• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kadar Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Ambien Berdasarkan Keberadaan Pohon Angsana (Pterocarpus indicus) di Beberapa Jalan Raya di Kota Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Kadar Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Ambien Berdasarkan Keberadaan Pohon Angsana (Pterocarpus indicus) di Beberapa Jalan Raya di Kota Medan Tahun 2012"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) DAN NITROGEN DIOKSIDA (NO2) DI UDARA AMBIEN BERDASARKAN KEBERADAAN POHON ANGSANA (Pterocarpus indicus) DI BEBERAPA JALAN RAYA DI

KOTA MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH: NIM. 101000337

YENNI YULFIDA HARAHAP

FAKULTAS KESEHATAN MAYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERBANDINGAN KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) DAN NITROGEN DIOKSIDA (NO2) DI UDARA AMBIEN BERDASARKAN KEBERADAAN POHON ANGSANA (Pterocarpus indicus) DI BEBERAPA JALAN RAYA DI

KOTA MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

NIM. 101000337

YENNI YULFIDA HARAHAP

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : PERBANDINGAN KADAR KARBON MONOKSIDA(CO) DAN NITROGEN DIOKSIDA (NO2) DI UDARA AMBIEN BERDASARKAN KEBERADAAN POHON ANGSANA (Pterocarpus Indicus) DI BEBERAPA JALAN RAYA DI KOTA MEDAN TAHUN 2012

Nama Mahasiswa : Yenni Yulfida Harahap Nomor Induk Mahasiswa : 101000337

Program studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan : Kesehatan Lingkungan Tanggal Lulus : 11 Februari 2013

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS

NIP. 19650109 199403 2 002 NIP. 19780331 200312 1 001

dr. Taufik Ashar, MKM

Medan, Februari 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas sumatera utara

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Polutan utama yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor yaitu karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2). Karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) merupakan parameter perubahan kualitas udara, apabila terjadi peningkatan kadar bahan-bahan tersebut di udara melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara pada jalan raya berdasarkan keberadaan pohon Angsana (Pterocarpus indicus).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriftif yaitu untuk mengetahui gambaran perbandingan kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) dengan jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) di kota Medan tahun 2012.

Hasil penelitian ini adalah kadar karbon monoksida (CO) tertinggi terdapat pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. A. H Nasution dan pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. Asia sebesar 16.033 µg/Nm³, sedangkan kadar karbon monoksida (CO) terendah terdapat pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. Brigjend Katamso sebesar 4.581 µg/Nm³. Kadar nitrogen dioksida (NO2) tertinggi terdapat pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana

(Pterocarpus indicus) yaitu Jl. S. Parman sebesar 29,78 µg/Nm³, sedangkan kadar nitrogen dioksida (NO2) terendah terdapat pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. A. H Nasution sebesar 9,22 µg/Nm³.

(5)

ABSTRACT

The main pollutant produced by vehicles is carbon monoxyde (CO) and nitrogen dioxyde (NO2). Carbon monoxida (CO) and nitrogen dioxyde (NO2) is a

parameter change in air quality, in case of eleveted levels of this materials in the air exceeds the quality standars that have been set can cause health problems for humans.

The objective of research would be to know the proportion of carbon monoxyde (CO) and nitrogen dioxyde (NO2) concentration in air on highways based

on the existence of Angsana tree (Pterocarpus indicus).

This research used survey and descriptive method in order to know the description about proportion of carbon monoxyde (CO ) and nitrogen dioxyde (NO2)

concentrations in air on highways in which Angsana trees (Pterocarpus indicus) were grown and on highways without the tree planting in Medan city for 2012.

The result of research the highest concentration of carbon monoxyde (CO) was found on the highways planted Angsana (Pterocarpus indicus) is Jl. A.H Nasution and on highways that are not planted Angsana (pterocarpus indicus) is Jl. Asia 16.033 ug/Nm³ and the lowest concentratin of carbon monoxyde (CO) was found on the highways planted Angsana (pterocarpus indicus) is Jl. Brigjend Katamso 4.581 ug/Nm³. The highest concentration of nitrogen dioxyde (NO2) was found on the

highways are not planted Angsana (Pterocarpus indicus) is Jl. S. Parman 29,78 ug/Nm³ and the lowest concentration of nitrogen dioxyde (NO2) was found on the

highway planted Angsana (Pterocarpus indicus) is Jl. A.H Nasution 9,22 ug/Nm³. In could be concluded that concentration of carbon monoxyde (CO) on the highway planted Angsana trees (Pterocarpus indicus) and on roads in which there was no Angsana tree planted was similar, the highest concentration of nitrogen dioxyde (NO2) was found on the highway that are not planted Angsana tree

(Pterocarpus indicus) planted. For the reason, it would be nescessary to grow some trees that can absorb excessive gas carbon monoxyde (CO) and nitrogen dioxide (NO2) especially on roads in which the passing through vehicles are very active.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yenni Yulfida Harahap

Tempat/ Tanggal Lahir : Siundol Julu, 17 Oktober 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Anak Ke : 1 dari 5 Bersaudara

Alamat : Jl. Lintas Aek Godang Desa Siundol Julu Kecamatan Sosopan Kabupaten Padang Lawas

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1995 – 2001 : SD Negeri No. 142914 Siundol 2. Tahun 2001 – 2004 : MTS Negeri Padangsidimpuan 3. Tahun 2004 – 2007 : MAN 2 Padangsidimpuan

4. Tahun 2007 – 2010 : D III Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan 5. Tahun 2010 – 2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Univeritas

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Perbandingan Kadar Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Ambien Berdasarkan Keberadaan Pohon Angsana (Pterocarpus indicus) di Beberapa Jalan Raya di Kota Medan Tahun 2012”, dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya dari relung hati yang paling dalam kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehtan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Ir. Evi Naria, M. Kes, selaku ketua Departemen kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak menyediakan waktu dan memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis sejak persiapan sampai selesainya skripsi ini

4. dr. Taufik Ashar, MKM, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

(8)

6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Khususnya Departemen Kesehatan Lingkungan.

7. Terima kasih yang tiada terhingga kepada ayahanda tercinta Irsan Harahap, A.Ma.Pd dan ibunda tercinta Nurhabibah Dasopang yang telah banyak memberikan dukungan Doa dan semangat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Adik-adik saya Dian Novita Harahap, Dedi Haryadi Harahap, Ayu Ramadhani Harahap dan Sahrul Hamid Harahap yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

9. Teman-teman saya Khairiah, Meli, Anis, Khodijah, Yuli Yolanda, Mimi, Kak Desi, Bang Teguh, Bang Erwin, Khususnya Kepada teman terdekat penulis Zulfikri Hasibuan yang telah banyak memberikan dukungan Doa kepada penulis dalam menghadapi segala hambatan dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Januari 2013

(9)

DAFTAR ISI

halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstrak ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara ... 7

2.1.1. pengertian Udara ... 7

2.1.2. Pengertian Pencemaran Udara ... 7

2.1.3. Penyebab Pencemaran Udara ... 8

2.1.4. Klasifikasi pencemaran Udara ... 9

2.1.5. Sumber pencemaran Udara ... 12

2.1.6. Jenis- jenis Pencemaran Udara... 14

2.1.7. Pengaruh Meteorologi terhadap penyebaran Pencemar .... 15

2.1.8. Efek Bahan Pencemar Udara ... 17

2.1.9. Pencegahan ... 20

2.2. Karbon Monoksida (CO) ... 21

2.2.1. Sumber Karbon Monoksida di Udara ... 21

2.2.2. Pengaruh Karbon Monoksida Terhadap Manusia ... 23

2.3. Nitrogen Dioksida (NO2) ... 25

2.3.1. Sumber Nitrogen Dioksida di Udara ... 25

2.3.2. Pengaruh Nitrogen Dioksida Terhadap Manusia ... 27

2.4. Tanaman Peneduh Jalan ... 28

2.4.1. Fungsi Tanaman Peneduh Jalan ... 29

2.4.2. Syarat-syarat Tanaman Peneduh Jalan ... 30

2.4.2. Jenis-jenis Tumbuhan yang Dapat menyerap Polutan Udara ... 30

(10)

