• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Ibu Primipara Post Seksio Sesarea dengan Preeklampsia Berat di RSU Muhammadiyah Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengalaman Ibu Primipara Post Seksio Sesarea dengan Preeklampsia Berat di RSU Muhammadiyah Medan Tahun 2014"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENGALAMAN IBU PRIMIPARA POST SEKSIO SESAREA DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT DI

RSU MUHAMMADIYAH MEDAN TAHUN 2014

HENNY TRISNAWATI 135102021

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PENGALAMAN IBU PRIMIPARA POST SEKSIO SESAREA DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT DI

RSU MUHAMMADIYAH MEDAN TAHUN 2014

ABSTRAK Henny Trisnawati

Latar belakang : Banyak pengalaman wanita melahirkan yang unik pada setiap individu, dengan berbagai macam proses yang tidak pernah di duga sebelumnya, terlebih lagi pada keadaan ibu dengan preeklampsia berat yang etiologi nya masih belum diketahui sampai saat ini.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pengalaman wanita pasca seksio sesarea

dengan preeklampsia berat.

Metodologi penelitian : Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif fenomenologi. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 6 orang. Teknik pengambilan partisipan dengan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di RSU Muhammadiyah Medan. Analisa data menggunakan metode Colaizzi.

Hasil : Penelitian ini meliputi 5 kategori yaitu, persepsi tentang preeklampsia berat,

persepsi tentang seksio sesarea, berbagai perubahan yang dialami setelah seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat, berbagai dukungan sosial yang diterima, dan kebutuhan setelah seksio sesarea.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwasannya masih banyak ibu dengan preeklampsia berat yang belum ditangani dengan tepat. Diharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai kebutuhan masyarakat.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Pengalaman Ibu Primipara Post Seksio Sesarea dengan Preeklampsia Berat di RSU Muhammadiyah Medan Tahun 2014”.

Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan baik dari isi maupun tulisan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun sehingga dapat menjadi perbaikan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatra Utara dan penguji dalam sidang karya tulis ilmiah ini. 2. Nur Asnah sitohang, S.Kep. Ns.M.Kep, selaku Ketua program studi D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

3. Farida Linda Sari Siregar, S.Kep. Ns. M.Kep selaku dosen pembimbing dan penguji dalam penyusunan penelitian ini, yang telah membimbing hingga karya tulis ilmiah ini selesai.

4. Febrina Oktavinola Kaban, SST.M.Keb selaku staf dosen program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sekaligus penguji dalam sidang karya tulis ilmiah ini.

(5)

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7. kedua orang tua dan adik-adik yang saya sayangi, yang selalu mendoakan dan selalu memberikan dukungan baik materi maupun spiritual, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara T.A 2013/2014, yang telah banyak memberikan dukungan terhadap peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Dengan segala keterbatasan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah nantinya.

Akhir kata peneliti ucapkan terimahkasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah dari ALLAH SWT. Amin Ya Robbal Alamin.

Medan, Juni 2014

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Pertanyaan Penelitian ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 5

1. Bagi Penelitian ... 5

2. Bagi Pendidikan ... 5

3. Bagi Ibu ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

A.Pengalaman ... 6

B.Ibu ... 6

C.Seksio Sesarea ... 6

1. Defenisi ... 6

2. Indikasi Seksio Sesarea ... 6

3. kontrandikasi Seksio Sesarea ... 7

4. Mortalitas dan Morbiditas Sesudah Seksio Sesarea ... 8

D.Preeklampsia ... 10

1. Defenisi ... 10

2. Epidemiologi ... 11

3. Etiologi ... 11

4. Tanda dan Gejala... 12

5. Patofisiologi ... 13

6. Pemeriksaan Penunjang ... 14

7. Komplikasi ... 14

8. Pencegahan ... 14

9. Penatalaksanaan ... 15

E. Preeklampsia Berat ... 16

1. Defenisi ... 16

2. Diagnosis ... 17

3. Pembagian Preeklampsia Berat ... 17

4. Perawatan dan Pengobatan ... 18

5. Monitoring Selama di Rumah Sakit ... 18

(7)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 19

A.Desain Penelitian ... 19

B.Populasi dan Sampel ... 19

C.Tempat Penelitian ... 20

D.Waktu Penelitian ... 20

E. Etika Penelitian ... 20

F. Instrumen Penelitian ... 21

G.Prosedur Pengumpulan Data ... 21

H.Analisis Data ... 23

I. Tingkat Keabsahan Data ... 23

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

A.Hasil Penelitian ... 25

1. Karakteristik Partisipan ... 25

2. Pengalaman Ibu Primipara Post Seksio Sesarea dengan Preeklampsia Berat ... 26

B.Pembahasan ... 46

1. Interpretasi dan Hasil Diskusi ... 46

2. Keterbatasan Peneliti ... 52

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A.Kesimpulan ... 54

B.Saran ... 55

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Data Demografi

Lampiran 4 : Panduan Wawancara

Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 6 : Surat Izin Data Pendahuluan dari Fakultas Keperawatan USU

Lampiran 7 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

Lampiran 8 : Balasan Surat Izin Penelitian dari RSU Muhammadiyah Medan

(10)

PENGALAMAN IBU PRIMIPARA POST SEKSIO SESAREA DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT DI

RSU MUHAMMADIYAH MEDAN TAHUN 2014

ABSTRAK Henny Trisnawati

Latar belakang : Banyak pengalaman wanita melahirkan yang unik pada setiap individu, dengan berbagai macam proses yang tidak pernah di duga sebelumnya, terlebih lagi pada keadaan ibu dengan preeklampsia berat yang etiologi nya masih belum diketahui sampai saat ini.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pengalaman wanita pasca seksio sesarea

dengan preeklampsia berat.

Metodologi penelitian : Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif fenomenologi. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 6 orang. Teknik pengambilan partisipan dengan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di RSU Muhammadiyah Medan. Analisa data menggunakan metode Colaizzi.

Hasil : Penelitian ini meliputi 5 kategori yaitu, persepsi tentang preeklampsia berat,

persepsi tentang seksio sesarea, berbagai perubahan yang dialami setelah seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat, berbagai dukungan sosial yang diterima, dan kebutuhan setelah seksio sesarea.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwasannya masih banyak ibu dengan preeklampsia berat yang belum ditangani dengan tepat. Diharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai kebutuhan masyarakat.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Dalam strategi Global Millennium Development Goals (MDGs) penuruan angka kematian ibu merupakan tujuan 5 dari MDGs, yaitu Meningkatkan Kesehatan Ibu. Sedangkan target besarnya menurunkan angka kematian ibu antara tahun 1990-2015 sebesar tiga-perempatnya.

Menurut WHO (2005), angka kematian ibu dunia pada 2005 mencapai 86 persen. Untuk mencapai target MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen pertahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian ibu hingga saat ini masih kurang dari satu persen per tahun. Pada 2005, sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000.

(12)

Masih tingginya angka kematian ibu melahirkan itu sangat memprihatinkan karena fakta itu tertinggi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Singapura mencatat paling rendah angka ibu hamil/melahirkan, hanya 3 ribu meninggal per 100.000 ibu melahirkan. Kemudian disusul Malaysia (5 ibu meninggal/100.000 ibu melahirkan), Thailand (8-10/ 100.000), Vietnam (50/ 100.000).

Menurut Prawirohardjo (2008), Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15% menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun. Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu perdarahan (25%), sepsis (15%), preeklampsia berat (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan lain-lain (8%).

Menurut Bothamley (2011), Preeklamsia adalah gangguan multisistem dengan etiologi kompleks yang khusus terjadi selama kehamilan. Preeklamsia biasanya didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu (Milne, et al.2005). Disebut preeklampsia berat apabila tekanan darah sisitolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam. Karena diperlukan pelahiran bayi sebelum wanita dapat mulai pulih dari preeklampsia berat, pelahiran ini dapat dilakukakan pada usia kehamilan berapa pun, bergantung pada kondisi wanita. Induksi persalinan atau seksio sesarea, yang lebih sering dilakukan jika usia kehamilan prematur, dapat dilakukan.

