• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama : Penelitian Tindakan Kelas Di SMP Islamiyah Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama : Penelitian Tindakan Kelas Di SMP Islamiyah Ciputat"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR

METEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN

METODE SOSIODRAMA

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islamiyah Ciputat)

Disusu Oleh LAILATUL JUM’ATI

102017023995

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ABSTRAK

LAILATUL JUM’ATI, Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Dengan menggunakan Metode Sosiodrama (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islamiyah Ciputat. 2008)

Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syaruf Hidatullah Jakarta, Juni 2008.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi siswa dengan penggunaan metode sosiodrama dalam pembelajaran matematika, mengetahui proses keaktifan siswa selama pembelajaran dengan metode sosiodrama, dan mengetahui pendapat siswa mengenai penggunaan metode sosiodrama dalam pembelajaran di SMP Islamiyah Ciputat tahun ajaran 2007-2008 kelas VII. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Action Class Research atau lebih dikenal dengan penelitian tindakan kelas.

Penelitian ini menggunakan dua siklus dengan tiap siklus terdiri dari empat tahap yang berkaitan, yaitu tahap perencanan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Mekanisme pelaksanaan metode sosiodrama yaitu ketika guru terlebih dahulu menceritakan materi yang akan disosiodramakan dan kemudian siswa secara sukarela atau ditunjuk melakukan aktivitas drama sesuai dengan materi yang disampaikan.

(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT penguasa alam

semesta yang telah memberikan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh tanggung jawab. Shalawat

serta salam selalu dijunjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang

telah mengajarkan kita dari kebodohan menuju zaman cerah penuh ilmu dan

kebajikan.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana

Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. Penulis mengakui bahwa skripsi ini dapat selesai

atas bantuan banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu memberikan dorongan semangat baik

moril maupun materil. Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M. Pd, selaku ketua jurusan Pendidikan Matematika dan

Bapak Otong Suhyanto, M. Si, selaku sekretaris jurusan Pendidikan

Matematika, yang telah banyak memberikan banyak bimbingan, arahan dan

nasehat kepada penulis.

3. Ibu Tita Khalis Maryati, S.si, M. Kom, selaku dosen penasehat akademik yang

telah banyak membimbing penulis selama proses perkuliahan.

4. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd dan Bapak Drs. Karnadi, MRDM selaku

dosen pembimbing I dan dosen Pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini.

Terima kasih untuk semua arahan, bimbingan, dan ilmu yang telah diberikan

kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen

(4)

menjadi mahasiswi Pendidikan Matematika. Semoga Allah membalas atas

semua jasa baik bapak/ibu dosen sekalian.

6. Petugas perpustakaan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah menyediakan fasilitas kepustakaannya.

7. Bapak Mudalih S. Ag, kepala sekolah SMP Islamiyah Ciputat dan Bapak

Husen Sakilin S.Pd. yang telah memberikan kesempatan dan membantu

penulis dalam melakukan penelitian.

8. Suami tercinta dan Ananda Tersayang Amaliya Ashshalihah yang telah

memberikan doa, dukungan dan motivasi serta menghibur hati penulis selama

proses pembuatan skripsi.

9. Mawa beserta kakak dan abang-abangku yang banyak memberikan bantuan

dari awal penulis menjadi mahasiswa sampai lulus menjadi sarjana

10.Bapak, Mak, Hadi dan Muna yang telah memberikan bantuannya sehingga

skripsi dapat berjalan dengan lancer.

11.Ummi, Abi, tercinta dan kakak-kakak di kampung yang selalu mendoakan

penulis dan memberikan bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini

selesai dengan ridha Allah SWT.

12.Teman-teman jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2002, Ima, Teh Iz,

Ifat, Sule, Yeti, Bu Euis, Susilo, Neneng, Laksmy, Dedi, dan semuanya, yang

selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Juga kepada mbak nawiyah yang selalu membantu menjaga ananda.

13.Teman-teman IMAPA (Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh) yang telah

memberikan bantuannya ketika penulis dalam kesulitan.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan mereka menjadi amal

shaleh dan dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda, Aminn.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi pembaca sekalian serta dapat menjadi sumbangsih pemikiran bagi

dunia pendidikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, Juni 2008

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR GAMBAR……… viii

DAFTAR LAMPIRAN………... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian……… 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian………... 5

D. Rumusan Masalah ……….. 6

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian………. 6

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Hakikat Motivasi Belajar ………. 8

1. Pengertian Motivasi Belajar ……….. 8

2. Fungsi Motivasi ……… 14

3. Jenis-jenis Motivasi ………. 15

4. Pengukuran Motivasi Belajar ……… 18

5. Indikator Motiovasi Belajar siswa ………. 19 B. Hakikat Matematika ……… 19

C. Hakikat Sosiodrama ……… 21

1. Pengertian Sosiodrama ……….. 21

2. Kelebihan dan Kelemahan Sosiodrama ………. 26 3. Langkah-langkah Penerapan Metode Sosiodrama ………. 27

(6)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 30

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ……… 30

C. Subjek dan Pertisipan yang terlibat dalam Penelitian ……… 32

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ……… 33

E. Tahapan Intevensi Tindakan ………. 33

F. Hasil Intevensi Tindakan yang Diharapkan ……….. 37

G. Data dan Sumber Data ……….. 38

H. Intrumen Pengunpulan Data ………... 38

I. Teknik Pengumpulan Data ……… 40

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ………... 40 K. Analisis Data dan Intepretasi Hasil Analisis ……… 41

L. Tindak Lanjut Pengembangan Hasil Analisis ………... 41

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ……….. 42

B. Analisis Data Hasil Penelitian ……… 57

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 66

B. Saran ……… 67

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Perolehan Nilai Tes Pendahuluan ………. 43

Tabel 2 : Perolehan Skor Motivasi Siklus I ……… 58

Tabel 3 : Perolehan Skor Motivasi Siklus II ………... 58

Tabel 4 : Hasil Belajar Siklus I ……….. 59

Tabel 5 : Hasil Belajar Siklus II ………. 60

Tabel 6 : Perolehan Skor Pada Setiap Siklus ………. 63

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Aktivitas Siswa Melakukan Sosiodrama Siklus I …………. 45

Gambar 2 : Aktivitas Siswa Mengisi Angket ……….. 47

Gambar 3 : Aktivitas Siswa Berdiskusi Menentukan Peran ……… 50

Gambar 4 : Aktivitas Siswa Melakukan Sosiodrama Siklus II ………… 50

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ………. 70

Lampiran 2 : Kisi – kisi Angket Motivasi ………. 77

Lampiran 3 : Angket Motivasi ………... 78

Lampiran 4 : Perolehan Skor Motivasi ………. 79

Lampiran 5 : Daftar Nilai Pada Penelitian Pendahuluan ……… 81 Lampiran 6 : Tabel Distribusi Frekuensi Penelitian Pendahuluan ……… 82

Lampiran 7 : Soal Tes Siklus I ………... 83

Lampiran 8 : Daftar Nilai Siklus I ………... 84

Lampiran 9 : Tabel Distribusi Frekuensi Soal Tes I ……… 85

Lampiran 10 : Soal Tes Siklus II ……….. 86

Lampiran 11 : Daftar Nilai Siklus II ………. 87

Lampiran 12 : Tabel Distribusi Frekuensi Soal Tes II ………... 88

Lampiran 13 : Lembar Observasi ……….. 89

Lampiran 14 : Daftar Nilai Tes Siklus I dan Siklus II ………... 90

Lampiran 15 : Format wawancara Siklus I ……….... 92

Lampiran 16 : Format Wawancara Siklus II ……….. 95

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi

sumber daya manusia (SDM). Pendidikan merupakan satu-satunya cara agar

manusia dapat menjadi lebih baik dalam meningkatkan sumber daya manusia,

sehingga dapat mengimbangi setiap perkembangan yang terjadi agar tidak

tertinggal jauh oleh kemajuan teknologi.

Islam peduli terhadap pendidikan dengan dibuktikan dengan adanya

wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Saw, yaitu surat Al-‘Alaq yang

intinya memerintahkan kita agar agar selalu membaca. Andai saja seluruh

umat Islam dapat menjalankan setiap anjuran dengan benar, maka mereka

tidak akan tertinggal jauh dan selalu akan menjadi umat terdepan.

Pemerintah telah mencanangkan pendidikan sebagai instrumen untuk

membangun bangsa dan negara Indonesia menjadi lebih baik. Sebagaimana

yang telah ditulis dalam UU pendidikan no 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang

berbunyi :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1

Pendidikan menjadi tanggungjawab bersama, oleh karena perlu adanya

kerja sama dari berbagai pihak seperti penentu kebijakan, pihak sekolah,

orang tua, dan masyarakat luas. Hal ini perlu disadari bahwa masalah yang

dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia pada saat ini adalah sangat

beragam dan kompleks. Salah satunya adalah krisis paradigma berupa

kesenjangan dan ketidaksesuaian antara tujuan yang ingin dicapai dan

(11)

paradigma yang dipergunakan. Sebagai contoh dari kesenjangan ini, siswa

pada setiap jenjang pendidikan dijejali dengan informasi-informasi yang harus

dikuasai siswa, sehingga siswa hanya mengatahui pengetahuan jangka pendek,

sementara kehidupan di masa depan menuntut pemecahan baru secara inovatif

dalam arti siswa dituntut memiliki pengetahuan jangka panjang.

Di pihak lain proses pembelajaran matematika yang berlangsung di

sekolah saat ini masih banyak didominasi oleh guru, di mana guru sebagai

sumber utama pengetahuan. Dalam proses pembelajaran ini metode ceramah

menjadi pilihan utama strategi pembelajaran. Penggunaan metode ceramah

secara dominan sangat tidak sesuai dengan pembelajaran matematika karena

konsep-konsep yang terkandung dalam matematika memiliki tingkat abstraksi

yang tinggi. Dengan model pembelajaran ini, pengetahuan yang dimiliki siswa

hanya bersifat prosedural, yakni siswa cenderung menghafal contoh-contoh

yang diberikan oleh guru tanpa terjadi pembentukan konsepsi yang benar

dalam struktur kognitif siswa. Keadaan ini membuat siswa mengalami

kesulitan memahami konsep sehingga beresiko tinggi terjadinya miskonsepsi.

Hal ini akan menyebabkan siswa mengalami kesulitan memahami konsep

lebih lanjut. Pembelajaran matematika yang didominasi metode ceramah

cenderung berorientasi kepada materi yang tercantum dalam kurikulum dan

buku teks, serta jarang mengaitkan materi yang dibahas dengan masalah yang

nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pelajaran matematika

dirasakan tidak bermanfaat, tidak menarik, dan membosankan oleh siswa,

yang pada akhirnya bermuara pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh

siswa dalam pelajaran matematika.

Keberadaan guru dalam suatu sekolah tidak dapat disangkali lagi, karena

tanpa adanya guru dalam suatu sekolah tidak akan dapat berjalan. Dalam hal

ini guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembelajaran,

sehingga untuk memperoleh hasil belajar yang baik diperlukan guru yang

dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif dan kreatif serta dapat

(12)

sebagai tenaga pengajar yang transfer ilmu saja, melainkan juga sebagai

motivator yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.

Peranan guru juga bukan hanya sebagai pengajar dan pelatih, tetapi juga

sebagai pendidik dan pembimbing. Didikan dan bimbingan tidak hanya

diberikan dalam interaksi di dalam kelas tetapi juga di luar kelas, bahkan

mungkin terjadi pula diluar sekolah. Sosiodrama merupakan salah satu metode

mengajar yang sangat erat kaitannya dengan tingkah laku dalam hubungan

sosial. Yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar

matematika.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan hasil

belajar. Oleh karena itu seorang guru harus dapat menentukan teknik

pembelajaran yang tepat sesuai dengan keadaan siswa yang dihadapinya yang

dapat memotivasi siswa dalam belajar. Bangkitnya motivasi siswa untuk

meraih suatu prestasi merupakan bagian dari keberhasilan seorang guru

sebagai pemberi motivasi dan merupakan suatu kebanggaan apabila melihat

siswa yang dibimbingnya mendapat suatu prestasi yang optimal.

Pembelajaran yang biasa di lakukan guru adalah dengan menggunakan

metode ceramah yang diakhiri dengan tanya jawab, kali ini peneliti akan

menerapkan metode sosiodrama dalam pembelajaran yang mengambil materi

aritmatika social. Aritmatika social merupakan materi sederhana yang selalu

terjadi di sekeliling kita, oleh karena itu sosiodrama merupakan metode yang

cocok untuk menjelaskan materi ini. Dipilihnya penerapan sosiodrama karena

beberapa indicator permasalahan yang muncul menunjukkan motivasi belajar

matematika siswa yang rendah. Diharapkan dengan sosiodrama, siswa

menjadi lebih mengerti, bersemangat dan bertanggung jawab dalam

melakukan tugasnya sebagai siswa.

Dari hasil observasi awal di SMP Islamiyah Ciputat kelas VII.5, diperoleh

informasi dan data bahwa sebagian besar siswa kurang termotivasi dalam

belajar matematika. Siswa terlihat malas dan kurang bersemangat dalam

mengikuti proses pembelajaran. Hal ini merupakan masalah yang mendorong

(13)

Pra penelitian diawali dengan melakukan observasi di kelas selama dua

minggu dalam empat kali pertemuan dengan setiap pertemuan dua jam

pelajaran. Hasil pra penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tidak terdapat persiapan belajar yang dilaklukan siswa pada saat pelajaran

matematika akan dimulai. Hal ini ditandai dengan masih banyak siswa

yang keluar masuk ketika guru memasuki kelas.

2. ketika guru akan memulai pelajaran, terlihat siswa ada yang bercanda dan

mengobrol dengan teman lainnya.

3. Proses pembelajaran pasif. Hal ini ditunjukkan dengan siswa tidak

langsung menjawab apabila ditanya oleh guru, hanya beberapa orang

siswa saja yang mau maju mengerjakan soal dipapan tulis tanpa ditunjuk

terlebih dahulu, siswa tidak mau bertanya tentang materi pelajaran yang

belum dimengerti

4. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini

ditandai dengan kurangnya siswa yang berani menjawab soal ke depan

kelas dan sebahagian besar siswa tidak mengerti materi yang diberikan

oleh guru.

Berdasarkan permasalahan siswa kelas VII.5 SMP Islamiyah Ciputat

tersebut, terlihat motivasi belajar siswa rendah. Hal ini ditunjukkan dengan

persiapan siswa, ketekunan siswa dan antusias siswa yang kurang dalam

mengikuti pembelajaran matematika. Selain itu dari hasil identifikasi di atas

terdapat beberapa indikator yang menunjukkan bahwa sebagian siswa

mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar tersebut dapat dilihat dari

kondisi kepribadian siswa. Dari berbagai gejala kesulitan belajar tersebut salah

satunya adalah motivasi belajar siswa, oleh karena itu diperlukan usaha untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa.

Penelitian tindakan kelas merupakan cara yang tepat untuk menerapkan

metode sosiodrama. Karena dengan menggunakan PTK, peneliti beserta guru

dapat mengamati dan menilai perkembangan siswa dari keaktifan siswa,

(14)

Usaha yang dilakukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan pada

kelas VII.5 SMP islamiyah Ciputat adalah dengan melakukan penelitian

tindakan melalui pembelajaran dengan menggunakan sosiodrama. Sehingga

diharapkan dapat tercipta suasana pembelajaran yang mendorong siswa untuk

meningkatkan motivasi belajar matematika dengan metode sosiodrama. Untuk

itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama.”

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian 1. Identifikasi Area

Area penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah di kelas VII.5 SMP

Islamiyah Ciputat pada tahun ajaran 2007-2008. Jumlah siswa dalam kelas

penelitian ini 46 orang yang terdiri dari 23 putra dan 23 putri.

Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi bahwa akan

dilakukan upaya penerapan metode sosiodrama yang diharapkan dapat

meningkatkan motivasi belajar matematika .

2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada penelitian tindakan ini adalah peningkatkan

motivasi belajar matematika dengan menggunakan metode sosiodrama di

SMP Islamiyah Ciputat. Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan motivasi

belajar matematika adalah keinginan untuk mengetahui dan mempelajari

sesuatu serta membuktikannya dalam perubahan tingkah laku atau sikap.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

a. Motivasi adalah dorongan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Dalam hal ini motivasi yang dimaksud adalah motivasi belajar matematika

b. Metode sosiodrama adalah metode melakukan peran, yang akan membuat

(15)

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah motivasi belajar matematika siswa meningkat dengan

pembelajaran menggunakan metode sosiodrama?

2. Apakah keaktifan siswa dalam belajar matematika meningkat dengan

pembelajaran menggunakan metode sosiodrama?

3. Bagaimanakah pendapat siswa mengenai metode sosiodrama dalam

pembelajaran?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode

sosiodrama terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas VII SMP

Islamiyah Ciputat pada tahun ajaran 2007-2008. Dimana metode

sosiodrama diharapkan dapat membuat belajar matematika itu sangat

menyenangkan dan akan menghasilkan siswa-siswa yang sangat

bermotivasi untuk belajar matematika. Selain itu penelitian ini juga

bertujuan:

a. Mengetahui tingkat motivasi belajar matematika siswa dengan

pembelajaran metode sosiodrama.

b. Mengetahui keaktifan siswa dalam belajar dengan menggunakan

metode sosiodrama.

c. Mengetahui pendapat dan kesan siswa tentang pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan berguna antara lain:

a. Kegunaan bagi siswa, dapat memotivasi belajar matematika dengan

mengurangi rasa enggannya terhadap matematika dan bisa menjadikan

matematika sebagai pelajaran yang menyenangkan serta dapat

(16)

b. Bagi guru, diharapkan dapat menentukan strategi pembelajaran yang

efektif dan dapat menerapkannya pada proses belajar mengajar,

sehingga permasalahan yang ada dapat diminimalkan. Selain itu guru

juga dapat lebih mengenal penelitian tindakan, dan terbiasa melakukan

penelitian-penelitian kecil yang bermanfaat bagi perbaikan

pembelajaran matematika.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai

informasi dalam rangka upaya perbaikan pembelajaran khususnya

pembelajaran matematika.

d. Bagi ilmu, hasil penelitian ini dapat berguna dan sebagai informasi

bahwa pembelajaran matematika dapat digunakan dengan metode yang

(17)

BAB II Kajian Teori

A. Hakikat Motivasi belajar 1. Pengertian Motivasi

Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan "motif"

untuk menunjukkan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata "motif"

diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu bahkan motivasi dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern

(kesiapsiagaan). Berasal dari kata "motif" itu, maka motivasi dapat

diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi

aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai

tujuan sangat dirasakan/mendesak.

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului

dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang

dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.2

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa

beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiological" yang

ada pada organisme manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang.

Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiawaan,

afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

2

(18)

Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen

pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku

manusia.

- Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu;

meminpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya

kekuatan dalam ingatan, respon-respon efektif, dan kecendurungan

mendapat kesenangan.

- Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan

demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu

diarahkan terhadap sesuatu

- Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus

menginguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan

kekuatan-kekuatan individu.3

Timbulnya motivasi adalah suatu reaksi adanya kebutuhan yang

dirasakan sehingga timbul keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut

secara memuaskan. Motivasi dimaksudkan sebagai sesuatu yang dapat

membangkitkan suatu organisme untuk bertindak atau bertahan serta

memberikan arah untuk suatu kegiatan yang telah membangkitkan

semangat.

Berikut ini disampaikan dari beberapa pakar mengenai pengertian

motivasi:

Alisuf Sabri dalam bukunya pengantar psikologi umum dan

perkembangan memberikan pengertian motivasi sebagai segala sesuatu

yang menjadi pendorong tingkah laku yan menuntut atau mendorong

orang untuk memenuhi kebutuhan.4 Crider mengatakan bahwa motivasi

adalah sebagai hasrat, keinginan dan minat yang timbul dari seseorang dan

langsung ditujukan kepada suatu objek.5

3

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2002) cet. 7 h. 71

4

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet. I, h. 129

5

(19)

Cofer dan Appley mengatakan bahwa motivasi adalah proses untuk

meningkatkan tindakan, memelihara aktivitas untuk berkembang dan

mengatur pola aktivitas.6 Sedangkan menurut Drs. Sumadi Surya Brata, motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu

untuk untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan.7

Menurut Hoy dan Miskel yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto

bahwa "motivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan-kekuatan yang

kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan,

pernyataan-pernyataan ketegangan (tension states), atau mekanisme-mekanisme

lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan

kearah pencapaian tujuan-tujuan personal."8

James O. Whittaker dalam Wasty Soemento memberikan pengertian

secara umum tentang motivasi, yakni kondisi-kondisi atau keadaan yang

mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk atau bertingkah

laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.9 Ivor K. Davies mengemukakan bahwa motivasi adalah kekuatan tersembunyi di

dalam diri kita, yang mendorong diri kita untuk berkelakuan dan bertindak

dengan cara yang khas.10

Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi merupakan keseluruhan

daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar

dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan dapat

tercapai. Aminuddin Rasyad menyatakan bahwa dalam konsep

pembelajaran motivasi berarti seni mendorong peserta didik untuk

mendorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran

6

Sudibyo Setyobroto, Psikologi Sosial Pendidikan, (Percetakan Solo, 2003), h. 47

7

Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1989), Cet. IV, h. 85

8

M. Ngalim Purwanto, Psikologi …, h. 72

9

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. III, h. 191

10

(20)

tercapai.11 Upaya menggerakkan dan mendorong kegiatan siswa untuk belajar dengan penuh semangat dan vitalitas dinamakan memberi motivasi.

Dengan demikian motivasi belajar adalah usaha dari pihak luar dalam hal

ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan

peserta didiknya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses

belajar mengajar.12

Secara umum dapat dikatakan tujuan motivasi balajar adalah untuk

menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan

kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil

atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah

untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan

dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga

tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan

di dalam kurikulum sekolah

Motivasi dalam belajar dilakukan dengan mengatur situasi yang

atmosfir pembelajaran yang kondusif. Karena itu motivasi belajar penting

bagi siswa untuk : (1) menyadarkan kedudukan awal belajar, proses dan

hasil akhir; (2) menginformasi tentang kekuatan usaha belajar bila

dibandingkan dengan teman sebaya, (3) mengarahkan kegiatan kearah

pembelajaran yang lebih berkualitas, (4) membesarkan semangat belajar

bagi para siswa; (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan yang harus

ditempuh dalam proses belajar. 13

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa,

misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan maka perlu

diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam,

mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti

pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya

untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan

11

Aminuddun Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), Cet III, h. 89

12

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar …, h. 92-93

13

(21)

belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh

motivasi dalam dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi.

Motivasi belajar ini memberi gambaran bahwa jika motivasi yang

dilakukan guru dan juga siswanya sesuai dengan peruntukannya, maka

akan menimbulkan semangat yang tinggi untuk mencapai keberhasilan

yang bermutu. Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan

segi-segi tertentu pada motivasi tersebut justru mengisyaratkan agar guru

bertindak taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa.

Ahmad Rohani dalam bukunya pengelolaan pengajaran mengatakan

bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam

menumbuhkan motivasi belajar siswa yaitu dengan: proses pembelajaran

yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan

pertanyaan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajar,

menggunakan media dan alat bantu seperti gambar, foto, diagram dan lain

sebagainya.14 Sedangkan menurut Oemar Hamalik ada beberapa cara untuk menggerakkan motivasi belajar siswa, diantaranya:15

a. Memberi angka

Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni

berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapatkan

angka yang baik akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih

besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang menimbulkan

frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik.

b. Pujian

Memberikan pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan

dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian

menimbulkan rasa puas dan senang.

c. Hadiah

14

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka cipta, 1995), h. 11-12

15

(22)

Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu,

misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang

mendapatkan atau menunjukkan haisl belajar yang baik.

d. Kerja kelompok

Dalam kerja kelompok dimana siswa melakukan kerja sama dalam

belajar, setiap anggota kelompok ingin mempertahankan nama baik

kelompoknya, ini dapat menjadi pendorong yang kuat dalam belajar.

e. Persaingan

Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif

social kepada siswa. Hal ini dapat menjadikan siswa lebih semangat

dalam belajar.

f. Tujuan dan level of aspiration

Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa

g. Sarkasme

Yaitu dengan jalan mengajak para siswa yang mendapat hasil belajar

yang kurang. Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat mendorong

kegiatan belajar demi nama baiknya.

h. Penilaian

Penilaian secara kontinu akan mendorong murid-murid belajar, oleh

karena setiap anak menpunyai kecenderungan untuk memperoleh hasil

yang baik

i. Karya wisata dan ekskrusi

Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar oleh karena dalam

kegiatan ini siswa akn mendapat pengalaman langsung bermakna

baginya

j. Film Pendidikan

Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita

film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar.

(23)

Mendengarkan radio lebih menghasilkan dari pada mendengarkan

ceramah guru.

Adapun proses pemberian motivasi guru kepada siswa mempunyai

fungsi antara lain:16

a. Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan

siaga.

b. Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang

berhubungan dengan pencapaian hasil belajar.

c. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil

jangka panjang.

Motivasi belajar merupakan unsur yang penting dalam proses

pembelajaran. Ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa akan

menentukan apakah siswa akan terlibat secara aktif dalam pross

pembelajaran atau bersikap pasif dan tidak peduli. Guru perlu memahami

bahwa apapun yang dilakukan di ruang kelas mempunyai pengaruh, baik

positif maupun negative, terhadap motivasi siswa. Cara guru menyajikan

pelajaran, bagaimana kegiatan belajar dikelola di kelas, cara guru

berinteraksi dengan siswa, apakah guru memberikan kesempatan siswa

untuk lebih mendiri, dan kesempatan untuk bekerja sendiri atau dalam

kelompok, itu semua akan mempengaruhi motivasi siswa. Begitu

pentingnya motivasi, maka tugas guru yang terpenting adalah membangun

motivasi siswa terhadap apa yang dipelajari siswa.

2. Fungsi Motivasi

Motivasi merupakan factor psikis yang bersifat non-intelektual.

Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa

senang dan semangat untuk belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi

dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa

yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari

16

(24)

kagiatan belajar, yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Sehubungan dengan hal tersebut asda tiga fungsi motivasi:17

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harys dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.

Selain itu motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan

pencapaian prestasi. Seseorang melakukan sesuatu karena adanya

motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan

hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha dan terutama didasari

adanya motivasi, maka sesorang yang belajar itu akan menghasilkan

prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat

menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

3. Jenis-jenis Motivasi

Dalam masalah belajar motivasi merupakan salah satu faktor yang

sangat penting yang dapat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Motivasi yang dimiliki siswa merupakan energi untuk melakukan

perbuatan menuju tujuan atau cita-cita yang diharapkan.

Dilihat dari jenisnya terdapat dua jenis motivasi, yaitu motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

17

(25)

Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa ada

rangsangan dari luar.18 Misalnya siswa mempunyai keinginan dari dalam dirinya untuk belajar matematika, bukan untuk mendapat hadiah atau

dipuji oleh orang tua melainkan atas dasar kebutuhan siswa.

Motivasi intrinsik adalah hal atau keadaan yang berasal dari dalam

diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.

Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi

materi, dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk

kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.19

Menurut H. M. Alisuf Sabri, motivasi intrinsik adalah motivasi yang

timbul dari dalam diri seseorang yang erat hubungannya dengan tujuan

belajar. Misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh suatu

pengetahuan, ingin memperoleh kemampuan dan sebagainya.20 Menurut Tajab, motivasi intrinsik yaitu bahwa suatu aktivitas atau kegiatan belajar

dirnulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan

dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar pada

penghayatan kebutuhan siswa, kemudian siswa berupaya untuk memenuhi

kebutuhan itu melalui kegiatan belajar, dan belajar merupakan

satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan.21

S. Nasution berpendapat bahwa, orang yang belajar dikatakan

memiliki motivasi intrinsik jika ia ingin mencapai tujuan yang terkandung

di dalam perbuatan itu. Misalnya siswa belajar karena ingin menjadi orang

yang terdidik atau karena ingin menjadi ahli dalam bidang tertentu, maka

untuk memenuhi semua itu hanya dapat dicapai dengan cara belajar.22 Siswa yang tennotivasi secara intrinsik dalam proses pembelajaran dapat

dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar

karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar.

18

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan …, h. 71

19

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikandengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 137

20

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi …, h. 13

21

Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), Cet. I, h. 104

22

(26)

b. Motivasi Ekstrinsik

Yaitu motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan

dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan atau keinginan

sebenarnya yang ada di dalam diri siswa melainkan karena adanya

dorongan dari luar. Sebagai contoh seseorang belajar matematika karena

osok akan ada ujian dengan harapan mendapat nilai yang baik. Menurut

Tadjab, motivasi ekstrinsik dalam belajar adalah suatu aktivitas belajar

dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak

secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu sendiri.

Muhibbin Syah mengartikan motivasi ekstrinsik adalah hal dan

keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya

untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah , peraturan/tata tertib

sekolah, suri teladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan

contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk

belajar.23

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik

dalam belajar adalah daya penggerak yang mendorong seseorang untuk

melakukan kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan yang bukan

berasal dari dalam dirinya.

Sebagian besar guru menginginkan keadaan kelas dimana semua

siswanya memiliki motivasi intrinsik yang tinggi untuk belajar. Namun

kenyataannya hal itu jarang terjadi, oleh karena itu seorang guru harus

mampu menghadapi tantangan untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik

siswa, membangkitkan minatnya, menarik dan mempertahankan perhatian

siswa selama pembelajaran berlangsung agar siswa dapat belajar dengan

baik.

Tanpa adanya motivasi dalam belajar, tidak akan memberikan hasil

yang diinginkan. Oleh karena itu perlu adanya motivator-motivator seperti

23

(27)

kenaikan tingkat, penghargaan, pemberian umpan balik, skor, pujian dan

reward yang dipergunakan untuk mendorong siswa agar bersemangat

dalam belajar. Membangkitkan motivasi itu tidak mudah, oleh larena itu

guru perlu mengenal murid, dan mempunyai kesangupan kreatif untuk

menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan dan minat anak.

4. Mengukur Motivasi Belajar

Seorang guru perlu mengetahui dengan lebih jelas interaksi antara

tingkat motivasi siswa dengan pembelajaran agar dapat melakukan

intervensi pengajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Guru perlu

berusaha mencari strategi yang tepat untuk dapat membantu siswa belajar

apapun kecendrungan jenis motivasi yang mendorongnya belajar.

Motivasi belajar sangat berhubungan dengan hasil belajar siswa.

Hasil beberapa temuan penelitian yang dilakuakan oleh para ahli mengenai

hubungan antara motivasi dengan hasil belajar antara lain.24

a. Terdapat hubungan antara tingkat motivasi siswa dan hasil belajar, baik

terhadap hasil belajar pada suatu waktu tertentu maupun terhadap hasil

belajar selanjutnya. Tingkat motivasi belahar cenderung berkorelasi

positif dengan hasil belajar, artinya semakin tinggi/kuat tingkat

motivasi belajar, semakin baik hasil belajar siswa. Demikian pula hasil

belajar yang baik akan berpengaruh terhadap hasil belajar berikutnya,

Hal ini terjadi karena hasil belajar yang baik akan membuahkan

motivasi yang lebih kuat pula dalam didi siswa, yang akan

mempengaruhi hasil belajar selanjutnya.

b. Terdapat interaksi antara cara mengajar guru dengan pola motivasi

siswa, yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap hasil belajar.

c. Guru dapat mengubah (meningkatkan) motivasi belajar siswa, dengan

pengertian guru dapat melakukan tindakan tertentu di dalam kelas

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

24

(28)

5. Indikator Motivasi Belajar Siswa

Ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang menurut Sardiman

adalah:25

a. Tekun menghadapi tugas

b. Ulet mengahadapi kesulitan

c. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah

d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin

f. Dapat mempertahankan pendapatnya

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

B. Hakikat Matematika

Mengkaji matematika bukanlah hal baru yang kita temui sekarang. Telah

banyak yang mengkaji sampai menjadi ahli dalam matematika. Bertanya

tentang “apakah matematika itu?” dapat dijawab secara berbeda-beda

tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab, di mana dijawab, siapa yang

menjawab, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika.

Dengan demikian untuk menjawab pertanyaan “apakah matematika itu?” tidak

dapat dijawab dengan mudah dijawab dengan satu atau dua kalimat bagitu

saja, oleh karena itu kita harus berhati-hati.

Istilah mathematics (Inggris), mathematic (Jerman), mathematique

(Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau

mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica,

yng mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti

relating to learning”. Perkataan itu menpunyai akar kata mathema yang

berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Perkataan mathematike

25

(29)

berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang berupa, yaitu

mathanein yang mengandung arti belajar (berfikir).26

Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam

dunianya secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia

kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis

dan sintetis dengan penalaran di dalam struktur koqnitif, sehingga sampailah

pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika.

Menurut James and James dalam kamus matematikanya menyatakan

bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,

besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya

dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar,

analisis, dan geometri.27

Dari berbagai pengertian tentang matematika yang dikemukakan diatas

dapat disimpulkan, bahwa matematika adalah suatu ilmu pengetahuan tentang

bilangan, logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang

dipresentasikan menggunakan simbol-simbol, yang dipandang dapat

menstruktur pola berpikir yang sistematis, kritis, logis, cermat, dan konsiten

dalam menyelesaikan suatu masalah.

Jika kita mengartikan matematika sebagai ilmu, maka matematika adalah

cabang ilmu yang tersusun secara sistematis dan eksak. Pengertian eksak

tersebut tidak berarti bahwa matematika eksak secara mutlak, akan tetapi

matematika sebagai ilmu lebih eksak daripada ilmu-ilmu social dan lebih

eksak dari pada ilmu-ilmu fisik. Oleh karena sifatnya yang eksak ini maka

matematika seringkali disebut ilmu pasti.

Matematika sering kali dipandang pula sebagai alat yang akurat untuk

menyelesaikan masalah-masalah social, ekonomi, fisika, kimia, biologi, dan

teknik. Sebagai bahasa atau alat matematika melayani ilimu-ilmu lain, peran

inilah yang digunakan sebagai alasan orang menyebut matematika dengan

julukan queen of science (ratunya ilmu). Bagaimana orang memerankan atau

26

Eman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Metematika Kontemporer, (Bandung: UPI, 2002), h. 15-16.

27

(30)

menggunakan matematika pada ilmu-ilmu lain sebenarnya sangat tergantung

pada orang yang menggunakannya.28

Matematika merupakan bidang kajian disiplin ilmu yang selalu diajarkan

disetiap jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak (TK) sampai

sampai jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan sampai perguruan

tinggi. Hal ini karena matematika merupakn salah satu ilmu yang sangat

berperan dalam kehidupan manusia. Seperti ynag dikemukakan Ruseffendi

yaitu: "kita harus menyadari bahwa matematika itu penting, baik sebagai alat

Bantu, sebagai ilmu, sebagai pembimbing pola piker, maupun sebagai bentuk

sikap".29

Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena

itu logika adalah dasar untuk terbentukya matematika. Logika adalah masa

bayi dari matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari logika.

Masih banyak lagi definisi-definisi tentang matematika, tetapi tidak satupun

perumusan yang dapat diterima umum, atau sekurang-kurangnya dapat

diterima dari berbagai sudut pandang.

C,. Hakikat Metode Sosiodrama 1. Pengertian Sosiodrama

Proses belajar mengajar merupakan interaksi antar sesama guru dan

siswa juga antara siswa dan siswa. Metode sosiodrama sangat erat kaitannya

dengan interaksi tersebut. Peranan siswa dan guru dalam interaksi

belajar-mengajar ditentukan oleh strategi ataupun metode belajar-belajar-mengajar yang

ditetapkan.

Dalam proses belajar-mengajar yang mengaktifkan siswa, peranan

siswa lebih besar. Siswa tidak diberi bahan ajar yang sudah jadi atau sudah

selesai untuk tinggal menghafal, tetapi diberi persoalan-persoalan yang

membutuhkan pencarian, pengamatan, percobaan, analisis, sintesis,

28

Ismail, dkk., Kapita Selecta Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Unuversitas Terbuka, 1998), Cet. I, h. 1.6

29

(31)

perbandingan, penilaian, dan penyimpulan oleh para siswa sendiri. Dalam

strategi belajar-mengajar yang demikian, siswa berperan lebih aktif, mereka

adalah sebagai subjek yang berinteraksi bukan hanya guru tetapi

manusia-manusia sumber yang lain, baik di sekolah maupun di luar sekolah, dengan

sesama siswa, dengan buku-buku serta media lainnya.

Interaksi guru dengan siswa bukan hanya dalam penguasaan bahan

ajaran, tetapi juga dalam penerimaan nilai-nilai, pengembangan sikap serta

dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dengan

demikian peranan guru juga bukan hanya sebagai pengajar dan pelatih,

tetapi juga sebagai pendidik dan pembimbing. Didikan dan bimbingan tidak

hanya diberikan dalam interaksi di dalam kelas tetapi juga di luar kelas,

bahkan mungkin terjadi pula diluar sekolah. Pengembangan sikap dan nilai

tidak diberikan dalam situasi belajar yang bersifat ekspositori, tetapi juga

lebih banyak dalam situasi yang bersifat intraktif: simulasi, bermain peran,

sosiodrama, klasifikasi nilai dan sebagainya, yang kaya dengan interaksi.30 Alat interaksi dapat diklarifikasikan dalam 3 golongan:

1. Pengalaman riil, yakni segenap media di dalam dunia kehidupan

sehari-hari

2. Pengalaman Buatan, yakni segenap media yang sengaja diciptakan untuk

mendekatkan pengertian pada pengalaman riil

3. Pengalaman Verbal, di mana bahasa adalah alat utama, baik lisan

maupun tertulis.

Jenis pengalaman pertama yang riil, dapat menghasikan pengertian

yang sangat teliti dan mendalam yang tidak akan dicapai dengan hanya

memahami pengalaman buatan ataupun pengalam verbal. Akan tetapi secara

praktis tidak mungkin semua hal harus dialami secara riil. Karenanya

pakailah pengalaman buatan melalui alat-alat pembantu yang khusus

diciptakan untuk mendekatkan murid pada pengalaman riil. Pengalaman

buatan juga dapat diperkenalkan melalui kegiatan-kegiatan yang tak banyak

30

(32)

menggunakan alat-alat pembantu, misalnya sandiwara boneka, atau sama

sekali tidak membutuhkan alat-alat khusus seperti dalam sosiodrama dan

bemain peranan.31

Metode sosiodrama atau bermain peran, merupakan metode yang

sering digunakan dalam mengajarkan nilai dan memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan social dengan orang-orang di

lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam pelaksanaannya,

siswa-siswa diberi berbagai peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut,

serta mendiskusikannya di kelas.

Sosiodrama berasal dari kata sosio dan drama. Sosio berarti social

menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat menunjukkan pada

kegiatan-kegiatan social, dan drama berarti mempertunjukkan, mempertontonkan atau

memperlihatkan. Social atau masyarakat terdiri dari manusia satu sama lain

terjalin hubungan yang dikatakan hubungan social. Drama dalam pengertian

luas adalah mempertunjukkan atau mempertontonkan suatu keadaan atau

peristiwa-peristiwa yang dialami orang, dan tingkah laku orang. Metode

sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan

mempertunjukkan atau mendramatisasi cara tingkah laku dalam hubungan

sosial. Jadi sosiodrama ialah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya

peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu

situasi social yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat

memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi social.32

Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah

metode mengajar yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan

bersama dan karenannya dalam pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilah

sosiodrama berasal dari kata sosio = social dan drama. Kata drama adalah

suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang mengandung

konflik kejiwaan, pergolakan, clash atau benturan antara dua orang atau

31

Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar, (Bandung: Tarsito, 1986) edisi ke 5 hal. 81-83

32

(33)

lebih. Sedangkan bermain peranan berarti memegang fungsi sebagai orang

yang diamainkannya, misalnya bermain sebagai lurah, penjudi, nenek tua

renta dan sebagainya.33

Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode

"sosiodrama" yang merupakan metode mengajar dengan cara

mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan social,

untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan social

tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru. Melalui

metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam

hubungan antara sesama manusia. Cara yang paling baik untuk memahami

nilai sosiodrama adalah: mengalami sendiri sosiodrama, mengikuti

penuturan terjadinya sosiodrama dan mengikiti langkah-langkah guru pada

saat memimpin sosiodrama.

Bila metode inl dikendalikan dengan cekatan oleh guru, banyak

manfaat yang dapat dipetik, sebagai metode cara ini : (1) Dapat

mempertinggi perhatian siswa melalui adegan-adegan, hal mana tidak selalu

terjadi dalam metode ceramah atau diskusi. (2) Siswa tidak saja mengerti

persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan

pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia, seperti halnya

penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti,

ikut menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain

sebagainya. (3) Siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan

memperdalam pengertian mereka tentang orang lain.34 Sebaliknya betapapun besar nilai metode ini ditangan yang kurang bijaksana

akan menjadi nihil. Pada umumnya karena guru sendiri tidak paham akan

tujuan yang dicapai, atau guru memilih metode ini walaupun sebenarnya

kurang tepat untuk tujuan tertentu. Dapat terjadi guru tidak menyadari

pentingnya langkah langkah dalam metode ini.

33

Sri anitah Wiryawan, Noorhadi Th, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka,1999) h. 27

34

(34)

Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama

antara lain adalah:35

3. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain

4. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab

5. Dapat belajar bagaimana mangambil keputusan dalm situasi kelompok

secara spontan

6. Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah

Dari sebuah artikel yang ditulis oleh Dr. Telesco disebutkan bahwa

sosiodrama memiliki empat komponen :36 a. Berbasis pada realitas dan permasalahan

Adegan situasi kehidupan sehari-hari dikembangkan oleh siswa

berdasarkan pada peristiwa actual, mengatur setting untuk peserta yang

diambil dari audiens untuk mengidentifikasi dan berinteraksi dengan

karakternya.

b. Improvisasi

Para actor menggambarkan karakter dalam scenario berbasis realitas dan

tetap menjiwai karakter selama sosiodrama berlangsung.

c. Dialog antara karakter dan audiens

Teknik sosiodrama bergantung pada dialog dengan audiens. Hal ini

merupakan landasan cara berfikir kritis, identifikasi masalah, dan

pembahasan yang berfokus pada solusi. Interaksi dengan anggota

audiens menjadi penting bagi keberhasilan metodologi.

d. Tujuan pendidikan, perilaku dan psikologi

Sosiodrama dapat digunakan untuk meraih tujuan pendidikan, sikap, dan

psikologis. Walaupun teknik sosiodrama efektif dalam meraih tujuan

pendidikan dengan anggota audiens, proses pengembangan sosiodrama

merupakan hal manjur bagi para actor terlibat dalam proses

pembelajaran. Karena karakter dan adegan dalam sosiodrama didasarkan

pada pengalaman hidup sehari-hari, para actor menjadi tenggelam dalam

35

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka cipta, 2002) cet. Ke 2 hal. 100

36

(35)

karakter mereka, sehingga proses pembelajaran individu semakin

meningkat. Metodologi ini merupakan alat yang sangat berharga untuk

meningkatkan kesadaran, menimbulkan perubahan, dan bahkan untuk

memfalitasi penyembuhan psikologis.

2.Kelebihan dan kekurangan Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama selain mempunyai beberapa kelebihan juga

mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut:37 a. Kelebihan metode sosiodrama

1) Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi

bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami,

manghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang

harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus

tajam dan tahan lama.

2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main

drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai

dengan waktu yang tersedia.

3) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan

akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni

drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan

menjadi pemain yang baik kelak.

4) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan

sebaik-baiknya

5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung

jawab dengan sesama

6) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah

dipahami orang lain.

37

(36)

b. Kelemahan Metode Sosiodrama

2) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi

kurang kreatif

3) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka

pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan

4) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit

menjadi kurang bebas

5) Sering kelas lain terganggu oleh suara para pemain dan para penonton

yang kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.

3. Langkah-langkah penerapan metode Sosiodrama

Petunjuk guna menggunakan metode sosiodrama adalah:38

a) Tetapkan dahulu masalah-masalah social yang menarik perhatian siswa

untuk dibahas

b) Ceritakan kepada kelas mengenai isi dari masalah-masalah dalam

konteks cerita tersebut.

c) Tetapkan siswa yang dapat atau bersedia untuk memainkan

peranannya di depan kelas

d) Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu

sosiodrama sedang berlangsung.

e) Beri kesempatan kepada para pelaku untuk berunding beberapa menit

sebelum mereka memainkan peranannya

f) Akhiri sosiodrama pada waktu situasi pembicaraan mencapai

ketegangan.

g) Akhiri sosiodrama dengan diskusi kelas untuk bersama-sama

memecahkan masalah persoalan yang ada pada sosiodrama tersebut

h) Jangan lupa menilai hasil sosiodrama tersebut sebagai bahan

pertimbangan lebih lanjut.

Sebelum metode sosiodrama digunakan, terlebih dahulu harus diawali

dengan penjelasan dari guru tentang situasi sosial yang akan didramatisasi

38

(37)

aloe para pemain/pelaku. Tanpa diberikan penjelasan, anak didik tidak

akan dapat melakukan peranannya dengan baik. Karena itu, ceramah

mengenai masalah spasial yang akan didemontrasikan penting sekali

dilaksanakan sebelum melakukan sosiodrama.

Sosiodrama adalah sandiwara tanpa naskah (script) dan tanpa latihan

terlebih dahulu, sehingga dilakukan secara spontan. Masalah yang

didramatisasikan adalah mengenai situasi sosial. Sosiodrama akan menarik

bila pada situasi yang sedang memuncak, kemudian dihentikan.

Selanjutnya diadakan diskusi, bagaimana jalan cerita seterusnya, atau

pemecahan masalah selanjutnya. Langkah-langkah yang mungkin

dilakukan dalam menggunakan metode ini adalah seperti tercantum dalam

tebel berikut.

No : Langkah : Jenis Kegiatan Belajar Mengajar

1. : Persiapan : 1. Menentukan dan menceritakan situasi

social yang akan didramatisasikan.

2. Memilih para pelaku

3.Mempersiapkan pelaku untuk

menentukan peranan masing-masing

2. : Pelaksanaan : 4. Siswa melakukan sosiodrama

5. Guru menghentikan sosiodrama pada

saat situasi sedang memuncak

6. Akhiri sosiodrama dengan diskusi

tentang cerita, atau pemecahan masalah

selanjutnya

3. : Evaluasi : 7. Siswa diberi tugas untuk menilai atau

Memberi Tanggapan terhadap

pelaksanaan sosiodrama

8. Siswa diberi kesempatan untuk membuat

(38)

D. Kerangka Berfikir

Rendahnya motivasi belajar siswa merupakan salah satu penyebab dari

rendahnya hasil belajar matematika. Kurangnya motivasi siswa dalam belajar,

bias jadi dikarenakan dalam pola pembelajaran selama ini kurang melibatkan

sisa secara aktif. Untuk itu diperlukan paradigma baru dalam model

pembelajaran di sekolah

Pemilihan metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar,

seperti yang dikatakan Hudoyo bahwa strategi yang diambil dalam rangka

pembaharuan pendidikan, hendaknya guru mampu melibatkan siswanya

secara aktif dalam proses belajar mengajar sehinggga dapat meningkatkan

daya kreatifitas dan berfikir kritis siswa serta dapat memperkuat motivasi

mereka untuk belajar

Salah satu alternatif dalam metode pembelajaran adalah metode

sosiodrama. Sosiodrma adalah suatu variasi pengajaran dimana siswa belajar

dalam memecahkan masalah melalui peran yang mereka lakukan. Mereka yan

melakukan peran tersebut saling membantu, saling berdiskusi, dan saling

berkreasi dalam memahami satu materi pelajaran serta bekerja sama dalam

memecahkan masalah antara yang siswa yang berperan dengan siswa yang

tidak melakukan peran.

Dalam proses belajar mengajar matematika, guru harus mampu

melibatkan siswa secara aktif walaupun siswa mempunyai kemampuan yang

berbeda-beda. Dengan kemampuan yang berbeda ini dapat menanamkan dan

menumbuhkan sifat social pada siswa, diantaranya mendorong siswa untuk

saling membantu, bekerja sama, dan bertanggung jawab dalam memecahkan

suatu malah.

Dengan pengalaman belajar sosiodrama inilah munculnya motivasi

dalam belajar yang mana dapat memberikan pengaruh bagi pembelajaran

berikutnya. Siswa yang termotivasi dalam belajar meciptakan suasana belajar

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islamiyah

Ciputat yang beralamat di Jln. Kihajar Dewantara no. 23 Ciputat Tangerang.

Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas VII.5 SMP

Islamiyah Ciputat pada tahun ajaran 2007/2008 semester ganjil. Kegiatan

belajar menggajar dilakukan pada siang hari yaitu mulai pukul 13.00 sampai

dengan 17.30 WIB.

Waktu penelitian dimulai pada tanggal 29 November 2007 sampai 14

maret 2008.

B. Metode dan Desain intervensi Tindakan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau

lebih dikenal dengan Classroom Action Research dengan mengikuti model

yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1988). Penelitian ini terdiri

dari dua siklus dimana pada setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan,

yaitu tahap perencanan (plan), pelaksanaan tindakan (act), observasi (observe)

dan refleksi (reflect).

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan

penelitian. Peneliti membuat rencana dan skenario pembelajaran yang akan

disajikan dalam materi penelitian. Selain itu pada tahap ini juga peneliti

menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari permasalahan yang akan

dibahas dalam belajar sosiodrama, soal yang harus dikerjakan oleh siswa,

lembar obsevasi dan lembar wawancara.

2. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana dan

(40)

3. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang

berlangsung. Peneliti dengan dibantu oleh guru mengamati segala aktivitas

siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dimaksudkan

sebagai kegiatan mengamati, mengenali, dan mendokumentasikan semua

gejala atau indikator dari proses, hasil tindakan terencana maupun efek

sampingnya.

4. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan

tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis

bersama oleh guru dan peneliti, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan

yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu

adanya perbaikan. Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi

rencana tindakan siklus berikutnya.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada desain

yang dikemukakan oleh Suhardjono adalah sebagai berikut: 39

39

(41)

- Rendahnya motivasi belajar - Rendahnya Hasil Belajar

Siklus I

Siklus II

C. Subjek / Partisipan Yang Terlibat dalam Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah

seluruh siswa kelas VII.5 yang berjumlah 46 siswa yang terdiri dari 23 orang

putra dan 23 orang putri.

Pada saat pelaksanaan tindakan, guru matematika bertindak sebagai guru

yang menyampaikan materi aritmatika sosial dengan menggunakan metode

sosiodrama. Sedangkan peneliti bertindak sebagai observer yang mengamati

seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran

dengan menggunakan lembar observasi.

Refleksi II Pengamatan/pengumpulan data

Permasalahan terselesaikan

Permasalahan belum terselesaikan

(42)

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

Penelitian kualitatif menuntut kehadiran peneliti karena pengamatan dan

pengumpulan data dilakukan dalam situasi yang sebenarnya. Dalam penelitian

kolaborasi ini, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri,

sedangkan peneliti yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya

proses tindakan.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya pra penelitian

atau penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama

yang berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis

dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II,

jika data yang diperoleh masih memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan

kembali pada tindakan III dan seterusnya.

Gambar

Tabel 1     : Perolehan Nilai Tes Pendahuluan …………………………….         43
Gambar 1     : Aktivitas Siswa Melakukan Sosiodrama Siklus I ………….         45
Gambar I. Aktivitas siswa melakukan sosiodrama
Gambar 2. Aktivitas siswa mengisi angket
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui strategi Snow Ball. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk 1) mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika melalui penerapan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui metode pembelajaran ekspositori dengan pemberian kuis. Jenis penelitian

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penggunaan metode problem solving dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa pada sub materi menghitung luas bangun

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi adalah metode yang tepat untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika khususnya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan Facebook sebagai media bantu pembelajaran matematika, untuk mengetahui motivasi belajar siswa dengan menggunakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan alat peraga Luasan, keaktifan dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika pokok bahasan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika