• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Wisata Alam di Pantai Bukit Batu, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Wisata Alam di Pantai Bukit Batu, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN WISATA ALAM DI PANTAI BUKIT BATU

KABUPATEN BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN

BANGKA BELITUNG

HANY KRISTIANI SUBAKTI

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

HANY KRISTIANI SUBAKTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(3)

Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dibimbing oleh

E.K.S. HARINI MUNTASIB dan EVA RACHMAWATI.

Pantai Bukit Batu merupakan rangkaian pantai yang berada di Belitung Timur. Pantai Bukit Batu memiliki pasir pantai berwarna coklat keemasan, ombak yang tenang dan susunan batuan di sepanjang pantai. Pantai Bukit Batu berbeda dengan pantai lain di wilayah Belitung Timur karena adanya bukit di dalam kawasan Pantai Bukit Batu. Pengelola belum memiliki rencana untuk mengembangkan pantai Bukit Batu. Sehingga diperlukan penelitian mengenai perencanaan wisata alam. Penelitian dilakukan pada Juli-Agustus 2012. Alat dan bahan yang digunakan kuisioner, tabel penilaian, panduan wawancara, pengelola, masyarakat dan pengunjung. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, wawancara dan pengamatan lapang. Analisis data menggunakan kriteria penilaian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) berdasarkan Dirjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi dan analisis deskriptif.

Penilaian daya tarik dan aksesibilitas menggunakan kriteria penilaian ODTWA (Dirjen PHKA 2003) menunjukan empat objek dengan klasifikasi penilaian tinggi, yaitu Pantai Malang Lepau, Bukit Malang Lepau, Batu Bertumpuk dan Teluk Malang Lepau. Masyarakat sekitar Pantai Bukit Batu memiliki potensi sosial budaya antara lain keragaman suku, keragaman agama, tarian tradisional, cerita rakyat Jangkar Pulau Belitung, upacara adat Selamatan Laut, Vihara Dewi Kwan Im, rumah adat Suku Bugis dan kerajinan tangan khas Desa Burong Mandi. Pengunjung yang datang ke Pantai Bukit Batu didominasi oleh remaja (65%) dengan jenis kelamin laki-laki (62%). Pengelola merencanakan untuk melakukan aspal jalan dan pembangunan kolam renang di Pantai Bukit Batu.

Konsep perencanaan di Pantai Bukit Batu adalah perencanaan wisata dengan prinsip konservasi, agar sumberdaya alam tetap berkembang sesuai dengan fungsi ekologisnya sehingga tidak merubah fungsi pokok kawasan. Perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu berbasis ekologi terdiri dari rencana ruang, aksesibilitas, rencana sirkulasi, rencana aktivitas, rencana fasilitas dan perencanaan sumberdaya manusia.

Rencana ruang dibagi menjadi tiga ruang wisata yang disesuaikan dengan prioritas objek dan kondisi lapang. Pertama adalah ruang wisata utama merupakan pusat aktivitas pengunjung dengan intensitas penggunaan ruang yang tinggi. Ruang wisata utama tidak membutuhkan terlalu banyak modifikasi sumberdaya untuk mendukung aktivitas wisata yang direncanakan. Kedua, ruang wisata penunjang merupakan ruang dimana wisata yang dilakukan merupakan aktivitas wisata untuk menanggulangi terjadinya penumpukan pengunjung pada ruang wisata utama, Adapun pada ruang wisata penunjang terdapat aktivitas yang bersifat lebih rekreatif akan tetapi tidak meninggalkan nilai edukasi di dalamnya, yaitu tracking dan macaca watching. Ruang wisata pendukung lebih diarahkan pada aspek fasilitas pendukung wisata di Pantai Bukit Batu.

(4)

bermotor. Rencana aktivitas dan fasilitas disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam dengan mempertimbangkan keadaaan lingkungan sekitar, sehingga meminimalkan kerusakan lingkungan di Pantai Bukit Batu. Perencanaan sumberdaya manusia didasarkan pada peran serta masyarakat untuk terlibat aktif dalam kegiatan wisata alam di Pantai Bukit Batu.

(5)

Belitung Timur District, Bangka Belitung Province. Under supervision of E.K.S.

HARINI MUNTASIB and EVA RACHMAWATI.

Bukit Batu Beach is one of beaches in East Belitong. Bukit Batu Beach has golden brown sandy beach, calm waves and rock formation along the shore. The existences of hill around Bukit Batu Beach differentiate this beach from other beaches on the East Belitong region. The manager of Bukit Batu Beach had not had any plan to develop the coast towards natural tourism yet. Therefore, a study on the planning of natural tourism was required to support natural tourism in Bukit Batu Beach. The research was conducted at Bukit Batu Beach in July -August 2012. Instruments, used in the research were questionnaires, scoring table and interview guides. Respondents were managers, local people (93 respondents), and visitors (60 respondents). Data were gathered through literature review, interviews and field observations. Data were analyzed using a modification of Natural Tourism Objects and Attractions Assesment of develop by PHKA on 2003, known as ODTWA and descriptive analysis.

Attractions and accessibility assessment using the ODTWA showed four objects with high value classification, namely Malang Lepau Beach, Malang Lepau Hill, Batu Bertumpuk, Malang Lepau Inlet. There were sociocultural potential of the communities around Bukit Batu Beach which include ethnic diversity, religious diversity, traditional dances, folklore of Anchors Belitung Island, Sea ceremonial salvation, Kwan Im temple, Bugis traditional houses and typical crafts of Burong Mandi village. Visitors of Bukit Batu Beach was dominated by teenagers (65%) and male (62%). The manager planed to build asphalt roads and a swimming pool in Bukit Batu Beach.

The concept of planning in Bukit Batu Beaches was a tourism planning with the principle of conservation in order to maintain the growth natural resources in accordance with the ecological functions and to keep the function of the site. Planning of nature tourism in Bukit Batu Beach was based on the ecology. The ecological based planning of nature tourism in Bukit Batu Beach consis of spaced, accessibility, circulation, activities, facilities and human resource planning.

Spatial planning consisted of divided the area into three spaces that were tailored to the priority object and field conditions. The first area was the main tourist space, which served as the center of visitors activities with high spatial use intensity. Main tourism space did not require too much modification resources to support the planned tourism activities. The second area supporting tourism space which was design to overcome visitor accumulation was in the main tourism space. In this area there were would be more recreational activities that still kept the educational value in it, namely tracking and Macaca watching. The additional supporting tourism space which was as the space support facilities in Bukit Batu Beach.

(6)

minimizing damage to the environment in Bukit Batu Beach. Human resource planning was based on the participation of the community in outdoor activities Bukit Batu Beach.

(7)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perencanaan Wisata Alam di Pantai Bukit Batu, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung” adalah benar-benar hasil kerja saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi lain atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

(8)

Nama : Hany Kristiani Subakti

NIM : E34080056

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib,MS Eva Rachmawati,S.Hut,MSi NIP:19550410 198203 2 002 NIP: 19770321 200501 2 003

Mengetahui: Ketua

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof.Dr.Ir. Sambas Basuni,MS NIP:19580915 198403 1 003

(9)

Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 1 Juli 1991. Penulis adalah anak satu-satunya dari pasangan Bapak Tan Tat Kiong dan Ibu Nyoh Wat Liuh. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1994 di Taman Kanak-Kanak BPK Penabur dan lulus pada tahun 1996. Penulis melanjutkan Sekolah Dasar di BPK Penabur dan lulus pada tahun 2002. Tahun 2002 penulis melanjutkan ke SMPK BPK Penabur dan lulus pada tahun 2005, setelah itu melanjutkan ke SMAN 1 Sindang pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis melanjutkan pendidikan S1 mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan.

(10)

Puji syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan berkat-Nya, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Tan Tat Kiong (Ayah), Nyoh Wat Liuh (Ibu), Bapak Tan Tat Liam beserta keluarga dan Ibu Tan Swat Ban.

2. Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing, serta kepada Resti Meilani S.Hut, M.Si selaku ketua sidang dan Dr. Ir. Sucahyo Sadiyo, MS selaku dosen penguji.

3. Bapak Ir. Basuki Tjahaja Purnama MM, Bapak Handoko dan Ibu Ermi sebagai pihak pengelola Pantai Bukit Batu, Bapak Koko Haryanto, S.IP sebagai Kepala Desa Burong Mandi.

5. Dina Oktavia, S.Hut beserta keluarga dan Ibu Riyana beserta keluarga.

6. Rianiko Aditya Permana, terima kasih atas motivasi, semangat dan nasehatnya. 7. Sahabat-sahabatku Edelweiss 45.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

(11)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan YME, atas segala anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perencanaan Wisata Alam di Pantai Bukit Batu, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Pantai Bukit Batu merupakan salah satu pantai di Kabupaten Belitung Timur. Pantai Bukit Batu memerlukan adanya perencanaan, Perencanaan ini untuk memberikan pemahaman kepada pengunjung bahwa di Pantai Bukit Batu mempunyai daya tarik yang dapat direncanakan sebagai objek wisata. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu, diharapkan perencanaan wisata alam ini mendapat perhatian dari pengelola dan pemerintah daerah setempat. Semoga karya ini dapat mendatangkan manfaat untuk berbagai pihak yang bersangkutan, bagi penulis dan pembaca.

