EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
(Studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh Tri
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA (Studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013) Nama Mahasiswa : Tri Fajriyanti Fauzia
Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021055
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dra. Rini Asnawati, M.Pd. Drs. M. Coesamin, M.Pd. NIP 19620210 198503 2 003 NIP 19591002 198803 1 002
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. _____________
Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. _____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. _____________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
Tri Fajriyanti Fauzia
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 29 Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
TRI FAJRIYANTI FAUZIA
Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika siswa. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan populasi siswa kelas VIII SMPN 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII D dan VIII E yang diambil menggunakan teknik cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan post-test only control design. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes hasil belajar matematika siswa dengan uji hipotesis mengunakan Uji-t. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif jika diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII semester ganjil SMPN 29 Bandarlampung tahun pelajaran 2012/2013.
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)
(Skripsi)
Oleh
TRI FAJRIYANTI FAUZIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
Tri Fajriyanti Fauzia
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAN ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)
Nama Mahasiswa : Tri Fajriyanti Fauzia Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021055
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dra. Rini Asnawati, M.Pd. Drs. M. Coesamin, M.Pd.
NIP 19620210 198503 2 003 NIP 19591002 198803 1 002
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. ____________
Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. ____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ____________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1
B. Rumusan Masalah ... ... 5
C. Tujuan Penelitian ... ... 5
D. Manfaat Penelitian ... ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... ... 8
1. Efektivitas Pembelajaran ... .. . 8
2. Pembelajaran Kooperatif ... ... 9
3. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 13
4. Pembelajaran Konvensional ... 18
5. Hasil Belajar ... 22
B. Kerangka Pikir ... 23
C. Hipotesis Penelitian ... 26
1. Hipotesis Umum ... 26
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ... ... 27
B. Desain Penelitian ... ... 27
C. Prosedur Penelitian... ... 28
D. Data Penelitian ... ... 29
E. Pengumpulan Data ... ... 29
F. Instrumen Penelitian... 29
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... . 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37
B. Pembahasan ... ... 40
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ... 42
B. Saran ... ... 42 DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 12
2.2 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu ... 16
2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 17
2.4 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Konvensional ... 21
3.1 Desain Penelitian ... 28
3.2 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 31
3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 32
3.4 Hasil Tes Akhir ... 33
4.1 Statistik Deskriptif Data Hasil Belajar Matematika ... 37
4.2 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 38
MOTTO
Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada
kemudahan, sesungguhnya bersama
kesulitan itu ada kemudahan.
(QS. Al insyiroh : 5-6)
La tahzan, Innalloha ma’ana
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Tri Fajriyanti Fauzia
NPM : 0743021055
Program studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, November 2012 Yang Menyatakan
PERSEMBAHAN
Puji syukur ku ucapkan kepada Sang Kholiq ALLAh SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Nabi yang Penuh Cinta
dan Kasih MUHAMMAD SAW
Kupersembahkan karya kecilku ini teruntuk,
Kedua Orang Tua ku tercinta
yang telah lebih dulu menghadapNya, untuk semua pengorbanan
dalam membesarkanku, untuk nasehat yang tak pernah
pupus dimakan waktu, untuk semua kenangan indah
yang selalu menjadi sumber kebahagiaan bagiku,
untuk do’a yang selalu menjadi penerang jalanku.
Mbak-mbak dan adik-adik ku tesayang
atas semua doa dan dukungan yang
telah diberikan kepadaku.
Para pendidik yang telah mendidikku
Waffa sahabat terbaikku
Atas kebersamaan, dukungan, dan
kebahagiaan yang telah diberikan untukku
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang, pada tanggal 19 April 1988. Penulis merupakan
anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Abdul Fatah Kadir
dan Ibu Dra. Badarmah EM.
Pendidikan formal yang telah ditempuh dimulai dari taman kanak-kanak yaitu di
TK Nurul Iman dan selesai pada tahun 1994, Sekolah Dasar (SD) yaitu di SD
Negeri 5 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara dan selesai tahun 2000, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) yaitu di SMP Negeri 7 Kotabumi Kabupaten Lampung
Utara dan selesai pada tahun 2003, dan Madrasah Aliyah (MA) yaitu di MA
Negeri 1 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara dan lulus pada tahun 2006.
Kemudian pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Surya
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Alloh SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division Ditinjau dari Hasil Belajar
Matematika siswa.”
Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
4. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
selaku Dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
bimbingan dengan penuh kesabaran, memberikan motivasi dan semangat
5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah membimbing
dengan penuh kesabaran, cinta dan ketulusan, memberikan nasihat, semangat,
motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
bimbingan, saran serta arahan kepada penulis.
7. Seluruh Dosen FKIP yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
menyelesaikan studi.
8. Ibu Nurbaiti, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 29 Bandar Lampung yang
telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.
9. Ibu Mika Sundari, S.Pd., sebagai guru matematika kelas VIII SMP Negeri 29
Bandar Lampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.
10. Siswa/siswi kelas VIII D dan VIII E SMP Negeri 29 Bandar Lampung tahun
pelajaran 2012/2013, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
11. Mama dan bapak tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah
diberikan selama ini yang tak pernah lelah memberikan motivasi dan nasihat.
