• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 29 Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 29 Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh Tri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA (Studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013) Nama Mahasiswa : Tri Fajriyanti Fauzia

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021055

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Rini Asnawati, M.Pd. Drs. M. Coesamin, M.Pd. NIP 19620210 198503 2 003 NIP 19591002 198803 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. _____________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(4)

Tri Fajriyanti Fauzia

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 29 Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

TRI FAJRIYANTI FAUZIA

Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika siswa. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan populasi siswa kelas VIII SMPN 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII D dan VIII E yang diambil menggunakan teknik cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan post-test only control design. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes hasil belajar matematika siswa dengan uji hipotesis mengunakan Uji-t. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif jika diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII semester ganjil SMPN 29 Bandarlampung tahun pelajaran 2012/2013.

(5)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

(Skripsi)

Oleh

TRI FAJRIYANTI FAUZIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

Tri Fajriyanti Fauzia

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAN ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Nama Mahasiswa : Tri Fajriyanti Fauzia Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021055

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Rini Asnawati, M.Pd. Drs. M. Coesamin, M.Pd.

NIP 19620210 198503 2 003 NIP 19591002 198803 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. ____________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 5

C. Tujuan Penelitian ... ... 5

D. Manfaat Penelitian ... ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... ... 8

1. Efektivitas Pembelajaran ... .. . 8

2. Pembelajaran Kooperatif ... ... 9

3. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 13

4. Pembelajaran Konvensional ... 18

5. Hasil Belajar ... 22

B. Kerangka Pikir ... 23

C. Hipotesis Penelitian ... 26

1. Hipotesis Umum ... 26

(10)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... ... 27

B. Desain Penelitian ... ... 27

C. Prosedur Penelitian... ... 28

D. Data Penelitian ... ... 29

E. Pengumpulan Data ... ... 29

F. Instrumen Penelitian... 29

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... . 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... ... 40

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ... 42

B. Saran ... ... 42 DAFTAR PUSTAKA

(11)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 12

2.2 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu ... 16

2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 17

2.4 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Konvensional ... 21

3.1 Desain Penelitian ... 28

3.2 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 31

3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 32

3.4 Hasil Tes Akhir ... 33

4.1 Statistik Deskriptif Data Hasil Belajar Matematika ... 37

4.2 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 38

(12)

MOTTO

Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada

kemudahan, sesungguhnya bersama

kesulitan itu ada kemudahan.

(QS. Al insyiroh : 5-6)

La tahzan, Innalloha ma’ana

(13)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Tri Fajriyanti Fauzia

NPM : 0743021055

Program studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, November 2012 Yang Menyatakan

(14)

PERSEMBAHAN

Puji syukur ku ucapkan kepada Sang Kholiq ALLAh SWT yang

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Nabi yang Penuh Cinta

dan Kasih MUHAMMAD SAW

Kupersembahkan karya kecilku ini teruntuk,

Kedua Orang Tua ku tercinta

yang telah lebih dulu menghadapNya, untuk semua pengorbanan

dalam membesarkanku, untuk nasehat yang tak pernah

pupus dimakan waktu, untuk semua kenangan indah

yang selalu menjadi sumber kebahagiaan bagiku,

untuk do’a yang selalu menjadi penerang jalanku.

Mbak-mbak dan adik-adik ku tesayang

atas semua doa dan dukungan yang

telah diberikan kepadaku.

Para pendidik yang telah mendidikku

Waffa sahabat terbaikku

Atas kebersamaan, dukungan, dan

kebahagiaan yang telah diberikan untukku

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang, pada tanggal 19 April 1988. Penulis merupakan

anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Abdul Fatah Kadir

dan Ibu Dra. Badarmah EM.

Pendidikan formal yang telah ditempuh dimulai dari taman kanak-kanak yaitu di

TK Nurul Iman dan selesai pada tahun 1994, Sekolah Dasar (SD) yaitu di SD

Negeri 5 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara dan selesai tahun 2000, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) yaitu di SMP Negeri 7 Kotabumi Kabupaten Lampung

Utara dan selesai pada tahun 2003, dan Madrasah Aliyah (MA) yaitu di MA

Negeri 1 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara dan lulus pada tahun 2006.

Kemudian pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan

Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Surya

(16)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Alloh SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division Ditinjau dari Hasil Belajar

Matematika siswa.”

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung.

4. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

selaku Dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

bimbingan dengan penuh kesabaran, memberikan motivasi dan semangat

(17)

5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah membimbing

dengan penuh kesabaran, cinta dan ketulusan, memberikan nasihat, semangat,

motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi

ini.

6. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan

bimbingan, saran serta arahan kepada penulis.

7. Seluruh Dosen FKIP yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

menyelesaikan studi.

8. Ibu Nurbaiti, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 29 Bandar Lampung yang

telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

9. Ibu Mika Sundari, S.Pd., sebagai guru matematika kelas VIII SMP Negeri 29

Bandar Lampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.

10. Siswa/siswi kelas VIII D dan VIII E SMP Negeri 29 Bandar Lampung tahun

pelajaran 2012/2013, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

11. Mama dan bapak tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah

diberikan selama ini yang tak pernah lelah memberikan motivasi dan nasihat.

12. Keluarga baru ku ( ummi, abi, rifa, dan ridho ) atas bantuan, keceriaan, dan

kehangatan yang telah diberikan selama ini.

