• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA INDONESIA DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI ERA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA INDONESIA DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI ERA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

UPAYA INDONESIA DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI ERA

PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Indonesian Efforts To Enhance Competitiveness To Facing ASEAN

Economic Society Under The Susilo Bambang Yudhoyono

Admintstration Era

Disusun Oleh : SAPRIANSYAH

20120510241

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

SKRIPSI

UPAYA INDONESIA DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING

MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

DI ERA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Indonesian Efforts To Enhance Competitiveness To Facing ASEAN

Economic Society Under The Susilo Bambang Yudhoyono

Admintstration Era

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik S-1 pada Program Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Disusun Oleh :

SAPRIANSYAH

20120510241

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI

Bismillahirahmanirahim,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SAPRIANSYAH

Nim : 20120510241

Judul Skripsi :UPAYA INDONESIA MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI ERA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil penelitian, penulisan, dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain, saya akan memberikan sumber yang jelas. Apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana S-1 yang telah diperoleh karena karya tulis ini, dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Muhhammadiyah Yogyakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Yogyakarta, 30 Agustus 2016

Yang menyatakan,

(4)

iii

HALAMAN MOTTO

Berfikir adalah sebaik-baik usaha

Issak Sapriansyah

Ilmu adalah sebaik-baik warisan

Issak Sapriansyah

Jika kita mengawalinya dengan buruk,

kita hanya perlu menyelesaikannya

dengan baik

Issak Sapriansyah

Jika kita berfikir tidak diberikan

kepintaran lebih oleh tuhan, maka

cobalah untuk memamfaatkan apa yang

kita anggap sebagai kekurangan kita,

karena kelebihan terkadang hadir dalam

wujud kekurangan

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk ayahanda H. DG Mamase dan ibunda tercinta Hj Dg Tabungga

Saudara-saudara penulis yakni: Abdul Basir, Hamsiri, M. Cakur, M. Rafik, Kak Yoz,

Hasnawati, dan Kasmawati

Kepada dosen pembimbing, Dian Azmawati., SIP, M.A, kepada Ketua Prodi,

ibuk Dr. Nur Azizah, M.Si dan seluruh dosen Ilmu Hubungan Internasional yang telah

banyak memberikan penulis pemahaman baru tentang dunia HI,

Untuk saudara-saudara dan teman seperjuangan di Jogja, A.Muh Sakti, Abbie

Anggara, Brahma Kusuma Wardana, Hendy, Jeffry, Yasir Qorib, Raditia Sapta

Candra, Telo, Dani Bangka dan seluruh teman-teman kelas D yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Tentunya akan tidak pantas jika penulis tidak menyebutkan

setiap nama-nama yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini, serta

telah banyak membantu penulis dalam memperoleh Ilmu, namun penulis haturkan

banyak terima kasih sedalam dalamnya. Saya harap agar mereka suka dan menerima

penghargaan dan ucapan terima kasih tanpa menyebutkan namanya, oleh karena

(6)

v

KATA PENGANTAR

Integrasi dalam satu kawasan telah menjadi satu pokok bahasan yang menarik

dalam kajian studi Ilmu Hubungan Internasional sebagaimana yang telah di teliti oleh

kelompok Fungsionalis maupun Neofungsionalisme. Diantara penulis-penulis

fungsionalis yang lebih dahulu telah melakukan penelitian tentang Integrasi kawasan

sebut saja Hernest, Josep Nye, Karl Dutch, dan masih banyak penulis lainnya yang

telah banyak menelaah tentang integrasi. Suksenya integrasi di kawasan Eropa

seakan-akan telah memberikan efek langsung pada kawasan lainnya untuk

menyesuaikan diri agar tetap mampu bertahan dalam sebuah rezim yang saat ini

berada dalam cengkraman Kaitalsime. ASEAN adalah salah satu contoh lain dalam

kasus integrasi kawasan. Organisasi yang awalnya dibentuk pada tahun 1976 ini, kini

telah melangkah jauh dan memperlihatkan prilaku ovensifnya dalam menghadapi

rezim ssaat ini. ASEAN seperti yang kita ketahui telah membuat satu komunitas yang

kemudian kita kenal dengan komunitas Masyarakkat Ekonomi ASEAN (MEA) yang

menjadii satu langkah maju yang diambil melihat agresivitas negara-negara tetangga

sepeti China, Korea Selatan dan India kini tumbuh sebagai kekuatan ekonomi baru

paling tidak beberapa waktu kedepan bahkan menjaadi pesaing yang tidak hanya

dalam ekonomi, namun juga dalam hal politik khususnya di kawasan Asia. Sejumlah

negara-negara anggota ASEAN tentunya telah membpertimbangan dengan sangat

matang atas keikutsertaan mereka dalam satu komunitas ekonomi tersebut. Untuk itu

sejumlah langkah-langkah ataupun upaya telah diambil dan dijalankan oleh para

pengambil kebijakan.

Indonesia dalam posisi ini, harus mampu memposisikan diri sebagai negara

(7)

vi

memenangkan percaturan dalam pasar bebas MEA tersebut. untuk itu, maka penulis

berharap tulisan sederhana ini dapat bermamfaat sebagai bahan bacaan yang bagi

pengkaji studi kawasan Asia Tenggara dan peminat ekonomi politik internasional dan

yang ingin mencoba memahami MEA dan apa saja langkah-langkah yang telah

dilakukan oleh pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam meningkatkan daya

saing kita untuk menghadapi MEA tersebut. akhirnya penuulis sampaikan kepada para

pembaca semoga tulisan sederhana yang ada di tangan anda sekarang dapat

memberikan mamfaat atau paling tidak berperan sebagai pemanti agar kita dapat lebih

jauh memahami apa itu MEA dengan membaca rujukan-rujukan yang lain.

Yogyakarta, 01 September 2016

(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PENGESAHAN ………... ii

SURAT PERNYATAAN……….. iii

HALAMAN MOTTO

………....

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………....

v

KATA PENGANTAR………... vi

DAFTAR ISI………..

viii

DAFTAR TABEL

………...

x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ...……… 6

C. Kerangka Pemikiran ………. 7

D. Hipotesis ...……… 13

E. Metode Penelitian...………. 14

F. Jangkauan Penelitian………. 14

G. Sistematika Penulisan .………....……….. 14

BAB IIREGIONALISME DI ASIA TENGGARA A. Dinamika Pembentukan ASEAN…..………. 16

B. Peranserta Indonesia Dalam Pembentukan ASEAN ………. 25

(9)

viii BAB III PERMASALAHAN YANG MASIH DIHADAPI INDONESIA

A. Rendahnya Daya Saing Sumber Daya Manusia ……..………… 42

B. Infrastruktur ………. 45

C. Pengganguran ……….………. 52

BAB IV UPAYA INDONESIA DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING A. Pembentukan Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan MEA ... 56

B. Peenguatan Daya Saing Ekonomi ……….………... 58

C. Penguatan Daya Saing Usaha Kecil Dan Menengah (UMKM) ... 64

D. Perbaikan Iklim Investasi ………. 71

BAB V KESIMPULAN ………. 75

Lampiran……….. 78

(10)

ix

Daftar Tabel

Tabel 1: daftar prioritas …………...………...32

Tabel 2: Peringkat negara-negara ASEAN dalam indeks daya saing global ... 44

Tabel 3: Penduduk usia 15 ke atas menurut kegiatan utama ………..…. 54

(11)
(12)

1 Abstrak

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah langkah maju ASEAN dalam menciptakan satu kawasan perdagangan bebas di kwasan Asia Tenggara dengan mengacu pada lima pilar cetak biru, yakni: aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas modal, aliran bebas investasi, dan aliran bebas tenaga kerja terampil. Indonesia sebagai salah satu negara pendiri ASEAN tentunya harus bisa memamfatkan MEA tersebut dalam meningkatkan ekonomi negaranya. Beberapa langkah yang telah diambil oleh pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam rangka persiapan menghadi MEA tersbut, seprti membuat satu badan Komite Nsional persiapan pelaksanaan MEA yang dikoordinatori langsung oleh menko Perekonomian. Kemudian dalam meningkatkan daya saing ekonomi telah dituangkan dalam program MasterPlan Prcepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). penguatan disektor UMKM sebagai salah satu pendorong kamajuan ekonomi bangsa juga menjadi salah satu prioritas utama pemerintah dalam meningkatkan daya saing UMKM yang dituangkan dalam UU Nomor 20 tahun 2008. Perbaikan iklim investasi pada pemerintahan SBY juga menjadi program pemerintah dalam rangka persiapan menghadapi MEA tersubut agar dapat menarik para investor lokal maupun asing baik intra-ASEAN mupun diluar ASEAN yang dituangkan dalam UU penanaman modal Nomor 25 Tahun 2007. Langkah-langkah tersebut menjadi salah satu langkah utama pemertintah dalam menghadapi persiangan di kawasan maupun global.