Bogor, Maret 2013

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian... 9

3.2 Alat dan bahan... 9

3.3 Metode ... 9

3.4 Teknik pengambilan data ... 10

3.4.1 Studi pustaka ... 10

3.4.2 Wawancara dengan panduan wawancara ... 11

3.4.3 Wawancara dengan kuisioner ... 12

3.4.4 Pengamatan lapang... 12

3.5 Analisis data ... 14

3.6 Perencanaan wisata alam... 15

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pantai Bukit Batu ... 16

4.2 Status kepemilikan ... 17

4.3 Kondisi fisik ... 17

4.4 Kondisi biologi ... 17

(13)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Obyek daya tarik wisata alam di Pantai Bukit Batu ... 19

5.1.1 Daya tarik ... 19

5.1.2 Aksesibilitas ... 27

5.1.3 Penilaian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di Pantai Bukit Batu ... 28

5.2 Fasilitas yang sudah ada di Pantai Bukit Batu ... 29

5.3 Masyarakat ... 33

5.3.1 Potensi sosial budaya masyarakat sekitar Pantai Bukit Batu ... 33

5.3.2 Keinginan masyarakat untuk berperan serta dalam wisata alam di Pantai Bukit Batu ... 38

5.4 Pengunjung ... 39

5.4.1 Karakteristik pengunjung ... 40

5.4.2 Tujuan dan kegiatan pengunjung di Pantai Bukit Batu ... 40

5.4.3 Keinginan pengunjung ... 41

5.4.4 Fasilitas yang diperlukan pengunjung ... 42

5.4.5 Harapan pengunjung ... 43

5.5 Rencana pengelola ... 43

5.6 Perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu ... 44

5.6.1 Konsep dasar perencanaan ... 44

5.6.2 Pengembangan konsep ... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 59

6.2 Saran ... 59

(14)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Data dan informasi yang dikumpulkan ... 9

2 Kriteria penilaian objek daya tarik ... 13

3 Kriteria penilaian aksesibilitas ... 14

4 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Burong Mandi ... 18

5 Mata pencaharian masyarakat Desa Burong Mandi... 18

6 Potensi utama daya tarik wisata ... 20

7 Nilai sumberdaya alam di Pantai Bukit Batu ... 26

8 Penilaian variasi kegiatan wisata ... 27

9 Penilaian daya tarik di Pantai Bukit Batu ... 27

10 Penilaian aksesibilitas ... 28

11 Penilaian ODTWA di Pantai Bukit Batu ... 29

12 Karakteristik pengunjung ... 40

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Lokasi Pantai Bukit Batu………... 16 2 Peta objek daya tarik di Pantai Bukit Batu……… 19 3 Potensi daya tarik di Baru Bertumpuk: (a) Susunan batuan yang

berukuran besar, (b) Jenis Api-api (Avicennia sp.) yang banyak

dijumpai di Batu Bertumpuk ... 21 4 Kondisi jalan menuju Batu Bertumpuk: (a) Jalan aspal

sepanjang ± 800 meter dari pintu masuk Pantai Bukit Batu, (b)

Jalan tanah sepanjang ± 100 meter menuju Batu Bertumpuk…... 21 5 Potensi daya tarik di Pantai Malang Lepau: (a) Keindahan

matahari terbit, (b) Keindahan pasir pantai berwarna coklat keemasan, (c) Keindahan batuan di tepi pantai, (d) Pohon jambu hutan (Syzygium bisulea) di sekitar Pantai Malang

Lepau……… ... 22 6 Potensi daya tarik di Teluk Malang Lepau: (a) Dua buah batu

dengan diameter ± 5 meter yang ada di Teluk Malang Lepau,

(b) Kondisi air dan bebatuan di sekitar Teluk Malang Lepau. ... 23 7 Potensi daya tarik di Teluk Malang Lepau; (a) Aktivitas bajing

kelapa (Callosciurus notatus) di sekitar Teluk Malang Lepau, (b) Keindahan pandan laut (Pandanus odoratissimus) di Teluk

Malang Lepau…….. ... 23 8 Kondisi jalan menuju Teluk Malang Lepau: (a) Kondisi jalan

tanah sepanjang ±100 meter, (b) Tangga yang disediakan oleh

pengelola sepanjang ± 50 meter ... 23 9 Potensi daya tarik di Bukit Malang Lepau: (a) Kumpulan batuan

yang memiliki diameter 3-5 meter, (b) Aktivitas Monyet Ekor

Panjang (Macaca fascicularis) ... 24 10 Potensi daya tarik di Bukit Malang Lepau: (a) Tumbuhan

pandan berduri yang memiliki tinggi ± 3 meter, (b) Tepi Bukit

Malang Lepau yang menghadap kerah laut……… ... 25 11 Kondisi jalan menuju Bukit Malang Lepau: (a) Kondisi jalan

yang melewati bagian dalam Bukit Malang Lepau, (b) Jalan alternatif masyarakat yang melalui tepi Bukit Malang Lepau

yang menghadap ke arah laut. ... 25 12 Fasilitas yang sudah ada di Pantai Bukit Batu ... 29 13 Kondisi papan penunjuk arah di Pantai Bukit Batu: (a) Papan

penunjuk arah dengan kondisi warna yang sudah memudar, (b)

(16)

14 Kondisi pos tiket di Pantai Bukit Batu: (a) Pos penjualan tiket di Pantai Bukit Batu, (b) Contoh tiket masuk ke Pantai Bukit

Batu. ... 30

15 Jalan utama di Pantai Bukit Batu. ... 31

16 Kondisi salah satu lampu yang sudah rusak di Pantai Bukit Batu.. ... 31

17 Bagian depan restoran di Pantai Bukit Batu. ... 32

18 Kondisi kamar mandi dan sumur di Pantai Bukit Batu: (a) Kondisi kamar mandi yang tidak terawatt, (b) Kondisi air sumur yang masih dapat digunakan untuk membilas ... 32

19 Villa di dalam kawasan Pantai Bukit Batu ... 33

20 Tarian tradisional khas Desa Burong Mandi: (a) Penari Tikar Lais (b) Salah satu gerakan dari Tarian Tikar Lais …. ... 34

21 Jangkar Pulau Belitung yang ada di tengah laut Pantai Bukit Batu. ... 35

22 Upacara adat Selamatan Laut: (a) Ketua adat sedang menata koelimping serabi (b) Ritual upacara adat selamatan laut ... 36

23 Rumah panggung Suku Bugis di Desa Burong Mandi ... 36

24 Vihara Dewi Kwan Im yang terletak di Desa Burong Mandi: (a) Tarian dari Sanggar Batu Sembayang di depan Vihara Dewi Kwan Im, (b) Pertunjukan Barongsai di depan Vihara Dewi Kwan Im. ... 37

25 Kerajinan tangan khas Desa Burong Mandi: (a) Tas dan tempat untuk ari-ari bayi yang terbuat dari tikar lais, (b) Ibu Mila (sebelah kanan) pembuat kerajianan tangan khas Burong Mandi. ... 38

26 Peran serta masyarakat ... 39

27 Tujuan kunjungan ke Pantai Bukit Batu. ... 40

28 Kegiatan yang dilakukan di Pantai Bukit Batu.. ... 41

29 Daya tarik di Pantai Bukit Batu. ... 41

30 Kegiatan yang diinginkan pengunjung. ... 42

31 Rencana pengelola di Pantai Bukit Batu: (a) Jalan utama yang sudah di aspal dengan bagian kiri yang belum diaspal, (b) Jalan utama yang belum diaspal. ... 44

32 Peta perencanaan ruang wisata di Pantai Bukit Batu. ... 47

33 Konsep sirkulasi jalur pejalan kaki ... 49

34 Konsep sirkulasi jalur sepeda/delman di Pantai Bukit Batu ... 49

(17)

36 Aktivitas di ruang wisata penunjang: (a) Aktivitas tracking, (b) Salah satu Macaca fascicularis yang ada di Bukit Malang

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pantai Bukit Batu merupakan salah satu pantai yang terletak di Belitung Timur. Pantai Bukit Batu memiliki pasir pantai berwarna coklat keemasan, ombak yang tenang dan susunan batuan di sepanjang pantai. Di Pantai Bukit Batu terdapat sebuah bukit. Keberadaan bukit di Pantai Bukit Batu yang membedakan dengan pantai lain di wilayah Belitung Timur. Pantai Bukit Batu dikelola oleh pihak swasta. Pengelola mempunyai tanggung jawab dalam pengaturan dan penyediaan kebutuhan wisata, sehingga pengelola harus menentukan arah dan tujuan wisata di Pantai Bukit Batu (Damanik & Weber 2006).

Pantai Bukit Batu memiliki potensi sumberdaya alam yang menarik dan alami, sehingga Pantai Bukit Batu berpotensi sebagai wisata alam. Wisata alam merupakan kegiatan perjalanan secara keseluruhan atau sebagian perjalanan yang secara sukarela dilakukan untuk menikmati keunikan alam dan keindahan sumberdaya alam (Dirjen PHKA 2003). Hal ini sesuai dengan Gunn (1994) yang menyatakan bahwa sumberdaya alam merupakan komponen utama dalam wisata alam.

Perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu perlu mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat setempat dan peran yang akan mereka lakukan, sehingga akan terbentuk proses perencanaan wisata alam yang efektif. Perencanaan wisata berbasis alam juga harus mempertimbangkan tuntutan masyarakat setempat sebelum melaksanakan berbagai proyek wisata untuk meningkatkan standar hidup masyarakat lokal. Tanpa adanya perencanaan yang efektif suatu kegiatan akan cenderung mengarah ke dampak ekonomi, sosial dan lingkungan yang negatif (Babu 2009; Williams 1998).