(13)

lebih, melalui pembedahan di perut dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan di perut dengan menyayat dinding rahim (Kasdu, 2003).

Berdasarkan Survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Medan, pada bulan Januari-November 2013 terdapat angka kejadian seksio sesarea sebanyak 41 orang yang merupakan persalinan seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat.

Pencegahan preeklampsia berat sangat terbatas karena etiologinya belum diketahui (Varney, 2007). Dengan melihat faktor risikonya, wanita dapat dianggap berisiko tinggi preeklamsia berat pada waktu pendaftaran pemeriksaan, namun banyak wanita yang memiliki fakor risiko, tetapi tidak mengalami preeklamsia berat, dan sampai saat ini tidak mungkin memastikan sekelompok wanita secara spesifik yang diantisipasi akan mengalami preeklamsia (Bothamley, 2011). Akibat meningkatnya medikalisasi dan surveilan selama persalinan dan kelahiran, mudah bagi bidan untuk hanya memusatkan diri pada pemantauan ibu sehingga mengabaikan kebutuhan psikologis ibu (Chapman, 2006). Pengalaman seorang wanita bernama Sammy (26 thn), yang mengalami preeklampsia berat, mengatakan bahwa ia merasa ironi karena di tahap-tahap akhir kehamilan, ia diberi begitu banyak perhatian, dibandingkan dengan setelah persalinan (Mundi, 2005). Hal tersebut menunjukkan bahwa peran petugas kesehatan sangat dibutuhkan dalam merawat dan mengobati serta mencegah terjadinya preeklampsia berat baik dari segi jasmani dan psikologi ibu.

(14)

seperti nyeri pada bekas luka operasi, sakit untuk flatus, kesulitan mobilisasi, terpasang infuse di kedua tangan, pembengkakan kaki, dada terasa sesak, pandangan masih kabur, mual dan muntah.

Mengingat begitu banyak pengalaman wanita melahirkan yang unik pada setiap individu, dengan berbagai macam proses yang tidak pernah di duga sebelumnya, terlebih lagi pada keadaan ibu dengan preeklampsia berat yang etiologi nya masih belum diketahui sampai saat ini, maka perlu di tinjau bagaimana pengalaman ibu yang pernah mengalami seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat tersebut. Agar tenaga kesehatan dapat lebih memahami bagaimana memberi asuhan kepada ibu yang mengalami preeklampsia berat baik pada saat sebelum hamil, hamil, dan setelah melahirkan baik dari segi fisik maupun psikis agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi lain yang dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi. Serta dapat menambah kewaspadaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan yang memiliki faktor resiko maupun yang tidak memiliki faktor resiko terhadap terjadinya preeklampsia berat selama kehamilan.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan preeklampsia berat di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Medan Tahun 2014. B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan preeklamsia berat ?”

C. Tujuan Penelitian

(15)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk penelitian berikut yang sejenis.

2. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan tambahan pengetahuan tentang pengalaman wanita yang melahirkan secara seksio sesarea dengan indikasi preeklamsia berat.

3. Bagi Ibu

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) (KBBI, 2005). Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu (Sanjaya, 2013). Pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan (Notoadmojo, 2010).

B. Ibu

Menurut Purwandari (2008), Ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan ibu yang sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan. Ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Para ibu di masyarakat adalah penggerak dan pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga

C. Seksio Sesarea 1. Defenisi

Seksio sesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn dan Forte, 2010). Menurut Leon J. Dunn, dalam buku Obstetrics and Gynecology, seksio sesarea merupakan persalinan untuk melahirkan janin dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan di perut dengan menyayat dinding rahim (Kasdu, 2003).

2. Indikasi Seksio Sesarea

(17)

terlaksana merupakan indikasi absolute untuk seksio abdominal. Di antaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat seksio sesarea akan lebih aman bagi ibu, anak atau pun keduanya. Seksio sesarea dapat dikerjakan pada keadaan-keadaan berikut :

a. Panggul sempit dan distosia mekanis yaitu: disproporsi fetopelvik, malposisi dan malpresentasi, distosia jaringan lunak, neoplasma, dan persalinan yang tidak dapat maju.

b. Pembedahan sebelumnya pada uterus yaitu, seksio sesarea dan histerotomi. c. Pendarahan (plasenta previa dan solusio plasenta).

d. Toxemia gravidarum yang dapat menyebabkan pengakhiran kehamilan sebelum waktunya. Pada sebagian besar kasus, pilihan metodenya adalah induksi persalian. Kalau cervix belum matang dan induksi sukar terlaksana, sebaiknya dikerjakan seksio sesarea. Keadaan-keadaan yang harus diperhatikan seperti pada preeklampsia dan eklampsia, hipertensi esensial, dan nephritis kronis.

e. Indikasi fetal yaitu, gawat janin, acat atau kematian janin sebelumnya, prolapsus funiculus umbilicalis, insufisiensi plasenta, diabetes maternal, inkompatibilitas rhesus, postmortem sesarea, dan infeksi virus herpes pada traktus genitalis.

f. Dan faktor lain yaitu, primigraviditas usia lanjut, bekas jahitan pada vagina, anomali uteri congenital, riwayat obstetric yang jelek, dan forceps yang gagal. 3. Kontraindikasi Seksio Sesarea

(18)

a. Kalau janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga kemungkinan hidup kecil. Dalam keadaan ini tidak ada alasan untuk melakuka operasi berbahaya yang tidak diperlukan.

b. Kalau jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk sesarea extraperitoneal tidak tersesia.

c. Kalau dokter bedahnya tidak berpengalaman, kalau keadaannya tidak menguntungkan bagi pembedahan, atau kalau tidak tersedia tenaga asisten yang memadai.

4. Mortalitas dan Morbiditas Sesudah Seksio Sesarea a. Mortalitas Maternal

Angka mortalitas kasar yang belum dikoreksi di Negara Kanada dan Amerika Serikat kira-kira 30:10,000 seksio sesarea. Pada banyak klinik, angka ini jauh lebih rendah sampai dibawah 10:10,000. Namun demikian, Evrard dan Gold mendapatkan risiko kematian ibu yang menyertai seksio sesarea adalah 26 kali lebih besar daripada kelahirtan pervaginam. Mereka mencatat peningkatan risiko kematian ibu pada pembedahannya sendiri sebanyak sepuluh kali lipat. Bertambahnya penggunaan seksio sesarea untuk melindungi bayi dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi ibu.

Faktor-faktor yang menambah risiko yautu, umur di atas 30 tahun, grandemultiparitas, obesitas, berat badan melebihi 200 pound, partus lama, ketuban pecah dini, pemeriksaan vaginal yang sering, status sosioekonomi yang rendah, mortalitas janin

(19)

sekitar 5,5 persen. Sebab-sebab terjadinya insidensi mortalitas yang lebih tinggi pada seksio sesarea mencakup faktor-faktor berikut.

1) Kondisi seperti toxemia gravidarum, erythroblastosis dan plasenta previa yang memerlukan tindakan seksio sesarea menghasilkan bayi yang kecil dan prematur.

2) Kadang-kadang terdapat kesalahan dalam memperkirakan maturitas dan ukuran janin pada seksio sesarea elektif atau ulangan ketika pasien sudah dianggap dalam kehamilan aterm.

3) Sementara komplikasi respiratorik seperti atelektasis dan hyaline membrane disease serta respiratory distress syndrome lebih sering terjadi pada bayi-bayi prematur, insidensi ini jauh lebih tinggi lagi kalau bayi prematur tersebut dilahirkan dengan seksio sesarea.

