SKRIPSI
PERBEDAAN KADAR CO DAN SO2 DI UDARA BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS DAN BANYAKNYA POHON DI JL. DR. MANSUR DANJL. JENDRAL A.H. NASUTION DI KOTA MEDAN
TAHUN 2015
Oleh :
CUT TATIANA ROSA NIM 101000257
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERBEDAAN KADAR CO DAN SO2 DI UDARA BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS DAN BANYAKNYA POHON DI JL. DR. MANSUR DAN JL. JENDRAL A.H. NASUTION DI KOTA MEDAN
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH:
CUT TATIANA ROSA NIM. 101000257
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Nama : Cut Tatiana Rosa
NIM : 10100257
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Kesehatan Lingkungan
Judul Skripsi : PERBEDAAN KADAR CO DAN SO2 DI UDARA BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS DAN BANYAKNYA POHON DI JL. DR. MANSUR DAN JL. JENDRAL A.H. NASUTION DI KOTA MEDAN TAHUN 2015
menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di
kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Universitas
Sumatera Utara.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.
Penulis,
ABSTRAK
Pencemaran udara di perkotaan didominasi sebanyak 70% oleh aktifitas kendaraan bermotor. Karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) termasuk
polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan juga termasuk sebagai parameter pencemaran udara. Apabila konsentrasinya di udara melebihi baku mutu dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar CO dan SO2 di udara berdasarkan volume lalu lintas dan banyaknya pohon di Jl. Dr. Mansyur dan Jl. Jenderal A.H. Nasution di kota Medan tahun 2015.
Metode penelitian yang digunakan adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran perbedaan kadar karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) di udara berdasarkan volume lalu lintas dan banyaknya
pohon di Jl. Dr. Mansyur dan Jl. Jend. A.H. Nasution di kota Medan tahun 2015. Hasil penelitian ini adalah kadar gas CO dan SO2 tertinggi terdapat pada
Jl. Jenderal A.H. Nasution dengan volume lalu lintas tertinggi dan jumlah pohon
yang lebih sedikit yaitu kadar CO sebanyak 17.750 µg/Nm3
dan kadar SO2
sebanyak 69,93 µg/Nm3
, sedangkan kadar gas CO dan SO2 terendah terdapat pada
Jl. Dr. Mansyur dengan volume lalu lintas terendah dan jumlah pohon yang lebih
banyak yaitu kadar CO sebanyak 9.161 µg/Nm3
dan kadar SO2 sebanyak 59,05 tanaman lain yang berpotensi menyerap polutan udara pada jalan raya yang padat aktifitas lalu lintasnya.
ABSTRACT
Air pollution in urban area dominated by as much as 70% by vehicle activity. Carbon monoxide (CO) and sulfur dioxide (SO2) are included as the pollutants that produced by vehicle and also included as air quality parameters. If the concentration in air exceeds the quality standard can cause health promblems for humans.
The objective of research would be to know the difference of CO and SO2 concentration in air by virtue of the traffic volume and quantity of tree at Jl. Dr. Mansyur and Jl. Jend. A.H. Nasution in Medan city for 2015.
This research used survey and descriptive method in order to know the description about difference of CO and SO2 concentrations in air by virtue of traffic and quantity of tree at Jl. Dr. Mansyur and Jl. Jend. A.H. Nasution in Medan city for 2015.
The result of research the highest concentration of CO and SO2 were found at Jl. Jend. A.H. Nasution with the highest traffic volume and less of tree with the number of CO is 17.750 µg/Nm3 and the number of SO2is 69,93 µg/Nm3, while the lowest concentration of CO and SO2 were found at Jl. Dr. Mansyur with the lowest traffic volume and many more of tree with the number of CO is 9.161 µg/Nm3 and the number of SO2 is 59,05 µg/Nm3
.
The conclusions of this research is concentrations of CO and SO2 were found on highway with high traffic volume and less of tree. Therefore it would be necessary to grow tree or other plant that can assorb air pollutant on the highway with hectic traffic acitivity.
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perbedaan Kadar Co dan SO2 Berdasarkan Volume Lalu Lintas dan Banyaknya
Pohon di Jl. Dr. Mansyur dan Jl. Jend. A.H. Nasution di Kota Medan Tahun
2015” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat.
Selama penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi
ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
2. Ir. Indra Chahaya S, M.Si selaku Dosen Pembimbing I skripsi sekaligus
sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, tulus dan
sabar memberikan saran, bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH selaku Dosen Pembimbing II sekaligus
sebagai Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu, tulus dan sabar
memberi saran, nasehat bimbingan, arahan dan masukan dalam
4. Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D selaku Penguji II yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi
ini.
5. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Penguji III yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi
ini.
6. Dr. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
memberikan dukungan dan saran-saran selama penulis menjalani
pendidikan.
7. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu
selama penulis mengikuti pendidikan.
8. Teristimewa untuk kedua orangtua saya terkasih, Ayahanda (Drs.
Syahrumsyah) dan Ibunda (Dra. Hj. Rosdiana, Apt) yang senantiasa
memberikan doa, pengertian, kasih sayang dan dukungan yang tiada
henti-hentinya kepada penulis selama ini, serta Kakak (Cut Sylvia Rosa, Amd.
KL) dan Adik (Teuku Shaddiq Rosa) yang bersedia meluangkan waktunya
untuk turut membantu dan memberikan doa serta dukungan kepada
penulis.
9. Kepada sahabat (Latifa Sari Dalimunthe, Rafni Silva Siregar, Ayu Febrini
Meutia, Anggi Mutiah Syakdiah Siregar, Eva Novia Andani, Meithyra
Simatupang, Dewi Sarah, Adi Putra Panggabean, Henrico Fermi Ginting
dan Fanji Dio Putra) yang selalu memberikan hiburan, semangat dan
10.Rekan-rekan Peminatan Kesehatan Lingkungan FKM USU, rekan-rekan
stambuk 2010 serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan
satu persatu yang telah banyak membantu, memberikan semangat,
dukungan dan doa selama ini.
Penulis menyadari masih ada kekuarangan dalam penulisan skripsi ini,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu
pengetahuan.