12. Keluarga baru ku ( ummi, abi, rifa, dan ridho ) atas bantuan, keceriaan, dan
kehangatan yang telah diberikan selama ini.
13. Sahabat terbaik ku wafa, atas kebersamaannya selama lima tahun yang telah
memberikan bantuan, semangat, motivasi, dan tak pernah lelah
mengingatkanku .
14. Sahabat seperjuangan ( lidya, janati, nure, uni ne, uni na, hani, riaul, mbak
lisa, ita, dan sri ). Terimaksih untuk setiap canda dan tawa yang selalu
15. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan
Matematika: Tin tun, Nantul, Rita, Rista, Ratna, Lia, Indah, Yulva, Dwi D,
Devi, Sri, Fitri, Berta, Vera, Vina, Reni, mbak Leni, Fiska, Vivi, Yesi, Duwai,
Tanti, Achiz, Nesha, Uya, Robert, Indri, Bily, Solihin, Dhea, Haris, Sevia,
Ana, Dina N, Miraya Soraya, Mbak Yemi, Din dun, Momon, Ali, Ifan, Dani,
Komang, Mbak Endah, Heru, Bang Ken, Adi, atas kebersamaannya selama ini
dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu
menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan.
16. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Surya Dharma 2 Bandarlampung
(Rista, Gede, Melda, Jonas, Dedo, Janah, Kadek, Eva, Rohmah, Hesti ) atas
kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa.
17. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai
2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2012 terima kasih atas
kebersamaannya.
18. Almamater yang telah mendewasakanku.
19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan
pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita.
Aamiin.
Bandarlampung, November 2012
Penulis
44
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa:
Rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran koopertif tipe
STAD lebih tinggi daripada rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada
pembelajaran konvensional. Dengan kata lain, model pembelajaran kooperatif
tipe STAD efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil
belajar matematika pada siswa kelas VIII semester ganjil SMPN 29 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2012/2013.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut.
1. Kepada guru matematika agar dapat menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.
2. Kepada para peneliti yang akan melakukan penelitian yang serupa untuk dapat
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta dan Depdikbud. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Usaha Nasional. Surabaya.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta
Kompas. 2012. Pendidikan Indonesia Menurun. [on line]. Tersedia :
http://edukasi.kompas.com/read indeks.Pendidikan.Indonesia.Menurun/. (13 Agustus 2012)
Isjoni. 2007. Cooperative Laearning. Alfabeta. Bandung
Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Lie, Anita. 2002. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Grasindo. Jakarta.
Nasution, S. 2002. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Noer, Sri Hastuti. 2010. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta
Safari. 2004. Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non tes. Jakarta: Depdiknas.
46
Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning. A Simon & Schuster Company: United States of Amerika Amerika
Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung. Tarsito.
Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.
Trianto. 2000. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Surabaya.
UU RI No 20 Tahun 2003. 2008. Sistem P endidikan Nasional. CV Karya Gemilang.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan pembangunan di Indonesia sangat bergantung pada kemajuan bidang
politik, ekonomi, dan sosial, termasuk bidang pendidikan. Bidang pendidikan
merupakan salah satu bidang yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
kemajuan bidang-bidang lain di Indonesia. Hal ini mengisyaratkan bahwa
kemajuan bidang-bidang lain di Indonesia bergantung pada kemajuan bidang
pendidikan yang berkualitas. Salah satu peran penting di dalam kehidupan
manusia yang dapat mengembangkan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan adalah pendidikan.
Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011
yang dikeluarkan oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
2
pendidikan atau Education Development Index(EDI) berdasarkan data tahun 2008
adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia pada posisi ke-69 dari 127 negara
di dunia (Kompas : 2012). Hal ini membuktikan bahwa kualitas pendidikan di
Indonesia masih sangat jauh tertinggal dari negara-negara lain. Rendahnya
kualitas pendidikan di indonesia salah satunya ditandai oleh rendahnya hasil
belajar siswa. Salah satu cara meningkatkan hasil belajar siswa adalah
mem-perbaharui paradigma pengajaran menjadi paradigma pembelajaran.
Pengajaran dan pembelajaran mempunyai pengertian yang hampir sama. Guru
mengajar agar siswa dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai
sesuatu yang objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi
perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor). Namun
proses pengajaran ini hanya melibatkan interksi satu arah, yaitu semua proses
hanya berpusat dari guru. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi
dua arah, yaitu guru dan siswa. Kegiatan pokok dalam keseluruhan proses
pendi-dikan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran, hal ini berarti bahwa berhasil
ti-daknya pencapaian tujuan pendidikan salah satunya tergantung kepada proses
pembelajaran yang dialami siswa.
Nilai keseluruhan dari pembelajaran ditunjukkan oleh hasil belajar yang dicapai
oleh siswa. Kenyataannya dalam pembelajaran untuk memperoleh hasil yang
sesuai dengan tujuan tidaklah mudah. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah
sering dijumpai beberapa masalah, antara lain beberapa siswa yang mempunyai
3
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting
dalam kehidupan sehari-hari untuk mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok di
sekolah yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan perbaikan-perbaikan dalam peningkatan mutu pembelajaran
matematika di sekolah. Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan,
maka kegiatan pembelajaran diupayakan dapat meningkatkan antusiasme siswa
melalui kreatifitas guru dalam memvariasikan model pembelajaran. Dengan
demikian siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Diharapkan dengan
memvariasikan model pembelajaran akan meningkatkan hasil belalajar
matematika siswa.