13. Sahabat terbaik ku wafa, atas kebersamaannya selama lima tahun yang telah

memberikan bantuan, semangat, motivasi, dan tak pernah lelah

mengingatkanku .

14. Sahabat seperjuangan ( lidya, janati, nure, uni ne, uni na, hani, riaul, mbak

lisa, ita, dan sri ). Terimaksih untuk setiap canda dan tawa yang selalu

(18)

15. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan

Matematika: Tin tun, Nantul, Rita, Rista, Ratna, Lia, Indah, Yulva, Dwi D,

Devi, Sri, Fitri, Berta, Vera, Vina, Reni, mbak Leni, Fiska, Vivi, Yesi, Duwai,

Tanti, Achiz, Nesha, Uya, Robert, Indri, Bily, Solihin, Dhea, Haris, Sevia,

Ana, Dina N, Miraya Soraya, Mbak Yemi, Din dun, Momon, Ali, Ifan, Dani,

Komang, Mbak Endah, Heru, Bang Ken, Adi, atas kebersamaannya selama ini

dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu

menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan.

16. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Surya Dharma 2 Bandarlampung

(Rista, Gede, Melda, Jonas, Dedo, Janah, Kadek, Eva, Rohmah, Hesti ) atas

kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa.

17. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai

2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2012 terima kasih atas

kebersamaannya.

18. Almamater yang telah mendewasakanku.

19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan

pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita.

Aamiin.

Bandarlampung, November 2012

Penulis

(19)

44

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa:

Rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran koopertif tipe

STAD lebih tinggi daripada rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada

pembelajaran konvensional. Dengan kata lain, model pembelajaran kooperatif

tipe STAD efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil

belajar matematika pada siswa kelas VIII semester ganjil SMPN 29 Bandar

Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan adalah sebagai

berikut.

1. Kepada guru matematika agar dapat menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar

matematika siswa.

2. Kepada para peneliti yang akan melakukan penelitian yang serupa untuk dapat

(20)

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta dan Depdikbud. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Usaha Nasional. Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Kompas. 2012. Pendidikan Indonesia Menurun. [on line]. Tersedia :

http://edukasi.kompas.com/read indeks.Pendidikan.Indonesia.Menurun/. (13 Agustus 2012)

Isjoni. 2007. Cooperative Laearning. Alfabeta. Bandung

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Lie, Anita. 2002. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Grasindo. Jakarta.

Nasution, S. 2002. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Noer, Sri Hastuti. 2010. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta

Safari. 2004. Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non tes. Jakarta: Depdiknas.

(21)

46

Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning. A Simon & Schuster Company: United States of Amerika Amerika

Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.

Trianto. 2000. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Surabaya.

UU RI No 20 Tahun 2003. 2008. Sistem P endidikan Nasional. CV Karya Gemilang.

(22)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan pembangunan di Indonesia sangat bergantung pada kemajuan bidang

politik, ekonomi, dan sosial, termasuk bidang pendidikan. Bidang pendidikan

merupakan salah satu bidang yang memberikan kontribusi terbesar terhadap

kemajuan bidang-bidang lain di Indonesia. Hal ini mengisyaratkan bahwa

kemajuan bidang-bidang lain di Indonesia bergantung pada kemajuan bidang

pendidikan yang berkualitas. Salah satu peran penting di dalam kehidupan

manusia yang dapat mengembangkan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan adalah pendidikan.

Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011

yang dikeluarkan oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan

(23)

2

pendidikan atau Education Development Index(EDI) berdasarkan data tahun 2008

adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia pada posisi ke-69 dari 127 negara

di dunia (Kompas : 2012). Hal ini membuktikan bahwa kualitas pendidikan di

Indonesia masih sangat jauh tertinggal dari negara-negara lain. Rendahnya

kualitas pendidikan di indonesia salah satunya ditandai oleh rendahnya hasil

belajar siswa. Salah satu cara meningkatkan hasil belajar siswa adalah

mem-perbaharui paradigma pengajaran menjadi paradigma pembelajaran.

Pengajaran dan pembelajaran mempunyai pengertian yang hampir sama. Guru

mengajar agar siswa dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai

sesuatu yang objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi

perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor). Namun

proses pengajaran ini hanya melibatkan interksi satu arah, yaitu semua proses

hanya berpusat dari guru. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi

dua arah, yaitu guru dan siswa. Kegiatan pokok dalam keseluruhan proses

pendi-dikan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran, hal ini berarti bahwa berhasil

ti-daknya pencapaian tujuan pendidikan salah satunya tergantung kepada proses

pembelajaran yang dialami siswa.

Nilai keseluruhan dari pembelajaran ditunjukkan oleh hasil belajar yang dicapai

oleh siswa. Kenyataannya dalam pembelajaran untuk memperoleh hasil yang

sesuai dengan tujuan tidaklah mudah. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah

sering dijumpai beberapa masalah, antara lain beberapa siswa yang mempunyai

(24)

3

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting

dalam kehidupan sehari-hari untuk mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, sehingga matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok di

sekolah yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Oleh karena itu, perlu

dilakukan perbaikan-perbaikan dalam peningkatan mutu pembelajaran

matematika di sekolah. Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan,

maka kegiatan pembelajaran diupayakan dapat meningkatkan antusiasme siswa

melalui kreatifitas guru dalam memvariasikan model pembelajaran. Dengan

demikian siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Diharapkan dengan

memvariasikan model pembelajaran akan meningkatkan hasil belalajar

matematika siswa.

