Media Swara Indonesia, 24 April 2011
Pt. Berita Nusantara, 6 November 2010
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Ali Umar
Jenis Kelamin : Laki -Laki
Umur : 86 tahun
Alamat : Dusun 4 Desa Sei Baharu
Pekerjaan : Mantan Kepala Dusun Sei baharu
2. Nama : Andak
Jenis Kelamin : Laki -Laki
Umur : 37 tahun
Alamat : Dusun 2 Desa Sei Baharu
Pekerjaan : Nelayan
3. Nama : H. Hasan Lebai
Jenis Kelamin : Laki -Laki
Umur : 88 tahun
Pekerjaan : Mantan Kepala Desa Sei Baharu
4. Nama : Junaidi Edi
Jenis Kelamin : Laki -Laki
Umur : 40 tahun
Alamat : Desa Hamparan Perak
Pekerjaan : Perangkat Desa Hamparan Perak
5. Nama : Zulham
Jenis Kelamin : Laki -Laki
Umur : 45 tahun
Alamat : Dusun 2 Desa Sei Baharu
Pekerjaan : Perangkat Desa Sei Baharu
6. Nama : Surya
Jenis Kelamin : Laki -Laki
Umur : 47 tahun
Alamat : Dusun 4 Desa Sei baharu
LAMPIRAN
a.
Peta dan Foto
Peta Desa Sei Baharu Tahun 1860-1950
Peta Desa Sei Baharu Tahun 1980-1990
Peta Desa Sei Baharu Tahun 1990-2007
Peta Lokasi Wisata Sei baharu
http://busyro.16mb.com/wisata/dena-lokasi-siba-island-di-belawan-dan-hamparan-perak/ ( diakses 12 Maret 2017 )
Sungai Lama bekas aliran Sungai Pematang Nibung yang sekarang sudah menjadi
sungai Mati
Instalasi Penyedotan dan Pembuangan PDAM Cabang Sunggal dan PDAM Cabang Hamparan Perak
Para Pengrajin Nipah di Desa Sei Baharu
Sumber : Koleksi Pribadi, 19 Maret 2017
Pabrik Pengelolaan Getah da Perumahan Masyarakat di Sungai Sunggal
Dermaga di Sungai Baharu
Sumber : Koleksi Pribadi, 19 Maret 2017
Pulau-pulau yang yang ditanami nipah berada di Sungai baharu
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Adi, A, Sukanada, Antropo- Ekologi, Surabaya : Airlangga University Press, 1983.
Adioetomo , Sri Moertiningsih, Dasar-dasar demografi, Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2010.
Admansyah , Tengku, Butir-butir Sejarah Suku Melayu Pesisir Sumatera Timur, Medan : Yayasan Karya Budaya Nasional,1993.
Ali , Mohammad, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung : Penerbit : Pedagogiana press, 2007.
Asnan , Gusti, Sungai dan Sejarah Sumatera, Yogyakarta : Penerbit Ombak, 2016.
Azhari , Phili Ichwan, Asal Usul Kota Medan Dalam Riwayat Hamparan Perak, Penerbit : Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara, 2012.
Gottschalk , Louis Mengerti Sejarah (Terjemahan Nogroho Notosusanto), Jakarta : UI Press, 2006
Kotler , Philip, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Gramedia, 2005
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta : Tiara Wacana
Marsden , William, Sejarah Sumatera The History of Sumatra, Yogyakarta : Penerbit Indoliteras, 2016.
Martono, Nanang, Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern
Posmodern, dan Poskolonial, Jakarta : Penerbit Raja Garafindo Persada
Sinar ,Tuanku Luckman, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera
Timur, Medan : tanpa tahun dan penerbit.
, Sejarah Medan Tempoe Doloe , Medan : Perwira, 2001
Sumarwoto, Otto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan,Jakarta, Penerbit : Djambatan, 1997.
Stoler, Ann Laura, Kapitalisme dan Konfrontasi si Sabuk Perkebunan Sumatera
1870-1979, ( Terjemahan. Noer Fauzi),Yogyakarta, Penerbit : Karsa, 2005. Tantawi, Isma, Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia, Penerbit : Yayasan Al- Hayat, 2015.
Marfai , Aris, Bencana Banjir Rob; Studi Pendahuluan Banjir Pesisir Jakarta, Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013.
Wirosuhardjo, Kartomo , dkk. Dasar-Dasar Demografi. Edisi 2004. Jakarta: Lembaga Demografi FEUI
B. Skripsi /Tesis/Laporan penelitian/Jurnal
Mandasari Hutagaol , Novita, “Pengembangan Pelabuhan Belawan Dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Deli, 1920-1942 “ Skripsi,
Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau Kepulauan, 2016.
Harahap , “Mangamar Portibi, Studi Status Mutu Air Sungai Belawan Sebelum Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Sunggal dan Sebelum Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Hamparan Perak Untuk Pemanfaatan Sumber Air Bersih Tesis, Medan : Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, 2008.
Rayuana , Etty , Hubungan Genangan Air Pasang dengan Keluhan Penyakit pada Masyarakat Pesisir Pantai Desa Sei Baharu di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tesis, Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, 2011.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa), Desa Sei Baharu Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2006-2010.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa), Desa Sei Baharu Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2010-2015.
C. Arsip dan Surat Kabar
Arsip, Foto dokumentasi, Perkerasan Jalan Desa Sei Bahru-Kp.Lama, Cv.Murah Batu, 2001.
Arsip, lembaran Kerja (LK) Rehab Benteng dan Pintu Kleb 2 (Dua) Buah di Desa Lama, Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan, Proyek APBD kabupaten Deli Serdang Sektor Sumber Daya Air dan Irigasi Tahun Anggaran 2002.
Analisa, Minggu (9/11/2014)
Bapedalda Sumut pada tahun 2003
DetikNews , Selasa 04 Oct 2016
Harian Waspada , 1 Januari 2007
Kompas, 3 April 1993
Kompas, 20 maret 2013
BAB III
PERUBAHAN EKOLOGI SOSIAL SUNGAI BAHARU 1945-2005
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 kehidupan masyarakat
di kecamatan Hamparan Perak dapat dikategorikan aman dan sejahtera. Hal ini terjadi
sebagai akibat telah dibangunnya infrastruktur jalan di darat dan
pelabuhan-pelabuhan kecil disepanjang aliran Sungai Baharu.
Dengan infrastruktur jalan dan pelabuhan-pelabuhan kecil, maka kegiatan
ekonomi masyarakat Desa Sei Baharu berjalan dengan lancar. Hal ini berbanding
terbalik dengan kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar lereng pegunungan di
daerah Sumatera Timur dikarenakan kawasan pegunungan jauh dari pusat
perdagangan serta kurangnya infrastruktur jalan sebagai penunjang laju pertumbuhan
ekonomi di daerah tersebut.
Dengan dikeluarkannya undang-undang Republik Indonesia “Nomor : 86
tahun 1958 berbunyi, “Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang berada di wilayah Republik Indonesia yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dikenakan nasionalisasi dan dinyatakan menjadi milik yang penuh dan bebas Negara Republik Indonesia”.
Akibat dengan dikeluarkannya UU No 86 Tahun 1958 maka, seluruh
perkebunan tembakau dengan luas berates-ratus hektar di Kecamatan Hamparan
Perak dimiliki oleh Negara, secara langsung hal ini berdampak positif bagi para
perkebunan yang tinggal dan menetap di kawasan Hamparan Perak sudah
berkembang dalam beberapa garis keturunan. Bahkan banyak dari Suku Jawa yang
melakukan perkawinan dengan Suku Melayu. Perkawinan antara Suku Jawa dengan
Suku Melayu ini mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai-nilai sosial, adat, dan
budaya di daerah tersebut.
Disamping suku jawa dan melayu ada juga suku-suku lain di kawasan sungai
Baharu yaitu Suku Batak, Cina, Minangkabau, dan lain sebagainya. Kedatangan
suku-suku dan etnis asing ini berperan besar menyumbang pertambahan laju populasi
masyarakat di Desa Sei Baharu. Untuk dapat mengetahui secara menyeluruh tentang
perubahan ekologi sosial kawasan Sungai Baharu tahun 1945-2005. Pada bab III ini
akan dibahas tentang pertumbuhan penduduk, pembangunan jalan raya dan
pembangunan jembatan, sungai dan pola pemukiman, perubahan lingkungan alam,
3.1 Perubahan Nama Sungai
Sungai Baharu merupakan salah satu sungai yang berada di Kecamatan
Hamparan Perak. Dinamakan sungai Baharu karena telah terjadi pengerukan baru
sehingga air sungai dapat mengalir secara lancar menuju Sungai Belawan. Sebelum
terjadi pengerukan pertama pada tahun 1925 Sungai Baharu masih bernama Sungai
Pematang Nibung dimana pada masa itu air Sungai Pematang Nibung masih sangat
jernih dan tidak tercemar oleh limbah. Namun keadaan fisik Sungai Pematang
Nibung pada tahun 1925 sangat dangkal dan memiliki cabang tepat dibelakang
masjid Al Hafis dan dibelakang istana Balairung Urung Sepuluh Dua Kuta sehingga
Sungai Pematang Nibung pada masa itu susah dilalui oleh sampan-sampan untuk
mengangkut barang-barang menuju Belawan.
