• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Outdoor Study terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode Outdoor Study terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE

OUTDOOR STUDY

TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV

DI SDI HARAPAN IBU JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh Rochmat Hidayat

1112018300046

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Rochmat Hidayat. NIM 1112018300046. Pengaruh Metode Outdoor Study terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta .

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode Outdoor

Study terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan melihat perbedaan

antara hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan metode outdoor

study dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional pada materi

teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi di kelas IV. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Islam Harapan Ibu Jakarta Selatan dari tanggal 1 April 2016 – 13 Mei 2016, sampel yang digunakan untuk kelas eksperimen berjumlah 20 siswa dan kelas kontrol berjumlah 18 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini adalah bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada metode outdoor study terhadap hasil belajar siswa di SDI Harapan Ibu. Hal tersebut dibuktikan pada hasil uji hipotesis yang dilakukan pada dua kelas yang berbeda. Hasil yang diperoleh pada post test adalah 0,039 dengan kriteria taraf signifikan 0,05.

(6)

ii

Rochmat Hidayat. NIM 1112018300046. Influence of Outdoor Study Method for Students Learning Achievement on Social Science Subjects in Grade 4th at Harapan Ibu Islamic Elementary School Jakarta. Elementary School Teacher Education Program. Faulty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta .

The purpose of this experiment is to determine the influence of outdoor study method for the students learning result on Social Science subject by looking at the differences between students learning result in experiments class which is using outdoor study method with the control class which is using conventional methods on the material Technology of Product, Communicate, and Transport in grade 4th. The method used in this experiment is quasi-experimental methods. This research was conducted at the Harapan Ibu Islamic Elementary School Jakarta from April 1st 2016 until May 13th 2016, the research sample for the experimental class numbered 20 students and for the control class numbered 18 students. The research instrument used was a student achievement test. Results of this research is that there was a significant influence in using outdoor study method for the students learning achievement in Harapan Ibu Islamic Elementary School. This evidenced in the results of hypothesis testing conducted on different twin class. The results obtained in the post test is 0.039 with a significance level ≤ 0.05 criterion .

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Tiada rangkaian kalimat yang paling indah selain memohon rahmat dan ridho-Nya, serta memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga mempermudah dalam menyelesaikan skripsi ini sebagai persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd).

Sholawat serta salam senantiasa disampaikan kepada junjungan Baginda Nabi Muhammad SAW. Sebagai suri tauladan bagi seluruh manusia, beserta keluarga, sahabat, dan ummatnya hingga akhir zaman.

Setelah melewati rintangan dan tantangan serta usaha yang tak kenal lelah, akhirnya penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Outdoor Study terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta” telah selesai dengan baik. Selain skripsi ini untuk memenuhi persyaratan akademik meraih gelar sarjana, semoga juga dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan kepada semua pihak, khususnya untuk para akademisi untuk menambah wawasan intelektualnya.

Penulis menyadari, bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tentu penulis banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dan kemampuan penulis yang masih jauh dari kesempurnaan. Namun, berkat adanya bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat disusun. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr, Khalimi, M. Ag selaku Ketua Jurusan PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah mengorbankan banyak hal dengan memberikan kesempatan bagi penulis untuk mendapatkan arahan dan petunjuk dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Asep Ediana Latip, M. Pd selaku sekertaris Jurusan PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf-stafnya.

4. Takiddin, M. Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Kepala Sekolah, guru-guru, pegawai dan siswa-siswi SD Islam Harapan Ibu Jakarta yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian.

6. Ayahanda Sudarma dan Ibunda Darsiti yang telah memberikan segenap kasih sayang, cinta, perhatian dan dukungan serta doa yang tak pernah berhenti kepada penulis sejak penulis lahir ke dunia sampai sekarang ini, sehingga penulis menjadi manusia yang dapat dibanggakan.

(8)

iv

tiap sholatnya, serta tawa dan semangat pada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Segenap orang tua murid dari siswa kelas IV E (sekarang kelas V) di SD Islam Harapan Ibu Jakarta yang telah mendo’akan dan memberikan semangat kepada penulis

10.Teman yang selalu ada di kala suka dan duka, pemberi semangat dan do’a, serta yang tak pernah lelah untuk saling mengingatkan: Khairul Rizal, Aldi Reynaldi, Asep Hidayat, Fairuzzabadi Arif Billah, Fenitha Anugrah, Fitriani, Irni Yanti, Mariati Mauly Bellanisa, Nurwidi Oktaria.

11.Teman-teman sehati PGMI A dan B 2012 yang selalu memberi kebahagiaan dan kenangan manis yang tidak akan pernah penulis lupakan.

12.Teman-teman dari kalangan penggemar transportasi bus dan dari pelaku transportasi otobus di manapan berada yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis 13.Kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis menghambakan diri dan memohon pertolongan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis pada pembaca pada umumnya. Jika ada yang benar dalam penulisan ini adalah semata-mata datangnya dari Allah dan apabila di dalamnya terdapat suatu kesalahan, maka itu dari kekhilafan diri penulis sebagai hamba Allah yang dhaif, semoga maksud dan tujuan penulis dapat tercapai sesuai dengan apa yang penulis harapkan dan cita-citakan. Aamiin Allahumma Aamiin.

Jakarta, Oktober 2016

(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

a. Manfaat Teoritis ... 5

b. Manfaat Praktis ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Metode Pembelajaran Outdoor Study ... 7

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 7

2. Metode Outdoor Study ... 8

a. Pengertian ... 8

b. Tujuan ... 11

c. Karakteristik ... 13

d. Kelebihan dan kekurangan ... 15

e. Langkah pelaksanaan ... 16

B. Hasil Belajar... 18

1. Definisi ... 18

2. Faktor Pengaruh ... 19

3. Cara Mengukur Hasil Belajar ... 21

(10)

vi

3. Ruang Lingkup... 26

4. Tujuan ... 27

D. Penelitian yang Relevan ... 29

E. Kerangka Berpikir ... 30

F. Perumusan Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

B. Metode dan Desain Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel ... 35

1. Populasi ... 35

2. Sampel... 35

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Tes ... 37

2. Observasi... 38

F. Instrumen Penelitian ... 38

1. Lembar Soal Tes ... 38

2. Observasi... 40

3. Uji Coba (Kalibrasi) ... 40

a. Validitas ... 40

b. Reabilitas... 41

G. Teknik dan Analisis Penelitian ... 43

1. Uji Normalitas ... 43

2. Uji Homogenitas ... 44

H. Hipotesis Penelitian ... 45

I. Hipotesis Statistik ... 46

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskrpsi Data ... 47

1. Gambaran Umum SD Islam Harapan Ibu Jakarta ... 47

a. Deskripsi Sekolah ... 47

(11)

vii

1) Visi SD Islam Harapan Ibu ... 48

2) Misi SD Islam Harapan Ibu ... 48

c. Guru dan Tenaga Kependidikan ... 49

d. Siswa ... 50

e. Sarana dan Prasarana ... 52

f. Lainnya yang Relevan... 54

2. Deskripsi Data Penelitian ... 55

3. Data Hasil Belajar IPS Siswa ... 55

a. Deskripsi data pretest kelas Eksperimen dan Kontrol ... 55

b. Deskripsi data posttest kelas Eksperimen dan Kontrol ... 56

B. Uji Prasyarat Data ... 57

1. Normalitas ... 57

a. Pretest ... 58

b. Posttest ... 59

2. Homogenitas ... 60

C. Uji Hipotesis Data ... 61

1. Uji Hipotesis Pretest ... 61

2. Uji Hipotesis Posttest ... 62

D. Interpretasi Hasil Penelitian ... 62

1. Observasi terhadap Guru atau Peneliti ... 63

2. Observasi terhadap Siswa ... 65

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

1. Dari Segi Aktivitas Belajar Siswa... 69

2. Dari Segi Hasil Belajar Siswa ... 70

F. Keterbatasan dalam Penelitian ... 71

BAB V: PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

viii

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan ... 33

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar IPS ... 39

Tabel 3.3 Rekapitulasi Uji Validitas... 41

Tabel 3.4 Interpretasi Reabilitas ... 42

Tabel 4.1 Jumlah Guru dan Tenaga Kependidikan berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 49

Tabel 4.2 Jumlah Guru dan Tenaga Kependidikan berdasarkan Sertifikasi ... 49

Tabel 4.3 Rincian Jumlah Siswa ... 50

Tabel 4.4 Jumlah Siswa 2 Tahun Terakhir ... 52

Tabel 4.5 Jumlah Koleksi Perpustakaan ... 52

Tabel 4.6 Kondisi Peralatan Pendidikan ... 53

Tabel 4.7 Kondisi Media Pendidikan ... 53

Tabel 4.8 Kondisi Perabot Sekolah ... 53

Tabel 4.9 Jumlah Ketersediaan Ruangan ... 54

Tabel 4.10 Output Normalitas Pretest Eksperimen ... 58

Tabel 4.11 Output Normalitas Pretest Kontrol ... 58

Tabel 4.12 Output Normalitas Posttest Eksperimen ... 59

Tabel 4.13 Output Normalitas Posttest Kontrol ... 59

Tabel 4.14 Uji Homogenitas Pretest ... 60

Tabel 4.15 Uji Homogenitas Posttest ... 60

Tabel 4.16 Hasil Pretest Uji t Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 61

Tabel 4.17 Hasil Posttest Uji t Kelas eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 62

Tabel 4.18 Kriteria Kegiatan Observasi Guru dan Siswa ... 63

Tabel 4.19 Lembar Observasi Guru Kelas Eksperimen ... 64

Tabel 4.20 Lembar Observasi Guru Kelas Kontrol ... 64

Tabel 4.21 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 68

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

(14)

x

LAMPIRAN 1 Uraian Materi

LAMPIRAN 2 Kisi-Kisi Intrumen Soal Uji Validitas LAMPIRAN 3 Soal Uji Coba Instrumen Penelitian LAMPIRAN 4 Kunci Jawaban

LAMPIRAN 5 Uji Validitas dan Reliabilitas (Output Anates) LAMPIRAN 6 Instrumen Soal Pretest-Posttest

LAMPIRAN 7 Kunci Jawaban

LAMPIRAN 8 RPP Kelas Eksperimen (1) LAMPIRAN 9 RPP Kelas Kontrol (1) LAMPIRAN 10 RPP Kelas Eksperimen (2) LAMPIRAN 11 RPP Kelas Kontrol (2) LAMPIRAN 12 RPP Kelas Eksperimen (3) LAMPIRAN 13 RPP Kelas Kontrol (3)

LAMPIRAN 14 Lembar Observasi Guru (Eksperimen) LAMPIRAN 15 Lembar Observasi Guru (Kontrol)

LAMPIRAN 16 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa (Outdoor Study) LAMPIRAN 17 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa (Ceramah) LAMPIRAN 18 Perhitungan Normalitas, Homogenitas, dan Uji Hipotesis LAMPIRAN 19 Lembar Kerja Outdoor Study

(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak Nabi Adam diciptakan, Allah telah memberikan karunia yang besar berupa akal. Sehingga dengan akal itulah Nabi Adam atas seizin Allah dapat memperoleh kemampuan-kemampuan dasar, baik jasmaniah maupun rohaniah. Kemampuan-kemampuan itulah yang menjadikan Nabi Adam mampu mempertahankan hidup dan mencapai tingkat kesejahterannya. Tidak hanya itu, apa yang dikaruniai Allah kepada Nabi Adam ternyata juga dimiliki oleh manusia-manusia keturunan Adam dari masa ke masa, maka dari itulah kemampuan dasar menjadi modal utama dan terpenting dalam pengembangan kehidupan umat manusia dalam segala bidang dan untuk masa depan.

Lantas timbul pertanyaan bahwa bagaimanakah cara mengembangkan kemampuan dasar dari Allah SWT tersebut untuk kemaslahatan dan mengatasi permasalahan umat manusia di masa yang akan datang? Satu-satunya cara adalah manusia membutuhkan sarana yang tepat untuk mewadahi umat manusia khususnya generasi muda, yaitu sarana pendidikan.

Pendidikan merupakan hal yang memiliki peran yang begitu penting dalam kehidupan umat manusia, sebab pendidikan merupakan suatu upaya setiap manusia untuk mengumpulkan bekal sebanyak dan sebaik mungkin untuk menjalani kehidupan di masa depan kelak. Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) pada Bab 1 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi: “Pendidikan

(16)

memiliki kemampuan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara”1

.

Dari definisi tersebut tampak betapa pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia dari berbagai aspek. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya harus dilakukan sebaik mungkin agar hasilnya nanti menjadi baik pula. Sehingga manusia terdidik akan mampu menghadapi berbagai persoalan di sekitarnya sekaligus berusaha maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan umatnya di dalam tugas dan tanggung jawab hidupnya sebagai khalifah di muka bumi.

Namun, pendidikan tidak akan bisa berjalan mulus jika salah satu unsur/komponen kegiatan tidak ada, salah satunya adalah guru atau tenaga pendidik. Sayangnya, peran serta guru masa kini kebanyakan hanya sekadar mentransfer ilmu-ilmu teoritis belaka kepada siswa-siswanya. Padahal tugas utama seorang guru adalah memperhalus akhlak siswa menjadi akhlaqul karimah dan menuntun siswa menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Hingga saat ini pendidikan kita masih kerap “dihantui” oleh pandangan

bahwa pengetahuan adalah sekumpulan komponen kata, kalimat, paragraf yang harus dihafal oleh siswa. Ditambah lagi dengan penempatan seorang guru yang masih sebagai pusat ilmu pengetahuan. Hendaknya seorang guru dapat menerapkan situasi pembelajaran yang berbeda dari yang biasanya, yang mana serangkaian pembelajaran tersebut dapat tercipta suatu interaksi terutama dari siswa, baik interaksi sesama siswa, interaksi siswa dengan guru, maupun interaksi siswa dan lingkungannya. Tentu saja inteaksi-inteaksi tersebut tidak hanya bersifat aktif, tetapi juga salah satunya dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Maka, dari pelajaran IPS yang sarat akan hafalan, ada berbagai macam upaya untuk mengurangi kejenuhan pada siswa dan tentu saja menyenangkan yang bisa diterapkan oleh

1

(17)

3

guru, khusus dalam penelitian ini penulis mencoba menerapkan suatu metode pembelajaran IPS yang menyenangkan.

Berdasarkan pantauan di lapangan dalam hal ini di kelas bahwa pelajaran IPS masih kurang diminati oleh siswa. Hal ini disebabkan dari penempatan jam pelajaran IPS untuk kelas IV khususnya IV E 1 jam pada jam pelajaran

pertama terkesan “tanggung” karena terhimpit dengan jam pelajaran olahraga,

sehingga siswa tampak kurang fokus saat pelajaran berlangsung. Juga mereka juga harus siap-siap untuk mengikuti pelajaran olahraga di lapangan. Beruntung di hari yang sama masih ada dua jam pelajaran IPS setelah istirahat.

Saat pelajaran berlangsung beberapa anak-anak kadang merasa jenuh, buktinya ketika guru sedang menjelaskan materi di kelas ada anak-anak yang mengobrol, bercanda, bahkan ada yang jalan-jalan kesana kemari. Di sisi lain, permasalahan yang juga terjadi di sekolah ini adalah kurangnya minat membaca pada beberapa peseta didik, karena masih banyak anak-anak yang hasil belajarnya kurang dari KKM (Kriteria Kelulusan Minimal) sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah. Selain itu juga perhatian siswa yang mengikuti pembelajaran IPS masih rendah.

Saat pembelajaran berlangsung guru selalu menggunakan ruang kelas sehingga dirasakan terlalu monoton, tidak hanya itu metode yang digunakan masih menggunakan metode ceramah sehingga kejenuhan siswa semakin bertambah kala belajar IPS. Sudah seharusnya guru menggunakan metode pembelajaran yang variatif sehingga peserta didik lebih bersemangat, gembira, bersuka cita dan jauh dari segala kegundahan, kejenuhan, dan kebosanan dalam belajar.

Dari permasalahan tersebut dapat diatasi jika menggunakan metode

outdoor study, sehingga siswa lebih memahami materi lebih mudah dan

(18)

mengkorelasikan materi pelajaran dengan keadaan yang sebenarnya. Di samping itu, metode outdoor study mengingatkan siswa bahwa kegiatan belajar tidak harus selalu di ruangan kelas. Oleh karena itu, guru hendaknya perlu upaya pengembangan dengan memilih metode pembelajaran yang tepat dalam menarik minat siswa dalam belajar agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari latar belakang permasalahan itulah, penulis ingin melakukan penelitian seputar kajian penggunaan metode Outdoor Study. Untuk itu,

penulis membahasnya dalam judul “Pengaruh Metode Outdoor Study terhadap Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDI

Harapan Ibu JakartaB. Identifikasi Masalah

Dari pendahuluan di atas, penulis merangkum permasalahan tersebut menjadi poin-poin berikut ini:

1. IPS masih dianggap pelajaran hafalan

2. Suasana kelas tidak kondusif selama pembelajaran IPS berlangsung (siswa cenderung mengobrol)

3. Proses pembelajaran IPS yang masih monoton dan kurang variatif (masih menggunakan metode ceramah)

4. Hasil belajar IPS siswa rendah.

5. Perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran IPS masih rendah.

C. Pembatasan Masalah

(19)

5

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut

”Apakah ada pengaruh metode Outdoor Study terhadap hasil belajar siswa

pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka tujuan Penelitian ini untuk mengetahui apakah metode Outdoor Study berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta.

F. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Manfaat bagi penulis

Menambah wawasan sekaligus memberikan sumbangan untuk pemecahan masalah dalam pelajaran IPS

2) Manfaat bagi siswa

Apabila penggunaan metode Outdoor Study dalam Penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka siswa dapat lebih mudah menyerap materi dengan dukungan keaktifan siswa sekaligus memberikan pengalaman yang berbeda di dalam kegiatan pembelajaran IPS.

3) Manfaat bagi pembaca

Memberikan informasi seputar sejauh mana pengaruh metode

Outdoor Study terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS dan

sekaligus dapat dijadikan bahan kajian yang menarik dan dapat diteliti secara mendalam

b. Manfaat Praktis

1) Manfaat bagi guru

Metode Outdoor study dapat dijadikan suatu metode alternatif dalam proses belajar mengajar

(20)

Dapat memberikan masukan bagi sekolah sebagai acuan untuk pengambilan keputusan/kebijakan di sekolah tersebutdan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik sehingga sumber daya manusia yang dihasilkan lebih berkualitas dan berdaya saing tinggi

3) Manfaat bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(21)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Pembelajaran Outdoor Study

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Sebelum membahas pengertian metode secara harfiah, perlu dipahami lebih lanjut mengenai istilah metodologi. Dalam bahasa Yunani

metodologi berasal dari kata “mefha” yang berarti melalui, “hodos” yang berarti jalan atau cara, dan “logos” yang berarti pengetahuan. Jadi bila dikaitkan dengan pendidikan dapat dipahami bahwa metodologi pendidikan adalah jalan yang kita lalui untuk memberikan pemahaman atau pengertian kepada anak didik, atau segala macam pelajaran yang diberikan.1

Menurut Pupuh Faturrahman dan Sobry Sutikno, metode secara

harfiah berarti „cara‟. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan

sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.2

Sedangkan pembelajaran sendiri adalah suatu usaha atau proses yang dialkukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan (pembentukan kompetensi), yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku.3

Jadi dari definisi metode di atas bila dikaitkan dengan pembelajaran maka metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau strategi yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam konteks transfer of knowledge dan transfer of value. Metode

1

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 6, h. 136

2

Pupuh Faturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Pembelajaran Mengajar Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 55.

3

(22)

tersebut membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal.4

Metode pembelajaran menurut Winarno Surahmad adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru maupun peserta didik.5

Selain itu, Iwan Purwanto berpendapat bahwa metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.6

Dari pandangan beberapa ahli/pakar tersebut disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara untuk mengaplikasikan rencana-rencana yang sudah dibuat sebelumnya secara nyata sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Namun perlu diketahui bahwa guru harus pandai dalam memilih metode dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, karena tidak semua metode pembelajaran bisa diterapkan dalam materi pelajaran tertentu, dengan kata lain setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak hanya itu yang tidak kalah penting juga guru harus mengetahui sejauh mana kemampuan awal peserta didik sehingga dapat menjadi acuan awal guru dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat tanpa menimbulkan respon yang kurang baik dari peserta didik itu sendiri.

2. Metode Outdoor Study

a. Pengertian

Bicara soal outdoor study, sepintas kita memahami sebagai suatu metode yang mana guru mengajak siswanya untuk belajar di luar

4

Ibid., h. 122 5

Ifif Khoiru Ahmadi, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), Cet. 1, h. 130

6

(23)

9

kelas, sehingga bisa dibilang tercetusnya metode KBM keluar kelas ini karena selama ini bagi siswa kegiatan belajar di dalam kelas sudah

terlalu “mainstream”, atau lebih terfokus pada pembelajaran klasikal

yang hanya terkonsentrasi di dalam kelas.

Tidak hanya itu, metode outdoor study muncul disebabkan oleh kejenuhan siswa selama mengikuti proses pembelajaran di kelas. Rutinitas belajar cenderung kaku dan monoton. Sekilas mungkin pembelajaran bisa berhasil jikalau siswa dapat menghafal apa yang tertulis di buku hingga titik atau koma. Begitulah kiranya jalannya sistem pendidikan kita saat ini.

Ada beberapa pendapat mengenai definisi outdoor study, di antara pendapat yang dikemukakan ada keterkaitan metode outdoor study dengan istilah-istilah/metode-metode lain yang beragam, sehingga metode ini mempunyai banyak istilah. Berikut beberapa uraian terkait metode outdoor study:

1) Menurut Fitroh, “metode outdoor study mempunyai banyak istilah seperti studi lapangan, karyawisata, study tour, fieldtrip, dan lain sebagainya. Meski begitu, makna dari seluruh istilah tersebut sesungguhnya merujuk kepada metode yang membawa/mengajak peserta didik untuk mempelajari objek

langsung ke lapangannya (habitatnya)”.7

2) Menurut Naily Hidayati, “metode outdoor study adalah metode di mana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan yang bisa membawa mereka pada perubahan perilaku terhadap lingkungan sekitar dan bertujuan menghilangkan kejenuhan terhadap pembelajaran yang dilakukan

di dalam ruang kelas”.8

7Fitroh Robiah, “

Penerapan Metode Outdoor dengan Tipe Observasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII di MTs Al-Falah III Jakarta Selatan

(Penelitian Tindakan Kelas)” Skripsi S1 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012, h. 16, tidak dipublikasikan.

8

(24)

3) Menurut Adelia Vera “Metode mengajar di kelas (outdoor study) merupakan upaya mengajak lebih dekat dengan sumber belajar yang sesunggunya, yaitu alam dan masyarakat. Di sisi lain mengajar di luar kelas merupakan upaya mengarahkan para siswa untuk melakukan aktivitas yang bisa membawa mereka pada

perubahan perilaku terhadap lingkungan sekitar”.9

4) Menurut Komaruddin dalam buku Husamah yang berjudul Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor Learning), menyatakan bahwa Outdoor Learning merupakan aktivitas di luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti: bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian/nelayan, berkemah, dan kegiatan yang bersifat kepetualangan, serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan.10

5) Menurut Karjawati dalam buku yang sama menyatakan bahwa metode outdoor study adalah metode di mana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengakrabkan siswa dengan lingkungannya.11

Dari paparan di atas menunjukkan bahwa, ada berbagai macam istilah dalam outdoor study, namun demikian dari pemaparan itu jelas bahwa metode ini dimaknai sebagai kegiatan pembelajaran di luar kelas dengan melihat langsung fenomena yang tentu saja harus berkaitan dengan topik yang guru ajarkan.

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, h. 24, tidak dipublikasikan.

9

Adelia Vera, Metode Mengajar di Luar Kelas (Outdoor Study), (Yogyakarta: Diva Press, 2012), h. 17-18

10

Husamah, Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor Learning), (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), h. 19

11

(25)

11

Namun demikian, metode outdoor study tidak harus dilakukan di tempat-tempat wisata saja, tetapi juga dapat dilaksanakan setidaknya di lingkungan sekitar sekolah, seperti di taman sekolah dan sebagainya. Selain itu metode outdoor study dapat dilaksanakan dalam serangkaian kegiatan belajar mengajar siswa pada suatu mata pelajaran dalam satu semester. Meskipun metode seperti ini menurut penulis jarang sekali diterapkan di sekolah-sekolah, tetapi setidak-tidaknya siswa dapat merasakan sendiri fenomena langsung sehingga materi dapat terserap dengan mudah.

Dengan kata lain, metode outdoor study sifatnya menyenangkan karena kita bisa melihat, mengagumi, dan belajar segala sesuatu yang telah diciptakan Allah SWT yang terbentang di alam bebas. Seperti halnya belajar di lingkungan sekolah misalnya dapat dilakukan di taman, halaman sekitar atau di kebun sekolah. Atau bisa juga di luar sekolah seperti di perkampungan pertanian/nelayan, di museum, kebun binatang, area pertanian/perkebunan, industri kecil/besar dan masih banyak lagi tempat-tempat yang dijadikan sumber belajar pada metode outdoor study, asalkan tempat-tempat tersebut sesuai dengan materi yang akan diajarkan guru.

Dari penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa metode

outdoor study adalah suatu kegiatan pembelajaran di luar kelas atau

sekolah yang bertujuan untuk mengkonkretkan sekaligus mengaitkan segala pemahaman konsep siswa pada materi pelajaran dengan lingkungan alam/masyarakat beserta fenomena-fenomena yang sesungguhnya.

b. Tujuan

Secara umum, tujuan pendidikan yang dicapai melalui aktivitas belajar di luar kelas atau di luar lingkungan sekolah sebagai berikut: 1) Mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan

(26)

2) Kegiatan belajar mengajar di luar kelas bertujuan menyediakan latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap dan mental peserta didik

3) Meningkatkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya

4) Membantu mengembangkan segala potensi setiap peserta didik agar menjadi manusia sempurna, yakni memiliki perkembangan jiwa, raga, dan spirit yang sempurna.

5) Memberikan konteks dalam proses pengenalan berkehidupan sosial dalam tatanan praktek (kenyataan di lapangan)

6) Menunjang keterampilan dan ketertarikan peserta didik. Bukan hanya ketertarikan terhadap mata pelajaran tertentu yang bisa dikembangkan di luar kelas, melainkan juga ketertarikan terhadap kegiatan-kegiatan di luar kelas

7) Menciptakan kesadaran dan pemahaman peserta didik cara menghargai alam dan lingkungan, serta hidup berdampingan di tengah perbedaan suku, ideologi, agama, politik, ras, bahasa, dan lain sebagainya

8) Mengenalkan berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat pembelajaran lebih kreatif

9) Memberikan kesempatan yang unik bagi peserta didik untuk perubahan perilaku melalui penataan latar pada kegiatan luar kelas 10)Memberikan kontribusi penting dalam rangka membantu

mengembangkan hubungan guru dan murid

11)Menyediakan waktu seluas-luasnya bagi peserta didik untuk belajar dari pengalaman langsung melalui implementasi bebas kurikulum sekolah di berbagai area

(27)

13

13)Agar peserta didik dapat memahami secara optimal seluruh mata pelajaran.12

c. Karakteristik

Untuk memberikan materi pelajaran di luar kelas guru hendaknya mengetahui metode-metode pengajaran di luar kelas. Metode-metode tersebut menurut Musholeh adalah sebagai berikut:

1) Metode penugasan 2) Metode tanya jawab 3) Metode bermain 4) Metode observasi13

Menurut Adelia Vera “metode observasi adalah kegiatan belajar

mengajar di luar kelas atau cara belajar di luar kelas yang dilakukan dengan melihat atau mengamati materi pelajaran secara langsung di

alam bebas”.14

Naily Hidayati menuturkan bahwa “metode observasi dalam

pembelajaran di luar kelas dilakukan dengan melihat atau mengamati secara langsung, setelah itu mencatat informasi-informasi yang peserta didik dapatkan agar dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang guru berikan, memberikan suasana baru dalam belajar, serta dapat mengkorelasikan langsung antara ilmu yang ada di buku dengan fakta yang sebenarnya. Dalam hal ini, observasi yang dimaksud adalah bukan sebagai bagian dari alat penelitian, tapi observasi yang dimaksudkan untuk menjadi salah satu metode pembelajaran di luar

kelas”.15

Adapun langkah-langkah metode observasi dalam pembelajaran di luar kelas adalah sebagai berikut:

12

Adelia Vera, Metode Mengajar di Luar Kelas (Outdoor Study), (Yogyakarta: Diva Press, 2012), h. 21-25.

13

Ibid., h. 107 14

Ibid,. h. 134 15

(28)

1) Perencanaan Observasi

a) Guru harus menetapkan tujuan pembelajaran melalui observasi b) Guru harus menetapkan objek yang akan diobservasi

c) Menetukan alat yang dibutuhkan dalam observasi

d) Sebelum observasi, guru juga harus membuat instrumen untuk mengadakan observasi

e) Guru seharusnya mengetahui dan memperkirakan resiko-resiko yang bisa muncul ketika observasi, sehingga memunculkan solusi dalam menyikapi resiko tersebut dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

f) Guru harus memastikan bahwa observasi harus menggunakan surat izin atau tidak.

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru harus melakukan berbagai perencanaan tersebut secara matang agar mendapatkan tujuan yang benar-benar diinginkan.

2) Pelaksanaan Observasi

a) Para siswa dan guru langsung menuju tempat observasi yang telah ditentukan sebelumnya.

b) Para siswa mengamati objek observasi dan dibimbing langsung oleh guru pendamping

c) Ketika melakukan pengamatan, sesekali guru juga harus menerangkan tentang sesuatu yang diamati para siswa, sehingga mereka semakin mudah mengerti dan memahami d) Selain menjelaskan terkait hal-hal yang diamati, guru juga

menanyakan siswa unuk menguji pemahaman mereka

(29)

15

kepada guru, kemudian hasilnya dibahas bersama dan diberi nilai oleh guru.16

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketika menggunakan metode di luar kelas maka harus direncanakan sebaik mungkin, apalagi kalau dilaksanakan di tempat wisata misalnya yang mana untuk penggunaan lokasi harus seizin pihak pengelola, juga dalam pelaksanaannya guru dan siswa harus memperhatikan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut agar proses pembelajaran dapat berjalan maksimal. Setelah itu hendaknya ada tindak lanjut misalnya berupa presentasi.

d. Kelebihan dan Kekurangan

Kegiatan pembelajaran di luar kelas memiliki keunggulan dalam upaya peningkatan hasil belajar, kelebihan tersebut menurut Adelia Vera adalah sebagai berikut:

1) Mendorong motivasi belajar kepada para siswa

2) Guru bisa lebih mudah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi para siswa

3) Mampu mengasah aktivitas fisik dan kreativitas para siswa

4) Bisa menggunakan media konkret dan memahami lingkungan yang ada di sekitarnya

5) Mendorong para siswa menguasai keterampilan sosial

6) Mendorong para siswa mempunyai keterampilan studi dan membuat mereka menekuni budaya kerja keras

7) Mendorong siswa menguasai keterampilan belajar kelompok 8) Tidak memerlukan peralatan banyak

9) Lahirnya hasil belajar yang sifatnya permanen di otak 10)Mendekatkan hubungan emosional antara guru dan siswa.17

Namun di sisi lain, metode ini memiliki kekurangan, diantaranya:

16

Adelia Vera, Metode Mengajar di Luar Kelas (Outdoor Study), (Yogyakarta: Diva Press, 2012), h. 137-140

17

(30)

1) Para siswa bisa berkeliaran ke mana-mana karena berada di alam bebas

2) Gangguan konsentrasi

3) Kurang tepat waktu (waktu banyak tersita), biasanya lebih sering terjadi saat dalam perjalanan ke lokasi outdoor

4) Pengelolaan kelas yang lebih sulit 5) Lebih banyak praktek dan minim teori 6) Bisa terserang panas atau dingin.18

Dari kelebihan dan kekurangan di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar ala outdoor study dapat meninggalkan kesan mendalam pada siswa dari apa yang dilihat, dirasakan, dipilih, dicatat, diidentifikasikan, lalu dianalisis apapun yang dilihatnya di lapangan sebagai suatu proses pembelajaran. Namun, untuk melaksanakan metode ini perlu perencanaan dan pertimbangan serta antisipasi yang matang sekaligus materi yang cocok dengan lokasi outdoor, agar pelaksanaan nantinya berjalan lancar dan tidak berakhir sia-sia.

e. Langkah pelaksanaan

Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Yaitu langkah persiapan, pelaksanaan, dan tingkat lanjut.

1) Persiapan

Ada beberapa prosedur dalam langkah persiapan ini, yaitu:

a) Dalam hubungannya dengan pembahasan bidang studi tertentu, guru dan siswa menetukan tujuan belajar yang diharapkan bisa diperoleh para siswa berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar.

b) Tentukan objek yang harus dipelajari atau dikunjungi c) Menentukan cara belajar siswa saat kunjungan dilakukan d) Jika diperlukan, guru dan siswa membuat perizinan.

18

(31)

17

e) Persiapan teknis lainnya. 2) Pelaksanaan

Pada langkah ini, adalah melakukan kegiatan pembelajaran di tempat tujuan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Berikut prosedur kegiatan pembelajaran di tahap pelaksanaan bila didampingi petugas objek setempat:

a) Siswa menyimak penjelasan dari petugas mengenai objek yang dikunjungi.

b) Siswa berkesempatan untuk bertanya perihal penjelasan petugas melalui kelompoknya masing-masing.

c) Saat petugas memberikan penjelasan, siswa mencatat informasi yang diperoleh dari penjelasan tersebut.

d) Siswa dibimbing petugas untuk mengamati dan melihat objek yang dipelajari.

e) Setiap kelompok mendiskusikan hasil belajarnya.

f) Siswa mengucapkan terima kasih kepada petugas objek setempat yang dikunjungi.

Apabila objek kunjungan bersifat bebas dan tidak ada petugas yang mendampinginya, maka prosedur yang dilakukan sesuai arahan guru dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), jadi siswa langsung mempelajari objek studi atau melakukan aktivitas belajar.

3) Tingkat Lanjut

Tindak lanjut dari kegiatan belajar di atas adalah kegiatan belajar di kelas untuk membahas hasil kegiatan belajar di luar kelas, berikut tahapan kegiatan belajar tingkat lanjut secara garis besarnya:

(32)

b) Siswa bersama guru memberikan kesimpulan sekaligus sinkronisasi materi yang diperoleh dengan bahan pembelajaran di bidang studinya.

c) Guru dapat memberikan penilaian terhadap kegiatan belajar siswa dan hasil-hasil yang dicapainya.

d) Sebagai tugas lanjutan, guru dapat memberikan pekerjaan rumah kepada siswa, seperti menyusun laporan atau membuat karangan terkait kesan-kesan yang diperoleh siswa terkait kunjungannya.19

Jadi agar kegiatan pembelajaran yang menggunakan media lingkungan atau berbasis outdoor berjalan maksimal, hendaknya guru mempersiapkan langkah-langkah pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bereksplorasi di objek lingkungan tersebut, sehingga siswa dapat mengaitkan apa yang ia temui di lingkungan dengan materi yang dipelajari bersama guru.

B. Hasil Belajar

1. Definisi

Pada hakikatnya, belajar adalah “perubahan” yang terjadi di dalam

diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Meskipun tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya: perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.

Menurut Gagne dalam buku Ratna Wilis Dahar yang berjudul “Teori

-teori Belajar dan Pembelajaran” mendefinisikan bahwa “belajar dapat

didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah

perilakunya sebagai akibat pengalaman”.20

Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan dalam Pendekatan Baru yang mengutip dari Wittig dalam bukunya yaitu Psychology of Learning mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire

19

Husamah, Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor Learning), (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), h. 12-15

20

(33)

19

that occurs as result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif

menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku organisme sebagai hasil pengalaman.21

Nana Sudjana menyatakan bahwa hasil belajar adalah “kemampuan -kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya”.22

Kemudian, Ahmad Susanto menyatakan bahwa “belajar adalah suatu

aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan sesorang terjadinya perubahan perilaku yang

relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun, dalam bertindak”.23

Sementara itu, hasil belajar menurut Ahmad Susanto adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana, Susanto menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui proses belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk prilaku yang relatif menetap.24

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah segenap pengetahuan yang dicapai siswa dari serangkaian proses pembelajaran di sekolah yang didapat dari hasil tes atau ujian yang diberikan setelah proses pembelajaran berlangsung.

2. Faktor Pengaruh

Ada dua faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa, yakni faktor internal (dari dalam diri siswa), dan faktor eksternal (dari luar siswa).

21

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 15, h. 89.

22

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 22.

23Ahmad Susanto, “

Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar”, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet. 1, h. 4

24

(34)

Meski begitu, kedua faktor ini sama penting dalam menentukan hasil belajar siswa.

Yang termasuk faktor internal adalah:

a. Jasmaniah (fisiologis), baik yang sifatnya bawaan maupun yang diperoleh. Misalnya panca indra, struktur tubuh, dan sebagainya b. Psikologis, baik bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas:

1) Intelektif

2) Potensial yakni kecerdasan dan bakat

3) Kecakapan nyata yakni prestasi yang dimiliki

4) Non intelektif, yakni unsur-unsur kepribadian tertentu sperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

c. Kematangan fisik maupun psikis.

Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah: a. Sosial, terdiri atas:

1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan sekolah 3) Lingkungan masyarakat 4) Lingkungan kelompok

b. Budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian

c. Lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, cuaca dan iklim

d. Lingkungan spiritual dan keamanan

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.25

Hal ini sejalan dengan teori Gestalt dalam buku Ahmad Susanto yang didasari bahwa belajar merupakan proses perkembangan. Dari teori tersebut hasil belajar siswa dipengaruhi dua hal, yaitu siswa itu sendiri

25

(35)

21

dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam hal ini kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kretivitas guru, sumber belajar, metode, serta dukungan lingkungan keluarga, dan lingkungan sekitarnya.26

Dari faktor-faktor tersebut dapat penulis simpulkan bahwa kecerdasan dan bakat yang diperoleh dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan kelompok dapat memengaruhi hasil belajar siswa.

3. Cara Mengukur Hasil Belajar

Dalam menenukan hasil belajar, siswa dikatakan lulus atau tuntas dalam belajar apabila ia memperoleh nilai yang mencapai batas minimal yang ditentukan bagi setiap bidang studi yang dipelajarinya. Ngalim Purwanto merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran hasil belajar diantaranya:

a. Tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar

(learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan

instruksional;

b. Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan;

c. Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan; d. Didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang

diinginkan;

e. Dibuat seandal (reliable) mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik;

f. Digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru27

26

Susanto, op cit., h. 12

27

(36)

Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar, seorang guru menurut Purwanto dapat menggunakan dua macam tes, yakni tes yang telah distandarkan dan tes buatan guru sendiri. Tes buatan guru dibedakan menjadi dua golongan, yakni tes lisan dan tes tertulis. Tes tertulis dapat dibagi atas tes essay dan tes objektif.28

Tes sendiri menurut Suharsaputra merupakan suatu alat ukur yang diberikan kepada individu (responden) untuk mendapat jawaban-jawaban, baik secara tertulis maupun lisan, sehingga dapat diketahui kemampuan individu/ responden yang bersangkutan.29

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tes objektif dengan tipe tes pilihan ganda (multiple choice). Tes objektif tipe pilihan ganda ini mempunyai keunggulan. Keunggulan tes objektif ini menurut Purwanto adalah sebagai berikut:

a. Dapat digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau scope yang luas

b. Bagi yang dites, menjawabnya dapat bebas dan terpimpin c. Dapat dinilai secara objektif

d. Memaksa siswa untuk belajar secara baik30

Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur hasil belajar dapat dilakukan dengan memberikan tes hasil belajar. Ada 2 jenis tes hasil belajar yang dapat diberikan guru, yaitu tes tertulis dan tes lisan. Untuk tes tertulis guru dapat memberikan 2 jenis soal tes, yaitu soal tes pilihan ganda dan soal tes essay.

C. IPS

1. Definisi

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang

identik dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di

28

Ibid., h. 33-35 29

Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung: Refika Aditama, 2014), cet. 2, h. 95

30

(37)

23

negara lain, khususnya di negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal dengan istilah social studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di Indonesia.31

Berikut pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa ahli:

a. Menurut S. Nasution mendefinikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.

b. Nu‟man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tingkat SD, SLTP, dan SLTA. c. Kurikulum 1975 IPS sebagai salah satu nama mata pelajaran yang

diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Maka pembelajaran IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi yang terdiri dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, Sosiologi, Ekonomi, serta mata pelajaran sosial lainnya.

d. Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studi yang menghromati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah-sekolah.32

e. Sumantri dalam buku Rudy Gunawan mengemukakan bahwa IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur

31

Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), Cet. 1 h. 3 32

(38)

filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (Social Science), maupun ilmu pendidikan.33

f. Ahmad Susanto mengemukakan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang-ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial di atas.34

Pelajaran IPS di SD mengajarkan konsep-konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk subjek didik menjadi warga negara yang baik. Istilah IPS mulai resmi digunakan di Indonesia tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk Social Studies di Amerika. Kita mengenal berbagai istilah seperti ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan sosial.

Pertama, ilmu sosial yang menekankan pada keilmuan yang berkenaan pada kehidupan masyarakat atau kehidupan sosial. Ilmu sosial adalah ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosial dengan kata lain semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

Kedua, social study, istilah ini dikenal di Amerika Serikat tahun 1913, sebagai nama komisi pendidikan. Tugasnya untuk merumuskan dan membina kurikulum sekolah untuk mata pelajaran sejarah dan geografi sekaligus memberikan nama resmi kepada kurikulum sekolah untuk kedua mata pelajaran tersebut. Untuk mengembangkan pendidikan social studies, pada tahun 1921 di Washington DC dibentuklah Dewan Nasional untuk

Social Sudies. Hasilnya, diterbitkanlah jurnal bernama Socal Education.

Jadi pengertian studi sosial adalah bidang pengetahuan dan penelaahan gejala dan masalah sosial di masyarakat yang ditinjau dari berbagai aspek sosial, dalam usaha mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

33

Rudy Gunawan, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 2, h. 17

34

(39)

25

Ketiga, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS seperti halnya bidang studi IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS sebagai bidang studi memiliki garapan materi yang dipelajari cukup luas. Bidang garapannya meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat. Tekanan yang dipelajari IPS berkenaan dengan gejala dan masalah kehidupan masyarakat yang nyata.

Dari gejala dan masalah yang ditelaah tadi, dianalisis faktor-faktornya sehingga dapat dirumuskan jalan pemecahannya. Jadi, pengertian IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.35

Dari pendapat para ahli mengenai definisi IPS, dapat peneliti simpulkan bahwa IPS merupakan bidang studi yang materinya terdiri atas gabungan dari berbagai setiap aspek ilmu sosial kemasyarakatan yang diajarkan untuk tujuan pendidikan sekaligus menjadi bekal peserta didik agar mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sosial di lingkungan sekitarnya kelak.

2. Karakteristik

Jika dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya, maka karakteristik pendidikan IPS khususnya di SD adalah sebagai berikut: a. Fokus kajian pendidikan IPS adalah kehidupan manusia dengan

sejumlah aktivitas sosialnya.

b. Materi pendidikan IPS berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang kemudian diorganisasikan dan disederhanakan untuk tujuan pendidikan.

c. Organisasi materi pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar menggunakan pendekatan secara terpadu/fusi.

d. Materi pendidikan IPS yang disajikan pada tingkat sekolah dasar tidak menunjukkan label dari masing-masing disiplin ilmu sosial.

35

(40)

e. Materi disajikan secara tematik dengan mengambil tema-tema sosial yang terjadi di sekitar siswa.36

Sedangkan dari aspek ruang lingkup materi, karakteristik IPS menurut Ahmad Susanto adalah sebagai berikut:

a. Menggunakan pendekatan lingkungan yang luas

b. Menggunakan pendekatan terpadu antarmata pelajaran yang sejenis c. Berisi materi konsep, nilai-nilai sosial, kemandirian, dan kerjasama d. Mampu memotivasi peserta didik untuk aktif, kreatif, dan inovatif dan

sesuai dengan perkembangan anak

e. Mampu meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berpikir dan memperluas cakrawala budaya.37

Berdasarkan karakteristik dari berbagai aspek di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa karakteristik pendidikan IPS mencakup kajian tentang fenomena sosial yang disederhanakan dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan dengan pendekatan terpadu.

3. Ruang Lingkup

Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi hanya sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD.

Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian mulai diperluas. Begitu pula pada jenjang pendidikan tinggi. Bobot dan kualitas materi kajian semakin dipertajan dengan berbagai pendekatan. Beberapa

36

Nana Supriyatna, dkk, Pendidikan IPS di SD, (Bandung: UPI Press, 2007), Cet. 1, h. 3. 37

(41)

27

diantaranya yakni interdisipliner atau multidisipliner dan pendekatan sistem.

Ruang lingkup kajian IPS meliputi (a) substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b) gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena IPS tidak hanya menyajikan materi yang sifatnya konseptual tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarakat.38

Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran IPS di tingkat SD/MI memiliki beberapa aspek:

a. Manusa, tempat, dan lingkungannya b. Waktu, berkelanjutan, dan perubahan c. Sistem sosial dan budaya

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

e. IPS SD sebagai Pendidikan Global (Global Education), yakni:

1) Mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya , dan peradaban di dunia

2) Menanamkan kesadaran ketergantungan antarbangsa

3) Menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antarbangsa di dunia

4) Mengurangi kemiskinan, kebodohan, dan perusakan lingkungan39

4. Tujuan

Tujuan pendidikan IPS menurut Hasan dalam buku Ahmad Susanto mencakup tiga kategori, yaitu:

a. Pengembangan kemampuan intelektual siswa

b. Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa

c. Pengembangan diri peserta didik sebagai individu40

38

Iwan Purwanto, Buku Ajar Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: UIN Press, 2014), h. 52

39

(42)

Tidak jauh dari apa yang dikemukakan di atas, tujuan pendidikan IPS menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi adalah sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan kompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.41

Secara umum, tujuan IPS pada tingkat SD untuk membekali peserta didik dalam bidang pengetahuan sosial. Adapun secara khusus tujuan pendidikan IPS di SD adalah membekali anak dengan:

a. Pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya.

b. Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah nasional yang terjadi dalam kehidupan masyarakat

c. Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian

d. Kesadaran sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut

e. Kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi.42

40

Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2014), Cet. 1, h. 31.

41 Ibid. 42

(43)

29

Menurut Purwanto, di tingkat SD/MI, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.43

Dari tujuan-tujuan IPS di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa tujuan IPS diajarkan di sekolah agar siswa mampu mengenal dan menyelesaikan masalah-masalah di lingkungan sosialnya sekaligus dapat berinteraksi dengan masyarakat majemuk baik di lingkungan skala kecil maupun lingkungan skala global.

D. Penelitian yang Relevan

Naily Hidayati, mahasiswa jurusan Pendidikan IPS UIN Jakarta dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Metode Outdoor Study terhadap Hasil Belajar Geografi pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Taman Mini

Indonesia Indah (Kuasi Eksperimen di SMAN 63 Jakarta).

Selain itu penelitian yang terkait dengan penulis yakni dari Fitroh Robiah, mahasiswi Jurusan Pendidikan IPS UIN Jakarta dalam skripsi yang berjudul”Penerapan Metode Outdoor dengan Tipe Observasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII di

MTs Al-Falah III Jakarta Selatan (Penelitian Tindakan Kelas)”

Kemudian dari Ahmad Fauzi, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta dengan judul skripsi “Pengaruh Pembelajaran Outdoor

43

(44)

terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VIII di SMP

Nusantara Plus Tangerang Selatan

Terakhir dari Riza Faraziah, mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Jakarta dengan judul skripsi “Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Outdoor Learning terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas III dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Pondok Karya Tangerang Selatan

Dari penelitian-penelitian yang relevan tersebut, hal yang menjadi persamaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah terletak pada penggunaan metode pembelajaran yang digunakan. Selain itu, hal yang menjadi persamaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah terletak pada variabel terikat yang sama, yaitu hasil belajar. Kecuali penelitian Riza Faraziah yang menggunakan variabel terikat motivasi belajar.

Namun ada perbedaan antara penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian ini, yaitu:

1. Pada penelitian yang dilakukan Naily Hidayati adalah peserta didik SMAN 63 Jakarta dalam mata pelajaran Geografi pokok bahasan Sumber Daya Alam.

2. Pada penelitian yang dilakukan Fotroh Robiah adalah peserta didik Kelas VIII di MTs Al-Falah III Jakarta Selatan dalam mata pelajaran IPS dengan metode penelitian tindakan kelas (PTK).

3. Pada penelitian yang dilakukan Ahmad Fauzi adalah siswa kelas VIII di MTS Nusantara Plus Tangerang Selatan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

4. Pada penelitian yang dilakukan Riza Faraziah adalah siswa kelas III dalam pembelajaran IPS di MI Nurul Huda Pondok Karya Tangerang Selatan.

E. Kerangka Berpikir

(45)

31

menentukan metode pembelajaran guru harus mengetahui materi apa yang akan disampaikan kepada peserta didik karena tidak semua materi ajar bisa diterapkan dalam satu metode.

Selama ini, metode pembelajaran yang sering bahkan selalu diterapkan oleh guru-guru di setiap sekolah hingga saat ini adalah metode klasik yakni ceramah, sehingga jalannya pembelajaran di kelas cenderung didominasi oleh guru. Selain itu, kegiatan pembelajaran mutlak dipusatkan di kelas, kecuali mata pelajaran tertentu seperti olahraga dan sebagainya. Akibatnya siswa menjadi bosan dan minat belajar menjadi kurang sehingga hasil belajar banyak yang kurang maksimal.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode outdoor study, metode ini dimaknai sebagai metode yang mengajak para siswa keluar kelas untuk melihat/mengalami langsung lingkungan yang sebenarnya sehingga siswa semakin mengerti dengan mengaitkan fenomena tersebut dengan materi yang diajarkan. Namun, metode keluar kelas ini berbeda dengan metode yang serupa karena metode ini bisa dilakukan di mana saja selama berkaitan dalam materi ajar dan pelaksanaannya masih dalam rangkaian kegiatan pembelajaran pada suatu mata pelajaran dalam satu semester. Meskipun terdapat kelemahan yakni usaha ekstra guru dalam mengarahkan siswa ketika pembelajaran keluar kelas berlangsung, apabila guru mampu mengantisipasi hal tersebut maka tentu saja metode keluar kelas ini merupakan cara yang meyenangkan bagi siswa untuk dilakukan.

(46)

Kaitannya dengan outdoor study, tentu saja metode tersebut sangat membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya mata pelajaran IPS, karena umumnya mata pelajaran IPS banyak sekali materi yang merujuk kepada fenomena-fenomena yang nyata di lingkungan sekitar sekolah sehingga cocok sekali materi tersebut diajarkan langsung ke lapangan yang sesungguhnya.

Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Rudy Gunawan yaitu:

“Dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa dapat dibawa

langsung ke dalam lingkungan alam dan masyarakat. Dengan lingkungan alam sekitar, siswa akan akrab dengan kondisi setempat sehingga mengetahui

makna serta manfaat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial secara nyata”.44

Berdasarkan uraian di atas, diharapkan bahwa penerapan metode

Outdoor Study dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

IPS kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta.

F. Hipotesis Penelitian

Dari kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara metode outdoor study dengan hasil belajar siswa kelas IV SDI Harapan Ibu Jakarta

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara metode outdoor study dengan hasil belajar siswa kelas IV SDI Harapan Ibu Jakarta

44

(47)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

[image:47.595.108.518.220.631.2]

Penelitian ini dilaksanakan di SD Islam Harapan Ibu Jakarta. Waktu pelaksanaannya dilakukan di semester genap, tepatnya di bulan April - Mei 2016 pada jam efektif KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Berikut tabel jadwal kegiatan penelitian penulis:

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan

No Kegiatan 2015 2016

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 Observasi

2 Proposal 3 Instrumen

4 Uji

Instrumen 5 Penelitian 6 Olah Data 7 Penyusunan

Bab IV-V 8 Sidang 9 Revisi

B. Metode dan Desain Penelitian

(48)

yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.1

Menurut Wina Sanjaya, “Di dalam bidang pendidikan metode penelitian

eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan tertentu yang sengaja dilakukan

terhadap suatu kondisi tertentu”.2

Menurut Sumanto dalam buku Mahmud menyatakan bahwa, “metode

eksperimen adalah satu-satunya metode penelitian yang dianggap paling tepat untuk menguji hipotesis mengenai hubungan sebab akibat.”3

Jadi dengan metode ini peneliti ingin melihat bagaimana akibat yang ditimbulkan dari suatu sebab jika perlakuan yang diberikan berbeda sekaligus membandingkan dengan akibat dari perlakuan yang biasanya (treatment).

Secara khusus, metode eksperimen yang digunakan yakni berbentuk quasi eksperimen, yaitu metode penelitian yang hipotesisnya diuji dalam bentuk sebab akibat melalui adanya perlakuan dan menguji perubahan yang diakibatkan dari perlakuan tersebut. Metode penelitian yang merupakan bagian dari metode kuantitatif ini mempunyai ciri khas dengan adanya kelompok kontrolnya.

Tujuan penelitian kuasi eksperimen adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel yang relevan.4

Untuk teknik penelitian, penulis menggunakan teknik pretest and posttest group. Jadi pada teknik ini ada dua kelompok yang masing-masing dipilih. Dalam pelaksanaannya, observasi dilakukan dua kali, yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi sebelum eksperimen atau untuk mengetahui keadaan awal disebut pre-test, sedangkan observasi

1

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, h. 3

2

Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet. 1, h. 87

3

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 106 4

(49)

35

sesudah eksperimen atau mengetahui keadaan akhir disebut post-test.5 Peneliti melakukan pretest dan posttest untuk dua kelas yaitu kelas A sebagai kelas eksperimen dan kelas B sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberi perlakuan yaitu menggunakan metode outdoor study. Sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan apapun.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, seperti yang dikemukakan oleh Dergibson dan Sugiarto bahwa populasi yaitu himpunan semua elemen yang menjadi pusat perhatian peneliti.6

Menurut Sapari Imam Asyari dalam buku Mahmud menyatakan

bahwa “populasi adalah keseluruhan objek penelitian, mungkin berupa

manusia,

Gambar

Gambar 4.2 Grafik Kontrol ................................................................................................
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS
Tabel 3.3 Rekapitulasi Uji Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

dipelajarinya, bukan hanya mengetahui secara teori saja. Dengan demikian diharapkan siswa tidak hanya mampu mengingat jangka lama juga dapat memahami konsep-konsep teori yang

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran outdoor activities pada materi daun dapat meningkatkan hasil belajar

Dari pengertian di atas menurut para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan atau pakai oleh pendidik (guru)

Sedangkan fungsi dari tes tertulis, yaitu: (a) Fungsi formatif di kelas, adalah dilakukan saat berlangsungnya proses belajar mengajar, dilaksanakan secara periodik, mencakup semua

Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di SDN 11 Petang Cakung Barat yang beralamat di Jln.P. Komarudin RT 04/RW 03 kecamatan Cakung,

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Lariang. Kelas yang dijadikan objek penelitian yaitu kelas IV. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dua siklus secara

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Lariang. Kelas yang dijadikan objek penelitian yaitu kelas IV. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dua siklus secara

Kesimpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasrkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: Penerapan metode Inkuiri