4) Kondisi seperti plasenta previa, abrupsio plasenta, diabetes, preeklampsia, eklampsia, hipertensi esensial, nephritis kronis, dan prolapsus funiculus umbilicalis akan menghasilkan bayi yang keadaan umum, daya tahan, dan daya kepulihannya rendah.

5) Secara umum, seksio sesarea tidak memberikan prognosis sebaik prognosis kelahiran pervaginam yang normal untuk bayi.

6) Guna mencegah kelahiran bayi prematur, pemeriksaan ultrasonic dan pengukuran rasio L/S harus dilaksanakan sebelum mengerjakan seksio sesarea elektif atau ulangan.

(20)

lain pihak sejumlah bayi memiliki defek congenital yang tidak mungkin atau layak bertahan hidup dilahirkan dalam keadaan hidup.

D. Preeklampsia 1. Defenisi

Menurut Maryunani (2012), terdapat beberapa pengertian dari preeklampsia, yaitu :

a) Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartum (Bobak & Jensen, 1995). Umumnya terjadi pada trimester 3 kehamilan. Preeklampsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Induced Hipertension (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan.

b) Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer, dkk, 2007).

c) Preeklampsia adalah suatu sindroma klinis dalam kehamilan viable (usia kehamilan > 20 minggu dan / atau berat janin 500 gram) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema. Gejala ini dapat timbul sebelum kehamilan 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik. (Achadiat, 2004).

(21)

Menurut Varney (2006), preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada penyakit trofoblastik) dan dapat didiagnosis dengan kriteria berikut :

a. Ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan (sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg), yang sebelumnya normal, disertai proteinuria (≥ 0,3 gram protein selama 24 jam atau ≥ 30 mg/dl dengan hasil reagen urine ≥1+).

b. Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa proteinuria, perlu dicurigai adanya preeklampsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah, dan kadar enzim ginjal abnormal .

Diagnosis preeklampsia didasarkan atas ditemukannya hipertensi disertai dengan proteinuria atau edema, atau keduanya (Oxorn, 2010)

2. Epidemiologi

prevalensi preeklampsia bervariasi sesuai karakteristik populasi dan defenisi yang digunakan untuk menerangkannya (Chappell et all, 1999). Terjadi kurang dari 5% dalam kebanyakan populasi, dan studi prospektif menunjukkan insiden di bawah 2,2 %, bahkan pada populasi primigravida yang diketahui prevalensinya lebih tinggi (Higgins et al, 1997 dalam Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran, 2006).

3. Etiologi

(22)

4. Tanda dan Gejala

Preeklampsia dinyatakan berat bila ada satu diantara gejala-gejala berikut: a. Hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, diukur minimal 2 kali

dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.

b. Proteinuria 5 gram / 24 jam atau lebih, (+++) atau (++++) pada pemeriksaan kualitatif.

c. Oliguria, urine 400 ml / 24 jam atau kurang. d. Edema paru-paru, sianosis.

e. Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah penglihatan, pandangan kabur dan spasme arteri retina pada funduskopi, nyeri epigastrium, mual atau muntah serta emosi mudah marah.

f. Pertumbuhan janin intrauterine terlambat.

g. Adanya HELLP Syndrome (H= Hemolysis, ELL= Elevated Liver Enzym, P= Low Platelet Count).

Kriteria menentukan adanya edema adalah : nilai positif jika pitting edema di daerah tibia, lumbosakral, wajah (kelopak mata), dan tangan terutama setelah malam tirah baring.

(23)

5. Patofisiologi

Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati, dan otak menurun sampai 40-60%. Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas terhadap oksitosin meningkat.

Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air ditahan, tekanan osmotic plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada preeklampsia berat terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat.

(24)

6. Pemeriksaan Penunjang

Selain anamnesa dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan adanya preeklampsia sebaiknya diperiksa juga:

a. Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah: urium kreatinin, SGOT, LDH, bilirubin.

b. Pemeriksaan urine: protein, reduksi, bilirubin, sedimen.

c. Kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat dengan konfirmasi USG (bila tersedia).

d. Kardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin. 7. Komplikasi

Komplikasi ibu dengan preeklampsia atau PIH: cerebral vascular accident, kardiopulmonari edema, insufisiensi Renal Shutdown, retardasi pertumbuhan, kematian janin intra uterine yang disebabkan hipoksia dan premature. PIH dapat berkembang secara progresif menjadi eklampsia yaitu preeklampsia ditambah dengan kejang dan koma (Khattheryn & laura, 1995).

8. Pencegahan

(25)

9. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan preeklampsia : a. Melindungi dari efek peningkatan tekana darah b. Mencegah progesifitas penyakit menjadi eklampsia

c. Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin).

d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur atau imatur jika diketahui bahwa resiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.

Penatalaksanaan preeklampsia ringan (TD < 140/90 mmHg): a. Dapat dikatakan tidak beresiko bagi ibu dan janin.

b. Tidak perlu segera diberi obat anti hipertensi dan tidak perlu dirawat, kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman : 140-150/90-100 mmHg).

c. Istirahat yang cukup (berbaring 4 jam pada siang hari dan 8 jam pada malam hari).

d. Diet rendah garam dan tinggi protein.

e. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap satu minggu. f. Indikasi dirawat, jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu

rawat jalan.

g. Jika dalam perawatan tiak ada perbaikan, tatalaksana sebagai preeklampsia berat. Penatalaksanaan preeklampsia berat (TD > 160/110 mmHg):

a. Penanganan konservatif

(26)

b. Penangan aktif

Apabila ibu memiliki 1 atau lebih kriteria berikut: 1) Ada tanda-tanda impending eklampsia

2) Ada HELLP syndrome

3) Ada kegagalan penangana konservatif

4) Ada tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat 5) Usia kehamilan > 35 minggu

6) Maka Ibu harus dirawat dirumah sakit, khususnya kamar bersalin. 7) Pemberian pengobatan medicinal: anti kejang.

8) Terminasi kehamilan: bila pasien belum inpartu dilakukan induksi persalinan. Indikasi persalinan pada preeklampsia:

a) Ibu: Umur kehamilan lebih dari 38 minggu; hitung trombosit kurang dari 100.000 sel/ mm3; penurunan fungsi hati yang progresif; penurunan fungsi ginjal yang progresif; dugaan abrupsio plasenta; nyeri kepala menetap atau gangguan penglihatan; nyeri ulu hati, mual, dan muntah berat yang menetap. b) Janin: restriksi perkembangan janin yang parah; hasil pemeriksaan janin

meragukan; oligohidramnion.

9) Persalinan SC dilakukan apabila syarat induksi persalinan tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi persalinan per vaginam.

E. Preeklampsia Berat 1. Defenisi

(27)

2. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria preeklampsia berat sebagaimana tercantum di bawah ini. Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut.

a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

b. Proteinuria lebih 5 g / 24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif. c. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/ 24 jam.

d. Kenaikan kadar kreatinin plasma.

e. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur.

f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen. g. Edema paru-paru dan sianosis.

h. Hemolisis mikroangiopatik.

i. Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.

j. Gangguan fungsi hepar

k. Pertumbuhan janin intra uterine yang terhambat. l. Sindrom HELLP.

3. Pembagian Preeklampsia Berat Preeklampsia berat dibagi menjadi: a. Preeklampsia berat tanpa impending eclampsia

b. Preeklampsia berat dengan impending eclampsia. Disebut impending eclampsia

(28)

hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.

4. Perawatan dan Pengobatan

Pengelolaan preeklampsia berat mencakup pencegahan kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan.

5. Monitoring Selama di Rumah Sakit

Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda-tanda klinik berupa: nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium, dan kenaikan cepat berat badan. Selain itu, perlu dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan USG dan NST.

6. Manajemen Umum Perawatan

Perawatan terhadap preeklampsia berat dibagi menjadi dua unsur: a. Sikap terhadap penyakit

Yaitu pemberian obat-obat atau terapi medisianalis. Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri).

b. Sikap terhadap kehamilan

Berdasar William Obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama perawatan; maka sikap terhadap kehamilannya dibagi menjadi:

1) Aktif (aggressive management): berarti kehamilan segera diakhiri/ diterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa.