2.3.1. Terbentuknya Gas Buang Kendaraan Bermotor ... 33

2.3.2. Pengaruh Kendaraan Bermotor dalam Pencemaran Udara 34 2.3.2. Pengendalian Sumber Pencemaran Kendaraan Bermotor . 35 2.6. Kerangka Konsep ... 38

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 39

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 39

3.2.2. Waktu Penelitian ... 40

3.3. Objek Penelitian ... 40

3.4. Populasi dan Sampel ... 40

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 40

3.5.1. Data Primer ... 40

3.5.2. Data Sekunder ... 40

3.6. Teknik Analisa Data ... 40

3.6.1. Teknik Pengambilan Sampel... 41

3.6.2. Prosedur Pengukuran Karbon Monoksida (CO) di Udara ambien ... 41

3.6.3. Prosedur Pengukuran Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara ambien ... 42

3.6.3.1. Pengambilan Contoh Uji ... 42

3.6.3.2. Bahan/Pereaksi ... 42

3.6.3.3. Prosedur Analisis ... 43

3.6.3.4. Perhitungan ... 44

3.7. Aspek Pengukuran ... 45

3.8. Depenisi Operasional ... 46

3.9. Analisis Data ... 47

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 48

4.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 49

4.3. Hasil Penelitian ... 51

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Kadar Karbon Monoksida (CO) di Empat Lokasi Pengambilan Sampel ... 55

5.2. Kadar Nitrogen Dioksida (NO2) di Empat Lokasi Pengambilan Sampel ... 61

5.3. Parameter yang Memengaruhi Kadar Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) Di Udara... 64

5.3.1. Arah Angin ... 64

5.3.2. Kecepatan Angin ... 64

5.3.3. Kelembaban... 65

(11)

5.4. Perbandingan Kadar Karbon Monoksida (CO) Pada Jalan Raya yang Ditanami Pohon Angsana (Pterocarpus indicus) dengan Jalan Raya yang Tidak Ditanami Pohon

Angsana (Pterocarpus indicus) ... 67 5.5. Perbandingan Kadar Nitrogen Dioksida (NO2) Pada Jalan

Raya yang Ditanami Pohon Angsana ( Pterocarpus

Indicus) dengan Jalan Raya yang Tidak Ditanami Pohon

Angsana (Pterocarpus indicus) ... 68 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 69 6.2. Saran ... 70

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Parameter Pencemar Udara ... 9

Tabel 2.2. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang... 12

Tabel 2.3. Baku Mutu Udara Emisi Sumber Bergerak ... 13

Tabel 2.4. Jenis- Jenis Pencemar Udara ... 14

Tabel 2.5. Pengaruh Konsentrasi COHb di dalam Darah Terhadap Kesehatan ... 24

Tabel 4.1. Hasil Penelitian Kadar Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) Pada Jalan Raya yang Ditanami Pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. A.H Nasution dan Jl. Brigjend Katamso dan Pada Jalan Raya yang Tidak Ditanami Pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. S. Parman dan Jl. Asia di Kota Medan Tahun 2012 ... 51

Tabel 4.2. Hasil Penelitian Arah Angin, Kecepatan Angin, Kelembaban dan Suhu Pada Empat Lokasi Penelitian di Kota Medan Tahun 2012 ... 52

Tabel 4.3. Perbandingan Kadar karbon Monoksida (CO) Pada Jalan Raya yang Ditanami Pohon Angsana (Pterocarpus indicus) dengan Jalan Raya yang Tidak Dtanami Pohon Angsana (Pterocarpus indicus) ... 53

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Kadar Karbon Monoksida (CO) dalam Satuan µg/Nm³ Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3. Hasil Pemeriksaaan Kadar Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Ambien

Lampiran 4. Baku Mutu Kadar Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) menurut PP No. 41 Tahun 1999

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

(14)

ABSTRAK

Polutan utama yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor yaitu karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2). Karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) merupakan parameter perubahan kualitas udara, apabila terjadi peningkatan kadar bahan-bahan tersebut di udara melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara pada jalan raya berdasarkan keberadaan pohon Angsana (Pterocarpus indicus).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriftif yaitu untuk mengetahui gambaran perbandingan kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) dengan jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) di kota Medan tahun 2012.

Hasil penelitian ini adalah kadar karbon monoksida (CO) tertinggi terdapat pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. A. H Nasution dan pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. Asia sebesar 16.033 µg/Nm³, sedangkan kadar karbon monoksida (CO) terendah terdapat pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. Brigjend Katamso sebesar 4.581 µg/Nm³. Kadar nitrogen dioksida (NO2) tertinggi terdapat pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana

(Pterocarpus indicus) yaitu Jl. S. Parman sebesar 29,78 µg/Nm³, sedangkan kadar nitrogen dioksida (NO2) terendah terdapat pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu Jl. A. H Nasution sebesar 9,22 µg/Nm³.

(15)

ABSTRACT

The main pollutant produced by vehicles is carbon monoxyde (CO) and nitrogen dioxyde (NO2). Carbon monoxida (CO) and nitrogen dioxyde (NO2) is a

parameter change in air quality, in case of eleveted levels of this materials in the air exceeds the quality standars that have been set can cause health problems for humans.

The objective of research would be to know the proportion of carbon monoxyde (CO) and nitrogen dioxyde (NO2) concentration in air on highways based

on the existence of Angsana tree (Pterocarpus indicus).

This research used survey and descriptive method in order to know the description about proportion of carbon monoxyde (CO ) and nitrogen dioxyde (NO2)

concentrations in air on highways in which Angsana trees (Pterocarpus indicus) were grown and on highways without the tree planting in Medan city for 2012.

The result of research the highest concentration of carbon monoxyde (CO) was found on the highways planted Angsana (Pterocarpus indicus) is Jl. A.H Nasution and on highways that are not planted Angsana (pterocarpus indicus) is Jl. Asia 16.033 ug/Nm³ and the lowest concentratin of carbon monoxyde (CO) was found on the highways planted Angsana (pterocarpus indicus) is Jl. Brigjend Katamso 4.581 ug/Nm³. The highest concentration of nitrogen dioxyde (NO2) was found on the

highways are not planted Angsana (Pterocarpus indicus) is Jl. S. Parman 29,78 ug/Nm³ and the lowest concentration of nitrogen dioxyde (NO2) was found on the

highway planted Angsana (Pterocarpus indicus) is Jl. A.H Nasution 9,22 ug/Nm³. In could be concluded that concentration of carbon monoxyde (CO) on the highway planted Angsana trees (Pterocarpus indicus) and on roads in which there was no Angsana tree planted was similar, the highest concentration of nitrogen dioxyde (NO2) was found on the highway that are not planted Angsana tree

(Pterocarpus indicus) planted. For the reason, it would be nescessary to grow some trees that can absorb excessive gas carbon monoxyde (CO) and nitrogen dioxide (NO2) especially on roads in which the passing through vehicles are very active.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, udara sebagai sumber daya alam yang memengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi makhluk hidup lainnya.

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi, selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). Masalah pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik, kendaraan bermotor dan yang berhubungan erat dengan aktivitas manusia (Darmono, 2001).

Pembangunan di negara kita, khususnya pembangunan bidang industri berjalan sangat cepat. Konsekuensi dari proses pembangunan industri tersebut adalah meningkatnya limbah yang dikeluarkan oleh industri tersebut, termasuk limbah udara yang dapat merubah kualitas udara ambien. Peningkatan tersebut tidak hanya terjadi di bidang industri, tetapi juga terjadi di sektor transportasi (Mukono, 2008).

(17)

sementara peningkatan ruas jalan hanya berkisar 1-2 % (Surabaya dalam angka, 2003).

