LAPORAN TUGAS AKHIR
TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN PERMOHONANKEBERATAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MEDAN BARAT O
L E H
Nama : EGHI DEVARA HAREFA Nim : 122600101
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
MenyelesaikanStudiPada Program Studi Diploma III AdministrasiPerpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madia (A.Md). Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN PERMOHONAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, motivasi dan inspirasi kepada penulis sehingga Tugas Akhir ini selesai. Ucapan terima kasih disampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Arlina, SH, M.Hum selaku Sekertaris Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
5. Kepada kedua orang tua saya yang banyak berjasa, yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan yang berlimpah serta abang tercinta yang tak akan bisa saya balas jasa-jasa mereka.
6. Bapak Muhamad Ali selaku supervisor yang bersedia meluangkan waktunya memberikan data-data yang diperlukan dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. 7. Bapak/Ibu Dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah
memberikan ilmu pengetahuan terutama di bidang perpajakan kepada penulis selama menjajaki masa kuliah.
8. Untuk temen special Fajrina Laili azhar dan team POBSI Patra, MF Habib, Rido, Alif, Dody, Dolly, Zaki, dan TAX B 2012 untuk support yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Pihak-pihak lain dan seluruh teman-teman yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu lagi, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan dan penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Medan, 19 Oktober 2015 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM ... 1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM... 5
C. Uraian Teoritis ... 7
D. Ruang Lingkup PKLM ... 9
E. Metode PKLM ... 9
F. Metode Pengumpulan Data PKLM ... 10
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 11
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Barat ... 12
B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Barat ... 14
C. Logo Kantor... 15
D. Struktur Organisasi Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Barat ... 17
E. Tugas Dan Fungsi Pegawai KPP Pratama Medan Barat ... 17
BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN PERMOHONAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN A. Ketentuan Umum Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan ... 24
C. Prosedur Pengajuan Keberatan ... 25 D. Penyampaian Surat Keberatan.……… 27
E. Saat Diterimanya Surat Keberatan ...……… 28 F. Pemberitahuan Surat Keberatan Memenuhi Syarat Formal…… 28 G. Permintaan Keterangan Terkait Dasar Pengenaan Pajak Atau
Perhitungan Rugi………..………… ... 29 H. Proses Penyelesaian Keberatan……… ... 30 I. Data Keberatan Pajak….. ... 36
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
A. Tata Cara Pengajuan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 37 B. Penyelesaian Permohonan Keberatan Pajak atas Pajak Penghasilan
Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat ... 38 C. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan surat
Keberatan pajak penghasilan orang pribadi di KPP Medan Barat... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 44
B. Saran ... 45
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Wajib Pajak Orang Pribadi yang Mengajukan Permohonan
Keberatan atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP
Medan Barat Tahun 2014……… 36 Tabel 4.1 Wajib PajakOrang Pribadi yang Mengajukan Keberatan atas
SKPKB Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama
Medan Barat pada Tahun 2014……… 40 Tabel 4.2 Keputusan Keberatan atas SKPKB Pajak Penghasilan Orang Pribadi
yangdiajukan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Pembangunan di segala bidang yang sedang dilaksanakan bangsa Indonesia
dewasa ini memerlukan dana yang tidak sedikit. Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, tidak luput dari keikutsertaan dalam melaksanakan pembangunan tersebut. Untuk itu, pemerintah berusaha mencari dana dengan
menggali sumber dari kekayaan alam dan potensi lainnya yang dimiliki Indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah digunakan untuk membiayai
pembangunan.
Sebelumnya kekayaan alam dari sektor minyak dan gas (MIGAS) merupakan penerimaan terbesar bagi negara, namun pada saat ini migas sudah tidak berperan
lebih besar atas penerimaan negara. Hal ini terlihat dari laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita, dimana pajaklah yang menjadi sumber penghasilan negara yang paling utama. Sebenarnya potensi yang besar namun belum
dimanfaatkan atau digali pemerintah adalah hasil laut. Indonesia merupakan negara kepulauan yang lautnya sangat luas, namun hasil lautnya banyak dijarah oleh negara
lain. Untuk itu, dari sektor perpajakanlah yang harus digali dan terus digali. Dengan adanya dana yang berasal dari pajak, maka penggunaan dana dari pajak ini dapat didistribusikan untuk penggunaan bagi pengeluaran pembangunan,
Menurut pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, dalam buku Resmi (2008: 1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbal (kontra pretasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Sementara itu jika mengacu kepada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 (satu) angka 1 (satu)
disebutkan arti pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa pajak sangat berpengaruh
dalam sumber pendapatan negara, khususnya dari sektor pajak penghasilan.
Pajak Penghasilan sebagai salah satu pajak negara memiliki objek yang dapat dikenakan pajak, yakni penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Pasal 4 ayat (1)
UU Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun di luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Pengertian penghasilan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (1) UU PPh
kepada wajib pajak, penghasilan dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu:
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti,
gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya;
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan;
3. Penghasilan dari modal, dividen, royalti, sewa, keuntungan, penjualan harta, atau
hak yang tidak digunakan untuk usaha, dan lain sebagainya;
4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang, hadiah, dan lain sebagainya.
Sementara itu, pada Pasal 1 ayat (1) UU PPh, bahwa yang menjadi subjek
pajak untuk Pajak Penghasilan adalah: a. Orang Pribadi;
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak; c. Badan;
d. Bentuk Usaha Tetap.
Dan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis hanya berfokus pada
Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
Pajak yang terutang wajib dibayar lunas oleh wajib pajak dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak. Hal ini dimaksudkan agar wajib pajak menghitung dan menetepakan sendiri pajak yang terutang tanpa diterbitkan surat ketetapan pajak sebagai perwujudan self assessment system yang dianut dalam
undang-undang dan petunjuk pemerintah berdasarkan kepercayaan pemerintah kepada wajib pajak dan kejujuran wajib pajak. Pada hakikatnya jika wajib pajak sudah menghitung sendiri pajaknya, itu berarti jumlah pajak sudah ditetapkan dan
menjadi hak pemerintah untuk menerima jumlah itu.
