• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis nilai tambah dan pemasaran kayu sengon gergajian (studi kasus di kecamatan Cigudeg kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis nilai tambah dan pemasaran kayu sengon gergajian (studi kasus di kecamatan Cigudeg kabupaten Bogor)"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN

KAYU SENGON GERGAJIAN

(Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

Skripsi

AHMAD MUNAWAR H 34066007

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

AHMAD MUNAWAR. Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertnian Bogor (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA).

Kayu merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan hampir di semua bidang untuk menunjang kehidupan manusia. Keunggulan kayu yang mempunyai penampilan yang menarik dan mudah diolah dalam berbagai bentuk yang disertai dengan kemajuan teknologi yang ada menjadi faktor pendorong adanya pengembangan terhadap pemanfaatan kayu. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) menghitung nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan komoditas kayu bulat menjadi produk gergajian, (2) menganalisis saluran pemasaran yang meliputi : saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, dan tingkah laku pasar, dan (3) menganalisis efisiensi pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio keuntungan dan biaya.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara dengan produsen kayu gergajian dan lembaga-lembaga pemasaran yang ada. Sedangkan data sekunder meliputi informasi mengenai keadaan umum wilayah penelitian, letak geografis dan informasi lainnya yang berkaitan dengan usaha kayu gergajian yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jakarta, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode Hayami yaitu nilai tambah dan analisis pemasaran dengan alat analisis kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data

Untuk analisis nilai tambah, sampel dikategorikan dalam tiga kelompok usaha berdasarkan penggunaan jumlah kapasitas mesin yang digunakan yaitu jumlah mesin yang digunakan satu adalah skala usaha kecil dengan jumlah responden delapan sampel. Jumlah mesin yang digunakan dua adalah skala usaha menengah dengan jumlah responden tiga sampel dan jumlah mesin yang digunakan lebih dari dua adalah skala usaha besar dengan jumlah responden dua sampel.

Proses tataniaga kayu gergajian dari industri penggergajian kayu (IPK) di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, melibatkan beberapa lembaga tataniaga yakni Distributor, Pedagang Material dan Pedagang Pengecer. Berdasarkan skala usaha terdapat tiga saluran pemasaran kayu gergajian, yaitu terdiri dari saluran pemasaran I (IPK-Distributor-Pedagang Material-Konsumen), saluran pemasaran II (IPK-Pedagang Material-Konsumen) dan saluran pemasaran III (IPK-Pedagang Pengecer-Konsumen) untuk skala usaha menengah, sedangkan skala usaha kecil dan usaha besar terdapat dua saluran pemasaran kayu gergajian, yaitu terdiri dari saluran pemasaran I (IPK-Distributor-Pedagang Material-Konsumen), saluran pemasaran II (IPK-Pedagang Material-Konsumen).

(3)

sebesar Rp. 117.972,15 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 19,09 persen dan nilai tambah terbesar pada IPK skala usaha besar Rp.137.348,23 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 24,22 persen merupakan nilai tambah terbesar. Perbedaan nilai tambah disebabkan oleh perbedaan nilai produk, harga input bahan baku dan perbedaan nilai sumbangan input lain pada masing-masing skala usaha yang dikategorikan.

Struktur pasar yang terbentuk berdasarkan skala usaha, struktur pasar yang dihadapi oleh IPK dengan skala usaha kecil cenderung mengarah kepada struktur pasar oligopoli diferensiasi. Sedangkan pada skala menengah struktur pasar cenderung oligopoli diferensiasi dan struktur pasar dengan skala usaha besar cenderung oligopoli diferensiasi. Sistem penentuan harga yang terjadi adalah melalui sistem tawar-menawar serta sistem penentuan harga secara sepihak, dan pada penentuan harga penjualan kedudukan pemilik usaha kayu gergajian sebagai

price maker. Harga yang terbentuk merupakan harga yang dibentuk oleh mekanisme pasar. Sistem pembayaran harga kayu gergajian yang dilakukan berupa sistem pembayaran tunai, sistem pembayaran uang muka dan sistem pembayaran kemudian. Sistem pembayaran yang berlangsung tergantung pada tingkat kepercayaan dan perjanjian antara kedua belah pihak.

(4)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN

KAYU SENGON GERGAJIAN

(Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

AHMAD MUNAWAR H 34066007

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul : Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Sengon Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor)

Nama : Ahmad Munawar

Nomor Registrasi Pokok : H34066007

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Ir. Dwi Rachmina, MS NIP 19631227 1 99003 2 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Agribisnis

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU GERGAJIAN (STUDI KASUS DI KECAMATAN CIGUDEG, KABUPATEN BOGOR)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bnetuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2010

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 11 Juli 1984, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Putra dari pasangan Bapak H. Madnur (Alm) dan Ibu Hj. Enting (Alm).

Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri I Rengas Jajar pada tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Parungpanjang hingga tahun 2000. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Umum Negeri I Cikupa, Tangerang hingga tahun 2003 dan pada tahun yang sama penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan program Diploma III di Institut Pertanian Bogor pada Program Teknologi Benih, Fakultas Pertanian. Selepas menempuh program diploma III, penulis melanjutkan studi pada pendidikan strata satu (S1) Program Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas kebesaran dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya, yang telah membimbing hamba-hambanya menuju kebahagian melalui Rasul-Nya dan Al-Quran al Karim. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor)”. Skripsi ini bertujuan menghitung nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan kayu gergajian dan menganaisis sistem tataniaga yang terbentuk terhadap kayu gergajian.

Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya untuk berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, April 2010

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan syukur kepada Allah SWT dan menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ir. Dwi Rachmina, MSi. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

2. Ir. Narni Farmayanti, MS. atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

3. Ir. Netty Tinaprilla, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji pada sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

4. Tintin Sarianti, SP, MM atas kesediaannya menjadi dosen komisi pendidikan pada sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

5. Ibu dan Ayah tercinta yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan kasih sayang pada penulis.

6. Seluruh staf sekretariat Ekstensi Agribisnis yang telah membantu penulis. 7. Saudara-saudaraku seperjuangan di Lembaga Studi Islam Ekstensi Agribisnis

(L-sima).

Semoga ukhuwah kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan, Amin.

Bogor, April 2010

(10)

DAFTAR ISI

2.3 Studi Empiris Mengenai Struktur Biaya Kayu Gergajian ... 12

2.4 Studi Empiris Mengenai Tataniaga Kayu Gergajian ... 14

2.5 Studi Empiris Mengenai Nilai Tambah ... 14

III. KERANGKAN PEMIKIRAN ... 16

3.1 Kerangkan Pemikiran Teoritis ... 16

3.1.1 Konsep Nilai Tambah ... 16

3.1.2 Analisis Nilai Tambah Metode Hayami ... 18

3.1.3 Pemasaran ... 18

3.1.10 Bagian Harga Yang Diterima Produsen (Producer’s Share). ... ..26

3.1.11 Rasio Keuntungan dan Biaya ... ..27

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

IV. METODE PENELITIAN ... 30

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 30

(11)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN

KAYU SENGON GERGAJIAN

(Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

Skripsi

AHMAD MUNAWAR H 34066007

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

RINGKASAN

AHMAD MUNAWAR. Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertnian Bogor (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA).

