• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus pada kpp pratama kebayoran lama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus pada kpp pratama kebayoran lama"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

(Studi Kasus Pada KPP Pratama Kebayoran Lama)

Oleh :

Paisal Amir Zaini

106082002658

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Paisal Amir Zaini

NIM : 106082002658

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan, dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan plagiat maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggungjawab saya,

Jakarta, 6 September 2010

(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Paisal Amir Zaini

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 26 November 1987

Agama : Islam

(4)

2009 : Koordinator Divisi Acara FUSHION (Turnamen Futsal- antar SMA/Sederajat se-Jakarta Selatan)

2008 – 2009 : Ketua Dekan Cup BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Pengalaman Magang

2010 : Magang bagian Account Representative, Penagihan, Pelayanan, dan Pengelolaan Data dan Informasi

(5)

THE ANALYSIS OF FACTORS WHICH INFLUENCE INDIVIDUAL TAXPAYER NONCOMPLIANCE

(Case Study of KPP Pratama Kebayoran Lama)

By: Paisal Amir Zaini

ABSTRACT

The purpose of this research is to determine whether factors that affect individual taxpayer noncompliance. The factors are: (1) attitude, (2) subjective norms, (3) moral obligations, (4) perceived behavioral control, (5) intention, and (6) ethics. Unit analysis of this research is an individual taxpayer who is registered in KPP Pratama Kebayoran Lama. This research uses primary data with convenience sampling method in sampling. The analytical method used in this study is factor analysis.

The survey results revealed that the six variables are reduced to five variables proposed that spread in the two factors. Ethics variable excluded from the study model because it does not meet the criteria for MSA > 0,5. Results of factor analysis showed two factors that this spread are all factors that affect an individual taxpayer noncompliance. The first factor consists of moral obligations, perceived behavioral control and intention; and the second factor consists of attitudes and subjective norms.

(6)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

(Studi Kasus Pada KPP Pratama Kebayoran Lama)

Oleh: Paisal Amir Zaini

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Faktor yang dimaksud adalah: (1) sikap, (2) norma subyektif, (3) kewajiban moral, (4) kontrol keperilakuan yang dipersepsikan, (5) niat, dan (6) etika. Unit análisis penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Kebayoran Lama. Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode convenience sampling dalam penentuan sampel. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 6 variabel yang diajukan direduksi 5 variabel yang tersebar dalam 2 faktor. Variabel Etika dikeluarkan dari model penelitian karena tidak memenuhi kriteria MSA > 0,5. Hasil analisis faktor menunjukkan 2 faktor yang tersebar ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi. Faktor pertama terdiri dari kewajiban moral, kontrol keperilakuan yang dipersepsikan, dan niat; dan faktor kedua terdiri dari sikap dan norma subyektif.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim..

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, dengan segala kerendahan hati, puji dan

syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta Salam

semoga tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabat

beliau yang telah menjadi jalan bagi umatnya dalam menempuh keselamatan dan

kebahagiaan dengan ilmu pengetahuan yang benar.

Penulis menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik

penyusunan, penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan

pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang penulis miliki. Meskipun

demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan

skripsi ini dengan baik dan benar. Penulis menyadari bahwa keberhasilan yang

diperolah adalah berkat bantuan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu

penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ayahanda H. Zaini dan Ibunda Hj. Raimah serta kakak-kakakku yang penulis

sangat cintai. Terima kasih atas cinta dan kasih sayang, doa, dorongan,

semangat, pengorbanan, perhatian dan dukungan yang kalian berikan

kepadaku. Semoga karyaku ini bisa membanggakan kalian.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Afif Sulfa, SE.,Ak.,M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

(8)

5. Bapak Dr. Yahya Hamja.,MM selaku dosen pembimbing I, yang telah

bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan kepada

penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Rini, SE.,Ak.,M.Siselaku dosen pembimbing II, yang begitu sabar dalam

memberikan penjelasan, bimbingan, pengarahan dan dorongannya kepada

penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Prof, Azzam Jassin MBA, Bapak Afif Sulfa SE.,Ak.,M.Si, dan Ibu

Reskino SE.,Ak.,M.Si selaku penguji komprehensif. Terima kasih telah

memberikan ilmu kepada penulis.

8. Bapak Prof. Azzam Jassin MBA dan Ibu Fitri Damayanti SE.,M.Si selaku

dosen penguji skripsi. Terima kasih.

9. Seluruh dosen yang berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya dosen

jurusan akuntansi yang memiliki peran yang sangat besar bagi saya dalam

proses perkuliahan.

10. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuannya

kepada penulis.

11. Teman-teman akun D-Best terima kasih atas doa, dukungan, perhatian dan

persahabatan kalian dari semester 1 sampai sekarang. Kita harus tetap main

futsal ya.

12. Anneu Dwi Muliani terima kasih atas doa, semangat, perhatian, bantuan dan

waktunya sehingga selsainya skripsi ini.

13. Teman-teman: Fery, Izul, Fuad, Ranggi, Zaky, Anneu, Ita, Anis, Ayu, Anggi,

Dini, Acied, Indah, Tofan, Achi, Menes dan teman-teman seperjuangan

kompre lainnya, terima kasih atas doa dan semangatnya dari belajar bareng

(9)

14. Sahabat-sahabat BEM-J dan BEM-F terima kasih atas doa, dukungan dan

pengalaman yang akan selalu berkesan dan takkan pernah terlupakan.

15. Juga kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala bantuannya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan kepada

pihak-pihak yang telah membantu dalam masa perkuliahan dan proses

penyelesaian skripsi ini. Wassalam.

Jakarta, Agustus 2010 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Perpajakan ... 10

1. Pengertian Pajak ... 10

2. Fungsi Pajak ... 12

3. Jenis Pajak ... 13

4. Syarat Pemungutan Pajak ... 14

(11)

6. Tarif Pajak ... 19

7. Pengertian Wajib Pajak (WP) ... 19

B. Theory of Planned Behavior (TPB) ... 21

1. Sikap ... 22

2. Norma Subyektif ... 23

3. Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan ... 24

4. Niat Berperilaku ... 25

5. Ketidakpatuhan Pajak ... 25

C. Kewajiban Moral ... 27

D. Etika ... 28

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 30

F. Kerangka Pemikiran ... 32

G. Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 34

B. Metode Penentuan Sampel ... 34

1. Populasi ... 34

2. Sampel ... 34

C. Metode Pengumpulan Data ... 35

1. Pengumpulan Data Primer ... 35

2. Pengumpulan Data Sekunder ... 36

D. Metode Analisis Data ... 36

1. Uji Kualitas Data ... 36

2. Analisis Faktor ... 37

E. Operasional Variabel Penelitian ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45

(12)

