• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu dalam Melakukan Tes Pap Smear Di Kelurahan Tugu Utara Pada Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu dalam Melakukan Tes Pap Smear Di Kelurahan Tugu Utara Pada Tahun 2013"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU

IBU DALAM MELAKUKAN TES PAP SMEAR DI

KELURAHAN TUGU UTARA PADA TAHUN 2013

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Oleh:

Novita Vidi Yanty

NIM: 1110103000003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat

iman, islam, rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan

ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda besar Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman

terang benderang yang penuh ilmu pengetahuan.

Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu dalam Melakukan Tes Pap Smear Di Kelurahan Tugu Utara Pada Tahun 2013”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penulisan penelitian ini juga dapat terlaksana berkat dukungan, bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak yang pada kesempatan ini izinkanlah penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1) Prof. DR. (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd. dan dr. Witri Ardini, M.Gizi,

SpGK, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan ketua

Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) dr. Taufik Zain, SpOG (K) selaku dosen pembimbing I dan dr. Fika

Ekayanti, M.Med.Ed selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan arahan, motivasi, bimbingan, waktu, tenaga, pikiran,

masukkan, dan nasihat yang membangun kepada penulis selama penelitian

dan penyusunan riset ini.

3) dr. Devy Ariany, M. Biomed dan dr. Dyah Ayu Woro , M. Biomed selaku penguji yang telah membantu dalam menyempurnakan penelitian ini.

4) Seluruh staf Kelurahan Tugu Utara Kecamatan Koja Kota Jakarta Utara

yang telah memberikan izin serta kesempatan kepada saya untuk

(6)

mengisi data kuesioner.

6) Kedua orang tua tercinta Ayahanda H. Maman Hermawan, Ibunda Hj. Fitri

Yana, yang telah memberikan doa, semangat dan kasih sayang kepada

penulis. Serta adik-adikku tersayang Rifki Wida Sarandi dan Nuril Islami

yang selalu memberi dukungan dan semangat sepanjang waktu.

7) Teman-teman seperjuangan kelompok riset Septia Wahyuni, Maulida Nur

Soraya, Syrojuddin Hadi, Mayla Azkiya dan teman seangkatan PSPD

2010, semoga kita selalu sukses dunia dan akhirat.

8) Sahabatku Indi Fikrotun hanifah yang telah membantu dan memberikan

semangat.

9) Semua teman yang saya kenal yang telah berbagi suka dan duka.

Penulis sadari penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari

sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya laporan penelitian ini.

Demikian laporan penelitian ini penulis buat, semoga bermanfaat bagi para

pembacanya dan menjadi ilmu yang bermanfaat. Semoga Allah SWT selalu

memberikan ridho-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ciputat, 12 September 2013

(7)

Novita Vidi Yanty. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu dalam melakukan Tes Pap Smear di Kelurahan Tugu Utara Pada Tahun 2013.

Latar belakang: kanker serviks merupakan kanker kedua terbanyak pada perempuan yang ditemukan di Indonesia, dari kasus yang ada sebesar 13.762 orang. Kejadian kematian yang disebabkan kanker serviks sebesar 7.493 setiap tahun. Kanker serviks dapat dideteksi lebih dini dengan melakukan pemeriksaan Pap smear. Tujuan: untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan perilaku ibu dalam melakukan tes Pap Smear. Metode: analitik cross sectional dengan cluster random sampling dengan jumlah sampel 66 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil: Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks yang kurang sebanyak 74,2%. Perilaku ibu yang belum pernah melakukan tes Pap smear sebanyak 84,8%. Uji statistik dengan uji Fisher mendapat nilai p = 0,004. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan perilaku ibu dalam melakukan Pap smear.

Kata Kunci: Pengetahuan, Ibu, Kanker Serviks, Pap smear

ABSTRACT

Novita Vidi Yanty. Medical Education Program. The Association of Level of Knowledge on Cervical Cancer and the Attitude to perform Pap Smear Test among Women in North Tugu Village In The Year 2013.

Background: Cervical cancer is the second most common cancer in Indonesian women, the case is about 13.762 women. The incidence of death due to cervical cancer is about 7.493 women per year. Early detection for cervical cancer can be done by Pap Smear test. Purpose: to determine the association of level of knowledge on cervical cancer with the women’s behavior in performing Pap Smear test. Method: the study design is analytic cross sectional with cluster random sampling. Samples used were 66 women. The data was collected by questionnaires. Result: Most of the women's level of knowledge on cervical cancer was minimal (about 74.2%). Women’s attitude to do Pap Smear was also low with 84.8% have never had the test. The statistical test with Fisher showed the p value was 0.004. Conclusion: There is a significant association between the level of knowledge on cervical cancer with the attitude of testing Pap smear among women.

(8)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... ... iv

DAFTAR BAGAN ... ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... ...xiv

1.5Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 26

2.1.4 Perilaku ... 26

2.1.4.1 Definisi Perilaku... 26

2.1.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 27

2.2 Kerangka Konsep ... 28

(9)

3.1 Desain Penelitian ... 30

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

3.3 Populasi dan Sampel ... 30

3.3.1 Populasi Penelitian ... 30

3.3.2 Sampel Penelitian ... 31

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel ... 32

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 32

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 32

3.4.2 Kriteria Ekslusi... 32

3.5 Cara Kerja Penelitian ... 33

3.6 Management Data ... 34

3.6.1 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.6.1.1 Data Primer ... 34

3.6.1.2 Data Sekunder ... 34

3.6.2 Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data ... 34

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35

4.1.1 Keadaan Geografis ... 35

4.1.2 Jumlah Penduduk ... 35

4.2 Hasil Penelitian ... 36

4.2.1 Analisis Univariat... 36

4.2.2.1Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan ... 41

4.2.2.2Hubungan Pekerjaan dengan Pengetahuan ... 41

4.2.2.3Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku... .. 42

4.2.2.4Hubungan Pendapatan dengan Perilaku... 43

4.3 Pembahasan ... 44

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 46

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1 Simpulan ... 47

5.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(10)

Tabel 2.1 Stadium Kanker Serviks ... 11

Tabel 2.2 Tatalaksana Kanker Serviks ... 14

Tabel 2.3 Pedoman Skrining Kanker Serviks ... 20

Tabel 2.4 Sistem Papanicolou, WHO, Bethesda, dan CIN ... 24

Tabel 2.5 Definisi Operasional ... 28

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 30

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Perempuan di Kelurahan Tugu Utara ... 35

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perempuan di Kelurahan Tugu Utara Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 36

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 36

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan .. 36

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-rata Keluarga Responden ... 37

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Kanker Serviks ... 37

Tabel 4.7 Indikator Pertanyaan pengetahuan ... 38

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Gambaran Perilaku Responden ... 40

Tabel 4.9 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks ... 40

Tabel 4.10 Hubungan Pekerjaan dengan tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks ... 41

Tabel 4.11 Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Responden ... 42

(11)

Gambar 2.1Sambungan Skuamo-Kolumnar Dan Zona Transformasi ... 7

Gambar 2.2 Standar Manajemen Prakanker Serviks... 12

Gambar 2.3 Trakhelektomi Radikal ... 16

Gambar 2.4 Histerektomi Simpel ... 16

Gambar 2.5 Histerektomi Radikal Dan Histerektomi Radikal Modifikasi ... 17

Gambar 2.6 Teleterapi dan Brakhiterapi ... 18

(12)
(13)
(14)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kanker serviks adalah kanker yang mengenai leher rahim (serviks). Di

seluruh dunia, kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang

menimbulkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang.1 Menurut

WHO, pada tahun 2005 dijumpai penderita kanker serviks baru setiap tahun

sebanyak 500.000 orang di seluruh dunia, dimana lebih dari 90% terjadi di negara

berkembang. Pada tahun 2005, hampir 260.000 wanita meninggal karena kanker

serviks, dimana 95% dari mereka merupakan negara berkembang.2

Di Indonesia, kanker serviks merupakan salah satu kanker yang banyak di

temukan.3 Data patologi dari 12 pusat patologi di Indonesia (1997) menunjukkan

bahwa kanker serviks menduduki 26,4% dari 10 jenis kanker terbanyak pada

perempuan. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta penderita kanker serviks pada tahun tahun 1998 sebanyak 39,5%.4 Menurut data Sistem Informasi

Rumah Sakit (SIRS) tahun 2004, diketahui bahwa kanker serviks menempati

urutan kedua sebanyak 12,78%.5 Berdasarkan data dari IARC (International Agency For Research On Cancer) GLOBOCAN 2008, didapatkan insiden kanker

serviks di Indonesia sebesar 12,1 per 100.000 perempuan. Data kejadian kanker

serviks setiap tahun sebanyak 13.762 orang. Kejadian kematian yang disebabkan

kanker serviks sebesar 7.493 setiap tahun.6 Insiden kanker serviks di Indonesia

diperkirakan sekitar 100 per 100.000 penduduk.4

Salah satu penyebab kanker serviks adalah karena adanya infeksi Human

papilloma virus (HPV) yang merangsang perubahan sel epitel serviks. Prevalensi

infeksi Human papilloma virus (HPV) tinggi pada kelompok usia muda,

sedangkan untuk kanker serviks baru timbul pada usia tiga puluh tahunan atau

lebih. Pada awal perkembangannya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala

tertentu sehingga mengharuskan setiap perempuan melakukan deteksi dini dengan

(15)

Sejak tahun 1960, insiden kanker serviks menurun pada sebagian negara di

dunia sejak diadakannya program deteksi dini kanker serviks yaitu dengan tes Pap

smear. Pemeriksaan Pap smear dimulai antara usia 20 dan 30 tahun, terutama

setelah 10 tahun dimulainya hubungan seksual.7

Pap smear dapat mendeteksi adanya sel yang abnormal sebelum

berkembang menjadi lesi prakanker ataupun kanker serviks sedini mungkin,

terutama pada wanita dengan seksual aktif walaupun yang sudah divaksinasi.8

Sensitivitas Pap smear bila dikerjakan setiap tahun mencapai 90%, setiap 2 tahun

87%, setiap 3 tahun 78% dan bila 5 tahun mencapai 68%.9

Penelitian terdahulu yang dilakukan di Desa Ketawang Daleman

Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep dari 187 responden hanya 2 responden

yang pernah melakukan pemeriksaan Pap smear dan 185 responden lainnya tidak

pernah melakukan pemeriksaan Pap smear.10 Dan di Puskesmas Pegandan Kota

Semarang dari 99 responden didapatkan 17 responden pernah melakukan Pap smear dan 82 responden lainnya tidak pernah melakukan Pap smear.11 Dari data di

atas didapatkan penduduk Indonesia yang melakukan Pap smear hanya beberapa

orang dari sekian ratus penduduk. Masalah ini terjadi di Indonesia salah satunya

karena para wanita yang sering enggan melakukan Pap smear karena

ketidaktahuan dan rasa malu, takut, dan faktor biaya. Ini umumnya disebabkan

karena masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat

Indonesia.12

Dari keterangan di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan

perilaku ibu dalam melakukan tes Pap smear di Kelurahan Tugu Utara pada tahun

2013?

1.3Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan perilaku ibu

dalam melakukan tes Pap smear.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan perilaku ibu dalam melakukan test Pap smear di Kelurahan

Tugu Utara tahun 2013.

b. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat

pengetahuan ibu tentang kanker serviks di Kelurahan Tugu Utara tahun

2013

c. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu tentang kanker serviks dengan

pengetahuan kanker serviks di Kelurahan Tugu Utara tahun 2013

d. Untuk mengetahui hubungan pendapatan ibu dengan perilaku ibu dalam

(17)

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan ibu di Kelurahan Tugu

Utara tahun 2013

b. Untuk mengetahui gambaran pekerjaan ibu di Kelurahan Tugu Utara tahun

2013

c. Untuk mengetahui gambaran pendapatan keluarga ibu di Kelurahan Tugu

Utara tahun 2013

d. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang kanker serviks di

Kelurahan Tugu Utara tahun 2013.

e. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan tes Pap smear di Kelurahan

Tugu utara tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembelajaran untuk mengetahui berbagai hal tentang kanker serviks dan Pap smear.

Bagi masyarakat, penelitian ini dapat berguna sebagai informasi untuk

penyuluhan tentang kanker serviks dan manfaat Pap smear.

Bagi institusi pendidikan, penelitian ini dapat berguna sebagai referensi

(18)

Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kanker Serviks

2.1.1.1. Definisi

Kanker serviks adalah kanker primer dari serviks (kanalis servikalis dan

atau porsio).9 Sel kanker serviks berasal dari sel epitel serviks yang mengalami mutasi genetik sehingga terjadi perubahan perilaku. Sel epitel serviks yang bermutasi melakukan pembelahan sel yang tidak terkendali, imortal dan menginvasi jaringan stroma yang dibawahnya. Jika mutasi genetik ini tidak dapat diperbaiki maka akan terjadi petumbuhan kanker.7

2.1.1.2. Etiologi

Infeksi virus HPV (Human papilloma virus) merupakan penyebab utama kanker serviks. Virus ini bersifat spesifik dan hanya akan tumbuh di dalam sel manusia terutama pada epitel mulut rahim atau sel-sel lapisan permukaan. Virus HPV yang paling sering menyebabkan kanker serviks adalah virus HPV tipe 16 dan 18 yang mempunyai peranan penting dalam replikasi virus melalui sekuensi gen E6dan E7 dengan mengkode pembentukan protein-protein yang penting.13

Onkoprotein E6 akan berikatan dengan p53 (gen penekan tumor) menyebabkan p53 menjadi tidak aktif untuk menekan pertumbuhan tumor, sedangkan untuk E7 akan berikatan dengan pRb (produk gen retinoblastona) menjadi tidak aktif.13

(19)

dihancurkan. Setelah virus masuk ke dalam inti sel, virus melakukan transkripsi dengan DNA-nya berubah menjadi MRNA.13

Secara seluler, mekanisme terjadinya kanker serviks berhubungan dengan siklus sel yang diekspresikan oleh HPV. Protein utama yang terkait dengan karsinogen adalah E6 dan E7. Bentuk genom HPV sirkuler jika terintegrasi akan menjadi linier dan terpotong diantara gen E2 dan E1. Integrasi antara genom HPV dengan DNA manusia menyebabkan gen E2 tidak berfungsi sehingga akan merangsang E6 berikatan dengan p53 dan E7 berikatan dengan pRb.13

Ikatan antara protein E6 dan gen p53 akan menyebabkan p53 tidak berfungsi sebagai gen supresi tumor yang bekerja di fase G1. Gen p53 akan menghentikan siklus sel di fase G1 dengan tujuan penghentian siklus sel yaitu agar sel dapat memperbaiki kerusakan sebelum berlanjut ke fase S. Mekanisme kerja p53 adalah dengan menghambat kompleks cdk-cyclin yang akan merangsang sel memasuki fase selanjutnya. Sehingga jika E6 berikatan dengan p53 maka sel terus bekerja sehingga sel akan terus membelah dan menjadi abnormal.13

Protein retinoblastoma (pRb) dan gen lain yang menyerupai pRb (p130 dan p107) berfungsi mengkontrol ekspresi sel yang diperantarai oleh E2F. Ikatan pRb dengan E2F akan menghambat gen yang mengatur sel keluar dari fase G1. Jika pRb berikatan dengan protein E7 dari HPV maka E2F tidak terikat sehingga menstimulasi proliferasi sel yang melebihi batas normal sehingga sel tersebut menjadi sel karsinoma.13

2.1.1.3. Patologi

(20)

Gambar 2.1. Lokasi dari SSK dan Zona Transformasi : a) sebelum menarche b)

sesudah pubertas dan awal reproduksi c) perempuan usia 30 tahun d) perempuan

sebelum manopause e) perempuan sesudah menopause15

(21)

2.1.1.4. Faktor Risiko

 Perilaku seksual

Perilaku seksual seperti berganti-ganti mitra seksual dan usia pertama kali saat melakukan hubungan seksual sangat berhubungan dengan kejadian kanker serviks skuamosa. Risiko meningkat menjadi lebih dari 10 kali, bila saat berhubungan seks pertama kali di bawah umur 15 tahun dan memiliki partner seksual yang banyak (6 atau lebih). Risiko akan lebih meningkat jika berhubungan seks dengan pria yang berisiko tinggi mengidap kondiloma akuminatum. Pria yang berisiko tinggi adalah pria yang melakukan hubungan seksual dengan partner seks yang banyak.16

 Merokok

Rokok mengandung tembakau, di dalam tembakau tersebut terdapat kandungan bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap maupun yang dikunyah. Asap rokok menghasilkan Polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine

yang mutagen dan sangat karsinogen, sedangkan jika dikunyah menghasilkan

netrosamine. Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.16

 Metode kontrasepsi

Menggunakan kontrasepsi oral (pil KB) untuk waktu yang lama (5 tahun atau lebih) sedikit meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada perempuan dengan infeksi HPV. Tetapi ketika penggunaan kontrasepsi oral dihentikan, risiko tersebut dapat menurun dengan cepat.17

(22)

 Kontrasepsi barier

Penggunaan metode barier (kondom) akan menurunkan risiko kanker serviks. Hal ini disebabkan karena adanya perlindungan serviks dari kontak langsung bahan karsinogen dari cairan semen. Beberapa kontrasepsi lain dapat menginaktifkan virus yang ditularkan melalui seksual.8

 Imunosupresi

HIV (Human immunodeficiensy virus) merupakan virus penyebab AIDS yang menyebabkan sistem imun tubuh menurun dan membuat perempuan berisiko tinggi terinfeksi HPV. Peneliti percaya bahwa sistem imun penting untuk merusak, memperlambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker. Pada wanita dengan HIV, prakanker serviks mungkin akan berkembang menginvasi dengan cepat untuk menjadi kanker dari pada normalnya. Pengguna obat imunosupresan/penekan kekebalan tubuh atau pasca transplantasi organ merupakan faktor risiko juga.19

2.1.1.5. Manifestasi Klinis Kanker Serviks

Tanda-tanda awal kanker serviks mungkin tidak bergejala, berikut gejala yang sudah menjadi kanker serviks, yaitu:20

1. Gejala awal

a) Perdarahan pervagina seperti perdarahan setelah senggama atau perdarahan spontan di luar waktu haid. Ini disebabkan karena serviks yang berubah menjadi kanker bersifat rapuh, mudah berdarah, dan diameter biasanya membesar. Sehingga serviks yang mudah rapuh akan berdarah pada saat aktivitas seksual yang menyebabkan perdarahan pascasenggama.

(23)

2. Gejala lanjut: keluar cairan dari liang vagina yang berbau tidak sedap, gangguan buang air kecil, nyeri (panggul, pinggang, tungkai, kandung kemih, dan rektum).

3. Kanker sudah menyebar: akan timbul gejala yang sesuai dengan organ yang terkena seperti liver, paru-paru, tulang.

(24)

Stadium Kanker Serviks

Tabel 2.1. Stadium kanker serviks menurut FIGO dan TNM21

(25)

2.1.1.6. Lesi Prakanker

Definisi

Lesi prakanker serviks disebut juga lesi intraepitel serviks (cervical

intraepithelial neoplasia) yang merupakan awal dari perubahan menuju karsinoma

serviks uteri.9

Penatalaksanaan Prakanker Serviks

Standar manajemen prakanker serviks1

* jika lesi masih ada, kolposkopi harus diulang setiap 6 bulan sampai terjadi regresi atau perkembangan.

** pada kasus CIN 1 atau CIN 2, program skrining normal dilakukan kembali setelah 1 tahun

Gambar 2.2 Standar manajemen prakanker serviks

(26)

Krioterapi

Krioterapi merupakan tindakan yang merusak jaringan lesi prakanker

serviks. Krioterapi akan memberikan hasil yang baik jika seluruh lesi mudah

dilihat dengan kolposkopi. Metode ini dilakukan dengan cara menyemprotkan gas

CO2 atau N2O pada suhu -60ºc sampai dengan -80ºc selama 5 menit sampai

serviks membeku. Krioterapi merupakan metode yang sangat mudah dilakukan.

Tetapi, krioterapi hanya dapat dilakukan pada perempuan yang sudah dipastikan

tidak hamil.22

Efek samping krioterapi22

 Rasa tidak nyaman

 Nyeri atau kram 2-3 hari setelah krioterapi

 Kadangkala disertai pusing, rasa panas selama tindakan atau segera setelah

tindakan.

Komplikasi dari metode ini sangat kecil yaitu kurang dari 1% dapat berupa

perdarahan yang banyak dari vagina atau terdapat infeksi panggul. Jika ukuran

lesi <2,5 cm maka keberhasilan terapi mencapai 80-90% pada pengamatan selama

5 tahun, tetapi bila ukuran lesi >2,5 cm maka keberhasilan terapi turun menjadi

50%.22

Eksisi leep (loop electrical excision procedure)

Merupakan eksisi jaringan lesi abnormal dan sekitarnya (bagian jaringan yang

sehat) dengan menggunakan metal wire loops (alat kawat khusus beraliran listrik).

Keuntungan eksisi leep adalah

 Dapat dilakukan saat melakukan kolposkopi

 Dapat dilakukan kombinasi eksisi leep dengan kauterisasi

 Eksisi leep dapat dilakukan pada beberapa tempat sampai lesi abnormal

(27)

Keberhasilan metode ini baik lesi kecil maupun lesi besar berkisar 90%.

Karena banyak keuntungannya, maka penggunaan leep saat ini sangat meluas dan

berkembang.9

Konisasi pisau (cold-knife cone)

Indikasi konisasi pisau adalah pemeriksaan kolposkopi yang tidak

memuaskan, kuret endoserviks yang positif, histologi biopsi yang menyatakan

mikroinvasi, kesenjangan antara Pap smear dengan histologi biopsi dan

adenodisplasia. Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan berkisar 14-22% tetapi dengan teknik yang baik perdarahan dapat diatasi, kejadian stenosis

osteum berkisar 17%.9

2.1.1.7. Penatalaksanaan Kanker Serviks

Tabel 2.2 Tatalaksana kanker serviks menurut stadium8

Stadium Modalitas terapi Rekomendasi

IA 1 Histerektomi (total atau

vagina)

III/B

Bila fertilitas masih dibutuhkan

Konisasi III/B

IA2 Histerektomi radikal

termodifikasi (tipe II) + diseksi KGB

IIB / B

LVSI negatif Histerektomi ekstra facial + diseksi KGB pelvis

IV / C

Bila fertilitas masih dibutuhkan

1. Konisasi + ekstra peritoneal / diseksi KGB pelvis per laparoskopi

IV / C

2. Trakelektomi + ekstra peritoneal / diseksi

< 4 cm 1. Histerektomi radikal

2. Radioterapi

IB/A

(28)

ovarian preserved diseksi KGB per laparoskopi

Adjuvan whole pelvic irradation invasi 1/3 luar stroma invasif

- Primer kemoradiasi - Primer histerektomi

- Primer histerektomi + adjuvan radiasi

- Eksternal radiasi + intracaviter brakiterapi + concurent

kemoterapi (terapi primer)

IB/A

IVA Tidak metastase ke dinding pelvis, terutama jika terdapat fistula vesikovaginal atau rektovaginal

- Eksenterasi pelvis IV/C

IVB

- Kemoterapi konkuren - Eksenterasi pelvis

IV/C III/B IV/C Rekuren lokal pasca

bedah

Eksenterasi pelvis III/B

(29)

 Trakhelektomi radikal

Pembedahan trakhelektomi radikal merupakan pengangkatan serviks uterus

(termasuk kanalis servikalis), parametrium, dan limfadenektomi pelvik dengan

meninggalkan korpus uteri, kedua tuba, dan kedua ovarium.1

Gambar 2.3 Trakhelektomi radikal

Sumber: WHO, comprehensive cervical cancer control. 2006

 Histerektomi

Histerektomi simpel atau sederhana adalah operasi pengangkatan seluruh

rahim termasuk leher rahim.1

Gambar 2.4 Histerektomi simpel

(30)

 Histerektomi radikal

Histerektomi radikal adalah operasi pengangkatan rahim, leher rahim, dan

jaringan sekitarnya (parametria) termasuk 2 cm dari vagina bagian atas. Ovarium

tidak secara rutin diangkat karena kanker serviks jarang menyebar ke ovarium.1

Gambar 2.5. Histerektomi radikal dan histerektomi radikal modifikasi Sumber: WHO, comprehensive cervical cancer control. 2006

 Terapi radioterapi

Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai

stadium II B sampai IV atau pada pasien yang stadiumnya lebih kecil yang tidak

merupakan kandidat untuk operasi. Penambahan cisplatin selama radioterapi dapat memperbaiki kesintasan hidup 30% - 50%.2

Komplikasi radiasi yang paling sering adalah gangguan ganstrointestinal

seperti kolitis, proktitis, dan traktus urinarius seperti sistitis dan stenosis vagina.8

Terdapat dua tipe radioterapi yaitu 1

1. Teleterapi yaitu sumber radiasi diletakkan jauh dari pasien

2. Brakhiterapi yaitu di mana sumber radioaktif kecil ditempatkan di dalam

(31)

Gambar 2.6 Teleterapi dan Brakhiterapi

Sumber: WHO , comprehensive cervical cancer control. 2006

 Kemoterapi

Kemoterapi terutaman diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi adjuvan atau untuk terapi paliatif pada kasus reditif. Kemoterapi yang paling aktif adalah cisplatin. Carboplatin juga mempunyai aktivitas yang sama dengan cisplatin. Jenis kemoterapi lainnya adalah ifosfamid dan paclitaxel.2

Perawatan paliatif

Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan penilaian sempurna dan pengobatan rasa sakit dan masalah lainnya seperti, fisik, psikososial dan spiritual.23

 Prinsip perawatan paliatif 24

- Meringankan rasa sakit dan gejala kronik lainnya

- Menawarkan dukungan untuk membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai kematian.

(32)

- Megintegrasikan aspek psikologis, dan perawatan spiritual

- Menawarkan dukungan untuk membantu keluarga mengatasi penyakit akhir pasien dan kematian dan dukacita mereka.

- Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan

Komponen esensial dari perawatan paliatif 24

- Pencegahan dan penanganan gejala: termasuk radiasi paliatif untuk mengurangi ukuran tumor, serta pengobatan untuk keputihan, fistula, perdarahan vagina, masalah gizi, luka baring, demam, dan kontraktur. Keluarga harus diajarkan bagaimana untuk mencegah gejala, dan bagaimana mendukung pasien dalam kegiatan sehari-hari, seperti mandi, pergi ke toilet, dan bergerak di sekitar

- Nyeri: kontrol nyeri yang efektif dapat dicapai dalam 90% kasus, dengan menggunakan perawatan medis ditambah dengan perawatan non-medis.

- Dukungan psikososial dan spiritual: dalam banyak kasus dalam banyak kasus, pasien mengalami rasa takut, shock, putus asa, kemarahan, kecemasan, dan depresi. Perasaan ini dapat mempengaruhi persepsi negatif pasien. Memberikan dukungan emosional, psikososial, dan spiritual dapat meringankan perasaan ini dan meningkatkan pasien kualitas hidup pasien.

- Melibatkan keluarga: ahli kesehatan dapat memastikan bahwa pasien dan keluarganya memahami sifat dan prognosis dari penyakit dan pengobatan yang dianjurkan. Pekerja perawatan paliatif juga harus mampu untuk membantu pasien membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

 Perawatan non- medis untuk membantu mengurangi rasa sakit

(33)

2.1.1.8. Deteksi Dini Kanker Serviks

WHO merekomendasikan skrining menurut target usia dan frekuensi skrining yaitu:1

1. Program baru harus memulai skrining pada wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dan wanita muda yang berisiko tinggi.

2. Jika seorang wanita hanya dapat diskrining satu kali dalam hidupnya, usia terbaik adalah antara 35 tahun dan 45 tahun.

3. Untuk usia diatas 50 tahun, interval skrining yang tepat adalah 5 tahun

4. Pada kelompok usia 25-49 tahun interval skrining 3 tahun dapat dipertimbangkan jika sumber daya tersedia

5. Skrining setiap tahun tidak dianjurkan pada usia berapapun.

6. Skrining tidak dianjurkan pada wanita diatas usia 65 tahun, jika hasil tes pap 2 tahun terakhir negatif

Tabel 2.3. Pedoman skrining kanker serviks 25

American Cancer Society (ACS), American Society For Colposcopy And Cervical Pathology

(Asccp), And

American Society For Clinical Pathology

Skrining tahunan Wanita dari segala usia tidak boleh di skrining setiap tahun dengan

(34)

Sitologi pada wanita usia < 30 tahun.

Setiap 5 tahun. Bagi perempuan yang ingin memperpanjang interval skrining,

Setiap 5 tahun.

Tes hpv primer Bagi wanita berusia 30-65, skrining dengan tes hpv saja tidak dianjurkan di

(35)

2.1.1.9. Pencegahan

Pencegahan primer

 Menunda onset aktivitas seksual

Menunda hubungan seksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan hanya dengan satu pasangan akan mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan.8

 Penggunaan kontrasepsi barier

Penggunaan kontrasepsi barier (seperti kondom, spermisida, dan diafragma) berperan untuk proteksi terhadap agen virus. Penggunaan lateks lebih dianjurkan daripada kondom yang terbuat dari kulit kambing.8

 Pilihlah makanan sehat

Vitamin A dan beta karoten dapat menurunkan resiko kanker serviks. Tingkatkan konsumsi makanan tersebut untuk mendapatkan perlindungan yang optimal.22

 Berhenti merokok

Merokok adalah salah satu faktor risiko penyebab kanker serviks. Pada sebuah studi menunjukkan bahwa di dalam mukus dari serviks seorang wanita perokok ditemukan nikotin dalam jumlah tertentu.13

 Penggunaan vaksinasi HPV

Vaksinasi HPV merupakan sel kosong yang menyerupai hpv tanpa dna virus, jadi hanya cangkangnya saja sehingga ketika vaksin ini dimasukkan ke dalam tubuh, tubuh akan membentuk antibodi.13

(36)

intramuskular dalam tiga kali pemberian yakni pada bulan ke-0, ke-1, dan ke-6 masing-masing sebanyak 0,5 ml.9

Terdapat dua jenis vaksin HPV yaitu vaksin bivalent (berisi 20μg VLP -HPV 16 dan VLP-HPV 18) dan quadrivalent (berisi 40μg VLP-HPV 16, 20μg VLP-HPV 18, 20μg VLP-HPV6, dan 40μg VLP-HPV11).9

Pencegahan sekunder8

Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan skrining kanker serviks yaitu dengan tes Pap smear ataupun iva.

Pencegahan tersier8

- Pelayanan di rumah sakit (diagnosa dan pengobatan)

- Perawatan paliatif

2.1.2. Pap Smear

2.1.2.1. Pengertian Pap Smear

Pap smear merupakan suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai

bertahun-tahun untuk mendeteksi adanya kelainan yang terjadi pada sel-sel epitel

serviks. Tes ini pertama kali ditemukan oleh George Papanicolou sehingga

dinamakan Pap smear test.13

Prinsip pemeriksaan Pap smear adalah mengambil epitel permukaan

serviks yang mengelupas atau eksfoliasi dimana epitel permukaan serviks selalu

mengalami regenerasi dan digantikan lapisan epitel dibawahnya.20

Epitel yang mengalami eksfoliasi merupakan gambaran keadaan epitel

jaringan dibawahnya. Kemudian epitel yang mengelupas tersebur diwarnai secara

(37)

2.1.2.2. Agar Tes Pap Smear Akurat26

a. Tidak menjadwalkan janji untuk tes Pap smear pada saat menstruasi.

Setidaknya 5 hari setelah menstruasi.

b. Jangan melakukan hubungan seksual selama 48 jam sebelum tes.

c. Jangan menggunakan tampon, krim vagina, pelembab atau pelumas

selama 48 jam sebelum tes.

2.1.2.3. Interpretasi Hasil Pemeriksaan

Sistem yang dipakai adalah berdasarkan sitologi dan histologi yaitu sistem

Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithel Neoplasm (CIN), dan sistem Bethesda.

Sistem pelaporan yang berkembang adalah sistem Bethesda, sistem Bethesda

1988 direvisi menjadi Bethesda 2001.1

Tabel 2.4 Sistem Papanicolao, WHO, Bethesda, dan CIN 1,9

Klasifikasi sitologi

(digunakan untuk skrining) (digunakan untuk diagnosis)Klasifikasi histologi

Pap Sistem Bethesda CIN Klasifikasi deskripsi

WHO

Klas I Normal Normal Normal

Klas II ASC-US

ASC-H Atypia atypia

Klas III LSIL CIN I termasuk flat

kondiloma Displasia ringan

Klas III HSIL CIN 2 Displasia sedang

Klas III HSIL CIN 3 Displasia berat

Klas IV HSIL CIN 3 Karsinoma insitu

(38)

 Algoritma tatalaksana hasil Pap smear

Gambar 2.7 Algoritma tatalaksana hasil Pap smear

Sumber: WHO, comprehensive cervical cancer control. 2006

2.1.3. Pengetahuan

2.1.3.1 Definisi

Pengetahuan merupakan keseluruhan gagasan, ide, konsep, pemahaman,

dan pemikiran manusia setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan dapat didapat melalui kelima panca indera manusia yaitu

indera pendengaran, penglihatan, penciuman, raba, dan rasa. Sebagian besar

pengetahuan manusia didapat melalui pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan

mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu

dan juga praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan

(39)

2.1.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan29

a. Faktor Internal

1) Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang untuk menggapai cita-cita tertentu

yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi.

2) Pekerjaan, menurut Thomas pekerjaan merupakan keburukan yang

harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarga

dan dirinya. Bekerja umumnya adalah kegiatan atau aktivitas yang

menyita waktu. Sedangkan bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

3) Usia, menurut Elizabeth BH usia adalah umur seseorang yang

terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang dewasa lebih dipercaya

dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.

b. Faktor eksternal

1) Faktor lingkungan, menurut Ann. Mariner lingkungan merupakan

seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku seseorang atau

kelompok.

2) Sosial budaya, sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.

2.1.4 Perilaku

2.1.4.1 Definisi

Menurut Rogers (1974) perilaku adalah semua aktifitas manusia yang

dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar. Sebelum

seseorang mengadopsi perilaku baru terjadi beberapa proses yang berurutan,

(40)

1. Awarness (kesadaran) dimana seseorang mengetahui terlebih dahulu

terhadap stimulus (objek)

2. Interest (merasa tertarik) dimana seseorang mulai menaruh perhatian dan

tertarik pada stimulus

3. Evaluation (menimbang-nimbang) seseorang akan mempertimbangkan

baik buruknya tindakan terhadap stimulus bagi dirinya, hal ini berarti

sikap seseorang sudah lebih baik lagi

4. Trial, dimana seseorang mulai mencoba perilaku baru

5. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus (objek)

2.1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green perilaku terbentuk dari 3 faktor yaitu:28

1. Faktor predisposis terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, dan sebagainya

2. Faktor-faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya

fasilitas atau sarana kesehatan

3. Faktor-faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

(41)

2.2 2Kerangka konsep

2.3 Definisi operasional

N o

Variabel Definisi Alat ukur Cara pengukuran Skala pengukura untuk menggapai cita-cita tertentu yang

Variabel independen Variabel dependen

Perilaku Ibu dalam melakukan Pap smear

Pengetahuan kanker serviks

(42)

magister.30 melalui proses melihat, belajar, dan penelitian. Yang ingin diteliti adalah pengetahuan responden tentang kanker serviks dengan perilaku pap smear

Kuesioner

(43)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan rancangan cross

sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu

tentang kanker serviks dengan perilaku ibu dalam melakukan tes Pap smear di

Kelurahan Tugu Utara.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan koja,

Kota Jakarta Utara.

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

Kegiatan Waktu

1. Pengusulan Judul November 2012

2. Penyusunan Proposal Desember 2012 – April 2013

3. Penyusunan Kuesioner April 2013

4. Pengurusan Izin Penelitian April – Mei 2013 5. Pelaksanaan Penelitian Mei – Juli 2013

6. Pengolahan Data Juni – Agustus 2013

7. Penyusunan BAB IV-V Juli – Agustus 2013 8. Penyusunan Skripsi Agustus – September 2013

9. Ujian Skripsi September 2013

10. Revisi Skripsi September 2013

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi penelitian

Populasi target adalah ibu-ibu yang berusia 20-60 tahun. Populasi

(44)

3.3. 2. Sampel Penelitian

Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini digunakan rumus

sebagai berikut:31

√ √

Keterangan:

Kesalah tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah, sehingga Zα = 1,96

Kesalah tipe II itetap an sebesar 20%, a a Zβ = 0,84

P2 = proporsi kepatuhan pada kelompok dengan tingkat pengetahuan rendah sebesar 0,1 (kepustakaan)

Q2 = 1 – 0,1 = 0,9

P1 – P2 = selisish minimal proporsi kepatuhan yang dianggap bermakna,

ditetapkan 20% = 0,2

Dengan demikian:

P1 = P2 + 0,1= 0,1 + 0,2 = 0,3

Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,3 = 0,7

P = (P1 + P2)/2 = (0,3+0,1)/2 = 0,4/2 = 0,2

Q = 1 – P = 1 – 0,2 = 0,8

Dengan memasukkan nilai-nilai di atas pada rumus, diperoleh:

( √ √ )

Maka perolehan jumlah sampel yang diperlukan adalah 60 orang. Untuk

(45)

sebanyak 10%. Jadi total jumlah sampel yang diperlukan adalah 60 + 6 = 66

orang.

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode cluster random sampling. Sampling frame diperoleh dari

data Kelurahan Tugu Utara. Peneliti memperoleh jumlah penduduk satu kelurahan

sebanyak 79.393. Peneliti juga memperoleh data bahwa satu kelurahan terdiri dari

19 rukun warga (RW) yang letaknya berjauhan. Total sampel yang diperlukan

sebanyak 66 orang, dengan demikian 1 RW tersebut dipilih secara acak.32

3.3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

3.3.4.1. Kriteria Inklusi

Ibu di Kelurahan Tugu Utara yang sudah menikah, dan bersedia menjadi

responden.

3.3.4.2. Kriteria Ekslusi

Ibu di Kelurahan Tugu utara yang tidak dapat ditemui dalam satu kali

(46)

3.5. Cara Kerja Penelitian

Perempuan yang sudah

menikah

Informed consent

Memenuhi kriteria

Pengetahuan Tidak bersedia

Wawancara dengan

kuesioner

Tidak memenuhi

kriteria

Skoring

Pelaksanaan Pap smear

Bersedia

Pengumpulan dan

Pengolahan data

(47)

3.6. Management Data

3.6.1. Metode pengumpulan data

3.6.1.1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumbernya langsung.

Pengumpulan data dilakukan peneliti terhadap sampel penelitian dengan cara

melakukan pengisian kuesioner oleh responden secara langsung.

3.6.1.2. Data sekunder

Data sekunder adalah data jumlah penduduk yang didapatkan dari data

Kelurahan Tugu Utara Kecamatan Koja Kota Jakarta Utara Tahun 2013.

3.6.2. Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data

Semua data yang dicatat dalam status penelitian, dikumpulkan dan

kemudian diolah dengan program SPSS versi 16. Langkah awal dimulai dengan editing, coding, entry data, processing, cleaning, dan dilanjutkan dengan tabulasi

dan pembuatan grafik.

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran tingkat

pengetahuan ibu dan gambaran perilaku ibu dalam melakukan tes Pap smear di

Kelurahan Tugu Utara.

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

yang bermakna secara statistik antara variabel independen dengan variabel

dependen dengan uji Chi-Square menggunakan program SPSS versi 16. Melalui

uji Chi-Square dengan nilai α = 0,05, jika nilai p < 0,05, maka terdapat hubungan

dan jika nilai p ≥ 0,05 a a ti a ter apat hubungan Ji a u i Chi-Square tidak

memenuhi syarat akan dilakukan uji alternatifnya, yaitu uji Fisher. Hasil

(48)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Keadaan Geografis

Lokasi dalam penelitian ini adalah Kelurahan Tugu Utara. Kelurahan Tugu

utara merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Koja

Kotamadya Jakarta Utara dengan luas wilayah 237,65 ha, yang terdiri dari 214 RT

dan 19 RW.33

Batas-batas Kelurahan Tugu Utara:33

1. Utara : Jl. Waru, Jl. Johar, Jl. Mundu, Jl. Mawar

2. Selatan : Jl. Plumpang Semper

3. Timur : Selokan Tugu / Saluran air Kp. Beting

4. Barat : Jl. Kali Bendungan Melayu

4.1.2. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Tugu Utara sebanyak 79.393, dengan jumlah kepala

keluarga 26.505. Selanjutnya secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini:33

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penduduk Perempuan di Kelurahan Tugu Utara

No. Umur Perempuan

1. 20-24 4.012

2. 25-29 4.017

3. 30-34 4.439

4. 35-39 3.863

5. 40-44 3.098

6. 45-49 2.395

7. 50-54 2.301

8. 55-59 1.906

9. 60-64 1.263

10. 65-69 792

11. 70-74 342

12. 75- keatas 321

(49)

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penduduk Perempuan di Kelurahan Tugu Utara Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Perempuan Total

Tidak sekolah 496 1.072

Tidak tamat SD 493 978

Tamat SD 3.812 7.725

Tamat SMP 4.233 8.550

Tamat SMA 5,438 11.576

Tamat akademi/PT 458 999

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

4.2.1.1 Pendidikan Responden

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persen (%)

Tinggi 13 19,7

Sedang 39 59,1

Rendah 14 21,2

Total 66 100%

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa responden dengan tingkat

pendidikan tinggi sebanyak 13 responden (18,2%), responden dengan tingkat

pendidikan sedang sebanyak 39 orang (57,6%), dan responden dengan tingkat

pendidikan rendah sebanyak 14 orang (24,2%).

4.2.1.2 Pekerjaan Responden

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (orang) Persen (%)

Bekerja 34 51,5

Tidak bekerja 32 48,5

(50)

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang memiliki pekerjaan

sebesar 51,5% dan responden yang tidak bekerja sebesar 48,5%.

4.2.1.3 Pendapatan Rata-rata Keluarga Responden

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-rata Keluarga Responden

Pendapatan Jumlah (orang) Persen (%)

< 1.500.000 9 13,6

1.500.000-3.000.000 23 34,8

3.000.000-4.500.000 25 37,9

>4.500.000 9 13,6

Total 66 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 ditemukan bahwa dua puluh lima responden

(37,9%) pendapatan rata-rata keluarganya adalah Rp. 3.000.000-4.500.000. Dua

puluh tiga responden (34,8%) pendapatan rata-rata keluarganya adalah Rp.

1.500.000-3.000.000. Sembilan responden (13,6%) pendapatan rata-rata

keluarganya adalah kurang dari Rp. 1.500.000. Sembilan responden (13,6%) pendapatan rata-rata keluarganya adalah lebih dari Rp. 4.500.000.

4.2.1.4 Pengetahuan Responden

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Kanker Serviks

Tingkat pengetahuan Jumlah (orang) Persen (%)

Baik 6 9,1

Cukup 11 16,7

Kurang 49 74,2

Total 66 100

Dari tabel 4.6 didapatkan bahwa tingkat pengetahuan yang dikategorikan

kurang sebesar 74,2%, tingkat pengetahuan yang dikategorikan cukup sebesar

(51)

Untuk lebih jelasnya, terdapat data lengkap distribusi frekuensi jawaban

kuesioner responden mengenai kanker serviks yang dapat dilihat pada tabel-tabel

di bawah ini :

Tabel 4.7 Indikator Pertanyaan Pengetahuan

No Pertanyaan %

1. Kanker serviks ditemukan paling banyak pada wanita dengan umur... 2. Cara penyebaran kanker serviks

a. Penularan melalui hubungan seksual dengan pasangan b. Konsumsi makanan yang terkena virus

c. Faktor genetik 3. Faktor apa saja yang memiliki resiko terkena kanker serviks?

a. Memiliki banyak pasangan seksual (riwayat memiliki suami dengan banyak pasangan seksual)

b. Berhubungan badan usia dini c. Wanita yang sering hamil d. Tidak tahu

- Menjawab 4 jawaban dengan benar - Menjawab 2-3 jawaban dengan benar - Menjawab 1 jawaban dengan benar - Tidak menjawab

0 15,2 72,7 12,1 4. Gejala awal kanker serviks

a. Keputihan menetap dan keluarnya darah setelah berhubungan suami istri

b. Keluar darah saat buang air kecil c. Nyeri perut bagian bawah

d. Tidak tahu

a. Suatu pemeriksaan wanita dewasa yang dilakukan dengan cara menampung cairan keputihan untuk diperiksa

b. Suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari serviks, lalu diamati di bawah mikroskop

c. Suatu pemeriksaan darah sebelum wanita menikah d. Tidak tahu

a. Menjaga kesehatan seorang wanita agar terhindar dari semua penyakit kelamin

b. Dapat mendeteksi kanker serviks secara dini c. Menghilangkan sel-sel kanker di serviks

37,9

(52)

d. Tidak tahu 19,7 7. Waktu pelaksanaan Pap smear

a. Jika sudah melakukan hubungan intim selama 3 tahun b. Jika sudah dewasa dan hendak menikah

c. Jika sudah >70 tahun 8. Persiapan sebelum Pap smear

a. Dua hari sebelum pemeriksaan seorang wanita tidak boleh menggunakan alat pencuci vagina

b. Sebelum pemeriksaan seorang wanita harus sehat fisik c. Sebelum pemeriksaan seorang wanita harus puasa terlebih

dahulu

a. Dilakukan pemasukkan alat ke vagina dan disuntikkan suatu bahan

b. Diambil usapan dari daerah serviks c. Dilakukan pengambilan darah d. Tidak tahu

37,9

30,3 12,1 19,7 10. Tempat pelayanan Pap smear

a. Rumah sakit besar, klinik, dan praktek bidan b. Puskesmas dan di rumah 11. Tenaga kesehatan yang dapat melakukan Pap smear

a. Dokter kandungan dan bidan b. Dokter umum dan perawat c. Kader kesehatan

d. Tidak tahu

Berdasarkan tabel pertanyaan diatas, untuk pertanyaan cara penyebaran

kanker serviks sebagian besar responden (39,4%) menjawab penularan melalui hubungan seksual dengan pasangan, untuk pertanyaan gejala awal kanker serviks

sebagian besar responden (40,9%) menjawab keputihan menetap dan keluarnya

darah setelah berhubungan suami istri. Namun, untuk insiden tertinggi kanker

serviks sebagian besar responden (42,4%) tidak mengetahuinya.

Berdasarkan tabel diatas terlihat hanya (33,3%) yang mengetahui

pengertian Pap smear dan (33,3%) mengetahui manfaatnya. Pada pertanyaan

waktu pelaksanaan Pap smear sebagian besar responden (39,4%) menjawab jika

(53)

Untuk pertanyaan tempat pelayanan Pap smear sebagian responden (86,4%)

menjawab rumah sakit besar, klinik dan praktek bidan, untuk pertanyaan tenaga

kesehatan yang dapat melakukan Pap smear sebagian besar responden (60,6%)

menjawab dokter kandungan dan bidan.

4.2.1.5. Perilaku Responden

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Gambaran Perilaku Ibu dalam Melakukan Tes Pap Smear

No. Perilaku ibu dalam melakukan Pap smear Jumlah (orang) Persen (%)

1. Pernah melakukan Pap smear 10 15,2

2. Belum pernah melakukan Pap smear 56 84,8

Total 66 100

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan bahwa hanya 10 responden (15,2%)

yang pernah melakukan tes Pap smear dan sebanyak 56 responden (84,8%) belum

pernah melakukan tes Pap smear.

4.2.2. Analisis Bivariat

4.2.2.1 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan

Tabel 4.9 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks

Tingkat pendidikan Tingkat pengetahuan Total

Baik Kurang

n % n % n %

Tinggi 11 84,6 2 15,4 13 100,0

Sedang 23 59,0 16 41,0 39 100,0

Rendah 5 35,7 9 64,3 14 100,0

Total 39 59,1 27 40,9 66 100,0

Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa responden dengan tingkat

pendidikan tinggi memiliki pengetahuan baik mengenai kanker serviks sebanyak

11 responden (84,6%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 2

responden (15,4%). Untuk responden dengan pendidikan sedang memiliki

(54)

yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 16 responden (41,0%). Untuk

responden dengan pendidikan rendah memiliki pengetahuan baik mengenai

kanker serviks sebanyak 5 responden (35,7%) dan yang memiliki tingkat

pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (64,3%).

Dilakukan analisis dengan menggunakan uji Chi Square, didapatkan nilai

p sebesar 0,036 maka secara statistik terdapat hubungan antara tingkat pendidikan

dengan tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks.

4.2.2.2. Hubungan Pekerjaan dengan Pengetahuan responden

Tabel 4.10 Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Pengetahuan Mengenai Kanker Serviks

Pekerjaan Tingkat pengetahuan Jumlah

Baik Kurang

N % n % n %

Bekerja 23 67,6 11 13,9 34 100,0

Tidak bekerja 16 50,0 16 50,0 32 100,0

Total 39 59,1 27 40,9 66 100,0

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa responden yang bekerja

memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 23 responden (67,6%), dan

responden yang bekerja memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 11

responden (13,9%). Untuk responden yang tidak bekerja memiliki tingkat

pengetahuan baik sebanyak 16 responden (50,0%) dan responden yang tidak

bekerja memiliki pengetahuan kurang sebanyak 16 responden (50,0%).

Dilakukan analisis dengan menggunakan uji Chi Square, didapatkan nilai

p sebesar 0,145 maka secara statistik tidak terdapat hubungan antara pekerjaan

(55)

4.2.2.3 Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Responden

Tabel 4.11 Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Responden

Pendapatan Perilaku Ibu dalam Melakukan Pap smear Total

Pernah Belum pernah

n %

n % n %

Rendah 3 9,4 29 90,6 32 100,0

Tinggi 7 20.6 27 79,4 34 100,0

Total 10 15,2 56 84,8 66 100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pendapatan

rendah yang pernah melakukan tes Pap smear sebanyak 3 responden (9,4%) dan

yang belum pernah melakukan tes Pap smear sebanyak 29 responden (90,6%).

Responden dengan pendapatan tinggi yang memiliki perilaku pernah melakukan

tes Pap smear sebanyak 7 responden (20,6%) dan yang memiliki perilaku belum

pernah melakukan tes Pap smear sebanyak 27 responden (79,4%).

Setelah dilakukan uji Chi Square, didapatkan nilai expected count kurang

dari lima ada 33,3% jumlah sel sehingga tidak memenuhi syarat uji Chi Square,

maka dilakukan penggabungan sel menjadi tabel 2x2. Setelah dilakukan

penggabungan sel kemudian dilakukan uji Chi Square untuk kedua kalinya juga

tidak terpenuhi karena terdapat 1 sel (25%) yang memiliki nilai expected count

kurang dari lima Oleh karena itu, uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu

uji Fisher. Berdasarkan uji Fisher didapatkan nilai p sebesar 0,306 maka secara

(56)

4.2.2.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Responden

Tabel 4.12 Hubungan Tingkat Pengetahuan Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu Melakukan Tes Pap Smear

Tingkat Pengetahuan Kanker serviks

Perilaku Ibu dalam Melakukan Pap smear Total

Pernah Belum pernah

n %

n % n %

Baik 10 25,6 29 74,4 39 100,0

Kurang 0 0.0 27 100,0 27 100,0

Total 10 15,2 56 84,8 66 100,0

Hasil penelitian pada tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah responden

yang melakukan pemeriksaan Pap smear dengan tingkat pengetahuan baik

sebanyak 10 responden dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 0 responden. Jumlah responden yang belum pernah melakukan pemeriksaan Pap smear dengan

tingkat pengetahuan baik sebanyak 29 responden dan tingkat pengetahuan kurang

sebanyak 27 responden.

Setelah dilakukan uji Chi Square, didapatkan nilai expected count kurang

dari lima ada 33,3% jumlah sel sehingga tidak memenuhi syarat uji Chi Square,

maka dilakukan penggabungan sel menjadi tabel 2x2. Setelah dilakukan

penggabungan sel kemudian dilakukan uji Chi Square untuk kedua kalinya juga

tidak terpenuhi karena terdapat 1 sel (25%) yang memiliki nilai expected count

kurang dari lima Oleh karena itu, uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu

uji Fisher. Berdasarkan uji Fisher didapatkan nilai p sebesar 0,004 maka secara

statistik terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan kanker serviks dengan

(57)

4.3. Pembahasan

Dari tingkat pengetahuan responden yang kurang mengenai kanker serviks

didapatkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan sedang (59,6%) dan

bekerja (51,5%).

Penelitian ini serupa dengan yang dilakukan oleh Lima EG et al di Brazil

tahun 2013 didapatkan hasil sebagian besar responden memiliki pengetahuan

kurang (70,9%).34 Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Frida dan

Tanya tahun 2012 mendapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki

pendidikan formal sedang (55,4%).35 Sehingga hal ini tidak sejalan dengan teori

Notoatmojo yang mengatakan bahwa pekerjaan dan pendidikan formal merupakan

faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.28

Berbeda halnya dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh Aghnia di

Kelurahan Campaka tahun 2011 sebagian besar responden berpengetahuan cukup

(56,9%), berpendidikan rendah (65%), dan tidak bekerja (70%).36

Perbedaan hasil tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa kondisi di

masyarakat seperti tingginya arus informasi yang diterima masyarakat setempat,

rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat setempat karena kurangnya tingkat

kewaspadaan masyarakat terhadap kanker serviks serta informasi mengenai cara

pencegahan dan cara deteksi dini.

Dari perilaku responden didapatkan bahwa sebagian besar responden

memiliki perilaku belum pernah melakukan tes Pap smear (84,8%), dan memiliki

pendapatan rata-rata keluarganya Rp. 3.000.000 – 4.500.000 (37,9%).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulia et al di

Puskesmas Pegandan Kota Semarang tahun 2011. Pada penelitian mereka

didapatkan bahwa ibu yang pernah melakukan pemeriksaan Pap smear sebesar

82,8% dan yang tidak pernah melakukan pemeriksaan Pap smear sebesar

17,2%.10

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bayu et al pada

wanita pekerja seks komersial didapatkan bahwa responden yang memiliki

(58)

pernah melakukan Pap smear sebesar 10,45%.37 Serupa juga dengan penelitian

yang dilakukan oleh Hanisch R et al di Columbia tahun 2007 didapatkan hasil

sebagian besar responden yaitu sebanyak 71,5% pernah melakukan Pap smear

dan 7,8 % belum pernah melakukan Pap smear.38

Pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang

untuk berperilaku sehat salah satunya dengan cara melakukan pemeriksaan Pap

smear.28 Dari data penelitian ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden

memiliki pendapatan yang cukup tersebut tidak sebanding dengan perilaku

responden yang pernah melakukan Pap smear.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara

tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan mengenai kanker serviks. Hal ini

serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadi di Iran tahun 2009 yang

mendapatkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat

pengetahuan mengenai kanker serviks.39 Serupa juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Soebarkah bahwa semakin tinggi pendidikan semakin tinggi juga

pengetahuan seseorang.40

Hasil dalam penelitian ini serupa dengan teori bahwa pendidikan formal

dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup

terutama dalam memotivasi untuk bersikap. Menurut Nursalam, pada umumnya

makin tinggi pendidikan formal seseorang makin mudah seseorang menerima

informasi.28

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara pekerjaan dengan tingkat pengetahuan mengenai kanker serviks. Kenyataan

ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Jamsiah di Malaysia tahun 2009

yang mendapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status

pekerjaan dengan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks.41 Hal ini tidak

sesuai dengan teori Notoatmojo bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

salah satunya adalah pekerjaan.28

Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

(59)

penelitian yang dilakukan oleh Nikko et al yang mendapatkan bahwa besarnya

pendapatan responden tidak memiliki hubungan dengan perilaku responden dalam

melakukan Pap smear.42 Pendapatan berpengaruh pada perilaku kesehatan

seseorang yaitu dengan adanya pendapatan yang besar memudahkan seseorang

untuk membayar biaya pemeriksaan Pap smear. Sehinga hasil penelitian ini tidak

sesuai teori yang mengatakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

adalah pendapatan seseorang.28

Berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan antara tingkat

pengetahuan kanker serviks dengan perilaku ibu dalam melakukan tes Pap smear.

Hal ini sesuai dengan penelitian Rifki et al yang mengatakan bahwa ada hubungan

tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan perilaku ibu dalam

melakukan pemeriksaan Pap smear engan nilai p = 0,016 engan α = 0,05 11

Hal ini sejalan dengan pernyataan Lawarence Green yang menyatakan

perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan kebudayaan seseorang atau masyarakat.28

4.4 Keterbatasan Penelitian

Peneliti telah berusaha melakukan penelitian secara teliti. Namun

demikian, peneliti menyadari bahwa masih terdapat keterbatasan ataupun

kekurangan dalam penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Dikarenakan belum ada kuesioner yang baku, untuk mengukur variabel bebas yakni tingkat pengetahuan, kuesioner yang digunakan

merupakan kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti lain yang telah

diuji validitas dan reliabilitas sebelumnya oleh peneliti tersebut.

Peneliti tidak menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti

sendiri, karena waktu yang dimiliki oleh peneliti cukup terbatas.

2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas pada

wilayah kerja Kelurahan Tugu Utara, sehingga hasil dari penelitian ini

mungkin akan berbeda bila dibandingkan dengan wilayah-wilayah

(60)

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks

dengan perilaku ibu dalam melakukan tes Pap smear dengan nilai p =

0,004.

2. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan

ibu tentang kanker serviks di Kelurahan Tugu Utara tahun 2013 dengan

nilai p = 0,036.

3. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu

tentang kanker serviks di Kelurahan Tugu Utara tahun 2013.

4. Tidak terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan perilaku ibu

dalam melakukan tes Pap smear di Kelurahan Tugu Utara tahun 2013. 5. Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 18,2%, tingkat pendidikan

sedang sebanyak 59,15%, dan tingkat pendidikan rendah sebanyak 21,2%.

6. Ibu yang memiliki pekerjaan sebesar 51,5% dan yang tidak memiliki

pekerjaan sebesar 48,5%.

7. Ibu yang memiliki pendapatan rata-rata keluarganya Rp.

3.000.000-4.500.000 sebesar 37,9%, ibu yang memiliki pendapatan rata-rata

keluarganya Rp. 1.500.000-3.000.000 sebesar 34,8%, ibu yang memiliki

pendapatan rata-rata keluarganya kurang dari Rp. 1.500.000 sebesar

13,6%, dan ibu yang memiliki pendapatan rata-rata keluarganya lebih dari

Rp. 4.500.000 sebesar 13,6%.

8. Tingkat pengetahuan ibu mengenai kanker serviks sebanyak 9,1%

responden dikategorikan baik, 16,7% responden dikategorikan cukup, dan

74,2% dikategorikan kurang.

9. Ibu yang sudah melakukan pemeriksaan tes Pap smear sebanyak 15,2%

responden dan yang belum pernah melakukan pemeriksaan tes Pap smear

(61)

5.2. Saran

Peningkatan pengetahuan kanker serviks di Kelurahan Tugu Utara perlu

dilakukan dengan meningkatkan promosi kesehatan melalui puskesmas, dokter

keluarga, ataupun dari kader kesehatan setempat dengan cara

(62)

1. World Health Organization. Comprehensive Cervical Cancer Control. A Guide to Essential Practice. Geneva : WHO. 2006, [Diakses 21 Januari 2013]. Diunduh dari http://whqlibdoc.who.int

2. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Skrining Kanker Leher Rahim Dengan Metode Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat (Iva). 2008.

[Diakses 22 April 2013]. Diunduh dari

http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc_downl oad&gid=279&Itemid=142

5.

Menteri Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796/MenKes/SK/VII/2010 Tentang Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Serviks. [Diakses 7 Februari 2013]. Diunduh dari http://www.kebijakankesehatanindonesia.net/sites/default/files

6. WHO/ICO Information Centre on HPV and Cervical Cancer (HPV Information Centre). Indonesia: Human papillomavirus and related cancers. Summary Report Update. 2010. [Diakses 26 januari 2013]. Diunduh dari http://apps.who.int/hpvcentre

7. Prawirohardjo S. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006

8. Rasjidi I. Deteksi Dini & Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto. 2009

9. Andrijono. Kanker Serviks. Ed 3. Jakarta: Divisi Onkologi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI. 2010

Gambar

Gambar 2.1 Sambungan Skuamo-Kolumnar Dan Zona Transformasi  ................ 7
Gambar 2.1. Lokasi dari SSK dan Zona Transformasi : a) sebelum menarche b)
Tabel 2.1. Stadium kanker serviks menurut FIGO dan TNM21
Gambar 2.2 Standar manajemen prakanker serviks
+7

Referensi

Dokumen terkait

Integritas laporan keuangan diukur dengan konservatisme, corporate governance diproksikan dengan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan

1) Murabahah adalah akad jual beli antara lembaga keuangan dan nasabah atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama. Lembaga keuangan akan

Serbuk gergaji kayu jati mengandung komponen-komponen kimia seperti selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif, sehingga dapat digunakan sebagai absorben yang

Struktur bagian dalam zeolit yang membentuk lubang dan sambungan dapat diisi dengan molekul-molekul lain, termasuk molekul air. Molekul yang dapat masuk ke dalam

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Strata Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tatanan rumah tangga dan kondisi sanitasi lingkungan dengan status BTA pada suspek TB Paru studi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER) dan Net Profit Margin (NPM) terhadap Return Saham pada

Research Target: Research will aim to detect influence gift aromatherapy lavender towards pain intensity in patient post Sectio Caesarea at Ayyub 1 room Roemani Hospital

melakukan pengamatan langsung guna mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam Laporan Akhir ini, yaitu mengenai sistem