Jumlah udara yang dibutuhkan oleh manusia untuk pernafasan sangat besar tergantung dari kegiatannya, oleh sebab itu sekecil apapun konsentrasi polutan yang terdapat di udara akan menimbulkan gangguan, yang penting untuk diketahui adalah bahwa udara yang ada di planet bumi ini jumlahnya tetap, hanya komposisinya yang mungkin berubah. Pemanfaatan udara untuk kehidupan manusia dan makhluk lain menggunakannya secara bergantian, dengan demikian perbaikan kualitas udara menjadi hal yang sangat penting untuk diupayakan, seperti misalnya meningkatkan kadar oksigen dan menurunkan kadar karbondioksida dalam proses fotosintesis (Sarudji, 2010).

Gas karbon monoksida (CO) yang dihasilkan oleh kendaraan bermesin bensin (premium) adalah sekitar 1% pada waktu berjalan dan sekitar 7% pada waktu tidak berjalan, sementara mesin diesel menghasilkan gas karbon monoksida (CO) sebesar 0,2% pada waktu berjalan dan sekitar 4% pada waktu berhenti (Siswanto dalam Sarudji, 2010). Kemacetan lalu lintas akan menambah beban pencemar ke udara, sepeda motor merupakan konstributor terbesar terhadap konsentrasi karbon monoksida (CO) di udara ambien khususnya diatas ruas jalan raya (Sarudji, 2010).

(18)

keluhan pada mata, radang saluran pernafasan, sembab paru, bronkitis menahun, emfisema dan kelainan paru menahun (Saric dan Dockery dalam Mukono, 2008).

Kadar nitrogen dioksida (NO2) di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat lebih tinggi dari pada daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit, hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia yang akan menambah kadar nitrogen dioksida (NO2) di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain (Wardhana, 2001).

Meningkatnya jumlah kendaraan di kota Medan akan mengakibatkan konsentrasi karbon monoksida dan nitrogen dioksida di udara terus meningkat. Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk menanggulangi laju peningkatan karbon monoksida dan nitrogen dioksida tersebut di udara dengan melakukan penanaman pohon atau tanaman yang dapat menyerap polusi udara di jalan raya, karena berbagai penelitian menunjukkan bahwa pepohonan mempunyai kemampuan efektif untuk mengatasi/mengeliminir pencemaran udara yang terjadi di kota. Melalui fotosintesa, tanaman dapat mengubah karbon dioksida (CO2) yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar fosil (bensin) menjadi O2 yang diperlukan bagi kelangsungan kehidupan (Soemarwoto, 1991).

Anggraini (1994) menyatakan bahwa struktur fisik tanaman yang bercabang, ranting dan berdaun mampu pula meredam, mereduksi dan memantulkan bising di kota, terutama berasal dari lalu lintas dan industri.

(19)

menggambarkan bahwa pohon Angsana (Pterocarpus indicus) mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menyerap polutan timbal (Pb) dibandingkan pohon lain seperti Glodongan (Polyalthia indicus) yang terdapat di jalan raya di kota Medan.

Tanaman peneduh jalan merupakan tanaman yang ditanam sebagai tanaman penghijauan, selain berfungsi sebagai penyerap unsur pencemar secara kimiawi dan fisik dapat juga berfungsi sebagai peredam suara secara kualitatif maupun secara kuantitatif (Agnesia, 2010).

Observasi yang dilakukan peneliti, Jl. A.H Nasution dan Jl. Brigjend Katamso merupakan salah satu jalan raay di kota Medan yang padat akan kendaraan bermotor dan disepanjang pinggir ruas jalan tersebut banyak terdapat pohon peneduh seperti pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yang dapat menyerap polutan di udara, sedangkan Jl. S. Parman dan Jl. Asia juga merupakan jalan yang padat akan kendaraan bermotor dan di sepanjang jalan tersebut tidak terdapat adanya pohon peneduh yang dapat menyerap polutan di udara.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang perbandingan kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien pada jalan raya berdasarkan keberadaan tanaman Angsana (Pterocarpus indicus) di beberapa jalan raya di kota Medan tahun 2012.

1.2. Perumusan Masalah

(20)

kemmpuan yang lebih baik dalam menyerap polutan timbal (Pb) yang terdapat di jalan raya. Dengan demikian, maka perlu diadakan penelitian terhadap kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di beberapa jalan raya berdasarkan keberadaan pohon Angsana (Pterocarpus indicus) di kota Medan tahun 2012.

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui perbandingan kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien pada jalan raya berdasarkan keberadaan pohon Angsana (Pterocarpus indicus) di beberapa jalan raya di kota Medan yang dipengaruhi oleh kendaraan bermotor yang lewat.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui rata-rata jumlah kendaraan yang lewat pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu : Jl. A. H. Nasution dan Jl. Brigjend Katamso dan pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu : Jl. S. Parman dan Jl. Asia.

2. Untuk mengetahui kadar karbon monoksida (CO) di udara ambien pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu : Jl. A. H Nasution dan Jl. Brigjend Katamso dan pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yaitu : Jl. S. Parman dan Jl. Asia.

(21)

4. Untuk mengetahui arah angin, kecepatan angin, suhu dan kelembaban pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus).

5. Untuk mengetahui arah angin, kecepatan angin, suhu dan kelembaban pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus).

6. Untuk mengetahui perbandingan kadar karbon monoksida (CO) pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) dengan jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus).

7. Untuk mengetahui perbandingan kadar nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) dengan jalan raya yang tidak ditanami pohon Angasana (Pterocarpus indicus). 1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi masyarakat (khususnya pengguna jalan raya) tentang bahaya dari karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) terhadap kesehatan.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang perbandingan kandungan kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien pada jalan raya dengan adanya keberadaan Angsana (Pterocarpus indicus)

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara

2.1.1. Pengertian Udara

Udara adalah atmosfer yang ada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting untuk kehidupan di muka bumi ini, dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbon dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun, dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet dari matahari (Sunu, 2001).

Udara adalah campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi yaitu uap air dan CO2, kegiatan yang berpotensi menaikkan konsentrasi CO2 seperti pembusukan sampah tanaman, pembakaran atau sekumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas yaitu karena proses pernapasan (Agusnar, 2007).

Menurut Sunu (2001), komposisi udara terutama uap air (H2O) sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan sekitarnya. Komposisi udara bersih dan kering, pada umumnya sebagai berikut:

a. Nitrogen (N2) = 78,09 % b. Oksigen (O2) = 20,94 % c. Argon (Ar) = 0,93 % d. Karbon dioksida (CO2) = 0,032 % 2.1.2. Pengertian Pencemaran Udara

(23)

kualitas udara menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup R.I No. KEP-03/MENKLH/II/1991).

Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material (Chambers dan Masters dalam Mukono, 2006 ).

Pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya (Kumar dalam Mukono, 2008)

Pencemaran udara adalah terdapatnya bahan kontaminan di atmosfer karena ulah manusia (man made) , yang membedakan pencemaran udara alamiah dan pencemaran udara di tempat kerja (occupational air pollution) (Mukono, 2006).

2.1.3. Penyebab Pencemaran Udara

Menurut Sunu (2001), secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu:

a. Karena faktor internal (secara alamiah) yaitu: 1) Debu yang beterbangan akibat tiupan angin.

2) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi beserta gas-gas vulkanik.

(24)

b. Karena faktor eksternal (akibat ulah manusia) yaitu: 1) Hasil pembakaran bahan bakar fosil.

2) Debu/serbuk dari kegiatan industri.

3) Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.

Asal pencemar udara dapat diterangkan dengan 3 (tiga) proses yaitu atrisi (attrition) penguapan (vaporization) dan pembakaran (combustion), dari ketiga proses tersebut pembakaran merupakan proses yang sangat dominan dalam kemampuannya menimbulkan bahan polutan (Corman dan Masters dalam Mukono, 2008).

