UPAYA PEMBINAAN USAHA MANDIRI DI KALANGAN PARA WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA MARGARAHAYU
KECAMATAN CIBADAK KABUPATEN SUKABUMI
TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis untuk memenuhi Sebagian persyaratan penyelesaian Studi Program S-2
Pasca Sarjana IK1P Bandung
Oleh:
WAWAN HERMAWAN NIM 959680
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
UNTUK MENGIKUTI UJIAN TAHAP n (DUA)
PEMBIMBING I
PROF. DR. H. ENDANG SUMANTRI, M.Ed.
PEMBIMBING H
ABSTRAK
Kegiatan Pendidikan Luar Sekolah akan lebih berhasil jika semua komponen
yang merupakan bagian dari sistem Pendidikan Luar Sekolah kondusif terhadap
pelaksanaan kegiatan.
Bertitik tolak dari pemikiran itu penulis mengangkat masalah pembinaan
usaha mandiri di kalangan para Wanita Tuna Susila yang dilakukan oleh Panti Sosial
Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi. Permasalahan
pokok dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan sistem Pendidikan Luar
Sekolah di panti sosial tersebut, bagaimanakah performansi yang telah berhasil dalam
berusaha mandiri dan apa faktor pendukung keberhasilannya itu, bagaimanakah
performansi yang tidak berhasil dalam berusaha mandiri dan apa faktor penghambat
keberhasilannya itu serta bagaimanakah usaha tindak lanjut yang dilakukan panti
sosial tersebut. Tujuan pokok penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang
lengkap tentang kegiatan pembinaan yang dilakukan panti sosial terhadap para
Wanita Tuna Susila agar mereka mempunyai harga diri, tanggung jawab sosial,
kemauan dan kemampuan dalam melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehidupan dan penghidupan di masyarakat.
Mctodc penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan
cara studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui tehnik: observasi, wawancara,
studi dokumenter dan triangulasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Sistem Pendidikan Luar Sekolah
pada kegiatan pembinaan para Wanita Tuna Susila di panti sosial tersebut belum
dilaksanakan secara optimal, seperti pendekatan yang dilakukan masih menggunakan
pendekatan pedagogi, tenaga pengelola dan tenaga pengajar yang profesional masih
kurang, terbatasnya sumber biaya, beberapa sarana dan prasarana perlu mendapat
perbaikan atau penambahan, materi pembinaan relatif cukup banyak dan kurang
sesuai dengan minat dan kebutuhan warga belajar, proses pembinaan hanya
berlangsung selama 3 (tiga) bulan, jadwal pembinaan cukup padat dan pemberian
peralatan modal usaha terbatas. (2). Performansi Wanita Tuna Susila yang telah
berhasil ditandai dengan: perolehan pekerjaan produktif tanpa harus menjadi Wanita Tuna Susila lagi, adanya peningkatan kesehatan, adanya peningkatan penampilan diribaik fisik
maupun
psikis,
adanya peningkatan partisipasi dalam kegiatan
kemasyarakatan. Faktor pendukung keberhasilan ini antara lain: adanya kemampuanmengaplikasikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diterima dari panti sosial,
adanya bantuan modal usaha, adanya dukungan dan bimbingan dari suami besertadukungan warga masyarakat, adanya motivasi untuk berprestasi serta adanya
kekuatan iman dan mental (3). Performansi Wanita Tuna Susila yang tidak berhasil
ditandai dengan: tidak adanya peningkatan pekerjaan, tidak adanya peningkatan
kesehatan, tidak adanya peningkatan penampilan diri dan tidak adanya peningkatan
partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan. Faktor penghambat keberhasilan ini
antara lain:
adanya ketidakmampuan mereka untuk mengaplikasikan ilmu
pengetahauan dan ketrampilan yang didapat dari panti sosial, tidak dimanfaatkannya
bantuan modal usaha, tidak adanya dukungan suami, tidak adanya motivasi untuk
berprestasi serta ketidaksiapan iman dan mental yang kuat (4). Bentuk usaha tindak
lanjut kepada alumni panti sosial pada pelaksanaannya tidak dilakukan oleh panti
sosial tetapi dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi dengan menyerahkan
kepada Biro Konsultasi Sosial (BKS) dan Forum Komnikasi Pekerja Sosial
Masyarakat (PKPSM). Namun kedua lembaga ini belum sepenuhnya dimanfaatkan
alumni panti sosial. Bahkan pada umumnya alumni panti sosial baik yang telah
berhasil maupun yang tidak berhasil tidak mengetahui keberadaan kedua lembaga ini
sehingga para alumni panti sosial yang memerlukan penanganan lebih lanjut, mereka
berusaha memecahkan sendiri permasalahannya.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK jjj
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH viu
DAFTAR ISI xj
DAFTAR GAMBAR ... Xv
DAFTAR LAMPIRAN XV|
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Fokus Masalah 5
C. Definisi Operasional 8
D. 1'ujuan Penelitian 12
E. Kegunaan Penelitian 12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pendidikan Luar Sekolah 15
B. Justifikasi Pendidikan Luar Sekolah Dalam Program
Pembinaan Wanita Tuna Susila 18
1. Pengertian Wanita Tuna Susila
jV.
2. Wanita Tuna Susila: Penyimpangan Sosial
-r?
3. Faktor Pendorong Wanita Menjadi Wanita Tuna Susila
a4. Pentingnya Penanggulangan Praktek Wanita Tuna Susila ....
30
D. Performansi Kemandirian Dalam Pendidikan Luar Sekolah ...
33
1. Pengertian Performansi -r-,
2. Landasan Kemandirian Dalam Penmdikan Luar Sekolah ...
36
3. Performansi Kemandirian .... *.•«
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metoda Penelitian dan Tekmk Pengumpulan Data
D. Subjek Penelitian
C. Langkah-Langkah Penelitian D. Pengolahan Data
AB IV. HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Cibadak
Sukabumi
B. Status Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Cibadak
Sukabumi
f emuan Data Penelitian
4 3
1. Pelaksanaan Sistem Pendidikan Luar Sekolah Dalam
Program Pembinaan Wanita Tuna Susila
-s ^
2. Performansi Wanita Tuna Susila Yang Telah Berhasil Dalam
liemsaha Mandiri
y••>
3. Performansi Wanita Tuna Susila Yang Tidak Berhasil Daiam
Berusaha Mandiri
7q
4. Usaha Tindak Lanjut Kepada Wanita Tuna Susila Yano
Berhasil dan Yang Tidak Berhasil Dalam BerusahaMandiri
_
g-BAB
V, PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Tinjatian Sistem Pendidikan Luar Sekolah Di Panti Sosial Karva
Wanita Margarahayu Keeamatan Cibadak Kabupaten
Sukabumi e.-?
5 /
B. Performansi Wanita Tuna Susiia Yang Telah Berhasil Daiam
Berusaha Mandiri
,
I()1
C. Performansi Wanita Tuna Susila "Wang Tidak Berhasil Dalam
Berusaha Mandiri
j1n
D. Usaha Tmdak Lanjut Daiam Membina Usaha Mandiri Kepada
Wanita Tuna Susila Yang Telah Berhasil. Dan Yang Tidak
E. Kelemahan dan Kelebihan Pelaksanaan Sistem Pendidikan Luar
Sekolah Pacta Program Pembinaan Wanita Tuna Susila di Pa
o
n u
osial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak
Kabupaten Sukabumi
13 q
1. Kelemahan Pembinaan
i]9
2. Kelebihan Pembinaan
,
jj \
BAB VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan -j-)*,
B. Implikasi -.->i
! 131
C. Rekomendasi .... • • i >•-*! J /
DAFTAR GAMBAR
Gi"»»bar;
Iialaman
1. Fokus Masaiah
7
2. Ilubungan Fungsional Antara Komponen-Komponen Pendidikan Luar
Sekolah
I^
DAFTAR LAMPIRAN
Lan,Plrai1 :
Halaman
1. Denah Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak
Kabupaten Sukabumi
i :i ,
2. Susunan Organisasi Pelaksana Tefcnis Panti Sosial Karya Wanita
Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi
i42
3. Kurikulum Pembinaan Para Wanita Tuna Susila di Panti Sosial
Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten
Sukabumi
, ^
4. Daftar Inventaris Barang Panti Sosia! Karya Wanita Margarahayu
Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi
144
5. Peserta Pelatihan Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Asai Daerah
Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak
Kabupaten Sukabumi Angkatan Pertama Tahim 1996/' 1.997
145
6. Jadwal Pembinaan Para Wanita Tuna Susiia di Panti Sosial Karya
Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi
Angkatan Pertama Tahun 1996/1997
14g
7. Hasil EvaJuasi Kegiatan Pembinaan Panti Sosial Karya Wanita
Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi
BAB I
PENDAHULIAN
A. Latar Belakang
Hakekat Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan
pembangunan
seluruh
masyarakat
Indonesia.
