SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Gelar Sarjana (S1) Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Disusun oleh M. Bashir Alfattah
NIM: 41809181
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KOSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
ix
✞✟ ✠ ✡✁☎☛✟ ☞ ✌✟ ✝✁✍✁☞ . i
LEMBAR PERNYATAAN . ii
ABSTRAK . iii
ABSTRACT . . iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR . xiv
DAFTAR TABEL ... ... . xv
DAFTAR LAMPIRAN .... .. xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... .. 12
1.2.1 Rumusan Masalah Makro 12
1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... ... 12
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... .. 13
1.3.1 Maksud Penelitian .. 13
x
✎✏ ✎✑ ✑✒✑ ✓✔✏✕✏ ✓✖✕ ✗✒ ✏ ✘✏ da✙✘✚ ✛✏ ✓✜ ✘✏✖ ✚✢✑ ✘✑ ✛✏ ✓ ✣6
2.1 Tinjauan Pustaka ... 16
2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . . 16
2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi .. .. 21
2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa . .. .. 30
2.1.3.1 Definisi Komunikasi Massa . .. . . 30
2.1.3.2 Karakteristik Komunikasi Massa . ... . 33
2.1.3.3 Fungsi Komunikasi Massa bagi Masyarakat ... 36
2.1.3.4 Hambatan dalam Komunikasi Massa ... 38
2.1.3.5 Bentuk-bentuk Komunikasi Massa ... ... 48
2.1.4 Film Sebagai Media Komunikasi Massa . .. .. 48
2.1.4.1 Definisi Film ... . .. .. 48
2.1.4.2 Fungsi Film ... . .. .... 49
2.1.4.3 Karakteristik Film .. .. .... 50
2.1.4.4 Jenis-jenis Film ... . .... 51
2.1.5 Pengertian Pesan Inspiratif .. ... . .... 53
2.1.6 Potensi pada Penyandang Tuna Rungu ... 54
2.1.6.1 Pengertian Tuna Rungu . ... 55
xi
... 59
2.1.6.5 Kisah Penyandang Tuna Rungu yang Memberikan
Inspirasi . . ... 64
2.1.7 Tinjauan Tentang Semiotika . . ... 65
2.2 Kerangka Pemikiran .. ... 71
✤✥ ✤✦ ✦✦✧ ✤★ ✩✪✫✥ ✬✭ ✩✮ ✧ ✫✩✯ ✩ ✬✩✰✦ ✮✦ ✥ ✬ 74
3.1 Objek Penelitian 74
3.1.1 Film The Hammer . 74
3.1.2 Sinopsis Film . . .. 75
3.1.3 ✱✲quence Filmyang di Analisis Peneliti .. 76
3.2 Metode Penelitian . 79
3.2.1 Desain Penelitian 80
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data 82
3.2.3 Teknik Analisis Data .... 83
3.2.4 Uji Keabsahan Data .... 85
3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 88
3.2.5.1 Lokasi Penelitian 88
3.2.5.2 Waktu Penelitian 88
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 90
4.1 Gambaran Umum Penelitian 90
xii
4.2.1.2 Pesan Inspiratif yang Diungkapkan oleh Cara
Berbicara (Speech) . .. .. 94
4.2.1.3 Pesan Inspiratif yang Diungkapkan oleh
Ekspresi (Exspression) . .. 97
4.2.2 Level Representasi . . . .. 99
4.2.2.1 Pesan Inspiratif yang diungkapkan oleh Kamera
dan Tata Cahaya .... . .. .. 99
4.2.2.2 Pesan Inspiratif yang diungkapkan olehSetting . 102
4.2.2.3 Pesan Inspiratif yang diungkapkan oleh Dialog . 104
4.2.3 Level Ideologi . . . .. 106
4.3 Pembahasan ... .. 108
4.3.1 Pembahasan Level Realitas .... . . . .. 109
4.3.1.1 Pembahasan Perilaku .... . . . .. .. 109
4.3.1.2 Pembahasan Cara Berbicara .... . . .. 110
4.3.1.3 Pembahasan Ekspresi .... . . . ... 111
4.3.2 Pembahasan Level Representasi . . . .. 113
4.3.2.1 Pembahasan Teknik Pengambilan Gambar dan
Tata Cahaya . . . .. 113
4.3.2.2 Pembahasan Setting atau Latar .. .. 115
xiii
5.1 Kesimpulan .. . .. 133
5.2 Saran ... 135
✿✴❃❄✴ ❀✻✼ ✸❄✴ ✶✴ ❅ ❅❅ .... 137
LAMPIRAN - LAMPIRAN ... ... 146
xiv
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Semiotika Pesan Inspiratif
untuk Penyandang Tuna rungu dalam Film The Hammer .. 73
Gambar 3.1 FilmThe Hammer . 76
xv
Tabel 3.1 TampilanSequencedalam FilmThe Hammer . ... 78
Tabel 3.2 Waktu Penelitian ... 89
Tabel 4.1 Tabel Perilaku dalam Film The Hammer ... 93
Tabel 4.2 Tabel Cara Berbicara dalam Film The Hammer ... 95
Tabel 4.3 Tabel Ekspresi dalam Film The Hammer ... 97
Tabel 4.4 Tabel teknik pengambilan gambar dan tata cahaya dalam Film The Hammer ... 100
Tabel 4.5 Tabel Latar dalam Film The Hammer ... 102
Tabel 4.6 Tabel Dialog dalam Film The Hammer ... 104
xvi
Lampiran 1 Lembar Revisi Usulan Penelitian ... 146
Lampiran 2 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Sidang Sarjana 147
Lampiran 3 Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang Sarjana ... 148
Lampiran 4 Berita Acara Bimbingan... 149
v ❭❝ ❝❞ ❡❞ ❢❢ ❣❞ ❡❞ ❤✐❣❢ Wr. Wb.
❥❦❧♠♥ ♠ ♦♣ qr s ♠t ✉ ✈♣ ✇♣ ① ♦ ❦t ❦♥r②r ♦ ♠t q♠②✇ ♠t ③ ♠t✈♠✇❦♦♠s ♠ ④♣ ③ ♠t Yang Maha Esa, yang mana atas segala berkat dan anugerah-Nya yang telah memberikan kekuatan,
kesehatan, keyakinan dan jalan serta kesabaran bagi peneliti dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini, yang berjudul Pesan Inspiratif Untuk Penyandang Tuna
Rungu dalam Film The Hammer (Studi Analisis Semiotika John Fiske
Tentang Pesan Inspiratif Untuk Penyandang Tuna Rungu Dalam Film The
Hammer ).
Peneliti sangat meyadari bahwa adanya peran berharga dari orang-orang
hebat disisi peneliti yang bersedia membagi hidupnya untuk bersama-sama
merasakan apa yang peneliti alami, hadapi dan rasakan. Dengan segala
kerendahan hati, peneliti ucapkan terimakasih sedalam dalam nya kepada kedua
orang tua ku, Ayah dan Ibu serta kedua saudara ku Alka dan Ican, atas segala
cinta, kasih dan sayang mewarnai kehidupan peneliti dan selalu setia mendukung
peneliti, memberikan kekuatan moril dan memenuhi kebutuhan materil peneliti.
Peneliti sadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya dukungan, dorongan dan
bimibingan serta bantuan dari beberapa pihak dalam proses penyusunan karya
ilmiah ini. Untuk itu pada kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan
kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih yang
vi
surat administrasi lainnya yang diajukan penulis.
2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat M. Siselaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi dan Public Relations Unikom, yang telah memberikan
nasihat, saran serta motivasi selama peneliti serta mengikuti perkuliahan
3. Ibu Melly Maulin, S.Sos, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer
Indonesia. Selaku dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi yang
banyak memberikan ilmunya kepada penulis melalui proses perkuliahan.
4. Ibu Dra. Kiki Zakiah M.Siselaku dosen pembimbing penulis yang pada
penulisan karya ilmiah ini, telah banyak memberikan masukan, arahan dan
saran kepada penulis melalui proses pembimbingan, serta memberikan
semangat agar penulis dapat menyelesaikan penulisan ini dengan baik.
5. Bapak Sangra Juliano S.Ikom, M.I.Kom selaku dosen tetap Program
Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Komputer Indonesia dan sekaligus dosen wali penulis yang telah banyak
memberikan nasihat, masukan, semangat kepada penulis selama proses
perkuliahan.
