• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Ekologi Sosial Kawasan Sungai Baharu Di Kecamatan Hamparan Perak Tahun 1945-2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Ekologi Sosial Kawasan Sungai Baharu Di Kecamatan Hamparan Perak Tahun 1945-2005"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

Media Swara Indonesia, 24 April 2011

Pt. Berita Nusantara, 6 November 2010

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Ali Umar

Jenis Kelamin : Laki -Laki

Umur : 86 tahun

Alamat : Dusun 4 Desa Sei Baharu

Pekerjaan : Mantan Kepala Dusun Sei baharu

2. Nama : Andak

Jenis Kelamin : Laki -Laki

Umur : 37 tahun

Alamat : Dusun 2 Desa Sei Baharu

Pekerjaan : Nelayan

3. Nama : H. Hasan Lebai

Jenis Kelamin : Laki -Laki

Umur : 88 tahun

(2)

Pekerjaan : Mantan Kepala Desa Sei Baharu

4. Nama : Junaidi Edi

Jenis Kelamin : Laki -Laki

Umur : 40 tahun

Alamat : Desa Hamparan Perak

Pekerjaan : Perangkat Desa Hamparan Perak

5. Nama : Zulham

Jenis Kelamin : Laki -Laki

Umur : 45 tahun

Alamat : Dusun 2 Desa Sei Baharu

Pekerjaan : Perangkat Desa Sei Baharu

6. Nama : Surya

Jenis Kelamin : Laki -Laki

Umur : 47 tahun

Alamat : Dusun 4 Desa Sei baharu

(3)

LAMPIRAN

a.

Peta dan Foto

Peta Desa Sei Baharu Tahun 1860-1950

(4)

Peta Desa Sei Baharu Tahun 1980-1990

(5)

Peta Desa Sei Baharu Tahun 1990-2007

(6)

Peta Lokasi Wisata Sei baharu

http://busyro.16mb.com/wisata/dena-lokasi-siba-island-di-belawan-dan-hamparan-perak/ ( diakses 12 Maret 2017 )

Sungai Lama bekas aliran Sungai Pematang Nibung yang sekarang sudah menjadi

sungai Mati

(7)

Instalasi Penyedotan dan Pembuangan PDAM Cabang Sunggal dan PDAM Cabang Hamparan Perak

(8)

Para Pengrajin Nipah di Desa Sei Baharu

Sumber : Koleksi Pribadi, 19 Maret 2017

Pabrik Pengelolaan Getah da Perumahan Masyarakat di Sungai Sunggal

(9)

Dermaga di Sungai Baharu

Sumber : Koleksi Pribadi, 19 Maret 2017

Pulau-pulau yang yang ditanami nipah berada di Sungai baharu

(10)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Adi, A, Sukanada, Antropo- Ekologi, Surabaya : Airlangga University Press, 1983.

Adioetomo , Sri Moertiningsih, Dasar-dasar demografi, Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2010.

Admansyah , Tengku, Butir-butir Sejarah Suku Melayu Pesisir Sumatera Timur, Medan : Yayasan Karya Budaya Nasional,1993.

Ali , Mohammad, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung : Penerbit : Pedagogiana press, 2007.

Asnan , Gusti, Sungai dan Sejarah Sumatera, Yogyakarta : Penerbit Ombak, 2016.

Azhari , Phili Ichwan, Asal Usul Kota Medan Dalam Riwayat Hamparan Perak, Penerbit : Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara, 2012.

Gottschalk , Louis Mengerti Sejarah (Terjemahan Nogroho Notosusanto), Jakarta : UI Press, 2006

Kotler , Philip, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Gramedia, 2005

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta : Tiara Wacana

Marsden , William, Sejarah Sumatera The History of Sumatra, Yogyakarta : Penerbit Indoliteras, 2016.

Martono, Nanang, Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern

Posmodern, dan Poskolonial, Jakarta : Penerbit Raja Garafindo Persada

(11)

Sinar ,Tuanku Luckman, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera

Timur, Medan : tanpa tahun dan penerbit.

, Sejarah Medan Tempoe Doloe , Medan : Perwira, 2001

Sumarwoto, Otto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan,Jakarta, Penerbit : Djambatan, 1997.

Stoler, Ann Laura, Kapitalisme dan Konfrontasi si Sabuk Perkebunan Sumatera

1870-1979, ( Terjemahan. Noer Fauzi),Yogyakarta, Penerbit : Karsa, 2005. Tantawi, Isma, Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia, Penerbit : Yayasan Al- Hayat, 2015.

Marfai , Aris, Bencana Banjir Rob; Studi Pendahuluan Banjir Pesisir Jakarta, Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013.

Wirosuhardjo, Kartomo , dkk. Dasar-Dasar Demografi. Edisi 2004. Jakarta: Lembaga Demografi FEUI

B. Skripsi /Tesis/Laporan penelitian/Jurnal

Mandasari Hutagaol , Novita, “Pengembangan Pelabuhan Belawan Dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Deli, 1920-1942 “ Skripsi,

Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau Kepulauan, 2016.

Harahap , “Mangamar Portibi, Studi Status Mutu Air Sungai Belawan Sebelum Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Sunggal dan Sebelum Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Hamparan Perak Untuk Pemanfaatan Sumber Air Bersih Tesis, Medan : Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, 2008.

(12)

Rayuana , Etty , Hubungan Genangan Air Pasang dengan Keluhan Penyakit pada Masyarakat Pesisir Pantai Desa Sei Baharu di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tesis, Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, 2011.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa), Desa Sei Baharu Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2006-2010.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa), Desa Sei Baharu Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2010-2015.

C. Arsip dan Surat Kabar

Arsip, Foto dokumentasi, Perkerasan Jalan Desa Sei Bahru-Kp.Lama, Cv.Murah Batu, 2001.

Arsip, lembaran Kerja (LK) Rehab Benteng dan Pintu Kleb 2 (Dua) Buah di Desa Lama, Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan, Proyek APBD kabupaten Deli Serdang Sektor Sumber Daya Air dan Irigasi Tahun Anggaran 2002.

Analisa, Minggu (9/11/2014)

Bapedalda Sumut pada tahun 2003

DetikNews , Selasa 04 Oct 2016

Harian Waspada , 1 Januari 2007

Kompas, 3 April 1993

Kompas, 20 maret 2013

(13)

BAB III

PERUBAHAN EKOLOGI SOSIAL SUNGAI BAHARU 1945-2005

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 kehidupan masyarakat

di kecamatan Hamparan Perak dapat dikategorikan aman dan sejahtera. Hal ini terjadi

sebagai akibat telah dibangunnya infrastruktur jalan di darat dan

pelabuhan-pelabuhan kecil disepanjang aliran Sungai Baharu.

Dengan infrastruktur jalan dan pelabuhan-pelabuhan kecil, maka kegiatan

ekonomi masyarakat Desa Sei Baharu berjalan dengan lancar. Hal ini berbanding

terbalik dengan kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar lereng pegunungan di

daerah Sumatera Timur dikarenakan kawasan pegunungan jauh dari pusat

perdagangan serta kurangnya infrastruktur jalan sebagai penunjang laju pertumbuhan

ekonomi di daerah tersebut.

Dengan dikeluarkannya undang-undang Republik Indonesia “Nomor : 86

tahun 1958 berbunyi, “Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang berada di wilayah Republik Indonesia yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dikenakan nasionalisasi dan dinyatakan menjadi milik yang penuh dan bebas Negara Republik Indonesia”.

Akibat dengan dikeluarkannya UU No 86 Tahun 1958 maka, seluruh

perkebunan tembakau dengan luas berates-ratus hektar di Kecamatan Hamparan

Perak dimiliki oleh Negara, secara langsung hal ini berdampak positif bagi para

(14)

perkebunan yang tinggal dan menetap di kawasan Hamparan Perak sudah

berkembang dalam beberapa garis keturunan. Bahkan banyak dari Suku Jawa yang

melakukan perkawinan dengan Suku Melayu. Perkawinan antara Suku Jawa dengan

Suku Melayu ini mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai-nilai sosial, adat, dan

budaya di daerah tersebut.

Disamping suku jawa dan melayu ada juga suku-suku lain di kawasan sungai

Baharu yaitu Suku Batak, Cina, Minangkabau, dan lain sebagainya. Kedatangan

suku-suku dan etnis asing ini berperan besar menyumbang pertambahan laju populasi

masyarakat di Desa Sei Baharu. Untuk dapat mengetahui secara menyeluruh tentang

perubahan ekologi sosial kawasan Sungai Baharu tahun 1945-2005. Pada bab III ini

akan dibahas tentang pertumbuhan penduduk, pembangunan jalan raya dan

pembangunan jembatan, sungai dan pola pemukiman, perubahan lingkungan alam,

(15)

3.1 Perubahan Nama Sungai

Sungai Baharu merupakan salah satu sungai yang berada di Kecamatan

Hamparan Perak. Dinamakan sungai Baharu karena telah terjadi pengerukan baru

sehingga air sungai dapat mengalir secara lancar menuju Sungai Belawan. Sebelum

terjadi pengerukan pertama pada tahun 1925 Sungai Baharu masih bernama Sungai

Pematang Nibung dimana pada masa itu air Sungai Pematang Nibung masih sangat

jernih dan tidak tercemar oleh limbah. Namun keadaan fisik Sungai Pematang

Nibung pada tahun 1925 sangat dangkal dan memiliki cabang tepat dibelakang

masjid Al Hafis dan dibelakang istana Balairung Urung Sepuluh Dua Kuta sehingga

Sungai Pematang Nibung pada masa itu susah dilalui oleh sampan-sampan untuk

mengangkut barang-barang menuju Belawan.

