• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PEMBINAAN USAHA MANDIRI DI KALANGAN PARA WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA MARGARAHAYU KECAMATAN CIBADAK KABUPATEN SUKABUMI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PEMBINAAN USAHA MANDIRI DI KALANGAN PARA WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA MARGARAHAYU KECAMATAN CIBADAK KABUPATEN SUKABUMI."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PEMBINAAN USAHA MANDIRI DI KALANGAN PARA WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA MARGARAHAYU

KECAMATAN CIBADAK KABUPATEN SUKABUMI

TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis untuk memenuhi Sebagian persyaratan penyelesaian Studi Program S-2

Pasca Sarjana IK1P Bandung

Oleh:

WAWAN HERMAWAN NIM 959680

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

UNTUK MENGIKUTI UJIAN TAHAP n (DUA)

PEMBIMBING I

PROF. DR. H. ENDANG SUMANTRI, M.Ed.

PEMBIMBING H

(3)

ABSTRAK

Kegiatan Pendidikan Luar Sekolah akan lebih berhasil jika semua komponen

yang merupakan bagian dari sistem Pendidikan Luar Sekolah kondusif terhadap

pelaksanaan kegiatan.

Bertitik tolak dari pemikiran itu penulis mengangkat masalah pembinaan

usaha mandiri di kalangan para Wanita Tuna Susila yang dilakukan oleh Panti Sosial

Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi. Permasalahan

pokok dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan sistem Pendidikan Luar

Sekolah di panti sosial tersebut, bagaimanakah performansi yang telah berhasil dalam

berusaha mandiri dan apa faktor pendukung keberhasilannya itu, bagaimanakah

performansi yang tidak berhasil dalam berusaha mandiri dan apa faktor penghambat

keberhasilannya itu serta bagaimanakah usaha tindak lanjut yang dilakukan panti

sosial tersebut. Tujuan pokok penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang

lengkap tentang kegiatan pembinaan yang dilakukan panti sosial terhadap para

Wanita Tuna Susila agar mereka mempunyai harga diri, tanggung jawab sosial,

kemauan dan kemampuan dalam melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam

kehidupan dan penghidupan di masyarakat.

Mctodc penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan

cara studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui tehnik: observasi, wawancara,

studi dokumenter dan triangulasi data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Sistem Pendidikan Luar Sekolah

pada kegiatan pembinaan para Wanita Tuna Susila di panti sosial tersebut belum

dilaksanakan secara optimal, seperti pendekatan yang dilakukan masih menggunakan

pendekatan pedagogi, tenaga pengelola dan tenaga pengajar yang profesional masih

kurang, terbatasnya sumber biaya, beberapa sarana dan prasarana perlu mendapat

perbaikan atau penambahan, materi pembinaan relatif cukup banyak dan kurang

sesuai dengan minat dan kebutuhan warga belajar, proses pembinaan hanya

(4)

berlangsung selama 3 (tiga) bulan, jadwal pembinaan cukup padat dan pemberian

peralatan modal usaha terbatas. (2). Performansi Wanita Tuna Susila yang telah

berhasil ditandai dengan: perolehan pekerjaan produktif tanpa harus menjadi Wanita Tuna Susila lagi, adanya peningkatan kesehatan, adanya peningkatan penampilan diri

baik fisik

maupun

psikis,

adanya peningkatan partisipasi dalam kegiatan

kemasyarakatan. Faktor pendukung keberhasilan ini antara lain: adanya kemampuan

mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diterima dari panti sosial,

adanya bantuan modal usaha, adanya dukungan dan bimbingan dari suami beserta

dukungan warga masyarakat, adanya motivasi untuk berprestasi serta adanya

kekuatan iman dan mental (3). Performansi Wanita Tuna Susila yang tidak berhasil

ditandai dengan: tidak adanya peningkatan pekerjaan, tidak adanya peningkatan

kesehatan, tidak adanya peningkatan penampilan diri dan tidak adanya peningkatan

partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan. Faktor penghambat keberhasilan ini

antara lain:

adanya ketidakmampuan mereka untuk mengaplikasikan ilmu

pengetahauan dan ketrampilan yang didapat dari panti sosial, tidak dimanfaatkannya

bantuan modal usaha, tidak adanya dukungan suami, tidak adanya motivasi untuk

berprestasi serta ketidaksiapan iman dan mental yang kuat (4). Bentuk usaha tindak

lanjut kepada alumni panti sosial pada pelaksanaannya tidak dilakukan oleh panti

sosial tetapi dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi dengan menyerahkan

kepada Biro Konsultasi Sosial (BKS) dan Forum Komnikasi Pekerja Sosial

Masyarakat (PKPSM). Namun kedua lembaga ini belum sepenuhnya dimanfaatkan

alumni panti sosial. Bahkan pada umumnya alumni panti sosial baik yang telah

berhasil maupun yang tidak berhasil tidak mengetahui keberadaan kedua lembaga ini

sehingga para alumni panti sosial yang memerlukan penanganan lebih lanjut, mereka

berusaha memecahkan sendiri permasalahannya.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK jjj

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH viu

DAFTAR ISI xj

DAFTAR GAMBAR ... Xv

DAFTAR LAMPIRAN XV|

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Fokus Masalah 5

C. Definisi Operasional 8

D. 1'ujuan Penelitian 12

E. Kegunaan Penelitian 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Pendidikan Luar Sekolah 15

B. Justifikasi Pendidikan Luar Sekolah Dalam Program

Pembinaan Wanita Tuna Susila 18

(6)

1. Pengertian Wanita Tuna Susila

jV.

2. Wanita Tuna Susila: Penyimpangan Sosial

-r?

3. Faktor Pendorong Wanita Menjadi Wanita Tuna Susila

a

4. Pentingnya Penanggulangan Praktek Wanita Tuna Susila ....

30

D. Performansi Kemandirian Dalam Pendidikan Luar Sekolah ...

33

1. Pengertian Performansi -r-,

2. Landasan Kemandirian Dalam Penmdikan Luar Sekolah ...

36

3. Performansi Kemandirian .... *.•«

BAB III.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metoda Penelitian dan Tekmk Pengumpulan Data

D. Subjek Penelitian

C. Langkah-Langkah Penelitian D. Pengolahan Data

AB IV. HASIL PENELITIAN

A. Sejarah Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Cibadak

Sukabumi

B. Status Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Cibadak

Sukabumi

f emuan Data Penelitian

4 3

(7)

1. Pelaksanaan Sistem Pendidikan Luar Sekolah Dalam

Program Pembinaan Wanita Tuna Susila

-s ^

2. Performansi Wanita Tuna Susila Yang Telah Berhasil Dalam

liemsaha Mandiri

y••>

3. Performansi Wanita Tuna Susila Yang Tidak Berhasil Daiam

Berusaha Mandiri

7q

4. Usaha Tindak Lanjut Kepada Wanita Tuna Susila Yano

Berhasil dan Yang Tidak Berhasil Dalam Berusaha

Mandiri

_

g-BAB

V, PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Tinjatian Sistem Pendidikan Luar Sekolah Di Panti Sosial Karva

Wanita Margarahayu Keeamatan Cibadak Kabupaten

Sukabumi e.-?

5 /

B. Performansi Wanita Tuna Susiia Yang Telah Berhasil Daiam

Berusaha Mandiri

,

I()1

C. Performansi Wanita Tuna Susila "Wang Tidak Berhasil Dalam

Berusaha Mandiri

j1n

D. Usaha Tmdak Lanjut Daiam Membina Usaha Mandiri Kepada

Wanita Tuna Susila Yang Telah Berhasil. Dan Yang Tidak

(8)

E. Kelemahan dan Kelebihan Pelaksanaan Sistem Pendidikan Luar

Sekolah Pacta Program Pembinaan Wanita Tuna Susila di Pa

o

n u

osial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak

Kabupaten Sukabumi

13 q

1. Kelemahan Pembinaan

i]9

2. Kelebihan Pembinaan

,

jj \

BAB VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan -j-)*,

B. Implikasi -.->i

! 131

C. Rekomendasi .... i >•-*! J /

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gi"»»bar;

Iialaman

1. Fokus Masaiah

7

2. Ilubungan Fungsional Antara Komponen-Komponen Pendidikan Luar

Sekolah

I^

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lan,Plrai1 :

Halaman

1. Denah Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak

Kabupaten Sukabumi

i :i ,

2. Susunan Organisasi Pelaksana Tefcnis Panti Sosial Karya Wanita

Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi

i42

3. Kurikulum Pembinaan Para Wanita Tuna Susila di Panti Sosial

Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten

Sukabumi

, ^

4. Daftar Inventaris Barang Panti Sosia! Karya Wanita Margarahayu

Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi

144

5. Peserta Pelatihan Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Asai Daerah

Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak

Kabupaten Sukabumi Angkatan Pertama Tahim 1996/' 1.997

145

6. Jadwal Pembinaan Para Wanita Tuna Susiia di Panti Sosial Karya

Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi

Angkatan Pertama Tahun 1996/1997

14g

7. Hasil EvaJuasi Kegiatan Pembinaan Panti Sosial Karya Wanita

Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi

(11)
(12)

BAB I

PENDAHULIAN

A. Latar Belakang

Hakekat Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan

pembangunan

seluruh

masyarakat

Indonesia.

Dalam

rangka

mewujudkan

Pembangunan Nasional, maka partisipasi masyarakat harus terus dipacu, karena

bagaimanapun partisipasi masyarakat sangat menentukan keberhasilan pembangunan.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan ini tidak hanya dari kaum pna

tetapi juga dari kaum wanita. Dalam rangka inilah, wanita mempunyai hak,

kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria untuk ikut serta dalam segala

kegiatan pembangunan. Peran dan tanggung jawab wanita dalam pembangunan

makin dimantapkan melalui peningkatan dan ketrampilan di berbagai bidang sesuai

dengan kebutuhan, kemampuan, kodrat, harkat dan martabatnya. Seperti yang

tercantum dalam GBHN 1993:

Wanita, baik sebagai warga maupun sebagai sumber daya insani pembangunan

mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama dengan pria dalam

pembangunan di segala bidang... kedudukan wanita dalam keluarga dan

masyarakat serta peranannya dalam pembangunan perlu dipelihara dan terus

ditingkatkan sehingga dapat memberikan sumbangan yang sebesar-besamya

bagi pembangunan bangsa dengan memperhatikan kodrat serta harkat dan

martabatnya.

(13)

1-Menurut Cosmas Batubara (1993:9), selama kurun waktu 1980-1990 tingkat

partisipasi angkatan kerja wanita telah naik dari 32,4 % menjadi 39,2 %. Dari angka

ini terlihat bahwa tingkat partisipasi kaum wanita telah meningkat sebesar 6,8 %. Hal

ini merupakan tanda bahwa selama kurun waktu 1980 - 1990 partisipasi kaum wanita

telah meningkat sejalan dengan munculnya beberapa bidang kegiatan dimana wanita

cocok untuk berkiprah, bahkan untuk beberapa bidang pekerjaan yang semestinya

cocok untuk kaum pria ternyata kaum wanita pun mampu mengerjakannya.

Walaupun demikian di tengah berbagai kemajuan yang telah diraih kaum

wanita, di sisi lain kita melihat keberadaan wanita direndahkan yaitu dengan

menjamurnya prostitusi. Keberadaan prostitusi ini, selain merendakan kodrat, harkat

dan martabat wanita juga menghambat lajunya Pembangunan Nasional.

Untuk itulah, pemerintah melalui Departemen Sosial telah mendirikan

panti-panti

rehabilitasi sosial yang berupaya untuk mengembalikan wanita yang terlibat

prostitusi (Wanita Tuna Susila) menjadi-wafga-masyarakat yang dapat berpartisipasi

secara positip terhadap pembangunan sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya

sebagai wanita.

Membicarakan upaya pembinaan yang dilakukan oleh Panti Rehabilitasi Sosial

terhadap para Wanita Tuna Susila, jika dilihat dari jalur pendidikan maka kegiatan

pembinaan tersebut termasuk kepada jalur Pendidikan Luar Sekolah. Pendidikan Luar

(14)

yang teratur dan terarah, diselenggarakan di luar sekolah, sehingga seseorang atau

kelompok memperoleh informasi mengenai pengetahuan, latihan dan bimbingan sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya. Tujuannya ialah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap. ketrampilan dan nilai-nilai yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk berperan serta secara efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganva. pekerjaannya, masyarakat dan bahkan negaranya. (H.D. Sudjana, 1991:43)

Menurut Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, satuan Pendidikan Luar

Sekolah meliputi keluarga, kelompok belajar, kursus dan satuan pendidikan sejenis. Satuan pendidikan sejenis ini meliputi panti latihan, pusat magang, tempat penyuluhan, gerakan pramuka, kelompok bermain dan pusat penitipananak.

Pembinaan yang dilakukan oleh panti sosial kepada para Wanita Tuna Susila jika dimasukkan kedalam satuan Pendidikan Luar Sekolah, termasuk ke dalam kursus dan satuan pendidikan sejenis sub bagian panti latihan. Hal ini karena dalam

pembinaan yang dilakukan panti sosial tersebut, para Wanita Tuna Susila sebagai

warga belajar diberikan berbagai pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental yang

diperlukan untuk kehidupanya.

Jika dilihat dari jenis pendidikan, maka pembinaan yang dilakukan panti i sosial

tersebut merupakan bagian dari Pendidikan Umum dan Pendidikan Kejuruan.

Termasuk Pendidikan Umum karena pendidikan di panti tersebut mengutamakan

(15)

Termasuk Pendidikan Kejuruan karena pendidikan di panti tersebut dilaksanakan

dalam rangka mempersiapkan warga belajar untuk dapat bekerja dalam bidang

tertentu.

Menurut Bab II pasal 4 Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Tujuan Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tangung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Sekretariat Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992: 7).

Hal ini berati bahwa setiap satuan, jalur dan jenis pedidikan yang mengacu pada sistem pendidikan nasional, harus berupaya untuk mewujudkan pembentukan manusia seutuhnya, yang salah satu cirinya adalah kemandirian.

Sedang menurut Peraturan pemerintah Nomor 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah disebutkan bahwa '*waTga belajar mempunyai hak: belajar

secara mandiri". Ini berarti melalui Pendidikan Luar Sekolah, dalam hal ini Panti

Sosial, para Wanita Tuna Susila sebagai warga belajarnya akan dididik menjadi

pribadi yang mandiri.

(16)

seja''itera dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang berdasarkan

Pancasila".

Dengan demkian pembinaan usaha mandiri yang diupayakan oleh panti-panti sosial merupakan salah satu proses pembelajaran warganya dan menjadi komitmen Pendidikan Luar Sekolah untuk mengangkat harkat dan martabat mereka. Pengertian pembinaan usaha mandiri di sini adalah pembinaan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk mengembalikan mereka menjadi warga masyarakat mandiri sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya sebagai wanita.

Berdasarkan uraian di atas maka judul penelitian ini adalah: "Upaya Pembinaan Usaha Mandiri di Kalangan Para Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi".

B. Fokus Masalah

(17)

Sehubungan dengan fokus masalah tentang kegiatan pembinaan yang dilakukan Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupateb Sukabumi

dalam membina usaha mandiri di kalangan para Wanita Tuna Susila sebagai warga

belajarnya, maka perincian fokus masalah dirumuskan dalam pertanyan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan sistem Pendidikan Luar Sekolah pada pembinaan

usaha mandiri

di kalangan

Wanita Tuna

Susila di Panti Sosial Karya

Wanita Margarahayu Cibadak Kabupaten Sukabumi ?.

2. Bagaimanakah

performansi

Wanita Tuna

Susila

yang telah

berhasil

dalam berusaha mandiri dan apa faktor pendukung keberhasilannya itu ?.

3. Bagaimanakah performansi Wanita Tuna Susila yang tidak berhasil dalam

berusaha mandiri dan apa faktor penghambat keberhasilannya itu ?.

(18)
[image:18.842.160.834.79.527.2]

Gambar 1: FOKUS MASALAH Faktor Pendukung ^MASUKAN SARAN^\ 1. Kurikulum 2. TujuanProgram

3 Tenaga Pengelola 4. Tenaga Pengajar

5. Sarana

6. Biaya

(FOKUS MASALAH 1)

MASUKAN LINGKUNGAN Kondisi Panti

jr

MASUKAN LAIN

Modal Usaha yang

diberikan Panti

PROSES

1. Metode dan Teknik 2. Prosedur

3. Aktivitas

V^4. Pendekatan ,

KELUARAN

1. Aspek Kognisi

2. Aspek Afeksi 3. Aspek Psikomotor

MASUKAN MENTAH 1. Usia

2. Tiiigkat Pendidikan

3. Asaldaerah

MASUKAN LINGKUNGAN

Kondisi Panti

(FOKUS MASALAH 2)

PENGARUH: BERHASIL 1. Perolehan pekerjaan produktif 2.Peningkatan pendapatan 3. Peningkatan kesehatan 4.Peningkatan penampilan diri

5.Kegiatan membelajarkan orang lain

6.Peningkatan partisipasi dalam

kehidupan masyarakat

(FOKUS MASALAH 3)

TIDAK BERHASIL

Faktor Pcnghambat

(FOKUS MASALAH 4)

(19)

C. Definisi Operasionai

Dalam penelitian ini dikemukakan definisi operasionai untuk menunjukkan

sistem pola yang diamati sehingga mempermudah pemahaman terhadap masalah

yang diteliti sehingga mempermudah pemahaman terhadap masalah yang diteliti

yakni sebagai berikut:

1. Pembinaan Usaha Mandiri

Menurut HD. Sudjana (1992:157), pembinaan adalah "sebagai upaya

memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga

keadaan sebagaimana aslinya". William B. Castetter (1981:312) menegaskan arti

pembinaan dalam konteks pengembangan kemampuan individu yakni sebagai

berikut: "Development includres all activities designed to increase and individual's

ability to perform assigments efectivefy what ever the role and what ever the level at

which they are performed". Artinya bahwa pembinaan meliputi seluruh aktivitas yang

dirancang untuk meningkatkankeefektifannya dalam menjalankan tugas untuk dapat

berperilaku sesuai dengan tuntutan peranannya. Sedang menurut A. Mangunhardjana

(1989:12) pembinaan adalah:

Suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dalam

mengajari dan mempelajari hal-hal yang baru yang belum dimiliki, dengan

tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan

mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yan sudah ada serta mendapatkan

pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja, yang

sedang dijalani secara lebih efektif

Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan pembinaan adalah suatu proses

(20)

Cibadak Kabupaten Sukabumi yang bertujuan melepaskan pekerjaan yang sudah

dimiliki warga belajar dengan mempelajari pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang

baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang lebih baik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:1977), usaha adalah kegiatan

dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk suatu maksud. Sedang mandiri

adalah "keadaan dapat berdiri sendiri" (KBBI, 1988: 555). Namun sesungguhnya

makna esensi yang terkandung dalam pengertian mandiri bukanlah dalam pengertian

sempit seperti itu. Kemandirian adalah kemampuan mengoptimalisasikan diri atas

bantuan orang lain. Orang yang mandiri mempunyai tali hubungan atau

ketergantungan yang wajar dengan sesama manusia dan tidak memisahkan diri dari

agama (Allah)(QS. Al Imran 112). Menurut GBHN, tantangan pembangunan yang

harus dihadapi masyarakat Indonesia antara lain "terciptanya kualitas manusia dan

kuantitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana tentram dan

sejahtera lahir Tjatin dalam tata-kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang

berdasarkan Pancasila". Ini berarti pengertian mandiri menurut GBHN adalah

mandiri yang berdasarkan Pancasila. Menurut HD. Sudjana (1991:35) individu yang

telah mengikuti proses pembinaan akan disebut mandiri jika pada diri individu

tersebut terdapat:

1. Perubahan taraf hidup yang ditandai dengan perolehan pekerjaan atau

berwirausaha, perolehan atau peningkatan pendapatan, kesehatan dan

penampilan diri.

2. Kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikutsertakan oarang lain

dalam memanfaatkan hasil belajar yang telah iamiliki

3. Peningkatan partisipasinya dalam kegiatan sosial dan pembangunan

(21)

Dengan demikian yang dimaksud pembinaan usaha mandiri adalah suatu proses

pembelajaran yang bertujuan melepaskan pekerjaan yang sudah dimiliki warga

belajar dengan mempelajari pengetahun, ketrampilan dan sikap yang baru agar

mereka dapat berusaha mandiri untuk mencapai tujuan dan kerja yang lebih baik

sesuai dengan harkat, kodrat dan martabatnya sebagai wanita.

2. Wanita Tuna Susila

Prostitusi

adalah gejala kemasyarakatan dimana

wanita menjual

diri

(melakukan perbuatan seksual) sebagai mata pencaharian (B. Simanjuntak,

1981:280). Dalam tulisan ini yang dimaksud Wanita Tuna Susila atau WTS adalah

wanita yang mata pencahariannya menjual diri dan mereka menjadi warga belajar

dalam Panti Sosial tersebut.

3. Performansi Yang Berhasildan Yang Tidak BerhasilDalam Berusaha Mandiri

Performance diterjemahkan menjadi performansi atau kinerja, juga berati

prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja atau hasil kerja / unjuk

kerja / penampilan kerja (LAN, 1992:3). Menurut August W. Smith (1982:303),

performans atau kinerja adalah: "...output drive from process,human or otherwise",

jadi dikatakannya bahwa kinerja merupakan hasil atau output dari suatu proses.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa performansi atau kinerja

merupakan prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencpaian kerja, hasil kerja, unjuk kerja

atau penampilan kerja yang dicapai seseorang setelah melewati suatu proses

(22)

Performansi yang telah berhasil dalam berusaha mandiri ditandai dengan:

1. Perolehan pekerjaan produktif 2. Peningkatan pendapatan

3. Peningkatan kesehatan 4. Peningkatan penampilan diri

5. Peningkatan partisipasi dalam masyarkat

6. Kegiatan membelajarkan orang lain

Sedang performansi yang tidak berhasil dalam berusaha mandiri ditandai

dengan kembalinya warga belajar menekuni pekerjaan sebelumnya, dalam hal ini

mereka kembali menjadi Wanita Tuna Susila, yang tentunya ciri-ciri performansi

yang disebutkan di atas tidak ada pada mereka.

5. Usaha Tindak Lanjut

Yang dimaksud dengan usaha tindak lanjut dalam penelitian ini adalah segala

tindakan ~atau kegiatan yang dilakukan Panti Sosial KaryaWanita Margarahayu

Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi dengan mengerahkan semua tenaga, dana

dan pikiran untuk meneruskan program pembinaannya kepada para Wanita Tuna

Susila yang telah keluar dari panti tersebut.

D. Tujuan Penelitian

Berpijak pada rumusan masalah dan fokus penelitian di atas, penulis

menetapkan tujuan penelitian ini, baik tujuan penelitian secara umum maupun tujuan

(23)

/. Tujuan Umum Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang

lengkap tentang kegiatan pembinaan yang dilakukan para pembina Panti Sosial Karya

Wanita Margarahayu Cibadak Sukabumi terhadap para Wanita Tuna Susila agar

mereka dapat hidup mandiri lepas dan pekerjan yang telah ditekum sebelumnya.

2. Tujuan Khusus Penelitian

Secara khusus tujuan penelitian im adalah untuk mengetahui:

1. Sistem Pendidikan Luar Sekolah pada pembinaan usaha mandiri di kalangan

Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Cibadak

Kabupaten Sukabumi.

2. Performansi Wanita Tuna Susila yang telah berhasil dalam berusaha mandiri

dan faktor pendukung keberhasilannya.

3. Performansi Wanita Tuna Susila yang tidak berhasil dalam berusaha mandiri

dan faktor penghambat keberhasilannya.

—-4. Usaha tindak lanjut kepada Wanita Tuna Susila yang berhasil dan yang tidak

berhasil dalam berusaha mandiri yang dilakukan Panti Sosial Karya Wanita

Margarahayu CibadakKabupaten Sukabumi.

E. Kegunaan Penelitian

Karena penelitian ini berkaitan dengan upaya pembinaan usaha mandiri di

(24)

Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi, maka penelitian ini jelas

berguna bagi:

/. Bagi Program Pendidikan Luar Sekolah

Ruang lingkup pengkajian Pendidikan Luar Sekolah dewasa ini pada umumnya

lebih banyak membicarakan konsep Pendidikan Luar Sekolah untuk masvarakat

umum, tetapi untuk masyarakat yang mengalami penyimpangan seperti Wanita Tuna

Susila belum banyak dibicarakan. Melalui penelitian ini, diharapkan penulis dapat

memberikan sumbangan pikiran tentang Pendidikan Luar Sekolah sebagai bentuk

Program Pendidikan Rehabilitasi yang selama ini belum banyak dibicarakan oleh

pakar Pendidikan Luar Sekolah. 2. Bagi Panti Rehabilitasi

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi panti

khususnya Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten

Sukabumi sebagai bahan evaluasi untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan

program yang lebih cocok demi peningkatan mutu yang dihasilkan melalui program

kegiatan selanjutnya.

3. Bagi Para Wanita Tuna Susila

Penelitian ini selain akan mengkaji sistem pengelolan Program Pendidikan Luar

Sekolah yang cocok dengan minat, kebutuhan dan kemampuan para Wanita Tuna

Susila, juga akan mengkaji performansi dan karakteristik para Wanita Tuna Susila

yang telah berhasil dan yang tidak berhasii dalam berusaha mandiri beserta faktor

(25)

Wanita Tuna Susila yang bersangkutan, karena mereka dapat mengambil pelajaran

yang berharga dan mereka yang telah berhasil dan yang tidak berhasil dalam

berusaha mandiri. 4. Bagi Penulis

Penelitian ini memerlukan kecermatan, ketelitian dan pengkajian yang terus

menerus. Latihan seperti ini tentu saja sangat bermanfaat bagi penulis, karena akan

menambah wawasan positif dalam mengembangkan dunia penelitian. Hasil penelitian

ini pun diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan dasar bagi para peneliti lain yang

(26)
(27)

Ylt ? T T

BAJJ III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Naturalistic Inquiry Research atau sering dikenal dengan istilah metode penelitian

kualitatif, walaupun nantinya juga akan menggunakan sajian statistik deskriptif untuk

memperjelas data. Menurut Lexy J. Mekong (1995:4-8). ada sebelas ciri dan

penelitian kualitatifini, yaitu:

1. Latar Alamiah

2. Manusia sebagai alat (instruirten)

3. Metode Kualitatif

4. Analisis data secara Induktif

5.

leori dariDasar (Grounded Theorv)

6. Deskriptif

7. Lebih mementingkan proses daripada hasil 8. Adanya ^batas" yang diientukan oleh"fokus" 9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data

10. Desain bersifat sementara

11. iiasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama

Dalam metode penelitian ini, peneliti berupaya untuk melacak dan

mendeskripsi data sebagaimana yang terjadi di lapangan secara alami dan bertindak

sebagai instrumen utama (Key Instrument) untuk melacak, menseleksi dan

meratifikasi data yang diperoieh dan lapangan. Karena bertmdak sebagai intnimen

(28)

langsung dengan para responden, mengadakan. pengamatan langsung dengan para

responden baik itu para petugas panti, para instruktur, para wanita tuna susila vans

sedang mengikuti program pembinaan atau para Wanita Tuna Susila alumni dan panti

tersebut atau pun dengan tokoh/warga masyarakat yang mempunyai kaitan erat

dengan data yang diperlukan.

Metode ini pada umumnya menggunakan sampel sedikit dan dipilih menurut

tujuan penelitian, sehingga sering berupa studi kasus atau multi kasus. Hal tersebut

dimaksudkan untuk mengetahui apakah laporan penelitian sesuai dengan data vang

dikumpuikan. serta terbuka untuk dikritik.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan daiam penelitian ini antara

tain:

1. Observasi

Teknik observasi digunakan penulis sebagai salah satu cara untuk

mengumpulkan data melalui pengamatan langsung di lapangan. Dari pengamatan

tersebut penulis dapat mempelajari langsung tentang tentang sistem Pendidikan Luar

Sekolah yang dilaksanakan di panti tersebut. performansi para Wanita Tuna Susila

yang telah berhasil dan tidak berhasii dalam berusaha mandin serta usaha tindak

lanjut yang dilakukan panti terhadap para Wanita Tuna Susiia yang telah berhasii dan

yang tidak berhasii dalam berusaha mandin.

2, Wawancara

Selain observasi,

penelitian ini menggunakan

teknik wawancara untuk

(29)

45

wawancara dengan para petugas panti, para intruktur dan para Wanita Tuna Susila

baik yang sedang mengikuti program pembinaan maupun dengan Wanita Tuna Susiia

yang telah berhasil dan yang tidak berhasil dalam berusaha mandiri. Wawancara juga

dilakukan dengan para tokoh/warga masyarakat yang mempunyai kaitan erat dengan

data yang diperlukan.

Kegiatan wawancara ini dilakukan secara kekeluargaan dan sesuai dengan

budaya kerja responden. Dari wawancara ini penulis memperoleh sejumlah data dari

para responden yang disampaikan secara langsung dan spontan tanpa rekayasa.

Dengan eara ini, penulis dapat mengamati dan mempelajari data yang keluar dari

perilaku dan eksperesi responden yang mendukung data yang disampaikan secara

lisan, mempelajari perasaan pikiran dan narapan para responden baik yang tersirat

maupun yang terucap. Dengan demikian penulis dapat melibatkan diri dengan

perasaan dan pikiran responden.

3. Studi Dokumenter

Untuk melengkapi kekurangan data yang tidak dapat diperoleh dari observasi

dan wawancara, penulis menggunakan studi dokumenter. Cara ini dipergunakan oleh

penulis untuk mencari data-data baik yang ada di Panti Sosial, Dinas Sosial.

Departemen Sosial maupun dari literatur lain .

Studi ini penting untuk membandingkan kejadian yang ada di lapangan

(30)

4, Triangulasi

Menurut LexyJ. Moleong (1995:178). "triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperiuan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu".

Tehnik mi dapat dilakukan jika para responden berbicara berdasarkan pikiran

dan perasaanya saja tanpa memperhatikan pikiran dan perasaan orang lain. Jika

responden sudah bersikap seperti itu, maka tidak menutup kemungkinan akan muncul

data yang bersifat subjektif. Karena itu untuk mengatasi subjektifitas data, penults

mencari responden lain yang dapat berbicara secara neiral sesuai dengan yang ada di

lapangan. Cara inilah yang diharapkan dapat meluruskan data yang subjektif sehmga

menjadi data yang bersifat objektif Jika tidak diperoleh responden yang bersifat

netral, maka penulis melakukan kegiatan konfrontasi data yakni mengkonfrontirkan

data yang berbicara secara negatif dengan sumber data yang selalu berbicara tennis

hal-hal yang positif. Sedang penulis bertindak sebagai penafsir data. Cara inilah yang

dimaksud dengan Triangulasi.

B. Subjek Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunio (1989: 211). subjek penelitian itu pada umumnya

manusia atau apa saja yang menjadi urusan manusia. Subjek penelitian mi dibedakan

menjadi dua kelompok, yaitu sumber informasi dan informan.

Menyimak batasan tersebut, maka daiam penelitian ini yang menjadi sumber

(31)

maupun yang telah mengikuti pembinaan (alumni panti). Untuk meneliti sistem

Pendidikan Luar Sekolah maka vans menjadi sumber informasi dalam penelitian ini

adalah para Wanita Tuna Susila yang sedang mengikuti program pembinan di Panti

Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi

Angkatan Pertama Tahun 1997/1998 sebanyak 40 (empat puluh) orang. Sedangkan

untuk meneliti performansi Wanita Tuna Susiia yang telah berhasil maupun yang

tidak berhasii dalam berusaha mandin ini diambil sampel secara purposif

masing-masing sebanyak 3 (tiga) orang. Sumber informasi yang terakhir mi adalah orang

yang menjadi kasus dalam penelitian ini yang memberikan data utama tentang diri

sendiri dan kehidupannya.

Proses penelusuran kasus diawali dari wawancara dan studi dokumen melalui

informan disamping studi observasi sehingga kondisi kasus semakin jelas

keberadaannya. Informan adalah orang yang memberikan data pelengkap tentang

identitas kehidupan kasus. Pemanfaatan informan bagi peneliti adalah agar dalam

waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjangkau, jadi sebagai internal

sampling, karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran atau

membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya.

Jack R. Fraenkel dan Norman E. Watten (1990: 374) menyatakan bahwa

sampling dalam studi observasi pada penelitian kualitatif sebagai berikut: "Generally

speaking, researchers who engange in some form of observational study are lekely to

select a purposive sample ... that is, researchers select a sample of observtions they

(32)

48

mengisyaratkan bahwa studi obeservasi memungkinkan bagi para oeneliti untuk

menyeleksi sampei purposif. Sampel yang dieari sudah jelas dan dipilih itu saja.

Dengan perkataan lain, perihal yang diobeservasi. sudah terarah dan itulah vana

dipilih.

Dalam penelitian ini data responden ditelusuri dan informan (petugas panti)

adalah mengenai identitasnya, seperti nama. tempat dan tanggai lahir, pendidikan.

pekerjaan dan sebagainya. Para responden diseleksi sehingga didapatkan responden

yang telah berhasil maupun yang tidak berhasii dalam berusaha mandin

masina-masing sebanyak 3 (tiga) orang.

Dalam rangka memilih kasus penelitian, maka seperti vans telah disebutkan

bahwa penelusuran kasus dilakukan melalui wawancara kepada informan dan

kemudian dilanjutkan dengan wawancara terhadap setiap caion kasus sehingga

ditemukan kasus atau sumber inforniasi yang memenuhi kriteria persvaratan, sebagai

berikut:

1. Memiliki data identitas yang terdaftar sebagai alumni Panti Sosial Karya Wanita

Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi.

2. Bertempat tinggal di daerah Kabupaten/Kotamadya Sukabumi.

3. Mata pencaharian, yaitu alumni panti

yang sudah meninasalkan mata

pencahariannya sebagai Wanita Tuna Susiia dan sudah bermata pencaharian

produktif bagi yang berhasil dan alumni panti yang masili bennata pencaharian

(33)

Kasus-kasus penelitian yang berindikasi seperti dipersyaratkan tersebut

merupakan sumber informsi atau responden yang diwawancara secara mendalam

untuk memberikan jawaban fokus masalah penelitian. J. Vredenhreai (1978:38}

menegaskan bahwa:

Sifat khas dan "case study" adalah suatu pendekatan yang bertujun untuk

mempertahankan keutuhan (wholeness) dan objek, artinya data vang

dikumpulkan dalam rangka '•'•studi kasus", dipelaian sebagai suatu keseluruhan

yang terintegrasi Tujuannya adalah untuk memperkembangkan pengetahuan

yang mendalam^mengenai objek yng bersangkutan, yang berarti bahwa studi

kasus harus disifatkan sebagai suatu penelitin yang eksploratif.

Mendasan pemikiran tersebut di atas, maka wawancara dan pengamatan serta

teknik lainnya adalah untuk mendalami keutuhan objek penelitian ini yaifu perilaku

para Wanita Tuna Susila baik yang sedang mengikuti pembinaan maupun yang telah

selesai pembinaan (alumni panti).

C. Langkab-Langkah Penelitian

Beberapa ahli mengemukakan tahapan penelitian kualitatif dalam ramusan

yang berbeda. Bogaan (1972) dan Lexy Afoieong (1995), merurnuskan tiga tahapan

sebagai berikut: (1). Kegiatan Pra Lapangan (2). Kegiatan Lapangan (3). Kegiatan

Analisis Intensif. Sedangkan Sanajiah Faisal (1990). merurnuskan daiam konseo

berikut: (I). Tahap Orientasi (2). Tahap Lxplorasi (3). Tahap Member Check.

Secara keseluruhan tahapan. yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi

(34)

.?\3

1. Tahap Persiapan Peneltian

Pada tahap ini, penulis melakukan persiapan-persiapan yang meliputi:

memiiih masalah, studi penclahuluan, merurnuskan fokus masalah, memilih

pendekatan, menentukan sistem pola yang diamati dan sumber data. Sehagamiana

layaknya suatu penelitian ilmiah, maka pada tahap ini peneliti menyusun desain

penelitian untuk kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembma mata kuliah

seminar- Pendidikan Luar Sekolah. Untuk mendapat masukan, peneliti mengikuti

ujian seminar pra desain, untuk kemudian mendapatkan bimbingan sehingga masalah

penelitian disetujui untuk diteliti ke lapangan.

2, Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan sekaligus menseleksi data-data yang

diperlukan sesuai dengan fokus penelitian dan akhirnya meratifikasi atau

menyimpulkan data tersebut secara deskriptif. Daiam konteks penelitian kualitatif

beberapa aspek kegiatan dalam pelaksanaan dikerjakan sebelum dan selama

penelitian berlangsung. Misalnya pembuatan instnimen baik berapa pedoman

observasi. wawancara maupun untuk studi dokumentasi. Tetapi yang prinsip dalam

penelitian ini bahwa instrumen penelitian im adalah peneliti sendiri, sedangkan

pedoman observasi dan wawancara hanya memuat pertanyaan kunci untuk membuka

masalah penelitian. Demikian juga halnya dengan kegiatan pengumpulan dan analisis

data serta pembuatan kesimpulan dilakukan sepanjang penelitian berlangsung. Secara

kronogis daiam penseleksian dan ratifikasi data peneliti melakukan kegiatan sebagai

(35)

a. Mengumpulkan Catalan lapangan dan hasil observasi secara keseluruhan.

b. Menyusun dan mengelompokan data sejenis sesuai dengan fokus pennaslalian.

c. Menganatisa hubungan antara data yang satu dengan data vang lannva.

d. Memberikan komentar dan tafsiran terhadap data secara kontekstual.

e. Menyimpulkan data tersebut menjadi suatu pemyatan umum sekaligus menyusun

temuan penelitian.

3. Tahap Pembuatan Laporan Penelitian

Tahap ini merupakan puncak kegiatan penelitian yaitu dilakukan setelah

penelitian lapangan berakhir. sekaiipun laporan ini telah dimulai dalam proses

penelitian berlangsung seperti pembuatan analisis data. Penulisan laporan dalam

penelitian ini menjurus kepada penulisan tesis sebagai suatu karva ilmiah.

Pengorganisasian penulisan laporan penelitian ini dituangkan ke dalam enam bab

yaitu pendahuluan. tinjauan kepustakaan, metodologi, hasil penelitian. pembahasan

serta kesimpulan dan rekomendasi

D, Pengolahan Data

Pelaksanaan pengolahan data penelitian melalui analisis data sebenarnya

sudah berlangsung sejak penelitian ini dimulai hanya analisis data tersebut ada yang

bersifat parsial adapula yang bersifat kontekstual. Tetapi analisis data vang bersifat

parsial pun (yang diperoleh secara insidentai) akhimya masuk kepada analisis yang

(36)

Kegiatan pengolahan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan melalui; 1. Mengumpulkan catatan-catatan lapangan yang berasal dari hasil wawancara,

observasi lapangan dan dari studi literatur serta dan hasil studi dokumenter. 2. Mengelompokkan data penelitian dari para responden ke dalam data sejenis. 3. Menyusun data sesuai dengan fokus perrnasahan dan tujuan penelitian.

4. Menganaiisisi hubungan antar data yang satu dengan data yang lainnya (analisis

lintas data).

5. Memberikan komentar berapa tanggapan, kritikan dan tafsiran terhadap data

secara kontekstual.

6. Mendeskripsi data dalam bentuk petanyaan-pertanyaan umum, sekaligus menyusun temuan-temuan penelitian baik yang ada hubungannya dengan fokus permasaiahan dan tujuan penelitian.

(37)
(38)

BABV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Tinjauan Sistem Pendidikan Luar Sekolah Pada Panti Sosial Karya Wanita

Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi

Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Margarahayu Kecamatan Cibadak

Kabupaten Sukabumi mempakan lembaga pendidikan yang mendidik para Wanita

Tuna Susila sebagai warga belajar agar mau melepaskan pekerjaan yang sudah

dimilikinya dengan mempelajari pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang bam agar

mereka dapat bemsaha mandiri untuk mencapai tujuan dan kerja yang lebih baik

sesuai dengan harkat, kodrat dan martabatnya sebagai wanita.

Panti Sosial ini menumt pandangan pendidikan bukanlah tempat hukuman

yang membuat para Wanita Tuna Susila menjadi menderita, tetapi mempakan

lembaga pendidikan yang membina para Wanita Tuna Susila sebagai warga belajar

dengan pendidikan disiplin, pendidikan kerohanian dan pendidikan ketrampilan atau

pendidikan kerja. Dengan pembinaan di lembaga ini diharapkan para Wanita Tuna

Susila sebagai warga belajarnya dapat menjadi orang yang berguna bagi dirinya,

keluarga, masyarakat, bangsa dan agamanya.

(39)

yang diberikan terhrdap para Wanita Tuna Susila ini bersifat menyelumh, terpadu

dan tidak setengah-setengah.

Tujuan pembinaan terhadap para Wanita Tuna Susila di panti sosial

khususnya di Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak

Kabupaten Sukabumi pada prinsipnya bertujuan untuk membina mereka agar

menemukan kembali jati dirinya sebagai warga negara yang mempunyai tanggung

jawab hidup di tengah-tengah masyarakat. Secara khusus seperti telah disebutkan

pada bab sebelumnya, tujuan pembinaan ini adalah:

1. Memberikan pembinaan terhadap tata kehidupan dan penghidupan para

tuna susila dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat secara normatif

2. Mengembangkan pemulihan kembali harga diri, kepercayaan diri,

tanggung jawab sosial, kemauan dan kemampuan para tuna susila agar

dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan dan

penghidupan masyarakat. (Direktorat Rehabilitasi Tuna Sosial Dirjen Bina

Rehabilitasi Sosial, 1993: 7).

(40)

dengan karakteristik sebagai berikut, pertama, pembelajaran bermakna sebagai

bantuan atau bimbingan untuk melayani kebutuhan belajar masyarakat pada

umumnya dengan tidak dibatasi oleh sasaran usia tertentu serta tempat tertentu dan

berlangsung sepanjang hayat; kedua, tujuan pembelajaran menekankan kepada

pemenuhan kebutuhan belajar masyarakat yang fungsional di luar pendidikan

persekolahan yakni memberi bekal pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk

meningkatkan kualitas hidup dan martabat kehidupan dalam lingkungan sosial yang

lebih luas; ketiga, kegiatan belajar mempakan aktifitas yang disengaja serta

diorganisasikan secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu; keempat, isi

program pembelajaran lebih bersifat aplikatif dengan kebutuhan warga belajar.

Pembinaan yang dilakukan Panti Sosial Karya Wanita Margarahayu

Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi, pada hakekatnya diarahkan pada proses

penyembuhan mental para Wanita Tuna Susila agar mereka memiliki kesadaran dan

tanggung jawarryang positip dalam melaksanakan tugas hidup dan kehidupannya di

masyarakat kelak. Melalui kesadaran dan tanggung jawabnya itu, diharapkan para

Wanita Tuna Susila dapat berusaha mandiri secara produktif tanpa menumnkan

harkat dan martabataya sebagai wanita. Sikap dan perilaku itulah yang oleh Suzanne

Kindervatter disebut sebagai Empowering Proces. Suzanne Kindervatter (1979: 150),

mengungkapkan bahwa:

Empowering was defined as: people gaining an understanding or and control

over social, economic and or political porces in order to improve their

standing in society. An empowering proces is a means to bring about such

(41)

Dari pemyataan di atas temngkap bahwa Kindervatter menjadikan

empowering proces sebagai suatu pendekatan untuk menumbuhkan pengertian dan

kesadaran seseorang atau kelompok orang untuk memahami dan menilai atau

mengevaluasi kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi dan politik, sehingga ia dapat

meningkatkan martabat hidupnya dalam masyarakat. Dengan demikian, empowering

proces diarahkan untuk menemukan pengertian dan kontrol dm

Jika dihubungkan dengan upaya pembinaan para Wanita Tuna Susila di panti,

diharapkan para Wanita Tuna Susila tersebut dapat merenungkan dan menemukan

dirinva, dapat memahami dirinya dan dapat menilai keberadaan sikap dan perilaku

dirinva yang selama ini dinyatakan menyimpang oleh masayarakat dan pemerintah.

Hakekat pokok dari pandangan Kindervatter tentang empowering proces ini

adalah bahwa warga belajar dalam hal ini para Wanita Tuna Susila, baik secara

perseorangan maupun kelompok dapat menggali dan memotivasi kesadaran dirinya,

sehingga mereka benar-benar memiliki keyakinan akan kekuatan dirinya sebagai

manusia yang mampu hidup dan berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Dengan

kekuatan itulah, para Wanita Tuna Susila diharapkan mempunyai kemampuan untuk

memenuhi tutuntan kebutuhan hidupnya melalui cara-cara yang dibenarkan oleh

norma agama dan norma hukum yang berlaku dalam masyarakat dengan melalui

cara-cara yang tidak meyimpang dari norma kesopanan dan kesusilaan.

Strategi pembinaan para Wanita Tuna Susila yang dapat dilakukan jika

dihubungkan dengan pendekatan Empowering Proces sebagaimana yang disebutkan

(42)

mengaktifkan dinamika kehidupan para Wanita Tuna Susila di panti melalui

peningkatan sikap dan perilaku yang positip dan ketrampilan yang memadai,

sehingga mereka mempunyai modal untuk mengubah status sosial ekonominya di

masyarakat kelak. Untuk mencapai hal ini, para Wanita Tuna Susila di panti

diaktifkan dalam kelompok-kelompok organisasi yang terorganisir rapi. (2) Worker

self management and collaboration; strategi ini dilakukan dengan mengaktifkan

hubungan antara para Wanita Tuna Susila di panti dan alummnya dengan masyarakat

lain, melalui manajemen usaha yang baik. Melalui cara ini setiap Wanita Tuna Susila

di panti dan atau alumninya yang tergabung dalam suatu perkumpulan tertentu

menentukan adanya pembagian tugas dan wewenang yang jelas, struktur organisasi

yang jelas yang mampu mengatur sistem kerja yang baik diantara mereka, sehingga

dapat memperkecil perbedaan status diantara mereka dengan warga masyarakat

lainnya. (3) Participatory approaches in adult educations, research and rural

development; ialah pendekatan partisipasi-para Wanita Tuna Susila di panti dan

alumninya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan yang terjadi dalam

masyarakat. Jadi yang penting dalam strategi ini adalah partisipasi para Wanita Tuna

Susila dalam mengikuti berbagai perubahan dan tuntutan jaman. (4) Education

specipically aimed at confronting oppression and injustice; ialah dengan

mengembangkan pendidikan dan keadilan sebagai alat untuk menumbuhkan

norma-norma kehidupan dalam diri warga belajar, juga sebagai alat untuk menumbuhkan

(43)

sesama warga belajar. Setiap masalah dibicarakan dan dimusyawarahkan dalam suatu

pertemuan kelompok belajar. Sekalipun demikian, kelompok tersebut tidak

memberlakukan birokrasi dan hierarki yang kaku tetapi harus diciptakan suasana yang fleksibel berdasarkan konsensus bersama.

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam penerapan proses

empowering adalah; (1) need oriented ialah pendekatan yang didasarkan kepada

kebutuhan warga belajar. Artinya Pendidikan Luar Sekolah senantiasa harus

dikembangkan dan dibangun berdasarkan kebutuhan yang ada pada warga belajar (2)

indegenus ialah pendekatan dalam' Pendidikan Luar Sekolah dengan cara

menggunakan dan menggali apa yang dimiliki oleh warga belajar (3) selfreliant ialah

sikap yang perlu diciptakan pada setiap orang atau setiap warga belajar agar percaya

diri atau memiliki sikap mandiri (4) ecologically sound ialah pendekatan yang

memperhatikan dan mempertimbangkan aspek lingkungan (5) based on structural

transformation ialah pendekatan yang dilaksanakan berdasarkan pada pembahan

stmktur dan sistem misalnya yang menyangkut hubungan sosial, kegiata ekonomi,

sistem manajemen dan partisipasi warga belajar.
(44)

Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi adalah pertama, pendidikan hams diberi makna sebagai pemberian bantuan dan bimbingan untuk membantu warga belajar berusaha mandiri; kedua, tujuan pembelajaran diarahkan kepada perolehan

kemampuan (cara berpikir, cara kerja dan cara hidup) yang fungsional yang mampu merubah taraf hidup dan penghidupan ke arah yang lebih baik; ketiga, isi materi pembelajaran bempa pengetahuan dan ketrampilan yang dapat dijadikan bekal untuk berusaha produktif di masyarakat; keempat, proses pembelajaran dilakukan secara berkelanjutan dengan menitikberatkan kepada hubungan interaksi partisipatif dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi warga belajar.

Pendidikan yang diselenggarakan di panti ini seperti telah disebutkan di atas termasuk pendidikan penyembuhan atau rehabilitasi, artinya fungsi pendidikan di panti ini adalah sebagai penyembuh perilaku menyimpang, sehingga diharapkan para Wanita Tuna Susila setelah dibina di panti ini akan bembah menjadi individu yang -mempunyai'-stkap-positip.-/?M~flia/c/i//is sebagaimana dikutip Sudardja (1988:38)

mengungkapkan:

Peran pendidilranT^nengobati masalah-masalah sosial dan budaya seperti

j] ^(^Jjrf*

kemiskinan, pengangguran dan kenakalan yang memeriukan pengembangan kreatifitas, daya nalar {intelectualpower) dan pemahaman konsep serta prinsi-prinsip teori.

(45)

Jika melihat sistem Pendidikan Luar Sekolah seperti yang dikemukakan HD.

Sudjana (1991: 32), masukan mentah (Raw Input) pada sistem pembinaan para

Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Margarahayu Kecamatan

Cibadak Kabupaten Sukabumi pada Angkatan Pertama Tahun 1997/1998 yaitu para

Wanita Tuna Susila sebagai warga belajarnya, maka terlihat jelas bahwa terdapat

keanekaragaman usia, asal daerah, tingkat pendidikan para Wanita Tuna Susila

sebagai warga belajar.

(46)
(47)

dihadapi. Orang dewasa belajar berpi>sat pada masalah dan senantiasa berorientasi

pada kenyataan. Untuk itu membelajarkan orang dewasa perlu menekankan kepada

peningkatan kemampuannya untuk memecahkan masalah hidup yang dihadapinya.

Selain itu perlu diperhatiakan bahwa, pertama, orang dewasa mempunyai kesempatan

yang lebih untuk mengkontnbusikan dalam proses belajar. Hal ini disebabkan karena

orang dewasa mempakan sumber belajar yang kaya; kedua, orang dewasa

mempunyai dasar pengalaman yang lebih kaya yang berkaitan dengan pengalaman

bam; ketiga, orang dewasa telah mempunyai pola pikir dan kebiasaan yang pasti dan

karenanya mereka cenderung kurang terbuka. Semua karakteristik dan prinsip orang

dewasa seperti yang telah dikemukakan itu hams dijadikan acuan dalam proses

pembinaan usaha mandiri kepada para Wanita Tuna Susila yang dilakukan Panti

Sosial Karya Wanita Margarahayu Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi.

(48)

pembinaan, keanekaragaman warga belajar tersebut kurang diperhatikan. Pihak panti

memberikan perlakuan sama kepada mereka. Padahal kebutuhan belajar, minat dan

harapan mereka tentunya akan berlainan pula. Sehingga pada saat proses pembinaan

berlangsung, tingkat penerimaan atau respon mereka terhadap materi yang diberikan

terdapat perbedaan.

Masukan sarana (Instrumental Input) pada sistem pembinaan para Wanita Tuna Susila di Panti Sosiak Karya Wanita Margarahayu meliputi kurikulum, tujuan program, tenaga pengelola, tenaga pengajar, media dan biaya.

Dilihat dari kurikulum, maka terlihat terdapatnya kemantapan program kerja yang disusun untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan materi bempa pembinaan mental, fisik, sosial dan ketrampilan. Agar pembahan yang diinginkan dapat terpenuhi maka materi pembinaan yang diberikan perlu mempertimbangkan;

pertama, pengetahuan atau informasi fungsional yang diberikan dapat meningkatkan

semangat* berusahadalam-Tangka peningkatan taraf hidup; kedua, ketrampilan yang diberikan dapat dijadikan bekal dan modal kerja di masyarakat; ketiga, pembinaan mental yang diberikan dapat dijadikan bekal dalam menghadapi pembahan dan mengatasi permasalahan secara kreatif dan mandiri.

(49)

dijadikannya sebagai bekal dan modal kerja apabila mereka nanti kembali ke

masyarakat.

Mengenai tenaga pengelola dan tenaga pengajar panti, perlu ditegaskan bahwa komponen ini mempakan komponen terpenting dari masukan sarana. Tenaga pengelola dan tenaga pengajar panti selaku pembina panti mengemban tugas memberi dorongan kepada warga belajar agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan cara-cara bam yang lebih sesuai dengan prinsip-prinsip kemandirian. Sebagai konsekuensi dari tugasnya, tenaga pengelola dan tenaga pengajar memiliki 3 (tiga) peran yaitu: (1) Sebagai pendidik, yang dapat memberi pengetahuan (2) Sebagai pemimpin, yang dapat membimbing dan memotivasi bemsaha dan (3) Sebagai penasihat, yang dapat melayani, memberi petunjuk dan membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh warga belajar.

{Kartasaputra, 1993; 45). Dengan peran-peran ini, tenaga pengelola dan tenaga

(50)

kegiatan belajar (7) Mendiagnosa kembali kebutuhan belajar. Ketujuh pnnsip ini

menunjukkan adanya proses interaksi transaksional dalam belajar yang bermanfat

untuk menyelaraskan tuntutan kebutuhan belajar dengan tingkat pemenuhannya. Hal

mendasar terhadap pemenuhan strategi tersebut adalah kemampuan dan tenaga

pengelola dan tenaga pengelola itu sendiri. Sebagai ujung tombak pembinaan. tenaga

pengelola dan tenaga pengajar di panti hams menjadi komunikator yang handal. Pada

dirinya melekat syarat yang menentukan berhasil tidaknya komunikasi yang bertujuan

untuk membentuk sikap dan nilai yang dikehendaki. Syarat tersebut adalah: tingkat

kredibilitas dan kepribadian dari tenaga pengelola dan tenaga pengajar sebagai

(51)

pengelola dan tenaga pengajar yang profesional yang bertugas membina para Wanita

Tuna Susila secara utuh sangat kurang dan dapat dikatakan belum tersedia, padahal

tenaga seperti inilah yang diperkirakan dapat mengarahkan para Wanita Tuna Susila

untuk menemukan jati dirinya secara utuh dan benar. Ditambah lagi jika melihat

struktur organisasi di panti, ada jabatan rangkap yang dipegang oleh orang yang

sama.

Sarana dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan di panti memegang peranan

penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar membelajarkan yang

efektif Penggunaan sarana mempakan bagian integral dari keseluruhan kegiatan

pembinaan. Ini berarti bahwa sarana mempakan salah satu unsur yang hams

diperhatikan dalam kegiatan pembinaan. Tersedianya sarana yang memadai akan

sangat menunjang bagi keberhasilan proses pembinaan. Misalnya dalam pelajaran

menjahit, warga belajar mempraktekkan secara langsung kegiatan tersebut dengan

alat-alat jahit dan mesin jahit yang sebenarnya.- Pengalaman demikian tentu akan

membawa hasil yang lebih baik karena warga belajar mempraktekkan langsung

kegiatan tersebut dalam situasi yang sebenarnya.

Jika melihat sarana yang tersedia di panti, maka pihak panti hendaknya dapat

meningkatkan dan menambah sarana yang ada agar sesuai dengan yang dibutuhkan

dan kondusif terhadap pelaksanaan kegiatan pembinaan. Misalnya saja, mesin jahit

yang rusak agar secepatnya diperbaiki/diganti dan ditambah sesuai dengan jumlah

warga belajar yang ada. Demikian juga alat atau sarana lain, yang sudah rusak perlu

(52)

kebutuhan agar pelaksanaan pembinaan dapat berlangsung dengan lancar tanpa adanya hambatan yang disebabkan oleh masalah sarana.

Mengenai biaya, pihak panti hanya mengandalkan biaya yang bersumber dari

Anggaran Belanja Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat. Ini tentunya masih kurang karena untuk mengadakan kegiatan lain, masalah biaya yang terbatas selalu menjadi penghambat. Karena itu sebaiknya pihak panti mengusahakan sendiri pencarian dana misalnya dengan memanfaatkan ketrampilan yang diperoleh warga belajar untuk kemudian diperlihatkan dan dijual kepada masyarakat luar panti.

Dilihat dari masukan lingkungan maka faktor lingkungan (dalam hal ini lingkungan alam) mempakan salah satu faktor yang juga sangat menunjang terhadap keberhasilan pelaksanaan pembinaan usahamandiri di panti tersebut. Dilihat dari itu, maka terlihat kondisi lingkungan alam di panti ini pun sudah cukup memenuhi dan kondusif terhadap pelaksanaan kegiatan usaha mandiri. Dengan lahan yang luas, asri dan nyaman memungkinkan pelaksanaan pembinaan terlaksana denganbaik.

Mengenai proses meliputi metode, prosedur, aktivitas dan pendekatan.

(53)

warga belajar secara berkelompok diberikan pembinaan. Tehnik yang digunakan pada

umumnya menggunakan tehnik ceramah untuk menyampaikan teori-teori dengan

disertai contoh, peragaan dan tanya jawab, dan teknik Role Playing untuk kegiatan

praktek sebagai pelaksanaan dari teori-teori yang diterima para Wanita Tuna Susila

sebagai warga belajar. Perlu diperhatikan bahwa metode yang digunakan untuk

membina para Wanita Tuna Susila hendaknya bersifat; (1) persuasif dan motivatif

artinya pembinaan yang dilakukan tidak bersifat paksaan dan ancaman tetapi lebih

bersifat memberikan bimbingan dan arahan agar mereka mempunyai motivasi untuk

hidup dan kehidupannya secara positip; (2) konsultatif artinya pelaksanaan

pembinaan dan bimbingan dilakukan secara konsultatif antara tenaga pengelola dan

tenaga pengajar dengan para W'anita tuna Susila sebagai warga belajar; (3)

partisipatif artinya memperlakukan warga belajar tidak sebagai objek melainkan

sebagai subjek yang akan meningkatkan dan mengembangkan dirinya sendiri dalam

mewujudkan hidup dan kehidupannya; (4) antisipatif artinya materi pembelajaran

yang diberikan adalah materi pembelajaran yang menunjang dan sesuai dengan

harapan dan kebutuhan warga belajar di masa datang. Dilihat dari prosedur

pembinaan, secara teoritis sudah cukup memadai tetapi dalam dalam praktek kerena

keterbatasan biaya atau anggaran ada tahapan yang belum terlaksana secara optimal

misalnya tahapan bimbingan lanjut

(54)

103

adalah Pendekatan Pedagogi dimana para tenaga pengelola dan tenaga pengajar

memperlakukan para Wanita Tuna Susila sebagai warga belajar yang sudah dewasa

usianya tersebut dengan perlakuan anak-anak.

Dilihat dari aktivitas pembinaan dalam hal ini adalah jadwal kegiatan

pembinaan, maka terlihat kegiatan pembinaan terhadap para Wanita Tuna Susila ini

cukup padat. Jadwal kegiatan yang cukup padat ini disebabkan proses pembinaan di

panti mi hanya berlangsung 3 (tiga) bulan, sedangkan materi pembinaan yang harus

diberikan relatif cukup banyak.

Dilihat dari keluaran dalam hal ini hasil evaluasi (kapabilitas) kegiatan

pembinaan, pada umumnya mereka berhasil mengikuti program pembinaan dengan

baik. Menumt Gagne, kapabitas adalah hasil belajar yang berwujud perubahan

perilaku yang beraneka ragam. Kapabilitas yang dihasilkan dari belajar meliputi

katagori sebagai berikut:

a. Informasi Verbal, menunjuk kepada perolehan fakta, nama atau label serta

pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Hasil yang tampak mempakan ihtisar

dari segala informasi yang diperoleh.

b. Ketrampilan intelek, yakni kapabilitas berupa ketrampilan yang membuat

seseorang mampu secara cakap berfungsi sebgai warga masyarakat, ketrampilan

itu bermanfaat untuk memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari. Kualitas

kemampuannya lebih tinggi dari sekedar penguasaan informasi. Ada proses

(55)

yang berurut dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih rumit yang menunjukkan prasyarat bagi setiap kapabitas yang akan dipelajari (learning hierachy). Ketrampilan yang dimaksud adalah: belajar diskriminasi, belajar konsep

(menumt i definisi, belajar aturan dan belajar aturan tingkat tinggi (pemecahan

masalah)

c. Ketrampilan gerak (motor), ketrampilan ini mempakan kapabitas yang mendasari perbuatan jasmaniah secara mulus (tanpa hambatan), akan bertambah menuju kesempurnaan apabila dilatihkan melaui praktek. Syaratnya adalah pengulangan gerak dasar disertai dengan respon dari lingkungan.

d. Sikap, yakni kapabilitas yang mempengaruhi pilihan tentang tindakan mana yang akan diambil atau disebut pula sebagai kapabilitas internal yang menentukan disposisi ke arah menjauh dari peristiwa, objek dan orang.

e. Siasat kognitif, yakni kapabilitas yang mengarur cara bagaimana orang yang belajar dapat mengelola belajamya. Mengingat dan berpikir mempakan proses pengendali atau pengatur pelaksanaan tindakan. Ciri terpenting dari kapabilitas ini adalah kemampuan proses berpikir orang yang belajar itu sendiri cenderung tidak terpengaruh secara kritis oleh pelaksanaan pembelajaran dalam waktu singkat

(56)

lebih tinggi dibandingkan dengan respon terhadap materi bimbingan mental, fisik dan

sosial.

Dilihat dari masukan lain dalam hal ini modal usaha, para Wanita Tuna Susila yang telah mengikuti kegiatan pembinaan diberikan modal usaha yang cukup dalam bentuk peralatan usaha. Hanya saja peralatan usaha ini hendaknya tidak terbatas pada peralatan jualan makanan ringan, peralatan jualan bakso dan peralatan pangkas rambut atau salon saja tetapi perlu diperluas lagi sesuai dengan minat dan kebutuhan dari warga belajar.

B. Performansi Wanita Tuna Susila Yang Telah Berhasil Dalam Berusaha

Mandiri

(57)

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dari ketiga kasus (Ibu A, Bdan C)

dapat diuraikan bahwa para alumni panti ini semuanya bekerja secara produktif,

artinya mereka memperoleh pekerjaan yang menghasilkan uang untuk memenuhi

kehidupannya, tanpa menjadi Wanita Tuna Susila lagi. Mereka bekerja secara

sungguh-sungguh dengan membanting tulang untuk mencukupi kehidupan

keluarganya. Pada kasus Ibu A, meski tingkat pendidikan ibu Aini adalah buta huruf

tetapi kondisi ini tidak berarti ia hams tidak bekerja. Justru keinginan untuk bekerja

secara produktif ini muncul setelah ibu A ini mendapat pembinaan dari panti.

Penghasilan-ibu Aini jika dikalkulasikan dengan penghasilan suaminya sekitar Rp.

250.000 sebulan. Penghasilan sebesar ini menumt penulis sudah relatif mencukupi

untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu keluarga di desa. Pada kasus ibu B, terlihat

bahwa tingkat penghasilan ibu B ini sama dengan Ibu A yang jika dikalkulasikan

dengan penghasilan suaminya yaitu sekitar Rp. 250.000 sebulan. Dengan penghasilan

sebesar ini apalagi ibu B ini hanya mempunyai satu anak, sudah relatif mencukupi

untuk memenuhi kehidupan keluarganya. Sedang pada kasus Ibu C, penghasilan yang

didapat bersama suaminya jika dikalkulasikan sekitar Rp. 200.000 sebulan. Dengan

penghasilan sebesar itu, menumt penulis sudah relatif mencukupi untuk memenuhi

kehidupannya berdua bersama suami. Dari ketiga kasus ini terlihat bahwa mereka

(Ibu A,B dan C) ada peningkatan pekerjaan dari sebelumnya menjadi Wanita Tuna

Susila kemudian menjadi wanita yang bekerja secara produktif dan mandiri tanpa

hams menjadi Wanita Tuna Susila lagi. Dilihat dari segi penghasilan, terlihat bahwa

(58)

I l l /

penghasilan yang didapatnya sekarang lebih menentu dan lebih membuatnya lega dan

tenang.

(59)

1U0

(60)

T W

Untuk memungkinkan tumbuhnya gairah usaha produktif yang mandiri, diperlukan dukungan dan penerimaan dari masyarakat sekitamya. Dalam hubungan dengan ini, mereka (Ibu A, B dan C) menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sekitamya. Pada kasus Ibu A, ibu A ini menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan masyarakat sekitamya. Partisipasi kegiatan kemasyarakatan yang sering dilakukan Ibu A ini antara lain: pengajian, arisan, PKK, gotong royong dan sebagainya. Demikian juga pada kasus Ibu B dan Ibu C, mereka pada dasamya mengadakan hubungan dengan warga masyarakat sekitamya dengan

baik.

Dari penuturan mereka (Ibu A, B dan C) temngkap bahwa yang mendukung

keberhasilan mereka dalam bemsaha mandiri adalah faktor pembinaan yang telah

mereka terima dari Panti Sosial Karya Wanita dengan modal usaha yang berupa

peralatan usaha yang digunakan dengan sebaik-baiknya ditambah faktor dukungan

dari suami dan faktor potensi yang dimilikfparaalumni panti untuk berprestasi serta

keberanian dan keutamaan dalam memenuhi dan memecahkan setiap kebutuhan dan

permasalahan hidup dengankekuatan dan kesiapan mental yangada pada dirinya.

Dengan demikiam dapat disimpulkan bahwa faktor yang mendukung

keberhasilan para alumni panti dalam bemsaha mandiri adalah:

a. Adanya kemampuan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang

diterima para alumni dari panti.

b. Adanya bantuan modal usaha dari panti yang digunakan dengan sebaik-baiknya

(61)

c. Adanya lingkungan kerja yang' mendukung, dalam hal ini adalah dukungan dari

suami yang mendorong dan membimbing istrinya bekerja secara produktif beserta dukungan warga masyarakat yang menerima para alumni panti dengan baik. d. Adanya motivasi yang dimiliki para alumni untuk berprestasi serta keberanian

dan keutamaan dalam memenuhi dan memecahkan setiap kebutuhan dan permasalahan hidup dengan kekuatan iman dan kesiapan mental yang ada pada dirinya.

C. Performansi Wanita Tuna Susila Yang Tidak Berhasil Dalam Berusaha Mandiri

Seperti telah dikemukakan bahwa performansi Wanita Tuna Susila yang tidak berhasil dalam bemsaha mandiri ditandai dengan: tidak adanya peningkatan pekerjaan, tidak ada peningkatan pendapatan, tidak ada peningkatan kesehatan, tidak ada peningkatan penampilan diri, tidak ada peningkatan partisipasi dalam masyarkat, dan tidak adanya kegiatan membelajarkan orang lain.

(62)

I l l

saya gini karena saya sakit hati sama suami, karena itu saya sekalian aja nyebur ke

lembah hitam ini". Senada dengan kasus Ibu Dadalah kasus Ibu Eyang menjalani

kembali kehidupannya sebagai Wanita Tuna Susila disebabkan hubungan dengan

suaminya yang pertama dan yang kedua tidak harmonis dan sering terjadi

pertengkaran yang berbuntut dengan perceraian. Mulanya Ibu E ini menjalani

kehidupan sebagai Wanita Tuna Susila karena frustasi sebagai akibat perceraian

dengan suaminya yang pertama. Pada waktu sedang menjalani kehidupannya sebagai

Wanita Tuna Susila kemudian Ibu Eini terjaring dalam suatu razia yang kemudian

membawanya ke panti. Pada waktu penutupan kegiatan panti tahun 1992, Ibu Eini

dinikahkan dengan seorang laki-laki. Tetapi kehidupan perkawinan yang kedua ini

juga tidak berjalan lama dan berakhir dengan perceraian. Kemudian Ibu Eini kembali

menekuni pekerjaan sebagai Wanita Tuna Susila sampai sekarang. Pada kasus Ibu F,

Ibu F ini menjalani kehidupannya sebagai Wanita Tuna Susila adalah karena faktor

yang klasik yaitu tekanan ekonomi.

Penghasilan Ibu Dini sekarang sekitar Rp. 500.000 s

Gambar

Gambar 1:FOKUS MASALAH

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghitung sample dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin Husein Umar,2003:141 yaitu sebagai berikut: Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan

Berdasarkan perhitungan, data hasil penelitian menunjukan: 1 terdapat perbedaan pengaruh strategi pembelajaran discovery learning plus diskusi dan plus cerarnah terhadap hasil

Setelah dilakukan analisa dan brainstorming bersama supervisi terkait, penyebab dominan dari rendahnya stok normal gudang pabrik adalah pengawasan dan kontrol yang rendah,

Antara yang berikut, manakah bukan isu yang menjadi perkara penting dalam mewujudkan hubungan etnik yang utuh dalam perlembagaan Malaysia.. Kedudukan Bumiputera 6.2:

Data antropometri ibu hamil meliputi berat badan sebelum dan selama kehamilan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul, LLA, dan tinggi fundus.. Berat badan sebelum

This study demonstrated that the model of GOCE satellite mission provides better and more reliable information on the gravity anomaly when compared to another model from

Dalam komik diceritakan keseharian Dika saat di Adelaide, yang memiliki cerita sama pula dengan novel Kambing Jantan, tidak membuat komik menjadi membosankan

Dari intepretasi memang diketahui bahwa tempat yang memiliki nilai porositas besar tersebut merupakan bright spot yang merupakan salah satu ciri-ciri adanya