Kayu merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan hampir di semua bidang untuk menunjang kehidupan manusia. Keunggulan kayu yang mempunyai penampilan yang menarik dan mudah diolah dalam berbagai bentuk yang disertai dengan kemajuan teknologi yang ada menjadi faktor pendorong adanya pengembangan terhadap pemanfaatan kayu. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) menghitung nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan komoditas kayu bulat menjadi produk gergajian, (2) menganalisis saluran pemasaran yang meliputi : saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, dan tingkah laku pasar, dan (3) menganalisis efisiensi pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio keuntungan dan biaya.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara dengan produsen kayu gergajian dan lembaga-lembaga pemasaran yang ada. Sedangkan data sekunder meliputi informasi mengenai keadaan umum wilayah penelitian, letak geografis dan informasi lainnya yang berkaitan dengan usaha kayu gergajian yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jakarta, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode Hayami yaitu nilai tambah dan analisis pemasaran dengan alat analisis kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data

Untuk analisis nilai tambah, sampel dikategorikan dalam tiga kelompok usaha berdasarkan penggunaan jumlah kapasitas mesin yang digunakan yaitu jumlah mesin yang digunakan satu adalah skala usaha kecil dengan jumlah responden delapan sampel. Jumlah mesin yang digunakan dua adalah skala usaha menengah dengan jumlah responden tiga sampel dan jumlah mesin yang digunakan lebih dari dua adalah skala usaha besar dengan jumlah responden dua sampel.

Proses tataniaga kayu gergajian dari industri penggergajian kayu (IPK) di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, melibatkan beberapa lembaga tataniaga yakni Distributor, Pedagang Material dan Pedagang Pengecer. Berdasarkan skala usaha terdapat tiga saluran pemasaran kayu gergajian, yaitu terdiri dari saluran pemasaran I (IPK-Distributor-Pedagang Material-Konsumen), saluran pemasaran II (IPK-Pedagang Material-Konsumen) dan saluran pemasaran III (IPK-Pedagang Pengecer-Konsumen) untuk skala usaha menengah, sedangkan skala usaha kecil dan usaha besar terdapat dua saluran pemasaran kayu gergajian, yaitu terdiri dari saluran pemasaran I (IPK-Distributor-Pedagang Material-Konsumen), saluran pemasaran II (IPK-Pedagang Material-Konsumen).

(13)

sebesar Rp. 117.972,15 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 19,09 persen dan nilai tambah terbesar pada IPK skala usaha besar Rp.137.348,23 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 24,22 persen merupakan nilai tambah terbesar. Perbedaan nilai tambah disebabkan oleh perbedaan nilai produk, harga input bahan baku dan perbedaan nilai sumbangan input lain pada masing-masing skala usaha yang dikategorikan.

Struktur pasar yang terbentuk berdasarkan skala usaha, struktur pasar yang dihadapi oleh IPK dengan skala usaha kecil cenderung mengarah kepada struktur pasar oligopoli diferensiasi. Sedangkan pada skala menengah struktur pasar cenderung oligopoli diferensiasi dan struktur pasar dengan skala usaha besar cenderung oligopoli diferensiasi. Sistem penentuan harga yang terjadi adalah melalui sistem tawar-menawar serta sistem penentuan harga secara sepihak, dan pada penentuan harga penjualan kedudukan pemilik usaha kayu gergajian sebagai

price maker. Harga yang terbentuk merupakan harga yang dibentuk oleh mekanisme pasar. Sistem pembayaran harga kayu gergajian yang dilakukan berupa sistem pembayaran tunai, sistem pembayaran uang muka dan sistem pembayaran kemudian. Sistem pembayaran yang berlangsung tergantung pada tingkat kepercayaan dan perjanjian antara kedua belah pihak.

(14)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN

KAYU SENGON GERGAJIAN

(Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

AHMAD MUNAWAR H 34066007

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul : Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Sengon Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor)

Nama : Ahmad Munawar

Nomor Registrasi Pokok : H34066007

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Ir. Dwi Rachmina, MS NIP 19631227 1 99003 2 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Agribisnis

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002

(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU GERGAJIAN (STUDI KASUS DI KECAMATAN CIGUDEG, KABUPATEN BOGOR)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bnetuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2010

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 11 Juli 1984, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Putra dari pasangan Bapak H. Madnur (Alm) dan Ibu Hj. Enting (Alm).

Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri I Rengas Jajar pada tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Parungpanjang hingga tahun 2000. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Umum Negeri I Cikupa, Tangerang hingga tahun 2003 dan pada tahun yang sama penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan program Diploma III di Institut Pertanian Bogor pada Program Teknologi Benih, Fakultas Pertanian. Selepas menempuh program diploma III, penulis melanjutkan studi pada pendidikan strata satu (S1) Program Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor.

(18)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas kebesaran dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya, yang telah membimbing hamba-hambanya menuju kebahagian melalui Rasul-Nya dan Al-Quran al Karim. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor)”. Skripsi ini bertujuan menghitung nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan kayu gergajian dan menganaisis sistem tataniaga yang terbentuk terhadap kayu gergajian.

Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya untuk berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, April 2010

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan syukur kepada Allah SWT dan menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ir. Dwi Rachmina, MSi. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

2. Ir. Narni Farmayanti, MS. atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

3. Ir. Netty Tinaprilla, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji pada sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

4. Tintin Sarianti, SP, MM atas kesediaannya menjadi dosen komisi pendidikan pada sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

5. Ibu dan Ayah tercinta yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan kasih sayang pada penulis.

6. Seluruh staf sekretariat Ekstensi Agribisnis yang telah membantu penulis. 7. Saudara-saudaraku seperjuangan di Lembaga Studi Islam Ekstensi Agribisnis

(L-sima).

Semoga ukhuwah kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan, Amin.

Bogor, April 2010

(20)

DAFTAR ISI

2.3 Studi Empiris Mengenai Struktur Biaya Kayu Gergajian ... 12

2.4 Studi Empiris Mengenai Tataniaga Kayu Gergajian ... 14

2.5 Studi Empiris Mengenai Nilai Tambah ... 14

III. KERANGKAN PEMIKIRAN ... 16

3.1 Kerangkan Pemikiran Teoritis ... 16

3.1.1 Konsep Nilai Tambah ... 16

3.1.2 Analisis Nilai Tambah Metode Hayami ... 18

3.1.3 Pemasaran ... 18

3.1.10 Bagian Harga Yang Diterima Produsen (Producer’s Share). ... ..26

3.1.11 Rasio Keuntungan dan Biaya ... ..27

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

IV. METODE PENELITIAN ... 30

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 30

(21)

4.4 Metode Analisis Data ... 31

4.5 Analisis Nilai Tambah ... 31

4.6 Analisis Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran ... 32

4.7 Analisis Struktur Pasar ... 33

7.3 Fungsi-fungsi Pemasaran Pada Setiap Lembaga Pemasaran ... 59

7.3.1 Fungsi Pemasaran oleh Produsen Kayu Gergajian ... 61

7.3.2 Fungsi Pemasaran oleh Distributor ... 62

7.3.3 Fungsi Pemasaran oleh Pedagang Material ... 62

7.3.4 Fungsi Pemasaran oleh Pedagang Eceran ... 63

7.4 Struktur Pasar ... 63

7.4.1 Jumlah Penjual dan Pembeli Serta Hambatan Keluar Masuk Pasar ... 63

7.4.2 Keadaan Produk ... 64

7.4.2 Informasi Pasar ... 65

7.5 Perilaku Pasar ... 65

7.7.1 Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Produsen ... 65

(22)
(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Produksi Kayu Berdasarkan Sumber Produksi di Indonesia Tahun 2004-2008 ... 1 2. Jumlah Produksi Kayu di Jawa Barat Tahun 2007-2008 ... 3 3. Perkembangan Konsumsi Kayu di Indonesia Tahun 2005-2008 ... 4 3. Potensi Hutan Rakyat di Kabupaten Bogor Tahun 2008 ... 5 3. Jumlah Industri Pengolahan Kayu di Kabupaten Bogor Tahun

