TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU
IBU DALAM MELAKUKAN TES PAP SMEAR DI
KELURAHAN TUGU UTARA PADA TAHUN 2013
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Oleh:
Novita Vidi Yanty
NIM: 1110103000003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat
iman, islam, rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda besar Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman
terang benderang yang penuh ilmu pengetahuan.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu dalam Melakukan Tes Pap Smear Di Kelurahan Tugu Utara Pada Tahun 2013”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulisan penelitian ini juga dapat terlaksana berkat dukungan, bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak yang pada kesempatan ini izinkanlah penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1) Prof. DR. (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd. dan dr. Witri Ardini, M.Gizi,
SpGK, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan ketua
Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) dr. Taufik Zain, SpOG (K) selaku dosen pembimbing I dan dr. Fika
Ekayanti, M.Med.Ed selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan arahan, motivasi, bimbingan, waktu, tenaga, pikiran,
masukkan, dan nasihat yang membangun kepada penulis selama penelitian
dan penyusunan riset ini.
3) dr. Devy Ariany, M. Biomed dan dr. Dyah Ayu Woro , M. Biomed selaku penguji yang telah membantu dalam menyempurnakan penelitian ini.
4) Seluruh staf Kelurahan Tugu Utara Kecamatan Koja Kota Jakarta Utara
yang telah memberikan izin serta kesempatan kepada saya untuk
mengisi data kuesioner.
6) Kedua orang tua tercinta Ayahanda H. Maman Hermawan, Ibunda Hj. Fitri
Yana, yang telah memberikan doa, semangat dan kasih sayang kepada
penulis. Serta adik-adikku tersayang Rifki Wida Sarandi dan Nuril Islami
yang selalu memberi dukungan dan semangat sepanjang waktu.
7) Teman-teman seperjuangan kelompok riset Septia Wahyuni, Maulida Nur
Soraya, Syrojuddin Hadi, Mayla Azkiya dan teman seangkatan PSPD
2010, semoga kita selalu sukses dunia dan akhirat.
8) Sahabatku Indi Fikrotun hanifah yang telah membantu dan memberikan
semangat.
9) Semua teman yang saya kenal yang telah berbagi suka dan duka.
Penulis sadari penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya laporan penelitian ini.
Demikian laporan penelitian ini penulis buat, semoga bermanfaat bagi para
pembacanya dan menjadi ilmu yang bermanfaat. Semoga Allah SWT selalu
memberikan ridho-Nya kepada kita semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ciputat, 12 September 2013
Novita Vidi Yanty. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu dalam melakukan Tes Pap Smear di Kelurahan Tugu Utara Pada Tahun 2013.
Latar belakang: kanker serviks merupakan kanker kedua terbanyak pada perempuan yang ditemukan di Indonesia, dari kasus yang ada sebesar 13.762 orang. Kejadian kematian yang disebabkan kanker serviks sebesar 7.493 setiap tahun. Kanker serviks dapat dideteksi lebih dini dengan melakukan pemeriksaan Pap smear. Tujuan: untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan perilaku ibu dalam melakukan tes Pap Smear. Metode: analitik cross sectional dengan cluster random sampling dengan jumlah sampel 66 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil: Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks yang kurang sebanyak 74,2%. Perilaku ibu yang belum pernah melakukan tes Pap smear sebanyak 84,8%. Uji statistik dengan uji Fisher mendapat nilai p = 0,004. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan perilaku ibu dalam melakukan Pap smear.
Kata Kunci: Pengetahuan, Ibu, Kanker Serviks, Pap smear
ABSTRACT
Novita Vidi Yanty. Medical Education Program. The Association of Level of Knowledge on Cervical Cancer and the Attitude to perform Pap Smear Test among Women in North Tugu Village In The Year 2013.
Background: Cervical cancer is the second most common cancer in Indonesian women, the case is about 13.762 women. The incidence of death due to cervical cancer is about 7.493 women per year. Early detection for cervical cancer can be done by Pap Smear test. Purpose: to determine the association of level of knowledge on cervical cancer with the women’s behavior in performing Pap Smear test. Method: the study design is analytic cross sectional with cluster random sampling. Samples used were 66 women. The data was collected by questionnaires. Result: Most of the women's level of knowledge on cervical cancer was minimal (about 74.2%). Women’s attitude to do Pap Smear was also low with 84.8% have never had the test. The statistical test with Fisher showed the p value was 0.004. Conclusion: There is a significant association between the level of knowledge on cervical cancer with the attitude of testing Pap smear among women.
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... ... iv
DAFTAR BAGAN ... ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... ...xiv
1.5Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 26
2.1.4 Perilaku ... 26
2.1.4.1 Definisi Perilaku... 26
2.1.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 27
2.2 Kerangka Konsep ... 28
3.1 Desain Penelitian ... 30
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
3.3 Populasi dan Sampel ... 30
3.3.1 Populasi Penelitian ... 30
3.3.2 Sampel Penelitian ... 31
3.3.3 Cara Pengambilan Sampel ... 32
3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 32
3.4.1 Kriteria Inklusi ... 32
3.4.2 Kriteria Ekslusi... 32
3.5 Cara Kerja Penelitian ... 33
3.6 Management Data ... 34
3.6.1 Metode Pengumpulan Data ... 34
3.6.1.1 Data Primer ... 34
3.6.1.2 Data Sekunder ... 34
3.6.2 Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data ... 34
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35
4.1.1 Keadaan Geografis ... 35
4.1.2 Jumlah Penduduk ... 35
4.2 Hasil Penelitian ... 36
4.2.1 Analisis Univariat... 36
4.2.2.1Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan ... 41
4.2.2.2Hubungan Pekerjaan dengan Pengetahuan ... 41
4.2.2.3Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku... .. 42
4.2.2.4Hubungan Pendapatan dengan Perilaku... 43
4.3 Pembahasan ... 44
4.4 Keterbatasan Penelitian ... 46
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
5.1 Simpulan ... 47
5.2 Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49
Tabel 2.1 Stadium Kanker Serviks ... 11
Tabel 2.2 Tatalaksana Kanker Serviks ... 14
Tabel 2.3 Pedoman Skrining Kanker Serviks ... 20
Tabel 2.4 Sistem Papanicolou, WHO, Bethesda, dan CIN ... 24
Tabel 2.5 Definisi Operasional ... 28
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 30
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Perempuan di Kelurahan Tugu Utara ... 35
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perempuan di Kelurahan Tugu Utara Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 36