Direktur Jenderal Pajak sebagai pejabat pajak yang berwenang melakukan
pengolahan pajak negara yang terdiri dari:
1. SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar);
2. SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan);
3. SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar); 4. SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil).
Namun terkadang pajak yang ditetapkan tidak sesuai dengan pendapat orang yang dikenakan pajak (wajib pajak atau penanggung pajak) sehingga terjadi perselisihan antara wajib pajak, pemotong, atau pemungut pajak, serta penanggung
pajak dengan pejabat pajak mengenai penerapan undang-undang pajak. Perselisihan tersebut biasa dikenal dengan sengketa pajak. Penyelesaian perselisihan ini dapat ditelusuri dengan pengkajian objek sengketa pajak salah satunya pada tahap
pengajuan keberatan, karena proses awal yang harus ditempuh apabila terjadi sengketa pajak untuk pengajuan permohonan banding ke pengadilan pajak adalah
upaya keberatan.
Dalam kenyataannya, tatacara penyampaian permohonan keberatan ini masih kurang dipahami oleh wajib pajak, seperti syarat-syarat yang harus dipenuhi, hak
memahami bagaimana proses pelaksanaan penyelesaian permohonan keberatan khususnya pajak penghasilan orang pribadi yang diajukan oleh wajib pajak.
Sebagai salah satu syarat dalam rangka penyusunan tugas akhir, Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) adalah suatu metode untuk mempraktikkan teori yang selama ini diperoleh diperkuliahan pada kondisi lapangan yang sebenarnya. Dari
uraian di atas maka penulis tertarik menulis judul tentang “Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut:
1.1 Untuk mengetahui tatacara pengajuan permohonan keberatan atas Pajak
Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan oleh Wajib Pajak kepada KPP Pratama Medan Barat.
1.2 Untuk mengetahuibagaimana penyelesaian permohonan keberatan atas Pajak
Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan Wajib Pajak di KPP Pratama Medan
Barat.
1.3 Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh KPP Pratama Medan
Barat dalam pengajuan permohonan keberatan atas Pajak Penghasilan Orang
2. Manfaat PKLM a. Bagi Mahasiswa
1. Memberikan pengetahuan di bidang perpajakan khususnya tentang tata cara
pengajuan permohonan keberatan;
2. Memberikan pengetahuan tentang proses pengolahan permohonan keberatan;
3. Menciptakan rasa tanggung jawab, profesionalitas, serta kedisiplinan yang
nantinya sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja;
4. Menambah motivasi belajar dan menjadikan mahasiswa sebagai tenaga ahli
yang siap pakai;
5. Merangsang mahasiswa untuk beraktivitas dalam melakukan pekerjaan secara
efektif dan efisien.
b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
1. Mendapatkan ide-ide baru dan masukan dalam hal pelaksanaan pengolahan
pemohonan keberatan di KPP Pratama Medan Barat;
2. Membantu KPP Pratama Medan Barat untuk mensosialisasikan pentingnya
pajak kepada masyarakat;
3. Mempererat hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
1. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah dipelajari khususnya di
2. Mendapatkan masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan;
3. Mempererat hubungan antara Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan KPP Pratama Medan Barat.
C. Uraian Teoritis
Keberatan adalah permohonan pengajuan keberatan atas adanya perbedaan pendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, wajib pajak tidak menyetujui surat ketetapan pajak
(Resmi, 2008: 62). Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan pada pasal 25 ayat 1, wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:
Keberatan diajukan wajib pajak dengan menyampaikan surat keberatan ke
kantor pelayanan pajak wajib pajak atau tempat dimana pengusaha kena pajak terdaftar atau dikukuhkan. Suatu surat keberatan harus diajukan wajib pajak untuk
satu jenis pajak dan satu masa pajak atau satu tahun pajak.
Dalam laporan PKLM ini maka yang menjadi ruang lingkup penulisan adalah: 1. SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar);
2. SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan); 3. SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar);
4. SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil);
5. Pemotongan atau pemungutan pajak.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam laporan PKLM ini maka yang menjadi ruang lingkup penulisan adalah:
1. Tata cara pelaksanaan pengajuan permohonan keberatan atas Pajak
2. Penyelesaian pengajuan keberatan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
3. Hambatan-hambatan yang dihadapi KPP Pratama Medan dalam
pengajuan surat Keberatan
E. Tata Cara Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam pelaksanaan PKLM, penulis melakukan pengajuan judul dan penentuan judul kemudian melakukan persiapan dimulai dari penentuan tempat yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yang berlokasi di Jalan Asrama No.
7A, Ringroad, Medan 20123. Kemudian menghubungi tempat tersebut, membuat surat permohonan, dan mencari bahan untuk pembuatan proposal melalui berbagai
sumber-sumber bacaan seperti buku-buku perpajakan, undang-undang perpajakan, Keputusan Menteri Keuangan, dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Pada saat PKLM, penulis melaksanakan pengamatan secara langsung pada
objek penelitian PKLM untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pengajuan serta prosedur pengolahan permohonan keberatan. Penulis juga melakukan pengumpulan data yang didapat langsung dari sumber yang kompeten memahami permasalahan
pengajuan permohonan keberatan PPh orang pribadi di KPP Pratama Medan Barat serta data yang didapat dari laporan, buku agenda keberatan, dan Tempat Pelayanan
Terpadu (TPT) pada KPP Pratama Medan Barat.
