• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika Menggunakan Pembelajaran Kooperarif Tipe Numbered Head Togather Pada Siswa Kelas V SDN 01 Sukamaju 2010-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika Menggunakan Pembelajaran Kooperarif Tipe Numbered Head Togather Pada Siswa Kelas V SDN 01 Sukamaju 2010-2011"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

ACTIVITY ENHANCED AND ACCOMPLISHMENT OF LEARNING MATHEMATICS USES COOPERATIVE LEARNING NUMERED HEAD

TOGETHER TYPE AT STUDENT CLASS V SDN 01 AT SUKAMAJU 2010-2011

By Dodik Mulyono

The problem of this research are (1) Study planning is not achieve value ≤3,1 yet, (2) Total student that coming in this active category is not achieve ≥75%, (3) evaluating system is not variation yet, (4) total student is not achieve ≥75% yet.

The aim of this research are to describe; (1) Study planning (2) study execution (3) evaluation system (4) the increasing of accomplishment in learning mathematic with cooperative learning model Numbered Head Together (NHT) type. Research method that used is action method.

This research used action research, in the first cycles, the teacher only implemented the cooperative learning model NHT type, The action in the second cycles, the teacher implemented cooperative learning NHT type and media from carton; the action in the third cycles, the teacher implemented cooperative learning NHT type, media from carton paper and learning model like photocopy.

The conclusion of this research are (1) quality enhance of RPP that watched by using evaluation sheet of RPP, got the result; RPP value at cycles 1 are 2, 64, RPP value at cycles 2 are 2, 97, RPP value at cycles 3 are 3, 30. (2) The increasing of learning student activity, at class VA cycles 1 activity by category, 8 active students. The cycles 2 with 11 active students, and cycles 3 with 15 active students. At class VB the activity of cycles 1 by category 7 active students, cycles 2 by category 9 active students, cycles 3 by category 16 active students. (3) evaluating system are using observation technique and test by essay and multiple choice, validity test at cycles 1,2,3 by index 0,401-0,600 in enough category, reliability test at cycles 1,2 are 0,45 and cycles 3 is 0,55 by immediate category. (4) the increasing of accomplishment of learning student at class VA cycles 1 by category the higher score are 90, lowest 40, average 53, 15, complete are 8 students, cycles 2 by the higher score 100, lowest 50, average 58, 75, complete are 11 students. Cycles 3 by higher score 100, lowest 50, average 72, 45, complete are 15 students. At class VB cycles 1 by higher score 85, lowest 35, average 44, 75, complete are 7 students, cycles 2 by higher score 100, lowest 40, average 55, 5, complete are 9 students. Cycles 3 by higher score 90; lowest 40 averages 68, complete are 16 students.

(2)

ABSTRAK

Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika

Menggunakan Pembelajaran Kooperarif

Tipe

Numbered Head Togather

Pada Siswa Kelas V SDN 01

Sukamaju 2010-2011

Oleh Dodik Mulyono

Masalah penelitian ini adalah; (1) Perencanaan pembelajaran belum mencapai nilai ≥3,1, (2) Jumlah siswa yang masuk dalam kategori aktif belum mencapai ≥75%, (3) Sistem evaluasi belum bervariasi, (4) Jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas belum mencapai ≥75%.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan; (1) perencanaan pembelajaran (2) pelaksanaan pembelajaran (3) sistem evaluasi (4) peningkatan prestasi belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Togather (NHT). Metode penelitian yang digunakan adalah metode tindakan.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan, pada siklus pertama guru hanya mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe NHT tindakan siklus kedua guru mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan media dari kertas karton, tindakan siklus ketiga guru mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe NHT, media dari kertas karton dan bahan ajar berupa fotokopi materi.

Kesimpulan penelitian ini adalah; (1) peningkatan kualitas RPP yang diamati dengan menggunakan lembar penilaian RPP, diperoleh hasil; nilai RPP siklus 1 yaitu 2,64, nilai RPP siklus 2 yaitu 2,97 dan nilai RPP siklus 3 yaitu 3,30. (2) peningkatan aktivitas belajar siswa, pada kelas VA aktivitas siklus 1 dengan kategori aktif 8 siswa, siklus 2, 11 siswa dan siklus 3, 15 siswa. Pada kelas VB aktivitas siklus 1 dengan kategori aktif 7 siswa, siklus 2, 9 siswa dan siklus 3, 13 siswa; (3) peningkatan sistem evaluasi, pada siklus 1 pilihan ganda, siklus 2 soal uraian, sedangkan pada siklus 3 menggunakan soal pilihan ganda dan uraian; (4) Peningkatan prestasi belajar siswa, pada kelas VA siklus 1 dengan nilai tertinggi 90, terendah 40, rata-rata 53,15, tuntas 8 siswa, siklus 2 dengan nilai tertinggi 100, terendah 50, rata-rata 58,75, tuntas 11 siswa dan siklus 3 dengan nilai tertinggi 100, terendah 50, rata-rata 72,45, tuntas 15 siswa. pada kelas VB siklus 1 dengan nilai tertinggi 85, terendah 35, rata-rata 44,75, tuntas 7 siswa, siklus 2 dengan nilai tertinggi 100, terendah 40, rata-rata 55,5, tuntas 9 siswa, siklus 3 dengan nilai tertinggi 90, terendah 40, rata-rata 75, tuntas 16 siswa.