Dalam
rangka
mewujudkan
Pembangunan Nasional, maka partisipasi masyarakat harus terus dipacu, karena
bagaimanapun partisipasi masyarakat sangat menentukan keberhasilan pembangunan.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan ini tidak hanya dari kaum pna
tetapi juga dari kaum wanita. Dalam rangka inilah, wanita mempunyai hak,
kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria untuk ikut serta dalam segala
kegiatan pembangunan. Peran dan tanggung jawab wanita dalam pembangunan
makin dimantapkan melalui peningkatan dan ketrampilan di berbagai bidang sesuai
dengan kebutuhan, kemampuan, kodrat, harkat dan martabatnya. Seperti yang
tercantum dalam GBHN 1993:
Wanita, baik sebagai warga maupun sebagai sumber daya insani pembangunan
mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama dengan pria dalam
pembangunan di segala bidang... kedudukan wanita dalam keluarga dan
masyarakat serta peranannya dalam pembangunan perlu dipelihara dan terus
ditingkatkan sehingga dapat memberikan sumbangan yang sebesar-besamya
bagi pembangunan bangsa dengan memperhatikan kodrat serta harkat dan
martabatnya.
1-Menurut Cosmas Batubara (1993:9), selama kurun waktu 1980-1990 tingkat
partisipasi angkatan kerja wanita telah naik dari 32,4 % menjadi 39,2 %. Dari angka
ini terlihat bahwa tingkat partisipasi kaum wanita telah meningkat sebesar 6,8 %. Hal
ini merupakan tanda bahwa selama kurun waktu 1980 - 1990 partisipasi kaum wanita
telah meningkat sejalan dengan munculnya beberapa bidang kegiatan dimana wanita
cocok untuk berkiprah, bahkan untuk beberapa bidang pekerjaan yang semestinya
cocok untuk kaum pria ternyata kaum wanita pun mampu mengerjakannya.
Walaupun demikian di tengah berbagai kemajuan yang telah diraih kaum
wanita, di sisi lain kita melihat keberadaan wanita direndahkan yaitu dengan
menjamurnya prostitusi. Keberadaan prostitusi ini, selain merendakan kodrat, harkat
dan martabat wanita juga menghambat lajunya Pembangunan Nasional.
Untuk itulah, pemerintah melalui Departemen Sosial telah mendirikan
panti-panti
rehabilitasi sosial yang berupaya untuk mengembalikan wanita yang terlibat
prostitusi (Wanita Tuna Susila) menjadi-wafga-masyarakat yang dapat berpartisipasi
secara positip terhadap pembangunan sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya
sebagai wanita.
Membicarakan upaya pembinaan yang dilakukan oleh Panti Rehabilitasi Sosial
terhadap para Wanita Tuna Susila, jika dilihat dari jalur pendidikan maka kegiatan
pembinaan tersebut termasuk kepada jalur Pendidikan Luar Sekolah. Pendidikan Luar
yang teratur dan terarah, diselenggarakan di luar sekolah, sehingga seseorang atau
kelompok memperoleh informasi mengenai pengetahuan, latihan dan bimbingan sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya. Tujuannya ialah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap. ketrampilan dan nilai-nilai yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk berperan serta secara efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganva. pekerjaannya, masyarakat dan bahkan negaranya. (H.D. Sudjana, 1991:43)
Menurut Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, satuan Pendidikan Luar
Sekolah meliputi keluarga, kelompok belajar, kursus dan satuan pendidikan sejenis. Satuan pendidikan sejenis ini meliputi panti latihan, pusat magang, tempat penyuluhan, gerakan pramuka, kelompok bermain dan pusat penitipananak.
Pembinaan yang dilakukan oleh panti sosial kepada para Wanita Tuna Susila jika dimasukkan kedalam satuan Pendidikan Luar Sekolah, termasuk ke dalam kursus dan satuan pendidikan sejenis sub bagian panti latihan. Hal ini karena dalam
pembinaan yang dilakukan panti sosial tersebut, para Wanita Tuna Susila sebagai
warga belajar diberikan berbagai pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental yang
diperlukan untuk kehidupanya.
Jika dilihat dari jenis pendidikan, maka pembinaan yang dilakukan panti i sosial
tersebut merupakan bagian dari Pendidikan Umum dan Pendidikan Kejuruan.
Termasuk Pendidikan Umum karena pendidikan di panti tersebut mengutamakan
Termasuk Pendidikan Kejuruan karena pendidikan di panti tersebut dilaksanakan
dalam rangka mempersiapkan warga belajar untuk dapat bekerja dalam bidang
tertentu.
Menurut Bab II pasal 4 Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Tujuan Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tangung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Sekretariat Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992: 7).
Hal ini berati bahwa setiap satuan, jalur dan jenis pedidikan yang mengacu pada sistem pendidikan nasional, harus berupaya untuk mewujudkan pembentukan manusia seutuhnya, yang salah satu cirinya adalah kemandirian.
Sedang menurut Peraturan pemerintah Nomor 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah disebutkan bahwa '*waTga belajar mempunyai hak: belajar
secara mandiri". Ini berarti melalui Pendidikan Luar Sekolah, dalam hal ini Panti
Sosial, para Wanita Tuna Susila sebagai warga belajarnya akan dididik menjadi
pribadi yang mandiri.
seja''itera dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang berdasarkan
Pancasila".
Dengan demkian pembinaan usaha mandiri yang diupayakan oleh panti-panti sosial merupakan salah satu proses pembelajaran warganya dan menjadi komitmen Pendidikan Luar Sekolah untuk mengangkat harkat dan martabat mereka. Pengertian pembinaan usaha mandiri di sini adalah pembinaan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk mengembalikan mereka menjadi warga masyarakat mandiri sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya sebagai wanita.
Berdasarkan uraian di atas maka judul penelitian ini adalah: "Upaya Pembinaan Usaha Mandiri di Kalangan Para Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi".
B. Fokus Masalah
Sehubungan dengan fokus masalah tentang kegiatan pembinaan yang dilakukan Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupateb Sukabumi
dalam membina usaha mandiri di kalangan para Wanita Tuna Susila sebagai warga
belajarnya, maka perincian fokus masalah dirumuskan dalam pertanyan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan sistem Pendidikan Luar Sekolah pada pembinaan
usaha mandiri
di kalangan
Wanita Tuna
Susila di Panti Sosial Karya
Wanita Margarahayu Cibadak Kabupaten Sukabumi ?.2. Bagaimanakah
performansi
Wanita Tuna
Susila
yang telah
berhasil
dalam berusaha mandiri dan apa faktor pendukung keberhasilannya itu ?.
3. Bagaimanakah performansi Wanita Tuna Susila yang tidak berhasil dalam
berusaha mandiri dan apa faktor penghambat keberhasilannya itu ?.
