• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti. 2008. Perpajakan:Teori dan Kasus Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta. Waluyo,2011. Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 1, Salemba Empat, Jakarta. Suandy, Erly, 2011, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan

Surat Edaran, Nomor SE-11/PJ/2014 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan Pajak Penghasilan, Pajak Penambahan Nilai, dan Pajak Penjualan Barang Mewah

(2)

BAB III

GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN PERMOHONAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN

A. Ketentuan Umum Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

1. Dasar hukum Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan

Yang menjadi dasar hukum permohonan keberatan pajak pengahasilan adalah :

a. Pasal 25 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir kali menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 194/PMK.03/2007 yang diubah menjadi 9/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan.

c. Surat Edaran Nomor 11/PJ/2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan atau Pajak Penjualan Barang Mewah.

(3)

B. Pengertian Keberatan

Keberatan adalah Pernyataan ketidaksetujuaan/kekurangpuasan Wajib Pajak atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atas suatu pemotongan/pemungutan oleh pihak ke tiga dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-perundangan perpajakan.(www.Keberatan pajak.com)

C. Prosedur Pengajuan Keberatan

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas suatu:

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, kecuali Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar berdasarkan Pasal 13A Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denga

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan; 3. Surat Ketetapan Pajak Nihil;

4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau

5. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Keberatan diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala KPP dengan surat keberatan.Surat keberatan wajib memenuhi syarat:

1. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;

(4)

dengan fotokopi surat ketetapan pajak, bukti pemungutan, atau bukti pemotongan;

3. 1 (satu) surat keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) Surat Ketetapan Pajak atau untuk 1 (satu) pemotongan atau pemungutan pajak;

4. Melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan disertai fotokopi bukti pelunasannya (persyaratan ini hanya berlaku untuk pengajuan keberatan atas suatu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang berkaitan dengan Surat Pemberitahuan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2008 dan seterusnya);

5. Diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak (force majeur); dan

(5)

D. Penyampaian Surat Keberatan

Penyampaian Surat Keberatan dapat melalui saluran sebagai berikut: 1. Surat keberatan disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP):

a. secara langsung;

b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau c. dengan cara lain.

2. Penyampaian surat keberatan dengan cara lain meliputi:

a. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat; atau

b. e-Filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service Provider) atau fasilitas e-Filing yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. 3. Bukti penerimaan surat keberatan, dalam hal disampaikan:

a. secara langsung adalah Bukti Penerimaan Surat; b. melalui pos adalah bukti pengiriman surat;

c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir adalah bukti pengiriman surat;

d. melalui e-Filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service Provider) atau fasilitas Jenderal Pajak adalah bukti penerimaan elektronik.

(6)

mengembalikan surat keberatan kepada Wajib Pajak dan memberitahukan secara tertulis dimana KPP tempat penyampaian surat keberatan yang seharusnya, paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya surat keberatan.

E. Saat Diterimanya Surat Keberatan

Saat diterimanya surat keberatan menentukan jangka waktu penerbitan keputusan atas surat keberatan tersebut. Dalam hal surat keberatan disampaikan:

1. Secara langsung adalah sesuai tanggal terima yang tercantum pada bukti penerimaan surat yang diberikan oleh KPP;

2. Melalui pos adalah sesuai tanggal stempel pos yang tercantum pada bukti pengiriman surat;

3. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir adalah sesuai tanggal pengiriman yang tercantum pada bukti pengiriman surat; atau

4. Dengan e-Filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) adalah sesuai tanggal yang tercantum pada bukti penerimaan elektronik.

F. Pemberitahuan Surat Keberatan Memenuhi Syarat Formal Apabila Surat Keberatan Wajib Pajak memenuhi persyaratan, maka:

(7)

2. Surat keberatan yang tidak memenuhi persyaratan bukan merupakan surat keberatan dan tidak dipertimbangkan, sehingga Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Keputusan keberatan.

3. Kepala KPP atas nama Direktur Jenderal Pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak bahwa surat keberatannya tidak memenuhi persyaratan.

G. Permintaan Keterangan Terkait Dasar Pengenaan Pajak Atau Penghitungan Rugi

Sebelum mengajukan keberatan, Wajib Pajak dapat meminta keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak atau penghitungan rugi kepada Direktur Jenderal Pajak melalui KPP paling lama 2 (dua) bulan setelah tanggal pengiriman surat ketetapan pajak. Kepala KPP atas nama Direktur Jenderal Pajak wajib memberi keterangan yang diminta oleh Wajib Pajak secara tertulis kepada Wajib Pajak paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak surat permintaan Wajib Pajak diterima. Jangka waktu pemberian keterangan tersebut tidak menunda jangka waktu pengajuan keberatan (lihat bagian jangka waktu pengajuan keberatan).