Medan, Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara ... 13
2.1.7. Efek Pencemaran Udara ……… . 15
2.1.8. Pengendalian Pencemaran Udara ... 20
2.2. Karbon Monoksida (CO) ……….. 21
2.2.1. Sumber Pencemaran Gas CO ... 21
2.2.2. Pengaruh Gas CO Terhadap Kesehatan ... 23
2.2.3. Pengaruh Gas CO Terhadap Lingkungan ... 25
2.3. Sulfur Dioksida (SO2) ... 25
2.3.1. Sumber Pencemaran Gas SO2 ... 25
2.3.2. Pengaruh Gas SO2 Terhadap Kesehatan ... 26
2.3.3. Pengaruh Gas sSO2 Terhadap Lingkungan ... 28
2.4. Volume Lalu Lintas ... 27
2.5. Tumbuhan sebagai Penyerap Polutan Udara ... 28
2.5.1. Proses Reaksi Reduksi Pencemaran Udara ... 28
2.5.2. Jenis-jenis Tumbuhan Penyerap Polutan ... 29
2.6. Kerangka Konsep ... 35
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 36
3.7. Defenisi Operasional Variabel ... 41
3.8. Aspek Pengukuran ... 42 5.1. Kadar Karbon Monoksida (CO) di Udara Lokasi Pengambilan Sampel ... 50
5.2. Kadar Sulfur Dioksida (SO2) di Udara Lokasi Pengambilan Sampel ... 53
5.3. Parameter yang Mempengaruhi Kadar Gas CO dan SO2 di Udara ... 55
5.3.1. Arah Angin ……… 55
5.3.2. Kelembaban ……… 55
5.3.3. Suhu ………... 56
5.4. Perbedaan Kadar Gas Co dan SO2 di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution Berdasarkan Volume Lalu Lintas ………... 57
5.5. Perbedaan Kadar Gas Co dan SO2 di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution Berdasarkan Banyaknya Pohon ………... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan .. ... 59
6.2. Saran ... 60
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Ukuran Partikel Debu dalam Saluran Pernapasan ... 10
Tabel 2.2. Sumber Pencemaran CO ... 23
Tabel 2.3. Sumber Pencemaran SOx ... 26
Tabel 2.4. tumbuhan Penyerap Gas CO ... 29
Tabel 2.5. Tumbuhan Penyerap Gas CO2 ... 30
Tabel 2.6. Tumbuhan Penyerap Debu ... 31
Tabel 2.7. Tumbuhan Penyerap Gas NO2 ... 31
Tabel 2.8. Tumbuhan Penyerap Gas SOx ... 33
Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Gas Co di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution ... 45
Tabel 4.2. Hasil pengukuran Kadar Gas SO2 di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasutuion ... 46
Tabel.4.3. Hasil Pengukuran Volume Lalu Lintas di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan jend. A.H. Nasution ... 46
Tabel 4.4. Perbedaan Banyaknya Pohon di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution ... 47
Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Arah Angin, Kelembaban dan Suhu di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution ... 47
Tabel 4.6. Perbedaan Kadar Gas CO dan SO2 di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution Berdasarkan Volume Lalu Lintas .... 48
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Lokasi Penelitian di Jl. Dr. Mansyur (Titik I)
Gambar 2. Lokasi Penelitian di Jl. Jend. A.H. Nasution (Titik II)
DAFTAR ISTILAH Singkatan : Singkatan dari
CO : Karbon Monoksida CO2 : Karbon Dioksida
SO2 : Sulfur Dioksida
SOx : Sulfur Oksida
NO2 : Nitrogen Dioksida
Hb : Hemoglobin
COHb : Karboksihemoglobin O2Hb : Oksihemoglobin
WHO : World Health Organization
RTH : Ruang Terbuka Hijau
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah BPS : Badan Pusat Statistik
Dishub : Dinas Perhubungan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Cut Tatiana Rosa
Tempat Lahir : Kuala
Tanggal Lahir : 17 Agustus 1992
Suku Bangsa : Aceh
Agama : Islam
Nama Ayah : Drs. Syahrumsyah
Suku Bangsa Ayah : Aceh
Nama Ibu : Dra. Hj. Rosdiana, Apt. Suku Bangsa Ibu : Melayu
Pendidikan Formal
ABSTRAK
Pencemaran udara di perkotaan didominasi sebanyak 70% oleh aktifitas kendaraan bermotor. Karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) termasuk
polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan juga termasuk sebagai parameter pencemaran udara. Apabila konsentrasinya di udara melebihi baku mutu dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar CO dan SO2 di udara berdasarkan volume lalu lintas dan banyaknya pohon di Jl. Dr. Mansyur dan Jl. Jenderal A.H. Nasution di kota Medan tahun 2015.
Metode penelitian yang digunakan adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran perbedaan kadar karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) di udara berdasarkan volume lalu lintas dan banyaknya
pohon di Jl. Dr. Mansyur dan Jl. Jend. A.H. Nasution di kota Medan tahun 2015. Hasil penelitian ini adalah kadar gas CO dan SO2 tertinggi terdapat pada
Jl. Jenderal A.H. Nasution dengan volume lalu lintas tertinggi dan jumlah pohon
yang lebih sedikit yaitu kadar CO sebanyak 17.750 µg/Nm3
dan kadar SO2
sebanyak 69,93 µg/Nm3
, sedangkan kadar gas CO dan SO2 terendah terdapat pada
Jl. Dr. Mansyur dengan volume lalu lintas terendah dan jumlah pohon yang lebih
banyak yaitu kadar CO sebanyak 9.161 µg/Nm3
dan kadar SO2 sebanyak 59,05 tanaman lain yang berpotensi menyerap polutan udara pada jalan raya yang padat aktifitas lalu lintasnya.
ABSTRACT
Air pollution in urban area dominated by as much as 70% by vehicle activity. Carbon monoxide (CO) and sulfur dioxide (SO2) are included as the pollutants that produced by vehicle and also included as air quality parameters. If the concentration in air exceeds the quality standard can cause health promblems for humans.
The objective of research would be to know the difference of CO and SO2 concentration in air by virtue of the traffic volume and quantity of tree at Jl. Dr. Mansyur and Jl. Jend. A.H. Nasution in Medan city for 2015.
This research used survey and descriptive method in order to know the description about difference of CO and SO2 concentrations in air by virtue of traffic and quantity of tree at Jl. Dr. Mansyur and Jl. Jend. A.H. Nasution in Medan city for 2015.
The result of research the highest concentration of CO and SO2 were found at Jl. Jend. A.H. Nasution with the highest traffic volume and less of tree with the number of CO is 17.750 µg/Nm3 and the number of SO2is 69,93 µg/Nm3, while the lowest concentration of CO and SO2 were found at Jl. Dr. Mansyur with the lowest traffic volume and many more of tree with the number of CO is 9.161 µg/Nm3 and the number of SO2 is 59,05 µg/Nm3
.
The conclusions of this research is concentrations of CO and SO2 were found on highway with high traffic volume and less of tree. Therefore it would be necessary to grow tree or other plant that can assorb air pollutant on the highway with hectic traffic acitivity.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia
serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya
untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi
makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).
Pencemaran udara baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan dapat
menimbulkan penyakit pada manusia. Pada tahun 2012 WHO melaporkan bahwa
sekitar 7 juta kematian atau 1/8 dari jumlah kematian global disebabkan oleh
pajanan pencemaran udara. Kematian tertinggi berada di negara-negara dengan
penghasilan rendah sampai menengah yaitu pada daerah Asia Tenggara dan
Pasifik Barat dengan 3,3 juta kematian yang disebabkan pencemaran udara di
dalam ruangan dan 2,6 juta kematian yang disebabkan pencemaran udara di luar
ruangan (WHO, 2014).
Transportasi mempunyai peranan penting dan strategis di dalam
mendukung, mendorong dan menunjang segala aspek kehidupan baik dalam
pembangunan politik, ekonomi sosial budaya dan pertahanan keamanan
(Transmedia, 2012). Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dan
lain-lain disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan
memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan
Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat
memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan
antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan
tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke
udara bebas.
Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia tercatat sebanyak 94,323 juta unit
pada tahun 2012 yang meningkat dari tahun 2011 berjumlah sekitar 85,601 juta
unit (BPS, 2012). Namun Korps Lalu intas Kepolisian Republik Indonesia
mencatat bahwa populasi kendaraan bermotor di Indonesia berjumlah 104,21 juta
unit pada tahun 2013 yang meningkat 11% dari tahun 2012 (Kompas, 2014).
Jumlah kendaraan bermotor di provinsi Sumatera Utara tercatat sebanyak
4.982.417 unit (BPS Sumut, 2012). Sedangkan data terakhir di kota Medan
jumlah kendaraan bermotor tercatat sebanyak 2.708.511 unit yang terdiri dari
222.891 unit mobil penumpang, 144.865 unit mobil gerobak, 22.123 unit bus, dan
2.318.632 unit sepeda motor pada tahun 2009 (Dishub Medan, 2010). Data
tersebut menunjukkan bahwa kendaraan bermotor bermesin bensin lebih banyak
dibandingkan kendaraan bermotor mesin diesel.
Seiring bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di kota Medan akan
berdampak pada volume lalu lintas di semua jalan raya. Perkembangan volume
lalu lintas di perkotaan mencapai 15% setiap tahun. Transportasi di kota-kota
besar merupakan sumber pencemaran udara yang terbesar, dimana 70%
pencemaran udara di perkotaan disebabkan oleh aktivitas kendaraan bermotor.
nitrogen oksida (NOx), methane (CH4), sulfur dioksida (SO2) dan partikel dapat
menimbulkan efek terhadap pemanasan global (Kusminingrum dan Gunawan,
2008).
Dengan laju pertambahan jumlah kendaraan bermotor umumnya di
kota-kota besar. Laju pertumbuhan kendaraan di kota-kota Medan dapat dikatakan sangat
pesat karena data terakhir pada tahun 2009 jumlah kendaraan bermotor adalah
2.708.511 unit, sementara pada tahun 2007 jumlah kendaraan bermotor di kota
Medan adalah 1.425.943 unit. Data tersebut menunjukkan pertumbuhan jumlah
kendaraan bermotor di kota Medan pada tahun 2007-2009 adalah 89,9%.
