• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dakwah Dalam Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila Di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dakwah Dalam Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila Di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

DAKWAH DALAM PEMBINAAN MANTAN WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA HARAPAN MULYA KEDOYA

JAKARTA BARAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

ACHMAD MARSAIDI NIM: 104051001735

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

DAKWAH DALAM PEMBINAAN MANTAN WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA HARAPAN MULYA KEDOYA

JAKARTA BARAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Penyiaran Islam untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Achmad Marsaidi NIM: 104051001735

Pembimbing

Dra. Nasichah MA NIP: 150276298

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Dakwah Dalam Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Oktober 2008, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 10 Desember 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretarian Merangkap Anggota,

Dr. Murodi, MA Umi Musyarrofah, MA NIP: 150254102 NIP: 150281980

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. Study Rizal, LK, MA Drs. Wahidin Saputra, MA NIP: 150262876 NIP: 150276299

Pembimbing

Dra. Nasichah, MA

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 21 September 2008

(5)

ABSTRAK ACHMAD MARSAIDI

Dakwah Dalam Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat

Pada dasarnya pelaksanaan penanganan masalah wanita tuna susila tidak terlepas dari keberadaan manusia. Masalah ini sudah ada sejak adanya manusia. Hal ini disebabkan karena kurangnya keimanan dan ketaqwaan yang dimiliki oleh para wanita tuna susila. Atas dasar tersebut, Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta melalui Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahtraan Sosial telah membangun dan mengoperasionalkan Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya yang menyelenggarakan beragam aktifitas, di antaranya adalah aktifitas dakwah sebagai upaya pemulihan harkat serta peningkatan iman dan taqwa.

Dalam penelitian ini mengkaji aktivitas dakwah dalam pembinaan wanita tuna susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya dan bagaimana metode dakwah yang digunakan dalam pembinaan terhadap wanita tuna susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya.

Penelitian ini dilakukan agar dapat berguna untuk menambah literature tentang dakwah Islam, khususnya dakwah Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya dalam pembinaan mantan wanita tuna susila dan menambah pengetahuan dunia dakwah bagi peneliti dan pembaca serta menambah masukan untuk para aktifis dakwah.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan teori Didin Hafifuddin dalam bukunya “dakwah aktual”. Yakni suatu kegiatan yang dilakukan oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah SWT dan secara bertahap menuju kehidupan yang islami.

Guna mengetahui bagaimana aktivitas dakwah yang dilakukan oleh Panti Sosial serta bagaimana metode dakwah yang diterapkan oleh Ustadz terhadap mantan wanita tuna susila. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dari buku-buku, diktat, brosur dan dokumentasi Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya serta observasi dan wawancara dengan Ustadz Ramlan Nuzul S.Ag, dan Ustadz Bahruddin Hanaffi S.Th.I.

(6)
(7)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan selalu, baik jasmani maupun rohani serta pemberian rahmat dan hidayah-Nya.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rosulullah SAW yang telah membuka mata kepada umatnya yang buta agama dan membuka telinga kepada umatnya yang tuli terhadap agama serta membuka hati terhadap umatnya yang peka terhadap agama.

Syukur alhamdulillah dengan usaha maksimal dan tekad yang bulat serta dorongan yang kuat dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, selayaknyalah penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. H. Murodi, MA. yang telah mendidik penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga beliau mendapat pahala yang besar atas ilmu yang telah diberikannya kepada penulis.

2. Drs. Wahidin Saputra, MA. Sebagai Ketua Jurusan dan Ibu Umi Musyarofah, MA. sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberikan penulis masukan, dukungan, nasehat serta do’a.,

(8)

4. Kedua orang tuaku tersayang M. Ading S dan Maslamah yang telah membimbing penulis sejak kecil sampai saat ini dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tak pernah pudar, kemudian kakak saya Uliyah S.E. dan Halimatussaadah S.Sos, yang tak pernah bosan mendukung penulis dan membimbing penulis serta adik saya Fadhillah Rahmawati yang selalu mendukung penulis.

5. H. Achmad. S, selaku Kepala Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya yang telah rela meluangkan waktunya untuk diwawancarai penulis, sehingga penelitian dapat berlangsung dengan lancar.

6. Bapak H. Haris Fadillah S.Sos. selaku SUBBAG Tata Usaha dan Hj. Misliyati selaku Seksi Bimbingan dan Pelatihan Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya yang telah rela meluangkan waktunya untuk memberikan suatu penjelasan mengenai data-data yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

7. Al-Ustadz Ramlan Nuzul S.Ag dan Al-Ustadz Bahruddin Hanaffi S.Th.I. selaku agamawan di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya yang telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai oleh penulis, sehingga penelitian dapat berlangsung dengan lancar.

8. Dedeh Mahmudah S.Sos.I. selaku motivator yang tidak pernah bosan memberikan memotivasi kepada penulis.

(9)

10.Sahabat KPI A angkatan 2004 atas semua do’a yang telah diberikan kepada penulis.

11.Teman-teman UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi.

12.Keluarga besar yang berada di Gg H. Shomad, Cirende Ciputat, terima kasih banyak atas kasih dan sayang serta motivasinya.

Wassalammualaikum Wr. Wb

Jakarta, 22 september 2008

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN……….……...i

ABSTRAK……….……….ii

KATA PENGANTAR……….……..iii

DAFTAR ISI………..vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..……….1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………..……….4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..…………..……5

D. Metodologi Penelitian………..………6

E. Tinjauan Pustaka………..………8

F. Sisitematika Penulisan………..….…………..9

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Dakwah di Panti Sosial………...…..……….11

1. Pengertian Dakwah………..………....12

2. Unsur-Unsur Dakwah……….…………..…………12

1) Da’i………..……….12

2) Mad’u ……….…….13

3) Maddah……….14

4) Washilah……….….……….14

(11)

6) Atsar ………...……….20

3. Pengertian Dakwah di Panti Sosial …..…..………...………..21

B. Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila (WTS) di Panti Sosial………..21

1. Pengertian pembinaan ………..….……….……….21

2. Mantan wanita tuna susila………...…….23

3. Panti sosial……….………..………24

4. Pembinaan wanita tuna susila di panti sosial………...………24

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA HARAPAN MULYA KEDOYA JAKARTA BARAT A. Sejarah Berdirinya……….….…..……….……….27

B. Visi dan Misi………..………30

C. Latar Belakang dan Tujuan………..……..30

D. Peran dakwah panti sosial… ………..…………..…….32

BAB IV DAKWAH DALAM PEMBINAAN MANTAN WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA HARAPAN MULYA KEDOYA JAKARTA BARAT A. Dakwah Dalam Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila………..…..…..45

(12)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………..……...…….67

B. Saran-Saran………..……68

DAFTAR PUSTAKA ……….…….70

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jakarta adalah salah satu kota metropolitan yang menjadi pusat pemerintahan Indonesia. Perkembangan Jakarta telah menjadikan kemegahan, dan kemewahan kota. Banyak penduduk dari luar Jakarta yang melirik dan berminat untuk datang dan singgah di kota Jakarta, mereka menilai Jakarta adalah tempat yang cocok untuk memulihkan dan meningkatkaan taraf hidup yang sejahtera, maka tidak heran apabila kita melihat banyak diantara meraka yang berhasil dalam meraih kesuksesan dan tidak sedikit pula bagi mereka yang menderita.

Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan angka kelahiran membuat ibukota Indonesia menjadi padat, penataan kota pun menjadi kacau. Hal ini terlihat dari banyaknya pemukiman-pemukiman liar yang tidak jelas keberadaannya. Jumlah lapangan kerja pun tampaknya tidak dapat menampung jumlah penduduk yang terus bertambah, sehingga banyak menimbulkan permasalahan sosial diantara penduduk, baik laki-laki maupun perempuan, salah satunya yaitu masalah prostitusi. Prostitusi merupakan tindak kejahatan yang dilakukan oleh wanita dalam memenuhi kebutuhan ekonominya yaitu dengan cara melakukan hubungan badan di luar pernikahan dengan meminta imbalan. Sampai saat ini prostitusi makin merajalela karena mereka dapat melakukannya di berbagai tempat, seperti di diskotek,

(14)

kostan, rumah kontrakan, hotel bahkan di dalam mobil mereka pun dapat melakukanya, mereka ini dikenal dengan sebutan Wanita Tuna Susila (WTS).