(19)

diperlukan perencanaan wisata yang berbasis ekologis dan dapat mempertahankan keseimbangan daerah pantai di Pantai Bukit Batu.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu dengan langkah sebagai berikut:

1. Menilai daya tarik dan aksesibilitas di Pantai Bukit Batu.

2. Mengidentifikasi keinginan masyarakat untuk berperan serta dalam wisata alam di Pantai Bukit Batu.

3. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung.

4. Mengetahui rencana pengelola di Pantai Bukit Batu. 5. Menyusun perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu.

1.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan ekonomi masyarakat setempat dengan adanya kegiatan wisata alam di Pantai Bukit Batu.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wisata

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-Undang No. 10 Tahun 2009). Gunn (1994) menyatakan bahwa wisata didefinisikan sebagai wisata dengan jarak perjalanan lebih dari 50 - 100 mil dari rumah. Wisata adalah pergerakan orang untuk ke luar dari tempat ia bekerja dan melakukan aktivitas yang dilakukan di suatu tempat wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisata mereka (Mathieson & Wall 1982 diacu dalamGunn 1994).

2.1.1 Wisata alam

Wisata alam adalah kegiatan perjalanan dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela yang bersifat sementara untuk menikmati keunikan dan keindahan alam di suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam (Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2010). Hal yang serupa mengenai wisata alam didefinisikan oleh Dirjen PHKA (2003) yaitu kegiatan perjalanan secara keseluruhan atau sebagian dari perjalanan tersebut secara sukarela dilakukan untuk menikmati keunikan alam dan keindahan alam di taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam.

Definisi lain menurut Ziffer (1989) diacu dalam Dawson (2008) mengenai wisata alam adalah:

1. Tujuan wisata yaitu konservasi dan pengelolaan sumberdaya alam.

2. Sumber wisata alam adalah sumber daya alam, budaya dan sejarah di daerah tersebut.

3. Motivasi wisata yaitu mengunjungi daerah alami yang belum dikembangkan, serta secara langsung dan tidak langsung merasakan kondisi lingkungan sebagai pengalaman.

4. Aktivitas wisata, memanfaatkan atraksi satwa liar dan sumber daya alam. 5. Kontribusi ekonomi wisata ke masyarakat lokal secara langsung dan tidak

(21)

2.1.2 Prinsip-prinsip wisata

Prinsip-prinsip wisata alam sebagai wisata yang dapat meminimalkan dampak lingkungan menurut Cooper et al. (1999) sebagai berikut:

1. Relatif mengunjungi kawasan yang berbasis alam.

2. Memiliki atraksi berupa pemandangan alam, flora, fauna dan budaya lokal. 3. Wisata alam memberikan manfaat ekonomi dan konservasi bagi masyarakat

lokal.

4. Mengembangkan wisata dengan tujuan untuk melestarikan, meningkatkan dan mempertahankan alam dan budaya.

5. Isu-isu pembangunan pariwisata harus ditangani dengan partisipasi masyarakat lokal dengan keputusan perencanaan berada di masyarakat lokal. 6. Wisata dapat memberikan kontribusi untuk menciptakan lapangan kerja bagi

masyarakat setempat.

2.2 Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan dan dapat memberikan kepuasan kepada wisatawan. Objek wisata tersebut dapat berupa: alam (pantai, pemandangan alam, pegunungan dan hutan) dan budaya (museum, candi dan galeri) (Wardiyanta 2006). Tahap-tahap yang wajib dilakukan untuk membangun objek wisata menurut Gaol (2009) yaitu identifikasi potensi objek wisata, pengelolaan objek wisata dan pemeliharaan objek wisata

Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memliki keunikan, keindahan dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (Undang-Undang No. 10 Tahun 2009). Potensi objek dan daya tarik wisata alam yang djelaskan dalam pedoman Analisis Daerah Operasi dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) menurut Dirjen PHKA (2003) yaitu:

1. Flora dan fauna, potensi flora dan fauna khas beserta penyebarannya dan memiliki daya tarik wisata alam.

(22)

3. Keindahan alam, objek yang memiliki keindahan alam baik darat, laut dan danau.

4. Keunikan sumberdaya alam, objek yang memiliki ciri khas. Keunikan dapat diartikan sebagai kombinasi antara kelangkaan dan daya tarik khas yang melekat pada suatu objek wisata (Damanik & Weber 2006).

5. Atraksi budaya, berupa adat istiadat, kesenian dan upacara adat yang memiliki daya tarik.

2.3 Pengelola

Pengelola mempunyai tanggung jawab dalam menentukan arah dan tujuan wisata menurut Damanik dan Weber (2006) sebagai berikut:

1. Penegasan mengenai status kepemilikan lahan.

2. Perlindungan terhadap lingkungan alam dan budaya untuk mempertahankan objek wisata.

3. Penyediaan fasilitas wisata.

4. Keamanan dan kenyamanan wisata dan uji kelayakan fasilitas wisata.

5. Mendampingi dalam promosi wisata, yakni promosi dalam negeri atau luar negeri.

6. Pengembangan sumberdaya manusia, terutama masyarakat lokal.

7. Konsistensi rencana dan implementasi dengan monitoring dan evaluasi yang terus dilakukan secara berkala.

2.4 Masyarakat

Perencanaan wisata berbasis alam harus mempertimbangkan tuntutan masyarakat setempat sebelum melaksanakan berbagai proyek wisata, ditujukan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat lokal (Babu 2009). Masyarakat lokal cenderung mengetahui daerahnya dengan baik, maka nilai pengetahuan lokal tidak diabaikan dalam perencanaan wisata (Priskin 2001).

(23)

aktif dalam kegiatan wisata. Sehingga seluruh perencanaan SDM melibatkan masyarakat di sekitar Pantai Bukit Batu

Langkah dasar untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai peran serta masyarakat dalam kegiatan wisata alam (Brandon 1993

dalam Damanik & Weber 2006) sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman yang mendalam mengenai peran yang akan mereka lakukan,

2. Memadukan keuntungan ekonomi dengan kegiatan konservasi dan

3. Melakukan pengawasan dan evaluasi kegiatan wisata alam secara intensif.

2.5 Pengunjung

Pengunjung merupakan orang yang mengunjungi suatu negara dan bukan merupakan tempat tinggalnya, kecuali jika orang tersebut mengusahakan pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya (Muntasib & Rachmawati 2009). Definisi lain mengenai pengunjung menurut Damanik dan Weber (2006) yaitu konsumen atau pengguna produk dan layanan. Tujuan pengunjung untuk memilih destinasi wisata dipengaruhi oleh faktor usia, pendapatan, jarak dan motivasi, proses tujuan ini berkaitan dengan penilaian pengunjung berdasarkan keinginan dan daya tarik di tempat wisata tersebut (Kozak 2000).

2.6 Perencanaan Wisata

Perencanaan merupakan proses membuat keputusan tentang apa yang harus dikerjakan ke depan dan implementasinya. Perencanaan harus memperhatikan keadaan secara realistis dan faktor yang berpotensi untuk dikembangkan. Perencanaan dimulai dengan survei mengenai sifat dan bentuk pengembangan yang direncanakan terutama dalam hal sumberdaya (Kusmayandi 2004).

Aspek yang mendukung perencanaan suatu kawasan wisata menjadi lebih optimal menurut Gunn (1994):

1. Mempertahankan kelestarian lingkungan.

(24)

4. Meningkatkan keterpaduan dan pembangunan masyarakat lokal di sekitar kawasan.

Proses penilaian wisata alam untuk perencanaan menurut Priskin (2001) adalah:

1. Tujuan awal perencanaan adalah mengidentifikasi keseluruhan lingkungan alam di tempat wisata

2. Penilaian sumberdaya alam yang berpotensi untuk wisata alam.

3. Identifikasi sumberdaya dengan wawancara pengelola dan masyarakat lokal. 4. Mengevaluasi fasilitas yang terkait dengan wisata.

5. Analisis data dan informasi dari lapangan. Skor penilaian lebih tinggi merupakan sumberdaya yang diutamakan. Kategori penilaian sebagai berikut:

a. Daya tarik, mendefinisikan daya tarik cukup sulit karena bersifat subyektif. Daya tarik diberi nilai 0-10 untuk memperlihatkan pentingnya daya tarik. Klasifikasi untuk daya tarik lebih baik dengan klasifikasi rendah, sedang dan tinggi.

b. Aksesibilitas, berhubungan dengan kemudahan untuk mencapai tujuan secara fisik. Aksesibilitas menggunakan dua indikator yaitu tipe jalan dan kelas kendaraan. Aksesibilitas diberi nilai 0-5, klasifikasi aksesibilitas rendah, sedang dan tinggi.

c. Fasilitas, adanya fasilitas dapat meningkatkan keinginan pengunjung untuk berwisata. Meskipun wisata tersebut berbasis alam penting untuk tetap menyediakan dan memelihara fasilitas. Terdapat beberapa indikator untuk menunjang fasilitas, yaitu toilet, kursi, tempat sampah, akses bagi penyandang cacat dan naungan (gazebo).

6. Rekomendasi, berdasarkan analisis data dan informasi yang diperoleh langkah selanjutnya adalah rekomendasi perencanaan wisata.

Gunn (1994) menyatakan bahwa langkah untuk membuat desain perencanan wisata alam sebagai berikut:

(25)

2. Menetapkan tujuan, tujuan yang ditetapkan harus mampu melindungi sumberdaya alam dan budaya, meningkatkan kepuasan pengunjung dan ekonomi masyarakat lokal.