Pada tahun 1921 pemerintah Hindia-Belanda melakukan kebijakan

pengerukan pengendapan lumpur di Sungai Belawan sepanjang 13 km dan lebar 50

meter dengan kedalaman air 26 hingga 30 meter.30 Dan kemudian pada tahun 1925

pemerintah Belanda dan pihak kerajaan Urung sepuluh Dua Kuta melakukan

pengerukan Sungai Pematang Nibung yang melalui belakang masjid Al Hafis dan

belakang istana Balairung Urung Sepuluh Dua Kuta. Pengerukan dilakukan oleh para

kuli perkebunan Belanda yaitu orang-orang Cina dan Jawa. Pengerukan Sungai

(16)

Pematang Nibung dilakukan menggunakan peralatan-peralatan yang masih sederhana

seperti cangkul dan sekop.31

Setelah dilakukan pengerukan air Sungai Baharu dari hulu Sungai Sunggal

mengalir secara lancar menuju Sungai Belawan. Sebagai akibatnya Sungai Lama

yang merupakan cabang dari Sungai yang baru dikeruk di belakang masjid Al Hafis

tidak lagi dialiri air sungai dan pada masa ini sungai tersebut tidak dapat lagi

digunakan dan sudah menjadi sungai mati. Setelah dilakukan pengerukan baru pada

tahun 1925 Sungai Pematang Nibung berganti nama menjadi Sungai Baharu karena

telah dilakukannya pengerukan baru di Sungai pematang Nibung. Pada tahun 1945

setelah kemerdekaan Indonesia Kampung Pematang Nibung yang pada masanya

merupakan keurungan kampung di bawah pemerintahan Urung Sepuluh Dua Kuta

dan pihak Kolonial berganti nama menjadi Desa Sei Baharu yang dipimpin oleh

seorang Kepala Kampung atau Kepala Desa bernama Penghulu Ingah yang menjabat

sampai tahun 1950. 32

31

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa), Desa Sei Baharu Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2005, Op. cit., hlm 9.

(17)

3.2 Pertumbuhan Penduduk

Data dan statistik tentang kependudukan adalah sangat penting untuk

lembaga-lembaga swasta maupun Pemerintahan baik ditingkat Nasional maupun

daerah, dimana. masalah kependudukan saat ini telah memegang peranan penting

dalam menentukan kebijaksanaan Pemerintah terutama yang berhubungan dengan

pendataan penduduk melalui KTP, kesehatan, keluarga berencana, tenaga kerja,

pemindahan penduduk dan sebagainya. Hal mengenai kependudukan adalah Studi

tentang penduduk di dalam kerangka sosiologi dan ada jalinannya dengan

cabang-cabang ilmu sosial yang lain.

Berdasarkan UUD 1945 pasal 26 ayat 2 “Penduduk adalah Warga Negara

Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia”.

Dan secara umum penduduk adalah Semua Orang yang berdomisili di

Wilayah Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang

berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap di Wilayah Republik

Indonesia.

Bicara mengenai penduduk tak pernah lepas dari pertumbuhan penduduk

tersebut. Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah di pengaruhi oleh 4 faktor yaitu

Kelahiran (fertilasi), Kematian (mortalitas), In Migrasion (migrasi masuk), Out

Migrasion (migrasi keluar).33 Faktor yang paling dominan yang paling mempengaruhi

33 Sri Moertiningsih Adioetomo , Dasar-Dasar Demografi, (Lembaga Demografi,

(18)

pertumbuhan penduduk di kawasan Sungai Baharu 1945-2005 meliputi kelahiran

(fertilasi) dan in Migratsion (migrasi masuk). Kedatangan kuli-kuli kontrak yang di

bawa oleh Belanda untuk dijadikan buruh perkebunan tembakau yang ada di

kecamatan Hamparan Perak pada tahun 1865 mengakibatkan pertumbuhan penduduk

di kawasan Sungai Baharu dikarenakan masuknya migrasi kuli kuli perkebunan

meliputi Etnis Jawa yang berasal dari Pulau Jawa dan Etnis Cina yang didatangkan

dari Malaka.

Pada tahun 1945 jumlah penduduk di kawasan Sungai Baharu mencapai 400

jiwa dengan + 100 kepala keluarga. Meliputi Suku Melayu, Jawa, Cina, Batak dan

lain-lain. Setiap tahun penduduk di kawasan Sungai Baharu tepatnya di Desa Sei

Baharu mengalami kenaikan mulai dari 5 % hingga 10 %.34

34

Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Hamparan perak dalam angka

(19)

Tabel. 1

Pertumbuhan Penduduk di Desa Sei Baharu Tahun 1961-2000

Nama Suku Tahun

1961 1971 1980 1990 2000

Melayu 544 653 1306 2423 3007

Jawa 64 79 172 276 386

Cina 13 15 16 17 20

Batak 13 14 26 30 32

Dan lain-lain 6 7 16 18 20

Jumlah 640 768 1536 2764 3465

Diolah dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa), Desa Sei Baharu

Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, Tahun

2001-2005.

Dari tabel di atas sesuai dengan sensus penduduk yang dilakukan pemerintah

Indonesia dapat kita lihat wilayah di Desa Sei Baharu Kecamatan Hamparan Perak

setiap sepuluh tahunnya mengalami pertumbuhan. Masyarakat Melayu yang

merupakan masyarakat asli di Kawasan Sungai Baharu sangat menerima dan terbuka

dengan kedatangan suku-suku yang lain ke wilayah mereka seperti halnya suku Jawa,

Cina, Batak. Suku Melayu masih menjadi suku mayoritas di Desa Sei Baharu,

dilanjutkan dengan Suku Jawa yang memiliki nomor urut kedua dengan jumlah

terbanyak di Desa Sei Baharu. Berakhirnya kontrak antara kuli perkebunan dengan

(20)

karena mereka menyukainya, tetapi banyak yang tidak mempunyai pilihan lain.35

Suku Jawa dan Melayu di kawasan Sungai Baharu sudah banyak yang melakukan

percampuran budaya dengan melangsungkan pernikahan antara suku yang berbeda.

Sementara Suku Batak yang ada di Kawasan Sungai Baharu adalah Mandailing,

Karo, dan Toba yang semuanya memeluk agama Islam. Sementara Suku Cina setiap

tahunnya mengalami perkembangan yang persentasenya sangat kecil bahkan hampir

dikatakan tidak berkembang dikarenakan mulai dari tahun 1945 hingga tahun 2005

Suku Cina yang berada di Desa Sei baharu Kecamatan Hamparan Perak hanya

berjumlah 3 Kepala Keluarga dua diantaranya berada di Dusun Sei Baharu 1 dan 2,

dan satu lagi berada di Dusun Sei Baharu 4, Suku Cina yang ada di Desa Sei Baharu

semuanya memeluk agama Budha.36

3.3 Pembangunan Jalan Raya dan Jembatan

Semenjak di bukanya perkebunan tembakau di kawasan Sungai Baharu

pemerintah Hindia Belanda beserta kerjaan Urung sepuluh Dua Kuta memanfaatkan

transportasi air melalui Sungai Pematang Nibung untuk mengangkut hasil

perkebunan tembakau menuju Sungai Belawan. Namun selain jalur transportasi air,

jalur transportasi darat juga diperlukan untuk mengangkut hasil perkebunan yang ada

di bagian pedalaman di Desa Sei Baharu, untuk itu pada tahun 1925 seiring dengan

dilakukannya pengerukan di kawasan Sungai Baharu yaitu dibelakang Masjid Al

35

Ann Laura Stoller, Kapitalisme dan Konfrontasi si Sabuk Perkebunan Sumatera

(21)

Hafiz pihak Belanda dan juga Keurungan membangun benteng-benteng di bagian

kanan dan kiri sungai guna mengurangi air banjir masuk ke pemukiman masyarakat.

Benteng yang telah dibangun pada zaman Belanda juga dimanfaatkan masyarakat

sebagai jalan setapak.

Pada tahun 1927 Belanda juga membangun jembatan gantung yang terbuat

dari papan dan juga tali tambang untuk menghubungkan Dusun 1 dan 2 Sei baharu

dengan Dusun 4 dan 5 Sei baharu. Seiring dengan itu jalan setapak dengan ukuran

kurang lebih 2 meter juga dibangun dan hanya dapat dilewati oleh sepeda dan lori-lori

pengangkutan barang-barang perkebunan pada masa Belanda.