Gambar 1: FOKUS MASALAH Faktor Pendukung ^MASUKAN SARAN^\ 1. Kurikulum 2. TujuanProgram
3 Tenaga Pengelola 4. Tenaga Pengajar
5. Sarana
6. Biaya
(FOKUS MASALAH 1)
MASUKAN LINGKUNGAN Kondisi Panti
• • jr
MASUKAN LAIN
Modal Usaha yang
diberikan Panti
PROSES
1. Metode dan Teknik 2. Prosedur
3. Aktivitas
V^4. Pendekatan ,
KELUARAN
1. Aspek Kognisi
2. Aspek Afeksi 3. Aspek Psikomotor
MASUKAN MENTAH 1. Usia
2. Tiiigkat Pendidikan
3. Asaldaerah
MASUKAN LINGKUNGAN
Kondisi Panti
(FOKUS MASALAH 2)
PENGARUH: BERHASIL 1. Perolehan pekerjaan produktif 2.Peningkatan pendapatan 3. Peningkatan kesehatan 4.Peningkatan penampilan diri
5.Kegiatan membelajarkan orang lain
6.Peningkatan partisipasi dalam
kehidupan masyarakat
(FOKUS MASALAH 3)
TIDAK BERHASIL
Faktor Pcnghambat
(FOKUS MASALAH 4)
C. Definisi Operasionai
Dalam penelitian ini dikemukakan definisi operasionai untuk menunjukkan
sistem pola yang diamati sehingga mempermudah pemahaman terhadap masalah
yang diteliti sehingga mempermudah pemahaman terhadap masalah yang diteliti
yakni sebagai berikut:
1. Pembinaan Usaha Mandiri
Menurut HD. Sudjana (1992:157), pembinaan adalah "sebagai upaya
memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga
keadaan sebagaimana aslinya". William B. Castetter (1981:312) menegaskan arti
pembinaan dalam konteks pengembangan kemampuan individu yakni sebagai
berikut: "Development includres all activities designed to increase and individual's
ability to perform assigments efectivefy what ever the role and what ever the level at
which they are performed". Artinya bahwa pembinaan meliputi seluruh aktivitas yang
dirancang untuk meningkatkankeefektifannya dalam menjalankan tugas untuk dapat
berperilaku sesuai dengan tuntutan peranannya. Sedang menurut A. Mangunhardjana
(1989:12) pembinaan adalah:
Suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dalam
mengajari dan mempelajari hal-hal yang baru yang belum dimiliki, dengan
tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan
mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yan sudah ada serta mendapatkan
pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja, yang
sedang dijalani secara lebih efektif
Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan pembinaan adalah suatu proses
Cibadak Kabupaten Sukabumi yang bertujuan melepaskan pekerjaan yang sudah
dimiliki warga belajar dengan mempelajari pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang lebih baik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:1977), usaha adalah kegiatan
dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk suatu maksud. Sedang mandiri
adalah "keadaan dapat berdiri sendiri" (KBBI, 1988: 555). Namun sesungguhnya
makna esensi yang terkandung dalam pengertian mandiri bukanlah dalam pengertian
sempit seperti itu. Kemandirian adalah kemampuan mengoptimalisasikan diri atas
bantuan orang lain. Orang yang mandiri mempunyai tali hubungan atau
ketergantungan yang wajar dengan sesama manusia dan tidak memisahkan diri dari
agama (Allah)(QS. Al Imran 112). Menurut GBHN, tantangan pembangunan yang
harus dihadapi masyarakat Indonesia antara lain "terciptanya kualitas manusia dan
kuantitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana tentram dan
sejahtera lahir Tjatin dalam tata-kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang
berdasarkan Pancasila". Ini berarti pengertian mandiri menurut GBHN adalah
mandiri yang berdasarkan Pancasila. Menurut HD. Sudjana (1991:35) individu yang
telah mengikuti proses pembinaan akan disebut mandiri jika pada diri individu
tersebut terdapat:
1. Perubahan taraf hidup yang ditandai dengan perolehan pekerjaan atau
berwirausaha, perolehan atau peningkatan pendapatan, kesehatan dan
penampilan diri.
2. Kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikutsertakan oarang lain
dalam memanfaatkan hasil belajar yang telah iamiliki
3. Peningkatan partisipasinya dalam kegiatan sosial dan pembangunan
Dengan demikian yang dimaksud pembinaan usaha mandiri adalah suatu proses
pembelajaran yang bertujuan melepaskan pekerjaan yang sudah dimiliki warga
belajar dengan mempelajari pengetahun, ketrampilan dan sikap yang baru agar
mereka dapat berusaha mandiri untuk mencapai tujuan dan kerja yang lebih baik
sesuai dengan harkat, kodrat dan martabatnya sebagai wanita.2. Wanita Tuna Susila
Prostitusi
adalah gejala kemasyarakatan dimana
wanita menjual
diri
(melakukan perbuatan seksual) sebagai mata pencaharian (B. Simanjuntak,
1981:280). Dalam tulisan ini yang dimaksud Wanita Tuna Susila atau WTS adalahwanita yang mata pencahariannya menjual diri dan mereka menjadi warga belajar
dalam Panti Sosial tersebut.
3. Performansi Yang Berhasildan Yang Tidak BerhasilDalam Berusaha Mandiri
Performance diterjemahkan menjadi performansi atau kinerja, juga berati
prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja atau hasil kerja / unjuk
kerja / penampilan kerja (LAN, 1992:3). Menurut August W. Smith (1982:303),
performans atau kinerja adalah: "...output drive from process,human or otherwise",
jadi dikatakannya bahwa kinerja merupakan hasil atau output dari suatu proses.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa performansi atau kinerja
merupakan prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencpaian kerja, hasil kerja, unjuk kerja
atau penampilan kerja yang dicapai seseorang setelah melewati suatu proses
Performansi yang telah berhasil dalam berusaha mandiri ditandai dengan:
1. Perolehan pekerjaan produktif 2. Peningkatan pendapatan
3. Peningkatan kesehatan 4. Peningkatan penampilan diri
5. Peningkatan partisipasi dalam masyarkat
6. Kegiatan membelajarkan orang lainSedang performansi yang tidak berhasil dalam berusaha mandiri ditandai
dengan kembalinya warga belajar menekuni pekerjaan sebelumnya, dalam hal ini
mereka kembali menjadi Wanita Tuna Susila, yang tentunya ciri-ciri performansi
yang disebutkan di atas tidak ada pada mereka.
5. Usaha Tindak Lanjut
Yang dimaksud dengan usaha tindak lanjut dalam penelitian ini adalah segala
tindakan ~atau kegiatan yang dilakukan Panti Sosial KaryaWanita Margarahayu
Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi dengan mengerahkan semua tenaga, dana
dan pikiran untuk meneruskan program pembinaannya kepada para Wanita Tuna
Susila yang telah keluar dari panti tersebut.
D. Tujuan Penelitian
Berpijak pada rumusan masalah dan fokus penelitian di atas, penulis
menetapkan tujuan penelitian ini, baik tujuan penelitian secara umum maupun tujuan
/. Tujuan Umum Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang
lengkap tentang kegiatan pembinaan yang dilakukan para pembina Panti Sosial Karya
Wanita Margarahayu Cibadak Sukabumi terhadap para Wanita Tuna Susila agar
mereka dapat hidup mandiri lepas dan pekerjan yang telah ditekum sebelumnya.
2. Tujuan Khusus Penelitian
Secara khusus tujuan penelitian im adalah untuk mengetahui:
1. Sistem Pendidikan Luar Sekolah pada pembinaan usaha mandiri di kalangan
Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Cibadak
Kabupaten Sukabumi.
2. Performansi Wanita Tuna Susila yang telah berhasil dalam berusaha mandiri
dan faktor pendukung keberhasilannya.
3. Performansi Wanita Tuna Susila yang tidak berhasil dalam berusaha mandiri
dan faktor penghambat keberhasilannya.
—-4. Usaha tindak lanjut kepada Wanita Tuna Susila yang berhasil dan yang tidak
berhasil dalam berusaha mandiri yang dilakukan Panti Sosial Karya Wanita
Margarahayu CibadakKabupaten Sukabumi.E. Kegunaan Penelitian
Karena penelitian ini berkaitan dengan upaya pembinaan usaha mandiri di
Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi, maka penelitian ini jelas
berguna bagi:
/. Bagi Program Pendidikan Luar Sekolah
Ruang lingkup pengkajian Pendidikan Luar Sekolah dewasa ini pada umumnya
lebih banyak membicarakan konsep Pendidikan Luar Sekolah untuk masvarakat
umum, tetapi untuk masyarakat yang mengalami penyimpangan seperti Wanita Tuna
Susila belum banyak dibicarakan. Melalui penelitian ini, diharapkan penulis dapat
memberikan sumbangan pikiran tentang Pendidikan Luar Sekolah sebagai bentuk
Program Pendidikan Rehabilitasi yang selama ini belum banyak dibicarakan oleh
pakar Pendidikan Luar Sekolah. 2. Bagi Panti Rehabilitasi
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi panti
khususnya Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten
Sukabumi sebagai bahan evaluasi untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
program yang lebih cocok demi peningkatan mutu yang dihasilkan melalui program
kegiatan selanjutnya.