3. Menganalisis area wisata, analisis tersebut berdasarkan faktor fisik, biologi dan budaya masyarakat. Faktor fisik dan biologi berupa iklim, geologi, hidrologi, tanah, vegetasi dan satwaliar. Faktor budaya berupa sejarah dan kesenian. Hasil analisis dikembangkan dalam bentuk peta dan deskriptif.

4. Menentukan konsep perencanaan, konsep perencanaan mengarah pada penetapan tujuan. Konsep perencanaan berdasarkan fakta-fakta di lapangan dan menggabungkan kretivitas yang logis, sehingga arah wisata ke depan terintegrasi dengan baik. Langkah – langkah dalam menentukan konsep perencanaan adalah (1) pemetaan sumberdaya alam, (2) alternatif atraksi wisata alam. Hasil langkah – langkah tersebut yang dikembangkan untuk perencanaan wisata alam.

5. Membuat desain perencanaan, desain yang dibuat menampilkan area yang dilindungi dan sistem sirkulasi pengunjung. Fasilitas yang menggunakan lahan besar seperti lahan parkir didesain terpisah dengan sumberdaya alam, sehingga meminimalkan kerusakan lingkungan.

6. Memberikan rekomendasi, rekomendasi yang diberikan harus mampu meningkatkan potensi sumberdaya alam dan budaya, perbaikan transportasi, perbaikan pelayanan, perbaikan informasi dan perbaikan promosi.

7. Pelaksanaan, melaksanakan rencana wisata yang telah disusun.

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Bukit Batu, Kabupaten Belitung Timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, Global Positioning System (GPS), Map Source, Global mapper 13, meteran, Sketchup 8, kamera, kriteria Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi, kuisioner dan panduan wawancara.

3.3 Metode

3.3.1 Data dan informasi yang dikumpulkan

Pengumpulan data dilakukan melalui metode studi pustaka, wawancara dan pengamatan lapang. Data yang dikumpulkan meliputi data kondisi umum, potensi wisata, masyarakat, pengunjung dan pengelola (Tabel 1).

Tabel 1 Data dan informasi yang dikumpulkan

No. Jenis Data Informasi yang dikumpulkan Teknik

Pengambilan Data

1 Kondisi Umum

a) Sejarah a) Sejarah Pantai Bukit Batu b) Status kepemilikan

Studi pustaka dan wawancara

b) Kondisi Biologi a) Tumbuhan dan satwa (nama latin, famili, status perlindungan)

Studi pustaka , wawancara dan pengamatan lapang

c) Kondisi Fisik a) Letak dan luas Pantai Bukit Batu b) Letak geografis dan jenis tanah c) Iklim

Studi pustaka dan wawancara

2 Potensi wisata

a) Daya tarik fisik a) Gejala alam (pantai, bukit, batuan dan teluk)

Pengamatan lapang dan studi pustaka

b) Daya tarik biologi a) Tumbuhan dan satwa (jenis langka/dilindungi/unik)

Pengamatan lapang dan studi pustaka

(27)

3.4 Teknik Pengambilan Data 3.4.1 Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data-data dan informasi mengenai sejarah Pantai Bukit Batu, kondisi (fisik dan biologi), sosial ekonomi dan budaya masyarakat Desa Burong Mandi dan jumlah penduduk di Kecamatan Damar. Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, yaitu buku, majalah, dokumen, website yang dapat menunjang dan berkaitan dengan penelitian. Studi pustaka ini diperoleh dari pihak pengelola Pantai Bukit Batu, kantor Kebudayaan Tabel 1 Data dan informasi yang dikumpulkan (lanjutan)

No. Jenis Data Informasi yang dikumpulkan Teknik

Pengambilan Data

3 Masyarakat

a) Sosial budaya masyarakat

a) Kesenian masyarakat (seni tari, seni musik)

b) Mata pencaharian

c) Aktivitas masyarakat lokal d) Mitos yang berkembang di

masyarakat

Wawancara, pengamatan lapang dan studi pustaka.

b) Peran masyarakat dengan adanya wisata alam di Pantai Bukit Batu

a) Peran yang akan dilakukan oleh masyarakat dalam wisata alam di Pantai Bukit Batu b) Harapan masyarakat di pantai

Bukit Batu b) Perencanaan wisata alam c) Permasalahan yang dihadapi d) Harapan pengelola

Tujuan utama datang ke pantai Kuisioner dan wawancara

c) Preferensi pengunjung

a) Daya tarik utama b) Kegiatan yang dilakukan c) Fasilitas

Kuisioner dan wawancara

d) Harapan dan saran Harapan dan saran terkait perencanaan wisata alam

(28)

dan Pariwisata Belitung Timur, Perpustakaan IPB, perpustakaan nasional dan tempat-tempat lain yang menunjang topik penelitian.

3.4.2 Wawancara dengan panduan wawancara

Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi ke masyarakat dan pengelola. Pemilihan responden sebagai berikut :

1. Wawancara dengan pengelola Pantai Bukit Batu

Penentuan responden ditentukan dengan metode purposive sampling.

Responden yang diwawancarai terdiri dari tiga orang, yaitu manager, petugas lapang yang memahami kondisi biologi dan petugas lapang yang memahami kondisi fisik Pantai Bukit Batu.

2. Wawancara masyarakat

Penentuan responden untuk memperoleh data kondisi sosial dan budaya Desa Burong Mandi ditujukan kepada tokoh kunci, yaitu kepala desa, kepala dusun dan tokoh agama. Setelah itu dilakukan teknik snow ball untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam (Sarwono 2011).

Penentuan responden untuk peran sera masyarakat ditentukan dengan menggunakan metode Slovin, yaitu metode untuk menentukan ukuran sampel dari suatu populasi (Sevilla et al. 1993). Jumlah penduduk Desa Burong Mandi tahun 2012 adalah 1362 orang (Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung Timur 2011). Rumus Slovin yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel masyarakat yang ada di Desa Burong Mandi, yaitu:

n =

3. Wawancara dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Timur

Penentuan responden ditentukan dengan metode purposive sampling.

(29)

wisata di Kecamatan Damar dengan baik sehingga sesuai dengan topik penelitian. Responden yang diwawancarai adalah kepala bagian promosi dan staf bagian promosi.

4. Wawancara dengan Badan Pusat Statisik Kabupaten Belitung timur

Penentuan responden ditentukan dengan metode purposive sampling.

Responden yang diwawancarai adalah kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung Timur. Penentuan responden dilakukan berdasarkan kriteria responden yang memiliki dan memahami jumlah penduduk Desa Burong Mandi.

3.4.3 Wawancara dengan kuisioner

Pengambilan responden dilakukan di Pantai Burong Mandi yang letaknya di sebelah Pantai Bukit Batu. Penentuan sampel adalah 30 responden. Penentuan jumlah sampel menggunakan analisis statistik ukuran sampel minimum diterapkan minimal 30 sampel (Hasan 2002). Responden yang dipilih merupakan keterwakilan dari satu kelompok, artinya apabila pengunjung datang berkelompok hanya satu atau dua responden yang dijadikan responden. Metode yang digunakan untuk pengambilan responden adalah dengan insidental sampling yaitu responden dipilih secara kebetulan dengan tidak menggunakan perencanaan tertentu (Mardalis 2004).

3.4.4 Pengamatan lapang

Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata alam. Data dan informasi diperoleh dengan menggunakan kriteria penilaian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) berdasarkan Dirjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi. ODTWA ini memiliki 15 unsur, namun pada penelitian ini hanya dua unsur utama yang dinilai yaitu daya tarik dan aksesibilitas. Daya tarik dan aksesibilitas merupakan faktor utama untuk menarik pengunjung datang ke suatu objek wisata.

1. Daya tarik

(30)

yang dinilai antara lain potensi utama daya tarik wisata, nilai sumberdaya alam dan variasi kegiatan yang dapat dilakukan terhadap setiap objek. Setelah dilakukan penilaian dapat diketahui daya tarik yang diprioritaskan untuk direncanakan sebagai wisata alam di Pantai Bukit Batu.

Tabel 2 Kriteria penilaian objek daya tarik

No. Unsur/sub unsur Kriteria

Nilai

Potensi daya tarik wisata yang mendominasipada

2 Nilai sumberdaya alam

a. Nilai sejarah Potensi daya tarik wisata yang memiliki sejarah bagi Desa Burong Mandi.

25 20 15 10

b. Nilai keindahan Potensi daya tarik wisata yang indah dan menarik. c. Nilai pengetahuan Potensi daya tarik wisata yang dimanfaatkan untuk pendidikan/pengetahuan d. Nilai budaya Potensi daya tarik wisata

untuk upacara adat/ritual

3 Variasi kegiatan

a. Memancing

(31)

Tabel 3 Kriteria penilaian aksesibilitas

3.5 Analisis Data 3.5.1 Daya tarik

Penilaian daya tarik yang diperoleh dianalisis dengan metode penilaian ODTWA (Dirjen PHKA 2003) dan deskriptif. Penilaian dilakukan dengan menjumlahkan total nilai dari 3 sub unsur kemudian dikalikan dengan bobot daya tarik. Bobot daya tarik memiliki nilai 6 (Dirjen PHKA 2003). Kemudian diperoleh bobot total yang menunjukan klasifikasi penilaian. Klasifikasi penilaian ini terdiri atas rendah (180-270), sedang (271-360) dan tinggi (361-450). Klasifikasi penilaian tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus Walpole (1995) dalam menentukan klasifikasi penilaian daya tarik dari hasil perhitungan bobot total, rumus yang digunakan yaitu:

P = n k

Keterangan :

P = panjang interval n = selang (s maks-s min) k = banyaknya kelas

3.5.2 Aksesibilitas

Penilaian aksesibilitas yang diperoleh dianalisis dengan metode penilaian ODTWA (Dirjen PHKA 2003) dan deskriptif. Penilaian dilakukan dengan menjumlahkan total nilai dari sub unsur, kemudian dikalikan dengan bobot

No. Unsur/sub unsur Nilai

1 Jarak jalan darat dari Bandara H.A.S Hanandjoeddin

≤10 km 11-20 km > 20 km

2 Jarak jalan darat dari pusat kota Belitung Timur (Manggar)

≤10 km 11-20 km > 20 km

60 40 20

3 Waktu tempuh dari Bandara H.A.S Hanandjoeddin

≤ 30 menit 60 menit ≥ 90 menit

30 20 10

4 Waktu tempuh dari pusat kota Belitung Timur (Manggar)

≤ 30 menit 60 menit ≥ 90 menit

30 20 10

5 Tipe jalan Jalan aspal Jalan berbatu Jalan tanah

(32)

aksesibilitas. Bobot aksesibilitas memiliki nilai 5 (Dirjen PHKA 2003). Kemudian diperoleh bobot total yang menunjukan klasifikasi penilaian. Klasifikasi penilaian ini terdiri atas rendah (350-583), sedang (584-817) dan tinggi (818-1050). Klasifikasi penilaian tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus Walpole (1995) dalam menentukan klasifikasi penilaian aksesibilitas dari hasil perhitungan bobot total, rumus yang digunakan yaitu:

P = n k

Keterangan :

P = panjang interval n = selang (s maks-s min) k = banyaknya kelas

3.5.3 Analisis masyarakat

Data dan informasi hasil wawancara masyarakat dianalisis secara deskriptif, sehingga diperoleh gambaran mengenai kondisi sosial budaya dan peran serta masyarakat.

3.5.4 Analisis pengelola

Data dan informasi hasil wawancara pengelola dianalisis secara deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai rencana pengelola di Pantai Bukit Batu.

3.5.5 Analisis pengunjung

Hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada pengunjung diolah dalam bentuk tabulasi. Langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan informasi mengenai karateristik, tujuan, preferensi pengunjung.

3.6 Perencanaan Wisata Alam

(33)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Pantai Bukit Batu

Pantai Bukit Batu berada di Desa Burong Mandi. Pantai Bukit Batu memiliki bukit yang disebut Bukit Malang Lepau. Dahulu bukit tersebut bernama

Bukit Lepau. Tambahan kata malang memiliki sejarah ketika perompak singgah di bukit tersebut dan berniat untuk menguasai Desa Burong Mandi. Namun, niat perompak tersebut ditolak oleh masyarakat Desa Burong Mandi, sehingga terjadilah pertempuran antara masyarakat dan perompak di Bukit Lepau.

Perompak memenangkan pertempuran tersebut dan banyak masyarakat yang meninggal. Masyarakat yang menjadi korban dikuburkan tidak jauh dari Bukit Lepau. Oleh karena itu bukit tersebut diberi tambahan kata malang, karena banyak masyarakat Desa Burong Mandi yang meninggal.

(34)

4.2 Status Kepemilikan

Pantai Bukit Batu merupakan pantai milik swasta. Pantai Bukit Batu resmi menjadi milik swasta pada tahun 2001.

4.3 Kondisi Fisik

Pantai Bukit Batu terletak di Dusun Malang Lepau, Kecamatan Burong Mandi. Luas kawasan Pantai Bukit Batu ± 20 hektar. Letak geografis Pantai Bukit Batu berada pada S02°41’19” dan E108°05’12,7”. Pantai Bukit Batu berada pada ketinggian ± 50 m dpl. Jenis tanah perbukitan bergelombang, kondisi air tanah buruk berwarna coklat dan berminyak sehingga tidak layak digunakan (Pratiwi 2010). Iklim di Pantai Bukit Batu rata-rata 25°C - 34°C dengan curah hujan maksimum 150 mm/bulan (Profil Desa Burong Mandi 2011).

4.4 Kondisi Biologi

Pantai Bukit Batu memiliki potensi flora dan fauna yang beragam.. Flora tersebut adalah Jambu hutan (Syzigium bisulea), Keletaan (Melastoma malabatricum), Simpor bini (Dillenia suffruticosa), Lais (Pandanus furcatus), Pelepak (Hynocarpus sp), Lepang (Alpinia oxymitra), Kandis laki (Garcinia lateriflora), Pisang batu (Musa brachycarpa), Akar banar (Cissus repens), Cempelokan (Physalis minima) dan Lengkuas (Alpinia galangal), Pinang sirih (Areca cathecu), Betulok (Arenga pinnata), Kelapa (Cocos nucifera), Durian (Durio zibethinus), Betor belulang (Callophyllum lanigerum), Baling-baling gede (Cyperus brevifolius), Baling-baling kecik (C. Melanocephalus) (Yunita et al.

2009). Jenis fauna yang ditemukan di Pantai Bukit Batu yaitu Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Ular pucuk (Ahaetulla prasina), Bajing kelapa (Callosciurus notatus) danElang laut(Haliaeetus levcogaster).

4.5 Kondisi Sosial Ekonomi

(35)

Tabel 4 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Burong Mandi

No. Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Pra sekolah 54 58 112

2 Tamat SD 220 235 445

3 Tamat SLTP 112 98 210

4 Tamat SLTA 35 37 72

5 Tamat D1 4 3 7

6 Tamat D2 1 1 2

7 Tamat D3 2 1 3

8 Tamat S1 2 - 2

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Belitung Timur 2011

Mata pencaharian utama masyarakat Desa Burong Mandi adalah penambang timah dengan jumlah 216 orang, nelayan 63 orang dan berdagang 39 orang (Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung Timur 2011) (Tabel 5).

Tabel 5 Mata pencaharian masyarakat Desa Burong Mandi

No. Mata pencaharian Jumlah (orang)

1 PNS 13

2 Karyawan Swasta 20

3 Pertanian 2

4 Perkebunan 4

5 Peternakan 3

6 Nelayan 63

7 Industri 1

8 Pensiunan 10

9 Perdagangan 39

10 Pertambangan 216

11 Tidak tetap 42

12 Lain-lain 56

(36)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Objek Daya Tarik Wisata Alam di Pantai Bukit Batu

Hasil penilaian dengan menggunakan kriteria penilaian Objek Daya Tarik Wisata Alam (Dirjen PHKA 2003) yang telah dimodifikasi diperoleh empat objek utama. Objek tersebut adalah Batu Bertumpuk, Pantai Malang Lepau, Teluk Malang Lepau dan Bukit Malang Lepau.

5.1.1 Daya tarik

Daya tarik yang dinilai terdiri dari tiga sub unsur yaitu (1) potensi utama daya tarik wisata yang ada pada suatu objek wisata dan memiliki daya tarik wisata, (2) nilai sumberdaya alam merupakan nilai yang melekat pada suatu sumberdaya, sehingga sumberdaya tersebut berpotensi untuk menjadi daya tarik suatu objek wisata dan (3) variasi kegiatan merupakan kegiatan yang dapat dilakukan pada suatu objek wisata.

(37)

5.1.1.1Potensi utama daya tarik wisata

Dua objek yang memiliki nilai tertinggi (25) yaitu Teluk Malang Lepau dan Bukit Malang Lepau. Keduanya mempunyai empat potensi daya tarik wisata. Dua objek lain memiliki nilai terendah (20) yaitu Batu Bertumpuk dan Pantai Malang Lepau. Keduanya mempunyai tiga potensi daya tarik wisata. Potensi utama di masing-masing objek adalah batuan yang berukuran besar dan laut. Tabel 6 Potensi utama daya tarik wisata

No. Objek Potensi utama daya tarik wisata Nilai

1 Batu Bertumpuk a) Batuan berukuran besar dengan posisi bertumpuk 20 b) Tumbuhan : Api-api (Avicennia sp.)

c) Laut

2 Pantai Malang Lepau a) Batuan disekitar pantai dengan ukuran besar-kecil 20 b) Tumbuhan : Jambu Hutan (Syzigium bisulea)

c) Laut

3 Teluk Malang Lepau a) Batuan dengan diameter berukuran ± 5 meter 25 b) Tumbuhan : Pandan laut (Pandanus odoratissimus) c) Satwa : Bajing kelapa (Callosciurus notatus) d) Laut

4 Bukit Malang Lepau a) Batuan berukuran besar 25

b) Tumbuhan : Api-api (Avicennia sp.) dan Pandan berduri

c) Satwa : Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)

d) Laut

1.Batu Bertumpuk

Batu Bertumpuk merupakan batuan yang tersusun di sepanjang Pantai Bukit Batu. Susunan batuan ini memberikan keindahan yang luar biasa. Batuan tersebut memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ukuran batuan terbesar berdiameter ± 1 meter dan terkecil berdiameter ± 0.3 meter. Keindahan Batu Bertumpuk, selain batuan terdapat tumbuhan mangrove yang banyak dijumpai di sekitar Batu Bertumpuk yaitu jenis api- api (Avicennia sp.) Hal ini sesuai dengan Bengen (2001) yang menyatakan Avicennia sp. tumbuh pada daerah yang bersubstrat pasir (Gambar 3). Keberadaan jenis api-api ini memberikan keindahan berupa pemandangan alami zonasi mangrove.

(38)

makam masyarakat yang dahulu kalah berperang ketika melawan perompak yang ingin menguasai Desa Burong Mandi.

