• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

TENTANG

MEKANISME PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN BARAT

Oleh :

NAMA : OKKA JUNITA FAUZIE NIM : 122600028

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala hikmat dan karunia-Nya serta untuk setiap berkat yang telah dianugerahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat” dengan baik guna memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini sayan banyak mendapat bimbingan, bantuan, saran dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu ijinkan saya selaku penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT atas kasih dan anugrah-Nya kepada saya.

2. Kedua orang tua tercinta Papa (Tri Kurnia Fauzie) dan Mama (Yuswinta Hosni) beserta mbak dan adik (Ola Kaprilia Fauzie, S.E dan Oke Febriansyah) dan juga Abang Gusman Razi Muhammad, S.T yang selalu mencintai saya, memberikan dorongan moril, materil dan spiritual serta semangat untuk menyelasikan Tugas Akhir ini.

(3)

4. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

5. Bapak H. HARMAINI, S.H, M.M selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu kepada saya untuk memberikan petunjuk dan pengarahan dalam membimbing saya menyelesaikan Tugas Akhir ini. 6. Bapak Muhammad Ali di KPP Medan Barat yang telah membantu kami

dalam pengumpulan data yang diperlukan.

7. Teman-teman Adm.Perpajakan stambuk setara maupun senior yang telah membantu dan menemani saya selama menempuh pendidikan, khusunya Novrizal, Dela Dahaka, Ika Sarah, Smayana, Ziah, Ledi, Gusnidawati, Dewanti, Dita, Tata, Indah, Agus, Kak Shania yang selalu menghiasi dan mengisi hari-hari saya selama perkuliahan.

8. Serta Gadis Siregar, Feby Ratu Angela, Adeline Turangan, Fitri Sofyan, dan tentu saja Aliza Octaviani yang selalu menemani penulis saat senang, susah maupun saat galau dalam menjalani hidup yang berliku ini.

(4)

Saya menyadari banyak terdapat kekurangan dalam Tugas Akhir ini, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Juni 2015

Hormat Saya,

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 4

C. Uraian Teoritis ... 6

D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 9

E. Metode Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 9

F. Metode Pengumpulan Data ... 14

G. Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 14

BAB II. GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT ... 17

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 17

B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 19

(6)

D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Barat ... 23

BAB III. GAMBARAN DATA PAJAK PERTAMBAHANAN NILAI ... 30

A. Pengertian Pajak ... 30

B. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai ... 32

C. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai ... 32

D. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai ... 33

E. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak... 35

F. Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai ... 36

G. Mekanisme Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai ... 40

H. Tempat Terutangnya Pajak Pertambahan Nilai... 41

I. Dasar Pengenaan Pajak ... 41

(7)

BAB IV. ANALISIS DAN EVALUASI ... 46

A. Pengawasan terhadap Pembayaran PPN melalui SPT Masa... 46

B. Tujuan dilakukannya Pengawasan terhadap Pembayaran PPN ... 49

C. Tingkat Kepatuhan Wajb Pajak PPN dan Tabel ... 49

D. Hambatan yang dihadapi KPP terhadap Pelunasan/pembayaran PPN ... 55

E. Upaya yang dilakukan Fiskus dalam meningkatkan lepatuhan Wajib Pajak untuk memenuhi Kewajibannya ... 56

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam mewujudkan pembangunan yang adil dan merata di segala bidang yang di perlukan adanya sumber pemerintahan yang menunjang peningktan sumber penerimaan negara yang diperlukan untuk membiayai pengeluaran rutin dan untuk membiayai pembangunan.Untuk mencapai target yang telah ditentukan oleh pemerintah melalui anggaran-anggaran yang telah disusu,maka pemerintah mengupayakan agar sumber pajak dapat terus meningkat dari tahun ketahunya denga cara memberikan penjelasan kepada masyarakat.

Pajak merupakan penerimaan negara terbesar setelah migas.Dimana penerimaan negara dari sektor pajak setiap tahun terus meningkat.hal ini dapat dilihat dalam anggaran pendapat dan belanja negara dimana rencana pendapatan negaradari sektor pajak terus meningkat.Pendapatan negara dari sektor pajak inilah yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan pembangunan nasional yang sedang berjalan.

(9)

Sehingga aparat pajak harus aktif dalam melakukan,pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan perpajakan dari wajib pajak mematuhi perturan undang-undang perpajakan.Untuk meningkatkan penerimaan pajak pemerintah telah berulangkali melakukan pembaharuan undang-undang perpajakan.Dahulu sebelum adanya tax reform dimana sistem official assesment (UU No. 6 Tahun 1983) diganti menjadi self assesment (UU No.28 Tahun 2007)

Dalam sistem self assesment wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung,membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus di bayar.

Namun masih ada wajib pajak yang lalai dalam melaksanakan kewajiban dalam membayar pajak.bagi wajib pajak yang lalai melaksanakan keawajiban perpajakanya akan dikeluarkan penetapan dan ketetapan sesuai dengan ketentuan umum dan tata cara perpajakn (KUP). Penetapan dan ketetapan pajak ini merupakan dasar penagihan pajak.

(10)

timbul atas nilai tambah (added value) pada barang atau jasa tertentu yang di konsumsi, sehingga kekhawatiran timbul efek pengenaan dapat dihindarkan.

Dari hal-hal tersebut maka kebanyakan wajib pajak yang kesulitan dalam hal melakukan kewajibanya untuk membayar pajaknya kebijakan dalam hal tersebut namun banyak wajib pajak yang tetap tidak mau tahu kemana akan kewajibanya untuk kas negara sehingga:

1. Banyak wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar pajak.

2. Banyak wajib pajak yang merasakan besarnya beban ataupun uang pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak.

(11)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Secara teoritis praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) merupakan kegiatan intrakulikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri dengan cara praktis dilapangan yang langsung berhubungan denga teori keahlian yang diterima dari para dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan yang ingin di capai dalam melaksanakan praktik kerja lapangan mandiri ini adalah:

1.1Untuk mengetahui Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan nilai Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

1.2Untuk mengetahui mekanisme pemungutan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

1.3Untuk mengetahui kendala dan masalah Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Medan Barat.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1 Bagi mahasiswa

(12)

b. Mengetahui lebih dalam tentang Pajak Pertambahan Nilai

c. Meningkatkan interaksi baik dengan petugas ataupun pegawai pajak maupun dengan wajib pajak mengenai pajak pertambahan nilai.

d. Menambah ilmu dan wawasan dala hal pajajk pertambahan nilai

e. Sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam hal kepabean

f. Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan dibekali keahlian keterampilan dan pengalaman yang di peroleh sewaktu melaksanakan praktik kerja lapangan mandiri

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif anatara kantor pelayanan pajak pratama medan barat dengan program studi Diploma III Administrasi perpajakan FISIP USU

(13)

2.3 Bagi program Diploma III administrasi perpajakan Fisip USU

a. Hubungan kerja sama Universitas Sumatera Utara dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

b. Membuka inetaraksi anatar mahasiswa.dosen dan instansi pemerintahan di bangku perkuliahan

c. Rasa ikut serta masayarakat membangun negara

d. Guna meningkatkan profesionalisme,memperluas wawasan serta menetapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu,khususnya dibidang perpajakan.

e. Membangun image yang baik terhadap sumber daya manusia yang di hasilkan dari lembaga pendidikan nasional,khususnya Universitas Sumatera Utara.

C. Uraian Teoritis

1. Definisi Pajak

Beberapa definisi pajak menurut para ahli :

(14)

timbal balik,yang langsung dapat ditunjukan dan yang di gunakan untuk membayar pengeluaran umum(Resmi,2008;1).

Menurut N.J.Feldman Pajak adalah prestasi yang di paksakan oleh sepihak dam terutang kepada pengusaha oleh pihak yang terutang kepaada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum),tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum(Resmi,2008;2).

2. Pengertian Wajib Pajak

Wajib pajak adalah rang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pomotongan pajak ,dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.(Pasal 1 anak 2 UU KUP).

3. Pajak Pertambahan Nilai

(15)

4. Karekteristik Pajak Pertambahan Nilai

Pajak pertambahan nilai itu ada berapa macam:

4.1 Pajak Tidak Langsung

Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir.pengusaha akan menggeser beban pajak kepada pembeli.sesuai dengan mata rantai produksi dan distribusi hingga ke konsumen akhir melalui pengenaan pajak secara bertingkat.pengusaaha menggeser beban melalui pengkreditan pajak(Resmi,2008;1).

4.2 Pajak Konsumsi

Pemikul beban pajak berakhir pada konsumen.

4.3 PPN Bersifat Netral

Pengenaan PPN didasarkan pada ”destination principle” dan hanya dikenakan atas nilai tambahan lainya.

4.4 PPN di Pungut di Tempat Barang atau Jasa Tersebut dikonsumsi.

4.5 Pajak Objektif

PPN hanya dikenakan bila terdapat faktor objektif, yaitu; keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang dapat di kenakai pajak(Resmi,2008;1).

(16)

4.7 Sistem Faktur

Setiap penyerahan barang kena pajak dan/jasa kena pajak yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak harus dibuatkan faktur pajak(Resmi,2008;1).

D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup praktek kerja lapangan mandiri (PKLM) antara lain:

1. Mekanisme permohonan pelaporan pajak pertambahan nilai

2. Mekanisme pemungutan pajak pertambahan nilai

3. Kendala dan masalah pajak pertambahan nilai dalam pemungutan

E. Metode Praktik Kerja lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang di gunakan adalah sebagai berikut:

1.Tahapan Persiapan

Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa atau mahasiswi sebelum melakukan PKLM yang meliputi kegiatan yaitu:

a. Pengajuan judul proposal

(17)

c. Seminar proposal

d. Penentuan tempat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

e. Penentuan dosen pembimbing

f. Pengurusan administrasi dan izin serta konsultasi dengan pihak dosen

2.Pelaksanaan PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan di kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dimulai sejak tanggal 1 Maret 2012 sampai dengan 27 april 2012. Selama melakukan Praktik Kerja Lapangan,kami ditempatkan di beberapa seksi yang ada di kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai berjumlah 8 seksi,antara lain : seksi Waskon I,II,III,IV,seksi PDI,seksi Ekstentifikasi,dan seksi Pelayanan untuk masing-masing seksi di tempatkan duan orang.

Kami melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai berjmlah 16 orang,dimana tidak semua seksi dapat kami masuki atas kebijaksanaan dari Kepala Sub Bagian Umum selaku pembimbing di kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.Adapun kegiatan yang kami di setiap seksi yang kami tempati yaitu:

a. Seksi Waskon I

(18)

2. Mengurutkan SPT berdasarkan daftar.

3. Mengamplokan surat,mengarsipkan surat dan meregristasikannya ke data surat keluar di komputer direktorat Jendaral Pajak Kantor Pelayanan Binjai.

4. Mengantar seurat ke bagian Pelayanan,Kasubag,Penagihan dan sekretariat.

b. Seksi Waskon II

1. Menginput data daftar Nominatif Wajib Pajak penghasilan Tahunan Orang Pribadi ke Komputer Direktorat jendral Pajak Kantor Pelayanan Binjai.

2. Mencatat surat masuk dan surat keluar

3. Mengamplop dan mengantar surat/berkas ke bagian Pelayanan,Kasubag,Penagihan dan Seketariat.

c. Seksi Waskon III

(19)

2. Mendwonload data keluaran Wajib Pajak menggunakan aplikasi situs Direktorat Jendral Pajak Kantor Pelayanan Pajak Binjai yaitu portal peyandingan Data Faktur keluaran dan Pajak masukan (PKPM).

3. Mengamplop dan mengantar surat/berkas kebagian Pelayanan,Kasubag,Penagihan dan Seketariat.

d. Seksi Waskon IV

1. Mencatat surat masuk dan keluar.

2. Merangkum buku mengenai Perpajakan.

3. Memfotocopy SPT Wajib Pajak.

4. Mengamplop dan mengantar surat/berkas kebagian Pelayanan,Kasubag,Penagihan dan Seketariat.

e. Seksi Pengolahan Data dan Informasi(PDI)

1. Merekam SPT wajib pajak atas PPh Pasal 21 dan Pasal 26 beserta lampirannya.

2. Merekam SPT Tahunan Orang Pribadi beserta Lampirannya.

(20)

f. Seksi PDI Penagihan

1. Menscan surat tagihan Wajib Pajak ke dalam Komputer Direktorat Jendral Pajak Kantor Pelayanan Pajak Binjai.

2. Memasukan berkas penagihan ke ruang berkas penagihan.

3. Mengantarkan surat ke bagian seketariat.

g. Seksi Ekstentifikasi

1. Keseluruhan kegiatan di seksi Ekstentifikasi adalah melakukan pembuatan NPWP. Mulai dari proses perekaman data Wajib Pajak sampai pada proses pencetakan NPWP sesuai dengan format yang telah disediakan di komputer Kantor Pelayanan Pajak.Dalam proses perekaman menggunakan aplikasi PWPM yang dalam pengoprasianya menggunakan NIP pegawai terkait.

2. Menginput data PPAT ke komputer Kantor Pelayanan Pajak,Guna menjadi data masukan bagi Direktorat Jendral Pajak kantor Pelayanan Pajak Binjai.

h. Seksi Pelayanan

(21)

2. Menyortir SPT yang telah dikelola untuk dimasukan ke lemari berkas di bagian ruang berkas.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data mengenai praktik kerja lapangan mandiri, penulis mengumpulkan data dan informasi dengan metode sebagai berikut:

1. Studi pustaka (liberary reseach)

Pengumpulan data mengenai prosedur permohonan penundaan nilai melalui bahan bacaan seperti buku ,majalah,surat kabar,dan undangan.

2. Observasi (observation)

Mengumpulkan data dengan cara observasi yaitu meninjau secara langsung kelapangan dan melaku kan interview atau wawancara dengan key person untuk memperoleh data yang diperlukan mengenai pajak pertambahan nilai.

G. Penulisan Lapaoran Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

(22)

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini.bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis,ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BABII: GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA

LAPANGAN MANDIRI

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana praktik kerja lapangan mandiri dilakukan dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan diuraikan penulis adalah kantor pelayanan pajak pratama medan barat,struktur organisasi,tugas dan fungsi pegawai di instantsi tersebut serta gambaran lain.

BABIII: PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ATAS PROSEDUR

PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MEDAN BARAT

(23)

BAB IV: ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini penulis akan meganalisis data yang ada kemudian akan di evaluasi serta memberikan inter prestasi untu menjawab perumusan masalah yang di ajukan.

BAB V: PENUTUP

Bab ini adalah kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya serta saran dari penulis yang merupakan sumbangan pikiran yang di harapakan dapat bermanfaat pada pihak – pihak yang memerlukan.

DAFTAR PUSTAKA

(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat masih disebut Kantor Inspeksi Pajak (Karikpa). Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25 maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namaya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara.

Kemudian pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994. Terhitung sejak tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di Medan dipecah menjadi 4 Kantor Pelayanan Pajak yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di jalan Sukamulia no. 17 A Medan

(25)

4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai di jalan Asmara no. 7 Medan

Kemudian sesuai dengan surat Keputusan Menteri Keuangan No. 443/KMK/01/2001 tanggal 23 Juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi dua yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Polonia, yang berlaku sejak tanggal 25 Januari 2002.

Mulai 1 Juni 2006, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat berpindah alamat ke jalan Asrama No.7-A Medan. Kemudian dengan Peraturan Mentri Keuangan No. 123/PMK/01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertical Direktorat Jendral Pajak (DJP) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Mentri Keuangan No.67/PMK.CI/2008, tanggal 27 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat diubah menjadi Pratama dan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah. KPP Pratama Medan Barat merupakan wilayah Direktorat Jendral Pajak (DJP) Sumatera Utara I.

Dan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah Kecamatan Medan Barat terdiri dari 6 kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Glugur Kota 2. Kelurahan Kesawan

(26)
[image:26.612.175.504.184.359.2]

5. Kelurahan Sei Agul 6. Kelurahan Silalasi

Tabel 1.1 Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Waskon I Glugur Kota

Waskon II Kesawan

Waskon III Pulo Brayan Kota

Karang Berombak

Waskon IV Sei Agul

Silalas

B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Adapun Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumental bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur dan berperadaban tinggi.

Dan Misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah : 1. Dibidang fiskal

(27)

2. Dibidang Ekonomi

Mengatasi masalah-masalah ekonomi serta proaktif senantiasa mengambil peran strategis dalam upas dalam upaya membangun ekonomi bangsa yang mampu mengantarkan bangsa Indonesia menuju masyarakat yang dicita-citakan konstitusi

3. Dibidang Politik

Mendorong proses demokrasi fiskal dan ekonomi.

4. Dibidang Sosial dan Budaya

Mengembangkan masyarakat finansial yang berbudaya modern.

5. Dibidang Kelembagaan

Memperbaharui diri (self reinventing) sesuai dengan aspirasi masyrakat dan perkembangan mutakhir teknologi keuangan serta administrasi publik, serta pembenahan pembangunan kelembagaan dibidang keuangan yang baik dan kuat yang akan memberikan dukungan dan pedoman pelaksanaan yang rasional dan adil, dengan didukung oleh pelaksana yang potensial dan mempunyai integritas yang tinggi.

(28)

Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan perungang-undangan yang berlaku.

Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah sebagai berikut:

1. Penetapan dan Penerbitan produk hukum perpajakan

2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengelolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

3. Penyuluhan Perpajakan

4. Pelaksanaan Registrasi wajib pajak 5. Pelaksanaan ekstensfikasi

6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak 7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

8. Pengawasan kepatuhan Kewajiban perpajakan wajib pajak 9. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

10.Pelaksanaan instensfikasi 11.Pembetulan ketetapan pajak 12.Pelaksanaan administrasi kantor. C. Logo Perusahaan

(29)

Adapun logo dari Direktorat Jendral Pajak adalah sebagai berikut :

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat Arti dari lambang tersebut adalah :

1. Keterangan Umum

Motto : Negara Dana Rakca

Bentuk : Segilima, dengan Ukuran 5cm dan 7cm

Tata Warna : Biru kehitam-hitaman; kuning emas; putiih dan hijau 2. Makna

a. Padi sebanyak 17 butir berwarna kuning emas dan kapas sebanyak 8 butir dengan susunan 4 buah berlengkung 4 dan 4 buah berlengkung 5, berwarna putih dan kelopak berwarna hijau, keduanya melambangkan citacita Indonesia sekaligus diberi arti tanggal lahirnya Negara Republik Indonesia.

(30)

c. Gada berwana kuning emas melambangkan daya upaya manghimpun, mengarahkan, mengamankan keuangan negara.

d. Ruang segilima berwarna biru kehitam-hitaman melambangkan dasar negara Republik Indonesia yaitu Pancasila.

3. Arti Keseluruhan

Makna dari keseluruhan lambang tersebut sesuai dengan motto “Negara Dena Rekca” adalah ungkapan suatu daya yang mempersatukan dengan menyerasikan dalam gerak keja untuk melaksanakan tugas Departemen Keuangan.

D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

Struktur organisasi adalah sebush rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sisterm kerjasama.

Strukutur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat adalah sruktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seseorang Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara, dan seluruh pegawai tetapnya adalah pegawai negri sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.

(31)

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat terdiri dari 11 (sebelas) seksi, diantaranya sub bagian umum dan kelompok jabatan fungsional. Adapun bidang-bidang atau struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat antara lain sebagai berikut :

1. Kepala Kantor 2. Sub Bagian Umum 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I,II,III,IV) 5. Seksi Ekstensifikasi

6. Seksi Pelayanan Data dan Informatika (PDI) 7. Seksi Pemeriksaan

8. Seksi Pengihan

9. Kelomok Jabatan dan Fungsional

10.Deskripsi dan Aktifitas Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

E. Tugas dan Fungsi Pegawai KPP Pratama Medan Barat

(32)

Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksanakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat :

1. Pengumpulan dan Pengelolahan data. Penggalian potensi pajak serta ekstensifiksi wajib pajak.

2. Penatausahaan dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan serta berkas wajib pajak.

3. Penatausahaan dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) Masa serta pemantauan dan penyusunan masa PPh, PPN, PPnBM, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

4. Penatausahaan, penerimaan, penagihan, penyelesaian, keberatan dan restitusi PPh, PPN, PPnBM dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

5. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan.

6. Pengurusan penerbitan Surat Keputusan Pajak (SKP) 7. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan

8. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga Kantor Pelayanan Pajak

(33)

1. Kepala Kantor

Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB dan Karikpa maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan, wajib pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam Wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal

Mempunyai tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan perlengkapan rumah tangga.

Sub Bagian Umum terdiri dari :

a. Koordinasi Pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian yang bertugas membantu urusan tata usaha, kepegawaian dan laporan.

b. Koordinator Pelaksana Keuangan yang bertugas membantu pelaksanaan keuangan.

c. Koordinator Rumah Tangga yang bertugas membanti urusan rumaah tangga dan perlengkapan.

3. Seksi Pengelolahan Data dan Informatika (PDI)

(34)

pengumpulan data pengolahan data adalah ekstensifikasi pajak, pengalihan informasi dan pengalihan potensi pajak.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi terdiri dari :

a. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi I yang betugas membantu melaksanakan urusan pengolahan data dan penyajian informasi serta pembuatan monografi pajak.

b. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi II yang betugas membantu melakukan pelaksanaan pemberi dukungan teknis kompuer.

c. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi III yang betugas membantu melakukan urusan penggalian potensi perpajakan dan ekstensifkasi Wajib Pajak.

4. Seksi Pelayanan

Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi perpajakan wajib pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Seksi Penagihan

(35)

serta penyimpanan dokumen dokumen penagihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Seksi penagihan terdiri dari :

a. Koordinator Pelaksanaan Penagihan Aktif yang bertugas membantu penyiapan surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah melaksanakan penyitaan, Usulan Lelang dan dukungan penagihan lainnya.

b. Koordinator Pelaksana Pemeriksaan Tata Usaha Piutang yang bertugas membantu urusan penatausahaan piutang pajak, usulan penghapusan piutang pajak, penundaan angsuran.

6. Seksi Pemeriksaan

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta pemeriksaan administrasi perpajakan lainnya.

7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Mempunyai tugas melakukan tugas pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek pajak dan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensfikasi.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

(36)

intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak dan melakukan evaluasi hasil banding.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku :

a. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian.

b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.

c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhab dan beban kerja.

d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

10. Seksi Pemeriksaan

(37)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

A.Pengertian pajak 1. Defenisi Pajak

Pajak menurut UU No.28 Tahun 2007 Tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi dan atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Beberapa defenisi pajak menurut para ahli:

1.1 Menurut Rochmat Soemitro

Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat digunakan dan ditunjukkan untuk membayar pengeluaran umum (Resmi,2008)

1.2 Menurut P.J.A Adriani

(38)

gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

1.3 Menurut N.J.Feldman

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan oleh sepihak dan terutang kepada pengusaha oleh pihak yang terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran umum (Resmi,2008:2)

2. Pengertian Wajib Pajak

Wajib pajak menurut UU No.28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan, Wajib pajak orang adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi.

(39)

dikonsumsi, sehingga kekhawatiran timbul efek pengaruhan pajak bergadanda dapat dihindarkan.

B.Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai

Undang-Undang yang mengatur pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) adalah Undang-Undang nomor 8 tahun 1983 tentang pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali di ubah terakhir dengan Undang-Undang Nomot 42 2009.