Gas karbon monoksida (CO) yang dihasilkan dari kendaraan bermesin
bensin adalah sekitar 1% pada saat berjalan dan 7% pada saat kendaraan berhenti.
Sedangkan dari kendaraan bermesin diesel menghasilkan gas karbon monoksida
(CO) sekitar 0,2% pada saat berjalan dan 4% pada saat berhenti (Nugroho dalam
Harahap, 2013). Pencemaran sulfur dioksida (SO2) di udara utamanya berasal dari
penggunaan batubara untuk keperluan industri, transportasi dan lain-lain. Gas
sulfur dioksida (SO2) dihasilkan sebanyak 0,6% dari mobil bermesin bensin, 0,3%
dari mobil bermesin diesel dan 0,3% dari sepeda motor (Wardhana, 2004).
Penelitian Kusminingrum (2009) menyebutkan bahwa untuk antisipasi
terhadap dampak terjadinya pemanasan global, dapat dikurangi melalui
penanaman tanaman sesuai dengan fungsinya. Menurut hasil penelitian
Kusminingrum dan Gunawan (2008), dapat disimpulkan bahwa setiap tanaman
memiliki kemampuan yang berbeda untuk menyerap polutan CO, demikian
bahwa rata-rata tanaman yang ditelitinya dapat menyerap lebih dari 50% gas CO
dari konsentrasi yang dikondisikan. Demikian pula Harahap (2012) pada
penelitiannya menemukan bahwa kadar gas CO dan NO2 yang terdapat pada udara
ambien jalan raya yang ditanam pohon angsana (Pterocarpus Indicus) lebih
rendah dibandingkan dengan jalan yang tidak ditanami pohon angsana
(Pterocarpus Indicus).
Hasil observasi pendahuluan yang telah dilakukan oleh penulis jalan Dr.
Mansyur ditanami pohon Mahoni (Swietania Macrophylla) sedangkan di jalan
Jend. A.H. Nasution ditanami pohon Angsana (Pterocarpus Indicus). Jalan Dr.
Mansyur merupakan salah satu jalan di kota medan yang termasuk kategori arteri
sekunder yang perannya untuk pelayanan jasa distribusi jasa masyarakat di dalam
kota dengan lebar jalan 26 meter. Jalan Jend. A.H. Nasution merupakan salah satu
jalan di kota Medan yang termasuk kategori arteri primer yang pelayanan jasa
distribusinya adalah semua wilayah tingkat nasional dengan lebar jalan 40 meter.
Perbedaan jenis dan jalan tentu berpengaruh terhadap volume lalu lintas di
kedua jalan tersebut. Hasil observasi observasi pendahuluan volume lalu lintas
yang dihitung pada pukul 13.00-14.00 dan 16.00-17.00 WIB dengan hasil volume
lalu lintas pada pukul 13.00-14.00 di jalan Dr. Mansyur adalah 4812
kendaraan/jam, sedangkan di jalan Jend. A.H. Nasution adalah 6676
kendaraan/jam. Volume lalu lintas pada pukul 16.00-17.00 di jalan Dr. Mansyur
adalah 2863 kendaraan/jam, sedangkan di jalan Jend. A.H. Nasution adalah 6805
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik melakukan penelitian tentang
perbedaan kadar CO dan SO2 di udara ambien berdasarkan volume lalu lintas dan
banyaknya pohon di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution di kota
Medan tahun 2015.
1.2. Perumusan Masalah
Jalan raya merupakan tempat terjadinya pencemaran udara oleh emisi gas
buang dari kendaraan bermotor seperti karbon monoksida (CO) dan sulfur
dioksida (SO2). Jumlah kendaraan bermotor di kota Medan kurang lebih setengah
dari jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di provinsi Sumatera Utara. Dari
observasi yang telah dilakukan, terdapat perbedaan volume lalu lintas di jalan Dr.
Mansyur dengan jalan Jend. A.H. Nasution dengan selisih sekitar 2000 kendaraan.
Pohon yang ditanam di kedua jalan tersebut juga berbeda, pada jalan Dr. Mansyur
ditanami pohon Mahoni (Swietania Macrophylla) sedangkan di Jalan Jend. A.H.
Nasution ditanami pohon Angsana (Pterocarpus Indicus). Kedua jalan tersebut
juga memiliki lebar jalan dan cakupan pelayanan yang berbeda pula. Dengan
demikian, maka perlu diadakan penelitian terhadap kadar karbon monoksida (CO)
dan sulfur dioksida (SO2) berdasarkan volume lalu lintas dan banyaknya pohon di
Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution di kota Medan tahun 2015.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan kadar karbon monoksida (CO) dan sulfur
dioksida (SO2) di udara berdasarkan volume lalu lintas dan banyaknya pohon di
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kadar karbon monoksida (CO) di udara pada jalan raya
yaitu Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution.
2. Untuk mengetahui kadar sulfur dioksida (SO2) di udara pada jalan raya
yaitu Jalan Dr. Mansyur dan Jalan Jend. A.H. Nasution.
3. Untuk mengetahui perbandingan volume lalu lintas di Jalan Dr. Mansyur
dan Jalan Jend. A.H. Nasution.
4. Untuk mengetahui perbedaan banyaknya pohon di Jalan Dr. Mansyur dan
Jalan Jend. A.H. Nasution.
5. Untuk mengetahui arah angin, suhu dan kelembaban di Jalan Dr. Mansyur
dan Jalan Jend. A.H. Nasution.
6. Untuk mengetahui perbedaan kadar gas CO dan SO2 di udara berdasarkan
volume lalu lintas di jalan Dr. Mansyur dan jalan Jend. A.H. Nasution.
7. Untuk mengetahui perbedaan kadar gas CO dan SO2 di udara berdasarkan
banyaknya pohon yang terdapat di jalan Dr. Mansyur dan jalan Jend. A.H.
Nasution
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi masyarakat
khususnya pengguna jalan raya tentang dampak kesehatan yang
ditimbulkan dari karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2).
2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang perbedaan
kadar karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) berdasarkan
volume lalu lintas dan banyaknya pohon di Jalan Dr. Mansyur dan Jalan
3. Sebagai masukan informasi bagi peneliti selanjutnya khususnya
Mahasiswa FKM USU mengenai karbon monoksida (CO) dan sulfur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara
2.1.1. Pengertian Udara
Udara merupakan campuran dari beberapa gas dengan perbandingan yang
tidak tetap. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu kondisi suhu udara,
tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udara juga merupakan atmosfer yang
berada di sekeliling bumi yang dibutuhkan oleh proses kehidupan di bumi. Dalam
udara terdapat oksigen (O2) untuk makhluk hidup bernafas, karbondioksida (CO2)
untuk proses fotosintesis oleh klorofil pada tumbuhan dan ozon (O3) yang
berfungsi menahan sinar ultraviolet (Wardhana, 2004).
Atmosfer yang menyelimuti bumi tersusun oleh bermacam-macam gas.
Komposisi atmosfer pada umumnya sebagai berikut :
a. Nitrogen (N2) = 78%
b. Oksigen (O2) = 21%
c. Argon (Ar) = 0,9%
d. Karbondioksida (CO2) = 0,03%
Sisanya berupa gas-gas lain seperti helium (He), hidrogen (H2), xenon
(Xe), ozon (O3), uap air dan partikel-partikel kecil debu atau aerosol (Aldrian dkk,
2011).
2.1.2. Pengertian Pencemaran Udara
Menurut WHO (2014), pencemaran udara adalah salah satu pencemaran
oleh bahan kimia, agen fisik atau agen biologis yang mengubah kondisi alami dari
atmosfer.
Pencemaran udara diartikan sebagai masuknya zat-zat atau bahan-bahan
asing di dalam udara yang menyebabkan udara tidak lagi dalam kondisi normal
atau kondisi semula (Wardhana, 2004).
Pencemaran udara adalah bertambahnya substrat fisik atau kimia dalam
jumlah tertentu ke dalam lingkungan udara yang dalam kondisi normal, sehingga
dapat dideteksi manusia (dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan
dampak kepada manusia, hewan, vegetasi dan material (Chamberss da Masters
dalam Mukono,2006).