Prostitusi termasuk dalam suatu penyakit masyarakat karena banyak wanita melakukan perbuatan asusila sebagai mata pencaharian yaitu menerima bayaran terhadap layanan hubungan badan yang diberikan kepada langganannya.1

Soerjono Soekanto mendefinisikan “Wanita Tuna Susila adalah suatu pekerjaan bersifat menyerahkan diri kepada umum untuk melakukan perbuatan seksual untuk mendapatkan upah”.2

Sedangkan menurut Kartini Kartono wanita tuna susila adalah “bentuk

penyimpangan dan tindak terintegrasi dalam bentuk pelampiasan nafsu, tanpa

kendali dengan banyak orang (pramiskuitas) diserta, eksploitasi dan

komersialisasi seks yang impersonal tanpa afeksi sifatnya. Tuna Susila juga diartikan sebagai salah tingkah, tindak susila, atau gagal dalam menyesuaikan

diri terhadap norma-norma susila”.3

Atas dasar pemahaman di atas, sesuai surat keputusan Gubernur Kepala

Daerah khusus Ibukota Jakarta No. 3622/2001, maka pemerintah propinsi DKI

Jakarta melalui Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial

membangun dan mengoperasionalkan Panti Sosial Bina Karya Wanita

Harapan Mulia Kedoya yang menyelenggarakan pelayanan resosialisasi bagi

1

Kartini Kartono, Patologi Sosial (Jakarta: Raja Grafinso Persada, 2001), h. 23.

2

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Grafinso Persada, 1993), h. 417.

3

(15)

wanita tuna susila hasil penertiban sebagai upaya pemulihan harkat, martabat, kepercayaan, dan harga diri wanita tuna susila sehingga diharapkan dapat kembali menjadi warga masyarakat yang hidup secara layak, manusiawi, normatif, produktif dan mandiri.

Panti sosial adalah unit pelaksanaan teknis di lingkunan Departemen Sosial yang memberi pelayanan kesejahteraan sosial yang berada di bawah tanggung jawab langsung Kepala Kantor Wilayah Departemen Sosial (KEPMEN 22/ Huk/ 95 tanggal 22 april 95).

Ada pun tugas Panti Sosial adalah “memberikan pelayanan dan bantuan sosilal bagi wanita tuna susila sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku. Dalam menyelenggarakan tugas, Panti Sosial mempunyai fungsi, yaitu: observasi, konsultasi, penampungan, pembinaan agama, fisik dan mental, bimbingan sosial dan keterampilan kerja”.4

Pembinaan agama (dakwah) adalah salah satu cara yang di terapkan oleh Panti Sosial dalam menanggulangi masalah terhadap para wanita tuna susila. Dakwah adalah seruan serta ajakan terhadap kebaikan yang di lakukan oleh seseorang terhadap orang lain baik individu maupun kelompok.

Adapun dakwah menurut M. Quraisy Shihab adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan atau merubah suatu situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah

4

(16)

bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.5

Pembinaan dakwah yang dilakukan oleh Panti Sosial terhadap wanita tuna susila yaitu dengan berbagai macam metode, diantaranya yaitu metode ceramah, diskusi, tanya jawab, percakapan antar pribadi, dan peragaan.

Berdasarkan uraian di atas penulis membahas penelitian tentang “Aktivitas Dakwah Dalam Pembinaan Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat”. Dengan demikian eksistensi dakwah di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia mampu mengantisipasi serta menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh para Wanita Tuna Susila (WTS).

A. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berkenaan dengan penjelasan di atas, maka masalah yang akan diteliti hanya dibatasi pada Aktifitas Dakwah di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat dalam pembinaan mantan Wanita Tuna Susila.

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka penulisan merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah dakwah dalam pembinaan wanita tuna susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya?

5

(17)

2. Bagaimana metode dakwah yang digunakan dalam pembinaan terhadap Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui aktivitas dakwah dalam pembinaan yang diterapkan Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya. b. Untuk mengetahui metode dakwah yang digunakan Panti Sosial Bina

Karya Wanita Harapan Mulya. 2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Manfaat Akademis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat berguna secara akademis, yaitu untuk menambah literature tentang dakwah Islam, khususnya mengenai aktivitas dan metode dakwah Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Dalam Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila.

b. Kegunaan Praktis

(18)

D. Metodelogi Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian lapangan, dimana peneliti melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Selain itu penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara objektif suatu masalah, sedangkan teknik penulisan ini bersifat dekriptif analisis, yakni metode yang digunakan untuk menggambarkan secara terperinci fenomena sosial tertentu dan kemudian menganalisanya serta menginterpretasikannya melalui data yang terkumpul.6

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek peneliti adalah Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Jakarta Barat. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah aktivitas dakwah dalam pembinaan mantan wanita tuna susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat.

2. Teknik Pengumpulan Data.

a. Interview

Interview merupakan “suatu alat pengumpulan informasi secara langsung tentang beberapa jenis data”.7 dalam penelitian ini penulis langsung mewawancarai Kepala Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya yakni bapak H. Achmad S dan dua pengurus Panti yakni Bapak H. Haris S.Sos selaku SUBBAG Tata Usaha dan

6

Jalaludin Rahmat, Metodologi Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), Cet Ke-7, h. 24-25.

7

(19)

Ibu Dra. Hj. Misliyati selaku Seksi Bimbingan dan Pelatihan serta Da’i (Pembina) yang melaksanakan aktivitas dakwah, yakni Ustdz. Ramlan Nuzul S.Ag dan Ustdz. Bahruddin Hanaffi S.Th.I.

b. Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah “penyelidikan yang ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu menjadi sumber-sumber documenter”.8

Lexy. J Moleong menuliskan “dokumentasi itu berasal dari kata dokumen, yang berarti barang-barang tertulis di dalam penelitian melalui dokumentasi, peneliti berusaha menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, data jurnal, notulen, anggaran dana pendidikan dll”.9

Dalam hal ini penulis mengambil data dari dokumen, yang berupa buku-buku, diktat, jurnal serta yang terkait dengan objek peneliti.

c. Observasi.

Observasi adalah “proses pengambilan data yang dilakukan dengan cara pengamatan secara sistematik terhadap obyek yang diteliti, artinya disengaja dan terencana, bukan kebetulan melihat sepintas”.10 Dalam hal ini peneliti mengambil data dengan cara pengamatan terhadap obyek yang diteliti berupa aktivitas dakwah dalam

8

Insiklopedi Indonesia (Jakarta: Penerbitan Baru Van Hauve, 1980), h. 849.

9

Lexy. J Moleong, metodelogi penelitian kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), Cet ke-13, h. 133.

10

(20)

pembinaan mantan wanita tuna susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya.

3. Teknik Analisis Data

Setelah medapatkan data yang sudah terkumpul, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Adapun metode yang peneliti pakai dalam menganilis data adalah deskriptif, yaitu melaporkan data dengan menerangkan dan memberikan gambaran mengenai data yang telah terkumpul secara apa adanya kemudian data tersebut disimpulkan, di samping itu peneliti merujuk pada teori Bogdan dan Biklen di dalam Meleong, yaitu mengemukakan bahwa analisis data kualitatif adalah “upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan dalam memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari data dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang didapat lalu diceritakan kepada orang lain”.11

E. Tinjauan Pustaka

Menurut pengamatan peneliti sudah ada penelitian di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya yang di tulis oleh Abdul Syukur, Jurusan: Manajemen Dakwah dengan Judul Skripsi “Aplikasi Manajemen Pembinaan Mental Agama Pekerja Seks Komersial (PSK) di Panti Sosial Bina Karya

11

(21)

Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat” dan Muhammad Anwar Jurusan PMI dengan judul Skripsi “Upaya Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia dalam Menanggulangi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kelurahan Kedoya Jakarta Barat”. Selanjutnya dari jurusan Bimbingan Penyiaran Islam (BPI) dengan judul “Bimbingan Vocational Dalam Pemilihan Profesi Bagi Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya.

Dari tinjauan di atas peneliti melihat bahwa belum ada bahasan atau penelitian tentang bagaimana Aktivitas dan metode dakwah yang diterapkan oleh panti sosial bina karya wainta harapan mulya kedoya. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dalam pembahasan aktivitas dakwah dalam pembinaan mantan wanita tuna susila di panti sosial bina karya wanita harapn mulya kedoya.

F. Sistematika Penulisan

Secara sistematika, peneliti membagi penulisan skripsi ini ke dalam lima bab yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang di awali latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sisitematika penulisan.

(22)

susila di Panti Sosial, Pengertian Pembinaan, Mantan wanita tuna susila, Panti Sosial, pembinaan mantan wanita tuna susila di Panti Sosial.

Bab III gamabaran umum Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat yang terdiri dari, sejarah berdiri, visi dan misi, latar belakang dan tujuan, peran dakwah panti sosial.

Bab IV Dakwah dalam pembinaan mantan wanita tuna susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat yang terdiri dari, sistem dan metode pembinaan, sarana pembinaan, tujuan dan sasaran pembinaan.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

C. Dakwah di Panti Sosial 1. Pengertian Dakwah

Dakwah secara bahasa (Etimologi) berasal dari kata bahasa arab

da’a-yad’u_da’watan yang berarti menyeru, memanggil, mengajak dan

menjamu.12

Menurut Toha Umar Yahya, definisi dakwah ialah “mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan umat manusia di dunia dan di akhirat”.13

Sedangkan menurut H.M. Arifin dalam bukunya Psikologi Dakwah

menyatakan “dakwah adalah suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulis dan tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun secara kelompok agar timbul di dalam dirinya suatu pengertian kesadaran, sikap, penghayatan, serta pengalaman terhadap agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa unsur paksaan”.14

Selain pengertian dakwah di atas U.S.M Nasrudin Latif mengartikan dakwah adalah “usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya

12

Ahmad Sya’bi, Kamus Al-Qalam (Surabaya: Halim Surabaya, 1997), h. 60.

13

Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1983 ), Cet. ke-3, h. 1.

14

H. M Arifin, Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Studi (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h.17.

(24)

yang bersikap menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak islamiah”.15

Dari definisi para ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa dakwah merupakan sebuah bentuk kegiatan manusia berupa seruan maupun ajakan untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam, dengan tujuan agar manusia dapat menjalankan kehidupan dengan baik dan benar sesuai dengan perintah-perintah Allah yang telah digariskan dalam Al-Quran dan As-sunah.

2. Unsur-Unsur Dakwah

Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan dakwah, maka selain beberapa definisi dakwah yang telah dibahas sebelumnya, ada bebarapa unsur dakwah yang akan diuraikan guna memberikan pemahaman yang lebih baik lagi tentang dakwah. Diantaranya unsur-unsur yang terdapat dalam dakwah meliputi da’i, mad’u, maddah, washillah, thariqoh, dan atsar.

Berikut adalah uraian dan penjelasan mengenai unsur-unsur dakwah tersebut:

a. Da’i (Pelaku Dakwah/ Subjek Dakwah)

Da’i secara etimologis berasal dari bahasa arab, ”bentuk isim fail (kata menunjukan pelaku) dari asal kata da’wah (da’awa) artinya orang yang melakukan dakwah. Sedangkan secara terminologis da’i yaitu

15

(25)

setiap muslim yang berakal mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban dakwah”.16

Subjek dakwah dapat seseorang atau sekelompok bahkan institusi (organisasi), dapat dikaji dari sudut pandang Islam17 Da’i adalah ”panutan bagi masyarakat, setiap gerak langkah, tutur kata, prilaku, dan kehidupan kesehariannya senantiasa diperhatikan umat.18 jadi da’i merupakan orang yang melakukan dakwah.19

Dari pengertian da’i di atas penulis menarik kesimpulan bahwah da’i adalah seseorang atau sekelompok orang yang menyampaikan atau mengajak kepada hal kebenaran, baik dengan lisan maupun tulisan ataupun perbuatan .

b. Mad’u (objek dakwah)

Mad’u adalah masyarakat yang menjadi sasaran dakwah atau manusia yang diajak untuk kejalan Allah. Secara sesungguhnya yang menjadi sasaran dakwah adalah seluruh umat manusia baik individu maupun kelompok, baik yang sudah beragama Islam maupun non Islam. Masdar Helmy meninjau objek dakwah dari berbagai segi antara lain:

1) Jenis kelamin, manusia terdiri dari laki-laki dan wanita.

2) Umur, manusia terdiri dari anak-anak pemuda dan dewasa seterusnya orang tua.

16

H.M. Idris Shomad, Diktat Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (Jakarta: 2003), h. 6.

17

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h. 33.

18

Cahyadi Takawirawan, Yang Tegar di Jalan Dakwah ( Yohyakarta : Talenta tt), h. 65.

19

(26)

3) Pendidikan, masyarakat itu terdiri dari orang-orang yang berpendidikan rendah dan tinggi.

4) Geografis, masyarakat itu terdiri dari masyarakat desa dan kota. 5) Tugas pekerjaan, masyarakat terdiri dari petani, pedagang, pegawai

dan seniman.

6) Ekonomis, masyarakat itu terdiri orang yang kaya, orang miskin, orang yang cukupan.20

c. Maddah (materi dakwah)

Materi dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i pada mad’u. Adapun isi materi dakwah yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan ajaran-ajaran Islam.21

Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok yaitu :

1) Masalah keimanan (aqidah). 2) Masalah keislaman (syariah).

3) Masalah budi pekerti (akhlakul karimah).22 d. Wasilah (media dakwah)

Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern seperti saat ini

(27)

biasanya alat tersebut adalah televisi, radio, kaset rekaman, majalah, surat kabar, internet dan berbagai alat atau media lainya.

Hamzah Ya’qub membagi washilah dakwah menjadi lima macam, yaitu lisan, tulisan, lukisan, audio, visual, dan akhlak:

a) Lisan, inilah wasilah dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan wasilah ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

b) Tulisan, buku majalah, surat kabar, surat menyurat, spanduk, flash-card, dan sebagainya.

c) Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.

d) Audio visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indra pendengaran atau pengliharan dan kedua-duanya, televisi, film, slide, ohap, internet, dan sebagainya.

e) Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam dapat dinikmati serta didengarkan oleh mad’u.23

e. Thariqoh (metode dakwah)

Metode dalam ”bahasa Yunani (Methodos) berarti cara atau jalan, dalam bahasa Arab disebut Uslub atau Tahariqah (Thuruq) yang berarti jalan atau cara. Metode bisa dikaitkan dengan tujuan tertentu yang akan

23

(28)

dicapai, karena metode berarti jalan yang ditempuh dalam rangka mencapai tujuan tertentu”.24

Disamping itu metode dakwah merupakan ilmu tentang tata cara berdakwah hal ini menyangkut pada masalah bagaimana dakwah itu harus disampaikan. Tindakan-tindakan atau kegiatan dakwah yang telah dirumuskan efektif bilamana dilaksanakan dengan mempergunakan cara-cara yang tepat.

