kelas PEMBANTU WAKASEK HUMAS PEGAWAI TATA USAHA PEMBANTU WAKASEK SARANA DAN PRASARANA PEMBANTU WAKASEK KESISWAAN BIMBINGAN KONSELING KORDINATOR LABORATORIUM KEPALA PERPUSTAKAN GURU LABORATORIUM PENJAGA SEKOLAH

Keterangan Gambar :

= hubungan lini

[image:38.595.112.508.156.636.2]

= hubungan fungsional = hubungan staf

Gambar 2.1. Struktur Organisasi SMP Negeri 7 Medan 2.6.1.Uraian Tugas dan Wewenang

(39)

dimana masing-masing mempunyai tugas dan wewenang yang seimbang dengan wewenang yang diterima. Organisasi yang baik adalah organisasi yang jelas dan teratur sehingga dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya setiap pemangku jabatan memiliki gambaran, batasan tugas dan tanggung jawabnya. Berikut ini adalah pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi sekolah:

1. Komite Sekolah

Wewenang dan tangung jawab, antara lain:

a. Memberikan masukan terhadap kebijakan mutu pendidikan. b. Mengawasi kebijakan sekolah.

c. Mencari sumber pendanaan utuk membantu siswa yang tidak mampu

2. Kepala Sekolah

Wewenang dan tanggung jawab, antara lain :

a. Menjaga terlaksananya dan ketercapaian program kerja sekolah.

b. Menjabarkan, melaksanakan dan mengembangkan Pembelajaran Kurikulum/Program.

c. Mengembangkan SDM.

d. Melakukan pengawasan dan supervisi tenaga pendidik dan kependidikan. e. Melakukan hubungan kerjasama dengan pihak luar.

f. Merencanakan, mengelola dan mempertanggung jawabkan keuangan. g. Mengangkat dan menetapkan personal struktur organisasi.

(40)

i. Mengesahkan perubahan kebijakan mutu organisasi. j. Melegalisasi dokumen organisasi.

k. Memutuskan mutasi siswa.

l. Mengusulkan promosi dan mutasi pendidik dan tenaga kependidikan. m. Menerbitkan dokumen yang dikeluarkan sekolah.

n. Memberi pembinaan warga sekolah. o. Memberi penghargaan dan sanksi.

p. Memberi penilaian kinerja pendidik dan tenaga kependidikan

3. Wakil Kepala Sekolah Bidang sarana, Prasarana dan Kesiswaan

Berikut ini wewenang dan tanggung jawab wakil kepala sekolah dalam bidang sarana, prasarana dan kesiswaan.

a. Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana. b. Mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasrana.

c. Menyusun laporan pelaksanaan bidang sarana dan prasarana secara berkala. d. Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana.

e. Mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasrana.

f. Menyusun laporan pelaksanaan bidang sarana dan prasarana secara berkala. g. Mengkoordinasikan PSB ( Penerimaan Siswa Baru ).

h. Mengkoordinasikan pelaksanaan Masa Orientasi peserta didik (MOS). i. Mengkoordinasikan pemilihan kepengurusan dan diklat OSIS.

(41)

k. Mengkoordinasikan pelaksanaan 4 K (ketertiban, kedisiplinan, keamanan, dan kekeluargaan).

l. Membina program kegiatan OSIS.

m. Memeriksa dan menyetujui rencana kerja pengurus OSIS.

n. Melakukan tindakan terhadap siswa terkait pelanggaran tata tertib siswa. o. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan lomba.

p. Mengkoordinasikan ekstrakurikuler.

q. Mengkoordinasikan peringatan hari-hari besar.

4. Pembantu Wakil Kepala Sekolah Sarana dan Prasarana

Wakil kepala sekolah bidang sarana, prasarana dan kesiswaan memiliki pembantu untuk membantu bidang sarana dan prasarana. Oleh karena itu, tugas dan wewenang pembantu wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana adalah sama dengan apa yang dikerjakan wakil kepala sekolah bidang sarana, prasarana dan kesiswaan. Hanya saja pembantu wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana bertanggung jawab atas semua program sarana dan prasarana. Berikut ini Wewenang dan tanggung jawab pembantu wakil kepala sekolah dalam bidang sarana dan prasarana antara lain:

a. Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana. b. Mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasrana.

c. Menyusun laporan pelaksanaan bidang sarana dan prasarana secara berkala. d. Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana.