Untuk mencapai tujuan di atas, guru harus mampu menciptakan kondisi kelas

yang kondusif dan menyenangkan sehingga siswa dapat belajar secara maksimal.

Saat ini model pembelajaran telah dikembangkan untuk mendukung tercapainya

tujuan pembelajaran sehingga guru dapat memilih model pembelajaran yang dapat

membantu dalam tujuan pembelajaran yang hendak dicapainya. Namun sebagian

besar guru matematika masih menggunakan pembelajaran tradisional yaitu

pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran ini guru menjelaskan materi

menggunakan metode ekspositori, memberikan contoh soal dan memberikan tugas

sebagai latihan. Kebanyakan siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal

penting dari penjelasan yang dikemukakan oleh guru. Pembelajaran belum

sepenuhnya melibatkan aktivitas siswa. Meskipun siswa diberi kesempatan untuk

(25)

4

keberanian untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya, padahal pemilihan

model pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.

Menyikapi kondisi tersebut maka guru perlu terus berupaya untuk memperbaiki

kualitas pendidikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan

memberikan pengalaman belajar melalui model pembelajaran yang mengaktifkan

siswa, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu

model pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan

bertanggung jawab penuh dalam memahami materi pelajaran matematika baik

secara berkelompok maupun individual.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dikelompokan menjadi

beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang heterogen

terutama dari segi kemampuannya. Pembelajaran dimulai dengan penjelasan

materi oleh guru tentang materi secara garis besarnya. Selanjutnya, siswa diminta

untuk belajar dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan guru untuk memantapkan pemahaman terhadap materi yang sudah

diberikan oleh guru. Dalam belajar kelompok, siswa diberi kebebasan mengenai

cara menyelesaikan tugas kelompoknya, akan tetapi mereka semua harus

bertanggung jawab agar setiap individu di dalam kelompok betul-betul memahami

materi yang dipelajari, karena keberhasilan dinilai dari keberhasilan kelompok,

bukan masing-masing individu. Oleh karena itu, kerjasama di dalam kelompok

sangat diperlukan. Untuk mengukur keberhasilan belajar kelompok, guru

(26)

5

kelompok tidak diperkenankan membantu anggota kelompoknya yang lain.

Selanjutnya, hasil tes ini dibandingkan dengan rata-rata pencapaian sebelumnya.

Poin sumbangan anggota kelompoknya ditentukan berdasarkan tingkat

keber-hasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Gabungan poin

sumba-ngan dari semua anggota kelompok menjadi poin kelompok dan hasilnya

diban-dingkan dengan poin kelompok lainnya. Kelompok yang berhasil memperoleh

poin tertinggi berhak mendapat sertifikat atau penghargaan. Dengan adanya

pemberian penghargaan kelompok, siswa akan lebih termotivasi dalam belajar

matematika. Dengan termotivasinya siswa dalam belajar matematika diharapkan

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian studi eksperimen

tentang efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau

darihasil belajar matematika siswa.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran

kooperatif tipe STAD lebih efektif diterapkan bila dibandingkan dengan

pembelajaran kovensional ditinjau dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII

semester ganjil SMP N 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif

(27)

6

matematika ditinjau dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester ganjil

SMP N 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran

matematika yang paling tepat untuk mengoptimalkan hasil belajar matematika

siswa.

2. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan

perbaikan mutu pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai dunia

pendidikan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas pembelajaran merupakan ukuran keberhasilan dari suatu proses

interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif apabila

rata-rata nilai hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada rata-rata nilai hasil belajar siswa

pada pembelajaran konvensional

2. Model pembelajaran kooperatif, dalam hal ini adalah model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yaitu tipe pembelajaran kooperatif, dimana siswa

(28)

7

untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran di kelas. Tipe STAD ini

terdiri dari 5 komponen utama, yaitu persentasi kelas, kegiatan kelompok,

evaluasi, pemberian skor individu dan penghargaan kelompok.

3. Pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang selama ini diterapkan di

sekolah dimana pembelajaran lebih terpusat pada guru. Guru berperan aktif

untuk menjelaskan materi, memberikan latihan dan tugas.

4. Hasil belajar matematika adalah kemampuan yang dicapai siswa setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran matematika, yaitu berupa nilai akhir tes

(29)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

dan sasarannya. Hal ini sejalan dengan Sutikno (2005: 7) yang mengemukakan:

“pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa

untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan”. Dapat dikatakan juga bahwa

efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang diinginkan,

sedangkan menurut Hamalik (2001), pembelajaran dikatakan efektif jika

memberikan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya kepada

siswa untuk belajar. Dengan menyediakan kesempatan belajar sendiri dan

beraktivitas seluas-luasnya siswa diharapkan dapat mengembangkan potensi

dirinya ke arah yang lebih baik. Sedangkan menurut Nasution (2002 : 27), belajar

yang efektif hasilnya merupakan pemahaman, pengetahuan, dan wawasan.

Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan dari

pembelajaran tersebut dapat tercapai. Pembelajaran akan menjadi efektif jika

peserta didik terlibat langsung dan menjadi pusat dalam segala kegiatan

pembelajaran. Pembelajaran menjadi efektif jika pembelajaran tersebut

(30)

9

menyenangkan, maka peserta didik akan lebih mudah mengikuti dan memahami

pembelajaran yang diajarkan. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa

pengawasan guru tetap diperlukan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran

tersebut. Untuk mengefektifkan pembelajaran ini, program pembelajaran harus

dirancang terlebih dahulu dengan seksama.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran

adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa dengan siswa

maupun antara guru dan siswa dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif apabila rata-rata nilai hasil belajar

siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari

pada rata-rata nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa

bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan. Hal tersebut sesuai dengan

pen-dapat Slavin (2005: 4) yang mengatakan bahwa:

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai metode pengajaran dima-na para siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam memahami mata pelajaran. Dalam ke-las kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling men-diskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-ma-sing.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

mem-bantu siswa dalam mengembangkan pemahaman, pengetahuan dan sikapnya

(31)

10

kerja sama antar anggota kelompok diharapkan dapat meningkatkan motivasi,

produktifitas, dan perolehan belajar. Isjoni (2007 : 6-7) mengemukakan tujuan

utama dalam penerapan model cooperative learning adalah agar peserta didik

dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling

menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk

mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

berkelompok. Model pembelajaran kooperatif ini mendorong peningkatan

ke-mampuan siswa dalam memecahkan masalah yang ditemui selama proses

pembe-lajaran. Pola interaksi yang bersifat terbuka dan langsung diantara anggota

ke-lompok sangat penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam

belajar-nya. Hal ini dikarenakan setiap saat mereka akan melakukan diskusi, saling

membagi pengetahuan, pengalaman, pemahaman dan kemampuan serta saling

mengoreksi antar sesama dalam belajar. Ismail (2003:18) mengungkapkan

sebagai berikut.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah:

1. belajar dengan teman; 2. tatap muka antar teman;

3. mendengarkan diantara anggota;

4. belajar dari teman sendiri didalam kelompok; 5. belajar dalam kelompok kecil;

6. produktif berbicara atau mengeluarkan pendapat; 7. siswa membuat keputusan;

8. siswa aktif.

Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam

kelompok-kelompok kecil, saling membantu satu sama lain. Kelompok tersebut

(32)

11

kelompok yang heterogen, yaitu kelompok yang terdiri dari tingkat kemampuan

akademik dan jenis kelamin siswa yang berbeda. Hal ini bermanfaat melatih

sis-wa menerima perbedaan pendapat dan bekerja sama dengan teman yang berbeda

latar belakangnya. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah

men-capai ketuntasan. (Slavin, 1995).

Roger dan David Johnson ( dalam Lie, 2002: 30) mengatakan bahwa tidak semua

kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil

yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus

dite-rapkan. Kelima unsur tersebut yaitu : 1) Saling ketergantungan positif, 2)

tang-gung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi

proses kelompok.

Untuk memenuhi kelima unsur tersebut harus dibutuhkan proses yang melibatkan

niat dan kiat para anggota kelompok. Para peserta didik harus mempunyai niat

untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar kelompok yang

akan saling menguntungkan. Selain niat, peserta didik juga harus menguasai

kiat-kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Salah satu cara untuk

men-gembangkan niat dan kerja sama antar peserta didik dalam model pembelajaran

kooperatif adalah melalui pengelolaan kelas. Ada dua hal penting yang perlu

di-perhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif, yakni

penge-lompokan semangat kerja sama dan penataan ruang kelas.

Selain unsur-unsur yang harus dipenuhi, dalam prakteknya pembelajaran

kooperatif terdiri dari beberapa langkah. Langkah-langkah pembelajaran

(33)

12

Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Langkah Kegiatan Guru

a. Langkah I

Menyampaikan tentang tujuan pembela- jaran dan memberikan motivasi.

Guru menyampaikan semua tujuan belajaran yang ingin dicapai pada pem-belajaran tersebut dan memotivasi siswa b. Langkah II

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bacaan atau penjelasan belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien

d. Langkah IV

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

e. Langkah V Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

f. Langkah VI

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok

Sumber: Ibrahim (dalam Trianto, 2000: 48)

Pembelajaran kooperatif akan berhasil apabila unsur-unsur dan langkah-langkah

tersebut dapat dijalankan dengan semestinya. Beberapa keuntungan pembelajaran

kooperatif dijelaskan oleh Nurhadi (2004: 116) sebagai berikut.

a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,keterampil- an, informasi, prilaju sosial, dan pandangan-pandangan.

c. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan berbagai perspektif.

(34)

13

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerjasama dalam

kelompok-kelompok yang heterogen, yang pelaksanaanya memiliki beberapa

unsur-unsur antara lain yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab

per-seorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok.

Dengan kelima unsur itu dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berinteraksi dan belajar bersama-sama dalam memecahkan suatu masalah guna

mencapai tujuan bersama.

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD

STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. STAD

dikem-bangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada adanya aktivitas dan

interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Dalam

pembelajaran ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4

sampai 5 orang siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Di dalamnya ada

proses belajar dalam kelompok kecil yang dapat meningkatkan aktivitas belajar,

dan menciptakan suasana belajar kooperatif.

Menurut Slavin (1995:71), dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan

model kooperatif tipe STAD ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu

presentasi kelas, belajar kelompok, kuis atau tes, poin peningkatan individu, dan

(35)

14

kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.

Kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah kelompok yang

heterogen baik dari kemampuan belajar siswa, jenis kelamin dan suku. Adapun

tahap-tahap dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut

Slavin (1995 :73) adalah:

1. Presentasi kelas

Materi yang akan disampaikan pada presentasi kelas bisa menggunakan

pengajaran langsung atau diskusi belajar yang dipimpin oleh guru. Presentasi

kelas ini tidak berbeda dengan pengajaran biasa, hanya berbeda pada

pemfokusan terhadap STAD.

2. Belajar Kelompok

Kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan perbedaan

kemam-puan, jenis kelamin, ras dan etnisnya. Kelompok dalam STAD menjadi ciri

penting karena setiap anggota kelompok harus bertanggungjawab atas

keber-hasilan anggota kelompok mereka. Keberkeber-hasilan dan kegagalan anggota

ke-lompok akan sangat mempengaruhi kesuksesan keke-lompok. Fungsi utama dari

kelompok adalah untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok terlibat

dalam kegiatan belajar.

3. Kuis atau tes

Setelah melakukan 1 atau 2 kali pertemuan dan 1 atau 2 kali kegiatan

kelom-pok, siswa diberi tes secara individual, siswa tidak boleh saling membantu

(36)

15

4. Poin peningkatan individu

Ide yang mendasari poin peningkatan individu adalah memberikan kepada

siswa sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja giat, dan

memperlihat-kan prestasi yang lebih baik dibandingmemperlihat-kan dengan yang dicapai sebelumnya.

Setiap siswa dapat menyumbangkan poin maksimal untuk kelompoknya.

Setiap siswa diberi skor dasar yang diperoleh dari rata-rata hasil tes

sebelum-nya. Hasil tes siswa diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan

se-lisih skor terdahulu (skor dasar dengan skor akhir). Tujuan dari skor dasar dan

poin peningkatan individu adalah untuk meyakinkan siswa bahwa setiap siswa

dapat memberikan poin maksimal pada kelompoknya. Siswa akan memahami

bahwa membandingkan skor tes dengan skor yang lalu merupakan hal yang

adil. Karena siswa memulai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman

yang berbeda-beda.

Sistem dari poin peningkatan individu:

1. tujuan utamanya adalah untuk memberikan skor minimum pada

masing-masing siswa untuk berusaha, berjuang, dan meningkatkan skor minimum

mereka yang lalu sehingga setiap siswa memiliki kesempatan yang sama

untuk sukses jika mereka melakukan yang terbaik.

2. siswa harus menyadari bahwa skor setiap anggota kelompok adalah

pen-ting dan setiap anggota kelompok dapat memberikan poin peningkatan

in-dividu yang maksimum jika mereka melakukan yang terbaik.

3. sistem poin peningkatan individu merupakan sistem yang adil karena

(37)

16

Menurut Slavin (dalam ibrahim,dkk:2000) untuk memberikan skor

perkembangan individu dihitung berdasarkan tabel 2.2 yang terdapat pada

halaman 18.

5. Penghargaan Kelompok

Setelah dilakukan perhitungan poin peningkatan individu, dilakukan

pembe-rian penghargan kelompok. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan

poin per-kembangan kelompok.

Untuk menentukan poin perkembangan kelompok digunakan rumus :

Pk =

Pk = poin perkembangan kelompok.

Tabel 2.2 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu

Nilai tes Skor perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10 poin – 1 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal

20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Nilai sempurna 30

Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan

berhak memperoleh penghargaan. Berdasarkan poin perkembangan kelompok

terdapat 3 tingkatan penghargaan yang diberikan seperti pada tabel 2.3

(38)

17

Tabel 2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria(rata-rata tim) Predikat

5≤x≤15 Tim baik

15≤x≤25 Tim sangat baik

25≤ x≤ 30 Tim super

(sumber: Ratumanam, 2002)

Belajar matematika memiliki ciri khas unik yang membuatnya berbeda dengan

belajar secara umum, belajar matematika mempunyai tingkatan lebih tinggi dan

dibentuk atas dasar pengalaman yang sudah ada.

Oleh karena itu, jika siswa tidak memahami konsep-konsep prasyarat maka siswa

akan merasa kesulitan untuk memahami konsep-konsep matematika yang lainnya.

Belajar matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membuat

siswa saling mengingatkan satu sama lain tentang konsep prasyarat tersebut dan

siswa lebih bersemangat dalam menyelesaikan setiap permasalahan dibandingkan

belajar sendiri. Hal ini karena setiap permasalahan matematika yang ada dapat

mereka diskusikan bersama kelompoknya dan saling berbagi ide sehingga setiap

permasalahan matematika yang umumnya dipandang sulit oleh para siswa terlihat

lebih mudah. Setiap kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan matematika

bervariasi, ada yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Di sini

ketergan-tungan positif juga dikembangkan, dan siswa yang kemampuan matematikanya

kurang bisa terbantu oleh siswa yang kemampuan matematikanya lebih baik.