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keterlibatan suatu negara di forum internasional di era globalisasi sekarang ini

mendesak suatu negara untuk melakukan kerjasama baik itu kerjasama bilateral,

multilateral, maupun kerjasama kawasan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

masing-masing antar negara yang terlibat. Keterbatasan dan ketidak tersediaan sumber

daya alam, sumber daya manusia, serta teknologi dan sebagainya yang merupakan faktor

pendukung kemajuan suatu bangsa menjadi dasar dari terjalinnya kerjasama tersebut.

Ilmu hubungan internasional kini semakin berkembang dan semakin kompleks.

Memasuki era globalisasi, kerjasama kawasan menjadi satu telaah yang menarik dalam

bidang studi hubungan internasioanal masa kini dalam menjawab tantangan dan masa

depan negra-negara yamg berperan sebagai aktor dalam hubungan internasional.

Kerjasama kawasan dalam bidang hubungan internasional dapat kita lihat seperti Uni

Eropa, yang kemudian dalam dasawarsa berikutnya membentuk integrasi ekonomi di

kawasan tersebut. Di kawasan Asia Tenggara, Association Of South-East Asian Nation

(ASEAN) yang berdiri sejak tahun 1967 adalah contoh lain kerjasama kawasan yang pada

awal pembentukannya ASEAN terdiri dari lima negara yakni Indonesia, Malaysia,

(14)

2

sebaliknya ia telah didahului dengan berbagai upaya pembentukan organisasi regional

yang lebih terbatas ruang lingkupnya.1.

Pada pertemuan puncak ASEAN di Bali tahun 2003 para pemimpin ASEAN

mendeklarasikan langkah-langkah awal menuju ASEAN Economic Community (AEC)

yang direncanakan akan tercapai pada 2020 yang dibentuk sebagai reaksi ASEAN

terhadap agresifitas China dan India yang sangat efektif dalam menarik investasi asing

langsung (FDI). ASEAN Economic Comunity adalah satu dari tiga pilar utama ASEAN

Community (ASEAN Security Community, ASEAN Economic Community, dan ASEAN

Socio-Cultural Community). AEC akan menjadi dasar bagi perdagangan barang, jasa,

investasi, teknologi, dan sumber daya manusia antar negara ASEAN.2 Setelah penandatanganan Cebu declaration on the acceleration of the establishment of an ASEAN

community by 2015 yang dilakukan oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ke 12

ASEAN di Cebu Filipina, pada tanggal 13 Januari 2007 lalu, pelaksanaan AEC

dipercepat menjadi 2015. ASEAN Economic Community (AEC) sendiri memiliki empat

pilar, yakni pasar tunggal ASEAN, pengembangan perekonomian di ASEAN,

pemerataan ekonomi dan peningkatan daya saing global.

Peran politik dan partisipasi Indonesia di kawasan Asia Tenggara mengalami pasang

surut ini dapat dilihat pada masa pemerintahn Soekarno yang agresif dan kerap

melancarkan politik konfrontasi membuat kerjasama di kawasan tersebut mengalami

pasang surut. Berbanding terbalik dengan penerusnya yakni Jendral Soeharto yang

1Untuk penjelasan tentang pembentukan ASEAN lihat Bambang Cipto, Hubungan Internasional Di Asia

Tenggara: Teropong Terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Cetakan Pertama 2007,hal.13

(15)

3

meninggalkan retorika kepeimpinan Soekarno. Pada kepemimpinan Soeharto, keharusan

praktis untuk menyusun kembali ekonomi domestik sebagai upaya mendapatkan

kepercayaan dari pihak pemerintah asing dan penanaman modal swasta karena pemulihan

dan pembangunan, pemerintah mengumumkan maksudnya untuk mengembalikan semua

perusahaan asing yang diambil alih pada masa konfrontasi. Pada bulan juni 1967, suatu

undang- undang penanaman modal asing ditetapkan yang berisi persyaratan-persyaratan

liberal bagi keterlibtan perusahaan asing dan dana luar negri untuk mempercepat

pembangunan di Indonesia.3 Pembangunan ekonomi yang liberal pada era Soeharto

terbilang sukses namun tidak terlepas dari kecaman masyarakat pada dasawarsa

berikutnya, karena korupsi yang tinggi pada era itu.

Peran politik luar negeri Indonesia pasca presiden Soeharto terfokus pada masalah

pemulihan ekonomi nasional yang hancur sebagai akibat dari krisis keuangan yang

menimpa Asia. Setelah isyu perang dingin mulai surut, isu internasional berubah dari isyu

Perang Dingin ke isu Hak Asasi Manusia (HAM). Berubahnya isu internasional

mendesak pemerintah Indonesia di bawah kepimimpinan Presiden Habibiee melepaskan

Timur-Timur yang semula menjadi wilayah negara Indonesia.

Di era pemerintahn Megawati yang berjalan singkat, Indonesia menggulirkan

gagasan tentang ASEAN Security Community dalam ASEAN Ministerial Meeting di

Pnomh Penh dan dalam pertemuan puncak ASEAN ke-7 di Bali pada oktober 2003

gagasan Indonesia disepakati dan ASEAN kembali mengusulkan ASEAN Economic

(16)

4

Community4. Memasuki pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, politik luar negeri

Indonesia mengedapkan pendekatan Soft Power dengan mottonya “Thousand Friends,

Zero Enemy”. Politik luar negeri Indonesia era Susilo Bambang Yudhoyono lebih

difokuskan pada ASEAN, hal ini dikarenakan indonesia telah menjadi bagian dari

ASEAN.

Pada pemerrintahn Susilo Bambang Yudhoyono, plitik luar ngri indonesia lebih

mengedpankan Soft Power dalam mencapi kpentingannya. Latar belakang militer

persiden Yudhoyono tidak lantas menjadikan indonesia sebagai pemerintahan yang

otoriter. secara garis besar politik luar negeri Susilo Bambang Yudhoyono memiliki tiga

tujuan utama, yakni pertama adalah untuk meningkatkan peranan Indonesia di dunia

internasional dalam rangka membina dan meningkatkan persahabatan dan kerjasama

yang saling bermanfaat antara bangsa-bangsa. Hal ini dapat kita lihat dengan aktifnya

indonesia dalam keanggotaan ASEAN, Susilo Bambang Yudhoyono sadar bahwa sebagai

anggota ASEAN, Indonesia harus bisa menjalin hubungan yang baik dengan

Negara-negara anggota ASEAN manapun Negara-negara di seluruh dunia. Kedua politik luar negeri

indonesia memiliki tujuan untuk memperkuat persatuan dan kerjasama di dalam bidang

ekonomi melalui kerjasama perdagangan maupun pertukaran barang. ketiga yaitu,

meningkatkan kerjasama antar negara untuk membuat suatu kondisi damai dan ketertiban

dunia demi kesejahteraan yang berdasarkan kemerdekaan dan keadilan sosial.

Dari motto ‘Thousand Friends, Zero Enemy” dan tujuan di atas politik luar negeri

Indonesia lebih mengedapankan soft power dalam mencapai kepentinganya. Dalam

(17)

5

kawasan ASEAN, Indonesia berperan serta dalam menyelesaikan masalah sengketa

perbatasan Indonesia dengan negara lain . Misalnya perbatasan dengan Malaysia, dan

Timor Leste. Capaian ini dapat kita lihat sebagai wujud suksesi politik luar negeri

Indonesia dengan menggunakan pendekatan Soft Power.

Kerja sama kawasan dalam bentuk regionalsme di kawasan ASEAN selalu menarik untuk

ditelaah, hal ini dikarnakan dalam tubuh ASEAN banyak badan-badan yang dinililai

tumpang tindih. ASEAN Economic Community (AEC) adalah salah satu bentuk integrasi

ekonomi yang ada di Kawasan ASEAN yang menarik untuk dikaji. Namun sbelum kami

memberikan paparan yang lebih jauh tentang ASEAN Economic Community, ada baiknya

kita jelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan integrasi itu. Menurut Martin

Grifiths, integrasi dapat didefinisikan dalam 4 (empat) hal, yaitu a) a movement towards

increased cooperation between states; (b) a gradual transfer of authority to

supranational institutions; (c) a gradual homogenisation of values; (d) the coming into

being of a global civilsociety and with it, the construction of new forms of political

Community.5

Masyarakat ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community, AEC), adalah bentuk

integrasi ekonomi yang berada di kawasan Asia Tenggara yang anggota-anggotanya

adalah negara-negara yang termasuk sebagai anggota ASEAN. ASEAN Economic

Community (AEC) bertujuan untuk membentuk pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara.

5Martin Griffiths and . Terry O’Callaghan, International Ralations: The Key Concepts, London,

(18)

6

Integrasi ini dicanangkan untuk menghilangkan hambatan-hambatan tarif (bea cukai)

dalam proses perdagangan internasional di kawasan tersebut yang berupa barang dan jasa

yang berperan sebagai faktor pendukung kemajuan suatu bangsa.