Untuk mencapai tujuan di atas, guru harus mampu menciptakan kondisi kelas
yang kondusif dan menyenangkan sehingga siswa dapat belajar secara maksimal.
Saat ini model pembelajaran telah dikembangkan untuk mendukung tercapainya
tujuan pembelajaran sehingga guru dapat memilih model pembelajaran yang dapat
membantu dalam tujuan pembelajaran yang hendak dicapainya. Namun sebagian
besar guru matematika masih menggunakan pembelajaran tradisional yaitu
pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran ini guru menjelaskan materi
menggunakan metode ekspositori, memberikan contoh soal dan memberikan tugas
sebagai latihan. Kebanyakan siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal
penting dari penjelasan yang dikemukakan oleh guru. Pembelajaran belum
sepenuhnya melibatkan aktivitas siswa. Meskipun siswa diberi kesempatan untuk
4
keberanian untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya, padahal pemilihan
model pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.
Menyikapi kondisi tersebut maka guru perlu terus berupaya untuk memperbaiki
kualitas pendidikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan pengalaman belajar melalui model pembelajaran yang mengaktifkan
siswa, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu
model pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan
bertanggung jawab penuh dalam memahami materi pelajaran matematika baik
secara berkelompok maupun individual.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dikelompokan menjadi
beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang heterogen
terutama dari segi kemampuannya. Pembelajaran dimulai dengan penjelasan
materi oleh guru tentang materi secara garis besarnya. Selanjutnya, siswa diminta
untuk belajar dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan guru untuk memantapkan pemahaman terhadap materi yang sudah
diberikan oleh guru. Dalam belajar kelompok, siswa diberi kebebasan mengenai
cara menyelesaikan tugas kelompoknya, akan tetapi mereka semua harus
bertanggung jawab agar setiap individu di dalam kelompok betul-betul memahami
materi yang dipelajari, karena keberhasilan dinilai dari keberhasilan kelompok,
bukan masing-masing individu. Oleh karena itu, kerjasama di dalam kelompok
sangat diperlukan. Untuk mengukur keberhasilan belajar kelompok, guru
5
kelompok tidak diperkenankan membantu anggota kelompoknya yang lain.
Selanjutnya, hasil tes ini dibandingkan dengan rata-rata pencapaian sebelumnya.
Poin sumbangan anggota kelompoknya ditentukan berdasarkan tingkat
keber-hasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Gabungan poin
sumba-ngan dari semua anggota kelompok menjadi poin kelompok dan hasilnya
diban-dingkan dengan poin kelompok lainnya. Kelompok yang berhasil memperoleh
poin tertinggi berhak mendapat sertifikat atau penghargaan. Dengan adanya
pemberian penghargaan kelompok, siswa akan lebih termotivasi dalam belajar
matematika. Dengan termotivasinya siswa dalam belajar matematika diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian studi eksperimen
tentang efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau
darihasil belajar matematika siswa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih efektif diterapkan bila dibandingkan dengan
pembelajaran kovensional ditinjau dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII
semester ganjil SMP N 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif
6
matematika ditinjau dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester ganjil
SMP N 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran
matematika yang paling tepat untuk mengoptimalkan hasil belajar matematika
siswa.
2. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan
perbaikan mutu pembelajaran matematika.
3. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai dunia
pendidikan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Efektivitas pembelajaran merupakan ukuran keberhasilan dari suatu proses
interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif apabila
rata-rata nilai hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada rata-rata nilai hasil belajar siswa
pada pembelajaran konvensional
2. Model pembelajaran kooperatif, dalam hal ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yaitu tipe pembelajaran kooperatif, dimana siswa
7
untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran di kelas. Tipe STAD ini
terdiri dari 5 komponen utama, yaitu persentasi kelas, kegiatan kelompok,
evaluasi, pemberian skor individu dan penghargaan kelompok.
3. Pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang selama ini diterapkan di
sekolah dimana pembelajaran lebih terpusat pada guru. Guru berperan aktif
untuk menjelaskan materi, memberikan latihan dan tugas.
4. Hasil belajar matematika adalah kemampuan yang dicapai siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran matematika, yaitu berupa nilai akhir tes
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan
dan sasarannya. Hal ini sejalan dengan Sutikno (2005: 7) yang mengemukakan:
“pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa
untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan”. Dapat dikatakan juga bahwa
efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang diinginkan,
sedangkan menurut Hamalik (2001), pembelajaran dikatakan efektif jika
memberikan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya kepada
siswa untuk belajar. Dengan menyediakan kesempatan belajar sendiri dan
beraktivitas seluas-luasnya siswa diharapkan dapat mengembangkan potensi
dirinya ke arah yang lebih baik. Sedangkan menurut Nasution (2002 : 27), belajar
yang efektif hasilnya merupakan pemahaman, pengetahuan, dan wawasan.
Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan dari
pembelajaran tersebut dapat tercapai. Pembelajaran akan menjadi efektif jika
peserta didik terlibat langsung dan menjadi pusat dalam segala kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran menjadi efektif jika pembelajaran tersebut
9
menyenangkan, maka peserta didik akan lebih mudah mengikuti dan memahami
pembelajaran yang diajarkan. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa
pengawasan guru tetap diperlukan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran
tersebut. Untuk mengefektifkan pembelajaran ini, program pembelajaran harus
dirancang terlebih dahulu dengan seksama.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran
adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa dengan siswa
maupun antara guru dan siswa dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif apabila rata-rata nilai hasil belajar
siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari
pada rata-rata nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran konvensional.
2. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa
bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan. Hal tersebut sesuai dengan
pen-dapat Slavin (2005: 4) yang mengatakan bahwa:
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai metode pengajaran dima-na para siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam memahami mata pelajaran. Dalam ke-las kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling men-diskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-ma-sing.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mem-bantu siswa dalam mengembangkan pemahaman, pengetahuan dan sikapnya
10
kerja sama antar anggota kelompok diharapkan dapat meningkatkan motivasi,
produktifitas, dan perolehan belajar. Isjoni (2007 : 6-7) mengemukakan tujuan
utama dalam penerapan model cooperative learning adalah agar peserta didik
dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling
menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara
berkelompok. Model pembelajaran kooperatif ini mendorong peningkatan
ke-mampuan siswa dalam memecahkan masalah yang ditemui selama proses
pembe-lajaran. Pola interaksi yang bersifat terbuka dan langsung diantara anggota
ke-lompok sangat penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam
belajar-nya. Hal ini dikarenakan setiap saat mereka akan melakukan diskusi, saling
membagi pengetahuan, pengalaman, pemahaman dan kemampuan serta saling
mengoreksi antar sesama dalam belajar. Ismail (2003:18) mengungkapkan
sebagai berikut.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah:
1. belajar dengan teman; 2. tatap muka antar teman;
3. mendengarkan diantara anggota;
4. belajar dari teman sendiri didalam kelompok; 5. belajar dalam kelompok kecil;
6. produktif berbicara atau mengeluarkan pendapat; 7. siswa membuat keputusan;
8. siswa aktif.
Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil, saling membantu satu sama lain. Kelompok tersebut
11
kelompok yang heterogen, yaitu kelompok yang terdiri dari tingkat kemampuan
akademik dan jenis kelamin siswa yang berbeda. Hal ini bermanfaat melatih
sis-wa menerima perbedaan pendapat dan bekerja sama dengan teman yang berbeda
latar belakangnya. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah
men-capai ketuntasan. (Slavin, 1995).
Roger dan David Johnson ( dalam Lie, 2002: 30) mengatakan bahwa tidak semua
kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil
yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus
dite-rapkan. Kelima unsur tersebut yaitu : 1) Saling ketergantungan positif, 2)
tang-gung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi
proses kelompok.
Untuk memenuhi kelima unsur tersebut harus dibutuhkan proses yang melibatkan
niat dan kiat para anggota kelompok. Para peserta didik harus mempunyai niat
untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar kelompok yang
akan saling menguntungkan. Selain niat, peserta didik juga harus menguasai
kiat-kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Salah satu cara untuk
men-gembangkan niat dan kerja sama antar peserta didik dalam model pembelajaran
kooperatif adalah melalui pengelolaan kelas. Ada dua hal penting yang perlu
di-perhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif, yakni
penge-lompokan semangat kerja sama dan penataan ruang kelas.
Selain unsur-unsur yang harus dipenuhi, dalam prakteknya pembelajaran
kooperatif terdiri dari beberapa langkah. Langkah-langkah pembelajaran
12
Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Langkah Kegiatan Guru
a. Langkah I
Menyampaikan tentang tujuan pembela- jaran dan memberikan motivasi.
Guru menyampaikan semua tujuan belajaran yang ingin dicapai pada pem-belajaran tersebut dan memotivasi siswa b. Langkah II
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bacaan atau penjelasan belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien
d. Langkah IV
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
e. Langkah V Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
f. Langkah VI
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok
Sumber: Ibrahim (dalam Trianto, 2000: 48)
Pembelajaran kooperatif akan berhasil apabila unsur-unsur dan langkah-langkah
tersebut dapat dijalankan dengan semestinya. Beberapa keuntungan pembelajaran
kooperatif dijelaskan oleh Nurhadi (2004: 116) sebagai berikut.
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,keterampil- an, informasi, prilaju sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan berbagai perspektif.
13
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerjasama dalam
kelompok-kelompok yang heterogen, yang pelaksanaanya memiliki beberapa
unsur-unsur antara lain yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab
per-seorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok.
Dengan kelima unsur itu dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama dalam memecahkan suatu masalah guna
mencapai tujuan bersama.
3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. STAD
dikem-bangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada adanya aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Dalam
pembelajaran ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4
sampai 5 orang siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Di dalamnya ada
proses belajar dalam kelompok kecil yang dapat meningkatkan aktivitas belajar,
dan menciptakan suasana belajar kooperatif.