Siswa yang berkemampuan tinggi bersedia membantu siswa yang berkemampuan

rendah karena penilaian dalam STAD ini tidak hanya penilaian individu siswa

(39)

ber-18

tanggungjawab terhadap kelompoknya. Siswa yang berkemampuan lemah dan

enggan bertanya pada guru dapat bertanya kepada anggota kelompok yang lebih

mampu.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif-tipe STAD adalah kooperatif-tipe pembelajaran yang membagi siswa dalam beberapa

kelom-pok yang terdiri dari empat atau lima orang siswa dan setiap kelomkelom-pok

mem-punyai tingkat kemampuan yang beragam, ada yang pintar, sedang, dan ada pula

yang tingkat kemampuannya kurang. Kemudian setiap anggota kelompok

diberi-kan tanggung jawab untuk memecahdiberi-kan masalah atau soal dalam kelompoknya

dan diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat tanpa merasa takut salah. Oleh

karena itu tidak tampak lagi mana siswa yang unggul karena semuanya berbaur

dalam satu kelompok dan sama-sama bertanggung jawab terhadap kelompok

ter-sebut

4. Pembelajaran Konvensional

Hamalik (2008: 11) mengatakan bahwa pembelajaran konvensional menitik

beratkan pada perkembangan intelektual melalui cara belajar ingatan mengenai

hal-hal yang telah dibaca dan tugas-tugas yang telah dikerjakan. Pengetahuan

yang telah diperoleh langsung dapat ditransferkan ke dalam situasi kehidupan.

Perencanaan belajar dan perkembangan aspek-aspek keterampilan, sosial, sikap,

dan apresiasi kurang mendapat perhatian.

Selanjutnya menurut Roestiyah N.K., pembelajaran konvensional yang dimaksud

(40)

19

konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya

lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan kepada

keterampi-lan berhitung, mengutamakan hasil dari pada proses, dan pengajaran berpusat

pa-da guru. Pengajaran model ini dipanpa-dang efektif, terutama untuk berbagai

infor-masi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain, menyampaikan inforinfor-masi

den-gan cepat, membangkitkan minat akan informasi, mengajari siswa yang cara

belajar terbaiknya dengan mendengarkan. Namun demikian pendekatan

pembe-lajaran tersebut mempunyai beberapa kelemahan yaitu tidak semua siswa

memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan dan hanya memperhatikan

penjelasan guru, sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik

dengan apa yang dipelajari, pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan

pemikiran yang kritis, dan mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan

tidak bersifat pribadi.

Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran

konven-sional adalah metode ekspositori. Metode ekspositori ini sama dengan cara

men-gajar yang biasa (tradisional) kita pakai pada penmen-gajaran matematika. Kegiatan

selanjutnya guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, kemudian

mem-beri soal-soal latihan, dan siswa disuruh mengerjakannya. Jadi kegiatan guru

yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang

disampaikan guru.

Penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan strategi

atau metode ceramah dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum secara

(41)

20

ketuntasannya menyampaikan seluruh materi yang ada dalam kurikulum.

Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan

mengungkapkan kembali isi buku teks tersebut. Jadi pembelajaran konvensional

kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses.

Kemudian Burrowes mengatakan bahwa:

“Pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa mem-berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelum-nya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok koo-peratif, dan (5) penilaian ber-sifat sporadis.”

Berdasarkan definisi atau ciri-ciri tersebut, penyelenggaraan pembelajaran

konvensional merupakan sebuah praktik yang mekanistik dan diredusir menjadi

pemberian informasi. Dalam kondisi ini, guru memainkan peran yang sangat

penting karena mengajar dianggap memindahkan pengetahuan kepada orang lain

yang belajar. Dalam model ini, peran guru adalah menyiapkan dan mentransfer

pengetahuan atau informasi kepada siswa. Sedangkan peran siswa adalah

menerima, menyimpan, dan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang sesuai dengan

informasi yang diberikan. Ada beberapa perbedaan kelompok belajar kooperatif

dengan konvensional. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.4 halaman 21.

Dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan

pembelajaran matematika secara biasa atau pembelajaran konvensional adalah

suatu kegiatan pembelajaran yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru

dengan melakukan pembelajaran secara klasikal yang di dalamnya aktivitas guru

(42)

21

yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan

pen-dapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar

sis-wa kurang bermakna karena lebih banyak mendengarkan.

Tabel 2.4 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Konvensional

Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara demokra-tis atau bergilir untuk memberikan penga-laman memimpin bagi para anggota kelom-pok.

Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemim-pinnya dengan cara masing-masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

(43)

22

5. Hasil Belajar

Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari

proses pembelajaran tersebut. Hasil belajar merupakan hasil yang

menggam-barkan kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar.

Hasil inilah yang akan menjadi ukuran keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Abdurrahman (2003: 37) yang mengatakan

bahwa, ”hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan belajar”. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) mengatakan

bahwa, “hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar”.

Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar

sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan penggal dan puncak proses

belajar. Siswa dikatakan memperoleh hasil belajar yang tinggi pada suatu

pelajaran tertentu jika siswa tersebut memiliki penguasaan yang baik terhadap

pelajaran tersebut, selain itu siswa tersebut telah berhasil mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat

Abdurrahman (2003: 38), “ seorang anak yang berhasil dalam belajar ialah yang

berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional”.

Sardiman (2004: 49) mengungkapkan bahwa hasil belajar dikatakan baik jika

memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Hasil belajar itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.

(44)

23

3. Hasil belajar itu selalu memunculkan pemahaman atau pengertian yang

ke-mudian menimbulkan reaksi atau jawaban yang dapat di-pahami dan diterima

oleh akal.