3. Bagi Para Wanita Tuna Susila
Penelitian ini selain akan mengkaji sistem pengelolan Program Pendidikan Luar
Sekolah yang cocok dengan minat, kebutuhan dan kemampuan para Wanita Tuna
Susila, juga akan mengkaji performansi dan karakteristik para Wanita Tuna Susila
yang telah berhasil dan yang tidak berhasii dalam berusaha mandiri beserta faktor
Wanita Tuna Susila yang bersangkutan, karena mereka dapat mengambil pelajaran
yang berharga dan mereka yang telah berhasil dan yang tidak berhasil dalam
berusaha mandiri. 4. Bagi Penulis
Penelitian ini memerlukan kecermatan, ketelitian dan pengkajian yang terus
menerus. Latihan seperti ini tentu saja sangat bermanfaat bagi penulis, karena akan
menambah wawasan positif dalam mengembangkan dunia penelitian. Hasil penelitian
ini pun diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan dasar bagi para peneliti lain yang
Ylt ? T T
BAJJ III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Naturalistic Inquiry Research atau sering dikenal dengan istilah metode penelitian
kualitatif, walaupun nantinya juga akan menggunakan sajian statistik deskriptif untuk
memperjelas data. Menurut Lexy J. Mekong (1995:4-8). ada sebelas ciri dan
penelitian kualitatifini, yaitu:
1. Latar Alamiah
2. Manusia sebagai alat (instruirten)
3. Metode Kualitatif
4. Analisis data secara Induktif
5.
leori dariDasar (Grounded Theorv)
6. Deskriptif
7. Lebih mementingkan proses daripada hasil 8. Adanya ^batas" yang diientukan oleh"fokus" 9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data
10. Desain bersifat sementara
11. iiasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama
Dalam metode penelitian ini, peneliti berupaya untuk melacak dan
mendeskripsi data sebagaimana yang terjadi di lapangan secara alami dan bertindak
sebagai instrumen utama (Key Instrument) untuk melacak, menseleksi dan
meratifikasi data yang diperoieh dan lapangan. Karena bertmdak sebagai intnimen
langsung dengan para responden, mengadakan. pengamatan langsung dengan para
responden baik itu para petugas panti, para instruktur, para wanita tuna susila vans
sedang mengikuti program pembinaan atau para Wanita Tuna Susila alumni dan panti
tersebut atau pun dengan tokoh/warga masyarakat yang mempunyai kaitan erat
dengan data yang diperlukan.Metode ini pada umumnya menggunakan sampel sedikit dan dipilih menurut
tujuan penelitian, sehingga sering berupa studi kasus atau multi kasus. Hal tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui apakah laporan penelitian sesuai dengan data vang
dikumpuikan. serta terbuka untuk dikritik.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan daiam penelitian ini antara
tain:
1. Observasi
Teknik observasi digunakan penulis sebagai salah satu cara untuk
mengumpulkan data melalui pengamatan langsung di lapangan. Dari pengamatan
tersebut penulis dapat mempelajari langsung tentang tentang sistem Pendidikan Luar
Sekolah yang dilaksanakan di panti tersebut. performansi para Wanita Tuna Susila
yang telah berhasil dan tidak berhasii dalam berusaha mandin serta usaha tindak
lanjut yang dilakukan panti terhadap para Wanita Tuna Susiia yang telah berhasii dan
yang tidak berhasii dalam berusaha mandin.
2, Wawancara
Selain observasi,
penelitian ini menggunakan
teknik wawancara untuk
45
wawancara dengan para petugas panti, para intruktur dan para Wanita Tuna Susila
baik yang sedang mengikuti program pembinaan maupun dengan Wanita Tuna Susiia
yang telah berhasil dan yang tidak berhasil dalam berusaha mandiri. Wawancara juga
dilakukan dengan para tokoh/warga masyarakat yang mempunyai kaitan erat dengan
data yang diperlukan.
Kegiatan wawancara ini dilakukan secara kekeluargaan dan sesuai dengan
budaya kerja responden. Dari wawancara ini penulis memperoleh sejumlah data dari
para responden yang disampaikan secara langsung dan spontan tanpa rekayasa.
Dengan eara ini, penulis dapat mengamati dan mempelajari data yang keluar dari
perilaku dan eksperesi responden yang mendukung data yang disampaikan secara
lisan, mempelajari perasaan pikiran dan narapan para responden baik yang tersirat
maupun yang terucap. Dengan demikian penulis dapat melibatkan diri dengan
perasaan dan pikiran responden.
3. Studi Dokumenter
Untuk melengkapi kekurangan data yang tidak dapat diperoleh dari observasi
dan wawancara, penulis menggunakan studi dokumenter. Cara ini dipergunakan oleh
penulis untuk mencari data-data baik yang ada di Panti Sosial, Dinas Sosial.
Departemen Sosial maupun dari literatur lain .
Studi ini penting untuk membandingkan kejadian yang ada di lapangan
4, Triangulasi
Menurut LexyJ. Moleong (1995:178). "triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperiuan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu".
Tehnik mi dapat dilakukan jika para responden berbicara berdasarkan pikiran
dan perasaanya saja tanpa memperhatikan pikiran dan perasaan orang lain. Jika
responden sudah bersikap seperti itu, maka tidak menutup kemungkinan akan muncul
data yang bersifat subjektif. Karena itu untuk mengatasi subjektifitas data, penults
mencari responden lain yang dapat berbicara secara neiral sesuai dengan yang ada di
lapangan. Cara inilah yang diharapkan dapat meluruskan data yang subjektif sehmga
menjadi data yang bersifat objektif Jika tidak diperoleh responden yang bersifat
netral, maka penulis melakukan kegiatan konfrontasi data yakni mengkonfrontirkan
data yang berbicara secara negatif dengan sumber data yang selalu berbicara tennis
hal-hal yang positif. Sedang penulis bertindak sebagai penafsir data. Cara inilah yang
dimaksud dengan Triangulasi.
B. Subjek Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunio (1989: 211). subjek penelitian itu pada umumnya
manusia atau apa saja yang menjadi urusan manusia. Subjek penelitian mi dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu sumber informasi dan informan.
Menyimak batasan tersebut, maka daiam penelitian ini yang menjadi sumber
maupun yang telah mengikuti pembinaan (alumni panti). Untuk meneliti sistem
Pendidikan Luar Sekolah maka vans menjadi sumber informasi dalam penelitian ini
adalah para Wanita Tuna Susila yang sedang mengikuti program pembinan di Panti
Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi
Angkatan Pertama Tahun 1997/1998 sebanyak 40 (empat puluh) orang. Sedangkan
untuk meneliti performansi Wanita Tuna Susiia yang telah berhasil maupun yang
tidak berhasii dalam berusaha mandin ini diambil sampel secara purposif
masing-masing sebanyak 3 (tiga) orang. Sumber informasi yang terakhir mi adalah orang
yang menjadi kasus dalam penelitian ini yang memberikan data utama tentang diri
sendiri dan kehidupannya.Proses penelusuran kasus diawali dari wawancara dan studi dokumen melalui
informan disamping studi observasi sehingga kondisi kasus semakin jelas
keberadaannya. Informan adalah orang yang memberikan data pelengkap tentang
identitas kehidupan kasus. Pemanfaatan informan bagi peneliti adalah agar dalam
waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjangkau, jadi sebagai internal
sampling, karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran atau
membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya.
Jack R. Fraenkel dan Norman E. Watten (1990: 374) menyatakan bahwa
sampling dalam studi observasi pada penelitian kualitatif sebagai berikut: "Generally
speaking, researchers who engange in some form of observational study are lekely to
select a purposive sample ... that is, researchers select a sample of observtions they
48
mengisyaratkan bahwa studi obeservasi memungkinkan bagi para oeneliti untuk
menyeleksi sampei purposif. Sampel yang dieari sudah jelas dan dipilih itu saja.
Dengan perkataan lain, perihal yang diobeservasi. sudah terarah dan itulah vana
dipilih.
Dalam penelitian ini data responden ditelusuri dan informan (petugas panti)
adalah mengenai identitasnya, seperti nama. tempat dan tanggai lahir, pendidikan.
pekerjaan dan sebagainya. Para responden diseleksi sehingga didapatkan responden
yang telah berhasil maupun yang tidak berhasii dalam berusaha mandin
masina-masing sebanyak 3 (tiga) orang.Dalam rangka memilih kasus penelitian, maka seperti vans telah disebutkan
bahwa penelusuran kasus dilakukan melalui wawancara kepada informan dan
kemudian dilanjutkan dengan wawancara terhadap setiap caion kasus sehingga
ditemukan kasus atau sumber inforniasi yang memenuhi kriteria persvaratan, sebagai
berikut:
1. Memiliki data identitas yang terdaftar sebagai alumni Panti Sosial Karya Wanita
Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi.
2. Bertempat tinggal di daerah Kabupaten/Kotamadya Sukabumi.
3. Mata pencaharian, yaitu alumni panti
yang sudah meninasalkan mata
pencahariannya sebagai Wanita Tuna Susiia dan sudah bermata pencaharian
produktif bagi yang berhasil dan alumni panti yang masili bennata pencaharian
Kasus-kasus penelitian yang berindikasi seperti dipersyaratkan tersebut
merupakan sumber informsi atau responden yang diwawancara secara mendalam
untuk memberikan jawaban fokus masalah penelitian. J. Vredenhreai (1978:38}
menegaskan bahwa:
Sifat khas dan "case study" adalah suatu pendekatan yang bertujun untuk
mempertahankan keutuhan (wholeness) dan objek, artinya data vang
dikumpulkan dalam rangka '•'•studi kasus", dipelaian sebagai suatu keseluruhan
yang terintegrasi Tujuannya adalah untuk memperkembangkan pengetahuan
yang mendalam^mengenai objek yng bersangkutan, yang berarti bahwa studi
kasus harus disifatkan sebagai suatu penelitin yang eksploratif.