(42)

f. Menyusun laporan pelaksanaan bidang sarana dan prasarana secara berkala.

5. Pembantu Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

Wakil kepala sekolah bidang sarana, prasarana dan kesiswaan memiliki pembantu untuk membantu bidang kesiswaan. Oleh karena itu, tugas dan wewenang pembantu wakil kepala sekolah bidang kesiswaan adalah sama dengan apa yang dikerjakan wakil kepala sekolah bidang sarana, prasarana dan kesiswaan. Hanya saja pembantu wakil kepala sekolah bidang kesiswaan bertanggung jawab atas semua program kesiswaan. Berikut ini Wewenang dan tanggung jawab pembantu wakil kepala sekolah dalam bidang kesiswaan.

a. Mengkoordinasikan PSB ( Penerimaan Siswa Baru ).

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan Masa Orientasi peserta didik (MOS). c. Mengkoordinasikan pemilihan kepengurusan dan diklat OSIS.

d. Mengkoordinasikan penjaringan dan pendistribusian semua bentuk beasiswa. e. Mengkoordinasikan pelaksanaan 4 K (ketertiban, kedisiplinan, keamanan,

dan kekeluargaan).

f. Membina program kegiatan OSIS.

g. Memeriksa dan menyetujui rencana kerja pengurus OSIS.

h. Melakukan tindakan terhadap siswa terkait pelanggaran tata tertib siswa. i. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan lomba.

j. Mengkoordinasikan ekstrakurikuler.

(43)

6. Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum dan humas

Wakil kepala sekolah bidang kurikulum memilki pembantu untuk membantu bidang kurikulum. Oleh karena tugas dan wewenang wakil kepala sekolah adalah sama dengan apa yang dikerjakan pembantu wakil kepala sekolah. Hanya saja wakil kepala sekolah bidang kurikulum bertanggung jawab atas semua yang program kurikulum. Berikut ini wewenang dan tanggung jawab wakil kepala sekolah dalam bidang kurikulum.

a. Menyusun program kerja bidang Kurikulum/Program.

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengembangan Kurikulum/Program. c. Memantau pelaksanaan Pembelajaran.

d. Menyelenggarakan rapat koordinasi Kurikulum. e. Mengkoordinasikan pengelolaan perpustakaan.

f. Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi pembelajaran. g. Menyusun kalender pendidikan dan jadwal pembelajaran. h. Melaporkan hasil pelaksanaan Pembelajaran.

i. Mengusulkan tugas mengajar pada masing-masing guru. j. Menghitung dan melaporkan jam mengajar guru.

k. Merencanakan kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan.

l. Memeriksa, menyetujui rencana pembelajaran tiap program Pembelajaran. m. Memverifikasi Kurikulum.

n. Merencanakan dan melaksanakan bimbingan belajar dan try out kelas 3 o. Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua / wali

(44)

p. Membina hubungan sekolah dengan Komite Sekolah.

q. Membina pengembangan hubungan antar sekolah dengan lembaga-lembaga pemerintah, dunia usaha - dunia industri, dan lembaga sosial lainnya. r. Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala. s. Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua / wali

siswa.

t. Membina hubungan sekolah dengan Komite Sekolah.

u. Membina pengembangan hubungan antar sekolah dengan lembaga

pemerintah dan lembaga sosial lainnya serta dunia usaha - dunia industry. v. Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala

7. Pembantu Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

Wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan humas memilki pembantu untuk membantu bidang kurikulum. Oleh karena itu, tugas dan wewenang pembantu wakil kepala sekolah bidang kurikulum adalah sama dengan apa yang dikerjakan wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan humas. Hanya saja pembantu wakil kepala sekolah bidang kurikulum bertanggung jawab atas semua program kurikulum. Berikut ini wewenang dan tanggung jawab pembantu wakil kepala sekolah dalam bidang kurikulum.

a. Menyusun program kerja bidang Kurikulum/Program.

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengembangan Kurikulum/Program. c. Memantau pelaksanaan Pembelajaran.