Dalam Al-Quran dinyatakan bahwa metode dakwah mencakup tiga hal, sebagaimana yang dijelaskan dalam surah An-Nahl/16: 125 berikut: Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Dari ayat di atas menuliskan bahwa metode meliputi tiga bagian, yakni Al-hikmah, Mauidhaah Hasanah, Mujadalah Billati hiya ahsan.25 Berikut penjelasan dari ketiga bagian metode dakwah:

1) Al-Hikmah

24

Ibid., Shomad. Diktat Perkuliah Ilmu Dakwah (UIN Jakarta: 2003), h. 28.

25

(29)

Secara bahasa hikmah ”berasal dari kata (h-k-m) dan, kedalam bahasa Indonesia, mempunyai padanan yang cukup banyak, hal ini sangat bergantung pada harkat (bacaan) yang dipakai. Kalau dibaca (hakama), artinya; ”menetapkan, memutuskan, membahas, dan lain-lain”. Kalau dibaca (hakuma), artinya bijaksana, kebijaksanaan”.26

Selain dari pengertian di atas, Ahmad Mustofa Al Maraghi mengatakan bahwa ”hikmah adalah perkataan yang tegas yang disertai dengan dalil-dalil yang memperjelas kebenaran dan menghilangkan keraguan”. Nasarudin Razak pun mengartikan hikmah itu adalah karuni Allah terhadap seorang hamba Allah berupa kemampuan menangkap sesuatu secara ilmiah dan falsafati”.27

Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa metode dakwah bil-hikmah seruan atau ajakan kejalan Allah dengan perkataan yang tegas dan perlakuan yang bijaksana.

2) Mauidhaah hasanah

Secara bahasa, “mauidzoh hasanah terdiri dari dua kata, mauidzoh dan hasanah. Kata mauidzhoh berasal dari kata wa’adza-ya’idzu, wa’dzan-idzatan yang berarti; Nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah merupakan kebaikan dari sayyiah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan”.28

(30)

Muh. Ali aziz menyatakan bahwa mauidhaah hasanah adalah nasihat atau pengajaran yang baik yang dapat diberikan pada masyarakat luas. ia dapat dilaksanakan dalam lembaga-lembaga formal seperti lembaga pendidikan dan sebagainya.29

3) Mujadalah.

Dari segi etimologi (Bahasa) “lafazh mujadalah terambil dari kata “jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wajan Faala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujadalah” perdebatan”.30

Al-mujadallah pun dapat dikatakan berupa ”dakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjalankan yang menjadi sasaran dakwah”.31 Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah “suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat”.32

29

Ibid., Aziz, Ilmu Dakwah, h. 137

30

Dedeh Mahmudah, “Efektifitas Dakwah Mauidzoh Hasanah Terhadap Prilaku Santri Putra di Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 10.

31

Ibid, Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 136.

32

(31)

Sedangkan Hasanudin dalam bukunya ”Hukum Dakwah Ditinjau Dari Aspek Hukum Dalam Berdakwah di Indonesia” menyatakan ada beberapa metode dakwah diantaranya adalah:

a. Metode ceramah: Yaitu suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah. Ali Aziz menuliskan bahwa metode ceramah dimaksudkan untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, penjelasan, pengertian, penjelasan tentang suatu masalah di hadapan banyak orang.33

b. Metode tanya jawab: Adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya (objek dakwah) untuk menyatakan sesuatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan da’i sebagai penjawabnya.

c. Debat/ diskusi: Metode debat pada dasarnya mencari kebenaran bukan kemenangan dalam arti menunjukan kebenaran dan kehebatan Islam. Metode ini dimaksudkan untuk merangkai objek dakwah dalam berfikir dan mengeluarkan pendapatnya serta ikut menyumbang dalam suatu masalah agama yang terkandung banyak kemungkinan jawaban.34

(32)

e. Metode peragaan. Suatu metode dakwah dimana seorang da’i memperlihatkan suatu contoh yang baik terhadap muridnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Misalnya, memperagakan cara sholat.35

f. Atsar (tujuan dakwah)

Suatu aktifitas atau usaha dan kegiatan memiliki tujuan, tujuan adalah salah satu usaha yang dilakukan untuk mencapai maksud yang diinginkan. Tujuan proses dakwah merupakan penentu sasaran strategis dan langkah-langkah operasional dakwah selanjutnya. Dakwah memiliki empat batasan yaitu hal yang hendak dicapai, jumlah atau kadar yang diinginkan, kejelasan yang dicapai dan ingin di tuju.36

Toto Tasmara dalam bukunya ”Komunikasi Dakwah” berpendapat bahwa ”Tujuan dakwah adalah untuk menegakkan ajaran agama kepada setiap insani baik individu maupun masyarakat sehingga awam tersebut mampu mendorong suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam”.37

Jika kita pahami lebih dalam, setiap kegiatan atau aktifitas pastinya memiliki tujuan dengan demikian dakwah juga memiliki beberapa tujuan yaitu:

1) Menunaikan Amanat.

2) Menegakkan Hujjah dan dalil-dali kebenaran.

35

Hasanudin, Hukum Dakwah Ditinjau Dari Aspek Hukum Dalam Berdakwah di Indonesia (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet ke-1, h. 61.

36

Muhammad Sayyid Al Wakil, Prinsip dan Kode etik Dakwah (Jakarta: Akademi Prassindo,2002), h. 8-9.

37

(33)

3) Menyelamatkan umat dari kehancuraan.38

3. Pengertian Dakwah di Panti Sosial

Menurut Didin Hafifuddin dalam bukunya Dakwah Aktual

mengatakan bahwa aktifitas dakwah adalah “salah satu kegiatan kerja yang dilakukan di setiap bagian, atau suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah SWT dan secara bertahap menuju kehidupan yang islami”.39

Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa aktifitas dakwah adalah merupakan aktivitas keagamaan yang di dalamnya mengandung seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.

D. Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila di Panti Sosial 1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan berasal dari “bahasa Arab “bina” yang berarti bangun, bentuk. Setelah dilakukan ke dalam bahasa Indonesia, jika diberi awalan “pe” dan akhiran “an” maka menjadi pembinaan, mempunyai arti pembaharuan, penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil

38

Ibid, Sayyid Al Wakil, h. 103-105.

39

(34)

yang lebih baik”.40 Sedangkan Pembinaan menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer “adalah proses membina, membangun atau menyempurnakan, upaya mendapatkan sesuatu yang lebih baik”.41

Dari segi terminologi arti kata “pembinaan” mempunyai dua arti yaitu:

a. Pembinaan adalah segala upaya pengelolahan berupa merintis, meletakan dasar, melatih, membisakan, mengarahkan serta mengembangkan kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia dengan mengadakan dan menggunakan segala dana dan daya yang dimiliki.42

b. Pembinaan adalah suatu upaya kegiatan yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sarana pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun kehidupan sosial masyarakat.

Menurut Majid Al-Halali dalam bukunya 38 Sifat Generasi

Unggulan, pembinaan adalah ”membangun dan mengisi akal dengan ilmu

40

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesi, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), cet ke-9, h. 117.

41

Peter Salim dan Yeni,, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English, 1991), h. 119.

42

(35)

yang berguna, mengarahkan hati lewat berbagai zikir dan menguatkan lewat intropeksi diri”.43

Dari pengertian yang dikemukan para ahli tentang pembinaan maka penulis akan mencoba

menggabungkan dari pendapat yang ada dan menyimpulkan, pembinaan itu ialah usaha yang dilakukan secara

sadar, berencana, teratur dan terarah, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan anak dengan

tindakan pengarahan dan pengawasan untuk tujuan yang diharapkan.

2. Mantan Wanita Tuna Susila

Sebelum adanya istilah Pekerja Sek Komersil (PSK) di Indonesia oleh Pemerintah di perkenalkan istilah Wanita Tuna Susila (WTS) bagi kaum pelacur pengguna istilah ini menunjukan bahwa pelacuran hanya dilihat dari aspek “kesusilaan” dan hanya ditujukan pada perempuan yang menjadi “pelacurnya” tetapi tidak pada lelaki “germo” atau konsumen yang mengunakan jasa mereka.