4. Hasil belajar itu tidak terikat pada situasi ditempat hasil belajar itu dicapai,

tetapi juga dapat digunakan dalam situasi lain.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa yang diperoleh setelah

mengikuti pembelajaran selama kurun waktu tertentu. Perubahan tersebut

meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, seperti yang dikemukakan

Bloom (dalam Dimyati 2006: 26) yang mengategorikan hasil belajar dalam tiga

ranah, yaitu:

a. Ranah kognitif, terdiri dalam enam jenis perilaku, yaitu : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi

b. Ranah afektif, terdiri dalam lima perilaku, yaitu : penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup.

c. Ranah psikomotorik, terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu : persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan

kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas.

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh

siswa dalam aspek kognitif setelah melalui proses belajar dan ditandai oleh nilai

yang diperoleh siswa dari tes hasil belajar.

B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau

dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung

(45)

24

menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran, sedangkan variabel terikatnya

adalah hasil belajar matematika siswa.

Salah satu faktor keberhasilan pembelajaran adalah ketika guru dapat menguasai

substansi pelajaran dan menggunakan model pembelajaran yang tepat di kelas.

Dengan metode pembelajaran yang tepat, maka diharapkan hasil belajar

matema-tika siswa pun akan optimal.

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru.

Pada pembelajaran ini guru berperan aktif dalam menyampaikan informasi dan

materi kemudian memberikan soal-soal sebagai latihan siswa. Siswa cenderung

pasif, aktivitas siswa hanya mendengarkan, mencatat penjelasan guru dan

menger-jakan tugas yang diberikan guru, jarang sekali ada siswa yang ingin mengajukan

pertanyaan, pembelajaran ini belum sepenuhnya melibatkan aktivitas siswa

se-hingga hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana dan merupakan langkah yang tepat untuk memulai pembelajaran

koo-peratif. Pada pembelajaran ini, siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok

de-ngan anggota 4 sampai 5 orang yang bersifat heterogen terutama dari segi

ke-mampuannya. Dengan sifat yang heterogen dalam kelompok ini dimaksudkan

agar siswa dapat berdiskusi dengan sesama anggota dalam kelompok dan saling

membantu dalam memahami materi pelajaran yang diberikan sehingga siswa

da-pat berperan aktif dalam pembelajaran tanpa harus berpusat pada guru. Aktifnya

siswa dalam pembelajaran diharapkan dapat berimplikasi baik terhadap hasil

(46)

25

Salah satu tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah poin

peningka-tan individu dan poin peningkapeningka-tan kelompok. Dengan adanya poin peningkapeningka-tan

individu dan poin peningkatan kelompok akan mendorong siswa untuk lebih giat

belajar dan berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik karena keberhasilan dan

kegagalan anggota kelompok akan mempengaruhi kesuksesan kelompok. Dengan

demikian, setiap anggota kelompok akan berusaha memberikan yang terbaik

pada kelompoknya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Setiap anggota

ke-lompok akan mendapatkan penghargaan sesuai dengan perkembangan keke-lompok-

kelompok-nya.

Siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi diharapkan dapat mengajarkan

anggota kelompoknya yang kemampuannya lebih rendah sedangkan untuk siswa

yang memiliki kemampuan yang lebih rendah, akan lebih leluasa menanyakan

materi yang belum dipahami kepada temannya yang memahami materi dengan

baik sehingga interaksi positif dapat berkembang melalui kerjasama kelompok.

Hal tersebut tentu akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan

dida-pat siswa.

Dari uraian diatas, diduga pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif diterapkan

pada siswa kelas VIII SMPN 29 Bandar Lampung ditinjau dari hasil belajar

(47)

26

C. Hipotesis

1. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe

STAD efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar

matematika siswa jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata nilai hasil

belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD

le-bih tinggi daripada rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa yang mengikuti

(48)

27

27

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung

yang terdiri dari 7 kelas yaitu VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, dan

VIII G. Karena setiap kelas pada populasi memiliki kemampuan awal yang sama

maka pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik cluster

random sampling yaitu memilih secara acak 2 kelas dari 7 kelas yang ada. Kelas

yang terpilih adalah kelas VIII D dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang dan

VIII E dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang. Pembagian kelas VIII D sebagai

kelas eksperimen dan VIII E sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain

yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test only control design karena

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki rata-rata kemampuan awal

siswa yang sama (lampiran C.4 - C.7). Kelompok pengendali pada desain ini

(49)

28

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-test

E X O1

P C O2

Keterangan:

E = Kelas eksperimen

P = Kelas pengendali atau kontrol

X = Pembelajaran tipe STAD

C = Pembelajaran konvensional

O1 = Skor post-test pada kelas ekperimen

O2 = Skor post-test pada kelas control

Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Setelah satu

pokok bahasan selesai, dilakukan tes akhir. Tes akhir dilakukan pada kedua kelas

sampel dengan soal tes yang sama.

C. Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah :

1. Orientasi sekolah, untuk mengetahui jumlah kelas yang ada, jumlah siswa, dan

mengambil nilai kemampuan awal siswa pada pembelajaran matematika.