Pada tahun 1975 Pada masa Kepemimpinan BUYUNG ABBAS , Kampung

Sungai Baharu mulai nampak melangkah maju seiring pula dengan Rencana

Pembangunan Lima Tahun ( REPELITA ) yang dicanangkan oleh Pemerintahan

ORDE BARU .37 Pembangunan jalan raya dilakukan di Desa Sei Baharu mulai dari

jalan desa Hamparan Perak masuk ke Dusun 1 Sei Baharu melewati jembatan yang

dibangun pada masa pemerintahan Belanda dan kerajaan Urung sepuluh Dua Kuta

dan selanjutnya ke arah Dusun 4 Sei Baharu hingga ke Desa Lama kecamatan

Hamparan Perak. Panjang pembangunan jalan raya tersebut + 5 km dengan lebar

jalan raya 5 meter. Pembangunan jalan raya di Desa Sei Baharu dilakukan

menggunakan alat alat berat seperti beko, dan pembuat aspal dan dibantu oleh tenaga

37

(22)

manusia yang didatangkan oleh Dinas Pembangunan Umum yang merupakan

kebijakan dari Pemerintahan Pusat kabupaten DeliSerdang.38

Dikarenakan kebijakan pembangunan jalan raya yang dilakukan oleh

pemerintah pusat Kabupaten Deli Serdang. Tanah milik masyarakat Desa Sei Baharu

banyak yang di ambil pemerintah untuk dijadikan jalan raya. Menurut penuturan

masyarakat pada masa itu tanah yang telah diambil oleh pihak pemerintah Kabupaten

Deli Serdang untuk dijadikan jalan raya di Desa Sei Baharu tidak dibayar oleh

pemerintah Kabupaten Deli Serdang berdasarkan luas tanah atau lebar tanah namun

berdasarkan berapa jumlah tanaman yang tertebang di tanah milik masyarakat untuk

dijadikan jalan raya di Desa Sei Baharu. Tanaman yang dimaksud adalah

tanaman-tanaman besar seperti pohon pinang, kelapa dan pohon berkayu-kayu besar, harga

satu pohon menurut penuturan masyarakat adalah Rp.1000,00 per pohon.

Pada tahun 2002 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

melaksanakan 2 buah Proyek berkelanjutan yaitu:

1. Program Pengerasan jalan dari Desa Sei Baharu hingga ke Desa Lama.39

2. Program Pekerjaan Rehab benteng dan pemasangan dua buah kleb di Desa Sei

Baharu.40

38

Wawancara, Ali Umar, Sei Baharu, 20 Maret 2017.

39 Arsip, Foto dokumentasi, Perkerasan Jalan Desa Sei Baharu-Kp.Lama, Cv.Murah Batu,

2001.

40

(23)

Adapun proyek pengerasan jalan yang dilakukan antara jalan Kabupaten Deli

Serdang dengan jalan Desa Sei Baharu hingga tembus ke Desa Lama. Dengan adanya

pengerasan jalan jalur transportasi dari Desa Sei Baharu dan Desa Lama semakin

lancar menuju Hamparan Perak dan ke Kota Medan. Dengan lancarnya jalur

transportasi tersebut maka sepeda motor dan mobil-mobil berukuran kecil sampai

ukuran sedang sudah dapat melintas untuk mengangkat hasil-hasil pertanian dari

Desa Sei Baharu dan Desa Lama. Dikarenakan adanya pengerasan jalan desa tersebut

pembangunan di Desa Sei Baharu dan Desa Lama dapat dilaksanakan lebih cepat.

Pekerjaan rehab benteng di kawasan Sungai Baharu yang dilakukan oleh

pemerintah Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2002 dilaksanakan mulai dari

jembatan menuju ke arah hilir Sungai Baharu. Adapun pekerjaan rehab yang

dimaksud adalah pengerasan jalan + 4 km, yang terdiri dari :

1. Sepanjang + 2 km di sisi kiri memanjang dari sisi jembatan ke hulu Sungai Baharu

dengan lebar 2 meter dengan ketinggian dari sungai + 3 meter.41

2. Sepanjang + 2 km dari sisi kanan Sungai Baharu dengan lebar + 3 meter.

Memanjang dari sisi jembatan ke hulu Sungai baharu dengan ketinggian dari sungai

+ 3 meter.42

Adapun pekerjaan pemasangan kleb yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Deli

Serdang sebanyak 2 lokasi yang pertama kleb terdapat di sisi kanan sungai di Dusun

41 Ibid.

(24)

3 Desa Sei Baharu, sedangkan satu kleb lagi terletak di sisi kiri Sungai Baharu atau

tepatnya berda di Dusun 5 Desa Sei Baharu. Pembangunan kleb dimaksud bertujuan

untuk mengatur masuk dan keluarnya air Sungai Baharu pada saat naik dan surutnya

air laut. Yang digunakan untuk mengairi persawahan penduduk yang terdapat di

Dusun 3 Desa Sei baharu dan di Dusun 5 Desa Sei Baharu. Dengan dibangunnya kleb

tersebut mengakibatkan lancarnya pengaturan irigasi di Dusun 3 dan di Dusun 5 Desa

Sei Baharu. Para petani dapat melakukan cocok tanam sebanyak tiga kali dalam

setahun. Hal ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Sei Baharu.

3.4 Sungai dan Pola Pemukiman

Sebelum di bagunnya jalan raya di kawasan Sungai Baharu pada tahun 1975.

Sungai Baharu masih digunakan sebagai jalur transportasi bagi penduduk di Desa Sei

Baharu sehingga hampir semua pemukiman penduduk di kawasan Sungai Baharu di

bangun di daerah aliran sungai dan pemukiman menghadap arah sungai.

Pada masa pemerintahan Belanda tahun 1925 sejalan dengan dilakukannya

pengerukan di Sungai Baharu dari belakang masjid Al Hafiz43 pihak kerajaan dan

Belanda juga membuat benteng-benteng di sekitar sisi kanan dan kiri Sungai Baharu

setinggi + 1 meter hingga 2 meter dengan jarak dari sungai sekitar 2 hingga 3 meter

dan lebar benteng + 2 meter. Pembuatan benteng-benteng tersebut dilakukan untuk

menghalangi air banjir masuk ke areal perkebunan Belanda dan pemukiman

43

(25)

masyarakat di kawasan Sungai pematang Nibung. Menurut penuturan masyarakat

pada masa itu ada peraturan bahwasanya masyarakat di kawasan Sungai Baharu

dilarang untuk membangun pemukiman atau rumah melewati tanggul. Sehingga pada

masa sebelum kemerdekaan hingga tahun 1970 pemukiman penduduk dibelakangi

oleh tanggul, menghadap Sungai Baharu, dan memanjang dari arah Selatan menuju

arah Utara Sungai Baharu. 44

Pada masa sebelum kemerdekaan hingga sampai tahun 1970 tanggul tersebut

digunakan penduduk sekitar sebagai jalan setapak karena berada di sisi kanan dan kiri

dari sungai Baharu. Jalan setapak tersebut hanya dapat dilewati oleh penduduk yang

berjalan kaki dan yang menggunakan sepeda.

Pada tahun 1975 pembangunan jalan raya dilakukan di Desa Sei Baharu mulai

dari jalan desa Hamparan Perak masuk ke Dusun 1 Sei Baharu melewati jembatan

yang dibangun pada masa pemerintahan Belanda dan kerajaan Urung sepuluh Dua

Kuta dan selanjutnya ke arah Dusun 4 Sei Baharu hingga ke Desa Lama kecamatan

Hamparan Perak. Panjang pembangunan jalan raya tersebut + 5 km dengan lebar

jalan raya 5 meter. Pembangunan jalan raya di Desa Sei Baharu dilakukan

menggunakan alat alat berat seperti beko, dan pembuat aspal dan dibantu oleh tenaga

manusia yang didatangkan oleh Dinas Pembangunan Umum yang merupakan

kebijakan dari Pemerintahan Pusat kabupaten Deli Serdang. Adanya kebijakan

44

(26)

pembangunan jalan raya yang dilakukan oleh pemerintah pusat Kabupaten Deli

Serdang.45

Di karenakan pembangunan jalan raya yang dilakukan oleh pihak Pemerintah

Kabupaten Deli Serdang pada tahun 1975. Pola pemukiman masyarakat di kawasan

Sungai Baharu pun mengalami perubahan. Yang dahulunya pemukiman masyarakat

di Desa Sei Baharu yang sebagian besar menghadap arah aliran sungai dan

memanjang dari arah Utara menuju Selatan. Kemudian setelah dibangunnya jalan

raya di Desa Sei Baharu pola pemukiman penduduk di kawasan Sungai Baharu pun

berubah masyarakat mulai membangun pemukiman dengan menghadap jalan raya, di

sepanjang aliran jalan raya mulai dari arah Barat memanjang menuju arah Timur.

3. 5 Perubahan Lingkungan Sungai, dan Budaya

3.5.1 Perubahan Lingkungan Sungai

Lingkungan kawasan Sungai Baharu Kecamatan Hamparan Perak merupakan

daerah pantai berupa daratan datar yang dibelah oleh Sungai Baharu. Pada tahun 1945

Kawasan Sungai Baharu masih sangat asri belum tercemar oleh polusi.46 Air Sungai

Baharu pada masa itu masih sangat jernih sehingga masyarakat kawasan Sungai

Baharu masih memanfaatkan air Sungai Baharu untuk keperluaan sehari-hari. Di

kawasan Sungai Baharu pada tahun 1945 masih banyak ditemukan hewan-hewan liar

45

Wawancara, H. Hasan Lebai, Sei Baharu, 20 Maret 2017.

46

(27)

seperti buaya, ular, dan kera-kera yang hidup di sekitar hutan mangrove di bagian

hilir Sungai Baharu.