(45)

e. Mengkoordinasikan pengelolaan perpustakaan.

f. Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi pembelajaran. g. Menyusun kalender pendidikan dan jadwal pembelajaran. h. Melaporkan hasil pelaksanaan Pembelajaran.

i. Mengusulkan tugas mengajar pada masing-masing guru. j. Menghitung dan melaporkan jam mengajar guru.

k. Merencanakan kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan.

l. Memeriksa, menyetujui rencana pembelajaran tiap program Pembelajaran. m. Memverifikasi Kurikulum.

n. Merencanakan dan melaksanakan bimbingan belajar dan try out kelas 3

8. Pembantu Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas

Wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan humas memilki pembantu untuk membantu bidang humas. Oleh karena itu, tugas dan wewenang pembantu wakil kepala sekolah bidang humas adalah sama dengan apa yang dikerjakan wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan humas. Hanya saja wakil kepala sekolah bidang humas bertanggung jawab atas semua program humas. Berikut ini wewenang dan tanggung jawab pembantu wakil kepala sekolah dalam bidang humas antara lain:

a. Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua / wali siswa.

(46)

c. Membina pengembangan hubungan antar sekolah dengan lembaga-lembaga pemerintah, dunia usaha - dunia industri, dan lembaga sosial lainnya.

d. Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala.

e. Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua / wali siswa.

f. Membina hubungan sekolah dengan Komite Sekolah.

g. Membina pengembangan hubungan antar sekolah dengan lembaga pemerintah dan lembaga sosial lainnya serta dunia usaha - dunia industry. h. Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala

9. Kepala Tata Usaha

Kepala tata usaha mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan sekolah dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah dalam kegiatan – kegiata sebagai berikut:

a. Penyusunan program kerja tata usaha sekolah b. Pengolahan keuangan sekolah

c. Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah

(47)

10. Koordinator BK (Bimbingan Konseling)

Peran Guru Pembimbing atau bimbingan konseling menurut PP No. 74 Tahun 2008 Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah.

Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam:

a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.

b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.

c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.

(48)

11. Guru

Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:

a. Mengetahui tugas pokoknya sendiri yaitu memberikan pelajaran sesuai dengan bidang studi

b. Mengevaluasi hasil pekerjaannya.

c. Mewakili kepala sekolah dan orang tua siswa di kelas.

d. Mengetahui tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dan memeriksa hasil tugas itu untuk dinilai.

e. Memperhatikan kelakuan dan kerajinan siswa sebagai bahan laporan kepada kepala sekolah, wali kelas, dan guru BP.

f. Memecahkan masalah-masalah pelajaran yang dihadapi siswa untuk memberikan bimbingan pelajaran kepada siswa yang cerdas, siswa yang kurang cerdas, dan siswa yang membandel.

g. Memperhatikan hasil ulangan EBTA, EBTANAS, dan mengisi daftar nilai siswa.

h. Melaporkan kepada kepala sekolah tentang hasil kerjanya.

12. Siswa

Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:

a. Menuntut ilmu sebaik-baiknya

b. Mempertanggung jawabkan hasil pembelajarannya

(49)

2.5. Aktivitas Sekolah

(50)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Bunyi4

3.2. Kecepatan Bunyi

Bunyi (sound) adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal manusia, dengan rentang frekuensi antara 20-20.000 Hz. Kepekaan telinga manusia terhadap rentang ini semakin menyempit sejalan dengan pertambahan umur. Di bawah rentang tersebut disebut bunyi infra (infrasound), sedangkan di atas rentang tersebut disebut bunyi ultra (ultrasound). Suara (voice) adalah bunyi manusia. Bunyi udara (airborne sound) adalah bunyi yang merambat lewat udara. Bunyi struktur adalah (structural sound) adalah bunyi yang merambat melalui struktur bangunan.

Sensasi bunyi, agar dapat didengar manusia, memerlukan 3 aspek yang harus ada dalam waktu bersamaan, yaitu:

1. Sumber bunyi

2. Medium penghantar gelombang bunyi 3. Telinga dan saraf pendengaran yang sehat.

5

Kecepatan bunyi (sound velocity) adalah kecepatan rambat bunyi pada suatu media, diukur dengan meter/detik. Kecepatan bunyi adalah tetap untuk

4

Satwiko Prasasto, Fisika Bangunan (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2008) h. 264

5

(51)
[image:51.595.171.452.309.648.2]

kepadatan media tertentu, tidak tergantung frekuensinya. Kecepatan rambat bunyi pada medium udara pada suhu berkisar 16 oC adalah 340 meter/detik (Tabel 3.1.). Kecepatan rambat bunyi sangat bergantung pada jenis/susunan medium perambatan sumber bunyi serta suhu medium tersebut. Oleh karena itu, untuk keadaan di Indonesia, dengan suhu rata-rata harian dan tahunannya yang lebih tinggi, angka 340 meter/detik tidak selalu tepat untuk dipakai sebagai acuan.