Pada Konfrensi Tingkat Tingg (KTT) Bali 2003 ASEAN Economic Community

menjadi salah satu pilar yang digagas dan dicanagkan ASEAN. ASEAN Economic

Community atau yang lebih dikenal masyarakat ekonomi ASEAN yang merupakan salah

satu dari 3 (tiga) pilar utama ASEAN tersebut memiliki 4 (empat) karakteristik utama,

yakni ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, ASEAN sebagai kawasan

ekonomi yang berdaya saing tinggi, ASEAN sebagai kawasan dengan pembangunan

ekonomi yang setara, dan ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi ke dalam ekonomi

global. Keempat karakteistik tersebut memiliki kaitan erat dan saling keterkaitan satu

sama lain yang bertujuan untuk mewujudkan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis

produksi, ASEAN harus memiliki daya saing ekonomi yang tinggi, baik secara individu

antara negara anggota maupun sebagai kawasan dalam persaingan dengan kawasan atau

negara lain. Untuk mewujdkan ASEAN Economic Community (AEC) ASEAN wajib

melaksanakan kebijakan sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi yang terbuka (open),

berwawasan keluar (outward-looking), inklusif (inclusive), dan berorientasi pada pasar

(market-driven) sesuai dengan aturan-aturan multilateral serta memperhatikan perbedaan

tingkat pembangunan dan kesiapan masing-masing negara anggota ASEAN melalui

penerapan ASEAN Minus X. Masyrakat Ekonomi ASEAN yang akan berlaku di tahun

2015 mencakup 5 (lima) pilar utama, yakni: aliran bebas barag, bebas jasa, aliran bebas

(19)

7

B. Rumusan Masalah

Dalam hal ini, hendak dilihat dan dijelaskan bagaimana upaya pemerintah Indonesia

era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono meningkatkan daya saing dalam

menghadapinya MEA tersebut?

C. Kerangka Pemikiran

Untuk membantu kita memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan

Masyrakat Ekonomi ASEAN, penjelasan ini tidak kita jelaskan dari pengertian

Masyarakat Ekonomi karena menurut hemat penulis untuk memahmi apa yang dimaksud

dengan Masyarakar Ekonomi itu harus dijelaskan dari pengertian integrasi dengan

mengunakan pendekatan kaum fungsionalisme. Adanya suatu komunitas dalam ASEAN

di awali dari adalah salahsatu bentuk dari integrasi. Begitupun dengan adanya Masyrakat

Ekonomi ASEAN juga bentuk dari sebuah integrasi. Konsep pengunaan istilah integrasi

dipakai untuk menggambarkan suatu proses menuju ataupun hasil akhir dari proses

penyatuan politik atas unit-unit yang semula terpisah6. Jadi intergrasi ekonomi dalam ASEAN yang kemudian membentuk ASEAN Economic Community dapat dipahami

sebagai penyatuan dari yang semula terpisah dalam lingkup ekonomi yang ada dan telah

ditetapkan ASEAN. Ada lima pilar utama yang ditetapkan dalam ASEAN menuju

integrasi tersebut, yakni aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas investasi,

aliran bebas tenaga kerja trampil, dan aliran bebas modal.

(20)

8

Untuk mempermudah penulisan, penulis menggunakan beberapa pendekatan atau

teori, yakni: Teori pembuatan kebijakan publik, teori ini lebih umum dan lebih mudah

untuk menjelaskan tentang kebijakan apa saja yangtelah diambil okeh pemerintah

indonesia. Kemudian yang kedua adalah konsep Investasi yang digunakan sebagai acuan

penulis dalam menjawab rumusan masalah yang diajukan.

1. Pasar Bebas

Pasca perang dunia ke-2 berahir berdampak pada politik dan ekonomi dunia yang

pada akhirnya timbul kritikan-kritikan dalam dunia HI yang berasal dari mazhab liberal

terhadap realisme, yang memandang pesimis terhadap tatanan dunia yang dinilia

konfliktual. Menurut paham liberal, bahwa tatanan dunia yang adil dan menguntungkan

tampaknya lebih menguntungkan bagi negata-negara ketimbang menciptakan

peperangan yang berdampak pada kekeacauan politik dan ekonomi dunia. Berangkat dari

asumsi di atas, timbulah para pemikir-pemikir liberal yang mengedepankan kerjasama

yang saling mnguntungkan seperti Norman Angel, yang beranggapan bahwa

interdependensi akan lebih menguntungkan bagi negara-negara yang terlibat.

Konsepsi ekonomi liberal tentang pasar bebas hal ini tidak terlepas dari pemikir klasik

Adam Smith, yang memberikan kebbasan terhadap individu dalam mengejar

kepentingannya dan memberikan batasan negara dalam keikutsertaannya mengatur pasar.

Lahirnya konsepsi pasar bebas dalam satu kawasan seperti kawasan Uni Eropa yang

kemudian mengalami kesuksesan di kawasan tersebut, menadi contoh bagi kawasan lain

yang ada di dunia untuk membentuk perdagangan bebas di kawasan yang dapat

(21)

9

Pasar bebas secara operasional dapat diartikan sebagai adanya bentuk prilaku para

ekonomi yang berinteraksi, dan pertukaran barang yang semakin tanpa rintangan yang

semakin baik bagi individu. Kemakmuran tidak tumbuh melalui intervensi negara, tetapi

dengan pembagian kerja dan ukuran pasar, sehingga pertukaran barang dan faktor

prduksi secara liberal diarahkan terjadi di seluuh dunia.7

Untuk memudahkan kita dalam menindak lanjuti pemahaman kita tentang apa yang

dimaksud dengan ASEAN Economuc Community, dan mengapa para negara-negara

anggota perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi AEC tersebut. Hal ini dapat kita

pahami dari pengertian yang lebih awal dan umum, yakni pengertian atau definisi dari

komunitas ekonomi (Economic Community). Pengertian komunitas ekonomi dalam hal

ini dapat kita artikan sebagai kelompok organisme yang dalam hal ini berupa

negara-negara yang saling berinteraksi di dalam daerah atau kawasan tertentu yang menyangkut

tentang masalah-masalah ekonomi yang biasanya berupa arus barang, jasa modal dan

sebagainya yang masih berkaitan dengan ekonomi. Pengertian yang secara konseptual

mengenai komunitas ekonomi ini memang tidak kita temukan, namun dalam hal ini dapat

kita lihat bagaimana aktualisasi dari komunitas ekonomi tersebut yang bisa kita lacak atau

temukan pada organisasi kawasan seperti Uni Eropa. Komunitas ekonomi yang ada di

Uni Eropa terkait dengan masalah arus barang, arus modal dan investasi, dan sebagainya.

Begitu juga dalam ASEAN Economic Community, yang di dalamnya terkait dengan satu

kominitas yang terdiri dari negara-negara anggota ASEAN yang saling berinteraksi

(22)

10

dalam hal arus bebas barang, arus bebas jasa, arus bebas modal dan arus bebas tenaga

kerja terampil. Dari sinilah kemudian dapat kita mengerti, bahwa komunitas ekonomi itu

adalah interaksi yang dilakukan oleh negara-negara yang berada pada wilayah tertentu

atau kawasan tertentu yang di dalamnya menyangkut permaslahan-permassalahan

ekonomi seperti yang telah kita singgung.

ASEAN Economic Community adalah salah satu bentuk dari liberalisasi ekonomi dan

perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara yang mengacu pada pilar-pilar AEC. AEC

adalah langkah maju ASEAN dalam menciptakan pasar bebas di kawasan Asia Tenggara

yang dapat mengguntungkan negara-neagara anggota dengan melakukan

langkah-langkah penghapusan biaya tarif dan kuota pada barang, penghapusan hambatan di

bidang jasa yang berupa pembatasan jumlah penyedia jasa, volume transaksi, dan jumlah

tenaga kerja serta pnghapusan bentuk diskriminatif yang ada di dalam negeri. Liberalisasi

ekonomi dan perdagangan dalam AEC juga meliputi aliran bebas investasi, dan aliran

bebas tenaga kerja terampil.

Dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kesiapan infrastruktur,

dan Sumber Daya Manusia (SDM) tampaknya menjadi salah satu faktor penting bagi

suatu negara dalam menghadapi MEA trsebut. Apa yang masih menjadi persoalan bagi

pemerintah Indonesia di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tidak terlepas

dari kedua hal tersebut, ditambah lagi dengan angka pengganguran yang masih tebilang

tinggi tampaknya menjadi masalah yang semakin pelik jiak pemerintah tidak segera

(23)

11

Rendahnya daya saing SDM dan masih tingginya angka pengganguran serta belum

baiknya infrasturktur fisik seperti jalan aya dan kelistrikan hal ini kemudian yang akan

kita bahas pada bab berikutnya yang ketiga hal tersebut dipandang sebagai persoalan yang

masih dihadapi pemerintah Indonesia dalam rangka menghadapi MEA tersebut.

2. Kebijakan Publik

Pressman dan Wildavsky mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu hipotesis

yang mengandung kondisi-kondisi awal dan akibat-akibat yang bisa diramalkan.