Gambar 3 Potensi daya tarik di Batu Bertumpuk: (a) Susunan batuan yang berukuran besar, (b) Jenis api-api (Avicennia sp.) yang banyak dijumpai di Batu Bertumpuk (Sumber: Rianiko Aditya).

Gambar 4 Kondisi jalan menuju Batu Bertumpuk: (a) Jalan aspal sepanjang ± 800 meter dari pintu masuk Pantai Bukit Batu, (b) Jalan tanah sepanjang ± 100 meter menuju Batu Bertumpuk.

2. Pantai Malang Lepau

Pantai Malang Lepau merupakan pantai yang ada di dalam kawasan Pantai Bukit Batu. Nama Pantai Malang Lepau berasal dari nama bukit yang berada di sebelah pantai, yaitu Bukit Malang Lepau. Potensi daya tarik Pantai Malang Lepau adalah pemandangan laut ketika matahari terbit, pasir pantai berwarna coklat keemasan dan keindahan batuan yang tersusun di tepi pantai. Pohon jambu hutan (Syzygium bisulea) memberikan keindahan dan menambah suasana alami di Pantai Malang Lepau (Gambar 5). Tak jauh dari tepi pantai ke arah timur laut (5 – 7 km) terdapat sebuah batuan yang saling bertumpuk yang dikenal dengan

Jangkar Pulau Belitung. Jangkar tersebut dipercaya sebagai jangkar dari Pulau Belitung ketika dahulu Pulau Belitung mengapung di tengah lautan. Jalan menuju

b

a b

(39)

Pantai Malang Lepau berupa jalan aspal (± 800 meter) dan jalan tanah (± 50 meter).

Gambar 5 Potensi daya tarik di Pantai Malang Lepau: (a) Keindahan matahari terbit (Sumber : Rianiko Aditya), (b) Keindahan pasir pantai berwarna coklat keemasan, (c) Batuan di Pantai Malang Lepau, (d) Pohon jambu hutan (Syzygium bisulea) di sekitar Pantai Malang Lepau.

3.Teluk Malang Lepau

Nama Teluk Malang Lepau berasal dari nama bukit yang ada di sebelahnya, yaitu Bukit Malang Lepau. Potensi daya tarik Teluk Malang Lepau antara lain adanya dua buah batuan dengan diameter berukuran ± 5 meter di tepi teluk, ombak laut yang relatif tenang sehingga memungkinkan untuk aktivitas berenang dan keindahan batuan yang tersusun di sepanjang tepi Teluk Malang Lepau (Gambar 6).

Pada pagi hari terdapat aktivitas bajing kelapa (Callosciurus notatus) di Teluk Malang Lepau. Menurut Payne et al. (2000) menyatakan bahwa bajing kelapa hidup di hutan yang dekat dengan pantai dan dataran rendah. Keindahan lain berupa tumbuhan Pandan laut (Pandanus odoratissimus) di tepi Teluk Malang Lepau. (Gambar 7). Jalan menuju Teluk Malang Lepau berupa jalan aspal

a b

(40)

(± 800 meter), jalan tanah (± 100 meter) dan tangga yang telah disediakan oleh pengelola (± 50 meter) (Gambar 8).

Gambar 6 Potensi daya tarik di Teluk Malang Lepau: (a) Dua buah batu dengan diameter ± 5 meter yang ada di Teluk Malang Lepau (Sumber : Rianiko Aditya), (b) Kondisi air dan bebatuan di sekitar Teluk Malang Lepau.

Gambar 7 Potensi daya tarik di Teluk Malang Lepau:(a) Aktivitas bajing kelapa (Callosciurus notatus) di Teluk Malang Lepau (Sumber : Rianiko Aditya), (b) Keindahan pandan laut(Pandanus odoratissimus) di sekitar Teluk Malang Lepau.

Gambar 8 Kondisi jalan menuju Teluk Malang Lepau: (a) Kondisi jalan tanah sepanjang ± 100 meter (Sumber : Rianiko Aditya), (b) Tangga yang disediakan oleh pengelola sepanjang ± 50 meter.

a b

a b

(41)

4. Bukit Malang Lepau

Bukit Malang Lepau merupakan bukit yang ada di dalam kawasan Pantai Bukit Batu. Potensi daya tarik Bukit Malang Lepau yang berada di dalam bukit antara lain keindahan sekumpulan batuan yang berukuran besar. Batuan tersebut berdiameter antara ± 3-5 meter. Pengunjung dapat naik ke atas batuan tersebut untuk menikmati pemandangan bukit dan laut yang sangat indah. Pada pagi hari terdapat aktivitas monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di sekitar Bukit Malang Lepau. Macaca fascicularis banyak ditemukan di Bukit Malang Lepau karena tumbuhan yang mendominasi di bukit ini adalah jambu hutan (Syzygium bisulea) yang buahnya merupakan pakan dari Macaca fascicularis (Gambar 9).

Gambar 9 Potensi daya tarik di Bukit Malang Lepau: (a) Kumpulan batuan yang memiliki diameter berukuran 3-5 meter, (b) Aktivitas Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis).

Potensi daya tarik Bukit Malang Lepau di sekitar tepi bukit yang menghadap ke arah laut terdapat tumbuhan pandan berduri. Keindahan pandan berduri ini karena memiliki tinggi ± 3 meter. Selain tumbuhan, di sekitar tepi bukit yang menghadap ke arah laut terdapat susunan batuan yang berukuran besar. Susunan batuan tersebut merupakan lokasi masyarakat setempat untuk memancing (Gambar 10). Bukit Malang Lepau dapat menjadi objek daya tarik karena merupakan perwakilan ekosistem dengan keadaan vegetasi yang cukup lebat, sehingga menyuguhkan suasana sejuk di dalamnya.

Bukit Malang Lepau dapat dicapai melalui dua jalan. Jalan pertama berupa jalan setapak yang melewati bagian dalam bukit. Jalan ini dapat ditempuh dengan waktu selama ± 120 menit. Kondisi jalan berupa jalan tanah dan masih tertutup oleh semak-semak karena jarang dilalui oleh masyarakat. Jalan kedua merupakan

(42)

jalan alternatif melalui tepi bukit yang menghadap ke arah laut. Jalan ini dapat ditempuh dengan waktu selama ± 45 menit. (Gambar 11).

Gambar 10 Potensi daya tarik di Bukit Malang Lepau: (a) Tumbuhan Pandan Berduri yang memiliki tinggi ± 3 meter, (b) Tepi Bukit Malang Lepau yang menghadap kearah laut.

Gambar 11 Kondisi jalan menuju Bukit Malang Lepau: (a) Kondisi jalan yang melewati bagian dalam Bukit Malang Lepau, (b) Jalan alternatif masyarakat yang melalui tepi Bukit Malang Lepau yang menghadap ke arah laut.

5.1.1.2 Nilai sumberdaya alam

Nilai sumberdaya alam memiliki sub unsur berupa nilai sejarah, nilai pengetahuan, nilai keindahan dan nilai budaya. Batu Bertumpuk dan Bukit Malang Lepau memperoleh nilai tertinggi yaitu 20, karena memiliki tiga sub unsur. Sedangkan Pantai Malang Lepau dan Teluk Malang Lepau memperoleh nilai terendah yaitu 15, karena memiliki dua sub unsur (Tabel 7).

1. Nilai sejarah

Batu Bertumpuk dan Bukit Malang Lepau memiliki nilai sejarah bagi masyarakat Desa Burong Mandi. Dahulu nenek moyang masyarakat Desa Burong Mandi berperang melawan perompak yang singgah ke Pantai Bukit Batu.

a b

(43)

Peperangan tersebut terjadi karena perompak ingin menguasai Desa Burong Mandi. Namun niat perompak tersebut ditolak oleh masyarakat setempat sehingga banyak masyarakat yang meninggal. Masyarakat tersebut dimakamkan di dekat Batu Bertumpuk. Makam nenek moyang Desa Burong Mandi tersebut masih ada hingga saat ini.

2. Nilai keindahan

Seluruh objek di Pantai Bukit Batu memiliki nilai keindahan yang dapat menjadi daya tarik wisata. Pada Batu Bertumpuk memiliki keindahan berupa susunan batuan berdiameter ± 1 meter. Pada Pantai Malang Lepau memiliki keindahan berupa pemandangan laut terutama ketika matahari terbit. Pada Teluk Malang Lepau memiliki keindahan berupa dua buah batuan berdiameter ± 5 meter yang berada di tepi teluk. Pada Bukit Malang Lepau memiliki keindahan berupa pemandangan laut yang nampak dari tepi bukit.

3. Nilai pengetahuan

Seluruh objek di Pantai Bukit Batu memiliki nilai pengetahuan. Nilai pengetahuan yang dapat dilakukan di Pantai Bukit Batu dapat berupa penelitian mengenai gejala geologi (batuan) dan kegiatan pengamatan tumbuhan/satwa. 4. Nilai budaya

Nilai budaya berupa adat istiadat, tradisi lokal, kebiasaan (Damanik & Weber 2006). Sumberdaya alam di Pantai Bukit Batu tidak ada yang digunakan sebagai tradisi lokal atau adat istiadat.