Tabel 3.1. Kecepatan Rambat Bunyi Menurut Medium Rambatnya

Medium Kecepatan

(meter/detik) Udara pada Temperatur -20 oC 319,3

Udara pada Temperatur 0 oC 331,8 Udara pada Temperatur 10 oC 337,4 Udara pada Temperatur 20 oC 343,8 Udara pada Temperatur 30 oC 349,6

Gas O2 316

Gas CO2 259

Gas Hidrogen 1.284

Air Murni 1.437

Air Laut 1.541

Baja 6.100

Sumber : Mediastika, 2009

(52)

detik dan diukur dengan Hz (Hertz). Semakin tinggi frekuensi, semakin tinggi bunyi. Percakapan manusia berada antara 600 s/d 4.000 Hz.

Untuk menentukan besarnya cepat rambat gelombang bunyi dapat digunakan formulasi berikut.

V = f λ

dengan: V = Kecepatan bunyi (meter/detik) f = Frekuensi bunyi (Hz)

λ = Panjang gelombang (meter)

3.3. Tingkat Bunyi6

6

Ibid, h. 272

(53)

Tabel 3.2. Tingkat Bunyi dan Intensitas Bunyi dari Beberapa Sumber Bunyi

Sumber Bunyi Intensitas

(watt/m2)

Tingkat Bunyi (dB(A))

Roket ruang angkasa >107 >190

Pesawat jet 104 160

Orkes brass besar 10 130

Mesin besar 10 120

Orkes lengkap 10-2 100

Mobil penumpang di jalan raya 10-2 100

Percakapan normal 10-5 70

Bisikan lembut 10-9 30

Sumber : Satwiko, 2008

Ketika sebuah objek sumber bunyi bergetar dan getarannya merambat ke segala arah, sebaran ini akan menghasilkan ruang berbentuk seperti bola seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Sumber : Satwiko, 2008

(54)

3.4. Kebisingan7

3.4.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebisingan

Pengertian kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang terpapar. Sedangkan defenisi kebisingan menurut Kepmennaker adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

8

1. Lama waktu bunyi tersebut terdengar, efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan dan berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam.

Ada 3 faktor yang mempengaruhi kebisingan yang biasa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia yaitu :

2. Intensitas bunyi, intensitas bunyi yang dapat didengar telinga manusia berbanding langsung dengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat didengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi di ukur denga logaritma dalam desibel (dB).

3. Frekuensi, menentukan jumlah gelombang-gelombang suara yang sampai ditelinga seseorang setiap detik dinyatakan dalam jumlah getaran per

7

Tarwaka solichul, H.A Bakri, Lilik Sudiajeng. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas (Jakarta : UI Press, 2005), h. 38

8

(55)

detik(Hz). Frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak antara 16-20000 Hz.

Suatu suara atau bunyi dapat dikatakan suatu kebisingan atau tidak sebenarnya bersifat sangat subjektif, hal ini karena suara yang sama hari ini dikehendaki mungkin pada waktu lain dianggap mengganggu. Adapun yang mempengaruhi sifat tersebut yaitu:

1. Pengalaman yang lalu 2. Derajat kesehatan 3. Kesenangan 4. Pekerjaan

5. Aktivitas, tidur, rekreasi 6. Umur

3.4.2. Sumber-sumber Kebisingan9

Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari mesin-mesin untuk proses produksi dan alat-alat yang dipakai untuk melakukan pekerjaan. Contoh sumber-sumber kebisingan di perusahaan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan seperti :

1. Generator, mesin diesel untuk pembangkit listrik. 2. Mesin-mesin produksi.

3. Mesin potong, gergaji, serut di perusahaan kayu. 4. Ketel uap atau boiler untuk pemanas air.

9

(56)

5. Alat-alat lain yang menimbulkan suaradan getaran seperti alat pertukangan. 6. Kendaraan bermotor dari lalu lintas.

Sumber-sumber suara tersebut harus selalu diidentifikasi dan dinilai kehadirannya agar dapat dipantau sedini mungkin dalam upaya mencegah dan mengendalikan pengaruh pemaparan kebisingan terhadap pekerja yang terpapar. Dengan demikian penilaian tingkat intensitas kebisingan di perusahaan secara umum dimaksudkan untuk beberapa tujuan yaitu :

1. Memperoleh data intensitas kebisingan pada sumber suara.

2. Memperoleh data intensitas kebisingan pada penerima suara (pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan.

3. Menilai efektivitas sarana pengendalian kebisingan yang telah ada dan merencanakan langkah pengendalian lain yang lebih efektif.