2007-2008 ... 6 4. Karakteristik dan Struktur Pemasaran ... 22 5. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami ... 32 6. Jumlah Wilayah Beserta Luas Kecamatan Cigudeg, Kabupaten

Bogor Tahun 2008 ... 36 7. Jumlah Tenaga Kerja Pada Industri Penggergajian Kayu (IPK) ... 39 8. Tingkat Pendidikan Responden Pengelola Industri Penggergajian

Kayu (IPK) ... 39 9. Usia Pada Masing-masing Pengelola Industri Penggergajian Kayu

(IPK) di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Tahun 2009 ... 40 10. Ukuran Kayu Berdasarkan Jenis Sortimen Pada Industri

Penggergajian Kayu (IPK) ... 46 11. Perhitungan Rata-rata Nilai Tambah Pengelola Industri

Penggergajian Kayu (IPK) berdasarkan Kapasitas Produksi dengan Metode Hayami ... 48 12. Proporsi Penggunaan Tenaga Kerja Rata-rata Industri Penggergajian

Kayu (IPK) ... 52 13. Fungsi-fungsi Pemasaran Pada Setiap Lembaga Pemasaran Kayu

Gergajian di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ... 59 14. Marjin Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian

(24)

Nomor Halaman 15. Marjin Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian

Dengan Skala Usaha Menengah di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ... 70 16. Marjin Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian

Dengan Skala Usaha Besar di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ... 73 17. Producer’s Share Saluran Pemasaran Kayu Gergajian dengan

SkalaUsaha Kecil ... 74 18. Producer’s Share Saluran Pemasaran Kayu Gergajian dengan Skala

Usaha Menengah ... 75 19. Producer’s Share Saluran Pemasaran Kayu Gergajian dengan Skala

Usaha Besar ... 76 20. Rasio Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran Kayu

Gergajian dengan Skala Usaha Kecil di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ... 77 21. Rasio Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian

dengan Skala Usaha Menengah di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ... 78 22. Rasio Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran Kayu Gergajian

(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Proses Terjadinya Marjin dan Nilai Marjin Pemasaran ... 25 2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 29 3. Alur Proses Produksi Kayu Gergajian di Industri Penggergajian

Kayu (IPK) di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ... 44 4. Skema Saluran Pemasaran Kayu Gergajian di Kecamatan Cigudeg,

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Dokumentasi Lapang Pada Industri Penggergajian Kayu di Kecamatan Cigudeg, Bogor ... 84 2. Sifat dan Karakteristik Jenis Sengon ... 86 3. Data Industri Berbasis Kayu Rakyat di Kabupaten Bogor Tahun

(27)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam yang besar. Salah satu kekayaan alam tersebut berupa hutan tropis. Hutan tersebut merupakan hutan tropis urutan ke dua di dunia setelah hutan amazon di Brazil. Luas hutan Indonesia mencapai 143,57 juta ha. Produksi hutan tanaman mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya sebesar 36,43 persen. Begitu pula halnya dengan produksi hutan alam sebesar 15,27 persen per tahun mengalami fluktuasi yang cenderung masih positif. Namun pada tahun 2008 produksi hutan alam mengalami penurunan sebesar 22,39 persen sementara produksi hutan tanaman justru meningkat sebesar 19,11 persen. Hal ini disebabkan adanya gerakan penanaman pohon oleh pemerintah. Sedangkan luas areal hutan alam mengalami fluktuasi yang cenderung turun walaupun pengingkatan rata-rata per tahun masih positif. Penurunan ini terjadi akibat menurunnya produksi dan harga kayu bulat domestik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Produksi Kayu Bulat di Indonesia Berdasarkan Sumber Produksi Tahun 2004-2008

Peningkatan Rata-rata (%) 15,27 36,43

Sumber : Departemen Kehutanan, 2008 (diolah)1

1

(28)

Hutan menurut Undang-undang No.41 tentang kehutanan tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Selain itu hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang penting di Indonesia terutama karena hasilnya berupa kayu.

Di Indonesia peranan sub sektor kehutanan sangat penting untuk meningkatkan taraf hidup manusia, khususnya dalam penyedia papan yang berkualitas yang berasal dari kayu. Dalam bidang perkayuan terdapat berbagai macam jenis kayu yang dapat dikembangkan diantaranya kayu sengon, kayu afrika, kayu sono keling, kayu akasia dan kayu buah-buahan (kayu kampung).

Kayu merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan hampir di semua bidang untuk menunjang kehidupan manusia. Keunggulan kayu yang mempunyai penampilan yang menarik dan mudah diolah dalam berbagai bentuk yang disertai dengan kemajuan teknologi yang ada menjadi faktor pendorong adanya pengembangan terhadap pemanfaatan kayu. Dahulu umumnya kayu hanya dapat diolah dalam bentuk dan fungsi sederhana. Akan tetapi saat ini pemanfaatannya beranekaragam dalam bentuk dan fungsi yang beragam pula.

(29)

Salah satu komoditi yang memberikan sumbangan terbesar ketiga dari lima ekspor produk industri kehutanan dalam penerimaan devisa negara adalah produk kayu gergajian, Departemen Kehutanan (2006)2. Potensi sektor industri gergajian bila dikembangan dengan baik mampu memberikan kontribusi pada masyarakat dalam hal penyerapan tenaga kerja dan mampu mengangkat perekonomian masyarakat. Adapun jumlah industri pengolahan kayu di jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Produksi Kayu Gergajian di Jawa Barat Tahun 2007-2008 Kabupaten Jumlah Produksi Kayu Gergajian (m3)

2007* 2008** Sumber : Dinas Kehutanan Jawa Barat, 20093

Berdasarkan Tabel 2, pada Tahun 2007 jumlah produksi kayu gergajian yang paling banyak di Jawa Barat adalah Sukabumi sebesar 17.670,89 meter kubik, namun pada Tahun 2008 jumlah produksi kayu gergajian yang paling banyak di Jawa Barat adalah Bogor sebesar 21.227,02 meter kubik. Berdasarkan hal tersebut maka bogor dipilih sebagai tempat penelitian karena dilihat dari prospek yang ada.

Salah satu jenis kayu yang sangat diminati dan banyak ditanami masyarakat secara luas adalah kayu sengon, karena sengon termasuk pohon yang cepat tumbuh dan mudah dalam penjualan kayunya.Tanaman sengon merupakan jenis tanaman primadona dan paling dominan ditanam di areal hutan rakyat. Hal ini disamping tanamannya termasuk kedalam jenis tanaman yang tumbuh cepat, juga pemasarannya mudah dan terbuka lebar. Berbagai industri kecil pengolahan kayu sengon untuk berbagai keperluan bermunculan sampai ke pelosok desa

2

www.dephut.go.id 17 Desember 2008

3

(30)

yang menyerap semua pasokan kayu sengon dari hutan rakyat. Walaupun kayunya termasuk kayu ringan yang membatasi penggunaannya namun perkembangan teknologi pengolahan hasil memungkinkan deversifikasi penggunaan yang lebih luas antara lain untuk peralatan ringan dan perlengkapan interior dan dapat digunakan sebagai sumber energi dan baik untuk bahan pulp dan kertas.