6. Seluruh Jajaran Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. BapakArie
vii
IbuTine A. Wulandari S.Ikom. IbuDitha Prasanti, M.I Kom., Dr. Drs.
H. M. Ali Syamsuddin Amin S.Ag, M.Si., Terima kasih kepada para
dosen yang telah memberikan banyak ilmunya melalui proses perkuliahan,
memberikan semangat dan masukan kepada penulis.
7. Jajaran staf sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi. Ibu Astri
Ikawati AMd.Kom Terima kasih atas kemudahan proses administrasi.
8. Sekertaris Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Komputer Indonesia. Ibu Ratna Widiastuti, A.Md Terima kasih penulis
ucapkan kemudahan proses administrasi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Tisa Ayu Firalanti
terimakasih atas motivasi, dan tempat ku tuk berdiskusi, sehingga aku dapat
melangkah dengan pasti.
Seluruh penghuni Gagak House serta seluruh anak-anak Humas 3 dan IK 5
angkatan 2009, anak-anak kosan Cigadung, Ilmu Komunikasi 2009, Dulips FC,
serta semua orang yang tidak bisa disebutkan satu-satu, terimakasih telah menjadi
bagian didalam hidupku. Karena kalian hidupku penuh akan warna dan arti.
Karena kalian aku lebih mengerti dan memahami arti hidup ini. Tawa dan tangis
viii
Akhir kata untuk kesempurnaan laporan ini, peneliti mengharapkan koreksi
dan saran dari pembaca serta menerima masukan dan kritik tersebut dengan hati
terbuka, sehingga di masa yang akan datang laporan ini dapat menjadi bahan yang
lebih baik, lebih menarik dan lebih bermanfaat lagi. Amin.
Bandung, Juli 2013
Peneliti
M. Bashir Alfattah
137
➥ ➲ ➳ ➵➸➵ ➺
➻➼t➽ ➾➚s➪r➶➹➘ ➾➴➷s ➬entang➮➱ ✃ologi ➷❐❒❒ ❮➷❰➘ ÏÐ ÑÐy Ð Òrt Ó Ð➼ÐÐsutr
➻Ô Õ➴Ð Ö×➘ ➶Ø➼Ù➴ ÖÐ➘➶r Ú➘ ÛÐ➼Ð ➶➹➾Ñ➴Ðt➴ ➶ÚÐ➼➴ ÖÐ➽ ➶r Ü➴➴➷t ÝOMUNIKASI MASSA Suatu Pengantar Edisi Revisi➶❐❒ ❒ Þ➷ßÐ ÖÕ➾ ÖÏ ÒÜ➴ Ûà➴➘➚ Ðá ➪ÑÐtÐ ÛÐâ➪Õ➴Ð ➷
ã ➪Vito, Joseph. Komunikasi Antar Manusia. (Terj.). 1997. Jakarta: Professional
Books.
Dominick, Joseph R. The Dynamics of Mass Communication. 2000. New York:
Random House.
Esya, Eimond, Shafa Saatnya Tuna Rungu Bicara Kisah Perjuangan Penderita
Tunarungu Berat Untuk Mendengar dan Berbicara. 2009. Bandung: Memoira
Publisher.
Fajar, Marhaeni,Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. 2009. Jakarta: Graha Ilmu
Fiske, John, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif, 1990. Yogyakarta: Jalasutra.
Fiske, John, Television Culture: Popular Pleasures and Politics, 1987. London:
Hartley, John. Communication, Cultural, & Media Studies: Konsep Kunci. 2004.
Yogyakarta: Jalasutra.
Jackson, Stevi, Jones, Jackie. Teori-teori Feminis Kontemporer. 2009.
Yogyakarta: Jalasutra.
Moleong, J Lexy. 2009, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Edisi Revisi. 2000.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. M.A., Ph. D.2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Nurudin.Komunikasi Massa. 2003. Malang: Cespur.
Sendjaja, S. Djuarsa, Pengantar Ilmu Komunikasi. 2007. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Severin, Werner J, James W. Tankard, Jr,Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa. 2007. Jakarta: Kencana.
Sobur, Alex.Semiotika Komunikasi. 2009. Bandung: PT. Remaja
Storey, John, Pengantar Komprehensif Teori dan Metode Cultural Studies dan
Kajian Budaya Pop. 2006. Yogyakarta: Jalasutra
Uchjana, Onong Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. 2001. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
West, Richard, Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi dan Aplikasi. 2008.
JAKARTA: Salemba Humanika.
Yudistia, Angkie. Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas. 2011. Jakarta:
Upnormal Publishing.
äå æçè éêë Lìíîï
http://musa666.wordpress.com/2011/11/04/definisi-film/30/3/2013 17.53 WIB.
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film.html#.UVa9OaJkOZg/30/3/2013 18.02 WIB.
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/02/11/kisah-seorang-gadis-tuna-rungu--527592.html/30/3/2013 20.54 WIB.
http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/12/pengertian-biografi-serta-cara-menulis.html/5/4/2013 19.52 WIB.
http://widypsikologi.wordpress.com/2010/05/29/pengertian-dan-klasifikasi-tunarungu/1/4/2013 20.37 WIB.
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Hammer_(2010_film)/30/3/2013 19.00 WIB.
http://psibkusd.wordpress.com/about/b-tunarungu/metode-pengajaran-bahasa-bagi-anak-tunarung/2/4/2013 16.00 WIB.
http://media.kompasiana.com/buku/2012/05/09/perempuan-tuna-rungu-menembus-batas-kisah-inspiratif-dari-angkie-yudistia-461638.html/2/4/2013
15.00 WIB.
http://www.indonesiaberprestasi.web.id/kisah-motivasi/perenang-tuna-rungu-itu-lolos-ke-vietnam/2/4/2013 13.00 WIB.
http://www.scribd.com/doc/51445271/unsur-film/3/4/2013 21.00 WIB.
http://www.scribd.com/doc/83269101/16/Definisi-Tunarungu/3/4/2013 20.00
WIB.
http://komunitassinemasemarang.com/scene-shot-dan-sequence/14/4/2013 19.38
WIB
http://videomaker79.blogspot.com/2012/06/pengertian-tata-cahaya-lighting.html/
08/07/2013 23.21 WIB
http://turunanilmu.blogspot.com/2010/12/macam-macam-gaya
berbicara.html/09/07/2013 00.59 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekspresi_wajah/15/7/2013 21.18 WIB
ðñ òó ôõóö ÷ øó ùú
Yudy Gunawan. Representasi Kecantikan dalam Iklan Lux Versi Luna Magic
Spell Play With Beauty ,Universitas Petra 2009.
Edwina Ayu Dianingtyas. Representasi Perempuan Jawa dalam Film R.A Kartini,
Universitas Diponegoro 2010.
Chandra Agnisa Prismadani. Mitos Keluarga Muslim dalam Sinetron Inayah,
1 ✆ ✝✆☎✞ ✟✞ ✠û✡☛✞ ☞✞ ✌✍✎✞ ✏✞☛✞ ✑
Film membentuk konstruksi masyarakat akan suatu hal, film juga
merupakan realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan
kemudian memproyeksikannya ke atas layar (Sobur, 2009: 127). Film telah
berkembang menjadi sebuah bentuk seni dan industri. Film adalah artefak budaya
yang diciptakan budaya tertentu yang mencerminkan budaya, yang pada
gilirannya mempengaruhi mereka. Film ini dianggap sebagai bentuk seni yang
penting. Sumber hiburan populer dan metode yang kuat untuk mendidik atau
mengindoktrinasi warga negara. Unsur-unsur visual dari film memberikan
gambar gerakan universal kekuatan komunikasi.
Film atau motion p✒i✓turs ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Secara harfiah, film adalah✒✔✓✕✖ ✗i ✖ ✘ ✙ogr ✓i yang berasal dari kata✒in✓✕✖ (gerak),tho atau✘✙✚✗✛✜(cahaya), dan✢✣✖ ✘ ✙✤✓atau✢✙✣✖✘ (tulisan, gambar, citra). Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya.
Film sebagai karya seni sering diartikan hasil cipta karya seni yang memiliki
kelengkapan dari beberapa unsur seni untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya
adalah seni rupa, seni fotografi, seni arsitektur, seni tari, seni puisi sastra, seni
teater, seni musik, seni pantomim dan novel. Keseluruhannya merupakan
pemahaman dari sebuah karya film yang terpadu dan biasa kita lihat.
Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama
adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung
fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Dewasa ini, film tidak
hanya sebagai sebuah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi
imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang
sempurna, melainkan sudah menjadi sebuah bisnis yang memberikan keuntungan,
kadang-kadang menjadi mesin uang yang seringkali, demi uang, keluar dari
kaidah artistik film itu sendiri (Dominick. 2000: 306).
Fiske menyatakan di dalam bukunya✥ ✦✧ ★✩✥ ✩✪✪✦✫ ✬ (1994) bahwa media postmodern tidak lagi menyajikan representasi realitas kedua; media
mempengaruhi dan memproduksi realitas yang mereka mediakan. Dalam
pandangan fiske, semua realitas atau peristiwa yang bisa menjadi perkara
(✥ ✩✪✪✦✫✬✭ media, telah menjadi media event . Dalam media event atau dalam realitas kedua itu manusia hidup dalam gelimang citra, bahkan antara citra dan
tatanan pengalaman pun sudah tidak ada lagi perbedaannya. Fiske mengatakan
jangan hanya menjadi konsumen pesan media yang pasif, tapi juga menjadi
individu yang aktif dalam negosiasi makna melalui oppos★t★✮ ✯ ✩✰ t✦xt ataupun r
Menurut Fiske diatas, film memiliki daya tarik tersendiri. Salah satu film
yang memiliki pesan inspiratif untuk peyandang tuna rungu menurut peneliti
yaitu film ✱✲ ✳ ✴✵ ✶✶✳r. ✱✲ ✳ ✴✵✶✶✳r yang diangkat dari kisah nyata, menceritakan seorang pegulat bernama Matt Hamill. Dia dilahirkan sebagai
seorang penyandang tuli atau tuna rungu. Film ini bersetting pada era 1970an,
yang menceritakan seorang pegulat tuna rungu yang menjadi orang tuna rungu
pertama yang menjuarai ✷✵ ✸✹✺✻✵ ✼ C✺✼✼ ✳✽ ✹✵ ✸✳ ✾✿✳❀✸✼ ✹✻✽ C✲✵✶❁ ✹✺✻ ❀ ✲ ✹❁. ✷✵ ✸✹✺✻✵ ✼ C✺✼✼ ✳✽✹✵✸✳ ✾ ✿ ✳❀✸✼ ✹✻ ✽ C✲✵✶❁ ✹✺✻❀ ✲ ✹❁ adalah kejuaraan gulat antara perguruan-perguruan tinggi di Amerika Serikat. Film yang disutradarai Eben Kostbar dan
Joseph McKelheer yang berdurasi 108 menit ini memenangi Breakthrough Film
Audience Award dan ditayangkan di festival-festival film di Newport Beach,
Florida, Miami, Cleveland, and Philadelphia, dan memenangi beberapa
penghargaan lainnya.
✱✲✳ ✴✵✶✶✳r adalah sebuah ❂✹✺ ✽✿ ✵ ❁✲✹❃✵ ✼ ❄✹✼ ✶❅ Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab graphien yang berarti tulis.
Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang.
Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup
seseorang. Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup
seseorang. Melalui biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari
tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan
mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita
biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat
atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah,
namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis
secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan
berdasar tema-tema utama tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah atau
ambisi dan pencapaian). Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada
topik-topik atau pencapaian tertentu. Begitu pun hal nya dengan film biografi atau
❆ ❇❈❉ ❊❋ ●❍ ❇■❋ ❏ ❑ ❇❏▲. ❆ ❇❈❉❊❋●❍❇■❋❏❑ ❇❏▲ adalah film yang mendramatisasi kehidupan orang yang sebenarnya ada di kehidupan nyata.❆ ❇❈❉ ❊❋●❍❇■❋ ❏❑ ❇❏▲ berbeda dengan film-film berdasarkan kisah nyata ( ❆❋ ▼ ◆❖ ❈P ◗❊❘◆ ▼◗❈❊❙) dan film sejarah. B❇❈❉❊❋ ●❍ ❇■❋❏ ❑ ❇❏▲ berusaha untuk komprehensif menceritakan kisah hidup seseorang atau setidaknya tahun penting dari kehidupan mereka. Karena
❆ ❇❈❉ ❊❋ ●❍ ❇■❋ ❏❑ ❇❏▲ menggambarkan orang yang sebenarnya, yang tindakannya dan karakteristiknya diketahui, maka dibutuhkan aktor atau aktris yang memiliki
kemampuan peran yang baik.
Seperti yang telah dipaparkan bahwa pemeran utama pada film ❚❍ ◆
❯❋▲▲◆r, Matt Hamill adalah seorang penyandang tuna rungu. Sementara tuna rungu itu sendiri adalah seseorang yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya, sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal.
Secara fisik, seorang tuna rungu tidak berbeda dengan orang lain pada umumnya,
sebab orang akan mengetahui bahwa seseorang menyandang tuna rungu pada saat
jelas artikulasinya, atau bahkan tidak berbicara sama sekali, kebanyakan dari
mereka menggunakan bahasa isyarat saat berkomunikasi. Easterbrooks (1997)
mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis utama ketunarunguan menurut lokasi
ganguannya:
1. C❱❲ ❳❨ ❩❬❭❪❫❴❱❵❵, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat gangguan pada bagian luar atau tengah telinga yang menghambat dihantarkannya
gelombang bunyi ke bagian dalam telinga.
2. ❛❫❲ ❵ ❱❜❭❲ ❫❨❜❝❴ ❴❱❵ ❵, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat kerusakan pada bagian dalam telinga atau syaraf auditer yang
mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan bunyi ke otak.
3. C❫❲❬❜❝❴ ❝❨❳❭❬❱❜❞ ❡❜❱ ❩❫❵❵❭❲ ❢ ❳ ❭❵ ❱❜❳❫❜, yaitu gangguan pada sistem syaraf pusat proses auditer yang mengakibatkan individu mengalami kesulitan
memahami apa yang didengarnya meskipun tidak ada gangguan yang
spesifik pada telinganya itu sendiri. Anak yang mengalami gangguan
pusat pemerosesan auditer ini mungkin memiliki pendengaran yang
normal bila diukur dengan audiometer, tetapi mereka sering mengalami
kesulitan memahami apa yang didengarnya.
Berdasarkan tingkat keberfungsian telinga dalam mendengar bunyi,
Ashman dan Elkins (1994) mengklasifikasikan ketunarunguan ke dalam empat
1. Ketunarunguan ringan (mil❣ ❤✐❥ ❦❧♠ ♥ ❧♦♣❥ ❧❦♦✐♠ q ), yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB (desibel).
Mereka sering tidak menyadari bahwa sedang diajak bicara, mengalami
sedikit kesulitan dalam percakapan.
2. Ketunarunguan sedang (♦ r ❣✐ ❦❥q✐ ❤✐❥ ❦❧♠♥ ❧♦♣ ❥❧ ❦♦✐♠q), yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB.
Mereka mengalami kesulitan dalam percakapan tanpa memperhatikan
wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh,
tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar (❤✐❥❦❧♠ ♥❥❧ ❣).
3. Ketunarunguan berat (s✐t✐ ❦✐ ❤✐❥ ❦❧♠ ♥ ❧♦♣❥ ❧ ❦♦✐♠ q), yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 65-95 dB. Mereka
sedikit memahami percakapan pembicara bila memperhatikan wajah
pembicara dengan suara keras, tetapi percakapan normal praktis tidak
mungkin dilakukannya, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar.
4. Ketunarunguan berat sekali (♣ ❦ r✉ r✈♠ ❣ ❤✐❥ ❦❧♠♥ ❧♦♣❥❧ ❦♦✐♠ q), yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB atau
lebih keras. Mendengar percakapan normal tidak mungkin baginya,
sehingga dia sangat tergantung pada komunikasi visual. Sejauh tertentu,
ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu dengan kekuatan
Survey tahun 1981 di Australia menemukan bahwa 59% dari populasi
tunarungu menyandang ketunarunguan ringan, 11% sedang, 20% berat, dan 10%
tidak dapat dipastikan (Cameron, 1982, dalam Ashman dan Elkins, 1994). Perlu
dijelaskan bahwa ①② ③④⑤②⑥ (disingkat dB) adalah satuan ukuran intensitas bunyi. Istilah ini diambil dari nama pencipta telepon, Graham Bel, yang istrinya
tunarungu, dan dia tertarik pada bidang ketunarunguan dan pendidikan bagi
tunarungu. Satu① ② ③④⑤②⑥adalah 0,1 Bel.
Bagi para fisikawan, ①② ③④⑤②⑥ merupakan ukuran tekanan bunyi, yaitu tekanan yang didesakkan oleh suatu gelombang bunyi yang melintasi udara.
Dalam fisika, 0 db sama dengan tingkat tekanan yang mengakibatkan gerakan
molekul udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi dengan
menggunakan instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia.
Oleh karena itu, di dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang
disebut 0 dB klinis atau 0 audiometrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram,
yang merupakan grafik tingkat ketunarunguan. Nol audiometrik adalah tingkat
intensitas bunyi terendah yang dapat terdeteksi oleh telinga orang rata-rata dengan
telinga yang sehat pada frekuensi 1000 Hz (Ashman & Elkins, 1994).
Salah satu kisah inspiratif datang dari Angkie Yudistia, penulis buku
PEREMPUAN TUNA RUNGU MENEMBUS BATAS . Angkie adalah
selalu dikucilkan kawan-kawan sebayanya karena ia menderita kurang
pendengarang. Namun seiring waktu berjalan, ia dapat merubah itu semua, dari
suatu keterbatasan menjadi sebuah kelebihan. Dalam buku nya Angkie
menceritakan bagaimana sulitnya menjadi seorang tuna rungu, bagaimana
sulitnya dia melamar pekerjaan, hanya karena dia tidak bisa menggunakan
fasilitas telepon. Namun Angkie membuktikan bahwa dengan keterbatasannya
mendengar dapat dirubah menjadi sebuah kelebihan.
Angkie yang sudah menempuh gelar S2 pernah menjadi finalis Abang
None mewakili Jakarta Barat, lalu menjadi duta Indonesia untuk perhelatan A⑦⑧⑨
-⑩⑨❶⑧❷⑧❶ D❸❹ ❸❺❻ ❼❽ ❸❾❿ C❸❾❿ ❸➀ ❻ ❷ D⑧ ⑦⑨➁⑧❺⑧❿ ➂ di Bangkok, Thailand. Selain dari itu dia juga mendirikan ➃➄⑧ ⑦⑨➁❺ ❸ E❾❿ ❸➀ ❼➀⑧ ⑦❸ yang perduli terhadap permasalahan sosial dengan menggunakan kemampuan entrepreneur untu melakukan perubahan
sosial yang meliputi pemberdayaan kaum penyandang disabilitas di Indonesia.
Angkie juga aktif membantu Yayasan Tuna Rungu Sehjira, bersama para
perempuan penyandang disabilitas lainnya untuk berbagi pengalaman agar dapat
menerima keterbatasan dan memaksimalkan segala potensi yang dimiliki mereka.
Angkie memberikan harapan bagi para penyandang disabilitas untuk
memaksimalkan potensi yang mereka miliki dan memberikan sebuah kisah yang
dapat memberikan sebuah inspirasi bagi pembacanya dan khususnya bagi para
penyandang disabilitas. Seperti dikutip dari Chappy Hakim yang diambil dari
Jadilah kaum optimis yang bisa berubah menjadi kaum pemenang, jangan jadi
pesimis yang berubah menjadi pecundang.
Secara alami, individu tunarungu cenderung mengembangkan cara
komunikasi manual atau bahasa isyarat. Untuk tujuan universalitas, berbagai
negara telah mengembangkan bahasa isyarat yang dibakukan secara nasional.
Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa komunikasi manual dengan
bahasa isyarat yang baku memberikan gambaran lengkap tentang bahasa kepada
tunarungu, sehingga mereka perlu mempelajarinya dengan baik. Kerugian
penggunaan bahasa isyarat ini adalah bahwa para penggunanya cenderung
membentuk masyarakat yang eksklusif.
Pada film ➅➆ ➇ ➈➉➊➊ ➇r, Matt Hamill yang diperankan Russel Harvard merupakan seorang tuna rungu sejak dia dilahirkan, artinya dia mengidap tuna
rungu bukan karena suatu kejadian atau kecelakaan, melainkan sudah dibawanya
sejak dia dilahirkan. Pada film ini menceritakan seorang tuna rungu yang ingin
hidup sebagai manusia normal pada umumnya, dan tidak menginginkan
dibedakan oleh orang lainnya. Sampai disuatu titik dimana dia merasa bahwa
dirinya memang beda dengan manusia normal lainnya ketika dia mengalami
Film ➋➌➍ ➎➏ ➐➐➍r memberikan inspirasi bagi penyandang tuna rungu, bahwa sebagai seorang tuna rungu tidak perlu minder, mereka harus percaya diri
untuk bersaing dengan orang normal lainnya. Seperti Matt Hamill, dia mampu
menjuarai ➑➏➒➓➔→➏➣ C➔➣➣➍↔ ➓➏➒➍ ↕➙➍➛ ➒➣ ➓→ ↔ C➌➏➐➜ ➓➔→➛➌➓➜ melawan orang-orang normal dengan kegigihannya dan rasa percayanya bahwa dia mampu lebih baik
dari orang lain meskipun dia tuna rungu tidak membatasi dia untuk bermimpi dan
menggapainya.
Untuk meneliti pesan inspiratif untuk penyandang tuna rungu dalam film
The Hammer, peneliti membutuhkan sebuah pisau bedah, dalam artian sebuah
teori atau pemikiran yang mendukung penelitian peneliti. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan analisis Semiotik. Secara etimologis, istilah semiotika
berasal dari Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai
suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap
mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang
menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya asap menandai adanya api, sirene
mobil yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran di sudut kota
(Indiwan seto wahju wibowo, 2009 :7)
Semiotika memiliki fungsi yang sangat banyak dan erat dalam kehidupan
kita meski terkadang tanpa kita sadarai bahwa kita adalah bagian dari semiotika
tanda, (b) acuan tanda, (c) pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang
bersifat fisik, bisa dipersepsi indera kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar
tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga
disebut tanda. Misalnya, mangacungkan jempol kepada kawan kita yang
berprestasi. Dalam hal ini, tanda mengacu sebagai pujian dari saya dan ini diakui
seperti itu baik oleh saya maupun teman saya yang berprestasi. Makna
disampaikan dari saya kepada teman yang berprestasi maka komunikasi pun
berlangsung (John Fiske, 2004:61).
John Fiske dalam bukunya ➝➞l➞➟➠➡ ➠➢➤ C➥ ➦➧➥ ➨ ➞ merumuskan teori ➝➩ ➞ C➢➫➞➡ ➢➭ ➝➞➦➞➟➠➡ ➠➢➤ yang menyatakan peristiwa yang dinyatakan telah dikodekan oleh kode-kode sosial. Pada teori ➝➩ ➞ C➢➫➞➡ ➢➭ ➝➞➦➞➟➠➡➠➢➤ John Fiske merumuskan tiga level proses representasi : 1) Level realitas 2) Level representasi
3) Level Ideologi.
Sebuah film tidak hanya hadir sebagai sebuah hiburan semata, melainkan
ada sebuah pesan yang ingin disampaikan, baik samar maupun nyata. Maka dari
itu peneliti tertarik meneliti pesan yang berada dalam sebuah film. Dengan tujuan,
untuk menggali makna maupun pesan yang ada dalam sebuah film. Dalam hal ini
peneliti ingin memberikan sebuah semangat dan harapan kepada kaum tuna rungu
serta hasil persepsi peneliti, peneliti akan menganalisis pesan inspiratif untuk
penyandang tuna rungu dalam film➵➸ ➺➻➼ ➽➽➺r.
➾ ➚➪➶➹➘ ➹➴ ➷➬➮ ➷➴➷➱➷✃
➾➚➪➚➾ ➶➹➘➹➴➷➬➮➷➴➷➱➷✃➮➷❐❒❮
Adapun rumusan masalah makro dalam penelitian yang dilakukan
peneliti ini sebagai berikut :
B➼❰➼Ï➽➼Ð➼ Ñ ➺Ò ➼Ð ÏÐÒ ÑÏÓ➼ ÔÏÕ ÖÐÔÖ × Ñ➺Ð Ø➼Ð Ù➼Ð ❰ ÔÖÐ➼ ÓÖ Ð ❰Ö Ù➼Ú➼➽ ÕÏÚ➽ The Hammer ?
➾➚➪➚ ➪ ➶➹➘➹➴➷➬➮➷➴➷➱➷✃➮Û❐❒❮
Berdasarkan rumusan masalah makro di atas, maka terdapat beberapa
rumusan masalah mikro dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana realitas pesan inspiratif untuk penyandang tuna rungu
dalam film The Hammer ?
2. Bagaimana representasi pesan inspiratif untuk penyandang tuna rungu
dalam film The Hammer ?
3. Bagaimana ideologi pesan inspiratif untuk penyandang tuna rungu
Ü ÝÞßà áâãääà åæã çãàåèéåéêëì ëà å ÜÝÞÝÜ ßàáâãäèéåéêëìëà å
Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis mengenai pesan inspiratif untuk penyandang tuna rungu dalam
film íîïðñ òòïró
ÜÝÞÝô æ ã çãà åèéåéêëì ëà å
Berdasarkan pernyataan masalah yang dijelaskan diatas, peneliti
merumuskan beberapa tujuan dalam penelitian ini:
1. Untuk Mengetahui realitas pesan inspiratif untuk penyandang tuna
rungu dalam film íîïðñ òòïró
2. Untuk Mengetahui representasi pesan inspiratif untuk penyandang
tuna rungu dalam film íîïðñòòïró
3. Untuk Mengetahui ideologi pesan inspiratif untuk penyandang tuna
õ ö÷øùúûüýý üþùü ùÿ✁ý ü
Adapun kegunaan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
õ ö ÷öõ øùúûüýý ü✂ù✄ ☎✁✆
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berkaitan
dengan Ilmu Komunikasi secara umum, dibidang hubungan masyarakat
(humas) maupun secara khusus dalam semiotika dalam membedah makna
dan tanda yang terdapat dalam sebuah karya ataupun media lainya. Dalam
penelitian ini lebih khusus membahas tentang semiotika yang terdapat dalam
sebuah karya berbentuk film.
õö÷ö✝ øùúûüýý ü þ☎ý✞✁ ✆ 1. Bagi Peneliti
Peneliti mengharapkan penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai
aplikasi ilmu.Yaitu mengkaji langsung tentang analisis semiotik yang
terdapat dalam sebuah karya film.
2. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
memberikan gambaran yang berguna sebagai referensi bagi mahasiswa
Universitas Komputer Indonesia kedepannya dalam mengungkap makna
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
tentang kajian semiotik secara menyeluruh mengenai sebuah pemaknaan
yang ada di dalam sebuah film dan mengajak khlayak untuk tidak pasif
16 2✙✚☛✛✔✜✓✢✓ ✔✎✓✣✓ust
✤ ✙✚✙ ✚ ☛✛✔✜✓✢✓ ✔✎✥✔✥✦✛t✛✓✔ ☛ ✥✒✓ ✧r u✦u
★ ✩✪✫✬✭✬ ✪ ✮ ✯✪ ✯✰ ✩✱ ✩✬ ✪ ✱ ✯✲✳✬ ✴✭✰✭ ✵ ✯✲✭✮ ✬✶✬ ✪ ✷ ✬✰✬ ✴ ✷ ✬✱✭ ✲✯✸ ✯✲✯✪✷✩ ✹✬ ✪ ✺ ✳✩✬✵✻✩✰✼✰ ✯✴✮✯✪✯✰ ✩✱ ✩✽ ✾✯✰ ✩✴✬✱ ✴✬✷ ✩✰ ✶✬ ✲ ✹✬ ✩✰✵✩✬ ✴✮✬ ✲✬ ✮ ✯✪ ✯✰ ✩✱ ✩✱ ✯✲✳✬ ✴✭✰✭✿ ✹✬ ✪✺ ✵ ✬ ✪✬ ✬✳ ✬ ✳ ✬✷✬ ✲ ✪ ✹✬ ✮✯✪✯✰ ✩✱ ✩ ✵✯✪✺✭ ✱ ✩✮ ✻✯✻✯✲✬✮✬ ✮ ✯✪✳✬✮ ✬ ✱ ✹✬ ✪✺ ✳ ✩✻✭✱✭✴✶ ✬ ✪ ✼✰ ✯✴ ✮✯✪✯✰ ✩✱ ✩ ✷✯✻✬ ✺✬ ✩ ✮✯✪✳ ✭✶ ✭ ✪ ✺ ✮✯✪✯✰ ✩✱ ✩✬ ✪✽ ★ ✯✪✱✭ ✪ ✹✬ ✳✯✪✺✬ ✪ ✵✯✰ ✩✴✬✱ ✴✬✷✩✰ ✶ ✬ ✲✹✬ ✩✰✵ ✩✬ ✴✹✬ ✪ ✺✵✯✵ ✩✰ ✩✶✩✮✯✵✻✬ ✴✬✷ ✬ ✪✷✯✲✱✬✱ ✩✪✫✬✭✬ ✪ ✹✬ ✪✺✷ ✬✵✬✽
❀✶✲✩✮✷✩❁✭ ✳✹❂✭ ✪✬❃✬ ✪❄ ❅✪ ✩❆✯✲✷✩✱✬✷❇✲✩✷ ✱ ✯✪❈✯✱ ✲✬❉
❈✯✪ ✯✰ ✩✱ ✩✬ ✪ ❁✭✳✹❂✭ ✪✬❃✬ ✪✳✯✪ ✺✬ ✪✫✭ ✳✭ ✰ ❊✯✮✲✯✷✯✪✱✬✷✩ ❇✯❋✬ ✪✱ ✩✶ ✬ ✪ ✳ ✬✰✬✵ ●✶✰✬ ✪ ❍✭ ■ Versi ❏❑▲ ▼ ◆ ▼❖P◗ ❘ ❙❚❯❯ ❱❯ ▼❲ ❳P❨❩ ❬❚ ▼❑❨y dari Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra pada tahun 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecantikan yang
direpresentasikan dalam iklan Lux versi ❏❑▲▼ ◆ ▼ ❖P◗ ❘ ❙❚❯❯ ❱❯▼❲ ❳P❨❩
❬❚ ▼ ❑❨y❭
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif
Penelitian yang dilakukan berfokus pada Representasi Kecantikan dalam
Iklan Lux Versi ❪❫❴ ❵ ❛ ❵❜ ❝❞ ❡ ❢❣❤❤ ✐❤ ❵❥ ❦ ❝❧♠ ♥❣ ❵ ❫❧y♦ Yang melatar belakangi penelitian ini adalah pergeseran makna cantik yang ada di iklan
Lux, hal ini terlihat dari penampilan Luna setelah menggunakan sabun
Lux, yang dari seorang gadis biasa, kemudian berubah menjadi gadis
yang lain. Sesuatu yang lain ditampilkan dengan baju yang minim dan
rok pendek, dan setiap kali ia melangkah, semua mata lelaki akan tertuju
padanya.
Iklan-iklan Lux selalu menampilkan sisi kecantikan, kemewahan,
feminitas, elegansi dari seorang perempuan. Dengan menggunakan
produk kecantikan yang ditawarkan oleh Lux, maka seorang perempuan
bisa menjadi perempuan yang sesungguhnya, dimana model-model yang
digunakan oleh Lux selalu perempuan cantik dan feminism untuk
menggambarkan kesan feminim dalam produk-produknya. Iklan Lux
Versi ❪❫❴❵❛ ❵❜ ❝❞ ❡ ❢❣❤❤ ✐❤ ❵❥ ❦❝❧♠ ♥❣ ❵ ❫❧y menampilkan sesuatu yang berbeda, dimana kecantikan yang biasa nya selalu ada dalam setiap iklan
Lux mulai bergeser ke arah yang lain, sehingga menimbulkan
Skripsi Edwina Ayu Dianingtyas (Universitas Diponegoro)
Penelitian Edwina Ayu Dianingtyas dengan judul Representasi
Perempuan Jawa dalam Film R.A Kartini dari fakultas ilmu sosial dan
ilmu politik, jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Diponegoro
Semarang pada tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana perempuan Jawa direpresentasikan dalam film R.A Kartini
dan untuk menjelaskan gagasan-gagasan dominan yang ingin
disampaikan oleh film R.A Kartini yang berkaitan dengan persoalan
ideologi.
Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis
semiotika untuk menganalisis objek yang diteliti. Penelitian yang
dilakukan berfokus pada Representasi Perempuan Jawa dalam Film
R.A Kartini♣ Yang melatar belakangi penelitian ini adalah konstruksi masyarakat mengenai perempuan sebagian besar juga terbentuk oleh apa
yang selama ini digambarkan dalam film. Banyak stereotip negatip yang
dilekatkan pada perempuan dalam film-film Indonesia.
Hasil penelitian dalam penelitian ini menunjukkan ketidakadilan
jender dalam budaya Jawa yang identik dengan ideologi patriarki.
Ideologi patriarki dalam film R.A Kartini ditampilkan melalui budaya
poligami, penggunaan bahasa dalam kebudayaan jawa, keterbungkaman
perempuan jawa. Film ini juga menunjukkan perjuangan perempuan
jawa untuk melawan ketidakadilan jender yang menindas kaumnya.
Pada akhirnya perempuan Jawa dalam film qr sr t ✉✈ ✇①②① dapat mendobrak mitos yang selama ini dilabelkan negatif pada diri
perempuan Jawa. Dalam film diperlihatkan pula bahwa kekuasaan
perempuan Jawa dapat hadir dari ketertindasannya. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan gagasan ilmiah
mengenai kehidupan perempuan Jawa di akhir abad ke-19 hingga awal
abad ke-20, khususnya dalam media film berbasis jender. Pada akhirnya
penelitian ini juga diharapkan dapat menimbulkan kesadaran jender
sehingga dapat memperjuangkan kaum perempuan yang hingga saat ini
masih terbelenggu dalam sistem adat pada khususnya.
Skripsi Chandra Agnisa Prismadani (Universitas Diponegoro)
Penelitian Chandra Agnisa Prismadani dengan judul Mitos
Keluarga Muslim dalam Sinetron ③②✉④✉⑤ dari fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Diponegoro
Semarang pada tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mitos tentang keluarga muslim dan mengungkap ideologi yang terdapat
Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan
menggunakan studi analisis semiotik untuk menganalisis objek yang
diteliti. Hasil penelitian dalam penelitian ini men menunjukkan adanya
konstruksi terhadap mitos keluarga muslim dengan berbagai macam
cara, antara lain dengan menggambarkan pernikahan dini, poligami,
kekerasan dalam rumah tangga, domestifikasi dan pengebirian eksistensi
perempuan, dan konstruksi stereotip maskulin dan feminin sebagai hal
yang natural dalam sebuah keluarga muslim yang Islami. Penelitian
menunjukkan adanya mitos keluarga inti yang berbentuk poligami
sebagai karakter khas keluarga muslim, mitos keislaman seseorang yang
berupa pakaian dan aksesori yang Islami serta perkataan dan perbuatan
yang didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan dalam agama Islam. Selain
itu, di dalam sinetron ⑥⑦ ⑧⑨ ⑧⑩ ini juga terdapat mitos tentang idealisasi peran sosial perempuan sebagai istri, ibu, dan ibu rumah tangga dan
idealisasi peran sosial laki-laki sebagai pemimpin keluarga, pencari
nafkah dan pemilik sumber keuangan dalam keluarga.
Ideologi gender dominan yang beroperasi di belakang konstruksi
mitos keluarga muslim tersebut adalah agama, patriarkisme, dan
kapitalisme. Ideologi-ideologi tersebut tampak pada naturalisasi praktik
pernikahan dini, poligami, kekerasan dalam rumah tangga, domestifikasi
perempuan, pengebirian eksistensi perempuan, dan konstruksi stereotip
gender alamiah antara tokoh laki-laki dan perempuan dalam sinetron
❶❷❸ ❹❸ ❺ dikatakan sudah sesuai dengan ajaran Islam. Disarankan pemirsa televisi lebih kritis dalam menyikapi konten acara televisi.
2❻❼❻ ❽ ❾ ❿➀➁➂ ➃➂ ➀❾ ➄➀➂ ➀➅t ➆➇➈u➉➈o➀❿➊➂ ➋❿u
Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik
individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak
komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak
dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu komunikasi
diartikan pula sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya
dengan masalah hubungan. Atau dapat diartikan bahwa komunikasi adalah
saling menukar pikiran atau pendapat.
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (➌➍➎➎ ➍❷). Istilah komunikasi atau ➌ ➍➎ ➎➏❷➐➌❸➑➐➍❷ berasal dari bahasa Latin, yaitu
➌ ➍➎➎➏❷➐➌❸➑➐➍❷ yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang umum atau bersama-sama.
Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996: 4) mendefinisikan
komunikasi demikian: ➒➓ ➔➍➌→➣ ➣↔❹ w❺➐c❺❸s➍urc→ tr❸❷➣➎➐ts ❸➎→❸↕ →ss t➍❸ r
Gode (1969: 5) memberi pengertian mengenai komunikasi sebagai
berikut: It is ➛ ➜ ➝➞pr ss t➟ ➛➠ ➡➛➢ ➞s c➜ ➡➡➜ ➤ ➜t➜ ➥ s➞v➞r➛➦ w➟ ➛➠ w➛➧ t➟➞
➡➜ ➤➜➨➜➦y ➜➩➜➤➞➜➥ s➜➡➞➫➭ (Komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau
beberapa orang).
Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar
komunikasi seperti yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh
Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek ilmu komunikasi
adalah: Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas
penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. (Effendy,
2004:10).
Menurut Hovland, dikutip oleh Onong Uchjana Effendy dalam buku
Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mendefinisikan komunikasi sebagai
berikut : proses mengubah perilaku orang lain. (c➜ ➡➡➯➤➲c➛ ➠i➜➤ ➧ is t➟ ➞ pr
➜➝➞ss t➜➡➜ ➳➲➩y t➟➞➵ ➞➟ ➛➸i➜➥➜➩➜➠➟➞r i➤➳➲vid➯➛ ➦s) . (Effendy, 2004: 10)
Definisi Hovland diatas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek
studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga
pembentukan pendapat umum (➨ ➯➵➦ic ➜➨➲➤➲➜ ➤) dan sikap public (pu➵ ➦ic
mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa
komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is th
e process to➺➻ ➼➽➾y ➚➪ ➶➹ ➶➪ ➘ ➴➽➻ ➷➻➾➻ ➚➪ ➶➷➽ ➬➼➽➽ ➼➮➘ ➱✃v ) .
Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku oranglain apabila komunikasinya itu memang komunikatif seperti
diuraikan diatas.
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian
pikiran atau perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain
yang muncul dari benaknya. Pikiran bisa juga merupakan keyakinan,
kepastian, keragu-raguan, kemarahan, kegairahan, dan sebagainya yang
timbul dari lubuk hatinya.
Adapun definisi komunikasi menurut Roger dan D. Lawrence (1981),
adalah : Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada
gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2004
:19).
Sedangkan Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa komunikasi
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa
sebagai alat penyalurnya (Effendy, 1993 :28).
Menurut Deddy Mulyana, Proses komunikasi dapat diklasifikasikan
menjadi 2 (dua) bagian yaitu:
1. Komunikasi verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang
kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja yaitu
usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain
secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal.
2. Komunikasi Non Verbal
Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan
kata- kata Menurut Larry A. Samovar dan Richard E Porter komunikasi non
verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu
setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan
lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi
Menurut Onong Uchayana Effendy (2004: 11-19) proses komunikasi
terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder sebagai
berikut :
❐ ❒ ❮❰ÏÐ ÑÐÒ ÏÓuÔÕÒ❐Ð ÕÐ ÑÖ❐ ❰❐×Õ ÓÑr r
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(sØÙ ÚÛy ) sabagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang
secara langsung mmampu menerjemahkan pikiran atau perasaan
komunikator kepada komunikan.
Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi
adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran
seseorang kepada orang lain. Apakah berbentuk informasi atau opini; baik
mengenai hal yang kongkret maupun yang abstrak; bukan hanya tentang hal
atau peistiwa yangterjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu
Ü. ÝrosÞs ßoàuáâß ãäâ sÞå ãæãäÞßuáç Þr
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator mengunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasaranya berada di tempat yang
relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah,
radio, televisi, film dan masih banyak lagi adalah media kedua yang sering
digunakan dalam komunikasi.
Pada umumya apabila kita berbicara di kalangan masyarakat, yang
dinamakan media komunikasi itu adalah media kedua sebagaimana
diterangkan di atas. Jarang sekali orang menganggap bahasa sebagai media
komunikasi. Hal ini disebabkan oleh bahasa sebagai lambang (syèé êë ) beserta isi (ìêí îïíî) yakni pikiran atau perasaan yang dibawanya menjadi totalitas pesan (èðñ ñð òï) yang taidak dapat dipisahkan.
Menurut Lasswell (dalam Effendy 2004:10) mengemukakan lima
óô õö ÷øùúû üöýu þû øõö ÷uøùúûø
Kita menggunakan istilah sumber-penerima, karena sumber-penerima
sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap
orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (pembicara) sekaligus
penerima (pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara,
menulis, memberikan isyarat tubuh, atau tersenyum. Anda menerima pesan
dengan mendengarkan, membaca, membaui dan sebagainya (Devito, 1997 :
27). Tetapi ketika kita mengirim pesan kita juga menerima pesan. Anda
menerima pesan kita sendiri (kita mendengar diri sendiri, merasakan gerak
tubuh sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh kita sendiri) dan kita
menerima pesan dari orang lain secara visual, melalui pendengaran atau
bahkan melalui rabaan dan penciuman. Ketika kita berbicara dengan orang
lain, kita memandangnya untuk mendapatkan tanggapan untuk mendapatkan
dukungan, pengertian, simpati, persetujuan dan sebagainya. Ketika kita
ÿ ✁✂✄☎ ✆
Pesan dalam proses komunikasi yang disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan terdiri dari isi (the content ) dan lambang (sy✝✞✟ ✠ ). Lambang dalam media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial,
isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung mampu
menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan
(Effendy, 2000 : 11).
Bahasa adalah lambang yang paling banyak dipergunakan, namun
tidak semua orang pandai berkata-kata secara tepat yang dapat mencerminkan
pikiran dan perasaannya. Kial (✡ ☛☞ ✌✍✎ ☛) memang dapat menerjemahkan pikiran seseorang sehingga terekspresi secara fisik namun gerakan tubuh
hanya dapat menyampaikan pesan yang terbatas. Isyarat dengan
menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirine dan lain-lain serta warna
yang mempunyai makna tertentu, kedua lambang itu sama-sama terbatas
dalam mentransmisikan pikiran seseorang pada orang lain.
✏ ✑ ✂✒✓☎
Media sering disebut sebagai saluran komunikasi, jarang sekali
komunikasi berlangsung melalui satu saluran, kita mungkin menggunakan
dua atau tiga saluran secara simultan (Devito, 1997 :28). Sebagai contoh
tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat secara visual
(saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran
olfaktori), dan sering kita saling menyentuh itupun komunikasi (saluran
taktil).
Media juga dapat dilihat dari sudut media tradisional dan modern yang
dewasa ini banyak dipergunakan (Effendy, 2000 : 37). Tradisional misalnya
kontongan, bedug, pagelaran seni, dan lain-lain sedangkan yang lebih modern
misalnya surat, papan pengumuman, telepon, telegram, pamflet, poster,
spanduk, surat kabar, majalah, film, televisi, internet yang pada umumnya
diklasifikasikan sebagai media tulisan atau cetak, visual, audio dan
audio-visual.
✔✕ ✖✗ ✘✙
Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih
orang yang terlihat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi
selalu ada konsekuensi. Pertama Anda mungkin memperoleh pengetahuan
atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis atau mengevaluasi
sesuatu, ini adalah efek intelektual atau kognitif. Kedua Anda mungkin
memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi dan perasaan
anda, ini adalah efek afektif. Ketiga Anda mengkin memperoleh cara-cara
perilaku verbal dan non verbal yang patut, ini adalah efek psikomotorik
(Devito, 1997 : 29).
2✚✛ ✚✜ ✢ ✣✤✥✦ ✧✦ ✤✢ ★✤t✦✤ ✩✪✫ ✬✤✣ ✭✦ ✮✣u ✯✦✮✦s
Apapun profesi atau pekerjaan seseorang, setidaknya ia pernah
mendengarkan radio siaran, menonton televisi atau film, membaca Koran atau
majalah. Ketika seseorang mendengar radio siaran, membaca Koran, atau
menonton film, sebenarnya ia sedang berhadapan dengan media massa, di
mana pesan media itu itu secara langsung ataupun tidak langsung tengah
memengaruhinya. Gambaran ini mencerminkan bahwa komunikasi massa,
dengan berbagai bentuknya, senantiasa menerpa manusia, dan manusia
senantiasa menerpakan dirinya kepada media massa.
✰ ✚✛✚✜ ✚✛✱★✲✣✤✣✣s✪ ✫ ✬✤✣ ✭✦✮ ✣u ✯✦ ✮s✦
Definisi komunikasi massa yang paling s★derhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003: 188), yakni: komunikasi
massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa
komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi
sekalipun komunikasi massa itu disampaikan kepada khalayak yang
bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa,
maka itu bukan komunikasi massa.
Menurut Gerbner (1967) ✳ ✴✵ ✵ ✶✷✸✸ ✹✺ ✻✶✴✼ ✻✷✺ ✻✵ ✼✽ ✾
✼ ✾✶✽ ✺ ✷✿ ✷❀✻✶✴✿✿y ✴✺❁ ✻✺ ✵✼ ✻✼ ✹✼ ✻✷✺ ✴✿✿y ❂✴✵ ✾❁ ❃ ❄✷❁✹ ✶✼ ✻✷✺ ✴✺❁ ❁✻✵✼❄✻❂✹✼ ✻✷✺ ✷❅✼✽✾✸ ✷ ✵✼ ❂❄✷✴❁✿y ✵✽✴❄✾❁ ✶✷✺ ✼ ✻✺ ✹ ✷✹ ✵❅✿ ✷❆ ✷❅✸✾✵ ✵ ✴❀ ✾✵ ✻✺ ✻✺❁✹✵✼❄✻✴✿ ✵ ✷✶✻✾✼ ✻✾✵ . (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri
(Rakhmat, 2003: 188).
Dalam definisi Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai
setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara
terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan
satu arah pada public yang tersebar (Rakhmat, 2003: 188). Istilah
tersebar menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak penerima
pesan tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar diberbagai tempat.
Definisi komunikasi massa dari Freidson dibedakan dari jenis
komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa
dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan
bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus
populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan
komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang
mewakili berbagai lapisan masyarakat (Rakhmat, 2003:188).
Wright mengemukakan definisinya sebagai berikut: This new ❇❈❉ ❊ c❋● ❍ ■ dist❏● ❑ ▲s▼■d ❇r❈❊ ❈◆d■r ty❖■s ❍ P t▼■ ❇❈◆l❈◗i● ❑ ❊❋❘ ❈❉
Definisi komunikasi massa yang dikemukakan Wright
menggambarkan karakteristik komunikasi massa secara jelas. Menurut
Wright, bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak
yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut:
diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen, dan anonim;
kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator
cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang
melibatkan biaya besar. Definisi Wright mengemukakan karakteristik
komunikan secara khusus, yakni anonym dan heterogen. Ia juga
menyebutkan pesan diterima komunikan secara serentak (simultan)
pada waktu yang sama, serta sekilas (khusus untuk media elektronik,
Kompleknya komunikasi massa dikemukakan oleh Severin dan
Tankard Jr., 1992: 3), dalam bukunya ❨❩ ❬ ❬❭ ❪❫❴❵ ❛❫❩ ❪ ❜❝ ❞❩ ❡❫ ❞❢❣
❤❡ ❫✐❫ ❪ ❢❥ ❦❞❛❝❩❧❢❥ ♠❪❧ ♥❢❞❢ ♦❪ ❜❝ ❞ ❦❵ ❢ ❢ ❦❞❧❫❵ yang definisinya diterjemahkan oleh Effendy sebagai berikut: komunikasi massa
adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu. Ia
adalah keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik
fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan
kamera televisi, mengoperasikan ❛❵ ♣ ❞ ❡❞❴❩ ❡❧❞❡ atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi
tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program
televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah
atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita.
Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip
tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat
dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi
lebih baik . Definisi komunikasi massa dari Severin dan Tankard
begitu jelas karena disertai dengan contoh penerapannya.
2qr qs qt✉✈ ✇✈ ①t② ✇③④t③①✉ ⑤⑥⑦③①✈ ④③u ⑧✈ ④④ ✈
Sebelumnya telah dibahas tentang pengertian komunikasi
massa melalui definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh
secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara
satu definisi dengan definisi lainnya dapat dianggap saling melengkapi.
Melalui definisi itu pula kita dapat mengetahui karakteristik
komunikasi massa, karakteristik komunikasi massa adalah sebagai
berikut:
1⑨⑩❶ ❷❸❹❺❻ ❼❶❽u ❾ ❿❽ ➀❿❷➁❻ ➂❻ ❺❻❸ . Komunikasi massa itu melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang
kompleks.
➃⑨➄❿❻ ❸s ➅❿s❹➆❻❼r ➇❷u❷ . Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa ditujukan untuk semua orang dan tidak
ditujukan untuk sekelompok tertentu.
➈⑨⑩o❷❸❹❺❻ ❸❸➉❻u ➊❸ ❶❸❹ ❷ ➋❻ ❸ ➌ ❿t❿r❶➂❿❸ . Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena
komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Di
samping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen,
karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang
dapat dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat
ekonomi.
adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya
relative banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu,
komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu
yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
➏➐➑o➒u➓➔→➣↔ ➔ ↕➙ ➓➛ ➜t➣➒ ➣ →➣➓ ➝s➔ ➑➙t➔➒ ➞ ➣➓➛ ➟➞uu➓➛➣➓ . Salah satu prinsip komunikasi adalah komunikasi mempunyai dimensi isi
dan dimensi hubungan (Mulyana, 2000: 99). Dimensi isi
menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang
dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana
cara mengatakannya.
➠➐➑o➒u➓➔→➣↔ ➔ ↕➣↔s➣ ➡➙rs➔➢ ➣➤ ➥➣➤u➦➧➣➨ . Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak
dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif
menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan,
namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog
sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona.
➩➐➥t➔➒u→➣↔➔ ➦➫ ➣➤ ➝➓➭r➣ ➯➙➞ ➣➤ ➣↔r . Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa.
mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang
disampaikannya.
2➬➮ ➬➱ ➬➱✃u❐❒ ❮ ❰ÏÐ Ñ❐ ❰ÒÓ ❮ ❰u ÔÓ ❮ ❮Ó ÕÓ ❒ ❰ÔÓ ❮ÖÓ ×ÓÒÓ Ø
Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi
komunikasi, kendati dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan
perbedaan. Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2001) terdiri
dari sebagai berikut:
1.Ù ÚÛÜÝÞÞ ßà áÜv (Pengawasan)
âßÛàÝàã äÜåæÛÜ ç ÚÛÜÝÞÞ ßà áÜv (pengawasan peringatan). Fungsi yang terjadi ketika media massa menginformasikan
tentang ssuatu yang berupa ancaman. Contohnya adalah bahaya
tsunami, banjir, gempa, kenaikan harga, dan lain sebagainya.
èàçéÛÚêÜà éßÞ ç ÚÛÜÝÞÞ ßà áÜv (pengawasan instrumental) Penyebaran atau penyampaian informasi yang memiliki
kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan
sehari-hari. Contohnya adalah resep masakan, produk-produk
baru, dan lain sebagainya.
2.èàéÜÛ ëÛÜ éßéÝæà (penafsiran)
Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga
memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.
opini dilengkapi perspektif terhadap berita yang disajikan di
halaman lain.
3.ìíî ïðñ ò(keterkaitan)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang
beragam, sehingga membentuk linkage (keterkaitan) berdasarkan
kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Contohnya,
SBY undur diri dari kabinet Megawati dan menaikkan pamor
Partai Demokrat.
4.óôðî õ öíõ õ í÷î÷ ø vðùú òõ (penyebaran nilai)
Fungsi sosialisasi: cara dimana individu mengadopsi perilaku dan
nilai kelompok.
5.ûîüòôüðíî öòîü(hiburan)
Hampir semua media massa memberikan fungsi hiburan.
Sementara itu, Effendy (1993) mengemukakan fungsi komunikasi
massa secara umum:
A. Fungsi Informasi
Fungsi informasi diartikan bahwa media massa adalah
penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa.
Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang
B. Fungsi Pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak.
Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang dilakukan
media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta
aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca.
C. Fungsi Memengaruhi
Fungsi mempengaruhi dari media masa secara implisit
terdapat pada tajuk atau editorial, ýþÿ✁✂ þ✄, iklan, artikel, dan sebagainya.
2☎✆ ☎✝ ☎✞✟ ✠✡ ☛✠☞ ✠✌✍ ✠✎✠✡✏o✡u✌✑✒ ✠✓✑✔ ✠ ✓s✠
Setiap kegiatan komunikasi, apakah komunikasi antarpersona,
komunikasi kelompok, komunikasi medio dan komunikasi massa
sudah dapat dipastikan akan menghadapi berbagai hambatan.
Hambatan dalam kegiatan komunikasi apapun tentu akan
mempengaruhi efektivitas proses komunikasi tersebut. Pada
komunikasi massa, jenis hambatannya relatif lebih kompleks sejalan
dengan kompleksitas komponen komunikasi massa.
Setiap komunikator selalu menginginkan komunikasi yang
dilakukannya dapat mencapai tujuan. Oleh karenanya seorang
komunikator perlu memahami setiap jenis hambatan komunikasi, agar
✕ ✖✗✘ ✙✚✘ ✛✘ ✜✢s✣✤✥✦✥ ✧✣s
★✖ ✢✩✚✩ ✪✘ ✘ ✜r ✫✩p✩✜✣ ✜✧✘t ✜ (✬✜✩t✩rst)
Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam
menanggapi atau menghayati pesan. Sebagaimana telah
diketahui bahwa komunikan dalam komunikasi massa sangat
heterogen (usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dll). Hal
ini memungkinkan setiap individu komunikan memiliki
kepentingan yang berbeda. Atas dasar kepentingan yang berbeda,
maka setiap individu komunikan akan melakukan seleksi
terhadap pesan yang diinginkannya (manfaat/kegunaan).
✭ ✖ ✢✘ ✮✘✜✧✤✘r (✢✩✯r u✪✣✰✩)
Prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang
seseorang atau sekelompok orang lain, dan sikap serta
perilakunya terhadap mereka. Persepsi adalah pengalaman
tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi ditentukan oleh faktor personal (fungsional): kebutuhan,
pengalaman masa lalu, peran dan status. Persepsi ditentukan oleh
faktor situasional (struktural): Jika kita ingin memahami suatu
peristiwa, kita tidak dapat menilai fakta-fakta yang terpisah; kita
suatu proses komunikasi sudah diawali oleh kecurigaan
(prasangka) maka tidak akan efektif.
3✱ ✲✳✴✳✵ ✶✷✸t (✲✳✴✳✵t t✹✸✳)
Prasangka sosial bergandengan dengan stereotip yang
merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai
sifat-sifat dan watak pribadi orang atau golongan lain yang bercorak
negatif. Stereotip misalnya tercermin pada: orang Batak itu
berwatak keras, orang Sunda manja, dll. Apabila dalam proses
komunikasi massa ada komunikan yang memiliki stereotip
tertentu pada komunikatornya, maka dapat dipastikan pesan
apapun tidak akan bisa diterima oleh komunikan.
4✱ ✺✵✶✷✻✼ ✽✷ (Motivation)
Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya
mempunyai motif tertentu. Motif merupakan suatu pengertian
yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia
berbuat sesuatu.
Gerungan menjelaskan,dalam mempelajari tingkah laku
manusia pada umumnya, kita harus mengetahui apa yang
dilakukannya, bagaimana ia melakukannya dan mengapa ia
melakukan itu, dengan kata lain kita sebaik-baiknya mengetahui