Kebijakan publik secara garis besar mencakup tahap-tahap perumusan masalah

kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan.8 James E. Anderson mendefinisikan kebijakan publik a relatively stable, purposive, course of action or

inaction followed by an actor or set of actors in dealing with problemor matter of

concern.9 Kebijakan suatu negara juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan internasional, seperti yang terlihat pada gambar di bawah.

8Budi Winarno dalam Kebijjakan Publik: Teori, Proses, dan Studi Kasus 2013, Yogyakarta, CAPS (Center

of Academic Publishing Service). hal

(24)

12 Lingkungan internasional

Sistem Politik A

Gambar 1. Sistem politik dengan lingkungannya

Pada gambar 1 di atas secara sederhana menunjukan bahwa suatu sistem politik

dikelilingi oleh lingkungan domestik maupun lingkungan internasional, bisa

mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh keadaan Lingkungan itu.10 Dalam kasus pengambilan kebijakan di Indonesia dalam hal ini upaya dalam menghadapi Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA) dapat kita simpulkan sebagai kebijakan yang diambil atas

pengaruh lingkungan internasional, yakni isu perdagangan bebas di kawasan ASEAN dan

10 Mohtar Mas’eod dan Colin Mac Andrews, Perbandingan Sistem Politik, 1978, Yogyakarta, Gadjah Mada

University Press, hal. 30

Lingkungan fisik, sosial, ekonomi regional

B C

(25)

13

kesiapan Thailand dan Singapura yang lebih dahulu mempersiapkan diri dalam

menghadapi MEA tersebut.

Adapun persiapan yang telah dilakukan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

dalam menghadapi MEA yakni dengan beberapa INPRES (instruksi presiden). Beberapa

INPRES tersebut adalah dengan membuat suatu badan komite nasional yang digagas

dalam rangka persiapan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang diberi

nama Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang

ditetapkan dalam keputusan Presiden (Kepres) Nomor 37 Tahun 2014.11 Pemerintahan

Susilo Bambang Yudhoyono juga mengeluarkan kebijakan pada tanggal 1 September

2014 dalam Instruksi Presiden No.6 Tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing dalam

Rangka Menghadapi MEA. Khusus di sektor Kementerian Perikanaan (KP), Inpres itu

melahirkan empat strategi, pertama, Pengembangan kelautan dan perikanan, dengan

fokus pada penguatan kelembagaan dan posisi kelautan dan perikanan, kedua, penguatan

daya saing kelautan dan perikanan, ketiga, penguatan pasar dalam negeri, dan keempat,

penguatan dan peningkatan pasar ekspor.

Kemudian, gagasan tentang Perencanaan Strategis Penguatan daya Saing Usaha

Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) untuk menghadapi MEA yang dituangkan dalam

Undang-undang (UU) UMKM Nomor 20 tahun 2008.12 Pembentukan AEC dalam

ASEAN yang bertolak atas respon terhadap agresifitas China dan India yang tinggi dalam

11 Keppres Nomor20 tahun 2014 tentang Komite Nasional diakses pada tanggal 21 Oktober 2015, 22:49

12Yaenal Arifin, Perencanaan Strategis Penguatan Daya Saing Umkm Dalam Menghadapi Masyarakat

(26)

14

mendapatkan kepercayaan investor asing, berdampak pada kebijakan dalam negeri

pemerintah Indonesia pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang

kemudian menetapkan kebijakan yang mempermudah para investor asing untuk masuk

ke Indonesia melalui paket kebijakan investasi lewat Instruksi Presiden (Inpres) Nomor

3 tahun 2006. Setahun kemudian Presiden kembali menetapkan Undang-Undang Nomor

25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (PM). Penetapan kebijakan penanaman modal

tersebut bertujuan untuk (a) mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif

bagi penanam modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional dan (b)

mempercepat peningkatan penanaman modal. Kebijakan ini diambil tidak lain bermaksud

untuk mendapatkan kepercayaan para investor asing yang berperan sebagai pendorong

perekonomian nasional seperti yang dilakukan China dan India.

D. Hipotesa

Dari latar belakang di atas dan rumusan masalah yang hendak dijawab dengan

menggunakan pendekatan pembuatan kebijakan publik, dan pasar bebas, maka dapat

disimpulkan bahwa upaya pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam meningkatkan

daya saing untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah sebagai

berikut:

1) Menyusun satu perencanaan penguatan daya saing ekonomi yang dituangkan dalam

bentuk Program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI)

2) Menetapkan sejumlah kebijakan-kebijkakan yang dituangkan dalam bentuk Instruksi

(27)

15

E. Metode Penelitian

Dalam metode penulisan ini, penulis menggunakan desain penelitian kualitatif yang

membahas mengenai judul penelitian, latar belakang masalah, rumusan masalah,

kerangka pemikiran, hipotesa, metode penelitian, jangkauan penelitian dan kesimpulan.

Adapun jenis data yang digunakan adalah data skunder yang didapat dari buku-buku,

artikel, jurnal, dan media online yang kemudian diolah menjadi data.

F. Jangkauan Penelitian

Untuk memudahkan penulisan ini, penulis memberikan batasan ruang lingkup yang

hendak diteliti agar dapat memudahkan penulis dalam menjawab rumusan masalah yang

diajuakan. Adapun batasan tersebut yang berkaitan dengan judul upaya Indonesia Dalam

Meningkatkan Daya Saing Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Di Era

Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode 2004-2014.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penelitian dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi

dalam beberapa bab dimana diantara baba-bab tersebut memiliki kaitan satu sama lain

(28)

16

Pada BAB I Menjelaskan mengenai pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, kerangka pemikiran, hipotesa, metode penulisan, jangkauan penulisan,

dan sistematika penulisan.

BAB II. Menjelaskan tentang sejarah pembentukan ASEAN, peran serta Indonesia dalam

pembentukan ASEAN, sejarah terbentuknya perdagangan bebas dan latar belakang

pembentukan AEC.

BAB III Menjelaskan pemasalahan yang masih dihadapi pemerintah Indonesia di era

Susilo Bambang Yudhoyono dalam menghadapi MasyaRakat Ekonomi ASEAN.

BAB IV Menjelaskan tentang upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan daya

saing menghadapi MEA, yang akan lebih eksplisit menjelaskan tentang

kebijakan-kebijakan dalam negeri Indonesia yang dilihat sebagai wujud kesiapan dan strategi

Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

(29)

1

BAB II

REGIONALISME DI KAWASAN ASIA TENGGARA MENUJU

MASYRAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Pada bagian ini, pembahasan akan kita mulai dari tiga hal yang mendasar dan saling

keterkaitan, yakni definisi regionalisme, regionalisme di kawasan Asia Tenggara dan

pembentukan ASEAN, peran Indonesia dalam pembenrukan ASEAN serta perdagangan

bebas di kawasan Asia Tenggara dan pembentukan ASEAN Economic Community

(AEC).

A. Dinamika Pembentukan ASEAN

Kawasan Asia Tenggara secara geopolitik dan geoekonomi mempunyai nilai

strategis. Kondisi tersebut menyebabkan kawasan ini menjadi ajang persaingan pengaruh

ke-kuatan negara adidaya pada era Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur.

Salah satu bukti persaingan antarnegara adidaya dan kekuatan besar pada waktu itu

adalah Perang Vietnam antara Vietnam Utara yang didukung kekuatan Komunis dan

Vietnam Selatan yang didukung kekuatan Barat pimpinan Amerika Serikat. Persaingan

dua blok tersebut menyeret negara-negara di kawasan ASEAN menjadi basis kekuatan

militer Blok Komunis dan Barat. Blok Komunis di bawah komando Uni Soviet

menempatkan pangkalan militernya di Vietnam, sedangkan Blok Barat di bawah

komando Amerika Serikat menempatkan pangkalan militernya di Filipina. Selain terjadi

persaingan di bidang ideologi antara kekuatan Barat dan kekuatan Timur, juga terjadi

(30)

2

Kamboja, dan Vietnam konflik bilateral, seperti konflik antara Indonesia dan Malaysia,

Kamboja dan Vietnam; dan konflik internal, seperti di Kamboja, Thailand, dan Indonesia.

Pembentukan organisasi regional di kawasan Asia Tenggara di awali dengan

organisasi regional bentukan Amerika Serikat yakni SEATO ( South East Asia Treaty

Organization) pembentukan organisasi regional ini adalah merupakan upaya Amerika

Serikat untuk membendung pengaruh komunis di wilayah Asia Tenggara. Perang Dingin

yang terjadi pada dua negara adidaya dunia yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet

berdampak langsung terhadap negra-negara kawasan Asia Tenggara. Pembentukan SEATO yang diprakasai Amerika Serikat ini dapat kita katakan sebagai bentuk “aliansi”

Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara, karena pembentukan organisasi internasional

SEATO tidak berasal dari negara-negra yang berada di kawasan ini tapi atas dasar

prakarasa Amerika Serikat.