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah fenomenologi karena desain fenomenologi bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang arti peristiwa dan kaidah-kaidah terhadap orang-orang dalam situasi-situasi tertentu serta menangkap pengertian tentang sesuatu yang sedang diteliti.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang pernah melahirkan secara seksio sesarea dengan indikasi preeklampsi berat di RSU Muhammadiyah Medan. Dari hasil survei pendahuluan mulai dari Januari sampai November 2013, terdapat 41 orang yang melahirkan secara seksio sesarea dengan indikasi preeklampsi berat. 2. Sampel

(30)

dilibatkan sebagai subjek penelitian, adapun sampel yang diambil memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Ibu primipara post seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat hari ke 3-4. b. Dapat berkomunikasi dengan baik.

c. Bersedia untuk diwawancarai.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan wawancara di ruangan RSU Muhammadiyah Medan dimana partisipan di rawat setelah menjalani operasi seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat.

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada Oktober 2013 sampai dengan Mei 2014, sedangkan waktu pengumpulan data dimulai dari Januari sampai dengan April 2014.

E. Etika Penelitian

Agar proses penelitian dapat berjalan dengan baik, maka peneliti berpegang teguh dengan etika penelitian yang ditegakkan dengan cara mengajukan surat permohonan persetujuan penelitian yang dibagikan pada setiap partisipan.

(31)

Dengan alasan untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan, maka pada lembar pengumpulan data (kuesioner data demografi) peneliti hanya menggunakan nomor kode sehingga kerahasiaan identitas dan semua kerahasiaan partisipan dapat terjaga dan seluruh informasi yang diperoleh hanya akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan tetap menjaga kerahasiaannya.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument). Dengan dibantu oleh kuesioner data demografi dan panduan wawancara. Kuesioner data demografi berisi pernyataan mengenai data umum partisipan pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang berupa usia, agama, pendidikan terakhir, suku bangsa, pekerjaan, dan paritas yang dapat dilihat pada lampiran . Peneliti menggunakan panduan wawancara yang dibuat sendiri oleh peneliti sebanyak lima pertanyaan dan sebelumnya telah diperiksa oleh pembimbing mengenai pengalaman wanita post seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat. Panduan wawancara dapat dilihat pada lampiran.

G. Prosedur Pengumpulan Data

(32)

2. Pada penelitian ini, partisipan diperoleh dari RSU Muhammadiyah Medan sebanyak 6 orang, data–data diperoleh dari catatan Rekam Medik RSU Muhammadiyah Medan.

3. Untuk setiap partisipan yang diperoleh dari RSU Muhammadiyah Medan, peneliti melakukan participant observation yaitu pendekatan kepada partisipan sebanyak 1–2 kali (setiap kunjungan lamanya 30 menit) kunjungan ruangan masing–masing partisipan dan kemudian melakukan wawancara kepada partisipan. Setelah kunjungan awal tersebut, maka setelah tercapainya kesepakatan antara peneliti dengan partisipan mengenai waktu wawancara, maka wawancara dilakukan sesuai waktu yang disepakati

4. Setelah peneliti merasa cukup dekat dengan partisipan, peneliti memberikan kuesioner data demografi untuk diisi oleh partisipan dan panduan wawancara yang berisi beberapa pertanyaan untuk terlebih dahulu dipahami oleh partisipan. Partisipan diberi waktu untuk memahami pertanyaan dan mengingat kembali peristiwa yang dialaminya sehingga pada waktu wawancara partisipan dapat mengungkapkan hal-hal yang dialaminya secara jelas.

5. Dalam melakukan wawancara, peneliti merekam hasil wawancara dengan menggunakan rekaman suara.

6. Setelah selesai wawancara yang pertama, peneliti langsung membuat transkrip hasil wawancara dan menganalisanya tanpa harus menunggu wawancara berikutnya.

7. Peneliti mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. 8. Pengumpulan data selesai karena dengan sampel, saturasi data telah diperoleh

(33)

H. Analisis Data

Proses analisis data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti langsung setelah mengumpulkan data dari masing-masing partisipan. Setelah melakukan wawancara dengan satu partisipan, peneliti segera melakukan transkripsi hasil rekaman untuk selanjutnya dianalisa. Adapun tahap proses analisa yang dilakukan peneliti dengan menggunakan metode Colaizzi. Peneliti membaca transkrip berulang-ulang kali dengan teliti, kemudian membuat Significan Statement yaitu proses mencari, mengidentifikasi dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori atau tema, menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

I. Tingkat Keabsahan Data

Dalam penelitian ini peneliti berpegang pada tiga kriteria yang digunakan untuk menjaga derajat keabsahan data yaitu:

1. Credibility

(34)

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

2. Dependability

Prinsip ini dipenuhi dengan peneliti mempertahankan konsistensi tekhnik pengumpulan data, dalam menggunakan konsep dan membuat penafsiran atas fenomena.

3. Confirmability

(35)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang bagaimana pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan preeklampsia berat. Keenam partisipan merupakan pasien yang baru bersalin secara seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat hari ke 3-4 di Rumah Sakit Muhammadiyah Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam (In Depth Interview) menggunakan tape recorder.

1. Karakteristik Partisipan

(36)
[image:36.595.127.527.143.480.2]

tiga orang lainnya berpendidikan terakhir perguruan tinggi. Data demografi tentang ke enam partisipan dapat dilihat pada table 4.1.

Table 4.1 Data Demografi Partisipan

Karakteristik Jumlah

Umur ibu 21 tahun 22 tahun 24 tahun 26 tahun 32 tahun 1 2 1 1 1 Agama Islam Katolik Protestan 4 1 1 Suku bangsa Melayu Jawa Batak 1 2 3 Pekerjaan IRT Pegawai Swasta PNS 2 1 3 Pendidikan Terakhir SMA D3 Perguruan Tinggi 2 1 3

2. Pengalaman Ibu Primipara Post Seksio Sesarea dengan Preeklampsia Berat Pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan preeklampsia berat, meliputi 5 kategori yaitu: persepsi tentang preeklampsia berat, persepsi tentang seksio sesarea, berbagai perubahan yang dialami setelah seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat, berbagai dukungan sosial yang diterima, kebutuhan setelah seksio sesarea.

1. Persepsi tentang preeklampsia berat

(37)

berat, penyebab preeklampsia berat, tanda yang dialami partisipan, maupun gejala yang dialami partisipan pada saat mengalami preeklampsia berat.

a. Pengertian

Dari hasil wawancara seluruh partisipan mengungkapkan persepsi mereka mengenai pengertian preeklampsia berat bahwa preeklampsia berat adalah peningkatan tekanan darah waktu hamil dan dapat di sebut juga keracunan kehamilan.

1) Peningkatan tekanan darah pada waktu hamil

Dari ke enam partisipan, empat orang mengungkapkan persepsi mereka tentang pengertian preeklampsia berat yaitu peningkatan tekanan darah pada waktu hamil. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

Pas check up masuk bulan ke-6 tiba-tiba tensi aku naik jadi 160/120, karena naiknya tensi itu makanya di bilang preeklampsia berat…”

(Partisipan 2 )

“Yang saya tau sih preeklampsia ini terjadi karena adanya peningkatan tekanan

darah di sebabkan oleh kehamilan”

(Partisipan 4 )

“kata dokter nya sih tensi saya tinggi jadi saya di bilang dokter nya untuk

segera operasi hari itu juga, karena ada gejala preeklampsia gitu lah.. ya

preeklamplasia berat karena sampek 180 tensi nya ”

(Partisipan 5 )

“preeklampsia ya kenaikan tensi pada waktu hamil dek…waktu itu tensi nya

170/120.. udah masuk berat itu kan dek, itulah kata dokter nya kemaren..”