Pada tahun 1921 pemerintah Hindia-Belanda melakukan kebijakan
pengerukan pengendapan lumpur di Sungai Belawan sepanjang 13 km dan lebar 50
meter dengan kedalaman air 26 hingga 30 meter.30 Dan kemudian pada tahun 1925
pemerintah Belanda dan pihak kerajaan Urung sepuluh Dua Kuta melakukan
pengerukan Sungai Pematang Nibung yang melalui belakang masjid Al Hafis dan
belakang istana Balairung Urung Sepuluh Dua Kuta. Pengerukan dilakukan oleh para
kuli perkebunan Belanda yaitu orang-orang Cina dan Jawa. Pengerukan Sungai
Pematang Nibung dilakukan menggunakan peralatan-peralatan yang masih sederhana
seperti cangkul dan sekop.31
Setelah dilakukan pengerukan air Sungai Baharu dari hulu Sungai Sunggal
mengalir secara lancar menuju Sungai Belawan. Sebagai akibatnya Sungai Lama
yang merupakan cabang dari Sungai yang baru dikeruk di belakang masjid Al Hafis
tidak lagi dialiri air sungai dan pada masa ini sungai tersebut tidak dapat lagi
digunakan dan sudah menjadi sungai mati. Setelah dilakukan pengerukan baru pada
tahun 1925 Sungai Pematang Nibung berganti nama menjadi Sungai Baharu karena
telah dilakukannya pengerukan baru di Sungai pematang Nibung. Pada tahun 1945
setelah kemerdekaan Indonesia Kampung Pematang Nibung yang pada masanya
merupakan keurungan kampung di bawah pemerintahan Urung Sepuluh Dua Kuta
dan pihak Kolonial berganti nama menjadi Desa Sei Baharu yang dipimpin oleh
seorang Kepala Kampung atau Kepala Desa bernama Penghulu Ingah yang menjabat
sampai tahun 1950. 32
31
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa), Desa Sei Baharu Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2005, Op. cit., hlm 9.
3.2 Pertumbuhan Penduduk
Data dan statistik tentang kependudukan adalah sangat penting untuk
lembaga-lembaga swasta maupun Pemerintahan baik ditingkat Nasional maupun
daerah, dimana. masalah kependudukan saat ini telah memegang peranan penting
dalam menentukan kebijaksanaan Pemerintah terutama yang berhubungan dengan
pendataan penduduk melalui KTP, kesehatan, keluarga berencana, tenaga kerja,
pemindahan penduduk dan sebagainya. Hal mengenai kependudukan adalah Studi
tentang penduduk di dalam kerangka sosiologi dan ada jalinannya dengan
cabang-cabang ilmu sosial yang lain.
Berdasarkan UUD 1945 pasal 26 ayat 2 “Penduduk adalah Warga Negara
Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia”.
Dan secara umum penduduk adalah Semua Orang yang berdomisili di
Wilayah Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang
berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap di Wilayah Republik
Indonesia.
Bicara mengenai penduduk tak pernah lepas dari pertumbuhan penduduk
tersebut. Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah di pengaruhi oleh 4 faktor yaitu
Kelahiran (fertilasi), Kematian (mortalitas), In Migrasion (migrasi masuk), Out
Migrasion (migrasi keluar).33 Faktor yang paling dominan yang paling mempengaruhi
33 Sri Moertiningsih Adioetomo , Dasar-Dasar Demografi, (Lembaga Demografi,
pertumbuhan penduduk di kawasan Sungai Baharu 1945-2005 meliputi kelahiran
(fertilasi) dan in Migratsion (migrasi masuk). Kedatangan kuli-kuli kontrak yang di
bawa oleh Belanda untuk dijadikan buruh perkebunan tembakau yang ada di
kecamatan Hamparan Perak pada tahun 1865 mengakibatkan pertumbuhan penduduk
di kawasan Sungai Baharu dikarenakan masuknya migrasi kuli kuli perkebunan
meliputi Etnis Jawa yang berasal dari Pulau Jawa dan Etnis Cina yang didatangkan
dari Malaka.
Pada tahun 1945 jumlah penduduk di kawasan Sungai Baharu mencapai 400
jiwa dengan + 100 kepala keluarga. Meliputi Suku Melayu, Jawa, Cina, Batak dan
lain-lain. Setiap tahun penduduk di kawasan Sungai Baharu tepatnya di Desa Sei
Baharu mengalami kenaikan mulai dari 5 % hingga 10 %.34
34
Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Hamparan perak dalam angka
Tabel. 1
Pertumbuhan Penduduk di Desa Sei Baharu Tahun 1961-2000
Nama Suku Tahun
1961 1971 1980 1990 2000
Melayu 544 653 1306 2423 3007
Jawa 64 79 172 276 386
Cina 13 15 16 17 20
Batak 13 14 26 30 32
Dan lain-lain 6 7 16 18 20
Jumlah 640 768 1536 2764 3465
Diolah dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa), Desa Sei Baharu
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, Tahun
2001-2005.
Dari tabel di atas sesuai dengan sensus penduduk yang dilakukan pemerintah
Indonesia dapat kita lihat wilayah di Desa Sei Baharu Kecamatan Hamparan Perak
setiap sepuluh tahunnya mengalami pertumbuhan. Masyarakat Melayu yang
merupakan masyarakat asli di Kawasan Sungai Baharu sangat menerima dan terbuka
dengan kedatangan suku-suku yang lain ke wilayah mereka seperti halnya suku Jawa,
Cina, Batak. Suku Melayu masih menjadi suku mayoritas di Desa Sei Baharu,
dilanjutkan dengan Suku Jawa yang memiliki nomor urut kedua dengan jumlah
terbanyak di Desa Sei Baharu. Berakhirnya kontrak antara kuli perkebunan dengan
karena mereka menyukainya, tetapi banyak yang tidak mempunyai pilihan lain.35
Suku Jawa dan Melayu di kawasan Sungai Baharu sudah banyak yang melakukan
percampuran budaya dengan melangsungkan pernikahan antara suku yang berbeda.
Sementara Suku Batak yang ada di Kawasan Sungai Baharu adalah Mandailing,
Karo, dan Toba yang semuanya memeluk agama Islam. Sementara Suku Cina setiap
tahunnya mengalami perkembangan yang persentasenya sangat kecil bahkan hampir
dikatakan tidak berkembang dikarenakan mulai dari tahun 1945 hingga tahun 2005
Suku Cina yang berada di Desa Sei baharu Kecamatan Hamparan Perak hanya
berjumlah 3 Kepala Keluarga dua diantaranya berada di Dusun Sei Baharu 1 dan 2,
dan satu lagi berada di Dusun Sei Baharu 4, Suku Cina yang ada di Desa Sei Baharu
semuanya memeluk agama Budha.36
3.3 Pembangunan Jalan Raya dan Jembatan
Semenjak di bukanya perkebunan tembakau di kawasan Sungai Baharu
pemerintah Hindia Belanda beserta kerjaan Urung sepuluh Dua Kuta memanfaatkan
transportasi air melalui Sungai Pematang Nibung untuk mengangkut hasil
perkebunan tembakau menuju Sungai Belawan. Namun selain jalur transportasi air,
jalur transportasi darat juga diperlukan untuk mengangkut hasil perkebunan yang ada
di bagian pedalaman di Desa Sei Baharu, untuk itu pada tahun 1925 seiring dengan
dilakukannya pengerukan di kawasan Sungai Baharu yaitu dibelakang Masjid Al
35
Ann Laura Stoller, Kapitalisme dan Konfrontasi si Sabuk Perkebunan Sumatera
Hafiz pihak Belanda dan juga Keurungan membangun benteng-benteng di bagian
kanan dan kiri sungai guna mengurangi air banjir masuk ke pemukiman masyarakat.
Benteng yang telah dibangun pada zaman Belanda juga dimanfaatkan masyarakat
sebagai jalan setapak.
Pada tahun 1927 Belanda juga membangun jembatan gantung yang terbuat
dari papan dan juga tali tambang untuk menghubungkan Dusun 1 dan 2 Sei baharu
dengan Dusun 4 dan 5 Sei baharu. Seiring dengan itu jalan setapak dengan ukuran
kurang lebih 2 meter juga dibangun dan hanya dapat dilewati oleh sepeda dan lori-lori
pengangkutan barang-barang perkebunan pada masa Belanda.
Pada tahun 1975 Pada masa Kepemimpinan BUYUNG ABBAS , Kampung
Sungai Baharu mulai nampak melangkah maju seiring pula dengan Rencana
Pembangunan Lima Tahun ( REPELITA ) yang dicanangkan oleh Pemerintahan
ORDE BARU .37 Pembangunan jalan raya dilakukan di Desa Sei Baharu mulai dari
jalan desa Hamparan Perak masuk ke Dusun 1 Sei Baharu melewati jembatan yang
dibangun pada masa pemerintahan Belanda dan kerajaan Urung sepuluh Dua Kuta
dan selanjutnya ke arah Dusun 4 Sei Baharu hingga ke Desa Lama kecamatan
Hamparan Perak. Panjang pembangunan jalan raya tersebut + 5 km dengan lebar
jalan raya 5 meter. Pembangunan jalan raya di Desa Sei Baharu dilakukan
menggunakan alat alat berat seperti beko, dan pembuat aspal dan dibantu oleh tenaga
37
manusia yang didatangkan oleh Dinas Pembangunan Umum yang merupakan
kebijakan dari Pemerintahan Pusat kabupaten DeliSerdang.38
Dikarenakan kebijakan pembangunan jalan raya yang dilakukan oleh
pemerintah pusat Kabupaten Deli Serdang. Tanah milik masyarakat Desa Sei Baharu
banyak yang di ambil pemerintah untuk dijadikan jalan raya. Menurut penuturan
masyarakat pada masa itu tanah yang telah diambil oleh pihak pemerintah Kabupaten
Deli Serdang untuk dijadikan jalan raya di Desa Sei Baharu tidak dibayar oleh
pemerintah Kabupaten Deli Serdang berdasarkan luas tanah atau lebar tanah namun
berdasarkan berapa jumlah tanaman yang tertebang di tanah milik masyarakat untuk
dijadikan jalan raya di Desa Sei Baharu. Tanaman yang dimaksud adalah
tanaman-tanaman besar seperti pohon pinang, kelapa dan pohon berkayu-kayu besar, harga
satu pohon menurut penuturan masyarakat adalah Rp.1000,00 per pohon.
Pada tahun 2002 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang
melaksanakan 2 buah Proyek berkelanjutan yaitu:
1. Program Pengerasan jalan dari Desa Sei Baharu hingga ke Desa Lama.39
2. Program Pekerjaan Rehab benteng dan pemasangan dua buah kleb di Desa Sei
Baharu.40
38
Wawancara, Ali Umar, Sei Baharu, 20 Maret 2017.
39 Arsip, Foto dokumentasi, Perkerasan Jalan Desa Sei Baharu-Kp.Lama, Cv.Murah Batu,
2001.
40
Adapun proyek pengerasan jalan yang dilakukan antara jalan Kabupaten Deli
Serdang dengan jalan Desa Sei Baharu hingga tembus ke Desa Lama. Dengan adanya
pengerasan jalan jalur transportasi dari Desa Sei Baharu dan Desa Lama semakin
lancar menuju Hamparan Perak dan ke Kota Medan. Dengan lancarnya jalur
transportasi tersebut maka sepeda motor dan mobil-mobil berukuran kecil sampai
ukuran sedang sudah dapat melintas untuk mengangkat hasil-hasil pertanian dari
Desa Sei Baharu dan Desa Lama. Dikarenakan adanya pengerasan jalan desa tersebut
pembangunan di Desa Sei Baharu dan Desa Lama dapat dilaksanakan lebih cepat.
Pekerjaan rehab benteng di kawasan Sungai Baharu yang dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2002 dilaksanakan mulai dari
jembatan menuju ke arah hilir Sungai Baharu. Adapun pekerjaan rehab yang
dimaksud adalah pengerasan jalan + 4 km, yang terdiri dari :
1. Sepanjang + 2 km di sisi kiri memanjang dari sisi jembatan ke hulu Sungai Baharu
dengan lebar 2 meter dengan ketinggian dari sungai + 3 meter.41
2. Sepanjang + 2 km dari sisi kanan Sungai Baharu dengan lebar + 3 meter.
Memanjang dari sisi jembatan ke hulu Sungai baharu dengan ketinggian dari sungai
+ 3 meter.42
Adapun pekerjaan pemasangan kleb yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Deli
Serdang sebanyak 2 lokasi yang pertama kleb terdapat di sisi kanan sungai di Dusun
41 Ibid.
3 Desa Sei Baharu, sedangkan satu kleb lagi terletak di sisi kiri Sungai Baharu atau
tepatnya berda di Dusun 5 Desa Sei Baharu. Pembangunan kleb dimaksud bertujuan
untuk mengatur masuk dan keluarnya air Sungai Baharu pada saat naik dan surutnya
air laut. Yang digunakan untuk mengairi persawahan penduduk yang terdapat di
Dusun 3 Desa Sei baharu dan di Dusun 5 Desa Sei Baharu. Dengan dibangunnya kleb
tersebut mengakibatkan lancarnya pengaturan irigasi di Dusun 3 dan di Dusun 5 Desa
Sei Baharu. Para petani dapat melakukan cocok tanam sebanyak tiga kali dalam
setahun. Hal ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Sei Baharu.
3.4 Sungai dan Pola Pemukiman
Sebelum di bagunnya jalan raya di kawasan Sungai Baharu pada tahun 1975.
Sungai Baharu masih digunakan sebagai jalur transportasi bagi penduduk di Desa Sei
Baharu sehingga hampir semua pemukiman penduduk di kawasan Sungai Baharu di
bangun di daerah aliran sungai dan pemukiman menghadap arah sungai.
Pada masa pemerintahan Belanda tahun 1925 sejalan dengan dilakukannya
pengerukan di Sungai Baharu dari belakang masjid Al Hafiz43 pihak kerajaan dan
Belanda juga membuat benteng-benteng di sekitar sisi kanan dan kiri Sungai Baharu
setinggi + 1 meter hingga 2 meter dengan jarak dari sungai sekitar 2 hingga 3 meter
dan lebar benteng + 2 meter. Pembuatan benteng-benteng tersebut dilakukan untuk
menghalangi air banjir masuk ke areal perkebunan Belanda dan pemukiman
43
masyarakat di kawasan Sungai pematang Nibung. Menurut penuturan masyarakat
pada masa itu ada peraturan bahwasanya masyarakat di kawasan Sungai Baharu
dilarang untuk membangun pemukiman atau rumah melewati tanggul. Sehingga pada
masa sebelum kemerdekaan hingga tahun 1970 pemukiman penduduk dibelakangi
oleh tanggul, menghadap Sungai Baharu, dan memanjang dari arah Selatan menuju
arah Utara Sungai Baharu. 44
Pada masa sebelum kemerdekaan hingga sampai tahun 1970 tanggul tersebut
digunakan penduduk sekitar sebagai jalan setapak karena berada di sisi kanan dan kiri
dari sungai Baharu. Jalan setapak tersebut hanya dapat dilewati oleh penduduk yang
berjalan kaki dan yang menggunakan sepeda.
Pada tahun 1975 pembangunan jalan raya dilakukan di Desa Sei Baharu mulai
dari jalan desa Hamparan Perak masuk ke Dusun 1 Sei Baharu melewati jembatan
yang dibangun pada masa pemerintahan Belanda dan kerajaan Urung sepuluh Dua
Kuta dan selanjutnya ke arah Dusun 4 Sei Baharu hingga ke Desa Lama kecamatan
Hamparan Perak. Panjang pembangunan jalan raya tersebut + 5 km dengan lebar
jalan raya 5 meter. Pembangunan jalan raya di Desa Sei Baharu dilakukan
menggunakan alat alat berat seperti beko, dan pembuat aspal dan dibantu oleh tenaga
manusia yang didatangkan oleh Dinas Pembangunan Umum yang merupakan
kebijakan dari Pemerintahan Pusat kabupaten Deli Serdang. Adanya kebijakan
44
pembangunan jalan raya yang dilakukan oleh pemerintah pusat Kabupaten Deli
Serdang.45
Di karenakan pembangunan jalan raya yang dilakukan oleh pihak Pemerintah
Kabupaten Deli Serdang pada tahun 1975. Pola pemukiman masyarakat di kawasan
Sungai Baharu pun mengalami perubahan. Yang dahulunya pemukiman masyarakat
di Desa Sei Baharu yang sebagian besar menghadap arah aliran sungai dan
memanjang dari arah Utara menuju Selatan. Kemudian setelah dibangunnya jalan
raya di Desa Sei Baharu pola pemukiman penduduk di kawasan Sungai Baharu pun
berubah masyarakat mulai membangun pemukiman dengan menghadap jalan raya, di
sepanjang aliran jalan raya mulai dari arah Barat memanjang menuju arah Timur.
3. 5 Perubahan Lingkungan Sungai, dan Budaya
3.5.1 Perubahan Lingkungan Sungai
Lingkungan kawasan Sungai Baharu Kecamatan Hamparan Perak merupakan
daerah pantai berupa daratan datar yang dibelah oleh Sungai Baharu. Pada tahun 1945
Kawasan Sungai Baharu masih sangat asri belum tercemar oleh polusi.46 Air Sungai
Baharu pada masa itu masih sangat jernih sehingga masyarakat kawasan Sungai
Baharu masih memanfaatkan air Sungai Baharu untuk keperluaan sehari-hari. Di
kawasan Sungai Baharu pada tahun 1945 masih banyak ditemukan hewan-hewan liar
45
Wawancara, H. Hasan Lebai, Sei Baharu, 20 Maret 2017.