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan untuk

kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

(50)

29

4. Melakukan validasi instrumen.

5. Melakukan uji coba instrumen

6. Melakukan perbaikan instrumen

7. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen

8. Mengadakan post- tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

9. Menganalisis data

10.Membuat kesimpulan

D. Data Penelitian

Data penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu data berupa nilai hasil belajar

matematika siswa yang diperoleh melalui tes akhir.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Tes yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes akhir yang berbentuk uraian. Tes ini digunakan untuk

mengukur hasil belajar mate-matika siswa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah perangkat tes. Penyusunan soal tes ini

diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan di ukur

sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku pada populasi,

menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih,

menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal ini dilakukan untuk

(51)

30

Validitas tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika kelas

VIII SMP N 29 Bandar Lampung, dengan asumsi bahwa guru mengetahui dengan

benar kurikulum SMP/MTs. Penilaian guru menyatakan bahwa butir-butir tes

telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur maka tes

tersebut dikategorikan valid. Setelah tes dinyatakan valid, tes tersebut diuji coba

di luar sampel tetapi masih dalam populasi, uji coba tes ini dimaksudkan untuk

mengukur tingkat reliabilitas tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran

tes.

1. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang

dinilai. Untuk menentukan reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha.

Rumus Alpha dalam Sudijono (2003) adalah sebagai berikut:

r11= n − 1 1 − n ∑Si 2

St2

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

∑ 2 = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item

2 = Varian total

Menurut Sudijono, tes dikatakan reliable jika r11 lebih dari 0,70.

2. Tingkat Kesukaran (TK)

Berdasarkan pendapat Safari (2004) tingkat kesukaran butir tes adalah peluang

untuk menjawab benar suatu butir tes pada tingkat kemampuan tertentu. Untuk

(52)

31

Penafsiran tingkat kesukaran butir tes berdasarkan kriteria Witherington (dalam

Sudijono, 2003) berikut:

Tabel 3.2. Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes

Besar TKi Interprestasi

< 0,25

Dalam penelitian ini butir soal yang akan digunakan adalah soal yang mempunyai

derajat kesukran cukup (sedang).

3. Daya Pembeda (DP)

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat

membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan

rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari

siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai

terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut

kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut

kelompok bawah). Daya pembeda ditentukan dengan rumus:

(53)

32

Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah

JB = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah

IA = Skor maksimum butir soal yang diolah

Penafsiran interpretasi nilai daya pembeda butir tes digunakan kriteria menurut

Sudijono (2003) dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

negatif Lemah Sekali(Jelek)

40

Tes dilakukan pada salah satu kelas yang masih dalam populasi yaitu kelas VIII

G. Berdasarkan Tabel 3.4 hal.36 diperoleh reliable sebesar 0,74 dan derajat

kesukaran yang sedang pada setiap butir soalnya. Instrumen tes akhir ini reliable,

karena memiliki koefesien reliable tes lebih dari 0,70. Setiap butir soal tes

tersebut memiliki derajat kesukaran yang sedang sehingga sesuai dengan kriteria

soal yang akan digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, instrumen tes ini

dapat digunakan untuk mengumpulkan data.

Dari perhitungan tes yang telah dilakukan pada Lampiran C.1 dan C.2, diperoleh

(54)

33

Tabel 3.4. Hasil Tes Akhir

No Soal Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Reliabilitas

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh

diana-lisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam

menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih

dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians.

Adapun langkah-langkah dan rumus yang digunakan Sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data hasil belajar sampel

berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan pada data kelompok

eksperimen maupun kontrol. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

(55)

34

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005) :

= ∑

( )

dengan kriteria uji : Tolak H0 jika x2  x1k3 dengan taraf  = taraf nyata

untuk pengujian. Dalam hal lainnya H0 diterima.

Keterangan:

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji homogenitas varians dilakukan antara dua kelompok data, yaitu kelompok

STAD dan kelompok Konvensional, uji ini digunakan untuk mengetahui

apakah data nilai tes hasil belajar matematika siswa yang diperoleh memiliki

varians yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians ini

digunakan uji Bartlett menurut Sudjana (2005: 261) sebagai berikut :

a. Hipotesis Uji

Uji Bartlett menggunakan statistik chi-kuadrat :

(56)

35

x  didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 –

) dan dk = (k – 1) = 2-1 = 1.

3. Uji hipotesis

Jika data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji

hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan rata-rata.

pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan hasil

belajar matematika siswa dengan pembelajaran

(57)

36

H1 : µ1 > µ2 (hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari hasil

belajar matematika siswa dengan pembelajaran

Gambar

Tabel 2.1.  Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.2 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu
Tabel 2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok
Tabel 2.4 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Konvensional
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana kebijakan Dinas Kehutanan dalam menanggulangi upaya menanggulangi pembalakan hutan di wilayah KPH Malang.Ingin

[r]

Tabel 3.28 Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Postes Keterampilan Sosial 124 Tabel 3.29 Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Skor Postes Keterampilan Sosial 125 Tabel 3.30

Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II” adalah proses mental yang berhubungan dengan panca indera yang terjadi pada mahasiswa Program Studi

Saudara diminta untuk menyiapkan seluruh data/dokumen penawaran dan kualifikasi perusahaan yang asli dan sah sesuai yang disampaikan dalam penawaran dan dapat

kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar atau

Tingkat kesamaan komposisi serangga kanopi pohon apel di Poncokusumo dan Bumiaji yang dikoleksi dengan perangkap bejana warna kuning dan biru pada musim berbunga dan

Dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh sistem akan diperoleh nilai bobot dari hasil training yang akan digunakan untuk testing dan prediksi data.. Sistem prediksi