Kayu sengon mempunyai keunggulan yang baik untuk dikembangkan, sehingga banyak pengusaha kayu gergajian yang menggunakan kayu sengon dalam usahanya. Selain itu dengan semakin meningkatnya kebutuhan kayu baik untuk mebeul maupun rumah tangga mengingat jumlah penduduk Indonesia yang semakin tinggi maka permintaan akan kayu gergajian juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Perkembangan Konsumsi Kayu di Indonesia pada Tahun 2005-2008

Tahun

Peningkatan rata-rata (%) -10,78 82,03

Sumber : http//www.google.com//analisa konsumsi kayu di indonesia, 20094

Berdasarkan Tabel 3, permintaan kayu gergajian mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 permintaan kayu gergajian mengalami peningkatan sebesar 82,03 persen, tetapi jika dibandingkan dengan kayu lapis mengalami penurunan sebesar 10,78 persen. Hal ini disebabkan luas areal hutan alam yang digunakan sebagai bahan baku pada kayu lapis mengalami

Deforestasi atau penyusutan lahan karena kerusakan alam dan adanya konversi lahan menjadi perkebunan. Menurut Lisman kayu gergajian termasuk didalamnya kayu sengon, kayu afrika dan kayu kampung. Dengan demikian adanya peningkatan permintaan kayu sengon gergajian menyebabkan industri yang

4

(31)

bergerak dibidang gergajian kayu harus mampu memanfaatkan persediaan kayu dengan cara berproduksi lebih efektif dan efisien mulai dari hulu sampai hilir. Oleh sebab itu industri gergajian mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan baik dalam skala besar, skala menengah maupun skala kecil.

Berdasarkan data Departemen Kehutanan (2006), luas hutan di Jawa Barat sebesar 632.432,48 ha 5. Sejalan dengan program pemerintah bahwa kayu sengon sangat berpotensi untuk dikembangkan di masyarakat dan merupakan salah satu produk kayu hutan rakyat, maka di Kabupaten Bogor tanaman sengon sudah cukup berkembang dan sangat cocok mengingat topografi dan kondisi lahan yang sesuai untuk penanaman pohon sengon. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Potensi Hutan Rakyat di Kabupaten Bogor Tahun 2008

Kecamatan/Desa

Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Bogor, 2009

Berdasarkan Tabel 4, luas lahan tanaman sengon yang paling banyak terdapat di Kecamatan Bogor Barat sebesar 2.271,32 ha, begitu juga dengan kayu jati sebesar 183,56 ha. Tetapi jika dibandingkan luas tanaman sengon dengan jati di Kecamatan Bogor Barat maka tanaman sengon lebih luas dibandingkan tanaman jati. Oleh sebab itu sengon merupakan areal terluas di Kabupaten Bogor yang mencapai 3.406,94 ha.

Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra industri penggergajian kayu yang memproduksi beberapa jenis bahan bangunan seperti papan, kaso, dan balok. Bahan baku tersebut berasal dari hutan tanaman rakyat. Hasil produksi kayu gergajian di Kecamatan Cigudeg sebagian besar dijual ke sejumlah wilayah sekitar, termasuk ke wilayah Tangerang dan bogor dan Depok. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

(32)

Tabel 5. Jumlah Industri Pengolahan Kayu di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2008

Kecamatan Jumlah Industri Pengolahan Kayu Produksi rata-rata per tahun

Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)

Berdasarkan Tabel 5, jumlah industri pengolahan kayu di Kabupaten Bogor pada tahun 2007-2008 yang paling banyak terdapat didaerah Rumpin kemudian didaerah Cigudeg. Dalam penelitian ini daerah yang dipilih adalah Cigudeg karena produksi rata-rata per tahun yang paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan.

Kebutuhan kayu sebagai bahan baku untuk berbagai keperluan terus meningkat. Demikian pula untuk keperluan bahan bangunan. Kayu-kayu yang beredar di pasaran sebagian besar berasal dari hutan rakyat. Ketidakseimbangan kecepatan antara pemanenan dan penanaman, menyebabkan pasokan kayu dari hutan rakyat semakin menurun volume maupun mutunya yang mengakibatkan kualitas kayu yang dihasilkan rendah.

(33)

1.2. Perumusan Masalah

Salah satu produk yang bergerak dibidang pengolahan dan memerlukan pengolahan yang lebih lanjut adalah produk kayu gergajian, perubahan bentuk pada saat pengolahan kayu mengalami rendemen atau konversi sehingga kualitas kayu dan ukuran jenis sortimen kayu yang dihasilkan berbeda. Berdasarkan hal itu, industri produk kayu gergajian merupakan industri penambahan nilai, dengan meningkatnya industri penggergajian kayu maka nilai tambah yang diperoleh masing-masing berbeda.

Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor merupakan salah satu tempat industri penggergajian kayu yang memproduksi beberapa jenis bahan bangunan seperti papan, kaso, dan balok. Bahan baku yang digunakan adalah kayu sengon. Kayu yang diolah oleh industri penggergajian di Cigudeg dalam bentuk kayu yang sudah berbentuk balok persegi empat, bukan berupa kayu gelondongan. Hal tersebut mempermudah kegiatan pengolahan dan lebih efisien karena bisa langsung digergaji dan tidak menggunakan waktu yang banyak, sehingga volume produksi juga meningkat.

Sedangkan jika menggunakan kayu bulat atau gelondongan yang berasal dari kayu hutan tanaman atau hutan rakyat, ukuran dan mutu kayu yang dihasilkan sangat bervariasi sehingga industri penggergajian kayu (IPK) sering kali merasa kesulitan dalam memilih jenis dan ukuran yang akan digunakan dalam memproduksi kayu olahan dan membutuhkan waktu yang banyak untuk penggergajian kayu sehingga volume produksi yang dihasilkan lebih rendah. Hal tersebut juga akan berdampak pada mutu kayu gergajian yang dihasilkan dan juga harga yang ditawarkan oleh industri kayu gergajian kepada konsumen. Oleh sebab itu adanya usaha pengolahan kayu gergajian di Kecamatan Cigudeg yang menggunkan bahan baku kayu kotak mampu memberikan peningkatan nilai tambah dari pengolahan kayu.

(34)

meningkat untuk memenuhi kebutuhan perumahan atau properti dan industri menyebabkan perlu dikaji sistem pemasaran kayu gergajian. Selain itu pemasaran kayu hasil olahan industri gergajian yang dikenal hanya dipasarkan ke toko material, namun sekarang ini banyak tempat-tempat pemasaran kayu hasil olahan industri gergajian dengan berbagai alternatif pilihan produk. Oleh sebab itu perlu dikaji bagaimana kegiatan pemasaran kayu hasil olahan industri gergajian di Kecamatan Cigudeg yang efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana nilai tambah yang dapat diciptakan dengan adanya usaha pengolahan kayu menjadi produk kayu gergajian?

2. Bagaimana pola saluran pemasaran produk gergajian yang terjadi pada usaha pengolahan kayu gergajian?

3. Bagaimana tingkat efisiensi pada saluran pemasaran kayu gergajian yang terjadi di perusahaan pengolahan kayu gergajian.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah :

1. Menganalisis nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan komoditas kayu menjadi produk gergajian.

2. Menganalisis saluran pemasaran yang meliputi : saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, dan tingkah laku pasar.

3. Menganalisis efisiensi pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio keuntungan dan biaya.

(35)

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi industri penggergajian kayu untuk mempertimbangkan dan menentukan kebijakan-kebijakan yang harus diambil dan dilaksanakan yang berkaitan dengan meningkatkan nilai tambah usaha. Selain itu juga dapat berguna bagi penulis sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan yang akan menjadi penyeimbang pada dunia kerja dalam hal memperluas wawasan dan melatih kemandirian. Hasil penelitian ini berguna bagi pembaca sebagai informasi mengenai analisis nilai tambah dan pemasaran kayu gergajian dan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya. Selain itu juga diharapkan berguna bagi industri penggergajian kayu lainnya dalam memajukan usahanya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(36)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Baku Kayu Gergajian

Widarmana (1977)6 menyatakan bahwa bahan mentah atau kayu penghara yang masuk di penggergajian adalah produk alam yang berupa dolok (log) yang berkeragaman memiliki diameter besar. Selanjutnya dikatakan pula bahwa makin tinggi kualitas dolok, makin tinggi pula rendemen, volume dan kualitas kayu gergajian yang dapat diperoleh,

Kebutuhan bahan baku merupakan faktor yang menentukan dalam suatu industri penggergajian, karena 50-70 persen dari biaya produksi adalah bahan baku, (Dirjen Kehutanan)7. Oleh karena itu terjaminnya kebutuhan bahan baku secara kontinu merupakan faktor yang menentukan untuk menjamin kelangsungan hidup industri tersebut.