Penggunaan istilah Pekerja Seks Komersil (PSK) selalu berkembang dari masa ke masa, maka banyak istilah-istilah yang digunakan dapat diartikan denghan wanita publik, pelacur, lonte dan pekerja seks komersial yang mengandung pengertian sama. Wanita yang bermata pencaharian dari praktek pelacuran disebut dengan PSK, pelacur atau wanita tuna susila, tuna susila diartikan sebagai kurang beradap karena keroyalan reaksi seksnya, dalam bentuk penyerahan diri pada banyak laki-laki untuk pemuasan seksualnya, dan mendapatkan imbalan jasa atau uang bagi pelayanannya. Tuna susila juga diartikan sebagai “salah tingkah, tindak

43

(36)

susila, atau gagal dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma susila”.44

3. Panti Sosial

Panti Sosial “adalah unit melaksanakan teknis di lingkungan Departemen Sosial yang memberi pelayanan kesejahteraan sosial yang berada di bawah tanggung jawab langsung kepada kepala kantor wilayah Departemen Sosial (KEPMEN 22/HUK/Tgl.22.April. 95)”.45

Salah satu misi Dinas Sosial Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah dalam usaha kesejahtraan sosial di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yaitu didirikannya Panti Sosial.

Panti Sosial adalah unit pelaksanaan teknis di lingkungan Dinas Sosial dalam memberikan pelayanan dan bantuan sosial kepada penyandang masalah PMKS (Penyandang Masalah Kesejahtraan Sosial) warga DKI Jakarta. 46

4. Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila di Panti Sosial

Sebagaimana yang telah digaris bawahi oleh Dinas Sosial DKI Jakarta bahwa tugas Panti Sosial adalah memberikan pelayanan dan bantuan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

44

Kartini Kartono, Patologi Sosial (Jakarta: CV Rajawali Pers), Edsi I, Cet ke-4, h. 177

45 Departemen Sosial Republik Indonesia (Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi

Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jak-Tim), 2002, h. 1.

46

(37)

Adapun pembinaan terhadap mantan wanita tuna susila di panti sosial meliputi:

a. Penanganan melalui pembinaan fisik kepada para warga binaan sosial dengan memberikan latihan-latihan fisik yang meliputi olah raga, b. Penanganan melalui pemeriksaan kesehatan kepada para warga binaan

sosial dilakukan dengan memberikan penyuluhan kesehatan dan juga pelayanan kesehatan yang optimal kepada para warga binaan sosial dari rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat panti tersebut.

c. Penanganan melalui bimbingan sosial kepada para warga binaan sosial yaitu, mording meeting yang dilakukan setiap pagi tujuan ini untuk menjalin rasa kebersamaan, kepedulian, keterbukaan, kedisiplinan, dan tanggung jawab antara sesama warga binaan sosial.

d. Penanganan melalui bimbingan psikologis kepada para warga binaan sosial dilakukan dengan membantu mereka dalam menyelesaikan masalah dan juga membantu dalam mengubah persepsi, pola pikir dan tingkah laku para warga binaan sosial.

e. Penanganan melalui bimbingan kadarkum (kesadaran hukum) kepada para warga binaan sosial dengan memberikan pengertian kepada mereka bahwa apa yang mereka lakukan tersebut adalah melanggar hukum, baik negara dan agama. Hal ini dilakukan dengan metode diskusi dan hanya perkelompok saja.

(38)

penambah pengetahuan para warga binaan sosial yang notabenenya sebagian besar dari warga binaan sosial, sepereti: menyanyi, membuat dan membaca puisi, dan lain-lain. Penampilan mereka sering dipentaskan dalam acara-acara peringatan hari-hari besar keagamaan dan nasional sepereti Isra Mi’raj, 17 Agustusan dan lain-lain.

g. Penanganan melalui bimbingan mental keagamaan kepada para warga binaan sosial dengan memberikan kegiatan-kegiatan berupa: Ceramah agama Islam, muhasabah dan membaca surat yasin bersama-sama, sholawat Rosulullah SAW.

h. Penanganan melalui pelatihan keterampilan praktis seperti: Tata boga, menjahit, menyusun hantaran (Parcel), tata rias dan beby sitter.47

47

(39)

BAB III

GAMABARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA HARAPAN MULYA KEDOYA JAKARTA BARAT

E. Sejarah Berdiri

Pelayanan bidang kesejahteraan sosial merupakan tanggung jawab Pemerintah. Setelah Indonesia dilanda badai krisis moneter sejak tahun 1998 beban Pemerintah Propinsi DKI Jakarta semakin berat dirasakan. Sebagai Ibukota Negara dan barometer perekonomian bangsa, Jakarta menjadi tujuan utama warga masyarakat dari daerah dan propinsi lain yang mencoba mengadu nasib. Sebahagian besar warga masyarakat pendatang tersebut tidak mempunyai bekal keterampilan kerja dan pendidikan yang memadai, sehinga tidak mampu bersaing, akhirnya menambah beban Ibukota yang sudah padat, yang salah satu diantaranya adalah wanita tuna susila jalanan, sebagai penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Atas dasar penilaian tersebut Pemerintah Daerah khusus Ibukota Jakarta melalui Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahtraan Sosial Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta membangun dan mendirikan sebuah panti dengan nama “Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya”, yang beroprasional mulai bulan januari 2002. (sesuai surat keputusan Gubernur Kepala Daerah khusus Ibukota Jakarta No. 3622/2001).48

48

Brosur, Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya. 2008.

(40)

Dasar hukum didirikannya Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya berdasarkan pada:

a. Undang-undang no. 6 tahun 1947, tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial.

b. Peraturan daerah no. 3 tahun 2001, tentang bentuk susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah dan sekretariat DPRD Propinsi DKI Jakarta. c. Serat keputusan no. 41 tahun 2002, tentang organisasi dan tata kerja. d. Surat keputusan Gubernur no. 163/2002, tentang pembentukan organisasi

dan tata kerja UPT di lingkungan Dinas Bina Mental, Spiritual dan Kesejahtraan Sosial Propinsi DKI Jakarta.49

Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya memiliki luas tanah 24678 m2. dengan perincian sebagai berikut: bangunan kantor dan aula

(360m2), bangunan gedung workshop (260 m2), gedung poliklinik (168 m2), gedung identifikasi (198 m2), gedung asrama (448 m2), gedung pos jaga (20 m2), gedung musholla (100 m2), gedung dapur (260 m2), dan rumah dinas (108 m2).50

Sehubungan dengan peraturan daerah no. 3 tahun 2001 tentang bentuk susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah dan sekretariat DPRD Propinsi DKI Jakarta berikut adalah bagan susunan Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya.

49

Ibid.

50

(41)

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI

PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA HARAPAN MULYA KEDOYA JAKARTA BARAT

Wawancara Pribadi, dengan H. Haris, selaku SUBBAG Tata Usaha Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya, Jakarta 26 agustus 2008.

(42)

F. Visi dan Misi 1. Visi

Terentasnya wanita tuna susila warga binaan sosial panti ke dalam kehidupan yang lebih layak, manusiawi, normatif, produktif dan mandiri. 2. Misi

1. Menyelenggarakan pelayanan resosialisasi dalam rangka menumbuhkan kemauan dan kemampuan warga binaan sosial untuk kembali dalam kehidupan bermasyarakat secara normatif.

2. Menyelenggarakan bimbingan, pelatihan keterampilan dalam rangka memulihkan dan mewujudkan kemandirian.

3. Menyelenggarakan penyaluran dan bina lanjut.

4. Menjalin keterpaduan, koordinasi dan kerja sama lintas sektor dalam pelayanan resosialisasi.52

G. Latar Belakang dan Tujuan

Pada dasarnya pelaksanaan penanganan masalah tuna susila tidak terlepas dari keberadaan manusia. Masalah ini sudah ada sejak adanya manusia. Kompleksnya permasalahan tuna susila serta dalam beberapa hal terdapat masalah yang kontradiktif, menyebabkan sulitnya mencari alternative penanganan. Hal ini dapat diketahui antara lain di satu pihak kegiatan tindak tuna susila dianggap perlu untuk diberantas, akan tetapi di pihak lain hukum “permintaan” dan “penawaran” nampaknya cukup memberi peluang untuk

52

(43)

tumbuhnya kegiatan tindak tuna susila tersebut. Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah baik yang bersifat preventif, represif, rehabilitatif dan pelayanan resosialisasi dengan menggunakan pola pembinaan dalam panti.

Atas dasar pemahaman tersebut, Pemerintah Propinsi DKI Jakarta melalui Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial telah membangun dan mengoperasionalkan Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia Kedoya yang menyelenggarakan pelayaan resosialisasi bagi wanita tuna susila hasil penertiban sebagai upaya pemulihan harkat, martabat, kepercayaan, dan harga diri wanita tuna susila sehingga diharapkan dapat kembali menjadi warga masyarakat yang hidup secara layak, manusiawi, normatif, produktif dan mandiri.

Adapun tujuan didirikannya Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia Kedoya sebagai pedoman pelaksanaan dan menciptakan satu kesamaan persepsi dalam penyelenggaraan pelayanan sosialisasi terhadap wanita tuna susila oleh petugas panti.53

H. Peran Dakwah

Panti Sosial Bina Kara Wanita Harapan Mulia Kedoya merupakan Unit pelaksana teknis Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta yang berperan dalam memberikan pelayanan resosialisasi terhadap wanita tuna susila dengan maksud tujuan agar terbina

53

(44)

dan berkembangnya tata kehidupan dan penghidupan warga binaan sosial yang diliputi pulihnya kembali rasa harga diri, kepercayaan diri, memiliki kembali konsep diri, tanggung jawab sosial serta berkemauan dan berkemampuan melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Adapun kegiatan pelayanan resosialisasi wanita tuna susila yang dilaksanakan di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia Kedoya meliputi 8 (delapan) tahap kegiatan, yaitu:

1. Tahap Penjangkauan Sosial

Penjangkauan sosial adalah rangkaian kegiatan yang mempertemukan kepentingan pelayanan antara lembaga dengan calon warga binaan sosial. Kegiatan penjangkauan sosial ini merupakan proses kontak awal yang dilakukan melalui suatu mekanisme penerimaan calon warga binaan sosial. Penjangkauan sosial pada Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia Kedoya meliputi:

a. Rujukan dari Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya (PSBI).

(45)

b. Pendekatan sosial oleh petugas panti.

Pendekatan sosial oleh petugas panti (pekerja sosial) dilakukan secara terpadu dengan beberapa instansi terkait pada tempat-tempat tindak tuna susila atau tempat-tempat yang diduga rawan terjadi tindak tuna susila, seperti penginapan, panti-panti pijat, warung remang-remang, taman dan tempat-tempat umum lainnya.

c. Penyerahan dari masyarakat atau lembaga/instansi terkait.

Calon warga binaan sosial berasal dari penyerahan masyarakat atau lembaga atau instansi terkait, yang secara kebetulan atau sengaja menemukan wanita tuna susila yang tertarik untuk mengikuti kegiatan pembinaan di dalam Panti.

d. Penyerahan diri secara sukarela.

Penyerahan diri secara sukarela dilakukan melului kegiatan pendekatan sosial sehingga para wanita tuna susila termotivasi dan mau datang melakukan penyerahan diri secara sukarela guna mengikuti pembinaan di dalam panti.

Untuk mengikuti kegiatan pembinaan, calon warga binaan sosial harus memenuhi persyaratan sebagi berikut:

a. Memiliki identitas yang jelas. b. Sehat jasmani dan rohani.

c. Rekomendasi atau surat pengantar dari dinas, bagi yang bersal dari penyerahan masyarakat, lembaga lain atau penyerahan diri secara sukarela.

(46)

2. Tahap Pendekatan Awal

Pendekatan awal merupakan kegiatan kontak awal yang dilakukan untuk menjalin relasi professional dengan calon warga binaan sosial. Kegiatan ini terdiri dari:

a. Motivasi terhadap warga binaan sosial.

Kegiatan ini ditujukan untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan dalam diri warga binaan sosial agar mau berpartisipasi dan menerima program pelayanan yang dilaksanakan di panti. Pelaksanaan kegiatan motivasi ini dilakukan dengan pendekatan perseorangan dan pendekatan kelompok dalam bentuk kegiatan kelompok. Motivasi juga diberikan kepada keluarga binaan sosial dalam bentuk komunikasi, konsultasi, pemberian informasi dan penerimaan kunjungan keluarga warga binaan sosial.

b. Orientasi dan Konsultasi.

Kegiatan orientasi dan konsultasi dilakukan agar calon WBS memperoleh gambaran awal tentang situasi dan pelayanan yang ada pada panti serta untuk mengetahui lebih awal permasalahan yang dihadapi calon warga binaan tersebut. Dalam kegiatan ini dilakukan pengenalan tentang tugas-tugas panti, tujuan pembinaan dan bagaimana proses pembinaan di dalam panti tersebut dilaksanakan. c. Seleksi

(47)

binaan sosial definitive panti dan dapat mengikuti kegiatan pelayanan yang diberikan.

3. Tahap Penerimaan

Tahap ini merupakan proses penerimaan warga binaan sosial untuk diterima secara definitive di panti, meliputi:

a. Registrasi.

Registrasi merupakan kegiatan pendaftaran sebagai rangkaian kegiatan warga binaan sosial dalam panti

b. Kelengkapan administasi.

Warga binaan sosial telah mengisi formulir dan menyerahkan kelengkapan administrasi lainnya kepada petugas panti

c. Penempatan atau pengasramaan

Setelah menjadi warga binaan sosial definitive panti, warga binaan tersebut tersebut ditempatkan dalam asrama dan siap mengikuti kegiatan pembinaan. Selanjutnya diberikan pemenuhan kebutuhan sehari-hari meliputi kebutuhan pokok (permakanan, selimut, peralatan mandi, dll) dan kesehatan (obat-obatan) selama warga binaan sosial berada di dalam panti.

4. Tahap Asesmen

(48)

lingkungannya untuk menentukan langkah-langkah pelayanan yang sesuai, sehingga dapat tercapai hasil-hasil yang diharapkan.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi mengenai latar belakang permasalahan serta potensi warga binaan sosial yang dapat digunakan untuk mendukung upaya pemecahan masalah serta upaya lain untuk mengembangkan kemampuannya.

5. Tahap Pembinaan

Pembinaan dan bimbingan sosial dilakukan secara komprehansif. Adapun kegiatan pembinaan dan bimbingan meliputi:

a. Pembinaan Fisik.

Serangkaian kegiatan melalui bimbingan penanaman kedisiplinan berupa kegiatan jasmani/olah raga untuk menjaga, merawat dan meningkatkan kesehatan serta ketahanan fisik warga binaan sosial. Pembinaan fisik dimaksudkan agar warga binaan sosial mempunyai kondisi kesehatan yang baik dan terhindar dari segala penyakit. Dengan kondisi kesehatan yang mantap memudahkan mereka untuk dapat mengikuti berbagai program resosialisasi yang diselenggarakan di panti.

b. Pembinaan Mental Spiritual

(49)

diri, peningkatan motivasi diri, penyesuaian diri, kemampuan kendali diri, rasa percaya diri, penghayatan nilai-nilai diri dan lingkungan sosial baik secara vertical (manusia dengan Tuhan) maupun horizontal (hubungan manusia dengan manusia).

Dengan kegiatan ini diharapkan warga binaan sosial dapat menyadari kekeliruan yang telah diperbuatnya sehingga mau mengubah sikapnya dengan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki kesadaran untuk meninggakan pencarian nafkah melaui kegiatan tindak tuna susila.