Mendasan pemikiran tersebut di atas, maka wawancara dan pengamatan serta
teknik lainnya adalah untuk mendalami keutuhan objek penelitian ini yaifu perilaku
para Wanita Tuna Susila baik yang sedang mengikuti pembinaan maupun yang telah
selesai pembinaan (alumni panti).
C. Langkab-Langkah Penelitian
Beberapa ahli mengemukakan tahapan penelitian kualitatif dalam ramusan
yang berbeda. Bogaan (1972) dan Lexy Afoieong (1995), merurnuskan tiga tahapan
sebagai berikut: (1). Kegiatan Pra Lapangan (2). Kegiatan Lapangan (3). Kegiatan
Analisis Intensif. Sedangkan Sanajiah Faisal (1990). merurnuskan daiam konseo
berikut: (I). Tahap Orientasi (2). Tahap Lxplorasi (3). Tahap Member Check.
Secara keseluruhan tahapan. yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
.?\3
1. Tahap Persiapan Peneltian
Pada tahap ini, penulis melakukan persiapan-persiapan yang meliputi:
memiiih masalah, studi penclahuluan, merurnuskan fokus masalah, memilih
pendekatan, menentukan sistem pola yang diamati dan sumber data. Sehagamiana
layaknya suatu penelitian ilmiah, maka pada tahap ini peneliti menyusun desain
penelitian untuk kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembma mata kuliah
seminar- Pendidikan Luar Sekolah. Untuk mendapat masukan, peneliti mengikuti
ujian seminar pra desain, untuk kemudian mendapatkan bimbingan sehingga masalah
penelitian disetujui untuk diteliti ke lapangan.
2, Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan sekaligus menseleksi data-data yang
diperlukan sesuai dengan fokus penelitian dan akhirnya meratifikasi atau
menyimpulkan data tersebut secara deskriptif. Daiam konteks penelitian kualitatif
beberapa aspek kegiatan dalam pelaksanaan dikerjakan sebelum dan selama
penelitian berlangsung. Misalnya pembuatan instnimen baik berapa pedoman
observasi. wawancara maupun untuk studi dokumentasi. Tetapi yang prinsip dalam
penelitian ini bahwa instrumen penelitian im adalah peneliti sendiri, sedangkan
pedoman observasi dan wawancara hanya memuat pertanyaan kunci untuk membuka
masalah penelitian. Demikian juga halnya dengan kegiatan pengumpulan dan analisis
data serta pembuatan kesimpulan dilakukan sepanjang penelitian berlangsung. Secara
kronogis daiam penseleksian dan ratifikasi data peneliti melakukan kegiatan sebagai
a. Mengumpulkan Catalan lapangan dan hasil observasi secara keseluruhan.
b. Menyusun dan mengelompokan data sejenis sesuai dengan fokus pennaslalian.
c. Menganatisa hubungan antara data yang satu dengan data vang lannva.d. Memberikan komentar dan tafsiran terhadap data secara kontekstual.
e. Menyimpulkan data tersebut menjadi suatu pemyatan umum sekaligus menyusun
temuan penelitian.
3. Tahap Pembuatan Laporan Penelitian
Tahap ini merupakan puncak kegiatan penelitian yaitu dilakukan setelah
penelitian lapangan berakhir. sekaiipun laporan ini telah dimulai dalam proses
penelitian berlangsung seperti pembuatan analisis data. Penulisan laporan dalam
penelitian ini menjurus kepada penulisan tesis sebagai suatu karva ilmiah.
Pengorganisasian penulisan laporan penelitian ini dituangkan ke dalam enam bab
yaitu pendahuluan. tinjauan kepustakaan, metodologi, hasil penelitian. pembahasan
serta kesimpulan dan rekomendasi
D, Pengolahan Data
Pelaksanaan pengolahan data penelitian melalui analisis data sebenarnya
sudah berlangsung sejak penelitian ini dimulai hanya analisis data tersebut ada yang
bersifat parsial adapula yang bersifat kontekstual. Tetapi analisis data vang bersifat
parsial pun (yang diperoleh secara insidentai) akhimya masuk kepada analisis yang
Kegiatan pengolahan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan melalui; 1. Mengumpulkan catatan-catatan lapangan yang berasal dari hasil wawancara,
observasi lapangan dan dari studi literatur serta dan hasil studi dokumenter. 2. Mengelompokkan data penelitian dari para responden ke dalam data sejenis. 3. Menyusun data sesuai dengan fokus perrnasahan dan tujuan penelitian.
4. Menganaiisisi hubungan antar data yang satu dengan data yang lainnya (analisis
lintas data).
5. Memberikan komentar berapa tanggapan, kritikan dan tafsiran terhadap data
secara kontekstual.
6. Mendeskripsi data dalam bentuk petanyaan-pertanyaan umum, sekaligus menyusun temuan-temuan penelitian baik yang ada hubungannya dengan fokus permasaiahan dan tujuan penelitian.
BABV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Tinjauan Sistem Pendidikan Luar Sekolah Pada Panti Sosial Karya Wanita
Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi
Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Margarahayu Kecamatan Cibadak
Kabupaten Sukabumi mempakan lembaga pendidikan yang mendidik para Wanita
Tuna Susila sebagai warga belajar agar mau melepaskan pekerjaan yang sudah
dimilikinya dengan mempelajari pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang bam agar
mereka dapat bemsaha mandiri untuk mencapai tujuan dan kerja yang lebih baik
sesuai dengan harkat, kodrat dan martabatnya sebagai wanita.
Panti Sosial ini menumt pandangan pendidikan bukanlah tempat hukuman
yang membuat para Wanita Tuna Susila menjadi menderita, tetapi mempakan
lembaga pendidikan yang membina para Wanita Tuna Susila sebagai warga belajar
dengan pendidikan disiplin, pendidikan kerohanian dan pendidikan ketrampilan atau
pendidikan kerja. Dengan pembinaan di lembaga ini diharapkan para Wanita Tuna
Susila sebagai warga belajarnya dapat menjadi orang yang berguna bagi dirinya,
keluarga, masyarakat, bangsa dan agamanya.
yang diberikan terhrdap para Wanita Tuna Susila ini bersifat menyelumh, terpadu
dan tidak setengah-setengah.
Tujuan pembinaan terhadap para Wanita Tuna Susila di panti sosial
khususnya di Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak
Kabupaten Sukabumi pada prinsipnya bertujuan untuk membina mereka agar
menemukan kembali jati dirinya sebagai warga negara yang mempunyai tanggung
jawab hidup di tengah-tengah masyarakat. Secara khusus seperti telah disebutkan
pada bab sebelumnya, tujuan pembinaan ini adalah:
1. Memberikan pembinaan terhadap tata kehidupan dan penghidupan para
tuna susila dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat secara normatif
2. Mengembangkan pemulihan kembali harga diri, kepercayaan diri,
tanggung jawab sosial, kemauan dan kemampuan para tuna susila agar
dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan dan
penghidupan masyarakat. (Direktorat Rehabilitasi Tuna Sosial Dirjen Bina
Rehabilitasi Sosial, 1993: 7).
dengan karakteristik sebagai berikut, pertama, pembelajaran bermakna sebagai
bantuan atau bimbingan untuk melayani kebutuhan belajar masyarakat pada
umumnya dengan tidak dibatasi oleh sasaran usia tertentu serta tempat tertentu dan
berlangsung sepanjang hayat; kedua, tujuan pembelajaran menekankan kepada
pemenuhan kebutuhan belajar masyarakat yang fungsional di luar pendidikan
persekolahan yakni memberi bekal pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk
meningkatkan kualitas hidup dan martabat kehidupan dalam lingkungan sosial yang
lebih luas; ketiga, kegiatan belajar mempakan aktifitas yang disengaja serta
diorganisasikan secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu; keempat, isi
program pembelajaran lebih bersifat aplikatif dengan kebutuhan warga belajar.
Pembinaan yang dilakukan Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu
Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi, pada hakekatnya diarahkan pada proses
penyembuhan mental para Wanita Tuna Susila agar mereka memiliki kesadaran dan
tanggung jawarryang positip dalam melaksanakan tugas hidup dan kehidupannya di
masyarakat kelak. Melalui kesadaran dan tanggung jawabnya itu, diharapkan para
Wanita Tuna Susila dapat berusaha mandiri secara produktif tanpa menumnkan
harkat dan martabataya sebagai wanita. Sikap dan perilaku itulah yang oleh Suzanne
Kindervatter disebut sebagai Empowering Proces. Suzanne Kindervatter (1979: 150),
mengungkapkan bahwa:
Empowering was defined as: people gaining an understanding or and control
over social, economic and or political porces in order to improve their
standing in society. An empowering proces is a means to bring about such
Dari pemyataan di atas temngkap bahwa Kindervatter menjadikan
empowering proces sebagai suatu pendekatan untuk menumbuhkan pengertian dan
kesadaran seseorang atau kelompok orang untuk memahami dan menilai atau
mengevaluasi kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi dan politik, sehingga ia dapat
meningkatkan martabat hidupnya dalam masyarakat. Dengan demikian, empowering
proces diarahkan untuk menemukan pengertian dan kontrol dm
Jika dihubungkan dengan upaya pembinaan para Wanita Tuna Susila di panti,
diharapkan para Wanita Tuna Susila tersebut dapat merenungkan dan menemukan
dirinva, dapat memahami dirinya dan dapat menilai keberadaan sikap dan perilaku
dirinva yang selama ini dinyatakan menyimpang oleh masayarakat dan pemerintah.
Hakekat pokok dari pandangan Kindervatter tentang empowering proces ini
adalah bahwa warga belajar dalam hal ini para Wanita Tuna Susila, baik secara
perseorangan maupun kelompok dapat menggali dan memotivasi kesadaran dirinya,
sehingga mereka benar-benar memiliki keyakinan akan kekuatan dirinya sebagai
manusia yang mampu hidup dan berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Dengan
kekuatan itulah, para Wanita Tuna Susila diharapkan mempunyai kemampuan untuk
memenuhi tutuntan kebutuhan hidupnya melalui cara-cara yang dibenarkan oleh
norma agama dan norma hukum yang berlaku dalam masyarakat dengan melalui
cara-cara yang tidak meyimpang dari norma kesopanan dan kesusilaan.
Strategi pembinaan para Wanita Tuna Susila yang dapat dilakukan jika
dihubungkan dengan pendekatan Empowering Proces sebagaimana yang disebutkan
mengaktifkan dinamika kehidupan para Wanita Tuna Susila di panti melalui
peningkatan sikap dan perilaku yang positip dan ketrampilan yang memadai,
sehingga mereka mempunyai modal untuk mengubah status sosial ekonominya di
masyarakat kelak. Untuk mencapai hal ini, para Wanita Tuna Susila di panti
diaktifkan dalam kelompok-kelompok organisasi yang terorganisir rapi. (2) Worker
self management and collaboration; strategi ini dilakukan dengan mengaktifkan
hubungan antara para Wanita Tuna Susila di panti dan alummnya dengan masyarakat
lain, melalui manajemen usaha yang baik. Melalui cara ini setiap Wanita Tuna Susila
di panti dan atau alumninya yang tergabung dalam suatu perkumpulan tertentu
menentukan adanya pembagian tugas dan wewenang yang jelas, struktur organisasi
yang jelas yang mampu mengatur sistem kerja yang baik diantara mereka, sehingga
dapat memperkecil perbedaan status diantara mereka dengan warga masyarakat
lainnya. (3) Participatory approaches in adult educations, research and rural
development; ialah pendekatan partisipasi-para Wanita Tuna Susila di panti dan
alumninya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. Jadi yang penting dalam strategi ini adalah partisipasi para Wanita Tuna
Susila dalam mengikuti berbagai perubahan dan tuntutan jaman. (4) Education
specipically aimed at confronting oppression and injustice; ialah dengan
mengembangkan pendidikan dan keadilan sebagai alat untuk menumbuhkan
norma-norma kehidupan dalam diri warga belajar, juga sebagai alat untuk menumbuhkan
sesama warga belajar. Setiap masalah dibicarakan dan dimusyawarahkan dalam suatu
pertemuan kelompok belajar. Sekalipun demikian, kelompok tersebut tidak
memberlakukan birokrasi dan hierarki yang kaku tetapi harus diciptakan suasana yang fleksibel berdasarkan konsensus bersama.
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam penerapan proses
empowering adalah; (1) need oriented ialah pendekatan yang didasarkan kepada
kebutuhan warga belajar. Artinya Pendidikan Luar Sekolah senantiasa harus
dikembangkan dan dibangun berdasarkan kebutuhan yang ada pada warga belajar (2)
indegenus ialah pendekatan dalam' Pendidikan Luar Sekolah dengan cara
menggunakan dan menggali apa yang dimiliki oleh warga belajar (3) selfreliant ialah
sikap yang perlu diciptakan pada setiap orang atau setiap warga belajar agar percaya
diri atau memiliki sikap mandiri (4) ecologically sound ialah pendekatan yang
memperhatikan dan mempertimbangkan aspek lingkungan (5) based on structural
transformation ialah pendekatan yang dilaksanakan berdasarkan pada pembahan
stmktur dan sistem misalnya yang menyangkut hubungan sosial, kegiata ekonomi,
sistem manajemen dan partisipasi warga belajar.Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi adalah pertama, pendidikan hams diberi makna sebagai pemberian bantuan dan bimbingan untuk membantu warga belajar berusaha mandiri; kedua, tujuan pembelajaran diarahkan kepada perolehan
kemampuan (cara berpikir, cara kerja dan cara hidup) yang fungsional yang mampu merubah taraf hidup dan penghidupan ke arah yang lebih baik; ketiga, isi materi pembelajaran bempa pengetahuan dan ketrampilan yang dapat dijadikan bekal untuk berusaha produktif di masyarakat; keempat, proses pembelajaran dilakukan secara berkelanjutan dengan menitikberatkan kepada hubungan interaksi partisipatif dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi warga belajar.
Pendidikan yang diselenggarakan di panti ini seperti telah disebutkan di atas termasuk pendidikan penyembuhan atau rehabilitasi, artinya fungsi pendidikan di panti ini adalah sebagai penyembuh perilaku menyimpang, sehingga diharapkan para Wanita Tuna Susila setelah dibina di panti ini akan bembah menjadi individu yang -mempunyai'-stkap-positip.-/?M~flia/c/i//is sebagaimana dikutip Sudardja (1988:38)
mengungkapkan:
Peran pendidilranT^nengobati masalah-masalah sosial dan budaya seperti
j] ^(^Jjrf*
kemiskinan, pengangguran dan kenakalan yang memeriukan pengembangan kreatifitas, daya nalar {intelectualpower) dan pemahaman konsep serta prinsi-prinsip teori.
Jika melihat sistem Pendidikan Luar Sekolah seperti yang dikemukakan HD.
Sudjana (1991: 32), masukan mentah (Raw Input) pada sistem pembinaan para
Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Margarahayu Kecamatan
Cibadak Kabupaten Sukabumi pada Angkatan Pertama Tahun 1997/1998 yaitu para
Wanita Tuna Susila sebagai warga belajarnya, maka terlihat jelas bahwa terdapatkeanekaragaman usia, asal daerah, tingkat pendidikan para Wanita Tuna Susila
sebagai warga belajar.
dihadapi. Orang dewasa belajar berpi>sat pada masalah dan senantiasa berorientasi
pada kenyataan. Untuk itu membelajarkan orang dewasa perlu menekankan kepada
peningkatan kemampuannya untuk memecahkan masalah hidup yang dihadapinya.
Selain itu perlu diperhatiakan bahwa, pertama, orang dewasa mempunyai kesempatan
yang lebih untuk mengkontnbusikan dalam proses belajar. Hal ini disebabkan karena
orang dewasa mempakan sumber belajar yang kaya; kedua, orang dewasa
mempunyai dasar pengalaman yang lebih kaya yang berkaitan dengan pengalaman
bam; ketiga, orang dewasa telah mempunyai pola pikir dan kebiasaan yang pasti dan
karenanya mereka cenderung kurang terbuka. Semua karakteristik dan prinsip orang
dewasa seperti yang telah dikemukakan itu hams dijadikan acuan dalam proses
pembinaan usaha mandiri kepada para Wanita Tuna Susila yang dilakukan Panti
Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi.
pembinaan, keanekaragaman warga belajar tersebut kurang diperhatikan. Pihak panti
memberikan perlakuan sama kepada mereka. Padahal kebutuhan belajar, minat danharapan mereka tentunya akan berlainan pula. Sehingga pada saat proses pembinaan
berlangsung, tingkat penerimaan atau respon mereka terhadap materi yang diberikan
terdapat perbedaan.
Masukan sarana (Instrumental Input) pada sistem pembinaan para Wanita Tuna Susila di Panti Sosiak Karya Wanita Margarahayu meliputi kurikulum, tujuan program, tenaga pengelola, tenaga pengajar, media dan biaya.
Dilihat dari kurikulum, maka terlihat terdapatnya kemantapan program kerja yang disusun untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan materi bempa pembinaan mental, fisik, sosial dan ketrampilan. Agar pembahan yang diinginkan dapat terpenuhi maka materi pembinaan yang diberikan perlu mempertimbangkan;
pertama, pengetahuan atau informasi fungsional yang diberikan dapat meningkatkan
semangat* berusahadalam-Tangka peningkatan taraf hidup; kedua, ketrampilan yang diberikan dapat dijadikan bekal dan modal kerja di masyarakat; ketiga, pembinaan mental yang diberikan dapat dijadikan bekal dalam menghadapi pembahan dan mengatasi permasalahan secara kreatif dan mandiri.
dijadikannya sebagai bekal dan modal kerja apabila mereka nanti kembali ke
masyarakat.
Mengenai tenaga pengelola dan tenaga pengajar panti, perlu ditegaskan bahwa komponen ini mempakan komponen terpenting dari masukan sarana. Tenaga pengelola dan tenaga pengajar panti selaku pembina panti mengemban tugas memberi dorongan kepada warga belajar agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan cara-cara bam yang lebih sesuai dengan prinsip-prinsip kemandirian. Sebagai konsekuensi dari tugasnya, tenaga pengelola dan tenaga pengajar memiliki 3 (tiga) peran yaitu: (1) Sebagai pendidik, yang dapat memberi pengetahuan (2) Sebagai pemimpin, yang dapat membimbing dan memotivasi bemsaha dan (3) Sebagai penasihat, yang dapat melayani, memberi petunjuk dan membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh warga belajar.
{Kartasaputra, 1993; 45). Dengan peran-peran ini, tenaga pengelola dan tenaga
kegiatan belajar (7) Mendiagnosa kembali kebutuhan belajar. Ketujuh pnnsip ini
menunjukkan adanya proses interaksi transaksional dalam belajar yang bermanfat
untuk menyelaraskan tuntutan kebutuhan belajar dengan tingkat pemenuhannya. Hal
mendasar terhadap pemenuhan strategi tersebut adalah kemampuan dan tenaga
pengelola dan tenaga pengelola itu sendiri. Sebagai ujung tombak pembinaan. tenaga
pengelola dan tenaga pengajar di panti hams menjadi komunikator yang handal. Pada
dirinya melekat syarat yang menentukan berhasil tidaknya komunikasi yang bertujuan
untuk membentuk sikap dan nilai yang dikehendaki. Syarat tersebut adalah: tingkat
kredibilitas dan kepribadian dari tenaga pengelola dan tenaga pengajar sebagai
pengelola dan tenaga pengajar yang profesional yang bertugas membina para Wanita
Tuna Susila secara utuh sangat kurang dan dapat dikatakan belum tersedia, padahal
tenaga seperti inilah yang diperkirakan dapat mengarahkan para Wanita Tuna Susila
untuk menemukan jati dirinya secara utuh dan benar. Ditambah lagi jika melihat
struktur organisasi di panti, ada jabatan rangkap yang dipegang oleh orang yang
sama.
Sarana dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan di panti memegang peranan
penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar membelajarkan yang
efektif Penggunaan sarana mempakan bagian integral dari keseluruhan kegiatan
pembinaan. Ini berarti bahwa sarana mempakan salah satu unsur yang hams
diperhatikan dalam kegiatan pembinaan. Tersedianya sarana yang memadai akan
sangat menunjang bagi keberhasilan proses pembinaan. Misalnya dalam pelajaran
menjahit, warga belajar mempraktekkan secara langsung kegiatan tersebut dengan
alat-alat jahit dan mesin jahit yang sebenarnya.- Pengalaman demikian tentu akan
membawa hasil yang lebih baik karena warga belajar mempraktekkan langsung
kegiatan tersebut dalam situasi yang sebenarnya.
Jika melihat sarana yang tersedia di panti, maka pihak panti hendaknya dapat
meningkatkan dan menambah sarana yang ada agar sesuai dengan yang dibutuhkan
dan kondusif terhadap pelaksanaan kegiatan pembinaan. Misalnya saja, mesin jahit
yang rusak agar secepatnya diperbaiki/diganti dan ditambah sesuai dengan jumlah
warga belajar yang ada. Demikian juga alat atau sarana lain, yang sudah rusak perlu
kebutuhan agar pelaksanaan pembinaan dapat berlangsung dengan lancar tanpa adanya hambatan yang disebabkan oleh masalah sarana.
Mengenai biaya, pihak panti hanya mengandalkan biaya yang bersumber dari
Anggaran Belanja Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat. Ini tentunya masih kurang karena untuk mengadakan kegiatan lain, masalah biaya yang terbatas selalu menjadi penghambat. Karena itu sebaiknya pihak panti mengusahakan sendiri pencarian dana misalnya dengan memanfaatkan ketrampilan yang diperoleh warga belajar untuk kemudian diperlihatkan dan dijual kepada masyarakat luar panti.Dilihat dari masukan lingkungan maka faktor lingkungan (dalam hal ini lingkungan alam) mempakan salah satu faktor yang juga sangat menunjang terhadap keberhasilan pelaksanaan pembinaan usahamandiri di panti tersebut. Dilihat dari itu, maka terlihat kondisi lingkungan alam di panti ini pun sudah cukup memenuhi dan kondusif terhadap pelaksanaan kegiatan usaha mandiri. Dengan lahan yang luas, asri dan nyaman memungkinkan pelaksanaan pembinaan terlaksana denganbaik.
Mengenai proses meliputi metode, prosedur, aktivitas dan pendekatan.
warga belajar secara berkelompok diberikan pembinaan. Tehnik yang digunakan pada
umumnya menggunakan tehnik ceramah untuk menyampaikan teori-teori dengan
disertai contoh, peragaan dan tanya jawab, dan teknik Role Playing untuk kegiatan
praktek sebagai pelaksanaan dari teori-teori yang diterima para Wanita Tuna Susila
sebagai warga belajar. Perlu diperhatikan bahwa metode yang digunakan untuk
membina para Wanita Tuna Susila hendaknya bersifat; (1) persuasif dan motivatif
artinya pembinaan yang dilakukan tidak bersifat paksaan dan ancaman tetapi lebih
bersifat memberikan bimbingan dan arahan agar mereka mempunyai motivasi untuk
hidup dan kehidupannya secara positip; (2) konsultatif artinya pelaksanaan
pembinaan dan bimbingan dilakukan secara konsultatif antara tenaga pengelola dan
tenaga pengajar dengan para W'anita tuna Susila sebagai warga belajar; (3)
partisipatif artinya memperlakukan warga belajar tidak sebagai objek melainkan
sebagai subjek yang akan meningkatkan dan mengembangkan dirinya sendiri dalam
mewujudkan hidup dan kehidupannya; (4) antisipatif artinya materi pembelajaran
yang diberikan adalah materi pembelajaran yang menunjang dan sesuai dengan
harapan dan kebutuhan warga belajar di masa datang. Dilihat dari prosedur
pembinaan, secara teoritis sudah cukup memadai tetapi dalam dalam praktek kerena
keterbatasan biaya atau anggaran ada tahapan yang belum terlaksana secara optimal
misalnya tahapan bimbingan lanjut
103
adalah Pendekatan Pedagogi dimana para tenaga pengelola dan tenaga pengajar
memperlakukan para Wanita Tuna Susila sebagai warga belajar yang sudah dewasa
usianya tersebut dengan perlakuan anak-anak.
Dilihat dari aktivitas pembinaan dalam hal ini adalah jadwal kegiatan
pembinaan, maka terlihat kegiatan pembinaan terhadap para Wanita Tuna Susila ini
cukup padat. Jadwal kegiatan yang cukup padat ini disebabkan proses pembinaan di
panti mi hanya berlangsung 3 (tiga) bulan, sedangkan materi pembinaan yang harus
diberikan relatif cukup banyak.