Bahan baku industri penggergajian semakin terbatas dan sulit diperoleh baik dalam jumlah maupun kualitas yang diinginkan, (Rachman, 2000)8. Selanjutnya dikatakan bahwa untuk menghadapi hal yang demikian, maka industri perkayuan dalam hal ini industri penggergajian kayu harus meningkatkan efisiensinya dengan jalan memaksimumkan pengolahan kayu gergajian.

2.1.1. Proses Produksi Kayu Gergajian

Pengertian industri pengolahan menurut Biro Pusat Statistik (2000)9 adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara mekanik, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau barang setengah jadi, dan atau mengubah barang dari yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir.

6

Pengaruh rendemen kayu terhadap produk. google.com 3 September

7

Upaya pemenuhan bahan baku www.dephut.go.id 5 September 2009

8

(37)

Penggergajian merupakan suatu unit usaha yang menggunakan bahan baku kayu, alat utama gergaji, mesin penggerak, serta dilengkapi dengan berbagai alat atau mesin pembantu. Penggergajian merupakan proses pertama yang tarafnya masih sederhana (primary conversion), dalam rentetan industri pengolahan kayu, proses penggergajian merupakan proses terpenting dalam industri pengolahan kayu, karena setelah proses tersebut kayu akan lebih mudah untuk diproses selanjutnya.

Industri penggergajian sering juga disebut dalam industri primer hasil hutan karena produk kayu gergajian merupakan produk pertama dalam industri kehutanan. Umunya bahan baku yang digunakan industri penggergajian berasal dari kayu bulat (log) dan balok.Gergaji berfungsi membelah dan memotong kayu. Penggergajian dapat pula berfungsi meningkatkan nilai atau kualita kayu dengan cara menghilangkan bagian yang cacat atau membuat sortimen tertentu yang nilainya lebih tinggi.

2.1.2. Hutan Rakyat

Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah yang dihuni dengan ketentuan luas minimum 0,25 Ha dan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan lebih dari 50 persen dan atau pada tanaman tahuanan perhektar sebanyak minimal 500 tanaman (Departemen Kehutanan, 1998). Hutan rakyat adalah hutan buatan yang terletak di luar kawasan hutan Negara, dalam suatu hamparan dan seringkali disebut hutan milik. Hutan milik adalah hutan yang tumbuh diatas lahan yang dibebani hak milik, jadi hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat (Undang-Undang Pokok Kehutanan No. 41 Tahun 1999)

(38)

2.2. Pengelompokan Industri

Skala usaha industri hilir dapat diukur dari banyaknya bahan baku yang diolah persatuan waktu, banyaknya tenaga kerja, besarnya omzet/penjualan, atau teknologi yang digunakan. Keberadaan industri-industri kecil pengolahan kayu rakyat sangat diperlukan guna memenuhi permintaan akan kayu dari masyarakat yang cukup tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan batasan tentang industri kecil berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki.

Penggolongan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja menurut BPS dibagi dalam empat golongan yaitu:

1. Industri kerajinan rumah tangga, yaitu industri pengolahan yang mempunyai 1-4 orang

2. Industri kecil, yaitu industri pengolahan yang memiliki pekerja 5-19 orang 3. Industri sedang, yaitu industri pengolahan yang memiliki 20-99 orang 4. Industri besar, industri pengolahan yang memiliki 100 orang atau lebih

Menurut Hayami (1987), corak industri di pedesaan Indonesia dapat dibedakan menurut tempat berlangsungnya pengolahan bahan baku, yaitu: a) dalam rumah tangga (home Processing) yang dilakukan oleh anggota rumah tangga petani penghasil bahan baku, b) dalam bangunan yang menempel atau terpisah dari rumah tempat tinggal tapi dalam masih dalam satu pekarangan, dengan bahan baku yang dibeli dari pasar dan terutama menggunakan tenaga kerja keluarga, c) dalam perusahaan kecil, sedang, atau besar yang menggunakan buruh dan modal yang lebih intensif dibandingkan industri rumah tangga.

2.3. Studi Empiris Mengenai Analisis Biaya dan Harga Pokok Produksi Kayu Gergajian Jenis Sengon (Paraserianthes falcataria)

Penelitian mengenai kayu gergajian ini merujuk pada beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur biaya produksi kayu gergajian. Beberapa judul penelitian yang pernah diteliti diantaranya adalah :

(39)

di CV. Sinar Kayu dan menganalisis perubahan biaya, selisish biaya dan perubahan harga jual terhadap keuntungan CV. Sinar Kayu.

Struktur biaya CV. Sinar kayu terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang ditetapkan diawal proses sebagai standar dan yang dihitung berdasarkan sesungguhnya terjadi. Berdasarkan analisis selisih biaya ditemukan kondisi defisit biaya dimana biaya aktual untuk semua komponen biaya lebih besar dibandingkan dengan biaya standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil analisis selisih biaya ditemukan in-efisiensi

terutama pada waktu dasar aktual per unit produk lebih lama dibandingkan dengan waktu dasar standar, sehingga produktifitas per periode waktu lebih rendah . hal lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produktifitas adalah dengan menggunakan bahan baku kayu yang berkualitas bagus. Dengan kualitas kayu yang bagus akan memperpendek waktu dasar per satuan dan menin gkatkan reindemen tersebut.

Target keuntungan yang diharapkan oleh CV. Sinar Kayu berdasarkan biaya standar, untuk produk kaso 57 adalah sebesar 74 persen jika dijual secara eceran dan 39 persen jika dijual ke distributor. Sedangkan target keuntungan yang ingin diperoleh CV. Sinar Kayu untuk produk kaso 46 adalah 61 persen jika dijual secara eceran ke konsumen langsungdan sebesar 29 persen jika dijual ke distributor. Perbedaan keuntungan tersebut disebabkan oleh perkiraan biaya standar yang dijadikan sebagai dasar penetapan harga pokok produk lebih kecil dari harga aktual yang sebenarrnya dikeluarkan untuk memproduksi kedua jenis produk tersebut.

(40)

2.4. Studi Empiris Mengenai Tataniaga

Nugraha (2006) dalam analisis sistem tataniaga kayu jenis sengon (Paraserianthes falcataria) dan prospek pengembangannya di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tujuan penelitian yaitu menganalisis sistem tataniaga kayu gergajian jenis sengon (paraserianthes falcataria) dan prospek pengembangannya. Penelitian yang dilakukan berupa alat analisis kualitatif yaitu dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap keadaan sistem tataniaga yang meliputi analisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan biaya.

Lembaga tataniaga yang terlibat adalah; petani sengon, tengkulak kayu, pengolah kayu, industri penggergajian kayu (IPK), pedagang penampung dan material. Saluran yang tersedia sebanyak 7 saluran tataniaga yaitu; saluran I (petani, tengkulak, dan pedagang penampung). Saluran II (petani, tengkulak, industri penggergajian kayu, dan material). Saluran III (petani, pengolah, dan pedagang penampung). Saluran IV (petani, pengolah, dan material). Saluran V (petani, industri penggergajian kayu, dan material). Saluran Vi (petani, tengkulak, industri penggergajian kayu, pedagang penampung). Dan yang terakhir saluran VII (petani, tengkulak, dan industri luar daerah).

Saluran yang paling banyak digunakan adalah saluran tataniaga I (petani, tengkulak, pedagang penampung) dengan demikian marjin tataniaga tengkulak sebesar 36.51 persen dan keuntungan sebesar 154.05 persen, sedangkan farmer’s share’ petani sebesar 63.40 persen dengan keuntungan sebesar 29.22 persen. Nilai rata-rata marjin keuntungan terbesar diperoleh pengolah sebesar Rp 46.488.10/m3, di ikuti oleh industri penggergajian kayu (IPK) sebesar 40.666.67/m3, kemudian tengkulak sebesar Rp. 36.916.67/m3 dan yang terendah petani sebesar Rp. 28.132.19/m3. Kesimpulan yang diperoleh bahwa sistem tataniaga kayu gergajian jenis sengon belum efisien karena tidak adanya pembagian keuntungan yang merata antara pelaku tataniaga yang terlibat.

2.5. Studi Empiris Mengenai Nilai Tambah

(41)

gambaran dari usaha industri rumah tangga pengolahan ayam berbumbu dan mengetahui berapa besar nilai tambah dari produk olahan ayam berbumbu.

Untuk analisis nilai tambah, sampel dikategorikan dalam tiga kelompok usaha berdasarkan penggunan alat transportasi yaitu tidak menggunakan sepeda dan sepeda motor (berjalan kaki) adalah skala kecil. Menggunakan sepeda adalah skala menengah. Menggunakan sepeda motor adalah skala besar.

Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa melaui pengolahan akan tercapai nilai tambah. Analisis nilai tambah terbesar diperoleh IRT skala besar Rp. 4.066,17 per kg bahan baku dan nilai tambah terkecil pada IRT skala kecil sebesar Rp. 3.239,91 per kg bahan baku. Kegiatan pengolahan ayam berbumbu pada skala kecil, menengah dan besar merupakan kegiatan pada modal, karena margin keuntungan yang diterima pedagang lebih besar dari pada margin yang didistribusikan untuk tenaga kerja.

(42)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah

Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dalam suatu proses produksi. Menurut Hayami, et. al. (1987) definisi dari nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen.

Konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Input yang menyebabkan terjadinya nilai tambah dari suatu komoditas dapat dilihat dari adanya perubahan-perubahan pada komoditas tersebut, yaitu perubahan-perubahan bentuk, tempat dan waktu.

3.1.2. Analisis Nilai Tambah Metode Hayami

Menurut Hayami et. al. (1987) menyatakan bahwa nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Sumber-sumber dari nilai tambah tersebut adalah pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya manusia, dan manajemen.

Pada kegiatan subsistem pengolahan alat analisis yang sering digunakan adalah alat analisis nilai tambah. Alat analisis ini dikemukakan oleh Hayami. Kelebihan dari alat analisis ini adalah sebagai berikut :

1. Lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian 2. Dapat diketahui produktivitas produksinya (rendemen dan efisiensi tenaga

kerjanya)

(43)

Besaran nilai tambah yang dihasilkan dapat ditaksir besarnya balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi yang digunakan dalam proses perlakuan tersebut. Dalam analisis nilai tambah, terdapat tiga komponen pendukung, yaitu faktor konversi yang menunjukkan banyak output yang dihasilkan dari satu-satuan input, faktor koefisien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu-satuan input, dan nilai produk yang menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu-satuan input.

Melalui analisis nilai tambah Hayami dapat diperoleh informasi sebagai berikut : 1. Perkiraan besarnya nilai tambah (Rp)

2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%), menunjukkan presentase nilai tambah dari nilai produk.

3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp), menunjukkan besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerja langsung.

4. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukkan presentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah

5. Keuntungan pengolahan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pengusaha (pengolah) karena menanggung resiko usaha

6. Tingkat keuntungan pengolah terhadap nilai output (%) menunjukkan presentase keuntungan terhadap nlai tambah

7. Marjin pengolahan (Rp), menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi

8. Presntase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%) 9. Presentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%)

10. Presentase sumbangan input lain terhadap marjin (%)

(44)

3.1.3. Pemasaran

Pemasaran merupakan rangkaian tahapan fungsi yang dibutuhkan untuk mengubah atau membentuk input atau produk mulai dari titik produsen sampai konsumen akhir (Dahl dan Hammond, 1977). Menurut Limbong dan Sitorus (1987) pemasaran adalah serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke konsumen. Dalam proses distribusi dapat terjadi kegiatan-kegiatan tertentu untuk menghasilkan perubahan bentuk dari produk untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk mempermudah penyalurannya, meningkatkan nilai dan meningkatkan kepuasan konsumen.

Kohl dan Uhl (1985), mendefinisikan pemasaran pertanian merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang dan jasa komoditas pertanian mulai dari tingkat produksi (petani) sampai konsumen akhir, yang mencakup aspek input dan output pertanian.

3.1.4. Saluran dan Lembaga Pemasaran

3.1.4.1. Saluran Pemasaran

Menurut Kotler (2002) saluran pemasaran merupakan serangkaian organisasi yang saling bergantung yang terlibat dalam proses menjadikan produk atau jasa siap digunakan untuk digunakan atau di konsumsi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih pola saluran pemasaran adalah sebagai berikut:

1. Pertimbangan pasar : siapa konsumen rumah tangga atau industri, besarnya potensi pembelian, bagaimana konsentrasi pasar secara geografis, berapa jumlah pesanan dan bagaimana kebiasaan konsumen dalam membeli.

(45)

3. Pertimbangan dari segi perusahaan meliputi : sumber permodalan, kemampuan dan pengalaman manajerial, pengawasan penyaluran dan pelayanan yang diberikan penjual.

4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi : pelayanan yang dapat diberikan oleh lembaga perantara, kegunaan perantara, sikap perantara terhadap kebijakan produsen, volume penjualan dan pertimbangan biaya.

Produsen adalah golongan yang menghasilkan atau produk, disamping sebagai pelaku penjualan yang merupakan salah satu fungsi dari pemasaran. Salah satu bagian dari fungsi pemasaran adalah pedagang perantara yang merupakan badan-badan yang berusaha dalam bidang pemasaran, menggerakkan barang dari produsen ke konsumen melalui aktivitas jual-beli. Mereka yang memberikan jasa atau fasilitas yang memperlancar fungsi pemasaran yang dilakukan produsen atau pedagang perantara adalah pihak bank, usaha pengangkutan, dan sebaginya yang dikategorikan ke dalam lembaga pemberi jasa.

3.1.4.2. Lembaga Pemasaran

Pendekatan lembaga pemasaran adalah suatu pendekatan yang mempelajari berbagai macam lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran. Lembaga-lembaga ini melakukan tindakan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang dari tingkat produsen ke konsumen, bagaimana fungsi tersebut dapat dilaksanakan dan komoditi apa yang ditanganinya. Lembaga-lembaga pemasaran terdiri dari :

1. Pedagang perantara yang terdiri dari pengecer dan pedagang besar. Pengecer membeli produk untuk dijual kembali kepada konsumen, sehingga pengecer ini tidak banyak mengeluarkan biaya, baik untuk pengangkutan ataupun untuk penyimpanan. Pedagang besar membeli produk dari petani untuk dijual kepada pedagang pengecer, dengan begitu pedagang besar mengeluarkan biaya untuk pengangkutan dan penyimpanan.

(46)

kemudian mencari pembeli. Pencari komisis ini mengeluarkan biaya untuk pekerjaanya. Broker dalam pekerjaanya tidak melakukan penanganan terhadap produk yang dijual, hanya untuk mempertemukan penjual dan pembeli saja. 3. Perantara spekulatif, melakukan spekulasi harga dengan mempertimbangkan

waktu untuk mendapat keuntungan yang lebih besar.

4. Pengolahan dan pabrikan (Processor and manufactures), adalah kelompok bisnis yang aktivitasnya menangani produk dan merubah bentuk yaitu bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau produk akhir

5. Organisasi fasilitas,merupakan lembaga yang menbantu memperlancar aktivitas pemasaran.

Dengan mengetahui saluran pemasaran suatu komoditas maka dapat diketahui jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat ditempuh, serta dapat mempermudah mencari besarnya marjin yang diterima setiap lembaga yang terlibat.

3.1.5. Fungsi-fungsi Pemasaran

Pendekatan fungsi menurut Kohl dan Uhl (1985) adalah suatu pendekatan yang mempelajari bagaimana sistem pemasaran dilakukan.

Pendekatan ini untuk menganalisis dan mempelajari berbagai gejala dalam proses pemasaran untuk beberapa aspek fungsional pokok, sehingga seluruh proses pemasaran dapar memberikan gambaran yang ringkas dan lengkap. Fungsi tersebut terdiri dari :

1. Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari komoditas yang dipasarkan. Fungsi pertukaran dari fungsi penjualan terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Pembelian merupakan kegiatan melakukan penetapan jumlah dan kualitas barang, mencari sumber barang, menetapkan harga, dan syarat-syarat pembelian. Kegiatan penjualan diikuti mencari pasar, menetapkan jumlah, kualitas serta menentukan saluran pemasaran yang paling sesuai.

(47)

diinginkan sehingga dapat meningkatkan kegunaan, kepuasan, dan merupakan usaha untuk memperluas pasar dari komoditi asal, (b) penyimpanan, untuk membuat komoditi selalu tersedia pada saat konsumen menginginkannya, dan (c) pengangkutan, pemindahan, melakukan kegiatan membuat komoditi selalu tersedia pada tempat tertentu yang diinginkan.

3. Fungsi fasilitas adalah kegiatan yang ditujukan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang mencakup semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan fungsi grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar. Fungsi standarisasi dan grading mempermudah pembelian barang, mempermudah pelaksanaan jual beli, mengurangi biaya pemasaran dan memperluas pasar. Fungsi penangguhan resiko dengan menerima kemungkinan kehilangan dalam proses pemasaran yang disebabkan resiko fisik dan resiko pasar. Fungsi pembayaran adalah kegiatan pembayaran dalam bentuk uang untuk memperlancar proses pemasaran. Informasi pasar dengan mengumpulkan interpretasi dari sejumlah data sehingga proses pemasaran menjadi sempurna.

3.1.6. Struktur Pasar

Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan mengenai jumlah perusahaan dalam suatu pasar, deskripsi dan diferensiasi produk serta syarat-syarat kemudahan memasuki pasar serta informasi pasar. Struktur pasar mempengaruhi efektivitas pasar dalam realitas sehari-hari yang diukur dengan variabel-variabel seperti harga, biaya dan jumlah produksi. Empat faktor penentu dari karakteristik struktur pasar :

1. Jumlah atau ukuran perusahaan 2. Kondisi atau keadaan produk 3. Kondisi keluar masuk pasar

4. Tingkat pengetahuan yang dimiliki partisipan dalam pemasaran.

(48)

(konsumen) terdiri atas persaingangan monoplistik, monopsoni, dan oligopsoni (Dahl dan Hammond, 1977) karakteristik masing-masingstruktur pasar dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 6. Karakteristik dan Struktur Pemasaran Hasil Pertanian

No Karakteristik Struktur Pasar

Jumlah Perusahaan Sifat Produk Dari Sudut Penjual Dari Sudut

Pembeli

1 Banyak Standar/homogen Persaingan murni Persaingan murni

2 Banyak Diferensiasi Persaingan

monopolistik

Persaingan

monopolistik

3 Sedikit Standar Oligopoli murni Oligopsoni murni

4 Sedikit Diferensiasi Oligopoli diferensial Oligopsoni

diferensiasi lembagatataniaga yang menyesuaikan dengan struktur pasar, lembaga-lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentuk-bentuk keputusan yang harus diambil dalam menghadapi struktur pasar tersebut ( Dahl dan Hammond, 1997). Perilaku pasar adalah strategi produksi dan konsumsi dari lembaga pemasaran dalam struktur pasar tertentu yang meliputi kegiatan pembelian dan penjualan, penentuan harga serta kerjasama antara lembaga-lembaga pemasaran yang ada. Perilaku pasar adalah pola tindak lanjut pedagang beradaptasi dan mengantisipasi setiap keadaan pasar. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga pemasaran dalam struktur pasar yang meliputi kegiatan penjualan, pembelian, penentuan harga dan strategi pemasaran. Perilaku pasar dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitasi pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga tersebut.

(49)

akan sangat jelas terlihat pada saat beroperasi, misalnya pada saat penentuan harga, lokasi, promosi, penjualan, pembelian dan strategi pemasaran

Hammond dan Dahl (1977), keragaan pasar adalah akibat dari struktur dan perilaku pasar yang dalam kehidupan sehari-hari ditunjukkan dengan harga, biaya dan volume produksi. Deskripsi dari keragaan pasar dapat dilihat dari :

1. Harga dan penyebaran di tingkat produsen dan konsumen 2. Marjin pasar dan penyebarannya pada setiap pelaku pemasaran

3.1.8. Efisiensi Pemasaran

Menurut Kohl dan Uhl (1985), efisiensi merupakan patokan yang paling sering digunakan dalam meneliti kinerja pemasaran. Kinerja pemasaran adalah bagaimana suatu sistem pemasaran dijalankan dan apa yang diharapkan oleh lembaga-lembaga atau pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Meningkatkan efisiensi adalah salah satu tujuan umumdari petani, lembaga pemasaran dan konsumen. Efisiensi yang tinggi menggambarkan kinerja pemasaran yang baik sedangkan efisiensi yang rendah berarti sebaliknya. Ada dua ukuran yang dipakai untuk mengukur efisiensi pemasaran :

1. Efisiensi Operasional, Efisiensi yang terjadi bila mengalirnya produk dari produsen ke konsumen, atau jika rasio input-output maksimal. Efisiensi ini menekankan pada minimisasi biaya untuk melakukan fungsi pemasaran 2. Efisiensi harga adalah suatu kondisi apabila masing-masing partisipan dalam

sistem pemasaran responsif terhadap harga yang terjadi. Efisiensi ini menekankan pada harga antar berbagai tingkat lembaga pemasaran dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke konsumen yang disebabkan oleh perubahan tempat, waktu atau bentuk komoditas. Melalui efisiensi harga dapat dilihat integrasi pasar, yaitu seberapa jauh harga komoditas pada suatu tingkat lembaga pemasaran dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga pemasaran lainnya.

(50)

harga dicerminkan oleh hubungan harga jual produk sebagai adanya pergerakan produk tersebut dari pasar yang satu ke pasar yang lainnya.

3.1.9. Margin Tataniaga

Marjin pemasaran dapat didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen. Tetapi dapat juga marjin pemasaran ini dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan pemasaran sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir. Dahl dan Hammond (1977) Mendefinisikan marjin pemasaran sebagai perbedaan harga pada tiap tingkatan yang berbeda dari suatu sistem pemasaran.

Biaya pemasaran adalah semua jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam sistem pemasaran suatu komoditi dalam proses penyampaian komoditi tersebut mulai dari produsen sampai konsumen. Setiap lembaga pemasaran yang mau melibatkan diri dalam suatu sistem pemasaran tertentu pada dasarnya mempunyai motivasi atau tujuan untuk mencari atau memperoleh keuntungan dari pengorbanan yang diberikan. Adanya perbedaan kegiatan dari setaip lembaga akan menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga yang satu dengan lembaga yang lain sampai ke tingkat konsumen akhir.

Marjin pemasaran berbeda-beda antara satu komoditas hasil pertanian dengan komoditas lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan jasa-jasa yang diberikan pada berbagai komoditas mulai dari petani sampai ke tingkat pengecer maupun konsumen akhir.

(51)

P

Gambar 1 . Proses Terjadinya Marjin dan Nilai marjin Pemasaran. (Sumber : Hammond dan Dahl, 1977)

Keterangan : Pf : Harga di tingkat produsen Pr: Harga di tingkat konsumen Dr: Kurva permintaan konsumen Df: Kurva permintaan produsen Sf: Kurva penawaran produsen Sr: Kurva penawaran konsumen

Qr,f: Jumlah keseimbangan di tingkat produsen dan konsumen (Pr-Pf): Marjin pemasaran

(Pr-Pf) Qr.f: Jumlah Keseimbangan ditingkat petani dan pengecer Besarnya marjin pemasaran pada saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum tentu dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (Producer’s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir.

Producer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima petani dengan harga yang diterima konsumen akhir.

3.1.10.Bagian Harga yang Diterima Produsen (Producer’s Share)

Suatu proses pemasaran dikatakan berjalan dengan efisien apabila tercipta kepuasan bagi semua pihak, yaitu produsen, konsumen, dan lembaga pemasaran yang menghubungkan antara keduanya. Adanya efisiensi dalam pemasaran akan menyebabkan pengurangan biaya-biaya pemasaran, sehingga memperkecil

(52)

perbedaan harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan konsumen. Penanganan terhadap fungsi-fungsi pemasaran yang kurang efisien dapat menyebabkan biaya pemasaran menjadi lebih tinggi, karena tujuan lembaga pemasaran adalah mencari keuntungan, maka biaya pemasaran itu dilimpahkan pada produsen atau konsumen dengan menekan harga di tingkat produsen dan meningkatkan harga di tingkat konsumen. Kondisi ini mengakibatkan perbedaan harga (marjin) antara konsumen dan produsen.

Analisis tentang producer’s share bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima oleh produsen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen dalam setiap saluran pemasaran. Producer’s share dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

Ps = Producer’s Share

Pp = Harga di tingkat produsen

Pk = Harga di tingkat konsumen

Saluran pemasaran yang tidak efisien akan memberikan marjin dan biaya pemasaran yang lebih besar. Biaya pemasaran ini biasanya dibebankan kepada petani melalui harga beli, sehingga harga yang diterima petani lebih rendah. Biaya pemasaran yang tinggi menyebabkan besarnya perbedaan harga di tingkat petani dengan harga yang dibayarkan konsumen sehingga akan menurunkan nilai pangsa pasar. Sebaliknya pada saluran pemasaran yang efektif dan efisien, marjin dan biaya pemasaran menjadi lebih rendah sehingga perbedaan harga petani dengan konsumen lebih kecil dan nilai pangsa pasar akan meningkat.

3.1.11. Rasio Keuntungan dan Biaya

Tingkat efisiensi suatu sistem pemasaran dapat dilihat dari penyebaran rasio keuntungan dan biaya, dengan demikian meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya serta marjin pemasaran terhadap biaya pemasaran, maka secara teknis sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Untuk mengetahui

(53)

penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran

Keterangan : Li : keuntungan lembaga pemasaran Ci : biaya pemasaran

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Penelitian ini diawali dengan meninjau masalah-masalah yang terkait dengan berkembangnya industri penggergajian kayu di lokasi penelitian. Kayu hutan tanaman rakyat merupakan salah satu bahan baku yang dibutuhkan oleh industri penggergajian kayu yang digunakan untuk pembuatan produk kayu gergajian, serta berbagai macam jenis kebutuhan kayu lainnya. Kebutuhan kayu akan terus meningkat seiring dengan maraknya pembangunan perumahan di Indonesia, mengakibatkan permintaan akan produk olahan kayu seperti produk kaso dan lainnya mengalami peningkatan. Namun kebutuhan dan permintaan yang meningkat tersebut masih memiliki kendala dalam hal ketidakkonsistenan jumlah pasokan, mutu maupun ukuran produk sehingga mempengaruhi jalannya kegiatan produksi perusahaan.

Salah satu bahan baku yang digunakan untuk industri penggergajian kayu di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor yaitu kayu jenis sengon (Paraserianthes falcataria). Alasannya karena mengingat harga kayu sengon murah dan sangat cocok mengingat topografi dan kondisi lahan yang sesuai untuk penanaman pohon sengon. engon merupakan areal terluas di Kabupaten Bogor yang mencapai 3.406,94 ha. Sedangkan luas areal tanaman muda dan siap tebang mencapai 4.539,80 ha dan di perkiraan potensi kayu bulat sebesar 454.630,60 m3,

(54)

Adanya permintaan kayu yang semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan perumahan atau properti dan industri mengakibatkan kegiatan yang bergerak dibidang pengolahan kayu gergajian tidak sebanding dengan penawaran ketersediaan bahan baku. Proses pemasaran produk kayu gergajian yang dihasilkan oleh industri penggergajian kayu di Kecamatan Cigudeg adalah konsumen atau pedagang langsung mendatangi lokasi pengolahan, sehingga produsen kayu gergajian tidak mengeluarkan biaya pemasaran.

(55)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Perusahaan Penggergajian Kayu di

Kecamatan Cigudeg, Bogor

Analisis Pemasaran Kayu Gergajian

(sengon)

Analisis Kualitatif Saluran dan Lembaga Pemasaran Struktur dan Perilaku Pasar Ketersediaan bahan baku Kualitas dan ukuran kayu

Kurangnya Akses pasar

Analisis Nilai Tambah -Besarnya Nilai Tambah -Nilai Output

-Keuntungan

-Imbalan Tenaga Kerja

Rekomendasi

Analisis Kuantitatif Marjin Pemasaran

Producer’s Share

Rasio Keuntungan dan Biaya

Gambar

Tabel 6. Karakteristik dan Struktur Pemasaran Hasil Pertanian
Gambar 1 .  Proses Terjadinya Marjin dan Nilai marjin Pemasaran. (Sumber : Hammond dan Dahl, 1977)
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 8.  Jumlah Wilayah Beserta Luas Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan  bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan

Batang: memanjat mencapai tinggi 10 m, silindris, rata/licin, tebal dengan ruang yang jelas. Daun: bertangkai, lanset, jarang yang bulat telur, panjang 5-14 cm dan

Bila hal ini terjadi terus menerus, anak merasa tidak disayangi oleh orang tuanya dan dia akan bertingkah macam-macam untuk mendapatkan perhatian sesuai dengan pikiran

Risk Aversion Investor, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, No 1, Vol XVI (September 2011), 59-60... 29 bahwa return dari portofolio lebih besar dari kerugiannya. Dengan tidak memikirkan

Lahirnya gerakan ini, tentu saja tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi melalui proses panjang yang mungkin juga berliku dan melalui pengalaman panjang pula dari para

Tujuan S trategis, Lag & Lead Indicator Perspektif Proses Bisnis Internal Pada perspektif proses bisnis internal, tujuan strategis yang ingin dicapai perusahaan

Memberikan saran dan pertimbangan kepada Sub Bagian Tata Usaha tentang langkah dan kegiatan yang perlu diambil dalam bidang tugasnyac.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas nasabah menyatakan setuju terhadap instrumen kesigapan petugas frontliner dalam menangani masalah nasabah telah