Selanjutnya melakukan analisa dan evaluasi data dengan cara mengelompokkan data-data yang diperoleh selama pelaksanaan PKLM untuk
kesimpulan secara jelas dan sistematis serta memberikan gambaran umum maupun khusus dari objek penelitian PKLM mengenai pengajuan permohonan keberatan.
Dalam pengumpulan data dan informasi yang diperlukan penulis
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak KPP
Pratama Medan Barat mengenai hal-hal yang menjadi objek pembahasan dengan menggunakan daftar pertanyaan.
b. Yaitu metode PKLM dengan pengamatan langsung terhadap kegiatan
yang berhubungan dengan PKLM dengan maksud untuk mengetahui keadaan sesungguhnya dan memperoleh data yang lebih akurat dan jelas
dengan menggunakan daftar observasi.
c. Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan meminta dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan PKLM.
F. Tata Cara Pengumpulan Data
Data dalam pengumpulan data dan informasi yang diperlukan penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara 2. Observasi
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam laporan pelaksanaan PKLM ini, penulis menguraikan penulisan tersusun secara sistematis. Adapun sistematika yang akan dilakukan dalam penulisan laporan PKLM ini sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Di dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II : GAMBARAN UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Pada bab ini penulis menjelaskan gambaran umum objek atau lokasi, sejarah singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi dari KPP Pratama Medan Barat
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Bab ini membahas tentang ketentuan, tata cara atau prosedur pelaksanaan dan
pengolahan permohonan keberatan yang dilaksanakan di KPP Pratama Medan Barat. BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA
Bab ini berisikan analisa penulis dan bahasan-bahasan mengenai permohonan keberatan yang diajukan wajib pajak.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis akan mengambil kesimpulan yang merupakan intisari dari uraian bab-bab sebelumnya dan beberapa saran yang dapat menjadi masukan yang bersifat membangun.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MEDAN
A.Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak Pratama masih disebut Kantor
Inspeksi Pajak (KARIKPA).Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25
Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Pajak, sehingga Sejak April 1989 kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara.
Kemudian pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan keputusan Menteri Keuangsan No. 94/KMK/1994. Terhitung sejak tanggal 1 April 1994, Kantor
Pelayanan Pajak di Medan dipecah menjadi 4 Kantor Pelayanan Pajak yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di Jl. Sukamulia No. 17 A
Medan.
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur di Jl. Diponegoro No. 30 Medan.
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara di Jl. Asrama No. 7 Medan. 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai di Jl. Asrama No. 7 Medan.
Kemudian sesuai dengan surat Keputusan Menteri Keuangan No. 443/KMK/01/2001 tanggal 23 Juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
Mulai 1 Juni 2006, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat berpindah alamat ke jalan Asrama No. 7 A Medan. Kemudian sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 123/PKM/01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertical
Direktorat Jendral Pajak (DJP) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 67/PMK.CI/2008, tanggal 27 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Medan Barat diubah menjadi Pratama dan dipecah menjadi dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah. KPP Pratama Medan Barat merupakan wilayah Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) Sumatra Utara I.
Dan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah
Kecamatan Medan Barat yang terdiri dari 6 kelurahan yaitu: 1. Kelurahan Glugur Kota
2. Kelurahan Kesawan
3. Kelurahan Pulo Brayan Kota 4. Kelurahan Karang Berombak
Tabel II. 1. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pejak Pratama Medan Barat Pengawasan dan Konsultasi I Glugur Kota
Pengawasan dan Konsultasi II Kesawan
Pengawasan dan Konsultasi III Pulo Brayan Kota
Karang Berombak
Pengawasan dan Konsultasi IV Sei Agul
Silalas
Sumber: KPP Pratama Medan Barat
B.Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Adapun Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah menjadi Kantor Pelayanan Pajak modern sebagai penghimpun pajak Negara yang handal dan dipercaya oleh masyarakat
Dan Misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan mengedepankan kepatuhan
terhadap aturan yang didukung sumber daya manusia (SDM) yang professional, mempunyai integritas dan komitmen yang tinggi.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas melaksanakan
penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak dibidang pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak
Langsung lainnya dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksana Kantor Pelayanan Pajak
1. Penetapan dan Penerbitan produk hukum perpajakan.
2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya. 3. Penyuluhan Perpajakan.
4. Pelaksanaan registrasi wajib pajak.
5. Pelaksanaan ekstensfikasi.
6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
8. Pengawasan kepatuhan Kewajiban Perpajakan wajib pajak. 9. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
10. Pelaksanaan intensfikasi. 11. Pembetulan ketetapan pajak.
12. Pelaksanaan administrasi kantor
C.Logo Kantor
KPP Pratama Medan Barat menggunakan Logo Direktorat Jenderal Pajak sebagai Logo kantor, dikarenakan seluruh KPP pratama Berada dibawah naungan
Direktorat Jendral Pajak.
Adapun logo dari Direktorat Jendral Pajak adalah sebagai berikut:
Gambar II.1.
Arti dari lambang tersebut adalah: 1. Keterangan Umum
Motto : Nagara Dana Raksa
Bentuk : Segilima, dengan ukuran 5cm dan 7cm
Tata Warna : Biru kehitam-hitaman; kuning emas; putih dan
hijau 2. Makna
− Padi sebanyak 17 butir berwarna kuning emas dan kapas sebanyak 8 butir
dengan susunan 4 buah berlengkung 4 dan 4 buah berlengkung 5, bewarna putih dan kelopak berwana hijau, keduanya melambangkan
cita-cita Indonesia sekaligus diberi arti tanggal lahir Negara Republik
Indonesia.
− sayap berwarna kuning emas melambangkan ketangkasan dalam
menjalankan tugas.
− Gada berwarna kuning emas melambangkan daya upaya menghimpun,
mengerahkan, mengamankan keuangan negara.
− Ruang segilima berwarna biru kehitam-hitaman melambangkan dasar
negara Republik Indonesia yaitu Pancasila. 3. Arti keseluruhan
Makna dari keseluruhan lambang tersebut sesuai dengan motto “Nagara Dana
menyerasikan dalam gerakan kerja untuk melaksanakan tugas Departemen Kuangan.
D.Struktur Organisasi Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat
Struktur organisasi adalah sebuah rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan diatara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan,
wewenang dan tanggung jawab dalam sistem kerjasama.
Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh kepala
kantor KPP Pratama Medan Barat, dan seluruh pegawai tetapnya adalah pegawai negeri sipil dibawah naungan Kementrian Keuangan Negara Republik Indonesia.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat dikepalai oleh seorang kepala kantor pelayanan pajak pratama yang terdiri atas sub bagian umum dan beberapa seksi yang dipimpin masing-masing oleh seorang Kepala seksi.
E.Tugas dan Fungsi Pegawai KPP Pratama Medan Barat
Tugas dan Fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu
melaksanakan kegiatan oprasional pelayanan perpajakan dibidang Pajak Penghasinal (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah
(PPnBM), pajak Tidak Langsung Lainnya dalam daerah wewenangnya, berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksanaan Kantor Pelayanan Pajak
1. Pengumpulan dan pengolahan data, penggalian potensi pajak serta ekstensfikasi
wajib pajak.
2. Penatausahaan dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan serta
berkas wajib pajak.
3. Penataushaan dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) Masa serta
pemantauan dan penyusunan masa PPh, PPN, PPnBM dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.
4. Penatausahaan, penerimaan, penagihan, penyelesaian, keberatan dan restitusi
PPh, PPN, PPnBM dan Pajak Tidak Langsung Lainnya. 5. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan.
6. Pengurusan penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP). 7. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan.
8. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga Kantor Pelayanan Pajak.
Untuk dapat melaksanakaan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 maret 1994, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah:
1. Kepala Kantor
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB dan karikpa maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan wajib
Wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum Dan Kepatuhan Internal
Sub bagian umum mempunyai tugas sebagai berikut : a. Penatausahaan surat masuk dan surat keluar
b. Menyusuntanggapan / tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan / Laporan Hasil Pemeriksaan dari Ditejen / Kemenkeu / BPK / BPKP / Unit Fungsional Pemeriksaan lainnya.
c. Menyusun tanggapan terhadap surat pengaduan anggota masyarakat melalui pos maupun secara langsung.
d. Menyusun laporan berkala KPP, meliputi Laporan Ketertiban Pegawai, Laporan Penggunaan Anggaran, Laporan Pemakaian Barang – Barang Milik Negara dan lain sebagainya.
e. Meneliti pelanggaran disiplin pegawai yang terjadi sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.
f. Pengadministrasian hak – hak pegawai antara lain hak cuti, asuransi kesehatan, pengangkatan pegawai, pengajuan pension dan sebagainya.
g. Pengadministrasian gaji pegawai
h. Pemeliharaan asset-aset negara serta pengadaan barang – barang kebutuhan kantor.
i. Pengelolaan dan penggunaan anggaran, serta mengelola Sistem Akuntansi Instansi.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha
penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi
e-SPT dan e-filling serta penyempain laporan kinerja.Fungsi dari pengumpulan dan
pengolahan data adalah ekstensifkasi pajak, pengalihan informasi dan pengalihan potensi pajak. Seksi Pengolahan Data dan Informasi terdiri dari:
a. Koordinator Pelaksana Pengolahan data dan penyajian informasi serta
pembuatan monografi pajak.
b. Koordinator Pelaksana Pengolahan data dan Informasi II yang bertugas
membantu melakukan pelaksanaan pemberian dukungan teknis komputer. c. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi III yang bertugas
membantu melakukan urusan pengalian perpajakan dan ekstensifkasi Wajib
Pajak.
4. Seksi Pelayanan
Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta surat lainnya, penyuluhan perpajakan,
5. Seksi Penagihan
Mempunyai tugas melakukan penatausahaan piutang pajak, penundaan angsuran dan tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak,
serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Seksi Penagihan terdiri dari:
a. Koordinator Pelaksana Penagihan Aktif yang bertugas membantu penyiapan
Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah melaksanakan penyitaan, Usulan Lelang dan dukungan penagihan lainnya.
b. Koordinator Pelaksana Pemeriksaan Tata Usaha Piutang yang bertugas
membantu urusan Penatausahaan piutang pajak, usulan penghapusan piutang
pajak penundaan dan angsuran. 6. Seksi Pemeriksaan
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan
pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta pemeriksaan administrasi perpajakan lainnya.
7. Seksi Ekstensfikasi Perpajakan
Mempunyai tugas melakukan tugas pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek pajak dan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran basis data nilai objek
dalam menunjang ekstensfikasi.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV
Seksi Pengawasan dan Konsultasi dibagi menjadi 2 (dua) kelompok tugas
konsultasi teknis kepada Wajib Pajak. Sedangkan Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, dan IV melaksanakan pengawasan dengan tugas sebagai berikut :
a. Melakukan pengawasan penerbitan surat teguran kepada Wajib Pajak yang
belum menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
b. Melaksanakan penelitian dan analisa kepatuhan material Wajib Pajak.
c. Melakukan penghapusan atau pembatalan ketetapapan pajak yang tidak
benar.
d. Pengusulan Wajib Pajak/PKP fiktif. e. Pengusulan Wajib Pajak patuh.
f. Melakukan penelitian untuk mengusulkan penerbitan Surat Keterangan
Fiskal (SKF).
g. Pemberian izin penggunaan mesin teraan materai.
h. Mengirimkan himbauan perbaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
i. Melakukan kunjungan kerja ke lokasi Wajib Pajak dalam rangka
pengawasan data Wajib Pajak.
j. Melaksanakan rekonsiliasi data Wajib pajak (data matching). k. Membuat Surat Keterangan Bebas (SKB).
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku:
a. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang
b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior
yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.
c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan
beban kerja.
d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
10. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal (RIKI)
Mempunyai tugas dalam hal pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan
BAB III
GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN PERMOHONAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN
A. Ketentuan Umum Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
1. Dasar hukum Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Permohonan Keberatan
Pajak Penghasilan
Yang menjadi dasar hukum permohonan keberatan pajak pengahasilan adalah :
a. Pasal 25 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir kali menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 194/PMK.03/2007 yang diubah
menjadi 9/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan.
c. Surat Edaran Nomor 11/PJ/2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelesaian Keberatan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan
atau Pajak Penjualan Barang Mewah.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Tata Cara
B. Pengertian Keberatan
Keberatan adalah Pernyataan ketidaksetujuaan/kekurangpuasan Wajib Pajak atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atas suatu
pemotongan/pemungutan oleh pihak ke tiga dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-perundangan perpajakan.(www.Keberatan pajak.com)
C.Prosedur Pengajuan Keberatan
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas suatu:
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, kecuali Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar berdasarkan Pasal 13A Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir denga 2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
5. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Keberatan diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala KPP dengan surat keberatan.Surat keberatan wajib memenuhi syarat:
1. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
2. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong
atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan
dengan fotokopi surat ketetapan pajak, bukti pemungutan, atau bukti pemotongan;
3. 1 (satu) surat keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) Surat Ketetapan Pajak
atau untuk 1 (satu) pemotongan atau pemungutan pajak;
4. Melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah
disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan disertai fotokopi bukti pelunasannya (persyaratan ini hanya berlaku untuk pengajuan keberatan atas suatu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang berkaitan dengan Surat Pemberitahuan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
2008 dan seterusnya);
5. Diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan
pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak
ketiga, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak (force
majeur); dan
6. Ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal surat keberatan
ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat keberatan tersebut wajib
D. Penyampaian Surat Keberatan
Penyampaian Surat Keberatan dapat melalui saluran sebagai berikut: 1. Surat keberatan disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP):
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. dengan cara lain.
2. Penyampaian surat keberatan dengan cara lain meliputi:
a. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat; atau
b. e-Filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service Provider)
atau fasilitas e-Filing yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. 3. Bukti penerimaan surat keberatan, dalam hal disampaikan:
a. secara langsung adalah Bukti Penerimaan Surat; b. melalui pos adalah bukti pengiriman surat;
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir adalah bukti
pengiriman surat;
d. melalui e-Filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service
Provider) atau fasilitas
Jenderal Pajak adalah bukti penerimaan elektronik.
4. Surat keberatan yang tidak disampaikan ke KPP merupakan surat yang tidak
disampaikan pada tempatnya dan tidak dipertimbangkan, sehingga Direktur
mengembalikan surat keberatan kepada Wajib Pajak dan memberitahukan secara tertulis dimana KPP tempat penyampaian surat keberatan yang seharusnya, paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya surat keberatan.
E. Saat Diterimanya Surat Keberatan
Saat diterimanya surat keberatan menentukan jangka waktu penerbitan keputusan atas surat keberatan tersebut. Dalam hal surat keberatan disampaikan:
1. Secara langsung adalah sesuai tanggal terima yang tercantum pada bukti
penerimaan surat yang diberikan oleh KPP;
2. Melalui pos adalah sesuai tanggal stempel pos yang tercantum pada bukti
pengiriman surat;
3. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir adalah sesuai tanggal
pengiriman yang tercantum pada bukti pengiriman surat; atau
4. Dengan e-Filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service
Provider (ASP) adalah sesuai tanggal yang tercantum pada bukti penerimaan
elektronik.
F. Pemberitahuan Surat Keberatan Memenuhi Syarat Formal Apabila Surat Keberatan Wajib Pajak memenuhi persyaratan, maka:
1. Kepala KPP atas nama Direktur Jenderal Pajak wajib memberitahukan secara
2. Surat keberatan yang tidak memenuhi persyaratan bukan merupakan surat
keberatan dan tidak dipertimbangkan, sehingga Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Keputusan keberatan.
3. Kepala KPP atas nama Direktur Jenderal Pajak wajib memberitahukan secara
tertulis kepada Wajib Pajak bahwa surat keberatannya tidak memenuhi
persyaratan.
G. Permintaan Keterangan Terkait Dasar Pengenaan Pajak Atau Penghitungan Rugi
Sebelum mengajukan keberatan, Wajib Pajak dapat meminta keterangan
secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak atau penghitungan rugi kepada Direktur Jenderal Pajak melalui KPP paling lama 2 (dua) bulan setelah tanggal pengiriman surat ketetapan pajak. Kepala KPP atas nama Direktur Jenderal
Pajak wajib memberi keterangan yang diminta oleh Wajib Pajak secara tertulis kepada Wajib Pajak paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak surat permintaan Wajib Pajak diterima. Jangka waktu pemberian keterangan tersebut tidak menunda
jangka waktu pengajuan keberatan (lihat bagian jangka waktu pengajuan keberatan). Meskipun jangka waktu 2 (dua) bulan telah terlampaui, Wajib Pajak masih
dapat meminta keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak atau penghitungan rugi kepada Direktur Jenderal Pajak melalui KPP, dan atas permintaan tersebut, Kepala KPP atas nama Direktur Jenderal Pajak dapat memberi
H. Proses Penyelesaian Keberatan
Dalam proses penyelesaian keberatan, terdapat beberapa tahapan penyelesaian sebagai berikut:
1. Peminjaman Data dan Pemberian Keterangan Dalam proses penyelesaian
keberatan, Kepala Unit Pelaksana Penelitian keberatan atas nama Direktur
Jenderal Pajak dapat:
a. meminjam buku, catatan, data, dan informasi dalam bentuk hardcopy
dan/atau softcopy kepada Wajib Pajak dan Wajib Pajak wajib
memenuhi paling lama 15 hari kerja sejak tanggal dikirimnya surat peminjaman dan/atau permintaan;
b. meminta Wajib Pajak untuk memberikan keterangan dan Wajib Pajak
wajib memenuhi paling lama 15 hari kerja sejak tanggal dikirimnya surat peminjaman dan/atau permintaan;
c. meminta pihak lain diluar Direktorat Jenderal Pajak untuk
memberikan data dan atau keterangan.