Menurut Slavin (1995:71), dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan
model kooperatif tipe STAD ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu
presentasi kelas, belajar kelompok, kuis atau tes, poin peningkatan individu, dan
14
kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah kelompok yang
heterogen baik dari kemampuan belajar siswa, jenis kelamin dan suku. Adapun
tahap-tahap dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut
Slavin (1995 :73) adalah:
1. Presentasi kelas
Materi yang akan disampaikan pada presentasi kelas bisa menggunakan
pengajaran langsung atau diskusi belajar yang dipimpin oleh guru. Presentasi
kelas ini tidak berbeda dengan pengajaran biasa, hanya berbeda pada
pemfokusan terhadap STAD.
2. Belajar Kelompok
Kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan perbedaan
kemam-puan, jenis kelamin, ras dan etnisnya. Kelompok dalam STAD menjadi ciri
penting karena setiap anggota kelompok harus bertanggungjawab atas
keber-hasilan anggota kelompok mereka. Keberkeber-hasilan dan kegagalan anggota
ke-lompok akan sangat mempengaruhi kesuksesan keke-lompok. Fungsi utama dari
kelompok adalah untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok terlibat
dalam kegiatan belajar.
3. Kuis atau tes
Setelah melakukan 1 atau 2 kali pertemuan dan 1 atau 2 kali kegiatan
kelom-pok, siswa diberi tes secara individual, siswa tidak boleh saling membantu
15
4. Poin peningkatan individu
Ide yang mendasari poin peningkatan individu adalah memberikan kepada
siswa sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja giat, dan
memperlihat-kan prestasi yang lebih baik dibandingmemperlihat-kan dengan yang dicapai sebelumnya.
Setiap siswa dapat menyumbangkan poin maksimal untuk kelompoknya.
Setiap siswa diberi skor dasar yang diperoleh dari rata-rata hasil tes
sebelum-nya. Hasil tes siswa diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan
se-lisih skor terdahulu (skor dasar dengan skor akhir). Tujuan dari skor dasar dan
poin peningkatan individu adalah untuk meyakinkan siswa bahwa setiap siswa
dapat memberikan poin maksimal pada kelompoknya. Siswa akan memahami
bahwa membandingkan skor tes dengan skor yang lalu merupakan hal yang
adil. Karena siswa memulai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman
yang berbeda-beda.
Sistem dari poin peningkatan individu:
1. tujuan utamanya adalah untuk memberikan skor minimum pada
masing-masing siswa untuk berusaha, berjuang, dan meningkatkan skor minimum
mereka yang lalu sehingga setiap siswa memiliki kesempatan yang sama
untuk sukses jika mereka melakukan yang terbaik.
2. siswa harus menyadari bahwa skor setiap anggota kelompok adalah
pen-ting dan setiap anggota kelompok dapat memberikan poin peningkatan
in-dividu yang maksimum jika mereka melakukan yang terbaik.
3. sistem poin peningkatan individu merupakan sistem yang adil karena
16
Menurut Slavin (dalam ibrahim,dkk:2000) untuk memberikan skor
perkembangan individu dihitung berdasarkan tabel 2.2 yang terdapat pada
halaman 18.
5. Penghargaan Kelompok
Setelah dilakukan perhitungan poin peningkatan individu, dilakukan
pembe-rian penghargan kelompok. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan
poin per-kembangan kelompok.
Untuk menentukan poin perkembangan kelompok digunakan rumus :
Pk =
Pk = poin perkembangan kelompok.
Tabel 2.2 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu
Nilai tes Skor perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10 poin – 1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Nilai sempurna 30
Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
berhak memperoleh penghargaan. Berdasarkan poin perkembangan kelompok
terdapat 3 tingkatan penghargaan yang diberikan seperti pada tabel 2.3
17
Tabel 2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria(rata-rata tim) Predikat
5≤x≤15 Tim baik
15≤x≤25 Tim sangat baik
25≤ x≤ 30 Tim super
(sumber: Ratumanam, 2002)
Belajar matematika memiliki ciri khas unik yang membuatnya berbeda dengan
belajar secara umum, belajar matematika mempunyai tingkatan lebih tinggi dan
dibentuk atas dasar pengalaman yang sudah ada.
Oleh karena itu, jika siswa tidak memahami konsep-konsep prasyarat maka siswa
akan merasa kesulitan untuk memahami konsep-konsep matematika yang lainnya.
Belajar matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membuat
siswa saling mengingatkan satu sama lain tentang konsep prasyarat tersebut dan
siswa lebih bersemangat dalam menyelesaikan setiap permasalahan dibandingkan
belajar sendiri. Hal ini karena setiap permasalahan matematika yang ada dapat
mereka diskusikan bersama kelompoknya dan saling berbagi ide sehingga setiap
permasalahan matematika yang umumnya dipandang sulit oleh para siswa terlihat
lebih mudah. Setiap kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan matematika
bervariasi, ada yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Di sini
ketergan-tungan positif juga dikembangkan, dan siswa yang kemampuan matematikanya
kurang bisa terbantu oleh siswa yang kemampuan matematikanya lebih baik.