Pencemaran udara adalah masuknya komponen lain ke dalam udara, baik
oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung akibat proses alam
sehingga kualitas udara menurun sampai ke tingat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak bisa berfungsi lagi sesuai peruntukannya
(Chandra, 2006).
2.1.3. Penyebab Pencemaran Udara
Menurut Wardhana (2004), secara umum penyebab terjadinya pencemaran
udara terdapat 2 macam, yaitu :
a. Faktor internal (faktor alamiah), misalnya :
1) Debu di udara karena tiupan angin.
2) Debu akibat bencana alam seperti meletusnya gunung berapi.
3) Proses pembusukan sampah organik.
1) Hasil pembakaran bahan bakar fosil.
2) Debu dari kegiatan industri.
3) Pemakaian zat kimia yang disemprotkan ke udara.
2.1.4. Klasifikasi Jenis Polutan Udara
Menurut Chandra (2006), jenis polutan dapat dibagi berdasarkan struktur
kimia dan penampang partikelnya, yaitu :
a. Struktur kimia :
1) Partikel : debu, abu, dan logam seperti timbal, nikel, cadmium dan
berilium.
2) Gas anorganik seperti NO, CO, SO2, amonia dan hydrogen.
3) Gas organik seperti hidrokarbon, benzene, etilen, asetilen, aldehid,
keton, alkohol, dan asam-asam organik.
b. Penampang partikel
Partikel udara dapat melekat pada saluran pernapasan manusia sehingga
berdampak kepada kesehatan. Penampang partikel tersebut disesuaikan
dengan ukuran partikel yang melekat seperti tabel berikut :
Tabel 2.1. Ukuran Partikel Debu dalam Saluran Pernapasan
Ukuran Saluran Pernapasan
8-25 mikron Melekat di hidung dan tenggorokan
2-8 mikron Melekat di saluran bronkial
0,5-2 mikron Deposit pada alveoli
<0,5 mikron Bebas keluar masuk melalui pernapasan
Mukono (2006) mengklasifikasikan jenis polutan atas 2 bagian, yaitu :
a. Polutan Primer
Polutan primer adalah polutan yang laangsung dikeluarkan oleh sumber
tertentu seperti :
1) Senyawa karbon yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan
karbon oksida.
2) Senyawa sulfur yaitu sulfur oksida.
3) Senyawa nitrogen yaitu nitrogen oksida dan amoniak.
4) Senyawa halogen yaitu fluor, klorin, hidrogenklorida,
hidrogenterklorinasi dan bromin
5) Partikel
Partikel yang berada di atmosfer mempunyai karakteristik yang
spesifik, dapat berupa zat padat atau suspense aerosol cair. Bahan
partikel tersebut dapat berasal dari kondensasi, proses disperse
maupun erosi oleh bahan tertentu. Sedangkan asap seringkali dipakai
untuk menunjukkan campuran dari bahan partikulat, uap, gas dan
kabut.
b. Polutan Sekunder
Polutan sekunder dimaksudkan kepada polutan yang terbentuk dari reaksi
dua bahan kimia atau lebih di udara, misalnya reaksi foto kimia.
sekunder memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil. Proses
kecepatan dan arah reaksi dipengaruhi oleh :
1) Konsentrasi relative dari bahan reaktan.
2) Derajat fotoaktivasi.
3) Kondisi iklim.
4) Topografi lokal dan adanya embun.
2.1.5. Sumber Pencemaran Udara
Menurut BLH Provinsi DKI Jakarta (2013) sumber pencemar udara
mengacu pada berbagai lokasi atau aktivitas yang bertanggung jawab atas
lepasnya polutan ke atmosfer. Klasifikasi sumber pencemaran udara yaitu :
a. Sumber alam atau biogenik yaitu polutan lepas ke udara karena proses
alam yang terjadi (tanpa adanya ulah manusia) seperti meletusnya gunung
berapi, kebakaran hutan yang disebabkan oleh petir, badai debu dan
lain-lain.
b. Sumber antropogenik dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Sumber tidak bergerak terbagi atas sumber titik dan sumber area.
Sumber titik adalah polutan udara bersumber pada titik tetap
seperti cerobong asap, tangki penyimpanan dan pembakaran di
tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Sedangkan sumber area
adalah serangkaian sumber-sumber kecil pada suatu area yang
bersama-sama dapat menghasilkan polutan udara seperti
pembakaran bahan bakar di rumah tangga, kebakaran hutan,
2) Sumber bergerak dimaksudkan kepada benda yang bergerak dan
melepaskan polutan ke udara, terbagi atas yang bergerak di jalan
dan yang bukan bergerak di jalan. Sumber yang bergerak di jalan
seperti mobil, sepeda motor dan becak motor. Sedangkan sumber
yang bukan bergerak di jalan seperti kapal laut, pesawat udara dan
traktor.
Menurut Chandra (2006) sumber pencemaran udara terbagi atas dua, yaitu:
a. Sumber pencemaran yang berasal dari kegiatan alam. Contohnya seperti
kebakaran hutan, kegiatan gunung berapi dan lainnya
b. Sumber pencemaran buatan manusia ( dari aktivitas manusia). Contoh :
1) Sisa pembakaran bahan bakar minyak oleh kendaraan bermotor
seperti gas CO, CO2, NO, karbon, hidrokarbon, aldehid dan timbal
2) Limbah industri kimia, metalurgi, tambang, pupuk dan minyak
bumi.
3) Sisa pembakaran dari gas alam, batubar dan minyak seperti asap,
debu dan sulfur oksida.
4) Sisa dari kegiatan lainnya seperti pertanian, hutan, sampah dan
limbah reaktor nuklir.
2.1.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara
Pencemaran udara yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Meteorologi dan Ikim
Pergerakan mendadak lapisan udara dingin ke suatu kawasan
industri dapat menimbulkan inversi atmosfer, yaitu kondisi dimana
udara dingin akan terperangkap dan tidak dapat keluar dari
kawasan tersebut dan akan menahan polutan tetap berada di
permukaan bumi sehingga konsentrasinya semakin lama semakin
meningkat. Pada keadaan tersebut, di permukaan bumi dapat
dikatakan tidak ada pertukaran udara sama sekali. Kondisi tersebut
dapat bertahan hingga beberapa hari atau beberapa minggu, maka
udara yang berada dekat dengan permukaan bumi akan penuh akan
polutan sehingga dapat menimbulkan keadaan yang kritis bagi
kesehatan.
2) Arah dan kecepatan angin
Kecepatan angin yang kuat dapat membawa polutan kemanapun
sesuai arahnya sehingga dapat mencemari daerah lain pada jarak
yang jauh. Sebaliknya, kecepatan angin yang lemah polutan akan
menetap dan semakin bertambah di kawasan sumber pencemarnya.
3) Hujan
Air hujan sebagai pelarut umum akan melarutkan bahan polutan
yang terdapat di udara. Kawasan industri yang menggunakan
batubara akan menghasilkan gas sulfur dioksida dan apabila gas
tersebut bercampur dengan air hujan akan terbentuk asam sulfat
sehingga air hujan bersifat asam yang biasa dikenal dengan hujan
b. Topografi
1) Dataran rendah
Di dataran rendah, angin cenderung membawa polutan terbang ke
seluruh penjuru daerahnya dan dapat melewati batas negara dan
mencemari udara di negara lain.
2) Dataran tinggi
Di dataran tinggi sering terjadi inversi atmosfer sehingga polutan
hanya berada di kawasan tersebut. Sehingga tetap menahan polutan
berada di permukaan bumi.
3) Lembah
Di daerah lembah, aliran angin sedikit sekali dan tidak bertiup ke
segala arah. Keadaan ini akan menahan polutan yang ada di
permukaan bumi (Chandra, 2006).
2.1.7. Efek Pencemaran Udara
Menurut Chandra (2006) efek pencemaran udara terbagi atas :
a. Efek umum
1) Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada makhluk hidup.
2) Mempengaruhi kuantitas dan kualitas matahari yang sampai ke
permukaan bumi sehingga mempengaruhi proses fotosintesis pada
tumbuhan.
3) Mempengaruhi dan mengubah ikim akibat terjadinya peningkatan
dibawah atmoser sehingga terjadi efek rumah kaca (green house
effect).
4) Pencemaran udara dapat merusak materi yang terbuat dari logam.