d. meninjau ke tempat Wajib Pajak jika diperlukan
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas suatu pemotongan atau pemungutan pajak, Wajib Pajak wajib menyerahkan asli bukti pemotongan atau
pemungutan pajak dan surat pernyataan yang menyatakan bahwa pemotongan atau pemungutan pajak belum atau tidak akan dikreditkan.
2. Peminjaman Data dan Pemberian Keterangan Yang Kedua
meminjamkan sebagian atau seluruh buku, catatan, data dan informasi dan/atau belum memberikan keterangan yang diminta, maka Kepala Unit Pelaksana Penelitian Keberatan atas nama Direktur Jenderal Pajak
menerbitkan peminjaman dan/atau permintaan yang kedua dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak batas waktu tersebut diatas berakhir. Wajib
Pajak wajib memenuhi peminjaman dan/atau permintaan yang kedua ini paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal dikirimnya surat peminjaman dan/atau permintaan.
Dalam hal masih diperlukan, Wajib Pajak wajib meminjamkan bukti tambahan dan/atau memberikan penjelasan, dalam jangka waktu sebagaimana
disebut dalam surat peminjaman dan/atau permintaan tambahan.
3. Wajib Pajak Tidak Memenuhi Permintaan Data
Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi sebagian atau seluruhnya
peminjaman dan/atau permintaan serta tidak menyerahkan asli bukti pemotongan atau pemungutan pajak dan surat pernyataan yang menyatakan bahwa pemotongan atau pemungutan pajak belum atau tidak akan dikreditkan,
keberatan tetap diproses sesuai dengan data yang ada atau diterima dan Kepala Unit Pelaksana Penelitian keberatan atas nama Direktur Jenderal Pajak
membuat Berita Acara.
4. Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain dalam rangka Keberatan
Dalam hal diperlukan, untuk mendapatkan data dan/atau informasi yang
lain dalam rangka keberatan. Pemeriksaan yang dimaksud dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang pemeriksaan.
5. Pembahasan Sengketa Perpajakan
Dalam proses penyelesaian keberatan, Kepala Unit Pelaksana Penelitian Keberatan atas nama Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pembahasan
sengketa perpajakan yang diajukan keberatan dengan Wajib Pajak dan/atau pihak lain yang terkait. Dalam pembahasan sengketa perpajakan tersebut, Kepala Unit Pelaksana Penelitian Keberatan atas nama Direktur Jenderal
Pajak dapat memanggil Wajib Pajak dan/atau pihak lain yang terkait untuk melakukan pembahasan sengketa perpajakan yang diajukan keberatan.
Dalam hal Kepala Unit Pelaksana Penelitian Keberatan atas nama Direktur Jenderal Pajak memanggil Wajib Pajak dan/atau pihak lain untuk melakukan pembahasan sengketa perpajakan yang diajukan keberatan, surat pemanggilan
dikirimkan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sebelum
tanggal pembahasan sengketa perpajakan. Pembahasan sengketa perpajakan tersebut dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Sengketa Perpajakan. 6. Data atau Informasi yang Tidak Diberikan pada saat Pemeriksaan
Pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain yang tidak
diberikan pada saat pemeriksaan, tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan, kecuali pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain tersebut berada di pihak ketiga dan belum diperoleh Wajib Pajak pada saat
diperlukan dan diminta oleh Direktur Jenderal Pajak serta diserahkan oleh Wajib Pajak dalam proses keberatan, pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain yang diserahkan oleh Wajib Pajak tersebut dapat
dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan, sepanjang memiliki kaitan dengan koreksi yang disengketakan.
Dalam hal terdapat pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain yang belum diminta pada saat proses pemeriksaan dan keberatan tetapi diserahkan oleh Wajib Pajak dalam proses keberatan, pembukuan, catatan,
data, informasi, atau keterangan lain yang diserahkan oleh Wajib Pajak tersebut dapat dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan, sepanjang
memiliki kaitan dengan koreksi yang disengketakan.
7. Permintaan Hadir, Penjelasan Hasil Penelitian Keberatan, dan Tanggapan atas
Hasil Penelitian Keberatan
Sebelum menerbitkan Surat Keputusan keberatan, Direktur Jenderal Pajak wajib meminta Wajib Pajak untuk hadir guna memberikan keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai keberatan Wajib Pajak.Surat
Pemberitahuan Untuk Hadir tersebut harus dilampiri dengan Pemberitahuan Hasil Penelitian Keberatan dan Formulir Surat Tanggapan Hasil Penelitian
Keberatan.Pemberian keterangan dan penjelasan tersebut dituangkan dalam Berita Acara.
