• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rice Varieties Screening and Use of Flexible Plastic Package to Extent Storage Durability Case Study Rice at Central Kalimantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rice Varieties Screening and Use of Flexible Plastic Package to Extent Storage Durability Case Study Rice at Central Kalimantan"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

ELMI KAMSIATI

 

 

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

SCREENING

VARIETAS PADI DAN PENGGUNAAN KEMASAN

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Screening Varietas Padi dan Penggunaan Kemasan Plastik Fleksibel untuk Meningkatkan Daya Tahan Simpan Beras: Studi Kasus Beras di Kalimantan Tengah. adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2013

Elmi Kamsiati

(4)
(5)

Extent Storage Durability: Case Study Rice at Central Kalimantan. Under supervision of EMMY DARMAWATI dan YADI HARYADI.

Rice is an important commodity because being the staple food of the most of Indonesian people. During storage, the rice can be damaged due to environmental factors as well as postharvest pest. Sitophilus oryzae is postharvest insect pest that attack rice during storage causing quantity and quality losses. The objective of this research is to screening resistance of several local rice variety of Central Kalimantan, study effect of packages on S.oryzae mortality and determine appropriate packaging for rice storage. Eight rice varieties were tested against S.oryzae and then taken three variety (Siam Jurut, Siam Unus and Karang Dukuh) that packaged using “hermetic” laminat, polypropilen (PP) and low density polyetylen (LDPE). Result of the research showed that the lowest index of susceptibility was Siam Jurut, followed by Siam Palun, Siam Palas and Bayar Pahit that were be resistant varieties. Siam Unus had medium index of susceptibility. Rantul, Siam Pandak and Karang Dukuh had high Index of susceptibility. After storage, the resistant group had lower quantity losses, damaged grain and moisture content than susceptible group. The kind of plastic significantly effect to S.oryzae mortality. Total mortality of S.oryzae reached after three day for Siam Jurut, Siam Unus and Karang Dukuh in “hermetic” laminat plastic, six day for Siam jurut in PP plastic, seven day for Siam Unus and Karang Dukuh. In LDPE, total mortality reached after 20 storage day.

Keywords: rice, screening, S.oryzae, packaging

(6)
(7)

Fleksibel untuk Meningkatkan Umur Simpan Beras: Studi Kasus Beras di

Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh EMMY DARMAWATI dan YADI

HARYADI.

Beras merupakan komoditas penting di Indonesia, karena merupakan

makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, termasuk di provinsi

Kalimantan Tengah. Konsumsi beras per kapita penduduk Kalimantan Tengah

pada tahun 2011 adalah sebesar 121.27 kg/kapita/tahun (Radius 2011).

Ketersediaan beras senantiasa dijaga untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain

masalah produksi, pasca panen merupakan bagian penting dalam penyediaan

beras untuk masyarakat.

Penyimpanan menjadi bagian penting dalam kegiatan pasca panen pada

rantai pasok beras dari produsen sampai ke konsumen. Menurut Direktorat

Penanganan Pasca Panen Deptan dan BPS (2007) yang diacu dalam Haryadi

2010, susut pascapanen padi pada tahun 2007 sebesar 11.27%. Selama

penyimpanan, beras dapat mengalami kerusakan baik karena pengaruh lingkungan

maupun hama penyakit. Serangga hama Sitophilus oryzae banyak menyerang

beras dalam penyimpanan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

mengurangi kerusakan beras selama penyimpanan adalah penggunaan varietas

yang resisten. Perlindungan beras selama penyimpanan juga dapat dilakukan

melalui pengemasan yang baik. Penelitian ini bertujuan melakukan screening

ketahanan beberapa varietas beras asli Kalimantan Tengah terhadap serangan

hama Sitophilus oryzae, mempelajari pengaruh jenis kemasan terhadap tingkat

dan lama waktu kematian serangga Sitophilus oryzae dalam penyimpanan serta

menentukan jenis kemasan yang sesuai untuk penyimpanan beras.

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu screening varietas beras terhadap

serangan S.oryzae dan pengemasan beras. Screening varietas beras disusun

dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan varietas beras sebagai

faktor. Penelitian pengemasan beras menggunakan Rancangan Acak Lengkap

dengan dua faktor, yaitu varietas beras (tiga varietas) dan jenis plastik (tiga jenis)

(8)

Dukuh, Siam Jurut, Siam Pandak, Siam Palun, Siam Palas, Bayar Pahit Rantul

dan Siam Unus) yang discreening, varietas Siam Jurut merupakan varietas yang

paling resisten dengan nilai indeks perkembangan (ID), total populasi (Nt) dan

laju perkembangan intrinsik (Rm) paling rendah. Varietas lain yang juga masuk

kelompok resisten adalah Siam Palun, Siam Palas dan Bayar Pahit. Varietas

Karang Dukuh dan Siam Pandak merupakan varietas dengan Nt tertinggi, periode

perkembangan (D) yang rendah, ID dan λ tertinggi. Sedangkan varietas Siam

Unus memiliki nilai medium, yaitu diurutan kelima untuk paremeter Nt, ID dan λ, serta pada urutan keenam untuk nilai D.

Kelompok varietas yang resisten (memiliki nilai ID rendah) tersebut juga

memiliki persentase susut bobot dan biji berlubang yang rendah, sedangkan

varietas yang rentan memiliki persentase susut bobot dan biji berlubang yang

tinggi. Kelompok varietas dengan susut bobot dan biji berlubang yang rendah

adalah Siam Palas, Bayar Pahit, Siam Jurut, Siam Palun dan Siam Unus. Karang

Dukuh, Siam Pandak dan Rantul merupakan kelompok dengan persentase susut

bobot dan biji berlubang yang tinggi. Populasi S.oryzae berkorelasi positif dengan

persentase susut bobot (nilai r = 0.94), persentase biji berlubang (r = 0.85) dan kadar air (0.79)

Pada penelitian tahap dua, beras varietas Siam Jurut, Siam Unus dan

Karang Dukuh diinfestasi dengan S.oryzae dikemas dan disimpan. Hasil analisis

ragam menunjukkan pada hari ketiga penyimpanan, jenis plastik dan interaksinya

dengan varietas beras berpengaruh nyata pada persentase kematian S.oryzae.

Persentase kematian S.oryzae mencapai 100% setelah tiga hari penyimpanan

untuk ketiga varietas pada plastik hermetik dan tujuh hari pada plastik PP. Pada

plastik LDPE, kematian S.oryzae mencapai 100% setelah 20 hari penyimpanan

untuk varietas Siam Unus dan Karang Dukuh dan masih tersisa 3% S.oryzae yang

hidup untuk varietas Siam Jurut. Jenis plastik berpengaruh pada komposisi udara

dan persentase kematian S.oryzae dalam kemasan. Plastik “hermetik” laminat

lebih mampu mempertahankan komposisi oksigen dan karbondioksida di dalam

kemasan selama penyimpanan daripada plastik PP dan LDPE.

(9)

®Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagaian atas seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(10)
(11)

ELMI KAMSIATI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Pasca Panen

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

SCREENING

VARIETAS PADI DAN PENGGUNAAN KEMASAN

(12)
(13)

Nama : Elmi Kamsiati

NRP : F153100081

 

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Emmy Darmawati, M.Si. Dr. Ir. Yadi Haryadi, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Teknologi Pasca Panen

Dr.Ir. Sutrisno, M.Agr.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(14)
(15)

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Screening Varietas Padi dan Penggunaan Kemasan Plastik Fleksibel untuk Meningkatkan Daya Tahan Simpan Beras: Studi Kasus Beras di Kalimantan Tengah.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada Dr.Ir. Emmy Darmawati, M.Si dan Dr.Ir. Yadi Haryadi, M.Sc. selaku dosen pembimbing saya yang memberikan saran, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan proposal sampai penulisan karya ilmiah ini. Juga saya ucapkan terimakasih kepada Dr.Ir. Ridwan Rachmat, M.Agr. yang berkenan menjadi dosen penguji luar komisi yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan tesis ini. Kepada Dr.Sutrisno, M.Agr. selaku Koordinator Mayor Teknologi Pasca Panen dan staf pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (Ibu Siti Rusmiyati dan Bapak Ahmad Mulyatulloh). Kepada staf Laboratorium TPPHP Departemen TMB (Bapak Sulyaden dan Bapak Firman). Kepada Kepala BPTP Kalimantan Tengah & teman-teman peneliti yang atas saran dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini.