(8)

H. Proses Penyelesaian Keberatan

Dalam proses penyelesaian keberatan, terdapat beberapa tahapan penyelesaian sebagai berikut:

1. Peminjaman Data dan Pemberian Keterangan Dalam proses penyelesaian keberatan, Kepala Unit Pelaksana Penelitian keberatan atas nama Direktur Jenderal Pajak dapat:

a. meminjam buku, catatan, data, dan informasi dalam bentuk hardcopy dan/atau softcopy kepada Wajib Pajak dan Wajib Pajak wajib memenuhi paling lama 15 hari kerja sejak tanggal dikirimnya surat peminjaman dan/atau permintaan;

b. meminta Wajib Pajak untuk memberikan keterangan dan Wajib Pajak wajib memenuhi paling lama 15 hari kerja sejak tanggal dikirimnya surat peminjaman dan/atau permintaan;

c. meminta pihak lain diluar Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan data dan atau keterangan.

d. meninjau ke tempat Wajib Pajak jika diperlukan

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas suatu pemotongan atau pemungutan pajak, Wajib Pajak wajib menyerahkan asli bukti pemotongan atau pemungutan pajak dan surat pernyataan yang menyatakan bahwa pemotongan atau pemungutan pajak belum atau tidak akan dikreditkan.

(9)

meminjamkan sebagian atau seluruh buku, catatan, data dan informasi dan/atau belum memberikan keterangan yang diminta, maka Kepala Unit Pelaksana Penelitian Keberatan atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan peminjaman dan/atau permintaan yang kedua dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak batas waktu tersebut diatas berakhir. Wajib Pajak wajib memenuhi peminjaman dan/atau permintaan yang kedua ini paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal dikirimnya surat peminjaman dan/atau permintaan.

Dalam hal masih diperlukan, Wajib Pajak wajib meminjamkan bukti tambahan dan/atau memberikan penjelasan, dalam jangka waktu sebagaimana disebut dalam surat peminjaman dan/atau permintaan tambahan.

3. Wajib Pajak Tidak Memenuhi Permintaan Data Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi sebagian atau seluruhnya peminjaman dan/atau permintaan serta tidak menyerahkan asli bukti pemotongan atau pemungutan pajak dan surat pernyataan yang menyatakan bahwa pemotongan atau pemungutan pajak belum atau tidak akan dikreditkan, keberatan tetap diproses sesuai dengan data yang ada atau diterima dan Kepala Unit Pelaksana Penelitian keberatan atas nama Direktur Jenderal Pajak membuat Berita Acara.

4. Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain dalam rangka Keberatan

(10)

lain dalam rangka keberatan. Pemeriksaan yang dimaksud dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang pemeriksaan.

5. Pembahasan Sengketa Perpajakan

Dalam proses penyelesaian keberatan, Kepala Unit Pelaksana Penelitian Keberatan atas nama Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pembahasan sengketa perpajakan yang diajukan keberatan dengan Wajib Pajak dan/atau pihak lain yang terkait. Dalam pembahasan sengketa perpajakan tersebut, Kepala Unit Pelaksana Penelitian Keberatan atas nama Direktur Jenderal Pajak dapat memanggil Wajib Pajak dan/atau pihak lain yang terkait untuk melakukan pembahasan sengketa perpajakan yang diajukan keberatan.

Dalam hal Kepala Unit Pelaksana Penelitian Keberatan atas nama Direktur Jenderal Pajak memanggil Wajib Pajak dan/atau pihak lain untuk melakukan pembahasan sengketa perpajakan yang diajukan keberatan, surat pemanggilan dikirimkan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sebelum

tanggal pembahasan sengketa perpajakan. Pembahasan sengketa perpajakan tersebut dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Sengketa Perpajakan. 6. Data atau Informasi yang Tidak Diberikan pada saat Pemeriksaan

(11)

diperlukan dan diminta oleh Direktur Jenderal Pajak serta diserahkan oleh Wajib Pajak dalam proses keberatan, pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain yang diserahkan oleh Wajib Pajak tersebut dapat dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan, sepanjang memiliki kaitan dengan koreksi yang disengketakan.

Dalam hal terdapat pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain yang belum diminta pada saat proses pemeriksaan dan keberatan tetapi diserahkan oleh Wajib Pajak dalam proses keberatan, pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain yang diserahkan oleh Wajib Pajak tersebut dapat dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan, sepanjang memiliki kaitan dengan koreksi yang disengketakan.

7. Permintaan Hadir, Penjelasan Hasil Penelitian Keberatan, dan Tanggapan atas Hasil Penelitian Keberatan

Sebelum menerbitkan Surat Keputusan keberatan, Direktur Jenderal Pajak wajib meminta Wajib Pajak untuk hadir guna memberikan keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai keberatan Wajib Pajak.Surat Pemberitahuan Untuk Hadir tersebut harus dilampiri dengan Pemberitahuan Hasil Penelitian Keberatan dan Formulir Surat Tanggapan Hasil Penelitian Keberatan.Pemberian keterangan dan penjelasan tersebut dituangkan dalam Berita Acara.