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 36
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan .. 36
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-rata Keluarga Responden ... 37
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Kanker Serviks ... 37
Tabel 4.7 Indikator Pertanyaan pengetahuan ... 38
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Gambaran Perilaku Responden ... 40
Tabel 4.9 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks ... 40
Tabel 4.10 Hubungan Pekerjaan dengan tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks ... 41
Tabel 4.11 Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Responden ... 42
Gambar 2.1Sambungan Skuamo-Kolumnar Dan Zona Transformasi ... 7
Gambar 2.2 Standar Manajemen Prakanker Serviks... 12
Gambar 2.3 Trakhelektomi Radikal ... 16
Gambar 2.4 Histerektomi Simpel ... 16
Gambar 2.5 Histerektomi Radikal Dan Histerektomi Radikal Modifikasi ... 17
Gambar 2.6 Teleterapi dan Brakhiterapi ... 18
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kanker serviks adalah kanker yang mengenai leher rahim (serviks). Di
seluruh dunia, kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang
menimbulkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang.1 Menurut
WHO, pada tahun 2005 dijumpai penderita kanker serviks baru setiap tahun
sebanyak 500.000 orang di seluruh dunia, dimana lebih dari 90% terjadi di negara
berkembang. Pada tahun 2005, hampir 260.000 wanita meninggal karena kanker
serviks, dimana 95% dari mereka merupakan negara berkembang.2
Di Indonesia, kanker serviks merupakan salah satu kanker yang banyak di
temukan.3 Data patologi dari 12 pusat patologi di Indonesia (1997) menunjukkan
bahwa kanker serviks menduduki 26,4% dari 10 jenis kanker terbanyak pada
perempuan. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta penderita kanker serviks pada tahun tahun 1998 sebanyak 39,5%.4 Menurut data Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) tahun 2004, diketahui bahwa kanker serviks menempati
urutan kedua sebanyak 12,78%.5 Berdasarkan data dari IARC (International Agency For Research On Cancer) GLOBOCAN 2008, didapatkan insiden kanker
serviks di Indonesia sebesar 12,1 per 100.000 perempuan. Data kejadian kanker
serviks setiap tahun sebanyak 13.762 orang. Kejadian kematian yang disebabkan
kanker serviks sebesar 7.493 setiap tahun.6 Insiden kanker serviks di Indonesia
diperkirakan sekitar 100 per 100.000 penduduk.4
Salah satu penyebab kanker serviks adalah karena adanya infeksi Human
papilloma virus (HPV) yang merangsang perubahan sel epitel serviks. Prevalensi
infeksi Human papilloma virus (HPV) tinggi pada kelompok usia muda,
sedangkan untuk kanker serviks baru timbul pada usia tiga puluh tahunan atau
lebih. Pada awal perkembangannya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala
tertentu sehingga mengharuskan setiap perempuan melakukan deteksi dini dengan
Sejak tahun 1960, insiden kanker serviks menurun pada sebagian negara di
dunia sejak diadakannya program deteksi dini kanker serviks yaitu dengan tes Pap
smear. Pemeriksaan Pap smear dimulai antara usia 20 dan 30 tahun, terutama
setelah 10 tahun dimulainya hubungan seksual.7
Pap smear dapat mendeteksi adanya sel yang abnormal sebelum
berkembang menjadi lesi prakanker ataupun kanker serviks sedini mungkin,
terutama pada wanita dengan seksual aktif walaupun yang sudah divaksinasi.8
Sensitivitas Pap smear bila dikerjakan setiap tahun mencapai 90%, setiap 2 tahun
87%, setiap 3 tahun 78% dan bila 5 tahun mencapai 68%.9
Penelitian terdahulu yang dilakukan di Desa Ketawang Daleman
Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep dari 187 responden hanya 2 responden
yang pernah melakukan pemeriksaan Pap smear dan 185 responden lainnya tidak
pernah melakukan pemeriksaan Pap smear.10 Dan di Puskesmas Pegandan Kota
Semarang dari 99 responden didapatkan 17 responden pernah melakukan Pap smear dan 82 responden lainnya tidak pernah melakukan Pap smear.11 Dari data di
atas didapatkan penduduk Indonesia yang melakukan Pap smear hanya beberapa
orang dari sekian ratus penduduk. Masalah ini terjadi di Indonesia salah satunya
karena para wanita yang sering enggan melakukan Pap smear karena
ketidaktahuan dan rasa malu, takut, dan faktor biaya. Ini umumnya disebabkan
karena masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat
Indonesia.12
Dari keterangan di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan
perilaku ibu dalam melakukan tes Pap smear di Kelurahan Tugu Utara pada tahun
2013?
1.3Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan perilaku ibu
dalam melakukan tes Pap smear.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan perilaku ibu dalam melakukan test Pap smear di Kelurahan
Tugu Utara tahun 2013.
b. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat
pengetahuan ibu tentang kanker serviks di Kelurahan Tugu Utara tahun
2013
c. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu tentang kanker serviks dengan
pengetahuan kanker serviks di Kelurahan Tugu Utara tahun 2013
d. Untuk mengetahui hubungan pendapatan ibu dengan perilaku ibu dalam
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan ibu di Kelurahan Tugu
Utara tahun 2013
b. Untuk mengetahui gambaran pekerjaan ibu di Kelurahan Tugu Utara tahun
2013
c. Untuk mengetahui gambaran pendapatan keluarga ibu di Kelurahan Tugu
Utara tahun 2013
d. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang kanker serviks di
Kelurahan Tugu Utara tahun 2013.
e. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan tes Pap smear di Kelurahan
Tugu utara tahun 2013.
1.5 Manfaat Penelitian
Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembelajaran untuk mengetahui berbagai hal tentang kanker serviks dan Pap smear.
Bagi masyarakat, penelitian ini dapat berguna sebagai informasi untuk
penyuluhan tentang kanker serviks dan manfaat Pap smear.
Bagi institusi pendidikan, penelitian ini dapat berguna sebagai referensi
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Kanker Serviks
2.1.1.1. Definisi
Kanker serviks adalah kanker primer dari serviks (kanalis servikalis dan
atau porsio).9 Sel kanker serviks berasal dari sel epitel serviks yang mengalami mutasi genetik sehingga terjadi perubahan perilaku. Sel epitel serviks yang bermutasi melakukan pembelahan sel yang tidak terkendali, imortal dan menginvasi jaringan stroma yang dibawahnya. Jika mutasi genetik ini tidak dapat diperbaiki maka akan terjadi petumbuhan kanker.7
2.1.1.2. Etiologi
Infeksi virus HPV (Human papilloma virus) merupakan penyebab utama kanker serviks. Virus ini bersifat spesifik dan hanya akan tumbuh di dalam sel manusia terutama pada epitel mulut rahim atau sel-sel lapisan permukaan. Virus HPV yang paling sering menyebabkan kanker serviks adalah virus HPV tipe 16 dan 18 yang mempunyai peranan penting dalam replikasi virus melalui sekuensi gen E6dan E7 dengan mengkode pembentukan protein-protein yang penting.13