5) Meningkatkan biaya perawatan properti bangunan.
6) Mengganggu penglihatan yang dapat berakibat pada meningkatnya
angka kasus kecelakaan transportasi.
7) Menyebabkan warna kain dan pakaian buram dan bernoda.
b. Efek terhadap ekosistem
Industri yang menggunakan batibara sebagai sumber energi akan
melepaskan zat sulfur oksida ke udara sebagai sisa pembakarannya. Zat
tersebut akan bereaksi dengan air hujan dan membentuk asam sulfat
sehingga air hujan bersifat asam. Apabila kondisi ini berlangsung dalam
waktu yang lama, akan terjadi perubahan pada ekosistem perairan danau
dan kehidupan di daratan.
c. Efek terhaap kesehatan
1) Efek cepat
Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan
mendadak kasus pencemaran udara juga akan meningkatkan angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran pernapasan.
2) Efek lambat
Pencemaran udara diduga sebagai salah satu penyebab penyakit
bronchitis kronis dan kanker paru-paru primer. Penyakit lain yang
lung disease, asbestosis, siliksis, bisinosis, penyakit asma and
eksema pada anak.
d. Efek terhadap tumbuhan dan hewan
Tumbuh-tumbuhan bersifat sensitif terhadap gas-gas pencemar udara.
Apabila terjadi pencemaran udara, konsentrasi gas polutan akan meningkat
sehingga menyebabkan daun tumbuhan berlubang dan layu. Ternak juga
akan sakit jika memakan tumbuh-tumbuhan yang tercemar gas florin.
e. Efek terhadap cuaca dan iklim
Gas karbon dioksida memiliki sifat menahan panas tetap pada lapisan
bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect).
Menurut Aldrian dkk (2011), hal tersebut mengakibatkan perubahan cuaca
yang tidak tentu dan perubahan iklim dengan 4 indikator yaitu perubahan
suhu daratan, peningkatan curah hujan ekstrem, maju mundurnya musim
dan perubahan jumlah volume hujan.
f. Efek terhadap sosial dan ekonomi
Pencemaran udara mengakibatkan bertambahnya biaya perawatan properti
bagunan karena rusak dan pemeliharaannya akibat pencemaran udara.
Selain itu pencemaran udara juga memberi dampak kerugian akibat
kontaminasi polutan udara pada bahan makanan dan minuman, juga
mengeluarkan biaya ekstra untuk mengendalikan pencemaran udara yang
Efek bahan pencemar udara terhadap lingkungan menurut Mukono (2006)
adalah :
a. Efek terhadap kondisi fisik atmosfer
Dampak yang diakibatkan polutan udara terhadap kondisi fisik atmosfer
adalah :
1. Gangguan jarak pandang
2. Memberikan warna tertentu terhadap atmosfer
3. Mempengaruhi struktur awan
4. Mempengaruhi keasaman air hujan
5. Mempercepat pemanasan atmosfer
b. Efek terhadap faktor ekonomi
Bahan pencemar udara juga berdampak terhadap faktor ekonomi seperti :
1. Meningkatkan biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan (keropos).
2. Meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan).
3. Kerugian akibat kontaminasi bahan pencemar udara pada makanan
atau minuman oleh bahan beracun.
4. Meningkatnya biaya perawatan penyakit yang disebabkan oleh
pencemaran udara.
c. Efek terhadap vegetasi
1. Perubahan morfologi, pigmen, dan kerusakan fisiologi sel
tumbuhan terutama pada daun.
2. Mempengaruhi pertumbuhan vegetasi.
4. Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman.
5. Terjadi akumulasi bahan pencemar pada tanaman tertentu.
d. Efek terhadap kehidupan binatang
Efek dapat terjadi pada binatang peliharaan atau binatang liar dengan
terjadinya proses bioakumulasi dan keracunan bahan berbahaya.
e. Efek estetika
Efek estetik yang diakibatkan oleh adanya bahan pencemar udara antara
lain adanya bau dan adanya lapisan debu pada bahan atau materi yang
mengakibatkan perubahan warna permukaan bahan dan kerusakan pada
bahan tersebut.
f. Efek terhadap kesehatan manusia pada umumnya
Secara umum, efek kesehatan yang ditimbulkan oleh bahan pencemar
udara adalah :
1. Sakit akut maupun kronis.
2. Penyakit yang tersembunyi, memperpendek umur, menghambat
pertumbuhan dan perkembangan.
3. Mengganggu fungsi fisiologis paru-paru, saraf, darah dan
kemampuan sensorik.
4. Kemunduran penampilan pada aktivitas atlet, aktivitas motorik dan
aktivitas belajar.
5. Iritasi sensorik.
6. Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh.
g. Efek terhadap saluran pernafasan
1. Iritasi pada saluran pernafasan sehingga menyebabkan pergerakan
silia menjadi lambat, bahkan dapat berhenti sehingga tidak
membersihkan saluran pernafasan.
2. Peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar.
3. Produksi lendir mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan.
4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan.
5. Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan
sel sehingga saluran pernafasan semakin sempit.
6. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir.
7. Dari semua efek di atas, akan mengakibatkan terjadinya kesulitan
bernafas, sehingga benda asing yang masuk tidak dapat
dikeluarkan sehingga terjadinya infeksi saluran pernafasan.
2.1.8. Pengendalian Pencemaran Udara
WHO (2014) menyatakan ada beberapa kebijakan yang efektif pada
transportasi, perencanaan kota, sumber energi dan industri, dan pengelolaan
sampah yang dapat mengurangi pencemaran udara seperti :
a. Untuk industri
Teknologi bersih yang dapat mengurangi emisi dari cerobong asap
pertanian untuk menggunakan gas metana yang dihasilkan oleh tempat
penampungan sampah sebagai biogas.
b. Untuk transportasi
Beralih kepada kegiatan dengan kategori energi bersih. Seperti
memprioritaskan pemakaian kendaraan umum, berjalan kaki atau naik
sepeda di perkotaan dan memiliki kendaraan yang ramah lingkungan.
c. Untuk perencanaan kota
Meningkatkan efisiensi energi untuk bangunan dan membuat penataan
kota yang rapi. Untuk Indonesia setiap kawasan perkotaan diwajibkan
memiliki ruang terbuka hijau (RTH) setidaknya 30% dari wilayah kota
dalam tata ruang kota tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 15 Tahun 2008
d. Untuk pembangkit listrik
Peningkatan penggunaan bahan bakar rendah emisi dan sumber daya
terbarukan tanpa pembakaran seperti pembangkit listrik tenaga angin atau
tenaga air.
e. Untuk pengeolaan sampah kota dan pertanian
Strategi untuk mengurangi limbah, pemisahan sampah, daur ulang dan
penggunaan kembali atau limbah daur ulang. Serta pengolahan limbah
biologis seperti limbah pencernaan atau pertanian untuk menghasilkan
2.2. Karbon Monoksida (CO) 2.2.1. Sumber Pencemaran Gas CO
Karbon Monoksida (CO) adalah gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
bersifat racun terhadap manusia. Gas tersebut adalah hasil pembakaran tidak
sempurna dari bahan bakar dan hasil dari proses alami biotranformasi halometana
yang ada di tubuh manusia (WHO, 1999).
Sektor transportasi merupakan penyumbang utama pencemaran udara di
daerah perkotaan. Sumber gas CO berasal dari sumber alami dan antropogin
(aktivitas manusia). Sumber antropogin seluruhnya berasal dari sisa pembakaran
bahan organik. Pembakaran bahan organik ini dimaksudkan untuk mendapatkan
energi kalor yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti transportasi,
pembakaran batubara dan lain-lain. Sumber antropogin gas karbon monoksida
(CO) di udara terbesar dihasilkan oleh kegiatan transportasi yaitu dari kendaraan
bermotor berbahan bakar bensin sebesar 65,1% (Suhardjana dalam
Kusminingrum, 2008).
