UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
METEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE SOSIODRAMA
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islamiyah Ciputat)
Disusu Oleh LAILATUL JUM’ATI
102017023995
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
ABSTRAK
LAILATUL JUM’ATI, Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Dengan menggunakan Metode Sosiodrama (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islamiyah Ciputat. 2008)
Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syaruf Hidatullah Jakarta, Juni 2008.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi siswa dengan penggunaan metode sosiodrama dalam pembelajaran matematika, mengetahui proses keaktifan siswa selama pembelajaran dengan metode sosiodrama, dan mengetahui pendapat siswa mengenai penggunaan metode sosiodrama dalam pembelajaran di SMP Islamiyah Ciputat tahun ajaran 2007-2008 kelas VII. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Action Class Research atau lebih dikenal dengan penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini menggunakan dua siklus dengan tiap siklus terdiri dari empat tahap yang berkaitan, yaitu tahap perencanan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Mekanisme pelaksanaan metode sosiodrama yaitu ketika guru terlebih dahulu menceritakan materi yang akan disosiodramakan dan kemudian siswa secara sukarela atau ditunjuk melakukan aktivitas drama sesuai dengan materi yang disampaikan.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT penguasa alam
semesta yang telah memberikan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh tanggung jawab. Shalawat
serta salam selalu dijunjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang
telah mengajarkan kita dari kebodohan menuju zaman cerah penuh ilmu dan
kebajikan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. Penulis mengakui bahwa skripsi ini dapat selesai
atas bantuan banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu memberikan dorongan semangat baik
moril maupun materil. Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra, M. Pd, selaku ketua jurusan Pendidikan Matematika dan
Bapak Otong Suhyanto, M. Si, selaku sekretaris jurusan Pendidikan
Matematika, yang telah banyak memberikan banyak bimbingan, arahan dan
nasehat kepada penulis.
3. Ibu Tita Khalis Maryati, S.si, M. Kom, selaku dosen penasehat akademik yang
telah banyak membimbing penulis selama proses perkuliahan.
4. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd dan Bapak Drs. Karnadi, MRDM selaku
dosen pembimbing I dan dosen Pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini.
Terima kasih untuk semua arahan, bimbingan, dan ilmu yang telah diberikan
kepada penulis.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen
menjadi mahasiswi Pendidikan Matematika. Semoga Allah membalas atas
semua jasa baik bapak/ibu dosen sekalian.
6. Petugas perpustakaan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah menyediakan fasilitas kepustakaannya.
7. Bapak Mudalih S. Ag, kepala sekolah SMP Islamiyah Ciputat dan Bapak
Husen Sakilin S.Pd. yang telah memberikan kesempatan dan membantu
penulis dalam melakukan penelitian.
8. Suami tercinta dan Ananda Tersayang Amaliya Ashshalihah yang telah
memberikan doa, dukungan dan motivasi serta menghibur hati penulis selama
proses pembuatan skripsi.
9. Mawa beserta kakak dan abang-abangku yang banyak memberikan bantuan
dari awal penulis menjadi mahasiswa sampai lulus menjadi sarjana
10.Bapak, Mak, Hadi dan Muna yang telah memberikan bantuannya sehingga
skripsi dapat berjalan dengan lancer.
11.Ummi, Abi, tercinta dan kakak-kakak di kampung yang selalu mendoakan
penulis dan memberikan bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini
selesai dengan ridha Allah SWT.
12.Teman-teman jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2002, Ima, Teh Iz,
Ifat, Sule, Yeti, Bu Euis, Susilo, Neneng, Laksmy, Dedi, dan semuanya, yang
selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Juga kepada mbak nawiyah yang selalu membantu menjaga ananda.
13.Teman-teman IMAPA (Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh) yang telah
memberikan bantuannya ketika penulis dalam kesulitan.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan mereka menjadi amal
shaleh dan dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda, Aminn.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca sekalian serta dapat menjadi sumbangsih pemikiran bagi
dunia pendidikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, Juni 2008
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI……… v
DAFTAR TABEL……… vii
DAFTAR GAMBAR……… viii
DAFTAR LAMPIRAN………... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian……… 5
C. Pembatasan Fokus Penelitian………... 5
D. Rumusan Masalah ……….. 6
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian………. 6
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Hakikat Motivasi Belajar ………. 8
1. Pengertian Motivasi Belajar ……….. 8
2. Fungsi Motivasi ……… 14
3. Jenis-jenis Motivasi ………. 15
4. Pengukuran Motivasi Belajar ……… 18
5. Indikator Motiovasi Belajar siswa ………. 19 B. Hakikat Matematika ……… 19
C. Hakikat Sosiodrama ……… 21
1. Pengertian Sosiodrama ……….. 21
2. Kelebihan dan Kelemahan Sosiodrama ………. 26 3. Langkah-langkah Penerapan Metode Sosiodrama ………. 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 30
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ……… 30
C. Subjek dan Pertisipan yang terlibat dalam Penelitian ……… 32
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ……… 33
E. Tahapan Intevensi Tindakan ………. 33
F. Hasil Intevensi Tindakan yang Diharapkan ……….. 37
G. Data dan Sumber Data ……….. 38
H. Intrumen Pengunpulan Data ………... 38
I. Teknik Pengumpulan Data ……… 40
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ………... 40 K. Analisis Data dan Intepretasi Hasil Analisis ……… 41
L. Tindak Lanjut Pengembangan Hasil Analisis ………... 41
BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ……….. 42
B. Analisis Data Hasil Penelitian ……… 57
C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 66
B. Saran ……… 67
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Perolehan Nilai Tes Pendahuluan ………. 43
Tabel 2 : Perolehan Skor Motivasi Siklus I ……… 58
Tabel 3 : Perolehan Skor Motivasi Siklus II ………... 58
Tabel 4 : Hasil Belajar Siklus I ……….. 59
Tabel 5 : Hasil Belajar Siklus II ………. 60
Tabel 6 : Perolehan Skor Pada Setiap Siklus ………. 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Aktivitas Siswa Melakukan Sosiodrama Siklus I …………. 45
Gambar 2 : Aktivitas Siswa Mengisi Angket ……….. 47
Gambar 3 : Aktivitas Siswa Berdiskusi Menentukan Peran ……… 50
Gambar 4 : Aktivitas Siswa Melakukan Sosiodrama Siklus II ………… 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ………. 70
Lampiran 2 : Kisi – kisi Angket Motivasi ………. 77
Lampiran 3 : Angket Motivasi ………... 78
Lampiran 4 : Perolehan Skor Motivasi ………. 79
Lampiran 5 : Daftar Nilai Pada Penelitian Pendahuluan ……… 81 Lampiran 6 : Tabel Distribusi Frekuensi Penelitian Pendahuluan ……… 82
Lampiran 7 : Soal Tes Siklus I ………... 83
Lampiran 8 : Daftar Nilai Siklus I ………... 84
Lampiran 9 : Tabel Distribusi Frekuensi Soal Tes I ……… 85
Lampiran 10 : Soal Tes Siklus II ……….. 86
Lampiran 11 : Daftar Nilai Siklus II ………. 87
Lampiran 12 : Tabel Distribusi Frekuensi Soal Tes II ………... 88
Lampiran 13 : Lembar Observasi ……….. 89
Lampiran 14 : Daftar Nilai Tes Siklus I dan Siklus II ………... 90
Lampiran 15 : Format wawancara Siklus I ……….... 92
Lampiran 16 : Format Wawancara Siklus II ……….. 95
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi
sumber daya manusia (SDM). Pendidikan merupakan satu-satunya cara agar
manusia dapat menjadi lebih baik dalam meningkatkan sumber daya manusia,
sehingga dapat mengimbangi setiap perkembangan yang terjadi agar tidak
tertinggal jauh oleh kemajuan teknologi.
Islam peduli terhadap pendidikan dengan dibuktikan dengan adanya
wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Saw, yaitu surat Al-‘Alaq yang
intinya memerintahkan kita agar agar selalu membaca. Andai saja seluruh
umat Islam dapat menjalankan setiap anjuran dengan benar, maka mereka
tidak akan tertinggal jauh dan selalu akan menjadi umat terdepan.
Pemerintah telah mencanangkan pendidikan sebagai instrumen untuk
membangun bangsa dan negara Indonesia menjadi lebih baik. Sebagaimana
yang telah ditulis dalam UU pendidikan no 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang
berbunyi :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1
Pendidikan menjadi tanggungjawab bersama, oleh karena perlu adanya
kerja sama dari berbagai pihak seperti penentu kebijakan, pihak sekolah,
orang tua, dan masyarakat luas. Hal ini perlu disadari bahwa masalah yang
dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia pada saat ini adalah sangat
beragam dan kompleks. Salah satunya adalah krisis paradigma berupa
kesenjangan dan ketidaksesuaian antara tujuan yang ingin dicapai dan
paradigma yang dipergunakan. Sebagai contoh dari kesenjangan ini, siswa
pada setiap jenjang pendidikan dijejali dengan informasi-informasi yang harus
dikuasai siswa, sehingga siswa hanya mengatahui pengetahuan jangka pendek,
sementara kehidupan di masa depan menuntut pemecahan baru secara inovatif
dalam arti siswa dituntut memiliki pengetahuan jangka panjang.
Di pihak lain proses pembelajaran matematika yang berlangsung di
sekolah saat ini masih banyak didominasi oleh guru, di mana guru sebagai
sumber utama pengetahuan. Dalam proses pembelajaran ini metode ceramah
menjadi pilihan utama strategi pembelajaran. Penggunaan metode ceramah
secara dominan sangat tidak sesuai dengan pembelajaran matematika karena
konsep-konsep yang terkandung dalam matematika memiliki tingkat abstraksi
yang tinggi. Dengan model pembelajaran ini, pengetahuan yang dimiliki siswa
hanya bersifat prosedural, yakni siswa cenderung menghafal contoh-contoh
yang diberikan oleh guru tanpa terjadi pembentukan konsepsi yang benar
dalam struktur kognitif siswa. Keadaan ini membuat siswa mengalami
kesulitan memahami konsep sehingga beresiko tinggi terjadinya miskonsepsi.
Hal ini akan menyebabkan siswa mengalami kesulitan memahami konsep
lebih lanjut. Pembelajaran matematika yang didominasi metode ceramah
cenderung berorientasi kepada materi yang tercantum dalam kurikulum dan
buku teks, serta jarang mengaitkan materi yang dibahas dengan masalah yang
nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pelajaran matematika
dirasakan tidak bermanfaat, tidak menarik, dan membosankan oleh siswa,
yang pada akhirnya bermuara pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh
siswa dalam pelajaran matematika.
Keberadaan guru dalam suatu sekolah tidak dapat disangkali lagi, karena
tanpa adanya guru dalam suatu sekolah tidak akan dapat berjalan. Dalam hal
ini guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembelajaran,
sehingga untuk memperoleh hasil belajar yang baik diperlukan guru yang
dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif dan kreatif serta dapat
sebagai tenaga pengajar yang transfer ilmu saja, melainkan juga sebagai
motivator yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
Peranan guru juga bukan hanya sebagai pengajar dan pelatih, tetapi juga
sebagai pendidik dan pembimbing. Didikan dan bimbingan tidak hanya
diberikan dalam interaksi di dalam kelas tetapi juga di luar kelas, bahkan
mungkin terjadi pula diluar sekolah. Sosiodrama merupakan salah satu metode
mengajar yang sangat erat kaitannya dengan tingkah laku dalam hubungan
sosial. Yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
matematika.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan hasil
belajar. Oleh karena itu seorang guru harus dapat menentukan teknik
pembelajaran yang tepat sesuai dengan keadaan siswa yang dihadapinya yang
dapat memotivasi siswa dalam belajar. Bangkitnya motivasi siswa untuk
meraih suatu prestasi merupakan bagian dari keberhasilan seorang guru
sebagai pemberi motivasi dan merupakan suatu kebanggaan apabila melihat
siswa yang dibimbingnya mendapat suatu prestasi yang optimal.
Pembelajaran yang biasa di lakukan guru adalah dengan menggunakan
metode ceramah yang diakhiri dengan tanya jawab, kali ini peneliti akan
menerapkan metode sosiodrama dalam pembelajaran yang mengambil materi
aritmatika social. Aritmatika social merupakan materi sederhana yang selalu
terjadi di sekeliling kita, oleh karena itu sosiodrama merupakan metode yang
cocok untuk menjelaskan materi ini. Dipilihnya penerapan sosiodrama karena
beberapa indicator permasalahan yang muncul menunjukkan motivasi belajar
matematika siswa yang rendah. Diharapkan dengan sosiodrama, siswa
menjadi lebih mengerti, bersemangat dan bertanggung jawab dalam
melakukan tugasnya sebagai siswa.
Dari hasil observasi awal di SMP Islamiyah Ciputat kelas VII.5, diperoleh
informasi dan data bahwa sebagian besar siswa kurang termotivasi dalam
belajar matematika. Siswa terlihat malas dan kurang bersemangat dalam
mengikuti proses pembelajaran. Hal ini merupakan masalah yang mendorong
Pra penelitian diawali dengan melakukan observasi di kelas selama dua
minggu dalam empat kali pertemuan dengan setiap pertemuan dua jam
pelajaran. Hasil pra penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tidak terdapat persiapan belajar yang dilaklukan siswa pada saat pelajaran
matematika akan dimulai. Hal ini ditandai dengan masih banyak siswa
yang keluar masuk ketika guru memasuki kelas.
2. ketika guru akan memulai pelajaran, terlihat siswa ada yang bercanda dan
mengobrol dengan teman lainnya.
3. Proses pembelajaran pasif. Hal ini ditunjukkan dengan siswa tidak
langsung menjawab apabila ditanya oleh guru, hanya beberapa orang
siswa saja yang mau maju mengerjakan soal dipapan tulis tanpa ditunjuk
terlebih dahulu, siswa tidak mau bertanya tentang materi pelajaran yang
belum dimengerti
4. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini
ditandai dengan kurangnya siswa yang berani menjawab soal ke depan
kelas dan sebahagian besar siswa tidak mengerti materi yang diberikan
oleh guru.
Berdasarkan permasalahan siswa kelas VII.5 SMP Islamiyah Ciputat
tersebut, terlihat motivasi belajar siswa rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
persiapan siswa, ketekunan siswa dan antusias siswa yang kurang dalam
mengikuti pembelajaran matematika. Selain itu dari hasil identifikasi di atas
terdapat beberapa indikator yang menunjukkan bahwa sebagian siswa
mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar tersebut dapat dilihat dari
kondisi kepribadian siswa. Dari berbagai gejala kesulitan belajar tersebut salah
satunya adalah motivasi belajar siswa, oleh karena itu diperlukan usaha untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Penelitian tindakan kelas merupakan cara yang tepat untuk menerapkan
metode sosiodrama. Karena dengan menggunakan PTK, peneliti beserta guru
dapat mengamati dan menilai perkembangan siswa dari keaktifan siswa,
Usaha yang dilakukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan pada
kelas VII.5 SMP islamiyah Ciputat adalah dengan melakukan penelitian
tindakan melalui pembelajaran dengan menggunakan sosiodrama. Sehingga
diharapkan dapat tercipta suasana pembelajaran yang mendorong siswa untuk
meningkatkan motivasi belajar matematika dengan metode sosiodrama. Untuk
itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama.”
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian 1. Identifikasi Area
Area penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah di kelas VII.5 SMP
Islamiyah Ciputat pada tahun ajaran 2007-2008. Jumlah siswa dalam kelas
penelitian ini 46 orang yang terdiri dari 23 putra dan 23 putri.
Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi bahwa akan
dilakukan upaya penerapan metode sosiodrama yang diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar matematika .
2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian pada penelitian tindakan ini adalah peningkatkan
motivasi belajar matematika dengan menggunakan metode sosiodrama di
SMP Islamiyah Ciputat. Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan motivasi
belajar matematika adalah keinginan untuk mengetahui dan mempelajari
sesuatu serta membuktikannya dalam perubahan tingkah laku atau sikap.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
a. Motivasi adalah dorongan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Dalam hal ini motivasi yang dimaksud adalah motivasi belajar matematika
b. Metode sosiodrama adalah metode melakukan peran, yang akan membuat
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah motivasi belajar matematika siswa meningkat dengan
pembelajaran menggunakan metode sosiodrama?
2. Apakah keaktifan siswa dalam belajar matematika meningkat dengan
pembelajaran menggunakan metode sosiodrama?
3. Bagaimanakah pendapat siswa mengenai metode sosiodrama dalam
pembelajaran?
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode
sosiodrama terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas VII SMP
Islamiyah Ciputat pada tahun ajaran 2007-2008. Dimana metode
sosiodrama diharapkan dapat membuat belajar matematika itu sangat
menyenangkan dan akan menghasilkan siswa-siswa yang sangat
bermotivasi untuk belajar matematika. Selain itu penelitian ini juga
bertujuan:
a. Mengetahui tingkat motivasi belajar matematika siswa dengan
pembelajaran metode sosiodrama.
b. Mengetahui keaktifan siswa dalam belajar dengan menggunakan
metode sosiodrama.
c. Mengetahui pendapat dan kesan siswa tentang pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan berguna antara lain:
a. Kegunaan bagi siswa, dapat memotivasi belajar matematika dengan
mengurangi rasa enggannya terhadap matematika dan bisa menjadikan
matematika sebagai pelajaran yang menyenangkan serta dapat
b. Bagi guru, diharapkan dapat menentukan strategi pembelajaran yang
efektif dan dapat menerapkannya pada proses belajar mengajar,
sehingga permasalahan yang ada dapat diminimalkan. Selain itu guru
juga dapat lebih mengenal penelitian tindakan, dan terbiasa melakukan
penelitian-penelitian kecil yang bermanfaat bagi perbaikan
pembelajaran matematika.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai
informasi dalam rangka upaya perbaikan pembelajaran khususnya
pembelajaran matematika.
d. Bagi ilmu, hasil penelitian ini dapat berguna dan sebagai informasi
bahwa pembelajaran matematika dapat digunakan dengan metode yang
BAB II Kajian Teori
A. Hakikat Motivasi belajar 1. Pengertian Motivasi
Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan "motif"
untuk menunjukkan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata "motif"
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu bahkan motivasi dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Berasal dari kata "motif" itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi
aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai
tujuan sangat dirasakan/mendesak.
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang
dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.2
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa
beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiological" yang
ada pada organisme manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiawaan,
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
2
Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen
pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku
manusia.
- Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu;
meminpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya
kekuatan dalam ingatan, respon-respon efektif, dan kecendurungan
mendapat kesenangan.
- Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan
demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu
diarahkan terhadap sesuatu
- Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus
menginguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan
kekuatan-kekuatan individu.3
Timbulnya motivasi adalah suatu reaksi adanya kebutuhan yang
dirasakan sehingga timbul keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
secara memuaskan. Motivasi dimaksudkan sebagai sesuatu yang dapat
membangkitkan suatu organisme untuk bertindak atau bertahan serta
memberikan arah untuk suatu kegiatan yang telah membangkitkan
semangat.
Berikut ini disampaikan dari beberapa pakar mengenai pengertian
motivasi:
Alisuf Sabri dalam bukunya pengantar psikologi umum dan
perkembangan memberikan pengertian motivasi sebagai segala sesuatu
yang menjadi pendorong tingkah laku yan menuntut atau mendorong
orang untuk memenuhi kebutuhan.4 Crider mengatakan bahwa motivasi
adalah sebagai hasrat, keinginan dan minat yang timbul dari seseorang dan
langsung ditujukan kepada suatu objek.5
3
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2002) cet. 7 h. 71
4
Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet. I, h. 129
5
Cofer dan Appley mengatakan bahwa motivasi adalah proses untuk
meningkatkan tindakan, memelihara aktivitas untuk berkembang dan
mengatur pola aktivitas.6 Sedangkan menurut Drs. Sumadi Surya Brata, motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu
untuk untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan.7
Menurut Hoy dan Miskel yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto
bahwa "motivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan-kekuatan yang
kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan,
pernyataan-pernyataan ketegangan (tension states), atau mekanisme-mekanisme
lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan
kearah pencapaian tujuan-tujuan personal."8
James O. Whittaker dalam Wasty Soemento memberikan pengertian
secara umum tentang motivasi, yakni kondisi-kondisi atau keadaan yang
mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk atau bertingkah
laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.9 Ivor K. Davies mengemukakan bahwa motivasi adalah kekuatan tersembunyi di
dalam diri kita, yang mendorong diri kita untuk berkelakuan dan bertindak
dengan cara yang khas.10
Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi merupakan keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan dapat
tercapai. Aminuddin Rasyad menyatakan bahwa dalam konsep
pembelajaran motivasi berarti seni mendorong peserta didik untuk
mendorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran
6
Sudibyo Setyobroto, Psikologi Sosial Pendidikan, (Percetakan Solo, 2003), h. 47
7
Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1989), Cet. IV, h. 85
8
M. Ngalim Purwanto, Psikologi …, h. 72
9
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. III, h. 191
10
tercapai.11 Upaya menggerakkan dan mendorong kegiatan siswa untuk belajar dengan penuh semangat dan vitalitas dinamakan memberi motivasi.
Dengan demikian motivasi belajar adalah usaha dari pihak luar dalam hal
ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan
peserta didiknya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses
belajar mengajar.12
Secara umum dapat dikatakan tujuan motivasi balajar adalah untuk
menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil
atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah
untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan
dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga
tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan
di dalam kurikulum sekolah
Motivasi dalam belajar dilakukan dengan mengatur situasi yang
atmosfir pembelajaran yang kondusif. Karena itu motivasi belajar penting
bagi siswa untuk : (1) menyadarkan kedudukan awal belajar, proses dan
hasil akhir; (2) menginformasi tentang kekuatan usaha belajar bila
dibandingkan dengan teman sebaya, (3) mengarahkan kegiatan kearah
pembelajaran yang lebih berkualitas, (4) membesarkan semangat belajar
bagi para siswa; (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan yang harus
ditempuh dalam proses belajar. 13
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa,
misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan maka perlu
diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam,
mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti
pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya
untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan
11
Aminuddun Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), Cet III, h. 89
12
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar …, h. 92-93
13
belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh
motivasi dalam dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi.
Motivasi belajar ini memberi gambaran bahwa jika motivasi yang
dilakukan guru dan juga siswanya sesuai dengan peruntukannya, maka
akan menimbulkan semangat yang tinggi untuk mencapai keberhasilan
yang bermutu. Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan
segi-segi tertentu pada motivasi tersebut justru mengisyaratkan agar guru
bertindak taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa.
Ahmad Rohani dalam bukunya pengelolaan pengajaran mengatakan
bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam
menumbuhkan motivasi belajar siswa yaitu dengan: proses pembelajaran
yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan
pertanyaan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajar,
menggunakan media dan alat bantu seperti gambar, foto, diagram dan lain
sebagainya.14 Sedangkan menurut Oemar Hamalik ada beberapa cara untuk menggerakkan motivasi belajar siswa, diantaranya:15
a. Memberi angka
Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni
berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapatkan
angka yang baik akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih
besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang menimbulkan
frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik.
b. Pujian
Memberikan pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan
dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian
menimbulkan rasa puas dan senang.
c. Hadiah
14
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka cipta, 1995), h. 11-12
15
Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu,
misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang
mendapatkan atau menunjukkan haisl belajar yang baik.
d. Kerja kelompok
Dalam kerja kelompok dimana siswa melakukan kerja sama dalam
belajar, setiap anggota kelompok ingin mempertahankan nama baik
kelompoknya, ini dapat menjadi pendorong yang kuat dalam belajar.
e. Persaingan
Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif
social kepada siswa. Hal ini dapat menjadikan siswa lebih semangat
dalam belajar.
f. Tujuan dan level of aspiration
Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa
g. Sarkasme
Yaitu dengan jalan mengajak para siswa yang mendapat hasil belajar
yang kurang. Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat mendorong
kegiatan belajar demi nama baiknya.
h. Penilaian
Penilaian secara kontinu akan mendorong murid-murid belajar, oleh
karena setiap anak menpunyai kecenderungan untuk memperoleh hasil
yang baik
i. Karya wisata dan ekskrusi
Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar oleh karena dalam
kegiatan ini siswa akn mendapat pengalaman langsung bermakna
baginya
j. Film Pendidikan
Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita
film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar.
Mendengarkan radio lebih menghasilkan dari pada mendengarkan
ceramah guru.
Adapun proses pemberian motivasi guru kepada siswa mempunyai
fungsi antara lain:16
a. Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan
siaga.
b. Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang
berhubungan dengan pencapaian hasil belajar.
c. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil
jangka panjang.
Motivasi belajar merupakan unsur yang penting dalam proses
pembelajaran. Ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa akan
menentukan apakah siswa akan terlibat secara aktif dalam pross
pembelajaran atau bersikap pasif dan tidak peduli. Guru perlu memahami
bahwa apapun yang dilakukan di ruang kelas mempunyai pengaruh, baik
positif maupun negative, terhadap motivasi siswa. Cara guru menyajikan
pelajaran, bagaimana kegiatan belajar dikelola di kelas, cara guru
berinteraksi dengan siswa, apakah guru memberikan kesempatan siswa
untuk lebih mendiri, dan kesempatan untuk bekerja sendiri atau dalam
kelompok, itu semua akan mempengaruhi motivasi siswa. Begitu
pentingnya motivasi, maka tugas guru yang terpenting adalah membangun
motivasi siswa terhadap apa yang dipelajari siswa.
2. Fungsi Motivasi
Motivasi merupakan factor psikis yang bersifat non-intelektual.
Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
16
kagiatan belajar, yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Sehubungan dengan hal tersebut asda tiga fungsi motivasi:17
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harys dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Selain itu motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi. Seseorang melakukan sesuatu karena adanya
motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan
hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha dan terutama didasari
adanya motivasi, maka sesorang yang belajar itu akan menghasilkan
prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
3. Jenis-jenis Motivasi
Dalam masalah belajar motivasi merupakan salah satu faktor yang
sangat penting yang dapat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Motivasi yang dimiliki siswa merupakan energi untuk melakukan
perbuatan menuju tujuan atau cita-cita yang diharapkan.
Dilihat dari jenisnya terdapat dua jenis motivasi, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
17
Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa ada
rangsangan dari luar.18 Misalnya siswa mempunyai keinginan dari dalam dirinya untuk belajar matematika, bukan untuk mendapat hadiah atau
dipuji oleh orang tua melainkan atas dasar kebutuhan siswa.
Motivasi intrinsik adalah hal atau keadaan yang berasal dari dalam
diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi
materi, dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk
kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.19
Menurut H. M. Alisuf Sabri, motivasi intrinsik adalah motivasi yang
timbul dari dalam diri seseorang yang erat hubungannya dengan tujuan
belajar. Misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh suatu
pengetahuan, ingin memperoleh kemampuan dan sebagainya.20 Menurut Tajab, motivasi intrinsik yaitu bahwa suatu aktivitas atau kegiatan belajar
dirnulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan
dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar pada
penghayatan kebutuhan siswa, kemudian siswa berupaya untuk memenuhi
kebutuhan itu melalui kegiatan belajar, dan belajar merupakan
satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan.21
S. Nasution berpendapat bahwa, orang yang belajar dikatakan
memiliki motivasi intrinsik jika ia ingin mencapai tujuan yang terkandung
di dalam perbuatan itu. Misalnya siswa belajar karena ingin menjadi orang
yang terdidik atau karena ingin menjadi ahli dalam bidang tertentu, maka
untuk memenuhi semua itu hanya dapat dicapai dengan cara belajar.22 Siswa yang tennotivasi secara intrinsik dalam proses pembelajaran dapat
dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar
karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar.
18
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan …, h. 71
19
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikandengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 137
20
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi …, h. 13
21
Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), Cet. I, h. 104
22
b. Motivasi Ekstrinsik
Yaitu motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan
dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan atau keinginan
sebenarnya yang ada di dalam diri siswa melainkan karena adanya
dorongan dari luar. Sebagai contoh seseorang belajar matematika karena
osok akan ada ujian dengan harapan mendapat nilai yang baik. Menurut
Tadjab, motivasi ekstrinsik dalam belajar adalah suatu aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu sendiri.
Muhibbin Syah mengartikan motivasi ekstrinsik adalah hal dan
keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya
untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah , peraturan/tata tertib
sekolah, suri teladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan
contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk
belajar.23
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik
dalam belajar adalah daya penggerak yang mendorong seseorang untuk
melakukan kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan yang bukan
berasal dari dalam dirinya.
Sebagian besar guru menginginkan keadaan kelas dimana semua
siswanya memiliki motivasi intrinsik yang tinggi untuk belajar. Namun
kenyataannya hal itu jarang terjadi, oleh karena itu seorang guru harus
mampu menghadapi tantangan untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik
siswa, membangkitkan minatnya, menarik dan mempertahankan perhatian
siswa selama pembelajaran berlangsung agar siswa dapat belajar dengan
baik.
Tanpa adanya motivasi dalam belajar, tidak akan memberikan hasil
yang diinginkan. Oleh karena itu perlu adanya motivator-motivator seperti
23
kenaikan tingkat, penghargaan, pemberian umpan balik, skor, pujian dan
reward yang dipergunakan untuk mendorong siswa agar bersemangat
dalam belajar. Membangkitkan motivasi itu tidak mudah, oleh larena itu
guru perlu mengenal murid, dan mempunyai kesangupan kreatif untuk
menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan dan minat anak.
4. Mengukur Motivasi Belajar
Seorang guru perlu mengetahui dengan lebih jelas interaksi antara
tingkat motivasi siswa dengan pembelajaran agar dapat melakukan
intervensi pengajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Guru perlu
berusaha mencari strategi yang tepat untuk dapat membantu siswa belajar
apapun kecendrungan jenis motivasi yang mendorongnya belajar.
Motivasi belajar sangat berhubungan dengan hasil belajar siswa.
Hasil beberapa temuan penelitian yang dilakuakan oleh para ahli mengenai
hubungan antara motivasi dengan hasil belajar antara lain.24
a. Terdapat hubungan antara tingkat motivasi siswa dan hasil belajar, baik
terhadap hasil belajar pada suatu waktu tertentu maupun terhadap hasil
belajar selanjutnya. Tingkat motivasi belahar cenderung berkorelasi
positif dengan hasil belajar, artinya semakin tinggi/kuat tingkat
motivasi belajar, semakin baik hasil belajar siswa. Demikian pula hasil
belajar yang baik akan berpengaruh terhadap hasil belajar berikutnya,
Hal ini terjadi karena hasil belajar yang baik akan membuahkan
motivasi yang lebih kuat pula dalam didi siswa, yang akan
mempengaruhi hasil belajar selanjutnya.
b. Terdapat interaksi antara cara mengajar guru dengan pola motivasi
siswa, yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap hasil belajar.
c. Guru dapat mengubah (meningkatkan) motivasi belajar siswa, dengan
pengertian guru dapat melakukan tindakan tertentu di dalam kelas
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
24
5. Indikator Motivasi Belajar Siswa
Ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang menurut Sardiman
adalah:25
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet mengahadapi kesulitan
c. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
B. Hakikat Matematika
Mengkaji matematika bukanlah hal baru yang kita temui sekarang. Telah
banyak yang mengkaji sampai menjadi ahli dalam matematika. Bertanya
tentang “apakah matematika itu?” dapat dijawab secara berbeda-beda
tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab, di mana dijawab, siapa yang
menjawab, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika.
Dengan demikian untuk menjawab pertanyaan “apakah matematika itu?” tidak
dapat dijawab dengan mudah dijawab dengan satu atau dua kalimat bagitu
saja, oleh karena itu kita harus berhati-hati.
Istilah mathematics (Inggris), mathematic (Jerman), mathematique
(Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau
mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica,
yng mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti
“relating to learning”. Perkataan itu menpunyai akar kata mathema yang
berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Perkataan mathematike
25
berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang berupa, yaitu
mathanein yang mengandung arti belajar (berfikir).26
Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam
dunianya secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia
kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis
dan sintetis dengan penalaran di dalam struktur koqnitif, sehingga sampailah
pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika.
Menurut James and James dalam kamus matematikanya menyatakan
bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,
besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya
dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar,
analisis, dan geometri.27
Dari berbagai pengertian tentang matematika yang dikemukakan diatas
dapat disimpulkan, bahwa matematika adalah suatu ilmu pengetahuan tentang
bilangan, logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang
dipresentasikan menggunakan simbol-simbol, yang dipandang dapat
menstruktur pola berpikir yang sistematis, kritis, logis, cermat, dan konsiten
dalam menyelesaikan suatu masalah.
Jika kita mengartikan matematika sebagai ilmu, maka matematika adalah
cabang ilmu yang tersusun secara sistematis dan eksak. Pengertian eksak
tersebut tidak berarti bahwa matematika eksak secara mutlak, akan tetapi
matematika sebagai ilmu lebih eksak daripada ilmu-ilmu social dan lebih
eksak dari pada ilmu-ilmu fisik. Oleh karena sifatnya yang eksak ini maka
matematika seringkali disebut ilmu pasti.
Matematika sering kali dipandang pula sebagai alat yang akurat untuk
menyelesaikan masalah-masalah social, ekonomi, fisika, kimia, biologi, dan
teknik. Sebagai bahasa atau alat matematika melayani ilimu-ilmu lain, peran
inilah yang digunakan sebagai alasan orang menyebut matematika dengan
julukan queen of science (ratunya ilmu). Bagaimana orang memerankan atau
26
Eman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Metematika Kontemporer, (Bandung: UPI, 2002), h. 15-16.
27
menggunakan matematika pada ilmu-ilmu lain sebenarnya sangat tergantung
pada orang yang menggunakannya.28
Matematika merupakan bidang kajian disiplin ilmu yang selalu diajarkan
disetiap jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak (TK) sampai
sampai jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan sampai perguruan
tinggi. Hal ini karena matematika merupakn salah satu ilmu yang sangat
berperan dalam kehidupan manusia. Seperti ynag dikemukakan Ruseffendi
yaitu: "kita harus menyadari bahwa matematika itu penting, baik sebagai alat
Bantu, sebagai ilmu, sebagai pembimbing pola piker, maupun sebagai bentuk
sikap".29
Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena
itu logika adalah dasar untuk terbentukya matematika. Logika adalah masa
bayi dari matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari logika.
Masih banyak lagi definisi-definisi tentang matematika, tetapi tidak satupun
perumusan yang dapat diterima umum, atau sekurang-kurangnya dapat
diterima dari berbagai sudut pandang.
C,. Hakikat Metode Sosiodrama 1. Pengertian Sosiodrama
Proses belajar mengajar merupakan interaksi antar sesama guru dan
siswa juga antara siswa dan siswa. Metode sosiodrama sangat erat kaitannya
dengan interaksi tersebut. Peranan siswa dan guru dalam interaksi
belajar-mengajar ditentukan oleh strategi ataupun metode belajar-belajar-mengajar yang
ditetapkan.
Dalam proses belajar-mengajar yang mengaktifkan siswa, peranan
siswa lebih besar. Siswa tidak diberi bahan ajar yang sudah jadi atau sudah
selesai untuk tinggal menghafal, tetapi diberi persoalan-persoalan yang
membutuhkan pencarian, pengamatan, percobaan, analisis, sintesis,
28
Ismail, dkk., Kapita Selecta Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Unuversitas Terbuka, 1998), Cet. I, h. 1.6
29
perbandingan, penilaian, dan penyimpulan oleh para siswa sendiri. Dalam
strategi belajar-mengajar yang demikian, siswa berperan lebih aktif, mereka
adalah sebagai subjek yang berinteraksi bukan hanya guru tetapi
manusia-manusia sumber yang lain, baik di sekolah maupun di luar sekolah, dengan
sesama siswa, dengan buku-buku serta media lainnya.
Interaksi guru dengan siswa bukan hanya dalam penguasaan bahan
ajaran, tetapi juga dalam penerimaan nilai-nilai, pengembangan sikap serta
dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dengan
demikian peranan guru juga bukan hanya sebagai pengajar dan pelatih,
tetapi juga sebagai pendidik dan pembimbing. Didikan dan bimbingan tidak
hanya diberikan dalam interaksi di dalam kelas tetapi juga di luar kelas,
bahkan mungkin terjadi pula diluar sekolah. Pengembangan sikap dan nilai
tidak diberikan dalam situasi belajar yang bersifat ekspositori, tetapi juga
lebih banyak dalam situasi yang bersifat intraktif: simulasi, bermain peran,
sosiodrama, klasifikasi nilai dan sebagainya, yang kaya dengan interaksi.30 Alat interaksi dapat diklarifikasikan dalam 3 golongan:
1. Pengalaman riil, yakni segenap media di dalam dunia kehidupan
sehari-hari
2. Pengalaman Buatan, yakni segenap media yang sengaja diciptakan untuk
mendekatkan pengertian pada pengalaman riil
3. Pengalaman Verbal, di mana bahasa adalah alat utama, baik lisan
maupun tertulis.
Jenis pengalaman pertama yang riil, dapat menghasikan pengertian
yang sangat teliti dan mendalam yang tidak akan dicapai dengan hanya
memahami pengalaman buatan ataupun pengalam verbal. Akan tetapi secara
praktis tidak mungkin semua hal harus dialami secara riil. Karenanya
pakailah pengalaman buatan melalui alat-alat pembantu yang khusus
diciptakan untuk mendekatkan murid pada pengalaman riil. Pengalaman
buatan juga dapat diperkenalkan melalui kegiatan-kegiatan yang tak banyak
30
menggunakan alat-alat pembantu, misalnya sandiwara boneka, atau sama
sekali tidak membutuhkan alat-alat khusus seperti dalam sosiodrama dan
bemain peranan.31
Metode sosiodrama atau bermain peran, merupakan metode yang
sering digunakan dalam mengajarkan nilai dan memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan social dengan orang-orang di
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam pelaksanaannya,
siswa-siswa diberi berbagai peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut,
serta mendiskusikannya di kelas.
Sosiodrama berasal dari kata sosio dan drama. Sosio berarti social
menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat menunjukkan pada
kegiatan-kegiatan social, dan drama berarti mempertunjukkan, mempertontonkan atau
memperlihatkan. Social atau masyarakat terdiri dari manusia satu sama lain
terjalin hubungan yang dikatakan hubungan social. Drama dalam pengertian
luas adalah mempertunjukkan atau mempertontonkan suatu keadaan atau
peristiwa-peristiwa yang dialami orang, dan tingkah laku orang. Metode
sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan
mempertunjukkan atau mendramatisasi cara tingkah laku dalam hubungan
sosial. Jadi sosiodrama ialah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya
peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu
situasi social yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat
memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi social.32
Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah
metode mengajar yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan
bersama dan karenannya dalam pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilah
sosiodrama berasal dari kata sosio = social dan drama. Kata drama adalah
suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang mengandung
konflik kejiwaan, pergolakan, clash atau benturan antara dua orang atau
31
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar, (Bandung: Tarsito, 1986) edisi ke 5 hal. 81-83
32
lebih. Sedangkan bermain peranan berarti memegang fungsi sebagai orang
yang diamainkannya, misalnya bermain sebagai lurah, penjudi, nenek tua
renta dan sebagainya.33
Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode
"sosiodrama" yang merupakan metode mengajar dengan cara
mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan social,
untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan social
tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru. Melalui
metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam
hubungan antara sesama manusia. Cara yang paling baik untuk memahami
nilai sosiodrama adalah: mengalami sendiri sosiodrama, mengikuti
penuturan terjadinya sosiodrama dan mengikiti langkah-langkah guru pada
saat memimpin sosiodrama.
Bila metode inl dikendalikan dengan cekatan oleh guru, banyak
manfaat yang dapat dipetik, sebagai metode cara ini : (1) Dapat
mempertinggi perhatian siswa melalui adegan-adegan, hal mana tidak selalu
terjadi dalam metode ceramah atau diskusi. (2) Siswa tidak saja mengerti
persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan
pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia, seperti halnya
penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti,
ikut menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain
sebagainya. (3) Siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan
memperdalam pengertian mereka tentang orang lain.34 Sebaliknya betapapun besar nilai metode ini ditangan yang kurang bijaksana
akan menjadi nihil. Pada umumnya karena guru sendiri tidak paham akan
tujuan yang dicapai, atau guru memilih metode ini walaupun sebenarnya
kurang tepat untuk tujuan tertentu. Dapat terjadi guru tidak menyadari
pentingnya langkah langkah dalam metode ini.
33
Sri anitah Wiryawan, Noorhadi Th, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka,1999) h. 27
34
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama
antara lain adalah:35
3. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain
4. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab
5. Dapat belajar bagaimana mangambil keputusan dalm situasi kelompok
secara spontan
6. Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah
Dari sebuah artikel yang ditulis oleh Dr. Telesco disebutkan bahwa
sosiodrama memiliki empat komponen :36 a. Berbasis pada realitas dan permasalahan
Adegan situasi kehidupan sehari-hari dikembangkan oleh siswa
berdasarkan pada peristiwa actual, mengatur setting untuk peserta yang
diambil dari audiens untuk mengidentifikasi dan berinteraksi dengan
karakternya.
b. Improvisasi
Para actor menggambarkan karakter dalam scenario berbasis realitas dan
tetap menjiwai karakter selama sosiodrama berlangsung.
c. Dialog antara karakter dan audiens
Teknik sosiodrama bergantung pada dialog dengan audiens. Hal ini
merupakan landasan cara berfikir kritis, identifikasi masalah, dan
pembahasan yang berfokus pada solusi. Interaksi dengan anggota
audiens menjadi penting bagi keberhasilan metodologi.
d. Tujuan pendidikan, perilaku dan psikologi
Sosiodrama dapat digunakan untuk meraih tujuan pendidikan, sikap, dan
psikologis. Walaupun teknik sosiodrama efektif dalam meraih tujuan
pendidikan dengan anggota audiens, proses pengembangan sosiodrama
merupakan hal manjur bagi para actor terlibat dalam proses
pembelajaran. Karena karakter dan adegan dalam sosiodrama didasarkan
pada pengalaman hidup sehari-hari, para actor menjadi tenggelam dalam
35
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka cipta, 2002) cet. Ke 2 hal. 100
36
karakter mereka, sehingga proses pembelajaran individu semakin
meningkat. Metodologi ini merupakan alat yang sangat berharga untuk
meningkatkan kesadaran, menimbulkan perubahan, dan bahkan untuk
memfalitasi penyembuhan psikologis.
2.Kelebihan dan kekurangan Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama selain mempunyai beberapa kelebihan juga
mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut:37 a. Kelebihan metode sosiodrama
1) Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi
bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami,
manghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang
harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus
tajam dan tahan lama.
2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main
drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai
dengan waktu yang tersedia.
3) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan
akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni
drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan
menjadi pemain yang baik kelak.
4) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan
sebaik-baiknya
5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung
jawab dengan sesama
6) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah
dipahami orang lain.
37
b. Kelemahan Metode Sosiodrama
2) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi
kurang kreatif
3) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka
pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan
4) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit
menjadi kurang bebas
5) Sering kelas lain terganggu oleh suara para pemain dan para penonton
yang kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.
3. Langkah-langkah penerapan metode Sosiodrama
Petunjuk guna menggunakan metode sosiodrama adalah:38
a) Tetapkan dahulu masalah-masalah social yang menarik perhatian siswa
untuk dibahas
b) Ceritakan kepada kelas mengenai isi dari masalah-masalah dalam
konteks cerita tersebut.
c) Tetapkan siswa yang dapat atau bersedia untuk memainkan
peranannya di depan kelas
d) Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu
sosiodrama sedang berlangsung.
e) Beri kesempatan kepada para pelaku untuk berunding beberapa menit
sebelum mereka memainkan peranannya
f) Akhiri sosiodrama pada waktu situasi pembicaraan mencapai
ketegangan.
g) Akhiri sosiodrama dengan diskusi kelas untuk bersama-sama
memecahkan masalah persoalan yang ada pada sosiodrama tersebut
h) Jangan lupa menilai hasil sosiodrama tersebut sebagai bahan
pertimbangan lebih lanjut.
Sebelum metode sosiodrama digunakan, terlebih dahulu harus diawali
dengan penjelasan dari guru tentang situasi sosial yang akan didramatisasi
38
aloe para pemain/pelaku. Tanpa diberikan penjelasan, anak didik tidak
akan dapat melakukan peranannya dengan baik. Karena itu, ceramah
mengenai masalah spasial yang akan didemontrasikan penting sekali
dilaksanakan sebelum melakukan sosiodrama.
Sosiodrama adalah sandiwara tanpa naskah (script) dan tanpa latihan
terlebih dahulu, sehingga dilakukan secara spontan. Masalah yang
didramatisasikan adalah mengenai situasi sosial. Sosiodrama akan menarik
bila pada situasi yang sedang memuncak, kemudian dihentikan.
Selanjutnya diadakan diskusi, bagaimana jalan cerita seterusnya, atau
pemecahan masalah selanjutnya. Langkah-langkah yang mungkin
dilakukan dalam menggunakan metode ini adalah seperti tercantum dalam
tebel berikut.
No : Langkah : Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
1. : Persiapan : 1. Menentukan dan menceritakan situasi
social yang akan didramatisasikan.
2. Memilih para pelaku
3.Mempersiapkan pelaku untuk
menentukan peranan masing-masing
2. : Pelaksanaan : 4. Siswa melakukan sosiodrama
5. Guru menghentikan sosiodrama pada
saat situasi sedang memuncak
6. Akhiri sosiodrama dengan diskusi
tentang cerita, atau pemecahan masalah
selanjutnya
3. : Evaluasi : 7. Siswa diberi tugas untuk menilai atau
Memberi Tanggapan terhadap
pelaksanaan sosiodrama
8. Siswa diberi kesempatan untuk membuat
D. Kerangka Berfikir
Rendahnya motivasi belajar siswa merupakan salah satu penyebab dari
rendahnya hasil belajar matematika. Kurangnya motivasi siswa dalam belajar,
bias jadi dikarenakan dalam pola pembelajaran selama ini kurang melibatkan
sisa secara aktif. Untuk itu diperlukan paradigma baru dalam model
pembelajaran di sekolah
Pemilihan metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar,
seperti yang dikatakan Hudoyo bahwa strategi yang diambil dalam rangka
pembaharuan pendidikan, hendaknya guru mampu melibatkan siswanya
secara aktif dalam proses belajar mengajar sehinggga dapat meningkatkan
daya kreatifitas dan berfikir kritis siswa serta dapat memperkuat motivasi
mereka untuk belajar
Salah satu alternatif dalam metode pembelajaran adalah metode
sosiodrama. Sosiodrma adalah suatu variasi pengajaran dimana siswa belajar
dalam memecahkan masalah melalui peran yang mereka lakukan. Mereka yan
melakukan peran tersebut saling membantu, saling berdiskusi, dan saling
berkreasi dalam memahami satu materi pelajaran serta bekerja sama dalam
memecahkan masalah antara yang siswa yang berperan dengan siswa yang
tidak melakukan peran.
Dalam proses belajar mengajar matematika, guru harus mampu
melibatkan siswa secara aktif walaupun siswa mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda. Dengan kemampuan yang berbeda ini dapat menanamkan dan
menumbuhkan sifat social pada siswa, diantaranya mendorong siswa untuk
saling membantu, bekerja sama, dan bertanggung jawab dalam memecahkan
suatu malah.
Dengan pengalaman belajar sosiodrama inilah munculnya motivasi
dalam belajar yang mana dapat memberikan pengaruh bagi pembelajaran
berikutnya. Siswa yang termotivasi dalam belajar meciptakan suasana belajar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islamiyah
Ciputat yang beralamat di Jln. Kihajar Dewantara no. 23 Ciputat Tangerang.
Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas VII.5 SMP
Islamiyah Ciputat pada tahun ajaran 2007/2008 semester ganjil. Kegiatan
belajar menggajar dilakukan pada siang hari yaitu mulai pukul 13.00 sampai
dengan 17.30 WIB.
Waktu penelitian dimulai pada tanggal 29 November 2007 sampai 14
maret 2008.
B. Metode dan Desain intervensi Tindakan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau
lebih dikenal dengan Classroom Action Research dengan mengikuti model
yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1988). Penelitian ini terdiri
dari dua siklus dimana pada setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan,
yaitu tahap perencanan (plan), pelaksanaan tindakan (act), observasi (observe)
dan refleksi (reflect).
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan
penelitian. Peneliti membuat rencana dan skenario pembelajaran yang akan
disajikan dalam materi penelitian. Selain itu pada tahap ini juga peneliti
menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari permasalahan yang akan
dibahas dalam belajar sosiodrama, soal yang harus dikerjakan oleh siswa,
lembar obsevasi dan lembar wawancara.
2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana dan
3. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang
berlangsung. Peneliti dengan dibantu oleh guru mengamati segala aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dimaksudkan
sebagai kegiatan mengamati, mengenali, dan mendokumentasikan semua
gejala atau indikator dari proses, hasil tindakan terencana maupun efek
sampingnya.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan
tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis
bersama oleh guru dan peneliti, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan
yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu
adanya perbaikan. Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi
rencana tindakan siklus berikutnya.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada desain
yang dikemukakan oleh Suhardjono adalah sebagai berikut: 39
39
- Rendahnya motivasi belajar - Rendahnya Hasil Belajar
Siklus I
Siklus II
C. Subjek / Partisipan Yang Terlibat dalam Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah
seluruh siswa kelas VII.5 yang berjumlah 46 siswa yang terdiri dari 23 orang
putra dan 23 orang putri.
Pada saat pelaksanaan tindakan, guru matematika bertindak sebagai guru
yang menyampaikan materi aritmatika sosial dengan menggunakan metode
sosiodrama. Sedangkan peneliti bertindak sebagai observer yang mengamati
seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi.
Refleksi II Pengamatan/pengumpulan data
Permasalahan terselesaikan
Permasalahan belum terselesaikan
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian
Penelitian kualitatif menuntut kehadiran peneliti karena pengamatan dan
pengumpulan data dilakukan dalam situasi yang sebenarnya. Dalam penelitian
kolaborasi ini, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri,
sedangkan peneliti yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya
proses tindakan.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahap penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya pra penelitian
atau penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama
yang berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis
dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II,
jika data yang diperoleh masih memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan
kembali pada tindakan III dan seterusnya.