SKRIPSI
UPAYA INDONESIA DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI ERA
PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Indonesian Efforts To Enhance Competitiveness To Facing ASEAN
Economic Society Under The Susilo Bambang Yudhoyono
Admintstration Era
Disusun Oleh : SAPRIANSYAH
20120510241
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
SKRIPSI
UPAYA INDONESIA DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING
MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
DI ERA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Indonesian Efforts To Enhance Competitiveness To Facing ASEAN
Economic Society Under The Susilo Bambang Yudhoyono
Admintstration Era
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik S-1 pada Program Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Muhammadiayah Yogyakarta
Disusun Oleh :
SAPRIANSYAH
20120510241
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI
Bismillahirahmanirahim,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : SAPRIANSYAH
Nim : 20120510241
Judul Skripsi :UPAYA INDONESIA MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI ERA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil penelitian, penulisan, dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain, saya akan memberikan sumber yang jelas. Apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana S-1 yang telah diperoleh karena karya tulis ini, dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Muhhammadiyah Yogyakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Yogyakarta, 30 Agustus 2016
Yang menyatakan,
iii
HALAMAN MOTTO
Berfikir adalah sebaik-baik usaha
Issak Sapriansyah
Ilmu adalah sebaik-baik warisan
Issak Sapriansyah
Jika kita mengawalinya dengan buruk,
kita hanya perlu menyelesaikannya
dengan baik
Issak Sapriansyah
Jika kita berfikir tidak diberikan
kepintaran lebih oleh tuhan, maka
cobalah untuk memamfaatkan apa yang
kita anggap sebagai kekurangan kita,
karena kelebihan terkadang hadir dalam
wujud kekurangan
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk ayahanda H. DG Mamase dan ibunda tercinta Hj Dg Tabungga
Saudara-saudara penulis yakni: Abdul Basir, Hamsiri, M. Cakur, M. Rafik, Kak Yoz,
Hasnawati, dan Kasmawati
Kepada dosen pembimbing, Dian Azmawati., SIP, M.A, kepada Ketua Prodi,
ibuk Dr. Nur Azizah, M.Si dan seluruh dosen Ilmu Hubungan Internasional yang telah
banyak memberikan penulis pemahaman baru tentang dunia HI,
Untuk saudara-saudara dan teman seperjuangan di Jogja, A.Muh Sakti, Abbie
Anggara, Brahma Kusuma Wardana, Hendy, Jeffry, Yasir Qorib, Raditia Sapta
Candra, Telo, Dani Bangka dan seluruh teman-teman kelas D yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu. Tentunya akan tidak pantas jika penulis tidak menyebutkan
setiap nama-nama yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini, serta
telah banyak membantu penulis dalam memperoleh Ilmu, namun penulis haturkan
banyak terima kasih sedalam dalamnya. Saya harap agar mereka suka dan menerima
penghargaan dan ucapan terima kasih tanpa menyebutkan namanya, oleh karena
v
KATA PENGANTAR
Integrasi dalam satu kawasan telah menjadi satu pokok bahasan yang menarik
dalam kajian studi Ilmu Hubungan Internasional sebagaimana yang telah di teliti oleh
kelompok Fungsionalis maupun Neofungsionalisme. Diantara penulis-penulis
fungsionalis yang lebih dahulu telah melakukan penelitian tentang Integrasi kawasan
sebut saja Hernest, Josep Nye, Karl Dutch, dan masih banyak penulis lainnya yang
telah banyak menelaah tentang integrasi. Suksenya integrasi di kawasan Eropa
seakan-akan telah memberikan efek langsung pada kawasan lainnya untuk
menyesuaikan diri agar tetap mampu bertahan dalam sebuah rezim yang saat ini
berada dalam cengkraman Kaitalsime. ASEAN adalah salah satu contoh lain dalam
kasus integrasi kawasan. Organisasi yang awalnya dibentuk pada tahun 1976 ini, kini
telah melangkah jauh dan memperlihatkan prilaku ovensifnya dalam menghadapi
rezim ssaat ini. ASEAN seperti yang kita ketahui telah membuat satu komunitas yang
kemudian kita kenal dengan komunitas Masyarakkat Ekonomi ASEAN (MEA) yang
menjadii satu langkah maju yang diambil melihat agresivitas negara-negara tetangga
sepeti China, Korea Selatan dan India kini tumbuh sebagai kekuatan ekonomi baru
paling tidak beberapa waktu kedepan bahkan menjaadi pesaing yang tidak hanya
dalam ekonomi, namun juga dalam hal politik khususnya di kawasan Asia. Sejumlah
negara-negara anggota ASEAN tentunya telah membpertimbangan dengan sangat
matang atas keikutsertaan mereka dalam satu komunitas ekonomi tersebut. Untuk itu
sejumlah langkah-langkah ataupun upaya telah diambil dan dijalankan oleh para
pengambil kebijakan.
Indonesia dalam posisi ini, harus mampu memposisikan diri sebagai negara
vi
memenangkan percaturan dalam pasar bebas MEA tersebut. untuk itu, maka penulis
berharap tulisan sederhana ini dapat bermamfaat sebagai bahan bacaan yang bagi
pengkaji studi kawasan Asia Tenggara dan peminat ekonomi politik internasional dan
yang ingin mencoba memahami MEA dan apa saja langkah-langkah yang telah
dilakukan oleh pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam meningkatkan daya
saing kita untuk menghadapi MEA tersebut. akhirnya penuulis sampaikan kepada para
pembaca semoga tulisan sederhana yang ada di tangan anda sekarang dapat
memberikan mamfaat atau paling tidak berperan sebagai pemanti agar kita dapat lebih
jauh memahami apa itu MEA dengan membaca rujukan-rujukan yang lain.
Yogyakarta, 01 September 2016
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….. i
HALAMAN PENGESAHAN ………... ii
SURAT PERNYATAAN……….. iii
HALAMAN MOTTO
………....
ivHALAMAN PERSEMBAHAN ………....
v
KATA PENGANTAR………... vi
DAFTAR ISI………..
viii
DAFTAR TABEL
………...
xBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Rumusan Masalah ...……… 6
C. Kerangka Pemikiran ………. 7
D. Hipotesis ...……… 13
E. Metode Penelitian...………. 14
F. Jangkauan Penelitian………. 14
G. Sistematika Penulisan .………....……….. 14
BAB IIREGIONALISME DI ASIA TENGGARA A. Dinamika Pembentukan ASEAN…..………. 16
B. Peranserta Indonesia Dalam Pembentukan ASEAN ………. 25
viii BAB III PERMASALAHAN YANG MASIH DIHADAPI INDONESIA
A. Rendahnya Daya Saing Sumber Daya Manusia ……..………… 42
B. Infrastruktur ………. 45
C. Pengganguran ……….………. 52
BAB IV UPAYA INDONESIA DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING A. Pembentukan Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan MEA ... 56
B. Peenguatan Daya Saing Ekonomi ……….………... 58
C. Penguatan Daya Saing Usaha Kecil Dan Menengah (UMKM) ... 64
D. Perbaikan Iklim Investasi ………. 71
BAB V KESIMPULAN ………. 75
Lampiran……….. 78
ix
Daftar Tabel
Tabel 1: daftar prioritas …………...………...32
Tabel 2: Peringkat negara-negara ASEAN dalam indeks daya saing global ... 44
Tabel 3: Penduduk usia 15 ke atas menurut kegiatan utama ………..…. 54
1 Abstrak
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah langkah maju ASEAN dalam menciptakan satu kawasan perdagangan bebas di kwasan Asia Tenggara dengan mengacu pada lima pilar cetak biru, yakni: aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas modal, aliran bebas investasi, dan aliran bebas tenaga kerja terampil. Indonesia sebagai salah satu negara pendiri ASEAN tentunya harus bisa memamfatkan MEA tersebut dalam meningkatkan ekonomi negaranya. Beberapa langkah yang telah diambil oleh pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam rangka persiapan menghadi MEA tersbut, seprti membuat satu badan Komite Nsional persiapan pelaksanaan MEA yang dikoordinatori langsung oleh menko Perekonomian. Kemudian dalam meningkatkan daya saing ekonomi telah dituangkan dalam program MasterPlan Prcepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). penguatan disektor UMKM sebagai salah satu pendorong kamajuan ekonomi bangsa juga menjadi salah satu prioritas utama pemerintah dalam meningkatkan daya saing UMKM yang dituangkan dalam UU Nomor 20 tahun 2008. Perbaikan iklim investasi pada pemerintahan SBY juga menjadi program pemerintah dalam rangka persiapan menghadapi MEA tersubut agar dapat menarik para investor lokal maupun asing baik intra-ASEAN mupun diluar ASEAN yang dituangkan dalam UU penanaman modal Nomor 25 Tahun 2007. Langkah-langkah tersebut menjadi salah satu langkah utama pemertintah dalam menghadapi persiangan di kawasan maupun global.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterlibatan suatu negara di forum internasional di era globalisasi sekarang ini
mendesak suatu negara untuk melakukan kerjasama baik itu kerjasama bilateral,
multilateral, maupun kerjasama kawasan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
masing-masing antar negara yang terlibat. Keterbatasan dan ketidak tersediaan sumber
daya alam, sumber daya manusia, serta teknologi dan sebagainya yang merupakan faktor
pendukung kemajuan suatu bangsa menjadi dasar dari terjalinnya kerjasama tersebut.
Ilmu hubungan internasional kini semakin berkembang dan semakin kompleks.
Memasuki era globalisasi, kerjasama kawasan menjadi satu telaah yang menarik dalam
bidang studi hubungan internasioanal masa kini dalam menjawab tantangan dan masa
depan negra-negara yamg berperan sebagai aktor dalam hubungan internasional.
Kerjasama kawasan dalam bidang hubungan internasional dapat kita lihat seperti Uni
Eropa, yang kemudian dalam dasawarsa berikutnya membentuk integrasi ekonomi di
kawasan tersebut. Di kawasan Asia Tenggara, Association Of South-East Asian Nation
(ASEAN) yang berdiri sejak tahun 1967 adalah contoh lain kerjasama kawasan yang pada
awal pembentukannya ASEAN terdiri dari lima negara yakni Indonesia, Malaysia,
2
sebaliknya ia telah didahului dengan berbagai upaya pembentukan organisasi regional
yang lebih terbatas ruang lingkupnya.1.
Pada pertemuan puncak ASEAN di Bali tahun 2003 para pemimpin ASEAN
mendeklarasikan langkah-langkah awal menuju ASEAN Economic Community (AEC)
yang direncanakan akan tercapai pada 2020 yang dibentuk sebagai reaksi ASEAN
terhadap agresifitas China dan India yang sangat efektif dalam menarik investasi asing
langsung (FDI). ASEAN Economic Comunity adalah satu dari tiga pilar utama ASEAN
Community (ASEAN Security Community, ASEAN Economic Community, dan ASEAN
Socio-Cultural Community). AEC akan menjadi dasar bagi perdagangan barang, jasa,
investasi, teknologi, dan sumber daya manusia antar negara ASEAN.2 Setelah penandatanganan Cebu declaration on the acceleration of the establishment of an ASEAN
community by 2015 yang dilakukan oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ke 12
ASEAN di Cebu Filipina, pada tanggal 13 Januari 2007 lalu, pelaksanaan AEC
dipercepat menjadi 2015. ASEAN Economic Community (AEC) sendiri memiliki empat
pilar, yakni pasar tunggal ASEAN, pengembangan perekonomian di ASEAN,
pemerataan ekonomi dan peningkatan daya saing global.
Peran politik dan partisipasi Indonesia di kawasan Asia Tenggara mengalami pasang
surut ini dapat dilihat pada masa pemerintahn Soekarno yang agresif dan kerap
melancarkan politik konfrontasi membuat kerjasama di kawasan tersebut mengalami
pasang surut. Berbanding terbalik dengan penerusnya yakni Jendral Soeharto yang
1Untuk penjelasan tentang pembentukan ASEAN lihat Bambang Cipto, Hubungan Internasional Di Asia
Tenggara: Teropong Terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Cetakan Pertama 2007,hal.13
3
meninggalkan retorika kepeimpinan Soekarno. Pada kepemimpinan Soeharto, keharusan
praktis untuk menyusun kembali ekonomi domestik sebagai upaya mendapatkan
kepercayaan dari pihak pemerintah asing dan penanaman modal swasta karena pemulihan
dan pembangunan, pemerintah mengumumkan maksudnya untuk mengembalikan semua
perusahaan asing yang diambil alih pada masa konfrontasi. Pada bulan juni 1967, suatu
undang- undang penanaman modal asing ditetapkan yang berisi persyaratan-persyaratan
liberal bagi keterlibtan perusahaan asing dan dana luar negri untuk mempercepat
pembangunan di Indonesia.3 Pembangunan ekonomi yang liberal pada era Soeharto
terbilang sukses namun tidak terlepas dari kecaman masyarakat pada dasawarsa
berikutnya, karena korupsi yang tinggi pada era itu.
Peran politik luar negeri Indonesia pasca presiden Soeharto terfokus pada masalah
pemulihan ekonomi nasional yang hancur sebagai akibat dari krisis keuangan yang
menimpa Asia. Setelah isyu perang dingin mulai surut, isu internasional berubah dari isyu
Perang Dingin ke isu Hak Asasi Manusia (HAM). Berubahnya isu internasional
mendesak pemerintah Indonesia di bawah kepimimpinan Presiden Habibiee melepaskan
Timur-Timur yang semula menjadi wilayah negara Indonesia.
Di era pemerintahn Megawati yang berjalan singkat, Indonesia menggulirkan
gagasan tentang ASEAN Security Community dalam ASEAN Ministerial Meeting di
Pnomh Penh dan dalam pertemuan puncak ASEAN ke-7 di Bali pada oktober 2003
gagasan Indonesia disepakati dan ASEAN kembali mengusulkan ASEAN Economic
4
Community4. Memasuki pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, politik luar negeri
Indonesia mengedapkan pendekatan Soft Power dengan mottonya “Thousand Friends,
Zero Enemy”. Politik luar negeri Indonesia era Susilo Bambang Yudhoyono lebih
difokuskan pada ASEAN, hal ini dikarenakan indonesia telah menjadi bagian dari
ASEAN.
Pada pemerrintahn Susilo Bambang Yudhoyono, plitik luar ngri indonesia lebih
mengedpankan Soft Power dalam mencapi kpentingannya. Latar belakang militer
persiden Yudhoyono tidak lantas menjadikan indonesia sebagai pemerintahan yang
otoriter. secara garis besar politik luar negeri Susilo Bambang Yudhoyono memiliki tiga
tujuan utama, yakni pertama adalah untuk meningkatkan peranan Indonesia di dunia
internasional dalam rangka membina dan meningkatkan persahabatan dan kerjasama
yang saling bermanfaat antara bangsa-bangsa. Hal ini dapat kita lihat dengan aktifnya
indonesia dalam keanggotaan ASEAN, Susilo Bambang Yudhoyono sadar bahwa sebagai
anggota ASEAN, Indonesia harus bisa menjalin hubungan yang baik dengan
Negara-negara anggota ASEAN manapun Negara-negara di seluruh dunia. Kedua politik luar negeri
indonesia memiliki tujuan untuk memperkuat persatuan dan kerjasama di dalam bidang
ekonomi melalui kerjasama perdagangan maupun pertukaran barang. ketiga yaitu,
meningkatkan kerjasama antar negara untuk membuat suatu kondisi damai dan ketertiban
dunia demi kesejahteraan yang berdasarkan kemerdekaan dan keadilan sosial.
Dari motto ‘Thousand Friends, Zero Enemy” dan tujuan di atas politik luar negeri
Indonesia lebih mengedapankan soft power dalam mencapai kepentinganya. Dalam
5
kawasan ASEAN, Indonesia berperan serta dalam menyelesaikan masalah sengketa
perbatasan Indonesia dengan negara lain . Misalnya perbatasan dengan Malaysia, dan
Timor Leste. Capaian ini dapat kita lihat sebagai wujud suksesi politik luar negeri
Indonesia dengan menggunakan pendekatan Soft Power.
Kerja sama kawasan dalam bentuk regionalsme di kawasan ASEAN selalu menarik untuk
ditelaah, hal ini dikarnakan dalam tubuh ASEAN banyak badan-badan yang dinililai
tumpang tindih. ASEAN Economic Community (AEC) adalah salah satu bentuk integrasi
ekonomi yang ada di Kawasan ASEAN yang menarik untuk dikaji. Namun sbelum kami
memberikan paparan yang lebih jauh tentang ASEAN Economic Community, ada baiknya
kita jelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan integrasi itu. Menurut Martin
Grifiths, integrasi dapat didefinisikan dalam 4 (empat) hal, yaitu a) a movement towards
increased cooperation between states; (b) a gradual transfer of authority to
supranational institutions; (c) a gradual homogenisation of values; (d) the coming into
being of a global civilsociety and with it, the construction of new forms of political
Community.5
Masyarakat ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community, AEC), adalah bentuk
integrasi ekonomi yang berada di kawasan Asia Tenggara yang anggota-anggotanya
adalah negara-negara yang termasuk sebagai anggota ASEAN. ASEAN Economic
Community (AEC) bertujuan untuk membentuk pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara.
5Martin Griffiths and . Terry O’Callaghan, International Ralations: The Key Concepts, London,
6
Integrasi ini dicanangkan untuk menghilangkan hambatan-hambatan tarif (bea cukai)
dalam proses perdagangan internasional di kawasan tersebut yang berupa barang dan jasa
yang berperan sebagai faktor pendukung kemajuan suatu bangsa.
Pada Konfrensi Tingkat Tingg (KTT) Bali 2003 ASEAN Economic Community
menjadi salah satu pilar yang digagas dan dicanagkan ASEAN. ASEAN Economic
Community atau yang lebih dikenal masyarakat ekonomi ASEAN yang merupakan salah
satu dari 3 (tiga) pilar utama ASEAN tersebut memiliki 4 (empat) karakteristik utama,
yakni ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, ASEAN sebagai kawasan
ekonomi yang berdaya saing tinggi, ASEAN sebagai kawasan dengan pembangunan
ekonomi yang setara, dan ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi ke dalam ekonomi
global. Keempat karakteistik tersebut memiliki kaitan erat dan saling keterkaitan satu
sama lain yang bertujuan untuk mewujudkan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis
produksi, ASEAN harus memiliki daya saing ekonomi yang tinggi, baik secara individu
antara negara anggota maupun sebagai kawasan dalam persaingan dengan kawasan atau
negara lain. Untuk mewujdkan ASEAN Economic Community (AEC) ASEAN wajib
melaksanakan kebijakan sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi yang terbuka (open),
berwawasan keluar (outward-looking), inklusif (inclusive), dan berorientasi pada pasar
(market-driven) sesuai dengan aturan-aturan multilateral serta memperhatikan perbedaan
tingkat pembangunan dan kesiapan masing-masing negara anggota ASEAN melalui
penerapan ASEAN Minus X. Masyrakat Ekonomi ASEAN yang akan berlaku di tahun
2015 mencakup 5 (lima) pilar utama, yakni: aliran bebas barag, bebas jasa, aliran bebas
7
B. Rumusan Masalah
Dalam hal ini, hendak dilihat dan dijelaskan bagaimana upaya pemerintah Indonesia
era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono meningkatkan daya saing dalam
menghadapinya MEA tersebut?
C. Kerangka Pemikiran
Untuk membantu kita memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan
Masyrakat Ekonomi ASEAN, penjelasan ini tidak kita jelaskan dari pengertian
Masyarakat Ekonomi karena menurut hemat penulis untuk memahmi apa yang dimaksud
dengan Masyarakar Ekonomi itu harus dijelaskan dari pengertian integrasi dengan
mengunakan pendekatan kaum fungsionalisme. Adanya suatu komunitas dalam ASEAN
di awali dari adalah salahsatu bentuk dari integrasi. Begitupun dengan adanya Masyrakat
Ekonomi ASEAN juga bentuk dari sebuah integrasi. Konsep pengunaan istilah integrasi
dipakai untuk menggambarkan suatu proses menuju ataupun hasil akhir dari proses
penyatuan politik atas unit-unit yang semula terpisah6. Jadi intergrasi ekonomi dalam ASEAN yang kemudian membentuk ASEAN Economic Community dapat dipahami
sebagai penyatuan dari yang semula terpisah dalam lingkup ekonomi yang ada dan telah
ditetapkan ASEAN. Ada lima pilar utama yang ditetapkan dalam ASEAN menuju
integrasi tersebut, yakni aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas investasi,
aliran bebas tenaga kerja trampil, dan aliran bebas modal.
8
Untuk mempermudah penulisan, penulis menggunakan beberapa pendekatan atau
teori, yakni: Teori pembuatan kebijakan publik, teori ini lebih umum dan lebih mudah
untuk menjelaskan tentang kebijakan apa saja yangtelah diambil okeh pemerintah
indonesia. Kemudian yang kedua adalah konsep Investasi yang digunakan sebagai acuan
penulis dalam menjawab rumusan masalah yang diajukan.
1. Pasar Bebas
Pasca perang dunia ke-2 berahir berdampak pada politik dan ekonomi dunia yang
pada akhirnya timbul kritikan-kritikan dalam dunia HI yang berasal dari mazhab liberal
terhadap realisme, yang memandang pesimis terhadap tatanan dunia yang dinilia
konfliktual. Menurut paham liberal, bahwa tatanan dunia yang adil dan menguntungkan
tampaknya lebih menguntungkan bagi negata-negara ketimbang menciptakan
peperangan yang berdampak pada kekeacauan politik dan ekonomi dunia. Berangkat dari
asumsi di atas, timbulah para pemikir-pemikir liberal yang mengedepankan kerjasama
yang saling mnguntungkan seperti Norman Angel, yang beranggapan bahwa
interdependensi akan lebih menguntungkan bagi negara-negara yang terlibat.
Konsepsi ekonomi liberal tentang pasar bebas hal ini tidak terlepas dari pemikir klasik
Adam Smith, yang memberikan kebbasan terhadap individu dalam mengejar
kepentingannya dan memberikan batasan negara dalam keikutsertaannya mengatur pasar.
Lahirnya konsepsi pasar bebas dalam satu kawasan seperti kawasan Uni Eropa yang
kemudian mengalami kesuksesan di kawasan tersebut, menadi contoh bagi kawasan lain
yang ada di dunia untuk membentuk perdagangan bebas di kawasan yang dapat
9
Pasar bebas secara operasional dapat diartikan sebagai adanya bentuk prilaku para
ekonomi yang berinteraksi, dan pertukaran barang yang semakin tanpa rintangan yang
semakin baik bagi individu. Kemakmuran tidak tumbuh melalui intervensi negara, tetapi
dengan pembagian kerja dan ukuran pasar, sehingga pertukaran barang dan faktor
prduksi secara liberal diarahkan terjadi di seluuh dunia.7
Untuk memudahkan kita dalam menindak lanjuti pemahaman kita tentang apa yang
dimaksud dengan ASEAN Economuc Community, dan mengapa para negara-negara
anggota perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi AEC tersebut. Hal ini dapat kita
pahami dari pengertian yang lebih awal dan umum, yakni pengertian atau definisi dari
komunitas ekonomi (Economic Community). Pengertian komunitas ekonomi dalam hal
ini dapat kita artikan sebagai kelompok organisme yang dalam hal ini berupa
negara-negara yang saling berinteraksi di dalam daerah atau kawasan tertentu yang menyangkut
tentang masalah-masalah ekonomi yang biasanya berupa arus barang, jasa modal dan
sebagainya yang masih berkaitan dengan ekonomi. Pengertian yang secara konseptual
mengenai komunitas ekonomi ini memang tidak kita temukan, namun dalam hal ini dapat
kita lihat bagaimana aktualisasi dari komunitas ekonomi tersebut yang bisa kita lacak atau
temukan pada organisasi kawasan seperti Uni Eropa. Komunitas ekonomi yang ada di
Uni Eropa terkait dengan masalah arus barang, arus modal dan investasi, dan sebagainya.
Begitu juga dalam ASEAN Economic Community, yang di dalamnya terkait dengan satu
kominitas yang terdiri dari negara-negara anggota ASEAN yang saling berinteraksi
10
dalam hal arus bebas barang, arus bebas jasa, arus bebas modal dan arus bebas tenaga
kerja terampil. Dari sinilah kemudian dapat kita mengerti, bahwa komunitas ekonomi itu
adalah interaksi yang dilakukan oleh negara-negara yang berada pada wilayah tertentu
atau kawasan tertentu yang di dalamnya menyangkut permaslahan-permassalahan
ekonomi seperti yang telah kita singgung.
ASEAN Economic Community adalah salah satu bentuk dari liberalisasi ekonomi dan
perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara yang mengacu pada pilar-pilar AEC. AEC
adalah langkah maju ASEAN dalam menciptakan pasar bebas di kawasan Asia Tenggara
yang dapat mengguntungkan negara-neagara anggota dengan melakukan
langkah-langkah penghapusan biaya tarif dan kuota pada barang, penghapusan hambatan di
bidang jasa yang berupa pembatasan jumlah penyedia jasa, volume transaksi, dan jumlah
tenaga kerja serta pnghapusan bentuk diskriminatif yang ada di dalam negeri. Liberalisasi
ekonomi dan perdagangan dalam AEC juga meliputi aliran bebas investasi, dan aliran
bebas tenaga kerja terampil.
Dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kesiapan infrastruktur,
dan Sumber Daya Manusia (SDM) tampaknya menjadi salah satu faktor penting bagi
suatu negara dalam menghadapi MEA trsebut. Apa yang masih menjadi persoalan bagi
pemerintah Indonesia di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tidak terlepas
dari kedua hal tersebut, ditambah lagi dengan angka pengganguran yang masih tebilang
tinggi tampaknya menjadi masalah yang semakin pelik jiak pemerintah tidak segera
11
Rendahnya daya saing SDM dan masih tingginya angka pengganguran serta belum
baiknya infrasturktur fisik seperti jalan aya dan kelistrikan hal ini kemudian yang akan
kita bahas pada bab berikutnya yang ketiga hal tersebut dipandang sebagai persoalan yang
masih dihadapi pemerintah Indonesia dalam rangka menghadapi MEA tersebut.
2. Kebijakan Publik
Pressman dan Wildavsky mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu hipotesis
yang mengandung kondisi-kondisi awal dan akibat-akibat yang bisa diramalkan.
Kebijakan publik secara garis besar mencakup tahap-tahap perumusan masalah
kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan.8 James E. Anderson mendefinisikan kebijakan publik a relatively stable, purposive, course of action or
inaction followed by an actor or set of actors in dealing with problemor matter of
concern.9 Kebijakan suatu negara juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan internasional, seperti yang terlihat pada gambar di bawah.
8Budi Winarno dalam Kebijjakan Publik: Teori, Proses, dan Studi Kasus 2013, Yogyakarta, CAPS (Center
of Academic Publishing Service). hal
12 Lingkungan internasional
Sistem Politik A
Gambar 1. Sistem politik dengan lingkungannya
Pada gambar 1 di atas secara sederhana menunjukan bahwa suatu sistem politik
dikelilingi oleh lingkungan domestik maupun lingkungan internasional, bisa
mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh keadaan Lingkungan itu.10 Dalam kasus pengambilan kebijakan di Indonesia dalam hal ini upaya dalam menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) dapat kita simpulkan sebagai kebijakan yang diambil atas
pengaruh lingkungan internasional, yakni isu perdagangan bebas di kawasan ASEAN dan
10 Mohtar Mas’eod dan Colin Mac Andrews, Perbandingan Sistem Politik, 1978, Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press, hal. 30
Lingkungan fisik, sosial, ekonomi regional
B C
13
kesiapan Thailand dan Singapura yang lebih dahulu mempersiapkan diri dalam
menghadapi MEA tersebut.
Adapun persiapan yang telah dilakukan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
dalam menghadapi MEA yakni dengan beberapa INPRES (instruksi presiden). Beberapa
INPRES tersebut adalah dengan membuat suatu badan komite nasional yang digagas
dalam rangka persiapan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang diberi
nama Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang
ditetapkan dalam keputusan Presiden (Kepres) Nomor 37 Tahun 2014.11 Pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono juga mengeluarkan kebijakan pada tanggal 1 September
2014 dalam Instruksi Presiden No.6 Tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing dalam
Rangka Menghadapi MEA. Khusus di sektor Kementerian Perikanaan (KP), Inpres itu
melahirkan empat strategi, pertama, Pengembangan kelautan dan perikanan, dengan
fokus pada penguatan kelembagaan dan posisi kelautan dan perikanan, kedua, penguatan
daya saing kelautan dan perikanan, ketiga, penguatan pasar dalam negeri, dan keempat,
penguatan dan peningkatan pasar ekspor.
Kemudian, gagasan tentang Perencanaan Strategis Penguatan daya Saing Usaha
Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) untuk menghadapi MEA yang dituangkan dalam
Undang-undang (UU) UMKM Nomor 20 tahun 2008.12 Pembentukan AEC dalam
ASEAN yang bertolak atas respon terhadap agresifitas China dan India yang tinggi dalam
11 Keppres Nomor20 tahun 2014 tentang Komite Nasional diakses pada tanggal 21 Oktober 2015, 22:49
12Yaenal Arifin, Perencanaan Strategis Penguatan Daya Saing Umkm Dalam Menghadapi Masyarakat
14
mendapatkan kepercayaan investor asing, berdampak pada kebijakan dalam negeri
pemerintah Indonesia pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang
kemudian menetapkan kebijakan yang mempermudah para investor asing untuk masuk
ke Indonesia melalui paket kebijakan investasi lewat Instruksi Presiden (Inpres) Nomor
3 tahun 2006. Setahun kemudian Presiden kembali menetapkan Undang-Undang Nomor
25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (PM). Penetapan kebijakan penanaman modal
tersebut bertujuan untuk (a) mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif
bagi penanam modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional dan (b)
mempercepat peningkatan penanaman modal. Kebijakan ini diambil tidak lain bermaksud
untuk mendapatkan kepercayaan para investor asing yang berperan sebagai pendorong
perekonomian nasional seperti yang dilakukan China dan India.
D. Hipotesa
Dari latar belakang di atas dan rumusan masalah yang hendak dijawab dengan
menggunakan pendekatan pembuatan kebijakan publik, dan pasar bebas, maka dapat
disimpulkan bahwa upaya pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam meningkatkan
daya saing untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah sebagai
berikut:
1) Menyusun satu perencanaan penguatan daya saing ekonomi yang dituangkan dalam
bentuk Program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI)
2) Menetapkan sejumlah kebijakan-kebijkakan yang dituangkan dalam bentuk Instruksi
15
E. Metode Penelitian
Dalam metode penulisan ini, penulis menggunakan desain penelitian kualitatif yang
membahas mengenai judul penelitian, latar belakang masalah, rumusan masalah,
kerangka pemikiran, hipotesa, metode penelitian, jangkauan penelitian dan kesimpulan.
Adapun jenis data yang digunakan adalah data skunder yang didapat dari buku-buku,
artikel, jurnal, dan media online yang kemudian diolah menjadi data.
F. Jangkauan Penelitian
Untuk memudahkan penulisan ini, penulis memberikan batasan ruang lingkup yang
hendak diteliti agar dapat memudahkan penulis dalam menjawab rumusan masalah yang
diajuakan. Adapun batasan tersebut yang berkaitan dengan judul upaya Indonesia Dalam
Meningkatkan Daya Saing Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Di Era
Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode 2004-2014.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penelitian dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi
dalam beberapa bab dimana diantara baba-bab tersebut memiliki kaitan satu sama lain
16
Pada BAB I Menjelaskan mengenai pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, kerangka pemikiran, hipotesa, metode penulisan, jangkauan penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II. Menjelaskan tentang sejarah pembentukan ASEAN, peran serta Indonesia dalam
pembentukan ASEAN, sejarah terbentuknya perdagangan bebas dan latar belakang
pembentukan AEC.
BAB III Menjelaskan pemasalahan yang masih dihadapi pemerintah Indonesia di era
Susilo Bambang Yudhoyono dalam menghadapi MasyaRakat Ekonomi ASEAN.
BAB IV Menjelaskan tentang upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan daya
saing menghadapi MEA, yang akan lebih eksplisit menjelaskan tentang
kebijakan-kebijakan dalam negeri Indonesia yang dilihat sebagai wujud kesiapan dan strategi
Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
1
BAB II
REGIONALISME DI KAWASAN ASIA TENGGARA MENUJU
MASYRAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
Pada bagian ini, pembahasan akan kita mulai dari tiga hal yang mendasar dan saling
keterkaitan, yakni definisi regionalisme, regionalisme di kawasan Asia Tenggara dan
pembentukan ASEAN, peran Indonesia dalam pembenrukan ASEAN serta perdagangan
bebas di kawasan Asia Tenggara dan pembentukan ASEAN Economic Community
(AEC).
A. Dinamika Pembentukan ASEAN
Kawasan Asia Tenggara secara geopolitik dan geoekonomi mempunyai nilai
strategis. Kondisi tersebut menyebabkan kawasan ini menjadi ajang persaingan pengaruh
ke-kuatan negara adidaya pada era Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur.
Salah satu bukti persaingan antarnegara adidaya dan kekuatan besar pada waktu itu
adalah Perang Vietnam antara Vietnam Utara yang didukung kekuatan Komunis dan
Vietnam Selatan yang didukung kekuatan Barat pimpinan Amerika Serikat. Persaingan
dua blok tersebut menyeret negara-negara di kawasan ASEAN menjadi basis kekuatan
militer Blok Komunis dan Barat. Blok Komunis di bawah komando Uni Soviet
menempatkan pangkalan militernya di Vietnam, sedangkan Blok Barat di bawah
komando Amerika Serikat menempatkan pangkalan militernya di Filipina. Selain terjadi
persaingan di bidang ideologi antara kekuatan Barat dan kekuatan Timur, juga terjadi
2
Kamboja, dan Vietnam konflik bilateral, seperti konflik antara Indonesia dan Malaysia,
Kamboja dan Vietnam; dan konflik internal, seperti di Kamboja, Thailand, dan Indonesia.
Pembentukan organisasi regional di kawasan Asia Tenggara di awali dengan
organisasi regional bentukan Amerika Serikat yakni SEATO ( South East Asia Treaty
Organization) pembentukan organisasi regional ini adalah merupakan upaya Amerika
Serikat untuk membendung pengaruh komunis di wilayah Asia Tenggara. Perang Dingin
yang terjadi pada dua negara adidaya dunia yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet
berdampak langsung terhadap negra-negara kawasan Asia Tenggara. Pembentukan SEATO yang diprakasai Amerika Serikat ini dapat kita katakan sebagai bentuk “aliansi”
Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara, karena pembentukan organisasi internasional
SEATO tidak berasal dari negara-negra yang berada di kawasan ini tapi atas dasar
prakarasa Amerika Serikat.
Pembentukan organisasi regional yang diprakasai negara-negara kawasan Asia
Tengara untuk pertama kalinya diawali dengan pembentukan Association of Southeast
Asia (ASA) yang didirikan pada tahun 1961. Namun pecahnya konflik antara Philipina
dan Malaysia pada tahun tersebut menghancurkan awal tersebut. Setelah berahirnya
ASA, Maphilindo kemudian muncul sebagai organisasi regional yang baru yang
merupakan kerjasama antara Malaysia, Philipina, dan Indonesia. Namun organisasi
regional ini kemudian hancur karena poliitk konfrontasi Indonesia di bawah Presiden
Soekarno yang menentang pembentukan negara Malaysia1. Upaya pembentukan
3
organisasi regional dikawasan ini memang mengalami pasang surut dikarenakan
pembentukan negara-negara di kawasan ini pada masa itu terbilang negara-negara baru
yang merdeka dari imperilaisme Barat, terlebih pada masa itu dua negara adikuasa dunia
terkukung dalam perang dingin yang berkepanjangan.
Meskipun mengalami kegagalan, upaya dan inisiatif tersebut telah mendorong para
pemimpin di kawasan untuk membentuk suatu organisasi kerja sama di kawasan yang
lebih baik. Untuk itu, Menteri Luar Negeri Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Thailand melakukan berbagai pertemuan konsultatif secara intens sehingga disepakati
suatu rancangan Deklarasi Bersama (Joint Declaration) yang isinya mencakup, antara
lain: kesadaran perlunya meningkatkan saling pengertian untuk hidup bertetangga secara
baik dan membina kerja sama yang bermanfaat di antara negara-negara di kawasan yang
terikat oleh pertalian sejarah dan budaya. Untuk menindaklanjuti deklarasi tersebut, pada
tanggal 8 Agustus 1967, bertempat di Bangkok, Thailand, lima Wakil
Negara/Pemerintahan negara-negara Asia Tenggara, yaitu para Menteri Luar Negeri
Indonesia – Adam Malik, Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan dan
Menteri Pembangunan Nasional Malaysia Tun Abdul Razak, Menteri Luar Negeri Filipina – Narciso Ramos, Menteri Luar Negeri Singapura – S. Rajaratnam, dan Menteri
Luar Negeri Thailand – Thamat Khoman melakukan pertemuan dan menandatangani
Deklarasi ASEAN (The ASEAN Declaration) atau Deklarasi Bangkok (Bangkok
Declaration). Deklarasi Bangkok tersebut menandai berdirinya suatu organisasi kawasan
yang diberi nama Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast
4
pertumbuhan ekonomi, mendorong perdamaian dan stabilitas wilayah, dan membentuk
kerja sama di berbagai bidang kepentingan bersama. ASEAN sendiri memiliki semboyan
satu visi (one vision), satu identitas (one identity), satu komunitas (one community).
Lambat laun organisasi ini mengalami kemajuan yang cukup signifikan di bidang politik dan ekonomi,
seperti disepakatinya Deklarasi Kawasan Damai, Bebas, dan Netral (Zone of Peace, Freedom, and Neutrality Declaration/ZOPFAN) yang ditandatangani tahun 1971. Kemudian, pada tahun 1976 lima negara anggota ASEAN itu juga menyepakati Traktat Persahabatan dan Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation/TAC) yang menjadi landasan bagi negara-negara ASEAN untuk hidup berdampingan secara damai.
Adapun proses penambahan keanggotaan ASEAN sehingga anggotanya 10 negara adalah sebagai
berikut:
a. Brunei Darussalam resmi menjadi anggota ke-6 ASEAN pada tanggal 7 Januari 1984 dalam Sidang
Khusus Menteri-Menteri Luar Negeri ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting/AMM) di Jakarta, Indonesia. b. Vietnam resmi menjadi anggota ke-7 ASEAN pada tanggal 29-30 Juli 1995 dalam Pertemuan para
Menteri Luar Negeri ASEAN ke-28 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.
c. Laos dan Myanmar resmi menjadi anggota ke-8 dan ke-9 ASEAN tanggal 23-28 Juli 1997 dalam pada
Pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN ke-30 di Subang Jaya, Malaysia.
d. Kamboja resmi menjadi anggota ke-10 ASEAN dalam Upacara Khusus Penerimaan pada tanggal 30
April 1999 di Hanoi, Vietnam.
Dengan diterimanya Kamboja sebagai anggota ke-10 ASEAN, cita-cita para pendiri
ASEAN yang mencakup sepuluh negara di kawasan Asia Tenggara (visi ASEAN-10)
telah tercapai.2 Masuknya kamboja sebagai anggota tetap ASEAN dapat dilihat sebagai
2 Dian Djani Triansyah, ASEAN Selayang Pandang, Jakarta, Direktur JJendral Kerja sama ASEAN, edisi
5
wujud suksesi organasisasi kawasan yang mampu menarik negara-negara kawasan Asia
Tenggara.
a) Tujuan Dan Prinsip ASEAN
Tujuan ASEAN yang tertuang dalam Piagam ASEAN adalah sebagai berikut:
1. Memelihara dan meningkatkan perdamaian, keamanan, dan stabilitas, serta lebih
memperkuat nilai-nilai yang berorientasi pada perdamaian di kawasan.
2. Meningkatkan ketahanan kawasan dengan memajukan kerja sama politik, keamanan,
ekonomi, dan sosial budaya yang lebih luas.
3.Mempertahankan Asia Tenggara sebagai Kawasan Bebas Senjata Nuklir dan bebas dari
semua jenis senjata pemusnah massal.
4. Menjamin bahwa rakyat dan Negara-Negara Anggota ASEAN hidup damai dengan
dunia secara keseluruhan di lingkungan yang adil, demokratis, dan harmonis.
5. Menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur, sangat kompetitif,
dan terintegrasi secara ekonomis melalui fasilitasi yang efektif untuk perdagangan dan
investasi, yang di dalamnya terdapat arus lalu lintas barang, jasa-jasa dan investasi yang
bebas; terfasilitasinya pergerakan pelaku usaha, pekerja profesional, pekerja berbakat
dan buruh; dan arus modal yang lebih bebas.
6. Mengurangi kemiskinan dan mempersempit kesenjangan pembangunan di ASEAN
melalui bantuan dan kerja sama timbal balik.
7. Memperkuat demokrasi, meningkatkan tata kepemerintahan yang baik dan aturan
kebebasan-6
kebebasan fundamental dengan memperhatikan hak dan kewajiban dari
Negara-Negara Anggota ASEAN.
8. Menanggapi secara efektif, sesuai dengan prinsip keamanan menyeluruh, segala
bentuk ancaman, kejahatan lintas-negara dan tantangan lintas-batas.
9. Memajukan pembangunan berkelanjutan untuk menjamin perlindungan lingkungan
hidup di kawasan, sumber daya alam yang berkelanjutan, pelestarian warisan budaya,
dan kehidupan rakyat berkualitas tinggi.
10. Mengembangkan sumber daya manusia melalui kerja sama yang lebih erat di bidang
pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat, serta di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, untuk pemberdayaan rakyat ASEAN dan penguatan Komunitas ASEAN.
11.Meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak bagi rakyat ASEAN melalui
penyediaan akses yang setara terhadap peluang pembangunan sumber daya manusia,
kesejahteraan sosial, dan keadilan.
12.Memperkuat kerja sama dalam membangun lingkungan yang aman dan terjamin bebas
dari narkotika dan obat-obat terlarang bagi rakyat ASEAN.
13.Memajukan ASEAN yang berorientasi kepada rakyat yang di dalamnya seluruh lapisan
masyarakat didorong untuk berpartisipasi dalam, dan memperoleh manfaat dari, proses
integrasi dan pembangunan komunitas ASEAN.
14.Memajukan identitas ASEAN dengan meningkatkan kesadaran yang lebih tinggi akan
7
15.Mempertahankan sentralitas dan peran proaktif ASEAN sebagai kekuatan penggerak
utama dalam berhubungan dan bekerja sama dengan para mitra eksternal dalam
arsitektur kawasan yang terbuka, transparan, dan inklusif.
Sementara itu, dalam mencapai tujuan tersebut di atas, negara-negara anggota
ASEAN memegang teguh prinsip-prinsip dasar berikut:
1. Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah, dan identitas
nasional seluruh Negara-Negara Anggota ASEAN.
2. Memiliki bersama dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan perdamaian,
keamanan, dan kemakmuran di kawasan.
3. Menolak agresi dan ancaman atau penggunaan kekuatan atau tindakan-tindakan lainya
dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan hokum internasional.
4. Mengedepankan sengketa secara damai
5. Memegang teguh prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri negara-negara
Anggota ASEAN.
6. Menghormati hak setiap Negara Anggota untuk menjaga eksistensi nasionalnya bebas
dari campur tangan eksternal, subyersi, dan paksaan.
7. Meningkatkan konsultasi mengenai hal-hal yang secara serius mempengaruhi
kepentingan bersama ASEAN.
8. Memegang teguh pada aturan hukum, tata kepemerintahan yang baik, prinsip-prinsip
demokrasi dan pemerintahan yang konstitusional.
9. Menghormati kebebasan fundamental, pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia,
8
10.Menjunjung tinggi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional,
termasuk hukum humaniter internasional, yang disetujui oleh Negara-Negara Anggota
ASEAN.
11.Memegang teguh prinsip tidak turut serta dalam kebijakan atau kegiatan apa pun,
termasuk penggunaan wilayahnya, yang dilakukan oleh Negara Anggota ASEAN atau
Negara non-ASEAN atau subjek non-negara mana pun, yang mengancam kedaulatan,
integritas wilayah atau stabilitas politik dan ekonomi Negara-Negara Anggota ASEAN.
12.Menghormati perbedaan budaya, bahasa, dan agama yang dianut oleh rakyat ASEAN
dengan menekankan nilai-nilai bersama dalam semangat persatuan dalam
keanekaragaman.
13.Mengutamakan sentralitas ASEAN dalam hubungan eksternal di bidang politik,
ekonomi, sosial dan budaya, dengan tetap berperan aktif, berpandangan ke luar, inklusif
dan nondiskriminatif.
14.Memegang teguh prinsip berpegang teguh pada aturan perdagangan multilateral dan
rezim yang didasarkan pada aturan ASEAN untuk melaksanakan komitmen ekonomi
secara efektif dan mengurangi secara progresif ke arah penghapusan semua jenis
hambatan menuju integrasi ekonomi kawasan dalam ekonomi yang digerakkan oleh
pasar.
Tujjuan dan prinsip di atas dapat di;ihat sebagai keseriusan ASEAN dalam meningkatkan
eksistensi dan kesejahteraan negara anggota ASEAN.
b) Struktur ASEAN
9
1. Summit meeting, merupakan pertemuan para kepala Negara dan Pemerintahan yang
merupakan kekuasaan tertinggi di ASEAN. KTT ini diadakan apabila dianggap perlu
untuk memberikan pengarahan pada ASEAN.
2. Annual ministerial meeting, merupakan pertemuan tahunan para menteri luar negeri
negara-negara ASEAN guna merumuskan kebijakan dan koordinasi berbagai kegiatan
ASEAN.
3. Sidang para mentri ekonomi, yang diadakan dua kali dalam setahun yang berfungsi
untuk merumuskan kebijakan dan koordinasi khusus masalah kerja sama dalam bidang
ekonomi serta mengevaluasi kinerja berbagai komite di bawahnya. Terdapat lima
komite yang berada di bawah koordinasi para mentri ekonomi, yakni Komite
Perdagangandn Pariwisata, Komite Keuangan dan Perbangkan, Komite Pangan,
komite Pertanian dan Kehutanan, dan Komite Transportasi dan Komunikasi. Program
kegiatan ekonomi yang dibangun ASEAN meliputi kerja sama menyangkut komoditas
utama (masalah pangan dan energi), kerja sama industry dan perdagangan, pendekatan
bersama mengenai komoditi iinternasional dan persoalan ekonomi di luar kawasan
ASEAN, serta mekanisme kerja sama ekonomi ASEAN.
4. Sidang Para Mentri Non-Ekonomi yang berfungsi untuk merumuskan kebijakan yang
menyangkut bidang pendidikan, kesehatan sosial budaya, penerangan, perburuhan,
ilmu pengetahuan dan teknologi. Siding ini belum melembaga dan dilaksanakan bila
dianggap perlu. Adapu Komite yang berada di bawah kinerj mnetri nin -ekonomi
adalah Committee on Culture and Information (COCI), Committee of Scinece and
10
5. Standing Committee, merupakan badan yang membuat keputusan dan menjalankan tugas perhimpunan di antara buah siding tahunan para mentri luar negeri ASEAN.3
c) Arti Bendera Nama Dan Lambang ASEAN
Bendera ASEAN melambangkan ASEAN yang stabil, penuh perdamaian, bersatu,
dan dinamis. Adapun lambang ASEAN berada di tengah bendera ASEAN. Sedangkan
warna bendera dan lambang ialah biru, merah, putih, dan kuning masing-masing
mewakili warna dasar setiap bendera negara anggota ASEAN. Warna biru pada lambang
ASEAN melambangkan perdamaian dan stabilitas, merah melambangkan semangat dan
kedinamisan, putih menunjukan kesucian, dan kuning yang merupakan simbol
kemakmuran. Ikatan rumpun padi melambangkan harapan para tokoh pendiri ASEAN
agar asosiasi itu secara bersama-sama terikat dalam persahabatan dan kesetiakawanan
soasial, sedangkan lingkaran melambangkan kesatuan ASEAN.4 Dari pemaknaan filosofis lambang dan arti bendera tersebut, maka dapat kita tari kesimpulan bahwa
ASEAN berdiri sebagai wadah dalam penyatuan pluralisme, organisasi kawasan yang
diharapkan mampu berdidiri sebagai wadah dalam menciptakan kemakmuran bersama,
setra organisasi kawasan yang berdiri dalam garda depan dalam menciptakan perdamaian
di kawasan.
B. Peranserta Indonesia Dalam Pembentukan ASEAN
Setelah Proklamasi kemerdekaan disiarkan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik
Indonesia mulia didirikan meski pada masa itu peperangan memmpertahankan satu
11
negera yang berdaulat itu terus berlanjut hingga tahun 1949. Naiknya Soekarno dan
Muhammad Hatta sebagai presiden dan wakil presiden memegang kunci penting arah
kebijakan luar negeri Indonesia. Pada pemerintahan Soekarno yang lebih kita kenal
dengan sebutan Orde Lama, politik luar negeri Indonesia lebih mengedepankan politik
sebagai ujung tombak pembangunan. Soekarno memandang bahwa ancaman kedaulatan
RI berasal dari luar. Politik konfrontasi Soekarno kepada Malaysia yang mengcurigai
pembentukan Malaysia sebagai kaki tangan Inggris.
Politik luar negeri Indoneesia era Soekarno di kawasan Asia Tenggara bisa dikatakan
tidak begitu menonjolkan kedekatan. Pembentukan Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara (ASA) misalnya tidak cukup sukses karena Soekarno menolak untuk bergabung
sebagai anggota ASA tersbut. Memasuki era pemerintahan Soeharto. Retorika dan gaya
kepemimpinan Soekarno yang mengedepankan politik mulai ditinggalkan. Soeharto
mulai memperbaiki hubungan kepada negra-negra yang berada di kawasan Asia
Tenggara seperti Malaysia.
Dalam suatu pernyataan yang disampaikan di depan Dewan Perwakilan Rakyat pada
tanggal 16 Agustus, Soeharto mnjelaskan syrat-syarat persetujuan untuk membawa
konfrontasi ketahap akhir, Soeharto menggungkapkan minat terhadap kerja sama
kawasan dalam bentuk yang seepenuhnya konsiten dengan pandangan tentang tata tertib kawasan. Di berjanji. “apabila masalah Malaysia ini telah di selesaikan kita dapat
melangkah kearah kegiatan-kegiatan dalam bidang kebijaksanaan luar negeri yang
menjalin kerja sama yang erat berdasarkan prinsip saling menguntungkan antara
12
dalam lingkup yang lebih luas untuk mencapai suatu Asia Tenggara yang bekerja sama
dalam berbagai bidang, terutama bidang-bidang ekonomi, teknik, dan budaya.5
Pada masa pemerintahan Soeharto kawasan Asia Tenggara merupakan prioritas
utama politik luar negeri Indonesia. Pembentukan suatu kerja sama kawasan akhirnya
terwujud dalam bentuk regionalisme kawasan yang lebih tinggi. Kerja sama kawasan
yang diimpikan itu terwujudkan pada deklarasi Bangkok pada 16 Agustus 1967.
Indonesia pada masa itu diwakili oeh Menteri luar negeri dari kalangan sipil, yakni Adam Malik. Sebelumnya, Adam Malik telah menegaskan dalam penyampaianya “pemerintah
tetap memegang pandangan bahwa keamanan dan keamanan di Asia Tenggara
merupakan tanggung jawab neegara-negara di kawasan ini. Pangkalan militer asing tak
mempunyai sumbangan positif terhadap perdamaian dan keamanan tetapi malahan
sebaliknya mengancam perdamaian dan keamanan tersebut.6
Visi yang detegaskan oleh Adam Malik inilah yang kemudian di wujudkan dalam
bentuk penandatanganan deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967, bertempat di
Bangkok, Thailand, lima Wakil Negara/Pemerintahan negara-negara Asia Tenggara,
yaitu para Menteri Luar Negeri Indonesia – Adam Malik, Wakil Perdana Menteri
merangkap Menteri Pertahanan dan Menteri Pembangunan Nasional Malaysia Tun Abdul
Razak, Menteri Luar Negeri Filipina – Narciso Ramos, Menteri Luar Negeri Singapura –
S. Rajaratnam, dan Menteri Luar Negeri Thailand – Thamat Khoman melakukan
pertemuan dan menandatangani Deklarasi ASEAN (The ASEAN Declaration) atau
Deklarasi Bangkok (Bangkok Declaration). Deklarasi Bangkok tersebut menandai
5Ibid
13
berdirinya suatu organisasi kawasan yang diberi nama Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN).
C. Liberalisasi Perdagangan Di Kawasan Asia TenggaraDari ASEAN Free Trade
Area (AFTA) Menuju ASEAN Economic Community (AEC)
Liberalisasi di dalam ASEAN pada awalnya dimulai pada awal pembentukan
ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang kemudian menjadi cikal bakal pembnetukan
ASEAN Economic Community yang lebih komperenshif. Pada baian ini, kita akan
membahas tentang liberalisasi perdagangan yang ada dalam ASEAN yang diawali dari
pembentukan AFTA tersebut yang kemudian menuju kerjasama kawasan yang lebih
konperenshif yang diwujudkan dalam satu Komunitas Ekonomi ASEAN.
a) Pembentukan AFTA
Liberalisasi perdagangan yang kemudian lebih kita kenal dengan penyebutan pasar
bebas berawal dari pendekatan liberalisme interdependensi yang memperhatikan secara
khusus pada hubungan ekonomi dalam pertukaran dan ketergantungan antara rakyat dan
pemerintah. Paham liberal dalam Hubungan Internasional (HI) berpendapat bahwa
prncapaian kepentingan bisa dicapai dengan kesalingtergantungan. Sebelum kita
membahas lebih jauh tentang liberalisasi perdagangan di kawasan Asia Tenggara,
penjelasan secara definitif dan konseptual apa yang dimaksud dengan perdagangan bebas
perlu untuk disampaikan. Menurut Jagdish Bhagwati pasar bebas merupakan soal
berbagi hasil dalam proses pertukaran.7 Munculnya fenomena perdagangan bebas di kawasan menjadi satu telaah teoritik yang menarik dalam studi HI.
14
Suksenya integrasi ekonomi di kawasan Eropa menjadi salah satu contoh dari suksesi
integrasi di kawasan tersebut. Perjanjian Masyarakat Ekonomi Eropa di tandatangani
pertama kali pada 25 Maret 1957 Roma. Selain mengesahkan perjanjian Masyarakat
Ekonomi Eropa, disahkan juga Energi Atom Eropa. Kedua perjanjian tersebut mulai
berlaku tahun 1958. Suksenya integrasi yang terjadi dalam Uni Eropa menjadi contoh
bagi kawasan Asia Tenggara, yakni ASEAN.
Liberalisasi perdagangan di kawasan Asia Tenggara dimulai pada pembentukan
ASEAN Free Trade Area (AFTA)8 yang disepakati pada tahun 1992. Pembentukan AFTA
didasari atas beberapa faktor. Pertama berakhirnya konflik Kamboja yang mana arah
baru mempertahankan relevansi ASEAN dari isu tantangan politik dan militer pasca
perang dingin ke isu ekonomi yang mencuat dalam ASEAN. Kedua, dorongan Singapura
yang mengandalkan perdagangan bebas mendorong terbentuknya satu kerja sama
ekonomi yang lebih terbuka dan liberal. Ketiga, keinginan yang kuat untuk mendatangkan
para investor asing. Dan keempat, terdorong atas motivasi tumbuhnya blok ekonomi
regional di kawasn lain9.
Tujuan akhir dari kesepakatan AFTA adalah meningkatkan daya saing di kawasan
regional sebagai basis produksi untuk pasar dunia. Terbentuknya AFTA di kawasan ini
dilihat sebagai respon dan langkah persiapan untuk bisa bersaing dalam menghadapi
globalisasi ekonomi. Penciptaan pasar bebas pada AFTA dilakukan dengan penghapusan
hambatan tarif dan non-tarif di antara anggota ASEAN. Selain dari penurunan tarif bagi
8 Pembentukan AFTA dalam ASEAN pada saat penandatanganan 1992 belum melibatkan Vietnam, Laos, Kamboja, dan Miyanmar
15
produk yang diperdagangkan di kawasan ASEAN melalui skema CEPT (Common
Effective Preferential Tariff), pembentukan AFTA juga dimaksudkan untuk menciptakan
pasar yang lebih besar sehingga dapat bersaing dengan China dan sekaligus menarik
investasi asing.10 Namun perlu digaris bawahi bahwa pembentukan AFTA bukan sebagai pembentukan pasar yang seluas luasnya. Negara masih masih melindungi industri dalam
negerinya. Pembentukan AFTA dalam ASEAN ini kemudian menjadi landasan ASEAN
untuk membentuk integrasi ekonomi yang lebih mantap dengan pembentukan ASEAN
Economic Community yang disepakati pada Concord II Bali 2003.
b) Pembentukan ASEAN Economic Community (AEC)
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa integrasi ekonomi yang terjadi dalam
ASEAN di mulai sejak pembentukan AFTA. Pembentukan integrasi yang lebih tinggi
dalam ASEAN kemudian diwujudkan dalam bentuk pengesahan Komunitas ASEAN
(ASEAN Community) yang disahkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bali
2003. Pembentukan komunitas ini bertujuan untuk mengembangkan suatu komunitas
negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil, dan sejahtera, saling peduli,
dan diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis tahun 2020. Harapan dan tujuan
tersebut kemudian dituangkan dalam visi ASEAN 2020 yang ditetapkan oleh para
Kepala Negara atau Pemerintahan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di
Kuala Lumpur tanggal 15 Desember 1997. Untuk merealisasikan harapan tersebut,
ASEAN mengesahkan Bali Concord II pada KTT ASEAN ke-9 di Bali tahun 2003
10 Yasmin Sungkar,Pola Integrasi Ekonomi Di Kawasan Asia Timur, 2009, Jakarta, Departemen Luar
16
yang menyepakati pembentukan komunitas ASEAN (ASEAN Community). Komunitas
ASEAN pada perjanjian tersebut terdiri atas 3 (tiga) pilar, yaitu Komunitas
Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN Political-Securiy Community/APSC), Komunitas
Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/aec), Komunitas Sosial Budaya
ASEAN (ASEAN Socio-Culture/ASCC).
Dalam pembahasan ini, akan lebih kita fokuskan pada pembentukan ASEAN
Economic Community. ASEAN Economic Community telah menjadi prioritas utama
ASEAN untuk mewujdkan integrasi ekonomi kawasan dengan cetak biru Komunitas
Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community Blue Print) yang disepakati pada
pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN ke-39 tahun 2007. Cetak biru Komunitas
Ekonomi ASEEAN pada pertemuan tersebut menyepakati peta jalan untuk integrasi
sektor jasa logistik ASEAN sebagai sektor prioritas ke-12 untuk integrasi ASEAN.
Ke-12 sektor prioritas yang dimaksud adalah produk-produk berbasis pertanian,
peralatanan udara, otomotif, e-ASEAN elektronik, perikanan, kesehatan, produk karet
dan turunannya, tekstil, pariwisata, produk kayu dan jasa logistik.
Ke-12 prioritas di atas dicanagkan agar sektor-sektor ini berintegrasi dan
negara-negara anggota ASEAN akan mengembangkan keunggulan sektor-sektor tersebut
dengan menarik investasi dan perdagangan di dalam ASEAN. Selain itu, dilakukan
pengembangan terhadap sektor prioritas pangan, pertanian dan kehutanan. Hal ini
bertujuan agar negara-negara anggota ASEAN dapat fokus kepada hasil produksi
mereka dan dapat melakukan tukar-menukar barang sesama negara anggota ASEAN
17
cetak biru ASEAN economic Community dapat kita lihat pada tabel di bawah yang
[image:45.612.114.508.181.588.2]dibagi berdasarkan jenis dan negara-negara coordinator.
Tabel 1: daftar prioritas
No Daftar Prioritas
Integrasi
Negara Koordinator
1 Agro-Based Product and
Fisheries
Myanmar
2 Air Travel and Tourism Thailand
3 Automotives, and Wood
baseed products
Indonesia
4 e-ASEAN and Healtcare Singapore
5 Electronics Filipina
6 Rubber baseed product,
Textile and Apparels
Malaysia
7 Logistics Vietnam
Tujuan dari cetak biru AEC adalah bagaimana liberalisasi yang dijalankan dengan
semangat kompotisi yang tinggi dan integrasi penuh dalam perekonomian global.
18
trensportasi yang terintegrasi, yakni Udara ,Laut, dan Darat, menggembangkan sistem
Information And Communication Technologies (ICT) yang terintegrasi, mmbangun
proyek-proyek jaringan listrik dan pipa gas dengan mngundang pihak swasta untuk
pembiayaan pembangguan infrastruktur tersebut melalui skema kerjasama Public
Private Partnership (PPP).
Dalam pengesahan Cetak Biru Komunitas ASEAN (ASEAN Blue Print),
disepakati 4 (empat) karakteristik utama , yakni untuk mewujdkan ASEAN sebagai:
1. Pasar tunggal dan basis produksi, dengan 5 (lima) elemen utama yaitu; (i) aliran
bebas barang, (ii) aliran bebas jasa, (iii) aliran bebas investasi, (iv) aliran bebas
tenaga kera terampil, dan (v) aliran modal yang lebih bebas. Di kelima elemen
tersebut, pasar tunggal dan bebas produksi juga mncakup 2 (dua) komponen
penting lainya, yaitu Ssektor integrasoi Prioritas (Sector Integration Priority/ PIS)
dan kerjasama di bidang pangan, pertanian, dan khutanan.
2. Kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, dengan 6 (enam) elemen utama
yaitu: (i) kebijakan persaingan usaha,(ii) perlindungan konsumen, (iii) hak atas
kekayaan intelektual (HKI), (iv) pembangunan infrastruktur, (v) perpajakan dan
(vi) e-commerce
3. Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara, dengan 2 (dua) elemen
utama yaitu; (i) pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM), dan (ii) inisiatif
19
4. Kawasan yang terintegrasi ke dalam ekonomi global, dengan 2 (dua) elemen utama
yaitu: (i) pendekatan terpadu terhadap ekonomi di luar kawasan, dan (ii)peningkatan
partisipasi dalam jaringan pasokan global.11
Keempat karakteristik di atas memiliki kaitan erat dan saling memperkuat satu
sama lain untuk meewujudkan ASEAN sebagi pasar tunggal dan basis produksi. Untuk
mewujdkan hal itu, ASEAN harus memiliki daya saing tinggi dengan kawasan lain
serta harus memperkecil kesenjangan pembangunan yang terjadi dalam negara-negara
anggota ASEAN dalam mewujudkan ASEAN sebagai pasar tunggal yang berdaya
saing tinggi.
Seperti yang telah disebutkan di awal, bahwa pembentukan ASEAN Economic
Community adalah merupakan sala satu pilar utama ASEAN Community namun
ASEAN Economic Community memiliki lima pilar sendiri, yakni:
1. Aliran bebas barang (free movement of goods and services) pola ini
memungkinkan terjadinya pergerakan barang-barang dan jasa tanpa ada hambatan
(pajak bea masuk, tarif, dan quota), yang merupakan bentuk lanjut dari kawasan
perdagangan bebas sebagaimana AFTA dengan menghilangkan segala bentuk
hambatan yang tersisa.
2. Alian bebas jasa (freedom of establishment and provision of services and mutual
recognition of diplomas) pilar ini menjamin setiap warga negara ASEAN akan
bebas membuka praktek layanan di setiap wilayah ASEAN tanpa ada diskriminasi
kewarganegaraan.
20
3. Aliran bebas investasi (free for invesment) pilar ini menjadikan seluruh negara
anggota ASEAN bebas berinvestasi di negra ASEAN lainnya.
4. Aliran bebas tenaga kerja trampil (freedom of movement for skilled and talented
labours) pilar ini dimaksudkan untuk mendorong terjadinya mobilitas tenaga kerja
sesuai dengan tuntutan pasar dan memberi kesempatan kepada setiap pekerja untuk
menemukan pekerjaan terbaik sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki.
5. Aliran bebas modal (free flow of capital) konsep ini akan menjamin bahwa modal
atau kapital akan bisa berpindah secara leluasa diantara negara-negara anggota
ASEAN, yang secara teoritis memungkinkan adanya penanaman modal secara
bebas dan efisiens.12
c) Realisasi ASEAN Economic Community (AEC)
Untuk mewujudkan ASEAN Economic Community (AEC), ASEAN
memperhatikan perbedaan tingkat pembangunan dan kesiapan masing-masing
negara anggota ASEAN melalui penerapan ASEAN Minus X. untuk meningkatkan
kerjasama di sektor jasa, ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS)
adalah langkah untuk menigkatkan kerjasama di sektor jasa melalui penghapusan
perdagangan jasa intra regional yang akan mempermudah aliran jasa.adapun sektor
yang telah dicapai dalm pembahasan AFAS, yakni angkutan udara, jasa bisnis,
konstruksi, keuangan, angkutan laut, telekomunikasi, dan pariwisata. Paket-paket
ini adalah rincian dari komitmen setiap negara anggota kepada negara anggota
ASEAN lainya. Proses ASEAN Minus X diberlakukan untuk mempercepat
12 Skripsi Rosy Nurfutasari, Kesiapan Thailand Dalam Menghadapi ASEAN Economic Communty,
21
capaiannya. Formula ini mengijinkan negara anggota yang telah siap melakukan
liberalisasi sektor jasa tertentu untuk berjalan terlebih dahulu, kemudian diikuti
negara anggota lainya.13 Penerapan formula ASEAN minus X ini diharapkan negara anggota yang menyusul dikemudian dapat mengejar ketertinggalan.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa dalam Masyrakat Ekonomi
ASEAN memiliki lima pilar utama dalam pengintegrasian, yakni: aliran bebas
barang, aliran bebas jasa, aliran bebas investasi, aliran tenaga kerja terampil, dan
aliran bebas modal. Kita akan mencoba membahas satu persatu bagaimana realisasi
dan perkembangan tersebut.
a. Aliran Bebas Barang
Aliran bebas barang merupakan sala satu elemen utama dalam cetak biru AEC
untuk mewujudkan AEC sebagai pasar tunggal dan basis produksi. Untuk
mewujudkan hal tersebut, ASEAN telah menbuat dan menyepakati ASEAN Trede
in Goods Agreement (ATIGA) pada pertemuan KTT ASEAN ke-14 di Thailand.
ATIGA ini merupakan kodefikasi atas seluruh kesepakatan ASEAN dalam
liberalisasi dan fasilitasi perdagangan barang (Trade in Goods). ATIGA tediri dari
11 Bab, 98 pasal dan 10 lampiran, yang antara lain mencakup prinsip-peinsip umum
perdangangan internasional (non-discrimination ), liberalisasi tarif, pengaturan
non-tarif, ketentuan asal barang, fasilitasi perdagangan, kepabeanan, standar
regulasi teknis, dan prosedur pemeriksaan penyesuaian, serta kebijakan pemulihan
perdagangan. ATIGA yang telah disepeakati tersebut bertujuan untuk:14
13 C. P. F. Luhulima, Op,. Cit, hal.56-57
22
1. Mewujudkan kawasan arus barang yang bebas sebagai salah satu prinsip untuk
membentuk pasar tunggal dan basis produksi dalam AEC 2015 yang dituangkan
dalam cetak biru AEC.
2. Meminimalkan hambatan dan memperkuat kerjasama diantara negara-negara
anggota ASEAN.
3. Menurunkan biaya usaha
4. Meningkatkan perdagangan dan investasi dan efisiensi ekonomi
5. Menciptkan pasar yang lebih besar dengan kesempatan dan skala ekonomi yang
lebih besar untuk para pengusaha di negara-negara anggota ASEAN
6. Menciptakan kawasan investasi yang kompotitif
Dalam mewuudkan aliran bebas barang dan basis produksi tersebut,
negara-nega