(38)

2) Keracunan kehamilan.

Selain mengatakan bahwa, preeklampsia berat adalah peningkatan tekanan darah pada waktu hamil. Beberapa partisipan juga mengungkapkan persepsi mereka tentang pengertian preeklampsia berat adalah keracunan kehamilan. Dari ke enam orang partisipan hanya tiga orang yang menyatakan preeklampsia berat adalah keracunan kehamilan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“Preeklampsia ya ? keracunan kehamilan kan... Karena ini merupakan

kehamilan pertama, nggak mengerti sama sekali apa itu keracunan kehamilan,

apa/ kenapa/ harus gimana? Yang ada di benak saya waktu itu hanya kenapa’

kehamilan kok meracuni, siapa yang diracuni dan siapa yang meracuni??”

(Partisipan 1 )

“Yah…..preeklampsia itu adalah keracunan pada kehamilan..”

(Partisipan 3) “preeklampsia itu ya keracunan kehamilan karena tensi tadi itu lahh, dek..”

(Partisipan 4 ) b. Penyebab

(39)

1) Belum diketahui

Dari ke enam partisipan, lima orang mengungkapkan persepsi mereka tentang penyebab preeklampsia berat yaitu belum diketahui. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“tekanan darah waktu pertama normal-normal aja, ntah lah koq bisa jadi

preeklampsia..”

(Partisipan 1 )

“Ya, aku gak tau kenapa bisa begini, padahal sebelum hamil dan pada

awal-awal kehamilan dulu, aku mempunyai tekanan darah rendah loh…”

(Partisipan 2 )

“penyebab nya belum tahu dek, saya langsung lemas waktu di bilang dokter,’ibu

terkena preeklampsia’…”

(Partisipan 3 )

“Belom taulah apa penyebab nya bisa jadi preeklampsia…”

(Partisipan 5 )

“biasanya aja darah saya cuma 80/60, nah ini jadi naik, berdoa ajalah biar gak

gitu lagi, karena preeklampsia inipun belom tau juga apa penyebabnya kan…”

(Partisipan 6 ) 2) Riwayat Keluarga dengan Hipertensi

(40)

“saya adalah orang dengan potensi hipertensi bawaan genetis dari ayah.

Selama ini saya tidak pernah punya tekanan lebih dari 120/80, tapi pas hamil di

trimester ketiga ini, duweeeew… tekanan darah saya naik jadi 160/110, saya

pun divonis mengalami gejala pre-eklampsia.

(Partisipan 4 ) c. Tanda

Dari hasil wawancara seluruh partisipan mengungkapkan persepsi mereka mengenai tanda preeklampsia berat yang dialami partisipan, yaitu tekanan darah tinggi, kaki bengkak, dan hasil laboratorium yang mengarah ke preeklampsia berat.

1) Tekanan Darah Tinggi

Seluruh partisipan mengungkapkan persepsi nya tentang tanda preeklampsia berat yaitu tekanan darah tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“Tekanan darah saya saat itu hampir menembus angka 180/120”

(Partisipan 1)

“Pas check up masuk bulan ke-6 tiba-tiba tensi aku naik jadi 160/120”

(Partisipan 2)

“karena saat itu tekanan darah aku tinggi sekali, mencapai 225/142 pada saat

masuk UGD”

(Partisipan 3)

“duweeeew… tekanan darah saya naik jadi 160/110”

(41)

“memasuki trimester tiga, oo…oo.. tekanan darah kenapa naik jadi 167/119

ya,…”

(Partisipan 5)

“karena tekanan darahku tiba-tiba tinggi… 190/120 dan gak merasakan

apa-apa.”

(Partisipan 6)

2) Kaki Bengkak

Seluruh partisipan mengungkapkan persepsi nya tentang tanda preeklampsia berat yaitu kaki bengkak. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“ditambah dengan kaki bengkak dan kenaikan berat badan secara drastis…”

(Partisipan 1)

“pada usia kehamilan menjelang bulan ke-8, barulah saya mengalami keluhan

yang tidak wajar, pada kaki mengalami pembengkakan yang agak besar, selain

itu saat kaki atau tangan ditekan/ tertekan untuk kembali ke kondisi semula itu

lamaa lah..”

(Partisipan 2)

“ditambah dengan tangan dan kaki mulai bengkak…”

(Partisipan 3)

“Memasuki bulan keenam, bengkak di kaki mulai Nampak, tapi kukira waktu itu

kakiku bertambah gemuk sampai tulang mata kaki tidak terlihat lagi…”

(42)

“… tuh kan kakinya bengkak lagi…”

(Partisipan 5)

“… bengkak kaki tangan makin parah...”

(Partisipan 6)

3) Hasil Dari Laboratorium

Dari ke enam partisipan, tiga orang mengungkapkan persepsi mereka tentang tanda preeklampsia berat yaitu hasil laboratorium yang mengarah ke

preeklampsia berat . Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“di check protein urin hasilnya positive..”

(Partisipan 1)

“pas di rumah sakit, periksa protein pun positive tiga..”

(Partisipan 3)

“langsung check lab gitu trus di periksa kencing katanya protein urine nya

positive..”

(Partisipan 5)

d. Gejala

(43)

1) Pandangan Kabur

Dari ke enam partisipan, dua orang mengungkapkan persepsi mereka tanda preeklampsia berat yaitu pandangan kabur. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“di bulan ke tujuh, pandangan saya kabur gitu…”

(Partisipan 2 )

“kayak rabun gitu dek, tiba-tiba pandangan nya kabur..”

(Partisipan 3 ) 2) Sakit kepala

Dari ke enam partisipan, tiga orang mengungkapkan persepsi mereka tentang gejala preeklampsia berat yaitu sakit kepala. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

kalo udah muntah kepala rasanya kayak di palu..”

(Partisipan 1 )

“Memasuki bulan kelima sakit kepala mulai mengganggu…”

(Partisipan 4 )

“mulai lah sakit kali tuh kepalanyaa.. tersiknya lah..huhh “

(Partisipan 6 ) 3) Sakit perut

(44)

“Perut pun juga sakit…”

(Partisipan 1)

“Di bagian bawah perut ini sakit kali rasanya..”

(Partisipan 4)

“ganggu kali lah dek pas muntah itu sakit perutnyaaa…”

(Partisipan 5) 4) Muntah

Dari ke enam partisipan, lima orang mengungkapkan persepsi mereka tentang gejala preeklampsia berat yaitu muntah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“Aku lebih terganggu dengan mual-muntah di tiap harinya…”

(Partisipan 1)

“mual muntah terus-terusan..

(Partisipan 2)

“gak ada masuk makanan, tiap makan muntah ajja …”

(Partisipan 4)

“Ampun lah rasanya mual muntah setiap hari…”

(Partisipan 5)

“terus ditambah lagi muntah-muntah..”

(45)

2. Persepsi tentang Seksio sesarea

Dari hasil wawancara seluruh partisipan yang di dasarkan atas pengalaman bersalin secara seksio sesarea, maka seluruh partisipan mengungkapkan persepsi masing-masing mengenai seksio sesarea, baik itu pengertian seksio sesarea, dan penyebab seksio sesarea yang dialami oleh masing-masing partisipan.

a. Pengertian

Dari hasil wawancara seluruh partisipan mengungkapkan persepsi mereka mengenai pengertian seksio sesarea bahwa seksio sesarea adalah tindakan pembedahan di perut untuk mengeluarkan bayi pada saat melahirkan.

1) Pembedahan di Perut

Seluruh partisipan mengungkapkan persepsi mereka tentang pengertian seksio sesarea yaitu pembedahan di perut untuk mengeluarkan bayi pada saat melahirkan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“SC itu ya pembedahan diperut untuk mengeluarkan bayi yang gak bisa secara

normal ”

(Partisipan 1 )

“di operasi, dibelah perutnya, terus dikeluarkan bayinya, kemudian dijahit

lagi..”

(Partisipan 2 )

“kekmanalah harus operasi, namanya juga dibelah perutnya ya pasti lama kan

sembuhnya..”

(46)

“proses melahirkan dengan cara pembedahan dari perut apabila terdapat

kelainan pada saat hamil..”

(Partisipan 4 )

“aku ya taunya operasi itu sereem lah, di potong perutnyaa demi ngeluarin bayi

yang gak bisa keluar dari bawah.. hehe..”

(Partisipan 5 )

“operasi itu ya suatu pengeluaran bayi dengan cara membedah perut ibu

dikamar operasi karena adanya suatu kelainan sehingga ibu tidak bisa

melahirkan normal...”

(Partisipan 6)

b. Penyebab

Dari hasil wawancara seluruh partisipan mengungkapkan persepsi mereka mengenai penyebab partisipan harus bersalin secara seksio sesarea yaitu, karena adanya peningkatan tekanan darah, bayi besar, dan persalinan belum waktunya. 1) Adanya peningkatan tekanan darah

Seluruh partisipan mengatakan bahwa partisipan harus di operasi karena adanya peningkatan darah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“Pada hari itu kita pulang kerja dan rencana langsung ke dokter untuk check

up, hasil pemeriksaan cukup mengagetkan karena waktu itu tensi sekitar 170,

maka diputuskan hari itu detik itu juga harus masuk rumah sakit bersalin,

Karena besok harus operasi sesarea untuk persalinan.”

(Partisipan 1 )

“tensiku mencapai 200/160, sehingga dokter menyarankan aku untuk segera

dioperasi Caesar…”

(47)

“Pada malam hari saat kembali berkonsultasi dengan dokter kami, tekanan

darah saya meningkat lebih tinggi menjadi 150. Dokter menyarankan bahwa

sebaiknya bayi segera dilahirkan malam itu juga dengan operasi…”

(Partisipan 3 )

“Tekanan darah saat itu 180/120. No choice, demi keselamatan kami berdua, si

boy harus segera dilahirkan. Sampai disini aku masih mikir kalo segera

dilahirkan itu artinya besok atau lusa, ternyata maksudnya segera adalah saat

itu juga. Ini juga masih belum terlalu ngeh bakalan dilahirkan itu dengan cara

sesarea.. ”

(Partisipan 4 )

“waktu diperiksa tensi mendadak naik 160, ya terpaksalah harus operasi dek,

mau gimana lagi, yang penting selamat..”

(Partisipan 5 )

“…ternyata pas kandunganku 9 bulan lebih aku mengandung tensiku naik

190/130 terpaksa lahir paksa di RS Alhamdulillah selamat”

(Partisipan 6 ) 2) Bayi besar

“di usg bayinya sampek 4 kilo, jadi ya harus operasi jugak..”

(Partisipan 1 )

“orang makan aja kerjanya, ya gedek adeknya jadi harus operasi karena

tensinya juga tadi..”

(48)

3) Persalinan belum waktunya

Dari ke enam partisipan, dua orang partisipan mengatakan bahwa partisipan harus di operasi karena kehamilannya belum cukup bulan sehingga harus bersalin sebelum waktunya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“masih 8 bulanan, tapi ya harus dikeluarin, operasilah jadinya..”

(Partisipan 2 )

“janin nya gawat kata dokternya, jadi mau gak mau harus operasi walaupun

belom cukup bulan”

(Partisipan 3 )

3. Berbagai Perubahan Yang Dialami

Dari hasil wawancara diperoleh adanya berbagai perubahan yang dialami ibu pasca melahirkan secara seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat adalah kedinginan, pandangan kabur, pusing, sakit untuk mobilisasi, dada sering terasa sesak.

a. Kedinginan

Tiga dari enam partisipan merasa kedinginan setelah melahirkan secara seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“Siap operasi dinginnya mintak ampun..”

(Partisipan 1)

“mungkin karena AC ya, yang kakaki rasain dingin di seluruh tubuh..”

(49)

“Gak sadar lagi karena kedinginan juga waktu itu..”

(Partisipan 3) b. Pusing

Tiga dari enam partisipan merasa pusing setelah melahirkan secara seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“Kepala pusing, pas siap operasi itu..”

(Partisipan 2)

“Baru kali ini operasi kan, siap operasi masih pusing kepalanya..”

(Partisipan 5 )

“Alhamdulillah selamat walaupun siap itu kepala terasa pening..”

(Partisipan 6) c. Sakit Untuk Mobilisasi

empat dari enam partisipan merasa sakit untuk mobilisasi setelah melahirkan secara seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“gak berani gerak-gerak karena masih sakit juga..”

(Partisipan 2)

“telentang ajja gitu, soalnya sakit gitu kalo mau gerak-gerak..

(Partisipan 4)

“Cuma bisa tiduran ginilah, gak bisa mereng-mereng karena masih sakit ..

(50)

“sakit dek semua bandannya, sampek gerak- gerak pun tak bisa dah..”

(Partisipan 6) d. Dada Sering Terasa Sesak

Dua dari enam partisipan merasa sudah pasrah ketika melahirkan di atas usia 35 tahun. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“selesai operasi dadanya terasa sesak gitu,,”

(Partisipan 3)

“banyak lah rasanya campur aduk, bernapas juga sesak..”

(Partisipan 5)

4. Dukungan Sosial

Dari hasil wawancara seluruh partisipan yang di dasarkan atas pengalaman mengalami preeklampsia berat, maka seluruh partisipan mengungkapkan tentang dukungan sosial yang partisipan terima saat mengalami preeklampsia berat, baik itu dari sumber dukungan dan bentuk dukungan.

a. Sumber Dukungan

Dari hasil wawancara seluruh partisipan mendapatkan dukungan positif dari suami, keluarga, tenaga kesehatan.

1) Suami

Dari keenam partisipan, empat orang partisipan mengatakan bahwa partisipan banyak mendapatkan dukungan dari suami. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“agak kurang sedihnya karena mendapat dukungan penuh dari suami..

(51)

“suami lah yang selalu ada di samping kakak..

(Partisipan 2 )

“untungnya abang terus mendukung kakak, kalo gak gak taulah mau kayakmana

lagi..”

(Partisipan 4 )

“iyalah dek, tapi yang jelas abang lah yang mendukung semuanya-semuanya.. ”

(Partisipan 5 )

2) Keluarga

Dari keenam partisipan, dua orang partisipan mengatakan bahwa partisipan banyak mendapatkan dukungan dari keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

keluarga juga selalu menemani dek, tiap hari pasti penuh ni kamar ditungguin semua keluarga, tengoklah remenya gini dek”

(Partisipan 3 )

“semua keluarga ngedukung lah, supaya kalok bisa gak usah operasi, tapi ya

mau gimana lagi,, semuanya pada mendoakan yang terbaik lah..”

(Partisipan 6 )

3) Tenaga Kesehatan

(52)

perawat-perawatnya pada ramah, pada perhatian semua, mendukung lah supaya kakak gak down atas penyakit ini..”

(Partisipan 3 )

“ini suster-suster ini juga nyemangatin terus..”

(Partisipan 4 )

“dokternya juga selalu menanyakan keadaan, ngasi motivasi tiap hari..”

(Partisipan 5)

b. Bentuk Dukungan

Dari hasil wawancara seluruh partisipan menyatakan bahwa partisipan mendapatkan dukungan dalam bentuk, memberikan rasa nyaman, merasa lebih diperhatikan, member kekuatan pertisipan selama operasi sesarea dilakukan. 1) Memberikan Rasa Nyaman

Dari keenam partisipan, dua orang partisipan mengatakan bahwa bentuk dukungan social yang diterima yaitu adanya rasa nyaman. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“iya dibuatnya lah supaya kakak bisa nyaman tu gimana..”

(Partisipan 1 )

“nyaman kalo tiap hari ditemenin terus..”

(Partisipan 2 ) 2) Merasa Lebih Diperhatikan

(53)

“rasanya juga lebih diperhatikan, tiap hari ditungguin, di temenin, di penuhin

semua kebutuhannya..”

(Partisipan 3 )

“yang gak pernah-pernah nya abang masak, bisanya dibuatinnya kakak bubur

kemaren, jadi rasanya lebih diperhatikan gitulah..”

(Partisipa 5 )

3) Memberi Kekuatan Partisipan Selama Operasi Dilakukan

Dari keenam partisipan, tiga orang partisipan mengatakan bahwa bentuk dukungan social yang diterima yaitu memberi kekuatan partisipan selama operasi dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“di motivasi-motivasi terus supaya gak takut operasinya..”

(Partisipan 2 )

“ditemenin terus, disemangatin, jadi nya kakak pun berusaha biar gak takut,

walaupun wajar ya namanya juga anak pertama, tapi setidaknya sedikit kuat lah

untuk menghadapinya..”

(Partisipan 4 )

“waktu operasi berdoa dulu semua keluarga jadi ada kekuatan tersensirilah

untuk menghadapi operasi yang baru pertama kali ini..

(54)

5. Kebutuhan Setelah Seksio sesarea

Dari hasil wawancara seluruh partisipan yang di dasarkan atas pengalaman bersalin secara seksio sesarea, maka seluruh partisipan mengungkapkan tentang kebutuhan partisipan setelah seksio sesarea atas indikasi preeeklampsia berat yaitu, perawatan postpartum, perawatan bayi baru lahir normal, informasi akan jenis obat yang diberikan, dan informasi tentang kehamilan berikutnya.

a. Perawatan Post Partum

Dua dari enam partisipan mengatakan membutuhkan perawatan post partum. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“belom tau cara ngerawat siap operasi melahirkan, karena ini juga kan baru

pertama kali, kalo disini kan ada yang ngerawat, nah kalo dirumah ya palingan

mamak lah sama suami..”

(Partisipan 5)

“merawat perut ini lah yang macemana, tapi katanya suruh kemari 3 hari lagi..

kalo udah pulang buat ganti perban, karena kan gak ngerti juga merawat ini

lukanya.. ”

(Partisipan 6) b. Perawatan Bayi Baru Lahir

Tiga dari enam partisipan mengatakan membutuhkan perawatan bayi baru lahir. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“masih pertama, megangnya ajja pun masih takut, masih kecil jadi masih perlu

dirawat dulu sama suster-susternya..”

(55)

“gantiin bajunya macemana, mandikannya macemana, ya butuh perawatan buat

si dedek ajja lah gimana..”

(Partisipan 2)

“berat nya kurang jadi harus diinkubator “

(Partisipan 4)

c. Informasi Akan Jenis Obat Yang Di berikan

Dua dari enam partisipan mengatakan membutuhkan informasi akan jenis obat yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“banyak obatnya, tapi gak tau buat apa aja, apa harus sebanyak itu yaaa..”

(Partisipan 3)

“disuntik bokongnya kanan kiri, sakit banget, katanya sih buat nurunkan tensi,

tapi kan operasi bukan normal, kenapa mesti diturunkan tensinya, ”

(Partisipan 5)

d. Informasi Tentang Kehamilan Berikutnya

Tiga dari enam partisipan mengatakan butuh informasi tentang kehamilan berikutnya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“kira-kira kehamilan berikutnya bisa kenak juga gak ya, kalo bisa jangan lah..”

(Partisipan 4)

“masih takut hamil, trauma kali lah..”

(56)

“udah cukup lah segini aja, sakit kali, ampun lah, gak tau giman kalo hamil lagi

kayak gini lagi..”

(Partisipan 6)

B. PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini akan diuraikan secara literatur yang berhubungan dengan pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan preeklampsia berat, yang meliputi persepsi tentang preeklampsia berat, persepsi tentang seksio sesarea, berbagai perubahan yang dialami setelah seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat, berbagai dukungan sosial yang diterima, kebutuhan setelah seksio sesarea 1. Interpretasi dan Hasil Diskusi

a. Persepsi Tentang Preeklampsia Berat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persepsi partisipan mengenai pengertian

preeklampsia berat bahwa preeklampsia berat adalah peningkatan tekanan darah waktu hamil dan dapat di sebut juga keracunan kehamilan. Penyebab partisipan mengalami preeklampsia berat masih belum diketahui, namun seorang partisipan yang memiliki riwayat keluarga mengalami hipertensi menyatakan bahwa karena adanya riwayat hipertensi dalam keluarga tersebut. tanda yang dialami partisipan, yaitu tekanan darah tinggi, kaki bengkak, dan hasil laboratorium yang mengarah ke preeklampsia berat. gejala yang dialami partisipan, yaitu pandangan kabur, sakit kepala, sakit perut, dan muntah.

(57)

kreatinin serum 1 (6,7%), nyeri epigastrium/kuadran kanan atas abdomen 2 (13,4%), gangguan neurologis dan visus 1 (6,7%), gangguan fungsi hepar (sgot, sgpt) 4 (26,8%), hemolisis mikroangiopatik 1 (6,7%), trombositopenia (< 100.000/ml) 3 (20%), sindroma hellp 1 (6,7%), kejang tonik-klonik 2 (13,4%).

Persepsi yang diungkapkan partisipan tentang preeklampsia berat diperoleh melalui pengalaman yang telah partisipan alami sebelumnya yaitu menjalani operasi seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat. hal ini sejalan dengan pengertian persepsi oleh Sunaryo dalam Anisah(2010), Persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsir dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek), tanda-tanda dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetap juga pada rangsangan yang berhubungan pada lingkungan sekitar dan keadaan individu yang berhubungan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor fungsional yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk dalam faktor personal.

Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam. Umumnya terjadi pada trimester 3 kehamilan. Preeklampsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Induced Hipertension (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan. (Maryunani, 2012).

(58)

hidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani, 2012)

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada penyakit trofoblastik) dan dapat didiagnosis dengan kriteria, yaitu ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan (sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg), yang sebelumnya normal, disertai proteinuria (≥ 0,3 gram protein selama 24 jam atau ≥ 30 mg/dl dengan hasil reagen urine ≥1+). Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa proteinuria, perlu dicurigai adanya preeklampsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah, dan kadar enzim ginjal abnormal (Varney, 2006).

b. Persepsi tentang seksio sesarea

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi partisipan mengenai pengertian seksio sesarea bahwa seksio sesarea adalah pembedahan di perut untuk mengeluarkan bayi pada saat melahirkan. Penyebab partisipan harus bersalin secara seksio sesarea yaitu, karena adanya peningkatan tekanan darah, bayi besar, dan persalinan belum waktunya.

Alasan partisipan harus bersalin secara seksio sebagian besar sama dengan alasan ibu melahirkan secara seksio sesarea di Helvetia yang diteliti oleh Yusra (2010), Penelitian ini menemukan alasan ibu melahirkan secara seksio sesarea adalah kelainan jalan lahir, kelainan pada janin, kelainan kontraksi rahim, dan ketuban pecah sebelum waktunya.

(59)

Gawat Darurat RSUPNCM, didapatkan bahwa dari 15 orang yang mengalami preeklampsia didapatkan 8 orang yang bersalin secara seksio sesarea dengan indikasi antara lain eklampsia gravidarum (2; 25%), eklampsia iminens (4; 50%), makrosomia (1; 12,5%), dan HELLP syndrome (1; 12,5%).

Pernyataan partisipan mengenai seksio sesarea sejalan dengan yang dijelaskan oleh Kasdu (2003), bahwa seksio sesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn dan Forte, 2010). Menurut Leon J. Dunn, dalam buku Obstetrics and Gynecology, seksio sesarea merupakan persalinan untuk melahirkan janin dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan di perut dengan menyayat dinding rahim.

(60)

faktor lain yaitu, primigraviditas usia lanjut, bekas jahitan pada vagina, anomali uteri kongenital, riwayat obstetric yang jelek, dan forceps yang gagal.

c. Berbagai perubahan yang dialami

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai perubahan yang dialami setelah seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat, yaitu kedinginan, pusing, sakit untuk mobilisasi, dan dada sering terasa sesak.

Hal tersebut akan mengambat aktivitas partisipan setelah operasi, sama seperti penelitian Yusra (2010) yang meneliti pengalaman ibu primipara yang melahirkan secara seksio sesarea di Helvetia, mendapatkan bahwa mayoritas ibu mengalami aktivitas yang terhambat setelah operasi seksio sesarea. mayoritas partisipan mengalami proses pemulihan yang lambat setelah operasi seksio sesarea.

Perubahan yang dialami beberapa partisipan sesuai dengan yang telah dijelaskan Prawirohardjo (2001), yaitu kehilangan darah dan air yang menyebabkan berkurangnya volume cairan dalam sirkulasi karena hemokonsentrasi dan vasokontriksi, Diuresis pasca operasi berkurang, mual kadang sampai muntah akibat anestesi, peristaltik usus berkurang dan lambat akan pulih pada post op hari ke-2, usus bergerak lagi dengan gejala mules dan kembung, nyeri pada luka bekas insisi di daerah abdomen.

d. Dukungan Sosial Yang Diterima

(61)

postpartum, perawatan bayi baru lahir, informasi akan jenis obat yang di berikan, dan informasi tentang kehamilan berikutnya.

Penelitian Kusuma, dkk (2009), yang meneliti tentang manajemen risiko dalam pelayanan pasien preeklampsia berat (PEB)/eklampsia di Instalasi Gawat Darurat RSUPNCM, dari wawancara 15 responden yang mengalami preeklampsia, di dapatkan bahwa Di RSCM sendiri belum ada data kepuasan pasien yang objektif terhadap ppelayanan yang diterima

(62)

e. Kebutuhan setelah seksio sesarea

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan ibu setelah seksio sesarea yaitu, perawatan postpartum, perawatan bayi baru lahir, informasi akan jenis obat yang di berikan, dan informasi tentang kehamilan berikutnya.

Pernyataan yang diberikan partisipan mengenai kebutuhan setelah seksio sesarea juga dijelaskan oleh Bobak, Lawdermilk & Jensen (2005), bahwa selama satu sampai dua hari pertama setelah melahirkan, ketergantungan ibu menonjol. Pada waktu ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi orang lain, ibu memindahkan energi psikologisnya kepada anaknya. Periode ini disebut dengan fase menerima (taking-in phase). Suatu waktu dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan. Dalam fase dependen-mandiri ibu, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Pasien berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi, jika pasien adalah ibu yang gesit maka akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung. Fase ini disebut dengan fase taking hold yang berlangsung kira-kira10 hari (Annisa, dkk, 2010).

2. Keterbatasan peneliti

(63)
(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Dari hasil wawancara terhadap 6 partisipan pada penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1. persepsi partisipan mengenai pengertian preeklampsia berat bahwa preeklampsia berat adalah peningkatan tekanan darah waktu hamil dan dapat di sebut juga keracunan kehamilan dangan penyebab yang belum diketahui, dan riwayat hipertensi dalam keluarga. Tanda dan gejala nya yaitu, tekanan darah tinggi, kaki bengkak, dan hasil laboratorium yang mengarah ke preeklampsia berat, pandangan kabur, sakit kepala, sakit perut, dan muntah. 2. Persepsi partisipan mengenai pengertian seksio sesarea bahwa seksio sesarea

adalah pembedahan di perut untuk mengeluarkan bayi pada saat melahirkan. Penyebab partisipan harus bersalin secara seksio sesarea yaitu, karena adanya peningkatan tekanan darah, bayi besar, dan persalinan belum waktunya. 3. Berbagai perubahan yang dialami setelah seksio sesarea atas indikasi

preeklampsia berat, yaitu kedinginan, pusing, sakit untuk mobilisasi, dan dada sering terasa sesak.

4. Berbagai dukungan sosial yang diterima, yaitu dari suami, keluarga dan tenaga kesehatan, dalam bentuk meberikan rasa nyaman, merasa lebih diperhatikan, member kekuatan partisipan selama operasi sesarea dilakukan. 5. Kebutuhan setelah seksio sesarea yaitu, perawatan postpartum, perawatan

(65)

B. SARAN

Saran yang perlu dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang mengidentifikasi pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat yang melalui beberapa partisipan, namun tidak diketahui bagaimana pelaksanaannya secara umum. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian secara kualitatif dengan strategi pendekatan yang lebih efektif dalam memberikan pelayanan yang komprehensif khususnya pada ibu primipara post sekio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat.

2. Bagi Pendidikan

Ilmu kebidanan sebagai aspek penting dalam kontribusi pelayanan kesehatan di masyarakat harus dapat mengembangkan pengetahuan kebutuhan-kebutuhan masyarakat salah satunya dari segi informasi. Hal ini dilakukan untuk memudahkan tercapainya pemberian pelayanan kebidanan yang berkualitas dan terpercaya dimasyarakat.

3. Bagi Ibu

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia. Anisah, Mursiyam & Anggraeni, Mekar Dewi. (2010). Jurnal Keperawatan

Soedirman (The Soedirman Jounal of Nursing). Volume 5, No.1, Maret 2010 Bothamley, Judy. (2012). Patofisiologi dalam Kebidanan. Jakarta: EGC.

Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran (Terjemahan). Jakarta : EGC.

Depkes RI (2007). Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar.

Jakarta: 2007.

Kaban, Hilda Princ. (2005). Ibu Hamil Menurut WHO. http//scribd.com. Diakses tanggal 2 November 2013 Pukul 10.15 WIB.

Kasdu, D. (2003). Operasi Caesar Masalah dan Soslusinya. Jakarta: Puspa Swara. Kusuma T W, dkk (2009). Manajemen risiko dalam pelayanan pasien preeklampsia

berat (PEB)/eklampsia di Instalasi Gawat Darurat RSUPNCM. http:// www. digilib. Stikesmuh -pkj.ac.id. Diakses pada tanggal 5 Juli 2014 Pukul 11.00 WIB.

Medforth, Janet, et al. (2013). Kebidanan Oxford: Dari Bidan Untuk Bidan. Jakarta: EGC.

Mundy, Chrissie G. (2005) Pemulihan Pasca Operasi Caesar. Jakarta: Erlangga. Manuaba, Ida Bagus Gede. (2013). Pe

Gambar

Table 4.1 Data Demografi Partisipan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian : Dari penelitian diperoleh respon yang berkaitan dengan alasan ibu melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal adalah karena rasa sakit yang

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi menunjukkan bahwa dari 115 ibu bersalin seksio sesarea darurat ditemukan kasus

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang melakukan persalinan dengan seksio sesarea di RSUP Haji Adam Malik Medan selamatahun 2014 yaitu sebanyak

Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2013-2014 proporsi ibu yang mengalami persalinan dengan seksio sesarea 71%.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pada persalinan dengan seksio sesarea sebelumnya sehingga pada kehamilan. berikutnya bisa terjadi

Primipara post SC atas indikasi PreEklampsia Berat adalah ibu dengan keluhan terasa nyeri pada luka operasi dan tidak merasa pusing, dan data obyektif yang didapat adalah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa angka terjadinya seksio sesarea darurat yang tinggi terdapat pada primipara yang berjumlah 26 orang dari 56 orang ibu

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa, (1) Faktor yang mempengaruhi terjadinya seksio sesarea faktor ibu yaitu sebesar 66,5% dan faktor dari janin