Berdasarkan buletin WHO yang dikutip Holzworth & Cormick (1976:690), penentuan pencemar atau tidaknya udara suatu daerah berdasarkan parameter sebagai berikut:

Tabel 2.1. Parameter Pencemar Udara

No Parameter Udara bersih Udara tercemar

1. Bahan partikel 0,01-0,02 mg/m3 0,07- 0,7 mg/m3

2. SO2 0,003-0,02 ppm 0,02- 2 ppm

3. CO < 1 ppm 5- 200 ppm

4. NO2 0,003- 0,02 ppm 0,02 – 0,1 ppm

5. CO2 310- 330 ppm 350 – 700 ppm

6. Hidrokarbon < 1 ppm 1 – 20 ppm

Sumber : Buletin Who dalam Mukono, 2005

2.1.4. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara

Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian: 1. Polutan Primer

(25)

a. Gas, terdiri dari:

1) Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon oksida (CO dan CO2).

2) Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida.

3) Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak.

4) Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi dan bromin

Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari sumber kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemar yang dikeluarkan antara lain adalah gas NO2, SO2, SO3, ozon, CO, HC, dan partikel debu. Gas NO2, SO2, HC dan CO dapat dihasilkan dari proses pembakaran oleh mesin yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari bahan fosil (Mostardi dalam Mukono, 2008).

b. Partikel

Partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses dispersi (proses menyemprot (spraying) maupun proses erosi bahan tertentu. Asap (smoke) seringkali dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat (paticulate matter), uap (fumes), gas dan kabut (mist) (Mukono, 2005).

Adapun yang dimagsud dengan:

(26)

2) Debu, adalah partikel padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil proses pemecahan suatu bahan.

3) Uap, adalah partikel padat yang merupakan hasil dari proses sublimasi, distilasi atau reaksi kimia.

4) Kabut, adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air. Berdasarkan ukuran, secara garis besar partikel dapat merupakan suatu: a. Partikel debu kasar (coarse particle), jika diameternya > 10 mikron. b. Partikel debu, uap dan asap, jika diameternya diantara 1 - 10 mikron. c. Aerosol, jika diameternya < 1 mikron.

2. Polutan Sekunder

Menurut (Mukono, 2005), polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia, sebagai contoh adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Konsentarsi relatif dari bahan reaktan 2) Derajat foto aktivasi

3) Kondisi iklim

4) Topografi lokal dan adanya embun

(27)

2.1.5. Sumber Pencemaran Udara

Sumber pencemaran yang utama berasal dari transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lainnya (Agusnar, 2007).

Tabel 2.2. Sumber Dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang

No Pencemar Sumber Keterangan

1. Karbon

monoksida (CO)

Buangan kendaraan bermotor, proses industri

Standar kesehatan: 10 mg/m³ (9 ppm)

2. Sulfur dioksida (SO2)

Panas dan fasilitas pembangkit listrik

Standar kesehatan: 80 µg/m³ (0,03 ppm)

3. Nitrogen dioksida (NO2)

Buangan kendaraan bermotor, panas dan fasilitas

pembangkit listrik

Standar kesehatan: 100 mg/m³ (0,05 ppm)

Sumber : Bapedal, 2002

Sumber pencemar udara dapat dikelompokkan menjadi sumber bergerak dan sumber tidak bergerak (Sarudji, 2010).

1. Sumber Bergerak

Sumber pencemar udara bergerak dapat dikelompokkan menjadi: (a). Kendaraan bermotor, (b). Pesawat terbang (c). Kereta api dan (d). Kapal, (Sarudji, 2010).

(28)

merupakan kendaraan yang berkonstibusi besar dalam pencemaran CO, SO2 dan Pb (Ryadi, 2002).

Tabel 2.3. Baku Mutu Udara Emisi Sumber Bergerak No Kategori

Kendaraan Bahan Bakar Uji tahap Operasi CO gr/Km Baku Mutu Hidrokarbon gr/Km

Maks Rata-rata Maks

Rata-rata

Maks Rata-rata 1. Mobil penumpang

dengan tempat duduk Maksimal 9 orang

Bensin 10 28,2 24,6 4,2 3,6 3,7 3,1 2. Mobil dengan

berat dari 2-3 ton

Bensin 10 31,4 26,8 4,8 4,3 3,7 3,3 3. Kendaraan

bermotor disel*) -Direct injection -Inderect injection Solar Solar 6 6

1.050 920

1.050 920 680 590

1.010 1.010

920 920

4. Kendaraan roda 2*)

-Untuk 4 tak -Untuk 2 tak

Bensin Bensin

Idling Idling

4,5 3.300

Keterangan : *) dalam ppm

Sumber : Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep-02/MENKLH/I/1988

2. Sumber Tak Bergerak (Menetap)

(29)

misalnya harus dipertimbangkan keadaan geografi dan tofografi, metereologi, serta rencana tata ruang di wilayah tersebut.

2.1.6. Jenis- Jenis Pencemaran Udara

Menurut (Harssema dalam Mulia, 2005), pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah pollutant (pencemar) yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi yang disebabkan oleh proses alam disebut biogenik emissions, sebagai contoh gas methane (CH4) yang terjadi sebagai akibat dekomposisi bahan organik oleh bakteri pengurai. Emisi yang disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions contohnya adalah emisi udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia adalah hasil pembakaran bahan bakar fosil (bensin, solar, batubara), pemakaian zat- zat kimia yang disemprotkan ke udara dan sebagainya.

Tabel 2.4. Jenis- Jenis Pencemar Udara

NO Pencemaran udara Jenisnya

1. Menurut bentuk a. Gas

b. Partikel

2. Menurut tempat a. Ruangan (Indoor)

b. Udara bebas (outdoor)

3. Gangguan kesehatan a. Iritanisia

b. Aspeksia c. Anestesia d. Toksis

4. Susunan kimia a. Anorganik

b. Organik

5. Menurut asalnya a. primer

(30)

Menurut Agusnar (2007), beberapa jenis pencemar udara yang paling sering ditemukan adalah:

1. Karbon Monoksida (CO) 2. Nitrogen Dioksida (NO2) 3. Sulfur Dioksida (SO2) 4. Hidrokarbon (HC) 5. Partikel

2.1.7. Pengaruh Meteorologi terhadap Penyebaran Pencemar

Meteorologi menjelaskan apa yang terjadi bila terdapat pencemar dari suatu sumber emisi kemudian diukur di lain tempat akan menunjukkan hasil yang berbeda sekalipun pada jarak yang sama dari sumber tersebut. Gerakan udara menyebabkan proses pengenceran pencemar (Sarudji, 2010).

Beberapa pengaruh meteorologi dan iklim terhadap penyebaran pencemar antara lain:

1. Suhu

(31)

2. Arah dan Kecepatan Angin

Kecepatan angin memengaruhi distribusi pencemar, konsentrasi pencemar akan berkurang jika angin kencang dan membagikan pencemar secara mendatar dan tegak lurus. Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana-mana dan dapat mencemari udara negara lain (Chandra, 2006).

3. Hujan

Air hujan sebagai pelarut umum, cenderung melarutkan bahan polutan yang terdapat dalam udara. Kawasan industri yang menggunakan batubara sebagai sumber energinya berpotensi menjadi sumber pencemar udara di sekitarnya. 4. Topografi

Permukaan topografi memberikan efek kepada angin lokal, Perubahan suhu udara diatas laut lebih lambat dibanding udara diatas daratan. Perbedaan kecepatan ini mengakibatkan perbedaan suhu udara di diatas permukaan laut dan darat, sehingga tekanan udara pun berbeda. Pada suhu yang lebih tinggi tekanan udaranya menurun atau lebih rendah, sedangkan pada suhu udara yang lebih rendah tekanannya lebih tinggi, hal ini mengakibatkan terjadinya angin laut dan angin darat (Djajadiningrat, 1982).

Variabel yang ternasuk dalam faktor tofografi, antara lain: a. Dataran rendah

(32)

b. Pegunungan

Di daerah dataran tinggi sering terjadi inversi dan udara dingin yang terperangkap akan menahan polutan tetap di lapisan permukaan bumi. c. Lembah

Di daerah lembah, aliran angin sedikit sekali dan tidak bertiup ke segala penjuru, keadaan ini cenderung menahan polutan yang terdapat di permukaan bumi.

2.1.8. Efek Bahan Pencemar Udara

Efek- efek pencemaran pada kehidupan manusia dapat dibagi menjadi efek secara umum, efek terhadap lingkungan, efek terhadap ekonomi dan efek terhadap kesehatan (Mukono, 2006).

1. Efek Bahan Pencemar Udara Secara Umum

Efek umum pencemaran udara terhadap kehidupan manusia, antara lain:

a. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada manusia, flora dan fauna.

b. Memengaruhi kuantitas dan kualitas matahari yang sampai ke permukaan bumi dan memengaruhi proses fotosintesis tumbuhan.

c. Memengaruhi dan merngubah iklim akibat terjadinya peningkatan kadar CO di udara, kondisi ini cenderung menahan panas tetap berada di lapisan bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect). d. Pencemaran udara dapat merusak cat, karet, dan bersifat korosif terhadap

benda yang terbuat dari logam.

(33)

2. Efek Bahan Pencemar Udara terhadap Lingkungan a. Efek terhadap Kondisi Fisik Atmosfer

Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kondisi fisik atmosfer antara lain adalah:

1) Gangguan jarak pandang (visibility). 2) Memberikan warna tertentu pada atmosfer. 3) Mempengaruhi struktur dari awan.

4) Mempengaruhi keasaman air hujan. 5) Mempercepat pemanasan atmosfer. b. Efek terhadap Vegetasi

Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kehidupan vegetasi antara lain adalah:

1) Perubahan morfologi, figmen dan kerusakan fisiologi sel tumbuhan terutama pada daun.

2) Mempengaruhi pertumbuhan vegetasi. 3) Mempengaruhi proses reproduksi tanaman. 4) Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman.

5) Terjadi akumulasi bahan pencemar pada vegetasi tertentu (misalnya lumut kerak (lichen) dan mempengaruhi kehidupan serta morfologi vegetasi tersebut).

c. Efek terhadap Kehidupan Binatang

(34)

berbahaya, sebagai contoh adalah terjadinya migrasi burung karena udara ambien terpapar oleh gas SO2.

3. Efek terhadap Faktor Ekonomi

Efek negatif bahan pencemar terhadap faktor yang berhubungan dengan ekonomi antara lain:

a. Meningkatkan biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan (keropos). b. Meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan).

c. Kerugian akibat kontaminasi bahan pencemar udara pada makanan/minuman oleh bahan beracun (kontaminasi oleh dioksin).

d. Meningkatnya biaya perawatan/ pengobatan penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara.

4. Efek Bahan Pencemar terhadap Kesehatan

Menurut Djajadiningrat (1982), efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik secara cepat maupun lambat, seperti berikut:

a. Efek cepat

(35)

b. Efek lambat

Pencemaran udara di duga salah satu penyebab bronkhitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara antara lain, emfisema paru, black lung disease, asbestosis, silikosis, bisinosis, dan pada anak-anak penyakit asma dan eksema.

2.1.9. Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan terhadap pencemaran udara tergantung dari sifat dan sumber polutannya. Pencegahan yang paling sederhana dan mudah dilakukan yaitu dengan menggunakan masker sebagai pelindung untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan (Sunu, 2001).

Pencegahan disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan pengaruhnya teerhadap kesehatan dan peralatan yang digunakan. Tindakan yang dilakukan untuk mencegah pencemaran udara seperti mengurangi polutan (beban yang mengakibatkan polusi) dengan peralatan, mengubah polutan, melarutkan polutan, dan mendispersikan (menguraikan) polutan (Sunu, 2001).

Menurut Mulia (2005), untuk mengawasi pencemaran udara, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu :

(36)

mencegah dihasilkannya karbon monoksida yang bersifat meracun bagi manusia.

2. Membersihkan udara yang telah tercemar, ini merupakan salah satu yang diwajibkan pemerintah kepada perusahaan industri yang menggunakan mesin- mesin, yaitu mengolah terlebih dahulu udara kotor yang dihasilkan sebelum dibuang ke alam.

3. Dengan perencanaan kota. Perencanaan kota yang baik akan dapat mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara terhadap kesehatan, misalnya dengan membangun daerah industri yang jauh dari tempat tinggal atau dengan penghijauan kota.

2.2. Karbon Monoksida (CO)

2.2.1. Sumber Karbon Monoksida di Udara

Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada di lapisan atmosfer, oleh karena itu lingkungan yang tercemar oleh gas karbon monoksida (CO) tidak dapat dilihat oleh mata. Gas karbon monoksida (CO) diproduksi oleh proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan – bahan yang mengandung karbon. Gas karbon monoksida (CO) dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah – 192 °C, gas karbon monoksida (CO) sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan (Wardhana, 2001).

(37)

kekurangan oksigen. Menurut perhitungan stochiometrik, yaitu seandainya proses pembakaran terjadi secara sempurna maka dalam 1 kg bensin diperlukan 15 kg udara untuk pembakaran dalam silinder kendaraan bermotor, bila hal ini terjadi maka tidak akan terbentuk CO, tetapi pada kenyataannya hal demikian tak pernah terjadi, dan karenanya terbentuklah CO. Gas CO yang dihasilkan oleh kendaraan bermesin bensin (premium) adalah sekitar 1 % pada waktu berjalan dan sekitar 7 % pada waktu tidak berjalan. Sementara mesin disel menghasilkan CO sebesar 0,2 % pada saat berjalan dan sekitar 4 % pada waktu berhenti (Siswanto dalam Sarudji, 2010).

Menurut Wardhana (2001), kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan CO sekitar 10 – 15 ppm sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu gas CO dapat juga terbentuk walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lainnya.

Menurut Agusnar (2007), karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk melalui proses berikut ini:

a. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon.

b. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi.

c. Pada suhu tinggi, karbon dioksida dapat terurai kembali menjadi karbon monoksida dan oksigen.

(38)

gas CO. Sumber pencemaran gas CO terutama berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak maupun batubara) pada mesin- mesin penggerak transportasi. Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan lingkungan, untuk daerah perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya sudah banyak tercemar oleh gas CO, sedangkan daerah pinggiran kota atau desa, cemaran CO di udara relatif sedikit.

Ternyata tanah yang masih terbuka dimana belum ada bangunan di atasnya, dapat membantu penyerapan gas CO, karena mikroorganisme yang ada di dalam tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat di udara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena dipindahkan ke tempat lain (Mulyanto, 2007).

2.2.2. Pengaruh Karbon Monoksida Terhadap Manusia

Pengaruh beracun gas CO terhadap tubuh manusia terutama disebabkan oleh reaksi antara CO dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah. Hemoglobin di dalam darah secara normal berfungsi dalam sistem transpor dalam membawa oksigen dalam bentuk oksihemoglobin (O2Hb) dari paru-paru ke sel-sel tubuh dan membawa CO dalam bentuk CO2Hb dari sel-sel tubuh ke dalam paru-paru.

(39)

Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat dalam darah, dimana semakin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Konsentrasi COHb di dalam darah dipengaruhi secara langsung oleh konsentrasi CO dari udara yang terhisap (Agusnar, 2007).

Kadar 20 bpj CO dalam udara dapat menyebabkan manusia sakit, dalam waktu 30 menit 1300 ppm dapat menyebabkan kematian. Menghisap gas yang keluar dari knalpot mobil di ruang garasi tertutup lebih banyak menyebabkan kematian (Sastrawijaya, 2009).

Keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2% sampai 1,0% dan rata-rata sekitar 0,5%. Kadar CO didalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan pernafasan tetap konstan (Mukono, 2008).

[image:39.612.116.530.528.681.2]

Gejala-gejala keracunan CO antara lain pusing, rasa tidak enak pada mata, telinga berdengung, mual, muntah detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot- otot, tidak sadar dan bisa meninggal dunia (Mukono, 2008).

Tabel 2.5. Pengaruh Konsentrasi COHb di dalam Darah Terhadap Kesehatan NO Konsentrasi COHb

di dalam darah

Pengaruhnya terhadap kesehatan 1. < 1.0 Tidak berpengaruh

2. 1.0 – 2.0 Penampilan agak tidak normal

3. 2.0 – 5.0 Pengaruh terhadap sistem syaraf sentral, reaksi panca indera tidak normal, benda terlihat agak kabur

4. ≥ 5.0 Perubahan fungsi jantung dan pulmonary

5. 10.0 – 80.0 Kepala pening, mual, berkunang – kunang, pingsan, kesukaran bernafas, kematian.

(40)

2.3. Nitrogen Dioksida (NO2)

2.3.1. Sumber Nitrogen Dioksida di Udara

Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx, karena oksida nitrogen mempunyai 2 macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifat gas NO2 adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak bewarna dan berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat lebih tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit, hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NOx di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain (Wardhana, 2001).

Ada beberapa macam oksida nitrogen seperti NO, NO2, dan N2O. N2O juga biasa terdapat di udara, tetapi tidak berbahaya. Kontributor terbanyak dari polutan NOx adalah kendaraan bermotor dan dari sumber menetap yang membakar minyak, oleh karena itu pencemar ini terkonsentrasi pada daerah urban dimana kendaraan bermotor, industri dan berbagai macam pabrik banyak beroperasi. Nitrogen di udara terdapat 78% (Sastrawijaya, 2009).

(41)

Dari waktu tinggal tersebut dapat diketahui bahwa proses-proses alam termasuk reaksi fotokimia yang mengakibatkan hilangnya NOx (Fardiaz, 2010).

Untuk mengetahui perubahan konsentrasi NOx di udara berlangsung sebagai berikut:

1. Konsentarsi NO dan NO2 tetap stabil sebelum matahari terbit.

2. Konsentrasi NO mulai meningkat pada pagi hari bersamaan dengan aktivitas manusia, terutama kendaraan bermotor.

3. Pada siang hari, sinar matahari memancarkan sinar ultraviolet sehingga konsentrasi NO2 meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO2 sekunder.

4. Dengan menurunnya konsentrasi NO di bawah 0,1 ppm, maka konsentrasi ozon (O3) meningkat.

5. Konsentrasi NO mulai meningkat kembali apabila intensitas energi sinar matahari cenderung menurun pada sore hari.

6. O3 yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi dengan NO yang berakibat terjadinya kenaikan konsentrasi NO2 dan penurunan konsentrasi O3.

(42)

2.3.2. Pengaruh Nitrogen Dioksida terhadap Manusia

Kedua bentuk nitrogen oksida, yaitu NO dan NO2 sangat berbahaya terhadap manusia. Penilaian aktivitas mortalitas dua komponen menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Pada konsentrasi yang normal ditemukan di atmosfer, NO tidak mengakibatkan iritasi dan berbahaya, tetapi pada konsentrasi udara ambien yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang lebih berbahaya (Chandra, 2006).

Nitrogen oksida (NO) mempunyai kemampuan membatasi kadar oksigen dalam darah dan juga mudah bereaksi dengan oksigen membentuk NO2. Apabila NO2 bertemu dengan uap air di udara atau dalam tubuh manusia maka akan terbentuk HNO3 yang dapat merusak tubuh (Sastrawijaya, 2009).

Menurut Mukono (2005), apabila udara tercemar oleh gas NO2 dan bereaksi dengan uap air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek terhadap mata, paru dan kulit.

a. Terhadap alat pernafasan

Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema paru setelah terpapar oleh gas NO2 selama 48 – 72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang meningkat akan menjadi fatal.

b. Terhadap mata

(43)

c. Terhadap kulit

Iritasi terhadap kulit dapat terjadi apabila kulit kontak dengan uap air nitrogen akan menyebabkan luka bakar.

d. Efek lain (terhadap darah)

Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi dengan darah. 2.4. Tanaman Peneduh Jalan

Tanaman peneduh jalan adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan percabangan yang tingginya lebih dari 2 meter, mempunyai percabangan melebar kesamping seperti pohon rindang yang dapat memberikan keteduhan, penahan silau cahaya matahari dan penyerap polutan-polutan udara (Agnesia, 2006).

Beberapa tanaman peneduh jalan memiliki morfologi yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi tanaman peneduh jalan tersebut. Adapun bagian-bagian penting pada tanaman peneduh jalan secara umum yaitu terdiri dari:

1. Batang

Batang merupakan bagian tanaman yang sangat penting, dan mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tanaman, batang dapat disamakan dengan tubuh tanaman

2. Akar

(44)

3. Daun

Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang paling rentan terhadap sumber pencemaran terutama di daeah perkotaan akibat kendaraan bermotor. Daun peneduh jalan biasanya berdaun majemuk karena semakin banyak helaian daun pada suatu tangkai maka semakin baik fungsi dari suatu tanaman peneduh jalan tersebut. Luas permukaan daun sangat berpengaruh terhadap fungsi daun sebagai penyerap karbondioksida dan polutan-polutan udara lainnya.

2.4.1. Fungsi Tanaman Peneduh Jalan

Menurut (Anggraini, 1994), fungsi tanaman peneduh jalan adalah sebagai berikut:

1. Menciftakan kenyamanan

Tanaman peneduh jalan yang rindang yang berada di tengah maupun di pinggir jalan raya memberikan suasana sejuk dan teduh, hal ini tentu saja memberikan kenyamanan pengendara maupun pejalan kaki yang melintasi jalan raya tersebut

2. Memberikan nilai estetika

Tanaman yang rindang dan tajuk yang teratur memberikan nilai estetika pada jalan raya yang ditumbuhinya, hal ini secara tidak langsung dapat memberikan nilai tambah bagi jalan raya tersebut.

3. Menjerap dan menyerap polutan-polutan udara

(45)

5. Meredam kebisingan

Tanaman peneduh jalan juga dapat meredam kebisingan yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor. Bentuk konopi tajuk pohon berpengaruh pada efektifitasnya dalam meredam kebisingan.

2.4.2. Syarat-Syarat Tanaman Peneduh Jalan

Secara umum, syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam memilih pohon untuk tanaman peneduh jalan antara lain:

a) Mempunyai perakaran yang dalam, kuat, tidak mudah tumbang dan tidak mudah menggugurkan ranting dan daun

b) Mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara dan air tercemar).

c) Pertumbuhan cepat dan tahan terhadap resiko. d) Tidak memerlukan perawatan yang intensif e) Berumur panjang

f) Tahan terhadap kekurangan air g) Dahan dan ranting tidak mudah patah

h) Dapat menghasilkan oksigen dan meningkatkan kualitas lingkungan kota 2.4.3. Jenis-jenis Tumbuhan yang dapat Menyerap Polutan di Udara

1. Lidah Mertua (Sansevieria)

(46)

mampu hidup pada rentang suhu dan cahaya yang luas, sangat resisten terhadap gas udara yang berbahaya (polutan), dan mampu menyerap polutan di daerah padat lalu lintas.

Satu tanaman lidah mertua dewasa berdaun 4/5 helai dapat menyegarkan kembali udara dalam ruangan seluas 20 m persegi, karena dalam Sansevieria

mengandung bahan aktif pregnane glikosid, yang berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi asam organik, gula dan asam amino, dengan demikian unsur polutan tersebut jadi tidak berbahaya lagi bagi manusia.

2. Mahoni (Swettiana mahagoni)

Tanaman mahoni termasuk jenis tanaman pohon tinggi, percabangannya banyak, tingginya dapat mencapai kira-kira 10 – 30 m. Menurut laboratorium, pohon mahoni termasuk dalam kriteria pohon yang mampu mengurangi polusi udara sekitar 47% – 69%. Pohon ini juga dapat menyerap polutan timbal yang di keluarkan oleh kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan penyakit bagi manusia. Daun-daunnya menyerap polutan-polutan dan melepaskan oksigen ke udara. Selain itu, pohon mahoni termasuk pohon pengikat air karena akarnya dapat mengikat air dan menjadi cadangan air bagi lingkungan sekitar.

3. Asam Jawa (Tamarindus indica)

(47)

4. Pohon Trembesia (Samanea saman)

Pohon trembesia merupakan pohon yang mampu menyerap 28,5 ton karbondioksida per tahun dalam skala yang besar, sehingga sangat dianjurkan ditanam sebagai pohon penghijauan. Selain penyerap polusi, pohon trembesia mampu menyerap air tanah sehingga saat musim hujan tiba wilayah sekitar pohon trembesia tidak tergenang air. Pohon ini membutuhkan lahan yang luas.

5. Palem kuning (Chrysalidocarpus lutescens)

Palem kuning adalah Jenis pinang-pinangan yang tumbuh sampai diatas 5 m. Mampu menyerap racun dengan banyak dan paling tinggi diantara tanaman lainnya. Tanaman kecil cocok diletakkan di dalam rumah dan tanaman besar di pinggir jalan sangat efektif untuk menyerap gas beracun dari asap kendaraan maupun pabrik. Palem kuning setinggi 1,8 m dapat menghasilkan uap air 1 liter/24 jam dan menghisap zat beracun paling banyak jenis dan volumenya. Kemampuan menyerap Trikloroetilen-nya 16,520 microgram, sedangkan penyerapan benzena 34,073 microgram, dan Formaldehida 76,707 microgram per 24 jam.

6. Daun Puring (Codiaeum variegatum)

Pohon puring merupakan tanaman yang memiliki daun yang paling baik dalam menyerap unsur plumbum (Pb/timah hitam/timbal) yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yang terdapat bertebaran di udara terbuka (2.05 mg/lt).

7. Angsana (Pterocarpus indicus)

(48)

tinggi, ketinggiannya bisa mencapai 10 – 40 m. Ujung tanaman ini berambut, daunnya majemuk dan menyirip ganjil. Anak daun berjumlah 5-11 daun, daun berbentuk bulat dan memanjang., ujungn daun meruncing, tumpul mengkilat. Panjang daun tanaman angsana 4 – 10 cm dengan lebar 2,5-5 cm, anak tangkai panjangnya lebih kurang 0,5-1,5 cm. Bunganya berkelamin ganda, berwarna kuning cerah dan baunya sangat harum sehingga sering digunakan sebagai tanaman peneduh jalan. Angsana mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menyerap polutan udara dibandingkan dengan pohon lain.

2.5. Kendaraan Bermotor

2.5.1. Terbentuknya Gas Buang Kendaraan Bermotor

Menurut Sarudji (2010), kendaraan bermotor seperti bus, truk, jeep, sedan, sepeda motor dan sejenisnya menggunakan sumber energi dari bensin atau minyak diesel. Kendaraan bermotor yang menggunakan mesin empat langkah menghasilkan gas buang dengan mekanisme berikut:

(49)

Pb yang ditambahkan pada bensin berupa tetraethyllead (TEL) dengan formula Pb (C2H5)4 (Sarudji, 2010).

Minyak diesel digunakan oleh mesin yang menggunakan metode injeksi minyak bakar ke dalam silinder. Hasil gas buang banyak mengandung Hidrikarbon. Pada mobil gas buang diemisikan ke uadara terutama melalui klanpot (muffer) , mesin (crankcase blowby) dan dari tutup bensin. Hampir 100 % CO, Nox dan Pb serta sekitar 60 % Hidrokarbon diemisikan dari knalpot, 40 % Hidrokarbon diemisikan dari lubang pengisian bensin dan crankcase (Perkins dalam Sarudji, 2010).

2.5.2. Pengaruh Kendaran Bermotor Dalam Pencemaran Udara

Kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran yang sangat besar andilnya, antara lain karena dapat membebaskan hidrokarbon, oksida nitrogen, oksida sulfur dan lain-lain (termasuk juga Pb). Hidrokarbon dan nitrogen oksida di udara akan membentuk ozon maupun bereaksi dengan ozon itu sendiri melalui proses

photochemical process (Ryadi, 2002).

Anonimus (2012), faktor- faktor yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain: 1. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial)

2. Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada 3. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya

kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota.

(50)

5. Kesamaan waktu aliran lalu lintas

6. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor 7. Faktor perawatan kendaraan

8. Jenis bahan bakar yang digunakan 9. Jenis permukaan jalan

10. Siklus dan pola mengemudi (driving pattern)

Dalam penyelidikan di Amerika sumber primer dari hidrokarbon dan nitrogen oksida adalah utama kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin maupun solar. Penyelidikan R.W Hurn pada tahun 1956-1966 di Amerika memperoleh data bahwa rata-rata setiap kendaraan bermotor yang laju dengan kecepatan 40 km/jam menghasilkan:

a. 1400 ppm hidrokarbon b. 850 ppm oksida nitrogen

c. 310.000 ppm (3,1 %) karbon monoksida

2.5.3. Pengendalian Sumber Pencemaran Kendaraan bermotor

Menurut Ryadi (2002), pengendalian sumber pencemaran yang berasal dari kendaraan bermotor antara lain dapat dilakukan melalui perencanaan design dan perbaikan tekhnis terhadap proses mesinnya. Sumber pencemaran dari kendaraan bermotor antara lain:

(51)

b. Bila dihitung dari setiap kendaraan bermotor, maka bagian-bagian kendaraan yang memberikan pencemaran dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Bagian knalpot belakang (tailpipe) memberikan emisi 50-60% dari keseluruhan bahan buangan organik kendaraan bermotor.

2) Evaporasi melalui karburator dan tangki bensinnya memberikan emisi sejumlah 15-25%.

Solusi untuk mengatasi polusi udara, antara lain sebagai berikut:

a. Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara kendaraan angkutan massal, seperti bus dan kereta api, diperbanyak.

b. Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan, terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk memberi kontribusi polutan udara.

c. Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.

(52)

e. Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan kendaraan yang lain.

(53)
[image:53.612.111.552.103.425.2]

2.6. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka Konsep penelitian Jalan raya yang ditanami pohon

Angsana (Pterocarpus indicus)

1. Jalan A.H Nasution 2. Jalan Bridjen Katamso

Jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus)

1. Jalan S. Parman 2. Jalan Asia

Parameter yang memengaruhi kadar karbon monoksida (CO) dan

nitrogen dioksida (NO2) di udara 1. Arah angin

2. Kecepatan angin 3. Kelembaban 4. Suhu

Pengukuran kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei dan bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran perbandingan kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien berdasarkan keberadaan pohon Angsana

(Pterocarpus indicus) di beberapa jalan raya di kota Medan tahun 2012. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana

(Pterocarpus indicus) seperti Jl .A.H. Nasution dan Jl. Brigjend Katamso, sedangkan pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) seperti Jalan S. Parman dan Jalan Asia.

Adapun alasan memilih tempat tersebut sebagai lokasi penelitian sebab:

1. Jalan A.H. Nasution dan jalan Brigjend Katamso merupakan jalan raya yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) dengan jumlah kendaraan yang lewat sangat banyak.

2. Jalan S. Parman dan Jalan Asia merupakan jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) dengan jumlah kendaraan yang lewat sangat banyak.

(55)

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2012.

3.3. Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien pada jalan raya di kota Medan dengan kriteria berdasarkan keberadaan pohon Angsana (Pterocarpus indicus).