Siswa yang berkemampuan tinggi bersedia membantu siswa yang berkemampuan
rendah karena penilaian dalam STAD ini tidak hanya penilaian individu siswa
ber-18
tanggungjawab terhadap kelompoknya. Siswa yang berkemampuan lemah dan
enggan bertanya pada guru dapat bertanya kepada anggota kelompok yang lebih
mampu.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif-tipe STAD adalah kooperatif-tipe pembelajaran yang membagi siswa dalam beberapa
kelom-pok yang terdiri dari empat atau lima orang siswa dan setiap kelomkelom-pok
mem-punyai tingkat kemampuan yang beragam, ada yang pintar, sedang, dan ada pula
yang tingkat kemampuannya kurang. Kemudian setiap anggota kelompok
diberi-kan tanggung jawab untuk memecahdiberi-kan masalah atau soal dalam kelompoknya
dan diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat tanpa merasa takut salah. Oleh
karena itu tidak tampak lagi mana siswa yang unggul karena semuanya berbaur
dalam satu kelompok dan sama-sama bertanggung jawab terhadap kelompok
ter-sebut
4. Pembelajaran Konvensional
Hamalik (2008: 11) mengatakan bahwa pembelajaran konvensional menitik
beratkan pada perkembangan intelektual melalui cara belajar ingatan mengenai
hal-hal yang telah dibaca dan tugas-tugas yang telah dikerjakan. Pengetahuan
yang telah diperoleh langsung dapat ditransferkan ke dalam situasi kehidupan.
Perencanaan belajar dan perkembangan aspek-aspek keterampilan, sosial, sikap,
dan apresiasi kurang mendapat perhatian.
Selanjutnya menurut Roestiyah N.K., pembelajaran konvensional yang dimaksud
19
konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya
lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan kepada
keterampi-lan berhitung, mengutamakan hasil dari pada proses, dan pengajaran berpusat
pa-da guru. Pengajaran model ini dipanpa-dang efektif, terutama untuk berbagai
infor-masi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain, menyampaikan inforinfor-masi
den-gan cepat, membangkitkan minat akan informasi, mengajari siswa yang cara
belajar terbaiknya dengan mendengarkan. Namun demikian pendekatan
pembe-lajaran tersebut mempunyai beberapa kelemahan yaitu tidak semua siswa
memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan dan hanya memperhatikan
penjelasan guru, sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik
dengan apa yang dipelajari, pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan
pemikiran yang kritis, dan mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan
tidak bersifat pribadi.
Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran
konven-sional adalah metode ekspositori. Metode ekspositori ini sama dengan cara
men-gajar yang biasa (tradisional) kita pakai pada penmen-gajaran matematika. Kegiatan
selanjutnya guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, kemudian
mem-beri soal-soal latihan, dan siswa disuruh mengerjakannya. Jadi kegiatan guru
yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang
disampaikan guru.
Penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan strategi
atau metode ceramah dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum secara
20
ketuntasannya menyampaikan seluruh materi yang ada dalam kurikulum.
Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan
mengungkapkan kembali isi buku teks tersebut. Jadi pembelajaran konvensional
kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses.
Kemudian Burrowes mengatakan bahwa:
“Pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa mem-berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelum-nya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok koo-peratif, dan (5) penilaian ber-sifat sporadis.”
Berdasarkan definisi atau ciri-ciri tersebut, penyelenggaraan pembelajaran
konvensional merupakan sebuah praktik yang mekanistik dan diredusir menjadi
pemberian informasi. Dalam kondisi ini, guru memainkan peran yang sangat
penting karena mengajar dianggap memindahkan pengetahuan kepada orang lain
yang belajar. Dalam model ini, peran guru adalah menyiapkan dan mentransfer
pengetahuan atau informasi kepada siswa. Sedangkan peran siswa adalah
menerima, menyimpan, dan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang sesuai dengan
informasi yang diberikan. Ada beberapa perbedaan kelompok belajar kooperatif
dengan konvensional. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.4 halaman 21.
Dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
pembelajaran matematika secara biasa atau pembelajaran konvensional adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru
dengan melakukan pembelajaran secara klasikal yang di dalamnya aktivitas guru
21
yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan
pen-dapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar
sis-wa kurang bermakna karena lebih banyak mendengarkan.
Tabel 2.4 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokra-tis atau bergilir untuk memberikan penga-laman memimpin bagi para anggota kelom-pok.
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemim-pinnya dengan cara masing-masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
22
5. Hasil Belajar
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari
proses pembelajaran tersebut. Hasil belajar merupakan hasil yang
menggam-barkan kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar.
Hasil inilah yang akan menjadi ukuran keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Abdurrahman (2003: 37) yang mengatakan
bahwa, ”hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar”. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) mengatakan
bahwa, “hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar”.
Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar
sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan penggal dan puncak proses
belajar. Siswa dikatakan memperoleh hasil belajar yang tinggi pada suatu
pelajaran tertentu jika siswa tersebut memiliki penguasaan yang baik terhadap
pelajaran tersebut, selain itu siswa tersebut telah berhasil mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat
Abdurrahman (2003: 38), “ seorang anak yang berhasil dalam belajar ialah yang
berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional”.
Sardiman (2004: 49) mengungkapkan bahwa hasil belajar dikatakan baik jika
memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Hasil belajar itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.
23
3. Hasil belajar itu selalu memunculkan pemahaman atau pengertian yang
ke-mudian menimbulkan reaksi atau jawaban yang dapat di-pahami dan diterima
oleh akal.
4. Hasil belajar itu tidak terikat pada situasi ditempat hasil belajar itu dicapai,
tetapi juga dapat digunakan dalam situasi lain.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa yang diperoleh setelah
mengikuti pembelajaran selama kurun waktu tertentu. Perubahan tersebut
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, seperti yang dikemukakan
Bloom (dalam Dimyati 2006: 26) yang mengategorikan hasil belajar dalam tiga
ranah, yaitu:
a. Ranah kognitif, terdiri dalam enam jenis perilaku, yaitu : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi
b. Ranah afektif, terdiri dalam lima perilaku, yaitu : penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup.
c. Ranah psikomotorik, terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu : persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas.
Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh
siswa dalam aspek kognitif setelah melalui proses belajar dan ditandai oleh nilai
yang diperoleh siswa dari tes hasil belajar.
B. Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau
dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung
24
menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran, sedangkan variabel terikatnya
adalah hasil belajar matematika siswa.
Salah satu faktor keberhasilan pembelajaran adalah ketika guru dapat menguasai
substansi pelajaran dan menggunakan model pembelajaran yang tepat di kelas.
Dengan metode pembelajaran yang tepat, maka diharapkan hasil belajar
matema-tika siswa pun akan optimal.
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru.
Pada pembelajaran ini guru berperan aktif dalam menyampaikan informasi dan
materi kemudian memberikan soal-soal sebagai latihan siswa. Siswa cenderung
pasif, aktivitas siswa hanya mendengarkan, mencatat penjelasan guru dan
menger-jakan tugas yang diberikan guru, jarang sekali ada siswa yang ingin mengajukan
pertanyaan, pembelajaran ini belum sepenuhnya melibatkan aktivitas siswa
se-hingga hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana dan merupakan langkah yang tepat untuk memulai pembelajaran
koo-peratif. Pada pembelajaran ini, siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok
de-ngan anggota 4 sampai 5 orang yang bersifat heterogen terutama dari segi
ke-mampuannya. Dengan sifat yang heterogen dalam kelompok ini dimaksudkan
agar siswa dapat berdiskusi dengan sesama anggota dalam kelompok dan saling
membantu dalam memahami materi pelajaran yang diberikan sehingga siswa
da-pat berperan aktif dalam pembelajaran tanpa harus berpusat pada guru. Aktifnya
siswa dalam pembelajaran diharapkan dapat berimplikasi baik terhadap hasil
25
Salah satu tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah poin
peningka-tan individu dan poin peningkapeningka-tan kelompok. Dengan adanya poin peningkapeningka-tan
individu dan poin peningkatan kelompok akan mendorong siswa untuk lebih giat
belajar dan berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik karena keberhasilan dan
kegagalan anggota kelompok akan mempengaruhi kesuksesan kelompok. Dengan
demikian, setiap anggota kelompok akan berusaha memberikan yang terbaik
pada kelompoknya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Setiap anggota
ke-lompok akan mendapatkan penghargaan sesuai dengan perkembangan keke-lompok-
kelompok-nya.
Siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi diharapkan dapat mengajarkan
anggota kelompoknya yang kemampuannya lebih rendah sedangkan untuk siswa
yang memiliki kemampuan yang lebih rendah, akan lebih leluasa menanyakan
materi yang belum dipahami kepada temannya yang memahami materi dengan
baik sehingga interaksi positif dapat berkembang melalui kerjasama kelompok.
Hal tersebut tentu akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan
dida-pat siswa.
Dari uraian diatas, diduga pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif diterapkan
pada siswa kelas VIII SMPN 29 Bandar Lampung ditinjau dari hasil belajar
26
C. Hipotesis
1. Hipotesis Umum
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe
STAD efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar
matematika siswa jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
2. Hipotesis Kerja
Hipotesis kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata nilai hasil
belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD
le-bih tinggi daripada rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa yang mengikuti
27
27
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung
yang terdiri dari 7 kelas yaitu VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, dan
VIII G. Karena setiap kelas pada populasi memiliki kemampuan awal yang sama
maka pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik cluster
random sampling yaitu memilih secara acak 2 kelas dari 7 kelas yang ada. Kelas
yang terpilih adalah kelas VIII D dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang dan
VIII E dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang. Pembagian kelas VIII D sebagai
kelas eksperimen dan VIII E sebagai kelas kontrol.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test only control design karena
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki rata-rata kemampuan awal
siswa yang sama (lampiran C.4 - C.7). Kelompok pengendali pada desain ini
28
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Post-test
E X O1
P C O2
Keterangan:
E = Kelas eksperimen
P = Kelas pengendali atau kontrol
X = Pembelajaran tipe STAD
C = Pembelajaran konvensional
O1 = Skor post-test pada kelas ekperimen
O2 = Skor post-test pada kelas control
Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Setelah satu
pokok bahasan selesai, dilakukan tes akhir. Tes akhir dilakukan pada kedua kelas
sampel dengan soal tes yang sama.
C. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah :
1. Orientasi sekolah, untuk mengetahui jumlah kelas yang ada, jumlah siswa, dan
mengambil nilai kemampuan awal siswa pada pembelajaran matematika.
2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan untuk
kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
29
4. Melakukan validasi instrumen.
5. Melakukan uji coba instrumen
6. Melakukan perbaikan instrumen
7. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen
8. Mengadakan post- tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
9. Menganalisis data
10.Membuat kesimpulan
D. Data Penelitian
Data penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu data berupa nilai hasil belajar
matematika siswa yang diperoleh melalui tes akhir.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes akhir yang berbentuk uraian. Tes ini digunakan untuk
mengukur hasil belajar mate-matika siswa.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah perangkat tes. Penyusunan soal tes ini
diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan di ukur
sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku pada populasi,
menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih,
menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal ini dilakukan untuk
30
Validitas tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika kelas
VIII SMP N 29 Bandar Lampung, dengan asumsi bahwa guru mengetahui dengan
benar kurikulum SMP/MTs. Penilaian guru menyatakan bahwa butir-butir tes
telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur maka tes
tersebut dikategorikan valid. Setelah tes dinyatakan valid, tes tersebut diuji coba
di luar sampel tetapi masih dalam populasi, uji coba tes ini dimaksudkan untuk
mengukur tingkat reliabilitas tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran
tes.
1. Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang
dinilai. Untuk menentukan reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha.
Rumus Alpha dalam Sudijono (2003) adalah sebagai berikut:
r11= n − 1 1 − n ∑Si 2
St2
Keterangan:
r11 = Koefisien reliabilitas tes
n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
∑ 2 = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
2 = Varian total
Menurut Sudijono, tes dikatakan reliable jika r11 lebih dari 0,70.
2. Tingkat Kesukaran (TK)
Berdasarkan pendapat Safari (2004) tingkat kesukaran butir tes adalah peluang
untuk menjawab benar suatu butir tes pada tingkat kemampuan tertentu. Untuk
31
Penafsiran tingkat kesukaran butir tes berdasarkan kriteria Witherington (dalam
Sudijono, 2003) berikut:
Tabel 3.2. Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes
Besar TKi Interprestasi
< 0,25
Dalam penelitian ini butir soal yang akan digunakan adalah soal yang mempunyai
derajat kesukran cukup (sedang).
3. Daya Pembeda (DP)
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat
membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan
rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari
siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai
terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut
kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut
kelompok bawah). Daya pembeda ditentukan dengan rumus:
32
Keterangan :
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
JA = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah
JB = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah
IA = Skor maksimum butir soal yang diolah
Penafsiran interpretasi nilai daya pembeda butir tes digunakan kriteria menurut
Sudijono (2003) dalam tabel 3.3.
Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai Interpretasi
negatif Lemah Sekali(Jelek)
40
Tes dilakukan pada salah satu kelas yang masih dalam populasi yaitu kelas VIII
G. Berdasarkan Tabel 3.4 hal.36 diperoleh reliable sebesar 0,74 dan derajat
kesukaran yang sedang pada setiap butir soalnya. Instrumen tes akhir ini reliable,
karena memiliki koefesien reliable tes lebih dari 0,70. Setiap butir soal tes
tersebut memiliki derajat kesukaran yang sedang sehingga sesuai dengan kriteria
soal yang akan digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, instrumen tes ini
dapat digunakan untuk mengumpulkan data.
Dari perhitungan tes yang telah dilakukan pada Lampiran C.1 dan C.2, diperoleh
33
Tabel 3.4. Hasil Tes Akhir
No Soal Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran Reliabilitas
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh
diana-lisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam
menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians.
Adapun langkah-langkah dan rumus yang digunakan Sebagai berikut.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data hasil belajar sampel
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan pada data kelompok
eksperimen maupun kontrol. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
34
Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005) :
= ∑
( )dengan kriteria uji : Tolak H0 jika x2 x1k3 dengan taraf = taraf nyata
untuk pengujian. Dalam hal lainnya H0 diterima.
Keterangan:
2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)
Uji homogenitas varians dilakukan antara dua kelompok data, yaitu kelompok
STAD dan kelompok Konvensional, uji ini digunakan untuk mengetahui
apakah data nilai tes hasil belajar matematika siswa yang diperoleh memiliki
varians yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians ini
digunakan uji Bartlett menurut Sudjana (2005: 261) sebagai berikut :
a. Hipotesis Uji
Uji Bartlett menggunakan statistik chi-kuadrat :
35
x didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 –
) dan dk = (k – 1) = 2-1 = 1.
3. Uji hipotesis
Jika data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji
hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan rata-rata.
pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan hasil
belajar matematika siswa dengan pembelajaran
36
H1 : µ1 > µ2 (hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari hasil
belajar matematika siswa dengan pembelajaran