• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesesuaian Habitat Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas G. Cuvier) di Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kesesuaian Habitat Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas G. Cuvier) di Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak Provinsi Jawa Barat"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

KESESUAIAN HABITAT MACAN TUTUL JAWA

(

Panthera pardus melas

G. Cuvier) DI RESORT GUNUNG BOTOL

TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

PROVINSI JAWA BARAT

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

(2)

ABSTRAK

PUTRA WIBOWO MALAU. Kesesuaian Habitat Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas G. Cuvier) di Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh LILIK BUDI PRASETYO dan DONES RINALDI.

Macan tutul jawa (Panthera pardus melas G. Cuvier, 1890) merupakan satwa karnivora endemik pulau Jawa dimana salah satu habitatnya adalah Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Penelitian bertujuan memetakan kesesuaian habitat Macan tutul jawa, menentukan faktor fisik yang mempengaruhi kesesuaian habitat Macan tutul jawa dan menentukan luas kesesuaian habitat Macan tutul jawa. Pemetaan kesesuaian habitat Macan tutul jawa dimulai dengan pengumpulan data yang meliputi peta digital, data survei lapang, dan literatur. Pembuatan peta kesesuaian menggunakan beberapa variabel yaitu ketersediaan pakan, NDVI, ketinggian, kelerengan, jarak dari punggung gunung, ketersediaan air dan jarak dari jalan. Variabel tersebut dianalisis dengan menggunakan SIG dan analisis komponen utama untuk mendapatkan bobot setiap variabel. Model kesesuaian habitat Macan tutul jawa diklasifikasikan menjadi empat kelas. Habitat dengan kelas rendah seluas 2258.44 ha, habitat dengan kelas kesesuaian sedang seluas 2801.67 ha, habitat dengan kelas kesesuaian tinggi seluas 3225.84 ha dan tidak ada data seluas 2244.25 ha. Model kesesuaian habitat Macan tutul jawa dapat diterima dengan tingkat validasi 86,67 % pada kelas kesesuaian habitat tinggi dan rendah.

Kata kunci: Kesesuaian Habitat, Macan tutul jawa

ABSTRACT

PUTRA WIBOWO MALAU. Habitat Suitability of Javan’s Leopard (Panthera pardus melas G. Cuvier) in Gunung Botol Resort Gunung Halimun Salak National Park West Java Province. Supervised by LILIK BUDI PRASETYO and DONES RINALDI.

The javan’s leopard (Panthera pardus melas G. Cuvier, 1890) is a endemic carnivorous species in The Java Island. One of the Javan’s Leopard habitat is in Gunung Botol Resort

Gunung Halimun Salak National Park. The research objective are mapping Javan’s Leopard

habitat suitability, to identify physical factors which highly influence habitat suitability of

Javan’s Leopard and to determine area of Javan’ Leopard habitat suitability. Javan’s Leopard habitat suitability mapping was initiated by collection data, such as digital map, data survey and literature. This mapping was based on some habitat variable, namely prey availability, NDVI, altitude, slope, water availability, ridge and distance from road. These variables were analyzed by using GIS and principal component analysis (PCA) to get the weight of each variable.The habitat suitability map were reclassified into three suitability class. The result showed that there were 2258.44 ha of low suitability habitat, 2801.67 ha of medium suitability habitat, 3225.84 ha of high habitat suitability and 2244.25 ha of no data. The model validation achieve 86,67% for high and medium siutability habitat.

(3)
(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kesesuaian Habitat Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas G. Cuvier) di Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak Provinsi Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013 Putra Wibowo Malau

(5)

ABSTRAK

PUTRA WIBOWO MALAU. Kesesuaian Habitat Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas G. Cuvier) di Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh LILIK BUDI PRASETYO dan DONES RINALDI.

Macan tutul jawa (Panthera pardus melas G. Cuvier, 1890) merupakan satwa karnivora endemik pulau Jawa dimana salah satu habitatnya adalah Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Penelitian bertujuan memetakan kesesuaian habitat Macan tutul jawa, menentukan faktor fisik yang mempengaruhi kesesuaian habitat Macan tutul jawa dan menentukan luas kesesuaian habitat Macan tutul jawa. Pemetaan kesesuaian habitat Macan tutul jawa dimulai dengan pengumpulan data yang meliputi peta digital, data survei lapang, dan literatur. Pembuatan peta kesesuaian menggunakan beberapa variabel yaitu ketersediaan pakan, NDVI, ketinggian, kelerengan, jarak dari punggung gunung, ketersediaan air dan jarak dari jalan. Variabel tersebut dianalisis dengan menggunakan SIG dan analisis komponen utama untuk mendapatkan bobot setiap variabel. Model kesesuaian habitat Macan tutul jawa diklasifikasikan menjadi empat kelas. Habitat dengan kelas rendah seluas 2258.44 ha, habitat dengan kelas kesesuaian sedang seluas 2801.67 ha, habitat dengan kelas kesesuaian tinggi seluas 3225.84 ha dan tidak ada data seluas 2244.25 ha. Model kesesuaian habitat Macan tutul jawa dapat diterima dengan tingkat validasi 86,67 % pada kelas kesesuaian habitat tinggi dan rendah.

Kata kunci: Kesesuaian Habitat, Macan tutul jawa

ABSTRACT

PUTRA WIBOWO MALAU. Habitat Suitability of Javan’s Leopard (Panthera pardus melas G. Cuvier) in Gunung Botol Resort Gunung Halimun Salak National Park West Java Province. Supervised by LILIK BUDI PRASETYO and DONES RINALDI.

The javan’s leopard (Panthera pardus melas G. Cuvier, 1890) is a endemic carnivorous species in The Java Island. One of the Javan’s Leopard habitat is in Gunung Botol Resort Gunung Halimun Salak National Park. The research

objective are mapping Javan’s Leopard habitat suitability, to identify physical

factors which highly influence habitat suitability of Javan’s Leopard and to determine area of Javan’ Leopard habitat suitability. Javan’s Leopard habitat suitability mapping was initiated by collection data, such as digital map, data survey and literature. This mapping was based on some habitat variable, namely prey availability, NDVI, altitude, slope, water availability, ridge and distance from road. These variables were analyzed by using GIS and principal component analysis (PCA) to get the weight of each variable.The habitat suitability map were reclassified into three suitability class. The result showed that there were 2258.44 ha of low suitability habitat, 2801.67 ha of medium suitability habitat, 3225.84 ha of high habitat suitability and 2244.25 ha of no data. The model validation achieve 86,67% for high and medium siutability habitat.

(6)

KESESUAIAN HABITAT MACAN TUTUL JAWA

(

Panthera pardus melas

G. Cuvier) DI RESORT GUNUNG BOTOL

TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

PROVINSI JAWA BARAT

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

PUTRA WIBOWO MALAU

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(7)
(8)

Judul Skripsi : Kesesuaian Habitat Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas G. Cuvier) di Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak Provinsi Jawa Barat

Nama : Putra Wibowo Malau NIM : E34080093

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc Pembimbing I

Ir Dones Rinaldi, MSc.F Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober sampai Desember 2012 ini ialah Habitat, dengan judul Kesesuaian Habitat Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas G. Cuvier) di Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak Provinsi Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc dan Bapak Ir Dones Rinaldi, MSc.F selaku pembimbing, yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ken Sugimura, Age Kridalaksana dari CIFOR Japan Project, Bapak Odi, Afud, Koko, Paul dan Amir serta Pengelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, teman sekosan “Salman”, teman-teman Edelweis 45, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Lokasi 2

Alat dan Bahan 2

Metode Pengumpulan Data 3

Pengolahan dan Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Faktor-Faktor Penentu Kesesuaian Habitat Macan tutul jawa 9

Ketersediaan Pakan 9

Normalization Difference Vegetation Index 10

Ketinggian 13

Kemiringan Lereng 13

Jarak dari Punggung Gunung 14

Ketersediaan Air 18

Jarak dari Jalan 18

Analisis Komponen Utama 21

Peta Kesesuaian Habitat Macan tutul jawa 22

Validasi Model Kesesuaian Habitat Macan tutul jawa 23 Implikasi Model Kesesuaian Habitat Macan tutul jawa 25

SIMPULAN DAN SARAN 26

Simpulan 26

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 28

(11)

DAFTAR TABEL

1 Rumus penentuan kelas kesesuaian habitat 6

2 Kelas nilai encounter rate pakan Macan tutul jawa 10

3 Kelas nilai NDVI 10

4 Kelas nilai ketinggian 13

5 Kelas nilai kemiringan lereng 13

6 Kelas nilai jarak dari punggung gunung 14

7 Kelas nilai jarak dari sungai 18

8 Kelas nilai jarak dari jalan 18

9 Keragaman total komponen utama 21

10 Vektor ciri PCA 22

11 Bobot setiap variabel 22

12 Kelas kesesuaian habitat Macan tutul jawa 23

13 Validasi model kesesuaian habitat Macan tutul jawa 23

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian 2

2 Kamera jebakan 3

3 Diagram alir pembuatan peta ketersediaan pakan 4

4 Diagram alir pembuatan peta NDVI 4

5 Diagram alir pembuatan peta ketinggian dan kemiringan lereng 5 6 Diagram alir pembuatan peta jarak dari sungai, jalan dan punggungan 5 7 Skema tahapan pembutan peta kesesuaian habitat Macan tutul jawa 8

8 Peta kelas ketersediaan pakan 11

9 Peta kelas NDVI 12

10 Peta kelas ketinggian 15

11 Peta kelas kemiringan lereng 16

12 Peta kelas jarak dari punggung gunung 17

13 Peta kelas jarak dari sungai 19

14 Peta kelas jarak dari jalan 20

15 Peta kelas kesesuaian habitat Macan tutul jawa 24

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai ER pakan Macan tutul jawa 29

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Macan tutul jawa (Panthera pardus melas G. Cuvier, 1890) merupakan satwa karnivora endemik pulau Jawa. Macan tutul jawa memiliki peran penting dalam ekosistem yaitu, sebagai predator tertinggi dalam suatu rantai makanan maka dari itu Macan tutul jawa disebut sebagai spesies kunci dalam ekosistem hutan hujan tropis di Pulau Jawa. Peranannya sebagai pemuncak suatu rantai makanan untuk mengendalikan populasi hewan pakannya sehingga ekosistem dan isinya dapat terjaga kelestariannya.

Saat ini Macan tutul jawa merupakan jenis karnivora yang telah terdaftar sebagai satwa yang dilindungi PP No. 7 Tahun, 1999. Hal ini dilakukan, karena predator ini memiliki status terancam punah serta rentan terhadap perubahan habitat. Selain itu , Macan tutul jawa termasuk satwaliar ke dalam kategori near threatened di daftar IUCN dan appendix I di daftar CITES. Adanya peningkatan populasi manusia dan penggunaan lahan yang semakin meningkat mengakibatkan rusaknya hutan alami di Pulau Jawa secara langsung mengurangi habitat Macan tutul jawa. Berkurangnya habitat top predator ini mengakibatkan populasinya menurun. Menurut Santiapillai dan Ramono (1992) dalam Harahap dan Sakaguchi (2003) memperkirakan populasi Macan tutul jawa di dalam area konservasi di Pulau Jawa sekitar 350-700 ekor.

Salah satu habitat Macan tutul jawa di Pulau Jawa adalah Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Informasi mengenai data spasial ataupun non spasial sangat diperlukan untuk memetakan distribusi dan habitat potensial dari Macan tutul jawa. Informasi mengenai distribusi dan habitat yang potensial ini merupakan salah satu langkah yang penting dalam upaya konservasi satwa langka yang dilindungi tersebut sehingga kelestariannya dapat terjaga. Dengan melakukan pemetaan distribusi dan habitat dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat mengetahui habitat potensial Macan tutul jawa. Dengan demikian hasil dari pemetaan tersebut dapat digunakan dalam upaya pelestarian habitat Macan tutul jawa di Resort Gunung Botol Taman Nasional Halimun Salak.