Onkoprotein E6 akan berikatan dengan p53 (gen penekan tumor) menyebabkan p53 menjadi tidak aktif untuk menekan pertumbuhan tumor, sedangkan untuk E7 akan berikatan dengan pRb (produk gen retinoblastona) menjadi tidak aktif.13
dihancurkan. Setelah virus masuk ke dalam inti sel, virus melakukan transkripsi dengan DNA-nya berubah menjadi MRNA.13
Secara seluler, mekanisme terjadinya kanker serviks berhubungan dengan siklus sel yang diekspresikan oleh HPV. Protein utama yang terkait dengan karsinogen adalah E6 dan E7. Bentuk genom HPV sirkuler jika terintegrasi akan menjadi linier dan terpotong diantara gen E2 dan E1. Integrasi antara genom HPV dengan DNA manusia menyebabkan gen E2 tidak berfungsi sehingga akan merangsang E6 berikatan dengan p53 dan E7 berikatan dengan pRb.13
Ikatan antara protein E6 dan gen p53 akan menyebabkan p53 tidak berfungsi sebagai gen supresi tumor yang bekerja di fase G1. Gen p53 akan menghentikan siklus sel di fase G1 dengan tujuan penghentian siklus sel yaitu agar sel dapat memperbaiki kerusakan sebelum berlanjut ke fase S. Mekanisme kerja p53 adalah dengan menghambat kompleks cdk-cyclin yang akan merangsang sel memasuki fase selanjutnya. Sehingga jika E6 berikatan dengan p53 maka sel terus bekerja sehingga sel akan terus membelah dan menjadi abnormal.13
Protein retinoblastoma (pRb) dan gen lain yang menyerupai pRb (p130 dan p107) berfungsi mengkontrol ekspresi sel yang diperantarai oleh E2F. Ikatan pRb dengan E2F akan menghambat gen yang mengatur sel keluar dari fase G1. Jika pRb berikatan dengan protein E7 dari HPV maka E2F tidak terikat sehingga menstimulasi proliferasi sel yang melebihi batas normal sehingga sel tersebut menjadi sel karsinoma.13
2.1.1.3. Patologi
Gambar 2.1. Lokasi dari SSK dan Zona Transformasi : a) sebelum menarche b)
sesudah pubertas dan awal reproduksi c) perempuan usia 30 tahun d) perempuan
sebelum manopause e) perempuan sesudah menopause15
2.1.1.4. Faktor Risiko
Perilaku seksual
Perilaku seksual seperti berganti-ganti mitra seksual dan usia pertama kali saat melakukan hubungan seksual sangat berhubungan dengan kejadian kanker serviks skuamosa. Risiko meningkat menjadi lebih dari 10 kali, bila saat berhubungan seks pertama kali di bawah umur 15 tahun dan memiliki partner seksual yang banyak (6 atau lebih). Risiko akan lebih meningkat jika berhubungan seks dengan pria yang berisiko tinggi mengidap kondiloma akuminatum. Pria yang berisiko tinggi adalah pria yang melakukan hubungan seksual dengan partner seks yang banyak.16
Merokok
Rokok mengandung tembakau, di dalam tembakau tersebut terdapat kandungan bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap maupun yang dikunyah. Asap rokok menghasilkan Polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine
yang mutagen dan sangat karsinogen, sedangkan jika dikunyah menghasilkan
netrosamine. Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.16
Metode kontrasepsi
Menggunakan kontrasepsi oral (pil KB) untuk waktu yang lama (5 tahun atau lebih) sedikit meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada perempuan dengan infeksi HPV. Tetapi ketika penggunaan kontrasepsi oral dihentikan, risiko tersebut dapat menurun dengan cepat.17
Kontrasepsi barier
Penggunaan metode barier (kondom) akan menurunkan risiko kanker serviks. Hal ini disebabkan karena adanya perlindungan serviks dari kontak langsung bahan karsinogen dari cairan semen. Beberapa kontrasepsi lain dapat menginaktifkan virus yang ditularkan melalui seksual.8
Imunosupresi
HIV (Human immunodeficiensy virus) merupakan virus penyebab AIDS yang menyebabkan sistem imun tubuh menurun dan membuat perempuan berisiko tinggi terinfeksi HPV. Peneliti percaya bahwa sistem imun penting untuk merusak, memperlambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker. Pada wanita dengan HIV, prakanker serviks mungkin akan berkembang menginvasi dengan cepat untuk menjadi kanker dari pada normalnya. Pengguna obat imunosupresan/penekan kekebalan tubuh atau pasca transplantasi organ merupakan faktor risiko juga.19
2.1.1.5. Manifestasi Klinis Kanker Serviks
Tanda-tanda awal kanker serviks mungkin tidak bergejala, berikut gejala yang sudah menjadi kanker serviks, yaitu:20
1. Gejala awal
a) Perdarahan pervagina seperti perdarahan setelah senggama atau perdarahan spontan di luar waktu haid. Ini disebabkan karena serviks yang berubah menjadi kanker bersifat rapuh, mudah berdarah, dan diameter biasanya membesar. Sehingga serviks yang mudah rapuh akan berdarah pada saat aktivitas seksual yang menyebabkan perdarahan pascasenggama.
2. Gejala lanjut: keluar cairan dari liang vagina yang berbau tidak sedap, gangguan buang air kecil, nyeri (panggul, pinggang, tungkai, kandung kemih, dan rektum).
3. Kanker sudah menyebar: akan timbul gejala yang sesuai dengan organ yang terkena seperti liver, paru-paru, tulang.
Stadium Kanker Serviks
Tabel 2.1. Stadium kanker serviks menurut FIGO dan TNM21
2.1.1.6. Lesi Prakanker
Definisi
Lesi prakanker serviks disebut juga lesi intraepitel serviks (cervical
intraepithelial neoplasia) yang merupakan awal dari perubahan menuju karsinoma
serviks uteri.9
Penatalaksanaan Prakanker Serviks
Standar manajemen prakanker serviks1
* jika lesi masih ada, kolposkopi harus diulang setiap 6 bulan sampai terjadi regresi atau perkembangan.
** pada kasus CIN 1 atau CIN 2, program skrining normal dilakukan kembali setelah 1 tahun
Gambar 2.2 Standar manajemen prakanker serviks
Krioterapi
Krioterapi merupakan tindakan yang merusak jaringan lesi prakanker
serviks. Krioterapi akan memberikan hasil yang baik jika seluruh lesi mudah
dilihat dengan kolposkopi. Metode ini dilakukan dengan cara menyemprotkan gas
CO2 atau N2O pada suhu -60ºc sampai dengan -80ºc selama 5 menit sampai
serviks membeku. Krioterapi merupakan metode yang sangat mudah dilakukan.
Tetapi, krioterapi hanya dapat dilakukan pada perempuan yang sudah dipastikan
tidak hamil.22
Efek samping krioterapi22
Rasa tidak nyaman
Nyeri atau kram 2-3 hari setelah krioterapi
Kadangkala disertai pusing, rasa panas selama tindakan atau segera setelah
tindakan.
Komplikasi dari metode ini sangat kecil yaitu kurang dari 1% dapat berupa
perdarahan yang banyak dari vagina atau terdapat infeksi panggul. Jika ukuran
lesi <2,5 cm maka keberhasilan terapi mencapai 80-90% pada pengamatan selama
5 tahun, tetapi bila ukuran lesi >2,5 cm maka keberhasilan terapi turun menjadi
50%.22
Eksisi leep (loop electrical excision procedure)
Merupakan eksisi jaringan lesi abnormal dan sekitarnya (bagian jaringan yang
sehat) dengan menggunakan metal wire loops (alat kawat khusus beraliran listrik).
Keuntungan eksisi leep adalah
Dapat dilakukan saat melakukan kolposkopi
Dapat dilakukan kombinasi eksisi leep dengan kauterisasi
Eksisi leep dapat dilakukan pada beberapa tempat sampai lesi abnormal
Keberhasilan metode ini baik lesi kecil maupun lesi besar berkisar 90%.
Karena banyak keuntungannya, maka penggunaan leep saat ini sangat meluas dan
berkembang.9
Konisasi pisau (cold-knife cone)
Indikasi konisasi pisau adalah pemeriksaan kolposkopi yang tidak
memuaskan, kuret endoserviks yang positif, histologi biopsi yang menyatakan
mikroinvasi, kesenjangan antara Pap smear dengan histologi biopsi dan
adenodisplasia. Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan berkisar 14-22% tetapi dengan teknik yang baik perdarahan dapat diatasi, kejadian stenosis
osteum berkisar 17%.9
2.1.1.7. Penatalaksanaan Kanker Serviks
Tabel 2.2 Tatalaksana kanker serviks menurut stadium8
Stadium Modalitas terapi Rekomendasi
IA 1 Histerektomi (total atau
vagina)
III/B
Bila fertilitas masih dibutuhkan
Konisasi III/B
IA2 Histerektomi radikal
termodifikasi (tipe II) + diseksi KGB
IIB / B
LVSI negatif Histerektomi ekstra facial + diseksi KGB pelvis
IV / C
Bila fertilitas masih dibutuhkan
1. Konisasi + ekstra peritoneal / diseksi KGB pelvis per laparoskopi
IV / C
2. Trakelektomi + ekstra peritoneal / diseksi
< 4 cm 1. Histerektomi radikal
2. Radioterapi
IB/A
ovarian preserved diseksi KGB per laparoskopi
Adjuvan whole pelvic irradation invasi 1/3 luar stroma invasif
- Primer kemoradiasi - Primer histerektomi
- Primer histerektomi + adjuvan radiasi
- Eksternal radiasi + intracaviter brakiterapi + concurent
kemoterapi (terapi primer)
IB/A
IVA Tidak metastase ke dinding pelvis, terutama jika terdapat fistula vesikovaginal atau rektovaginal
- Eksenterasi pelvis IV/C
IVB
- Kemoterapi konkuren - Eksenterasi pelvis
IV/C III/B IV/C Rekuren lokal pasca
bedah
Eksenterasi pelvis III/B
Trakhelektomi radikal
Pembedahan trakhelektomi radikal merupakan pengangkatan serviks uterus
(termasuk kanalis servikalis), parametrium, dan limfadenektomi pelvik dengan
meninggalkan korpus uteri, kedua tuba, dan kedua ovarium.1
Gambar 2.3 Trakhelektomi radikal
Sumber: WHO, comprehensive cervical cancer control. 2006
Histerektomi
Histerektomi simpel atau sederhana adalah operasi pengangkatan seluruh
rahim termasuk leher rahim.1
Gambar 2.4 Histerektomi simpel
Histerektomi radikal
Histerektomi radikal adalah operasi pengangkatan rahim, leher rahim, dan
jaringan sekitarnya (parametria) termasuk 2 cm dari vagina bagian atas. Ovarium
tidak secara rutin diangkat karena kanker serviks jarang menyebar ke ovarium.1
Gambar 2.5. Histerektomi radikal dan histerektomi radikal modifikasi Sumber: WHO, comprehensive cervical cancer control. 2006
Terapi radioterapi
Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai
stadium II B sampai IV atau pada pasien yang stadiumnya lebih kecil yang tidak
merupakan kandidat untuk operasi. Penambahan cisplatin selama radioterapi dapat memperbaiki kesintasan hidup 30% - 50%.2
Komplikasi radiasi yang paling sering adalah gangguan ganstrointestinal
seperti kolitis, proktitis, dan traktus urinarius seperti sistitis dan stenosis vagina.8
Terdapat dua tipe radioterapi yaitu 1
1. Teleterapi yaitu sumber radiasi diletakkan jauh dari pasien
2. Brakhiterapi yaitu di mana sumber radioaktif kecil ditempatkan di dalam
Gambar 2.6 Teleterapi dan Brakhiterapi
Sumber: WHO , comprehensive cervical cancer control. 2006
Kemoterapi
Kemoterapi terutaman diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi adjuvan atau untuk terapi paliatif pada kasus reditif. Kemoterapi yang paling aktif adalah cisplatin. Carboplatin juga mempunyai aktivitas yang sama dengan cisplatin. Jenis kemoterapi lainnya adalah ifosfamid dan paclitaxel.2
Perawatan paliatif
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan penilaian sempurna dan pengobatan rasa sakit dan masalah lainnya seperti, fisik, psikososial dan spiritual.23
Prinsip perawatan paliatif 24
- Meringankan rasa sakit dan gejala kronik lainnya
- Menawarkan dukungan untuk membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai kematian.
- Megintegrasikan aspek psikologis, dan perawatan spiritual
- Menawarkan dukungan untuk membantu keluarga mengatasi penyakit akhir pasien dan kematian dan dukacita mereka.
- Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan
Komponen esensial dari perawatan paliatif 24
- Pencegahan dan penanganan gejala: termasuk radiasi paliatif untuk mengurangi ukuran tumor, serta pengobatan untuk keputihan, fistula, perdarahan vagina, masalah gizi, luka baring, demam, dan kontraktur. Keluarga harus diajarkan bagaimana untuk mencegah gejala, dan bagaimana mendukung pasien dalam kegiatan sehari-hari, seperti mandi, pergi ke toilet, dan bergerak di sekitar
- Nyeri: kontrol nyeri yang efektif dapat dicapai dalam 90% kasus, dengan menggunakan perawatan medis ditambah dengan perawatan non-medis.
- Dukungan psikososial dan spiritual: dalam banyak kasus dalam banyak kasus, pasien mengalami rasa takut, shock, putus asa, kemarahan, kecemasan, dan depresi. Perasaan ini dapat mempengaruhi persepsi negatif pasien. Memberikan dukungan emosional, psikososial, dan spiritual dapat meringankan perasaan ini dan meningkatkan pasien kualitas hidup pasien.
- Melibatkan keluarga: ahli kesehatan dapat memastikan bahwa pasien dan keluarganya memahami sifat dan prognosis dari penyakit dan pengobatan yang dianjurkan. Pekerja perawatan paliatif juga harus mampu untuk membantu pasien membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
Perawatan non- medis untuk membantu mengurangi rasa sakit
2.1.1.8. Deteksi Dini Kanker Serviks
WHO merekomendasikan skrining menurut target usia dan frekuensi skrining yaitu:1
1. Program baru harus memulai skrining pada wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dan wanita muda yang berisiko tinggi.
2. Jika seorang wanita hanya dapat diskrining satu kali dalam hidupnya, usia terbaik adalah antara 35 tahun dan 45 tahun.
3. Untuk usia diatas 50 tahun, interval skrining yang tepat adalah 5 tahun
4. Pada kelompok usia 25-49 tahun interval skrining 3 tahun dapat dipertimbangkan jika sumber daya tersedia
5. Skrining setiap tahun tidak dianjurkan pada usia berapapun.
6. Skrining tidak dianjurkan pada wanita diatas usia 65 tahun, jika hasil tes pap 2 tahun terakhir negatif
Tabel 2.3. Pedoman skrining kanker serviks 25
American Cancer Society (ACS), American Society For Colposcopy And Cervical Pathology
(Asccp), And
American Society For Clinical Pathology
Skrining tahunan Wanita dari segala usia tidak boleh di skrining setiap tahun dengan
Sitologi pada wanita usia < 30 tahun.
Setiap 5 tahun. Bagi perempuan yang ingin memperpanjang interval skrining,
Setiap 5 tahun.
Tes hpv primer Bagi wanita berusia 30-65, skrining dengan tes hpv saja tidak dianjurkan di
2.1.1.9. Pencegahan
Pencegahan primer
Menunda onset aktivitas seksual
Menunda hubungan seksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan hanya dengan satu pasangan akan mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan.8
Penggunaan kontrasepsi barier
Penggunaan kontrasepsi barier (seperti kondom, spermisida, dan diafragma) berperan untuk proteksi terhadap agen virus. Penggunaan lateks lebih dianjurkan daripada kondom yang terbuat dari kulit kambing.8
Pilihlah makanan sehat
Vitamin A dan beta karoten dapat menurunkan resiko kanker serviks. Tingkatkan konsumsi makanan tersebut untuk mendapatkan perlindungan yang optimal.22
Berhenti merokok
Merokok adalah salah satu faktor risiko penyebab kanker serviks. Pada sebuah studi menunjukkan bahwa di dalam mukus dari serviks seorang wanita perokok ditemukan nikotin dalam jumlah tertentu.13
Penggunaan vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV merupakan sel kosong yang menyerupai hpv tanpa dna virus, jadi hanya cangkangnya saja sehingga ketika vaksin ini dimasukkan ke dalam tubuh, tubuh akan membentuk antibodi.13
intramuskular dalam tiga kali pemberian yakni pada bulan ke-0, ke-1, dan ke-6 masing-masing sebanyak 0,5 ml.9
Terdapat dua jenis vaksin HPV yaitu vaksin bivalent (berisi 20μg VLP -HPV 16 dan VLP-HPV 18) dan quadrivalent (berisi 40μg VLP-HPV 16, 20μg VLP-HPV 18, 20μg VLP-HPV6, dan 40μg VLP-HPV11).9
Pencegahan sekunder8
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan skrining kanker serviks yaitu dengan tes Pap smear ataupun iva.
Pencegahan tersier8
- Pelayanan di rumah sakit (diagnosa dan pengobatan)
- Perawatan paliatif
2.1.2. Pap Smear
2.1.2.1. Pengertian Pap Smear
Pap smear merupakan suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai
bertahun-tahun untuk mendeteksi adanya kelainan yang terjadi pada sel-sel epitel
serviks. Tes ini pertama kali ditemukan oleh George Papanicolou sehingga
dinamakan Pap smear test.13
Prinsip pemeriksaan Pap smear adalah mengambil epitel permukaan
serviks yang mengelupas atau eksfoliasi dimana epitel permukaan serviks selalu
mengalami regenerasi dan digantikan lapisan epitel dibawahnya.20
Epitel yang mengalami eksfoliasi merupakan gambaran keadaan epitel
jaringan dibawahnya. Kemudian epitel yang mengelupas tersebur diwarnai secara
2.1.2.2. Agar Tes Pap Smear Akurat26
a. Tidak menjadwalkan janji untuk tes Pap smear pada saat menstruasi.
Setidaknya 5 hari setelah menstruasi.
b. Jangan melakukan hubungan seksual selama 48 jam sebelum tes.
c. Jangan menggunakan tampon, krim vagina, pelembab atau pelumas
selama 48 jam sebelum tes.
2.1.2.3. Interpretasi Hasil Pemeriksaan
Sistem yang dipakai adalah berdasarkan sitologi dan histologi yaitu sistem
Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithel Neoplasm (CIN), dan sistem Bethesda.
Sistem pelaporan yang berkembang adalah sistem Bethesda, sistem Bethesda
1988 direvisi menjadi Bethesda 2001.1
Tabel 2.4 Sistem Papanicolao, WHO, Bethesda, dan CIN 1,9
Klasifikasi sitologi
(digunakan untuk skrining) (digunakan untuk diagnosis)Klasifikasi histologi
Pap Sistem Bethesda CIN Klasifikasi deskripsi
WHO
Klas I Normal Normal Normal
Klas II ASC-US
ASC-H Atypia atypia
Klas III LSIL CIN I termasuk flat
kondiloma Displasia ringan
Klas III HSIL CIN 2 Displasia sedang
Klas III HSIL CIN 3 Displasia berat
Klas IV HSIL CIN 3 Karsinoma insitu
Algoritma tatalaksana hasil Pap smear
Gambar 2.7 Algoritma tatalaksana hasil Pap smear
Sumber: WHO, comprehensive cervical cancer control. 2006
2.1.3. Pengetahuan
2.1.3.1 Definisi
Pengetahuan merupakan keseluruhan gagasan, ide, konsep, pemahaman,
dan pemikiran manusia setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan dapat didapat melalui kelima panca indera manusia yaitu
indera pendengaran, penglihatan, penciuman, raba, dan rasa. Sebagian besar
pengetahuan manusia didapat melalui pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan
mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu
dan juga praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan
2.1.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan29
a. Faktor Internal
1) Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang untuk menggapai cita-cita tertentu
yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi.
2) Pekerjaan, menurut Thomas pekerjaan merupakan keburukan yang
harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarga
dan dirinya. Bekerja umumnya adalah kegiatan atau aktivitas yang
menyita waktu. Sedangkan bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
3) Usia, menurut Elizabeth BH usia adalah umur seseorang yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang dewasa lebih dipercaya
dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
b. Faktor eksternal
1) Faktor lingkungan, menurut Ann. Mariner lingkungan merupakan
seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku seseorang atau
kelompok.
2) Sosial budaya, sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.
2.1.4 Perilaku
2.1.4.1 Definisi
Menurut Rogers (1974) perilaku adalah semua aktifitas manusia yang
dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar. Sebelum
seseorang mengadopsi perilaku baru terjadi beberapa proses yang berurutan,
1. Awarness (kesadaran) dimana seseorang mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek)
2. Interest (merasa tertarik) dimana seseorang mulai menaruh perhatian dan
tertarik pada stimulus
3. Evaluation (menimbang-nimbang) seseorang akan mempertimbangkan
baik buruknya tindakan terhadap stimulus bagi dirinya, hal ini berarti
sikap seseorang sudah lebih baik lagi
4. Trial, dimana seseorang mulai mencoba perilaku baru
5. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus (objek)
2.1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green perilaku terbentuk dari 3 faktor yaitu:28
1. Faktor predisposis terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, dan sebagainya
2. Faktor-faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya
fasilitas atau sarana kesehatan
3. Faktor-faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
2.2 2Kerangka konsep
2.3 Definisi operasional
N o
Variabel Definisi Alat ukur Cara pengukuran Skala pengukura untuk menggapai cita-cita tertentu yang
Variabel independen Variabel dependen
Perilaku Ibu dalam melakukan Pap smear
Pengetahuan kanker serviks
magister.30 melalui proses melihat, belajar, dan penelitian. Yang ingin diteliti adalah pengetahuan responden tentang kanker serviks dengan perilaku pap smear
Kuesioner
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan rancangan cross
sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu
tentang kanker serviks dengan perilaku ibu dalam melakukan tes Pap smear di
Kelurahan Tugu Utara.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan koja,
Kota Jakarta Utara.
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Kegiatan Waktu
1. Pengusulan Judul November 2012
2. Penyusunan Proposal Desember 2012 – April 2013
3. Penyusunan Kuesioner April 2013
4. Pengurusan Izin Penelitian April – Mei 2013 5. Pelaksanaan Penelitian Mei – Juli 2013
6. Pengolahan Data Juni – Agustus 2013
7. Penyusunan BAB IV-V Juli – Agustus 2013 8. Penyusunan Skripsi Agustus – September 2013
9. Ujian Skripsi September 2013
10. Revisi Skripsi September 2013
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi penelitian
Populasi target adalah ibu-ibu yang berusia 20-60 tahun. Populasi
3.3. 2. Sampel Penelitian
Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini digunakan rumus
sebagai berikut:31
√ √
Keterangan:
Kesalah tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah, sehingga Zα = 1,96
Kesalah tipe II itetap an sebesar 20%, a a Zβ = 0,84
P2 = proporsi kepatuhan pada kelompok dengan tingkat pengetahuan rendah sebesar 0,1 (kepustakaan)
Q2 = 1 – 0,1 = 0,9
P1 – P2 = selisish minimal proporsi kepatuhan yang dianggap bermakna,
ditetapkan 20% = 0,2
Dengan demikian:
P1 = P2 + 0,1= 0,1 + 0,2 = 0,3
Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,3 = 0,7
P = (P1 + P2)/2 = (0,3+0,1)/2 = 0,4/2 = 0,2
Q = 1 – P = 1 – 0,2 = 0,8
Dengan memasukkan nilai-nilai di atas pada rumus, diperoleh:
( √ √ )
Maka perolehan jumlah sampel yang diperlukan adalah 60 orang. Untuk
sebanyak 10%. Jadi total jumlah sampel yang diperlukan adalah 60 + 6 = 66
orang.
3.3.3. Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode cluster random sampling. Sampling frame diperoleh dari
data Kelurahan Tugu Utara. Peneliti memperoleh jumlah penduduk satu kelurahan
sebanyak 79.393. Peneliti juga memperoleh data bahwa satu kelurahan terdiri dari
19 rukun warga (RW) yang letaknya berjauhan. Total sampel yang diperlukan
sebanyak 66 orang, dengan demikian 1 RW tersebut dipilih secara acak.32
3.3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
3.3.4.1. Kriteria Inklusi
Ibu di Kelurahan Tugu Utara yang sudah menikah, dan bersedia menjadi
responden.
3.3.4.2. Kriteria Ekslusi
Ibu di Kelurahan Tugu utara yang tidak dapat ditemui dalam satu kali
3.5. Cara Kerja Penelitian
Perempuan yang sudah
menikah
Informed consent
Memenuhi kriteria
Pengetahuan Tidak bersedia
Wawancara dengan
kuesioner
Tidak memenuhi
kriteria
Skoring
Pelaksanaan Pap smear
Bersedia
Pengumpulan dan
Pengolahan data
3.6. Management Data
3.6.1. Metode pengumpulan data
3.6.1.1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumbernya langsung.
Pengumpulan data dilakukan peneliti terhadap sampel penelitian dengan cara
melakukan pengisian kuesioner oleh responden secara langsung.
3.6.1.2. Data sekunder
Data sekunder adalah data jumlah penduduk yang didapatkan dari data
Kelurahan Tugu Utara Kecamatan Koja Kota Jakarta Utara Tahun 2013.
3.6.2. Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data
Semua data yang dicatat dalam status penelitian, dikumpulkan dan
kemudian diolah dengan program SPSS versi 16. Langkah awal dimulai dengan editing, coding, entry data, processing, cleaning, dan dilanjutkan dengan tabulasi
dan pembuatan grafik.
Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran tingkat
pengetahuan ibu dan gambaran perilaku ibu dalam melakukan tes Pap smear di
Kelurahan Tugu Utara.
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
yang bermakna secara statistik antara variabel independen dengan variabel
dependen dengan uji Chi-Square menggunakan program SPSS versi 16. Melalui
uji Chi-Square dengan nilai α = 0,05, jika nilai p < 0,05, maka terdapat hubungan
dan jika nilai p ≥ 0,05 a a ti a ter apat hubungan Ji a u i Chi-Square tidak
memenuhi syarat akan dilakukan uji alternatifnya, yaitu uji Fisher. Hasil
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Keadaan Geografis
Lokasi dalam penelitian ini adalah Kelurahan Tugu Utara. Kelurahan Tugu
utara merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Koja
Kotamadya Jakarta Utara dengan luas wilayah 237,65 ha, yang terdiri dari 214 RT
dan 19 RW.33
Batas-batas Kelurahan Tugu Utara:33
1. Utara : Jl. Waru, Jl. Johar, Jl. Mundu, Jl. Mawar
2. Selatan : Jl. Plumpang Semper
3. Timur : Selokan Tugu / Saluran air Kp. Beting
4. Barat : Jl. Kali Bendungan Melayu
4.1.2. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kelurahan Tugu Utara sebanyak 79.393, dengan jumlah kepala
keluarga 26.505. Selanjutnya secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini:33
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penduduk Perempuan di Kelurahan Tugu Utara
No. Umur Perempuan
1. 20-24 4.012
2. 25-29 4.017
3. 30-34 4.439
4. 35-39 3.863
5. 40-44 3.098
6. 45-49 2.395
7. 50-54 2.301
8. 55-59 1.906
9. 60-64 1.263
10. 65-69 792
11. 70-74 342
12. 75- keatas 321
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penduduk Perempuan di Kelurahan Tugu Utara Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Perempuan Total
Tidak sekolah 496 1.072
Tidak tamat SD 493 978
Tamat SD 3.812 7.725
Tamat SMP 4.233 8.550
Tamat SMA 5,438 11.576
Tamat akademi/PT 458 999
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Univariat
4.2.1.1 Pendidikan Responden
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persen (%)
Tinggi 13 19,7
Sedang 39 59,1
Rendah 14 21,2
Total 66 100%
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa responden dengan tingkat
pendidikan tinggi sebanyak 13 responden (18,2%), responden dengan tingkat
pendidikan sedang sebanyak 39 orang (57,6%), dan responden dengan tingkat
pendidikan rendah sebanyak 14 orang (24,2%).
4.2.1.2 Pekerjaan Responden
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah (orang) Persen (%)
Bekerja 34 51,5
Tidak bekerja 32 48,5
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang memiliki pekerjaan
sebesar 51,5% dan responden yang tidak bekerja sebesar 48,5%.
4.2.1.3 Pendapatan Rata-rata Keluarga Responden
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-rata Keluarga Responden
Pendapatan Jumlah (orang) Persen (%)
< 1.500.000 9 13,6
1.500.000-3.000.000 23 34,8
3.000.000-4.500.000 25 37,9
>4.500.000 9 13,6
Total 66 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 ditemukan bahwa dua puluh lima responden
(37,9%) pendapatan rata-rata keluarganya adalah Rp. 3.000.000-4.500.000. Dua
puluh tiga responden (34,8%) pendapatan rata-rata keluarganya adalah Rp.
1.500.000-3.000.000. Sembilan responden (13,6%) pendapatan rata-rata
keluarganya adalah kurang dari Rp. 1.500.000. Sembilan responden (13,6%) pendapatan rata-rata keluarganya adalah lebih dari Rp. 4.500.000.
4.2.1.4 Pengetahuan Responden
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Kanker Serviks
Tingkat pengetahuan Jumlah (orang) Persen (%)
Baik 6 9,1
Cukup 11 16,7
Kurang 49 74,2
Total 66 100
Dari tabel 4.6 didapatkan bahwa tingkat pengetahuan yang dikategorikan
kurang sebesar 74,2%, tingkat pengetahuan yang dikategorikan cukup sebesar
Untuk lebih jelasnya, terdapat data lengkap distribusi frekuensi jawaban
kuesioner responden mengenai kanker serviks yang dapat dilihat pada tabel-tabel
di bawah ini :
Tabel 4.7 Indikator Pertanyaan Pengetahuan
No Pertanyaan %
1. Kanker serviks ditemukan paling banyak pada wanita dengan umur... 2. Cara penyebaran kanker serviks
a. Penularan melalui hubungan seksual dengan pasangan b. Konsumsi makanan yang terkena virus
c. Faktor genetik 3. Faktor apa saja yang memiliki resiko terkena kanker serviks?
a. Memiliki banyak pasangan seksual (riwayat memiliki suami dengan banyak pasangan seksual)
b. Berhubungan badan usia dini c. Wanita yang sering hamil d. Tidak tahu
- Menjawab 4 jawaban dengan benar - Menjawab 2-3 jawaban dengan benar - Menjawab 1 jawaban dengan benar - Tidak menjawab
0 15,2 72,7 12,1 4. Gejala awal kanker serviks
a. Keputihan menetap dan keluarnya darah setelah berhubungan suami istri
b. Keluar darah saat buang air kecil c. Nyeri perut bagian bawah
d. Tidak tahu
a. Suatu pemeriksaan wanita dewasa yang dilakukan dengan cara menampung cairan keputihan untuk diperiksa
b. Suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari serviks, lalu diamati di bawah mikroskop
c. Suatu pemeriksaan darah sebelum wanita menikah d. Tidak tahu
a. Menjaga kesehatan seorang wanita agar terhindar dari semua penyakit kelamin
b. Dapat mendeteksi kanker serviks secara dini c. Menghilangkan sel-sel kanker di serviks
37,9
d. Tidak tahu 19,7 7. Waktu pelaksanaan Pap smear
a. Jika sudah melakukan hubungan intim selama 3 tahun b. Jika sudah dewasa dan hendak menikah
c. Jika sudah >70 tahun 8. Persiapan sebelum Pap smear
a. Dua hari sebelum pemeriksaan seorang wanita tidak boleh menggunakan alat pencuci vagina
b. Sebelum pemeriksaan seorang wanita harus sehat fisik c. Sebelum pemeriksaan seorang wanita harus puasa terlebih
dahulu
a. Dilakukan pemasukkan alat ke vagina dan disuntikkan suatu bahan
b. Diambil usapan dari daerah serviks c. Dilakukan pengambilan darah d. Tidak tahu
37,9
30,3 12,1 19,7 10. Tempat pelayanan Pap smear
a. Rumah sakit besar, klinik, dan praktek bidan b. Puskesmas dan di rumah 11. Tenaga kesehatan yang dapat melakukan Pap smear
a. Dokter kandungan dan bidan b. Dokter umum dan perawat c. Kader kesehatan
d. Tidak tahu
Berdasarkan tabel pertanyaan diatas, untuk pertanyaan cara penyebaran
kanker serviks sebagian besar responden (39,4%) menjawab penularan melalui hubungan seksual dengan pasangan, untuk pertanyaan gejala awal kanker serviks
sebagian besar responden (40,9%) menjawab keputihan menetap dan keluarnya
darah setelah berhubungan suami istri. Namun, untuk insiden tertinggi kanker
serviks sebagian besar responden (42,4%) tidak mengetahuinya.
Berdasarkan tabel diatas terlihat hanya (33,3%) yang mengetahui
pengertian Pap smear dan (33,3%) mengetahui manfaatnya. Pada pertanyaan
waktu pelaksanaan Pap smear sebagian besar responden (39,4%) menjawab jika
Untuk pertanyaan tempat pelayanan Pap smear sebagian responden (86,4%)
menjawab rumah sakit besar, klinik dan praktek bidan, untuk pertanyaan tenaga
kesehatan yang dapat melakukan Pap smear sebagian besar responden (60,6%)
menjawab dokter kandungan dan bidan.
4.2.1.5. Perilaku Responden
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Gambaran Perilaku Ibu dalam Melakukan Tes Pap Smear
No. Perilaku ibu dalam melakukan Pap smear Jumlah (orang) Persen (%)
1. Pernah melakukan Pap smear 10 15,2
2. Belum pernah melakukan Pap smear 56 84,8
Total 66 100
Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan bahwa hanya 10 responden (15,2%)
yang pernah melakukan tes Pap smear dan sebanyak 56 responden (84,8%) belum
pernah melakukan tes Pap smear.
4.2.2. Analisis Bivariat
4.2.2.1 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan
Tabel 4.9 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks
Tingkat pendidikan Tingkat pengetahuan Total
Baik Kurang
n % n % n %
Tinggi 11 84,6 2 15,4 13 100,0
Sedang 23 59,0 16 41,0 39 100,0
Rendah 5 35,7 9 64,3 14 100,0
Total 39 59,1 27 40,9 66 100,0
Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa responden dengan tingkat
pendidikan tinggi memiliki pengetahuan baik mengenai kanker serviks sebanyak
11 responden (84,6%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 2
responden (15,4%). Untuk responden dengan pendidikan sedang memiliki
yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 16 responden (41,0%). Untuk
responden dengan pendidikan rendah memiliki pengetahuan baik mengenai
kanker serviks sebanyak 5 responden (35,7%) dan yang memiliki tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (64,3%).
Dilakukan analisis dengan menggunakan uji Chi Square, didapatkan nilai
p sebesar 0,036 maka secara statistik terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
dengan tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks.
4.2.2.2. Hubungan Pekerjaan dengan Pengetahuan responden
Tabel 4.10 Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Pengetahuan Mengenai Kanker Serviks
Pekerjaan Tingkat pengetahuan Jumlah
Baik Kurang
N % n % n %
Bekerja 23 67,6 11 13,9 34 100,0
Tidak bekerja 16 50,0 16 50,0 32 100,0
Total 39 59,1 27 40,9 66 100,0
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa responden yang bekerja
memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 23 responden (67,6%), dan
responden yang bekerja memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 11
responden (13,9%). Untuk responden yang tidak bekerja memiliki tingkat
pengetahuan baik sebanyak 16 responden (50,0%) dan responden yang tidak
bekerja memiliki pengetahuan kurang sebanyak 16 responden (50,0%).
Dilakukan analisis dengan menggunakan uji Chi Square, didapatkan nilai
p sebesar 0,145 maka secara statistik tidak terdapat hubungan antara pekerjaan
4.2.2.3 Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Responden
Tabel 4.11 Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Responden
Pendapatan Perilaku Ibu dalam Melakukan Pap smear Total
Pernah Belum pernah
n %
n % n %
Rendah 3 9,4 29 90,6 32 100,0
Tinggi 7 20.6 27 79,4 34 100,0
Total 10 15,2 56 84,8 66 100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pendapatan
rendah yang pernah melakukan tes Pap smear sebanyak 3 responden (9,4%) dan
yang belum pernah melakukan tes Pap smear sebanyak 29 responden (90,6%).
Responden dengan pendapatan tinggi yang memiliki perilaku pernah melakukan
tes Pap smear sebanyak 7 responden (20,6%) dan yang memiliki perilaku belum
pernah melakukan tes Pap smear sebanyak 27 responden (79,4%).
Setelah dilakukan uji Chi Square, didapatkan nilai expected count kurang
dari lima ada 33,3% jumlah sel sehingga tidak memenuhi syarat uji Chi Square,
maka dilakukan penggabungan sel menjadi tabel 2x2. Setelah dilakukan
penggabungan sel kemudian dilakukan uji Chi Square untuk kedua kalinya juga
tidak terpenuhi karena terdapat 1 sel (25%) yang memiliki nilai expected count
kurang dari lima Oleh karena itu, uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu
uji Fisher. Berdasarkan uji Fisher didapatkan nilai p sebesar 0,306 maka secara
4.2.2.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Responden
Tabel 4.12 Hubungan Tingkat Pengetahuan Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu Melakukan Tes Pap Smear
Tingkat Pengetahuan Kanker serviks
Perilaku Ibu dalam Melakukan Pap smear Total
Pernah Belum pernah
n %
n % n %
Baik 10 25,6 29 74,4 39 100,0
Kurang 0 0.0 27 100,0 27 100,0
Total 10 15,2 56 84,8 66 100,0
Hasil penelitian pada tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah responden
yang melakukan pemeriksaan Pap smear dengan tingkat pengetahuan baik
sebanyak 10 responden dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 0 responden. Jumlah responden yang belum pernah melakukan pemeriksaan Pap smear dengan
tingkat pengetahuan baik sebanyak 29 responden dan tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 27 responden.
Setelah dilakukan uji Chi Square, didapatkan nilai expected count kurang
dari lima ada 33,3% jumlah sel sehingga tidak memenuhi syarat uji Chi Square,
maka dilakukan penggabungan sel menjadi tabel 2x2. Setelah dilakukan
penggabungan sel kemudian dilakukan uji Chi Square untuk kedua kalinya juga
tidak terpenuhi karena terdapat 1 sel (25%) yang memiliki nilai expected count
kurang dari lima Oleh karena itu, uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu
uji Fisher. Berdasarkan uji Fisher didapatkan nilai p sebesar 0,004 maka secara
statistik terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan kanker serviks dengan
4.3. Pembahasan
Dari tingkat pengetahuan responden yang kurang mengenai kanker serviks
didapatkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan sedang (59,6%) dan
bekerja (51,5%).
Penelitian ini serupa dengan yang dilakukan oleh Lima EG et al di Brazil
tahun 2013 didapatkan hasil sebagian besar responden memiliki pengetahuan
kurang (70,9%).34 Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Frida dan
Tanya tahun 2012 mendapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pendidikan formal sedang (55,4%).35 Sehingga hal ini tidak sejalan dengan teori
Notoatmojo yang mengatakan bahwa pekerjaan dan pendidikan formal merupakan
faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.28
Berbeda halnya dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh Aghnia di
Kelurahan Campaka tahun 2011 sebagian besar responden berpengetahuan cukup
(56,9%), berpendidikan rendah (65%), dan tidak bekerja (70%).36
Perbedaan hasil tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa kondisi di
masyarakat seperti tingginya arus informasi yang diterima masyarakat setempat,
rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat setempat karena kurangnya tingkat
kewaspadaan masyarakat terhadap kanker serviks serta informasi mengenai cara
pencegahan dan cara deteksi dini.
Dari perilaku responden didapatkan bahwa sebagian besar responden
memiliki perilaku belum pernah melakukan tes Pap smear (84,8%), dan memiliki
pendapatan rata-rata keluarganya Rp. 3.000.000 – 4.500.000 (37,9%).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulia et al di
Puskesmas Pegandan Kota Semarang tahun 2011. Pada penelitian mereka
didapatkan bahwa ibu yang pernah melakukan pemeriksaan Pap smear sebesar
82,8% dan yang tidak pernah melakukan pemeriksaan Pap smear sebesar
17,2%.10
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bayu et al pada
wanita pekerja seks komersial didapatkan bahwa responden yang memiliki
pernah melakukan Pap smear sebesar 10,45%.37 Serupa juga dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hanisch R et al di Columbia tahun 2007 didapatkan hasil
sebagian besar responden yaitu sebanyak 71,5% pernah melakukan Pap smear
dan 7,8 % belum pernah melakukan Pap smear.38
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang
untuk berperilaku sehat salah satunya dengan cara melakukan pemeriksaan Pap
smear.28 Dari data penelitian ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden
memiliki pendapatan yang cukup tersebut tidak sebanding dengan perilaku
responden yang pernah melakukan Pap smear.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan mengenai kanker serviks. Hal ini
serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadi di Iran tahun 2009 yang
mendapatkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat
pengetahuan mengenai kanker serviks.39 Serupa juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Soebarkah bahwa semakin tinggi pendidikan semakin tinggi juga
pengetahuan seseorang.40
Hasil dalam penelitian ini serupa dengan teori bahwa pendidikan formal
dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk bersikap. Menurut Nursalam, pada umumnya
makin tinggi pendidikan formal seseorang makin mudah seseorang menerima
informasi.28
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara pekerjaan dengan tingkat pengetahuan mengenai kanker serviks. Kenyataan
ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Jamsiah di Malaysia tahun 2009
yang mendapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status
pekerjaan dengan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks.41 Hal ini tidak
sesuai dengan teori Notoatmojo bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
salah satunya adalah pekerjaan.28
Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
penelitian yang dilakukan oleh Nikko et al yang mendapatkan bahwa besarnya
pendapatan responden tidak memiliki hubungan dengan perilaku responden dalam
melakukan Pap smear.42 Pendapatan berpengaruh pada perilaku kesehatan
seseorang yaitu dengan adanya pendapatan yang besar memudahkan seseorang
untuk membayar biaya pemeriksaan Pap smear. Sehinga hasil penelitian ini tidak
sesuai teori yang mengatakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
adalah pendapatan seseorang.28
Berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan kanker serviks dengan perilaku ibu dalam melakukan tes Pap smear.
Hal ini sesuai dengan penelitian Rifki et al yang mengatakan bahwa ada hubungan
tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan perilaku ibu dalam
melakukan pemeriksaan Pap smear engan nilai p = 0,016 engan α = 0,05 11
Hal ini sejalan dengan pernyataan Lawarence Green yang menyatakan
perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan kebudayaan seseorang atau masyarakat.28
4.4 Keterbatasan Penelitian
Peneliti telah berusaha melakukan penelitian secara teliti. Namun
demikian, peneliti menyadari bahwa masih terdapat keterbatasan ataupun
kekurangan dalam penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Dikarenakan belum ada kuesioner yang baku, untuk mengukur variabel bebas yakni tingkat pengetahuan, kuesioner yang digunakan
merupakan kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti lain yang telah
diuji validitas dan reliabilitas sebelumnya oleh peneliti tersebut.
Peneliti tidak menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti
sendiri, karena waktu yang dimiliki oleh peneliti cukup terbatas.
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas pada
wilayah kerja Kelurahan Tugu Utara, sehingga hasil dari penelitian ini
mungkin akan berbeda bila dibandingkan dengan wilayah-wilayah
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks
dengan perilaku ibu dalam melakukan tes Pap smear dengan nilai p =
0,004.
2. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan
ibu tentang kanker serviks di Kelurahan Tugu Utara tahun 2013 dengan
nilai p = 0,036.
3. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu
tentang kanker serviks di Kelurahan Tugu Utara tahun 2013.
4. Tidak terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan perilaku ibu
dalam melakukan tes Pap smear di Kelurahan Tugu Utara tahun 2013. 5. Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 18,2%, tingkat pendidikan
sedang sebanyak 59,15%, dan tingkat pendidikan rendah sebanyak 21,2%.
6. Ibu yang memiliki pekerjaan sebesar 51,5% dan yang tidak memiliki
pekerjaan sebesar 48,5%.
7. Ibu yang memiliki pendapatan rata-rata keluarganya Rp.
3.000.000-4.500.000 sebesar 37,9%, ibu yang memiliki pendapatan rata-rata
keluarganya Rp. 1.500.000-3.000.000 sebesar 34,8%, ibu yang memiliki
pendapatan rata-rata keluarganya kurang dari Rp. 1.500.000 sebesar
13,6%, dan ibu yang memiliki pendapatan rata-rata keluarganya lebih dari
Rp. 4.500.000 sebesar 13,6%.
8. Tingkat pengetahuan ibu mengenai kanker serviks sebanyak 9,1%
responden dikategorikan baik, 16,7% responden dikategorikan cukup, dan
74,2% dikategorikan kurang.
9. Ibu yang sudah melakukan pemeriksaan tes Pap smear sebanyak 15,2%
responden dan yang belum pernah melakukan pemeriksaan tes Pap smear
5.2. Saran
Peningkatan pengetahuan kanker serviks di Kelurahan Tugu Utara perlu
dilakukan dengan meningkatkan promosi kesehatan melalui puskesmas, dokter
keluarga, ataupun dari kader kesehatan setempat dengan cara
1. World Health Organization. Comprehensive Cervical Cancer Control. A Guide to Essential Practice. Geneva : WHO. 2006, [Diakses 21 Januari 2013]. Diunduh dari http://whqlibdoc.who.int
2. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Skrining Kanker Leher Rahim Dengan Metode Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat (Iva). 2008.
[Diakses 22 April 2013]. Diunduh dari
http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc_downl oad&gid=279&Itemid=142
5.
Menteri Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796/MenKes/SK/VII/2010 Tentang Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Serviks. [Diakses 7 Februari 2013]. Diunduh dari http://www.kebijakankesehatanindonesia.net/sites/default/files6. WHO/ICO Information Centre on HPV and Cervical Cancer (HPV Information Centre). Indonesia: Human papillomavirus and related cancers. Summary Report Update. 2010. [Diakses 26 januari 2013]. Diunduh dari http://apps.who.int/hpvcentre
7. Prawirohardjo S. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006
8. Rasjidi I. Deteksi Dini & Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto. 2009
9. Andrijono. Kanker Serviks. Ed 3. Jakarta: Divisi Onkologi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI. 2010