Menurut Wardhana (2004), secara umum pembentukan gas CO melalui
proses seperti berikut ini :
1. Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara yang reaksinya tidak
stokhiometris pada harga ER > 1. Dalam hal ini bahan bakar yang
digunakan lebih banyak daripada jumlah udara, reaksinya adalah :
2C + O2 2CO
2. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbondioksida (CO2) dengan karbon
lebih cepat dibandingkan raksi pembentukan gas CO2. Apabila
pencampuran bahan bakar dan udara tidak rata, maka masih ada karbon
(C) yang tidak berhubungan dengan oksigen sehingga memungkinkan
terbentuknya gas CO reaksinya adalah :
CO2 + C 2CO
3. Pada suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen.
Reaksinya adalah :
CO2 CO + O
Tabel 2.2. Sumber Pencemaran CO
Sumber Pencemaran % bagian % total
Transportasi 63,8
-mobil bensin 59,0
-mobil diesel 0,2
-pesawat terbang (dapat diabaikan) 2,4
-kereta api 0,1
-kapal laut 0.3
-sepeda motor 1,8
Pembakaran Stasioner 1,9
-batubara 0,8
-minyak 0,1
-gas alam (dapat diabaikan) 0,0
-kayu 1,0
Proses Industri 9,6
Pembuangan Limbah Padat 7,8
-kebakaran hutan 0,0
-pembakaran batubara sisa 1,2
-pembakaran limbah pertanian 8,3
-pembakaran lain-lainnya 0,2
Total 100 100
Sumber : Wardhana (2004)
2.2.2. Pengaruh Gas CO Terhadap Kesehatan
Gangguan kesehatan oleh gas CO di udara ambien adalah terbentuknya
ikatan dengan molekul hemoglobin (Hb) di dalam darah sehingga membentuk
karboksihemoglobin (COHb) yang seharusnya hemoglobin mengikat oksigen
dalam darah. Terurainya oksihemoglobin (O2Hb) juga disebabkan oleh adanya
atau hadirnya karboksihemoglobin (COHb), sehingga suplai oksigen ke jaringan
menjadi berkurang (WHO,1999).
Karbon monoksida (CO) apabila masuk ke dalam paru-paru akan
mengikuti peredaran darah akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan
oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, yaitu ikut
bereaksi secara metabolis dengan darah. Sama seperti oksigen, gas CO mudah
bereaksi dengan darah (hemoglobin) :
Hb + O2 O2Hb
Hb + CO COHb (Wardhana, 2001)
Ternyata ikatan COHb jauh lebih stabil dibandingkan dengan O2Hb.
Kestabilan hemoglobin terhadap karbon monoksida adalah 240 kali kestabilan
gas CO dan mengganggu fungsi vital darah sebagai pegangkut oksigen
(Wardhana, 2001).
Pengaruh gas CO terhdap tubuh manusia teryata tidak sama untuk manusia
yang satu dengan yang lain. Faktor daya tahan tubuh manusia ikut menentukan
toleransi tubuh terhadap pengaruh adanya gas CO. Para olahragawan pada
umumnya mempunyai toleransi yang tinggi terhadap racun gas CO. Pada orang
yang menderita anemia dan anak-anak akan mudah keracunan oleh gas CO.
keracunan gas CO ditandai dari keadaan yang ringan seperti pusing, sakit kepala
dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa menurunnya kemampuan gerak
tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskular, serangan jantung sampai kepada
kematian.
Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman jika
waktu terpajan hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm jika terhirup selama 8
jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Konsentrasi CO sebanyak 1000
ppm dengan waktu paparan 1 jam menyebabkan pusing dan kulit berubah menjadi
kemerah-merahan. Dengan waktu paparan yang sama, gas CO sebanyak 1300
ppm kulit akan berubah langsung menjadi merah tua disertai rasa pusing yang
hebat (Wardhana, 2004).
2.2.3. Pengaruh Gas CO Terhadap Lingkungan
Gas CO adalah gas buangan yang dihasilkan dari proses alami dan aktifitas
manusia. Walaupun konsentrasi gas CO di udara secara global sama, belum ada
laporan terbaru yang menyatakan adanya produksi gas CO berdampak pada
kesehatan dan kesejahteraan manusia, tergantung kepada konsentrasi gas, letak
tempat tinggal dan tempat kerja serta kemungkinan terpapar oleh gas CO yang
berpotensi menimbulkan dampak (WHO, 1999).
2.3. Sulfur Dioksida (SO2)
2.3.1. Sumber Pencemaran Gas SO2
Gas SOx terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya memiliki sifat
yang berbeda. Gas SO2 memliki bau yang tajam dan tidak mudah terbakar,
sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif dengan uap air di udara. Kondisi
tersebut membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat sangat reaktif dan dapat
merusak materi seperti proses pengkaratan dan yang lainnya (Wardhana, 2004).
Menurut WHO (2000), pencemaran udara oleh SOx berasal dari pemakain
batubara yang dgunakan pada industri, transportasi dan yang lainnya dengan
penjelasan sebagai berikut :
a. Pembakaran batubara, batubara alam mengandung sekitar 2-3% sulfur.
Saat batubara dibakar, sulfur akan berkatan dengan oksigen membentuk
SOx.
b. Peleburan biji sulfida (peleburan dilakukan untuk memisahkan logam dari
bjih tambang.
c. Pembakaran bahan bakar minyak.
Sulfur dalam batubara berupa mineral besi pirits atau FeS2 dan dapat pula
berbentuk mineral logam sulfida lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan
Cu2S. Dalam proes indutri besi dan baja banyak menghasilan gas SOx karena
sulfida logam diubah menjadi oksida logam. Proses ini juga sekaligus
menghilangkan sulfur dari kandungan logam karena sulfur tidak dibutuhkan.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
2 ZnS + 3O2 2ZnO + 2SO2
2PbS + 3O2 2PbO + 2SO2
Adapun penjelasan sumber pencemar gas SOx adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3. Sumber Pencemaran SOx
Sumber Pencemaran % bagian % total
Transportasi 2,4
-mobil bensin 0,6
-mobil diesel 0,3
-pesawat terbang (dapat diabaikan) 0,0
-kereta api 0,3
-gas alam (dapat diabaikan) 0,0
Sumber Pencemaran % bagian % total
-kayu 0,0
Proses Industri 22,0
Pembuangan Limbah Padat 0,3
-kebakaran hutan 0,0
-pembakaran batubara sisa 1,8
Total 100 100
Sumber : Wardhana (2004)
2.3.2. Pengaruh Gas SO2 Terhadap Kesehatan
Udara yang tercemar oleh gas SOx menyebabkan manusia mengalami
gangguan pada sistem pernapasannya. Hal ini dkarenakan gas SOx mudah menjadi
asam dapat menyerang selaput lendir pada hidung, tengggorokan, dan saluran
nafas yang lain sampai ke paru-paru. Serangan SOx tersebut menyebabkan iritasi
pada bagian tubuh yang terkena.
Daya iritasi terhadap gas SO2 pada tiap orangg ternyata tidak sama. Pada
orang yang sensitif, pada konsentrasi gas SO2 sebnyak 1-2 ppm akan mengalami
iritasi. Namun ada juga yang pada konsetrasi sebanyak 6 ppm akan mengalami
iritasi tenggorokan. Gas SO2 sangat berbahaya bagi anak-anak, orang tua dan
orang yang sedang menderita penyakit saluran pernapasan kronis dan
kardiovaskuler. Otot saluran pernapasan dapat mengalami kejang bia teriritasi
oleh gas SO2 dan kejang akan lebih berat jika konsentrasi SO2 tinggi sementara
udara di sekitarya rendah. Apabila waktu pajanan dengan gas SO2 cukup lama
maka akan terjadi peradangan hebat pada selaput lendir dan diikuti oleh
kelumpuhan sistem pernapasan, kerusakan lapisan ephitelium yang berakhir pada
kematian.
Apabila konsentrasi gas SO2 relatif mash rendah, 6-12 ppm, dengan waktu
paparan yang pendek namun terpapar secara berulang, maka gas SO2 dapat
keadaan tersebut berlanjut menjadi kanker. Mengingat hal tersebut sebaiknya gas
SO2 tdak terdapat di udara walau dalam konsentrasi yang kecil (Wardhana, 2004).