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah jalan raya di kota Medan dan sampel dalam penelitian ini adalah 4, dimana 2 sampel diambil pada jalan raya yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus) dan 2 sampel lainnya pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling.

3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

Data primer merupakan data hasil pemeriksaan kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) yang diperoleh langsung dari pengukuran yang telah dilakukan.

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data kepustakaan, data yang diperoleh dari BTKLPP (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit), dan pengumpulan informasi berupa data-data yang relevan dengan penelitian.

(56)

3.6.1. Teknik Pengambilan sampel

Penelitian dilakukan pada titik, jalan raya yang ditanami pohon Angsana

(Pterocarpus indicus) yaitu titik I jalan A. H Nasution (depan Sekolah Primbana), titik II jalan Brigjend Katamso (depan Rumah Makan Minang dekat persimpangan Jl. Pelangi), sedangkan pada jalan raya yang tidak ditanami pohon Angsana

(Pterocarpus indicus) yaitu titik III jalan S. Parman (depan Bank BCA ) dan titk IV jalan Asia (Depan Sekolah W.R Supratman). Pengukuran karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) dilakukan selama 1 jam yaitu pada jam 11.00 WIB. Sampel karbon monoksida di dapat dengan menggunakan alat CO Analyzer, sedangkan sampel nitrogen dioksida di dapat dengan menggunakan alat Impinger, kemudian hasil pengukuran dianalisis di BTKLPP (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) Medan.

3.6.2. Prosedur Pengukuran Karbon Monoksida di Udara Ambien Prosedur pengukuran karbon monoksida di udara, sebagai berikut: 1. Alat di letakkan 1,5 meter di atas jalan raya

2. Tekan tombol ON/OFF

3. Alat distabilkan selama 2 menit

4. Tekan tombol DOWN, sampai keluar tanda RECORD di sudut kanan atas dari dispaly (RECORD untuk menangkap polutan karbon monoksida)

5. Atur waktu selama 1 jam untuk melakukan pengukuran karbon monoksida di udara ambien

6. Tekan tombol RECORD untuk pemberhentian pengukuran.

(57)

3.6.3. Pengukuran Nitrogen Dioksida ( NO2) di Udara Ambien 3.6.3.1. Pengambilan Contoh Uji

1. Susun peralatan pengambilan contoh uji dengan baik dan benar

2. Masukkan larutan penyerap Griess Saltzam sebanyak 10 mL ke dalam botol penyerap. Atur botol penyerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung,

3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4 L/menit, setelah stabil catat laju alir awal F1

4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan tekanan udara

5. Setelah satu jam catat laju alir akhir dan kemudian matikan pompa penghisap 6. Analisis yang dilakukan dilapangan segera setelah pengambilan contoh. 3.6.3.2. Bahan/ Pereaksi

1. Hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) 2. Larutan asam asetat glasial (CH3COOH) 3. Air suling bebes nitrit

4. Larutan nitrit N-(1-naftil)-etilendiamin dihidroklorida (NEDA, C12H16Cl2N2) - Larutkan 0,1 gr NEDA dengan air suling kedalam botol coklat dan simpan

dilemari pendingin, kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda tera.

- Larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan simpan dilemari pendingin.

(58)

6. Larutan penyerap Griess Saltzam

- Larutkan 5 gr asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) dalam gelas piala 1000 ml dengan 140 ml asam asetat glasial, aduk secara hati-hati dengan stirer sambil ditambahkan dengan air suling hingga kurang lebih 800 ml.

- Pindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur 1000 ml

- Tambahkann 20 ml larutan induk NEDA , dan 10 ml aseton, tambahkan air suling hingga sampai tanda tera, lalu homogenkan

7. Larutan induk NO2 1640 µg/mL

- Keringkan natrium nitrit (NaNO2) dalam oven selama 2 jam pada suhu 105°C, dan dinginkan dengan desikator

- Timbang 0, 246 gr natrium nitrit yang tersebut diatas, kemudian larutkan kedalam labu ukur 100 ml dengan air suling, tamb ahkan air suling hingga tanda tera, lalu homogenkan

- Pindahkan larutan tersebut ke dalam botol coklat dan simpan di lemari pendingin

8. Larutan standar nitrit (NO2)

Masukkan 10 ml larutan induk natrium nitrit ke dalam labu ukur 1000 ml, tambahkan air suling hingga tanda tera, lalu homogenkan.

3.6.3.3. Prosedur Analisis

1. Pembuatan Kurva Kalibrasi

(59)

b. Masukkan masing-masing 0,0 ml; 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1,0 ml, larutan standar nitrit menggunakan pipet volumetri atau buret mikro ke dalam tabung uji 25 ml

c. Taambahkan larutan penyerap sampai tanda tera, kocok dengan baik dan biarkan selama 15 menit agar pembentukan warna sempurna

d. Ukur serapan masing-masing larutan standar dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm

e. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah NO2 (µg) 2. Pengujian Contoh Uji

a. Masukkan larutan contoh uji ke dalam kuvet pada alat spektofotometer, ukur intensitas warna merah muda yang terbentuk pada panjang gelombang 550 nm

b. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan menggunakan kurva kalibrasi

3.6.3.4. Perhitungan

1. Volume contoh uji udara yang diambil

Volume contoh uji udara yang diambil, dihitung pada kondisi normal (25°C, 760 mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

V = F1 + F2 x Pat x 2 Ta 760

298’

Dimana:

(60)

F1 : Laju alir awal (L/ menit) F2 : Laju alir akhir (L/ menit)

T : Durasi pengambilan contoh uji (menit)

Pa : Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg) Ta : Temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K)

298 : Konversi temperatur pada kondisi normal (25°C) ka dalam kelvin 760 : Tekanan udara standar (mmHg)

2. Konsentrasi NO2 di udara ambien

Konsentari NO2 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: CNO2 = b x 10

V 25

x 1000

Dimana:

C : Konsentrasi NO2 di udara (µg/ Nm3)

b : Jumlah NO2 dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (µg) V : Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25°C, 760

mmHg

10/25 : Faktor pengenceran 1000 : Konversi liter ke m3 3.7. Aspek Pengukuran

(61)

melebihi baku mutu kualitas udara ambien dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 maka udara tersebut sudah tercemar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2).

3.8. Defenisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional yang akan diteliti dalam tugas ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Jalan raya adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air.

2. Jalan raya

Gambar

Tabel 2.1. Parameter Pencemar Udara
Tabel 2.2. Sumber Dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang
Tabel 2.3. Baku Mutu Udara Emisi Sumber Bergerak
Tabel  2.4.  Jenis- Jenis Pencemar Udara
+5

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif dan sebagai populasi adalah seluruh rental game online yang terdapat di pinggiran jalan Kelurahan Padang Bulan dan

Penelitian ini dilakukan di Jalan Slamet Riyadi Kota Surakarta, dengan tujuan mengetahui besar konsentrasi karbon monoksida (CO), mengetahui pengaruh kepadatan kendaraan

Penulis membagi proses dalam menentukan potensi pencemaran karbon monoksida ambien adalah dengan metode Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan parameter yang dapat

Penulis membagi proses dalam menentukan potensi pencemaran karbon monoksida ambien adalah dengan metode Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan parameter yang dapat

Telah dilakukan &#34;Perancangan Alat Ukur Kadar Karbon Monoksida (CO) Pada Emisi Gas Buang Kendaraan Berbasis Arduino&#34;.Untuk mengetahui kadar konsentrasi gas karbon

Alat ukur uji emisi gas karbon monoksida yang dibuat dalam penelitian ini merupakan sebuah alat untuk mengetahui kadar gas karbon monoksida menggunakan sensor MQ-7

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan yang mempengaruhi kadar CO (karbon monoksida) ekspirasi pada pengguna narkoba di Kota Palembang.. Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui di titik dan pada variasi jarak berapakah kadar konsentrasi gas karbon monoksida (CO) tertingi di ruas Jalan Gajah Mada Pontianak,