C.Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai a. Pajak tidak langsung

Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan menggeser beban pajak kepada pembeli, sesuai dengan mata rantai produksi dan distribusi hingga ke konsumen akhir melalui pengenaan pajak secara bertingkat. Beban pajaknya melalu pengkreditan pajak.

b. Pajak Bertingkat

PPN dikenakan pada setiap jalur produksi maupun distribusi. c. Pajak Konsumsi

Pemikul beban pajak berakhir pada konsumen akhir. Konsumen akhir adalah orang/badan yang menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa.

d. PPN bersifat netral Pengenaan PPN didasarkan pada “destination principle” dan hanya dikenakan atas nilai tambahnya saja. PPN dipungut di tempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi.

(40)

PPN hanya dikenakan bila terdapat faktor objektif, yaitu: keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak. PPN akan mendahulukan Objek, baru kemudian mencari Subjeknya.

f. Tidak Menimbulkan Pajak Berganda

PPN yang dibayar oleh konsumen akhir adalah total nilai tambah yang dikenakan oleh pabrikan dan distributor.

g. Sistem Faktur

Setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak harus dibuatkan Faktur Pajak.

D.Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai 1. Subjek Pajak

Dalam buku “Perpajakan Indonesia”(Waluyo,2006:57-68) secara garis besar subjek pajak adalah pihak-pihak (orang atau badan) yang menerima penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja.

Yang menjadi subjek pajak pertambahan nilai adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaan menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean.

2. Objek Pajak

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas

(41)

a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak.

b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang kena Pajak Tidak berwujud

c. Penyerahan dilakukan didalam Daerah Pabean

d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya 2. Impor Barang Kena Pajak

a. Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jendral Bea dan Cuka

b. Tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenakam pajak

3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.

Dengan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean

c. Penyerahan dilakikan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya 4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah Pabean didalam

Daerah Pabean

Untuk dapat memberikan perlakuan yang sama dengan impor Barang Kena Pajak

(42)

6. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak 7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha melakukan ekspor barang kena pajak berwujud/berang kena pajak tidak berwujud hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak. 8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

Termasuk dalam pengertian ekspor jasa kena pajak adalah penyerahan jasa kena pajak dari dalam daerah pabean keluar daerah pabean oleh pengusaha kena pajak yang menghasilkan dan melakukan ekspor barang kena pajak berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesanan diluar daerah pabean.

9. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

10. Penyerahan barang kena pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk di perjual belikan oleh pengusaha kena pajak.

E.Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

(43)

Pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak/atau penyerahan jas kena pajak di dalam daerah pabean dan/atau melakukan ekspor barang kena pajak berwujud, ekspor jasa kena pajak, dan/atau ekspot barang kena pajak tidak berwujud di wajibkan:

a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak b. Memungut pajak yang terutang

c. Menyetorkan pajak pertambahan nilai yang masih harus dibayar dalam hal pajak keluaran lebih besar dari pajak pemasukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan pajak penjualan atas barang mewah yang terutang.

d. Melaporkan perhitungan pajak.

Kewajiban diatas tidak berlaku untuk pengusaha kecil yang batasnya di tetapkan oleh mentri keuangan.

Pengusaha kecil diperkenankan untuk memilih dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak. Apabila pengusaha kecil memilih menjadi pengusaha kena pajak, Undang-Undang ini belaku sepenuhnya bagi pengusaha kecil tersebut.

F. Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai

Pemungutan PPN atau PPnBM menganut prinsip akrual, artinya terutangnya pajak terjadi pada saat penyerahan barang kena pajak/jasa kena pajak meskipun pembayarnya belum diterima.

(44)

1. Penyerahan barang kena pajak

a. Saat barang kena pajak diserahkan secara langsung pada pembeli

b. Saat barang kena pajak diserahkan secara langsung kepada penerima barang (untuk pemberian cums-cuma, pemakaian sendiri, penyerahan pusat kecabang).

c. Saat barang kena pajak diserahkan kepada juru kirim atau jasa angkutan d. - Saat harga atas penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai

piutang/penghasilan

- Saat diterbitkan faktor penjualan 2. Penyerahan Jasa Kena Pajak

a. Saat harga ata penyerahan jasa pajak diakui sebagai piutang/penghasilan b. Saat diterbitkan faktor penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak

c. Saat kontrak/perjanjian ditanda tangani

d. Saat mulai tersedianya fasilitas/kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik sebagaian atau seluruhnya dalam pemberian cuma-cuma atau pemakain sendiri Jasa Kena Pajak

3. Impor Barang kena Pajak

Saat Barang Kena Pajak tersebut dimasukkan kedalam Daerah Pabean

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud/Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean

(45)

a. Secara nyata digunakan oleh pihak yang dimanfaatkannya b. Dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya

c. Saat harga jual dan/atau penggantian diganti oleh pihak yang menyerahkan

d. Harga perolehan dibayar, baik sebagaian atau seluruhnya, oleh pihak yang memanfaaatkan

e. Ditandatanganinya kontra/perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak

5. Ekspor Batang Kena Pajak Berwujud

Saat Barang Kena Pajak dikeluarkan dari daerah Pabean

6. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak

Saat pergantian atas jasa yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai penghasilan

7. Saat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak

a. Atas barang kena pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan, yang masih tersisa pada pembubaran perusahaan, saat terutangnya PPN adalah pada saat yang terjadi lebih dahulu sebagai berikut :

1) Saat ditandatanganinya akte pembubaran oleh Notaris

2) Saat berakhirnya jika waktu berdirinya perseroan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar (AD) Perusahaan

(46)

4) Saat diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah tidak melakukan kegiatan usaha dan sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan atau bedasarkan data atau dokumen yang ada

b. Atas kegiatan membangun sendiri saat terutangnya PPN adalah pada saat mulai dibangunnya bangunan

c. Atas penyerahan kepada pemungut PPN :

1) Saat terutangnya PPN adalah pada saat disampaikan tagihan

2) Kontraktor Migas dan Panas Bumi, saat terutangnya PPN adalah pada saat sama dengan penyerahan Barang Kena Pajak

8. Saat pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak

Pajak terutang saat pembayaran dalam hal :

a. Pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak

(47)

G.Mekanisme Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 menganut kredit pajak (credit method) serta metode faktur pajak (invoice method). Dalam metode ini Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Mekanisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Pada saat pembelian/memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN oleh PKP penjual. Bagi pembeli, PPN dipungut oleh PKP penjual tersebut merupakan pembayaran pajak dimuka dan disebut dengan pajak masukan. Pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak.

b. Pada saat menjual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib memungut PPN. Bagi penjual, PPN tersebut meupakan pajak keluaran. Sebagai bukti telah memungut PPN, PKP penjual wajib membuat faktur pajak.

c. Aapabila dalam suatu masa pajak (jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwin) jumlah pajak keluaran lebih besar dari pada jumlah pajak masukan, selisihnya harus disetor ke kas negara.

(48)

e. Pelaporan perhitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan Surat Pemberi Tahunan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN).

H.Tempat Terutangnya Pajak Pertambahan Nilai

Adapun yang menjadi tempat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai adalah 1. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan :

a. Penyerahan barang kena pajak / jasa kena pajak didalam daerah Pabean b. Ekspor barang kena pajak berwujud / tidak berwujud / Jasa Kena Pajak 2. Berutang pajak ditempat tinggal atau berkedudukan dan/atau tempat kegiatan

usaha yang dilakukan atau tempat lain yang ditetapkan dengan peraturan Dirjen Pajak.

3. Dalam hal IMPOR, terutang pajak di barang kena pajak dimasukkan dan di pungut oleh Dirjen Bea dan Cukai.

4. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean terutang pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha.

I. Dasar Pengenaan Pajak

Untuk menghitung besarnya pajak (PPN dan PPnBM) yang terutang perlu adanya dasar pengenaan pajak (DPP). Adapun yang menjadi DPP adalah :

(49)

2. Pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor (HPP);

3. Penyerahan media suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata; 4. Penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata perjudul film

5. Penyerahan harga jual produk tembakau adalah perkiraan harga jual eceran; 6. Barang Kena Pajak adalah beupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut

tujuan semula tidak untuk diperjual belikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar;

7. Penyerahan Barang Kena pajak dari pusat cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan;

8. Penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara pedagang prantara dengan pembeli;

9. Penyerahan Barang Kena Pajak dari juru lelang adalah harga lelang;

10. Penyerahan jasa pengiriman adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih;

11. Penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

J. Faktur Pajak

(50)

1. Pengusaha kena pajak membuat fakturpajak untuk setiap :

a. Penyerahan barang kena pajak di daerah pabean ekspor BKP berwujud b. Penyerahan jasa kena pajak di daeah Pabean

c. Ekspor BKP tidak bewujud dan/atau d. Ekspor JKP

2. Faktur pajak yang dimaksudnya pada ayat (1) harus dibuat pada : a. Saat penyerahan BKP atau penyerahan JKP

b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum jasa Kena Pajak c. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagaian tahap

pekerjaan

d. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan Mentri Keuangan 3. Pengusaha Kena Pajak dapat membuat 1 (satu) faktur pajak meliputi seluruh

penyerahan kepada pembeli barang kena pajak atau penerima jasa kena pajak yang selama 1 (satu) bulan kalender.

4. Faktur pajak harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan.

Dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau keterangan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat : a. Nama, alamat, dan nomor pokok wajib pajak yang menyerahahkan Barang

Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;

(51)

c. Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan harga;

d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

e. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan faktur pajak; f. Nama dan tanda tangan yang berhak menerima faktur pajak; g. Pajak atas penjualan barang mewah yang dipungut;

h. Direktur Jendral Pajak dapat menetapkan dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak.

Ketentuan lebih lanjut tentang permbuatan faktur pajak dan tata cara pembetulan atau penggantian faktur pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Faktur pajak juga harus memenuhi persyaratan formal dan material.

(52)

Apabila dalam suatu masa pajak pengusaha kena pajak selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga dilakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembukuannya, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak.

Dalam hal terjadi pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, pelaburan, pemekaran, pemecahan dan pengembil alihan usaha, pajak masukan atas Barang Kena Pajak yang di alihkan dan belum dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang menerima pengalihan, sepanjang faktur faktur pajaknya diterima setelah terjadinya pengalihan dan pajak Masukan tersebut belum dibebankan secara biaya atau kapitalisasi.

(53)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A.Pengawasan Terhadap Pembayaran PPN melalui SPT Masa

Bentuk pengawasan terhadap kepatuhan dalam hal pembayaran PPN merupakan suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh KPP terhadap pelaporan pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh PKP dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang tersedia dikantor pelayan pajak dan kantor penyuluhan dan pengamatan potensi perpajakan (KP4) yang kemudian harus dilaporkan dalam SPT Masa PPN, sehingga dari laporan SPT dapat diketahui apakah Wajib Pajak telah melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan benar, yaitu tentang perhitungan pajak terutang, pajak kurang bayar, lebih bayar atau nihil. Seperti telah kita ketahui bahwa sistem pemungutan pajak yang diterapkan di Indonesia khususnya PPN adalah menganut prinsip self assesment system, dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan dalam hal perpajakannya, yaitu Wajib Pajak bisa menghitung, menghitungkan, membayar, dan melaporkan Pajak terutang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Kegiatan pengawasan terhadap pembayaran SPT Masa PPN yang dilakukan oleh fiskus adalah melalui tahap sebagai berikut :

(54)

mengecek SPT yang telah diterima dari Wajib Pajak. Adapun pengecekan tang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Apakah Wajib Pajak tersebut benar-benar berada dibawah wewenang pengawasan KPP yang bersangkutan yaitu KPP Pratama Medan Barat. Hal ini dilakukakan dengan cara meneliti digit yang tertera dalam Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

b. Kelengkapan SPT Masa PPN

Terhadap kelengkapan SPT Masa PPN dilakukan oleh fiskus untuk memberikan informasi tentang kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Adapun yang diperiksa kelengkapan SPT nya yaitu meliputi :

1. Nama Wajib Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak dan alamat Wajib Pajak 2. Masa Pajak yang bersangkutan

3. Tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak

4. Jumlah objek Pajak, jumlah pajak yang rerutang dan/atau jumlah pajak dibayar

5. Pengisian setiap kolom yang tertera dalam SPT Masa PPN sudah benar 6. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak dan datadata

lainnya.

(55)

batas pelaporan dan pembayarannya, maka SPT tersebut akan ditindak lanjuti untuk diperhitungkan kembali pengenaan sanksinya.

Dalam pasal 38 Undang-undaang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-unang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa, apabila Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT, atau meyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar karena kealpaan Wajib Pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan, perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertamakali sebagaimana dimaksud dalam pasal 13A Undang-undang KUP, didenda paling sedikit 1(satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dan paling banyak 2(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar, atau dipidana kurungan 3(tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) Tahun.

(56)

tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali dari jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.

B.Tujuan Dilakukannya Pengawasan terhadap Pembayaran PPN

Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya pengawasan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam hal pembayaran terhadap PPN-PPnBM adalah :

1. Untuk mengetahui jumlah PKP yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yang telah melakukan kewajiban perpajakannya terutama dalam hal pelunasan PPN-PPnBM

2. Untuk memperoleh data lebih rinci tentang kepatuhan PKP dalam menyampaikan SPT masa PPN

3. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan PKP dalam hal pembayaran PPN-PPnBM

4. Untuk mengetahui jumlah PKP terdaftar wajib menyampaikan SPT Masa PPN

C.Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPN

(57)

1. Masyarakat yang terdaftar sebagai Wajib Pajak dan seharusnya menyampaikan SPT Masa PPn di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

2. Jumlaj Wajib Pajak yang sudah menyampaikan SPT Masa PPn dalam kurun waktu 1 (satu) terakhir atau 12 kali masa pajak.

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa batas penyampaian setiap SPT Masa PPn adalah paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan PKP dalam kaitannya dengan penyampaian SPT Masa PPn dapat dilihat dari data berikut :

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak untuk SPT Masa PPn pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Tahun Pajak

Masa Pajak

Jumlah PKP Terdaftar Wajib Menyampaikan SPT Masa PPn

SPT Masa PPn yang disampaikan per Masa

2013 Januari 686 558

Februari 687 562

Maret 689 567

April 690 569

Mei 692 578

(58)

Juli 698 578

Agustus 698 564

September 700 568

Oktober 701 570

November 701 572

Desember 702 573

Sumber : seksi pengolahan Data dan Informatika (PDI) KPP Pratama Medan Barat

Informasi dalam tabel diatas disajikan berdasarkan data yang diperoleh dari Seksi Pengolahan Data dan Informatika (PDI) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

Terhadap data tersebut, penulis dapat menganalisa beberapa hal terkait dengan pengawasan pelunasan PPn yaitu sebagai berikut :

a. Jumlah PKP yang terdaftar wajib menyampaikan SPT Masa PPn di KPP Pratama Medan Barat setiap Masa mengalami peningkatan dalam kurun waktu 1(satu) tahun, mulai Masa Pajak Januari 2014 sampai dengan Masa Pajak Desember 2014

(59)

Masa PPn. Hal ini membuktikan behwa tingkat PKP dalam menyampaikan SPT Masa PPn di KPP Pratama Medan Barat tidak mengalami peningkatan sering dengan kenaikan PKP terdaftar wajib menyampaikan SPT Masa PPn.

Seiring dengan peningkatan PKP terdaftar wajib menyampaikan SPT Masa PPn tidak selamanya diikuti dengan PKP yang menyampaikan SPT Masa PPn diakibatkan beberapa alasan sebagai contoh adalah kurangnya kesadaran PKP dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dan juga diakibatkan sebuah reaksi perlawanan yang dilakukan PKP untuk menghindari pajak yang akan merugikan negara. Disamping itu, salah satu faktor yang mengakibatkan rendahnya PKP yang menyampaikan SPT adalah kurangnya pemahaman pkp untuk menghitung dan atau memotong jumlah pajak terutang.

SPT Masa PPn Yang Disampaikan Pada Tahun 2014 di KPP Pratama Medan Barat

Masa Pajak

Status SPT

Jumlah Nihil

Kurang Bayar

Lebih Bayar

Januari 386 300 102 788

February 386 309 99 794

Maret 392 307 103 802

(60)

Sumber : seksi pengolahan Data dan Informatika (PDI) KPP Pratama Medan Barat

Berdasarkan tabel tersebut ada beberapa hal yang dapat dianalisa terkait dengan SPT Masa PPn yang disampaikan di KPP Pratama Medan Barat Pada Tahun 2014 antara lain :

1. SPT yang disampaikan pada Masa Pajak Januari Tahun 2014 sampai dengan Masa Pajak Desember 2014 didominasi oleh SPT yang nihil, sehingga hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pengetahuan PKP dalam pengisian SPT mengalami peningkatan sehingga tidak ditemukan kesalahan-kesalahan dalam pengisian SPT yang dapat mengakibatkan Pajak Kurang Bayar dan/atau Lebih Bayar

Mei 396 301 107 804

Juni 414 301 112 827

Juli 396 299 118 813

Agustus 370 290 117 777

September 371 263 116 750

Oktober 318 252 103 673

November 317 257 93 667

(61)

2. Jumlah SPT Masa PPn yang kurang bayar dan diterima di KPP Pratama Medan Barat mulai masa pajak Januari 2014 sampai dengan masa Pajak Desember 2014 rata-rata berkisar 288 SPT. Hal ini menunjukkan tidak adanya perubahan yang signifikat terhadap penurunan jumlah SPT yang Kurang Bayar.

3. Jumlah SPT Masa PPn yang lebih bayar yang diterima KPP Pratama Medan Barat selama Masa Pajak Januari 2014 sampai dengan Masa Pajak Desember 2014 adalah 1238 SPT, sehingga hal ini menunjukkan PKP yang harus merestitusi dan/atau mengkompensasikan jumlah pajak yang Lebih Bayar ke masa pajak berikutnya.

D.Hambatan yang Dihadapi KPP Pratama Medan Barat Terhadapa Pelunasan/Pembayaran PPN

(62)

kendala yang timbul di pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dikarenakan banyaknya wajib pajak yang sudah tidak lagi menjadi pengusaha kena pajak yang dikarenakan wajib pajak sudah meninggal dunia dan tidak di beritahukan oleh pihak keluarga, wajib pajak yang masih aktif tapi tidak melaporkan pajak, wajib pajak yang tidak sesuai syarat menjadi pengusaha kena pajak, badan usaha atau pun perusahaan yang telah di tutup atau bangkrut tetapi tidak memberitahukan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam hal pelunasan PPN-PPnBM disebabkan oleh beberapa hal :

1. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.

2. Penyuluhan kepada Wajib Pajak yang kurang memadai. 3. Kurangnya pengetahuan Wajib Pajak tentang Pajak itu sendiri.

4. Adanya penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak sebagai bentuk perlawanan yang dilakukan akibat kurangnya rasa Nasionalisme bernegara.

E.Upaya yang Dilakukan Fiskus Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan

Adapun upaya yang dilakukan oleh pihak Fiskus dalam meningkatkan kewajiban perpajakan yaitu :

(63)

Kurangnya pengetahuan Wajib Pajak mengenai kewajiban perpajakannya salah satunya diakibatkan kurangnya pengetahuan Wajib Pajak tentang pajak itu sendiri, salah satunya adalah karena kurangnya informasi-informasi tentang pajak. Pentingnya pemberi informasi-informasi tentang pajak tersebut dapat disalurkan melalui media diantaranya :

a. Media Televisi

Peranan televisi sangat besar dalam hal menyampaikan informasi-informasi khusunya informasi-informasi tentang perpajakan, karena secara umum televisi sudah menjadi sumber kebutuhan akan informasi bagi setiap orang.

b. Radio

Sebagai media elektronik yang dapat menyebarkan informasi, radio merupakan salah satu media yang dapat menyalurkan informasi-informasi tentang perpajakan.

c. Surat Kabar

Informasi tentang perpajakan yang diberikan melalui surat kabar adalah informasi yang mencakup Surat Keputusan ataupun Surat Edaran Pemerintah yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak. d. Media Internet

(64)

adalah melalui media website resmi pepajakan di Indonesia, diantarany

2. Memberikan jasa pelayanan kepada Wajib Pajak

Pelayanan yang baik kepada masyarakat akan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Adapun pelayanan jasa yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak tersebut diantaranya :

a. Memberikan penyuluhan tentang pajak. b. Menyediakan loket penerimaan SPT.

c. Menyediakan AR (Account Representative) untuk membimbing Wajib Pajak dalam pengisian SPT.

d. Pelayanan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan NPPKP (Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak)

(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya maka Penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam penyampaian SPT Masa PPn di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat masih sangat rendah perbandingannya dengan jumlah Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPn.

2. Meskipun dengan peningkatan jumlah Wajib Pajak terdaftar wajib menyampainyakan SPT Masa PPn di KPP Medan Barat tidak dibarengi dengan jumlah Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPn yang diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya karena Wajib Pajak tersebut tidak memiliki pengetahuan tentang Pajak, maupun karena faktor kesengajaan untuk menghindari pajak.

3. Penerapan sanksi perpajakan merupakan sebuaa alat untuk fiskus untuk melakukan pengawasan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajaknnya.

(66)

5. Metode yang digunakan oleh fiskus untuk mengawasi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Masa PPn adalah dengan metode langsung, yaitu dengan melakukan penyuluhan kepada Wajib Pajak supaya mendapat pemahaman lebih tentang pajak itu sendiri, sedangkan metode tidak langsung adalah dengan menerapkan sanksi terhadap Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT secara sengaja sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

6. Hambatan dan kesulitan yang dihadapi oleh KPP Pratama Medan Barat dalam melaksanakan pengawsan terhadap pembayaran PPn adalah diakibatkan oleh kesadaran Wajib Pajak yang masih kurang, karena beberapa hal tertentu.

B.Saran

Berkaitan dengan pokok-pokok bahasa dari laporan ini, penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Berkaitan dengan sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia (Self

Assesrment System) sangat dibutuhkan kesadaran Wajib Pajak dalam

melaksanakan kewajian perpajakannya, sehingga tercipta hubungan timbal balik antara fiskus untuk mengawasi dan membina Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

(67)

3. Kegiatan penyuluhan terhadap Wajib Pajak khususnya mengenai PPN harus lebih ditingkatkan, sehingga masyarakat lebih paham mengenai kewajiban perpajakannya.

4. Sebaiknnya sanksi perpajakan yang belaku di Indonesia harus lebih mengikat Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak tidak terbebani dengan sanksi-sanksi yang berlaku yang membuat Wajib Pajak seolah olah ketakutan dengan sanksi berlaku tersebut.

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo,Perpajakan Edisi revisi 2006,CV An di Offset,Yogyakarta

Resmi,Siti,2008,Perpajakan Teori dan Kasus, PT. Salemba Empat,Jakarta

Gambar

Tabel 1.1 Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Referensi

Dokumen terkait

RENDRA SEPTYO SANTOSO Bahasa

explored. The terms used in integrative assessment e.g., content, distressed tend to have expressive, welfare-related connotations, and lie at the heart of the lay public’s concern

One of the major concerns is the effect of density on balancing ability and injuries during slaughter horse transportation. Some livestock haulers maintain that animals transported at

Untuk memperoleh marjin yang lebih baik dan memperluas pangsa pasarnya, perseroan menempuh beberapa strategi; 1) membentuk kerjasama operasi (KsO) dengan perusahaan

Capaian Program Jumlah Fasilitasi Ruang Dialog/Komunikasi Bagi Masyarakat Terkait Dengan Pendidikan Politik Yang Dilaksanakan.

A new signal strength-based method, Signal Attenuation Difference of Arrival (SADOA) method is combined with TDOA method in (Juang, Lin, 2006). SADOA is based on the

Hasil Persentase pelaksanaan fasilitasi penguatan dan pemberdayaan forum dialog penanganan konflik sosial

3D building reconstruction from LIDAR based on a cell decomposition approach, International Archives of Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, 38