Apabila Wajib Pajak tidak memanfaatkan kesempatan untuk hadir: a. dibuat Berita Acara

(12)

8. Pencabutan Surat Keberatan

Wajib Pajak dapat mencabut pengajuan keberatan sepanjang Surat Pemberitahuan Untuk Hadir belum disampaikan (sesuai dengan tanggal kirim) kepada Wajib Pajak.Pencabutan pengajuan keberatan tersebut diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala Unit Pelaksana Penelitian keberatan secara tertulis. Wajib Pajak yang mencabut pengajuan keberatan tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b Undang-Undang KUP. Kepala Unit Pelaksana Penelitian keberatan wajib memberikan jawaban atas pencabutan pengajuan keberatan, jika belum diterbitkan SPUH paling lama 5 (lima) hari kerja sejak surat pencabutan pengajuan keberatan diterima.

Dalam hal pencabutan pengajuan keberatan tidak memenuhi syarat maka proses keberatan tetap diselesaikan dengan penerbitan Surat Keputusan keberatan.

9. Kuasa dalam Proses Keberatan Pasal 15

Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dalam rangka proses penyelesaian keberatan, kuasa Wajib Pajak harus menyerahkan Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 UU KUP.

10. Jangka Waktu Penyelesaian Keberatan

(13)

seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambahbesarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar.

Apabila jangka waktu 12 (dua belas) bulan telah terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak harus menerbitkan Keputusan keberatan paling lama 1 (satu) bulan sejak jangka waktu tersebut berakhir.

Keputusan keberatan harus disampaikan kepada Wajib Pajak melalui pos atau perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir, dengan tanda bukti pengiriman surat.

(14)

I. Data Keberatan Pajak

1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang Mengajukan Permohonan Keberatan atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat Tahun 2014.

Tabel 3.1

Wajib Pajak Orang Pribadi yang Mengajukan Permohonan Keberatan atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Medan Barat Tahun 2014

Sumber: Pelaksana seksi PDI 2015

NO Nama WP Jenis Ketetapan Tanggal Permohonan

Tanggal Penerimaan 1 A SKPKB PPh OP 23 juni 2014 26 juni 2014

(15)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Tata Cara Pengajuan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Keberatan diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala KPP dengan surat keberatan.Surat keberatan wajib memenuhi syarat:

7. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;

8. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan dan dilampirkan dengan fotokopi surat ketetapan pajak, bukti pemungutan, atau bukti pemotongan;

9. 1 (satu) surat keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) Surat Ketetapan Pajak atau untuk 1 (satu) pemotongan atau pemungutan pajak;

10. Melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan disertai fotokopi bukti pelunasannya (persyaratan ini hanya berlaku untuk pengajuan keberatan atas suatu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang berkaitan dengan Surat Pemberitahuan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2008 dan seterusnya);

(16)

ketiga, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak (force majeur); dan

12. Ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal surat keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat keberatan tersebut wajib dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 UU KUP.

B. Penyelesaian Permohonan Keberatan atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Adapun penyelesaian permohonan keberatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan Wajib Pajak Orang Pribadi, setelah Wajib Pajak memenuhi syarat-syarat surat keberatan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

b.1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Permohonan Keberatan wajib pajak kepada DJP atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Nihil, pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan perudang-undangan perpajakan.

(17)

Selanjutnya petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneliti kelengkapan berkas wajib pajak sesuai dengan ketentuan persyaratan mengajukan permohonan keberatan dan berkas dinyatakan lengkap. Apabila surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, maka dihimbau kepada wajib pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratan sudah lengkap, petugas tempat pelayanan terpadu mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). BPS diserahkan kepada wajib pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Selain BPS, petugas Tempat Pelayanan Terpadu juga memberikan lembar isian surat keberatan, kemudian merekam surat permohonan wajib pajak dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Repsesentative 1 waskon 3. Account Representative meneliti persyaratan formal keberatan wajib pajak dan dinyatakan memenuhi persyaratan formal.

Apabila berkas keberatan tidak memenuhi persyaratan, Account Representative membuat konsep surat pemberitahuan surat keberatan tidak memenuhi persyaratan formal dan meneruskannya kepada kepala seksi pengawasan dan konsultasi untuk diteliti dan memaraf konsep surat pemberitahuan surat keberatan tidak memenuhi persyaratan formal dan selanjutnya ditatausahakan di seksi pelayanan dan disampaikan kepada wajib pajak melalui subbagian umum dalam periode ini tidak ada wajib pajak yang tidak memenuhi persyaratan.

(18)

Seksi Pengawasan dan konsultasi untuk diteliti dan diparaf kemudian meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat menyetujui dan menandatangani surat pemberitahuan surat keberatan memenuhi persyaratan formal dan selanjutnya ditatausahakan di Seksi Pelayanan dan disampaikan kepada wajib pajak melalui Subbagian Umum.