Pembinaan mental spiritual bertujuan agar warga binaan sosial:

1) Mempunyai kesadaran dan penghayatan terhadap agama, mempunyai kemampuan beribadah dengan melaksanakan ajaran-ajaran agama masing-masing.

2) Pembinaan sikap dengan tujuan agar klien memiliki sikap-sikap yang sesuai dengan nilai sosial dan norma masyarakat, memiliki sikap tenggang rasa saling membantu sesama serta memiliki sikap bertanggung jawab dan disiplin.

(50)

c. Bimbingan Sosial

Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial untuk membantu warga binaan sosial dengan menggunakan metode bimbingan sosial individu, kelompok maupun masyarakat dalam meningkatkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, menghadapi dan mengatasi masalah dan dalam menjalin serta mengendalikan hubungan-hubungan sosial dalam lingkungan masyarakat.

Bimbingan sosial terdiri dari: 1) Bimbingan Sosial Perorangan

Bimbingan ini diarahkan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dialami oleh masing-masing warga binaan sosial secara individu yang memerlukan keahlian khusus dari seorang pekerja sosial.

Bimbingan sosial perorangan dilakukan melalui tahapan-tahapan pelayanan sebagai berikut:

a) Pemahaman dan pengungkapan masalah secara dua arah antara warga binaan sosial dengan pekerja sosial.

b) Perumusan rencana pelayanan dan bimbingan dimana WBS turut menentukan kebutuhan pelayanan apa yang dibutuhkan. c) Pelaksanaan bimbingan.

2) Bimbingan Sosial Kelompok

(51)

atau masalah yang mereka hadapi dengan didampingi oleh pekerja sosial.

Kelompok ini bertemu secara teratur dan kegiatan dalam kelompok ini dirancang agar mereka dapat mengatasi permasalahannya secara bersama-sama melalui pertukaran informasi dan pengembangan kemampuan anggota kelompok dalam melakukan perubahan nilai-nilai dan perubahan sikap panti sosial kearah sikap yang normatif.

Bentuk-bentuk bimbingan sosial kelompok:

a) Kelompok tolong-menolong (self help group)

Biasanya kelompok ini terbentuk oleh kelompok sebaya yang bersama-sama menginginkan untuk dapat saling membantu dalam mencapai kebutuhan untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi.

b) Kelompok penyembuhan

(52)

c) Kelompok sosialisasi (sosialization group)

Bertujuan untuk mengembangkan atau mengubah perilaku dan sikap anggota kelompok agar dapat membentuk sikap dan perilaku yang lebih dapat diterima dalam lingkungan sosial. Dalam kegiatan ini termasuk pembentukan pengembangan keterampilan sosial, meningkatkan rasa percaya diri dan pengembangan hidup untuk masa depan.

d) Kelompok Rekreasi

Menyediakan kegiatan yang menyenangkan, sering bersifat spontan seperti kegiatan kesenian.

3) Bimbingan Sosial Masyarakat

Kegiatan ini ditujukan kepada masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan yang dihadapi para wanita tuna susila sengga dapat turut berpartisipasi membantu memecahkan permasalahan klien.

(53)

d. Pelatihan Keterampilan

Serangkaian kegiatan untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada warga binaan sosial yang dipersiapkan untuk bekerja atau berusaha secara layak dan normatif dan dapat diandalkan sehingga mereka mampu mengalihkan usahanya ke bidang usaha lain yang layak bagi kemanusiaan. Kurikulum pelatihan ketrampilan dititik beratkan kepada pendidikan dasar yang bersiat praktis yang dapat dijangkau dan diserap oleh warga binaan sosial serta sesuai dengan pasaran kerja yang ada. Selain diberikan pelatihan ketrampilan, diberikan pula bimbingan usaha kerja dan bantuan stimulant usaha produktif. Kegiatan ini bertujuan agar warga binaan sosial siap bekerja baik perorangan maupun kelompok sesuai dengan rencana penyaluran masing-masing.

6. Tahap Penyaluran

Tahap penyaluaran ini merupakan suatu bentuk kegiatan akhir dari proses pembinaan di panti sosial.

Bentuk-bentuk penyaluran antara lain:

a) Usaha/ berwiraswasta dengan diberikan stimulant berupa peralatan yang dapat dipergunakan untuk menunjang keberhasilan kemandirian klien.

b) Bekerja pada perusahaan maupun usaha milik perorangan (konfeksi, salon, baby sitter, dll)

(54)

d) Kembali kepada keluarga atau masyarakat

Dalam tahap penyaluran juga diadakan kegiatan konsultasi antara keluarga warga binaan sosial dengan pihak panti guna mempersiapkan keluarga dan masyarakat dalam menerima warga binaan sosial kembali ke masyarakat, kegiatan ini diharapkan:

a) Keluarga dan masyarakat dapat menerima kembali, memberikan dan mengusahakan kesempatan/ lapangan pekerjaan secara layak kepada bekas tuna susila yang telah direhabilitasi di panti.

b) Masyarakat telah memiliki daya tangkal terhadap kemungkinan berkembang dan timbulnya permasalahan sosial tuna susila terutama di daerah penyandang tuna susila.

c) Memberikan kesempatan secara terbuka kepada bekas tuna susila untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan di masyarakat.

7. Tahap Bina Lanjut

Usaha untuk lebih memantapkan kemandirian warga binaan sosial yang telah berada di tengah-tengah keluarga dan masyarakat terutama mereka yang masih memerukan bimbingan berupa konsultasi, bantuan lanjutan yang dapat mempurkuat kondisi warga binaan sosial.

Kegiatan bina lanjut meliputi:

(55)

b) Supervisi, bimbingan dan konsultasi pengembangan usaha ekonomi produktif

c) Persiapan teminasi

Tahap bina lanjut dilakukan karena warga binaan yang telah disalurkan masih memerlukan intervensi usaha kesejahteraan sosial mengingat tingkat instabilitasnya untuk warga binaan kembali melakukan pekerjaan tuna susila sangat tinggi.

8. Tahap Terminasi

Terminasi merupakan tahap penghentian pelayanan yang diberikan oleh panti kepada warga binaan sosial setelah mampu hidup layak, normatif, produktif dan mandiri serta dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dalam masyarakat.

Terminasi dilakukan apabila telah ada pemutusan hubungan karena: a) Warga binaan sosial menolak/menghentikan intervensi

b) Warga binaan sosial telah mandiri c) Terbatasnya waktu dan atau tempat

Hasil dari tahapan kegiatan pelayanan adalah pengembalian harga diri dan kemandirian warga binaan sosial yang ditandai dengan:

a) Tidak melacurkan diri lagi.

b) Mampu menolak setiap ajakan yang mengarah pada tindak tuna susila. c) Meliliki rasa harga diri, kepercayaan diri, mandiri dan bertingkah laku

(56)

d) Sudah dapat mengatasi masalahnya sendiri. e) Sudah berdaptasi dengan lingkungan sosialnya.

(57)

BAB IV

DAKWAH DALAM PEMBINAAN MANTAN

WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA HARAPAN MULYA KEDOYA JAKARTA BARAT

A. Dakwah Dalam Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila

Dakwah dalam pembinaannya terhadap warga binaan sosial di Panti

Sosial Bina Karya Wanta Harapan Mulya Kedoya adalah sebagai berikut:

1. Pembinaan agama.

Pembinaan agama merupakan kegiatan yang berkaitan dengan

keagamaan dengan harapan agar warga binaan sosial dapat menyadari

kekeliruan yang telah diperbuatnya sehingga mau mengubah sikapnya

dengan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari dan

memiliki kesadaran untuk meninggalkan pekerjaan asusila. Tujuan dalam

pembinaan agama yaitu agar warga binaan sosial mempunyai kesadaran

dan penghayatan terhadap agama, mempunyai kemampuan beribadah

dengan melaksanakan ajaran-ajaran agama masing-masing, kemudian agar

warga binaan memiliki sikap-sikap yang sesuai dengan nilai sosial dan

norma masyarakat, memiliki sikap tenggang rasa saling membantu sesama

serta memiliki sikap bertanggung jawab, selanjutnya bertujuan agar para

warga binaan memiiki rasa kesopanan berdasarkan tuntutan sosial budaya

masyarakat yang didasari oleh nilai-nilai keagamaan.