Pada bagian sisi kanan dan kiri Sungai Baharu terdapat tanggul dengan

ketinggian 2 meter dan lebar 2 meter yang terdapat di Dusun Sei Baharu 1, Dusun Sei

Baharu 2, Dusun Sei Baharu 4 dan Dusun Sei Baharu 5 benteng tersebut dibangun

pada masa Kolonial Belanda pada tahun 1925 untuk mengurangi dampak dari

bencana alam banjir agar air banjir tidak masuk ke pemukiman masyarakat dan

perkebunan yang berada di sepanjang aliran Sungai Baharu, selain itu benteng

tersebut juga dimanfaatkan masyarakat sebagai jalan setapak dan benteng tersebut

dapat hanya dapat dilalui oleh sepeda. Di masa itu juga sudah terdapat pulau-pulau

yang terbentuk dari hasil sedimentasi47 lumpur-lumpur yang dibawa oleh aliran

sungai yang berasal dari hulu dan lumpur-lumpur yang dibawa dari laut akibat pasang

surutnya air laut. Namun pada tahun 1945 pulau-pulau tersebut masih ditumbuhi oleh

tanaman-tanaman liar yang tumbuh sendiri dan tidak terawat, ukuran pulau-pulau

pada masa itu mencapai 1 hektar hingga 5 hektar.

Pada tahun 1975 pembangunan jalan raya dilakukan di Desa Sei Baharu

berdasarkan kebijakan dari Dinas Pembangunan Umum Kabupaten Deli Serdang

meliputi jalan masuk dari Desa Sei Baharu melewati Jembatan, Dusun 4 dan Dusun 5

47

Menurut Pipkin (1977) sedimen adalah material atau pecahan dari batuan, mineral dan material organik yang dipindahkan dari berbagai sumber air darat maupun laut dan didepositkan oleh udara, angin, es, dan air. Selain itu ada juga yang dapat diendapkan dari material yang melayang dalam air (suspensi) atau dalam bentuk kimia pada suatu tempat (presipitasi kimia). Umi M dan Agus S. ,

Pengantar Kimia dan Sedimen Dasar Laut. (Jakarta: Badan Riset Kelautan Dan Perikanan), 2002, hlm.

(28)

Sei Baharu, kemudian Desa Lama Kecamatan Hamparan Perak. Pembanguan jalan

raya di Desa Sei Baharu mengakibatkan pola pemukiman masyarakat yang dahulunya

mengahadap ke sungai beralih menjadi menghadap ke arah jalan raya dan berada di

sepanjang aliran jalan raya. Kendaraan bermotor dari mulai berukuran kecil hingga

besar sudah dapat lewat di kawasan Sungai Sei Baharu seperti sepeda motor dan juga

mobil.

Pada waktu yang hampir bersamaan di kawasan Sungai Baharu yaitu pada

Dusun Sei Baharu 5 dibangun kleb dan pembuatan benteng untuk pengairan

perkebunan dan persawahan milik masyarakat kawasan Sungai Baharu. Seiring

dengan berjalannya waktu jalan raya yang dibangun oleh Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Deli Serdang dilanjutkan pada tahun 2002 sebagai proyek berkelanjutan

dengan nama program Perkerasan Jalan Desa Sei Baharu-Kp Lama. Kemudian

dilanjutkan juga dengan program dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan dengan

nama pekerjaan Rehab Benteng dan Pintu Kleb 2 buah di Desa Baharu.48

Sekitar tahun 1980-an bagian pinggir Sungai Baharu sebelum benteng

dimanfaatkan oleh masyarakat kawasan Sungai Baharu dengan ditanami

tanaman-tanaman perkebunan pisang. Masyarakat juga sudah membangun pemukiman di

kawasan pinggiran Sungai baharu sebelum benteng sementara peraturan masyarakat

pada masa pemerintahan Belanda bahkan hingga tahun 1970 masyarakat dilarang

48 Dikelola dari Arsip, Foto dokumentasi, Perkerasan Jalan Desa Sei Bahru-Kp.Lama,

(29)

untuk membangun pemukiman di daerah tepat dipinggir sungai yaitu sebelum

benteng.

Pada tahun 1980 pulau-pulau dan paluh-paluh yang ada di kawasan Sungai

Baharu Kecamatan Hamparan Perak mulai digarap masyarakat dijadikan kawasan

perkebunan sawit dan perkebunan nipah oleh beberapa masyarakat seperti

Masyarakat sekitar bernama Syafrudin Siba dan masyarakat pendatang seperti Suku

Batak, Jawa dan salah seorang pengusaha dari luar kota yang menggarap pulau dan

paluh yang ada di kawasan Sungai Baharu merupakan seorang pengusaha kelapa

sawit keturunan Tionghoa bernama Frenky Burhan.

Setelah bekembangnya tanaman sawit dan juga tanaman nipah yang ditanam

di beberapa paluh-paluh di kawasan Sungai Baharu dan juga tanaman nipah di

beberapa pulau yang ada di kawasan Sungai Baharu mengakibatkan pulau-pulau yang

semakin lama ukurannya semakin membesar seperti yang sudah kita bahas

sebelumnya ukuran pulau-pulau pada masa kemerdekaan berukuran 1-5 hektar.

Sesudah dijadikannya pulau-pulau sebagai perkebunan nipah ukuran pulau menjadi

11- 15 hektar.

Pada tahun 2001 masyarakat sekitar dan masyarakat pendatang juga mulai

menggarap pulau-pulau yang merupakan hasil sedimentasi lumpur di Sungai Sei

Baharu dengan menanami pulau-pulau pada bagian hulu yang ukurannya lebihy kecil

(30)

Masyarakat sekitar dan pendatang memanfaatkan pulau-pulau pada bagian hulu yang

memiliki jenis air tawar dengan menanami tanaman-tanaman palawija seperti

sayuran, papaya dan juga cabai. Kemudian pada tahun 2005 seoarang putra daerah

desa Sei Baharu yang bernama Syafrudin Siba membangun kawasan objek wisata

dengan nama Siba Island di salah satu pulau terbesar yang terdapat pada bagian hilir

Sungai Baharu.49

Dengan adanya kegiatan masyarakat di bagian hulu Sungai Baharu yang

meliputi kegiatan ekonomi, pertanian, peternakan, bahkan industri yang berada pada

bagian hulu Sungai baharu mengakibatkan Sungai Baharu mengalami pencemaran.

Air sungai yang semula berwarna jernih dan asri berubah menjadi keruh. Masyarakat

tidak dapat memanfaatkan air sungai lagi sebagai bahan untuk kebutuhan pokok.

3.5.2 Perubahan Budaya

Kebudayaan di kawasan Sungai Baharu merupakan kebudayaan Melayu yang

tumbuh di tengah- tengah masyarakat lokal sebagai pendukungnya yaitu masyarakat

melayu yang tinggal di Desa Sei Baharu.

Kebudayaan asli Suku Melayu yang ada di kawasan Sungai Baharu adalah:

1. Suku Melayu di kawasan Sungai Baharu memiliki kebudayaan dengan pola

pemukiman mengikuti aliran sungai. Dengan jenis rumah melayu yaitu rumah

49

(31)

panggung yang semula bentuknya adalah empat persegi panjang atau berbentuk

bansal, bertiang tinggi yang atapnya terbuat dari daun nipah dan dinding tepas atau

kayu.

2. Dalam mendirikan bangunan rumah Suku Melayu di kawasan Sungai Baharu

memiliki kebudayaan bergotong royong atau kerja sama. Sebelum mendirikan

rumah, Suku Melayu dahulu pergi ke hutan untuk meramu kayu dipilih yang baik

agar rumah dapat bertahan lebih lama. Dan rangkaian meramu kayu tersebut pun b

iasanya dilakukan dengan cara bergotong-royong, dan kayu-kayu tersebut di ambil

dari sekitar kampung. Tapak rumah sebelum didirikan bangunan terlebih dahulu

dilakukan upacara tepung tawar dan pembacaan doa.50

3. Mata pencaharian masyarakat melayu di kawasan Sungai Baharu adalah sebagai

nelayan dan juga petani. Keberadaan Sungai baharu bagi masyarakat melayu di

kawasan Desa Baharu sangat penting bagi kebudayaan suku melayu pada masa itu.51

4. Suku melayu di kawasan Sungai melayu memliki kearifan lokal yaitu menganyam

bambu dan juga daun nipah yang dijadikan masyrakat sebagai tepas dan juga atap

nipah, dimanfaatkan masyarakat sebagai membuat rumah dan juga diperjual-belikan

kepada pihak perkebunan Belanda untuk pembangunan bangsal-bangsal tembakau

untuk proses penyimpanan dan pengeringan tembakau.52

50

Tengku Admasyah, Butir-butir Sejarah Suku Melayu Pesisir Sumatera Timur, (Yayasan Kaya Budaya Nasional) Medan, hlm 66.

51

Wawancara, Andak, Desa Sei Baharu, 01 Pebruari 2017.

(32)

Setiap masyarakat di berbagai tempat pasti akan mengalami

perubahan-perubahan. Perubahan yang terjadi bisa saja mengalami kemajuan bahkan bisa juga

mengalami kemunduran. Menurut seorang ahli bernama J.L Gillin dan J.P

Gillin Perubahan sosial dan Budaya adalah variasi dari mode atau cara-cara hidup

yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, dalam kebudayaan

materil, komposisi penduduk atau ideologi, maupun disebabkan oleh difusi atau

penemuan-penemuan baru dalam kelompok.53

Perubahan adalah pergeseran nilai atau anggapan terhadap sesuatu masalah .

menurut Koentjaraningrat perubahan budaya adalah proses pergeseran, pengurangan,

dan penambahan, dan perkembangan unsur-unsur dalam suatu kebudayaan. Secara

sederhana perubahan budaya merupakan dinamika yang terjadi akibat

benturan-benturan antar unsur budaya yang berbeda-beda.54

Faktor perubahan budaya yang terjadi di kawasan Sungai baharu yaitu

a. Hidup berdampingan antar kelompok masyarakat akan dapat membawa perubahan.

Dengan hidup berdampingan dengan masyarakat dengan berbagai macam etnik,

maka masyarakat kawasan Sungai Baharu dapat meniru hal-hal yang positif dari

sekitarnya.

53 Nanang Martono , Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern Posmodern, dan Poskolonial, (Jakarta : Penerbit Raja Garafindo Persada Jakarta, 2012), hlm. 12

54

(33)

b. Kondisi Alam sangat memegang peranan penting untuk menciptakan perubahan.

Alam yang subur akan mudah menciptakan program perikanan, pertanian untuk

mensejahterakan masyarakat di kawasan Sungai Baharu. Artinya perubahan kondisi

alam menciptakan perubahan budaya di kawasan Sungai baharu.

c. Sistem pendidikan yang baik dan ajaran agama yang berkembang di suatu daerah

berkontribusi untuk mengubah pola pemikiran masyarakat kawasan Sungai Baharu.

Sehingga pendidikan dan ajaran agama juga sebagai faktor dalam perubahan budaya

di kawasan Sungai Baharu.55

Perubahan kebudayaan melayu yang terjadi di kawasan Sungai Baharu hingga

tahun 2005 adalah sebagai berikut.

1. Dikarenakan adanya pembangunan jalan raya di kawasan Sungai Baharu tepatnya di

Desa Sei Baharu pola pemukiman masyarakat yang mengikuti aliran sungai berubah

menjadi pola pemukiman mengarah pada arah jalan raya.

2. Rumah masyarakat di kawasan Sungai Baharu yang semula adalah rumah panggung

dengan tiang kayu, dinding, tepas dan beratap nipah berubah menjadi

bangunan-bangunan setengah papan dengan pondasi batu-bata dan semen beratap seng dan

pada tahun 2005 rumah masyarakat di Desa Baharu sudah sebagain besar berdinding

beton dan beratap seng bahkan genting-genting.

3. Dalam membangunan rumah ataupun pemukiman masyarakat di kawasan Sungai

Baharu tidak lagi dilakukan kegiatan gotong royong. Masyarakat lebih memilih

(34)

untuk membayar pekerja bangunan untuk membangun rumah. Bahkan kegiatan

sebelum membangun rumah yaitu meramu bahan-bahan bangunan , tepung tawar

dan pembacaan doa ada beberapa yang sudah tidak dilakukan.

4. Mata pencaharian suku Melayu di kawasan Sungai baharu tidak semata-mata hanya

bertani dan nelayan saja. Perubahan kebudayaan terjadi dengan masuknya

kebudayaan lain dan meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat di kawasan

Sungai Baharu. Profesi masyarakat Melayu di kawasan Sungai Baharu pada masa ini

sudah majemuk ada yang berprofesi sebagai pedagang, pegawai pemerintahan, dan

juga pegawai swasta.

5. Kearifan lokal suku Melayu yang berada di Kawasan Sungai Baharu pada masa ini

sudah mulai hilang. Walaupun masih ada sebagian kecil masyarakat yang

menganyam tepas dari bilah bambu dan mengbuat atap nipah dari daun nipah.

Dikarenakan perkebunan tembakau yang sudah tidak berkembang lagi dan

permintaan akan bahan-bahan untuk pembuatan bangsal tidak ada lagi, masyarakat

di Desa Sei Baharu lama kelamaan meninggalkan kearifan lokal membuat tepas dan

juga atap nipah. Sebagian kecil masyarakat yang mebuat atap nipah hanya untuk

(35)

3.6 Pariwisata

Pada masa 1945 sampai tahun 1950- an Sungai Baharu masih dimanfaat kan

sebagian besar masyarakat sekitar sebagai jalur transportasi. Pulau-pulau yang

terdapat di sepanjang kawasan Sungai Baharu yang merupakan Pulau tak

berpenghuni dimanfaatkan masyarakat sebagai lokasi untuk memancing ikan, berburu

dan hutan nipah atau bahkan kayu-kayu yang tumbuh disekitar pulau-pulau

dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dengan diambil bebas begitu saja.

Setelah tahun 1980 an pulau-pulau yang berada di sepanjang Sungai Baharu

mulai digarap oleh masyarakat di Desa Sei Baharu bahkan seorang pengusaha kelapa

sawit. Pulau-pulau dan paluh-paluh yang digarap oleh pengusaha kelapa sawit

kemudian dijadikan perkebunan kelapa sawit dan pada bagian hilir nya ditanami

dengan perkebunan nipah, sementara di sisi kanan dan kiri Sungai Baharu pada

bagian hilir ditumbuhi tanaman bakau yang merupakan tempat tinggal bagi

satwa-satwa asli penghuni hutan mangrove di sepanjang hilir Sungai Baharu seperti kera,

burung-burung bangau, Kepiting, Udang, dan lain-lain .

Sementara pulau-pulau yang berada pada bagian hulu Sungai Baharu yang

memiliki jenis air tawar dimanfaatkan masyarakat sekitar dengan ditanami

tanaman-tanama palawija seperti cabai, papaya dan sayur-sayuran. Dengan kondisi wilayah

yang sangat berpotensi untuk areal wisata bahari salah satu pulau terbesar di Kawasan

(36)

ukuran 15 hektar yang dahulunya merupakan pulau tidak berpunghuni. Pada tahun

2005 seorang putra desa bernama Syafrudin Siba berencana membuka objek wisata

bahari di kawasan Sungai Baharu. Pulau yang hendak dijadikan objek wisata bahari

tersebut kemudian diberi nama Siba Island sesuai dengan nama pembangunan objek

wisata yang dikelola oleh PT. Siba Island.56

Untuk mencapai lokasi kawasan objek wisata Siba Island di kawasan Sungai

Baharu hanya bisa dicapai menggunakan transportasi air. Salah satu dermaga yang

dapat mengantarkan ke lokasi tujuan adalah dermaga yang terdapat di Desa Sei

Baharu tepatnya Di Dusun 2 Sei Baharu menggunakan sampan-sampan milik

nelayan mulai dari ukuran terkecil dengan kapasitas dua penumpang hingga kapal

berukuran besar berkapasitas 12 penumpang. Jarak tempuh dari dermaga di Dusun 2

Sei Baharu ke lokasi wisata bahari Sei Baharu mencapai kurang lebih 1 hingga 2

jam.57

56

Pt. Berita Nusantara, Menyusuri Pesona Alam Pesisir Sumatera , 6 November 2010, hlm. 19

57

(37)

BAB IV

FAKTOR PERUBAHAN EKOLOGI SOSIAL SUNGAI

BAHARU

Sebelum pemerintahan Hindia Belanda masuk ke Hamparan Perak suasana

alam dan lingkungan di kawasan Sungai Pematang Nibung masih cukup alami.

Jumlah penduduk yang masih sedikit dengan alam sebagai penopang hidup manusia

yang masih sangat berlimpah. Hal ini dapat dilihat dari keseharian masyarakat

Pematang Nibung dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Masyarakat Pematang Nibung dalam memenuhi keperluan, memasak,

mencuci, minum, dapat memakai air sungai yang masih cukup jernih dan belum

tercemar. Air sungai juga digunakan untuk mengairi sawah masyarakat Pematang

Nibung. Pohon bambu dan kelapa berbaris memanjang di tepi Sungai Pematang

Nibung.

Sekitar tahun 1870 an pemerintah Hindia Belanda sampai di Sumatera Timur

dan menjadikan Belawan sebagai pusat perdagangan. Adapun alasan pemerintah

Hindia Belanda menjadikan Belawan sebagai pelabuhan pusat perdagangan

dikarenakan lokasinya yang strategis langsung menuju Selat Malaka . Perkembangan

pesat perdagangan di Pelabuhan Belawan terus terjadi hingga pada tahun 1921 hingga

(38)

pengembangan Pelabuhan Belawan.58 Kemudian pada tahun 1925 Pemerintahan

Belanda melakukan pengerukan sungai di Sungai Pematang Nibung agar air sungai

dapat mengalir secara lancar menuju sungai Belawan guna melancarkan jalur

transportasi pengangkutan barang dan hasil alam menuju Sungai Belawan.

Situasi perkembangan alam dan kehidupan sosial di atas secara langsung

berdampak pada perubahan ekologi sosial di Sungai Baharu, hingga dapat

disimpulkan adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan ekologi sosial di

kawasan Sungai Baharu yaitu Faktor Lingkungan Hidup, adapun faktor lingkungan

hidup ini terdiri atas kerusakan alam dan bencana alam. Kemudian Faktor manusia,

faktor manusia sebagai faktor yang mengakibatkan perubahan ekologi sosial di

kawasan Sungai Baharu meliputi manusia dalam pembangunan dan manusia dalam

kegiatan ekonomi. Dan faktor terakhir yang mengakibatkan perubahan ekologi sosial

kawasan Sungai Baharu adalah faktor teknologi.

58

(39)

4.1 Lingkungan

4.1.1 Bencana Alam

Faktor yang mengakibatkan perubahan ekologi sosial salah satunya

merupakan bencana alam. Kawasan Sungai Baharu merupakan daerah pantai yang

terdampak oleh pasang surutnya air laut dan merupakan daerah yang sering

mengalami banjir rob59 mulai sejak tahun 1945. Banjir kiriman sering terjadi selama

4-5 hari namun tidak menimbulkan akibat yang parah dikarenakan di Desa Sei

Baharu sudah dibangun benteng yang memisahkan antara Sungai Baharu dan

Pemukiman masyarakat. Dan pada tahun 1975 di hilir Sungai Baharu juga sudah

dilakukan pengerukan sungai sehingga apabila banjir rob datang. Masyarakat di

kawasan Sungai Baharu tidak terkena dampak terhadap pemukiman warga dan tidak

menimbulkan korban jiwa namun sawah-sawah masyarakat serta perkebunan

masyarakat terendam oleh banjir kiriman yang terjadi pada masa itu.60

Pada tahun 2000 akibat kenaikan jumlah penduduk dan bertambahnya jumlah

pemukiman dibagian hulu sungai disertai dengan rendahnya kesadaran masyarakat

mengenai lingkungan mengakibatkan berkurangnya jalur hijau di bagian hulu sungai.

Maka permukaan tanah yang kedap terhadap air pun bertambah sehingga apabila

terjadi hujan di bagian hulu, maka air hujan sedikit meresap ke dalam tanah dan

59Banjir rob merupakan banjir yang airnya berasal dari air laut. Banjir rob ini adalah banjir yang diakibatkan oleh pasangnya air laut, hingga air yang pasang tersebut menggenangi daratan, Aris Marfai, BENCANA BANJIR ROB; Studi Pendahuluan Banjir Pesisir Jakarta, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013), hlm. 21

60

(40)

mengalir secara lancar ke bagian hulu sehingga mengakibatkan banjir61 di Sungai

Baharu. Namun banjir yang terjadi pada tahun 2000 tersebut tidak memakan korban

jiwa namun jembatan yang dibangun pada masa Belanda telah roboh dan hancur

dibawa oleh air banjir. Pada tahun 2000 banjir yang terjadi juga mengakibatkan

pulau-pulau di bagian hulu Sungai Baharu terendam oleh air banjir dan merusak

tanaman yang itanam oleh masyarakat di Kawasan Sungai Baharu.62

Selain masalah pemukiman dikarenakan pengerukan pada tahun 1925 pada

bagian hulu Sungai Baharu. Sebelumnya Sungai Pematang Nibung yang sekarang

bernama Sungai Baharu yang memiliki cabang dengan bentuk sungai yang

berliku-liku kemudian dikeruk sehingga hanya memiliki satu cabang dan jalur sungai menjadi

lurus menuju Sungai Belawan.

Namun jalur sungai yang lurus mengakibatkan air sungai yang mengalir dari

hulu akan semakin lancar mengalir ke bagian hilir dan apabila banjir pada bagian

hulu air yang berasal dari hulu akan lebih cepat mengalir ke bagian hilir dan

mengakibatkan banjir kiriman yang sangat cepat menuju Sungai Baharu. Kejadian

terebut sering terjadi pada masa-masa ini apabila terjadi hujan deras di bagian hulu

Sungai Sunggal dan Sibolangit hanya dengan hitungan jam air sudah sampai menuju

61

Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup Dan Pembangunan, (Djambatan, Bandung, 1994), hlm. 208.

62

(41)

Sungai Baharu dikarenakan jalur Sungai yang dapat dikategorikan sebagai aliran

sungai yang berbentuk lurus mulai dari hulu sungai hingga hilir sungai.63

4.1.2 Kerusakan Lingkungan

Lingkungan hidup sebagai faktor yang dapat melakukan perubahan ekologi

sosial di kawasan Sungai Baharu dapat dilihat dari terjadinya kerusakan lingkungan

dan pencemaran lingkungan. Walaupun di dalam masyarakat terkadang mekanisme

untuk mengatur laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk, namun kenyataannya di

beberapa tempat terdapat kepadatan penduduk yang telah melampaui daya dukung

lingkungan.64 Tanda-tanda dilampauinya daya dukung lingkungan adalah terjadinya

kerusakan pada lingkungan. Kerusakan lingkungan yang terjadi di kawasan Sungai

Baharu merupakan akibat dari kerusakan lingkungan yang terjadi dari luar kawasan

Sungai Baharu maupun di kawasan Sungai baharu sendiri.

Kerusakan lingkungan yang terjadi dari luar kawasan Sungai Baharu yang

mempengaruhi daya dukung lingkungan kawasan Sungai Baharu adalah kerusakan

lingkungan yang terjadi pada bagian hulu Sungai Baharu tepatnya di kawasan Sungai

Sibolangit dan Sungai Sunggal. Dari kawasan Sungai Sibolangit terjadi migrasi

penduduk ke kawasan hilir dikarenakan perkembangan perekonomian yang jauh lebih

63

DetikNews , Susi: Jakarta Banjir Enggak Aneh, Wong Sungai Dilurusin dan Ada Reklamasi, Selasa 04 Oct 2016

64

(42)

cepat di kawasan hilir sehingga pemukiman penduduk terkonsentrasi lebih padat di

kawasan hilir. Di kawasan Sungai Sunggal penduduk migrasi membangun

pemukiman di pinggir Sungai dan ada juga beberapa pabrik yang dimana masyarakat

memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan sampah-sampah dapur dan

sisa-sisa hasil produksi pabrik-pabrik maupun perusahaan.

Pencemaran limbah domestik mempunyai banyak akibat buruk. Yang paling

ringan ialah menurunnya keindahan lingkungan di kawasan Sungai Baharu.

Penurunan keindahan lingkungan sering diikuti dengaan adanya bau busuk, air sungai

menjadi keruh. Penurunan keindahan yang terjadi di kawasan Sungai Baharu akan

mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat 65 sebagai salah satu contoh

masyarakat di kawasan Sungai Baharu pada masa kemerdekaan masih memanfaatkan

air dari kawasan Sungai Baharu untuk dijadikan keperluan untuk air minum, mencuci,

dan memasak namun setelah tahun 2002 akibat adanya pencemaran air66 sungai tidak

lagi dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum, mandi, dan masak oleh

masyarakat sekitar dikarenakan kekeruhan air dan tingkat pencemaran air yang

kadarnya sudah sangat tinggi. Akibat yang paling berat dengan adanya kerusakan

lingkungan tersebut adalah terganggunya kesehatan. Gangguan itu dapat terjadi

karena air untuk keperluan rumah tangga tercemar, sehingga pencemaran air itu dapat

menyebabkan timbulnya wabah penyakit. sehingga air tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya, Arie Herlambang, Pencemaran Air dan

(43)

Selain pencemaran yang terjadi akibat adanya limbah domestik atau rumah

tangga yang berasal dari kepadatan penduduk di bagian hulu Sungai Baharu.

Pencemaran oleh pestisida juga sudah terjadi di kawasan Sungai Baharu, tetapi

untungnya masih dalam tingkat yang rendah. Namun kita sudah harus waspada,

karena mungkin telah mempengaruhi ekosistem alamiah di kawasan Sungai Baharu.

Pencemaran yang diakibatkan oleh pestisida mengakibatkan penyuburan terhadap

perairan 67 di kawasan Sungai Baharu pada bagian hulu sehingga memicu

pertumbuhan pada tanaman-tanaman lainnya seperti gulma dan enceng gondok.

Pencematan oleh perstisida dapat kita lihat di pulau-pulau pada bagian hulu yang

masih memiliki air tawar.

Di karenakan pencematan oleh pestisida pada bagian hulu tanaman-tanaman

gulma dengan cepat tumbuh pada sisi-sisi bagian pulau sehingga apabila terjadi

pasang surut air laut dan air yang mengalir dari hulu sungai Baharu mengakibatkan

proses sedimentasi lumpur-lumpur akan semakin cepat akibat adanya tumbuhan

gulma-gulma yang tumbuh subur pada bagian hulu sungai. Apabila hal tersebut

dibiarkan terjadi dalam waktu lama maka pulau-pulau yang ada pada bagian hulu

sungai akan semakin membesar sehingga aliran Sungai Baharu akan semakin kecil

dan mengakibatkan pendangkalan terhadap sungai itu sendiri.

Selain kegiatan manusia pada bagian hulu Sungai Baharu juga mempengaruhi

kerusakan lingkungan Sungai Baharu. Hal ini dapat dilihat disepanjang Daerah aliran

67

(44)

sungai terdapat industri dan pabrik yang membuang limbahnya ke hilir Sungai

Baharu. Seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Sunggal yang

mengambil dan membuang limbahnya langsung ke Sungai Sunggal. Begitu juga

dengan industry karet atau getah yang berada di pinggir Sungai Kampung Lalang.

Dalam melakukan kegiatan produksi karet industri karet mengambil dan membuang

air langsung ke Sungai Kampung Lalang yang merupakan Hulu dari Sungai Baharu.68

Hasil penelitian Bapedalda Sumut pada tahun 2003 pada 10 titik yang tersebar

di sepanjang sungai Belawan menemukan ada empat lokasi yang memiliki kandungan

logam berat. Kontribusi dari limbah Industri yang berada di sepanjang DAS yakni

berada di hilir sungai, yaitu Sungai Kampung Lalang, Kelambir Lima, dan Hamparan

Perak. 69

Dari penelitian tersebut tingkat pencemaran yang lebih tinggi terjadi di bagian

hilir sungai, yaitu Hamparan Perak, dengan kandungan Hg mencapai 0, 7012 mg/l.

Menurut standar baku mutu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun

2001, kandungan Hg yang aman adalah 0,002 mg/l. Kandungan Zn mencapai 0, 1882

mg/l, padahal standar baku mutu hanya 0,05 mg/l, dan kandungan Pb mencapai

0,2884 mg/l, melebihi standar baku mutu sebesar 0,03 mg/l.70

Oleh karena kegiatan industri pabrik yang melakukan pencemaran dengan

membuang limbah berbahan kimia ke hilir sungai yang berakibat air Sungai Baharu

68 Media Swara Indonesia, Kembalikan Sungai Sebagai Penyangga Sumber Air Minum, 24 April 2011.

69

Bapedalda Sumut pada tahun 2003.

(45)

pada saat ini menjadi warna keruh kecoklatan sehingga tidak layak lagi dipakai untuk

kegiatan mandi, mencuci, dan memasaka bagi masyarakat.

4.2 Manusia

4.2.1 Manusia dan Pembangunan

Manusia sangat besar perananya sebagai faktor yang turut melakukan

perubahan ekologi sosial di kawasan Sungai Baharu. Peranan manusia di sini dapat

kita lihat dalam hal memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan oleh

manusia dapat dilakukan dengan melaksanakan pembangunan.

Pembangunan yang dilakukan oleh manusia tidak saja menghasilkan manfaat,

melainkan juga membawa resiko.71 Hal itu dapat kita lihat di kawasan Sungai Baharu.

Sungai dikeruk yang mengakibatkan jalur transportasi melalui Sungai Baharu

semakin lancar menghubungkan satu tempat ke tempat yang lain dengan alat

transportasi yang masuk dan keluar melalui Sungai baharu semakin bertambah.

Resiko yang terjadi akibat adanya pengerukan pada tahun 1925 terhadap perubahan

ekologi sosial sungai yaitu sebelumnya kawasan Sungai Baharu masih sepi oleh

pendatang-pendatang namun setelah pengerukan semakin banyak yang berlayar

menggunakan sampan untuk berdagang, mengangkut hasil perkebunan tembakau

maupun hanya sebagai melintasi Sungai Baharu.72

71

Otto Soemarwoto, Op. cit., hlm 150.

72

(46)

Selain adanya pengerukan di kawasan Sungai Baharu pada tahun 1925

merupakan sebagai sarana pembangunan oleh pihak Kerajaan dan Kolonial namun

dilain sisi pengerukan sungai yang dilakukan di Sungai Baharu adalah sebagai sarana

eksploitasi pengerukan yang dilakukan oleh pihak Kerajaan dan pihak Belanda agar

jalur transportasi barang untuk mengangkut hasil dari perkebunan tembakau yang

berasal dari daerah pedalaman lebih lancar menuju Sungai Belawan. Begitu pula

pengerukan pada tahun 1975 dilakukan agar kegiatan transportasi air lebih

memudahkan masyarakat sekitar untuk membawa hasil alam di kawasan Sungai

Baharu menuju Sungai Belawan.73

Perubahan ekologi sosial sendiri yang terjadi pada lingkungan dan masyarakat

di kawasan Sungai Baharu akibat adanya pengerukan tersebut adalah kawasan Sungai

yang pada masa sebelum dilakukannya pengerukan merupakan daerah yang sering

dilanda oleh banjir dikarenakan kondisi sungai yang sangat dangkal. Namun setelah

dilakukannya pengerukan pada bagian hulu sungai tepatnya dari belakang masjid Al

Hafis perubahan ekologi lingkungan yang terjadi di sungai yang dahulunya memiliki

cabang dua yang salah satunya cabangnya berada di belakang masjid Al Hafis dengan

bentuk sungai yang berliku setelah dilakukannya pengerukan Sungai Baharu menjadi

satu cabang saja inilah yang dinamakan Sungai Baharu. Sementara sungai lama bekas

pengerukan tersebut kondisinya setelah adanya pengerukan menjadi sungai mati dan

(47)

tidak dialiri aliran sungai lagi.74 Sementara setelah dilakukannya pengerukan pada

bagian hulu sungai kawasan Sungai Baharu yang sebelumnya sering dilanda oleh

banjir setelah dilakukan pengerukan sungai dan pembuatan benteng-benteng banjir

tidak lagi sampai ke pemukiman masyarakat di kawasan Sungai Baharu.75

4.2.2 Manusia dan Kegiatan Ekonomi

Manusia dalam pemenuhan kebutuhan harus melakukan berbagai macam

kegiatan ekonomi.76 Ada yang melakukan pekerjaan dengan mengolah kekayaan

alam seperti petani dan nelayan. Manusia dalam kegiatan ekonominya sebagai faktor

berubahnya ekologi sosial di kawasan Sungai Baharu dapat dilihat. Sebelum

kedatangan Belanda di kawasan Sungai Pematang Nibung masyarakat dalam

memenuhi kebutuhannya tidak harus dengan bekerja keras. Hal ini dikarenakan

ketersediaan sumber pangan yang masih melimpah dikawasan tersebut.

Bahan pangan yang melimpah di kawasan Pematang Nibung terdapat

disepannjang aliran Sungai Pematang nibung. Dengan kondisi air yang masih jernih

dan belum tercemar maka habitat ikan masih cukup banyak hidup di sepanjang aliran

sungai jika di hulu sungai yang merupakan jenis air tawar ikan-ikan seperti ikan nila,

gabus, lele, sepat udang dan lain-lain masih sangat banyak jumlahnya. Sementara

pada bagian hilir perbatasan antara Sungai Belawan dan Sungai pematang Nibung

yang memiliki kondisi air yang berasa asin ikan-ikan laut seperti kakap, tamban,

74

Ibid.

75

Wawancara, Ali Umar , Sei Baharu, 19 Maret 2017. 76

(48)

kepiting, pari , udang, dan kerang serta remis-remis serta ikan lainnya. Bahan pangan

yang melimpah juga terdapat di kawasan Sungai Baharu yang masih subur dengan

ditanaminya tanaman palawija seperti padi, umbi-umbian, sayur, pisang dan juga

kelapa.

Dapat digambarkan melimpahnya ketersediaan bahan makanan di Kawasan

Sungai Pematang Nibung pada masa itu karena:

a. Luasnya hamparan ladang dan sawah, serta melimpahnya ikan air tawar dan ikan

air laut di daerah Sungai Pematang Nibung.

b. Belum banyaknya populasi penduduk pada masa itu di Kawasan Sungai Pematang

Nibung.77

Setelah kedatangan pemerintah Hindia Belanda ke Hamparan Perak pada

masa itu dibukalah lahan perkebunan. Pembukaan lahan juga termasuk salah satu

faktor yang mengakibatkan perubahan ekologi sosial yang terjadi di Kawasan Sungai

Baharu. Pembukaan lahan perkebunan di kawasan Sungai Baharu sudah ada pada

masa sebelum kemerdekaan yaitu pada masa pemerintahan Belanda. Pembukaan

lahan perkebunan tembakau sangat berpengaruh terhadap perubahan ekologi sosial di

kawasan Sungai baharu. Pengaruh yang paling tampak antara lain dalam hubungan

perubahan lingkungan di kawasan Sungai Baharu sebagaimana kita bahas pada bab

77

(49)

sebelumnya sebelum kedatangan pihak Kolonial lingkungan alam kawasan Sungai

Baharu yang pada masa itu adalah Kampung Pematang Nibung merupakan daerah

yang masih dikelilingi oleh hutan belantara.

Pada abad ke-19 kala Jacobus Nienhuys mendirikan perusahaan tembakau

Deli Maatschappij, enam tahun setelah kedatangannya ke Sumatera Timur tahun

186378 mengakibatkan tanah-tanah di wilayah Sumatera Timur yang sebagian besar

dahulunya adalah hutan-hutan belantara tidak terkecuali kawasan Sungai Pematang

Nibung yang pada masa itu masih dibawah kerajaan Urung Sepuluh Dua Kuta

ditanami oleh tanaman tembakau.

Selain perubahan terhadap lingkungan di kawasan Sungai Baharu yang terjadi

akibat adanya pembukaan lahan. Perubahan terhadap masyarakat juga terjadi akibat

adanya pembukaan lahan di kawasan Sungai Baharu. Perubahan yang terjadi pada

masyarakat adalah sebelum adanya pembukaan lahan perkebunan tembakau pada

masa kolonial Belanda masyarakat pada masa kerajaan hanya memanfaatkan lahan

milik masing-masing ditanami sebagaimana kemampuan masing-masing dan untuk

keperluan masing-masing.

Dengan dibukanya lahan perkebunan oleh pemerintah Hindia Belanda, maka

turut pula berubahnya pola ekonomi masyarakat di Kawasan Sungai Pematang

(50)

Nibung. Perubahan pola sosial ekonomi masyarakat di kawasan Sungai Pematang

Nibung dikarenakan.

a. Habisnya areal tanah karena disedot oleh dan untuk keperluan perkebunan, yang

selama ini areal tersebut dipergunakan untuk pertanian sebagai tempat nafkah

rakyat. Selain itu adalah sebagai tanah cadangan suatu kampung untuk

keperluan perluasan kampung dan hutannya adalah untuk mengambil keperluan

kayu, rotan, berburu, dan lain-lain bagi penduduk setempat.

b. Dihancurkannya perkebunan-perkebunan rakyat seperti perkebunan cengkeh,

lada, pala dan lain-lain.79

c. Pembukaan lahan perkebunan di kawasan Sungai Pematang Nibung pada masa

pemerintah Hindia Belanda dilakukan dengan mendatangkan kuli-kuli kontrak

yang diambil dari jawa dan cina.

d. Sebagian besar masyarakat Pematang Nibung beralih profesi sebagai pedagang.

e. Masyarakat di kawasan Sungai Pematang Nibung menjadi pengrajin atap

rumbia dan tepas dari bambu. Adapun atap rumbia dan tepas dari bamboo

dipergunakan untuk mendirikan rumah-rumah pekerja perkebunan dan untuk

mebuat bangsal-bangsal penyimpanan dan pengeringan tembakau.80

79

Tengku Admansyah , Butir-butir Sejarah Suku Melayu Pesisir Sumatera Timur, (Medan : Yayasan Karya Budaya Nasional,1993), hlm. 132.

80

(51)

Dengan perubahan kegiatan ekonomi masyarakat di kawasan Sungai

pematang Nibung ini lah yang turut menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan

perubahan ekologi di kawasan Sungai Baharu pada masa ini.

4.2.3 Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah yang mengakibatkan perubahan ekologi sosial di

kawasan Sungai Baharu meliputi kebijakan pengerukan sungai, pembangunan

infrastruktur seperti jalan raya dan juga jembatan. Kebijakan pemerintah dalam

membangun jalan raya sudah dilakukan sejak masa pemerintahan Kolonial dan

Kerajaan Urung Sepuluh Dua Kuta atau pada masa sekarang disebut Kerajaan

Hamparan Perak.

Pada tahun 1921 pemerintah Hindia-Belanda melakukan kebijakan

pengerukan pengendapan lumpur di Sungai Belawan sepanjang 13 km dan lebar 50

meter dengan kedalaman air 26 hingga 30 meter.81 Agar kapal-kapal besar dapat

masuk ke pedalaman guna mebawa hasil-hasil perkebunan tembakau. Dikarenakan

pengendapan lumpur yang mengakibatkan sungai Pematang Nibung dangkal yang

merupakan aliran dari Sungai Belawan sehingga pada tahun 1925 dilaksanakan pula

pengerukan sungai melalui belakang masjid Jami, Sungai Lama, dan melalui

belakang istana Balairung Sepuluh Dua Kuta. Seiring dengan dilakukannya

pengerukan pada tahun 1925, tanah-tanah hasil pengerukan sungai dibuat menjadi

81

(52)

benteng-benteng pada sisi kanan dan kiri Sungai Baharu. Setelah dilakukannya

pengerukan air Sungai Pematang Nibung menjadi lancar mengalir menuju Sungai

Belawan. Sampan-sampan serta perahu-perahu pun sudah dapat melintasi Sungai

Pematang Nibung dengan bebas.

Pembangunan jalan kampung di kawasan Sungai Baharu pada masa itu

dilakukan pada tahun 1927 seiring dengan dibangunnya jembatan gantung untuk

menghubungkan Kampung Pematang Nibung dengan Desa Lama. Namun jalan

kampung yang dibangun pada masa itu masih berukuran kecil dengan lebar jalan

yang hanya bisa dilewati oleh sepeda pada masa itu. Perubahan ekologi sosial akibat

adanya pembangunan jalan kampung dan jembatan pada masa itu bagi masyarakat

kawasasan Sungai Pematang Nibung yang tadinya masyarakat untuk menuju

kampung lama atau pun masyarakat kampung lama yang hendak menuju kampung

Pematang Nibung terlebih dahulu harus menyeberang sungai setelah dibangunnya

jembatan dan jalan kampung masyarakat kawasan sungai Baharu tidak lagi harus

menyeberangi sungai. Setelah dibangunnya jalan setapak masyarakat yang berada di

kawasan Sungai pematang Nibung mulai menggunakan jalur darat sebagai jalur

transportasi guna mengangkut hasil-hasil alam di kawasan Sungai Pematang

Nibung.82

Pada tahun 1975 Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melakukan kebijakan

pengerukan sungai pada bagian hilir Sungai Baharu dikarenakan adanya

82

(53)

pendangkalan pada bagian hilir sungai yang menyebabkan sering terjadinya banjir

pada bagian hulu sungai dan kapal-kapal sulit berlayar melalui sungai. Pengerukan

sungai yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang sudah menggunakan

alat-alat yang modern seperti beko pengeruk, dan lain sebagainya. Pada tahun yang

sama kebijakan pembangunan jalan desa dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Deli

Serdang mulai dari jalan Dusun 1 Desa Sei Baharu melewati Jembatan hingga ke

Dusun 4 Desa Sei Baharu. 83

Akibat adanya kebijakan pengerukan dan pembuatan jalan desa oleh

Pemerintah Kabupaten Deli Serdang pada tahun 1975 adalah semakin lancarnya jalur

transportasi darat dan air yang dapat mengangkut hasil alam yang berada di kawasan

Sungai Baharu. Dengan adanya sarana jalan desa yang dibangun mengakibatkan

bertambahnya jumlah pengunjung yang berkunjung ke kawasan Sungai Pematang

Nibung dan kegiatan ekonomi masyarakat di Desa Sei Baharu pun kian meningkat

dengan adanya jalan desa yang dibangun.

Pada tahun 2002 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

melaksanakan 2 buah Proyek berkelanjutan yaitu Program Pengerasan jalan dari Desa

Sei Baharu hingga ke Desa Lama dan Program Pekerjaan Rehab benteng dan

pemasangan dua buah kleb di Desa Sei Baharu.84Dengan adanya pengerasan jalan

83

Wawancara, Surya , Sei Baharu, 19 Maret 2017.

84

(54)

jalur transportasi dari Desa Sei Baharu dan Desa Lama semakin lancar menuju

Hamparan Perak dan ke Kota Medan. Dengan lancarnya jalur transportasi tersebut

maka sepeda motor dan mobil-mobil berukuran kecil sampai ukuran sedang sudah

dapat melintas untuk mengangkat hasil-hasil pertanian dari Desa Sei Baharu dan Desa

Lama. Dikarenakan adanya pengerasan jalan desa tersebut pembangunan di Desa Sei

Baharu dan Desa Lama dapat dilaksanakan lebih cepat. Pekerjaan rehab benteng di

kawasan Sungai Baharu yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Deli Serdang

pada tahun 2002. Pembangunan kleb dimaksud bertujuan untuk mengatur masuk dan

keluarnya air Sungai Baharu pada saat naik dan surutnya air laut, mencegah

masuknya air laut ke persawahan masyarakat dan untuk mengairi persawahan

penduduk yang terdapat di Dusun 3 Desa Sei baharu dan di Dusun 5 Desa Sei

Baharu.85

4.3 Teknologi

Teknologi merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan perubahan

ekologi sosial bagi masyarakat di kawasan sungai Baharu. Teknologi diciptakan

manusia untuk membantu atau meringankan pekerjaanya dalam kehidupan

sehari-hari. Dan perkembangan teknologi pun dari hari ke hari semakin maju dan canggih.

Tanpa kita sadari perkembangan teknologi yang diciptakan oleh manusia sendiri juga

85

Gambar

Tabel. 1

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini didapatkan bila nilai P value lebih kecil dari nilai α atau (0,01< 0,05) maka disimpulkan ada hubungan umur ibu dengan kejadian abortus pada ibu

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang sesuai.. Sumber primer tersebut berupa Al- Qur‟an dan terjemah, kitab -kitab tafsir, dan buku-buku terjemah lainnya

Sakano et al, 2007, Nasal and paranasal sinus endoscopy, computed tomography and microbiology of upper airways and the correlations with genotype and severity of

urutan-urutan yang sesuai dengan susunan ayat-ayat dalam al- Qur‟an, yang disusun ayat demi. ayat, surah demi surah, yang dimulai dari Surah al-Fatihah dan diakhiri

Keluarga merupakan salah satu pranata yang penting dalam

Hasil: Penelitian melibatkan pasien kanker payudara yang dilakukan tindakan MRM dengan dan tanpa fiksasi flap kulit sebanyak 78 subjek penelitian dengan

mendukung penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir ini, serta. memberikan waktunya untuk menemanin saya bertemu

Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham pada