Wajib Pajak Orang Pribadi yang mengajukan keberatan atas pajak Penghasilan Orang Pribadi di tahun 2014 di KPP Pratama Medan Barat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Wajib Pajak Orang Pribadi yang Mengajukan Keberatan atas SKPKB Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat pada Tahun

2014 No. Nama WP Tanggal

permohonan

Tanggal

Penerimaan Persyaratan Formal 1 A 23 juni 2014 26 juni 2014 Memenuhi Persyaratan

2 B 23 juni 2014 26 juni 2014 Memenuhi Persyaratan Sumber: Pelaksana Seksi PDI 2015 KPP Pratama Medan Barat

(19)

pada tanggal 26 Juni 2014. Kedua Wajib Pajak telah memenuhi persyatan formal untuk seterusnya di kirim ke Kantor Wilayah.

b.2 Kantor Wilayah

(20)

Hasil Keputusan keberatan atas SKPKB Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2014 di KPP Pratama Medan Barat terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2

Keputusan Keberatan atas SKPKB Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat pada

Tahun 2014

No Nama WP Tanggal Keputusan Hasil Keputusan 1 A 29 Desember 2014 Permohonan Keberatan Ditolak

2 B 8 Januari 2015 Permohonan Keberatan Ditolak Sumber: Pelaksana Seksi PDI 2015 KPP Pratama Medan Barat

Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa tanggal keputusan permohonan keberatan atas SKPKB Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat pada tahun 2014 adaalah Wajib Pajak A pada tanggal 29 Desember 2014 dan Wajib Pajak B pada tanggal 8 Januari 2015. Permohonan keberatan kedua Wajib Pajak telah selesai sebelum 12 bulan sejak surat keberatannya diterima, dan hasil keputusan permohonan Wajib Pajak A dan Wajib Pajak B ditolak.

C. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam Pengelolaan Pengajuan surat Keberatan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Medan Barat

(21)

adalah (wawancara dengan Dona pelaksana seksi PDI 2015 KPP Pratama Medan Barat, 12 September 2015):

1. Adanya kekurangpahaman Wajib Pajak Mengenai prosedur pengajuan surat permohonan keberatan.

2. Adanya keterlambatan pengajuan permohonan keberatan, misalnya Wajib Pajak akan mengajukan permohonan keberatan SPPT tahun 2013 tetapi diajukan pada tahun 2014, dan SPPT tahun 2013 belum dilunasi maka untuk pengajuannya harus dilunasi terlebih dahulu, dan untuk hal tersebut terkadang wajib pajak tidak mau untuk melunasi.

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tata cara Permohonan Keberatan atas Pajak Penghasilan Orang pribadi yang diajukan opleh Wajib Pajak sama seperti untuk jenis-jenis pajak lainnya yaitu: diajukan tertulis kepada kepala KPP Pratama Medan Barat, mengemukakan pajak terutang, melunasi pajak yang masih harus dibayar, diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat ketetapan dikirim, dan ditandatangani oleh Wajib Pajak. 2. KPP Pratama Medan Barat menerima surat keberatan atas Pajak Penghasilan

Orang Pribadi yang diajukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi untuk diteliti persyaratan formalnya apabila memenuhi syarat akan diteruskan ke Kantor Wilayah. Pada tahun 2014 KPP Pratama Medan Barat menerima 2 surat keberatan atas SKPKB Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan oleh Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi, Wajib Pajak A dan B mengajukan permohonan keberatan pada tanggal 23 juni 2014 dan diterima oleh KPP Pratama Medan Barat pada tanggal 26 juni 2014, keduanya telah memenuhi persyaratan formal, diteruskan ke Kanwil medan kota dan keduanya telah selesai sebelum 12 bulan sejak surat keberatan dikirim.

(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MEDAN

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak Pratama masih disebut Kantor Inspeksi Pajak (KARIKPA).Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.

Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Pajak, sehingga Sejak April 1989 kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara.

Kemudian pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan keputusan Menteri Keuangsan No. 94/KMK/1994. Terhitung sejak tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di Medan dipecah menjadi 4 Kantor Pelayanan Pajak yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di Jl. Sukamulia No. 17 A Medan.

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur di Jl. Diponegoro No. 30 Medan. 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara di Jl. Asrama No. 7 Medan. 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai di Jl. Asrama No. 7 Medan.

(24)

Mulai 1 Juni 2006, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat berpindah alamat ke jalan Asrama No. 7 A Medan. Kemudian sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 123/PKM/01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertical Direktorat Jendral Pajak (DJP) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 67/PMK.CI/2008, tanggal 27 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat diubah menjadi Pratama dan dipecah menjadi dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah. KPP Pratama Medan Barat merupakan wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Sumatra Utara I.

Dan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah Kecamatan Medan Barat yang terdiri dari 6 kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Glugur Kota 2. Kelurahan Kesawan

3. Kelurahan Pulo Brayan Kota 4. Kelurahan Karang Berombak 5. Kelurahan Sei Angul

(25)

Tabel II. 1. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pejak Pratama Medan Barat Pengawasan dan Konsultasi I Glugur Kota

Pengawasan dan Konsultasi II Kesawan

Pengawasan dan Konsultasi III Pulo Brayan Kota Karang Berombak Pengawasan dan Konsultasi IV Sei Agul

Silalas Sumber: KPP Pratama Medan Barat

B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Adapun Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah menjadi Kantor Pelayanan Pajak modern sebagai penghimpun pajak Negara yang handal dan dipercaya oleh masyarakat

Dan Misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan mengedepankan kepatuhan terhadap aturan yang didukung sumber daya manusia (SDM) yang professional, mempunyai integritas dan komitmen yang tinggi.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak dibidang pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(26)

1. Penetapan dan Penerbitan produk hukum perpajakan.

2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

3. Penyuluhan Perpajakan.

4. Pelaksanaan registrasi wajib pajak. 5. Pelaksanaan ekstensfikasi.

6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

8. Pengawasan kepatuhan Kewajiban Perpajakan wajib pajak. 9. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

10. Pelaksanaan intensfikasi. 11. Pembetulan ketetapan pajak. 12. Pelaksanaan administrasi kantor C. Logo Kantor

KPP Pratama Medan Barat menggunakan Logo Direktorat Jenderal Pajak sebagai Logo kantor, dikarenakan seluruh KPP pratama Berada dibawah naungan Direktorat Jendral Pajak.

Adapun logo dari Direktorat Jendral Pajak adalah sebagai berikut:

Gambar II.1.

(27)

Arti dari lambang tersebut adalah: 1. Keterangan Umum

Motto : Nagara Dana Raksa

Bentuk : Segilima, dengan ukuran 5cm dan 7cm

Tata Warna : Biru kehitam-hitaman; kuning emas; putih dan hijau

2. Makna

− Padi sebanyak 17 butir berwarna kuning emas dan kapas sebanyak 8 butir

dengan susunan 4 buah berlengkung 4 dan 4 buah berlengkung 5, bewarna putih dan kelopak berwana hijau, keduanya melambangkan cita-cita Indonesia sekaligus diberi arti tanggal lahir Negara Republik Indonesia.

− sayap berwarna kuning emas melambangkan ketangkasan dalam

menjalankan tugas.

− Gada berwarna kuning emas melambangkan daya upaya menghimpun,

mengerahkan, mengamankan keuangan negara.

− Ruang segilima berwarna biru kehitam-hitaman melambangkan dasar

negara Republik Indonesia yaitu Pancasila. 3. Arti keseluruhan

(28)

menyerasikan dalam gerakan kerja untuk melaksanakan tugas Departemen Kuangan.

D. Struktur Organisasi Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

Struktur organisasi adalah sebuah rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan diatara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sistem kerjasama.

Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh kepala kantor KPP Pratama Medan Barat, dan seluruh pegawai tetapnya adalah pegawai negeri sipil dibawah naungan Kementrian Keuangan Negara Republik Indonesia.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat dikepalai oleh seorang kepala kantor pelayanan pajak pratama yang terdiri atas sub bagian umum dan beberapa seksi yang dipimpin masing-masing oleh seorang Kepala seksi.

E. Tugas dan Fungsi Pegawai KPP Pratama Medan Barat

Tugas dan Fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan oprasional pelayanan perpajakan dibidang Pajak Penghasinal (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah (PPnBM), pajak Tidak Langsung Lainnya dalam daerah wewenangnya, berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

(29)

1. Pengumpulan dan pengolahan data, penggalian potensi pajak serta ekstensfikasi wajib pajak.

2. Penatausahaan dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan serta berkas wajib pajak.

3. Penataushaan dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) Masa serta pemantauan dan penyusunan masa PPh, PPN, PPnBM dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

4. Penatausahaan, penerimaan, penagihan, penyelesaian, keberatan dan restitusi PPh, PPN, PPnBM dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

5. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan.

6. Pengurusan penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP). 7. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan.

8. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga Kantor Pelayanan Pajak.

Untuk dapat melaksanakaan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 maret 1994, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah:

1. Kepala Kantor

(30)

Wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum Dan Kepatuhan Internal

Sub bagian umum mempunyai tugas sebagai berikut : a. Penatausahaan surat masuk dan surat keluar

b. Menyusuntanggapan / tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan / Laporan Hasil Pemeriksaan dari Ditejen / Kemenkeu / BPK / BPKP / Unit Fungsional Pemeriksaan lainnya.

c. Menyusun tanggapan terhadap surat pengaduan anggota masyarakat melalui pos maupun secara langsung.

d. Menyusun laporan berkala KPP, meliputi Laporan Ketertiban Pegawai, Laporan Penggunaan Anggaran, Laporan Pemakaian Barang – Barang Milik Negara dan lain sebagainya.

e. Meneliti pelanggaran disiplin pegawai yang terjadi sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.

f. Pengadministrasian hak – hak pegawai antara lain hak cuti, asuransi kesehatan, pengangkatan pegawai, pengajuan pension dan sebagainya.

g. Pengadministrasian gaji pegawai

h. Pemeliharaan asset-aset negara serta pengadaan barang – barang kebutuhan kantor.

i. Pengelolaan dan penggunaan anggaran, serta mengelola Sistem Akuntansi Instansi.