Tujuan Penelitian

Penelitian memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Memetakan kesesuaian habitat Macan tutul jawa

2. Menentukan faktor fisik yang mempengaruhi kesesuaian habitat Macan tutul jawa

3. Menentukan luas kesesuaian habitat Macan tutul jawa

Manfaat Penelitian

(13)

2

yang berguna dalam upaya pelestarian Macan tutul jawa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

METODE

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Gambar 1), pada bulan Oktober-Desember 2012. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan dan Permodelan Spasial, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat komputer yang dilengkapi dengan paket Sistem Informasi Geografis (perangkat keras dan lunak) dengan software Erdas Imagine 9.1, ArcGIS 9.3, Global Mapper, dan Base Camp. Alat yang digunakan di lapangan meliputi Global Positioning System (GPS) Garmin Oregon, kamera jebakan Bushnel Trophy Cam model 114952C, kamera digital dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Citra Landsat dan ASTER GDEM path/row : 122/065, dengan tanggal akuisisi 26 Mei 2012, Peta Batas Taman Nasional, Peta Batas Resort Gunung Botol, Peta Batas Provinsi

(14)

3

Gambar 2 Kamera Jebakan

Jawa Barat, Peta Batas Provinsi Banten, Peta Jaringan Jalan, Peta Jaringan Sungai dan Peta Punggungan Gunung.

Metode Pengumpulan Data Observasi lapang

Data yang dikumpulkan berupa data sebaran geografis Macan tutul jawa dan pakannya. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode observasi lapang dan peletakan kamera jebakan (Gambar 2). Observasi lapang dilakukan dengan menggunakan metode perjumpaan langsung (direct encounter) dan perjumpaan tidak langsung (indirect encounter). Jenis keberadaan Macan tutul jawa yang dicatat adalah perjumpaan langsung, jejak kaki, cakaran, kotoran, sisa makanan serta jejak lain yang dapat menunjukkan keberadaan Macan tutul jawa dan pakannya. Sedangkan untuk pemasangan kamera jebakan diletakkan secara purposive sampling yang ditentukan berdasarkan hasil observasi lapang mengenai letak keberadaan Macanan Tutul Jawa melalui jejak, cakaran, kotoran dan pakannya.

Studi literatur

Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka seperti bio-ekologi Macan tutul jawa, kondisi umum lokasi penelitian, interaksi Macan tutul jawa dengan masyarakat sekitar Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Pengolahan dan Analisis Data

Pembuatan peta ketersediaan pakan

Pembuatan peta ketersediaan pakan diperoleh melalui pendekatan nilai tingkat perjumpaan pakan atau encounter rate (ER) yang didapat dari hasil kamera jebakan, setelah itu dilakukan proses interpolasi dengan bantuan program software Arc Gis 9.3 (Gambar 3). Tingkat perjumpaan (ER/Encounter Rate) pakan (jumlah foto/100 hari) diperoleh dengan melakukan perhitungan total jumlah foto yang berhasil diidentifikasi dibagi dengan total hari kamera aktif dikali seratus. Faktor pembagi seratus digunakan untuk menyamakan waktu satuan usaha yang digunakan dalam keseluruhan periode pemasangan perangkap kamera (Lynam et al. 2000). ER pakan Macan tutul jawa dihitung dengan menggunakan rumus: ∑

(15)

4

Keterangan :

ER : Encounter rate

∑ f : Jumlah foto pakan

∑ d : Jumlah total hari pemasangan

Gambar 3 Diagram alir pembuatan peta ketersediaan pakan

Pembuatan peta NDVI (Normalization Difference Vegetation Index )

Pembuatan peta NDVI (Normalization Difference Vegetation Index) diperoleh dari citra landsat yang telah dikoreksi geometris (Gambar 4). Nilai NDVI merupakan nilai tengah dari spektral yang didapat dari gelombang elektromagnetik merah dan inframerah terdekat. Perhitungan NDVI dengan Erdas Imagine 9.1 menggunakan rumus: NDVI =

Gambar 4 Diagram alir pembuatan peta NDVI

Pembuatan peta ketinggian dan kemiringan lereng

Peta ASTER GDEM merupakan peta ketinggian diolah dengan program ArcGis 9.3 menghasilkan peta kemiringan lereng. Proses pembuatan peta ketinggian dan kemiringan lereng dapat dilihat pada Gambar 5.

Titik ER Pakan Camera trap

Interpolasi ( Arc Gis 9.3) Reclassify

Peta Interpolasi Pakan Macan tutul jawa

Citra landsat 1,2,3,4,5,7 Pemotongan Citra

Koreksi geometri Model maker

(16)

5

Pembuatan peta jarak dari sungai, jalan dan punggung gunung

Pembuatan peta jarak dari sungai, jalan dan punggung gunung diperoleh dari peta jaringan sungai, jaringan jalan dan punggung bukit yang dianalisis dengan menggunakan software Arc Gis 9.3. Proses pembuatan peta jarak dari sungai, jalan dan pungung gunung disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Diagram alir pembuatan peta jarak dari sungai, jalan dan punggungan

Analisis komponen utama (Principal Component Analysis)

Principal Component Analysis (PCA) adalah analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menyusutkan banyaknya peubah yang tidak tertata untuk tujuan analisis dan penarikan kesimpulan. Parameter habitat yang akan dianalisis untuk mengetahui kesesuaian habitat Macan tutul jawa adalah: ketersedian pakan, NDVI, ketinggian, kemiringan lereng, jarak dari sungai, dan jarak dari jalan dan jarak dari pemukiman. Analisis PCA dilakukan dengan bantuan software atau perangkat lunak SPSS 16.0. Jumlah komponen utama yang digunakan sudah memadai jika total keragaman yang dapat diterangkan berkisar antara 70-80% (Timm 1975 diacu dalam Pareira 1999). Selanjutnya hasil dari PCA digunakan untuk menentukan bobot masing-masing faktor habitat dan untuk analisis spasial sehingga menghasilkan persamaan sebagai berikut:

Y = aFk1 + bFk2 + cFk3 + dFk4 + eFk5 + fFk6 + gFk7

ASTER GDEM

Peta Ketinggian

surface

Peta Kemiringan Lereng Slope

Peta Pungggung gunung Sungai, Jalan

Spatial analyst

Peta Jarak Sungai Distance

Euclidean distance

(17)

6

Keterangan:

Y = Model habitat Macan tutul jawa a-d = Nilai bobot setiap variabel

Fk1 = Faktor ketersediaan pakan Macan tutul jawa Fk2 = Faktor NDVI

Fk3 = Faktor ketinggian

Fk4 = Faktor kemiringan lereng Fk5 = Faktor jarak dari sungai Fk6 = Faktor jarak dari jalan

Fk7 = Faktor jarak dari punggung gunung

Analisis spasial

Titik sebaran Macan tutul jawa dianalisis dengan faktor-faktor spasialnya yang meliputi ketersedian pakan, NDVI, ketinggian, kemiringan lereng, jarak dari sungai, dan jarak dari jalan dan jarak dari pemukiman untuk mendapatkan bobot. Analisis spasial dilakukan dengan metode tumpang susun (overlay), pengkelasan (class), pembobotan (weighting), dan pengharkatan (skoring). Pemberian bobot didasarkan atas nilai kepentingan atau kesesuaian bagi habitat Macan tutul jawa. Nilai tertinggi menunjukkan faktor habitat yang paling berpengaruh, nilai di bawahnya menunjukkan faktor habitat yang berpengaruh, dan nilai terendah menunjukkan faktor habitat yang kurang berpengaruh. Nilai skor klasifikasi untuk kesesuaian habitat didapat melalui rumus:

SKOR = ΣWi * Fki. Keterangan :

Wi = bobot untuk setiap parameter Fki = faktor kelas dalam parameter

Kelas kesesuaian habitat Macan tutul jawa

Peta kesesuaian habitat Macan tutul jawa yang diperoleh selanjutnya dibagi menjadi 3 kelas kesesuaian yaitu kesesuaian tinggi, kesesuaian sedang dan kesesuaian rendah. Nilai selang klasifikasi kesesuaian habitat dihitung berdasarkan sebaran nilai piksel yang dihasilkan dari analisis spasial. Menurut Indrawati (2010) penentuan nilai kesesuaian habitat Macan tutul jawa sebagai berikut :

Tabel 1 Rumus penentuan kelas kesesuaian habitat

Kelas kesesuaian Rumus

Rendah Min Sampai (Mean – ½ Std)

Sedang (Mean – ½ Std) Sampai (Mean + ½ Std)

Tinggi (Mean + ½ Std) Sampai Max

Keterangan :

Min : Nilai piksel terendah Max : Nilai piksel tertinggi

Mean : Nilai rata-rata yang dihasilkan dari proses overlay Std : Nilai standar deviasi yang dihasilkan dari proses overlay 4) Validasi

(18)

7 jumlah seluruh jumlah individu yang digunakan untuk validasi. Nilai validasi klasifikasi kesesuaian habitat Macan tutul jawa

V = Keterangan:

n = jumlah titik pertemuan Macan tutul jawa yang ada pada satu klasifikasi kesesuaian

N = jumlah total titik pertemuan Macan tutul jawa hasil survei V = persentase kepercayaan (Validasi)

(19)

8

Ga

mbar

7

S

ke

ma ta

h

apa

n pe

mbut

an pe

ta ke

se

sua

ian ha

bit

at

Ma

ca

n tut

ul j

(20)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor-faktor Penentu Kesesuaian Habitat Macan tutul jawa

Ketersediaan pakan

Pemangsa dan mangsa merupakan komponen habitat yang memiliki peran penting dalam suatu ekosistem dan saling terkait satu sama lain. pemangsa sebagai top predator memiliki peran sebagai pengontrol populasi satwa pakan, begitu juga satwa pakan memiliki peran sebagai sumber pakan yaitu sebagai sumber energi yang diperlukan untuk melanjutkan hidup bagi predator. Satwa pakan merupakan salah satu komponen habitat yang dibutuhkan Macan tutul jawa untuk melanjutkan hidupnya oleh sebab itu keberadaan satwa pakan sangat mempengaruhi keberadaan Macan tutul jawa. Hal ini diperkuat oleh hipotesis Sunquist dan Sunquist (1989) yang menyatakan bahwa satwa karnivora dalam melakukan pemilihan habitat harus dihubungkan dengan penyebaran dan kepadatan jumlah pakan. Ketersedian pakan merupakan komponen yang paling diperhitungkan oleh Macan tutul jawa karena komponen tersebut mempengaruhi besarnya teritori dan kepadatan populasi Macan tutul jawa.

Harahap dan Sakaguchi (2003) mengatakan bahwa jenis hewan yang biasa dimakan oleh Macan tutul jawa yaitu kubung malaya (Cyanocephalus variegatus), surili (P. aygula aygula), lutung (T. cristatus sondaicus), babi hutan (S. scrofa), pelanduk (T. javanicus), muntjak (M. muntjak), trenggiling (Manis javanica), landak jawa (Histrix brachyura). Selain itu, Macan tutul jawa sering juga memangsa hewan piaraan seperti kambing, anjing, dan ayam. Pencatatan hasil kamera jebakan, diketahui sebanyak 31 unit kamera jebakan yang terpasang, terdapat 19 unit yang berhasil menangkap satwa pakan Macan tutul jawa. Sedangkan satwa pakan yang ditemukan sebanyak 12 jenis dari famili yang berbeda. Adapun satwa pakan yang sering tertangkap oleh kamera jebakan adalah Kijang muntjak (M. muntjak), Musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus), dan burung Puyuh Gonggong Jawa (Arborophylla javanica).

(21)

10

Normalization Difference Vegetation Index (NDVI)

NDVI merupakan metode perhitungan indeks vegetasi yang umum digunakan karena memiliki korelasi yang kuat dengan karakteristik vegetasi (Indrawati 2010). Nilai NDVI menggambarkan penutupan lahan vegetasi di atas permukaan tanah dengan nilai kecerahan yang berbeda-beda diperoleh dari penerimaan gelombang elektromagnetik merah (red) dan infra merah dekat (near IR) yang diperoleh dari citra Landsat TM. Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) nilai NDVI yang semakin tinggi menunjukkan adanya aktifitas fotosintesis yang semakin besar dan kerapatan vegetasi semakin tinggi.

Nilai NDVI di Resort Gunung Botol dari terendah hingga terbesar yaitu akan semakin rapat juga. Macan tutul jawa lebih banyak ditemukan pada kelas NDVI 0,2 – 0.4 dengan demikian Macan tutul jawa lebih menyukai kondisi vegetasi hutan yang rapat sebagai habitatnya. Maka dari itu, kondisi hutan yang rapat mempengaruhi keberadaan Macan tutul jawa. Sebab vegetasi hutan yang rapat dapat berfungsi sebagai tempat mencari makan, minum, berlindung dan berkembangbiak (Alikodra 2002).

Tabel 2 Kelas nilai encounter rate pakan Macan tutul jawa

(22)

11

Ga

mbar

8 P

eta k

elas ke

te

rse

dia

an pa

ka

n M

ac

an

Tutul

J

awa

di R

esort Gunung

B

(23)

12

Ga

mbar

9 P

eta

Ke

las N

DV

I di R

esort Gunun

g

B

(24)

13

Ketinggian

Salah satu faktor yang mempengaruhi keanekaragaman jenis fauna flora adalah ketinggian tempat. Perbedaan ketinggian di setiap habitat akan mempengaruhi komposisi penyusun habitat tersebut. Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki ketinggian tempat mulai dari 425 m dpl sampai dengan 1850 m dpl. Menurut van Steenis (1957) diacu dalam Soerianegara dan Indrawan (1983) bahwa klasifikasi vegetasi hutan di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat dibagi menjadi tiga yaitu hutan hujan tropika (2 – 1000 m dpl), hutan hujan pegunungan (1000 – 2400 m dpl) dan hutan hujan sub-alpin (2400 – 4150 m dpl). Berdasarkan uraian tersebut, pengklasifikasian kelas ketinggian tempat di Resort Gunung Botol menjadi dua kelas ketinggian tempat yaitu 425 – 1000 m dpl dan 1000 – 1850 m dpl (Gambar 10) dengan luasan masing-masing sebesar 5157.36 ha dan 5388.75 ha yang disajikan pada Tabel 4.

Hasil identifikasi titik sebaran Macan tutul jawa terhadap kelas ketinggian tempat di Resort Gunung Botol menunjukkan bahwa sebanyak 35 titik sebaran Macan tutul jawa berada pada kelas ketinggian 1000 – 1850 m dpl sedangkan pada kelas 425 – 1000 m dpl tidak ditemukan Macan tutul jawa. Hal ini dikarenakan pada ketinggian tempat 1000 – 1850 m dpl merupakan tipe habitat hutan hujan pegunungan dimana semua kebutuhan Macan tutul jawa sudah tersedia di dalamnya yaitu dari mulai cover, sumber pakan, sumber air dan tempat berkembangbiak. Pada ketinggian 1000 – 1850 m dpl memiliki kondisi vegetasi yang rapat dimana Macan tutul dapat berlindung dari sinar matahari langsung, bersembunyi dari ancaman serta dapat mengintai satwa pakan dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng atau slope adalah ukuran kemiringan dari suatu permukaan yang dapat dinyatakan dalam derajat atau persen (Jaya 2002). Pembagian kelas lereng didasarkan pada SK. Menteri Pertanian No. 837/Kpts/II/1981 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Produksi. Kelas kemiringan lereng disajikan pada Tabel 5. Peta kelas kemiringan lereng disajikan pada Gambar 11.

Tabel 4 Kelas ketinggian tempat di Resort Gunung Botol

No

Kelas Ketinggian Tempat

(m dpl) Titik sebaran Macan tutul jawa Luas (ha)

1 425 - 1000 0 5157.36

2 1000 - 1850 35 5388.75

Tabel 5 Kelas kemiringan lereng di Resort Gunung Botol

(25)

14

Macan tutul jawa merupakan predator yang memiliki daya adaptasi yang tinggi. Mamalia karnivora ini dapat hidup dengan kondisi kemiringan lereng mulai dari datar sampai sangat curam. Oleh sebab itu, kemiringan lereng tidak mempengaruhi atau menghambat aksebilitas Macan tutul jawa. Hal ini disebabkan semakin berkurangnya hutan dataran rendah yang memiliki kelas kemiringan lereng datar. Dimana terjadinya penyusutan habitat Macan tutul jawa pada hutan dataran rendah yang diakibatkan oleh konversi lahan hutan menjadi perumahan, pertanian, perkebunan yang menjadi faktor penyebab Macan tutul jawa semakin terpojok ke ekosistem hutan yang memiliki kemiringan lereng yang tinggi.

Jarak dari Punggung Gunung

Punggung gunung merupakan bentukan geologis yang merupakan bagian dari pegunungan yang memiliki posisi tanah lebih tinggi dibandingkan posisi tanah di kedua sisinya dan dihapit oleh beberapa lembah. Sejauh ini, belum banyak laporan atau penelitian menerangkan peran faktor punggung gunung terhadap penyebaran satwa secara langsung. Resort Gunung Botol merupakan kawasan konservasi yang memiliki topografi dari mulai datar hingga sangat curam, dimana terdapat gunung dan lembah yang merupakan habitat dari Macan tutul jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan Macan tutul jawa lebih sering ditemukan pada punggung gunung. Analisis spasial menunjukkan bahwa jarak dari punggung gunung di Resort Gunung Botol berkisar dari 0 – 1092.02 m yang dibagi menjadi tiga kelas (Tabel 6). Peta kelas jarak dari punggung gunung disajikan pada Gambar 12.

Hasil identifikasi titik sebaran Macan tutul jawa terhadap kelas jarak dari punggung gunug di Resort Gunung Botol menunjukkan bahwa sebanyak 30 titik sebaran Macan tutul jawa berada pada kelas 0 – 200 m, 2 titik berada pada kelas 200 – 400 m dan 3 titik berada pada kelas > 400 m. Hal ini menunjukkan bahwa Macan tutul jawa lebih memilih habitat yang dekat dengan punggung gunung. Kondisi punggung gunung yang datar dimana memudahkan Macan tutul jawa dalam melakukan mobilisasi atau pergerakan. Selain itu, pakan Macan tutul jawa sering terlihat di sekitar punggungan gunung (Kijang Muncak, Musang Luwak, Lutung, Surili dan Owa Jawa) yang mengakibatkan Macan tutul jawa lebih menyukai habitat yang dekat dengan punggung gunung.

Tabel 6 Kelas jarak dari punggung gunung

NO Kelas Punggungan Gunung Titik Sebaran Macan tutul jawa Luas (ha)

1 0 - 200 30 6668.55

2 200 - 400 2 3058.38

(26)

15

Ga

mbar

10 P

eta

Ke

las

Ke

ti

ngg

ian di R

esort Gu

nung

B

(27)

16

Ga

m

bar

11

P

eta k

elas

kemi

ring

an l

ere

n

g

di

R

eso

rt Gun

un

g

B

ot

(28)

17

Ga

mbar

12 P

eta k

elas

jar

ak da

ri pungg

un

ga

n

g

unun

g

di R

esort Gunu

ng

B

(29)

18

Ketersediaan Air

Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan kawasan konservasi yang memiliki fungsi sebagai daerah tangkapan air. Sumber air tawar di dalam kawasan masih melimpah untuk memenuhi kebutuhan air manusia, fauna dan flora. Resort Gunung Botol terdapat jaringan sungai yang banyak, dari mulai jaringan sungai yang kecil hingga besar. Ekosistem Resort Gunung Botol merupakan ekosistem hutan hujan tropika dan hutan hujan pegunungan dimana intensitas curah hujan tinggi serta memiliki kelembabam yang tinggi. Pembuatan peta ketersediaan air dilakukan dengan pendekatan jarak dari sungai. Analisis spasial menunjukkan bahwa jarak dari sungai di Resort Gunung Botol berkisar 0 – 590.931 m yang dibagi menjadi tiga kelas (Tabel 7). Peta kelas jarak dari sungai disajikan pada Gambar 13.

Analisis spasial menunjukkan bahwa Macan tutul jawa lebih sering ditemukan di sekitar dekat dengan sumber air (0 – 200 m), hal ini dikarenakan bahwa sebaran satwa pakan lebih sering ditemukan di sumber air. Hampir semua satwa pakan Macan tutul jawa membutuhkan air untuk memperlancar pencernaannya sebab kebanyakan satwa pakannya bersifat herbivora. Beberapa jenis pakan Macan tutul jawa yang membutuhkan air untuk melancarkan penceranaannya adalah Kijang Muncak, Kancil, Owa jawa, Surili dan Lutung. Selain itu di sekitar tepian sungai memiliki suhu lebih sejuk dan kelembaban yang tinggi.

Jarak dari Jalan

Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki jalan umum yang digunakan masyarakat sekitar kawasan untuk melakukan aktivitas mereka dan akses satu-satunya yang dapat digunakan masyarakat untuk keluar masuk dari kawasan taman nasional. Kondisi jalan berupa batu dengan aspal, bertanah dengan lebar sekitar 2 m yang biasanya digunakan untuk sarana transportasi kendaraan bermotor oleh masyarakat sekitar kawasan dan petugas taman nasional. Selain itu, terdapat jalan setapak untuk masuk menuju hutan. Jalan tersebut biasa digunakan untuk patroli, penelitian, jalur ekowisata bahkan untuk berburu burung.

Analisis spasial menunjukkan bahwa jarak dari jalan di Resort Gunung Botol berkisar dari 0 – 3861.74 m yang dibagi menjadi tiga kelas (Tabel 8). Peta kelas jarak dari jalan disajikan pada Gambar 14.

Tabel 7 Kelas jarak dari sungai di Resort Gunung Botol

No

Tabel 8 Kelas jarak dari jalan di Resort Gunung Botol

(30)

19

Ga

mbar

13 P

eta k

elas

jar

ak da

ri sunga

i di

R

esort Gunung

B

(31)

20

Ga

m

bar

14

P

eta k

elas

jar

ak d

ari ja

lan di

R

es

ort Gu

nu

ng

B

ot

(32)

21 Hasil analisis spasial menunjukkan bahwa Macan tutul jawa lebih sering ditemukan pada jarak lebih dari 400 m dari jalan. Hal ini menunjukkan bahwa top predator tersebut menghindari gangguan yang dihasilkan oleh manusia. Jalan yang ada di Resort Gunung Botol berfungsi sebagai aksesbilitas masyarakat untuk melakukan aktivitas mereka memberikan dampak negatif bagi Macan tutul jawa. Adanya kendaraan yang digunakan masyarakat menimbulkan kebisingan yang menggangu hidupan liar yang ada di kawasan hutan.

Analisis Komponen Utama

Penentuan nilai bobot variabel-variabel kesesuaian habitat Macan tutul jawa dilakukan dengan analisis PCA melalui software statistik SPSS 16.0. Analisis komponen utama atau Principal Component Analysis (PCA) merupakan suatu teknik analisis statistik untuk mentransformasi peubah-peubah asli yang masih saling berkorelasi satu dengan yang lain menjadi satu set peubah baru yang tidak berkorelasi lagi. Variabel-variabel yang digunakan dalam membuat model kesesuaian habitat Macan tutul jawa sebanyak tujuh variabel yaitu ketersedian pakan, nilai NDVI, ketinggian, kemiringan lereng, jarak dari sungai, jarak dari punggung gunung dan jarak dari jalan.

Data yang digunakan dalam analisis komponen utama adalah titik sebaran Macan tutul jawa sebanyak 35 titik yang didapat dari survey lapang di Resort Gunung Botol. Kemudian data titik sebaran tersebut dianalisis letak sebaran spasialnya dengan peta ketersediaan pakan, NDVI, ketinggian, kemiringan lereng, jarak dari sungai, jarak dari punggung gunung dan jarak dari jalan. Analisis sebaran spasial akan menghasilkan nilai setiap variabel kemudian akan dianalisis PCA untuk mendapatkan variabel baru. Analisis PCA menunjukkan bahwa dari tujuh komponen yang digunakan untuk membangun model kesesuaian habitat didapat tiga komponen yang dapat mampu menerangkan keragaman total data dengan persentasi total sebesar 77.459 % dan nilai total akar ciri telah melebihi angka 1 yang disajikan pada Tabel 9, 10 dan 11. Menurut Timm (1975) diacu dalam Pareira (2006) proporsi keragaman yang dianggap cukup mewakili total keragaman data jika keragaman kumulatif mencapai 70%-80%.

Tabel 9 Keragaman total komponen utama

(33)

22

Nilai bobot masing-masing variabel digunakan dalam persamaan untuk mendapatkan model kesesuaian habitat Panthera pardus melas. Persamaan kesesuaian habitat yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Y = 1.428Fk1 + 2.954Fk2 + 2.954Fk3 + 1.428Fk4 + 1.039Fk5 + 2.954Fk6 + 1.428Fk7

Keterangan:

Y = Model habitat Macan tutul jawa

Fk1 = Faktor ketersediaan pakan Macan tutul jawa Fk2 = Faktor NDVI

Fk3 = Faktor ketinggian

Fk4 = Faktor kemiringan lereng Fk5 = Faktor jarak dari sungai Fk6 = Faktor jarak dari jalan

Fk7 = Faktor jarak dari punggung gunung

Peta Kesesuaian Habitat Macan tutul jawa

Nilai kelas kesesuaian habitat yang digunakan dalam persamaan kesesuaian habitat kemudian dilakukan proses tumpang tindih (overlay) terhadap masing-masing variabel habitat yang digunakan. Hasil analisis spasial dengan metode pembobotan, pengkelasan, skoring, dan tumpang tindih (overlay)

Tabel 10 Vektor ciri PCA

(34)

23 menghasilkan nilai piksel terendah yaitu 14.14, nilai piksel tertinggi yaitu 43.20 dan nilai rerata (mean) adalah 30.78 serta nilai standar deviasi sebesar 4.73. Sedangkan untuk penentuan kelas kesesuaian habitat Macan tutul jawa dilakukan berdasarkan nilai piksel terendah, nilai piksel tertinggi, nilai rerata (mean) dan nilai standar deviasi yang disajikan pada Tabel 12.

Hasil pengkelasan kesesuaian habitat Macan tutul jawa didapat selang kelas kesesuaian rendah berkisar 14.14 – 28.12; selang kelas kesesuaian sedang berkisar 28.12 – 33.42; untuk kelas kesesuaian tinggi berkisar 33.42 - 43.20 dan tidak ada data (Gambar 15). Adapun luasan masing-masing kelas kesesuaian secara berurutan adalah 2258.44 ha; 2801.67 ha; 3255,84 ha dan 2244.25 ha. Pada peta kesesuaian habitat Macan tutul jawa terlihat adanya garis slice off yang sistematis hal ini disebabkan oleh citra landsat ETM+ mengalami Stripping yaitu terdapat sejumlah garis dengan ukuran lebar beberapa piksel yang mengalami kehilangan data atau Digital Number bernilai 0 (DN=0). Adapun penyebabnya berupa gangguan yang merusak sensor optik pada satelit.

Validasi Model Kesesuaian Habitat Macan tutul jawa

Validasi model kesesuaian habitat Macan tutul jawa dilakukan untuk menentukan diterima atau tidaknya model yang digunakan. Validasi model dilakukan untuk menerima model yang telah dibangun dengan tingkat kepercayaan tinggi (> 85%) pada kelas sedang dan tinggi (Dhistira 2011). Validasi model kesesuian habitat Macan tutul jawa menggunakan 15 titik pada saat pengumpulan data lapangan. Nilai validasi diperoleh dengan membagi banyaknya titik Macan tutul jawa pada suatu kelas kesesuaian terhadap jumlah total titik Macan tutul jawa yg ditemukan. Validasi model kesesuaian habitat Macan tutul jawa disajikan pada Tabel 13.

Hasil validasi menunjukan bahwa model kesesuaian habitat Macan tutul jawa sudah representatif untuk menunjukan daerah kesesuaian habitat Macan tutul jawa pada kelas kesesuaian tinggi dan kesesuaian sedang. Kelas kesesuaian tinggi memperoleh nilai validasi sangat tinggi yaitu 66,67%. Kelas kesesuaian habitat sedang memperoleh nilai validasi 20 % sedangkan kelas kesesuaian habitat rendah dan tidak ada data memperoleh nilai validasi 6.67%.

Tabel 12 Kelas kesesuaian habitat Macan tutul jawa

Selang Skor Kelas kesesuaian

Tidak ada data - -

Min Sampai (Mean – ½ Std) 14.14 – 28.12 Rendah

(Mean – ½ Std) Sampai (Mean + ½ Std) 28.12 – 33.42 Sedang

(Mean + ½ Std) Sampai Max 33.42 – 43.20 Tinggi

Tabel 13 Validasi model kesesuaian habitat Macan tutul jawa Kelas kesesuaian Titik sebaran Macan tutul jawa Luas (Ha) Validasi (%)

Tidak Ada Data 1 2244.25 6.67

Rendah 1 2258.44 6.67

Sedang 3 2801.67 20

(35)

24

Ga

mbar

15 P

eta k

elas

ke

se

sua

ian h

abit

at Mac

an Tutul

J

awa

di R

esort Gunung

B

otol

(36)

25

Implikasi Model Kesesuaian Habitat Macan tutul jawa

Model kesesuaian habitat dan peta kesesuaian habitat Macan tutul jawa di Resort Gunung Botol dapat digunakan sebagai model untuk menduga kesesuaian habitat Macan tutul jawa di seluruh kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dengan demikian Macan tutul jawa dan habitatnya dapat terjaga kelestariannya. Model dan peta kesesuaian habitat Macan tutul jawa menghasilkan data berupa tingkat atau kelas kesesuaian habitat yaitu dari mulai rendah, sedang dan tinggi. Hasil tersebut dapat digunakan pengelola untuk mengambil keputusan dan kebijakan dalam menjaga kelestarian Macan tutul jawa beserta habitatnya. Misalnya, kelas kesesuaian habitat tinggi, pengelola dapat memprioritaskan pengawasan dan perlindungan terhadap kawasan yang memiliki kesesuaian habitat yang tinggi sehingga terjamin keberlangsungan hidup dari Macan tutul jawa. Selain itu, pengelola dapat melakukan pembinaan habitat pada kelas kesesuaian habitat sedang dan rendah.

(37)

26

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Model kesesuaian habitat Panthera pardus melas di Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah Y = (1.428 x Ketersediaan pakan) + (2.954 x Ketinggian) + (2.954 x NDVI) + (1.428 x Kemiringan lereng) + (1.039 x Jarak dari sungai) + (2.954 x Jarak dari jalan) + (1.428 x Jarak dari punggung gunung).

2. Faktor habitat yang paling berpengaruh terhadap kesesuaian habitat Panthera pardus melas adalah faktor ketinggian, NDVI, sedangkan faktor gangguan yang memiliki pengaruh besar adalah jarak dari jalan.

3. Habitat Panthera pardus melas di Resort Gunung Botol yang mempunyai tingkat kesesuaian tinggi sebesar 3225.84 ha, tingkat kesesuaian sedang sebesar 2801.67 ha, tingkat kesesuaian rendah sebesar 2258.44 ha dan tidak ada data sebesar 2244.25 ha.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian kesesuaian habitat Panthera pardus melas di seluruh kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

2. Perlu dilakukan pengambilan titik koordinat geografis sebaran Panthera pardus melas secara merata di Resort Gunung Botol Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

3. Pembinaan habitat Panthera pardus melas dengan tingkat kesesuaian habitat sedang dan rendah.

(38)

27

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar. Jilid 1. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Dephut [Departemen Kehutanan]. 2005. Pedoman Inventarisasi dan Identifikasi Lahan Kritis Mangrove. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.

Dhistira MA.2011. Pemetaan Kesesuaian Habitat Rafflesia zollingeriana Kds. (Studi Kasus di Resort Sukamade Wilayah Seksi I Sarongan Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur). [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Harahap SA, Sakaguchi N. 2003. Monitoring Research on the Javan Leopard (Panthera pardus melas) in a Tropical Forest, Gunung Halimun National Park, West Java. Pp.2-26 dalam Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume XI Research on Endangered Species in Gunung Halimun Natonal Park. Biodiversity Conservation Project. Bogor. Jaya INS.2002. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Kehutanan, Panduan

Praktis Menggunakan ArcInfo dan ArcView. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Indrawati YM. 2010. Pemodelan Spasial Habitat Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra Desmarest, 1822). [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Lillesand TM, Kiefer RW. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Terjemahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Lynam AJ, Palasuwan T, Ray J, Galster S. 2000. Tiger Survey Techniques and Conservation Training Handbook. Di dalam: Dinata Y dan Sugardjito J. 2008. Keberadaan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae, Pocock 1929) dan hewan pakannya di berbagai tipe habitat hutan di Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera. Biodiversitas 9: 222-226.

Pareira MHY. 1999. Karakteristik habitat beo Flores (Gracula religiosa mertensi) di desa Tanjung Boleng, Kabupaten Manggarai, Pulau Flores [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Soerianegara I, Indrawan A. 1983. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

(39)

28

(40)

29 Lampiran 1 Nilai ER pakan Macan tutul jawa

(41)

30

Lampiran 2 Hasil Analisis Komponen Utama

ER

Punggung gunung 1.000 .676

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings

(42)

31

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 15 Mei 1990. Penulis merupakan Putra pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Sahat Malau dan Ibu Mariana Vera Elen. Pendidikan formal di tempuh di SD Negeri 122398 Pematangsiantar, SMP Negeri 5 Pematangsiantar, dan SMA Negeri 4 Pematangsiantar. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan tahun 2009 penulis tercatat sebagai mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif sebagai pengurus dalam Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) dan Ketua Kelompok Pemerhati Mamalia Himakova periode 2010-2011. Selain itu penulis aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutan IPB periode 2009 – 2010.

Gambar

Gambar 1 Lokasi penelitian
Gambar 3 Diagram alir pembuatan peta ketersediaan pakan
Gambar 5 Diagram alir pembuatan peta ketinggian dan kemiringan lereng
Gambar 7 Skema tahapan pembutan peta kesesuaian habitat Macan tutul jawa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan bukti audit yang cukup dan tepat, auditor sudah menekan risiko audit, namun tidak mungkin samapai ke tingkat nol, karena. adanya kendala bawaaan dalam

pengenalan huruf alphabet yang di minati anak usia dini dengan cara

Tingkat akurasi perbandingan Wavelet Daubechies dan MFCC antara data asli dan data dengan penambahan noise 30dB, 20dB, dan 10dB dapat dilihat pada Gambar 29. Gambar

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi yang berjudul

kelas VIII A sebagai subyek penerima tindakan dan guru matematika sebagai subyek pemberi tindakan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi,

user interface merupakan bagian dari perangkat lunak yang menjadi sarana komunikasi antara user dengan sistem serta dapat memberikan kemudahan dan tidak membingungkan bagi user

Saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini, dimana akan dilakukan pengambilan data yang meliputi rata-rata waktu penyerahan obat, obat yang terlayani, obat

Peruntukan untuk pembayaran telah ditetapkan dalam tiga kontrak yang diguna pakai dalam industri pembinaan di Malaysia iaitu, JKR 203A (2007), PAM (1998/2006) dan CIDB (2000).Di