Dilihat dari keluaran dalam hal ini hasil evaluasi (kapabilitas) kegiatan
pembinaan, pada umumnya mereka berhasil mengikuti program pembinaan dengan
baik. Menumt Gagne, kapabitas adalah hasil belajar yang berwujud perubahan
perilaku yang beraneka ragam. Kapabilitas yang dihasilkan dari belajar meliputi
katagori sebagai berikut:
a. Informasi Verbal, menunjuk kepada perolehan fakta, nama atau label serta
pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Hasil yang tampak mempakan ihtisar
dari segala informasi yang diperoleh.
b. Ketrampilan intelek, yakni kapabilitas berupa ketrampilan yang membuat
seseorang mampu secara cakap berfungsi sebgai warga masyarakat, ketrampilan
itu bermanfaat untuk memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari. Kualitas
kemampuannya lebih tinggi dari sekedar penguasaan informasi. Ada proses
yang berurut dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih rumit yang menunjukkan prasyarat bagi setiap kapabitas yang akan dipelajari (learning hierachy). Ketrampilan yang dimaksud adalah: belajar diskriminasi, belajar konsep
(menumt i definisi, belajar aturan dan belajar aturan tingkat tinggi (pemecahan
masalah)
c. Ketrampilan gerak (motor), ketrampilan ini mempakan kapabitas yang mendasari perbuatan jasmaniah secara mulus (tanpa hambatan), akan bertambah menuju kesempurnaan apabila dilatihkan melaui praktek. Syaratnya adalah pengulangan gerak dasar disertai dengan respon dari lingkungan.
d. Sikap, yakni kapabilitas yang mempengaruhi pilihan tentang tindakan mana yang akan diambil atau disebut pula sebagai kapabilitas internal yang menentukan disposisi ke arah menjauh dari peristiwa, objek dan orang.
e. Siasat kognitif, yakni kapabilitas yang mengarur cara bagaimana orang yang belajar dapat mengelola belajamya. Mengingat dan berpikir mempakan proses pengendali atau pengatur pelaksanaan tindakan. Ciri terpenting dari kapabilitas ini adalah kemampuan proses berpikir orang yang belajar itu sendiri cenderung tidak terpengaruh secara kritis oleh pelaksanaan pembelajaran dalam waktu singkat
lebih tinggi dibandingkan dengan respon terhadap materi bimbingan mental, fisik dan
sosial.
Dilihat dari masukan lain dalam hal ini modal usaha, para Wanita Tuna Susila yang telah mengikuti kegiatan pembinaan diberikan modal usaha yang cukup dalam bentuk peralatan usaha. Hanya saja peralatan usaha ini hendaknya tidak terbatas pada peralatan jualan makanan ringan, peralatan jualan bakso dan peralatan pangkas rambut atau salon saja tetapi perlu diperluas lagi sesuai dengan minat dan kebutuhan dari warga belajar.
B. Performansi Wanita Tuna Susila Yang Telah Berhasil Dalam Berusaha
Mandiri
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dari ketiga kasus (Ibu A, Bdan C)
dapat diuraikan bahwa para alumni panti ini semuanya bekerja secara produktif,
artinya mereka memperoleh pekerjaan yang menghasilkan uang untuk memenuhi
kehidupannya, tanpa menjadi Wanita Tuna Susila lagi. Mereka bekerja secara
sungguh-sungguh dengan membanting tulang untuk mencukupi kehidupan
keluarganya. Pada kasus Ibu A, meski tingkat pendidikan ibu Aini adalah buta huruf
tetapi kondisi ini tidak berarti ia hams tidak bekerja. Justru keinginan untuk bekerja
secara produktif ini muncul setelah ibu A ini mendapat pembinaan dari panti.
Penghasilan-ibu Aini jika dikalkulasikan dengan penghasilan suaminya sekitar Rp.
250.000 sebulan. Penghasilan sebesar ini menumt penulis sudah relatif mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu keluarga di desa. Pada kasus ibu B, terlihat
bahwa tingkat penghasilan ibu B ini sama dengan Ibu A yang jika dikalkulasikan
dengan penghasilan suaminya yaitu sekitar Rp. 250.000 sebulan. Dengan penghasilan
sebesar ini apalagi ibu B ini hanya mempunyai satu anak, sudah relatif mencukupi
untuk memenuhi kehidupan keluarganya. Sedang pada kasus Ibu C, penghasilan yang
didapat bersama suaminya jika dikalkulasikan sekitar Rp. 200.000 sebulan. Dengan
penghasilan sebesar itu, menumt penulis sudah relatif mencukupi untuk memenuhi
kehidupannya berdua bersama suami. Dari ketiga kasus ini terlihat bahwa mereka
(Ibu A,B dan C) ada peningkatan pekerjaan dari sebelumnya menjadi Wanita Tuna
Susila kemudian menjadi wanita yang bekerja secara produktif dan mandiri tanpa
hams menjadi Wanita Tuna Susila lagi. Dilihat dari segi penghasilan, terlihat bahwa
I l l /
penghasilan yang didapatnya sekarang lebih menentu dan lebih membuatnya lega dan
tenang.
1U0
T W
Untuk memungkinkan tumbuhnya gairah usaha produktif yang mandiri, diperlukan dukungan dan penerimaan dari masyarakat sekitamya. Dalam hubungan dengan ini, mereka (Ibu A, B dan C) menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sekitamya. Pada kasus Ibu A, ibu A ini menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan masyarakat sekitamya. Partisipasi kegiatan kemasyarakatan yang sering dilakukan Ibu A ini antara lain: pengajian, arisan, PKK, gotong royong dan sebagainya. Demikian juga pada kasus Ibu B dan Ibu C, mereka pada dasamya mengadakan hubungan dengan warga masyarakat sekitamya dengan
baik.
Dari penuturan mereka (Ibu A, B dan C) temngkap bahwa yang mendukung
keberhasilan mereka dalam bemsaha mandiri adalah faktor pembinaan yang telah
mereka terima dari Panti Sosial Karya Wanita dengan modal usaha yang berupa
peralatan usaha yang digunakan dengan sebaik-baiknya ditambah faktor dukungan
dari suami dan faktor potensi yang dimilikfparaalumni panti untuk berprestasi serta
keberanian dan keutamaan dalam memenuhi dan memecahkan setiap kebutuhan dan
permasalahan hidup dengankekuatan dan kesiapan mental yangada pada dirinya.
Dengan demikiam dapat disimpulkan bahwa faktor yang mendukung
keberhasilan para alumni panti dalam bemsaha mandiri adalah:a. Adanya kemampuan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang
diterima para alumni dari panti.
b. Adanya bantuan modal usaha dari panti yang digunakan dengan sebaik-baiknya
c. Adanya lingkungan kerja yang' mendukung, dalam hal ini adalah dukungan dari
suami yang mendorong dan membimbing istrinya bekerja secara produktif beserta dukungan warga masyarakat yang menerima para alumni panti dengan baik. d. Adanya motivasi yang dimiliki para alumni untuk berprestasi serta keberanian
dan keutamaan dalam memenuhi dan memecahkan setiap kebutuhan dan permasalahan hidup dengan kekuatan iman dan kesiapan mental yang ada pada dirinya.
C. Performansi Wanita Tuna Susila Yang Tidak Berhasil Dalam Berusaha Mandiri
Seperti telah dikemukakan bahwa performansi Wanita Tuna Susila yang tidak berhasil dalam bemsaha mandiri ditandai dengan: tidak adanya peningkatan pekerjaan, tidak ada peningkatan pendapatan, tidak ada peningkatan kesehatan, tidak ada peningkatan penampilan diri, tidak ada peningkatan partisipasi dalam masyarkat, dan tidak adanya kegiatan membelajarkan orang lain.
I l l
saya gini karena saya sakit hati sama suami, karena itu saya sekalian aja nyebur ke
lembah hitam ini". Senada dengan kasus Ibu Dadalah kasus Ibu Eyang menjalani
kembali kehidupannya sebagai Wanita Tuna Susila disebabkan hubungan dengan
suaminya yang pertama dan yang kedua tidak harmonis dan sering terjadi
pertengkaran yang berbuntut dengan perceraian. Mulanya Ibu E ini menjalani
kehidupan sebagai Wanita Tuna Susila karena frustasi sebagai akibat perceraian
dengan suaminya yang pertama. Pada waktu sedang menjalani kehidupannya sebagai
Wanita Tuna Susila kemudian Ibu Eini terjaring dalam suatu razia yang kemudian
membawanya ke panti. Pada waktu penutupan kegiatan panti tahun 1992, Ibu Eini
dinikahkan dengan seorang laki-laki. Tetapi kehidupan perkawinan yang kedua ini
juga tidak berjalan lama dan berakhir dengan perceraian. Kemudian Ibu Eini kembali
menekuni pekerjaan sebagai Wanita Tuna Susila sampai sekarang. Pada kasus Ibu F,
Ibu F ini menjalani kehidupannya sebagai Wanita Tuna Susila adalah karena faktor
yang klasik yaitu tekanan ekonomi.
Penghasilan Ibu Dini sekarang sekitar Rp. 500.000 s