(31)

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling serta penyempain laporan kinerja.Fungsi dari pengumpulan dan pengolahan data adalah ekstensifkasi pajak, pengalihan informasi dan pengalihan potensi pajak. Seksi Pengolahan Data dan Informasi terdiri dari:

a. Koordinator Pelaksana Pengolahan data dan penyajian informasi serta pembuatan monografi pajak.

b. Koordinator Pelaksana Pengolahan data dan Informasi II yang bertugas membantu melakukan pelaksanaan pemberian dukungan teknis komputer. c. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi III yang bertugas

membantu melakukan urusan pengalian perpajakan dan ekstensifkasi Wajib Pajak.

4. Seksi Pelayanan

(32)

5. Seksi Penagihan

Mempunyai tugas melakukan penatausahaan piutang pajak, penundaan angsuran dan tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Seksi Penagihan terdiri dari:

a. Koordinator Pelaksana Penagihan Aktif yang bertugas membantu penyiapan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah melaksanakan penyitaan, Usulan Lelang dan dukungan penagihan lainnya.

b. Koordinator Pelaksana Pemeriksaan Tata Usaha Piutang yang bertugas membantu urusan Penatausahaan piutang pajak, usulan penghapusan piutang pajak penundaan dan angsuran.

6. Seksi Pemeriksaan

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta pemeriksaan administrasi perpajakan lainnya.

7. Seksi Ekstensfikasi Perpajakan

Mempunyai tugas melakukan tugas pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek pajak dan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran basis data nilai objek dalam menunjang ekstensfikasi.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV

(33)

konsultasi teknis kepada Wajib Pajak. Sedangkan Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, dan IV melaksanakan pengawasan dengan tugas sebagai berikut :

a. Melakukan pengawasan penerbitan surat teguran kepada Wajib Pajak yang belum menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

b. Melaksanakan penelitian dan analisa kepatuhan material Wajib Pajak.

c. Melakukan penghapusan atau pembatalan ketetapapan pajak yang tidak benar.

d. Pengusulan Wajib Pajak/PKP fiktif. e. Pengusulan Wajib Pajak patuh.

f. Melakukan penelitian untuk mengusulkan penerbitan Surat Keterangan Fiskal (SKF).

g. Pemberian izin penggunaan mesin teraan materai.

h. Mengirimkan himbauan perbaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

i. Melakukan kunjungan kerja ke lokasi Wajib Pajak dalam rangka pengawasan data Wajib Pajak.

j. Melaksanakan rekonsiliasi data Wajib pajak (data matching). k. Membuat Surat Keterangan Bebas (SKB).

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku:

(34)

b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.

c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

10. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal (RIKI)

(35)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pembangunan di segala bidang yang sedang dilaksanakan bangsa Indonesia dewasa ini memerlukan dana yang tidak sedikit. Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, tidak luput dari keikutsertaan dalam melaksanakan pembangunan tersebut. Untuk itu, pemerintah berusaha mencari dana dengan menggali sumber dari kekayaan alam dan potensi lainnya yang dimiliki Indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah digunakan untuk membiayai pembangunan.

(36)

Menurut pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, dalam buku Resmi (2008: 1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbal (kontra pretasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Sementara itu jika mengacu kepada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 (satu) angka 1 (satu) disebutkan arti pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa pajak sangat berpengaruh dalam sumber pendapatan negara, khususnya dari sektor pajak penghasilan.

Pajak Penghasilan sebagai salah satu pajak negara memiliki objek yang dapat dikenakan pajak, yakni penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Pasal 4 ayat (1) UU Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun di luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

(37)

kepada wajib pajak, penghasilan dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu:

1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti, gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya;

2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan;

3. Penghasilan dari modal, dividen, royalti, sewa, keuntungan, penjualan harta, atau hak yang tidak digunakan untuk usaha, dan lain sebagainya;

4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang, hadiah, dan lain sebagainya. Sementara itu, pada Pasal 1 ayat (1) UU PPh, bahwa yang menjadi subjek pajak untuk Pajak Penghasilan adalah:

a. Orang Pribadi;

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak; c. Badan;

d. Bentuk Usaha Tetap.

Dan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis hanya berfokus pada Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

(38)

undang-undang dan petunjuk pemerintah berdasarkan kepercayaan pemerintah kepada wajib pajak dan kejujuran wajib pajak. Pada hakikatnya jika wajib pajak sudah menghitung sendiri pajaknya, itu berarti jumlah pajak sudah ditetapkan dan menjadi hak pemerintah untuk menerima jumlah itu.