4. Mengurangi tingkat intensitas kebisingan baik pada sumber suara maupun pada penerima suara sampai batas diperkenankan.

5. Membantu memilih alat pelindung dari kebisingan yang tepat sesuai jenis kebisingannya.

3.4.3. Jenis-jenis Kebisingan10

Menurut Suma’mur, jenis kebisingan dibagi atas :

1. Kebisingan kontinu dengan spectrum frekuensi yang luas (steady state,

wide band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain.

10

(57)

2. Kebisingan kontinu dengan sprektum frekuensi yang sempit (steady state,

narrow band noise) misalnya gergaji sikuler, katup gas dan lain-lain.

3. Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas, suara kapal

terbang dilapangan udara.

4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise) seperti tembakan bedil atau

lain sebagainya.

5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempat diperusahaan.

3.4.4. Pengaruh Kebisingan11

Pengaruh pemaparan kebisingan secara umum dapat dikategorikan menjadi dua yang didasarkan pada tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan.

1. Pengaruh Kebisingan Intensitas Tinggi

Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi adalah terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat permanen atau ketulian. Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui.

2. Pengaruh Kebisingan Intensitas Rendah

Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah secara fisiologis tidak menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun sering dapat menyebabkan

11

(58)

penurunan performansi kerja, sebagai salah satu penyebab stress dan gangguan kesehatan lainnya.

Lebih rinci lagi, maka dapat digambarkan dampak bising terhadap kesehatan pekerja sebagai berikut :

1. Gangguan Fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basalmetabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapatmenyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

2. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang kosentrasi, susahtidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit,psikosomatik seperti gastristis, penyakit jantung koroner dan lain-lain.

3. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman.Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadapkeselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarattanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitaskerja.

4. Gangguan keseimbangan

(59)

5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)

Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguanterhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkanhilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnyabersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka dayadengar akan menghilang secara menetap atau tuli.

3.4.5. Pengukuran Kebisingan12

Maksud pengukuran kebisingan adalah :

1. Memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja.

2. Mengurangi tingkat kebisingan, sehingga tidak menimbulkan gangguan. Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter. Alat ini mengukur kebisingan di antara 30 – 130 dB dan frekuensi-frekuensi dari 20 – 20.000 Hz. Suatu sistem terdapat dalam alat itu sendiri, kecuali untuk kalibrasi mikropon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi tersendiri. Sebagai kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan suaranya diatur oleh amplifier. Atau suatu piston phone dibuat untuk maksud kalibrasi ini, yang tergantung dari tekanan udara, sehingga perlu dikoreksi. Sebelum dilakukan pengukuran harus dilakukan countour map lokasi sumber suara dan sekitarnya. Selanjutnya pada waktu pengukuran sound level meter dipasang pada ketinggian ± 140 – 150 cm atau setinggi telinga.

12

(60)

Gambar 3.2. Sound Level Meter

3.4.5.1. Penentuan Titik Pengukuran13

Pemetaan kontur dan penentuan daerah yang terkena kebisingan oleh titik tertentu, memerlukan perhitungan ukuran dalam penandaan. Umumnya, jarak grid harus lebih dari 10 meter di kelompokkan. Sebuah jarak yang lebih luas di daerah terbuka dapat memberikan akurasi yang dapat diterima meskipun jarak grid tidak biasanya harus melebihi 30 meter. Untuk kontur bising pesawat, karena ini umumnya hanya dipengaruhi oleh fitur topografi besar, seperti pegunungan, jarak pengukuran kebisingan hingga 100 meter mungkin dapat dijadikan acuan pengukuran. Beberapa lokasi, terutama di daerah perkotaan, mungkin dapat disarankan menggunakan spasi grid kurang dari 10 meter. Secara khusus, hal ini Menurut European Commission Working Group Assessment of Exposure to Noise (WG-AEN) ada 2 cara mengukur kebisingan yakni:

13

(61)

dikarenkan mungkin posisi bangunan yang saling berhadapan di jalan-jalan sempit.

Penelitian Muh. Isran Ramli (2015) penentuan titik-titik sampling noise mapping

menggunakan metode Grid yakni melakukan pembagian lokasi menjadi beberapa kotak yang berukuran sama. Tahap pertama, dengan menandai titik lokasi pada aplikasi google earthmewakili setiap tempat dengan jarak titik ±10 meter.14

3.4.5.2. Metode Pengukuran Kebisingan15

1. Cara Sederhana

Metode pengukuran kebisingan menurut Kementerian Lingkungan Hidup terbagi atas 2 metode yakni:

Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi dB(A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik.

2. Cara Langsung

Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit.

Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS) pada

14

Ramli, Muh. Isran. 2015. Analisis Tingkat Kebisingan Pada Kawasan Sekolah Menengah Atas Di Kota Makassar. Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin

15

(62)

selang waktu 06.00 – 22.00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 – 06.00.

Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan padamalam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai contoh :

- L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 – 09.00 - L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 – 11.00 - L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 – 17.00 - L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 – 22.00 - L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 – 24.00 - L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 – 03.00 - L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 – 06.00

3.4.5.3. Tingkat Bising Sinambung Ekuivalen (Leq)16

Lj = Tingkat tekanan suara ke 1

Leq adalah suatu angka tingkat kebisingan tunggal dalam beban (weighting Network) A, yang menunjukkan energi bunyi yang equivalen dengan energi yang berubah-ubah dalam selang waktu tertentu, secara matematis adalah sebagai berikut :

Leq = 10 log10[Ʃtj10Lj/10]

Dimana :

Leq = Tingkat bising sinambung equivalen dalam dB(A)

16

(63)

tj = Fraksi waktu

3.5. Kuesioner17

1. Adanya subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian. Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survey dengan cara mengisi pertanyaan yang diajukan peneliti terhadap responden yang dipilih.

Adanya empat komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu:

2. Adanya ajakan, yaitu permohonan dari peneliti untuk turut serta mengisi secara aktif dan objektif pertanyaan maupun pernyataan yang tersedia.

3. Adanya petunjuk pengisian kuesioner, dimana petunjuk yang tersedia harus mudah mengerti.

4. Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat mengisi jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup, ataupun terbuka. dalam mebuat pertanyaan ini juga disertakan dengan isian untuk identitas responden.

Kuisioner dapat dibedakan berdasarkan: 1. Berdasarkan cara menjawab:

a. Kuisioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun.

17

(64)

b. Kuisioner tertutup, yang telah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal memilih sesuai dengan pilihan yang ada.

2. Berdasarkan jawaban yang diberikan:

a. Kuisioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya atau memberikan informasi mengenai perihal pribadi.

b. Kuisioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan respon tentang perihal orang lain.

3. Berdasarkan bentuknya:

a. Kuisioner pilhan ganda, yaitu sama seperti kuisioner tertutup, dimana terdapat pilahan jawaban.

b. Kuisioner isian, yaitu sama seperti kuisioner terbuka, berbentuk essay.

c. Checklist, yaitu sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda check pada kolom yang sesuai.

d. Rating scale, yaitu sebuah pernyataan yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya: mulai dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju.

Keuntungan menggunakan kuisioner: 1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti

2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden.

(65)

Kelemahan menggunakan kuisioner:

1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga adanya pertanyaan yang telewati tidak terjawab.

2. Validitas sulit diperoleh.

3. Terkadang responden menjawab secara tidak jujur 4. Sering tidak dikembalikan

5. Waktu pengembalian tidak sama. Bahkan kadang-kadang ada yang telalu lama, sehingga menghambat proses pengolahan data lebih lanjut.

3.6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas18

18

Ronald E walpole,Pengantar Statistika, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 171.

3.6.1. Uji Validitas

Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Oleh karena itu, untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrumen pengumpulan data. Analisis korelasi adalah salah satu cara pengujian validitas yang umum digunakan. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Pearson yaitu sebagai berikut:

rxy =

N∑XY- (∑X)(∑Y)

��(N ∑X2- (∑X)2��(N ∑Y2- (Y)2�

Dimana:

(66)

Xi = skor variabel independen X

Yi = skor variabel independen Y

N = jumlah responden Kriteria pengujian :

Jika r > r tabel, berarti item pertanyaan adalah valid.

Jika r < r tabel, berarti item pertanyaan adalah tidak valid.