Tabel 7 Nilai sumberdaya alam

No. Objek Nilai sumberdaya alam Nilai

1 Batu bertumpuk Nilai sejarah, nilai keindahan dan nilai pengetahuan 20 2 Pantai Malang Lepau Nilai keindahan dan nilai pengetahuan 15 3 Teluk Malang Lepau Nilai keindahan dan nilai pengetahuan 15 4 Bukit Malang Lepau Nilai sejarah,nilai keindahan dan nilai pengetahuan 20

5.1.1.3 Variasi kegiatan

(44)

Tabel 8 Penilaian variasi kegiatan wisata

No. Objek Variasi kegiatan Nilai

1 Batu bertumpuk Bersepeda, fotografi,tracking dan menikmati

pemandangan 25

2 Pantai Malang Lepau Berjemur, berenang, fotografi dan menikmati

pemandangan 25

3 Teluk Malang Lepau Berjemur, berenang, penelitian, fotografi, dan

menikmati pemandangan 25

4 Bukit Malang Lepau Memancing, penelitian, fotografi,tracking dan

menikmati pemandangan 25

5.1.1.4 Penilaian daya tarik di Pantai Bukit Batu

Bobot total dari empat objek di Pantai Bukit Batu yang memiliki nilai daya tarik tertinggi sampai terendah adalah Bukit Malang Lepau dengan nilai 420, Batu Bertumpuk dengan nilai 390, Teluk Malang Lepau dengan nilai 390 dan Pantai Malang Lepau dengan nilai 360 (Tabel 9).

Tabel 9 Penilaian daya tarik di Pantai Bukit Batu

No. Unsur/sub unsur Batu

Klasifikasi Penilaian Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

5.1.2 Aksesibilitas

(45)

sebagai pusat kota di Belitung Timur. Tiga jalan tersebut memiliki jarak ± 75 km dengan waktu tempuh ± 1.5 jam.

Kecamatan Manggar merupakan pintu masuk ke Kabupaten Belitung Timur. Jarak yang ditempuh dari Kecamatan Manggar ke Kecamatan Damar (pintu utama Pantai Bukit Batu) ± 23 km. Di Kabupaten Belitung Timur belum ada transportasi umum yang menghubungkan antar kecamatan. Pada umumnya masyarakat setempat menggunakan kendaraan pribadi berupa motor dan mobil untuk melakukan aktivitasnya.

Hasil penilaian aksesibilitas (Tabel 10) menunjukan bahwa jarak jalan darat dari bandara H.A.S Hanandjoeddin mendapatkan nilai rendah yaitu 20 karena jaraknya > 20 km, jarak jalan darat dari Kecamatan Manggar juga mendapatkan nilai rendah yaitu 20 karena jaraknya >20 km, waktu tempuh dari Bandara H.A.S Hanandjoedin mendapatkan nilai rendah yaitu 10 karena waktu tempuh >90 menit, waktu tempuh dari Kecamatan Manggar mendapatkan nilai tertinggi yaitu 30 karena waktu tempuhnya <30 menit, tipe jalan mendapatkan nilai tertinggi yaitu 30 karena berupa jalan aspal (Tabel 10).

Tabel 10 Penilaian aksesibilitas

No. Aksesibilitas Nilai

1 Jarak jalan darat dari Bandara H.A.S Hanandjoeddin 20 2 Jarak jalan darat dari ibu kota Belitung Timur (Manggar) 20 3 Waktu tempuh dari Bandara H.A.S Hanandjoeddin 10 4 Waktu tempuh dari ibu kota Belitung Timur (Manggar) 30

5 Tipe jalan 30

Total Nilai Sub Unsur 110

Bobot total = Total nilai sub unsur x 5 550

Klasifikasi Penilaian Rendah

Nilai bobot total aksesibilitas adalah 550, yang termasuk ke dalam klasifikasi penilaian kategori rendah. Kategori rendah ini dipengaruhi oleh nilai yang rendah dari unsur jarak bandaradan Kecamatan Manggar ke pintu utama Pantai Bukit Batu, serta waktu tempuh dari bandara ke pintu utama Pantai Bukit Batu.

5.1.3 Penilaian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di Pantai Bukit Batu

(46)

Tabel 11 Penilaian ODTWA di Pantai Bukit Batu

No. Unsur/sub unsur Batu

Bertumpuk

Pantai Malang

Lepau

Teluk Malang

Lepau

Bukit Malang

Lepau

1 Daya tarik 390 360 390 420

2 Aksesibilitas 550 550 550 550

Bobot total 940 910 940 970

Klasifikasi penilaian Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Jumlah nilai minimal dari kedua klasifikasi (daya tarik dan aksesibilitas) agar dapat direncanakan sebagai objek wisata alam adalah 855 yaitu berdasarkan nilai terendah dari klasifikasi sedang (daya tarik = 271, aksesibilitas = 584).

5.2 Fasilitas yang Ada di Pantai Bukit Batu

Pengelola Pantai Bukit Batu telah menyediakan beberapa fasilitas yang berguna untuk meningkatkan pelayanan bagi pengunjung. Fasilitas yang ada di Pantai Bukit Batu antara lain papan penunjuk arah, pos penjualan tiket, jalan utama, lampu jalan, restoran, gazebo, sumur, kamar mandi dan villa (Gambar 12).

(47)

5.2.1 Papan penunjuk arah

Papan penunjuk arah terletak di depan pintu utama Pantai Bukit Batu. Papan ini berfungsi sebagai penunjuk arah menuju Pantai Bukit Batu. Papan tersebut memiliki kondisi warna yang sudah memudar dan berukuran kecil sehingga tidak mudah dilihat oleh pengunjung (Gambar 13).

Gambar 13 Kondisi papan penunjuk arah di Pantai Bukit Batu: (a) Papan penunjuk arah dengan kondisi warna yang sudah memudar, (b) Papan penunjuk arah yang berukuran kecil.

5.2.2 Pos tiket

Pos tiket terletak ± 20 meter dari pintu utama Pantai Bukit Batu. Pos tersebut berfungsi untuk menjual tiket Pantai Bukit Batu. Kondisi pos saat ini dalam kondisi baik. Harga tiket masuk ke Pantai Bukit Batu adalah Rp. 5000,00 (Gambar 14).

Gambar 14 Kondisi pos tiket di Pantai Bukit Batu: (a) Pos penjualan tiket di Pantai Bukit Batu, (b) Contoh tiket masuk ke Pantai Bukit Batu.

a b

(48)

5.2.3 Jalan utama

Jalan utama menuju kawasan Pantai Bukit Batu memiliki kondisi jalan berupa aspal sepanjang ± 800 meter dengan lebar ± 5 meter. Jalan tersebut dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat (Gambar 15).

Gambar 15 Jalan utama di Pantai Bukit Batu. 5.2.4 Lampu

Lampu jalan berada di sepanjang jalan utama menuju restoran. Kondisi lampu tersebut sudah rusak dan tidak terawat (Gambar 16).

Gambar 16 Kondisi salah satu lampu yang sudah rusak di Pantai Bukit Batu. 5.2.5 Restoran

(49)

Gambar 17 Bagian depan restoran di Pantai Bukit Batu. 5.2.6 Kamar mandi dan sumur

Kamar mandi dan sumur terletak di tepi Pantai Malang Lepau. Keduanya berfungsi untuk membilas tubuh setelah bermain air laut. Kondisi kamar mandi sudah rusak dan tidak terawat, sedangkan kondisi air sumur masih dapat digunakan untuk membilas tubuh (Gambar 18).

Gambar 18 Kondisi kamar mandi dan sumur di Pantai Bukit Batu: (a) Kondisi kamar mandi yang tidak terawat, (b) Kondisi air sumur masih dapat digunakan untuk membilas.

5.2.7 Villa

Pengelola memiliki satu buah villa yang berada di dalam kawasan Pantai Bukit Batu. Villa ini terletak ± 10 meter dari Batu Bertumpuk. Kondisi villa saat ini kurang terawat terlihat dari beberapa bagian cat yang sudah mengelupas (Gambar 19).

(50)

Gambar 19 Villa di dalam kawasan Pantai Bukit Batu.

5.3 Masyarakat

5.3.1 Potensi sosial budaya masyarakat sekitar Pantai Bukit Batu

5.3.1.1 Keragaman suku di Desa Burong Mandi

Masyarakat Desa Burong Mandi memiliki potensi sosial dan budaya yang dapat menjadi daya tarik wisata. Masyarakat Desa Burong Mandi didominasi oleh Suku Melayu yang masih memegang teguh adat dan kebudayaannya, sedangkan suku yang lain adalah Suku Bugis yang merupakan suku asli Sulawesi Selatan. Suku Bugis juga masih memegang teguh adat dan kebudayaannya. Hubungan kekerabatan antara Suku Melayu dan Suku Bugis terjalin dengan baik, hal ini terlihat dari perkawinan antar dua suku tersebut. Perkawinan antar suku tersebut menyebabkan terjadinya akulturasi. Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan kebudayaan asing, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun dapat di terima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri (Koentjaraningrat 1990). Perkawinan antar suku ini memperlihatkan bahwa di Desa Burong Mandi tidak ada konflik antar suku.

5.3.1.2 Keragaman agama di Desa Burong Mandi

(51)

agama Islam. Masyarakat Desa Burong Mandi tidak keberatan dengan adanya dua vihara tersebut, bahkan masyarakat setempat sering melakukan acara desa di halaman Vihara Dewi Kwan Im.

5.3.1.3 Tarian tradisional

Tarian tradisional khas Desa Burong Mandi adalah tarian tikar lais, selamat datang dan hadra. Tarian tikar lais merupakan tarian yang menggunakan tikar yang terbuat dari tumbuhan Lais (Pandanus furcatus). Tarian ini bermakna sebagai ucapan terima kasih atas alam yang diberikan oleh Sang Maha Kuasa. Tarian tikar lais ditampilkan ketika diadakan festival di Desa Burong Mandi (Gambar 20). Pada acara penyambutan pengantin tarian yang ditampilkan adalah tarian selamat datang. Tarian tersebut bermakna sebagai simbol kebahagiaan kedua mempelai. Pada acara menyambut tamu penting yang ditampilkan adalah tarian Hadra. Hadra merupakan tarian yang diiringi dengan musik gendang yang berbeda bunyinya. Tarian tersebut bermakna sebagai penghormatan kepada tamu yang datang ke Desa Burong Mandi. Tarian-tarian tersebut dapa menjadi daya tarik wisata yang menarik bagi pengunjung dalam perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu.

Gambar 20 Tarian tradisional khas Desa Burong Mandi; (a) Penari Tikar Lais (b) Salah satu gerakan dari Tarian Tikar Lais (Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Timur).

5.3.1.4 Cerita rakyat Raja Berekor

Istilah Jangkar Pulau Belitung berasal dari cerita rakyat yang berjudul

Raja Berekor. Cerita ini berawal dari kerajaan di Pulau Bali. Seorang raja memiliki seorang putri cantik, namun putri tersebut mengidap suatu penyakit kelamin. Raja memutuskan untuk mengasingkan putri tersebut ke tengah hutan

(52)

bersama anjingnya. Beberapa bulan berlalu terdengar kabar bahwa putri tersebut hamil akibat bersetubuh dengan anjing peliharaannya. Kabar itu terdengar oleh raja. Raja segera menyucikan diri dan memohon kepada dewa agar menghancurkan hutan yang dihuni oleh putrinya. Sejak saat itu terputuslah semenanjung utara Pulau Bali.

Semenanjung utara Pulau Bali tersebut hanyut terbawa arus menuju utara. Di tengah laut terdapat dua orang nelayan yang sedang melaut. Nelayan tersebut bernama Datu Malim Angin dan Datu Langgar Tuban. Tak jauh dari tempat mereka tampak sebuah pulau yang melintas terbawa arus. Datu Malim Angin berhasil mencapai salah satu bagian pulau tersebut dan mengikatkan tali sauh pada sebuah batang pohon mali berduri. Setelah diikat, Datu Malim Angin menancapkannya pada sebuah gunung dan melemparkan jangkarnya ke laut. Datu Malim Angin berlari berlawanan arah dengan pohon Mali Berduri dan mematahkan sebatang pohon waru lalu menancapkannya di puncak gunung. Pulau itu dinamakan “Bali-Tong” berarti Bali yang terpotong. Konon gunung pertama adalah Gunung Baginde. Gunung Baginde dikenal dengan pancang selatan Pulau Belitung. Gunung kedua adalah Gunung Burung Mandi dan jangkarnya ditenggelamkan ke laut (Gambar 21).

Gambar 21 Jangkar Pulau Belitung yang ada di tengah laut Pantai Bukit Batu. 5.3.1.5 Upacara adat Selamatan Laut

(53)

lima macam warna yaitu merah, putih, hijau, kuning dan hitam. Setelah ketua adat selesai melakukan upacara adat, sesajen tersebut dibuang ke tengah laut. Masyarakat tidak diperbolehkan untuk mandi di laut selama tiga hari setelah melakukan upacara adat (Gambar 22).

Gambar 22 Upacara adat Selamatan Laut: (a) Ketua adat sedang menata

koelimping serabi (b) Prosesi upacara adat selamatan laut (Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Timur).

5.3.1.6 Rumah adat Suku Bugis

Kampung Suku Bugis di Desa Burong Mandi sudah ada sejak tahun 1978. Mata pencaharian Suku Bugis yang menetap Desa Burong Mandi adalah nelayan. Salah satu yang menarik dari perkampungan Suku Bugis adalah rumah adat yang berbentuk rumah panggung yang terdiri dari tingkat atas, tengah dan bawah (Gambar 24). Tingkat atas pada rumah panggung biasanya digunakan untuk menyimpan padi dan benda pusaka, tingkat tengah sebagai tempat tinggal yang terbagi atas ruang tamu, ruang tidur, ruang makan. Sedangkan tingkat dasar digunakan untuk menyimpan alat pertanian dan kandang ternak.

Gambar 24 Rumah panggung Suku Bugis di Desa Burong Mandi.

(54)

5.3.1.7 Vihara Dewi Kwan Im

Vihara Dewi Kwan Im berdiri sejak tahun 1747. Awalnya vihara ini digunakan sebagai tempat ibadah. Namun, sekarang vihara ini juga digunakan sebagai objek wisata budaya bagi pengunjung yang datang ke Desa Burong Mandi. Beberapa acara yang rutin diselengggarakan di halaman Vihara Dewi Kwan Im, antara lain pada Bulan Agustus diadakan pertunjukan Barongsai dan tarian tradisional (Gambar 23). Pertunjukan tersebut dilaksanakan untuk merayakan pesta ulang tahun Dewi Kwan Im. Pada Bulan November juga diselenggarakan acara festival Barongsai keliling kampung dan aksi pemasangan lampion di Vihara Dewi Kwan Im.

Gambar 23 Vihara Dewi Kwan Im yang terletak di Desa Burong Mandi: (a) Tarian dari Sanggar Batu Sembayang di depan Vihara Dewi Kwan Im, (b) Pertunjukan Barongsai di depan Vihara Dewi Kwan Im

(Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Timur).

5.3.1.8 Kerajinan tangan khas Desa Burong Mandi

Kerajinan tangan khas Desa Burong Mandi berbahan dasar tumbuhan Lais (Pandanus furcatus) yang sudah dianyam menjadi tikar. Tikar lais tersebut dibentuk menjadi tas, dompet, tempat tissue dan tempat untuk ari-ari bayi. Selain berbahan dasar tikar lais, terdapat kerajinan tangan yang berbahan dasar plastik bekas (bungkus makanan/minuman) yang dirangkai menjadi sebuah tas. Harga kerajinan tangan ini berkisar antara Rp. 5.000 – Rp.100.000. Kerajinan ini sudah dijual-belikan di galeri cinderamata. Galeri Cinderamata ini berlokasi di Pantai Burung Mandi (Gambar 25).

(55)

Gambar 25 Kerajinan tangan khas Desa Burong Mandi: (a) Tas dan tempat untuk ari-ari bayi yang terbuat dari tikar lais, (b) Ibu Mila (sebelah kanan) pembuat kerajianan tangan khas Burong Mandi.

5.3.2 Keinginan masyarakat untuk berperan serta dalam wisata alam di Pantai Bukit Batu.

Perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu didukung sepenuhnya oleh masyarakat Desa Burong Mandi. Wawancara dilakukan kepada 93 responden untuk mengetahui pendapat masyarakat terhadap perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu. Responden tersebut terdiri dari 47 laki-laki (51%) dan 46 perempuan (49%). Masyarakat tersebut umumnya berprofesi sebagai pekerja tambang dan nelayan. Masyarakat menilai Pantai Bukit Batu berpotensi untuk dikembangkan sebagai tempat wisata, namun masyarakat menghendaki adanya kerjasama antara pengelola dan masyarakat setempat untuk bersama-sama mengembangkan wisata alam di Pantai Bukit Batu.

Masyarakat menilai daya tarik di Pantai Bukit Batu adalah Pantai Malang Lepau sebanyak 46%, Bukit Malang Lepau sebanyak 30%, Batu Bertumpuk sebanyak 16% dan terakhir adalah Teluk Malang Lepau sebanyak 8%. Masyarakat menilai seluruh objek di Pantai Bukit Batu berpotensi sebagai tempat wisata dan dapat membuka peluang bagi masyarakat yang ingin terlibat dalam kegiatan wisata alam.

Peran serta yang akan mereka lakukan antara lain menjadi pedagang makanan khas Belitung (27%), pemandu wisata bagi pengunjung (25%), berjualan cinderamata khas Desa Burong Mandi (16%), menyewakan homestay (13%), menyewakan kapal (11%), petugas (6%) dan tukang parkir (2%) (Gambar 26). Masyarakat menginginkan pengelolaan Pantai Bukit Batu dalam wisata alam

Gambar

Tabel 2 Kriteria penilaian objek daya tarik
Tabel 3 Kriteria penilaian aksesibilitas
Gambar 1 Lokasi Pantai Bukit Batu.
Tabel 4 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Burong Mandi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu peneliti mencoba menelusuri sejauh mana penerapan etika bisnis Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam berdagang terhadap para pedagang apakah

Limbah isi rumen dari rumah potong hewan (RPH) yang belum terkelola secara optimal memungkinkan menimbulkan masalah bagi lingkungan. Salah satu alternatif pengolahan limbah

”Adapun metode yang dilakukan dalam SIAP PPDB online di SMAN 2 Tanjung Morawa yaitu mengharuskan siswa mendaftar online yang dilakukan di sekolah, mulai dari

Berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil pendapat atau kesimpulan bahwa identitas diri tidak berpengaruh terhadap perilaku konsumtif yang dilakukan oleh siswa-siswi SMA Negeri

Proses pembelajaran IPA yang berlangsung di SD 1 Prambatan Lor cenderung menempatkan guru sebagai sumber belajar utama, cara mengajar guru lebih banyak menggunakan

masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai hubungan sistem. teknologi informasi dan sistem informasi akuntansi terhadap kinerja

Sebagaimana yang terjadi pada kemunculan beberapa pemikiran teologi dan filsafat di dunia Islam pada abad klasik, bahwa kemunculan gagasan tentang pemikiran ideologis itu

Sub Tema New Emerging Technology dan Teknologi Terapan Setelah kelompok pembudidaya sebagai mitra alih teknologi ditentukan, langkah yang dilaksanakan adalah memberikan