Direktur Jenderal Pajak sebagai pejabat pajak yang berwenang melakukan pengolahan pajak negara yang terdiri dari:

1. SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar);

2. SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan); 3. SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar);

4. SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil).

Namun terkadang pajak yang ditetapkan tidak sesuai dengan pendapat orang yang dikenakan pajak (wajib pajak atau penanggung pajak) sehingga terjadi perselisihan antara wajib pajak, pemotong, atau pemungut pajak, serta penanggung pajak dengan pejabat pajak mengenai penerapan undang-undang pajak. Perselisihan tersebut biasa dikenal dengan sengketa pajak. Penyelesaian perselisihan ini dapat ditelusuri dengan pengkajian objek sengketa pajak salah satunya pada tahap pengajuan keberatan, karena proses awal yang harus ditempuh apabila terjadi sengketa pajak untuk pengajuan permohonan banding ke pengadilan pajak adalah upaya keberatan.

(39)

memahami bagaimana proses pelaksanaan penyelesaian permohonan keberatan khususnya pajak penghasilan orang pribadi yang diajukan oleh wajib pajak.

Sebagai salah satu syarat dalam rangka penyusunan tugas akhir, Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah suatu metode untuk mempraktikkan teori yang selama ini diperoleh diperkuliahan pada kondisi lapangan yang sebenarnya. Dari uraian di atas maka penulis tertarik menulis judul tentang “Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”.

B. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut:

1.1 Untuk mengetahui tatacara pengajuan permohonan keberatan atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan oleh Wajib Pajak kepada KPP Pratama Medan Barat.

1.2 Untuk mengetahuibagaimana penyelesaian permohonan keberatan atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Barat.

(40)

2. Manfaat PKLM a. Bagi Mahasiswa

1. Memberikan pengetahuan di bidang perpajakan khususnya tentang tata cara pengajuan permohonan keberatan;

2. Memberikan pengetahuan tentang proses pengolahan permohonan keberatan; 3. Menciptakan rasa tanggung jawab, profesionalitas, serta kedisiplinan yang

nantinya sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja;

4. Menambah motivasi belajar dan menjadikan mahasiswa sebagai tenaga ahli yang siap pakai;

5. Merangsang mahasiswa untuk beraktivitas dalam melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien.

b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1. Mendapatkan ide-ide baru dan masukan dalam hal pelaksanaan pengolahan pemohonan keberatan di KPP Pratama Medan Barat;

2. Membantu KPP Pratama Medan Barat untuk mensosialisasikan pentingnya pajak kepada masyarakat;

3. Mempererat hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

(41)

2. Mendapatkan masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan;

3. Mempererat hubungan antara Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan KPP Pratama Medan Barat.

C. Uraian Teoritis

(42)

Keberatan adalah permohonan pengajuan keberatan atas adanya perbedaan pendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, wajib pajak tidak menyetujui surat ketetapan pajak (Resmi, 2008: 62). Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 25 ayat 1, wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:

Keberatan diajukan wajib pajak dengan menyampaikan surat keberatan ke kantor pelayanan pajak wajib pajak atau tempat dimana pengusaha kena pajak terdaftar atau dikukuhkan. Suatu surat keberatan harus diajukan wajib pajak untuk satu jenis pajak dan satu masa pajak atau satu tahun pajak.

Dalam laporan PKLM ini maka yang menjadi ruang lingkup penulisan adalah: 1. SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar);

2. SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan); 3. SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar);

4. SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil); 5. Pemotongan atau pemungutan pajak.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam laporan PKLM ini maka yang menjadi ruang lingkup penulisan adalah:

(43)

2. Penyelesaian pengajuan keberatan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

3. Hambatan-hambatan yang dihadapi KPP Pratama Medan dalam pengajuan surat Keberatan

E. Tata Cara Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pelaksanaan PKLM, penulis melakukan pengajuan judul dan penentuan judul kemudian melakukan persiapan dimulai dari penentuan tempat yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yang berlokasi di Jalan Asrama No. 7A, Ringroad, Medan 20123. Kemudian menghubungi tempat tersebut, membuat surat permohonan, dan mencari bahan untuk pembuatan proposal melalui berbagai sumber-sumber bacaan seperti buku-buku perpajakan, undang-undang perpajakan, Keputusan Menteri Keuangan, dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

Pada saat PKLM, penulis melaksanakan pengamatan secara langsung pada objek penelitian PKLM untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pengajuan serta prosedur pengolahan permohonan keberatan. Penulis juga melakukan pengumpulan data yang didapat langsung dari sumber yang kompeten memahami permasalahan pengajuan permohonan keberatan PPh orang pribadi di KPP Pratama Medan Barat serta data yang didapat dari laporan, buku agenda keberatan, dan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) pada KPP Pratama Medan Barat.

(44)

kesimpulan secara jelas dan sistematis serta memberikan gambaran umum maupun khusus dari objek penelitian PKLM mengenai pengajuan permohonan keberatan.

Dalam pengumpulan data dan informasi yang diperlukan penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak KPP Pratama Medan Barat mengenai hal-hal yang menjadi objek pembahasan dengan menggunakan daftar pertanyaan.

b. Yaitu metode PKLM dengan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang berhubungan dengan PKLM dengan maksud untuk mengetahui keadaan sesungguhnya dan memperoleh data yang lebih akurat dan jelas dengan menggunakan daftar observasi.

c. Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan meminta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan PKLM.