Apabila Wajib Pajak tidak memanfaatkan kesempatan untuk hadir: a. dibuat Berita Acara
8. Pencabutan Surat Keberatan
Wajib Pajak dapat mencabut pengajuan keberatan sepanjang Surat Pemberitahuan Untuk Hadir belum disampaikan (sesuai dengan tanggal kirim)
kepada Wajib Pajak.Pencabutan pengajuan keberatan tersebut diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala Unit Pelaksana Penelitian
keberatan secara tertulis. Wajib Pajak yang mencabut pengajuan keberatan tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(1) huruf b Undang-Undang KUP. Kepala Unit Pelaksana Penelitian keberatan wajib memberikan jawaban atas pencabutan pengajuan keberatan,
jika belum diterbitkan SPUH paling lama 5 (lima) hari kerja sejak surat pencabutan pengajuan keberatan diterima.
Dalam hal pencabutan pengajuan keberatan tidak memenuhi syarat maka
proses keberatan tetap diselesaikan dengan penerbitan Surat Keputusan keberatan.
9. Kuasa dalam Proses Keberatan Pasal 15
Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dalam rangka proses penyelesaian keberatan, kuasa Wajib Pajak harus menyerahkan Surat Kuasa
Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 UU KUP. 10. Jangka Waktu Penyelesaian Keberatan
Direktur Jenderal Pajak harus memberikan keputusan atas keberatan yang
seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambahbesarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar.
Apabila jangka waktu 12 (dua belas) bulan telah terlampaui dan Direktur
Jenderal Pajak tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak harus menerbitkan
Keputusan keberatan paling lama 1 (satu) bulan sejak jangka waktu tersebut berakhir.
Keputusan keberatan harus disampaikan kepada Wajib Pajak melalui pos atau
perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir, dengan tanda bukti pengiriman surat.
11. Permintaan Keterangan Tertulis terkait Dasar Keputusan Keberatan
Jika diperlukan, sebelum mengajukan banding, Wajib Pajak dapat meminta keterangan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala KPP
mengenai alasan yang menjadi dasar untuk mengabulkan sebagian atau menolak, atau menambah besarnya pajak yang terutang dalam surat keberatan Wajib Pajak. Atas permintaan tersebut, Direktur Jenderal Pajak harus
memberikan keterangan secara tertulis kepada Wajib Pajak paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak surat permintaan Wajib Pajak diterima. Jangka
I. Data Keberatan Pajak
[image:42.612.133.515.246.359.2]1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang Mengajukan Permohonan Keberatan atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat Tahun 2014.
Tabel 3.1
Wajib Pajak Orang Pribadi yang Mengajukan Permohonan Keberatan atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Medan Barat Tahun 2014
Sumber: Pelaksana seksi PDI 2015
NO Nama WP Jenis Ketetapan Tanggal Permohonan
Tanggal Penerimaan 1 A SKPKB PPh OP 23 juni 2014 26 juni 2014
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Tata Cara Pengajuan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Keberatan diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala KPP dengan surat keberatan.Surat keberatan wajib memenuhi syarat:
7. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
8. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong
atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan
disertai alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan dan dilampirkan dengan fotokopi surat ketetapan pajak, bukti pemungutan, atau bukti pemotongan;
9. 1 (satu) surat keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) Surat Ketetapan Pajak
atau untuk 1 (satu) pemotongan atau pemungutan pajak;
10. Melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah
disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan disertai fotokopi bukti pelunasannya (persyaratan ini hanya berlaku untuk pengajuan
keberatan atas suatu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang berkaitan dengan Surat
Pemberitahuan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2008 dan seterusnya);
11. Diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan
ketiga, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak (force
majeur); dan
12. Ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal surat keberatan
ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat keberatan tersebut wajib
dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 UU KUP.
B. Penyelesaian Permohonan Keberatan atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Adapun penyelesaian permohonan keberatan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Barat atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan Wajib Pajak Orang Pribadi, setelah Wajib Pajak memenuhi syarat-syarat surat keberatan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
b.1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Permohonan Keberatan wajib pajak kepada DJP atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Nihil, pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan perudang-undangan perpajakan.
Wajib Pajak mengajukan permohonan keberatan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat melalui Tempat Pelayanan Terpadu, hal ini berarti tidak ada wajib pajak yang melakukan permohonan keberatan melalui pos,
Selanjutnya petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneliti kelengkapan berkas wajib pajak sesuai dengan ketentuan persyaratan mengajukan permohonan keberatan dan berkas dinyatakan lengkap. Apabila surat permohonan beserta persyaratannya
belum lengkap, maka dihimbau kepada wajib pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratan sudah lengkap, petugas tempat pelayanan
terpadu mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). BPS diserahkan kepada wajib pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Selain BPS, petugas
Tempat Pelayanan Terpadu juga memberikan lembar isian surat keberatan, kemudian merekam surat permohonan wajib pajak dilanjutkan dengan meneruskan surat
permohonan beserta kelengkapannya ke Account Repsesentative 1 waskon 3. Account Representative meneliti persyaratan formal keberatan wajib pajak dan dinyatakan memenuhi persyaratan formal.
Apabila berkas keberatan tidak memenuhi persyaratan, Account Representative membuat konsep surat pemberitahuan surat keberatan tidak memenuhi persyaratan formal dan meneruskannya kepada kepala seksi pengawasan dan
konsultasi untuk diteliti dan memaraf konsep surat pemberitahuan surat keberatan tidak memenuhi persyaratan formal dan selanjutnya ditatausahakan di seksi
pelayanan dan disampaikan kepada wajib pajak melalui subbagian umum dalam periode ini tidak ada wajib pajak yang tidak memenuhi persyaratan.
Berkas wajib pajak tersebut yang memenuhi persyaratan formal dapat
Seksi Pengawasan dan konsultasi untuk diteliti dan diparaf kemudian meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat menyetujui dan menandatangani surat
pemberitahuan surat keberatan memenuhi persyaratan formal dan selanjutnya ditatausahakan di Seksi Pelayanan dan disampaikan kepada wajib pajak melalui
Subbagian Umum.