(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan dari siklus 1 sampai dengan siklus 3, observasi,

refleksi serta pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa:

a. Perencanaan pembelajaran mengalami peningkatan pada setiap siklusnya dan

pada siklus ke 3 perencanaan pembelajaran mencapai nilai ≥ 3,1.

b. Jumlah siswa yang masuk dalam kategori aktif mengalami peningkatan pada

setiap siklusnya dan pada siklus 3 Jumlah siswa yang masuk dalam kategori

aktif mencapai ≥75%.

c. Validitas dan reliabelitas Instrumen yang di pergunakan dalam evaluasi

mengalami peningkatan pada setiap siklusnya dan pada siklus 3 Validitas dan

reliabelitas Instrumen masuk dalam kategori cukup.

d. Jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas mengalami peningkatan pada

setiap siklusnya dan pada siklus 3 jumlah siswa yang masuk dalam kategori

tuntas mencapai ≥75%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diberikan, maka peneliti

(4)

a. Pembelajaran kooperatif tipe NHT perlu mengalokasikan waktu yang lebih dan

disesuaikan materi pembelajaran.

b. Bagi siswa diharapkan dalam proses pembelajaran untuk selalu aktif.

c. Guru hendaknya mempersiapkan perencanaaan pembelajaran secara matang

agar dalam pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

d. Guru hendaknya menggunakan media pembelajaran sesuai dengan materi

pembelajaran.

e. Guru hendaknya menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa, agar siswa

(5)

BAB I

PEND

AHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu pendidikan.

Sehingga diharapkan guru mampu menciptakan suasana yang kondusif yang

mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di kelas. Pada proses

pembelajaran terjadi interaksi antara siswa dan guru serta antara sesama siswa.

Oleh karena itu, proses pembelajaran di dalam kelas sebaiknya tidak didominasi

oleh guru tetapi melibatkan siswa sebagai objek belajar bukan subjek belajar.

Dengan demikian, pembelajaran dapat berlangsung dengan baik serta dapat

terciptakan pembelajan yang bermakna.

Berdasarkan undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 pasal

36 ayat 1 dan 2 sebagai pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah

yang efektif, produktif dan berprestasi, mulai tahun pelajaran 2007/2008

kurikulum pembelajaran yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Ini dikembangkan untuk mengoptimalkan peran serta siswa

dalam proses pembelajaran serta mengurangi dominasi guru dalam proses

pembelajaran, siswa bukan lagi dipandang sebagai objek belajar melainkan subjek

(6)

Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengelola kegiatan belajar sesuai

dengan karakteristik KTSP yaitu; (1) berpusat pada peserta didik; (2)

mengembangkan kreativitas; (3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan

menantang; (4) konstektual; (5) menyediakan pengalaman belajar yang

menyenangkan; (6) belajar melalui berbuat. Berdasarkan hal tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan KTSP berpusat pada

siswa dan mengutamakan pada aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, standar

proses pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan

proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses

pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Standar proses pembelajaran ini menggunakan paradigma pembelajaran yang

berpusat pada peserta didik, sehingga pendidik harus memperhatikan keragaman

dan keunikan peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu,

setiap pendidik dituntut memiliki kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam

standar pendidik dan tenaga kependidikan.

SD Negeri 1 Sukamaju sudah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP), namun menurut hasil wawancara pada guru kelas V SDN 01 Sukamaju

diketahui bahwa terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan KTSP. Salah satu

kendala utama adalah kurangnya aktivitas belajar siswa pada saat proses

pembelajaran berlangsung, siswa lebih cenderung menerima apa saja yang

disampaikan oleh guru, diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan

(7)

Rendahnya aktivitas belajar siswa disebabkan karena pembelajaran yang

dilakukan oleh guru belum tepat. Oleh karena itu, diperlukan model yang

berorientasi pada siswa, model yang dapat mengoptimalkan partisipasi siswa

dalam proses pembelajaran serta dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam

proses pembelajaran sehingga aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa

dapat meningkat. Berdasarkan tes awal pada guru dan analisis data kelas V SDN

01 Sukamaju didapat, dari 20 siswa di kelas VA, hanya 8 siswa atau 40% yang

mencapai ketuntasan belajar. Pada kelas VB dari 20 siswa hanya 7 siswa atau

35% yang mencapai nilai ketuntasan belajar. Standar ketuntasan belajar minimal

yang ditetapkan sekolah adalah 60% siswa memperoleh nilai rata-rata ≥ 60.

Guru matematika kelas V SD Negeri 1 Sukamaju pernah menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran. Namun

penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak berlangsung lama dan guru

kembali menggunakan model pembelajaran langsung yang dianggap guru lebih

mudah untuk mengontrol siswa, penyebab lain karena guru mengalami masalah

untuk mengecek siswa pada saat proses pembelajaran, terkadang siswa saling

berharap dan selalu mengandalkan kepada teman kelompoknya yang

berkemampuan tinggi saja, pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa hanya

disuruh bekerja dalam kelompok dan pertanggung jawabannya secara kelompok.

Berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh Gamastuti Nugrahaeni Pada

Siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 4 Sragen SURYANI TRI 2010 terjadi

(8)

aktivitas belajar siswa adalah 59,75% pada siklus I dan pada siklus ke II.

menjadi 81,13%

Menurut keterangan di atas maka peneliti bersama-sama dengan guru sepakat

untuk menggunakan suatu tindakan alternatif untuk mengatasi masalah yang ada

berupa penerapan pembelajaran kooperatif lain yang lebih mengutamakan

aktivitas belajar siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan potensinya secara maksimal, yang nantinya akan berdampak

pada tingginya aktivitas belajar siswa, kemudian berdampak pada peningkatan

prestasi belajar matematika. Salah satu pembelajaran yang dimaksud adalah

pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan kegiatan belajar kooperatif yang

dikembangkan oleh Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam

menelaah materi pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut. Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu pembelajaran

yang pada setiap siswa diberi nomor secara berurutan sesuai jumlah anggota

kelompok, kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa untuk

mempresentasikan tugas yang telah diberikan oleh guru.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggung-jawab

terhadap tugas yang diberikan karena dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT

siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda. Setiap siswa dibebankan

untuk menyelesaikan soal yang sesuai dengan nomor anggota mereka, tetapi pada

(9)

ada dalam LKS. Dalam proses pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa aktif

bekerja dalam kelompok. Mereka bertanggungjawab penuh terhadap soal yang

diberikan. Misalnya, siswa yang bernomor urut 2 dalam kelompoknya

mempertanggung jawabkan soal nomor 2 dan seterusnya. Walaupun pada saat

persentase mereka bisa ditunjuk untuk mengerjakan nomor lain.

Sedangkan pada model pembelajaran kooperatif yang lain terkadang siswa saling

berharap kepada teman kelompok lain yang lebih pintar. Pembelajaran kooperatif

tipe STAD misalnya, siswa hanya disuruh bekerja dalam kelompok dan

pertanggung jawabannya secara kelompok pula, siswa kurang aktif dalam

kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dinilai lebih memudahkan

siswa berinteraksi dengan teman-teman dalam kelas dibandingkan dengan

pembelajaran langsung yang selama ini diterapkan oleh guru.

Pada pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa perlu berkomunikasi satu sama

lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa duduk

berhadap-hadapan dengan guru dan terus memperhatikan gurunya. Secara tidak langsung

pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT

meningkatkan aktivitas belajar siswa, dengan dasar inilah yang mendorong

peneliti dan guru bersama-sama mengadakan penelitian untuk memperbaiki

pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan empat langkah (Ibrahim dkk,

2000:28) sebagai berikut: (1) Penomoran, guru membagi siswa ke dalam

(10)

nomor antara 1 sampai 5, (2) mengajukan pertanyaan atau permasalahan, guru

mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. (3) berpikir bersama, siswa

menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan itu dan meyakinkan tiap kelompok

dalam timnya mengetahui jawaban itu. (4) menjawab, guru memanggil suatu

nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya

dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Dalam pembagian kelompok hendaknya setiap kelompok dengan kemampuan

yang heterogen: satu orang berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan

sedang, dan satu orang berkemampuan rendah. Ketergantungan positif juga

dikembangkan, dan yang kurang, terbantu oleh yang lain, yang berkemampuan

tinggi bersedia membantu pada saat diskusi dalam kelompok, meskipun mungkin

mereka tidak dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan

motivasi tanggung jawab atau nama baik kelompok, yang paling lemah

diharapkan antusias dalam memahami permasalahan dan jawabannya karena

mereka merasa yang akan ditunjuk guru untuk menjawab soal.

Pada penelitian ini guru dan peneliti merancang perencanaan pembelajaran yang

menyiapkan aktivitas belajar siswa secara optimal melalui pembelajaran

kooperatif tipe NHT, penelitian ini guru mengimplementasikan pembelajaran

kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran matematika dengan mengikuti

(11)

Melalui langkah-langkah dan rancangan pembelajaran dalam pembelajaran

kooperatif tipe NHT ini diharapkan aktivitas dan peran serta siswa selama

pembelajaran meningkat dan berdampak meningkatkan prestasi belajar

matematika siswa. Dengan dasar inilah yang mendorong peneliti dan guru

bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan beberapa identifikasi masalah

antara lain sebagai berikut;

1.2.1 Perencanaan pembelajaran belum mencapai nilai ≥ 3,1

1.2.2 Jumlah siswa yang masuk dalam kategori aktif belum mencapai ≥ 75%.

1.2.3 Sistem evaluasi yang digunakan belum bervariasi.

1.2.4 Jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas belum mencapai ≥ 75%.

1.2.5 Guru kurang tepat memilih model pembelajaran kooperatif.

1.2.6 Guru kesulitan untuk mengecek siswa pada saat proses pembelajaran

dikelas.

1.2.7 Guru mata pelajaran matematika belum menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian

ini dibatasi pada:

1.2.1 Perencanaan pembelajaran belum mencapai nilai ≥ 3,1

(12)

1.2.3 Sistem evaluasi yang digunakan belum bervariasi

1.2.4 Jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas belum mencapai ≥ 75%.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, disusun rumusan masalah

sebagai berikut :

1.4.1 Bagaimana perencanaan pembelajaran mencapai nilai ≥ 3,1?

1.4.2 Bagaimana jumlah siswa yang masuk dalam kategori aktif mencapai ≥ 75%?

1.4.3 Bagaimana sistem evaluasi yang bervariasi?

1.4.4 Bagaimana Jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas mencapai ≥ 75%?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan hal-hal sebagai berikut:

1.5.1 Perencanaan pembelajaran mencapai nilai ≥ 3,1.

1.5.2 Peningkatan jumlah siswa yang masuk dalam kategori aktif mencapai ≥75%

1.5.3 Sistem evaluasi yang digunakan bervariasi

1.5.4 Peningkatan Jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas mencapai ≥75%.

1.6 Kegunaan Penelitian 1.6.1 Teoritis

Penelitian ini diharapkan menghasilkan suatu kajian teoritis khususnya teori yang

berhubungan dengan Teknologi Pendidikan kawasan desain dan pengelolaan

(13)

1.6.2 Praktis

a. Bagi guru, berguna meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran,

sedangkan, laporan dan dokumentasi akan dapat dijadikan bahan evaluasi

perbaikan.

b. Bagi siswa, dapat mengalami belajar menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT.

c. Bagi Sekolah, berguna meningkatkan kualitas belajar siswa dan akreditasi

Referensi

Dokumen terkait

Adanya hasil penelitian yang berbeda tersebut menjadikan fenomena ini menarik untuk diteliti, penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan Konsep Diri

harmonis dalam menyongsong serta melaksanakan upacara Wulla Poddu. Untuk penganut kepercayaan Marapu yang menjalankan upacara Wulla. Poddu. Wulla Poddu merupakan identitas,

Untuk konstruksi yang berhubungan dengan cuaca (atap)... Tabel 2.3 Perhitungan Momen

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN PETA KONSEP.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pokja Pengadaan Barang telah melakukan Pembukaan Dokumen Penawaran dan evaluasi penawaran terhadap 5 (lima) Penyedia yang memasukan Dokumen penawaran

Uang harian perjalanan dinas tidak diberikan lagi kepada PNS yang telah diberi tugas untuk menyelenggarakan kegiatan sidang/konferensi yang dihadiri pejabat setingkat Menteri

Analisis data yang digunakan adalah hubungan antara panjang usus dan panjang total tubuh ikan, serta jenis makanan yang ada dalam usus ikan untuk

Disamping itu juga dibutuhkan kerjasama antara guru, orang tua, masyarakat sekolah, dan siswa agar saling membantu dalam proses pembelajaran, agar setiap individu dapat diterima