Pembentukan organisasi regional yang diprakasai negara-negara kawasan Asia

Tengara untuk pertama kalinya diawali dengan pembentukan Association of Southeast

Asia (ASA) yang didirikan pada tahun 1961. Namun pecahnya konflik antara Philipina

dan Malaysia pada tahun tersebut menghancurkan awal tersebut. Setelah berahirnya

ASA, Maphilindo kemudian muncul sebagai organisasi regional yang baru yang

merupakan kerjasama antara Malaysia, Philipina, dan Indonesia. Namun organisasi

regional ini kemudian hancur karena poliitk konfrontasi Indonesia di bawah Presiden

Soekarno yang menentang pembentukan negara Malaysia1. Upaya pembentukan

(31)

3

organisasi regional dikawasan ini memang mengalami pasang surut dikarenakan

pembentukan negara-negara di kawasan ini pada masa itu terbilang negara-negara baru

yang merdeka dari imperilaisme Barat, terlebih pada masa itu dua negara adikuasa dunia

terkukung dalam perang dingin yang berkepanjangan.

Meskipun mengalami kegagalan, upaya dan inisiatif tersebut telah mendorong para

pemimpin di kawasan untuk membentuk suatu organisasi kerja sama di kawasan yang

lebih baik. Untuk itu, Menteri Luar Negeri Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan

Thailand melakukan berbagai pertemuan konsultatif secara intens sehingga disepakati

suatu rancangan Deklarasi Bersama (Joint Declaration) yang isinya mencakup, antara

lain: kesadaran perlunya meningkatkan saling pengertian untuk hidup bertetangga secara

baik dan membina kerja sama yang bermanfaat di antara negara-negara di kawasan yang

terikat oleh pertalian sejarah dan budaya. Untuk menindaklanjuti deklarasi tersebut, pada

tanggal 8 Agustus 1967, bertempat di Bangkok, Thailand, lima Wakil

Negara/Pemerintahan negara-negara Asia Tenggara, yaitu para Menteri Luar Negeri

Indonesia – Adam Malik, Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan dan

Menteri Pembangunan Nasional Malaysia Tun Abdul Razak, Menteri Luar Negeri Filipina – Narciso Ramos, Menteri Luar Negeri Singapura – S. Rajaratnam, dan Menteri

Luar Negeri Thailand – Thamat Khoman melakukan pertemuan dan menandatangani

Deklarasi ASEAN (The ASEAN Declaration) atau Deklarasi Bangkok (Bangkok

Declaration). Deklarasi Bangkok tersebut menandai berdirinya suatu organisasi kawasan

yang diberi nama Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast

(32)

4

pertumbuhan ekonomi, mendorong perdamaian dan stabilitas wilayah, dan membentuk

kerja sama di berbagai bidang kepentingan bersama. ASEAN sendiri memiliki semboyan

satu visi (one vision), satu identitas (one identity), satu komunitas (one community).

Lambat laun organisasi ini mengalami kemajuan yang cukup signifikan di bidang politik dan ekonomi,

seperti disepakatinya Deklarasi Kawasan Damai, Bebas, dan Netral (Zone of Peace, Freedom, and Neutrality Declaration/ZOPFAN) yang ditandatangani tahun 1971. Kemudian, pada tahun 1976 lima negara anggota ASEAN itu juga menyepakati Traktat Persahabatan dan Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation/TAC) yang menjadi landasan bagi negara-negara ASEAN untuk hidup berdampingan secara damai.

Adapun proses penambahan keanggotaan ASEAN sehingga anggotanya 10 negara adalah sebagai

berikut:

a. Brunei Darussalam resmi menjadi anggota ke-6 ASEAN pada tanggal 7 Januari 1984 dalam Sidang

Khusus Menteri-Menteri Luar Negeri ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting/AMM) di Jakarta, Indonesia. b. Vietnam resmi menjadi anggota ke-7 ASEAN pada tanggal 29-30 Juli 1995 dalam Pertemuan para

Menteri Luar Negeri ASEAN ke-28 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.

c. Laos dan Myanmar resmi menjadi anggota ke-8 dan ke-9 ASEAN tanggal 23-28 Juli 1997 dalam pada

Pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN ke-30 di Subang Jaya, Malaysia.

d. Kamboja resmi menjadi anggota ke-10 ASEAN dalam Upacara Khusus Penerimaan pada tanggal 30

April 1999 di Hanoi, Vietnam.

Dengan diterimanya Kamboja sebagai anggota ke-10 ASEAN, cita-cita para pendiri

ASEAN yang mencakup sepuluh negara di kawasan Asia Tenggara (visi ASEAN-10)

telah tercapai.2 Masuknya kamboja sebagai anggota tetap ASEAN dapat dilihat sebagai

2 Dian Djani Triansyah, ASEAN Selayang Pandang, Jakarta, Direktur JJendral Kerja sama ASEAN, edisi

(33)

5

wujud suksesi organasisasi kawasan yang mampu menarik negara-negara kawasan Asia

Tenggara.

a) Tujuan Dan Prinsip ASEAN

Tujuan ASEAN yang tertuang dalam Piagam ASEAN adalah sebagai berikut:

1. Memelihara dan meningkatkan perdamaian, keamanan, dan stabilitas, serta lebih

memperkuat nilai-nilai yang berorientasi pada perdamaian di kawasan.

2. Meningkatkan ketahanan kawasan dengan memajukan kerja sama politik, keamanan,

ekonomi, dan sosial budaya yang lebih luas.

3.Mempertahankan Asia Tenggara sebagai Kawasan Bebas Senjata Nuklir dan bebas dari

semua jenis senjata pemusnah massal.

4. Menjamin bahwa rakyat dan Negara-Negara Anggota ASEAN hidup damai dengan

dunia secara keseluruhan di lingkungan yang adil, demokratis, dan harmonis.

5. Menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur, sangat kompetitif,

dan terintegrasi secara ekonomis melalui fasilitasi yang efektif untuk perdagangan dan

investasi, yang di dalamnya terdapat arus lalu lintas barang, jasa-jasa dan investasi yang

bebas; terfasilitasinya pergerakan pelaku usaha, pekerja profesional, pekerja berbakat

dan buruh; dan arus modal yang lebih bebas.

6. Mengurangi kemiskinan dan mempersempit kesenjangan pembangunan di ASEAN

melalui bantuan dan kerja sama timbal balik.

7. Memperkuat demokrasi, meningkatkan tata kepemerintahan yang baik dan aturan

(34)

kebebasan-6

kebebasan fundamental dengan memperhatikan hak dan kewajiban dari

Negara-Negara Anggota ASEAN.

8. Menanggapi secara efektif, sesuai dengan prinsip keamanan menyeluruh, segala

bentuk ancaman, kejahatan lintas-negara dan tantangan lintas-batas.

9. Memajukan pembangunan berkelanjutan untuk menjamin perlindungan lingkungan

hidup di kawasan, sumber daya alam yang berkelanjutan, pelestarian warisan budaya,

dan kehidupan rakyat berkualitas tinggi.

10. Mengembangkan sumber daya manusia melalui kerja sama yang lebih erat di bidang

pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat, serta di bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi, untuk pemberdayaan rakyat ASEAN dan penguatan Komunitas ASEAN.

11.Meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak bagi rakyat ASEAN melalui

penyediaan akses yang setara terhadap peluang pembangunan sumber daya manusia,

kesejahteraan sosial, dan keadilan.

12.Memperkuat kerja sama dalam membangun lingkungan yang aman dan terjamin bebas

dari narkotika dan obat-obat terlarang bagi rakyat ASEAN.

13.Memajukan ASEAN yang berorientasi kepada rakyat yang di dalamnya seluruh lapisan

masyarakat didorong untuk berpartisipasi dalam, dan memperoleh manfaat dari, proses

integrasi dan pembangunan komunitas ASEAN.

14.Memajukan identitas ASEAN dengan meningkatkan kesadaran yang lebih tinggi akan

(35)

7

15.Mempertahankan sentralitas dan peran proaktif ASEAN sebagai kekuatan penggerak

utama dalam berhubungan dan bekerja sama dengan para mitra eksternal dalam

arsitektur kawasan yang terbuka, transparan, dan inklusif.

Sementara itu, dalam mencapai tujuan tersebut di atas, negara-negara anggota

ASEAN memegang teguh prinsip-prinsip dasar berikut:

1. Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah, dan identitas

nasional seluruh Negara-Negara Anggota ASEAN.

2. Memiliki bersama dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan perdamaian,

keamanan, dan kemakmuran di kawasan.

3. Menolak agresi dan ancaman atau penggunaan kekuatan atau tindakan-tindakan lainya

dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan hokum internasional.

4. Mengedepankan sengketa secara damai

5. Memegang teguh prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri negara-negara

Anggota ASEAN.

6. Menghormati hak setiap Negara Anggota untuk menjaga eksistensi nasionalnya bebas

dari campur tangan eksternal, subyersi, dan paksaan.