Wajib Pajak Orang Pribadi yang mengajukan keberatan atas pajak Penghasilan Orang Pribadi di tahun 2014 di KPP Pratama Medan Barat terlihat pada
[image:46.612.103.516.414.507.2]tabel berikut:
Tabel 4.1
Wajib Pajak Orang Pribadi yang Mengajukan Keberatan atas SKPKB Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat pada Tahun
2014 No. Nama WP Tanggal
permohonan
Tanggal
Penerimaan Persyaratan Formal 1 A 23 juni 2014 26 juni 2014 Memenuhi Persyaratan
2 B 23 juni 2014 26 juni 2014 Memenuhi Persyaratan
Sumber: Pelaksana Seksi PDI 2015 KPP Pratama Medan Barat
Di tahun 2014 Wajib Pajak yang mengajukan permohonan keberatan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat ada 2 Wajib Pajak Orang pribadi. Wajib Pajak A dan Wajib Pajak B mengajukan Permohonan Keberatan atas
pada tanggal 26 Juni 2014. Kedua Wajib Pajak telah memenuhi persyatan formal untuk seterusnya di kirim ke Kantor Wilayah.
b.2 Kantor Wilayah
Atas permohonan keberatan yang memenuhi persyaratan formal, Account
Representative meneruskan permohonan keberatan wajib pajak tersebut ke Seksi Pelayanan untuk dibuatkan Surat Pengantar ke Kantor Wilayah/KPDJP. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak lembar penelitian kelengkapan berkas, lembar pengawasan
penelitian berkas keberatan, membuat konsep surat pengantar dan meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat beserta berkas
permohonan dari wajib pajak, kemudia Kepala Kantor Pelayanan Pajak menandatangani surat pengantar dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk
menatausahakan dan mengirim surat pengantar, surat keberatan wajib pajak, lembar pengawasan arus dokumen, lembar isian surat keberatan, pemberitahuan surat keberatan memenuhi persyaratan formal, lembar penelitian kelengkapan berkas,
lembar pengawasan penelitian berkas keberatan, salinan laporan pemeriksaan pajak lengkap yang sudah dilegalisir oleh Kepala Seksi Pelayanan. Pelaksana Seksi
Pelayanan menatausahakan surat pengantar beserta berkas permohonan dan berkas terkait lainnya dan menyampaikannya ke Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara 1 atau Direktorat Keberatan dan Banding melalui Subbagian Umum.
Hasil Keputusan keberatan atas SKPKB Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2014 di KPP Pratama Medan Barat terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Keputusan Keberatan atas SKPKB Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat pada
Tahun 2014
No Nama WP Tanggal Keputusan Hasil Keputusan 1 A 29 Desember 2014 Permohonan Keberatan Ditolak
2 B 8 Januari 2015 Permohonan Keberatan Ditolak
Sumber: Pelaksana Seksi PDI 2015 KPP Pratama Medan Barat
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa tanggal keputusan permohonan keberatan atas SKPKB Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan Wajib Pajak
Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat pada tahun 2014 adaalah Wajib Pajak A pada tanggal 29 Desember 2014 dan Wajib Pajak B pada tanggal 8 Januari 2015.
Permohonan keberatan kedua Wajib Pajak telah selesai sebelum 12 bulan sejak surat keberatannya diterima, dan hasil keputusan permohonan Wajib Pajak A dan Wajib Pajak B ditolak.
C. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam Pengelolaan Pengajuan surat Keberatan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Medan Barat
adalah (wawancara dengan Dona pelaksana seksi PDI 2015 KPP Pratama Medan Barat, 12 September 2015):
1. Adanya kekurangpahaman Wajib Pajak Mengenai prosedur pengajuan surat
permohonan keberatan.
2. Adanya keterlambatan pengajuan permohonan keberatan, misalnya Wajib Pajak
akan mengajukan permohonan keberatan SPPT tahun 2013 tetapi diajukan pada tahun 2014, dan SPPT tahun 2013 belum dilunasi maka untuk pengajuannya harus dilunasi terlebih dahulu, dan untuk hal tersebut terkadang wajib pajak tidak
mau untuk melunasi.
3. Wajib Pajak tidak mengetahui syarat-syarat kelengkapan apa saja perlu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tata cara Permohonan Keberatan atas Pajak Penghasilan Orang pribadi yang diajukan opleh Wajib Pajak sama seperti untuk jenis-jenis pajak lainnya yaitu: diajukan tertulis kepada kepala KPP Pratama Medan Barat, mengemukakan pajak terutang, melunasi pajak yang masih harus dibayar, diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat ketetapan dikirim, dan ditandatangani oleh Wajib Pajak. 2. KPP Pratama Medan Barat menerima surat keberatan atas Pajak Penghasilan
Orang Pribadi yang diajukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi untuk diteliti persyaratan formalnya apabila memenuhi syarat akan diteruskan ke Kantor Wilayah. Pada tahun 2014 KPP Pratama Medan Barat menerima 2 surat keberatan atas SKPKB Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan oleh Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi, Wajib Pajak A dan B mengajukan permohonan keberatan pada tanggal 23 juni 2014 dan diterima oleh KPP Pratama Medan Barat pada tanggal 26 juni 2014, keduanya telah memenuhi persyaratan formal, diteruskan ke Kanwil medan kota dan keduanya telah selesai sebelum 12 bulan sejak surat keberatan dikirim.
DAFTAR PUSTAKA
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan:Teori dan Kasus Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta. Waluyo,2011. Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 1, Salemba Empat, Jakarta. Suandy, Erly, 2011, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan
Surat Edaran, Nomor SE-11/PJ/2014 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan Pajak Penghasilan, Pajak Penambahan Nilai, dan Pajak Penjualan Barang Mewah