2.3.3. Pengaruh Gas SO2 Terhadap Lingkungan
Dampak yang terjadi terhadap lingkungan akibat adanya pencemaran gas
SO2adalah terjadinya hujan asam. Gas SO2 di udaraakan bertemu dengan oksigen
sehingga membentuk SO3 dengan reaksi berikut:
SO2 + O2 2SO3
Udara yang mengandung uap air akan bereaksi dengan SO2 dan SO3
sehingga membentuk asam sulfit dan sam sulfat dengan reaksi sebagai berikut:
SO2 + H2O H2SO3
SO3 + H2O H2SO4
Apabila asam sulfat dan asam sulfit turun ke bumi bersama-sama dengan
jatuhnya hujan, maka terjadilah hujan asam. Hujan asam sangat merugikan
karena dapat merusak tumbuhan dan kesuburan tanah (Wardhana, 2004).
Hasil penelitian Dahlan (2007) menunjukkan bahwa kerusakan tanaman
yang terjadi akibat adanya pencemaran gas SO2 adalah nekrosis jaringan
tumbuhan, klorosis pada daun, spot lession hingga gugurnya daun tanaman.
2.4. Volume Lalu Lintas
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2006
tentang Manajemen Rekayasa Lalu Lintas di Jalan, volume lalu lintas adalah
jumlah kendaraan yang melewati titik tertentu pada ruas jalan per satuan waktu,
dinyatakan dalam kendaraan/jam atau satuan mobil penumpang (smp)/jam.
Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi suatu
titik pengamatan dalam per satu satuan waktu. Menurut Morlok, E.K. (1991),
volume lalu lintas dapat dihitung dengan rumus :
t
n
q
Dimana : q = volume lalu lntas yang melewati suatu titik
n = jumlah kendaraan yang melintas
t = waktu pengamatan
2.5. Tumbuhan sebagai Penyerap Polutan Udara
2.5.1. Proses Reaksi Reduksi Pencemaran Udara oleh Tanaman
Gas-gas di udara diserap oleh tanaman melalui stomata atau diserap
melalui akar tanaman karena gas terdeposisi oleh air hujan. Gas pencemar yang
masuk melalui stomata berada pada lapisan epidermis atas. Stomata pada daun
dapat terbuka jika tekanan air dalam tanaman berubah, maka stomata adalah pintu
keluar masuknya gas walaupun secara umum terdapat kutin pada lapisan
epidermis atas. Epidermis adalah target utama polutan udara, setelah polutan
masuk melalui stomata, polutan akan terlarut dengan air yang terdapat di
mesofil. Beberapa tanaman dapat memproduksi polutan menjadi asam organik,
gula dan asam amino (Santoso, 2011).
2.5.2. Jenis-jenis Tumbuhan Penyerap Polutan
a. Tumbuhan Penyerap Gas CO
Pada hasil penelitian Kusminingrum (2008), menguraikan beberapa jenis
tumbuhan yang dapat menyerap gas CO dengan konsentrasi rata-rata pada
kontrol 0,72 ppm, yaitu:
Tabel 2.4. Tumbuhan Penyerap Gas CO Jenis Pohon
Nama Tumbuhan Rata-rata penguranagan CO
(%) Jenis Pohon
Ganitri (Eleocarpus sphaericus) 81,53
Bungur (Lagerstoma flos-reginae) 78,75
Cempaka (Michellia champaca) 73,33
Kembang Merak (Caesalpinia pulcherrima) 70,56 Saputangan (Maniltoa grandiflora) 70,28
Tanjung (Mimusops elengi) 69,58
Kupu-kupu (Bauhinia sp) 69,58
Acret (Spathoeda campanulata) 59,44
Asam Kanji (pithecellobium dulce) 37,08
Felicium (Filicium decipiens) 28,75
Galinggem (Bixa orellana) 23,47
Jenis Perdu
Iriansis (Impatien sp) 88,61
Dawolong (Acalypha compacta) 86,94
Nusa Indah Merah (Mussaenda erythrophylla) 81,94
Saliara (Lantana camara) 80,56
Oleander (Nerium Oleander) 80,56
Kacapiring (Gardenia jasminiodes) 80,56 Harendong (Melastoma malabathricum) 78,75 Wilkesiana Merah (Acalypha wilkesiana) 77,36
Anak Nakal (Durante erecta) 67,22
Walisongo (Schefflera arboricola) 67,08 Pecah beling (Sericocalyx crispus) 66,81
Sadagori (Tumera ulmifolia) 64,58
Nama Tumbuhan Rata-rata penguranagan CO (%)
Teh-tehan (Acalypha capilipes) 53,61
Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) 32,78
Jenis Semak
Philodendron (Philodendron sp) 92,22
Graphis Merah (Hemigraphis bicolor) 88,06
Myana (Eresine herbstii) 76,53
Maranta (Maranta sp) 73,47
Pentas (Pentas lanceodala) 71,94
Mutiara (Pilea cadierei) 69,31
Babayeman Merah (Aerva sanguinolenta) 68,06
Gelang (Portulaca grandiflora) 67,92
Rumput Gajah (Pennisentum purpureum) 51,67
Plumbago (Plumbago auriculata) 59,86
Pacing (Costus malortianus) 41,11
Kriminil Merah (Althenanthera ficoidea) 35,14
Sumber : Kusminingrum (2008)
b. Tumbuhan Penyerap CO2
Pada penelitian yang dilakukan oleh Endes N. Dahlan pada tahun
2007-2008, hasil risetnya menunjukkan beberapa tanaman yang mampu
menyerap gas CO2 dalam jumlah besar dalam kurun waktu satu tahun,
yaitu:
Tabel 2.5. Tumbuhan Penyerap Gas CO2
Nama Tumbuhan Daya Serap (Kg/pohon/tahun)
Trembesi (Salmanea saman) 28.448,39
Cassia (Cassia sp) 5.295,47
Kenanga (Canangium odotarum) 758,59
Pingku (Dysoxylum excelsum) 720,49
Beringin (Ficus benyamina) 535,90
Krey Payung (Fellicium decipiens) 404,83
Matoa (Pornetia pinnata) 329,76
Mahoni (Swettiana mahagoni) 295,73
Saga (Adenanthera pavoniana) 221,18
Bungkur (Lagerstroema speciosa) 160,14
Jati (Tectona grandis) 135,27
Nangka (Arthocarpus heterophyllus) 126,51
Johar (Cassia Grandis) 116,25
Sirsak (Annona muricata) 75,29
Nama Tumbuhan Daya Serap (Kg/pohon/tahun)
Akasia (Acacia auriculiformis) 48,68
Flamboyan (Delonix regia) 42,20
Sawo Kecik (Manilkara Kauki) 36,19
Sumber : http://dian-dan-aulita.blogspot.com/(2012)
c. Tumbuhan Penyerap Debu
Jenis tumbuhan yang mampu menyerap debu adalah:
Tabel 2.6. Tumbuhan Penyerap Debu
Nama Tumbuhan Kemampuan Menyerap Debu
(g/m3)
Sumber : Tanjung dalam Santoso(2011)
d. Tumbuhan Penyerap Gas NO2
Hasil penelitian Nasrullah dkk (2000) menunjukkan bahwa setiap tanaman
memilki kemampuan untuk menyerap gas NO2, berikut adalah jenis pohon
yang diteliti dengan kemampuan serapan gas NO2:
Tabel 2.7. Tumbuhan Penyerap Gas NO2
Nama Tumbuhan Serapan NO2 (µg/g)
Jenis Pohon
Dadap Kuning (Erythrina variegata) 68,31 Kaliandra (Caliandra surimenaris) 41,01)
Ki hujan (Samanea saman) 35,37
Jambu biji (Psidium guajava) 30,8
Bambu jepang (Bambusa vulgaris) 25,33
Kayu putih (Eucaliptus alba) 23,65
Kasia golden (Cassia bitflora) 22,85
Ayoga (Cassia sp.) 21,91
Duku (Lansium domesticum) 20,28
Kayu manis hijau(Cinnamonum zylanicum) 13,06
Rambutan (Nephelium lappaceum) 12,44
Nama Tumbuhan Serapan NO2 (µg/g)
Lamtoro (Laucaena glauca) 12,2
Johar (Cassia siamea) 8,82
Beringin karet (Ficus elastica) 8,86
Palem merah (Crytostachys lakka) 7,97
Cemara papua (Cupressus papuana) 7,80