3.6.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tersebut. Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua karakteristik dari instrumen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti indeks reliabilitas Spearman-Brown, Flanagan, dan

Hoyt. Teknik pengujian lain yang juga banyak digunakan ialah Koefisien Alpha Cronbach.

(67)

r11 =

k

k - 1

� �

1-

σ 2

b

σt2

Dimana, r11 = reliabilitas instrumen (koefisien Alpha Cronbach)

k = jumlah butir pertanyaan dalam instrumen ∑ �b2 = jumlah varians butir-butir pertanyaan

�t2 = varians total

3.7. Teknik Penentuan Jumlah Sampel

Pada dasarnya pengambilan jumlah sampel tergantung pada kondisi secukupnya saja. Apabila populasinya sangat homogen, maka pengambilan

sample secukupnya saja. Akan tetapi apabila kondisi populasinya sangat heterogen, maka pengambilan sampelnya harus memperhatikan bahwa tiap tingkatan populasi harus terwakili19

Menurut (Arikunto 2007) secara sederhana dapat dikatakan bahwa semakin besar sampel penelitian, hasil yang diperoleh akan menjadi semakin baik karena dalam sampel yang besar akan lebih tercermin gambaran hasil yang nyata

.

20

1. Random Sampling, digunakan oleh peneliti apabila populasi dari mana sampel diambil merupakan populasi homogen yang hanya mengandung satu cirri.

. Beberapa teknik pengambilan sampel yang biasa dikenal antara lain :

2. Cluster Sampling, digunakan oleh peneliti apabila didalam populasi terdapat kelompok-kelompok yang mempunyai ciri sendiri-sendiri.

19

Rosnani Ginting, Op.cit.h. 79-80.

20

(68)

3. Stratified Sampling, digunakan oleh peneliti apabila didalam populasi terdapat kelompok-kelompoksubjek dan antara satu kelompok dengan kelompok lain tampak adanya strata atau tingkatan.

4. Purposive Sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya.

5. Area Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dengan

mempertimbangkan wakil-wakil dari daerah-daerah geografis yang ada, misalnya dari tiap-tiap provinsi, tiap-tiap desa, dan sebagainya.

6. Double Sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti dengan jumlah sebanyak dua kali ukuran sampel yang dikehendaki.

7. Total Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.

Ada beberapa teknik penentuan jumlah sampel yang dapat digunakan oleh peneliti. Jika peneliti mempunyai beberapa ratus subjek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih 25-30% dari jumlah subjek tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 hingga 150 orang, dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan kuesioner, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya.

3.8. Strategi Penanganan Kebisingan21

3.8.1. Strategi Penanganan Kebisingan Ruang Luar

21

(69)

1. Memanfaatkan jarak karena tingkat bunyi akan semakin berkurang bila jarak semakin besar. Untuk bangunan yang kritis, bila mungkin carilah lokasi yang gangguan kebisingannya minimal.

2. Mengelompokkan kebiatan yang berpotensi bising dan yang memerlukan ketenangan

3. Memeberi tabir (penghalang kayu)

4. Memanfaatkan daerah yang tidak terlalu mensyaratkan ketenangan sebagai perintang kebisingan dengan cara pengaturan daerah (zonning)

5. Menjauhkan bukaan pintu dan jendela dari sumber kebisingan

3.8.2. Strategi Penanganan Kebisingan Ruang Dalam 1. Mengusahakan peredaman pada sumber kebisingan

2. Mengisolasi sumber kebisingan atau memakai penghalang bunyi

3. Mengelompokkan ruang yang cenderung bising, menempatkan ruang – ruang yang tidak terlalu peru ketenangan sebagai pelindung ruang – ruang yang memerlukan ketenangan

4. Meletakkan sumber – sumber bising pada bagian bangunan yang masif (misalnya basement)

5. Mengurangi kebisingan akibat bunyi injak dengan bahan – bahan yang benar 6. Mengurangi kebisingan pada ruangan bsising dengan bahan peredam

(70)

3.8.3. Penghalang Dengan Tanaman22

Tanaman yang digunakan untuk penghalang kebisingan harus memiliki kerimbunan dan kerapatan daun yang cukup dan merata mulai dari permukaan tanah hingga ketinggian yang diharapkan. Untuk itu, perlu diatur suatu kombinasi antara tanaman penutup tanah, perdu, dan pohon atau kombinasi dengan bahan lainnya sehingga efek penghalang menjadi optimum. Tanaman-tanaman yang dapat digunakan adalah:

1. Penutup tanah (cover crops); a. rumput

b. leguminosae. 2. Perdu;

a. bambu pringgodani (Bambusa Sp) b. likuan-yu (Vermenia Obtusifolia) c. anak nakal (Durante Repens) d. soka (Ixora Sp)

e. kakaretan (Ficus Pumila) f. sebe (Heliconia Sp) g. teh-tehan (Durante); 3. Pohon;

a. akasia (Acacia Mangium) b. johar (Casia Siamea)

22

Pedoman Konstruksi Bangunan Mitigasi dampak kebisingan akibat lalu lintas jalan

(71)

Berdasarkan jenis penghalang tanaman tersebut maka dapat dilakukan kombisnasi yang dianggap dapat megurangi tingkat kebisingan. Tabel 3.3. menunjukkan beberapa tanaman yang dapat mengurangi kebisingan

Tabel 3.3.EfektifitasPenguranganKebisinganOlehBerbagaiMacam Tanaman Jenistanaman Volume Kerimbunan Daun (m) Jarakdari Sumber Bisingke Tanaman(d) Ketinggian Pengukuran (m) Rata-rata Reduksi kebisingan; IL(dBA) Akasia(Acacia mangium)

114,39 18,20

30,20

1,20 4,00

2,5 4,1

118,23 18,20

24,60 1,20 4,00 2,7 4,4 Bambupringgodani (BambugaSp)

122,03 7,0

16,40

1,20 2,50

1,1 4,9

366,08 35,4 1,20 14,7

Johar(Casiasiamea) 60,74

9,8 17,0 1,20 3,60 0,3 3,2

83,24 9,6 1,20 0,20

Likuan–Yu(Vermenia

obtusifolia) 2,464 8,20 1,20 2,3

AnakNakal(Durant

)

1,680 9,80 1,20 0,8

Soka 1,350 11,20 1,20 0,9

(72)

Jenistanaman Volume Kerimbunan Daun (m) Jarakdari Sumber Bisingke Tanaman(d) Ketinggian Pengukuran (m) Rata-rata Reduksi kebisingan; IL(dBA)

Kekaretan 1,105 4,60 1,20 0,9

Sebe(HeliconiaSp) 1,792 3,2 1,20 3,4

Teh–tehan 11,10 6 1,20 2,1

Disisipkan:

a.Teh–tehan 13,88 6 1,20 2,7

b.Heliconiasp

2,75 9 1,20 3,8

16,65 6 1,20 4,2

33,3 9 1,20 5,0

Sumber : Mitigasi dampak kebisingan akibat lalu lintas jalan Departemen Tenaga kerja Umum

3.8.4. Material Akustik23

[image:72.595.113.576.111.354.2]

Pengunaan material akustik berfungsi meredam kebisingan dimana setiap bahan yang digunakan merupakan material yang memiliki kemampuan untuk menyerap kebisingan. Tabel 3.4. menunjukkan koefisien absorpsi beberapa material bangunan.

Tabel 3.4. Koefisien Absorpsi Beberapa Material Bangunan No Material Bangunan Koefisien absorpsi pada

frekuensi 500 Hz* 1

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi SMP Negeri 7 Medan
Tabel 3.1. Kecepatan Rambat Bunyi Menurut Medium Rambatnya
Tabel 3.4. Koefisien Absorpsi Beberapa Material Bangunan (Lanjutan)
Gambar 4.2. Metodologi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 1

Due to the sparse growth of the individual plants height measurements with the point cloud method and the difference method was unfortunately impossible, or not

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 1

A template is presented that (1) provides for quantification of the minimum requirements that an IRB might adopt, (2) gives examples to help IRBs quickly become familiar with

Sumur CT-1 dengan komplesi sumur monobore akan diterapkan metode coiled tubing gas lift, sementara metode reguler gas lift akan diterapkan di sumur GL-1 dengan komplesi

Scientific knowledge gaps and clinical research priorities for cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiovascular care identified during the 2005 International

Penelitian yang memiliki hasil yang berbeda dengan penelitian ini adalah penelitian kolaborasi yang dilakukan oleh Setyaningrum Rahmawaty dan Ucik Witasari

Recommended guidelines for monitoring, reporting, and conducting research on medical emergency team, outreach, and rapid response systems: an Utstein-style scientific statement: