ELMI KAMSIATI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2013
SCREENING
VARIETAS PADI DAN PENGGUNAAN KEMASAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Screening Varietas Padi dan Penggunaan Kemasan Plastik Fleksibel untuk Meningkatkan Daya Tahan Simpan Beras: Studi Kasus Beras di Kalimantan Tengah. adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2013
Elmi Kamsiati
Extent Storage Durability: Case Study Rice at Central Kalimantan. Under supervision of EMMY DARMAWATI dan YADI HARYADI.
Rice is an important commodity because being the staple food of the most of Indonesian people. During storage, the rice can be damaged due to environmental factors as well as postharvest pest. Sitophilus oryzae is postharvest insect pest that attack rice during storage causing quantity and quality losses. The objective of this research is to screening resistance of several local rice variety of Central Kalimantan, study effect of packages on S.oryzae mortality and determine appropriate packaging for rice storage. Eight rice varieties were tested against S.oryzae and then taken three variety (Siam Jurut, Siam Unus and Karang Dukuh) that packaged using “hermetic” laminat, polypropilen (PP) and low density polyetylen (LDPE). Result of the research showed that the lowest index of susceptibility was Siam Jurut, followed by Siam Palun, Siam Palas and Bayar Pahit that were be resistant varieties. Siam Unus had medium index of susceptibility. Rantul, Siam Pandak and Karang Dukuh had high Index of susceptibility. After storage, the resistant group had lower quantity losses, damaged grain and moisture content than susceptible group. The kind of plastic significantly effect to S.oryzae mortality. Total mortality of S.oryzae reached after three day for Siam Jurut, Siam Unus and Karang Dukuh in “hermetic” laminat plastic, six day for Siam jurut in PP plastic, seven day for Siam Unus and Karang Dukuh. In LDPE, total mortality reached after 20 storage day.
Keywords: rice, screening, S.oryzae, packaging
Fleksibel untuk Meningkatkan Umur Simpan Beras: Studi Kasus Beras di
Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh EMMY DARMAWATI dan YADI
HARYADI.
Beras merupakan komoditas penting di Indonesia, karena merupakan
makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, termasuk di provinsi
Kalimantan Tengah. Konsumsi beras per kapita penduduk Kalimantan Tengah
pada tahun 2011 adalah sebesar 121.27 kg/kapita/tahun (Radius 2011).
Ketersediaan beras senantiasa dijaga untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain
masalah produksi, pasca panen merupakan bagian penting dalam penyediaan
beras untuk masyarakat.
Penyimpanan menjadi bagian penting dalam kegiatan pasca panen pada
rantai pasok beras dari produsen sampai ke konsumen. Menurut Direktorat
Penanganan Pasca Panen Deptan dan BPS (2007) yang diacu dalam Haryadi
2010, susut pascapanen padi pada tahun 2007 sebesar 11.27%. Selama
penyimpanan, beras dapat mengalami kerusakan baik karena pengaruh lingkungan
maupun hama penyakit. Serangga hama Sitophilus oryzae banyak menyerang
beras dalam penyimpanan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kerusakan beras selama penyimpanan adalah penggunaan varietas
yang resisten. Perlindungan beras selama penyimpanan juga dapat dilakukan
melalui pengemasan yang baik. Penelitian ini bertujuan melakukan screening
ketahanan beberapa varietas beras asli Kalimantan Tengah terhadap serangan
hama Sitophilus oryzae, mempelajari pengaruh jenis kemasan terhadap tingkat
dan lama waktu kematian serangga Sitophilus oryzae dalam penyimpanan serta
menentukan jenis kemasan yang sesuai untuk penyimpanan beras.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu screening varietas beras terhadap
serangan S.oryzae dan pengemasan beras. Screening varietas beras disusun
dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan varietas beras sebagai
faktor. Penelitian pengemasan beras menggunakan Rancangan Acak Lengkap
dengan dua faktor, yaitu varietas beras (tiga varietas) dan jenis plastik (tiga jenis)
Dukuh, Siam Jurut, Siam Pandak, Siam Palun, Siam Palas, Bayar Pahit Rantul
dan Siam Unus) yang discreening, varietas Siam Jurut merupakan varietas yang
paling resisten dengan nilai indeks perkembangan (ID), total populasi (Nt) dan
laju perkembangan intrinsik (Rm) paling rendah. Varietas lain yang juga masuk
kelompok resisten adalah Siam Palun, Siam Palas dan Bayar Pahit. Varietas
Karang Dukuh dan Siam Pandak merupakan varietas dengan Nt tertinggi, periode
perkembangan (D) yang rendah, ID dan λ tertinggi. Sedangkan varietas Siam
Unus memiliki nilai medium, yaitu diurutan kelima untuk paremeter Nt, ID dan λ, serta pada urutan keenam untuk nilai D.
Kelompok varietas yang resisten (memiliki nilai ID rendah) tersebut juga
memiliki persentase susut bobot dan biji berlubang yang rendah, sedangkan
varietas yang rentan memiliki persentase susut bobot dan biji berlubang yang
tinggi. Kelompok varietas dengan susut bobot dan biji berlubang yang rendah
adalah Siam Palas, Bayar Pahit, Siam Jurut, Siam Palun dan Siam Unus. Karang
Dukuh, Siam Pandak dan Rantul merupakan kelompok dengan persentase susut
bobot dan biji berlubang yang tinggi. Populasi S.oryzae berkorelasi positif dengan
persentase susut bobot (nilai r = 0.94), persentase biji berlubang (r = 0.85) dan kadar air (0.79)
Pada penelitian tahap dua, beras varietas Siam Jurut, Siam Unus dan
Karang Dukuh diinfestasi dengan S.oryzae dikemas dan disimpan. Hasil analisis
ragam menunjukkan pada hari ketiga penyimpanan, jenis plastik dan interaksinya
dengan varietas beras berpengaruh nyata pada persentase kematian S.oryzae.
Persentase kematian S.oryzae mencapai 100% setelah tiga hari penyimpanan
untuk ketiga varietas pada plastik hermetik dan tujuh hari pada plastik PP. Pada
plastik LDPE, kematian S.oryzae mencapai 100% setelah 20 hari penyimpanan
untuk varietas Siam Unus dan Karang Dukuh dan masih tersisa 3% S.oryzae yang
hidup untuk varietas Siam Jurut. Jenis plastik berpengaruh pada komposisi udara
dan persentase kematian S.oryzae dalam kemasan. Plastik “hermetik” laminat
lebih mampu mempertahankan komposisi oksigen dan karbondioksida di dalam
kemasan selama penyimpanan daripada plastik PP dan LDPE.
®Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagaian atas seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
ELMI KAMSIATI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Pasca Panen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2013
SCREENING
VARIETAS PADI DAN PENGGUNAAN KEMASAN
Nama : Elmi Kamsiati
NRP : F153100081
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Dr.Ir. Emmy Darmawati, M.Si. Dr. Ir. Yadi Haryadi, M.Sc.
Ketua Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Teknologi Pasca Panen
Dr.Ir. Sutrisno, M.Agr.
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Screening Varietas Padi dan Penggunaan Kemasan Plastik Fleksibel untuk Meningkatkan Daya Tahan Simpan Beras: Studi Kasus Beras di Kalimantan Tengah.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada Dr.Ir. Emmy Darmawati, M.Si dan Dr.Ir. Yadi Haryadi, M.Sc. selaku dosen pembimbing saya yang memberikan saran, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan proposal sampai penulisan karya ilmiah ini. Juga saya ucapkan terimakasih kepada Dr.Ir. Ridwan Rachmat, M.Agr. yang berkenan menjadi dosen penguji luar komisi yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan tesis ini. Kepada Dr.Sutrisno, M.Agr. selaku Koordinator Mayor Teknologi Pasca Panen dan staf pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (Ibu Siti Rusmiyati dan Bapak Ahmad Mulyatulloh). Kepada staf Laboratorium TPPHP Departemen TMB (Bapak Sulyaden dan Bapak Firman). Kepada Kepala BPTP Kalimantan Tengah & teman-teman peneliti yang atas saran dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini.
Rasa terimakasih tak terhingga penulis sampaikan untuk Ibu dan Bapak atas curahan kasih sayang, bimbingan dan do’a yang tak pernah putus, untuk suamiku tercinta, Mas Aji Bayu atas cinta, kasih sayang, dukungan dan kesabarannya. Untuk Kakak-kakakku kang Ali, kang Topa dan mbak Puji, atas motivasi dan nasehatnya. Untuk Umi atas pengertian dan do’anya, untuk adik-adikku dek Nanda dan dek Tami atas pengertiannya dan seluruh keluarga yang memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis dalam menapaki hidup ini. Untuk teman-teman senasib dan seperjuangan, TPP 2010 (teh Susi, Tajul, Cicih, Ani, Mbak Sandra, Putri, Fajri dan Syahirman) atas motivasi dan kebersamaan yang terus terjalin, teman-teman TMP 2010, TPP 2011, TEP 2010 dan TEP 45 (Kania, Bekti). Teman-teman di Kost Putri Kartika (Tyas, teh Yunny, Bu Yana, Niken, Dara, Uchi) atas kebersamaan dan motivasi yang diberikan. Serta masih banyak lagi ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang mohon maaf tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu dalam tulisan ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2013
sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Saidi dan Ibu Tukirah. Penulis lulus SMUN 2 Ponorogo pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan Sarjana di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya Malang, lulus pada tahun 2004. Sejak tahun 2005, penulis bekerja sebagai staf peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah, Badan Litbang Kementrian Pertanian. Pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Teknologi Pasca Panen, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa dari Badan Litbang Kementrian Pertanian.
sehingga diketahui varietas yang tahan dan yang rentan terhadap serangan hama ataupun penyakit tertentu.
Plastik “hermetik” laminat : plastik yang dibuat dari laminasi yang memiliki permeabilitas gas dan uap air yang rendah.
Metode penyimpanan hermetik
: sistem penyimpanan tertutup berisi atmosfer termodifikasi yang berasal dari efek respirasi yang menghasilkan kondisi rendah oksigen dan tinggi karbon dioksida dalam atmosfer. Permeabilitas yang rendah dari kemasan dapat mempertahankan kadar air yang tetap rendah dan di dalam kemasan. (Villers et al. 2008).
Void (intergranular space) : ruang udara antar biji-bijian.
Serangga hama pascapanen
: serangga yang menyerang dan merusak komoditas hasil pertanian setelah dipanen termasuk dalam penyimpanan.
Resistensi : ketahanan suatu varietas terhadap serangan
serangga tertentu, dalam penelitian ini Sitophilus oryzae.
Repelensi : sifat penolakan suatu bahan terhadap suatu jenis
serangga.
Antifeedant : bahan fitokimia yang dapat mencegah serangga
untuk makan (Isman et.al 1996 diacu dalam Negi et al. 2011)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang... 1
Perumusan Masalah ... 3
Tujuan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Beras ... 5
Penyimpanan Biji-bijian ... 7
Kondisi awal biji-bijian ... 7
Faktor Fisik ... 8
Faktor Biotik dan Pengaruh Perlakuan ... 8
Sitophilus oryzae ... 10
Ketahanan varietas beras terhadap serangan hama pascapanen ... 12
Pengemasan Beras ... 13
Plastik “hermetik” laminat ... 13
Polipropilen (PP) ... 14
Low Density Poli Etilen (LDPE) ... 14
METODE PENELITIAN ... 17
Tempat dan Waktu Penelitian ... 17
Bahan dan Alat ... 17
Metode Penelitian ... 18
Persiapan ... 18
Screening varietas beras ... 19
Pengemasan Beras ... 23
Metode Analisis ... 25
Perhitungan Hasil Pengamatan Screening ... 27
Karakteristik Resistensi ... 27
Karakteristik Kehilangan Bobot ... 27
Rancangan Percobaan ... 28
Screening varietas beras ... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
Karakteristik Beras... 30
Hasil ... 30
Pembahasan ... 32
Resistensi Beras ... 35
Hasil ... 35
Total populasi serangga (Nt) ... 35
Periode Perkembangan (D) ... 36
Indeks Perkembangan (ID) ... 37
Laju Perkembangan intrinsik (Rm) ... 38
Kapasitas multiplikasi mingguan (λ) ... 38
Pembahasan ... 39
Karakteristik Kehilangan Pascapanen... 43
Hasil ... 43
Persentase Susut bobot ... 43
Persentase Biji berlubang ... 44
Jumlah S.oryzae ... 44
Kadar air ... 45
Derajat putih ... 45
Pembahasan ... 46
Pengemasan beras ... 51
Hasil ... 51
Perubahan komposisi udara dalam kemasan selama penyimpanan ... 51
Kadar oksigen ... 52
Kadar karbondioksida ... 53
Kematian S.oryzae dalam kemasan ... 54
Pembahasan ... 59
SIMPULAN DAN SARAN ... 65
Simpulan ... 65
Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
DAFTAR TABEL
1.Syarat khusus beras menurut SNI No. 6128-2008 ... 7
2.Sifat barrier terhadap gas dan uap air dari berbagai plastik film kemasan ... 15
3. Dimensi ukuran panjang, lebar dan rasio panjang/lebar delapan varietas beras di Kalimantan Tengah ... 30
4. Rerata nilai kekerasan dan derajat putih beras ... 31
5. Rerata kadar air, amilosa dan lemak beras ... 32
6. Rerata total populasi (Nt) S.oryzae pada beras ... 36
7. Rerata periode perkembangan (D) S.oryzae pada beras ... 37
8. Rerata nilai Indeks Perkembangan (ID) beras ... 37
9. Rerata laju perkembangan intrinsik (Rm) S.oryzae pada beras ... 38
10. Rerata kapasitas multiplikasi mingguan (λ) S.oryzae pada beras ... 38
11. Rerata nilai total populasi (Nt), periode perkembangan (D), indeks perkembangan (ID), laju perkembangan intrinsik (Rm), dan kapasitas multiplikasi mingguan (λ) ... 39
12. Rerata susut bobot beras dalam penyimpanan ... 43
13. Rerata biji berlubang pada beras dalam penyimpanan ... 44
14. Rerata jumlah total S.oryzae setelah penyimpanan ... 45
15. Rerata kadar air beras setelah penyimpanan ... 46
16. Rerata derajat putih beras setelah penyimpanan. ... 47
17. Persentase susut bobot, biji berlubang, total populasi S.oryzae, kadar air dan derajat putih ... 49
18. Korelasi parameter-parameter susut bobot... 48
19. Korelasi antara kadar lemak dengan parameter kehilangan hasil ... 49
20. Rerata kadar oksigen pada berbagai jenis plastik ... 54
21. Rerata kadar karbondioksida pada berbagai jenis plastik ... 56
22. Rerata persen kematian S.oryzae pada berbagai jenis plastik ... 57
23. Rerata persen kematian S.oryzae pada berbegai varietas dan jenis plastik pada hari ketiga penyimpanan ... 59
24. Rerata kadar air beras dalam berbagai jenis plastik Lama kematian, kadar air dan laju perubahan oksigen pada berbagai ... 57
25. Lama kematian, kadar air dan laju perubahan oksigen pada berbagai jenis plastik dan varietas beras... ... 62
DAFTAR GAMBAR
1.Struktur Biji Padi ... 5 2.Imago Sitophilus oryzae ... 10 3. Diagram Alir Pembiakan Sitophilus oryzae ... 19 4. Diagram Alir Seri I Screening Varietas Beras... 21 5. Proses penelitian screening varietas beras seri I. ... 22 6. Diagram Alir Seri II Screening Varietas Beras ... 22 7. Proses penelitian screening varietas beras seri II ... 23 8 Diagram alir pengemasan beras ... 24 9. Pengemasan beras dengan berbagai jenis plastik ... 25 10. Beras varietas Karang dukuh, Siam Jurut, Siam Pandak, Siam Palun, Siam
Palas, Rantul, Bayar Pahit dan Siam Unus ... 33 11. Laju pertumbuhan turunan pertama (F1) S.oryzae pada berbagai varietas beras
... 35 12. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan
untuk varietas Siam Jurut ... 51 13. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan
untuk varietas Siam Unus ... 52 14. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan
untuk varietas Karang Dukuh ... 52 15. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Siam
Jurut selama penyimpanan ... 54 16. Persentase S.oryzae hidupdalam berbagai jenis plastik untuk varietas Siam
Unus selama penyimpanan ... 55 17. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Karang
Dukuh selama penyimpanan... 55 18. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama
penyimpanan untuk varietas Siam Jurut ... 57 19. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama
penyimpanan untuk varietas Siam Unus ... 58 20. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama
DAFTAR LAMPIRAN
1. Karakteristik beras yang digunakan dalam penelitian... 75 2. Karakteristik plastik yang digunakan dalam penelitian... 79 3a. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2011... 80 3b. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2010... 81 3c. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2009... 83 4a. Analisis ragam kadar amilosa beras... 83 4b. Uji lanjut Duncan kadar amilosa beras... 83 5a. Analisis ragam kadar lemak beras... 83 5b. Uji lanjut Duncan kadar lemak beras... 83 6a. Analisis ragam kadar air awal beras penelitian Tahap I seri I... 83 6b. Uji lanjut Duncan kadar air awal beras penelitian Tahap I seri I... 84 7a. Analisis ragam dimensi panjang beras ... 84 7b. Uji lanjut Duncan dimensi panjang beras... 84 8a. Analisis ragam dimensi lebar beras... 84 8b. Uji lanjut Duncan dimensi lebar beras... 85 9a. Analisis ragam dimensi rasio panjang:lebar beras... 85 9b. Uji lanjut Duncan dimensi rasio panjang:lebar beras... 85 10. Analisis ragam kekerasan beras... 85 11a. Analisis Ragam derajat putih beras... 86 11b. Uji lanjut Duncan derajat putih beras... 86 12a. Analisis ragam jumlah total populasi S.oryzae seri I... 86 12b. Uji lanjut Duncan jumlah total populasi S.oryzae seri I... 86 13a. Analisis ragam nilai periode perkembangan (D)... 86 13b. Uji lanjut Duncan nilai periode perkembangan (D)... 87 14a. Analisis ragam nilai indeks perkembangan (ID)... 87 14b. Uji lanjut Duncan nilai indeks perkembangan (ID)... 87 15a. Analisis ragam laju perkembangan intrinsik (Rm)... 87 15b. Uji lanjut Duncan laju perkembangan intrinsik (Rm)... 87 16a. Analisis ragam kapasitas multiplikasi mingguan (λ)... 88 16b. Uji lanjut Duncan kapasitas multiplikasi mingguan (λ)... 88 17a. Analisis ragam susut bobot... 88 17b. Uji lanjut Duncan susut bobot... 88 18a. Analisis ragam persentase biji berlubang... 88 18b. Uji lanjut persentase biji berlubang... 89 19a. Analisis ragam kadar air beras penelitian Tahap I seri II sebelum
penyimpanan... 89 19b.Uji lanjut Duncan kadar air beras penelitian Tahap I seri II sebelum
20. Analisis ragam kadar air beras penelitian Tahap I seri II setelah
simpan... 89 21a. Derajat putih setelah penyimpanan... 89 21b. Uji lanjut Duncan derajat putih setelah penyimpanan penelitian Tahap I
seri II... 90 22a. Analisis ragam kadar oksigen hari ke-3... 90 22b. Uji lanjut Duncan kadar oksigen hari ke-3... 90 23. Analisis ragam kadar oksigen hari ke-7... 90 24a. Analisis ragam kadar karbon dioksida hari ke-3... 91 24b. Uji lanjut Duncan kadar karbondioksida hari ke-3... 91 25. Analisis ragam kadar karbon dioksida hari ke-7... 91 26a. Analisis ragam persentase S.oryzae mati hari ke-3... 91 26b. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh varietas
hari ke-3... 92 26c. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh jenis plastik hari ke-3... 92 26d. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh interaksi
varietas dan jenis plastik hari ke-3... 92
27. Analisis ragam persentase S.oryzae mati hari ke-7... 92 28. Analisis ragam kadar air awal beras yang dikemas pada penelitian
Tahap II... 92 29a. Analisis ragam kadar air beras yang dikemas hari ke-3 penelitian
Tahap II... 93 29b. Uji lanjut Duncan kadar air beras yang dikemas hari ke-1 penelitian
Tahap II... 93 30a. Analisis ragam kadar air beras yang dikemas hari ke-7 penelitian
Tahap II... 93 30b. Uji lanjut Duncan kadar air beras yang dikemas hari ke-7 penelitian
Tahap II... 93
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beras merupakan komoditas penting di Indonesia, karena merupakan
makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, termasuk di provinsi
Kalimantan Tengah. Konsumsi beras per kapita penduduk Kalimantan Tengah
pada tahun 2011 adalah sebesar 121.27 kg/kapita/tahun, dengan jumlah penduduk
sebesar 2.25 juta orang, setidaknya diperlukan 273.86 ribu ton beras untuk
memenuhi konsumsi penduduk tersebut. Kebutuhan ini dipenuhi dari produksi
padi sebesar 610.24 ribu ton yang setara dengan 301.60 ribu ton beras (dengan
rendemen giling 55.7% dan susut pascapanen 11.27%). Berdasarkan jumlah
produksi dan jumlah konsumsi beras masih ada surplus beras sebesar 66.05 ribu
ton. (BPS Kalimantan Tengah 2010, 2011; Radius 2011)
Meskipun secara kuantitas kebutuhan beras secara regional terpenuhi,
namun kuantitas produksi padi yang dihasilkan tiap kabupaten/kota tidaklah selalu
mencukupi kebutuhan daerahnya. Dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah
ada 6 kabupaten yang mengalami surplus ketersediaan beras yaitu Kabupaten
Kapuas, Lamandau, Katingan, Pulang Pisau, Barito Timur dan Murung Raya.
Delapan lainnya, yaitu Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Barito Selatan,
Barito Utara, Sukamara, Seruyan, Gunung Mas dan Palangka Raya mengalami
minus ketersediaan beras (Lampiran 3a).
Peningkatan produksi terus dilakukan diantaranya dengan memperluas area
tanam maupun intensifikasi pertanian melalui penerapan teknologi yang
meningkatkan produktivitas. Penggunaan varietas-varietas unggul nasional yang
adaptif dengan agroekosistem setempat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut,
selain itu juga dikembangkan varietas lokal unggul yang selain sesuai dengan
agroekosistem juga disukai oleh masyarakat setempat. Selain dari aspek produksi,
aspek pascapanen juga berperan penting dalam penyediaan beras untuk
masyarakat, karena terdapat potensi kehilangan hasil pada saat pascapanen.
Menurut Direktorat Penanganan Pasca Panen Deptan dan BPS (2007) yang diacu
Upaya untuk menurunkan susut pascapanen akan dapat meningkatkan
ketersediaan beras untuk masyarakat.
Salah satu kegiatan yang tidak terpisahkan dalam rangkaian kegiatan
pascapanen beras adalah penyimpanan. Menurut Direktorat Penanganan Pasca
Panen Deptan dan BPS (2007) yang diacu dalam Haryadi (2010), susut
penyimpanan beras pada tahun 2007 sebesar 1.68%, yang jika dikonversikan
dengan produksi beras di Kalimantan Tengah pada tahun 2011, nilai ini setara
dengan 5 710 ton.
Selama penyimpanan, beras dapat mengalami kerusakan baik karena
pengaruh lingkungan maupun hama penyakit. Suhu dan kelembaban udara yang
tinggi dapat mempercepat kerusakan beras yang disimpan, selain itu hama pasca
panen, seperti tikus dan serangga lain dapat menyebabkan susut bobot dan
penurunan kualitas.
Salah satu serangga hama primer yang menyebabkan kerusakan yang
besar pada beras dalam penyimpanan adalah Sitophilus oryzae. Kumbang bubuk
beras tergolong hama primer dan paling dominan menimbulkan kerusakan beras
dalam penyimpanan. Imago merusak beras dari luar sedangkan larva memakan
beras dari dalam. Gejala serangan adalah adanya biji yang berlubang (yang
disebut exit hole). Dalam keadaaan ekstrim, beras yang diserang S.oryzae akan
rusak dan hancur menjadi tepung (Anggara dan Sudarmaji, 2009).
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan
beras dalam penyimpanan dari serangan hama pascapanen di antaranya adalah
menanam varietas padi yang resisten. Penelitian-penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa varietas yang berbeda memiliki resistensi yang berbeda.
Rashid et al. (2009), melakukan pengujian resistensi tujuh varietas beras
yang berbeda terhadap serangan Sitophilus oryzae (L) dan hasilnya menunjukkan
ada beberapa varietas beras yang resisten dengan susut bobot yang rendah.
Selanjutnya preferensi makan dari Sitophilus oryzae pada empat varietas beras
(Taroum, Hashemi, Ali Kazemi dan Dylamani) juga telah dilaporkan oleh
Hasheminia (2011) yang menyatakan bahwa Sitophilus oryzae menunjukkan
preferensi makan yang berbeda terhadap beras dari varietas yang berbeda.
perkembangan Tribolium castaneum (Herbst), Rhyzopertha dominica (F.) and
Trogoderma granarium Everts pada padi, beras pecah kulit dan beras giling dari
empat varietas padi pada kondisi laboratorium. Varietas yang berbeda
memberikan respon yang berbeda terhadap feeding preference, perkembangan dan
kehilangan berat biji. Abebe et al. (2009) juga telah melaporkan ketahanan
beberapa varietas jagung terhadap serangan hama gudang Sitophilus zeamais
(Motsch.), salah satu hama penting dalam penyimpanan jagung. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa dari 13 varietas yang di screening, diperoleh satu
varietas resisten sedangkan yang lain cukup resisten. Haryadi (1991) diacu dalam
Tarmudji (2008) telah mengembangkan metode screening untuk menyeleksi
berbagai varietas serealia yang tahan terhadap serangan hama. Metode ini
memberikan informasi yang lebih lengkap dibanding metode yang lain.
Disamping penggunaan varietas yang resisten, penggunaan kemasan yang
baik dapat melindungi beras yang disimpan dari serangan hama pascapanen.
Kemasan plastik memiliki fungsi pasif melindungi produk yang dikemas terhadap
kerusakan yang disebabkan faktor eksternal terkait dengan penanganan dan
serangan mikro dan makroorganisme (seperti serangga) (Riudavets et al. 2007).
Pemilihan jenis kemasan dan kadar air yang tepat, efektif dalam
mengurangi infestasi hama Sitrotoga cerealella, Sitophilus oryzae dan Tribolium
castaneum dan kehilangan berat padi yang disimpan (Dharmasena dan
Abeysiriwardena 2003). Penggunaan plastik hermetik pada beras pecah kulit
menunjukkan bahwa terjadi penurunan kondisi oksigen penyimpanan selama 8
bulan, yaitu dari 21% turun ke taraf 8-10 % yang berarti dapat menekan populasi
serangga hidup, dibandingkan dengan kemasan lainnya (Rachmat 2009).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
melakukan screening varietas beras lokal Kalimantan Tengah berdasarkan
ketahanan terhadap serangan Sitophilus oryzae dan pemilihan jenis kemasan yang
tepat untuk melindungi beras selama penyimpanan.
Perumusan Masalah
Beras merupakan komoditas pertanian penting di Kalimantan Tengah,
karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk di wilayah ini.
kebutuhan penduduknya, namun kuantitas ketersediaannya tidak merata di setiap
kabupaten. Upaya menjamin ketersediaan beras tidak hanya dari aspek produksi
tetapi juga harus diikuti penanganan pascapanen yang tepat untuk mengurangi
kehilangan hasil. Penyimpanan merupakan salah satu rantai dalam pascapanen
beras sebelum sampai ke konsumen. Dalam penyimpanan beras dapat mengalami
kerusakan karena faktor lingkungan serta serangan hama dan penyakit. Serangga
hama Sitophilus oryzae merupakan hama yang banyak menyerang beras dalam
penyimpanan. Ketahanan setiap varietas beras terhadap hama penyakit berbeda
karena bentuk, kandungan gizi akan mempengaruhi kesukaan serangga hama
terhadap suatu bahan pangan. Oleh karena itu perlu dilakukan screening varietas
untuk menentukan varietas beras yang tahan terhadap serangan Sitophilus oryzae.
Upaya selanjutnya yang dapat dilakukan untuk melindungi beras yang disimpan
adalah teknik pengemasan yang baik. Pengemasan akan melindungi produk yang
disimpan dari kerusakan yang disebabkan serangan hama pascapanen.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Melakukan screening ketahanan beberapa varietas beras asli Kalimantan
Tengah terhadap serangan hama Sitophilus oryzae.
2. Mempelajari pengaruh jenis kemasan terhadap tingkat dan lama waktu
kematian serangga Sitophilus oryzae dalam penyimpanan.
3. Menentukan jenis kemasan yang sesuai untuk penyimpanan beras.
TINJAUAN PUSTAKA
Beras
Beras adalah gabah yang bagian sekam dan pericarp (kulit ari)nya sudah
dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan
penggiling (huller) serta penyosoh (polisher). Gabah yang hanya terkupas bagian
kulit luarnya (hull), disebut beras pecah kulit. Beras sosoh atau beras slyp atau
beras putih adalah butiran beras yang telah terbebas dari bekatul dan telah disosoh
untuk mendapatkan warna putih mengkilap (Rahmad 2009; Patiwiri 2006).
Biji padi atau gabah terdiri atas dua penyusun utama, yaitu 72-82% bagian
yang dapat dimakan atau kariopsis (disebut beras pecah kulit atau brown rice),
dan 18-28% kulit gabah atau sekam. Kariopsis tersusun dari 1-2% perikarp, 4-6%
aleuron dan testa, 2-3% lemma (sekam kelopak), dan 89-94% endosperm. Sumber
lain mengatakan kisaran yang berbeda, kemungkinan disebabkan oleh perbedaan
varietas gabah, keadaan daerah penanaman dan perbedaan pola budidaya (Juliano,
1984 diacu dalam Haryadi, 2008). Perlu dikemukakan juga hasil penelitian lain
yang menyatakan bahwa kariopsis terdiri atas 6,5% perikarp, teta, nuselus dan
aleuron; 2-2,1% skutelum; 0,8-1,1% lembaga atau embrio; dan 90,4-90,6%
endosperm. (Juliano, 1980 diacu dalam Haryadi 2008). Stuktur biji padi dapat
dilihat pada Gambar 1.
Komponen terbesar penyusun beras adalah pati. Oleh sebab itu ciri-ciri
inderawi yang utama, khususnya teksturnya, ditentukan oleh sifat dan perilaku
pati. Berdasar kandungan amilosanya, beras dikelompokkan menjadi beras ketan
yang mengandung amilosa 0-2% bobot kering, beras berkandungan amilosa
rendah yaitu antara 9-20%, beras berkandungan amilosa menengah yaitu 20-25%,
dan beras berkandungan amilosa tinggi, yaitu lebih dari 25%. Beras ketan
digunakan untuk membuat olahan manis dan olahan yang mempunyai tekstur
lunak dan liat. Beras berkadar amilosa rendah digunakan untuk membuat
makanan bayi, sereal sarapan pagi dan roti dengan pengembangan volume
menggunakan ragi (Haryadi 2008).
Subspesies padi yang di tanam didunia secara umum dapat dikelompokkan
menjadi 3 subspesies, yaitu japonica (tipe A), javanica (tipe B) dan indica (tipe
C). Pengelompokan ini didasarkan pada bentuk gabah baik dari panjang maupun
lebarnya. Perbedaan yang paling menonjol dari kedua sub spesies antara javonica
dan indica adalah perbedaan ukuran butiran. Japonica memiliki bentuk butiran
yang pendek membulat, sedangkan indica memiliki bentuk memanjang. Rasio
panjang-lebar japonica lebih kecil dari 2.0 sedangkan indica memiliki rasio
panjang-lebar lebih tinggi hingga 4.0. Rasio lebar-tebal japonica berkisar antara
1.4 sampai 1.6, sedangkan indica 1.3 sampai 1.6. Berat per butir japonica
umumnya lebih tinggi daripada indica (Patiwiri 2006).Sedangkan subspesies
javanica memiliki ukuran butiran yang besar, yaitu memiliki panjang dan lebar
butiran yang tinggi. Indica memiliki rentang lebar butiran antara 2.0-3.5 mm dan
panjang 6.7 mm atau lebih, japonica memiliki rentang lebar butiran 2.7 mm atau
lebih dan panjang 7.7 mm atau lebih (Patiwiri 2006).
Varietas-varietas padi yang ditanam di Indonesia termasuk dalam subspesies
indica. Rasio panjang-lebar paling rendah 2.0 ditunjukkan oleh PB 36 dengan
panjang butiran 6.4 mm, sedangkan rasio panjang-lebar yang tinggi ditunjukkan
oleh varietas Rojolele dan Semeru sebesar 2.9 dengan panjang butiran 6.5-7.5 mm
(Patiwiri 2006).
Persyaratan mutu beras berdasarkan SNI No. 6128-2008 terdiri atas syarat
umum dan syarat khusus. Syarat umum adalah: (a) bebas hama dan penyakit, (b)
bebas bau apek, asam atau bau asing lainnya, (c) bebas dari campuran dedak dan
dan merugikan. Sedangkan syarat khusus beras menurut SNI No.6128-2008
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Syarat khusus beras menurut SNI No. 6128-2008
No Komponen mutu Satuan Mutu
I
Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan pengamanan yang selalu
berkaitan dengan waktu. Tujuan penyimpanan dari biji-bijian adalah menjaga
kualitas, termasuk nilai nutrisi dan menjaga biji-bijian dalam kondisi yang bagus
untuk pemasaran dan pengolahan. Kualitas dari bahan yang disimpan dipengaruhi
oleh empat faktor, yaitu (a) kondisi awal biji-bijian, (b) kondisi lingkungan
selama periode penyimpanan, (c) faktor biotik, seperti serangga, tikus dan
mikroorganisme dan (d) berbagai perlakuan yang diaplikasikan pada biji-bijian
selama periode penyimpanan (seperti aerasi, pengeringan, fumigasi, kontrol
atmosfer, grain protectan) (Rajendran 2003).
Kondisi awal biji-bijian
Kondisi awal biji-bijian sebelum penyimpanan, seperti tingkat ketuaan biji,
metode panen dan metode penanganan mempengaruhi kualitas biji-bijian yang
disimpan. Aktivitas cendawan dan serangga hama dapat dimulai sejak dari lahan.
Kondisi sanitasi dan fisik biji bijian setelah panen, sebelum disimpan (seperti
kadar air, kebersihan dan densitas) akan mempengaruhi kualitas penyimpanan,
oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan kualitas biji-bijian sebelum disimpan.
mempengaruhi pertumbuhan serangga hama dan organisme perusak lainnya.
Kadar air tidak akan seragam pada penyimpanan curah dan akan bervariasi antar
daerah, antar lot dan dalam penyimpanan karung akan berbeda antara yang lapisan
berbatasan dengan kemasan dengan yang di dalam, dan di penyimpanan curah
antara lapisan atas dengan lapisan luar atau di dalam. Pada penyimpanan curah,
kadar air tertinggi di beberapa bagian lebih penting daripada kadar air rata-rata
(Rajendran 2003).
Faktor Fisik
Faktor fisik yang berpengaruh terhadap penyimpanan biji-bijian adalah
suhu, aktivitas air/kadar air biji dan kelembaban udara. Aktivitas hama
bergantung pada suhu, sehingga suhu memiliki peran penting dalam
penyimpanan. Serangga dan kapang memiliki kondisi suhu optimum
pertumbuhan, masing-masing 25-31°C dan 25°C. Penurunan suhu akan
menurunkan aktivitas dan perkembangan serangga dan kapang. Kenaikan suhu
akan menyebabkan peningkatan aktivitas respirasi dari biji-bijian dan serangga,
sehingga reaksi deteriorasi lebih cepat terjadi. Faktor lain yang yang berkorelasi
dengan suhu adalah kadar air atau aktivitas air dari biji. Kadar air antara 12-14%
baik untuk pertumbuhan serangga. Jika aktivitas air (Aw) 0,9 atau lebih, kapang
akan tumbuh. Jika Aw rendah, aktivitas hama akan turun. Suhu dan kadar air
secara bersama-sama menentukan lama penyimpanan. Respirasi dari biji-bijian
dan hama serangga akan mengkonsumsi oksigen dan melepaskan karbon dioksida
selama penyimpanan. Kadar oksigen dan karbon dioksida juga mempengaruhi
populasi dan pertumbuhan serangga (Rajendran 2003).
Interaksi antara faktor fisik dengan proses biologi dalam ekosistem
penyimpanan biji-bijian berperan utama dalam perubahan komposisi biji-bijian
dan sifat fungsionalnya. Perubahan tersebut diantaranya penurunan kadar
karbohidrat termasuk penurunan jumlah gula reduksi dan total gula. Penurunan
kadar lemak dan peningkatan kadar asam lemak bebas karena aktivitas enzim
lipase serta penurunan kadar vitamin A dan B (Rajendran 2003).
Faktor Biotik dan Pengaruh Perlakuan
Faktor biotik seperti serangga, tungau, tikus, burung dan mikroorganisme
berperan pada susut kuantitas dan kualitas dalam penyimpanan biji-bijian, serta
Pada kasus yang ekstrim dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan (Rajendran
2003).
Serangga merupakan hama yang pertama berinteraksi dengan biji-bijian dan
menjadi ancaman utama dalam mempertahankan kualitas biji-bijian selama
penyimpanan. Serangga ini mengkonsumsi, mengkontaminasi dan menyebarkan
mikroflora. Serangga hama menyebabkan susut bobot terutama karena aktivitas
makan, dan kerusakan terjadi jika serangga meletakkan telur. Hal ini
menyebabkan kehilangan gula non reduksi, gula reduksi dan total gula dari
biji-bijian yang diinfestasi. Serangga hama juga mengeluarkan kotoran yang
mengandung asam urat, selain itu juga kontaminasi juga berupa potongan tubuh
dan serangga mati. Kontaminasi serangga dapat menurunkan harga produk dan
dapat juga menyebabkan penolakan produk. Serangga juga berperan dalam
menyebarkan cendawan penyimpanan (Rajendran 2003).
Perlindungan biji-bijian dari kerusakan dapat dilakukan secara fisik dengan
(a) manipulasi suhu, aktivitas air dan komposisi udara; (b) aplikasi “inert dust”
dan (c) pemisahan secara mekanis untuk membuang serangga hama, digunakan
sebelum perlindungan secara kimia dan fumigasi diperkenalkan. Perlakuan fisik
memiliki kelebihan karena bebas residu dan tidak mempengaruhi kualitas biji,
namun umumnya biayanya mahal, tetapi beberapa perlakuan telah dilakukan pada
skala komersial (Rajendran 2003). Kerusakan selama penyimpanan dapat dicegah
dengan fungisida, insektisida, cara pengemasan dan pengaturan ruangan serta
pengaturan kadar air dan suhu selama penyimpanan (Wardana 2010).
Penggunaan bahan pengemas yang dibuat dari bahan yang sukar ditembus
oleh serangga (tidak dapat digigit) merupakan salah satu metode untuk
melindungi bahan yang disimpan. Kemasan harus anti serangga (tidak ada
sambungan/keliman yang merupakan celah yang dapat dimasuki oleh serangga).
Contoh kemasan yang bersifat tahan terhadap serangan hama pascapanen adalah
poliester/polikarbonat dengan ketebalan > 40µm atau laminat plastik dengan
aluminium foil (alufo). Kemasan karung/kantong yang terbuat dari lembaran
plastik, lebih baik dibanding kantong atau karung yang terbuat dari anyaman
plastik. Penutupan kantong/karung secara dikelim/heat-seal lebih baik dibanding
Sitophilus oryzae
Sitophilus oryzae merupakan hama yang yang paling merusak pada
biji-bijian yang disimpan. S.oryzae merupakan kumbang moncong kecil yang
bervariasi dalam ukuran, tapi rata-rata 2-3 mm. Moncong S.oryzae panjang (1
mm), hampir 1/3 bagian dari total panjangnya. Kepala dengan moncong hampir
sama panjangnya dengan protorak maupun elytra. Warnanya bervariasi dari merah
coklat kusam sampai hitam, dan biasanya ditandai dengan 4 bintik merah sampai
kuning pada bagian punggung (Gambar 2). Sayap bawah dari S.oryzae akan
berkembang dan dapat terbang. Thorak ditutupi oleh bintik-bintik padat yang
disebut puncture dan elytra memiliki memiliki barisan bintik menurut garis
membujur. Tahap larva dari dari serangga ini berwarna putih, lembut, tak berkaki
dan berada didalam biji, memakan biji dari dalam. Setelah berkembang, larva
akan menjadi pupa dan akhirnya menjadi imago (Kohler 2008; Jacobs dan Calvin
2001).
Gambar 2.Imago Sitophilus oryzae (Makarov 2002)
Selama musim panas, periode perkembangan lebih pendek, yaitu sekitar 26
hari. Periode ini akan lebih lama pada kondisi cuaca dingin. S.oryzae dapat
terbang, dan infestasi kemungkinan terjadi saat di lahan terlebih dahulu daripada
pada saat panen. S.oryzae merupakan hama yang merusak biji-bijian.
Berkembang di dalam biji menyebabkan kerusakan hampir semua biji-bijian
dalam elevator atau tempat penyimpanan (Jacobs dan Calvin 2001).
S.oryzae mengalami metamorfosis sempurna dengan perkembangan telur
hingga imago selama 35 hari di daerah tropis, dan 110 hari di daerah beriklim
dingin. Lingkungan paling sesuai bagi perkembangan hama ini adalah pada suhu
tetapi beberapa individu mampu hidup hingga satu tahun. Betina bertelur selama
hidupnya dengan fekunditas total 300-400 butir, tetapi hanya ± 150 telur yang
diletakkan dengan puncak oviposisi pada umur imago 4-5 minggu (Anggara dan
Sudarmadji 2009).
Rentang waktu perkembangan serangga pradewasa bergantung pada kualitas
beras dan suhu lingkungan penyimpanan. Imago betina membuat lubang kecil
pada permukaan beras, bertelur di lubang tersebut, dan menutupnya kembali
dengan semacam zat lilin (egg-plug) yang disekresi mulutnya. Telur menetas
setelah telur diletakkan 3-6 hari. Larva tidak bertungkai (apoda), dan berkembang
melalui empat instar selama ± 25 hari (3-4 minggu) sebelum menjadi pupa. Pada
suhu 18°C, stadia larva berlangsung ± 98 hari. Setelah tujuh hari sebagai pupa,
imago muncul dan hanya menyisakan selaput kulit luar beras. Apabila menyerang
gabah, imago keluar dengan membuat lubang (emergence hole) pada sekam
(Anggara dan Sudarmadji 2009).
Kumbang bubuk beras merupakan salah satu hama penting dalam
penyimpanan biji-bijian. Hama ini berasal dari India dan telah menyebar ke
seluruh dunia melalui perdagangan. Baik serangga dewasa maupun larva makan
keseluruhan biji. Sitophilus oryzae dapat menyerang biji-bijian utuh yang
disimpan seperti, gandum, sorgum, barley dan beras (Kohler 2008).
Kerusakan beras yang disebabkan serangga susah diukur secara
keseluruhan. Akibat serangan serangga pada beras secara nyata dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung dapat terjadi karena
serangga yang memakan beras, mengkontaminasi beras dan merusak struktur
penyimpanan; kerusakan tidak langsung terjadi terkait dengan pemanasan massa
biji-bijian, distribusi mikroorganisme dalam beras dan resistensi konsumen
terhadap produk yang terkontaminasi (Howell Jr 2003).
Internal feeder menyebabkan kerusakan yang besar pada biji, satu studi
menunjukkan bahwa kumbang bubuk beras memakan 30% biji saat berkembang
di dalam gandum. Kerugian dapat disebabkan beras terdegradasi karena adanya
butir rusak oleh serangga atau banyak bagian serangga pada beras (Howell Jr
Ketahanan Varietas Beras terhadap Serangan Hama Pascapanen
Salah satu metode preventif yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan
hama pascapanen yang dapat menimbulkan kerusakan dan kehilangan bahan
pangan adalah dengan menyimpan serealia yang tahan terhadap serangan hama
pascapanen. Secara alamiah, ada varietas-varietas hasil panen yang rentan dan
adapula varietas tanaman yang resisten terhadap serangan hama pascapanen.
Haryadi (1991) telah mengembangkan metode screening untuk menyeleksi
berbagai varietas serealia yang tahan terhadap serangan hama pascapanen.
Berdasarkan metode yang dikembangkan tersebut, diketahui bahwa varietas eksotik
(di tanam di daerah tropis) lebih tahan terhadap serangan Sitophilus oryzae
dibanding beras varietas sub-tropis (Haryadi 2010).
Dengan rekayasa genetik atau teknik pemuliaan tanaman lainnya
dimungkinkan diciptakan varietas serealia yang menghasilkan biji yang resisten
terhadap serangan hama pascapanen. Selama ini telah dihasilkan berbagai varietas
baru serealia. Pada umumnya dihasilkan varietas yang unggul dari sisi produksi,
seperti tahan hama prapanen, tahan penyakit, produktivitas tinggi, rasa yang enak,
umur tanam yang lebih pendek, tahan keasaman tinggi, tahan kekerinagn dan
keunggulan lainnya. Akan tetapi penemuan varietas-varietas tersebut tidak
bermakna, apabila pada tahap penyimpanan, varietas-varietas baru tersebut tidak
tahan serangan agen-agen perusak khususnya serangan hama pascapanen (Haryadi
2010).
Screening varietas beras/padi terkait dengan ketahanannya terhadap
serangan hama pascapanen telah dilakukan. Rashid et al. (2009), telah melakukan
pengujian resistensi tujuh varietas beras terhadap serangan Sitophilus oryzae (L),
dan hasilnya menunjukkan ada beberapa varietas beras yang resisten dengan susut
bobot yang rendah. Selanjutnya preferensi makan dari Sitophilus oryzae pada empat
varietas beras (Taroum, Hashemi, Ali Kazemi dan Dylamani) juga telah dilaporkan
oleh Hasheminia (2011) yang menunjukkan bahwa Sitophilus oryzae memiliki
preferensi makan yang berbeda terhadap beras dari varietas yang berbeda. Nadeem
et al. (2011) juga telah meneliti preferensi makan dan periode perkembangan
Tribolium castaneum (Herbst), Rhyzopertha dominica (F.) dan Trogoderma
padi pada kondisi laboratorium. Varietas yang berbeda memberikan respon yang
berbeda terhadap feeding preference, perkembangan dan kehilangan berat biji.
Abebe et al. (2009) melaporkan ketahanan beberapa varietas jagung terhadap
serangan hama gudang Sitophilus zeamais (Motsch.), salah satu hama penting
dalam penyimpanan jagung. Dari 13 varietas yang di screening, diperoleh satu
varietas resisten sedangkan yang lain cukup resisten.
Pengemasan Beras
Kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang
dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya
kemasan dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan
yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan,
benturan dan getaran. Bahan kemasan yang umum untuk pengemasan produk
hasil pertanian untuk tujuan pengangkutan atau distribusi adalah kayu, serat goni,
plastik, kertas dan gelombang karton (Syarief et al. 1989).
Kerusakan atau umur simpan dari bahan pangan dipengaruhi oleh faktor
intrinsik yang merupakan sifat dari produk itu sendiri dan faktor ekstrinsik
(lingkungan). Faktor ekstrinsik diantaranya adalah profil suhu dan waktu selama
processing, kontrol suhu, RH, paparan terhadap cahaya selama penyimpanan dan
distribusi, komposisi gas di dalam kemasan dan penanganan oleh konsumen
(Brown dan Williams 2003).
Pengemasan produk akan memberikan efek yang signifikan pada berbagai
faktor ekstrinsik tersebut. Perkembangan bahan kemasan diarahkan oleh
kebutuhan untuk mengurangi akibat dari pengaruh lingkungan dan meningkatkan
umur simpan. Pada beberapa kasus kemasan sendiri dapat secara efektif
meningkatkan umur simpan seperti menjadi barrier yang sempurna terhadap
cahaya dan oksigen, sedangkan pada banyak kasus, berbagai faktor akan
mempengaruhi efektitivitas kemasan (Brown dan Williams 2003).
Biji-bijian biasanya kering dan biasanya tidak mendukung pertumbuhan
bakteri. Serangga dan cendawan merupakan organisme utama yang menyebabkan
kerusakan dalam ekosistem penyimpanan biji-bijian dan mereka secara alami
ekosistem penyimpanan biji-bijian memeliki efek mematikan pada serangga dan
cendawan dan meningkatkan umur simpannya (Jaya and Jeyamkondan 2002).
Perintis penyimpanan kedap udara modern telah menghasilkan penggunaan
penyimpanan kedap udara yang ekstensif, aman dan bebas dari pestisida yang
cocok untuk berbagai jenis komoditas dan biji-bijian, terutama pada daerah yang
beriklim panas dan lembab. Metode penyimpanan yang digunakan adalah
penyimpanan hermetis organik, yang lebih dikenal dengan penyimpanan hermetik
yaitu modifikasi udara untuk mempertahankan oksigen tetap rendah yang
didasarkan pada aktivitas metabolik dan respirasi serangga, mikroflora dan
komoditi itu sendiri di dalam ruang simpan/kemasan (Villers et al. 2007).
Plastik “Hermetik” laminat
Plastik hermetik adalah kantong plastik yang dibuat dari bahan dan teknik
khusus untuk menciptakan lingkungan hermetik (kedap dari pengaruh udara
luar). Jenis plastik ini memiliki ketebalan 0.078 mm dengan lapisan pelindung
dibagian luar dan barier gas di tengah. Plastik ini memiliki permeabilitas yang
rendah pada uap air dan gas (8 g.m-2.24 jam untuk uap air dan 0.3 cm3.m-2.24 jam oksigen) (Villers dan Gummert 2009).
Polipropilen (PP)
Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah,
ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup
mengkilap. Monomer polipropilen diperoleh dengan pemecahan secara termal
naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propilene dan homolog yang lebih tinggi
dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Titik didih PP 1600C dan dapat digunakan dalam autoklaf (Syarief et al. 1989). Tembus pandang dan jernih
dalam bentuk film, tapi tidak transparan dalam bentuk kemasan kaku.
Low Density Poli Etilen (LDPE)
LDPE merupakan plastik termoplastik poliolefin yang pertama kali
digunakan secara komersial. LDPE memiliki struktur molekul yang unik, yaitu
memiliki rantai cabang panjang yang banyak. LDPE banyak digunakan untuk
berbagai hal, seperti film pengemas, pelapis, bahkan bahan insulasi kabel. Salah
dan toksisitasnya yang rendah. LDPE memiliki derajat elongasi yang tinggi maka
plastik ini mempunyai kekuatan terhadap kerusakan dan ketahanan untuk putus
yang tinggi. Titik lelehnya berkisar anatar 105-115°C. Digunakan untuk film
kemasan, mangkuk, botol dan wadah/kemasan. Sifat mekanis LDPE adalah kuat,
agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah
60°C sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air
tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen.
(Syarief 1989; Baker dan Mead 2000). Sifat barier terhadap gas dan uap air dari
berbagai plastik film kemasan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.Sifat barrier terhadap gas dan uap air dari berbagai plastik film kemasan
Film (tebal 25µm)
Laju transmisi uap air (WVTR) g m-2/24 jam Keterangan: WVTR pada kondisi tropis dengan RH 90% pada 38°C Sumber: Kirwan dan Strawbridge (2003)
Beberapa penelitian penggunaan plastik untuk mengemas biji-bijian telah
dilakukan, diantaranya penggunaan plastik LDPE untuk pengemas beras Pandan
Wangi, dapat mempertahankan aroma beras dan disukai oleh panelis pada minggu
kedelapan pengamatan (Natalia 2007). Selanjutnya hasil penelitian Subarna et al.
(2006) dan Suroso et al. (2006) menunjukkan bahwa kandungan gizi proksimat
beras Ciherang, IR 64 dan Sintanur yang dikemas dalam kantong plastik selama
enam bulan tidak mengalami perubahan, namun terjadi perubahan aroma, rasa dan
kepulenan dari beras Ciherang dan Sintanur serta perubahan kadar air dan derajat
putih beras untuk semua varietas. Ferizli et al. (2000), meneliti penggunaan
kemasan kedap dalam penyimpanan jagung, hasilnya menunjukkan bahwa kemasan
diinfestasikan secara artifisial setelah penyimpanan selama dua bulan. Selanjutnya,
penggunaan kemasan film plastik sebagai pengemas juga dilakukan oleh Sanon et
al. (2011), yang hasilnya menunjukkan bahwa penyimpanan hermetik kacang
tunggak dalam dua lapis kantong plastik HDPE dengan ketebalan minimum 80 µm
secara signifikan dapat menurunkan jumlah Callosobruchus maculatus dan
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium TPPHP, Laboratorium
Leuwikopo dan Laboratorium Kimia Pangan BB Pascapanen Bogor. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Desember 2011-Oktober 2012.
Bahan dan Alat
Pada penelitian ini, ada delapan varietas beras lokal Kalimantan Tengah
yang digunakan, yaitu Karang Dukuh, Siam Unus, Siam Palas, Siam Pandak,
Siam Jurut, Bayar Pahit, Rantul dan Siam Palun yang berasal dari kabupaten
Kapuas. Karakteristik beras dapat dilihat pada Lampiran 1. Kadar air sampel beras
tersebut berkisar antara 12-14%. Gabah Kering Giling (GKG) diperoleh dari
petani. Gabah yang telah dibersihkan dikemas dalam kantong plastik kemudian
disimpan sampai saat digunakan dalam penelitian. GKG dikirim ke Bogor dalam
kantong plastik kemudian dimasukkan karung plastik dan dikemas lagi dengan
kardus. Pengiriman melalui jasa pengiriman cepat. GKG selanjutnya digiling di
laboratorium untuk menghasilkan beras sosoh.
Serangga uji yang digunakan pada penelitian ini adalah Sitophilus oryzae,
yang merupakan salah satu serangga hama pascapanen yang banyak menyerang
beras selama penyimpanan. S.oryzae diperoleh dari SEAMEO BIOTROP
(Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology) yang selanjutnya
diperbanyak sendiri dalam penelitian ini.
Bahan pengemas yang digunakan adalah (i) kantong kemasan “hermetik”
laminat (ii) kantong plastik PP dan (iii) kantong LDPE dengan ketebalan 0.05
mm. Plastik dibeli dalam bentuk kantong ukuran besar. Pembuatan kantong
ukuran kecil (8 x 12 cm) dilakukan dengan cara memotong plastik sesuai ukuran
yang selanjutnya dirapatkan dengan sealer. Karakteristik plastik yang digunakan
dapat dilihat pada Lampiran 2.
Bahan analisis yang digunakan adalah NaOH, asetat, KI, N-hexan. Alat
yang digunakan adalah sealer, oven model 2120 Isuzu Seisakusho, timbangan
elektrik Adam PW 184, timbangan digital Mettler PM 4800, labu erlenmeyer,
spektrofotometer, Whiteness Meter Kett, Hardness tester Fujihara Seisakusho, dial
caliper, dan termometer.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, screening varietas beras
dan pengemasan beras.
Persiapan
Tahap persiapan terdiri atas pembiakan serangga Sitophilus oryzae untuk
memperoleh serangga dewasa yang berumur 7-15 hari sebagai serangga uji.
Pembiakan Sitophilus oryzae dilakukan dengan cara sebagai berikut: 250 ekor
serangga Sitophilus oryzae yang diperoleh dari SEAMEO BIOTROP
diinfestasikan pada media beras merah (yang cocok untuk nutrisi Sitophilus
oryzae) sebanyak 750 gram dalam wadah toples kaca yag ditutup dengan kain
kasa dan diinkubasi selama empat minggu pada suhu dan kelembaban ruang.
Sebelumnya, beras merah yang digunakan sebagai media, dipanaskan dalam oven
pada suhu 60ºC selama dua jam dengan tujuan untuk memastikan tidak ada
serangga yang hidup pada medium beras merah.
Setelah empat minggu masa infestasi, dilakukan pengayakan untuk
memisahkan serangga yang keluar. Media beras kemudian diinkubasi lagi dan
sehari kemudian serangga yang keluar dianggap berumur satu hari. Hari
berikutnya dilakukan pengambilan serangga dewasa yang keluar dan disimpan
pada media beras merah baru dan ditunggu sampai dengan serangga tersebut
berumur 7-15 hari. Penentuan umur serangga ini penting karena pada umur 7-15
hari, serangga tersebut mencapai kedewasaan kawin dan dapat memproduksi telur
secara maksimal (Haryadi 1991). Diagram alir pembiakan Sitophilus oryzae dapat
Gambar 3. Diagram Alir Pembiakan Sitophilus oryzae
Screening varietas beras
Penelitian ini terdiri atas dua seri, seri I untuk mengetahui laju pertumbuhan
populasi S.oryzae dan seri II untuk mengetahui kerusakan dan susut bobot yang
disebabkan S.oryzae.
Seri I. Sebanyak 200 butir beras kepala dimasukkan ke dalam gelas plastik,
kemudian diinfestasi dengan lima pasang S.oryzae. Wadah kemudian ditutup
dengan kain blacu dan diikat dengan karet gelang. Setelah tujuh hari masa
infestasi, serangga S.oryzae dikeluarkan dan dibuang. Beras kemudian dibiarkan
untuk memberi kesempatan telur berkembang sesuai siklus hidup serangga.
Setelah 14 hari mulai dilakukan pengamatan setiap hari untuk mengetahui Beras merah
S.oryzae berumur 1 hari Dioven pada suhu 60 °C, 2 jam
S.oryzaedipisahkan dari beras Didinginkan pada suhu ruang, ditimbang 750 g, dimasukkan
toples plastik S.oryzae 250 ekor
Diinkubasi selama 1 bulan, suhu ruang
Beras merah serangga
Diinkubasi selama 1 hari, suhu ruang
Diinfestasikan pada media beras baru selama 7-15 hari
keluarnya serangga turunan pertama (F1). Serangga dewasa yang keluar diangkat,
dihitung dan dibuang. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga tidak ada lagi
serangga turunan pertama yang keluar selama lima hari berturut-turut. Diagram
alir penelitian Seri I dapat dilihat pada Gambar 4 dan proses alurnya dapat dilihat
pada Gambar 5.
Parameter yang diamati adalah jumlah total populasi S.oryzae, total populasi
serangga (Nt), periode perkembangan (D), indeks perkembangan (ID), laju
perkembangan intrinsik (Rm), kapasitas multiplikasi mingguan (λ . (Haryadi
1991).
Selain itu juga dilakukan analisis kimia dan fisik beras yang meliputi
analisis kadar air dengan metode oven, analisis kadar lemak (AOAC, 1995) dan
kadar amilosa beras. Analisis fisik meliputi analisis kekerasan dengan Hardness
meter, derajat putih (Whiteness meter) dan ukuran beras.
Seri II. Pada seri II, 10 ekor S.oryzae yang dipilih secara acak kemudian
diinfestasikan ke dalam 25 gram beras masing-masing varietas yang ditempatkan
ke dalam gelas plastik yang ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan karet
gelang. Setelah 60 hari masa inkubasi, serangga S.oryzae dihitung dan dibuang.
Parameter yang diamati adalah total populasi serangga dewasa, kadar air,
persen biji berlubang dan kehilangan bobot serta derajat putih. Diagram alir
penelitian Seri II dapat dilihat pada Gambar 6 dan proses alurnya dapat dilihat
Gambar 4. Diagram alir seri I screening varietas beras
Ditutup dengan kain blacu
S.oryzae dipisahkan
dari beras Beras 200 butir dalam wadah
Hitung jumlah
Inkubasi dilanjutkan sampai semua serangga baru muncul
S.oryzae baru muncul Inkubasi dilanjutkan sampai 14
hari
Diinkubasi pada suhu ruang, selama 7 hari λ (kapasitas multiplikasi
Keterangan:
a. 200 butir beras diletakkan pada gelas plastik, b. Diinfestasi dengan lima pasang S.oryzae,
c. Ditutup dengan kain blacu dan diletakkan pada keranjang,
d. Setelah tujuh hari, S.oryzae dipisahkan, dan mulai hari ke-14 diamati turunan pertama S.oryzae yang keluar.
Gambar 5. Proses penelitian screening varietas beras seri I.
Gambar 6.
Ditimbang Hitung jumlah biji
berlubang Berat biji berlubang Hitung jumlah biji utuh
Berat biji utuh Kadar air Derajat putih Kadar air Derajat putih Beras 25 g dalam wadah
S.oryzae 10 ekor Ditutup dengan kain kasa dan
diikat karet gelang
Disimpan pada suhu ruang, selama 60 hari
Gambar 6. Diagram alir seri II screening varietas beras
c d
Keterangan:
a. 25 g beras diinfestasi dengan 10 ekor S.oryzae, ditutup dengan kain kasa dan diletakkan pada keranjang.
b. Setelah 60 hari, S.oryzae tutup dibuka.
c. S.oryzae dipisahkan dari beras dan dihitung, kemudian diambil
1000 bulir beras sebagai sampel dipisahkan untuk menghitung biji berlubang dan susut bobot.
d. Biji utuh. e. Biji berlubang.
Gambar 7. Proses penelitian screening varietas beras seri II
Pengemasan Beras
Dari hasil screening dipilih tiga varietas (resisten, medium resisten dan
rentan) yang akan dikemas menggunakan berbagai jenis kemasan. Kemasan yang
digunakan adalah “hermetik’ laminat, PP (dua lapis) dan LDPE (dua lapis) dengan
ukuran 8 x 12 cm (yang merupakan dimensi miniatur dari dimensi ukuran
kemasan beras 2 kg dengan ukuran 18 x 27 cm). Plastik PP dan LDPE digunakan
dua lapis karena menurut penelitian Sanon et al. (2011), dua lapis plastik HDPE e
a b
c
dapat menghambat perkembangan serangga hama pascapanen pada kacang
tunggak dibandingkan satu lapis pada tingkat ketebalan yang sama. Plastik PP
dan PE dipilih sebagai kemasan yang banyak digunakan. Sedangkan plastik
“hermetik” laminat merupakan plastik laminat yang memiliki permeebilitas gas
yang rendah.
Beras dibersihkan, dipisahkan dari kotoran, kemudian ditimbang, 100 g
untuk setiap perlakuan dan dimasukkan dalam berbagai jenis kemasan.
Selanjutnya ke dalam masing-masing kemasan dilakukan infestasi Sitophilus
oryzae sebanyak 100 ekor, kemudian kemasan ditutup rapat dengan menggunakan
sealer. Beras yang telah dikemas diletakkan pada suhu ruang sampai seluruh
serangga yang diinfestasikan dalam kemasan mati, sampel disiapkan untuk
pengamatan selama 20 hari. Untuk setiap kombinasi perlakuan dibuat 3 ulangan.
Pengamatan dilakukan setiap hari, tiga sampel untuk setiap perlakuan.
Parameter yang diamati adalah jumlah serangga mati, jumlah serangga hidup,
kadar air, kadar oksigen dan kadar karbon dioksida. Pertama diukur O2 dan CO2
dalam kemasan, selanjutnya kemasan dibuka untuk menghitung jumlah S.oryzae
yang hidup dan yang mati, kemudian diambil sampel untuk kadar air. Diagram
alir pengemasan beras dapat dilihat pada Gambar 8 dan pengemasan beras dapat
dilihat pada Gambar 9.
Beras bersih
Pengamatan setiap hari sampai seluruh serangga mati.
(“hermetik” laminat, PP dan LDPE)
Analisis: Kadar O2, CO2
Jumlah serangga mati, hidup Kadar air
Keterangan:
a. kemasan “hermetik”, laminat . b. plastik polipropilen.
c. plastik polietilen densitas rendah (LDPE)
Gambar 9. Pengemasan beras dengan berbagai jenis plastik
Metode Analisis
Analisis Kadar air metode oven.
Sampel sebanyak ± 5 gram, ditimbang lalu dimasukkan ke dalam cawan
yang telah diketahui beratnya. Cawan beserta isi dikeringkan dalam oven 105°C
selama 6 jam, lalu dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit lalu
didinginkan dan ditimbang. Cawan beserta isinya dikeringkan kembali sampai
a b
diperoleh berat konstan. Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus berikut
Analisis kadar amilosa menggunakan metode kolorimetri. Sebanyak 100 mg
beras yang ditepungkan dimasukkan labu ukur 100ml, kemudian diberi 1 ml
alkohol 95% dan 9 ml NaOH 1 N. Larutan didiamkan pada suhu ruang selama 23
jam, kemudian ditambah air destilata sampai tera, lalu dikocok. Dari larutan
tersebut diambil 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml yang
telah diisi 85 ml air destilata dan diberi 1 ml asetat 1 N dan 2 ml KI 2%, lalu
diencerkan sampai tanda tera. Nilai penyerapan cahaya dari larutan ini diukur
dengan spektrofotometer. Klasifikasi kadar amilosa dapat digolongkan sebagai
berikut: tinggi (>25%), sedang (20.1-25%, rendah (12.1-20,0%), dan sangat
rendah (5.1-12.0%) (Juliano dan Villareal 1993 dalam Lestari et al. 2007).
Analisis Kadar Lemak
Sampel sebanyak 5 gram ditempatkan dalam saringan timbel dan ditutup
dengan kapas wool yang bebas lemak. Timbel yang berisi sampel diletakkan
dalam alat ekstraksi Soxhlet. Pelarut N-Hexan dituangkan ke dalam labu lemak
secukupnya. Di refluks selama 5 jam sampai pelarut yang ada dalam labu lemak
dan ditampung pelarutnya. Selanjutnya labu lemak hasil ekstraksi dipanaskan
dalam oven 105°C. Setelah mencapai berat yang tetap, sampel didinginkan dalam
desikator, labu dan lemaknya ditimbang. (Subarna et al. 2006)
Derajat putih
Pengukuran derajat putih dilakukan dengan Whiteness Meter Kett
menggunakan standar BaSO4.
Kekerasan beras
Pengukuran kekerasan beras dilakukan dengan menggunakan Kiya
Ukuran Beras
Sepuluh butir beras kepala diukur panjangnya secara manual menggunakan
alat dial caliper. Bentuk beras diperoleh dari rasio panjang dibanding lebar beras
(Lestari et al. 2007)
Perhitungan Hasil Pengamatan Screening
Karakteristik Resistensi
Hasil pengamatan dihitung dengan parameter sebagai berikut:
a. Jumlah total populasi (Nt), dengan menghitung semua serangga yang ke luar
ditambah dengan serangga awal yang diinfestasikan.
b. Periode perkembangan (D), yaitu lamanya waktu dari tengah-tengah waktu
infestasi sampai tercapai 50% dari total populasi F1 Sitophilus oryzae.
c. Indeks perkembangan (ID), yang dihitung dari nilai Nt dan D, dengan formula:
ID = (ln Nt / D) x 100
d. Laju perkembangan intrinsik (Rm), dihitung dengan formula:
Rm= Loge R
Dm Dimana:
R = Nt/No
No = Jumlah serangga yang diinfestasikan
Dm = periode perkembangan dalam satuan minggu
e. Kapasitas multiplikasi minggunan (λ), dengan formula:
λ
Karakteristik Kehilangan Bobot
a. Persen Biji Berlubang
Diketahui dengan menghitung jumlah biji berlubang setelah masa infestasi dan
dibandingkan dengan jumlah biji awal yang utuh, dihitung dengan formula:
b. Persen Kehilangan Bobot
Dihitung menggunakan formula Adam, yaitu:
Persen kehilangan bobot = U.Nd – D.Nu x 100% U.N
Dimana:
U = Bobot Biji Utuh Nu = Jumlah Biji Utuh D = Bobot Biji Berlubang Nd = Jumlah Biji Berlubang N = Nu + Nd
Rancangan Percobaan
Screening varietas beras
Rancangan percobaan untuk screening varietas beras menggunakan
Rancangan Acak Lengkap dengan varietas beras sebagai faktor dengan 3 kali
ulangan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Model matematiknya
sebagai berikut:
Yij =
μ
+ Ai +
єij
Yij = Nilai pengamatan
µ = nilai rata-rata umum
Aij = pengaruh varietas ke-i Єij = galat percobaan
Pengemasan beras
Penelitian pengemasan beras menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Faktorial dengan faktor pertama varietas dan faktor kedua jenis kemasan. Varietas
yang digunakan adalah 1). varietas yang paling resisten, 2) varietas medium
resisten dan 3). varietas yang paling rentan yang diperoleh dari tahap penelitian
sebelumnya. Jenis kemasan yang digunakan adalah 1).plastik hermetik, 2). plastik
PP 0.05 mm (dua lapis) dan 3). Plastik LDPE 0.05 (dua lapis). Masing-masing
Model matematiknya sebagai berikut:
Yijk =
μ
+ Ai +
Βj + (AB)ij + єijk
Yijk = Nilai pengamatan
µ = nilai rata-rata umum
Ai = pengaruh varietas ke-i
Bj = pengaruh kemasan ke j
(AB)ij = pengaruh interaksi varietas dan kemasan Єijk = galat percobaan
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam
(ANOVA) dengan α= 0.05. Bila dari hasil ANOVA memperlihatkan pengaruh