2. Visi, Misi, dan Nilai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama . 45

3. Struktur Organisasi ... 46

4. Fungsi dan Tugas ... 47

5. Cakupan Wilayah Kerja ... 47

6. Karakteristik dan Jumlah Wajib Pajak ... 49

7. Pelayanan ... 49

8. Penegakan Hukum ... 50

9. Kesiapan Sumber Daya Manusia ... 50

B. Statistik Deskriptif Responden ... 51

C. Analisis Data ... 53

1. Uji Kualitas Data ... 53

2. Uji Analisis Faktor ... 55

D. Pembahasan dan Interpretasi ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 69

B. Implikasi ... 70

C. Keterbatasan ... 71

D. Saran ... 72

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 30

Tabel 3.1 Bobot dan Kategori Skala Likert ... 35

Tabel 3.3. Operasional Variabel Penelitian ... 43

Tabel 4.1 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Kebayoran lama ... 49

Tabel 4.2 Komposisi Sumberdaya Manusia KPP Pratama- Kebayoran Lama ... 51

Tabel 4.3 Data Statistik Responden ... 52

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 54

Tabel 4.5 KMO and Bartlett's Test ... 58

Tabel 4.6 Anti-image Matrices ... 58

Tabel 4.7 KMO and Bartlett's Test ... 59

Tabel 4.8 Anti-image Matrices ... 60

Tabel 4.9 Communalities ... 61

Tabel 4.10 Total Variance Explained ... 62

Tabel 4.11 Component Matrixa ... 63

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Theory of Planned Behavior ... 22

Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior dan Kewajiban Moral ... 28

Gambar 2.3 Theory of Planned Behavior dan Etika ... 29

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran ... 33

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian ... 77

Lampiran 2. Skor Jawaban Penelitian ... 82

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabiitas ... 88

Lampiran 4. Output SPSS Anlisis Faktor . ... 94

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Penerimaan negara bersumber dari sektor migas (minyak dan gas bumi)

dan non-migas, serta penerimaan lain yang bersumber dari luar negeri.

Penerimaan dari sektor migas sangat besar, tetapi proporsi penerimaan migas

terus menurun. Sedangkan tugas-tugas, fungsi-fungsi, dan aktivitas-aktivitas

kenegaraan semakin bertambah kompleks dan banyak. Hal inilah yang

mendorong pemerintah untuk menggalakkan sumber penerimaan lainnya,

khususnya penerimaan yang bersumber dari dalam negeri, yaitu pajak.

Dengan tersedianya penerimaan pajak dalam APBN (Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara) membuat tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan

dapat berjalan baik sesuai dengan rencana dan program yang dilakukan oleh

setiap unit pemerintahan (departemen, kementerian, badan dan lembaga

negara lainnya) setiap tahun (Pandiangan, 2008:69).

Dana dari penerimaan pajak sebagai sumber utama APBN dialokasikan

untuk mendanai berbagai sendi kehidupan bangsa, seperti sektor pertanian,

perdagangan, industri, kesehatan, dan pendidikan. Dapat dilihat bahwa sektor

pajak sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan suatu

Negara. Oleh karena itu, pajak harus dikelola dengan baik agar tujuan dari

(17)

Dalam upaya meningkatkan penerimaan negara sektor pajak, maka

kebijakan perpajakan lebih diarahkan kepada upaya meningkatkan

penerimaan khususnya melalui berbagai program Intensifikasi dan

Ekstensifikasi pajak. Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No.

SE-06/Pj.9/2001 Tentang Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pajak.

Intensifikasi pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak

terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam

administrasi Direktorat Jendral Pajak. Intensifikasi pajak dilaksanakan

dengan berorientasi pada peningkatan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak,

misalnya dengan cara pengadaan penyuluhan langsung pada masyarakat.

Sedangkan Ekstensifikasi Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan

penambahan jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam

administrasi Direktorat Jenderal Pajak.

Kebijakan pemerintah yang lain dalam meningkatkan penerimaan

dalam negeri dari sektor pajak yaitu melalui perubahan sistem pemungutan

pajak dari official assessment system menjadi self assessment system pada

tahun 1983. Self assessment system memberikan kepercayaan kepada wajib

pajak untuk menghitung, memperhitungkan sendiri pajak yang terutang dan

melunasinya, serta melaporkannya sesuai peraturan perpajakan. Self

assessment system ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak,

yang ditandai dengan pelaksanaan kewajiban perpajakannya oleh wajib pajak

secara sukarela dan sesuai dengan Ketentuan Undang-Undang dan Peraturan

(18)

sangat penting dan sebagai penentu didalam menopang pembiayaan

pembangunan melalui pajak (Hutagaol, 2005:24).

Dalam sistem pelaporan pajak, dapat dikatakan unsur yang paling

utama adalah untuk mendapatkan dan menjaga kepatuhan wajib pajak.

Dengan kata lain, dalam sistem tersebut wajib pajak seperti pemeran utama,

dan dinas pajak adalah pendukung atau orang yang bekerja di balik layar,

sedangkan sistemnya adalah skenario yang menentukan jalan ceritanya.

Bagaimanapun juga, gerakan aktif dan kerjasama para wajib pajak adalah hal

yang paling penting, dan tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa misi dinas

pajak adalah untuk memberikan dukungan kepada para wajib pajak

(Toshiyuki Fushimi:2001).

Perubahan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka

meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dan untuk meningkatkan

kepatuhan wajib pajak adalah dengan diterapkannya e-system (e-Registrasi,

e-SPT dan e-Filing) sejak tahun pajak 2005. Namun demikian sebaik-baik

sistem perpajakan dibuat, se-modern apapun administrasi pajak disajikan,

pada akhirnya kembali kepada manusia yang melaksanakan sistem dan

modernisasi administrasi itu sendiri. Untuk itu, tidak hanya pegawai pajak

semata yang harus berperan, namun juga sangat diharapkan peran serta wajib

pajak (Arniati, 2009).

Damayanti (2004) meyebutkan bahwa penerapan self assessment system

akan efektif apabila kondisi kepatuhan sukarela (voluntary compliance) pada

(19)

terdapat banyak kendala yang harus dihadapi oleh fiskus untuk meningkatkan

penerimaan pajak. Salah satu kendalanya adalah masih rendahnya kesadaran

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Penyebab lainnya

adalah karena persepsi masyarakat yang negatif, pajak dianggap membebani

dan memaksa, belum dianggap sebagai bentuk pengabdian, dukungan atau

partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Salah satu upaya untuk

memperbaiki image tersebut adalah persepsi yang baik atau positif dari wajib

pajak terhadap self assessment system yang diterapkan dalam sistem

perpajakan nasional. Selain itu, kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

faktor pengalaman, faktor intelegensi, faktor kepribadian, faktor motivasi,

faktor kecemasan, dan faktor pengharapan (Harvey dan Smith, 1977 dalam

Prasetio dkk., 2006:5).

Peran dan partisipasi seluruh masyarakat tanpa memandang dari

golongan manapun sangatlah dibutuhkan demi kelancaran reformasi

perpajakan. Titik berat dalam keberhasilan reformasi perpajakan ini adalah

menumbuhkan tingkat kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak untuk

melakukan perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk

secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakannya,

bertanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak sebagai pencerminan

kewajiban serta melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem

menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak

(20)

Tidak dipungkiri bahwa masih ada perusahaan ataupun orang pribadi

yang menganggap pajak sebagai biaya yang dapat merugikan ataupun

mengurangkan pendapatan. Data yang penulis peroleh dari Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Kebayoran Lama tempat penulis melakukan penelitian

diketahui bahwa terjadi peningkatan kecenderungan ketidakpatuhan pajak

yakni jumlah wajib pajak yang terlambat melakukan pembayaran PPh Masa

Pasal 25 Orang Pribadi Tahun Pajak 2007 berjumlah 2.494 orang, Tahun

Pajak 2008 berjumlah 2.615 orang, dan Tahun Pajak 2009 berjumlah 3.816

orang. Kecenderungan ketidakpatuhan pajak tersebut jelas merupakan

persoalan serius bagi pemerintah, khususnya Direkotrat Jenderal Pajak.

Ketidakpatuhan Wajib Pajak jelas akan berdampak terhadap penerimaan

negara dari sektor pajak negara yang berkurang, sehingga secara otomatis

juga berdampak pada masalah APBN. Hal ini mengingat cukup besarnya

kontribusi penerimaan pajak dalam APBN, sehingga jika target-target

penerimaan pajak tidak terealisasi, akan menyulitkan dalam menyusun

APBN. Masalah tersebut akhirnya akan menjadi kendala yang besar dalam

proses pembangunan bangsa (Adji Rukmana, 2007).

Salman (2009) melakukan penelitian mengenai kepatuhan wajib pajak.

Variabel yang digunakan adalah sikap dan moral wajib pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa moral

wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak, sedangkan sikap wajib pajak berpengaruh secara signifikan terhadap

(21)

PenelitianStrivedi, Shehata dan Mestelman (2005), menguji Theory of

Planned Behaviour untuk menjelaskan kepatuhan pajak dengan

menambahkan variabel etika. Penelitian ini melakukan dua cara yaitu melalui

eksperimen dan dengan mengajukan kuesioner yang berupa hypotetical

situation compliance. Eksperimen dan hypotetical situation compliance,

merupakan upaya mendeteksi kepatuhan pajak, melalui eksperimen dilihat

dari kemungkinan wajib pajak melaporkan pajaknya dengan tepat dengan

dimanipulasi oleh kemungkinan diperiksa dan tidak diperiksa yang

menyebabkan akan diberikan sanksi jika diperiksa sehingga akan berdampak

pada berkurangnya penghasilan wajib pajak. Sedangkan melalui kuesioner

wajib pajak menyatakan kepatuhannya dengan diberikan pertanyaan

mengenai kepatuhan dalam beberapa hal yaitu kepatuhan dilihat dari

kemungkinan diperiksa dan tidak diperiksa, kepatuhan dilihat dari respon

terhadap kasus dan kepatuhan dilihat dari pelaporan yang telah dilakukan

pada tahun-tahun sebelumnya dan pada tahun sekarang.

Selanjutnya Arniati (2009) meneliti mengenai peran Theory of Planed

Behavior dan etika terhadap ketaatan pajak. Hasil penelitian menunjukkan

hanya variabel norma subyektif dan pengawasan prilaku yang diterima yang

terbukti mempengaruhi niat kepatuhan pajak dari dimensi niat untuk patuh.

Sedangkan dari dimensi niat untuk melaporkan pendapatan dengan benar

hanya variabel norma subyektif yang terbukti mempengaruhi niat kepatuhan

pajak. Pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan berupa niat

(22)

kontrol perilaku yang dapat membuktikan model prediksi untuk kepatuhan

pada saat terdapat kemungkinan diperiksa. Pengujian analisis path untuk

menguji hubungan tidak langsung melalui niat terhadap kepatuhan ketika ada

kemungkinan diperiksa, tidak membuktikan adanya hubungan faktor sikap,

norma subyektif, kontrol perilaku, dan etika berpengaruh terhadap kepatuhan

melalui variabel niat.

Tarjo (2009) meneliti mengenai faktor-faktor apakah yang

mempengaruhi perilaku ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi yang

berada di wilayah Bangkalan. Hasil penelitian menunjukkan: sikap tentang ketidakpatuhan pajak, norma subyektif, dan kewajiban moral berpengaruh

signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh; kontrol keperilakuan yang

dipersepsikan tidak berpengaruh signifikan baik terhadap niat berperilaku

tidak patuh maupun terhadap ketidakpatuhan pajak, dan niat berperilaku tidak

patuh berpengaruh signifikan terhadap ketidakpatuhan pajak.

Berdasarkan latar belakang dan temuan penelitian terdahulu yang

dijelaskan di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan

konsep tentang kepatuhan pajak. Penelitan ini mengangkat tentang perilaku

ketidakpatuhan khususnya pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di

KPP Pratama Kebayoran Lama. Berdasarkan hal tersebut penulis mencoba

untuk menelitinya dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

(23)

Penelitian ini pada dasarnya merupakan replikasi dari penelitian Tarjo

(2009) yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Bangkalan”. Adapun yang

membedakan penelitian ini dengan penelitian terebut adalah:

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah sikap,

norma subyektif, kewajiban moral, kontrol keperilakuan yang

dipersepsikan, niat berperilaku tidak patuh, dan ketidakpatuhan pajak,

sedangkan pada penelitian ini mengembangkan penelitian tersebut dengan

menambahkan satu variabel yaitu etika (Arniati, 2009).

2. Responden dan tempat penelitian sebelumnya adalah wajib pajak orang

pribadi yang berada di Bangkalan, sedangkan penelitian ini adalah wajib

pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kebayoran

Lama.

3. Metode pengujian hipotesis penelitian sebelumnya menggunakan analisis

Structural Equation Modeling (SEM) dengan alat bantu program AMOS

versi 5. Sedangkan penelitian ini menggunakan metode analisis faktor

dengan bantuan program SPSS versi 17.0.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang penelitian di atas, maka masalah dalam

penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

(24)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi ketidakpatuhan

wajib pajak orang pribadi.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Menerapkan ilmu yang diperoleh peneliti semasa kuliah dan

mengaplikasikannya sesuai dengan kondisi yang ada.

b. Bagi Instansi Terkait

Sebagai bahan informasi pelengkap atau masukan sekaligus

pertimbangan bagi pihak-pihak berwenang yang berhubungan dengan

penelitian ini dalam penetapan kebijakan pada pelaksanaan atau

penggunaan suatu sistem pemungutan yang diterapkan.

c. Bagi Fakultas

Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan serta untuk

mengevaluasi sejauh mana sistem pendidikan telah dijalankan sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai tambahan wawasa informasi, dan masukan untuk membantu

memberikan gambaran yang lebih jelas bagi pihak lain atau para

peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai perpajakan secara

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar-dasar Perpajakan

1. Pengertian Pajak

Pajak merupakan pendapatan yang berguna bagi negara dalam

membiayai pembangunan nasional. Oleh karena itu banyak pakar

memberikan definisi atau batasan-batasan yang berbeda tetapi memiliki

maksud yang sama.

a. Rochmat Soemitro

Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (1995:5) dalam Siti

Resmi (2005:1):

“Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan Undang-Undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.

b. Andriani

Pengertian pajak menurut Andriani dalam Waluyo dan Wirawan

B.Ilyas (2003:4):

(26)

c. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007,

menyatakan bahwa:

“Pajakadalahkontribusiwajibkepadanegara yangterutangolehorang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluannegara bagisebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pajak

memiliki unsur pokok sebagai berikut:

a. Iuran/pungutan, yang berhak memungut pajak adalah negara, iuran

tersebut berupa uang bukan barang.

b. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang, pajak dipungut

berdasarkan atau dengan ketentuan Undang-Undang serta aturan

pelaksanaaannya.

c. Pajak dapat dipaksakan, pemerintah berhak melakukan paksaan tehadap

masyarakat untuk melakukan pembayaran pajak.

d. Tidak menerima jasa timbal (kontraprestasi), tanpa jasa timbal

(kontraprestasi) dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk.

Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah.

e. Untuk membiayai pengeluaran umun pemerintah, untuk membiayai

pengeluaran rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaranyang

(27)

2. Fungsi Pajak

Menurut Erly Suandy (2005:14) terdapat dua fungsi pajak, yaitu

fungsi budgetair (keuangan negara) dan fungsi regulerend (mengatur).

a. Fungsi Budgetair (Keuangan Negara)

Fungsi budgetair merupakan fungsi utama pajak dan fungsi fiskal yaitu

suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk

memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan

Undang-Undang perepajakan yang berlaku, pajak untuk keperluan negara

berdasarkan Undang-Undang. Faktor yang turut mempengaruhi

optimalisasi pemasukan dana ke kas negara adalah:

1)Filsafat Negara.

2)Kejelasan Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan.

3)Tingkat Pendidikan Penduduk/Wajib Pajak.

4)Kualitas dan kuantitas petugas pajak setempat.

5)Strategi yang diterapkan organisasi yang mengadministrasikan pajak

di Indonesia.

b. Fungsi Regulerend (Mengatur)

Fungsi regulerend atau fungsi mengatur dan sebagainya juga fungsi

pajak dipergunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan

tertentu. Disebut sebagai fungsi tambahan karena fungsi ini hanya

sebagai pelengkap dari fungsi utama pajak. Untuk mencapai tujuan

(28)

sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dapat dilihat dalam contoh

sebagai berikut:

1)Pemberian insentif pajak (misalnya tax holiday, penyusutan

dipercepat) dalam rangka meningkatkan investasi baik investasi

dalam negeri maupun investasi luar negeri.

2)Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam rangka

memenuhi kebutuhan dalam negeri.

3)Pengenaan bea masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

untuk produk-produk impor tertentu dalam rangka melindungi

produk-produk dalam negeri.

3. Jenis Pajak

Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat digolongkan menjadi tiga,

yaitu penggolongan menurut golongannya, menurut sifatnya, dan menurut

lembaga pemungutnya (Mardiasmo, 2009).

a. Menurut golongannya, jenis pajak terdiri:

1)Pajak langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung

sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau

dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.

2)Pajak tidak langsung, adalah pajak yang akhirnya dapat dibebankan

(29)

b. Menurut sifatnya, jenis pajak terdiri dari:

1)Pajak subjektif, adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan

pada keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang

memperhatikan pada subjeknya.

2)Pajak objektif, adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan

pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan peristiwa yang

mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa

memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun

tempat tinggal.

c. Menurut lembaga pemungutannya, jenis pajak terdiri dari:

1)Pajak Negara atau Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga

negara pada umumnya.

2)Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah

baik Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat II dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga masing-masing.

4. Syarat Pemungutan Pajak

Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila

terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila

terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang

kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan

(30)

a. Pemungutan Pajak Harus Adil

Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk

menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam

perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.

b. Pengaturan Pajak Harus Berdasarkan UU

Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan

yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang”.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan

Undang-Undang tentang pajak, yaitu:

1)Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan

Undang-Undang tersebut harus dijamin kelancarannya.

2)Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan

secara umum.

3)Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak.

c. Pungutan Pajak Tidak Mengganggu Perekonomian

Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak

mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi,

perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai

merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha

masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.

d. Pemungutan Pajak Harus Efisien

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus

(31)

daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem

pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan.

Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam

pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.

e. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana

Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam

pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak

dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan

memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan

kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem

pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.

5. Tata Cara Pemungutan Pajak

a. Stelsel Pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel, yaitu, stelsel

nyata, stelsel anggapan, dan stelsel campuran (Waluyo, 2007).

1)Stelsel nyata (riil), stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan banyak

didasarkan objek yang sesungguhnya terjadi (untuk Pajak

Penghasilan maka objeknya adalah Pajak Penghasilan). Oleh karena

itu, pemungutan pajaknya baru dapat dilakukan pada akhir tahun

pajak, yaitu setelah semua penghasilan yang sesungguhnya dalam

suatu tahun pajak diketahui.

2)Stelsel anggapan, stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak

(32)

3)Stelsel campuran, stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak

didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.

b. Asas Pemungutan Pajak

Terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak dalam Pajak

Penghasilan yaitu asas domisili, asas sumber, dan asas kebangsaan

(Resmi: 2005).

1)Asas domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib

pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang

berasal dari dalam maupun dari luar negeri.

2)Asas sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber

di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

3)Asas kebangsaan

Pengenaan pajk dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

Misalnya pajak bangsa Asing di Indonesia dikenakan pada orang

yang berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia.

Asas ini berlaku bagi Wajib Pajak Luar Negeri.

c. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa sistem yaitu, official

assesment system, self assesment system, dan withholding system

(33)

1)Official Assessment System

Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak

yang memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang

ada pada fiskus, wajib pajak bersifat pasif, dan utang pajak timbul

setelah dikeluarkanya Surat Ketetapan Pajak (SKP) oleh fiskus.

2)Self Assessment System

Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan

sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya adalah wewenang

untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak

sendiri, wajib pajak aktif (mulai dari menghitung, menyetor, dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang), dan fiskus tidak ikut

campur dan hanya mengawasi.

3)Witholding System

Witholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan Fiskus dan bukan

wajib pajak) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

wajib pajak. Cirinya wewenang menentukan besarnya pajak yang

(34)

6. Tarif Pajak

Pajak dipungut berdasarkan tarif. Tarif pajak merupakan ukuran atau

standar pemungutan pajak. Menurut Mardiasmo (2005:9) ada empat

macam tarif pajak, yaitu tarif proporsional, tarif tetap, tarif progresif, dan

tarif degresif.

a. Tarif Proporsional

Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang

dikenakan pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional

terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

b. Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang

dikenai pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

c. Tarif Progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai

pajak semakin besar.

d. Tarif Degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah dikenai pajak

semakin besar.

7. Pengertian Wajib Pajak (WP)

Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 16 tahun 2000, pengertian

wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan

(35)

(Suandy, 2007:109). Kewajiban perpajakan Wajib Pajak badan maupun

perseorangan sesuai dengan Undang-undang KUP antara lain adalah:

a. Wajib mendaftarkan diri kepada KPP terdekat untuk mendapatkan

NPWP.

b. Wajib mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap dan

jelas.

c. Wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang melalui kantor pos

atau Bank persepsi yang ditunjuk.

Wajib Pajak (WP) adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk

melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau

pemotong pajak tertentu (Suandy, 2007:109).

Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha

yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,

Badan Umum Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama

dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,

persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial

politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya

termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap (Resmi,

(36)

B. Theory of Planned Behavior (TPB)

Ada beberapa teori perilaku yang telah digunakan untuk meramalkan

tentang keterlibatan, keikutsertaan, kontribusi, pencapaian, ogranisasional

kewarganegaraan, inovasi, serta konsep-konsep lain tentang perilaku

individu. Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan salah satu model

psikologi sosial yang paling sering digunakan untuk meramalkan perilaku,

dan Theory of Planned Behavior (TPB) dirancang untuk meramalkan dan

menjelaskan tingkah laku manusia dalam konteks yang spesifik. Theory of

Planned Behavior (TPB) merupakan prediksi perilaku yang baik karena

diseimbangkan oleh niat untuk melaksanakan perilaku.

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan niat individu untuk

melaksanakan perilaku tertentu. Niat diasumsikan untuk menangkap faktor

motivasi yang mempengaruhi perilaku, yang mengindikasikan seberapa kuat

keinginan orang untuk mencoba, atau seberapa besar usaha yang dilakukan

dalam rangka melaksanakan suatu perilaku. Pada umumnya semakin kuat niat

untuk melakukan sesuatu, maka semakin memungkinkan untuk pencapaian

perilaku (Ajzen, 1991).

Ajzen (1991) pada Gambar 2.1 tentang Theory of Planned Behavior

(TPB) mendalilkan bahwa ada tiga faktor penentu niat yang berdiri sendiri.

Pertama adalah sikap arah prilaku yang mengacu pada persetujuan bahwa

seseorang telah dinilai baik atau tidak baik, atau penilaian perilaku yang

dipermasalahkan. Faktor yang kedua adalah faktor sosial berupa norma

(37)

melaksanakan atau untuk tidak melaksanakan perilaku tertentu. Faktor

penentu niat yang ketiga adalah pengawasan prilaku yang dapat diterima yang

mengacu pada kesukaran dan kemudahan yang dirasakan dalam

melaksanakan perilaku dan diasumsikan terhadap pencerminan pengalaman

masa lalu seperti halangan dan rintangan yang sudah di antisipasi.

Sumber: Icek Ajzen

Gambar 2.1

Theory of Planned Behavior

Ketiga faktor tersebut menurut Ajzen (1991) dikatakan mempunyai

kontribusi secara mandiri terhadap niat dan perilaku, karena faktor tersebut

diharapkan memberikan pengaruh perilaku yang berbeda pada situasi yang

berbeda.

1. Sikap

Sikap dalam Ajzen (2005:3) didefinisikan sebagai sebuah disposisi

atau kecenderungan untuk menanggapi hal-hal yang bersifat evaluatif,

Atitude toward the

behavior

Subjective norm

Perceived behavioral

control

(38)

disenangi atau tidak disenangi terhadap objek, orang, institusi, atau

peristiwa.

”Attitude is a dispotion to respond favorably or unfavorably to an object, person, institution, or event”

Karaktristik paling utama yang membedakan sikap dengan variabel

lain adalah bahwa sikap bersifat evaluatif dan cenderung afektif (Fishbein

dan Ajzen, 1975). Afek merupakan bagian dari sikap yang paling penting,

dimana afek mengacu pada perasaan dan penilaian seseorang akan objek,

orang, permasalahan atau peristiwa tertentu (Fishbein dan Ajzen,1975).

Ajzen (2005) menambahkan, sikap terhadap tingkah laku ditentukan oleh

keyakinan (belief) akan akibat dari tingkah laku yang dilakukan. Keyakin

ini disebut sebagai behavioral belief. Setiap behavioral belief

menghubungkan tingkah laku dengan konsekuensi tertentu dari munculnya

tingkah laku tersebut, atau kepada beberapa atribut lain seperti kerugian

yang mungkin muncul ketika melakukan tingkah laku tersebut.

2. Norma Subyektif

Fishbein dan Ajzen (2005:118) mendefinisikan norma subyektif

sebagai persepsi seseorang akan tekanan sosial untuk menunjukkan atau

tidak menunjukkan tingkah laku pertimbangan tertentu.

”...the person’s perception of social pressure to perform or not perform the behavior under consideration”

Norma juga diasumsikan sebagai fungsi dari keyakinan (belief),

tetapi keyakinan dalam bentuk yang berbeda. Yaitu keyakinan seseorang

(39)

terlibat atau tidak terlibat bila dirinya menampilkan atau memunculkan

tingkah laku tertentu. Individu dan kelompok diatas disebut juga referent.

Referent adalah orang atau kelompok sosial yang berpengaruh bagi

individu, baik itu orang, pasangan (suami/istri), teman dekat, rekan kerja,

atau yang lain tergantung pada tingkah laku yang terlibat (significant

others). Keyakinan yang mendasari norma subyektif ini disebut dengan

istilah normatif belief.

Norma subyektif tidak hanya ditentukan oleh adanya referent, tetapi

juga apakah subyek perlu, harus atau dilarang melakukan perilaku yang

akan dimunculkan dan seberapa jauh ia akan mengikuti pendapat referent

tersebut. Hal tersebut disebut dengan motivation to comply.

3. Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan

Ajzen (2005:118) mendefinisikan kontrol keperilakuan yang

dipersepsikan sebagai perasaan self efficiency atau kesanggupan seseorang

untuk menunjukkan tingkah laku yang diinginkan.

”the sense of self efficiency or ability to perform the behavior of interest”

Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan juga dianggap sebagai

fungsi dari keyakinan (belief), yaitu keyakinan individu akan ada atau

tidaknya faktor yang mendukung atau menghalangi akan munculnya

tingkah laku (control belief). Keyakinan-keyakinan ini dapat diakibatkan

oleh pengalaman masa lalu dengan tingkah laku, tetapi dapat juga

(40)

yang dipeeroleh dengan mengobservasi pengalaman orang yang dikenal

atau teman.

Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dibentuk oleh dua

komponen. Pertama, keyakinan individu tentang kehadiran kontrol yang

berfungsi sebagai pendukung atau penghambat individu dalam bertingkah

laku (control belief). Serta persepsi individu terhadap seberapa kuat

kontrol tersebut untuk mempengaruhi dirinya dalam bertingkah laku

(perceived power).

4. Niat

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975:288) yang dimaksud dengan niat

(intensi) adalah kemungkinan seseorang bahwa ia akan menampilkan

suatu tingkah laku.

”A behavioral intention, therefore refers to a person subjective probability that he will perform some behavior”

Niat berperilaku merupakan variabel perantara dalam membentuk

perilaku (Ajzen, 1991). Hal ini berarti pada umumnya manusia bertindak

sesuai dengan niat. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki

sikap positif pada perilaku tertentu, dan sejauh mana jika dia memilih

untuk melakukan perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang

lain yang berpengaruh dalam kehidupannya.

5. Ketidakpatuhan Pajak

Menurut Simon James et al yang dikutip oleh Gunadi (2005),

pengertian kepatuhan pajak (tax compliance) adalah wajib pajak

(41)

aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi

seksama, peringatan, atau pun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum

maupun administrasi.

Dalam Practice Note tentang Compliance Measurement yang

diterbitkan oleh Organization for Economic and Coorporation

Development-OECD (2004) dalam Wahyu Santoso (2008), kepatuhan

dibagi menjadi dua kategori, yaitu: (1) kepatuhan administratif

(administrative compliance); dan (2) kepatuhan teknis (technical

compliance). Kepatuhan administratif mencakup kepatuhan pelaporan dan

kepatuhan prosedural. Sedangkan kepatuhan teknis mencakup kepatuhan

dalam penghitungan jumlah pajak yang akan dibayar oleh wajib pajak.

Organization for Economic and Coorporation Development-OECD

(2004) dalam Wahyu Santoso (2008) juga mendefinisikan ketidakpatuhan

pajak sebagai risiko yang dihadapi oleh satu administrasi pajak berupa

pajak yang tidak dapat ditarik dari wajib pajak karena wajib pajak tersebut

tidak mematuhi ketentuan perpajakan sehingga ada pajak terutang yang

tidak dibayar.

Isu kepatuhan pajak dan hal-hal yang menyebabkan ketidakpatuhan

pajak serta upaya untuk meningkatkan kepatuhan menjadi agenda penting

di berbagai Negara. Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan

secara bersama menimbulkan upaya penghindaran pajak, baik dengan

fraud dan illegal yang disebut tax evasion, maupun penghindaran pajak

(42)

Pada akhirnya tax evasion dan tax avoidance mempunyai akibat yang

sama, yaitu berkurangnya penyetoran pajak ke kas Negara. Ketika sistem

perpajakan suatu Negara telah maju, pendekatan reformasi diletakkan pada

peningkatan dalam kepatuhan dan administrasi perpajakan. Peningkatan

kepatuhan sangat penting dalam reformasi perpajakan, dan mungkin lebih

penting daripada perubahan struktural dalam sistem perpajakan (Perry dan

Whalley, 2000 dalam Sitanggang, 2009).

C. Kewajiban Moral

Kewajiban moral merupakan norma individu yang dipunyai oleh

seseorang, namun kemungkinan tidak dimiliki oleh orang lain. Norma

individu ini tidak secara eksplisit termasuk dalam model Theory of Planned

Behavior (TPB). Blanthorne (2000), Kaplan, Newbery & Reckers (1997),

Hanno & Violette (1996) telah membuktikan secara empiris, bahwa

kewajiban moral berpengaruh secara negatif signifikan terhadap niat

ketidakpatuhan pajak.

Gambar 2.2 di bawah ini menggambarkan model Theory of Planned

Behavior (TPB) dan juga variabel kewajiban moral berdasarkan dari

(43)

Moral obligation

Sumber: Tarjo (2009)

Gambar 2.2

Theory of Planned Behavior dan Kewajiban Moral

D. Etika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) etika berarti nilai

mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Maryani dan Ludigdo (2001) dalam Alim, dkk (2007) mendefinisikan etika

sebagai seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur

manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang

dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau

profesi.

Teori etika menurut Chompoux (2003) dalam Arniati (2009) terdiri dari

4 teori utama, yaitu utilitarianisme, kebenaran (rights), keadilan (justice), dan

egoisme. Perilaku beretika adalah pertimbangan perilaku untuk menjadi baik,

Atitude toward the

behavior

Subjective norm

Perceived behavioral control

(44)

benar, adil, terhormat dan patut dipuji. Sedangkan perilaku tidak beretika

adalah pertimbangan perilaku untuk menjadi, salah, tidak adil, memalukan,

atau kurang memenuhi syarat sebagai suatu kewajiban. Pertimbangan

perilaku beretika atau tidak beretika berdasarkan pada prinsip, aturan atau

petunjuk yang berasal dari teori etika yang spesifik, ciri karakter, atau nilai

sosial.

Ajzen (1991) dalam Arniati (2009) menyatakan bahwa Theory of

Planned Behavior (TPB) terbuka untuk memasukkan tambahan variabel

prediktor, jika ingin meningkatkan prediksi niat atau perilaku setelah variabel

asli diperhitungkan. Sehingga menurut Arniati (2009) etika nampaknya

menjadi pilihan alami sebagai tambahan prediktor yang mempengaruhi

perilaku secara langsung dan melalui niat. Model ini terlihat pada gambar 2.3

dibawah ini.

Sumber: Arniati (2009)

Gambar 2.3 Subjective

norm

Perceived behavioral control

Intention Behavior

Atitude toward the

behavior

(45)

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang

dijelaskan pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode

(46)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode

(47)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode

Penelitian Temuan

-ranking dari situasi di mana mereka paling sedikit mungkin

menghindari pajak atas penghasilan. bahwa perilaku dianggap variabel kontrol seperti laporan pihak ketiga, denda dan tarif audit tidak sebagai statistik signifikan sebagai faktor psikologis seperti etika

Sumber: Diolah dari Berbagai Referensi

F. KerangkaPemikiran

Gambar 2.4 di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran mengenai

sikap (SKP), norma subyektif (NRM), kewajiban moral (KWJ), kontrol

(48)

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

G. Hipotesis

Diduga faktor sikap (SKP), norma subyektif (NRM), kewajiban moral

(KWJ), kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (KTR), niat (NIA), dan etika

(ETK) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib

pajak orang pribadi.

Faktor SKP

Faktor NRM

Faktor KWJ

Faktor KTR

Faktor NIA

Faktor ETK Faktor-faktor

Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Waji Pajak Orang Pribadi

Analisis Faktor

Faktor Ke-I

Faktor Ke-II

Faktor Ke-III

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memilih Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Jakarta Kebayoran baru yang beralamat di Jl. Ciledug Raya No. 65

Jakarta Selatan sebagai tempat melakukan penelitian. Penelitian ini

dimaksudkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah wajib pajak orang pribadi

yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta

Kebayoran Baru.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:73). Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling yaitu

(50)

responden dimana unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak

menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Abdul

Hamid, 2007:30).

C. Metode Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data Primer

Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer

dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil

observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil

pengujian (Indriantoro dan Supomo, 2002:146-155).

Jenis skala yang digunakan untuk menjawab bagian pertanyaan

penelitian adalah skala likert yaitu metode yang digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang suatu fenomena sosial (Indriantoro dan Supomo, 2002:104). Skala

likert yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian memiliki

lima kategori sebagaimana disajikan dalam tabel 3.1 dibawah in:

Tabel 3.1

Bobot dan Kategori Skala Likert

No. Jenis Jawaban Bobot

1. SS = Sangat Setuju 5

2. S = Setuju 4

3. R = Ragu-ragu 3

4. TS = Tidak Setuju 2

5. STS = Sangat Tidak Setuju 1

(51)

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah teknik pengumpulan data secara tidak

langsung tentang obyek penelitian yang dilakukan dengan cara studi

pustaka dari berbagai buku, majalah, literatur, Peraturan

Perundang-undangan, dan sebagainya.

D. Metode Analisis Data

1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas Data

Suatu alat ukur (kuisioner) dikatakan valid jika pernyataan pada

kuisioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuisioner tersebut secara cermat. Pengujian validitas ini menggunakan

Pearson Correlation, yaitu dengan cara menghitung korelasi antara

skor masing-masing butir pernyataan dengan total skor. Jika korelasi

antara skor masing-masing butir pernyataan dengan total skor

mempunyai tingkat signifikansi di bawah 0,05, maka butir pernyataan

tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya (Ghozali, 2006).

b. Uji Reliabilitas Data

Instrument dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam

waktu yang berbeda. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika

jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari

waktu ke waktu. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa

(52)

menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali. Jika

hasil dari Cronbach’s Alpha diatas 0,60, maka data tersebut mempunyai

keandalan yang tinggi (Ghozali, 2006)..

2. Analisis Faktor

Teknik analisis yang digunakan peneliti adalah analisis faktor.

Metode analisis faktor pertama kali digunakan oleh Charles Spearmen

untuk memecahkan masalah psikologi dalam tulisannya di American

Journal of Psychology pada tahun 1904, mengenai penetapan dan

pengukuran intelektual. Analisis faktor pada prinsipnya digunakan untuk

mereduksi data. Mereduksi data merupakan proses untuk meringkas faktor

menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai faktor.

Menurut Ety Rochaety, dkk, (2007:184) analisis faktor merupakan

sebuah analisis yang mencari hubungan interdependensi antar variabel,

sehingga mampu mengidentifikasi dimensi-dimensi atau faktor-faktor

yang menyusunnya. Tujuan terpenting dari analisis faktor adalah

menjelaskan hubungan diantara banyak variabel dalam bentuk beberapa

faktor.

Sedangkan menurut Bilson Simamora (2005:106) analisis faktor

dapat digunalan untuk mengidentifikasi struktur hubungan antar variabel

ataupun antar responden, mencari dimensi-dimensi lain yang mewakili

variabel-variabel, mencari korelasi antar responden, selain itu juga

(53)

besaran acak yang tidak dapat diamati secara langsung. Model analisis

faktor dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Xi = Aij + Ai2F2 + AiF3 ……….. + AimFm + ViUi

Dimana:

Xi : Variabel standar yang ke-i

Aij : Koefisien multiple regresi standar dari variable ke-I pada

common factor j

F : Common factor

Vi : Koefisien regresi berganda standar dari variable ke-i pada

faktor unik-i

Ui : Faktor unik variabel-i

M : Banyaknya common factor

Faktor unik berkorelasi satu dengan yang lain dan dengan common

faktor. Common faktor dapat dinyatakan sebagai kombinasi dari variabel

yang diteliti.

Dengan persamaan:

Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 + ………… + WikXk

Dimana:

Fi : Faktor ke-I yang diestimasi

Wi : Bobot atau koefisien Core Factor

Xk : Banyaknya variabel X pada faktor ke-k

Proses Analisis Faktor

(54)

b. Menguji variabel-variabel dengan menggunakan metode Barlett test of

Sphericiti serta Measure of Sampling Adequancy (MSA).

1)Lihat angka Bartletts Test dan Measure of Sampling Adequancy

(MSA).

2)Lihat anti-image correlation untuk melihat variabel mana yang

bernilai < 0,5.

3)Jika masih ada variabel yang bernilai < 0,5 maka harus

mengeluarkan variabel tersebut, kemudian pengujian diulangi

kembali sampai tidak ada variabel bernilai < 0,5.

c. Melakukan faktoring dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji

variabel. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi

variabel hingga menjadi satu atau beberapa faktor.

d. Malakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang

terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang masuk ke

dalam faktor tertentu.

e. Interpretasi atau faktor yang telah terbentuk yang dianggap bisa

mewakili variabel-variabel anggota tersebut.

f. Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang

terbentuk telah valid.

Uji KMO dan Bartlett Test, memiliki beberapa hal yaitu angka KMO

haruslah berada diatas 0,5 dan signifikan hadrus berada dibawah 0,05

sedangkan pada uji MSA angkanya haruslah berada pada 0 sampai 1

(55)

1)MSA = 1, variabel dapat prediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang

lain.

2)MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih

lanjut.

3)MSA < 0,5, variabel tidak bisa diperdiksi dan tidak bisa dianalisis

lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.

E. Operasional Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing faktor yang

digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya. Penjelasan

dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Sikap

Sikap tentang ketidakpatuhan pajak dalam penelitian ini

dimaksudkan sebagai aspek perasaan yang dimiliki oleh Wajib Pajak

Orang Pribadi yang ditentukan secara langsung oleh keyakinan yang

dimiliki oleh Wajib Pajak Orang Pribadi tentang perilaku ketidakpatuhan

pajak. Pengkuran variabel ini mereplikasi penelitian Tarjo (2009), yaitu:

keinginan membayar pajak lebih kecil dari yang seharusnya, perasaan

pemanfaatan pajak yang tidak transparan, perasaan dirugikan oleh sistem

perpajakan, dan biaya suap kepada petugas pajak lebih kecil dibandingkan

dengan pajak yang bisa dihemat. Dan mencoba menambahkan dari Arniati

(2009) yaitu: sulitnya peraturan perpajakan, frekuensi perubahan

(56)

2. Norma Subyektif

Norma subyektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah norma

subyektif terhadap ketidakpatuhan pajak, yaitu kekuatan pengaruh

pandangan orang-orang di sekitar Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap

perilaku ketidakpatuhan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi. Seseorang

dapat terpengaruh atau tidak terpengaruh, sangat tergantung dari kekuatan

kepribadian orang yang bersangkutan dalam menghadapi orang lain.

Indikator norma subyektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teman, anggota keluarga, pasangan dan petugas pajak. Dan menambahkan

dari Arniati (2009) konsultan pajak, pimpinan, dan rekan kerja.

3. Kewajiban Moral

Kewajiban moral yang dimaksud dalam penelitian ini adalah norma

individu yang dipunyai oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang satu, namun

kemungkinan tidak dimiliki oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang lain.

Pengukuran kewajiban moral yang digunakan dalam penelitian ini

mereplikasi penelitian Tarjo (2009), yaitu: melanggar etika, perasaan

bersalah, prinsip hidup, dan melanggar prosedur sebagai wajib pajak.

4. Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan

Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah sejumlah kontrol yang diyakini Wajib Pajak Orang

Pribadi yang akan menghambat mereka dalam menampilkan perilaku

ketidakpatuhan pajak. Pengukuran kontrol keperilakuan yang

(57)

Tarjo (2009), yaitu: kemungkinan diperiksa petugas pajak, kemungkinan

dikenai sanksi (sanksi administrasi dan sanksi pidana), dan kemungkinan

pelaporan pihak ketiga.

5. Niat

Niat berperilaku tidak patuh yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kecenderungan atau keputusan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk

melakukan perilaku ketidakpatuhan pajak. Dalam mengukur variabel laten

niat untuk berperilaku tidak patuh, responden akan dimintai pendapatnya

tentang 2 pernyataan yang mewakili 2 variabel niat, yaitu: kecenderungan

dan keputusan untuk tidak patuh terhadap ketentuan perpajakan. Dan juga

menambahkan dari penelitian Arniati (2009) yaitu: berniat untuk

melaporkan pendapatan dengan benar dan niat untuk menyajikan laporan

dengan benar.

6. Etika

Etika yang dimaksudkan dalam penelitian ini cenderung pada etika

sebagai utilitarianisme, karena tindakan yang kita lakukan akan

memberikan manfaat yang lebih baik dibandingkan tindakan lainnya, tapi

bukan tidak mungkin etika untuk kepatuhan pajak ini akan menuju kepada

etika berdasarkan keadilan, karena wajib pajak yang merasa sudah

mendapatkan manfaat dari pembayaran pajaknya dan diterapkannya

Undang-Undang Perpajakan yang adil, akan mendorong wajib pajak untuk

patuh dalam membayar dan melaporkan pajaknya. Oleh karena itu

(58)

menambahkan berdasarkan Maryani dan Ludigdo (2001) dalam Alim, dkk

(2007) yaitu: imbalan yang diterima, organisasi tempat bekerja,

lingkungan keluarga, dan emotional quotient wajib pajak.

Tabel 3.2

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Indikator Skala

Sikap

(Tarjo, 2009)

1. Keinginan membayar pajak lebih kecil dari seharusnya

2. Perasaan pemanfaatan pajak yang tidak transparan

3. Perasaan dirugikan oleh sistem perpajakan

4. Biaya suap kepada petugas pajak yang lebih kecil dibandingkan pajak yang bisa dihemat

5. Sulitnya peraturan perpajakan 6. Frekuensi perubahan peraturan 7. Besar dan banyaknya jenis tarif

pajak

2. Kemungkinan dikenai sanksi administrasi

3. Kemungkinan dikenai sanksi pidana 4. Kemungkinan pelaporan oleh

pihak ketiga

Likert

(59)

Tabel 3.2 (Lanjutan)

Variabel Indikator Skala

Niat

(Tarjo, 2009)

1. Kecenderungan pribadi untuk melakukan ketidakpatuhan pajak

2. Keputusan pribadi untuk melakukan ketidakpatuhan pajak

3. Berniat melaporkan pendapatan dengan benar

4. Berniat menyajikan laporan dengan Benar

3. Imbalan yang diterima wajib pajak 4. Organisasional wajib pajak

5. Lingkungan keluarga wajib pajak 6. Emotional quotient wajib pajak

Likert

Gambar

Gambar 2.1 Theory of Planned Behavior
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang dengan

28 Tahun 2007 pengertian pajak yaitu kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang- orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang- undang, dengan tidak

28 tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

”Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan

28 Tahun 2007 pengertian pajak yaitu kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang- orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang- undang, dengan tidak