Rasa terimakasih tak terhingga penulis sampaikan untuk Ibu dan Bapak atas curahan kasih sayang, bimbingan dan do’a yang tak pernah putus, untuk suamiku tercinta, Mas Aji Bayu atas cinta, kasih sayang, dukungan dan kesabarannya. Untuk Kakak-kakakku kang Ali, kang Topa dan mbak Puji, atas motivasi dan nasehatnya. Untuk Umi atas pengertian dan do’anya, untuk adik-adikku dek Nanda dan dek Tami atas pengertiannya dan seluruh keluarga yang memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis dalam menapaki hidup ini. Untuk teman-teman senasib dan seperjuangan, TPP 2010 (teh Susi, Tajul, Cicih, Ani, Mbak Sandra, Putri, Fajri dan Syahirman) atas motivasi dan kebersamaan yang terus terjalin, teman-teman TMP 2010, TPP 2011, TEP 2010 dan TEP 45 (Kania, Bekti). Teman-teman di Kost Putri Kartika (Tyas, teh Yunny, Bu Yana, Niken, Dara, Uchi) atas kebersamaan dan motivasi yang diberikan. Serta masih banyak lagi ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang mohon maaf tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu dalam tulisan ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2013

(16)

sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Saidi dan Ibu Tukirah. Penulis lulus SMUN 2 Ponorogo pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan Sarjana di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya Malang, lulus pada tahun 2004. Sejak tahun 2005, penulis bekerja sebagai staf peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah, Badan Litbang Kementrian Pertanian. Pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Teknologi Pasca Panen, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa dari Badan Litbang Kementrian Pertanian.

(17)

sehingga diketahui varietas yang tahan dan yang rentan terhadap serangan hama ataupun penyakit tertentu.

Plastik “hermetik” laminat : plastik yang dibuat dari laminasi yang memiliki permeabilitas gas dan uap air yang rendah.

Metode penyimpanan hermetik

: sistem penyimpanan tertutup berisi atmosfer termodifikasi yang berasal dari efek respirasi yang menghasilkan kondisi rendah oksigen dan tinggi karbon dioksida dalam atmosfer. Permeabilitas yang rendah dari kemasan dapat mempertahankan kadar air yang tetap rendah dan di dalam kemasan. (Villers et al. 2008).

Void (intergranular space) : ruang udara antar biji-bijian.

Serangga hama pascapanen

: serangga yang menyerang dan merusak komoditas hasil pertanian setelah dipanen termasuk dalam penyimpanan.

Resistensi : ketahanan suatu varietas terhadap serangan

serangga tertentu, dalam penelitian ini Sitophilus oryzae.

Repelensi : sifat penolakan suatu bahan terhadap suatu jenis

serangga.

Antifeedant : bahan fitokimia yang dapat mencegah serangga

untuk makan (Isman et.al 1996 diacu dalam Negi et al. 2011)

(18)
(19)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Beras ... 5

Penyimpanan Biji-bijian ... 7

Kondisi awal biji-bijian ... 7

Faktor Fisik ... 8

Faktor Biotik dan Pengaruh Perlakuan ... 8

Sitophilus oryzae ... 10

Ketahanan varietas beras terhadap serangan hama pascapanen ... 12

Pengemasan Beras ... 13

Plastik “hermetik” laminat ... 13

Polipropilen (PP) ... 14

Low Density Poli Etilen (LDPE) ... 14

METODE PENELITIAN ... 17

Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

Bahan dan Alat ... 17

Metode Penelitian ... 18

Persiapan ... 18

Screening varietas beras ... 19

Pengemasan Beras ... 23

Metode Analisis ... 25

Perhitungan Hasil Pengamatan Screening ... 27

Karakteristik Resistensi ... 27

Karakteristik Kehilangan Bobot ... 27

Rancangan Percobaan ... 28

Screening varietas beras ... 28

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

Karakteristik Beras... 30

Hasil ... 30

Pembahasan ... 32

Resistensi Beras ... 35

Hasil ... 35

Total populasi serangga (Nt) ... 35

Periode Perkembangan (D) ... 36

Indeks Perkembangan (ID) ... 37

Laju Perkembangan intrinsik (Rm) ... 38

Kapasitas multiplikasi mingguan (λ) ... 38

Pembahasan ... 39

Karakteristik Kehilangan Pascapanen... 43

Hasil ... 43

Persentase Susut bobot ... 43

Persentase Biji berlubang ... 44

Jumlah S.oryzae ... 44

Kadar air ... 45

Derajat putih ... 45

Pembahasan ... 46

Pengemasan beras ... 51

Hasil ... 51

Perubahan komposisi udara dalam kemasan selama penyimpanan ... 51

Kadar oksigen ... 52

Kadar karbondioksida ... 53

Kematian S.oryzae dalam kemasan ... 54

Pembahasan ... 59

SIMPULAN DAN SARAN ... 65

Simpulan ... 65

Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(21)

DAFTAR TABEL

1.Syarat khusus beras menurut SNI No. 6128-2008 ... 7

2.Sifat barrier terhadap gas dan uap air dari berbagai plastik film kemasan ... 15

3. Dimensi ukuran panjang, lebar dan rasio panjang/lebar delapan varietas beras di Kalimantan Tengah ... 30

4. Rerata nilai kekerasan dan derajat putih beras ... 31

5. Rerata kadar air, amilosa dan lemak beras ... 32

6. Rerata total populasi (Nt) S.oryzae pada beras ... 36

7. Rerata periode perkembangan (D) S.oryzae pada beras ... 37

8. Rerata nilai Indeks Perkembangan (ID) beras ... 37

9. Rerata laju perkembangan intrinsik (Rm) S.oryzae pada beras ... 38

10. Rerata kapasitas multiplikasi mingguan (λ) S.oryzae pada beras ... 38

11. Rerata nilai total populasi (Nt), periode perkembangan (D), indeks perkembangan (ID), laju perkembangan intrinsik (Rm), dan kapasitas multiplikasi mingguan (λ) ... 39

12. Rerata susut bobot beras dalam penyimpanan ... 43

13. Rerata biji berlubang pada beras dalam penyimpanan ... 44

14. Rerata jumlah total S.oryzae setelah penyimpanan ... 45

15. Rerata kadar air beras setelah penyimpanan ... 46

16. Rerata derajat putih beras setelah penyimpanan. ... 47

17. Persentase susut bobot, biji berlubang, total populasi S.oryzae, kadar air dan derajat putih ... 49

18. Korelasi parameter-parameter susut bobot... 48

19. Korelasi antara kadar lemak dengan parameter kehilangan hasil ... 49

20. Rerata kadar oksigen pada berbagai jenis plastik ... 54

21. Rerata kadar karbondioksida pada berbagai jenis plastik ... 56

22. Rerata persen kematian S.oryzae pada berbagai jenis plastik ... 57

23. Rerata persen kematian S.oryzae pada berbegai varietas dan jenis plastik pada hari ketiga penyimpanan ... 59

24. Rerata kadar air beras dalam berbagai jenis plastik Lama kematian, kadar air dan laju perubahan oksigen pada berbagai ... 57

25. Lama kematian, kadar air dan laju perubahan oksigen pada berbagai jenis plastik dan varietas beras... ... 62

(22)

DAFTAR GAMBAR

1.Struktur Biji Padi ... 5 2.Imago Sitophilus oryzae ... 10 3. Diagram Alir Pembiakan Sitophilus oryzae ... 19 4. Diagram Alir Seri I Screening Varietas Beras... 21 5. Proses penelitian screening varietas beras seri I. ... 22 6. Diagram Alir Seri II Screening Varietas Beras ... 22 7. Proses penelitian screening varietas beras seri II ... 23 8 Diagram alir pengemasan beras ... 24 9. Pengemasan beras dengan berbagai jenis plastik ... 25 10. Beras varietas Karang dukuh, Siam Jurut, Siam Pandak, Siam Palun, Siam

Palas, Rantul, Bayar Pahit dan Siam Unus ... 33 11. Laju pertumbuhan turunan pertama (F1) S.oryzae pada berbagai varietas beras

... 35 12. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan

untuk varietas Siam Jurut ... 51 13. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan

untuk varietas Siam Unus ... 52 14. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan

untuk varietas Karang Dukuh ... 52 15. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Siam

Jurut selama penyimpanan ... 54 16. Persentase S.oryzae hidupdalam berbagai jenis plastik untuk varietas Siam

Unus selama penyimpanan ... 55 17. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Karang

Dukuh selama penyimpanan... 55 18. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama

penyimpanan untuk varietas Siam Jurut ... 57 19. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama

penyimpanan untuk varietas Siam Unus ... 58 20. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

 

1. Karakteristik beras yang digunakan dalam penelitian... 75 2. Karakteristik plastik yang digunakan dalam penelitian... 79 3a. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2011... 80 3b. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2010... 81 3c. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2009... 83 4a. Analisis ragam kadar amilosa beras... 83 4b. Uji lanjut Duncan kadar amilosa beras... 83 5a. Analisis ragam kadar lemak beras... 83 5b. Uji lanjut Duncan kadar lemak beras... 83 6a. Analisis ragam kadar air awal beras penelitian Tahap I seri I... 83 6b. Uji lanjut Duncan kadar air awal beras penelitian Tahap I seri I... 84 7a. Analisis ragam dimensi panjang beras ... 84 7b. Uji lanjut Duncan dimensi panjang beras... 84 8a. Analisis ragam dimensi lebar beras... 84 8b. Uji lanjut Duncan dimensi lebar beras... 85 9a. Analisis ragam dimensi rasio panjang:lebar beras... 85 9b. Uji lanjut Duncan dimensi rasio panjang:lebar beras... 85 10. Analisis ragam kekerasan beras... 85 11a. Analisis Ragam derajat putih beras... 86 11b. Uji lanjut Duncan derajat putih beras... 86 12a. Analisis ragam jumlah total populasi S.oryzae seri I... 86 12b. Uji lanjut Duncan jumlah total populasi S.oryzae seri I... 86 13a. Analisis ragam nilai periode perkembangan (D)... 86 13b. Uji lanjut Duncan nilai periode perkembangan (D)... 87 14a. Analisis ragam nilai indeks perkembangan (ID)... 87 14b. Uji lanjut Duncan nilai indeks perkembangan (ID)... 87 15a. Analisis ragam laju perkembangan intrinsik (Rm)... 87 15b. Uji lanjut Duncan laju perkembangan intrinsik (Rm)... 87 16a. Analisis ragam kapasitas multiplikasi mingguan (λ)... 88 16b. Uji lanjut Duncan kapasitas multiplikasi mingguan (λ)... 88 17a. Analisis ragam susut bobot... 88 17b. Uji lanjut Duncan susut bobot... 88 18a. Analisis ragam persentase biji berlubang... 88 18b. Uji lanjut persentase biji berlubang... 89 19a. Analisis ragam kadar air beras penelitian Tahap I seri II sebelum

penyimpanan... 89 19b.Uji lanjut Duncan kadar air beras penelitian Tahap I seri II sebelum

(24)

20. Analisis ragam kadar air beras penelitian Tahap I seri II setelah

simpan... 89 21a. Derajat putih setelah penyimpanan... 89 21b. Uji lanjut Duncan derajat putih setelah penyimpanan penelitian Tahap I

seri II... 90 22a. Analisis ragam kadar oksigen hari ke-3... 90 22b. Uji lanjut Duncan kadar oksigen hari ke-3... 90 23. Analisis ragam kadar oksigen hari ke-7... 90 24a. Analisis ragam kadar karbon dioksida hari ke-3... 91 24b. Uji lanjut Duncan kadar karbondioksida hari ke-3... 91 25. Analisis ragam kadar karbon dioksida hari ke-7... 91 26a. Analisis ragam persentase S.oryzae mati hari ke-3... 91 26b. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh varietas

hari ke-3... 92 26c. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh jenis plastik hari ke-3... 92 26d. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh interaksi

varietas dan jenis plastik hari ke-3... 92

27. Analisis ragam persentase S.oryzae mati hari ke-7... 92 28. Analisis ragam kadar air awal beras yang dikemas pada penelitian

Tahap II... 92 29a. Analisis ragam kadar air beras yang dikemas hari ke-3 penelitian

Tahap II... 93 29b. Uji lanjut Duncan kadar air beras yang dikemas hari ke-1 penelitian

Tahap II... 93 30a. Analisis ragam kadar air beras yang dikemas hari ke-7 penelitian

Tahap II... 93 30b. Uji lanjut Duncan kadar air beras yang dikemas hari ke-7 penelitian

Tahap II... 93

   

(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beras merupakan komoditas penting di Indonesia, karena merupakan

makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, termasuk di provinsi

Kalimantan Tengah. Konsumsi beras per kapita penduduk Kalimantan Tengah

pada tahun 2011 adalah sebesar 121.27 kg/kapita/tahun, dengan jumlah penduduk

sebesar 2.25 juta orang, setidaknya diperlukan 273.86 ribu ton beras untuk

memenuhi konsumsi penduduk tersebut. Kebutuhan ini dipenuhi dari produksi

padi sebesar 610.24 ribu ton yang setara dengan 301.60 ribu ton beras (dengan

rendemen giling 55.7% dan susut pascapanen 11.27%). Berdasarkan jumlah

produksi dan jumlah konsumsi beras masih ada surplus beras sebesar 66.05 ribu

ton. (BPS Kalimantan Tengah 2010, 2011; Radius 2011)

Meskipun secara kuantitas kebutuhan beras secara regional terpenuhi,

namun kuantitas produksi padi yang dihasilkan tiap kabupaten/kota tidaklah selalu

mencukupi kebutuhan daerahnya. Dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah

ada 6 kabupaten yang mengalami surplus ketersediaan beras yaitu Kabupaten

Kapuas, Lamandau, Katingan, Pulang Pisau, Barito Timur dan Murung Raya.

Delapan lainnya, yaitu Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Barito Selatan,

Barito Utara, Sukamara, Seruyan, Gunung Mas dan Palangka Raya mengalami

minus ketersediaan beras (Lampiran 3a).

Peningkatan produksi terus dilakukan diantaranya dengan memperluas area

tanam maupun intensifikasi pertanian melalui penerapan teknologi yang

meningkatkan produktivitas. Penggunaan varietas-varietas unggul nasional yang

adaptif dengan agroekosistem setempat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut,

selain itu juga dikembangkan varietas lokal unggul yang selain sesuai dengan

agroekosistem juga disukai oleh masyarakat setempat. Selain dari aspek produksi,

aspek pascapanen juga berperan penting dalam penyediaan beras untuk

masyarakat, karena terdapat potensi kehilangan hasil pada saat pascapanen.

Menurut Direktorat Penanganan Pasca Panen Deptan dan BPS (2007) yang diacu

(26)

Upaya untuk menurunkan susut pascapanen akan dapat meningkatkan

ketersediaan beras untuk masyarakat.

Salah satu kegiatan yang tidak terpisahkan dalam rangkaian kegiatan

pascapanen beras adalah penyimpanan. Menurut Direktorat Penanganan Pasca

Panen Deptan dan BPS (2007) yang diacu dalam Haryadi (2010), susut

penyimpanan beras pada tahun 2007 sebesar 1.68%, yang jika dikonversikan

dengan produksi beras di Kalimantan Tengah pada tahun 2011, nilai ini setara

dengan 5 710 ton.

Selama penyimpanan, beras dapat mengalami kerusakan baik karena

pengaruh lingkungan maupun hama penyakit. Suhu dan kelembaban udara yang

tinggi dapat mempercepat kerusakan beras yang disimpan, selain itu hama pasca

panen, seperti tikus dan serangga lain dapat menyebabkan susut bobot dan

penurunan kualitas.

Salah satu serangga hama primer yang menyebabkan kerusakan yang

besar pada beras dalam penyimpanan adalah Sitophilus oryzae. Kumbang bubuk

beras tergolong hama primer dan paling dominan menimbulkan kerusakan beras

dalam penyimpanan. Imago merusak beras dari luar sedangkan larva memakan

beras dari dalam. Gejala serangan adalah adanya biji yang berlubang (yang

disebut exit hole). Dalam keadaaan ekstrim, beras yang diserang S.oryzae akan

rusak dan hancur menjadi tepung (Anggara dan Sudarmaji, 2009).

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan

beras dalam penyimpanan dari serangan hama pascapanen di antaranya adalah

menanam varietas padi yang resisten. Penelitian-penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa varietas yang berbeda memiliki resistensi yang berbeda.

Rashid et al. (2009), melakukan pengujian resistensi tujuh varietas beras

yang berbeda terhadap serangan Sitophilus oryzae (L) dan hasilnya menunjukkan

ada beberapa varietas beras yang resisten dengan susut bobot yang rendah.

Selanjutnya preferensi makan dari Sitophilus oryzae pada empat varietas beras

(Taroum, Hashemi, Ali Kazemi dan Dylamani) juga telah dilaporkan oleh

Hasheminia (2011) yang menyatakan bahwa Sitophilus oryzae menunjukkan

preferensi makan yang berbeda terhadap beras dari varietas yang berbeda.

(27)

perkembangan Tribolium castaneum (Herbst), Rhyzopertha dominica (F.) and

Trogoderma granarium Everts pada padi, beras pecah kulit dan beras giling dari

empat varietas padi pada kondisi laboratorium. Varietas yang berbeda

memberikan respon yang berbeda terhadap feeding preference, perkembangan dan

kehilangan berat biji. Abebe et al. (2009) juga telah melaporkan ketahanan

beberapa varietas jagung terhadap serangan hama gudang Sitophilus zeamais

(Motsch.), salah satu hama penting dalam penyimpanan jagung. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa dari 13 varietas yang di screening, diperoleh satu

varietas resisten sedangkan yang lain cukup resisten. Haryadi (1991) diacu dalam

Tarmudji (2008) telah mengembangkan metode screening untuk menyeleksi

berbagai varietas serealia yang tahan terhadap serangan hama. Metode ini

memberikan informasi yang lebih lengkap dibanding metode yang lain.

Disamping penggunaan varietas yang resisten, penggunaan kemasan yang

baik dapat melindungi beras yang disimpan dari serangan hama pascapanen.

Kemasan plastik memiliki fungsi pasif melindungi produk yang dikemas terhadap

kerusakan yang disebabkan faktor eksternal terkait dengan penanganan dan

serangan mikro dan makroorganisme (seperti serangga) (Riudavets et al. 2007).

Pemilihan jenis kemasan dan kadar air yang tepat, efektif dalam

mengurangi infestasi hama Sitrotoga cerealella, Sitophilus oryzae dan Tribolium

castaneum dan kehilangan berat padi yang disimpan (Dharmasena dan

Abeysiriwardena 2003). Penggunaan plastik hermetik pada beras pecah kulit

menunjukkan bahwa terjadi penurunan kondisi oksigen penyimpanan selama 8

bulan, yaitu dari 21% turun ke taraf 8-10 % yang berarti dapat menekan populasi

serangga hidup, dibandingkan dengan kemasan lainnya (Rachmat 2009).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk

melakukan screening varietas beras lokal Kalimantan Tengah berdasarkan

ketahanan terhadap serangan Sitophilus oryzae dan pemilihan jenis kemasan yang

tepat untuk melindungi beras selama penyimpanan.

Perumusan Masalah

Beras merupakan komoditas pertanian penting di Kalimantan Tengah,

karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk di wilayah ini.

(28)

kebutuhan penduduknya, namun kuantitas ketersediaannya tidak merata di setiap

kabupaten. Upaya menjamin ketersediaan beras tidak hanya dari aspek produksi

tetapi juga harus diikuti penanganan pascapanen yang tepat untuk mengurangi

kehilangan hasil. Penyimpanan merupakan salah satu rantai dalam pascapanen

beras sebelum sampai ke konsumen. Dalam penyimpanan beras dapat mengalami

kerusakan karena faktor lingkungan serta serangan hama dan penyakit. Serangga

hama Sitophilus oryzae merupakan hama yang banyak menyerang beras dalam

penyimpanan. Ketahanan setiap varietas beras terhadap hama penyakit berbeda

karena bentuk, kandungan gizi akan mempengaruhi kesukaan serangga hama

terhadap suatu bahan pangan. Oleh karena itu perlu dilakukan screening varietas

untuk menentukan varietas beras yang tahan terhadap serangan Sitophilus oryzae.

Upaya selanjutnya yang dapat dilakukan untuk melindungi beras yang disimpan

adalah teknik pengemasan yang baik. Pengemasan akan melindungi produk yang

disimpan dari kerusakan yang disebabkan serangan hama pascapanen.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Melakukan screening ketahanan beberapa varietas beras asli Kalimantan

Tengah terhadap serangan hama Sitophilus oryzae.

2. Mempelajari pengaruh jenis kemasan terhadap tingkat dan lama waktu

kematian serangga Sitophilus oryzae dalam penyimpanan.

3. Menentukan jenis kemasan yang sesuai untuk penyimpanan beras.

(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Beras

Beras adalah gabah yang bagian sekam dan pericarp (kulit ari)nya sudah

dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan

penggiling (huller) serta penyosoh (polisher). Gabah yang hanya terkupas bagian

kulit luarnya (hull), disebut beras pecah kulit. Beras sosoh atau beras slyp atau

beras putih adalah butiran beras yang telah terbebas dari bekatul dan telah disosoh

untuk mendapatkan warna putih mengkilap (Rahmad 2009; Patiwiri 2006).

Biji padi atau gabah terdiri atas dua penyusun utama, yaitu 72-82% bagian

yang dapat dimakan atau kariopsis (disebut beras pecah kulit atau brown rice),

dan 18-28% kulit gabah atau sekam. Kariopsis tersusun dari 1-2% perikarp, 4-6%

aleuron dan testa, 2-3% lemma (sekam kelopak), dan 89-94% endosperm. Sumber

lain mengatakan kisaran yang berbeda, kemungkinan disebabkan oleh perbedaan

varietas gabah, keadaan daerah penanaman dan perbedaan pola budidaya (Juliano,

1984 diacu dalam Haryadi, 2008). Perlu dikemukakan juga hasil penelitian lain

yang menyatakan bahwa kariopsis terdiri atas 6,5% perikarp, teta, nuselus dan

aleuron; 2-2,1% skutelum; 0,8-1,1% lembaga atau embrio; dan 90,4-90,6%

endosperm. (Juliano, 1980 diacu dalam Haryadi 2008). Stuktur biji padi dapat

dilihat pada Gambar 1.

   

(30)

Komponen terbesar penyusun beras adalah pati. Oleh sebab itu ciri-ciri

inderawi yang utama, khususnya teksturnya, ditentukan oleh sifat dan perilaku

pati. Berdasar kandungan amilosanya, beras dikelompokkan menjadi beras ketan

yang mengandung amilosa 0-2% bobot kering, beras berkandungan amilosa

rendah yaitu antara 9-20%, beras berkandungan amilosa menengah yaitu 20-25%,

dan beras berkandungan amilosa tinggi, yaitu lebih dari 25%. Beras ketan

digunakan untuk membuat olahan manis dan olahan yang mempunyai tekstur

lunak dan liat. Beras berkadar amilosa rendah digunakan untuk membuat

makanan bayi, sereal sarapan pagi dan roti dengan pengembangan volume

menggunakan ragi (Haryadi 2008).

Subspesies padi yang di tanam didunia secara umum dapat dikelompokkan

menjadi 3 subspesies, yaitu japonica (tipe A), javanica (tipe B) dan indica (tipe

C). Pengelompokan ini didasarkan pada bentuk gabah baik dari panjang maupun

lebarnya. Perbedaan yang paling menonjol dari kedua sub spesies antara javonica

dan indica adalah perbedaan ukuran butiran. Japonica memiliki bentuk butiran

yang pendek membulat, sedangkan indica memiliki bentuk memanjang. Rasio

panjang-lebar japonica lebih kecil dari 2.0 sedangkan indica memiliki rasio

panjang-lebar lebih tinggi hingga 4.0. Rasio lebar-tebal japonica berkisar antara

1.4 sampai 1.6, sedangkan indica 1.3 sampai 1.6. Berat per butir japonica

umumnya lebih tinggi daripada indica (Patiwiri 2006).Sedangkan subspesies

javanica memiliki ukuran butiran yang besar, yaitu memiliki panjang dan lebar

butiran yang tinggi. Indica memiliki rentang lebar butiran antara 2.0-3.5 mm dan

panjang 6.7 mm atau lebih, japonica memiliki rentang lebar butiran 2.7 mm atau

lebih dan panjang 7.7 mm atau lebih (Patiwiri 2006).

Varietas-varietas padi yang ditanam di Indonesia termasuk dalam subspesies

indica. Rasio panjang-lebar paling rendah 2.0 ditunjukkan oleh PB 36 dengan

panjang butiran 6.4 mm, sedangkan rasio panjang-lebar yang tinggi ditunjukkan

oleh varietas Rojolele dan Semeru sebesar 2.9 dengan panjang butiran 6.5-7.5 mm

(Patiwiri 2006).

Persyaratan mutu beras berdasarkan SNI No. 6128-2008 terdiri atas syarat

umum dan syarat khusus. Syarat umum adalah: (a) bebas hama dan penyakit, (b)

bebas bau apek, asam atau bau asing lainnya, (c) bebas dari campuran dedak dan

(31)

dan merugikan. Sedangkan syarat khusus beras menurut SNI No.6128-2008

ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Syarat khusus beras menurut SNI No. 6128-2008

No Komponen mutu Satuan Mutu

I

Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan pengamanan yang selalu

berkaitan dengan waktu. Tujuan penyimpanan dari biji-bijian adalah menjaga

kualitas, termasuk nilai nutrisi dan menjaga biji-bijian dalam kondisi yang bagus

untuk pemasaran dan pengolahan. Kualitas dari bahan yang disimpan dipengaruhi

oleh empat faktor, yaitu (a) kondisi awal biji-bijian, (b) kondisi lingkungan

selama periode penyimpanan, (c) faktor biotik, seperti serangga, tikus dan

mikroorganisme dan (d) berbagai perlakuan yang diaplikasikan pada biji-bijian

selama periode penyimpanan (seperti aerasi, pengeringan, fumigasi, kontrol

atmosfer, grain protectan) (Rajendran 2003).

Kondisi awal biji-bijian

Kondisi awal biji-bijian sebelum penyimpanan, seperti tingkat ketuaan biji,

metode panen dan metode penanganan mempengaruhi kualitas biji-bijian yang

disimpan. Aktivitas cendawan dan serangga hama dapat dimulai sejak dari lahan.

Kondisi sanitasi dan fisik biji bijian setelah panen, sebelum disimpan (seperti

kadar air, kebersihan dan densitas) akan mempengaruhi kualitas penyimpanan,

oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan kualitas biji-bijian sebelum disimpan.

(32)

mempengaruhi pertumbuhan serangga hama dan organisme perusak lainnya.

Kadar air tidak akan seragam pada penyimpanan curah dan akan bervariasi antar

daerah, antar lot dan dalam penyimpanan karung akan berbeda antara yang lapisan

berbatasan dengan kemasan dengan yang di dalam, dan di penyimpanan curah

antara lapisan atas dengan lapisan luar atau di dalam. Pada penyimpanan curah,

kadar air tertinggi di beberapa bagian lebih penting daripada kadar air rata-rata

(Rajendran 2003).

Faktor Fisik

Faktor fisik yang berpengaruh terhadap penyimpanan biji-bijian adalah

suhu, aktivitas air/kadar air biji dan kelembaban udara. Aktivitas hama

bergantung pada suhu, sehingga suhu memiliki peran penting dalam

penyimpanan. Serangga dan kapang memiliki kondisi suhu optimum

pertumbuhan, masing-masing 25-31°C dan 25°C. Penurunan suhu akan

menurunkan aktivitas dan perkembangan serangga dan kapang. Kenaikan suhu

akan menyebabkan peningkatan aktivitas respirasi dari biji-bijian dan serangga,

sehingga reaksi deteriorasi lebih cepat terjadi. Faktor lain yang yang berkorelasi

dengan suhu adalah kadar air atau aktivitas air dari biji. Kadar air antara 12-14%

baik untuk pertumbuhan serangga. Jika aktivitas air (Aw) 0,9 atau lebih, kapang

akan tumbuh. Jika Aw rendah, aktivitas hama akan turun. Suhu dan kadar air

secara bersama-sama menentukan lama penyimpanan. Respirasi dari biji-bijian

dan hama serangga akan mengkonsumsi oksigen dan melepaskan karbon dioksida

selama penyimpanan. Kadar oksigen dan karbon dioksida juga mempengaruhi

populasi dan pertumbuhan serangga (Rajendran 2003).

Interaksi antara faktor fisik dengan proses biologi dalam ekosistem

penyimpanan biji-bijian berperan utama dalam perubahan komposisi biji-bijian

dan sifat fungsionalnya. Perubahan tersebut diantaranya penurunan kadar

karbohidrat termasuk penurunan jumlah gula reduksi dan total gula. Penurunan

kadar lemak dan peningkatan kadar asam lemak bebas karena aktivitas enzim

lipase serta penurunan kadar vitamin A dan B (Rajendran 2003).

Faktor Biotik dan Pengaruh Perlakuan

Faktor biotik seperti serangga, tungau, tikus, burung dan mikroorganisme

berperan pada susut kuantitas dan kualitas dalam penyimpanan biji-bijian, serta

(33)

Pada kasus yang ekstrim dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan (Rajendran

2003).

Serangga merupakan hama yang pertama berinteraksi dengan biji-bijian dan

menjadi ancaman utama dalam mempertahankan kualitas biji-bijian selama

penyimpanan. Serangga ini mengkonsumsi, mengkontaminasi dan menyebarkan

mikroflora. Serangga hama menyebabkan susut bobot terutama karena aktivitas

makan, dan kerusakan terjadi jika serangga meletakkan telur. Hal ini

menyebabkan kehilangan gula non reduksi, gula reduksi dan total gula dari

biji-bijian yang diinfestasi. Serangga hama juga mengeluarkan kotoran yang

mengandung asam urat, selain itu juga kontaminasi juga berupa potongan tubuh

dan serangga mati. Kontaminasi serangga dapat menurunkan harga produk dan

dapat juga menyebabkan penolakan produk. Serangga juga berperan dalam

menyebarkan cendawan penyimpanan (Rajendran 2003).

Perlindungan biji-bijian dari kerusakan dapat dilakukan secara fisik dengan

(a) manipulasi suhu, aktivitas air dan komposisi udara; (b) aplikasi “inert dust

dan (c) pemisahan secara mekanis untuk membuang serangga hama, digunakan

sebelum perlindungan secara kimia dan fumigasi diperkenalkan. Perlakuan fisik

memiliki kelebihan karena bebas residu dan tidak mempengaruhi kualitas biji,

namun umumnya biayanya mahal, tetapi beberapa perlakuan telah dilakukan pada

skala komersial (Rajendran 2003). Kerusakan selama penyimpanan dapat dicegah

dengan fungisida, insektisida, cara pengemasan dan pengaturan ruangan serta

pengaturan kadar air dan suhu selama penyimpanan (Wardana 2010).

Penggunaan bahan pengemas yang dibuat dari bahan yang sukar ditembus

oleh serangga (tidak dapat digigit) merupakan salah satu metode untuk

melindungi bahan yang disimpan. Kemasan harus anti serangga (tidak ada

sambungan/keliman yang merupakan celah yang dapat dimasuki oleh serangga).

Contoh kemasan yang bersifat tahan terhadap serangan hama pascapanen adalah

poliester/polikarbonat dengan ketebalan > 40µm atau laminat plastik dengan

aluminium foil (alufo). Kemasan karung/kantong yang terbuat dari lembaran

plastik, lebih baik dibanding kantong atau karung yang terbuat dari anyaman

plastik. Penutupan kantong/karung secara dikelim/heat-seal lebih baik dibanding

(34)

Sitophilus oryzae

Sitophilus oryzae merupakan hama yang yang paling merusak pada

biji-bijian yang disimpan. S.oryzae merupakan kumbang moncong kecil yang

bervariasi dalam ukuran, tapi rata-rata 2-3 mm. Moncong S.oryzae panjang (1

mm), hampir 1/3 bagian dari total panjangnya. Kepala dengan moncong hampir

sama panjangnya dengan protorak maupun elytra. Warnanya bervariasi dari merah

coklat kusam sampai hitam, dan biasanya ditandai dengan 4 bintik merah sampai

kuning pada bagian punggung (Gambar 2). Sayap bawah dari S.oryzae akan

berkembang dan dapat terbang. Thorak ditutupi oleh bintik-bintik padat yang

disebut puncture dan elytra memiliki memiliki barisan bintik menurut garis

membujur. Tahap larva dari dari serangga ini berwarna putih, lembut, tak berkaki

dan berada didalam biji, memakan biji dari dalam. Setelah berkembang, larva

akan menjadi pupa dan akhirnya menjadi imago (Kohler 2008; Jacobs dan Calvin

2001).

 

Gambar 2.Imago Sitophilus oryzae (Makarov 2002)

Selama musim panas, periode perkembangan lebih pendek, yaitu sekitar 26

hari. Periode ini akan lebih lama pada kondisi cuaca dingin. S.oryzae dapat

terbang, dan infestasi kemungkinan terjadi saat di lahan terlebih dahulu daripada

pada saat panen. S.oryzae merupakan hama yang merusak biji-bijian.

Berkembang di dalam biji menyebabkan kerusakan hampir semua biji-bijian

dalam elevator atau tempat penyimpanan (Jacobs dan Calvin 2001).

S.oryzae mengalami metamorfosis sempurna dengan perkembangan telur

hingga imago selama 35 hari di daerah tropis, dan 110 hari di daerah beriklim

dingin. Lingkungan paling sesuai bagi perkembangan hama ini adalah pada suhu

(35)

tetapi beberapa individu mampu hidup hingga satu tahun. Betina bertelur selama

hidupnya dengan fekunditas total 300-400 butir, tetapi hanya ± 150 telur yang

diletakkan dengan puncak oviposisi pada umur imago 4-5 minggu (Anggara dan

Sudarmadji 2009).

Rentang waktu perkembangan serangga pradewasa bergantung pada kualitas

beras dan suhu lingkungan penyimpanan. Imago betina membuat lubang kecil

pada permukaan beras, bertelur di lubang tersebut, dan menutupnya kembali

dengan semacam zat lilin (egg-plug) yang disekresi mulutnya. Telur menetas

setelah telur diletakkan 3-6 hari. Larva tidak bertungkai (apoda), dan berkembang

melalui empat instar selama ± 25 hari (3-4 minggu) sebelum menjadi pupa. Pada

suhu 18°C, stadia larva berlangsung ± 98 hari. Setelah tujuh hari sebagai pupa,

imago muncul dan hanya menyisakan selaput kulit luar beras. Apabila menyerang

gabah, imago keluar dengan membuat lubang (emergence hole) pada sekam

(Anggara dan Sudarmadji 2009).

Kumbang bubuk beras merupakan salah satu hama penting dalam

penyimpanan biji-bijian. Hama ini berasal dari India dan telah menyebar ke

seluruh dunia melalui perdagangan. Baik serangga dewasa maupun larva makan

keseluruhan biji. Sitophilus oryzae dapat menyerang biji-bijian utuh yang

disimpan seperti, gandum, sorgum, barley dan beras (Kohler 2008).

Kerusakan beras yang disebabkan serangga susah diukur secara

keseluruhan. Akibat serangan serangga pada beras secara nyata dapat dilakukan

secara langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung dapat terjadi karena

serangga yang memakan beras, mengkontaminasi beras dan merusak struktur

penyimpanan; kerusakan tidak langsung terjadi terkait dengan pemanasan massa

biji-bijian, distribusi mikroorganisme dalam beras dan resistensi konsumen

terhadap produk yang terkontaminasi (Howell Jr 2003).

Internal feeder menyebabkan kerusakan yang besar pada biji, satu studi

menunjukkan bahwa kumbang bubuk beras memakan 30% biji saat berkembang

di dalam gandum. Kerugian dapat disebabkan beras terdegradasi karena adanya

butir rusak oleh serangga atau banyak bagian serangga pada beras (Howell Jr

(36)

Ketahanan Varietas Beras terhadap Serangan Hama Pascapanen

Salah satu metode preventif yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan

hama pascapanen yang dapat menimbulkan kerusakan dan kehilangan bahan

pangan adalah dengan menyimpan serealia yang tahan terhadap serangan hama

pascapanen. Secara alamiah, ada varietas-varietas hasil panen yang rentan dan

adapula varietas tanaman yang resisten terhadap serangan hama pascapanen.

Haryadi (1991) telah mengembangkan metode screening untuk menyeleksi

berbagai varietas serealia yang tahan terhadap serangan hama pascapanen.

Berdasarkan metode yang dikembangkan tersebut, diketahui bahwa varietas eksotik

(di tanam di daerah tropis) lebih tahan terhadap serangan Sitophilus oryzae

dibanding beras varietas sub-tropis (Haryadi 2010).

Dengan rekayasa genetik atau teknik pemuliaan tanaman lainnya

dimungkinkan diciptakan varietas serealia yang menghasilkan biji yang resisten

terhadap serangan hama pascapanen. Selama ini telah dihasilkan berbagai varietas

baru serealia. Pada umumnya dihasilkan varietas yang unggul dari sisi produksi,

seperti tahan hama prapanen, tahan penyakit, produktivitas tinggi, rasa yang enak,

umur tanam yang lebih pendek, tahan keasaman tinggi, tahan kekerinagn dan

keunggulan lainnya. Akan tetapi penemuan varietas-varietas tersebut tidak

bermakna, apabila pada tahap penyimpanan, varietas-varietas baru tersebut tidak

tahan serangan agen-agen perusak khususnya serangan hama pascapanen (Haryadi

2010).

Screening varietas beras/padi terkait dengan ketahanannya terhadap

serangan hama pascapanen telah dilakukan. Rashid et al. (2009), telah melakukan

pengujian resistensi tujuh varietas beras terhadap serangan Sitophilus oryzae (L),

dan hasilnya menunjukkan ada beberapa varietas beras yang resisten dengan susut

bobot yang rendah. Selanjutnya preferensi makan dari Sitophilus oryzae pada empat

varietas beras (Taroum, Hashemi, Ali Kazemi dan Dylamani) juga telah dilaporkan

oleh Hasheminia (2011) yang menunjukkan bahwa Sitophilus oryzae memiliki

preferensi makan yang berbeda terhadap beras dari varietas yang berbeda. Nadeem

et al. (2011) juga telah meneliti preferensi makan dan periode perkembangan

Tribolium castaneum (Herbst), Rhyzopertha dominica (F.) dan Trogoderma

(37)

padi pada kondisi laboratorium. Varietas yang berbeda memberikan respon yang

berbeda terhadap feeding preference, perkembangan dan kehilangan berat biji.

Abebe et al. (2009) melaporkan ketahanan beberapa varietas jagung terhadap

serangan hama gudang Sitophilus zeamais (Motsch.), salah satu hama penting

dalam penyimpanan jagung. Dari 13 varietas yang di screening, diperoleh satu

varietas resisten sedangkan yang lain cukup resisten.

Pengemasan Beras

Kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang

dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya

kemasan dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan

yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan,

benturan dan getaran. Bahan kemasan yang umum untuk pengemasan produk

hasil pertanian untuk tujuan pengangkutan atau distribusi adalah kayu, serat goni,

plastik, kertas dan gelombang karton (Syarief et al. 1989).

Kerusakan atau umur simpan dari bahan pangan dipengaruhi oleh faktor

intrinsik yang merupakan sifat dari produk itu sendiri dan faktor ekstrinsik

(lingkungan). Faktor ekstrinsik diantaranya adalah profil suhu dan waktu selama

processing, kontrol suhu, RH, paparan terhadap cahaya selama penyimpanan dan

distribusi, komposisi gas di dalam kemasan dan penanganan oleh konsumen

(Brown dan Williams 2003).

Pengemasan produk akan memberikan efek yang signifikan pada berbagai

faktor ekstrinsik tersebut. Perkembangan bahan kemasan diarahkan oleh

kebutuhan untuk mengurangi akibat dari pengaruh lingkungan dan meningkatkan

umur simpan. Pada beberapa kasus kemasan sendiri dapat secara efektif

meningkatkan umur simpan seperti menjadi barrier yang sempurna terhadap

cahaya dan oksigen, sedangkan pada banyak kasus, berbagai faktor akan

mempengaruhi efektitivitas kemasan (Brown dan Williams 2003).

Biji-bijian biasanya kering dan biasanya tidak mendukung pertumbuhan

bakteri. Serangga dan cendawan merupakan organisme utama yang menyebabkan

kerusakan dalam ekosistem penyimpanan biji-bijian dan mereka secara alami

(38)

ekosistem penyimpanan biji-bijian memeliki efek mematikan pada serangga dan

cendawan dan meningkatkan umur simpannya (Jaya and Jeyamkondan 2002).

Perintis penyimpanan kedap udara modern telah menghasilkan penggunaan

penyimpanan kedap udara yang ekstensif, aman dan bebas dari pestisida yang

cocok untuk berbagai jenis komoditas dan biji-bijian, terutama pada daerah yang

beriklim panas dan lembab. Metode penyimpanan yang digunakan adalah

penyimpanan hermetis organik, yang lebih dikenal dengan penyimpanan hermetik

yaitu modifikasi udara untuk mempertahankan oksigen tetap rendah yang

didasarkan pada aktivitas metabolik dan respirasi serangga, mikroflora dan

komoditi itu sendiri di dalam ruang simpan/kemasan (Villers et al. 2007).

Plastik “Hermetik” laminat

Plastik hermetik adalah kantong plastik yang dibuat dari bahan dan teknik

khusus untuk menciptakan lingkungan hermetik (kedap dari pengaruh udara

luar). Jenis plastik ini memiliki ketebalan 0.078 mm dengan lapisan pelindung

dibagian luar dan barier gas di tengah. Plastik ini memiliki permeabilitas yang

rendah pada uap air dan gas (8 g.m-2.24 jam untuk uap air dan 0.3 cm3.m-2.24 jam oksigen) (Villers dan Gummert 2009).

Polipropilen (PP)

Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah,

ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup

mengkilap. Monomer polipropilen diperoleh dengan pemecahan secara termal

naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propilene dan homolog yang lebih tinggi

dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Titik didih PP 1600C dan dapat digunakan dalam autoklaf (Syarief et al. 1989). Tembus pandang dan jernih

dalam bentuk film, tapi tidak transparan dalam bentuk kemasan kaku.

Low Density Poli Etilen (LDPE)

LDPE merupakan plastik termoplastik poliolefin yang pertama kali

digunakan secara komersial. LDPE memiliki struktur molekul yang unik, yaitu

memiliki rantai cabang panjang yang banyak. LDPE banyak digunakan untuk

berbagai hal, seperti film pengemas, pelapis, bahkan bahan insulasi kabel. Salah

(39)

dan toksisitasnya yang rendah. LDPE memiliki derajat elongasi yang tinggi maka

plastik ini mempunyai kekuatan terhadap kerusakan dan ketahanan untuk putus

yang tinggi. Titik lelehnya berkisar anatar 105-115°C. Digunakan untuk film

kemasan, mangkuk, botol dan wadah/kemasan. Sifat mekanis LDPE adalah kuat,

agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah

60°C sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air

tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen.

(Syarief 1989; Baker dan Mead 2000). Sifat barier terhadap gas dan uap air dari

berbagai plastik film kemasan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Sifat barrier terhadap gas dan uap air dari berbagai plastik film kemasan

Film (tebal 25µm)

Laju transmisi uap air (WVTR) g m-2/24 jam Keterangan: WVTR pada kondisi tropis dengan RH 90% pada 38°C Sumber: Kirwan dan Strawbridge (2003)

Beberapa penelitian penggunaan plastik untuk mengemas biji-bijian telah

dilakukan, diantaranya penggunaan plastik LDPE untuk pengemas beras Pandan

Wangi, dapat mempertahankan aroma beras dan disukai oleh panelis pada minggu

kedelapan pengamatan (Natalia 2007). Selanjutnya hasil penelitian Subarna et al.

(2006) dan Suroso et al. (2006) menunjukkan bahwa kandungan gizi proksimat

beras Ciherang, IR 64 dan Sintanur yang dikemas dalam kantong plastik selama

enam bulan tidak mengalami perubahan, namun terjadi perubahan aroma, rasa dan

kepulenan dari beras Ciherang dan Sintanur serta perubahan kadar air dan derajat

putih beras untuk semua varietas. Ferizli et al. (2000), meneliti penggunaan

kemasan kedap dalam penyimpanan jagung, hasilnya menunjukkan bahwa kemasan

(40)

diinfestasikan secara artifisial setelah penyimpanan selama dua bulan. Selanjutnya,

penggunaan kemasan film plastik sebagai pengemas juga dilakukan oleh Sanon et

al. (2011), yang hasilnya menunjukkan bahwa penyimpanan hermetik kacang

tunggak dalam dua lapis kantong plastik HDPE dengan ketebalan minimum 80 µm

secara signifikan dapat menurunkan jumlah Callosobruchus maculatus dan

(41)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium TPPHP, Laboratorium

Leuwikopo dan Laboratorium Kimia Pangan BB Pascapanen Bogor. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Desember 2011-Oktober 2012.

Bahan dan Alat

Pada penelitian ini, ada delapan varietas beras lokal Kalimantan Tengah

yang digunakan, yaitu Karang Dukuh, Siam Unus, Siam Palas, Siam Pandak,

Siam Jurut, Bayar Pahit, Rantul dan Siam Palun yang berasal dari kabupaten

Kapuas. Karakteristik beras dapat dilihat pada Lampiran 1. Kadar air sampel beras

tersebut berkisar antara 12-14%. Gabah Kering Giling (GKG) diperoleh dari

petani. Gabah yang telah dibersihkan dikemas dalam kantong plastik kemudian

disimpan sampai saat digunakan dalam penelitian. GKG dikirim ke Bogor dalam

kantong plastik kemudian dimasukkan karung plastik dan dikemas lagi dengan

kardus. Pengiriman melalui jasa pengiriman cepat. GKG selanjutnya digiling di

laboratorium untuk menghasilkan beras sosoh.

Serangga uji yang digunakan pada penelitian ini adalah Sitophilus oryzae,

yang merupakan salah satu serangga hama pascapanen yang banyak menyerang

beras selama penyimpanan. S.oryzae diperoleh dari SEAMEO BIOTROP

(Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology) yang selanjutnya

diperbanyak sendiri dalam penelitian ini.

Bahan pengemas yang digunakan adalah (i) kantong kemasan “hermetik”

laminat (ii) kantong plastik PP dan (iii) kantong LDPE dengan ketebalan 0.05

mm. Plastik dibeli dalam bentuk kantong ukuran besar. Pembuatan kantong

ukuran kecil (8 x 12 cm) dilakukan dengan cara memotong plastik sesuai ukuran

yang selanjutnya dirapatkan dengan sealer. Karakteristik plastik yang digunakan

dapat dilihat pada Lampiran 2.

Bahan analisis yang digunakan adalah NaOH, asetat, KI, N-hexan. Alat

yang digunakan adalah sealer, oven model 2120 Isuzu Seisakusho, timbangan

elektrik Adam PW 184, timbangan digital Mettler PM 4800, labu erlenmeyer,

(42)

spektrofotometer, Whiteness Meter Kett, Hardness tester Fujihara Seisakusho, dial

caliper, dan termometer.

Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, screening varietas beras

dan pengemasan beras.

Persiapan

Tahap persiapan terdiri atas pembiakan serangga Sitophilus oryzae untuk

memperoleh serangga dewasa yang berumur 7-15 hari sebagai serangga uji.

Pembiakan Sitophilus oryzae dilakukan dengan cara sebagai berikut: 250 ekor

serangga Sitophilus oryzae yang diperoleh dari SEAMEO BIOTROP

diinfestasikan pada media beras merah (yang cocok untuk nutrisi Sitophilus

oryzae) sebanyak 750 gram dalam wadah toples kaca yag ditutup dengan kain

kasa dan diinkubasi selama empat minggu pada suhu dan kelembaban ruang.

Sebelumnya, beras merah yang digunakan sebagai media, dipanaskan dalam oven

pada suhu 60ºC selama dua jam dengan tujuan untuk memastikan tidak ada

serangga yang hidup pada medium beras merah.

Setelah empat minggu masa infestasi, dilakukan pengayakan untuk

memisahkan serangga yang keluar. Media beras kemudian diinkubasi lagi dan

sehari kemudian serangga yang keluar dianggap berumur satu hari. Hari

berikutnya dilakukan pengambilan serangga dewasa yang keluar dan disimpan

pada media beras merah baru dan ditunggu sampai dengan serangga tersebut

berumur 7-15 hari. Penentuan umur serangga ini penting karena pada umur 7-15

hari, serangga tersebut mencapai kedewasaan kawin dan dapat memproduksi telur

secara maksimal (Haryadi 1991). Diagram alir pembiakan Sitophilus oryzae dapat

(43)

Gambar 3. Diagram Alir Pembiakan Sitophilus oryzae

Screening varietas beras

Penelitian ini terdiri atas dua seri, seri I untuk mengetahui laju pertumbuhan

populasi S.oryzae dan seri II untuk mengetahui kerusakan dan susut bobot yang

disebabkan S.oryzae.

Seri I. Sebanyak 200 butir beras kepala dimasukkan ke dalam gelas plastik,

kemudian diinfestasi dengan lima pasang S.oryzae. Wadah kemudian ditutup

dengan kain blacu dan diikat dengan karet gelang. Setelah tujuh hari masa

infestasi, serangga S.oryzae dikeluarkan dan dibuang. Beras kemudian dibiarkan

untuk memberi kesempatan telur berkembang sesuai siklus hidup serangga.

Setelah 14 hari mulai dilakukan pengamatan setiap hari untuk mengetahui Beras merah

S.oryzae berumur 1 hari Dioven pada suhu 60 °C, 2 jam

S.oryzaedipisahkan dari beras Didinginkan pada suhu ruang, ditimbang 750 g, dimasukkan

toples plastik S.oryzae 250 ekor

Diinkubasi selama 1 bulan, suhu ruang

Beras merah serangga

Diinkubasi selama 1 hari, suhu ruang

Diinfestasikan pada media beras baru selama 7-15 hari

(44)

keluarnya serangga turunan pertama (F1). Serangga dewasa yang keluar diangkat,

dihitung dan dibuang. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga tidak ada lagi

serangga turunan pertama yang keluar selama lima hari berturut-turut. Diagram

alir penelitian Seri I dapat dilihat pada Gambar 4 dan proses alurnya dapat dilihat

pada Gambar 5.

Parameter yang diamati adalah jumlah total populasi S.oryzae, total populasi

serangga (Nt), periode perkembangan (D), indeks perkembangan (ID), laju

perkembangan intrinsik (Rm), kapasitas multiplikasi mingguan (λ . (Haryadi

1991).

Selain itu juga dilakukan analisis kimia dan fisik beras yang meliputi

analisis kadar air dengan metode oven, analisis kadar lemak (AOAC, 1995) dan

kadar amilosa beras. Analisis fisik meliputi analisis kekerasan dengan Hardness

meter, derajat putih (Whiteness meter) dan ukuran beras.

Seri II. Pada seri II, 10 ekor S.oryzae yang dipilih secara acak kemudian

diinfestasikan ke dalam 25 gram beras masing-masing varietas yang ditempatkan

ke dalam gelas plastik yang ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan karet

gelang. Setelah 60 hari masa inkubasi, serangga S.oryzae dihitung dan dibuang.

Parameter yang diamati adalah total populasi serangga dewasa, kadar air,

persen biji berlubang dan kehilangan bobot serta derajat putih. Diagram alir

penelitian Seri II dapat dilihat pada Gambar 6 dan proses alurnya dapat dilihat

(45)

 

Gambar 4. Diagram alir seri I screening varietas beras

   

Ditutup dengan kain blacu

S.oryzae dipisahkan

dari beras Beras 200 butir dalam wadah

Hitung jumlah

Inkubasi dilanjutkan sampai semua serangga baru muncul

S.oryzae baru muncul Inkubasi dilanjutkan sampai 14

hari

Diinkubasi pada suhu ruang, selama 7 hari λ (kapasitas multiplikasi

(46)

 

 

Keterangan:

a. 200 butir beras diletakkan pada gelas plastik, b. Diinfestasi dengan lima pasang S.oryzae,

c. Ditutup dengan kain blacu dan diletakkan pada keranjang,

d. Setelah tujuh hari, S.oryzae dipisahkan, dan mulai hari ke-14 diamati turunan pertama S.oryzae yang keluar.

Gambar 5. Proses penelitian screening varietas beras seri I.

Gambar 6.

Ditimbang Hitung jumlah biji

berlubang Berat biji berlubang Hitung jumlah biji utuh

Berat biji utuh Kadar air Derajat putih Kadar air Derajat putih Beras 25 g dalam wadah

S.oryzae 10 ekor Ditutup dengan kain kasa dan

diikat karet gelang

Disimpan pada suhu ruang, selama 60 hari

Gambar 6. Diagram alir seri II screening varietas beras  

c d

(47)

 

 

Keterangan:

a. 25 g beras diinfestasi dengan 10 ekor S.oryzae, ditutup dengan kain kasa dan diletakkan pada keranjang.

b. Setelah 60 hari, S.oryzae tutup dibuka.

c. S.oryzae dipisahkan dari beras dan dihitung, kemudian diambil

1000 bulir beras sebagai sampel dipisahkan untuk menghitung biji berlubang dan susut bobot.

d. Biji utuh. e. Biji berlubang.

Gambar 7. Proses penelitian screening varietas beras seri II

Pengemasan Beras

Dari hasil screening dipilih tiga varietas (resisten, medium resisten dan

rentan) yang akan dikemas menggunakan berbagai jenis kemasan. Kemasan yang

digunakan adalah “hermetik’ laminat, PP (dua lapis) dan LDPE (dua lapis) dengan

ukuran 8 x 12 cm (yang merupakan dimensi miniatur dari dimensi ukuran

kemasan beras 2 kg dengan ukuran 18 x 27 cm). Plastik PP dan LDPE digunakan

dua lapis karena menurut penelitian Sanon et al. (2011), dua lapis plastik HDPE e

a b

c

(48)

dapat menghambat perkembangan serangga hama pascapanen pada kacang

tunggak dibandingkan satu lapis pada tingkat ketebalan yang sama. Plastik PP

dan PE dipilih sebagai kemasan yang banyak digunakan. Sedangkan plastik

“hermetik” laminat merupakan plastik laminat yang memiliki permeebilitas gas

yang rendah.

Beras dibersihkan, dipisahkan dari kotoran, kemudian ditimbang, 100 g

untuk setiap perlakuan dan dimasukkan dalam berbagai jenis kemasan.

Selanjutnya ke dalam masing-masing kemasan dilakukan infestasi Sitophilus

oryzae sebanyak 100 ekor, kemudian kemasan ditutup rapat dengan menggunakan

sealer. Beras yang telah dikemas diletakkan pada suhu ruang sampai seluruh

serangga yang diinfestasikan dalam kemasan mati, sampel disiapkan untuk

pengamatan selama 20 hari. Untuk setiap kombinasi perlakuan dibuat 3 ulangan.

Pengamatan dilakukan setiap hari, tiga sampel untuk setiap perlakuan.

Parameter yang diamati adalah jumlah serangga mati, jumlah serangga hidup,

kadar air, kadar oksigen dan kadar karbon dioksida. Pertama diukur O2 dan CO2

dalam kemasan, selanjutnya kemasan dibuka untuk menghitung jumlah S.oryzae

yang hidup dan yang mati, kemudian diambil sampel untuk kadar air. Diagram

alir pengemasan beras dapat dilihat pada Gambar 8 dan pengemasan beras dapat

dilihat pada Gambar 9.

Beras bersih

Pengamatan setiap hari sampai seluruh serangga mati.

(“hermetik” laminat, PP dan LDPE)

Analisis: Kadar O2, CO2

Jumlah serangga mati, hidup Kadar air

(49)

 

 

Keterangan:

a. kemasan “hermetik”, laminat . b. plastik polipropilen.

c. plastik polietilen densitas rendah (LDPE)

Gambar 9. Pengemasan beras dengan berbagai jenis plastik 

Metode Analisis

Analisis Kadar air metode oven.

Sampel sebanyak ± 5 gram, ditimbang lalu dimasukkan ke dalam cawan

yang telah diketahui beratnya. Cawan beserta isi dikeringkan dalam oven 105°C

selama 6 jam, lalu dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit lalu

didinginkan dan ditimbang. Cawan beserta isinya dikeringkan kembali sampai

a b

(50)

diperoleh berat konstan. Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus berikut

Analisis kadar amilosa menggunakan metode kolorimetri. Sebanyak 100 mg

beras yang ditepungkan dimasukkan labu ukur 100ml, kemudian diberi 1 ml

alkohol 95% dan 9 ml NaOH 1 N. Larutan didiamkan pada suhu ruang selama 23

jam, kemudian ditambah air destilata sampai tera, lalu dikocok. Dari larutan

tersebut diambil 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml yang

telah diisi 85 ml air destilata dan diberi 1 ml asetat 1 N dan 2 ml KI 2%, lalu

diencerkan sampai tanda tera. Nilai penyerapan cahaya dari larutan ini diukur

dengan spektrofotometer. Klasifikasi kadar amilosa dapat digolongkan sebagai

berikut: tinggi (>25%), sedang (20.1-25%, rendah (12.1-20,0%), dan sangat

rendah (5.1-12.0%) (Juliano dan Villareal 1993 dalam Lestari et al. 2007).

Analisis Kadar Lemak

Sampel sebanyak 5 gram ditempatkan dalam saringan timbel dan ditutup

dengan kapas wool yang bebas lemak. Timbel yang berisi sampel diletakkan

dalam alat ekstraksi Soxhlet. Pelarut N-Hexan dituangkan ke dalam labu lemak

secukupnya. Di refluks selama 5 jam sampai pelarut yang ada dalam labu lemak

dan ditampung pelarutnya. Selanjutnya labu lemak hasil ekstraksi dipanaskan

dalam oven 105°C. Setelah mencapai berat yang tetap, sampel didinginkan dalam

desikator, labu dan lemaknya ditimbang. (Subarna et al. 2006)

Derajat putih

Pengukuran derajat putih dilakukan dengan Whiteness Meter Kett

menggunakan standar BaSO4.

Kekerasan beras

Pengukuran kekerasan beras dilakukan dengan menggunakan Kiya

(51)

Ukuran Beras

Sepuluh butir beras kepala diukur panjangnya secara manual menggunakan

alat dial caliper. Bentuk beras diperoleh dari rasio panjang dibanding lebar beras

(Lestari et al. 2007)

Perhitungan Hasil Pengamatan Screening

Karakteristik Resistensi

Hasil pengamatan dihitung dengan parameter sebagai berikut:

a. Jumlah total populasi (Nt), dengan menghitung semua serangga yang ke luar

ditambah dengan serangga awal yang diinfestasikan.

b. Periode perkembangan (D), yaitu lamanya waktu dari tengah-tengah waktu

infestasi sampai tercapai 50% dari total populasi F1 Sitophilus oryzae.

c. Indeks perkembangan (ID), yang dihitung dari nilai Nt dan D, dengan formula:

ID = (ln Nt / D) x 100

d. Laju perkembangan intrinsik (Rm), dihitung dengan formula:

Rm= Loge R

Dm Dimana:

R = Nt/No

No = Jumlah serangga yang diinfestasikan

Dm = periode perkembangan dalam satuan minggu

e. Kapasitas multiplikasi minggunan (λ), dengan formula:

λ   

Karakteristik Kehilangan Bobot

a. Persen Biji Berlubang

Diketahui dengan menghitung jumlah biji berlubang setelah masa infestasi dan

dibandingkan dengan jumlah biji awal yang utuh, dihitung dengan formula:

(52)

b. Persen Kehilangan Bobot

Dihitung menggunakan formula Adam, yaitu:

Persen kehilangan bobot = U.Nd – D.Nu x 100% U.N

Dimana:

U = Bobot Biji Utuh Nu = Jumlah Biji Utuh D = Bobot Biji Berlubang Nd = Jumlah Biji Berlubang N = Nu + Nd

Rancangan Percobaan

Screening varietas beras

Rancangan percobaan untuk screening varietas beras menggunakan

Rancangan Acak Lengkap dengan varietas beras sebagai faktor dengan 3 kali

ulangan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Model matematiknya

sebagai berikut:

Yij =

μ

+ Ai +

є

ij

Yij = Nilai pengamatan

µ = nilai rata-rata umum

Aij = pengaruh varietas ke-i Єij = galat percobaan

Pengemasan beras

Penelitian pengemasan beras menggunakan Rancangan Acak Lengkap

Faktorial dengan faktor pertama varietas dan faktor kedua jenis kemasan. Varietas

yang digunakan adalah 1). varietas yang paling resisten, 2) varietas medium

resisten dan 3). varietas yang paling rentan yang diperoleh dari tahap penelitian

sebelumnya. Jenis kemasan yang digunakan adalah 1).plastik hermetik, 2). plastik

PP 0.05 mm (dua lapis) dan 3). Plastik LDPE 0.05 (dua lapis). Masing-masing

(53)

Model matematiknya sebagai berikut:

Yijk =

μ

+ Ai +

Βj + (AB)ij + є

ijk

Yijk = Nilai pengamatan

µ = nilai rata-rata umum

Ai = pengaruh varietas ke-i

Bj = pengaruh kemasan ke j

(AB)ij = pengaruh interaksi varietas dan kemasan Єijk = galat percobaan

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam

(ANOVA) dengan α= 0.05. Bila dari hasil ANOVA memperlihatkan pengaruh

Gambar

Gambar 1.Struktur Biji Padi (Tengseng Rice Mill, 2011)
Tabel 1. Syarat khusus beras menurut SNI  No. 6128-2008
Tabel 2.Sifat barrier terhadap gas dan uap air dari berbagai plastik film kemasan
Gambar 3. Diagram Alir Pembiakan Sitophilus oryzae
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemaparan fenomena bahwa menstruasi pada mahasiswa angkatan A Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menyebabkan

Pada variabel bimbingan, dapat dilihat bahwa program studi akuntansi merupakan progdi yang paling terpengaruh oleh faktor ini dibandingkan program studi lainnya karena

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut diatas Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Padang menyusun Rencana Kerja ( RENJA ) yang memuat Visi,

Amerika Serikat adalah sebuah republik konstitusional federal, di mana Presiden (kepala negara dan kepala pemerintahan), Kongres, dan lembaga peradilan

Sebelum melakukan perawatan luka, saya menjelaskan kepada pasien tentang tujuan dari tindakan yang akan saya lakukan Saya mengatur posisi yang nyaman dan

Akan tetapi tabel 9 tentang pemimpin organ BHPP menunjukkan variasinya jawaban yang diberikan yaitu masih banyak yang menyebutkan bahwa pimpinan organ satuan

Tabel 1 ' Hasil analisis tekstur tanah (kandungan pasir, debu, dan liat), jenis tanah dan indeks kemantapan agregat.. Spektrum infra red gugus fungsional utama eksopolisakarida

Hal tersebut didukung teori yang dikemukakan oleh Made (2008 :2) yaitu: “ dalam pembelajaran di sekolah dasar media gambar sangat baik di gunakan dan diterapkan