46
seperti buaya, ular, dan kera-kera yang hidup di sekitar hutan mangrove di bagian
hilir Sungai Baharu.
Pada bagian sisi kanan dan kiri Sungai Baharu terdapat tanggul dengan
ketinggian 2 meter dan lebar 2 meter yang terdapat di Dusun Sei Baharu 1, Dusun Sei
Baharu 2, Dusun Sei Baharu 4 dan Dusun Sei Baharu 5 benteng tersebut dibangun
pada masa Kolonial Belanda pada tahun 1925 untuk mengurangi dampak dari
bencana alam banjir agar air banjir tidak masuk ke pemukiman masyarakat dan
perkebunan yang berada di sepanjang aliran Sungai Baharu, selain itu benteng
tersebut juga dimanfaatkan masyarakat sebagai jalan setapak dan benteng tersebut
dapat hanya dapat dilalui oleh sepeda. Di masa itu juga sudah terdapat pulau-pulau
yang terbentuk dari hasil sedimentasi47 lumpur-lumpur yang dibawa oleh aliran
sungai yang berasal dari hulu dan lumpur-lumpur yang dibawa dari laut akibat pasang
surutnya air laut. Namun pada tahun 1945 pulau-pulau tersebut masih ditumbuhi oleh
tanaman-tanaman liar yang tumbuh sendiri dan tidak terawat, ukuran pulau-pulau
pada masa itu mencapai 1 hektar hingga 5 hektar.
Pada tahun 1975 pembangunan jalan raya dilakukan di Desa Sei Baharu
berdasarkan kebijakan dari Dinas Pembangunan Umum Kabupaten Deli Serdang
meliputi jalan masuk dari Desa Sei Baharu melewati Jembatan, Dusun 4 dan Dusun 5
47
Menurut Pipkin (1977) sedimen adalah material atau pecahan dari batuan, mineral dan material organik yang dipindahkan dari berbagai sumber air darat maupun laut dan didepositkan oleh udara, angin, es, dan air. Selain itu ada juga yang dapat diendapkan dari material yang melayang dalam air (suspensi) atau dalam bentuk kimia pada suatu tempat (presipitasi kimia). Umi M dan Agus S. ,
Pengantar Kimia dan Sedimen Dasar Laut. (Jakarta: Badan Riset Kelautan Dan Perikanan), 2002, hlm.
Sei Baharu, kemudian Desa Lama Kecamatan Hamparan Perak. Pembanguan jalan
raya di Desa Sei Baharu mengakibatkan pola pemukiman masyarakat yang dahulunya
mengahadap ke sungai beralih menjadi menghadap ke arah jalan raya dan berada di
sepanjang aliran jalan raya. Kendaraan bermotor dari mulai berukuran kecil hingga
besar sudah dapat lewat di kawasan Sungai Sei Baharu seperti sepeda motor dan juga
mobil.
Pada waktu yang hampir bersamaan di kawasan Sungai Baharu yaitu pada
Dusun Sei Baharu 5 dibangun kleb dan pembuatan benteng untuk pengairan
perkebunan dan persawahan milik masyarakat kawasan Sungai Baharu. Seiring
dengan berjalannya waktu jalan raya yang dibangun oleh Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Deli Serdang dilanjutkan pada tahun 2002 sebagai proyek berkelanjutan
dengan nama program Perkerasan Jalan Desa Sei Baharu-Kp Lama. Kemudian
dilanjutkan juga dengan program dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan dengan
nama pekerjaan Rehab Benteng dan Pintu Kleb 2 buah di Desa Baharu.48
Sekitar tahun 1980-an bagian pinggir Sungai Baharu sebelum benteng
dimanfaatkan oleh masyarakat kawasan Sungai Baharu dengan ditanami
tanaman-tanaman perkebunan pisang. Masyarakat juga sudah membangun pemukiman di
kawasan pinggiran Sungai baharu sebelum benteng sementara peraturan masyarakat
pada masa pemerintahan Belanda bahkan hingga tahun 1970 masyarakat dilarang
48 Dikelola dari Arsip, Foto dokumentasi, Perkerasan Jalan Desa Sei Bahru-Kp.Lama,
untuk membangun pemukiman di daerah tepat dipinggir sungai yaitu sebelum
benteng.
Pada tahun 1980 pulau-pulau dan paluh-paluh yang ada di kawasan Sungai
Baharu Kecamatan Hamparan Perak mulai digarap masyarakat dijadikan kawasan
perkebunan sawit dan perkebunan nipah oleh beberapa masyarakat seperti
Masyarakat sekitar bernama Syafrudin Siba dan masyarakat pendatang seperti Suku
Batak, Jawa dan salah seorang pengusaha dari luar kota yang menggarap pulau dan
paluh yang ada di kawasan Sungai Baharu merupakan seorang pengusaha kelapa
sawit keturunan Tionghoa bernama Frenky Burhan.
Setelah bekembangnya tanaman sawit dan juga tanaman nipah yang ditanam
di beberapa paluh-paluh di kawasan Sungai Baharu dan juga tanaman nipah di
beberapa pulau yang ada di kawasan Sungai Baharu mengakibatkan pulau-pulau yang
semakin lama ukurannya semakin membesar seperti yang sudah kita bahas
sebelumnya ukuran pulau-pulau pada masa kemerdekaan berukuran 1-5 hektar.
Sesudah dijadikannya pulau-pulau sebagai perkebunan nipah ukuran pulau menjadi
11- 15 hektar.
Pada tahun 2001 masyarakat sekitar dan masyarakat pendatang juga mulai
menggarap pulau-pulau yang merupakan hasil sedimentasi lumpur di Sungai Sei
Baharu dengan menanami pulau-pulau pada bagian hulu yang ukurannya lebihy kecil
Masyarakat sekitar dan pendatang memanfaatkan pulau-pulau pada bagian hulu yang
memiliki jenis air tawar dengan menanami tanaman-tanaman palawija seperti
sayuran, papaya dan juga cabai. Kemudian pada tahun 2005 seoarang putra daerah
desa Sei Baharu yang bernama Syafrudin Siba membangun kawasan objek wisata
dengan nama Siba Island di salah satu pulau terbesar yang terdapat pada bagian hilir
Sungai Baharu.49
Dengan adanya kegiatan masyarakat di bagian hulu Sungai Baharu yang
meliputi kegiatan ekonomi, pertanian, peternakan, bahkan industri yang berada pada
bagian hulu Sungai baharu mengakibatkan Sungai Baharu mengalami pencemaran.
Air sungai yang semula berwarna jernih dan asri berubah menjadi keruh. Masyarakat
tidak dapat memanfaatkan air sungai lagi sebagai bahan untuk kebutuhan pokok.
3.5.2 Perubahan Budaya
Kebudayaan di kawasan Sungai Baharu merupakan kebudayaan Melayu yang
tumbuh di tengah- tengah masyarakat lokal sebagai pendukungnya yaitu masyarakat
melayu yang tinggal di Desa Sei Baharu.
Kebudayaan asli Suku Melayu yang ada di kawasan Sungai Baharu adalah:
1. Suku Melayu di kawasan Sungai Baharu memiliki kebudayaan dengan pola
pemukiman mengikuti aliran sungai. Dengan jenis rumah melayu yaitu rumah
49
panggung yang semula bentuknya adalah empat persegi panjang atau berbentuk
bansal, bertiang tinggi yang atapnya terbuat dari daun nipah dan dinding tepas atau
kayu.
2. Dalam mendirikan bangunan rumah Suku Melayu di kawasan Sungai Baharu
memiliki kebudayaan bergotong royong atau kerja sama. Sebelum mendirikan
rumah, Suku Melayu dahulu pergi ke hutan untuk meramu kayu dipilih yang baik
agar rumah dapat bertahan lebih lama. Dan rangkaian meramu kayu tersebut pun b
iasanya dilakukan dengan cara bergotong-royong, dan kayu-kayu tersebut di ambil
dari sekitar kampung. Tapak rumah sebelum didirikan bangunan terlebih dahulu
dilakukan upacara tepung tawar dan pembacaan doa.50
3. Mata pencaharian masyarakat melayu di kawasan Sungai Baharu adalah sebagai
nelayan dan juga petani. Keberadaan Sungai baharu bagi masyarakat melayu di
kawasan Desa Baharu sangat penting bagi kebudayaan suku melayu pada masa itu.51
4. Suku melayu di kawasan Sungai melayu memliki kearifan lokal yaitu menganyam
bambu dan juga daun nipah yang dijadikan masyrakat sebagai tepas dan juga atap
nipah, dimanfaatkan masyarakat sebagai membuat rumah dan juga diperjual-belikan
kepada pihak perkebunan Belanda untuk pembangunan bangsal-bangsal tembakau
untuk proses penyimpanan dan pengeringan tembakau.52
50
Tengku Admasyah, Butir-butir Sejarah Suku Melayu Pesisir Sumatera Timur, (Yayasan Kaya Budaya Nasional) Medan, hlm 66.
51
Wawancara, Andak, Desa Sei Baharu, 01 Pebruari 2017.
Setiap masyarakat di berbagai tempat pasti akan mengalami
perubahan-perubahan. Perubahan yang terjadi bisa saja mengalami kemajuan bahkan bisa juga
mengalami kemunduran. Menurut seorang ahli bernama J.L Gillin dan J.P
Gillin Perubahan sosial dan Budaya adalah variasi dari mode atau cara-cara hidup
yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, dalam kebudayaan
materil, komposisi penduduk atau ideologi, maupun disebabkan oleh difusi atau
penemuan-penemuan baru dalam kelompok.53
Perubahan adalah pergeseran nilai atau anggapan terhadap sesuatu masalah .
menurut Koentjaraningrat perubahan budaya adalah proses pergeseran, pengurangan,
dan penambahan, dan perkembangan unsur-unsur dalam suatu kebudayaan. Secara
sederhana perubahan budaya merupakan dinamika yang terjadi akibat
benturan-benturan antar unsur budaya yang berbeda-beda.54
Faktor perubahan budaya yang terjadi di kawasan Sungai baharu yaitu
a. Hidup berdampingan antar kelompok masyarakat akan dapat membawa perubahan.
Dengan hidup berdampingan dengan masyarakat dengan berbagai macam etnik,
maka masyarakat kawasan Sungai Baharu dapat meniru hal-hal yang positif dari
sekitarnya.
53 Nanang Martono , Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern Posmodern, dan Poskolonial, (Jakarta : Penerbit Raja Garafindo Persada Jakarta, 2012), hlm. 12
54
b. Kondisi Alam sangat memegang peranan penting untuk menciptakan perubahan.
Alam yang subur akan mudah menciptakan program perikanan, pertanian untuk
mensejahterakan masyarakat di kawasan Sungai Baharu. Artinya perubahan kondisi
alam menciptakan perubahan budaya di kawasan Sungai baharu.
c. Sistem pendidikan yang baik dan ajaran agama yang berkembang di suatu daerah
berkontribusi untuk mengubah pola pemikiran masyarakat kawasan Sungai Baharu.
Sehingga pendidikan dan ajaran agama juga sebagai faktor dalam perubahan budaya
di kawasan Sungai Baharu.55
Perubahan kebudayaan melayu yang terjadi di kawasan Sungai Baharu hingga
tahun 2005 adalah sebagai berikut.
1. Dikarenakan adanya pembangunan jalan raya di kawasan Sungai Baharu tepatnya di
Desa Sei Baharu pola pemukiman masyarakat yang mengikuti aliran sungai berubah
menjadi pola pemukiman mengarah pada arah jalan raya.
2. Rumah masyarakat di kawasan Sungai Baharu yang semula adalah rumah panggung
dengan tiang kayu, dinding, tepas dan beratap nipah berubah menjadi
bangunan-bangunan setengah papan dengan pondasi batu-bata dan semen beratap seng dan
pada tahun 2005 rumah masyarakat di Desa Baharu sudah sebagain besar berdinding
beton dan beratap seng bahkan genting-genting.
3. Dalam membangunan rumah ataupun pemukiman masyarakat di kawasan Sungai
Baharu tidak lagi dilakukan kegiatan gotong royong. Masyarakat lebih memilih
untuk membayar pekerja bangunan untuk membangun rumah. Bahkan kegiatan
sebelum membangun rumah yaitu meramu bahan-bahan bangunan , tepung tawar
dan pembacaan doa ada beberapa yang sudah tidak dilakukan.
4. Mata pencaharian suku Melayu di kawasan Sungai baharu tidak semata-mata hanya
bertani dan nelayan saja. Perubahan kebudayaan terjadi dengan masuknya
kebudayaan lain dan meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat di kawasan
Sungai Baharu. Profesi masyarakat Melayu di kawasan Sungai Baharu pada masa ini
sudah majemuk ada yang berprofesi sebagai pedagang, pegawai pemerintahan, dan
juga pegawai swasta.
5. Kearifan lokal suku Melayu yang berada di Kawasan Sungai Baharu pada masa ini
sudah mulai hilang. Walaupun masih ada sebagian kecil masyarakat yang
menganyam tepas dari bilah bambu dan mengbuat atap nipah dari daun nipah.
Dikarenakan perkebunan tembakau yang sudah tidak berkembang lagi dan
permintaan akan bahan-bahan untuk pembuatan bangsal tidak ada lagi, masyarakat
di Desa Sei Baharu lama kelamaan meninggalkan kearifan lokal membuat tepas dan
juga atap nipah. Sebagian kecil masyarakat yang mebuat atap nipah hanya untuk
3.6 Pariwisata
Pada masa 1945 sampai tahun 1950- an Sungai Baharu masih dimanfaat kan
sebagian besar masyarakat sekitar sebagai jalur transportasi. Pulau-pulau yang
terdapat di sepanjang kawasan Sungai Baharu yang merupakan Pulau tak
berpenghuni dimanfaatkan masyarakat sebagai lokasi untuk memancing ikan, berburu
dan hutan nipah atau bahkan kayu-kayu yang tumbuh disekitar pulau-pulau
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dengan diambil bebas begitu saja.
Setelah tahun 1980 an pulau-pulau yang berada di sepanjang Sungai Baharu
mulai digarap oleh masyarakat di Desa Sei Baharu bahkan seorang pengusaha kelapa
sawit. Pulau-pulau dan paluh-paluh yang digarap oleh pengusaha kelapa sawit
kemudian dijadikan perkebunan kelapa sawit dan pada bagian hilir nya ditanami
dengan perkebunan nipah, sementara di sisi kanan dan kiri Sungai Baharu pada
bagian hilir ditumbuhi tanaman bakau yang merupakan tempat tinggal bagi
satwa-satwa asli penghuni hutan mangrove di sepanjang hilir Sungai Baharu seperti kera,
burung-burung bangau, Kepiting, Udang, dan lain-lain .
Sementara pulau-pulau yang berada pada bagian hulu Sungai Baharu yang
memiliki jenis air tawar dimanfaatkan masyarakat sekitar dengan ditanami
tanaman-tanama palawija seperti cabai, papaya dan sayur-sayuran. Dengan kondisi wilayah
yang sangat berpotensi untuk areal wisata bahari salah satu pulau terbesar di Kawasan
ukuran 15 hektar yang dahulunya merupakan pulau tidak berpunghuni. Pada tahun
2005 seorang putra desa bernama Syafrudin Siba berencana membuka objek wisata
bahari di kawasan Sungai Baharu. Pulau yang hendak dijadikan objek wisata bahari
tersebut kemudian diberi nama Siba Island sesuai dengan nama pembangunan objek
wisata yang dikelola oleh PT. Siba Island.56
Untuk mencapai lokasi kawasan objek wisata Siba Island di kawasan Sungai
Baharu hanya bisa dicapai menggunakan transportasi air. Salah satu dermaga yang
dapat mengantarkan ke lokasi tujuan adalah dermaga yang terdapat di Desa Sei
Baharu tepatnya Di Dusun 2 Sei Baharu menggunakan sampan-sampan milik
nelayan mulai dari ukuran terkecil dengan kapasitas dua penumpang hingga kapal
berukuran besar berkapasitas 12 penumpang. Jarak tempuh dari dermaga di Dusun 2
Sei Baharu ke lokasi wisata bahari Sei Baharu mencapai kurang lebih 1 hingga 2
jam.57
56
Pt. Berita Nusantara, Menyusuri Pesona Alam Pesisir Sumatera , 6 November 2010, hlm. 19
57
BAB IV
FAKTOR PERUBAHAN EKOLOGI SOSIAL SUNGAI
BAHARU
Sebelum pemerintahan Hindia Belanda masuk ke Hamparan Perak suasana
alam dan lingkungan di kawasan Sungai Pematang Nibung masih cukup alami.
Jumlah penduduk yang masih sedikit dengan alam sebagai penopang hidup manusia
yang masih sangat berlimpah. Hal ini dapat dilihat dari keseharian masyarakat
Pematang Nibung dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Masyarakat Pematang Nibung dalam memenuhi keperluan, memasak,
mencuci, minum, dapat memakai air sungai yang masih cukup jernih dan belum
tercemar. Air sungai juga digunakan untuk mengairi sawah masyarakat Pematang
Nibung. Pohon bambu dan kelapa berbaris memanjang di tepi Sungai Pematang
Nibung.
Sekitar tahun 1870 an pemerintah Hindia Belanda sampai di Sumatera Timur
dan menjadikan Belawan sebagai pusat perdagangan. Adapun alasan pemerintah
Hindia Belanda menjadikan Belawan sebagai pelabuhan pusat perdagangan
dikarenakan lokasinya yang strategis langsung menuju Selat Malaka . Perkembangan
pesat perdagangan di Pelabuhan Belawan terus terjadi hingga pada tahun 1921 hingga
pengembangan Pelabuhan Belawan.58 Kemudian pada tahun 1925 Pemerintahan
Belanda melakukan pengerukan sungai di Sungai Pematang Nibung agar air sungai
dapat mengalir secara lancar menuju sungai Belawan guna melancarkan jalur
transportasi pengangkutan barang dan hasil alam menuju Sungai Belawan.
Situasi perkembangan alam dan kehidupan sosial di atas secara langsung
berdampak pada perubahan ekologi sosial di Sungai Baharu, hingga dapat
disimpulkan adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan ekologi sosial di
kawasan Sungai Baharu yaitu Faktor Lingkungan Hidup, adapun faktor lingkungan
hidup ini terdiri atas kerusakan alam dan bencana alam. Kemudian Faktor manusia,
faktor manusia sebagai faktor yang mengakibatkan perubahan ekologi sosial di
kawasan Sungai Baharu meliputi manusia dalam pembangunan dan manusia dalam
kegiatan ekonomi. Dan faktor terakhir yang mengakibatkan perubahan ekologi sosial
kawasan Sungai Baharu adalah faktor teknologi.
58
4.1 Lingkungan
4.1.1 Bencana Alam
Faktor yang mengakibatkan perubahan ekologi sosial salah satunya
merupakan bencana alam. Kawasan Sungai Baharu merupakan daerah pantai yang
terdampak oleh pasang surutnya air laut dan merupakan daerah yang sering
mengalami banjir rob59 mulai sejak tahun 1945. Banjir kiriman sering terjadi selama
4-5 hari namun tidak menimbulkan akibat yang parah dikarenakan di Desa Sei
Baharu sudah dibangun benteng yang memisahkan antara Sungai Baharu dan
Pemukiman masyarakat. Dan pada tahun 1975 di hilir Sungai Baharu juga sudah
dilakukan pengerukan sungai sehingga apabila banjir rob datang. Masyarakat di
kawasan Sungai Baharu tidak terkena dampak terhadap pemukiman warga dan tidak
menimbulkan korban jiwa namun sawah-sawah masyarakat serta perkebunan
masyarakat terendam oleh banjir kiriman yang terjadi pada masa itu.60
Pada tahun 2000 akibat kenaikan jumlah penduduk dan bertambahnya jumlah
pemukiman dibagian hulu sungai disertai dengan rendahnya kesadaran masyarakat
mengenai lingkungan mengakibatkan berkurangnya jalur hijau di bagian hulu sungai.
Maka permukaan tanah yang kedap terhadap air pun bertambah sehingga apabila
terjadi hujan di bagian hulu, maka air hujan sedikit meresap ke dalam tanah dan
59Banjir rob merupakan banjir yang airnya berasal dari air laut. Banjir rob ini adalah banjir yang diakibatkan oleh pasangnya air laut, hingga air yang pasang tersebut menggenangi daratan, Aris Marfai, BENCANA BANJIR ROB; Studi Pendahuluan Banjir Pesisir Jakarta, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013), hlm. 21
60
mengalir secara lancar ke bagian hulu sehingga mengakibatkan banjir61 di Sungai
Baharu. Namun banjir yang terjadi pada tahun 2000 tersebut tidak memakan korban
jiwa namun jembatan yang dibangun pada masa Belanda telah roboh dan hancur
dibawa oleh air banjir. Pada tahun 2000 banjir yang terjadi juga mengakibatkan
pulau-pulau di bagian hulu Sungai Baharu terendam oleh air banjir dan merusak
tanaman yang itanam oleh masyarakat di Kawasan Sungai Baharu.62
Selain masalah pemukiman dikarenakan pengerukan pada tahun 1925 pada
bagian hulu Sungai Baharu. Sebelumnya Sungai Pematang Nibung yang sekarang
bernama Sungai Baharu yang memiliki cabang dengan bentuk sungai yang
berliku-liku kemudian dikeruk sehingga hanya memiliki satu cabang dan jalur sungai menjadi
lurus menuju Sungai Belawan.
Namun jalur sungai yang lurus mengakibatkan air sungai yang mengalir dari
hulu akan semakin lancar mengalir ke bagian hilir dan apabila banjir pada bagian
hulu air yang berasal dari hulu akan lebih cepat mengalir ke bagian hilir dan
mengakibatkan banjir kiriman yang sangat cepat menuju Sungai Baharu. Kejadian
terebut sering terjadi pada masa-masa ini apabila terjadi hujan deras di bagian hulu
Sungai Sunggal dan Sibolangit hanya dengan hitungan jam air sudah sampai menuju
61
Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup Dan Pembangunan, (Djambatan, Bandung, 1994), hlm. 208.
62
Sungai Baharu dikarenakan jalur Sungai yang dapat dikategorikan sebagai aliran
sungai yang berbentuk lurus mulai dari hulu sungai hingga hilir sungai.63
4.1.2 Kerusakan Lingkungan
Lingkungan hidup sebagai faktor yang dapat melakukan perubahan ekologi
sosial di kawasan Sungai Baharu dapat dilihat dari terjadinya kerusakan lingkungan
dan pencemaran lingkungan. Walaupun di dalam masyarakat terkadang mekanisme
untuk mengatur laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk, namun kenyataannya di
beberapa tempat terdapat kepadatan penduduk yang telah melampaui daya dukung
lingkungan.64 Tanda-tanda dilampauinya daya dukung lingkungan adalah terjadinya
kerusakan pada lingkungan. Kerusakan lingkungan yang terjadi di kawasan Sungai
Baharu merupakan akibat dari kerusakan lingkungan yang terjadi dari luar kawasan
Sungai Baharu maupun di kawasan Sungai baharu sendiri.
Kerusakan lingkungan yang terjadi dari luar kawasan Sungai Baharu yang
mempengaruhi daya dukung lingkungan kawasan Sungai Baharu adalah kerusakan
lingkungan yang terjadi pada bagian hulu Sungai Baharu tepatnya di kawasan Sungai
Sibolangit dan Sungai Sunggal. Dari kawasan Sungai Sibolangit terjadi migrasi
penduduk ke kawasan hilir dikarenakan perkembangan perekonomian yang jauh lebih
63
DetikNews , Susi: Jakarta Banjir Enggak Aneh, Wong Sungai Dilurusin dan Ada Reklamasi, Selasa 04 Oct 2016
64
cepat di kawasan hilir sehingga pemukiman penduduk terkonsentrasi lebih padat di
kawasan hilir. Di kawasan Sungai Sunggal penduduk migrasi membangun
pemukiman di pinggir Sungai dan ada juga beberapa pabrik yang dimana masyarakat
memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan sampah-sampah dapur dan
sisa-sisa hasil produksi pabrik-pabrik maupun perusahaan.
Pencemaran limbah domestik mempunyai banyak akibat buruk. Yang paling
ringan ialah menurunnya keindahan lingkungan di kawasan Sungai Baharu.
Penurunan keindahan lingkungan sering diikuti dengaan adanya bau busuk, air sungai
menjadi keruh. Penurunan keindahan yang terjadi di kawasan Sungai Baharu akan
mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat 65 sebagai salah satu contoh
masyarakat di kawasan Sungai Baharu pada masa kemerdekaan masih memanfaatkan
air dari kawasan Sungai Baharu untuk dijadikan keperluan untuk air minum, mencuci,
dan memasak namun setelah tahun 2002 akibat adanya pencemaran air66 sungai tidak
lagi dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum, mandi, dan masak oleh
masyarakat sekitar dikarenakan kekeruhan air dan tingkat pencemaran air yang
kadarnya sudah sangat tinggi. Akibat yang paling berat dengan adanya kerusakan
lingkungan tersebut adalah terganggunya kesehatan. Gangguan itu dapat terjadi
karena air untuk keperluan rumah tangga tercemar, sehingga pencemaran air itu dapat
menyebabkan timbulnya wabah penyakit. sehingga air tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya, Arie Herlambang, Pencemaran Air dan
Selain pencemaran yang terjadi akibat adanya limbah domestik atau rumah
tangga yang berasal dari kepadatan penduduk di bagian hulu Sungai Baharu.
Pencemaran oleh pestisida juga sudah terjadi di kawasan Sungai Baharu, tetapi
untungnya masih dalam tingkat yang rendah. Namun kita sudah harus waspada,
karena mungkin telah mempengaruhi ekosistem alamiah di kawasan Sungai Baharu.
Pencemaran yang diakibatkan oleh pestisida mengakibatkan penyuburan terhadap
perairan 67 di kawasan Sungai Baharu pada bagian hulu sehingga memicu
pertumbuhan pada tanaman-tanaman lainnya seperti gulma dan enceng gondok.
Pencematan oleh perstisida dapat kita lihat di pulau-pulau pada bagian hulu yang
masih memiliki air tawar.
Di karenakan pencematan oleh pestisida pada bagian hulu tanaman-tanaman
gulma dengan cepat tumbuh pada sisi-sisi bagian pulau sehingga apabila terjadi
pasang surut air laut dan air yang mengalir dari hulu sungai Baharu mengakibatkan
proses sedimentasi lumpur-lumpur akan semakin cepat akibat adanya tumbuhan
gulma-gulma yang tumbuh subur pada bagian hulu sungai. Apabila hal tersebut
dibiarkan terjadi dalam waktu lama maka pulau-pulau yang ada pada bagian hulu
sungai akan semakin membesar sehingga aliran Sungai Baharu akan semakin kecil
dan mengakibatkan pendangkalan terhadap sungai itu sendiri.
Selain kegiatan manusia pada bagian hulu Sungai Baharu juga mempengaruhi
kerusakan lingkungan Sungai Baharu. Hal ini dapat dilihat disepanjang Daerah aliran
67
sungai terdapat industri dan pabrik yang membuang limbahnya ke hilir Sungai
Baharu. Seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Sunggal yang
mengambil dan membuang limbahnya langsung ke Sungai Sunggal. Begitu juga
dengan industry karet atau getah yang berada di pinggir Sungai Kampung Lalang.
Dalam melakukan kegiatan produksi karet industri karet mengambil dan membuang
air langsung ke Sungai Kampung Lalang yang merupakan Hulu dari Sungai Baharu.68
Hasil penelitian Bapedalda Sumut pada tahun 2003 pada 10 titik yang tersebar
di sepanjang sungai Belawan menemukan ada empat lokasi yang memiliki kandungan
logam berat. Kontribusi dari limbah Industri yang berada di sepanjang DAS yakni
berada di hilir sungai, yaitu Sungai Kampung Lalang, Kelambir Lima, dan Hamparan
Perak. 69
Dari penelitian tersebut tingkat pencemaran yang lebih tinggi terjadi di bagian
hilir sungai, yaitu Hamparan Perak, dengan kandungan Hg mencapai 0, 7012 mg/l.
Menurut standar baku mutu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001, kandungan Hg yang aman adalah 0,002 mg/l. Kandungan Zn mencapai 0, 1882
mg/l, padahal standar baku mutu hanya 0,05 mg/l, dan kandungan Pb mencapai
0,2884 mg/l, melebihi standar baku mutu sebesar 0,03 mg/l.70
Oleh karena kegiatan industri pabrik yang melakukan pencemaran dengan
membuang limbah berbahan kimia ke hilir sungai yang berakibat air Sungai Baharu
68 Media Swara Indonesia, Kembalikan Sungai Sebagai Penyangga Sumber Air Minum, 24 April 2011.
69
Bapedalda Sumut pada tahun 2003.
pada saat ini menjadi warna keruh kecoklatan sehingga tidak layak lagi dipakai untuk
kegiatan mandi, mencuci, dan memasaka bagi masyarakat.
4.2 Manusia
4.2.1 Manusia dan Pembangunan
Manusia sangat besar perananya sebagai faktor yang turut melakukan
perubahan ekologi sosial di kawasan Sungai Baharu. Peranan manusia di sini dapat
kita lihat dalam hal memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan oleh
manusia dapat dilakukan dengan melaksanakan pembangunan.
Pembangunan yang dilakukan oleh manusia tidak saja menghasilkan manfaat,
melainkan juga membawa resiko.71 Hal itu dapat kita lihat di kawasan Sungai Baharu.
Sungai dikeruk yang mengakibatkan jalur transportasi melalui Sungai Baharu
semakin lancar menghubungkan satu tempat ke tempat yang lain dengan alat
transportasi yang masuk dan keluar melalui Sungai baharu semakin bertambah.
Resiko yang terjadi akibat adanya pengerukan pada tahun 1925 terhadap perubahan
ekologi sosial sungai yaitu sebelumnya kawasan Sungai Baharu masih sepi oleh
pendatang-pendatang namun setelah pengerukan semakin banyak yang berlayar
menggunakan sampan untuk berdagang, mengangkut hasil perkebunan tembakau
maupun hanya sebagai melintasi Sungai Baharu.72
71
Otto Soemarwoto, Op. cit., hlm 150.
72
Selain adanya pengerukan di kawasan Sungai Baharu pada tahun 1925
merupakan sebagai sarana pembangunan oleh pihak Kerajaan dan Kolonial namun
dilain sisi pengerukan sungai yang dilakukan di Sungai Baharu adalah sebagai sarana
eksploitasi pengerukan yang dilakukan oleh pihak Kerajaan dan pihak Belanda agar
jalur transportasi barang untuk mengangkut hasil dari perkebunan tembakau yang
berasal dari daerah pedalaman lebih lancar menuju Sungai Belawan. Begitu pula
pengerukan pada tahun 1975 dilakukan agar kegiatan transportasi air lebih
memudahkan masyarakat sekitar untuk membawa hasil alam di kawasan Sungai
Baharu menuju Sungai Belawan.73
Perubahan ekologi sosial sendiri yang terjadi pada lingkungan dan masyarakat
di kawasan Sungai Baharu akibat adanya pengerukan tersebut adalah kawasan Sungai
yang pada masa sebelum dilakukannya pengerukan merupakan daerah yang sering
dilanda oleh banjir dikarenakan kondisi sungai yang sangat dangkal. Namun setelah
dilakukannya pengerukan pada bagian hulu sungai tepatnya dari belakang masjid Al
Hafis perubahan ekologi lingkungan yang terjadi di sungai yang dahulunya memiliki
cabang dua yang salah satunya cabangnya berada di belakang masjid Al Hafis dengan
bentuk sungai yang berliku setelah dilakukannya pengerukan Sungai Baharu menjadi
satu cabang saja inilah yang dinamakan Sungai Baharu. Sementara sungai lama bekas
pengerukan tersebut kondisinya setelah adanya pengerukan menjadi sungai mati dan
tidak dialiri aliran sungai lagi.74 Sementara setelah dilakukannya pengerukan pada
bagian hulu sungai kawasan Sungai Baharu yang sebelumnya sering dilanda oleh
banjir setelah dilakukan pengerukan sungai dan pembuatan benteng-benteng banjir
tidak lagi sampai ke pemukiman masyarakat di kawasan Sungai Baharu.75
4.2.2 Manusia dan Kegiatan Ekonomi
Manusia dalam pemenuhan kebutuhan harus melakukan berbagai macam
kegiatan ekonomi.76 Ada yang melakukan pekerjaan dengan mengolah kekayaan
alam seperti petani dan nelayan. Manusia dalam kegiatan ekonominya sebagai faktor
berubahnya ekologi sosial di kawasan Sungai Baharu dapat dilihat. Sebelum
kedatangan Belanda di kawasan Sungai Pematang Nibung masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya tidak harus dengan bekerja keras. Hal ini dikarenakan
ketersediaan sumber pangan yang masih melimpah dikawasan tersebut.
Bahan pangan yang melimpah di kawasan Pematang Nibung terdapat
disepannjang aliran Sungai Pematang nibung. Dengan kondisi air yang masih jernih
dan belum tercemar maka habitat ikan masih cukup banyak hidup di sepanjang aliran
sungai jika di hulu sungai yang merupakan jenis air tawar ikan-ikan seperti ikan nila,
gabus, lele, sepat udang dan lain-lain masih sangat banyak jumlahnya. Sementara
pada bagian hilir perbatasan antara Sungai Belawan dan Sungai pematang Nibung
yang memiliki kondisi air yang berasa asin ikan-ikan laut seperti kakap, tamban,
74
Ibid.
75
Wawancara, Ali Umar , Sei Baharu, 19 Maret 2017. 76
kepiting, pari , udang, dan kerang serta remis-remis serta ikan lainnya. Bahan pangan
yang melimpah juga terdapat di kawasan Sungai Baharu yang masih subur dengan
ditanaminya tanaman palawija seperti padi, umbi-umbian, sayur, pisang dan juga
kelapa.
Dapat digambarkan melimpahnya ketersediaan bahan makanan di Kawasan
Sungai Pematang Nibung pada masa itu karena:
a. Luasnya hamparan ladang dan sawah, serta melimpahnya ikan air tawar dan ikan
air laut di daerah Sungai Pematang Nibung.
b. Belum banyaknya populasi penduduk pada masa itu di Kawasan Sungai Pematang
Nibung.77
Setelah kedatangan pemerintah Hindia Belanda ke Hamparan Perak pada
masa itu dibukalah lahan perkebunan. Pembukaan lahan juga termasuk salah satu
faktor yang mengakibatkan perubahan ekologi sosial yang terjadi di Kawasan Sungai
Baharu. Pembukaan lahan perkebunan di kawasan Sungai Baharu sudah ada pada
masa sebelum kemerdekaan yaitu pada masa pemerintahan Belanda. Pembukaan
lahan perkebunan tembakau sangat berpengaruh terhadap perubahan ekologi sosial di
kawasan Sungai baharu. Pengaruh yang paling tampak antara lain dalam hubungan
perubahan lingkungan di kawasan Sungai Baharu sebagaimana kita bahas pada bab
77
sebelumnya sebelum kedatangan pihak Kolonial lingkungan alam kawasan Sungai
Baharu yang pada masa itu adalah Kampung Pematang Nibung merupakan daerah
yang masih dikelilingi oleh hutan belantara.
Pada abad ke-19 kala Jacobus Nienhuys mendirikan perusahaan tembakau
Deli Maatschappij, enam tahun setelah kedatangannya ke Sumatera Timur tahun
186378 mengakibatkan tanah-tanah di wilayah Sumatera Timur yang sebagian besar
dahulunya adalah hutan-hutan belantara tidak terkecuali kawasan Sungai Pematang
Nibung yang pada masa itu masih dibawah kerajaan Urung Sepuluh Dua Kuta
ditanami oleh tanaman tembakau.
Selain perubahan terhadap lingkungan di kawasan Sungai Baharu yang terjadi
akibat adanya pembukaan lahan. Perubahan terhadap masyarakat juga terjadi akibat
adanya pembukaan lahan di kawasan Sungai Baharu. Perubahan yang terjadi pada
masyarakat adalah sebelum adanya pembukaan lahan perkebunan tembakau pada
masa kolonial Belanda masyarakat pada masa kerajaan hanya memanfaatkan lahan
milik masing-masing ditanami sebagaimana kemampuan masing-masing dan untuk
keperluan masing-masing.
Dengan dibukanya lahan perkebunan oleh pemerintah Hindia Belanda, maka
turut pula berubahnya pola ekonomi masyarakat di Kawasan Sungai Pematang
Nibung. Perubahan pola sosial ekonomi masyarakat di kawasan Sungai Pematang
Nibung dikarenakan.
a. Habisnya areal tanah karena disedot oleh dan untuk keperluan perkebunan, yang
selama ini areal tersebut dipergunakan untuk pertanian sebagai tempat nafkah
rakyat. Selain itu adalah sebagai tanah cadangan suatu kampung untuk
keperluan perluasan kampung dan hutannya adalah untuk mengambil keperluan
kayu, rotan, berburu, dan lain-lain bagi penduduk setempat.
b. Dihancurkannya perkebunan-perkebunan rakyat seperti perkebunan cengkeh,
lada, pala dan lain-lain.79
c. Pembukaan lahan perkebunan di kawasan Sungai Pematang Nibung pada masa
pemerintah Hindia Belanda dilakukan dengan mendatangkan kuli-kuli kontrak
yang diambil dari jawa dan cina.
d. Sebagian besar masyarakat Pematang Nibung beralih profesi sebagai pedagang.
e. Masyarakat di kawasan Sungai Pematang Nibung menjadi pengrajin atap
rumbia dan tepas dari bambu. Adapun atap rumbia dan tepas dari bamboo
dipergunakan untuk mendirikan rumah-rumah pekerja perkebunan dan untuk
mebuat bangsal-bangsal penyimpanan dan pengeringan tembakau.80
79
Tengku Admansyah , Butir-butir Sejarah Suku Melayu Pesisir Sumatera Timur, (Medan : Yayasan Karya Budaya Nasional,1993), hlm. 132.
80
Dengan perubahan kegiatan ekonomi masyarakat di kawasan Sungai
pematang Nibung ini lah yang turut menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan
perubahan ekologi di kawasan Sungai Baharu pada masa ini.
4.2.3 Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah yang mengakibatkan perubahan ekologi sosial di
kawasan Sungai Baharu meliputi kebijakan pengerukan sungai, pembangunan
infrastruktur seperti jalan raya dan juga jembatan. Kebijakan pemerintah dalam
membangun jalan raya sudah dilakukan sejak masa pemerintahan Kolonial dan
Kerajaan Urung Sepuluh Dua Kuta atau pada masa sekarang disebut Kerajaan
Hamparan Perak.
Pada tahun 1921 pemerintah Hindia-Belanda melakukan kebijakan
pengerukan pengendapan lumpur di Sungai Belawan sepanjang 13 km dan lebar 50
meter dengan kedalaman air 26 hingga 30 meter.81 Agar kapal-kapal besar dapat
masuk ke pedalaman guna mebawa hasil-hasil perkebunan tembakau. Dikarenakan
pengendapan lumpur yang mengakibatkan sungai Pematang Nibung dangkal yang
merupakan aliran dari Sungai Belawan sehingga pada tahun 1925 dilaksanakan pula
pengerukan sungai melalui belakang masjid Jami, Sungai Lama, dan melalui
belakang istana Balairung Sepuluh Dua Kuta. Seiring dengan dilakukannya
pengerukan pada tahun 1925, tanah-tanah hasil pengerukan sungai dibuat menjadi
81
benteng-benteng pada sisi kanan dan kiri Sungai Baharu. Setelah dilakukannya
pengerukan air Sungai Pematang Nibung menjadi lancar mengalir menuju Sungai
Belawan. Sampan-sampan serta perahu-perahu pun sudah dapat melintasi Sungai
Pematang Nibung dengan bebas.
Pembangunan jalan kampung di kawasan Sungai Baharu pada masa itu
dilakukan pada tahun 1927 seiring dengan dibangunnya jembatan gantung untuk
menghubungkan Kampung Pematang Nibung dengan Desa Lama. Namun jalan
kampung yang dibangun pada masa itu masih berukuran kecil dengan lebar jalan
yang hanya bisa dilewati oleh sepeda pada masa itu. Perubahan ekologi sosial akibat
adanya pembangunan jalan kampung dan jembatan pada masa itu bagi masyarakat
kawasasan Sungai Pematang Nibung yang tadinya masyarakat untuk menuju
kampung lama atau pun masyarakat kampung lama yang hendak menuju kampung
Pematang Nibung terlebih dahulu harus menyeberang sungai setelah dibangunnya
jembatan dan jalan kampung masyarakat kawasan sungai Baharu tidak lagi harus
menyeberangi sungai. Setelah dibangunnya jalan setapak masyarakat yang berada di
kawasan Sungai pematang Nibung mulai menggunakan jalur darat sebagai jalur
transportasi guna mengangkut hasil-hasil alam di kawasan Sungai Pematang
Nibung.82
Pada tahun 1975 Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melakukan kebijakan
pengerukan sungai pada bagian hilir Sungai Baharu dikarenakan adanya
82
pendangkalan pada bagian hilir sungai yang menyebabkan sering terjadinya banjir
pada bagian hulu sungai dan kapal-kapal sulit berlayar melalui sungai. Pengerukan
sungai yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang sudah menggunakan
alat-alat yang modern seperti beko pengeruk, dan lain sebagainya. Pada tahun yang
sama kebijakan pembangunan jalan desa dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Deli
Serdang mulai dari jalan Dusun 1 Desa Sei Baharu melewati Jembatan hingga ke
Dusun 4 Desa Sei Baharu. 83
Akibat adanya kebijakan pengerukan dan pembuatan jalan desa oleh
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang pada tahun 1975 adalah semakin lancarnya jalur
transportasi darat dan air yang dapat mengangkut hasil alam yang berada di kawasan
Sungai Baharu. Dengan adanya sarana jalan desa yang dibangun mengakibatkan
bertambahnya jumlah pengunjung yang berkunjung ke kawasan Sungai Pematang
Nibung dan kegiatan ekonomi masyarakat di Desa Sei Baharu pun kian meningkat
dengan adanya jalan desa yang dibangun.
Pada tahun 2002 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang
melaksanakan 2 buah Proyek berkelanjutan yaitu Program Pengerasan jalan dari Desa
Sei Baharu hingga ke Desa Lama dan Program Pekerjaan Rehab benteng dan
pemasangan dua buah kleb di Desa Sei Baharu.84Dengan adanya pengerasan jalan
83
Wawancara, Surya , Sei Baharu, 19 Maret 2017.
84
jalur transportasi dari Desa Sei Baharu dan Desa Lama semakin lancar menuju
Hamparan Perak dan ke Kota Medan. Dengan lancarnya jalur transportasi tersebut
maka sepeda motor dan mobil-mobil berukuran kecil sampai ukuran sedang sudah
dapat melintas untuk mengangkat hasil-hasil pertanian dari Desa Sei Baharu dan Desa
Lama. Dikarenakan adanya pengerasan jalan desa tersebut pembangunan di Desa Sei
Baharu dan Desa Lama dapat dilaksanakan lebih cepat. Pekerjaan rehab benteng di
kawasan Sungai Baharu yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Deli Serdang
pada tahun 2002. Pembangunan kleb dimaksud bertujuan untuk mengatur masuk dan
keluarnya air Sungai Baharu pada saat naik dan surutnya air laut, mencegah
masuknya air laut ke persawahan masyarakat dan untuk mengairi persawahan
penduduk yang terdapat di Dusun 3 Desa Sei baharu dan di Dusun 5 Desa Sei
Baharu.85
4.3 Teknologi
Teknologi merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan perubahan
ekologi sosial bagi masyarakat di kawasan sungai Baharu. Teknologi diciptakan
manusia untuk membantu atau meringankan pekerjaanya dalam kehidupan
sehari-hari. Dan perkembangan teknologi pun dari hari ke hari semakin maju dan canggih.
Tanpa kita sadari perkembangan teknologi yang diciptakan oleh manusia sendiri juga
85