7. Meningkatkan konsultasi mengenai hal-hal yang secara serius mempengaruhi

kepentingan bersama ASEAN.

8. Memegang teguh pada aturan hukum, tata kepemerintahan yang baik, prinsip-prinsip

demokrasi dan pemerintahan yang konstitusional.

9. Menghormati kebebasan fundamental, pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia,

(36)

8

10.Menjunjung tinggi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional,

termasuk hukum humaniter internasional, yang disetujui oleh Negara-Negara Anggota

ASEAN.

11.Memegang teguh prinsip tidak turut serta dalam kebijakan atau kegiatan apa pun,

termasuk penggunaan wilayahnya, yang dilakukan oleh Negara Anggota ASEAN atau

Negara non-ASEAN atau subjek non-negara mana pun, yang mengancam kedaulatan,

integritas wilayah atau stabilitas politik dan ekonomi Negara-Negara Anggota ASEAN.

12.Menghormati perbedaan budaya, bahasa, dan agama yang dianut oleh rakyat ASEAN

dengan menekankan nilai-nilai bersama dalam semangat persatuan dalam

keanekaragaman.

13.Mengutamakan sentralitas ASEAN dalam hubungan eksternal di bidang politik,

ekonomi, sosial dan budaya, dengan tetap berperan aktif, berpandangan ke luar, inklusif

dan nondiskriminatif.

14.Memegang teguh prinsip berpegang teguh pada aturan perdagangan multilateral dan

rezim yang didasarkan pada aturan ASEAN untuk melaksanakan komitmen ekonomi

secara efektif dan mengurangi secara progresif ke arah penghapusan semua jenis

hambatan menuju integrasi ekonomi kawasan dalam ekonomi yang digerakkan oleh

pasar.

Tujjuan dan prinsip di atas dapat di;ihat sebagai keseriusan ASEAN dalam meningkatkan

eksistensi dan kesejahteraan negara anggota ASEAN.

b) Struktur ASEAN

(37)

9

1. Summit meeting, merupakan pertemuan para kepala Negara dan Pemerintahan yang

merupakan kekuasaan tertinggi di ASEAN. KTT ini diadakan apabila dianggap perlu

untuk memberikan pengarahan pada ASEAN.

2. Annual ministerial meeting, merupakan pertemuan tahunan para menteri luar negeri

negara-negara ASEAN guna merumuskan kebijakan dan koordinasi berbagai kegiatan

ASEAN.

3. Sidang para mentri ekonomi, yang diadakan dua kali dalam setahun yang berfungsi

untuk merumuskan kebijakan dan koordinasi khusus masalah kerja sama dalam bidang

ekonomi serta mengevaluasi kinerja berbagai komite di bawahnya. Terdapat lima

komite yang berada di bawah koordinasi para mentri ekonomi, yakni Komite

Perdagangandn Pariwisata, Komite Keuangan dan Perbangkan, Komite Pangan,

komite Pertanian dan Kehutanan, dan Komite Transportasi dan Komunikasi. Program

kegiatan ekonomi yang dibangun ASEAN meliputi kerja sama menyangkut komoditas

utama (masalah pangan dan energi), kerja sama industry dan perdagangan, pendekatan

bersama mengenai komoditi iinternasional dan persoalan ekonomi di luar kawasan

ASEAN, serta mekanisme kerja sama ekonomi ASEAN.

4. Sidang Para Mentri Non-Ekonomi yang berfungsi untuk merumuskan kebijakan yang

menyangkut bidang pendidikan, kesehatan sosial budaya, penerangan, perburuhan,

ilmu pengetahuan dan teknologi. Siding ini belum melembaga dan dilaksanakan bila

dianggap perlu. Adapu Komite yang berada di bawah kinerj mnetri nin -ekonomi

adalah Committee on Culture and Information (COCI), Committee of Scinece and

(38)

10

5. Standing Committee, merupakan badan yang membuat keputusan dan menjalankan tugas perhimpunan di antara buah siding tahunan para mentri luar negeri ASEAN.3

c) Arti Bendera Nama Dan Lambang ASEAN

Bendera ASEAN melambangkan ASEAN yang stabil, penuh perdamaian, bersatu,

dan dinamis. Adapun lambang ASEAN berada di tengah bendera ASEAN. Sedangkan

warna bendera dan lambang ialah biru, merah, putih, dan kuning masing-masing

mewakili warna dasar setiap bendera negara anggota ASEAN. Warna biru pada lambang

ASEAN melambangkan perdamaian dan stabilitas, merah melambangkan semangat dan

kedinamisan, putih menunjukan kesucian, dan kuning yang merupakan simbol

kemakmuran. Ikatan rumpun padi melambangkan harapan para tokoh pendiri ASEAN

agar asosiasi itu secara bersama-sama terikat dalam persahabatan dan kesetiakawanan

soasial, sedangkan lingkaran melambangkan kesatuan ASEAN.4 Dari pemaknaan filosofis lambang dan arti bendera tersebut, maka dapat kita tari kesimpulan bahwa

ASEAN berdiri sebagai wadah dalam penyatuan pluralisme, organisasi kawasan yang

diharapkan mampu berdidiri sebagai wadah dalam menciptakan kemakmuran bersama,

setra organisasi kawasan yang berdiri dalam garda depan dalam menciptakan perdamaian

di kawasan.

B. Peranserta Indonesia Dalam Pembentukan ASEAN

Setelah Proklamasi kemerdekaan disiarkan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik

Indonesia mulia didirikan meski pada masa itu peperangan memmpertahankan satu

(39)

11

negera yang berdaulat itu terus berlanjut hingga tahun 1949. Naiknya Soekarno dan

Muhammad Hatta sebagai presiden dan wakil presiden memegang kunci penting arah

kebijakan luar negeri Indonesia. Pada pemerintahan Soekarno yang lebih kita kenal

dengan sebutan Orde Lama, politik luar negeri Indonesia lebih mengedepankan politik

sebagai ujung tombak pembangunan. Soekarno memandang bahwa ancaman kedaulatan

RI berasal dari luar. Politik konfrontasi Soekarno kepada Malaysia yang mengcurigai

pembentukan Malaysia sebagai kaki tangan Inggris.

Politik luar negeri Indoneesia era Soekarno di kawasan Asia Tenggara bisa dikatakan

tidak begitu menonjolkan kedekatan. Pembentukan Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia

Tenggara (ASA) misalnya tidak cukup sukses karena Soekarno menolak untuk bergabung

sebagai anggota ASA tersbut. Memasuki era pemerintahan Soeharto. Retorika dan gaya

kepemimpinan Soekarno yang mengedepankan politik mulai ditinggalkan. Soeharto

mulai memperbaiki hubungan kepada negra-negra yang berada di kawasan Asia

Tenggara seperti Malaysia.

Dalam suatu pernyataan yang disampaikan di depan Dewan Perwakilan Rakyat pada

tanggal 16 Agustus, Soeharto mnjelaskan syrat-syarat persetujuan untuk membawa

konfrontasi ketahap akhir, Soeharto menggungkapkan minat terhadap kerja sama

kawasan dalam bentuk yang seepenuhnya konsiten dengan pandangan tentang tata tertib kawasan. Di berjanji. “apabila masalah Malaysia ini telah di selesaikan kita dapat

melangkah kearah kegiatan-kegiatan dalam bidang kebijaksanaan luar negeri yang

menjalin kerja sama yang erat berdasarkan prinsip saling menguntungkan antara

(40)

12

dalam lingkup yang lebih luas untuk mencapai suatu Asia Tenggara yang bekerja sama

dalam berbagai bidang, terutama bidang-bidang ekonomi, teknik, dan budaya.5

Pada masa pemerintahan Soeharto kawasan Asia Tenggara merupakan prioritas

utama politik luar negeri Indonesia. Pembentukan suatu kerja sama kawasan akhirnya

terwujud dalam bentuk regionalisme kawasan yang lebih tinggi. Kerja sama kawasan

yang diimpikan itu terwujudkan pada deklarasi Bangkok pada 16 Agustus 1967.

Indonesia pada masa itu diwakili oeh Menteri luar negeri dari kalangan sipil, yakni Adam Malik. Sebelumnya, Adam Malik telah menegaskan dalam penyampaianya “pemerintah

tetap memegang pandangan bahwa keamanan dan keamanan di Asia Tenggara

merupakan tanggung jawab neegara-negara di kawasan ini. Pangkalan militer asing tak

mempunyai sumbangan positif terhadap perdamaian dan keamanan tetapi malahan

sebaliknya mengancam perdamaian dan keamanan tersebut.6

Visi yang detegaskan oleh Adam Malik inilah yang kemudian di wujudkan dalam

bentuk penandatanganan deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967, bertempat di

Bangkok, Thailand, lima Wakil Negara/Pemerintahan negara-negara Asia Tenggara,

yaitu para Menteri Luar Negeri Indonesia – Adam Malik, Wakil Perdana Menteri

merangkap Menteri Pertahanan dan Menteri Pembangunan Nasional Malaysia Tun Abdul

Razak, Menteri Luar Negeri Filipina – Narciso Ramos, Menteri Luar Negeri Singapura –

S. Rajaratnam, dan Menteri Luar Negeri Thailand – Thamat Khoman melakukan

pertemuan dan menandatangani Deklarasi ASEAN (The ASEAN Declaration) atau

Deklarasi Bangkok (Bangkok Declaration). Deklarasi Bangkok tersebut menandai

5Ibid

(41)

13

berdirinya suatu organisasi kawasan yang diberi nama Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia

Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN).

C. Liberalisasi Perdagangan Di Kawasan Asia TenggaraDari ASEAN Free Trade

Area (AFTA) Menuju ASEAN Economic Community (AEC)

Liberalisasi di dalam ASEAN pada awalnya dimulai pada awal pembentukan

ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang kemudian menjadi cikal bakal pembnetukan

ASEAN Economic Community yang lebih komperenshif. Pada baian ini, kita akan

membahas tentang liberalisasi perdagangan yang ada dalam ASEAN yang diawali dari

pembentukan AFTA tersebut yang kemudian menuju kerjasama kawasan yang lebih

konperenshif yang diwujudkan dalam satu Komunitas Ekonomi ASEAN.

a) Pembentukan AFTA

Liberalisasi perdagangan yang kemudian lebih kita kenal dengan penyebutan pasar

bebas berawal dari pendekatan liberalisme interdependensi yang memperhatikan secara

khusus pada hubungan ekonomi dalam pertukaran dan ketergantungan antara rakyat dan

pemerintah. Paham liberal dalam Hubungan Internasional (HI) berpendapat bahwa

prncapaian kepentingan bisa dicapai dengan kesalingtergantungan. Sebelum kita

membahas lebih jauh tentang liberalisasi perdagangan di kawasan Asia Tenggara,

penjelasan secara definitif dan konseptual apa yang dimaksud dengan perdagangan bebas

perlu untuk disampaikan. Menurut Jagdish Bhagwati pasar bebas merupakan soal

berbagi hasil dalam proses pertukaran.7 Munculnya fenomena perdagangan bebas di kawasan menjadi satu telaah teoritik yang menarik dalam studi HI.

(42)

14

Suksenya integrasi ekonomi di kawasan Eropa menjadi salah satu contoh dari suksesi

integrasi di kawasan tersebut. Perjanjian Masyarakat Ekonomi Eropa di tandatangani

pertama kali pada 25 Maret 1957 Roma. Selain mengesahkan perjanjian Masyarakat

Ekonomi Eropa, disahkan juga Energi Atom Eropa. Kedua perjanjian tersebut mulai

berlaku tahun 1958. Suksenya integrasi yang terjadi dalam Uni Eropa menjadi contoh

bagi kawasan Asia Tenggara, yakni ASEAN.

Liberalisasi perdagangan di kawasan Asia Tenggara dimulai pada pembentukan

ASEAN Free Trade Area (AFTA)8 yang disepakati pada tahun 1992. Pembentukan AFTA

didasari atas beberapa faktor. Pertama berakhirnya konflik Kamboja yang mana arah

baru mempertahankan relevansi ASEAN dari isu tantangan politik dan militer pasca

perang dingin ke isu ekonomi yang mencuat dalam ASEAN. Kedua, dorongan Singapura

yang mengandalkan perdagangan bebas mendorong terbentuknya satu kerja sama

ekonomi yang lebih terbuka dan liberal. Ketiga, keinginan yang kuat untuk mendatangkan

para investor asing. Dan keempat, terdorong atas motivasi tumbuhnya blok ekonomi

regional di kawasn lain9.

Tujuan akhir dari kesepakatan AFTA adalah meningkatkan daya saing di kawasan

regional sebagai basis produksi untuk pasar dunia. Terbentuknya AFTA di kawasan ini

dilihat sebagai respon dan langkah persiapan untuk bisa bersaing dalam menghadapi

globalisasi ekonomi. Penciptaan pasar bebas pada AFTA dilakukan dengan penghapusan

hambatan tarif dan non-tarif di antara anggota ASEAN. Selain dari penurunan tarif bagi

8 Pembentukan AFTA dalam ASEAN pada saat penandatanganan 1992 belum melibatkan Vietnam, Laos, Kamboja, dan Miyanmar

(43)

15

produk yang diperdagangkan di kawasan ASEAN melalui skema CEPT (Common

Effective Preferential Tariff), pembentukan AFTA juga dimaksudkan untuk menciptakan

pasar yang lebih besar sehingga dapat bersaing dengan China dan sekaligus menarik

investasi asing.10 Namun perlu digaris bawahi bahwa pembentukan AFTA bukan sebagai pembentukan pasar yang seluas luasnya. Negara masih masih melindungi industri dalam

negerinya. Pembentukan AFTA dalam ASEAN ini kemudian menjadi landasan ASEAN

untuk membentuk integrasi ekonomi yang lebih mantap dengan pembentukan ASEAN

Economic Community yang disepakati pada Concord II Bali 2003.

b) Pembentukan ASEAN Economic Community (AEC)

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa integrasi ekonomi yang terjadi dalam

ASEAN di mulai sejak pembentukan AFTA. Pembentukan integrasi yang lebih tinggi

dalam ASEAN kemudian diwujudkan dalam bentuk pengesahan Komunitas ASEAN

(ASEAN Community) yang disahkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bali

2003. Pembentukan komunitas ini bertujuan untuk mengembangkan suatu komunitas

negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil, dan sejahtera, saling peduli,

dan diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis tahun 2020. Harapan dan tujuan

tersebut kemudian dituangkan dalam visi ASEAN 2020 yang ditetapkan oleh para

Kepala Negara atau Pemerintahan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di

Kuala Lumpur tanggal 15 Desember 1997. Untuk merealisasikan harapan tersebut,

ASEAN mengesahkan Bali Concord II pada KTT ASEAN ke-9 di Bali tahun 2003

10 Yasmin Sungkar,Pola Integrasi Ekonomi Di Kawasan Asia Timur, 2009, Jakarta, Departemen Luar

(44)

16

yang menyepakati pembentukan komunitas ASEAN (ASEAN Community). Komunitas

ASEAN pada perjanjian tersebut terdiri atas 3 (tiga) pilar, yaitu Komunitas

Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN Political-Securiy Community/APSC), Komunitas

Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/aec), Komunitas Sosial Budaya

ASEAN (ASEAN Socio-Culture/ASCC).

Dalam pembahasan ini, akan lebih kita fokuskan pada pembentukan ASEAN

Economic Community. ASEAN Economic Community telah menjadi prioritas utama

ASEAN untuk mewujdkan integrasi ekonomi kawasan dengan cetak biru Komunitas

Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community Blue Print) yang disepakati pada

pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN ke-39 tahun 2007. Cetak biru Komunitas

Ekonomi ASEEAN pada pertemuan tersebut menyepakati peta jalan untuk integrasi

sektor jasa logistik ASEAN sebagai sektor prioritas ke-12 untuk integrasi ASEAN.

Ke-12 sektor prioritas yang dimaksud adalah produk-produk berbasis pertanian,

peralatanan udara, otomotif, e-ASEAN elektronik, perikanan, kesehatan, produk karet

dan turunannya, tekstil, pariwisata, produk kayu dan jasa logistik.

Ke-12 prioritas di atas dicanagkan agar sektor-sektor ini berintegrasi dan

negara-negara anggota ASEAN akan mengembangkan keunggulan sektor-sektor tersebut

dengan menarik investasi dan perdagangan di dalam ASEAN. Selain itu, dilakukan

pengembangan terhadap sektor prioritas pangan, pertanian dan kehutanan. Hal ini

bertujuan agar negara-negara anggota ASEAN dapat fokus kepada hasil produksi

mereka dan dapat melakukan tukar-menukar barang sesama negara anggota ASEAN

(45)

17

cetak biru ASEAN economic Community dapat kita lihat pada tabel di bawah yang

[image:45.612.114.508.181.588.2]

dibagi berdasarkan jenis dan negara-negara coordinator.

Tabel 1: daftar prioritas

No Daftar Prioritas

Integrasi

Negara Koordinator

1 Agro-Based Product and

Fisheries

Myanmar

2 Air Travel and Tourism Thailand

3 Automotives, and Wood

baseed products

Indonesia

4 e-ASEAN and Healtcare Singapore

5 Electronics Filipina

6 Rubber baseed product,

Textile and Apparels

Malaysia

7 Logistics Vietnam

Tujuan dari cetak biru AEC adalah bagaimana liberalisasi yang dijalankan dengan

semangat kompotisi yang tinggi dan integrasi penuh dalam perekonomian global.

(46)

18

trensportasi yang terintegrasi, yakni Udara ,Laut, dan Darat, menggembangkan sistem

Information And Communication Technologies (ICT) yang terintegrasi, mmbangun

proyek-proyek jaringan listrik dan pipa gas dengan mngundang pihak swasta untuk

pembiayaan pembangguan infrastruktur tersebut melalui skema kerjasama Public

Private Partnership (PPP).

Dalam pengesahan Cetak Biru Komunitas ASEAN (ASEAN Blue Print),

disepakati 4 (empat) karakteristik utama , yakni untuk mewujdkan ASEAN sebagai:

1. Pasar tunggal dan basis produksi, dengan 5 (lima) elemen utama yaitu; (i) aliran

bebas barang, (ii) aliran bebas jasa, (iii) aliran bebas investasi, (iv) aliran bebas

tenaga kera terampil, dan (v) aliran modal yang lebih bebas. Di kelima elemen

tersebut, pasar tunggal dan bebas produksi juga mncakup 2 (dua) komponen

penting lainya, yaitu Ssektor integrasoi Prioritas (Sector Integration Priority/ PIS)

dan kerjasama di bidang pangan, pertanian, dan khutanan.

2. Kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, dengan 6 (enam) elemen utama

yaitu: (i) kebijakan persaingan usaha,(ii) perlindungan konsumen, (iii) hak atas

kekayaan intelektual (HKI), (iv) pembangunan infrastruktur, (v) perpajakan dan

(vi) e-commerce

3. Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara, dengan 2 (dua) elemen

utama yaitu; (i) pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM), dan (ii) inisiatif

(47)

19

4. Kawasan yang terintegrasi ke dalam ekonomi global, dengan 2 (dua) elemen utama

yaitu: (i) pendekatan terpadu terhadap ekonomi di luar kawasan, dan (ii)peningkatan

partisipasi dalam jaringan pasokan global.11

Keempat karakteristik di atas memiliki kaitan erat dan saling memperkuat satu

sama lain untuk meewujudkan ASEAN sebagi pasar tunggal dan basis produksi. Untuk

mewujdkan hal itu, ASEAN harus memiliki daya saing tinggi dengan kawasan lain

serta harus memperkecil kesenjangan pembangunan yang terjadi dalam negara-negara

anggota ASEAN dalam mewujudkan ASEAN sebagai pasar tunggal yang berdaya

saing tinggi.

Seperti yang telah disebutkan di awal, bahwa pembentukan ASEAN Economic

Community adalah merupakan sala satu pilar utama ASEAN Community namun

ASEAN Economic Community memiliki lima pilar sendiri, yakni:

1. Aliran bebas barang (free movement of goods and services) pola ini

memungkinkan terjadinya pergerakan barang-barang dan jasa tanpa ada hambatan

(pajak bea masuk, tarif, dan quota), yang merupakan bentuk lanjut dari kawasan

perdagangan bebas sebagaimana AFTA dengan menghilangkan segala bentuk

hambatan yang tersisa.

2. Alian bebas jasa (freedom of establishment and provision of services and mutual

recognition of diplomas) pilar ini menjamin setiap warga negara ASEAN akan

bebas membuka praktek layanan di setiap wilayah ASEAN tanpa ada diskriminasi

kewarganegaraan.

(48)

20

3. Aliran bebas investasi (free for invesment) pilar ini menjadikan seluruh negara

anggota ASEAN bebas berinvestasi di negra ASEAN lainnya.

4. Aliran bebas tenaga kerja trampil (freedom of movement for skilled and talented

labours) pilar ini dimaksudkan untuk mendorong terjadinya mobilitas tenaga kerja

sesuai dengan tuntutan pasar dan memberi kesempatan kepada setiap pekerja untuk

menemukan pekerjaan terbaik sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki.

5. Aliran bebas modal (free flow of capital) konsep ini akan menjamin bahwa modal

atau kapital akan bisa berpindah secara leluasa diantara negara-negara anggota

ASEAN, yang secara teoritis memungkinkan adanya penanaman modal secara

bebas dan efisiens.12

c) Realisasi ASEAN Economic Community (AEC)

Untuk mewujudkan ASEAN Economic Community (AEC), ASEAN

memperhatikan perbedaan tingkat pembangunan dan kesiapan masing-masing

negara anggota ASEAN melalui penerapan ASEAN Minus X. untuk meningkatkan

kerjasama di sektor jasa, ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS)

adalah langkah untuk menigkatkan kerjasama di sektor jasa melalui penghapusan

perdagangan jasa intra regional yang akan mempermudah aliran jasa.adapun sektor

yang telah dicapai dalm pembahasan AFAS, yakni angkutan udara, jasa bisnis,

konstruksi, keuangan, angkutan laut, telekomunikasi, dan pariwisata. Paket-paket

ini adalah rincian dari komitmen setiap negara anggota kepada negara anggota

ASEAN lainya. Proses ASEAN Minus X diberlakukan untuk mempercepat

12 Skripsi Rosy Nurfutasari, Kesiapan Thailand Dalam Menghadapi ASEAN Economic Communty,

(49)

21

capaiannya. Formula ini mengijinkan negara anggota yang telah siap melakukan

liberalisasi sektor jasa tertentu untuk berjalan terlebih dahulu, kemudian diikuti

negara anggota lainya.13 Penerapan formula ASEAN minus X ini diharapkan negara anggota yang menyusul dikemudian dapat mengejar ketertinggalan.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa dalam Masyrakat Ekonomi

ASEAN memiliki lima pilar utama dalam pengintegrasian, yakni: aliran bebas

barang, aliran bebas jasa, aliran bebas investasi, aliran tenaga kerja terampil, dan

aliran bebas modal. Kita akan mencoba membahas satu persatu bagaimana realisasi

dan perkembangan tersebut.

a. Aliran Bebas Barang

Aliran bebas barang merupakan sala satu elemen utama dalam cetak biru AEC

untuk mewujudkan AEC sebagai pasar tunggal dan basis produksi. Untuk

mewujudkan hal tersebut, ASEAN telah menbuat dan menyepakati ASEAN Trede

in Goods Agreement (ATIGA) pada pertemuan KTT ASEAN ke-14 di Thailand.

ATIGA ini merupakan kodefikasi atas seluruh kesepakatan ASEAN dalam

liberalisasi dan fasilitasi perdagangan barang (Trade in Goods). ATIGA tediri dari

11 Bab, 98 pasal dan 10 lampiran, yang antara lain mencakup prinsip-peinsip umum

perdangangan internasional (non-discrimination ), liberalisasi tarif, pengaturan

non-tarif, ketentuan asal barang, fasilitasi perdagangan, kepabeanan, standar

regulasi teknis, dan prosedur pemeriksaan penyesuaian, serta kebijakan pemulihan

perdagangan. ATIGA yang telah disepeakati tersebut bertujuan untuk:14

13 C. P. F. Luhulima, Op,. Cit, hal.56-57

(50)

22

1. Mewujudkan kawasan arus barang yang bebas sebagai salah satu prinsip untuk

membentuk pasar tunggal dan basis produksi dalam AEC 2015 yang dituangkan

dalam cetak biru AEC.

2. Meminimalkan hambatan dan memperkuat kerjasama diantara negara-negara

anggota ASEAN.

3. Menurunkan biaya usaha

4. Meningkatkan perdagangan dan investasi dan efisiensi ekonomi

5. Menciptkan pasar yang lebih besar dengan kesempatan dan skala ekonomi yang

lebih besar untuk para pengusaha di negara-negara anggota ASEAN

6. Menciptakan kawasan investasi yang kompotitif

Dalam mewuudkan aliran bebas barang dan basis produksi tersebut,

negara-nega

Gambar

Gambar 1. Sistem politik dengan lingkungannya
Tabel 1: daftar prioritas
Tabel 2: Peringkat negara-negara ASEAN dalam indeks daya saing global
Grafik 1: Kualitas Keseluruhan Infrastruktur Negara-Negara ASEAN
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah mayoritas mahasiswa berada pola Fearful yang memiliki total tertinggi yaitu 100 orang subjek 28.7% dengan dimensi PIU

Sampai batas tertentu, dalam konteks membangun toleransi beragama, kehadiran program “Bandung Kota Agamis” telah menjadi semacam benang homogen atau common platform

Wabah penyakit AI telah banyak menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat tinggi karena penurunan produksi telur pada ayam, burung puyuh, dan itik petelur, serta

Perbuatan memiliki terhadap benda yang ada dalam kekuasaannya sebagaimana yang telah diterangkan di atas, tidak mungkin dapat dilakukan pada benda-benda yang tidak berwujud

Data Flow Diagram adalah alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur data dengan konsep dekomposisi yang dapat digunakan untuk penggambaran. analisa maupun

DSA merupakan suatu tanda tangan elektronik yang dapat digunakan untuk membuktikan keaslian identitas pengirim atau penandatangan dari suatu pesan atau dokumen

Aspek- aspek yang dinilai dari komponen-komponen diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: Komponen Tujuan Instruksional, yang meliputi aspek-aspek ruang lingkup

 Teknik pengundian grup di sepak bola menggunakan logika fuzzy  Aplikasi Perpustakaan Online dengan Menggunakan Protokol 239.50  Rancang Bangun Sistem Informasi Pilkadal Studi