(58)

Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh Panti, meliputi:

a. Pengajian agama

Kegiatan ini merupakan aktifitas rutin yang wajib diikuti oleh seluruh warga binaan sosial dan dilakukan dua kali dalam satu minggu, yakni pada hari selasa pukul 12.30-13.30, yang di pimpin oleh ustadz Baharuddin Hanafi S.Th.I, dan Pada hari kamis pukul 09.30-10.30 yang di pimpin oleh Ustadz Ramlan Nuzul S.Ag. Dalam kegiatan ini Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya menyediakan musholla dan aula sebagai sarana atau tempat dalam memberikan pesan-pesan dakwah yang di pimpin oleh masing-masing ustadz.54

Ustadz Ramlan Nuzul adalah lulusan IAIN Bandung pada tahun 1996. sejak tahun 2000 ustadz Ramlan mulai tinggal dan mengajar di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya. Ustadz Ramlan lahir di Batu Raja pada tanggal 10 oktober 1974.55

Sebelum memberikan materi, terlebih dahulu ustadz Ramlan mengawalinya dengan melakukan pemantapan jiwa melalui pendekatan emosional kepada seluruh warga binaan.56

Dalam memberikan penyajian dakwah Ustadz Ramlan berpedoman pada buku-buku agama dan menyampaikannya menggunakan bahasa Indonesia melalui ceramah dan dilanjutkan dengan tanya jawab yang berlangsung di musholla ataupun di aula,

54

Wawancara Pribadi dengan H. Achmad S, selaku Kepala Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya, Jakarta, 11 agustus 2008

55

Wawancara Pribadi dengan Ramlan Nuzul selaku Ustadz di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya, Jakarta, 21 Agustus 2008.

56

(59)

tujuannya agar seluruh warga binaan dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Selain itu beliau pun memberikan bimbingan secara personal terhadap warga binaan sosial.57 Bimbingan perorangan ini diarahkan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dialami oleh masing-masing warga binaan sosial secara individu, adapun tahapan pada bimbingan sosial meliputi: Pemahaman dan pengungkapan masalah warga binaan sosial secara dua arah antara warga binaan dengan pekerja sosial, perumusan rencana pelayanan dan bimbingan dimana warga binaan sosial turut menentukan kebutuhan pelayanan apa yang dibutuhkan serta pelaksanaan bimbingan.

Sedangkan Ustadz Bahruddin Hanafi berdomisili di luar panti,

tepatnya di Tangerang Kp. Jurang mangu barat, Rt.06/03. Ustadz

Hanaffi lulusan IAIN Jurusan Tafsir Hadist pada tahun 2000. Ustadz

Hanaffi lahir di Tangerang pada tanggal 11 januari 1978 dan mulai menyiarkan dakwah di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya

sejak tahun 2006.58

Sebelum memberikan penyajian dakwah, terlebih dahulu beliau selalu mempersiapkan dengan sholat dan berzikir, kemudian sebelum memberikan penyampaian dakwahnya, Ustadz Hanaffi memberikan photocopy materi 1-2 lembar kepada seluruh warga binaan sosial,59 hal ini dimaksudkan agar warga binaan sosial lebih memahami dan

57

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ramlan Nuzul.

58

Wawancara Pribadi dengan Bahruddin Hanaffi selaku Ustadz Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya, 26 agustus 2008.

59

(60)

mengkritisi materi yang kurang jelas, adapun menyampaian materi yang dilakukan oleh ustadz Hanaffi melalui ceramah dan dilanjutkan dengan tanya jawab sekitar permasalahan yang berkaitan dengan isi materi keagamaan.60 Sedangkan materi yang diberikan oleh para ustadz pada pengajian ini mencakup:

1) Aqidah. Yang meliputi hal-hal yang wajib diimani dan hal-hal yang tidak wajib diimani sebagai lawannya, seperti percaya terhadap kekuatan barang atau benda, syirik.

2) Syari’ah atau hukum Islam. Yakni masalah yang berhubungan dengan pengamalan sehari-hari, yang meliputi pengertian wajib, sunat, haram, makruh, mubah dan halal yang berkaitan dengan makanan dan perbuatan. Diharapkan setelah mempunyai pengetahuan tersebut seluruh warga binaan akan patuh dengan semua hukum dan bertaqwa kepada allah.

3) Materi hukum yang ada kaitannya dengan ibadah misalnya, hukum sholat, puasa, zakat, dan sebagainya, disamping itu juga dibahas hal-hal yang berkaitan dengan di atas, seperti masalah wudlu, masalah toharoh, najis dan lain-lain.

4) Akhlakul karimah, meliputi akhlak yang terpuji, akhlak yang tercela, akhlak terpuji antara lain: Ikhlas, tolong menolong, hormat-menghormati, sabar, tabah dan sebagainya. Akhlak yang tercela

60

(61)

meliputi: Sombong, dengki, memfitnah, dusta, bohong, menghasud dan sebagainya.61

b. Pengajian Iqra dan Al-Qur’an

Pengajian Iqra’ dan Al-Qur’an merupakan kegiatan wajib yang diterapkan oleh panti pada hari sabtu malam pukul 19.30-21.00 yang berlangsung di musholla dan harus diikuti oleh seluruh warga binaan sosial dibawah bimbingan Ustadz Ramlan Nuzul.62 Dalam kegiatan ini Ustadz Ramlan Nuzul membagi kedalam enam kelompok, pada tiap kelompoknya berjumlah 10-13 warga binaan sosial. Kegiatan pengajian ini pun dilaksanakannya secara bergantian, artinya pada masing-masing kelompok telah dijadwalkan. Bagi warga binaan sosial yang mampu dalam membaca Al-Qur’an dimaksimalkan kembali bacaannya dengan bimbingan yang intensif sedangkan bagi warga binaan yang telah memahami huruf dan dapat membaca Al-Qur’an akan dibimbing lebih dalam tentang bacaan-bacaanya termasuk juga makhorijul huruf dan tajwid. Bagi warga yang belum mampu dalam membaca Al-Quran, warga diberikan materi dasar yaitu Iqro’, metode tersebut tentunya diperuntukan bagi warga binaan sosial yang belum bisa membaca Al-Qur’an atau sama sekali belum mengenal huruf-huruf dalam Qu’ran. Sama halnya dengan pengajaran mengaji Al-Qur’an, warga binaan dibimbing lebih intensif dalam mengenal huruf-huruf hijaiyah kemudian diharapkan agar di kemudian hari warga

61

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ramlan Nuzul dan Bahruddin Hanaffi.

62

Gambar

Gambaran Umum Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia

Referensi

Dokumen terkait

yang mendukung akan membuat dorongan motivasi siswa di Panti sosial Bina Remaja dan Karya Wanita menjadi kuat yang kemudian akan berpengaruh pada perencanaan yang terarah

Untuk itu dalam proses pembinaan usaha mandiri selanjutnya, pembinaan tersebut harus dilakukan secara lebih profesional dan sungguh-sungguh agar para Wanita Tuna Susila sebagai

Menurut informan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada Pusat Pelayanan sosial Karya Wanita (PPSKW) Mattiro Deceng Kota Makassar, pembinaan keterampilan tata

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul: “Upaya Pembinaan Remaja Putus Sekolah Pada Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) ”Mardi Karya Utama”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses interaksi sosial perempuan bermasalah kekerasan dalam rumah tangga dengan petugas di UPTD Panti Sosial Karya Wanita “Harapan