F. Tata Cara Pengumpulan Data

Data dalam pengumpulan data dan informasi yang diperlukan penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara 2. Observasi

(45)

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam laporan pelaksanaan PKLM ini, penulis menguraikan penulisan tersusun secara sistematis. Adapun sistematika yang akan dilakukan dalam penulisan laporan PKLM ini sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Di dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Pada bab ini penulis menjelaskan gambaran umum objek atau lokasi, sejarah singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi dari KPP Pratama Medan Barat

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Bab ini membahas tentang ketentuan, tata cara atau prosedur pelaksanaan dan pengolahan permohonan keberatan yang dilaksanakan di KPP Pratama Medan Barat. BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA

Bab ini berisikan analisa penulis dan bahasan-bahasan mengenai permohonan keberatan yang diajukan wajib pajak.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan mengambil kesimpulan yang merupakan intisari dari uraian bab-bab sebelumnya dan beberapa saran yang dapat menjadi masukan yang bersifat membangun.

(46)

LAPORAN TUGAS AKHIR

TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN PERMOHONANKEBERATAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

MEDAN BARAT O

L E H

Nama : EGHI DEVARA HAREFA Nim : 122600101

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

MenyelesaikanStudiPada Program Studi Diploma III AdministrasiPerpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(47)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madia (A.Md). Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN PERMOHONAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, motivasi dan inspirasi kepada penulis sehingga Tugas Akhir ini selesai. Ucapan terima kasih disampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Arlina, SH, M.Hum selaku Sekertaris Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(48)

5. Kepada kedua orang tua saya yang banyak berjasa, yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan yang berlimpah serta abang tercinta yang tak akan bisa saya balas jasa-jasa mereka.

6. Bapak Muhamad Ali selaku supervisor yang bersedia meluangkan waktunya memberikan data-data yang diperlukan dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. 7. Bapak/Ibu Dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah

memberikan ilmu pengetahuan terutama di bidang perpajakan kepada penulis selama menjajaki masa kuliah.

8. Untuk temen special Fajrina Laili azhar dan team POBSI Patra, MF Habib, Rido, Alif, Dody, Dolly, Zaki, dan TAX B 2012 untuk support yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Pihak-pihak lain dan seluruh teman-teman yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu lagi, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan dan penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Medan, 19 Oktober 2015 Penulis

(49)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM... 5

C. Uraian Teoritis ... 7

D. Ruang Lingkup PKLM ... 9

E. Metode PKLM ... 9

F. Metode Pengumpulan Data PKLM ... 10

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 11

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Barat ... 12

B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Barat ... 14

C. Logo Kantor... 15

D. Struktur Organisasi Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Barat ... 17

E. Tugas Dan Fungsi Pegawai KPP Pratama Medan Barat ... 17

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN PERMOHONAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN A. Ketentuan Umum Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan ... 24

(50)

C. Prosedur Pengajuan Keberatan ... 25 D. Penyampaian Surat Keberatan.……… 27 E. Saat Diterimanya Surat Keberatan ...……… 28 F. Pemberitahuan Surat Keberatan Memenuhi Syarat Formal…… 28 G. Permintaan Keterangan Terkait Dasar Pengenaan Pajak Atau

Perhitungan Rugi………..………… ... 29 H. Proses Penyelesaian Keberatan……… ... 30 I. Data Keberatan Pajak….. ... 36 BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

A. Tata Cara Pengajuan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 37 B. Penyelesaian Permohonan Keberatan Pajak atas Pajak Penghasilan

Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat ... 38 C. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan surat

Keberatan pajak penghasilan orang pribadi di KPP Medan Barat... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(51)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Wajib Pajak Orang Pribadi yang Mengajukan Permohonan

Keberatan atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP

Medan Barat Tahun 2014……… 36 Tabel 4.1 Wajib PajakOrang Pribadi yang Mengajukan Keberatan atas

SKPKB Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama

Medan Barat pada Tahun 2014……… 40 Tabel 4.2 Keputusan Keberatan atas SKPKB Pajak Penghasilan Orang Pribadi

yangdiajukan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel II. 1. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pejak Pratama Medan Barat

Referensi

Dokumen terkait

TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN DAN BANDING OLEH WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA.. TUGAS AKHIR

keputusan atas keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak tidak selesai tepat pada. waktunya dan juga semua surat yang diajukan ke KPP pratama

Kendala-Kendala Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... Upaya-Upaya yang Dilakukan

Tugas Pokok Dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di

Kontribusi dari penambahan jumlah wajib pajak orang pribadi baru hasil kegiatan ekstensifikasi pada penerimaan pajak penghasilan orang pribadi KPP Pratama Kepanjen yaitu

Kontribusi dari penambahan jumlah wajib pajak orang pribadi baru hasil kegiatan ekstensifikasi pada penerimaan pajak penghasilan orang pribadi KPP Pratama Kepanjen yaitu

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan oleh Wajib Pajak, khususnya Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP

Penelitian yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ciamis bertujuan untu: (1) Kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Ciamis, (2) Penerimaan pajak penghasilan orang