Nam-nam (Cyanometra cauliflora) 7,31
Bungur (Lagerstomia loudoni) 6,13
Bambu kuning (Phyllostachys sulphurea) 5,11 Glodogan tiang (Polytalia longifolia) 3,61
Jenis Semak
Lolipop Merah (Jacobina carnea) 100.02
Kihujan (Malphigia sp.) 93,28
Akalipa Merah (Acalypha wilkesiana) 64,80 Lolipop kuning (Pachystachys lutea) 61,70 Nusa indah merah (Mussaendah erythrophylla) 53,53 Daun mangkokan (Notophanax scultellarium) 46,07 Bogenvil merah (Bougainvillea glabra) 45,44
Kaca piring (Gardernia augusta) 45,29
Miana (Coleus blumei) 41,70
Hanjuang merah (Cordilyne terminalis) 36,34
Azalea (Rhododendron indicum) 35,95
Lantana ungu (Lantana camara) 35,14
Akalipa hijau-putih (Acalypha wilkesiana) 31,24 Sirih belanda (Scindapsus aureus) 25,63 Lengkuas merah (Alpinia purpurata) 24,55 Ixora daun besar (Ixora javanica) 23,86 Kedondong laut (Notophanax sarcofagus) 20,95
Bakung (Crinum asiaticum) 20,03
Palm kuning (Chrysalidocarpus lutescens) 19,48
Kana (Canna indica) 18,91
Bayam merah (Iresine herbstii) 18,86
Keladi putih (Caladium hortulanum) 18,50
Drasena (Deacaena fragans) 17,74
Alamanda (Allamanda cathartica) 17,63
Bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) 17,51
Sikas (Cycas revulata) 16,28
Gendarusa (Gendarusa vulgaris) 16,27
Bambu pangkas (Arundinaria pumila) 15,97
Pacing (Costus specious) 15,27
Teh-tehan (Acalypha macrophylla) 15,10
Serut (Carmona retusa) 13,67
Helikona oranye (helicona sp.) 13,60
Nona makan sirih (Cleodendron thomsone) 13,58
Tapak dara (Vinca rosea) 12,41
Nama Tumbuhan Serapan NO2 (µg/g)
Palm kol (Licuala grandis) 11,93
Dollar-dollaran (Ficus respens) 11,76
Nusaindah putih (Mussaendah alba) 10,90
Agave hijau (Agave sisalana) 9,99
Sri rejeki (Aglonema nitidum) 7,59
Keladi hias (Caladium bicolor) 7,47
Stepanut (Stephanotis floribunda) 7,44
Pisang hias (Heliconia rosnata) 6,83
Mawar (Rosa chinensis) 6,60
Pakis haji (Cycas rumphii) 6,22
Mirten (Malphigia coccigyera) 5,53
Duranta kuning (Duranta repens) 4,48
Sambang darah (Excoecaria bicolor) 4,77
Kemuning (Muraya paniculata) 4,56
Salvia merah (Salvia splendeus) 4,23
Terang bulan (Duranta variegata) 4,11
Ixora daun kecil (Ixora chinensis) 4,11
Palm wregu (Rhapis excelsa) 3,40
Cendrawasih (Phyllantus niruri) 2,57
Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) 2,03
Sianto (Eugenia uniflora) 1,97
Jenis Tanaman Penutup Tanah
Kriminil Merah (Alternanthera ficoides) 24,06
Rumput Manila (Zoysia matrella) 22,58
Adam dan Hawa (Rhoeo discolor) 18,81
Rumput golf (Cynodon dactylon) 13,94
Rumput paetan (Axonopus compressus) 13,31 Kriminil putih (Alternanthera amoena) 9,96
Taiwan beauty (Cuphea mycrohylla) 9,72
Clorophytum hijau (Chlorophytum comosum) 9,50
Mutiara (Philea cardierei) 7,13
Clorophytum putih (Chlorophytum bachestii) 4,56
Lili paris putih (Ophiopogon jaburan) 2,38
Sumber : Nasrullah, dkk (2000)
e. Tumbuhan Penyerap Gas SO2
Hasil penelitian Dahlan (2007) pada beberapa lokasi pabrik dengan
aktivitas peleburan bijih nikel adalah adanya serapan sulfur pada daun
pepohonan dari emisi pabrik yang berupa gas SOx. Jenis-jenis pohon
Tabel 2.8. Tumbuhan Penyerap Gas SOx
Nama Tumbuhan S(%)
Uru (Ermerellia thyampacca) 0,1613
Kemiri (Aleurites moluccana) 0,1552
Ficus (Ficus sp.) 0,1552
Aghatis (Agathis dammara) 0,2391
Mangium (Acasia mangium) 0,2094
Biti (Vitex coffasus) 0,1548
Kayu Tanduk (Alsthonia spectabilis) 0,2075
Jambu (Psidium guava) 0,1796
Kokopu (Elaeocarphus sp.) 0,1804
Kayu Asah (Lithocarpus sp.) 0,1838
Makaranga (Macaranga triloba) 0,2190
Glochidon uttorate 0,2235
Gluchodion mollucanum 0,0593
Premna sp. 0,2258
Eucalyptus urograndis 0,3003
Betao (C. soulatri) 0,1756
Kayu hitam (Diospyros celebic) 0,2754
Kumea (Manilkara celebica) 0,2054
Agathis (A. damara) 0,2363
Trema tomenthosa 0,0515
Nangka (Artocarpus integra) 0,0987
Buri (Weinmannia devogelii) 0,2395
Mangium (Acasia mangium) 0,2848
Kapuk randu (Zeiba pteranda) 0,2420
Nyatoh (palaqium sp.) 0,1071
Trema love (Trema tomentosa) 0,2779
Spathodea (S. campanulata) 0,2767
Saga (Adenanthera pavonina) 0,2979
Uru (Emerellia thympaca) 0,2984
Macaranga (Macaranga triloba) 0,3361
Nyatoh batu (Palaqium sp.) 0,2954
Jambu daun lebar (P. guajava) 0,3219
Mataha(Calicarpa sp.) 0,3928
Kolak (Palaquium sp.) 0,3295
Betao (C. soulatri) 0,3557
Ficus (Ficus sp.) 0,3444
Trema (t. tremantosa) 0,2783
Kayu tanduk (Alsthonia spectabilis) 0,2401
Ficus (Ficus sp.) 0,1758
Betao (C.soulatri) 0,0727
Eucalyptus 0,1142
Bunu (Colana scabra) 0,0696
Nama Tumbuhan S(%)
Mahoni (Switania mahagoni) 0,1998
Kemiri (A. molluccana) 0,0933
K. Hitam (D. celebica) 0,0856
Betau daun kecil (C. soulatri) 0,0372
Trema (T. tomentosa) 0,0346
Trema love (T. tomentosa) 0,0233
Kayu Afrika (Maesopsis emioniii) 0,0792
Bitti (Vitex coffasus) 0,0311
Sumber : Dahlan (2007).
2.6. Kerangka Konsep
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian 1. Volume lalu lintas
2. Banyaknya pohon
1. Arah angin
3. Kelembaban
4. Suhu
Pengukuran kadar CO dan SO2 di
udara
Memenuhi syarat baku mutu
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei dan bersifat deskriptif yaitu mengetahui
gambaran perbedaan kadar karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) di
udara berdasarkan volume lalu lintas dan banyaknya pohon di Jalan Dr. Mansyur
dan Jalan Jend. A.H. Nasution di kota Medan tahun 2015.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di dua jalan raya yang terdapat tanaman peneduh
jalan yaitu jalan Dr. Mansyur dan jalan Jend. A.H. Nasution.
Adapun alasan memilih tempat tersebut sebagai lokasi penelitian adalah:
1. Jalan Dr. Mansyur merupakan jalan yang ditanami pohon mahoni
(Swietania Macrophylla) dengan jumlah kendaraan yang lewat sangat
banyak karena fungsinya sebagai jalan arteri sekunder.
2. Jalan Jend. A.H. Nasution pada lokasi didapati pohon angsana
(Pterocarpus Indicus) dengan jumlah kendaraan yang lewat sangat banyak
dengan fungsinya sebagai jalan arteri primer.
3. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang perbedaan jumlah kadar
karbon monoksida (CO) dan sulfur dioksida (SO2) berdasarkan volume
lalu lintas dan jumlah pohon yang terdapat di kedua jalan raya tersebut.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan